perkembangan dan prospek investasi di jawa...
Post on 12-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Perkembangan dan Prospek Investasi
di Jawa Barat
Oleh:
Dr. Bagdja Muljarijadi, ST., SE., MS
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAD
Forum Perangkat DaerahPeningkatan Peran dan Kualitas PMPTSP Dalam Mewujudkan Jabar Juara Lahir dan Batin
Padalarang, 28 November 2018
Pendahuluan
Momentum kemitraan publik-swasta yang lebih aktif dalam Pembangunan terus berkembang sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat
Pemanfaatan pembiayaan oleh pihak swasta saat ini telah menghasilkan pembelajaran untuk proses mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan antara Pemerintah – Masyarakat – Swasta
Investasi Swasta menjadi penting dalam pembangunan ekonomi daerah mengingat keterbatasan pendanaan yang ada di daerah untuk mengembangkan pembangunan di seluruh wilayah
Kebijakan Dasar Investasi, UU N0. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Kebijakan dasar penanaman modal (Investasi) di Indonesia dimaksudkan untuk:
1. Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional;
2. Mempercepat peningkatan penanaman modal;
3. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
4. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai ketentuan perudang-undangan;
5. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
Tujuan Investasi
Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal (UU No. 25/2007 )
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Menciptakan lapangan kerja
Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penanaman modal melalui proses perizinan dan non perizinan diperoleh penanam
modal melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu, sesuai Pasal 25 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Investasi Melalui Pelayanan Satu Pintu
Pasal 25 UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan:
Setiap badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, yang melakukan investasi wajib memperoleh izin yang diperoleh melalui
pelayanan terpadu satu pintu
Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh
kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Perpres No. 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP)
Menyelenggar PTSP adalah Pemerintah, pemerintah daerah, Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus.
Permendagri No. 138 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Daerah
Penyelenggaraan PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan Serta
Usaha dan Nonusaha yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai
tahap terbitnya dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu pintu dan satu tempat.
PP No. 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Periinan Beusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission/OSS)
Merupakan sebuah reformasi perizinan yang dilakukan secara nasional, yang berusaha
menyelesaikan permasalahan dan hambatan Perizinan Berusaha mulai dari tingkat nasional
sampai ke daerah. Melalui perubahan sistem kelembagaan dan juga pembiayaan OSS
Tujuan dan Sasaran PTSP di Daerah
Tujuan PTSP Daerah:
Meningkatkan kualitas PTSP, mewujudkan perlindungan dan
kepastian hukum kepada masyarakat
Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan prima
meningkatkan kemudahan berusaha dan daya saing daerah
Sasaran PTSP Daerah:
Terwujudnya PTSP yang cepat, mudah, transparan, pasti,
sederhana, terjangkau, profesional, berintegritas, dan
meningkatkan hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan
Perkembangan Investasi (PMA & PMDN) di
Indonesia
• Jawa Barat
merupakan
provinsi tujuan
investasi di
Indonesia,
bersama Jakarta
dan Jawa Timur
• Periode 2012 –
2016 Jawa Barat
menjadi provinsi
dengan investasi
PMA dan PMDN
terbesar di
Indonesia
Perkembangan Investasi (PMA & PMDN)
Berdasarkan Sektor di Indonesia
• Sektor Manufaktur dan Jasa merupakan 2 sektor yang menjadi daya tarik investasi
di Indonesia (dimana laju pertumbuhan investasi sektor jasa lebih cepat
dibandingkan sektor-sektor lainnya)
Perkembangan Investasi di Jawa Barat
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TK (Kiri) 72.351 110.430 101.347 218.239 396.710 448.619 379.130 395.450 349.377 479.751 297.786
Investasi (Kanan) 23.545, 29.601, 30.212, 46.602, 48.751, 52.680, 93.518, 108.893 121.516 143.044 162.715
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
-
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
160.000,00
180.000,00
Perkembangan investasi (PMA, PMDN dan non SPIPISE) di Jawa Barat periode 2007 – 2017 tumbuh pesat dengan rata-rata sebesar 21, 33%
Perkembangan investasi yang terus meningkat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja yang cukup besar, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 15,20%
Hingga tahun 2017 jumlah investasi yang masuk ke Jawa Barat mencapai angka Rp. 297,8 Triliyun, (meningkat pesat dibandingkan dengantahun 2007 yang hanya sebesar RP. 72,35 triliyun) dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 162,7 ribu pekerja - dibandingkan pekerja2007 sebesar 72,35 pekerja
Perkembangan Investasi di Jawa Barat
Baik besaran investasi, jumlah tenaga kerja, maupun jumlah
proyek berkembang dan menyebar tidak hanyak ke
beberapa daerah saja akan tetapi keseluruh wilayah yang
ada di Jawa Barat
Jika pada 2007 besaran investasi hanya ada di sekitar jakarta
(Bodebek), kemudian menyebar keseluruh wilayah – walaupun
investasi terbesar ada di Bodebekapur, Bandung Raya dan
Cirebon Raya
Jumlah tenaga kerja dan proyek relatif lebih terkonsentrasi pada
wilayah bodebekapur, Sukabumi, Cianjur dan Bandung Raya
2007 2008 2009 2010
2011 2012 2013 2014
2015 2016 2017
Sebaran Investasi (PMA dan PMDN) di Jawa Barat
2007 2008 2009 2010
2011 2012 2013 2014
2015 2016 2017
Sebaran Penyerapan TK Akibat Investasi di Jawa Barat
2007 2008 2009 2010
2011 2012 2013 2014
2015 2016 2017
Sebaran Jumlah Proyek Investasi di Jawa Barat
Investasi PMA Investasi PMDN
Kabupaten Bogor 4,258,425,050,000 2,137,300,313,556
Kabupaten Sukabumi 418,603,030,000 79,120,803,637
Kabupaten Cianjur 434,594,880,000 246,664,460,000
Kabupaten Bandung 596,026,340,000 2,561,486,952,376
Kabupaten Garut 136,967,390,000 1,937,775,383,865
Kabupaten Tasikmalaya 48,639,320,000 -
Kabupaten Ciamis 814,720,000 52,399,377,058
Kabupaten Kuningan 98,817,020,000 59,511,653,940
Kabupaten Cirebon 4,576,390,990,000 323,242,750,179
Kabupaten Majalengka 950,068,120,000 2,645,001,371,833
Kabupaten Sumedang 241,510,030,000 3,999,440,266,308
Kabupaten Indramayu 316,932,500,000 68,000,342,279
Kabupaten Subang 1,013,403,710,000 178,301,305,340
Kabupaten Purwakarta 2,105,250,410,000 1,967,375,150,306
Kabupaten Karawang 20,633,058,720,000 8,361,856,806,063
Kabupaten Bekasi 26,442,936,590,000 6,183,341,166,702
Kabupaten Bandung Barat 823,740,250,000 201,503,761,125
Kota Bogor 248,975,640,000 4,938,414,378,903
Kota Sukabumi - 1,691,200,000
Kota Bandung 1,082,916,060,000 994,306,096,525
Kota Cirebon 259,566,360,000 30,729,434,435
Kota Bekasi 2,640,853,070,000 1,192,408,918,673
Kota Depok 1,015,511,190,000 62,846,920,410
Kota Cimahi 312,968,600,000 52,618,580,408
Kota Tasikmalaya 8,806,480,000 115,309,896,077
Kota Banjar - -
Kabupaten Pangandaran - -
2017
Sebaran Investasi Jabar tahun 2017
Jumlah TK PMA
Jumlah TK
PMDN
Kabupaten Bogor 12,890 5,829
Kabupaten Sukabumi 6,458 172
Kabupaten Cianjur 832 125
Kabupaten Bandung 3,849 7,647
Kabupaten Garut 1,125 2,327
Kabupaten Tasikmalaya 1,449 -
Kabupaten Ciamis 17 105
Kabupaten Kuningan 55 84
Kabupaten Cirebon 1,981 990
Kabupaten Majalengka 3,630 316
Kabupaten Sumedang 3,450 13,781
Kabupaten Indramayu 61 23
Kabupaten Subang 2,343 145
Kabupaten Purwakarta 2,924 924
Kabupaten Karawang 31,390 4,705
Kabupaten Bekasi 57,759 9,498
Kabupaten Bandung
Barat 1,814 2,387
Kota Bogor 355 829
Kota Sukabumi - 40
Kota Bandung 1,403 1,149
Kota Cirebon 21 126
Kota Bekasi 2,721 1,061
Kota Depok 946 100
Kota Cimahi 1,425 365
Kota Tasikmalaya 13 1,898
Kota Banjar 10 -
Kabupaten Pangandaran - -
2017
Sebaran Tenaga Kerja Akibat Investasi Jabar tahun 2017
Proyek PMA Proyek PMDN
Kabupaten Bogor 773 291
Kabupaten Sukabumi 165 36
Kabupaten Cianjur 69 5
Kabupaten Bandung 162 141
Kabupaten Garut 33 15
Kabupaten Tasikmalaya 23 1
Kabupaten Ciamis 3 1
Kabupaten Kuningan 21 7
Kabupaten Cirebon 97 33
Kabupaten Majalengka 38 12
Kabupaten Sumedang 57 17
Kabupaten Indramayu 33 7
Kabupaten Subang 118 14
Kabupaten Purwakarta 283 44
Kabupaten Karawang 1,136 201
Kabupaten Bekasi 3,176 518
Kabupaten Bandung
Barat 75 29
Kota Bogor 84 64
Kota Sukabumi 1 2
Kota Bandung 200 109
Kota Cirebon 14 21
Kota Bekasi 416 108
Kota Depok 135 33
Kota Cimahi 30 35
Kota Tasikmalaya 5 17
Kota Banjar 4 -
Kabupaten Pangandaran - -
2017
Sebaran Jumlah Proyek Investasi Jabar tahun 2017
Perkembangan Investasi Berdasarkan
Sektor 2012 – 2015 (Persen)
84,40
11,04 4,01
0,3
4
- 0,21 -
Industri Pengolahan Jasa
Pertambangan Tanaman Pangan & Perkebunan
Kehutanan Peternakan
Perikanan
33,82
61,83
1,72 0,60 1,87 0,15
0,00
Industri Pengolahan Jasa
Pertambangan Tanaman Pangan & Perkebunan
Kehutanan Peternakan
Perikanan
20152012
• Investasi berdasarkan sektor menunjukkan ada 2 sektor utama investasi di
Jawa Barat yaitu investasi di industri pengolahan dan Jasa
• Investasi pada sektor industri pengolahan menjadi penggerak utama investasi
di Jawa Barat
• Invesasi di Sektor Jasa tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan investasi pada
sektor lainnya
Perkembangan Investasi Berdasarkan
Sektor 2012 – 2015 (Milyar Rp)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Industri Pengolahan 44.521 52.440 46.703 148.586 69.446 52.094
Jasa 5.123 11.033 6.110 14.772 62.539 95.236
Pertambangan - 92 2.220 332 708 2.651
Tanaman Pangan & Perkebunan - - 186 77 285 927
Kehutanan - - - 243 174 2.882
Peternakan 35 62 118 437 438 238
Perikanan - 23 - 62 16 2
R² = 0,9627
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
• Investasi industri pengolahan Jawa Barat meningkat hingga tahun 2013, dan
kemudian cenderung menurun
• Investasi di sektor jasa terus meingkat, bahkan bisa melebihi investasi di sektor
industri pengolahan di tahun 2015
Studi TKED KPPOD Tahun 2016
Pada tahun 2016 Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi daerah (KPPOD)
melakukan studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED), untuk 32 Ibukator
Provinsi di Indonesia, dengan variabel seperti di bawah ini
Peringkat TKED
• Jawa Barat (diwakili Kota Bandung)
menempati urutan 16 dari 32 ibukota
provinsi di Indonesia
(Pontianak/Kalbar tertinggi dan
Medan/Sumut terendah)
• Variabel terendah di Jawa Barat adalah
ketenagakerjaan, sedangkan capaian
perijinan dianggap relatif sama dengan
rata-rata nasional
Kendala Perijinan Usaha di Jawa Barat
Pelayanan perijinan usaha masih kental dengan praktek
birokrasi yang menghambat kegiatan usaha
Laporan Doing Business 2017 menyatakan untuk memulai usaha di
Indonesia harus melaluii 11 prosedur dengan lama waktu 24,9 hari
dan membutuhkan biaya sebesar 19,4% dari pendpatan perkapita
masyarakat (Word bank, 2016)
Kondisi Perijinan Usaha di Jawa Barat versi KPPOD
Biaya perijinan di Jawa Barat masih lebih tinggi dibandingkan dengan
rat-rata nasional (2 juta berbanding 744 ribu)
Lama waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan perijinan di Jawa
Barat mendekati 40 hari (rata-rata nasional adalah selama 14 hari)
Skor perijinan usaha di Jawa Barat sebesar 75,39 sedikit lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sebesar 74,73.
ICOR Sebagai Ukuran Produktivitas
Investasi : Bandung Raya
Dependent Variable: LOG(PDRB?)
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Sample: 2010 2016
Total pool (balanced) observations: 28
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.105796 0.173598 -0.609429 0.5485
LOG(BASIS?) 0.727218 0.081895 8.879862 0
_KOTABANDUNG--LOG(INV_KOTABANDUNG) 0.308543 0.079862 3.863426 0.0008
_KOTACIMAHI--LOG(INV_KOTACIMAHI) 0.301783 0.079688 3.787057 0.001_KABBANDUNG--
LOG(INV_KABBANDUNG) 0.325255 0.080785 4.026157 0.0006
_KABKBB--LOG(INV_KABKBB) 0.358576 0.076888 4.663591 0.0001
Weighted Statistics
R-squared 0.999888 Mean dependent var 27.87388
Adjusted R-squared 0.999862 S.D. dependent var 14.49068
S.E. of regression 0.014543 Sum squared resid 0.004653
F-statistic 39220.34 Durbin-Watson stat 1.777675
Prob(F-statistic) 0
Unweighted Statistics
R-squared 0.999751 Mean dependent var 17.51936
Sum squared resid 0.004716 Durbin-Watson stat 1.600024
• Perkembangan perekonomian
kabupaten/kota di Metropoitan Bandung
Raya dipengaruhi oleh perkembangan
sektor basis di masing-masing daerah dan
juga besaran investasi daerahnya.
• Setiap perkembangan sektor basis sebesar
1%, maka perekonomian kabupaten/kota
secara rata-rata akan meningkat sebesar
0,727%
• Angka ICOR dari masing-masing daerah
di dapat dari kebalikan angka koefisien
invenstasi yang di dapat di masing-masing
daerah
• ICOR Kota Bandung 1/0,308543 = 3,24
• ICOR Kota Cimahi 1/0,301783 = 3,31
• ICOR Kab Bandung 1/0,325255 = 3,07
• ICOR Kab Bandung Barat 1/0,338576 =
2,79
#3 Kota
Cimahi
dalam
Konteks
MBR
ICOR Sebagai Ukuran Produktivitas
Investasi :Cirebon RayaDependent Variable: LOG(INV?)
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Sample: 2011 2015
Cross-section weights (PCSE) standard errors &
covariance (no d.f.
correction)
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
LOG(POP?) -0.772691 -1.215602 0.2398
LOG(UMK?) 0.293557 0.981605 0.3393
_CIREBON_KAB--LOG(BASIS_CIREBON_KAB) 2.216515 2.855113 0.0105
_KUNINGAN--LOG(BASIS_KUNINGAN) 2.186155 2.831843 0.0111
_INDRAMAYU--LOG(BASIS_INDRAMAYU) 2.080117 2.870932 0.0102
_MAJALENGKA--LOG(BASIS_MAJALENGKA) 2.177403 2.824613 0.0112
_CIREBON_KOTA--
LOG(BASIS_CIREBON_KOTA) 2.161018 2.962679 0.0083
Weighted Statistics
R-squared 0.953086
Mean dependent
var 38.67791
Adjusted R-squared 0.937448
S.D. dependent
var 16.87823
S.E. of regression 0.162859
Sum squared
resid 0.477414
Durbin-Watson stat 1.915881
23
• ICOR sektor basis
menunjukkan angka yang
lebih rendah (berkisar
diantara 2) dibandingkan
dengan ICOR total yang
berkisar 3.
• Lebih rendahnya ICOR
menunjukkan
produktivitas sektor
basis untuk mendorong
perekonomian semakin
besar
ICOR Sebagai Ukuran Produktivitas
Investasi : Jawa Barat
y = 0,3707x + 14,112
R² = 0,9303
20,6
20,65
20,7
20,75
20,8
20,85
20,9
20,95
21
21,05
17,6 17,7 17,8 17,9 18 18,1 18,2 18,3 18,4 18,5 18,6
Series1 Linear (Series1)
Log (Investasi)
Log
(PD
RB
)
• Pola Investasi di Jawa Barat memiliki dampak yang signifikan dalam peningkatan PDRB
Provinsi – dengan ICOR sebesar 2,69 (1/0,3707) – dan pendapatan per kapita
• Agar investasi yang masuk bersifat inklusif maka seharusnya Peningkatan Investasi
harus bisa mendorong peningkatan kesempatan kerja,Pengurangan ketimpangan
daerah, Pengurangan kesenjangan pendapatan antar golongan masyarakat serta
pengurangan kemiskinan
Pendapatan Perkapita dan Gini Rasio
y = -0,0028x2 + 0,1395x - 1,3491
R² = 0,8008
0,35
0,36
0,37
0,38
0,39
0,4
0,41
0,42
0,43
0 5 10 15 20 25 30
Gini dan Pendapatan Perkapita Jawa Barat
• Secara umum meskipun ada gejala bahwa kemajuan perekonomian Jawa Barat
menyebabkan melebarnya ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat,
akan tetapi pola yang terjadi menunjukkan gejala berlakunya inverted U-shape
• Perkembangan pembangunan Jawa Barat masih sesuai dengan harapan, bahwa
pada saatnya nanti kemajuan perekonomian akan menyebabkan membaiknya
distribusi pendapatan masyarakat
Ras
ioG
ini
Log (PDRB/kapita)
Keterkaitan Investasi dan Kemiskinan di
Jawa Barat
• Peningkatan Investasi di Jawa Barat berdampak posistif terhadap
pengurangan kemiskinan
• Oleh sebab itu alokasi investasi di Jawa Barat dianggap cukup efektif
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Log (Investasi)
% K
em
iskin
an
R² = 0,7383
0
2
4
6
8
10
12
17,6 17,7 17,8 17,9 18 18,1 18,2 18,3 18,4 18,5 18,6
Series1 Poly. (Series1)
Hubungan Pola Investasi dan Kemiskinan
Keterkaitan Investasi dan Distribusi
Pendapatan di Jawa Barat
Log (Investasi)
Ras
ioG
ini
• Peningkatan Investasi di
Jawa Barat mengikuti
pola Inverted U-Shape
nya Kuznet
• Pada tahap awal
Investasi yang masuk di
Jawa Barat membuat
pola distribusi
pendapatan menjadi
lebih timpang, akan
tetapi sejalan dengan
berjalannya waktu
diharapkan agar pola
investasi ini akan
memberikan distribusi
pendapatan antar
golongan yang lebih
merata
Hubungan Pola Investasi dan Distribusi Pendapatan
R² = 0,4443
0,35
0,36
0,37
0,38
0,39
0,4
0,41
0,42
0,43
17,6 17,7 17,8 17,9 18 18,1 18,2 18,3 18,4 18,5 18,6
Series1 Poly. (Series1)
Arah Kebijakan Investasi Jawa Barat
1. Peningkatan Investasi di Jawa Barat harus ditingkatkan karena
investasi mengarah pada pembangunan yang inklusif (investasi
mendorong pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan
dan ketimpangan pendapatan)
2. Peningkatan daya tarik investasi yang didukung oleh
peningkatan bidang perijinan usaha
3. Pemenuhan kebutuhan investasi di masing-masing
kabupaten/kota di sesuaikan dengan sektor basis dari masing-
masing kabupaten/kota
4. Pemenuhan kebutuhan investasi non basis di tunjukkan untuk
menunjang daya saing sektor-sektor basis di daerah, demi
mewujudkan Jawa Barat Juara Lahir dan Batin
28
TERIMA KASIH
top related