perencanaan desain dan tata ruang
Post on 18-Oct-2015
67 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
1/32
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten terluas kedua di Jawa Baratdengan luas 306.519 Ha (3.065.19 km). Karakteristik lahan Kabupaten Garut
sebagian besar perbukitan dan merupakan salah satu faktor limitasi perkembangan
Kabupaten Garut. Aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan
baik internal maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal
kualitas jalan. Selain itu, masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya
kemampuan keuangan lokal, dan minimnya sarana dan prasarana berdampak pada
lambatnya perkembangan Kabupaten Garut, seperti yang dirasakan saat ini.
Berkaitan dengan kondisi demikian, optimalisasi potensi wilayah dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Garut.
Berdasarkan analisis dari data BPS Kabupaten Garut (2006), kontribusi pertanian
terhadap perekonomian wilayah sebesar 52,11% dan di WP Utara Kabupaten Garut
sebesar 13,1% dari total PDRB wilayah. Hal ini menunjukkan potensi pertanian dalam
menyangga ekonomi wilayah masih cukup besar. Namun demikian, kondisi wilayah
yang masih termasuk daerah tertinggal mengindikasikan potensi tersebut belum
mensejahterakan masyarakatnya maupun pemerataan kesempatan memperolehmanfaatnya. Padahal potensi tersebut seharusnya dapat menjadi penggerak
pembangunan wilayah yang merata (Hadisarosa, 1981). Salah satu komoditas
pertanian yang masih berpeluang untuk dikembangkan adalah komoditas hortikultura.
Komoditas hortikultura merupakan komoditas perdagangan (Soekartawi, 1996).
Sebagai komoditas perdagangan, pengembangannya memegang peran strategis
dalam menunjang peningkatan perkembangan ekonomi wilayah.
Hingga saat ini belum banyak penelitian yang berorientasi kepada explorasi
potensi unggulan tanaman hortikultura daerah dalam konteks pengembangan wilayah.
Pengembangan berbasis potensi wilayah berguna dalam memberikan gambaran
kondisi dari berbagai cara pandang atau aspek yang terkait maupun dalam distribusi
keruangan sehingga dapat terlihat keuanggulan komparatif maupun kompetitifnya.
Berkaitan dengan upaya peningkatan ekonomi wilayah yang merupakan salah satu
target pembangunan di daerah tertinggal khususnya, perlu upaya menemukenali
komoditas unggulan hortikultura. Oleh karena itu, kegiatan ini berguna dalam menggali
potensi pertanian khususnya komoditas hortikultura yang diteliti dalam menunjang
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
2/32
2
alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan petani.
Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi wilayah.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
3/32
3
BAB II
GAMBARAN WILAYAH
II.1 Topografi Wilayah Kabupaten Garut
Dilihat dari topografinya, sebagian besar Kabupaten Garut bagian utara terdiriatas dataran tinggi dan pegunungan dengan areal persawahan terluas. Pada
umumnya pegunungan dan bukit-bukit ini keadaannya sangat kritis, terutama di
sepanjang daerah aliran sungai Cimanuk. Rangkaian pegunungan vulkanik yang
mengelilingi dataran antar gunung di Garut Utara umumnya memiliki lereng dengan
kemiringan 30-45% di sekitar puncak, 15-30% di bagian tengah dan 10-15% di bagian
kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup
lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah
lainnya ditanamani pertanian lahan kering, lahan basah dan kawasan perkotaan.
Gambar 2.1. Peta Topografi Wilayah
II.2 Hidrologi dan Iklim Wilayah
Pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut
Utara menunjukkan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai
cimanuk menuju arah utara. Aliran air Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang
anak sungainya di lereng pegunungan yang mengelilinginya sebagai subsistem dariDAS Cimanuk.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
4/32
4
Ditinjau dari letak geografis yang berada di bagian selatan khatulistiwa dan
termasuk kedalam ikim tropis, dalam setahun wiayah ini mengalami musim hujan dan
musim kemarau. Dengan topografinya yang bervariasi cukup besar dengan keadaan
orografis yang agak lebat dan guna lahan hutan masih di atas 30%, maka beberapa
wilayah tertentu banyak dipengaruhi iklim lokal (regional Climate), misalnya daerahCisurupan dan Bayongbong. Wilayah ini sering terjadi hujan konventif dan hujan
orografis yang memungkinkan dapat bercocok tanam komoditi sayuran dan palawija
sepanjang tahun.
Tipe iklim Kabupaten Garut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Menurut
Mohr (1933) termasuk golongan Iklim II yaitu rata-rata 1 bulan kering dan 11 bulan
basah. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951); termasuk dalam tipe iklim C yaitu 3
bulan kering dan 9 bulan basah. Menurut Oldeman (1974): termasuk tipe iklim C, yaitu
terdapat 6 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan kering berturut-turut.
Curah hujan rata-rata tahunan 2002 sampai dengan 2005 berkisar antara 2.589
mm, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3.500 4.000 mm. Variasi
temperatur berkisar antara 24 0C - 29 0C. Wilayah utara mendapat jumlah intensitas
hujan yang makin meningkat menjadi lebih dari 4.000 mm/tahun, sampai di daerah
sekitar pegunungan yang menghubungkan puncak/gunung Papandayan dengan
Gunung Mandalawangi.
Gambar 2.2. Peta Hidrologi Wilayah
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
5/32
5
Gambar 2.3. Peta Curah Hujan Wilayah Kabupaten Garut
II.3 Jenis Tanah
Berdasarkan bentukan lahannya, Kabupaten Garut terdiri atas tanah sedimenhasil letusan Gunung berapi Papandayan dan Gunung Guntur dengan bahan induk
batuan tuf dan batuan yang mengandung kwarsa. Di sepanjang aliran sungai pada
umumnya terbentuk jenis tanah Aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat
erosi tanah di bagian hulu atau sekitarnya oleh proses pengikisan dan pencucian
permukaan tanah. Oleh karenanya di bagian hulu sungai dan daerah aliran sungai
terbentuk jenis tanah Laterit dan Podsolik Merah Kuning.
Secara umum Kabupaten Garut didominasi oleh 2 (dua) jenis tanah yaitu
asosiasi Podsolik dan asosiasi Andosol (74,33%). Jenis tanah asosiasi Podsolik yang
terluas terdapat di Kecamatan Pakenjeng yaitu 22.041 Ha, sedangkan jenis tanah
asosiasi Andosol yang terluas di Kecamatan Cikajang yaitu 12.280 Ha. Sementara itu
jenis tanah asosiasi Mediteran hanya terdapat pada areal tanah sangat sempit yaitu
mencakup areal seluas 5.031 Ha dan meliputi 1,64% dari seluruh luas areal wilayah
Kabupaten Garut (Gambar 2.4)
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
6/32
6
Gambar 2.4. Peta Sebaran Jenis Tanah
Jenis tanah Aluvial banyak terdapat di wilayah bagian utara dan sebagian
selatan dengan tekstur halus sebagai hasil endapan. Tanah ini cocok untuk kegiatan
budidaya pertanian sawah (lahan basah). Jenis tanah regosol banyak terdapat pada
bagian selatan. Tanah regosol umumnya berwarna kelabu kekuning-kuningan, sifatnya
asam, gembur serta peka terhadap erosi. Tanah ini cocok digunakan untuk tanaman
padi, tembakau dan sayur-sayuran. Jenis tanah Latosol banyak terdapat di sisi barat
sebagai hasil endapan dari wilayah yang lebih tinggi. Tanah ini cocok untuk tanaman
kopi, coklat, padi, sayuran dan buah-buahan. Jenis tanah Andosol berwarna hitam
karena berasal dari abu vulkanik, banyak terdapat di daerah utara. Jenis tanah
Mediteran berasal dari bahan induk batuan vulkanik muda, berada di sebagian kecil
wilayah selatan.
II.4 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Garut didominasi oleh kegiatan
pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering, kegiatan perkebunan dan
kehutanan. Di wilayah Kabupaten Garut, 31,58% merupakan kawasan hutan,
perkebunan 18,38% dan persawahan sekitar 16,14%. Secara keseluruhan
penggunaan lahan di Kabupaten Garut dapat digambarkan sebagai berikut:
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
7/32
7
No. Uraian Luas (Ha) Proporsi (%)
1.
Sawah 49.477 16,14
- Irigasi 38.026 12,41
- Tadah Hujan 11.451 3,74
Darat 252.097 82,25
- Hutan 96.814 31,58
- Kebun dan Kebun Campuran 56.350 18,38
- Tanah Kering Semusim/Tegalan 52.348 17,08
2.
- Perkebunan 26.968 8,80
- Permukiman/Perkampungan 12.312 4,02
- Padang Semak 7.005 2,29
- Pertambangan 200 0,07
- Tanah Rusak Tanus 66 0,02
- Inustri 34 0,01
Perairan darat 2.038 0,66
3.
- Kolam 1.826 0,60
- Situ/Danau 157 0,05
- Lainnya 55 0,02
4. Penggunaan Tanah lainnya 2.907 0,95
Jumlah 306.519 100,00
Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut
Dilihat dari luasan penggunaan lahan eksisting tersebut, penggunaan lahan untuk
tanaman semusim sayur-sayuran cukup luas yaitu 17 % dari total luas wilayah. Hal ini
menunjukkan potensi produksi secara luasan sangat besar.
Gambar 2.5. Peta Penggunaan Lahan
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
8/32
8
II.5Sumberdaya Manusia
Jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2003 sebanyak 2.173.623 jiwa,
terjadi kenaikan pada tahun 2004 ini menjadi 2.204.175 jiwa dengan jumlah
rumahtangga adalah 515.458 rumahtangga, sehingga dengan banyaknya anggota per
rumahtangga antara 4 sampai 5 orang. Hal ini jelas sangat mempengaruhi beban dari
setiap rumahtangga, karena dengan semakin banyaknya anggota rumah tangga jelas
akan meningkatkan beban tanggungan dari rumahtangga tersebut. Dengan luas
wilayah 3 066,88 Km menjadikan setiap Km nya rata-rata dihuni oleh 719 jiwa dengan
sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya yang terakumulisasi di daerah
perkotaan di wilayah pembangunan utara, khususnya di kecamatan Garut Kota dengan
tingkat kepadatan penduduk setiap Km nya mencapai 5.094 jiwa sedangkan tingkat
kepadatan terendah terdapat di kecamatan Cisewu yang hanya didiami oleh 272,61jiwa setiap Km.
Dengan jumlah penduduk yang besar jelas, merupakan suatu tantangan yang
dihadapi oleh pemerintah, terutama dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendidikan,
kesehatan dan aspek-aspek lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah pencari kerja yang
terdaftar pada tahun 2004 di Dinas Tenaga Kerja sebanyak 37.117 orang dengan
jumlah pencari kerja terbanyak berasal dari golongan pendidikan SLTA sebanyak
22.346 orang. Sementara Tenaga Kerja yang bisa ditempatkan hanya 1.226 orang.
Sehinga masih banyak pencari kerja yang belum mendapatkan pekerjaan apalagi
ditambah dengan pencari kerja tahun-tahun sebelumnya, jelas ini merupakan suatu
tantangan besar. Oleh karena itu, pengembangan potensi ekonomi dominan
khususnya sayur-sayuran diharapkan dapat memperluas lapangan kerja di wilayah ini.
II.6 Ekonomi Wilayah Pembangunan Utara
Secara umum Kabupaten Garut mengalami ketimpangan yaitu antara
Kabupaten Garut bagian selatan dengan Kabupaten Garut bagian utara. Kabupaten
Garut bagian utara yang relatif bersifat kekotaan dapat terlihat kontras jika
dibandingkan dengan keadaan eksisting di Kabupaten Garut bagian selatan.
Karakteristik daerah yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan potensi dan
perkembangan wilayah.
Wilayah pembangunan Utara, merupakan kontributor utama pengembangan wilayah
Kabupaten Garut. Ini termasuk sektor pertaniannya. Berdasarkan uraian sebelumnya,
pengembangan perdesaan perlu dilakukan dengan basis pembangunan padapertanian yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan aktivitas ekonomi dan sosial
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
9/32
9
masyarakat perdesaan sebagian besar pada sektor pertanian. Beberapa wilayah pada
WP ini mempunyai peran sebagai sentra produksi hortikultura. Pada wilayah ini, usaha
tani hortikultura merupakan sektor unggulan yang harus dipertahankan dan
dioptimalkan dalam menunjang pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Usaha
tani hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju. Orientasi usaha ini tidakhanya tertuju pada sistem produksi saja, tetapi juga pada sistem alam, sosial, ekonomi,
kelembagaan, dan penunjang usaha tani lainnya.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Garut tahun 2006, sektor pertanian tanaman
sayuran memiliki nilai produksi yang cukup tinggi pada beberapa kecamatan di WP
Utara dan merupakan produksi sayuran yang paling besar dibanding WP lain di
Kabupaten Garut. Berkaitan dengan keterbatasan waktu dan biaya, penelitian ini
memfokuskan pada komoditas hortikultura sayuran.
II.7 Potensi Pertanian dalam Pengembangan Wilayah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki
arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai
sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian
sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya bahkan
berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Namun keberadaan
sumberdaya lahan yang terbatas tidak mampu mengimbangi kebutuhan lahan yang
sangat pesat baik dari sektor pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul
persaingan penggunaan lahan yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan
aspek kelestarian lingkungan (Djaenuddin, 1996). Hal ini dapat menjadi kendala bagi
proses pembangunan nasional, khususnya di sektor pertanian. Perencanaan yang
tepat dan informasi yang aktual sangat dibutuhkan oleh para pengguna lahan dan
pihak-pihak yang terkait agar penggunaan lahan tersebut dapat optimal sesuai dengan
kemampuannya dan dapat digunakan secara berkelanjutan.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut,
diantaranya dengan membuat suatu perencanaan yang tepat dan rasional baik melalui
aspek teknis maupun non teknis. Aspek teknis dapat dilakukan diantaranya dengan
menentukan potensi wilayah sedangkan aspek non teknis dapat dilakukan dengan
pendekatan kebijaksanaan bagi pengembangan wilayah tersebut. Kedua aspek ini
akan saling berkaitan erat terhadap keberhasilan proses dan hasil pembangunan suatu
wilayah. Aspek teknis merupakan salah satu cara yang tepat dan mendasar bagi
perencanaan pembangunan wilayah karena dengan cara ini dapat diketahui potensi
dan daya dukung lahan di wilayah tersebut untuk jenis-jenis penggunaan lahan yang
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
10/32
10
dipertimbangkan.
Penilaian potensi wilayah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mencari lahan yang memang berpotensi bagi pembangunan pertanian. Dengan
dilakukannya penilaian potensi wilayah ini diharapkan akan dihasilkan suatu
perencanaan pembangunan pertanian yang tepat dan rasional, dimana pemanfaatan
lahannya dapat optimum, lestari dan berkelanjutan. Penilaian potensi wilayah ini
dilakukan melalui analisis potensi wilayah baik secara fisik maupun sosial ekonomi.
Dengan pendekatan tersebut diharapkan dihaslkan potensi wilayah berupa komoditas
unggulan yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.
Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan data-data sekunder yang telah
ada dan masih representatif bagi wilayah tersebut yang diolah melalui analisis wilayah
dan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis. Rangkaian proses penilaian
potensi wilayah di atas serta hasil akhirnya diharapkan dapat lebih mudah dimengerti
dan dipahami, serta dapat memberikan informasi yang cepat, aktual dan rasional,
sehingga dapat mendukung dalam perencanaan suatu wilayah khususnya bagi
perencanaan pembangunan pertanian ataupun komoditas-komoditas unggulan
sayuran di Kabupaten Garut.
Sebagai sektor dominan di wilayah berbasis sumberdaya alam, Pertanian
memiliki peran sebagai penghasil pangan, bahan mentah dan bahan baku industri,penyedia lapangan kerja dan lapangan usaha, sumber devisa serta pelestari fungsi
lingkungan (Nasution, 1997). Peran tersebut menunjukan pentingnya pembangunan
yang dapat diartikan sebagai perubahan dari sistem tradisional ke modern. Hayami dan
Kikuchi (dalam Kasryno, 1984) menyatakan bahwa aktivitas pertanian di kawasan
perdesaan sulit untuk dipisahkan dari kegiatan ekonomi keseluruhan karena kegiatan
yang telah berlangsung turun temurun tersebut telah menjadi budaya. Oleh karena itu,
pembangunan pertanian bukan hanya berupaya agar terjadi transformasi sistem
produksi semata, tetapi juga transformasi sosial. Dengan demikian, agar pembangunan
pertanian di suatu wilayah berjalan efektif harus dikaitkan dengan tujuan sosial,
ekonomi ataupun sumberdaya lainnya (Barbier, 1991 dalam Robert, 1995; Saragih,
1997; Nasution, 1997 ; Jayadinata, 1999; Soepriyanto, 1999).
Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam
kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Hortikultura (Sayur-sayuran,
buah-buahan, bunga-bungaan) merupakan komoditas unggulan, khususnya di pulau
Jawa. Keunggulan komoditas ini ditunjang oleh kondisi lingkungan (lahan dan iklim)yang menunjang di beberapa lokasi, sebagian masyarakat yang sudah mengenalnya
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
11/32
11
dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal
serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar (Saragih, 1997).
Selain sebagai komoditas unggulan, hortikultura juga berperan sebagai sumber gizi
masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan penunjang kegiatan agrowisata dan
agroindustri (Soekartawi, 1996). Hal ini menunjukan bahwa pengembangan hortikulturaterkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi dengan sosio-
budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, Musim tanam yang pendek
memungkinkan perputaran modal semakin cepat dan dapat meminimalkan
ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto, 1989).
Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani hortikultura
merupakan bentuk pertanian yang lebih maju dari pada usaha tani tanaman pangan.
Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani hortikultura berorientasi pasar sehingga
harus menguntungkan serta diusahakan secara intensif dengan modal yang memadai.
Walaupun demikian, usaha tani hortikultura di Indonesia masih memperlihatkan sifat
tradisional. Hal ini ditunjukan dengan aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan
sumberdaya seadanya. Ciri umum aktivitas tersebut antara lain: tingkat pendidikan dan
penguasaan teknologi pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan
terpencar lokasinya; akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang
terbatas; kesulitan permodalan; serta lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi,
1996).
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
12/32
12
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam melakukan proses perencanaan penataan ruang
wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat yaitu dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan
adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan tertentu meliputi pelaksanaan
dan interpretasi survei serta studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan
lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai
penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).
Metode yang digunakan dalam melakukan proses pengambilan data
perencanaan penataan ruang wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat antara lain
metode studi kasus, studi pustaka dan teori dasar.
Metode Studi Kasus
Metode ini digunakan dalam penelitian yang dilakukan terhadap suatu
kesatuan sistem, baik itu berupa program, kegiatan, peristiwa, atau
sekelompok individu yang terikat oleh tempat ataupun waktu. Penelitian ini
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan memperoleh
pemahaman. Suatu kasus tidak dapat mewakili populasi dan tidak dimaksudkan
untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya
berlaku pada kasus yang diteliti karena tiap kasus bersifat unik dan memiliki
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Metode Studi Pustaka
Metode ini dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang
telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari
referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Manfaatnya antara lain:
a. Mengidentifikasikan kesenjangan dari penelitian
b. Menghindari membuat ulang sehingga banyak menghemat waktu dan juga
menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain
c. Mengidentifikasilan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan
terhadap penelitian
d. Meneruskan apa yang penelitian sebelumnya telah dicapai sehingga
dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat
membangun diatas landasan dari pengetahuan atau ide yang sudah ada Metode Teori Dasar
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
13/32
13
Metode ini digunakan dalam penelitian dasar yang diarahkan pada penemuan
atau penguatan suatu teori. Penelitian teori dasar harus melalui beberapa
penelitian, antara lain:
a. Peneliti memiliki gambaran sifat-sifat realitas empiris
b. Permulaan penelitian dimulai dengan pernyataan dasar mengenai duniaempiris di lapangan
c. Peneliti harus menetapkan data apa yang akan diambil
d. Peneliti harus melakukan eksplorasi
e. Peneliti harus mampu melakukan inspeksi
f. Peneliti harus mampu menganbalisa dan melakukan rekontruksi penemuan
untuk bangunan hipotesis barunya
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
14/32
14
BAB IV
HASIL
Pengembangan wilayah utara sangat berpengaruh terhadap pembangunan
Kabupaten Garut secara keseluruhan. Sektor pertanian di wilayah ini masih
mendominasi konstribusi pendapatan wilayah meskipun terdapat kecamatan-
kecamatan yang memiliki kegiatan utama pada sektor perdagangan dan jasa Hal ini
menunjukkan sektor pertanian berperan penting dalam perkembangan ekonomi di
lokasi studi.
IV.1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pembangunan Utara
Sebagai wilayah berbasis pertanian, pembangunan wilayah utara sangat
bergantung kepada keunggulan komparatif wilayah. Salah satu faktor penunjang
keunggulan tersebut adalah keunggulan sumberdaya lahan sebagai penunjang utama
produksi pertanian di wilayah studi. Berdasarkan hasil analisis pada satuan lahan yang
terdapat di wilayah pembangunan utara Kabupaten Garut, dihasilkan distribusi
kesesuaian lahan untuk komoditas-komoditas sayuran. Penilaian kesesuaian lahan ini
dilakukan pada kedalaman kajian semidetil hingga tinjau sesuai dengan ketersediaandata penunjang analisis. Oleh karena itu, untuk detil spesifik lokasi dan tingkat
kesesuaian hingga satuan unit diperlukan kajian khusus untuk menginventarisir dan
mengidentifikasi satuan lahan di wilayah studi secara detil.
Analisis sumberdaya lahan atau penilaian kesesuaian lahan merupakan usaha
untuk menilai lahan untuk kecocokan tanaman pertanian. Pengertian cocok untuk
tanaman merupakan tinjauan secara fisik lahan terhadap faktor-faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Penilaian kesesuaian lahan ini sangant penting
karena dapat mengembangkan lahan pertanian sesuai dengan kemampuannya dan
tanaman yang dikembangkannya menjadi tidak terlalu beragam tetapi mempunyai
kecocokan yang paling baik. Analisis kesesuaian lahan untuk pertanian dilakukan
menggunakan pendekatan penilaian kesesuaian lahan dari Puslittanak 1994.
Penilaian sampai tingkat kelas dimaksudkan penilaian tanpa harus
menunjukkan faktor pembatas. Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi 5 kelas
kesesuaiaan dari 2 ordo (ordo sesuai dan tidak sesuai) yaitu: Ordo Sesuai (S): S1
(lahan sangat sesuai), S2 (lahan cukup sesuai), lahan marginal sesuai (S3), serta Ordo
Tidak Sesuai (N): N1 (Lahan tidak sesuai saat ini), N2 (lahan tidak sesuai selamanya).
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
15/32
15
Penilaian kesesuaian lahan aktual dimaksudkan menilai lahan sesuai dengan
kenyaataan pada saat ini, sedangkan penilaian kesesuaian lahan potensial adalah
penilaian kesesuaian jika kesesuaian lahan sekarang tersebut diberi masukan
teknologi. Teknologi yang dimaksud dapat dikatagorikan dalam:
Teknologi rendah petani dapat melakukan dan membiayai sendiri
Teknologi sedang petani dapat melakukannya sendiri dengan bimbingan
pemerintah, biaya cukup mahal, sebagian biaya harus dari subsidi
pemerintah,
Teknologi tinggi petani tidak dapat melakukannnya sendiri, biayanya sangat
tinggi, sepenuhnya dari subsidi pemerintah,
Faktor Pembatas
Evaluasi lahan merupakan suatu penilaian yang memperhatikan sifat-sifat
lingkungan suatu wilayah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dirinci ke
dalam kualitas lahan (land qualities) dan setiap kualitas lahan dapat terdiri lebih dari
satu karakterisitik lahan (land characteristics). Baberapa karakteristik lahan
umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas
lahan. Kualitas dan karakteristik lahan tersebut dalam evaluasi lahan disebut sebagai
faktor pembatas karena keberadaaannya dapat menghambat dalam penggunaan
tertentu (tanaman pertanian). Dalam studi ini, faktor pembatas yang dinilai terdiri dari8 kualitas lahan yang diuraikan menjadi 16 karakteristik lahan seperti tertera pada
Tabel berikut.
Tabel 4.1. Kualitas dan karakteristik Lahan Dalam Evaluasi di Wilayah Studi.
Simbol Kualitas Lahan Karakterisitik LahanT Terrain Lereng (%)
Batuan dipermukaan (%)Singkapan batuan (%)
W Ketersediaan Air Zona Agroklimat
T Rejim Temperatur Temperatur rata-rata tahunan (0C)R Media Perakaran Kelas DrainaseTekstur tanahKedalaman efektif (cm)
F Retensi hara KTK (me/100gr tanah)pH
N Ketersediaan Hara Total NitrogenP2O5 TersediaK2O Tersedia
X Keracuanan (Toxisitas) Kejenuhan Alumunium (%)2. Salinitas (mmhos/cm)
F Banjir/genangan Lamanya Banjir/Genangan
Sumber: Kesesuaian Lahan Untuk Pertanian, Puslittanak, Bogor (1994)
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
16/32
16
Hasil penilaian terhadap kualitas dan karakterisitik lahan di Kabupaten Garut
didapatkan sebagai faktor pembatas utamanya adalah:
1. Lereng
Kelerengan menjadi faktor pembatas di wilayah studi, ini karena berntuk
topografi wilayah studi yang berbukit dan bergunung sehinga kurang sesuai bagi
pengembangan tanaman semusim intensif seperti sayur-sayuran. Selain itu
kemiringan ini berkontribusi juga pada bahaya erosi.
2. Ketersediaan air
Untuk beberapa komoditas sayuran, curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan kualitas hasil kurang baik. Oleh karena itiu, curah hujan di wilayah studi
yang cukup tinggi sampia dengan sangat tinggi cenderung akan menyebabkan kendala
pengembangan sayuran di wilayah studi.
3. Kondisi Perakaran
Pengembangan komoditas sayuran menghendaki tanah yang gembur,
porositas baik, kemampuan menahan air baik, dan tidak terkendala oleh bahaya
genangan air. Oleh karena itu, beberapa bagian lahan di wilayah studi bertekstur liat
atau kasar, kedalaman dangkal, dan permeabilitas tanah rendah, menyebabkan
kondisi tidak optimal bagi timbuh kembangnya komoditas sayuran.
Hasil analisis kesesusian lahan di wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 5.1.
IV.2 Analisis LQ, LI dan SI di Wilayah Pembangunan Utara
Analisis Lokasi pada kajian studi ini ditentukan oleh nilai LQ, LI dan SI. Nilai LQ
yang diperoleh memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Untuk nilai LQ < 1
menunjukkan bahwa sektor memiliki kemampuan produksi barang atau jasa yang
kurang dominan, LQ=1 artinya adanya keseimbangan kemampuan dari sektor tersebut,
dan LQ>1 menunjukkan sektor tersebut sudah semakin dominan bahkan telah surplus
produksi sehingga dapat melakukan ekspor hasil produksi barang atau jasa dari sektor
tersebut. Konsentrasi komoditas di lokasi studi dapat dilihat dari nilai LI. Interpretasi
nilai LI ini ditunjukkan oleh indeks < 1 menunjukkan terjadi penyebaran atau tidak ada
konsentrasi. Sedangkan kekhasan lokasi studi pada komoditas tertentu ditunjukkan
oleh nilai SI =1, dimana penilaian LI dan SI ditentukan oleh penjumlahan nilai positif.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
17/32
17
Pada analisis lokasi ini perhitungan berdasarkan nilai produksi komoditas tahun 2005
berdasarkan data BPS tahun 2006.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
18/32
18
Gambar 4.1. Peta Kesesuaian Lahan Sayuran Unggulan
Struktur ekonomi lokasi studi dari tahun ke tahun selalu didominasi oleh sektor
pertanian walalupun sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan. Namun
demikian, struktur ekonomi menunjukkan wilayah ini masih berbasis pertanian.
Sedangkan kontribusi sektor pertanian hortikultura sayur-sayuran menunjukkan potensi
yang besar walaupun belum menunjukkan adanya spesialisasi ataupun kekhasan
komoditas di lokasi studi. Ini dapat dilihat pada nilai indeks lokasi dan indeks spesialisasi
umumnya masih berada di bawah satu (
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
19/32
19
Wilayah Pembangunan Utara Kabupaten Garut tersebar hampir di seluruh Kecamatan
(tidak ada konsentrasi pada kecamatan tertentu) dan masing-masing tidak
menunjukkan kekhasan pada komoditas tertentu. Ditinjau dari jumlah potensi
komoditas unggulan, Kecamatan Cibatu, Tarogong Kidul, Lewigoong, dan Balubur
Limbangan mempunyai potensi yang cukup dominan dibandingkan dengan kecamatanlainnya di lokasi studi. Ini karena lebih dari 50% komoditas sayur-sayuran yang
diusahakan di wilayah tersebut mempunyai surplus produksi sehingga dapat memasok
kebutuhan daerah lainnya. Sedangkan potensi surplus produksi 25 50% komoditas
sayur-sayuran terjadi di Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cigedug, Cisurupan,
Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Tarogong Kaler, Garut Kota, Karangpawitan,
Sucinagara, Karangtengah, Banyuresmi, Leles, Kersamanah, Cibiuk, Kadungora,
Selaawi dan Malangbong. Kecamatan dengan potensi usaha tani sayur-sayuran yang
rendah terdapat di Kecamatan Wanaraja, Pangatikan dan Sukawening.
Namun demikian, potensi produksi yang tinggi pada semua komoditas yang
mempunyai nilai LQ>1 merupakan kekuatan wilayah ini bagi pengembangannya. Hal
ini dapat dillihat dari hasil analisi lokasional yang merupakan hasil pembobotan nilai
LQ, LI, dan SI masing-masing komoditas di lokasi studi. Terdapat beberapa komoditas
yang bersifat unggul di beberapa kecamatan yaitu Kentang, Bawang Putih, Bawang
Daun, Kembang Kol, Kacang Merah, Cabe Besar, Tomat, Labu Siam, dan Jamur.
Sedangkan komoditas lainnya bersifat potensial. Berikut Tabel Komoditas Unggulan
berdasarkan analisis lokasional.
Tabel 5.1. Matrik Komoditas Berdasarkan Hasil Analisis Lokasional
KECAMATAN
JENIS KOMODITAS
UNGGUL POTENSIAL
Cilawu Bawang DaunBawang Merah, Kentang, Petsay, Kacang Merah,CabeBesar, Cabe Rawit, Tomat, dan Buncis
Bayongbong Bawang Merah
Bawang Daun, Petsay, Kacang Merah, dan Labu
Siam
Cigedug -Bawang Daun, Kubis, Kembang Kol, Wortel, Tomat,danLabu Siam
Cisurupan Bawang Putih Bawang Daun, Kentang, Kubis, Petsay, dan Tomatdan Labu Siam
Sukaresmi - Kentang, Kubis, Wortel, Buncis, dan Labu Siam
Samarang -Bawang Merah, Bawang Daun, Kentang, Kubis,Petsay,Tomat, dan Ketimun
Pasirwangi Kentang dan Bawang Daun, Kubis, dan Buncis
Kembang Kol
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
20/32
20
KECAMATAN
JENIS KOMODITAS
UNGGUL POTENSIAL
Tarogong Kidul - Bawang Merah, Bawang Daun, Kubis, Petsay, KacangPanjang, Cabe Rawit, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun,
dan KangkungTarogong Kaler Kembang Kol Bawang Daun, Petsay, Cabe Besar, Terung dan Bayam
dan Tomat
Garut Kota - Bawang Merah, Bawang Daun, Kentang, Kubis, Petsay,Kacang Merah, Kacang Panjang, Tomat, Ketimun dan
Kangkung
Karangpawitan Kacang Merah Kentang, Kubis, Petsay, Cabe Besar, Tomat, Terung,
Buncis, Ketimun, dan Kangkung
Wanaraja Cabe Besar Kacang Merah
Sucinagara Cabe Besar Bawang Merah, Kentang, Kubis, Kacang Merah, Tomat,
dan Labu Siam
Pangatikan Cabe Besar Kubis, Kacang Merah dan Tomat
Sukawening Kacang Merah Bawang daun dan Kubis
dan Cabe Besar
Karangtengah Kacang Merah Bawang Daun, Ketang, Kubis, Kangkung dan Bayam
Banyuresmi - Bawang daun, Petsay, Cabe Besar, Cabe Rawit, Tomat,
terung, Buncis, dan Ketimun
Leles - Bawang Daun, Kubis, Petsay, Cabe Besar, Tomat, dan
Kangkung
Leuwigoong - Petsay, Kacang Panjang, Cabe Besar, Cabe Rawit,
Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Kangkung, dan Bayam
Cibatu - Bawang Daun, Petsay, Kacang Panjang, Cabe Besar,
Cabe Rawit, Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam,Kangkung, dan Bayam
Kersamanah Kacang Merah Bawang Merah, Bawang Daun, Petsay, Kembang Kol,
Kacang Panjang, Cabe Rawit, Terung, dan Ketimun
Cibiuk Tomat Kubis, Kacang Merah, Kacang Panjang, Cabe Rawit,
Terung, Buncis, dan Ketimun
Kadungora - Kentang, Petsay, Kacang Merah, Terung, Buncis,
Ketimun, dan Kangkung
Limbangan - Kacang Merah, Kacang Panjang, Cabe Besar, Tomat,Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam, Kangkung, dan
Bayam
Selaawi Bawang Daun Bawang Merah, Kacang Panjang, Terung, Buncis,dan Kacang Ketimun, Kangkung, dan Bayam
Merah
Malangbong Cabe Besar Bawang Daun, Kubis, Kacang Merah, Kacang Panjang,
Terung, Buncis, Ketimun, dan Kangkung
Sumber: Hasil Analisis dari Data BPS (2006)
Setelah dilakukan penilaian fisik wilayah dan potensi lokasional, luas lahan
secara eksisting perlu dipertimbangkan sebagai masukkan bagi pengembangan
komoditas. Untuk itu dilakukan analisis potensi pengembangan kecamatan-kecamatan
berdasarkan luas lahan. Penentuan tingkatan potensi ini ditentukan dengan kriteria
sebagai berikut:
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
21/32
21
1. Potensi Rendah (R) adalah apabila luas lahan (L) yang tersedia pada satukecamatan berada dalam kelompok : Lmin s/d (Lmin+N)
2. Potensi Sedang (S) adalah apabila L kecamatan berada dalam kelompok :
(Lmin+N) s/d (Lmax-N)
3. Potensi Tinggi (T) adalah apabila L kecamatan berada dalam kelompok :
(Lmax-N) s/d Lmax
Hasil analisis potensi pengembangan komoditas unggulan ternyata terfokus
pada beberapa komoditas di beberapa kecamatan (Lampiran 7). Hasil analisis ini
berperan untuk menentukan prioritas pengembangan jangka pendak dan jangka
panjang dari komoditas-komoditas hasil analisis lokasi. Berikut tabel potensi
pengembangan komoditas unggulan di kecamatan-kecamatan di Wilayah
Pembangunan Utara Kabupaten Garut berdasarkan luas lahan eksisting.
Tabel 4.3. Potensi Pengembangan Komoditas Berdasarkan Luas Lahan
No Kecamatan
Potensi Pengembangan
Tinggi Sedang
1 Cilawu Cabe Rawit Cabe Besar, Ketimun
2 Bayongbong Cabe Rawit
3 Cigedug Kacang Merah Cabe Besar, Cabe Rawit
4 Cisurupan Cabe Rawit
5 Samarang Kentang, Kubis
6 Garut Kota Cabe Rawit
7 SukaweningKentang, Kubis, Petsay,Wortel,
Cabe Besar, Tomat
8 Karangtengah Bawang DaunKentang, Kubis, Petsay,Wortel,
Kacang Merah
9 Banyuresmi Bawang Daun Kacang Merah, Kubis, Petsay, Cabe Besar
Tomat
10 LelesBawang Merah, Kentang,Kubis, Bawang Daun, WortelPetsay, Kacang Merah, CabeBear,
Tomat
11 Leuwigoong Kentang, Kubis Wortel, Tomat
12 Cibatu Kentang, Kubis, Tomat Bawang Daun, Petsay, KacangMerah, Cabe Besar, Buncis,Labu
Siam
13 Kersamanah Kentang, Kubis
14 Cibiuk Kentang, Kubis, Tomat Bawang Merah, Petsay, Cabe
Besar, Buncis
15 Kadungora Kubis, Tomat Kembang Kol, Petsay, Wortel,Kacang Merah, Cabe Besar,Buncis
16 Selaawi Bawang Daun Tomat
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
22/32
22
IV.3 Keunggulan Daya Saing Komoditas Sayur-sayuran
Penentuan komoditas unggul selain berdasarkan kuantitas yang tersedia
banyak, tetapi juga dapat memberikan keuntungan (nilai ekonomi tinggi). Oleh karena
itu salah satu analisis yang dapat digunakan untuk menilai keuntungan usaha tani dari
komoditas yang dinilai adalah analisis rasio pendapatan dengan biaya. Komoditas
yang dipilih berdasarkan hasil analisis komparatif. Secara umum daya saing komoditas
sayuran tinggi karena sebagai komoditas perdagangan pada umumnya memperoleh
keuntungan lebih dari 50% biaya produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan
komoditas sayuran umumnya mempunyai daya saing tinggi (Tabel 5.4).
Tabel 4.4. Nilai Ekonomi Komoditas Unggulan di Wilayah Pembangunan Utara
No Komoditas Keuntungan Bersih rata-rata (Rp) R/C
1 Bawang merah 14.639.079 2,632 Bawang putih 14.719.785 2,82
3 Bawang daun 51.239.000 3,73
4 Kentang 29.054.673 2,88
5 Kembang Kol 13.808.109 3,61
6 Kacang merah 9.251.361 2,05
7 Cabe merah 25.000.000 1,71
8 Tomat 26.115.000 1,78
9 Labu siam 3.421.395 1,50
Berbagai komoditi sektor pertanian di Kabupaten Garut pada umumnya dan
Wilayah Pembangunan Utara pada khususnya juga telah dijual ke daerah lain.
Tanaman sayuran didominasi oleh komoditi kentang sebesar 27 % dimana hasilnya
tidak hanya dipasarkan ke daerah Kabupaten Garut, tetapi juga ke daerah lain.
Berdasarkan data yang tersedia, komoditas yang memiliki daya saing tinggi adalah
Cabe Besar dan Bawang Merah. Sedangkan komoditas kentang mempunyai daya
saing tingkat sedang karena secara eksisting terdapat saingan dari sentra-sentra
produksi di luar Kabupaten Garut seperti Kabupaten Bandung dan Jawa Timur. Walau
demikian, komoditas kubis, tomat dan wortel yang dipasarkan ke Bandung, Jakarta,Batam dan Yogyakarta mempunyai daya saing yang cukup, namun data untuk analisis
terbatas.
Tabel 4.5. Komoditi Sayur-Sayuran Dan Tujuan Pemasaran
No. Komoditas Tujuan Pemasaran
1 Kentang Bandung, Jakarta, Batam2 Kubis Bandung, Jakarta3 Cabe Besar Bandung, Jakarta, Batam
4 Tomat Bandung, Jakarta, Batam, Yogyakarta
5 Wortel Bandung, JakartaSumber :Hasil Analisis
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
23/32
23
IV.4 Komoditas Unggulan Wilayah Pembangunan Utara Kabupaten Garut
Berdasarkan hasil analisis, terdapat klasifikasi komoditas yaitu: unggulan
prioritas, unggulan potensial, komoditas potensial prioritas dan komoditas potensial
dalam jangka panjang. Komoditas unggul prioritas ditentukan oleh nilai analisis lokasiunggul, potensi pengembangan tinggi, dan secara ekonomis menguntungkan (daya
saing tinggi). Komoditas unggul potensial ditentukan oleh nilai analisis lokasi unggul,
potensi luas lahan pengembangan sedang atau rendah, dan mempunyai daya saing
tinggi. Komoditas potensial prioritas ditentukan oleh analisis lokasi potensial, potensi
luas lahan pengembangan tinggi dan secara ekonomis menguntungkan. Sedangkan
komoditas potensial yang dapat dikembangkan dalam jangka panjang ditentukan oleh
analisis lokasi potensial, potensi luas lahan pengembangan tinggi dan sedang, serta
secara ekonomis menguntungkan.
Komoditas unggulan di wilayah pembangunan utara di Kabupaten Garut dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4.6. Komoditas Unggulan Wilayah Pembangunan Utara Kabupaten Garut
KECAMATAN
JENIS KOMODITAS
UNGGUL UNGGUL POTENSIAL POTENSIALPRIORITAS POTENSIAL PRIORITAS JANGKA PANJANG
Cilawu Bawang awang era , entang,Petsay, Kacang
DaunMerah, Cabe Besar, Tomat,dan Buncis,Cabe Rawit
Bayongbong Bawangawang aun, etsay, acang
Merah,Merah dan Labu Siam, Cabe Rawit
Cigedugawang aun, u s,
Kembang Kol,Wortel, Tomat, dan Labu Siam,KacangMerah, Cabe Besar, CabeRawit
Cisurupan Bawangawang aun, en ang, u s,
Petsay,Putih dan dan Tomat, Cabe RawitLabu Siam
Sukaresmientang, u s, orte , unc s,
dan LabuSiam
Samarang Kentang,awang era , awang aun,
Petsay,Kubis Tomat, dan Ketimun
Pasirwangi Kentang danawang aun, u s, an
BuncisKembang
KolTarogong
awang era , awang aun,Kubis,
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
24/32
24
KidulPetsay, Kacang Panjang, CabeRawit,Tomat, Terung, Buncis,Ketimun, danKangkung
Tarogong Kembangawang aun, etsay, a e
Besar,
Kaler Kol dan Terung dan BayamTomat
Garut Kotaawang era , awang aun,
Kentang,Kubis, Petsay, Kacang Merah,KacangPanjang, Tomat, Ketimun danKangkung,Cabe Rawit
Karangpawitan Kacangentang, u s, etsay, a e
Besar,
MerahTomat, Terung, Buncis,Ketimun, danKangkung
Wanaraja Cabe Besar Kacang Merah
Sucinagara Cabe Besarawang era , entang,
Kubis, KacangMerah, Tomat, dan Labu Siam
Pangatikan Cabe BesarKubis, Kacang Merah danTomat
Sukawening Cabe Besar Kacangawang aun, u s, en ang,
Petsay,Merah Wortel, Tomat
Karangtengah Kacang Bawangentang, u s, ang ung,
Bayam,Merah Daun petsay, wortel
Banyuresmi Bawangetsay, a e esar, a e
Rawit, Tomat,
daunTerung, Buncis, Ketimun,Kubis
Leles Kubis,awang aun, ang ung,
Bawang
Petsay,Merah, Kentang, KacangMerah
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
25/32
25
KECAMATAN
JENIS KOMODITAS
UNGGUL UNGGUL POTENSIAL POTENSIALPRIORITAS POTENSIAL PRIORITAS JANGKA PANJANG
Cabe Besar,
Tomat
Leuwigoongetsay, acang an ang,
Cabe Besar,Cabe Rawit, Tomat, Terung,Buncis,Ketimun, Kangkung, danBayam,Kentang, Kubis, Wortel
Cibatuawang aun, etsay,
Kacang Panjang,Cabe Besar, Cabe Rawit,Terung, Buncis,Ketimun, Labu Siam,Kangkung, dan
Bayam, Kentang, Kubis,Tomat
Kersamanah Kacangawang era , awang
Daun, Petsay,
MerahKembang Kol, KacangPanjang, CabeRawit, Terung, dan Ketimun,kentang,kubis
Cibiuk Tomat Kubisacang era , acang
Panjang, CabeRawit, Terung, Buncis, danKetimun,
kentang
Kadungoraentang, etsay, acang
Merah, Terung,Buncis, Ketimun, danKangkung, kubistomat
Bl. Limbanganacang era , acang
Panjang, CabeBesar, Tomat, Terung,Buncis, Ketimun,Labu Siam, Kangkung, danBayam
Selaawi Bawang Kacangawang era , acang
Panjang, Terung,
Daun MerahBuncis, Ketimun, Kangkung,danBayam, Tomat
Malangbong Cabe Besarawang aun, u s, acang
Merah,Kacang Panjang, Terung,Buncis,Ketimun, dan Kangkung
Keterangan: Huruf yang tebal menunjukkan komoditas mempunyai potensi supply
tinggi tetapi produksi tidak dominan
Sumber: Hasil Analisis dari Data BPS (2006)
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
26/32
26
IV.5 Distribusi Komoditas Unggulan di Wilayah Pengembangan Utara
Untuk memudahkan arah pengembangan komoditas unggulan di wilayah
pembangunan utara Kabupaten Garut, maka dibuat distribusi spasialnya
berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan komoditas unggulan di setiap
kecamatan. Walaupun demikian pembuatan peta ini masih sangat kasar dan belum
mendetail karena hanya sampai tingkat kecamatan, sehingga perlu studi lanjutan
sampai ke tingkat desanya.
Dilihat dari sebaran distribusinya di wilayah studi, terlihat bahwa potensinya
dalam luasan yang sanagt kecil. Namun demikian terdapat unggulan potensial dan
komoditas potensial yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Dengan demikian jumlah
dan luasan komoditas unggulan di wilayah pembanguanan utara akan semakin
meningkat. Peta distribusi komoditas unggulan dapat dillihat pada gambar 4.2. Peta
yang disajikan hanya komoditas unggulan prioritas hasil kajian sebagai komoditas
unggulan saat ini.
Gambar 4.2. Peta Distribusi Komoditas Unggulan Hortikultura di WP
Utara Kabupaten Garut
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
27/32
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
komoditas sayuran yang mempunyai potensi unggulan di wilayah Kabupaten Garut
adalah sebagai berikut:
Komoditas Unggulan Prioritas:
1. Cabe Besar di Kecamatan Sukawening dengan luas lahan 1.868,4 ha
2. Bawang Daun di Kecamatan Selaawi dengan luas lahan 538,31 ha
Komoditas Unggul Potensial:1. Kentang di Kecamatan Pasirwangi.
2. Bawang Daun di Kecamatan Cilawu.
3. Bawang Merah di Kecamatan Bayongbong.
4. Bawang Putih di Kecamatan Cisurupan.
5. Kembang Kol di Kecamatan Pasirwangi dan Tarogong Kaler.
6. Tomat di Kecamatan Tarogong Kaler dan Cibiuk.
7. Cabe Besar di Kecamatan Wanaraja, Sucinagara, Pangatikan, dan
Malangbong.
8. Kacang Merah di Kecamatan Selaawi, Karangpawitan, Karang Tengah, dan
Sukawening.
Komoditas Potensial Untuk Diprioritaskan Pengembangannya
1. Kentang di Kecamatan Samarang.
2. Kubis di Kecamatan Samarang, Leles dan Cibiuk.
3. Bawang Daun di Kecamatan Karang Tengah dan Banyuresmi.
4. Petsay di Kecamatan Leles.
5. Cabe Besar di Kecamatan Leles.
6. Tomat di Kecamatan Leles.
Komoditas Potensial Pengembangan Jangka Panjang
1. Bawang Merah di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kidul, Garut Kota,
Sucinagara, Kersamanah, Selaawi, dan Leles.
2. Bawang Putih di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
28/32
28
3. Bawang Daun di Kecamatan Bayongbong, Cigedug, CisurupanTarogong Kidul,
Tarogong Kaler, Garut Kota, Sukawening, Karangtengah, Banyuresmi, Leles,
Cibatu, Kersamanah, Malangbong.
4. Kentang di Kecamatan Cilawu, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Garut Kota,
Karangpawitan, Sucinagara, Karangtengah Kadungora, Leles, Lewigoong,Cibatu, Kersamanah, Cibiuk dan Sukawening.
5. Kubis di Kecamatan Cigedug, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi,
Tarogong Kidul, Garut Kota, Karangpawitan, Sucinagara, Pangatikan,
Karangtengah, Leles, Kersamanah, Cibiuk, Malangbong, Sukawening,
Kadungora, Cibatu, Leuwigoong, Banyuresmi.
6. Kembang Kol di Kecamatan Cigedug dan Kersamanah dengan total luas lahan.
7. Petsay di Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Tarogong
Kidul, Tarogong Kaler, Garut Kota, Karangpawitan, Karangtengah, Banyuresmi,
Leles, Leuwigoong, Cibatu, Kadungora, Sukawening.
8. Wortel Cigedug, Sukaresmi, Sukawening, Karang Tengah dan Lewigoong.
9. Kacang Merah di Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cigedug, Garut Kota,
Wanaraja, Sucinagara, Pangatikan, Cibiuk, Kadungora, Bl. Limbangan,
Malangbong, Leles.
10. Kacang Panjang di Kecamatan Tarogong Kidul, Garut Kota, Leuwigoong, Cibatu,
Kersamanah, Cibiuk, Bl. Limbangan, Selaawi, Malangbong dengan total luas
lahan.
11. Cabe Besar di Kecamatan Cilawu, Cigedug, Tarogong Kaler, Karangpawitan,
Banyuresmi, Leles, Leuwigoong, Cibatu dan Bl. Limbangan.
12. Cabe Rawit di Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cigedug, Cisurupan, Tarogong
Kidul, Garut Kota, Banyuresmi, Leuwigoong, Cibatu, Kersamanah, Cibiuk.
13. Tomat di Kecamatan Cilawu, Cigedug, Cisurupan, Samarang, Tarogong Kidul,
Garut Kota, Karangpawitan, Sucinagara, Pangatikan, Banyuresmi, Leles,
Leuwigoong, Bl. Limbangan, Sukawening, Cibatu dan Kadungora.
14. Terung di Kecamatan Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Karangpawitan,
Banyuresmi, Leuwigoong, Cibatu, Kersamanah, Cibiuk, Kadungora, Bl.
Limbangan, Selaawi, Malangbong.
15. Buncis di Kecamatan Cilawu, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Tarogong Kidul,
Karangpawitan, Banyuresmi, Leuwigoong, Cibatu, Cibiuk, Kadungora, Bl.
Limbangan, Selaawi, Malangbong.
16. Ketimun di Kecamatan Tarogong Kidul, Garut Kota, Karangpawitan, Banyuresmi,
Leuwigoong, Cibatu, Kersamanah, Cibiuk, Kadungora, Bl. Limbangan, Selaawi,
Malangbong.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
29/32
29
17. Labu Siam di Kecamatan Bayongbong, Cigedug, Sukaresmi, Sucinagara,
Cibatu, Bl. Limbangan.
18. Kangkung di Kecamatan Tarogong Kidul, Garut Kota, Karangpawitan,
Karangtengah, Leles, Leuwigoong, Cibatu, Kadungora, Bl. Limbangan,
Selaawi, Malangbong.19. Bayam di Kecamatan Tarogong Kaler, Karangtengah, Leuwigoong, Cibatu, Bl.
Limbangan, Selaawi.
V.2 Saran
Untuk mencapai optimalitas hasil penelitian dan pengembangan wilayah
garut secara keseluruhan, maka kajian penelitian bisa diperdalam dan diperluas
dalam ruang lingkup kabupaten ataupun mencakup sektor ekonomi lainnya. Ini akanmemberikan pandangan yang lebih komprehensif mengenai potensi unggulan daerah
di Kabupaten Garut. Selain itu, untuk kepentingan penelitian dan pengambilan
kebijakan hendaknya ketersediaan dan keseragaman data diperlukan untuk semua
daerah. Dengan demikian hasil bisa lebih dipertajam.
Dalam konteks pengembangan pertanian dan pengembangan wilayah utara
Kabupaten Garut, pengembangan komoditas unggulan sayur-sayuran dapat
memanfaatkan hasil kajian dengan memperhatikan prioritas dan arah
pengembangannya seperti yang sudah disajikan dari hasil kajian ini.
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
30/32
30
DAFTAR PUSTAKAAnwar. Affendi, 1995. Beberapa Proposisi Kelembagaan Agribisnis di Perdesaan,
Makalah Seminar Hasil Penelitian Agribisnis, Biro Perencanaan
Departemen Pertanian, Jakarta.Babbie, Earl., 1986. The Practice of Social Research, Wadsworth Publishing Co.
Belmont, California.BAPPEDA Jawa Barat, 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Barat.BAPPEDA Kabupaten Garut, 1997. Rencana Tata Ruang Kabupaten Garut Tahun
19982007.Begbie, R.,1989. Sustainable Agriculture II : Another Farmers Viewpoint, Future ed
13.Barbier, E. B., 1991. Environmental Degradation in the Third World: Greening of the
World Economy, Earthscan, London.Breimer, R. F., A. J. Van Kekem and H. Van Reuler, 1986. Guidelines for Soil
Survey and Land Evaluation in Ecological Research, MAB Technical
Notes : 17, UNESCO, Paris.Budiharjo, Eko, 1995. Pendekatan Sistem Dalam Tata Ruang Pembangunan
Daerah Untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional, UGM Press,
Yogyakarta.BPS Kabupaten Garut, 2003,. Kabupaten Garut Dalam Angka.BPS Kabupaten Garut, 2004,. Kabupaten Garut Dalam Angka.BPS Kabupaten Garut, 2005,. Kabupaten Garut Dalam Angka.BPS Kabupaten Garut, 2006,. Kabupaten Garut Dalam Angka.Djaenuddin, D., 1996. Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Menunjang Penataan
Ruang Provinsi Jawa Barat, PPTA, Bogor.Djaenudduin, D., M. Hendrisman, K. Nugroho, D. G. Rossiter dan E. R. Jordens,
1996. Evaluasi Lahan Sistem Otomatisas Untuk Membantu Pemetaan
Tanah, LREP-II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.Dunn. Willism N., 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.Fitzpatrick, E. A., 1994. An Introduction to Soil Science : Second Edition, Longman
Scientific Technical, Longman group Limited, England.Food and Agriculture Organization of The United Nations, 1976. A Framework for
Land Evaluation, Soil Bulletin 32, FAO, Rome, Italy
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
31/32
31
Food and Agriculture Organization of The United Nations, 1983. A Guidelines:
Land Evaluation for Rainfed Agriculture, Soil Bulletin 52, FAO, Rome, Italy.Food and Agriculture Organization of The United Nations, 1989 . Guidelines for
Land Use Planning, FAO, Rome, Italy.Friedman, J. and Alonso W, 1964. Regional Development and Planning, MITPress,
Cambridge.Hadjisarosa, Purnomosidi, 1981. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di
Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.Hamblin, A. and Goss, K., 1993. Sutainable Agriculture Indicators for Australia and
New Zealand, SCARM Report No.51, Dept Primary Industries and Energy,
Canberra.Hardjowigeno. Sarwono, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Penerbit
Akademika Pressiondo, Jakarta.Herrmann, T., 1993. Crop Rotation Sustainbility Index, Soil and Water Conservation,
South Aust Dept. Primary Industries.Jayadinata, Johara T., 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Perdesaan,
Perkotaan dan wilayah, Penerbit ITB, Bandung.Jhingan, M. L., 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.Kasryno. Faisal, 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.Kismantoroandji, H. T., 1996. Mengembangkan Agribisnis Hortikultura Melalui
Kemitraan, Prakarsa Ed. November, Bandung.Kusmantoro, H. T., 1996. Mengembangkan Agribisnis Hortikultura Melalui
Kemitraan, Prakarsa November 1996. BandungLandon, J. R., 1991, Booker Tropical Soil Manual: A Hand Books for Soil Surveyand
Agracultural Land Evaluation in The Tropics and Sub Tropics, Longman
Scientific & Technical, Longman Group Ltd, UK.Mosher, A. T., 1966. Getting Agiculture Moving, F. A. Preager Inc. New York.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES), Jakarta.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan,
PPTA, Bogor.Reid, David., 1995. Sustainable Development: An Introduction Guide, Earthscan
Publications, London
-
5/27/2018 Perencanaan Desain Dan Tata Ruang
32/32
32
Saragih, Bungaran., 1997. Pembangunan Sektor Agribisnis Dalam Kerangka
Pembangunan Ekonomi Indonesia, BAPPENAS, Jakarta.Sarief, E. Saifuddin, 1989a, Fisika dan Kimia Tanah Pertanian, Pustaka Buana,Bandung.Sarief, E. Saifuddin, 1989b, Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian, PustakaBuana,
BandungSitorus, Santun R. P., 1985, Evaluasi Sumberdaya Lahan, Penerbit Tarsito,
Bandung.Sujarto, Djoko, 1999. Pengembangan Wilayah, Planologi, FTSP ITBSoekartawi, 1996. Pembangunan Pertanian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
top related