perencanaan pembangunan pertanian dan … · slide - 1 endah murniningtyas ... permintaan bahan...
Post on 08-Jul-2018
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN:
MASALAH DAN PETA JALAN KE DEPAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Slide - 1
Endah Murniningtyas
Deputi Bidang SDA dan LH
Kementerian PPN/Bappenas
27 Februari 2015
OUTLINE
I. PENDAHULUANII. KONDISI DAN TANTANGAN:2.1. KETAHANAN PANGAN2.2. MENDUKUNG PENINGKATAN DAYA SAING:
1. Pertanian dan Perikanan2. Produksi Mineral dan Hilirisasi3. Hasil hutan4. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)
2.3. MEMELIHARA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN1. Konservasi Hutan 2. Konservasi Laut dan Pesisir3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup4. Pengendalian Perubahan Iklim5. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan
2.4. PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN KEMARITIMANIII. RPJMN 2015-2019 PERPRES 2/2015
2
I. PENDAHULUAN
3
PERAN SDALH
PERTUMBUHAN EKONOMI X%, PENURUNAN EMISI 26%
PRODUKSI PERTANIAN DAN
PERIKANAN
KETAHANAN PANGAN
EKSPOR NON MIGAS
PRODUKSI KAYU DAN HASIL
HUTAN
MIGAS DAN PERTAMBANGAN
SUMBERDAYA HAYATI DAN JASA
LINGKUNGAN
INDUSTRI NON MIGAS
INDUSTRI MIGAS DAN
PERTAMBANGAN
EKSPOR MIGAS DAN
PERTAMBANGAN
KETAHANAN ENERGI
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
PEMB. KELAUTAN
Hilirisasi
4
KONTRIBUSI PDB (perkiraan tentatif)
Sektor 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian 338 349,2 361,1 373,7 387,1 401,2 416,5
Pertambangandan penggalian
192,8 194,1 195,1 195,6 196 196,2 195,7
Rp. Triliun
Sektor 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian 4,0 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7
Pertambangandan penggalian
0,1 0,7 0,5 0,3 0,2 0,1 -0,2
%
5
Tantangan Yang Akan Dihadapi
1. PANGAN
• Peningkatan rata-rata produksi padi tahun 2015-2019 sebesar 2,71% seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
• Produktivitas lahan pertanianmenurun kandungan C-organik < 2% (seharusnya >2,5%)
• Luas Lahan Baku (sawah) – 8,09 juta ha (2012) untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 34,86 juta ton beras (2020) perlu ekstensifikasi dan intensifikasi
• Irigasi 42 waduk dalam kondisiwaspada akibat berkurangnyapasokan air selama kemarau. Sepuluhwaduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal..
2. AIR• Ketersediaan air di Pulau Jawa
1.750 m3/kapita/tahun, atausekitar 4,5% dari total air tawaryang ada di Indonesia
• Jumlah ketersediaan air sungai diPulau Jawa yang mencapai30.569,2 juta meter kubik per tahun .
• Proyeksi kebutuhan air (juta m3/tahun):˗ rumah tangga, kota, industri:
9.205 ,03 (2013) 10.427, 96;˗ Irigasi: 217.522,71 (2013);˗ Peternakan: 830,06 (2013)
1.619,79 (2019);˗ Perikanan: 24.714,76 (2013)
37.846,35 (2019).
6
3. ENERGI• Indonesia memerlukan 92,9GW
listrik pada tahun 2019. Pada saatini Indonesia baru mampumenyediakan 54,6 GW
• Kapasitas panas bumi Indonesia terbesar di dunia (40% cadangandunia, atau sekitar 28.000 MW) pemanfaatan hanya 1.341 MW.
• Sumber energi masih bergantungpada bahan bakar fossil (batubara) Akibatnya jika dibakar hanyaakan mencemari udara.
• Kestabilan dan kontinyuitas supply listrik dari PLN belum mapankarena rendahnya total pembangkitan dan instalasidistribusi listrik yang belumoptimal.
• Pemanfaatan Energi BaruTerbarukan belum optimal target bauran (energi mix) 5,8 %pada tahun 2019.
4. Ekosistem – daya dukung• Ekosistem DAS 108 DAS dalam kondisi kritis prioritas penanganan
• Ekosistem Hutan ada perbaikan, NAMUN MASIH KURANG: – lahan kritis (th 2006) 23,31 juta Ha 22,03
juta Ha (2012) - lahan sangat kritis (th 2006) 6,89 juta Ha 5,27 juta Ha
– Laju deforestasi (2003-2006) sebesar 1,17 juta Ha pertahun 0,45 juta Ha/tahun (2009 – 2011)
– Tutupan lahan hutan (2006) sebesar 93,9 juta Ha 90,9 juta Ha (2010)
• Ekosistem pesisir: ̶ Kerusakan mangrove mencapai 3,2 juta Ha
dari total seluas 7,7 juta Ha̶ Kondisi terumbu karang yang rusak
mencapai 30% dari total seluas 45.000 km2
• Ekosistem Perkotaan:– Penurunan kualitas udara akibat kegiatan
transportasi– Rendahnya akses RT terhadap layanan
pengelolaan sampah, air bersih dan sanitasi– Limbah dari kegiatan domestik dan industri
belum dikelola dengan baik 7
II. KONDISI DAN TANTANGAN
8
2.1. PEMANTAPANKETAHANAN PANGAN
9
Arahan RPJPN 2005-2025, UU 18/2012 dan UU 19/2013
10
ARAHAN RPJPN 2005-2025:Menjaga Ketahanan dan Kemandirian Pangan, melalui:Produksi Dalam NegeriKelembagaan Ketahanan Pangan
Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan Rumah Tangga (jumlah, mutu, keamanan, harga)
ARAHAN UMUM RPJPN 2005-2025 UNTUK RPJMN 2015-2019:“Pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas”
ARAHAN UU No. 18/2012 TENTANG PANGAN:
Dasar Penyelengaraan Pangan: kedaulatan pangan, kemandirianpangan, dan ketahanan pangan.
Tujuan Penyelenggaraan Pangan: - Peningkatan produksi dan penyediaan pangan yang beraneka
ragam; - Kecukupan dan harga pangan yang wajar dan terjangkau; - Peningkatan akses, nilai tambah dan daya saing komoditas
Pangan;- Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
Pangan aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;- Peningkatan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan;
ARAHAN UU No. 19/2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI: Kedaulatan dan kemandirian petani untuk peningkatan taraf
kesejahteraan Penyediaan prasarana dan sarana Pertanian Memberikan kepastian Usaha Tani Melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya
tinggi, dan gagal panen Meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta
Kelembagaan Petani Menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian
ARAHAN RPJMN 2015-2019:1. Peningkatan produksi pangan pokok:
padi, kedelai, gula, daging dan ikan.2. Stabilisasi harga.3. Perbaikan kualitas gizi masyarakat.4. Pemberdayaan dan perlindungan
petani/nelayan/pembudidaya ikan.5. Penigkatan daya saing dan nilai tambah
komoditi pertanian dan perikanan.
KERANGKA KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
• KUALITAS KONSUMSI(Diversifikasi Pangan dan Kualitas Gizi)
• KETERSEDIAAN(Produksi, Cadangan & Impor)
• AKSESIBILITAS(Distribusi & Harga Terjangkau)
• MASALAH PANGAN(Kemiskinan & Bencana Alam)
KEMANDIRIAN PANGAN“kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat”
KEDAULATAN PANGAN“Hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal”
11
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN SANGAT STRATEGIS KARENA :
1. Jumlah kebutuhan pangan yang harus disediakan cukup besar karena jumlah dan pertambahan penduduk yang besar (Jumlah penduduk 2019 diproyeksikan mencapai 268,1 juta jiwa)
2. Inflasi bahan makanan sangat berpengaruh terhadap inflasi umum. (Inflasi umum 2013: 8,38% dengan sumbangan bahan bahan kelompok makanan 2,75%)
3. Memberikan share terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional cukup besar sekitar 15 persen; dimana sub sektor tanaman pangan memiliki share terbesar rata-rata 50% terhadap pembentukan PDB Pertanian.
4. Melibatkan sekitar 26,14 juta rumah tangga petani, 2,8 juta orang nelayan dan 4,5 juta orang pembudidaya ikan.
5. Ketahanan dan kemandirian pangan sangat diperlukan, mengingat kedepan akan semakin sulit apabila kebutuhan pangan mengandalkan terhadap pasar global;
6. Kondisi Pangan dunia masih akan dihadapi dengan fluktuasi pasokan dan harga karena dampak perubahan iklim yang berpengaruh terhadap produksi pangan dunia, serta meningkatnya permintaan bahan pangan akibat pertambahan penduduk dunia dan perkembangan ekonomi;
7. Peningkatan penyediaan bahan pangan yang bergizi sangat penting untuk peningkatan kualitas gizi masyarakat.
12
TANTANGAN - ASPEK PENYEDIAAN
1. Peningkatan produksi pangan strategis seperti kedelai, gula, daging sapi dan ikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
2. Permintaan bahan pangan, baik kuantitas maupun kualitas akibat pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan, sementara peningkatan produktivitas dan perluasan areal lahan pertanian semakin sulit ditambah lagi konversi lahan pertanian terus terjadi (Luas lahan pertanian ST 2013: 8,6 juta ha);
3. Industri perbenihan masih kurang berkembang dan menurunnya kemampuan balai-balai benih serta penangkar benih rakyat dalam penyediaan benih-benih unggul;
4. Perluasan areal pertanian semakin sulit karena keterbatasan ketersediaan lahan, serta konversi lahan pertanian yang terus terjadi.
5. Penanganan jaringan irigasi secara serius antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat (laju kerusakan 344 ribu ha/tahun, 2010: kondisi rusak 3,76 juta ha);
6. Penyaluran subsidi agroinput (pupuk dan benih) yang masih terjadi kurang tepat sasaran, tepat waktu dan mutu;
13
7. Paket-paket teknologi yang kurang berdampak terhadap peningkatan produktivitas karena kurang dukungan dari sistem penyuluhan;
8. Realisasi pemanfaatan sumber-sumber pembiyaan pertanian seperti KKP-E, KUPS, dan KRP-EN masih belum optimal.
9. Peningkatan produksi perikanan tangkap dihadapkan pada kondisi overfishing dan eksploitasi penuh disebagian WPP. Tiga dari sebelas (WPP), diantaranya sudah mengalami overfishing, melebihi tangkapan lestari (MSY) sebesar 6,52 juta ton per tahun, yaitu di WPP 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman), 573 (Samudera Hindia B/Selatan Jawa - Laut Timor Barat), dan 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda). Sementara itu, dua WPP lainnya sudah mengalami fully exploited, yaitu pada WPP 572 (Samudera Hindia A/Barat Sumatera dan Selat Sunda) dan 712 (Laut Jawa).
10. Pemanfaatan lahan untuk perikanan budidaya masih lebih rendah dibandingkan potensinya (6%). Namun demikian, pengembangannya tetap perlu memperhatikan pemilihan lokasi yang tepat dan disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem, serta penyusunan zonasi tataruang yang benar.
11. Untuk memenuhi tingkat konsumsi masyarakat sebesar 43,2 kg/kapita/tahun, maka pada tahun 2019, akan dibutuhkan produksi perikanan sekitar 11,6 juta ton.
TANTANGANDISTRIBUSI DAN AKSES1. Gejolak harga pangan setiap saat
akan terjadi, untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan dan mengelola cadangan pangan dan pengendalian perdagangan bahan pangan (Inflasi 2013 untuk bahan makanan mencapai 11,35%) .
2. Kondisi prasarana dan sarana transportasi terutama di luar Jawa masih perlu diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, untuk mendukung distribusi bahan pangan secara baik dan lancar;
3. Kelompok masyarakat miskin yang kurang mampu untuk mengakses terhadap pangan masih cukup besar jumlahnya(Jumlah penduduk miskinhingga Sept 2012: 28,59 juta orang);
KUALITAS KONSUMSI1. Diversifikasi konsumsi pangan masih
belum berhasil :a. Tingkat konsumsi beras masih cukup
tinggi (124,89 kg/kapita/tahun).b. Diversifikasi konsumsi belum
mengarah kepada bahan pangan bersumberdaya lokal;
c. Nilai pola pangan harapan (PPH) masih dibawah yang diharapkan, yaitu baru mencapai 88,9 dari nilai 100
2. Konsumsi kalori masyarakat masih dibawah Angka Kecukupan Energi 2.000 kkal per kapita (2012: 1.952,6 kkal per kapita);
3. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat terdapat pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih mengarah kepada meningkatnya konsumsi pangan olahan dan protein hewani (perubahan 2008-2012: daging naik 29,19%; makanan dan minuman naik 7,08%).
14
TANTANGAN - ASPEK PERMASALAHAN/ GANGGUAN KETAHANAN PANGAN
1. Permasalahan atau gangguan pangan akibat bencana alam, kemungkinan masih sering terjadi :a. Iklim ekstrim banjir, kekeringan, dan ombak tinggi (Luas areal
padi terkena puso 2012: 84,4 ribu ha)
b. Serangan organisme pengganggu tanaman dan penyakit pada ternak dan Ikan
2. Diperlukan instrumen kebijakan untuk mitigasi dampak risiko akibat bencana alam dan kenaikan harga baik bagi produsen (petani/nelayan/pembudidaya ikan) maupun konsumen; UU No. 19/2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
15
PERKIRAAN KEBUTUHAN
16*) Angka Tahun 2013
No Uraian Satuan 2013 2015 2019Pertambaha
n(2013-2019)
Pertumbuhan per
tahun (%)
1 PRODUKSI - KEBUTUHAN KALAU HARUS SWASEMBADA
Beras juta ton 39.84 43.04 49.9 6.86 3.0
Daging ribu ton 383.32 633.55 822.99 439.67 19.1
Gula juta ton 2.53 5.7 7.11 4.58 30.2
Kedelai juta ton 0.808 2.09 2.51 1.70 35.1
Jagung juta ton 18.51 17.7 22.19 3.68 3.3
Ikan (PERKIRAAN) juta ton 13.44 25.55 12.11 17.4
2 Konsumsi Kalori kkal 1.937 1.950 2.000 63-
3Pola Pangan Harapan (PPH)
Skor 88.9 90 95 6.1-
Proyeksi Kebutuhan Lahan, Pupuk dan Air2015 – 2019
17
Proyeksi 2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Padi (Juta Ton) 76,56 78,87 81,23 84,40 88,76
Produksi setara beras (Juta Ton) 43,04 44,34 45,67 47,45 49,9
Kebutuhan lahan ( Ribu Ha) 8.382,07 8.419,47 8.453,39 8.560,14 8.772,54
Kebutuhan Pupuk (Juta Ton) 9,68 9,72 9,76 9,89 10,13
Kebutuhan Air (Miliar M3) 75,13 77,30 79,55 81,88 84,29
SKENARIO PRODUKSI KOMODITAS : IKAN
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
Rata-rata Pertumbuh
an per tahun
1. Perikanan Tangkap (juta ton) 6,16 6,21 6,33 6,45 6,59 1,7%*)
2. Perikanan Budidaya di luar Rumput Laut (juta ton)
7,29 8,98 11,54 14,80 18,95 27,0%
Total Produksi Ikan (juta ton) 13,44 15,20 17,87 21,25 25,55 17,4%
18
Asumsi:Pertumbuhan produksi perikanan tangkap rata-rata sebesar 1,7% per tahun, mempertimbangkan faktor tangkapan lestari (MSY). Tingkat tangkapan lestari diusulkan meningkat dari 6,5 juta ton per tahun menjadi 7,3 juta ton per tahun.
2.2. MENDUKUNG PENINGKATAN DAYA SAING
19
(1). PERTANIAN DAN PERIKANAN
20
a. PERTANIAN
1. Produksi kelapa sawit (2012) sebesar 23,5 juta ton sebagian besar diekspor (18,8 juta ton). Saat ini barudigunakan 900 ribu KL biodiesel. Kalau utk 10% mandatory akan menyerap 6,6 juta KL biodiesel.
2. Karet diperlukan peningkatan kualitas produk di DN untuk memenuhi standar permintaan ekspor. Produksi2012: 3 juta ton; Ekspor karet dan produk karet: 3,1 juta ton.
3. Kakao: (i) peremajaan dan intensifikasi untukpeningkatan produktivitas, (ii) perbaikan mutu hasildan nilai tambah. Produksi 2012: 936,3 ribu ton; Ekspor: 324,7 ribu ton.
21
Ekspor Perkebunan
22
328.1 431.0 568.3 455.0 468.3 495.4 500.3 352.2 324.7 221.5
8,661.6
10,376.2
12,100.9 11,875.4
14,290.7
16,829.216,291.9 16,436.2
18,845.0
13,243.8
2,294.6 2,445.3 2,756.2 2,920.6 2,763.0 2,526.52,927.6 3,162.2 3,078.1
2,206.0
0.0
2,000.0
4,000.0
6,000.0
8,000.0
10,000.0
12,000.0
14,000.0
16,000.0
18,000.0
20,000.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013*)
Periode Kabinet Indonesia Bersatu I Periode Kabinet Indonesia Bersatu II
Perkembangan Ekspor Pertanian (Ribu Ton)
Kakao Kopi Sawit Karet dan Produk Karet
b. PERIKANAN
23
Perkembangan Ekspor dan Impor Perikanan
24
Pada periode 2003-2011, ekspor produk perikanan Indonesia menunjukkan tren meningkat dan masih mendominasi perdagangan produk perikanan nasional. Namun demikian, impor produk perikanan juga menunjukkan gejala meningkat
POTENSI LAHAN PERIKANAN BUDIDAYA DAN TINGKAT PEMANFAATAANNYA
No Jenis Budidaya Potensi (ha)*)Pemanfaatan**)
Ha %1 Tambak 2.963.717 657.346 22,2%
2 Kolam 541.100 131.776 24,4%3 Perairan Umum
(karamba/jarimgapung)
158.125 1.798 1,1%
4 Sawah 1.536.289 156.193 10,2%
5 Laut 12.545.072 176.930 1,4%
Keterangan:*) = berdasarkan Statistik Perikanan Budidaya 2009**) = berdasarkan statistik perikanan budidaya 2012Sumber: Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011, KKP
25
SEBARAN UNIT PENGOLAHAN IKAN (UPI ) TAHUN 2011
Sumber: KKP, 2012
Unit Pengolahan Ikan (UPI) didominasi oleh UPI skala Mikro (95%) dan persebarannya terkonsentrasi di provinsi Jawa Timur
Jenis pengolahan yang dominan adalah: penggaraman, pemindangan, pengasapan
26
c. HASIL HUTAN
27
Produksi Kayu Bulat
• Produksi kayu dari hutan tanaman meningkat, sementara produksi kayu bulatdari hutan alam yang beroperasi, masih di bawah potensi (9 juta m3/tahun)
• Pemanfaatan secara lestari masih dapat ditingkatkan.
4.32 4.35
6.44 6.43
4.62 4.85
5.25 5.08 5.14 9.35
9.92
22.01
20.66
22.42
19.04
18.65
19.95
21.25
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Hutan Alam Hutan Tanaman
Juta
m3
28
Produksi Kayu Bulat: Masyarakat
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
100
200
300
400
500
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Laju Penambahan Hutan Rakyat (ribu ha)
Produksi Kayu Bulat dari HR (Juta m3)
Terjadi peningkatan laju penambahan luas hutan rakyat di Pulau Jawa. Perlu ditingkatkan produktivitas (produksi per ha).
29
Nilai Ekspor Produk Primer Kehutanan 2005-2009 (US$ juta)
3.409 37.009 63.721 55.203 35.884 30.894 41.568 42.671
1.374.670 1.506.681 1.599.808 1.533.457
1.189.395
1.638.695
1.953.470 1.956.471
932.708 1.124.050
2.437.372
1.422.447
867.236
1.465.941 1.554.610 1.559.180
9.317 19.952 3.134 30.113 21.156 26.286 34.431 34.511 5.376 4.620 5.616 1.141 2.214 2.842 2.290 2.390 55.093 49.352 214.902
56.145 45.138 43.719 42.406 42.476
2.382.579
2.743.670
4.324.554
3.098.505
2.161.024
3.208.377
3.628.774 3.637.698
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kayu Gergajian Kayu Lapis Pulp Veneer sheets Particle Board (including OSB) Fibreboard Total
Ekspor produk kayu didominasi oleh kayu lapis dan pulp. Produk kayu lain perludikembangkan untuk meningkatkan daya saing
30
Perkembangan ekspor hasil hutan bukan kayu 2007-2009
Type 2007 (USD) 2008 (USD) 2009 (USD)
Natural honey 783,167 3,281,473 13,127,371
Sandalwood 387,809 431,128 110,860
Gaharu 4,494,690 4,063,250 4,642,039
Gum: dammar, resin etc 61,530,479 54,684,787 63,345,446
Bamboos plait &other 2,092,323 2,772,877 2,054,110
Rattan 24,107,899 27,948,348 26,901,677
Terpunten oil 37,108,603 32,203,313 42,281,410
Fuel wood:log, billet 709,738 6,529,385 9,504,630
Total (US$) 131,214,708 131,914,561 161,967,543
Sumber : Kemenhut. 2010
Potensi hasil hutan bukan kayu tinggi, namun pemanfaatan masih belum optimal.
31
d. PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY)
32
JENIS NILAI PENJELASAN
Nilai konsumtif Manfaat langsung yang dapat diperoleh darikeanekaragaman hayati, misalnya pangan, sandangmaupun papan.
Nilai produktif Nilai pasar yang didapat dari perdagangankeanekaragaman hayati di pasar lokal, nasionalmaupun internasio
Nilai Jasa Lingkungan
Nilai jasa ekologis seperti ekosistem hutan menjaga siklus hidrologi bagi manusia.
Nilai eksistensi Nilai yang dimiliki oleh keanekaragaman hayatikarena keberadaannya.
Nilai pilihan Nilai potensi keanekaragaman hayati dalammemberikan keuntungan bagi masyarakat di masadatang.
Nilai warisan Nilai warisan berkaitan dengan hasrat untukmenjaga kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang.
33
PEMANFAATAN BIODIVERSITYMENGAPA PENTING – sumber pendapatan baru dan hijau....
1. Nilai pasar global:
a. Obat-obatan yang diperoleh dari sumber daya genetisdiperkirakan US$ 75.000- 150 000 juta per tahun.
b. Perdagangan benih di seluruh dunia mencapai US$ 45 miliar, sedangkan total keluaran dari agroekosistemdunia mencapai nilai setara US$ 1,3 triliun setiaptahun
c. Ekspor tumbuhan dan satwa liar mencapai sekitarUS$450 juta pada tahun 2011
2. Nilai industri bahan spa/kebugaran, suplemen alam dan jamu, industri kosmetik serta bahan lain (kosmetik, dll)
Sumber: WEHAB Working Group, 2002 dalam IBSAP 200334
Perkiraan Devisa Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun 2007 - 2011
35
166,354,497
207,232,382
263,862,681
373,631,661
445,567,543
512,857
2,181,7912,318,544
2,352,010
4,424,623
500,000
1,500,000
2,500,000
3,500,000
4,500,000
5,500,000
5,000,000
105,000,000
205,000,000
305,000,000
405,000,000
505,000,000
2007 2008 2009 2010 2011
Do
llar
($)
Do
llar
($)
Tahun
Satwa Tumbuhan
Contoh Nilai Ekonomi (Nilai Konsumstif dan Produktif) KEHATI : Ekosistem
Potensi Pemanfaatana. Jasa Penyerapan Karbon
Bioresources Indonesia menghadapi Era Ekonomi Hijaudan Perubahan Iklim
b. Bio-akumulator perifitonsebagai penjernih air dansumber pakan alternatif
c. Artificial Floating Habitat) untuk peningkatan produksi perikanan.
d. Industri kerahayuan
Tipe ekosistem Sekuestrasi karbon
(ton C/hektar)
Referensi
(Penelitian)
Ekosistem laut
Rumput laut 2139,42 Akmal et al. (2009)
Mangrove 968 Murdiyarso et al. (2009)
Padang lamun 830 Fourqurean et al. (2012)
Ekosistem terestrial
Hutan alam 325,72 Astutik (2011)
Hutan kota 276,87 Ratnaningsih & Suhesti
(2010)
Hutan campuran 270,96 Noordwijk et al. (2002)
Hutan gambut 200 Agus (2007)
Hutan sekunder 176 Tomich et al. (1998)
Hutan tanaman 170,43 Noordwijk et al. (2002)
Agroforestry karet 116 Tomich et al. (1998)
Perkebunan karet
monokultur
97 Tomich et al. (1998)
Padang rumput 63,59 Noordwijk et al. (2002)
Rotasi ubi kayu-alang-alang 3 Tomich et al. (1998)
Kebun Botani (Kebunraya Cibodas) 150,97
Perkebunan Teh 55,52 Belum dipublikasikan
(Joeni, dkk)
Sumber: Sukara, 2013
36
Contoh Nilai Ekonomi KEHATI : Spesies
Potensi Pemanfaatana. Panganb. Bahan baku industri kerahayuanc. Bahan baku obat
Contoh valuasi ekonomi untuk pangan:1 pohon menghasilkan gula aren sebanyak360 kg/3 bulan/perbungaan.
Harga jual normal gula aren adalah Rp. 8000/kg.
Pendapatan petani=Rp. 1.000.000/bulan/perbungaan.
Sumber: Sukara, 2013 37
38
2.3. MEMELIHARA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN
1. Konservasi Hutan 2. Konservasi Laut dan Pesisir3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup4. Pengendalian Perubahan Iklim5. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan
KONSERVASI HUTAN
Diperlukan untuk:
• Mengembalikan kesuburan dan kualitas tanahuntuk mendukung sektor pertanian
• Meningkatnya tekanan terhadap daerahtangkapan air (catchment area)
• Mencegah ketidakseimbangan antara pasokandan kebutuhan air - meningkatnya potensi konflikpenggunaan air (industri, pertanian, domestik)
• Meningkatkan keanekaragaman hayati
39
5.3. PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
• Sektor berbasis SDA masih menjadi tulang punggungperekonomian Indonesia:- PDB rata-rata sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan
2009-2012 = 15,13% (urutan kedua);- PDB rata-rata sektor pertambangan dan migas = 11,5% (urutan
keempat)
• Meningkatnya kebutuhan SDA (ekstraktif) kerusakanlingkungan
• Meningkatnya limbah domestik, industri, pertanian, dan emisikendaraan bermotor menurunnya daya dukung dan dayatampung lingkungan
• Penegakan hukum yang belum tegas dan konsisten• Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih belum
tinggi.
40
1. IKLH sudah dikembangkan sejak tahun 20092. Perlu penyempurnaan: (1) Belum digunakan secara luas;
(2) Belum masuk ke RPJM; (3) Kualitas IKLH perlu ditingkatkan.
41
IKLH Nasional 2009 - 2012
94.68
98.62 99.36
81.87
42.46
48.86 46.64
55.55
59.23 63.14
62.25
59.08
59.79 61.07 60.25
64.21
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2009 2010 2011 2012
IKU IKA ITH IKLH
Catatan: untuk tahun 2012 merupakan angka sementaraSumber: Data IKLH diolah, 2012
42
2.4. PEMBANGUNAN KELAUTAN danKEMARITIMAN
KONDISI SAAT INI
1. EKONOMI KELAUTAN: Potensi wilayah laut yang luasnya sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia belum termanfaatkan secara optimal:
a. Potensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal dari jumlah tangkap yang diperbolehkan 5,2 juta ton/tahun, dan masih adanya kapal perikanan asing secara illegal masuk ke perairan Indonesia
b. Potensi sumberdaya pertambangan di laut besar namun belum memiliki cukup landasan regulasi dalam pemanfaatannya
c. Potensi biodiversity untuk pemanfaatan keekonomian (bioprospect dan wisata bahari) yang belum optimal
d. Potensi laut sebagai media transportasi belum juga dimanfaatkan secara optimal untuk konektifitas
e. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil masih miskin belum banyak tersentuh dalam pelayanan dasar dan kebutuhan dasar serta kesempatan ekonomi
POTENSI (MSY) DAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2010 PER WPP
MSY = 565,2 Prod = 541,5
PPS = 1PPN = 1PPP = 6
MSY = 1.059 Prod = 572,2
PPN: 3PPP = 4
Swasta = 2
MSY = 836,6Prod = 810,6
PPS = 1PPN = 3PPP = 22
MSY = 929,7 Prod = 625,8
PPP = 1
MSY = 491,7 Prod = 431,4
PPS = 1PPN = 3PPP = 7
MSY = 278 Prod = 427,6
PPS = 1PPN = 2
MSY = 855,5 Prod = 537,9
MSY = 333,6 Prod = 214,3
PPS = 1PPP = 3
MSY = 595,6Prod = 418,5
PPN = 1PPP =1
MSY = 299,1 Prod = 142,8
MSY = 276Prod = 316,8
PPS = 1PPP = 2
Keterangan: Satuan dalam Ribu Ton; MSY= 6,5 juta ton/tahunJumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB) adalah 80% dari MSY = Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Bungus, Nizam Zachman, Cilacap, Kendari, Bitung)
= Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon, Brondong, Kejawanan, Pelabuhan Ratu, Pekalongan, Pemangkat, Pengambengan, Prigi, Sibolga, Sungailiat, Tanjung Pandan, Ternate, Tual
= Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur dan Barelang (Batam, Kepri)
= over fishing (produksi > MSY), pengelolaan harus hati-hati, tidak ada ijin baru dan perlu pemulihan SDI
= produksi > JTB (namun belum melebihi MSY), mengoptimalkan penangkapan dan pemulihan SDI
= produksi < MSY, mengoptimalkan hasil tangkapan sampai batas JTB
45
Sumber: Kemen ESDM (2009)
PETA SUMBER DAYA MINERAL
No Kawasan KonservasiJumlah
KawasanLuas
(juta Ha)
A
Inisiasi Kemenhut (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Cagar Alam Laut)
32 4,69
B
Inisiasi KKP dan Pemda(Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Kawasan KonservasiPerairan Daerah)
76 11,09
Jumlah Total 108 15,78
• Komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD) tahun 2006 luas kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020
• Tahun 2015-2019: peningkatan luas kawasan konservasi laut sebesar 4,2 juta ha
BIODIVERSITY LAUT dan PEMANFAATAN EKONOMI
47
Luasan terumbu Karang Indonesia : 85.000 km2
LokasiJumlah
TitikSangat
Baik (%)Baik (%)
Cukup(%)
Kurang(%)
Barat 439 5,47 27,56 33,94 33,03Tengah 274 5,11 30,29 44,89 19,71Timur 272 5,88 17,28 34,19 42,65Indonesia 985 5,48 25,48 37,06 31,98
Sumber: Kemenparekraf (2009)
POTENSI WISATA BAHARI
Belum dikembangkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat sekitar dan pendapatan daerah. Perlu ditargetkan lokus andalan didukung sektor lain secara komprehensif.
RUTE ANGKUTAN LAUT PT. PELNI DAN PERINTIS
Masih kurang memadainya pengembangan sarana dan prasarana transportasi dari dan ke pulau-pulau kecil – KONEKTIVITAS Tahun 2015-2019 : Percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi dari/ke pulau-pulau kecil – RENCANA PENGEMBANGAN DAN ARMADA (industri maritim/perkapalan)
PETA KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR
Keterangan : Sumber : BPS, KKP 2010
KONDISI SAAT INI (2)
2. TATA KELOLA - EKSISTENSI:
a. Penyelesaian batas wilayah laut dengan 9 negara tetangga
b. Dari 17.504 pulau di Indonesia, baru terdaftar ke PBB sebanyak 13.466 pulau di tahun 2012. Dan sisanya harus selesai tahun 2017.
0
5
10
15
20
25
Australia Filipina India Malaysia Palau Papua Nugini Singapura Timor Leste Vietnam
Pulau-Pulau Kecil Terluar yg berbatasan dengan negara tetangga
PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT)
52
No Provinsi
Jumlah
Pulau kecil terluar
Jumlah
Pulau kecil terluar berpenghuni
1Nanggroe Aceh Darussalam
6
2 Sumatera Utara 3 1
3 Kepulauan Riau 20 3
4 Sumatera Barat 2
5 Bengkulu 2 1
6 Lampung 1
7 Banten 1
8 Jawa Barat 1
9 Jawa Tengah 1 1
10 Jawa Timur 3
11 Nusa Tenggara Barat 1
12 Nusa Tenggara Timur 6 1
13 Kalimantan Timur 4 2
14 Sulawesi Utara 11 7
15 Sulawesi Tengah 3 1
16 Maluku Utara 1
17 Maluku 17 9
18 Papua 9 5
Total 92 31
Eksistensi RI di 92 pulau terluar (31 berpenduduk):a. Pengelolaan PPKT
Perpres No.78/2005 –pengelolaan pulau berpenghuni dan tidak berpenghuni
b. Perlu strategi yang jelas untuk mempertahankan eksistensi, pertahanan dan keamanan, serta isu kesejahteraan masyarakat.
KONDISI SAAT INI (3)
3. PEMANFAATAN GEO-EKONOMI DAN GEO-POLITIK – 3 jalur ALKI dan pemanfaatannya
Pemanfaatan ALKI untuk perekonomian nasional maupun regional belum banyak dilakukan
PERMASALAHAN
ISU PERMASALAHAN
Ekonomi kelautan • Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan secara optimal
• Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk wisata bahari belum jelas
• Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut
• Pengaturan kabel dan pipa dasar laut• Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity,
wisata bahari, dll
Tata kelola laut • Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No 27/2007) belum selesai disusun
Batas laut dengan negara tetangga dan keamanan laut
• Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai dengan 9 negara tetangga
• Masih maraknya praktek Illegal fishing
PERMASALAHANISU PERMASALAHAN
Konektivitas antar pulau
• Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama di wilayah timur
• Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas
Bencana dan pencemaran laut dan pesisir
• Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional
• Kelembagaan dan mekanisme penanganan –penegakan hukumnya
SDM dan Iptek Kelautan
• Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar
• Kelembagaan pendidikan dan pelatihan • Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan
yang tepat guna.• Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan
Indonesia sebagai negara kepulauan.
III. RPJMN 2015-2019
56
DASAR-DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
• Membangun tanpa meningkatkan ketimpangan antarwilayah
• Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat
• Membangun dari pinggir dan dari desa
• Ekonomi harus berorientasi dan berbasiskan pada sektor danjenis usaha yang memasukkan nilai tambah sebesar-besarnya dengan SDM berkualitas, inovasi, kreatifitas danpenerapan teknologi yang tepat
• Pembangunan nasional sebagian besar adalah hasil agregasidari pembangunan daerah yang berkualitas
Slide - 57
MENUJU INDONESIA YANG JAUH LEBIH BAIK
• Mengejar peningkatan daya saing
• Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melaluipembangunan mental
• Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang disektor maritim dan kelautan
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan basis yang kuat dan berkualitas
• Mengurangi ketimpangan antarwilayah
• Memulihkan kerusakan lingkungan
• Memajukan kehidupan bermasyarakat
Slide - 58
B. VISI & MISI PEMBANGUNAN 2015-2019 (NAWA CITA)
VISI : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
MISI:
M1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
M2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskanNegara Hukum.
M3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagainegara maritim
M4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera
M5. Mewujudkan Indonesia yang berdaya saing
M6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, danberbasiskan kepentingan nasional
M7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaanSlide - 59
9 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA)
C1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikanrasa aman pada seluruh warga negara
C2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya
C3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desadalam kerangka negara kesatuan
C4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
C5. Meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia
C6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
C7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategisekonomi domestik
C8. Melakukan revolusi karakter bangsa
C9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial indonesia
Slide - 60
VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
7 MISI
1. MENGHADIRKAN
NEGARA UTK MELINDUNGI BANGSA DAN
MEMBERI RASA AMAN KPD
SELURUH WN
2. MEMBUAT PEM SELALU
HADIR DG MEBANGUN
TATAKELOLA PEM BERSIH, EFEKTIF,
DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA
9 PRIORITAS (NAWACITA)
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI
PINGGIR DG MEMPERKUAT DAERAH DAN
DESA DLM KERANGKA
NEGARA KESATUAN
4. MEMPERKUAT KEHADIRAN
NEGARA DLM MELAKUKAN REFORMASI SISTEM DAN PENEGAKAN
HUKUM YG BEBAS KORUPSI,
BERMARTABAT, DAN TERPERCAYA
5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP
MANUSIA INDDONESIA
6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
RAKYAT DAN DAYA SAING DI
PASAR INTERNASIONAL
SHG BANGSA INDONESIA MAJU,
BANGKIT BERSAMA
BANGSA ASIA LAIN
7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DG
MENGGERAKKAN SEKTOR2
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA
9. MEMPERTEGUH KEBHINEKAAN
DAN MEMPERKUAT
RESTORASI SOSIAL
INDONESIA
INDIKATOR 2014
(baseline)2019
Kementerian Terkait
Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan
- Padi (Juta Ton) 70,6 82,0 Kementan
- Jagung (Juta Ton) 19,1 24,1 Kementan
- Kedelai (Juta Ton) 0,92 1,92 Kementan
- Gula (Juta Ton) 2,6 3,8 Kementan
- Daging Sapi (Ribu Ton) 452,7 755,1 Kementan
- Produksi perikanan (juta ton) 24,9 40-50 KKP
Pembanguan, Peningkatan dan
Rehabilitasi Irigasi:
- Pembangunan dan Peningkatan
Jaringan irigasi air permukaan ,
air tanah dan rawa (juta ha)
8,9 9,89Kemen PU dan
Pera
- Rehabililtasi jariangan irigasi
permukaan, air tanah dan rawa
(juta ha)
2,71 3,01Kemen PU dan
Pera
- Pembangunan dan Peningkatan
irigasi tambak (ribu ha)189,75 304,75
Kemen PU dan Pera
- Pembangunan waduk 21 49Kemen PU dan
Pera
Slide - 62
Kedaulatan PanganARAH KEBIJAKAN:1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui
penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan-1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik; (iv) bank untuk pertanian-UKM-Koperasi; Produk perikanan: 40 juta ton (ikan dll)**
2. Peningkatan aksesibilitas masyarakatterhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan.
3. Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsipangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras .
4. Mitigasi gangguan terhadap kedaulatanpangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah iklim dan asuransi pertanian.
CACATAN:Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga.
KEDAULATAN PANGAN
PETANI - KESEJAHTERAANPRODUKSI – KEMANDIRIAN/SWASEMBADA
IMPOR - PENURUNAN
LAHAN
• Pengurangan laju konversi• Pemanfaatan lahan ex
pertambangan• Distribusi 9 juta ha lahan ke
petani• Pemulihan kualitas kesuburan
lahan yang airnya tercemar• Perluasan (di luar Jawa-Bali): Sawah baru 1 juta ha Lahan pertanian kering 1
juta ha
SISTEM PERBENIHAN DAN PUPUK
• 1.000 Desa Mandiri Benih• Sekolah Lapang Kedaulatan
Pangan• Perbaikan Sistem penyaluran
benih dan pupuk bersubsidi tepat waktu
Techno park dan science park
Bank Khusus Pertanian, UMKM, Koperasi
Sistem Inovasi Nasional
1.000 Desa Pertanian Organik
Penciptaan daya tarik pertanian bagi tenaga kerja muda
• Peningkatan kemampuan petani, organisasi petani, dan pola hubungan pemerintah
• Pelibatan aktif perempuan petani
KAPASITAS SDM DAN PENYULUHAN
2 Unit Kapal Pengangkut Ternak
Rehabilitasi 3 juta ha jaringanirigasi rusak dan 25 bendungan
Pemberantasan Mafia Impor
Pemantapan sistem pasca panen
Pembentukan Badan Otorita Pangan
UPAYA-UPAYA STRATEGIS MENUJU KEDAULATAN PANGAN (DARI : NAWA CITA)
Keterangan:• Produsen padi utama di kawasan
Jawa terutama ditargetkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.
• Jagung ditargetkan di Jatim, Jateng dan Jabar.
• Kedelai terutama di Jatim dan disusul oleh Jateng dan Jabar.
• Daging sapi dan kerbau ditargetkan di Jatim, Jabar dan Jateng.
• Dan gula ditargetkan terutama di Jatim dan Jateng.
Komoditi Target 2019
Padi 41.891.800
Jagung 11.938.815
Kedelai 1.288.455
Daging 439.060
Gula 2.089.547
Padi Jagung KedelaiDaging
Sapi danKerbau
Gula
Banten 2,394,019 23,685 28,293 55,860 -
Jawa Timur 13,654,262 6,767,324 801,893 157,101 1,370,252
DI Yogyakarta 1,011,825 368,587 75,396 12,610 51,624
Jawa Tengah 11,517,149 3,479,882 267,242 87,833 456,143
Jawa Barat 13,303,278 1,299,336 115,632 108,317 211,527
DKI Jakarta 11,268 - - 17,339 -
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
Ton
Target Produksi Komoditi Utama 2019Jawa
Keterangan:• Di kawasan Bali-Nusa
Tenggara, padi terutama ditargetkan di NTB.
• Untuk jagung ditargetkan di NTB dan NTT.
• Kedelai terutama di NTB.• Daging sapi dan kerbau
terutama di NTB, dan• Gula tidak diproduksi di
kawasan ini.
Komoditi Target 2019
Padi 4.266.407
Jagung 1.962.142
Kedelai 252.165
Daging 51.603
Gula -
Padi Jagung KedelaiDaging
Sapi danKerbau
Gula
Nusa Tenggara Timur 867,927 996,407 4,404 20,660 -
Nusa Tenggara Barat 2,421,525 899,856 230,961 18,515 -
Bali 976,955 65,878 16,800 12,428 -
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
Ton
Target Produksi Komoditi Utama 2019Bali - Nusa Tenggara
KEMARITIMAN
66
INDIKATOR 2014
(baseline)2019
Kementerian Terkait
1. Memperkuat Jatidiri sbg negara Maritim
Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil
ke PBB 13.466 17.504
KKP, Kemendagri,
Kemlu
Penyelesaian batas maritim antar negara 1 negara 9 negara KKP dan Kemlu
2. Pemberantasan Perikanan Liar
• Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan 52% 87% KKP, Kemenhan
3. Membangun Konektivitas Nasional:
• Membangun/mengembangkan pelabuhan - 24 Kemenhub
• Pengembangan pelabuhan penyeberangan 210 270 Kemenhub
• Peningkatan SDM transportasi - 1 juta orang Kemenhub
Peningkatan dan pengembangan kapal perintis 15 unit 76 unit Kemenhub
4. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan
Produksi hasil perikanan (juta ton ) 22,4 40-50 KKP
Pengembangan pelabuhan perikanan 21 unit 23 unit KKP
Peningkatan luas kawasan konservasi laut (%)15,7 juta
ha 20 juta ha KKP
Slide - 67
MARITIM DAN KELAUTAN (1)
Slide - 68
ARAH KEBIJAKAN
1. Memperkuat Jatidiri sbg negara Maritim dengan Menegakkan kedaulatan dan yurisdiksi nasional melalui:
(a) Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau2 dan pendaftarannya; Pengaturan dan pengendalian ALKI;
(b) Pengembangan dan penerapan tata kelola laut: penyusunan tata ruang laut nasional; Penyusunan rencana aksi dan roadmap Poros Maritim;
(c) Peningkatan keamanan laut dan pengawasan SDA kelautan.
2. Pemberantasan Perikanan Liar: (a) Penguatan lembaga pengawasan laut; (b) Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; (c) Penguatan sarana sistem pengawasan perikanan, termasuk pelaksanaan
MCS secara intensif; Mewajibkan pemasangan transmitter VMS bagi kapal berukuran 30 GT, melengkapi sarana dan prasarana pengawasan serta Penataan sistem perijinan usaha perikanan tangkap;
(d) Peningkatan Penertiban Ketaatan Kapal di Pelabuhan, termasuk pelaporan hasil tangkapan dan wilayah tangkap.
Slide - 69
ARAH KEBIJAKAN (2)
ARAH KEBIJAKAN (lanjutan):3. Membangun Konektivitas Nasional – KONEKSTIVITAS/TOL LAUT
1. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda: Membangun dan mengembangkan 24 pelabuhan.
2. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengantransportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan melalui: (a) Pembangunan prasarana dansarana transportasi (pelabuhan laut dan penyeberangan, kapal perintis) di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar; (b) Optimalisasi dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutanperintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi armada perintis, angkutan laut, penyeberangan.
4. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan1. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan:
(a) Inventarisasi dan evaluasi Potensi Sumberdaya Kelautan: pendataan potensi sumberdaya kelautan (perikanan, keanekaragaman hayati, migas dan mineral) dan kualitas lingkungan laut
(b) Pengembangan industri kelautan berkelanjutan: pelabuhan perikanan, pengelolaan WPP2. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan
laut3. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan:
Pengembangan 20 Technopark. 4. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir: (i) peningkatan
produktivitas nelayan kecil; (ii) Pengembangan sentra produksi perikanan; (iii) penyediaan infrastrukltur dasar utk masyarakat di pulau-pulau Kecil. Fokus pada: 100 sentra perikanan.
Sumber: http://www.pipp.djpt.kkp.go.id/index.php/profil_pelabuhan, 2014
PENINGKATAN PELABUHAN PERIKANAN
No WILAYAH PPS PPN
2. Jawa 2 PP. Cilacap; PP. Nizam Zachman Jakarta
6 PP. Pekalongan; PP. Palabuhan Ratu; PP. Kejawanan; PP. Karangantu
PP. Brondong; PP. Prigi
3. Bali-Nusa Tenggara
- 1 PP. Pengambengan
10
7
2
8
63
1
4
59
No Lokasi KKPN Luasan (Ha)
1 Laut Sawu, NTT 3.521.130
2 Gili Matra, NTB 2.954
3 Laut Banda, Maluku 2.500
4 Pulau Pieh, Sumbar 39.900
5 Padaido, Papua 183.000
6 Kapoposang, Sulsel 50.000
7 Aru Tenggara, Maluku 114.000
8 Raja Ampat, Papua Barat
60.000
9 Waigeo, Papua Barat 271.630
10 Anambas, Kepri 1.262.686,2
2. MENINGKATKAN KUALITAS, DAYA DUKUNG DAN KELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN LAUT
KAWASAN LUAS (ribu ha)
KKPN (KKP) 5.507,8
KKLD/KKPD 5.581,4
K.Kons.(Kemenhut) 4.694,9
TOTAL 15.784,1
Sabuk pantai : Kendal, semarang, serang, tuban, indramayu, karawang Mangrove : Pekalongan, Kendal, ProbolinggoRekayasa Hybrid : Demak, Pati, Brebes, Tegal, Cirebon, Indramayu, Subang
Lokus Kegiatan
Banten Penanaman bakau 980 ribu batang
Pembangunan sabuk pantai 1,275 km
DKI Jakarta Penanaman bakau 180 ribu batang
Jawa Barat Penanaman bakau 3.205 ribu batang
Pembangunan sabuk pantai 2,475 km
Pembangunan Hybrid Engineering 13,275 km
Jawa Tengah Penanaman bakau 5.655 ribu batang
Pembangunan sabuk pantai 2,475 km
Pembangunan Hybrid Engineering 15,625 km
Jawa Timur Penanaman bakau 1.980 ribu batang
Pembangunan sabuk pantai 1.275 km
JAWA-BALI
Quick Wins Gerakan cinta laut dan Rehabilitasi
kawasan pesisir di PANTURA Jawa
SCIENCE DAN TECHNOPARK BERBASIS PERIKANAN DAN KELAUTAN
73
Lokus (Provinsi) Kegiatan
DKI JAKARTATechnopark berbasis teknologi kelautan dan perikanan (Jakarta Utara-Muara Kamal, kelautan dan perikanan)Technopark berbasis pengolahan produk KP (Slipi-Jakarta Pusat)
JAWA BARATTechnopark berbasis perikanan budidaya (Depok Ikan Hias danSubang-Sukamandi Budidaya Air Tawar)
JAWA TENGAH Technopark berbasis perikanan (Kebumen, perikanan tangkap)
JAWA TIMUR
Technopark berbasis perikanan (Banyuwangi, perikanan tangkap, budidaya sidat, dan pengolahan)Technopark berbasis sumberdaya laut dan pesisir (Pamekasan, garam)
Technopark berbasis pengolahan produk KP (Pacitan, perikanan)
DI YOGYAKARTA
Technopark berbasis perikanan budidaya (Sleman, budidayatawar)Technopark berbasis teknologi kelautan dan perikanan (Bantul, pengolahan)
BALITechnopark berbasis perikanan budidaya (Buleleng-Gondol, budidaya laut)
NUSA TENGGARA
BARAT
Technopark berbasis sumberdaya laut dan pesisir (Lombok, budidaya laut)
PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI BERBASIS SDA
74
Arah kebijakan Langkah strategisDukungan Sektor
Lain
1. Peningkatan produksi minyak sawit, karet dan kakao
-Perluasan areal kebun terutama di lahanterdegradasi- peningkatan produktivitas melaluipengembangan dan penyediaan bibit unggul, perbaikan budidaya perkebunan.
Kemenhut, BPN, Pemda
2. Peningkatan kualitas produk
- Penerapan ISPO dan pengelolaan kebun lestari untuk karet dan kakao- Pengembangan kriteria dan standar produk lestari- Perbaikan pasca panen dan peningkatan mutuproduk
KLH, BSN, Kemenperin danKemendag, Pemda
3. Keterkaitan hulu-hilir -Penyusunan rencana hilirisasi-Integrasi industri pengolahan dan kemampuanpenyediaan bahan baku-Mendorong investasi di sektor hilir yang menghasilkan nilai tambah di sektor primer
Kemenperin, Kemendag, Pemda,Asosiasi
4. Pembinaan produsen kecil (smallholders)
-Peningkatan akses pembiayaan.-Pembinaan mutu produk-Perlindungan usaha
KemenkopUKM,Pemda
75
PERTANIAN
PERIKANAN (1)
76
Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain
Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produksi
Pengelolaan Produksi per WPP
Pemda
Penguatan dan Pengawasan Illegal Fishing di daerah KTI
Bakorkamla dan Pemda
Revitalisasi Tambak Produktif di Jawa
PU, Pemda
Peningkatan produksi benih unggul komoditas andalan seperti Udang di Jawa, ikan Patin di Sumatera
Pemda
Perbaikan Sistem Penanganan Produksi Sesuai Standar Baku, dari Hulu sampai Hilir untuk Peningkatan Kualitas Produk
Kemenperin, BSN
PERIKANAN (2)
77
Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain
Peningkatan Daya Saing Komoditas
Peningkatan kualitas/standarikan
BSN, Kemeperin
Fasilitasi kerjasama UPI dengan Industri
Kemenperind, Kemendag
Pengaturan impor komoditas yg diproduksi nelayan (ikan selar, kembung, salem) yang biasa diolah sebagai pindang
Kemendag
Pengembangan ekspor ke potensial pasar di negara baru, Timur Tengah
Kemendag
PERIKANAN (3)
78
Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Peningkatan kualitas manajemen pelabuhan perikanan
KKP-Pemda
Pengembangan jalan produksi di tambak dan balai benih/hatchery
PU dan Pemda
Revitalisasi sarana perikanan (Armada Kapal dan Sarana Penyimpanan)
KKP, Pemda dan PU
Pengembangan data Sislog Ikan dan Perbaikan Sistem Distribusi
Kemendag, Perhubungan
Dorongan pengembangan pabrik pakan lokal
Pemda
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS (4)
79
Arah kebijakan Langkah strategis Dukungan sektor lain
Peningkatan Inovasi dan SDM Iptek
Pengembangan kualitas dan kompetensi SDM Perikanan setempat
Kemenaker, Kemendiknas
Penguatan Kolaborasi Riset dan Inovasi Iptek utk Komoditas Unggulan, misal Nila, Kerapu
Kemenperin,Kemenristek, Perguruan Tinggi
HASIL HUTAN
80
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
ArahKebijakan
Langkah Strategis DukunganSektor Lain
PembinaanKawasanHutan
Pembentukan dan pembangunan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan/Forest Management Unit)
Penyelesaiantata batasdengan:• Pemda• BPN
Mendorong KPH sebagai profit center dengantetap mempertahankan fungsi konservasi danmelindungi kawasan bawahnya (produk kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan)
Pemda
Penegakan ketentuan pengelolaan hutanlindung oleh Pemda (PP nomor 38 tahun2007)
Pemda
81
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
ArahKebijakan
Langkah Strategis DukunganSektor Lain
Peningkatandaya saingkomoditas hasilhutan
Peningkatan kemudahan kepada KPH danmitra kerjanya dalam bidang management, akses kepada teknologi, akses kepada kapital, dan akses kepada pasar
Kemendagri
Pengembangan Forest Based Cluster Industrysebagai upaya meningkatkan efisiensi danefektivitas industri turunan berbasis kayu, bukan kayu, dan jasa lingkungan
KementerianPerindustrianKementerianPerdagangan
82
PENGEMBANGAN KOMODITAS RAMAH LINGKUNGAN (SUSTAINABLE COMMODITY)
SEKTOR Langkah Strategis
Kehutanan • Pengelolaan hutan lestari –pengembangan KPH
• Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
Kemenhut dan Pemda
Pertanian • ISPO (dikembangkan untuk karet dan kakao)
• Pembinaan dan pengawasan kebun• Standar dan sertifikasi komoditas lestari
Kementan, BSN dan Kemendag
Perikanan • Pengelolaan WPP lestari• Standar dan sertifikasi produksi/produk
KKP, BSN, Kemendag
Industri Pengembangan kriteria green business/industri
KADIN-KLH-Bappenas-Kemenperind
Pendukung •Pengembangan kriteria green procurement•Pengembangan green credit
LKPP, Kemenkeu, BI
83
Arah kebijakan dan langkah Strategis
Arah Kebijakan Langkah StrategisDukungan Sektor
terkait
Revitalisasi danperkuatan kebijakandan peraturan
1 Penataan danPenggunaan Ruang
2. Tenurial3. Pengelolaan hutan dan
lahan gambut4. Pemantauan hutan dan
penegakan hukum5. Moratorium
KemenPUBPNKLHAparat penegak hukum
Reorientasi danperkuatan pengelolaanhutan dan lanskapsecara terintegrasi
1. Pengelolaan lanskapsecara berkelanjutan
2. Pemanfaatan ekonomisumber daya alam secaraberkelanjutan
3. Konservasi danrehabilitasi
KemendagriPemda
84
Arah kebijakan dan langkah Strategis
Arah Kebijakan Langkah StrategisDukungan Sektor
terkait
Konservasi sumberdaya air secaraberkelanjutan
1. Perlindungan sumber air dalam kawasan hutan
2. Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) secara berkelanjutan
3. Perkuatan kelembagaandan sumber data daninformasi konservasitanah dan air
KemenPUPemdaKementan
85
Arah Kebijakan Langkah Strategis DukunganSektor Lain
Pengendaliankebakaran hutan
Pembentukan unit khusus penanganankebakaran hutan di Kementerian Kehutanan
BNPBPemda
Pencegahan kebakaran hutan denganpemanfaatan teknologi hutan buatan
BPPTBNPB
Keterpaduan penanggulangan bencanakebakaran hutan dan lahan
BNPB
Arah kebijakan dan langkah Strategis
No Kawasan KonservasiJumlah
KawasanLuas
(juta Ha)
A
Inisiasi Kemenhut (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Cagar Alam Laut)
32 4,69
B
Inisiasi KKP dan Pemda(Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Kawasan KonservasiPerairan Daerah)
76 11,09
Jumlah Total 108 15,78
• Target luasan kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020 sesuai komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD) tahun 2006.
• Mendorong pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan daerah melalui koorinasi dengan pemda
• Harmonisasi pengaturan/pengelolaan kawasan konservasi perairan antar kementerian (Kemenhut dan KKP)
• Penyelesaian rencana zonasi setiap kawasan konservasi perairan
KONSERVASI LAUT DAN PESISIR
Pengelolaan Kawasan Konservasi prioritas kawasan konservasi yang dikelola secara nasional, antara lain : Gili Matra, Laut Banda, Pulau Pieh, Padaido, Kapoposang, Aru Tenggara, Raja Ampat, Waigeo, Anambas, dan Laut Sawu
87
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
Arah Kebijakan Langkah Startegis Dukungan Sektor lain
Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut/Pesisir
Penambahan luasan kawasankonservasi seluas 5 juta Ha
KKP, Pemda
• Penyusunan Peraturan Pemerintah turunan dari UU No.27/2007 dan UU No. 41/1999
• Penerapan zonasi di pesisirdan pulau-pulau kecilturunan UU 27/2007
KKP, Kemenhut, Pemda
Pengembangan Kawasan Konservasi Sebagai Wisata Bahari di 10 Kawasan Konservasi Perairan Nasional.
Peningkatan sarana dan prasarana di kawasan wisata bahari, meliputi: pondok informasi, dermaga sandar, akses jalan, sanitasi, dan jaringan air bersih.
KKP, Kemen PU, Pemda
Promosi dan kemudahan akses (moda transportasi dan trayek wisata) ke kawasan konservasi
KKP, Kemenparekraf, Kemenhub
88
PENGENDALIAN KUALITAS LH DAN JASA LINGKUNGAN
89
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
Arah Kebijakan
Langkah Startegis Dukungan Sektor lain
Penerapan IKLH
• Penambahan komponen/kriteria dalam penghitungan IKLH;
• Standarisasi kondisi wilayah dan demografi; • Penghitungan IKLH komposit (nasional dan
daerah)
KLH, BPS, Bappenas
Pengendalian Kualitas LH
• Rehabilitasi ekosistem yang terdegradasi (lahan, tata air, pesisir, areal pertambangan);
• Pengelolaan limbah (sampah dan cair) domestik dan industri, termasuk infrastrukturnya;
• Pengawasan dan pemantauan kegiatan industri;
• Peningkatan kesadaran: pola hidup bersih dan sehat;
• Penyelesaian peraturan operasional turunan UU No.32/2009
Kemenhut,Kementan, KKP, Kemen PU, Kemenperin, Kemenpera, Kemenkes, KLH, Pemda + dunia usaha
90
PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
Integrasi strategi mitigasi dan adaptasi Kebijakan Lintas Bidang Perubahan Iklim
Arah Kebijakan Capaian
Mitigasi a. Pelaksanaan RAN dan RAD• Telah terbit Perpres 61/2011 tentang RAN-GRK dan Perpres
71/2011 te Mitigasi Mitigasi ntang Inventarisasi GRK• Diterbitkannya Pergub RAD-GRK untuk 33 provinsi.
b. Pemantauan Penurunan Emisi GRK• Penyusunan Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
RAN/RAD-GRKc. REDD+
• Perpres 10/2011 diperpanjang dengan Inpres 6/2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
• Keppres 62/2013 tentang Badan REDD+
Adaptasi Peningkatan ketahanan (adaptif) ekonomi, sistem kehidupan, ekosistem, wilayah khusus.
a. Sosialisasi RAN-API penyusunan strategi adaptasi daerahb. Penerapan di daerah rentan (pilot project) kolaborasi K/L
teknis dan Pemdac. Pembangunan kapasitas adaptasi masyarakat
91
SKENARIO PENURUNAN EMISI 26% (2010-2020)(dalam juta ton CO2)
Bidang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020Kehutanan dan Lahan Gambut
192,5 233,5 276,5 320,9 366,7 411,8 462,5 512,4 563,7 616,2 672,0
Pertanian 2,3 2,8 3,3 3,8 4,4 4,9 5,5 6,1 6,7 7,4 8,0
Energi dan Transportasi 6,0 7,8 9,8 12,0 14,6 17,6 20,7 24,4 28,5 33,0 38,0
Industri 0,3 0,3 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,9 1,0
Limbah 12,4 15,4 18,4 21,6 25,0 28,5 32,1 35,9 39,8 43,8 48,0
Total 213,5 259,8 308,4 358,9 411,2 463,5 521,5 579,5 639,5 701,3 767,0
BAU
Jumlah emisi dengan skenario penurunan emisi 26%
Jumlah emisi yang harus diturunkan
Bidang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020Kehutanan dan Lahan Gambut
1.729,9 1.715,9 1.704,0 1.690,4 1.675,4 1.652,7 1.642,2 1.624,7 1.606,9 1.589,2 1.575,5
Pertanian 51,5 52,3 53,0 53,7 54,5 55,5 56,3 57,2 58,1 59,0 59,8 Energi dan Transportasi 477,0 514,0 551,9 593,9 640,0 695,0 744,5 803,0 865,7 932,6 1.001,1 Industri 52,9 53,7 54,6 55,5 56,4 57,3 58,2 59,2 60,1 61,1 62,1 Limbah 194,4 200,2 205,7 211,3 216,9 222,8 228,1 233,7 239,3 244,8 250,2
Total 2.505,6 2.536,0 2.569,3 2.604,9 2.643,2 2.683,3 2.729,3 2.777,7 2.830,0 2.886,7 2.948,8
Bidang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020Kehutanan dan Lahan Gambut
1.537,4 1.482,4 1.427,5 1.369,5 1.308,7 1.240,9 1.179,7 1.112,3 1.043,2 973,0 903,5
Pertanian 49,2 49,5 49,7 49,9 50,2 50,5 50,7 51,0 51,3 51,6 51,8 Energi dan Transportasi 471,0 506,2 542,2 581,9 625,4 677,4 723,8 778,6 837,2 899,5 963,1 Industri 52,6 53,4 54,2 55,0 55,8 56,7 57,5 58,4 59,3 60,2 61,1 Limbah 181,9 184,8 187,3 189,7 191,9 194,3 196,0 197,8 199,5 201,0 202,2
Total 2.292,1 2.276,2 2.260,8 2.246,0 2.232,1 2.219,8 2.207,8 2.198,1 2.190,5 2.185,4 2.181,8
92
ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS
Arah Kebijakan
Langkah Stategis Dukungan Sektor Lain
Mitigasi PI • Standarisasi kegiatan penurunan emisi (RAN/RAD-GRK)
• Review baseline dan proyeksi penurunan emisi, serta penyempurnaan metodelogi penghitungannya
• Meningkatkan kontribusi swasta dalam penurunan emisi
• Pengembangan dan penerapan insentif fiskal
• Penguatan sistem informasi iklim dan cuaca
• Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan RAN/RAD-GRK
KLH, Bappenas, Kemenhut, Kementan, Kem.Hub, Kem.Industri, Kem.ESDM, Kem.PU, Pemda, Kadin,Kemenkeu, BMKG, Pemda
93
...LanjutanArah
KebijakanLangkah Stategis Dukungan Sektor Lain
REDD+ • Menurunkan laju deforestasi dan kerusakan hutan
• Meningkatkan jumlah tegakan pohon
Kemenhut, Bappenas, Badan Pengelola REDD+, Kemenkeu, Pemda
Adaptasi PI • Kajian Kerentananan, terutama untuk daerah yang rentan (pesisir, pulau-pulau kecil, perkotaan) dan daerah rawan bencana
• Meningkatkan ketahanan (resilience) untuk sektor-sektor yang sensitif (pertanian, kelautan dan perikanan, kesehatan, infrastruktur, Kehati)
• Pengembangan strategi adaptasi daerah
• Pengembangan indikator kerentanan untuk monev
Kementan, KKP, BNPB, KLH, Kemen PU, Kemenkes, Kemenhut,BMKG, Bappenas, Pemda
94
III. APA IMPLIKASI BAGI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN
PERDESAAN1. PANGANa. Beras dipelihara kapasitas: rumah tangga +
BUMN petani,lahan/irigasi dan layananpertanian
b. Usaha pangan lain-tersedia beragam danmenarik
c. Daging sapi lokal masih terbuka2. PRODUK PREMIUM,UNIK DAN RAMAH
LINGKUNGAN
95
2. EKONOMI JASALINGKUNGAN DAN KEHATI
1. EKONOMI JASA LINGKUNGAN
a. Eko-wisata: hutan, bahari, flora-fauna endemis
b. Jasa karbon, jasa air dsb.
2. EKONOMI KEHATI
a. Pengembangan dan standardisasi jamu
b. Industri suplemen herbal
c. Industri bahan2 penyegar/SPA, salon
d. Produk simbol lokal – industri kreatif utk wisata
3. EKONOMI KREATIF BERBASIS KEHATI-BUDAYA-KREATIVITAS SOCIAL ENTREPRENEURSHIP
96
3. PERDESAAN
1. STANDAR KEHIDUPAN DI DESA SAMA DENGAN KOTA:
a. Rasio elektrifikasi 97-100% desa dan RumahTangga/individu
b. Layanan air bersih dan sanitasi 100%
c. Pembangunan desa: dana desa
d. Layanan lainnya: kesehatan, pendidikan dsb.
2. Bisnis perdesaan:
a. Paket produk/kehati lokal, ramah lingkungan danlocal wisdom.
b. Social entrepenuership97
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Slide - 98
top related