perilaku makan faal
Post on 14-Dec-2014
174 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makan
Makan adalah perilaku yang menjadi interes hampir setiap orang. Hampir
semua orang melakukannya, dan sebagian orang mendapat rasa senang
ketika melakukannya. Akan tetapi, bagi banyak orang, makan menjadi
sumber masalah pribadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan
(Pinel, 2009).
Makan yaitu memasukkan sesuatu kedalam mulut lalu mengunyah dan
menelannya (www.artikata.com).
Makanan sehat adalah dengan meramu berbagai jenis makanan yang
seimbang, sehingga terpenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi tubuh dan
mampu dirasakan secara fisik dan mental (Prasetyono, 2009).
Menurut Hulme, “makanan sehat” adalah makanan dalam arti yang
sesungguhnya dan mampu menikmati makanan tersebut. Makanan yang
sehat harus terdiri dari makanan utama dan makanan penunjang. Makanan
sehat tersebut juga dikenal dengan istilah 4 dan 5 sempurna, tetapi
kepopulerannya sudah mulai memudar karena berbagai alasan. Makan
dengan lauk pauk tahu, tempe, sepotong daging, dan serta mangkuk sayur
masih belum cukup memenuhi kebutuhan gizi. Bila dilihat, menu makan
tersebut sudah dianggap memenuhi kebutuhan kalori dan protein, tetapi
apakah di dalamnya sudah tercakup nutrisi lain yang diperluhkan tubuh.
Perilaku makan adalah suatu tingkah laku obsevable, yang dapat
dilihat dan diamati, yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan
makannya. Menurut Levi dkk (dalam Witari,1997) aspek-aspek perilaku
makan adalah sebagai berikut :
a) Keteraturan makan, seperti memperlihatkan waktu makan (pagi, siang,
dan malam)
1
b) Kebiasaan makan. Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dari
beberapa hal, diantaranya dari cara makan, tempat makan dan beberapa
aktivitas yang dilakukan ketika makan. Dilihat dari cara makan seperti
duduk, berdiri atau sambil berbaring ketika makan.
c) Alasan makan. Makan dilakukan karena menurut kebutuhan fisiologis
(rasa lapar), kebutuhan psikologis (mood, perasaan, suasana hati), dan
kebutuhan sosial (konformitas antara teman sebaya, gengsi).
d) Jenis makanan yang dimakan
e) Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan.
B. Pencernaan, Penyimpanan Energi, dan Penggunaan Energi
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu
makhluk hidup memproses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara
kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada
organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel, biasanya pada hewan.
Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam
kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-tingkat dalam
sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan
organisme lain. Proses ingesti biasanya melibatkan beberapa tipe manipulasi
mekanik.
Pencernaan dibagi menjadi lima proses terpisah:
1. Injesti: Menaruh makanan di mulut
2. Pencernaan mekanik: Mastikasi, penggunaan gigi untuk merobek dan
menghancurkan makanan, dan menyalurkan ke perut.
3. Pencernaan kimiawi: Penambahan kimiawi (asam, 'bile', enzim, dan air)
untuk memecah molekul kompleks menjati struktur sederhana
4. Penyerapan: Gerakan nutrisi dari sistem pencernaan ke sistem sirkulator
dan 'lymphatic capallaries' melalui osmosis, transport aktif, dan difusi
5. Penyingkiran: Penyingkiran material yang tidak dicerna dari 'tract'
pencernaan melalui defekasi.
2
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
berturut-turut dimulai dari
1. Rongga Mulut,
2. Esofagus
3. Lambung
4. Usus Halus
5. Usus Besar
6. Rektum
7. Anus.
Rongga Mulut
rongga-mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan. Pada Mulut terdapat :
a. Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil. Perhatikan gambar disamping.
b. Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap
rasa makanan.
3
c. Kelenjar Ludah
Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut
menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah.
Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase, zat
antibakteri, dll. Fungsi ludah adalah melumasi rongga mulut serta
mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang
disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan
agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan
makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus,
terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung
Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung
dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung
disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik
melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun
lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan
4
bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang
dihasilkan lambung adalah :
Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai
disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan
kolesistokinin pada usus halus
Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit
Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI).
Hanya dimiliki oleh bayi.
Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan
menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.
Fungsi HCI Lambung :
1. Merangsang keluamya sekretin
2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
3. Desinfektan
4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang
empdu mengeluarkan getahnya.
Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang
sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm),
jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi
5
pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan
oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke
usus halus.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin.
Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa
kimia yang dihasilkan ke usus halus
Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan
cairan empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari
lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton
menjadi asam amino.
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi
kadar normal
Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar
normal
PROSES PENCERNAAN MAKANAN
Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa.
Prosesnya sebagai berikut :
a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan
oleh bikarbonat dari pancreas.
6
b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan
zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase
pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase
menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian
diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton,
maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin
menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh peredaran darah.
d. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi)
oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak
(droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi
asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan
diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.
Usus Besar (Kolon)
usus-besar
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi
7
menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon
desenden. Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.
Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah
siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
Saluran Pencernaan Nama enzim dan fungsinya Mulut (Kelenjar Ludah /
Saliva)
1. Enzim Ptialin (Amilase) berfungsi Memecah pati menjadi Maltosa
Lambung (Kelenjar Lambung)
1. Enzim Renin berfungsi mengubah kaseinogen menjadi kasein
2. Enzim Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi proteosa, pepton dan
polipeptida
Pankreas (Saluran Pankreas)
1. Enzim Karbohidrase Pankreas berfungsi untuk mencerna amilum
menjadi maltosa atau disakarida lainnya.
2. Enzim Lipase Pankreas berfungsi mengubah emulsi lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
3. Enzim Tripsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi polipeptida
Usus (Kelenjar Usus)
1. Enzim Enterokinase (enzim khusus) berfungsi untuk mengubah
Tripsinogen menjadi Tripsin yang digunakan dalam saluran pangkreas
2. Enzim Maltase berfungsi untuk mengubah Maltosa menjadi Glukosa
8
3. Enzim Laktase berfungsi untuk mengubah Laktosa menjadi Glukosa dan
Galaktosa
4. Enzim Sukrase berfungsi untuk mengubah Sukrosa menjadi Glukosa dan
Fruktosa
5. Enzim Paptidase berfungsi untuk mengubah polipeptida menjadi asam
amino
6. Enzim Lipase berfungsi untuk mengubah Lemak menjadi asam lemak dan
Gliserol
Penyimpanan energi
Sebagai konsekuensi pencernaan, energi diberikan ke tubuh dalam tiga bentuk :
1. Lipid (lemak)
2. Asam amino (produk hasil penguraian protein)
3. Glukosa (zat gula sederhana yang merupakan produk /hasil penguraian
karbohidrat kompleks, yaitu zat tepung dan gula )
Tubuh mengunakan energi secara terus menerus, tetapi konsumsinya intermitten
(sebentar - bentar), dengan demikian tubuh harus menyimpan energi untuk
digunakan selama interval – interval di antara waktu – waktu makan. Energi
disimpan dlam tiga bentuk : lemak, glikogen dan protein. Jadi berat badan
manusia dewasa sebagian besar merupakan konsekuensi perubahan jumlah
penyimpanan lemak.
Penyimpanan energi utama adalah lemak bukan glikogen. Sebab, satu gram
lemak dapat menyimpan hampir dua kali lipat energi dalam satu gram glikogen
dan glikogen berbeda dengan lemak , menarik dan mengandung air dengan
kuantitas yang substansial. Konsekuensinya bila seluruh kalori lemak anda
tersimpan sebagai glikogen maka kemungkinan berat badan anda semakin besar.
Tiga fase metabolisme energi
metabolisme energi dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu
1. fase sefalik (cephalic) Fase sefalik mencangkup suatu periode singkat
mulai dari bekerjanya sensor pengelihatan dan sensor penciuman sampai
permulaan konsumsi dan penyerapan makanan.
9
2. fase absorptif (absorptive) fase absorptif mencangkup periode ketika
energi yang diserap dalam aliran darah mencukupi seluruh kebutuhan
energi tubuh
3. fase puasa (fasting) Fase puasa dimulai dari lengkapnya fase penyerapan
sampai persiapan untuk peristiwa makan berikutnya.
Pada dasarnya metabolisme energi dikendalikan oleh dua jenis
hormon pankreatik, yaitu insulin dan glukagon. Insulin dirilis oleh
pankreas selama fase sefalik dan absorptif. Insulin ini meningkatkan
penggunaan glukosa (gula sederhana) sebagai sumber energi tubuh dan
mengkonversi glukosa menjadi glikogen dan lemak. Glikogen dan lemak
adalah cadangan glukosa tubuh yang disimpan di berbagai tempat
penyimpanan di tubuh (otot, hati, lapisan bawah kulit).
Dengan adanya insulin, kadar glukosa dalam darah tetap meskipun
mendapatkan masukan glukosa dari makanan. Sementara itu glukagon
dirilis oleh pankreas pada saat tubuh memasuki fase puasa. Tugas
glukagon adalah mengkonversi glikogen menjadi glukosa dan mencegah
terjadinya penurunan glukosa darah secara drastis (hipoglikemia).
Pada fase puasa, kebanyakan sel tubuh tidak dapat menggunakan
glukosa sebagai sumber energi karena glukosa tidak dapat memasuki sel
tanpa insulin. Oleh karenanya kebanyakan sel tubuh menggunakan asam
lemak babas sebagai sumber energi. Glukosa dapat memasuki sel sistem
saraf pusat tanpa insulin dan karena itu sel-sel saraf pusat tetap dapat
memanfaatkan glukosa sampai suatu periode kelaparan (starvation)
dimulai saat sel-sel saraf memanfaatkan keton (produk lemak) sebagai
sumber energi.
C. Teori Rasa Lapar dan Makan
Teori Hipotesis Lipostatik
Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur
persentase lemak dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut
10
rendah, maka akan membuat hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa
lapar dan makan.
Teori Hipotesis Glukostatik
Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah.
Makanan yang kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya
glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam
darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk
memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam
lambung.
Kerja organ-organ pencernaan di dalam tubuh tidak berjalan dengan
sendirinya, tetapi ada suatu sistem yang mengkontrol sistem pencernaan
tersebut, yaitu sistem syaraf dan hormon, begitu pula dengan rasa lapar dan
haus.
Rasa lapar dikendalikan oleh sistem syaraf yang berpusat pada hipotalamus,
ada dua teori mengenai timbulnya rasa lapar, yaitu:
1) Teori glukostatik: rasa lapar disebabkan oleh menurunnya kadar glukosa
(kadar gula) dalam darah.
2) Teori lipostatik: rasa lapar disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak di
dalam sel-sel lemak.
Rasa haus akan muncul bila cairan dalam tubuh menjadi kental. Hal ini akan
menyebabkan osmoreseptor pada hipotalamus terangsang sehingga timbul
rasa ingin minum (haus).
Intensitas Produksi Kekuatan Sel (teori iskimetrik)
Teori isketrik menerangkan bahwa sinyal untuk kontrol jangka-pendek
pemasukan makanan bukanlah defisit atau surplus salah satu nutrien utama,
misal glukosa, tetapi berkaitan dengan besarnya produksi tenaga sel (ATP).
Perubahan ketersediaan salah satu atau semua nutrien untuk sel dapat
menyebabkan peningkatan atau penurunan kecepatan pertukaran ATP/ADP,
11
yang dapat ditransduksikan menjadi semacam kekuatan sinyal saraf atau
sinyal hematogen rendah (rasa lapar) atau yang tinggi (rasa kenyang).
Menurut perspektif insentif – positif, derajat rasa lapar yang anda rasakan
pada saat tertentu bergantung pada interaksi semua faktor yang mempengaruhi
nilai insentif positif makan. Hal ini termasuk : citra rasa makanan, jarak waktu
makan terakhir, jenis dan kuantitas makanan dll.
Berbeda dengan teori set point, teori insentif – positif tidak memilih salah
satu faktor sebagai determinan utama rasa lapar dan mengabaikan lainnya.
Persepktif ini mengakui bahwa ada banyak faktor yang berinteraksi untuk
menentukan rasa lapar seseorannng pada waktu tertentu dan bahwa interaksi
ini terjadi melalui pengaruh beragam faktor pada nilai insentif positif makan.
D. Faktor-faktor yang Menentukan Apa, Kapan, dan Berapa Banyak Kita
Makan
Ada banyak faktor yang menetukan apa, kapan, dan berapa bayak
seseorang makan. Faktor yang ada pada setiap individu adalah berbeda-beda
satu dan yang lainnya.
1. Faktor yang Menentukan apa yang Kita Makan
Rasa tertentu memiliki nilai insentif-positif yang tinggi untuk
hampir semua anggota sebuah spesies. Sebagai contoh, kebanyakan orang
memiliki kegemaran terhadap rasa manis, berlemak, dan asin. Pola tipikal-
spesies preferensi rasa pada manusia ini bersifat adaptif karena dalam rasa
manis dan berlemak biasanya merupakan cirri makanan-makanan tinggi
energy yang kaya vitamin dan mineral, dan rasa asin meripakan cirri
makanan-makanan kaya sodium. Sebaliknya, rasa pahit tidak disukai
kebanyakan orang sering kali berhhubungan dengan toksin. Tampak jelas
dari preferensi dan aversi rasa tipikal-spesies kita, masing-masing orang
memiliki kemampuan untuk mempelajari preferensi dan aversi rasa
tertentu (lihat Rozin & Shulkin, 1990).
12
2. Faktor yang Memengaruhi Kapan Kita Makan
Collier dkk. (Collier, 1986) menemukan bahwa kebanyakan
mamalia memilih untuk makan banyak makanan kecil setiap hari bila
mereka memiliki akses terus menerus terhadap pasokan makanan. Hanya
bila ada ongkos fisik yang terlibat dalam menginisiasi makanan –misalnya,
harus melakukan perjalanan jarak jauh- seekor binatang memilih untuk
makan besar.
Jumlah waktu makan-besar manusia setiap hari dipengaruhi oleh
norma-norma kultural, jadwal kerja, rutinitas keluarga, preferensi pribadi,
kekayaan, dan berbagai factor lainnya. Akan tetapi, berlawanan dengan
preferensi mamalia pada umumnya, kebanyakan orang, terutama mereka
yang tinggal pada kelompok keluarga, cenderung makan beberapa kali
makan besar setiap hari diwaktu-waktu yang teratur. Menariknya, waktu
makan setiap orang paling pas dengan kapan orang out paling lapar.
Faktanya, banyak orang mengalami serangan malaise (sakit kepala,
pusing, tidak mampu berkonsentrasi) ketika mereka tidak makan pada
jadwal waktu makannya.
3. Faktor yang Memengaruhi Berapa Banyak Kita Makan
Keadaan motivasional yang menyebabkan kita berhenti makan
padahal masih ada makanan disebut satiety (kenyang). Mekanisme rasa
kenyang memainkan peran penting dalam menentukan berapa banyak
seseorang makan.
E. Faktor yang Menyebabkan Orang Berhenti makan
1. Faktor Kepala
Istilah factor kepala merujuk pada beberapa set reseptor yang terletak di
kepala : mata, hidung, lidah, dan tenggorokan. Informasi mengenai bau,
rasa, tekstur, dan temperature makanan mempunyai pengaruh otomatis
terhadap perilaku makan. Tetapi sebagian besar didapat dari belajar.
2. Faktor Lambung
13
Walaupun banyak orang menghubungkan rasa lapar di lambung dan perut,
perut kenyang bukan berarti lambung diperlukan untuk merasakan rasa
lapar. Lambung orang yang diambil karena kangker, secara periodic tetap
merasa lapar (Ingelfinger, 1944). Walaupun tidak berperan terhadap
menimbulkan rasa lapar, lambung memegang peran penting dalam satiety
(perasaan kenyang)
3. Faktor Intenstinal
Setelah berada di lambung maka makanan dicampur dengan HCL dan
pepsin, enzim pemecah protein menjadi asam amino, kemudian makanan
akan menuju ke usus kecil. Disini makanan dicampur dengan empedu dan
enzim dari pancreas. Kemudian duodenum mengontrol kecepatan
pengosongan lambung dengan mensekresikan hormone peptide,
cholecystokinin (CCK). CCK mempunyai efek menekan perilaku
makanan. Para peneliti telah membuktikan bahwa efek penekanan CCK
adalah karena menyebabkan rasa mual (aversion). Sehingga binatang
berhenti makan. Dan bukan karena satiety.
4. Faktor Liver
Rasa kenyang yang dihasilkan oleh factor kepala dan lambung adalah
dalam rangka antisipasi, yaitu factor-faktor yang memperkirakan apabila
makanan telah diabsorbsi dariu sitem pencernaan, maka akan
menormalkan system variebel. Sinyal rasa kenyang terakhir adalah di
liver.
5. Faktor ‘Rasa Kenyang’ Jangka Panjang
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa insulin di otak menghambat
pemasukan makana. Mc Gowan, Andews dan Grossman, 1992, secara
tetap tentu menginfus insulin atau antibody terhadap insulin dalam jumlah
kecil ke ventromedial hipotalamus selama satu minggu. Ternyata infuse
insulin menurunkan berat badan dan menekan perilaku makan. Sedang
infuse antibody terhadapinsulin meningkatkan perilaku makan dan berat
badan, jadi, insulin di otak memmengaruhi metabolism dan juga perilaku
makan.
14
F. Obesitas Manusia
Obesitas merupakan penumpukan berlebih jumlah lemak didalam tubuh yang
disebabkan oleh makanan dan minuman. Seseorang dapat dikatakan obesitas
jika kelebihan sekitar 20% dari berat badan normal.
Penyebab Obesitas
Banyak Faktor yang menyebabkan obesitas, baik dari keturunan, pola makan
yang salah, kebutuhan metabolisme, dan lainnya
1. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat menyebabkan seseorang terkena obesitas, jika salah
satu orang tua terkena obesitas, maka peluang untuk obesitas sebesar
40%, dan jika kedua orang tua terkena obesitas, maka peluangnya akan
naik menjadi 70%. Salah satu gen yang berperan dalam peningkatan
peluang obesitas adalah Fatso Gen (FTO)
2. Gaya Makan yang Keliru
Gaya makan juga dapat menyebabkan obesitas, banyak sekali gaya makan
yang keliru, sehingga terjadi penumpukan lemak dalam tubuh dan terjadi
obesitas seperti pola makan yang tidak diimbangi dengan metabolisme
tubuh, makan yang terlalu cepat. Jika pola makan lebih besar daripada
kebutuhan metabolic tubuh, maka akan terjadinya penumpukan lemak
yang disebabkan oleh kalori yang tidak digunakan oleh tubuh. Tubuh
memerlukan waktu beberapa menit untuk memberikan sinyal kenyang
pada otak, sehingga jika kita makan terlalu cepat, maka sinyal kenyang
belum sampai ke otak.
3. Adanya Blokade Terhadap Reseptor Melanocortin-4
15
Reseptor Melanocortin- 4 atau disingkat MC4-R merupakan reseptor yang
memiliki hormone Melanocortin. Rangsangan yang dilakukan terhadap
MC4-R dan melanocortin dapat menyebabkan hambatan terhadap pola
makan, dan jika reseptor ini diblokade oleh senyawa yang memblokade
MC4-R akan menyebabkan peningkatan pola makan.
Solusi Obesitas
1. Menjalani diet
Menjalani diet dengan menguarangi asupan lemak dan memperbanyak
serat dikarenakan serat dapat memberikan efek rasa kenyang yang
lebih lama. Komposisi diet yang baik adalah setengah porsi makan
karbohidrat, sepertiga lemak dan sisanya portein. Penurunan berat
badan yang aman adalah 2 – 5 kg per bulan.
2. Dengan obat-obatan
Diet dengan obat dapat dilakukan jika terjadi kelebihan berat badan,
dan tidak boleh digunakan oleh orang yang mempunyai berat badan
ideal, obat-obatan yang dianjurkan oleh FDA (Food and Drug
Administration) yaitu Sibutramine. Obat ini dapat merangsang otak
agar menjadi kenyang. Efek samping obat ini meningkatkan tekanan
darah, sakit kepala, mulut kering, dan insomnia.
Orlistat (Xenical). Cara kerja obat ini adalah mencegah penyerapan
lemak dalam usus. Lemak yang tidak terserap akan dibuang bersama
tinja. Efek samping yang timbul adalah peningkatan gerakan usus.
Karena obat ini juga akan menyerap nutrisi selain lemak, disarankan
untuk mengkonsumsi multivitamin.
G. Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa dan Anorexia Nervosa merupakan penyebab penyakit
psikiatri yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia.
Bulimia Nervosa merupakan suatu kelainan pada perilaku makan yang
ditandai dengan memakan makanan yang banyak, kemudian dimuntahkan
16
kembali atau menggunakan obat pencuci perut, karena penderita kelainan ini
takut akan kenaikan berat badan.
Jika dibiarkan memuntahkan makanan, penderita bulimia akan menyebabkan
iritasi terhadap daerah mulut dikarenakan asam lambung yang ikut keluar
bersama makanan, pembusukan pada gigi, dehidrasi, kerusakan pada ginjal
dan kematian mendadak.
Sedangkan jika dibiarkan memakai obat pencahar, maka akan menyebabkan
diare berdarah, kekurangan cairan dan ketergantungan terhadap obat pencahar.
Sedangkan Anorexia Nervosa merupakan kelainan pada perilaku makan
dengan melakukan diet yang sangat ketat, makan yang sedikit meski mereka
kelaparan sehingga menyebabkan kurangnya asupan nutrisi untuk tubuh yang
berakibat pada kematian. Dalam jangka waktu tertentu, anorexia dapat
menyebabkan komplikasi penyakit serta depresi hingga bunuh diri.
Menurut Routtenberg (1968) orang yang terkena anorexia gemar berolahraga
akan mempercepat pemecahan lemak, sehingga dapat menahan rasa lapar,
meski itu membuatnya tampak kurus.
Figure 1 Penderita Anorexia
Pengobatan Untuk Penderita Anorexia dan Bulimia:
Dengan pemberian obat antidepresan dan melakukan Psikoterapi individu,
kelompok atau keluarga yang dapat membantu pasien penderita anorexia dan
17
bulimia sembuh dari penyakit dideritanya, namun, pemberian psikoterapi
tersebut ketika terapi perilaku awal telah terkendali, karena pasien penderita
penyakit tersebut rentan terhadap gejala depresi dan bunuh diri. (Papalia Olds
Feldman;Human Development;Buku 2 Edisi 10)
18
top related