pernikahan adat bali
Post on 09-Aug-2015
176 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERNIKAHAN ADAT BALI
Keragaman budaya yang dimiliki Pulau Bali sangatlah indah dan
mempesona.Diantaranya adalah adat perkawinan dan upacara
perkawinan Bali. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sini.Mulai dari cara
untuk melangsungkan pernikahan, upacara yang dilakukan menjelang
sampai sesudah penikahan,dan juga busana,kasesoris yang dipakai pada
saat pernikahan.Semua yang dimiliki masyarakat Bali sangatlah indah dan
mempesona.Setiap upacara,dan semua hal memiliki arti dan makna
sendiri dari masyarakat Bali itu sendiri.
Banyak yang dapat dipelajari dari kebudayaan yang dimiliki negara
Indonesia,dari semua provinsi dan semua pulau khususnya pulau Bali,pulau yang
selalu menjunjung adat dan istiadat serta masih menjunjung tinggi norma dan
melakukan upacara adat sesuai dengan keyakinannya.
Pernikahan Adat Bali
Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada
Tuhan sang pencipta, semua tahapan pernikahan dilakukan di rumah
mempelai pria, karena masyarakat Bali memberlakukan sistem
patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua
biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung
jawab pihak keluarga laki – laki. hal ini berbeda dengan adat
pernikahan jawa yang semua proses pernikahannya dilakukan di
rumah mempelai wanita. Pengantin wanita akan diantarkan kembali
pulang ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa
tinggal bersama suami beberapa hari setelah upacara pernikahan.
Dalam agama Hindu di Bali istilah perkawinan biasa disebut
Pawiwahan. Pengertian Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang
etimologi atau asal katanya, kata pawiwahan berasal dari kata dasar “
wiwaha”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata
wiwaha berasal dari bahasa sansekerta yang berarti pesta pernikahan;
perkawinan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:1130).
Pengertian pawiwahan secara semantik dapat dipandang dari sudut
yang berbeda beda sesuai dengan pedoman yang digunakan.
Pengertian pawiwahan tersebut antara lain: menurut Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan pengertian
perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat saya simpulkan
bahwa pawiwahan adalah ikatan lahir batin (skala dan niskala )
antara seorang pria dan wanita untuk membentuk keluarga bahagia
dan kekal yang diakui oleh hukum Negara, Agama dan Adat.
1.1.1Tujuan wiwaha menurut Agama Hindu
Pada dasarnya manusia selain sebagai mahluk individu
juga sebagai mahluk sosial, sehingga mereka harus hidup
bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tuhan
telah menciptakan manusia dengan berlainan jenis kelamin,
yaitu pria dan wanita yang masing-masing telah menyadari
perannya masing-masing.
1.1.2Makna dan Lambang
UU Perkawinan No. 1 th 1974, sahnya suatu perkawinan
adalah sesuai hukum agama masing-masing. Jadi bagi umat
Hindu, melalui proses upacara agama yang disebut "Mekala-
kalaan" (natab banten), biasanya dipuput oleh seorang
pinandita. Upacara ini dilaksanakan di halaman rumah
(tengah natah) karena merupakan titik sentral kekuatan "Kala
Bhucari" sebagai penguasa wilayah madyaning mandala
perumahan. Makala-kalaan berasal dari kata "kala" yang
berarti energi. Kala merupakan manifestasi kekuatan kama
yang memiliki mutu keraksasaan (asuri sampad), sehingga
dapat memberi pengaruh kepada pasangan pengantin yang
biasa disebut dalam "sebel kandel". Dengan upacara mekala-
kalaan sebagai sarana penetralisir (nyomia) kekuatan kala
yang bersifat negatif agar menjadi kala hita atau untuk
merubah menjadi mutu kedewataan (Daiwi Sampad). Jadi
dengan mohon panugrahan dari Sang Hyang Kala Bhucari,
nyomia Sang Hyang Kala Nareswari menjadi Sang Hyang
Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.
Jadi makna upacara mekala-kalaan sebagai pengesahan
perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian,
sekaligus menyucikan benih yang dikandung kedua mempelai,
berupa sukla (spermatozoa) dari pengantin laki dan wanita
(ovum) dari pengantin wanita.
1.1.3Peralatan Upacara Mekala-kalaan
1. Sanggah Surya
Di sebelah kanandigantungkan biyu lalung dan di
sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi
berem. Sanggah Surya merupakan niyasa (simbol) stana
Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan
stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan
Sang Hyang Semara Ratih. Biyu lalung adalah simbol
kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang
Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara
Jaya, sebagai dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan
simbol pengantin pria. Kulkul berisi berem simbol kekuatan
prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai
Sang Hyang Semara Ratih, dewa kecantikan serta
kebijaksanaan simbol pengantin wanita.
2. Kalabang Kala Nareswari / Kala Badeg
Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas
upakara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon
pengantin.
i. Tikeh Dadakan (tikar kecil)
Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita
sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau
dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah
sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan
yoni).
ii. Keris
Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa
(kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya
nyungklit keris, dipandang dari sisi spritualnya sebagai
lambang kepurusan dari pengantin pria.
iii. Benang Putih
Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih
sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan
benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang
masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap
setinggi 30 cm. Angka 12 berarti simbol dari sebel 12
hari, yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh
Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-
kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel
kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian
tersebut.Dari segi spiritual benang ini sebagai simbol
dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah
siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari
Brahmacari Asrama menuju alam Grhasta Asrama.
iv. Tegen-tegenan
Makna tegen-tegenan merupakan simbol dari
pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala.
Perangkat tegen-tegenan :
batang tebu berarti hidup pengantin artinya
bisa hidup bertahap seperti hal tebu ruas demi
ruas, secara manis.
Cangkul sebagai simbol Ardha Candra. Cangkul
sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan
Dharma.
Periuk simbol windhu
Buah kelapa simbol brahman (Sang Hyang
Widhi)
Seekor yuyu simbol bahasa isyarat memohon
keturunan dan kerahayuan.
v. Suwun-suwunan
Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita,
yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan
melambangkan tugas wanita atau istri mengmbangkan
benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon
kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil
berkembang menjadi besar
vi. Dagang-dagangan
Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk
membangun rumah tangga dan siap menanggung
segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut
seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam
transaksi dagang.
vii. Sapu Lidi ( 3 lebih)
Simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan
wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling
memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat
dengan kewajiban melaksanakan Tri Rna, berdasarkan
ucapan baik, prilaku yang baik dan pikiran yang baik,
disamping itu memperingatkan agar tabah menghadapi
cobaan dan kehidupan rumah tangga.
viii. Sambuk Kupaan ( serabut kelapa)
Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi
sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di
luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu).
Serabut kelapa berbelah tiga simbol dari Triguna
(satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol dari Tri
Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian.
ix. Tetimpung
Bambu tiga batang yang dibakar dengan api
dayuh yang bertujuan memohon penyupatan dari Sang
Hyang Brahma.
1.1.4Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah
sebagai berikut:
Upacara Ngekeb
Acara ini untuk mempersiapkan calon pengantin wanita
dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah
tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini
serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan
yang baik.
Setelah itu pada sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin
wanita diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit,
bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan.
Dipekarangan rumah juga disediakan wadah berisi air bunga
untuk keperluan mandi calon pengantin. Selain itu air merang
pun tersedia untuk keramas.
Sesudah acara mandi dan keramas selesai, pernikahan
adat bali akan dilanjutkan dengan upacara di dalam kamar
pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan
sesajen. Setelah masuk dalam kamar biasanya calon
pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar
sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara
penjemputan dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya
mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan ditutupi dengan
selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa
pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya
sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru
bersama pasangan hidupnya.
Mungkah Lawang
Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk
pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga
kali sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikan
tembang Bali. Isi tembang tersebut adalah pesan yang
mengatakan jika pengantin pria telah datang menjemput
pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.
Upacara Masegehagung
Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah
pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap
melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna
sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita.
kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar pengantin.
Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan
mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning
yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka untuk
ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan
tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng.
Medengen-dengen
Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau
mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri
keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat
(Balian).
Wewidhi widana
Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka
melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh
seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan
penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan
pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara –
acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan
yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu
Yang Kuasa. Acara ini dipimpin oleh seorang pemangku
merajan.
Mejauman Ngabe Tipat Bantal
Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi
pasangan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati
kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua
pengantin pulang ke rumah orang tua pengantin wanita untuk
melakukan upacara Mejamuan. Acara ini dilakukan untuk
memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak
keluarga pengantin wanita, terutama kepada para leluhur,
bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi
bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara
pamitan ini keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah
barang bawaan yang berisi berbagai panganan kue khas Bali
seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari,
kekupa, beras, gula, kopi, the, sirih pinang, bermacam buah–
buahan serta lauk pauk khas bali.
Gambar
1.2 Tata Rias dan Tata Busana adat Bali ( Karangasem)
1.2.1Tata Rias Pengantin Adat Asak Karangasem
Tata Busana sebagai salah satu aspek yang sangat
esensial dalam kehidupan manusia dan dapat memberikan
wahana prilaku manusia untuk dapat menunjukkan jati
dirinya. Dari busana tercermin suatu identitas diri sebagai
manusia individual, manusia dari suatu negara dan manusia
yang memiliki pranata sosial yang lebih tinggi.
Keanekaragaman dalam tata busana adat di Indonesia tetap
merupakan satu kesatuan budaya yang dikokohkan oleh
adanya kesatuan bahasa dan agama.Tata busana adat Bali
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusianya karena dia
berkembang sejalan dengan dinamika manusia dan
kebudayaannya. Ini berarti perubahan aspek sosial budaya
yang sangat cepat akan mempengaruhi pula norma-norma
dan tata busana adat yang berlaku di masyarakat. Tetapi
meskipun sesuatu adat istiadat mengalami perubahan dan
perkembangan, di dalamnya akan tetap kita jumpai unsur-
unsur yang konstan. Unsur-unsur yang konstan, tetap
memelihara kesinambungan atau kontinuitas antara masa
lampau dan sekarang, antara sekarang dan yang akan
datang. Andaikata unsur-unsur yang konstan ini tidak ada,
maka sudah tentu generasi sekarang tidak perlu dan tidak
akan dapat mengerti generasi yang mendahuluinya.
Contoh Busana dan Tata Rias adat Bali
1.2.2Narasi Pengantin Bali Khususnya Pengantin Bali
Karangasem:
Wanita
Tata Rias Pengantin :BALI KARANGASEM
Dari Daerah :Kabupaten Karangasaem, Provinsi
Bali
Nama/Bentuk Sanggul :Sanggul Pusung
Perhiasan :
Kepala : bunga anggur, bunga mawar
tunggal, empak ampak, petitis.
Sanggul : Bunga anggur, bunga kompyong,
Telinga : Subang cerorot/ giwang.
Tangan : Gelang kanan,
Jari : Cincin sekar tandjoeng.
Pinggang : sabuk peras
Ronce Bunga : bunga anggur
Tata Busana Wanita : selendang prada, kemben/ wastra
songket penuh, sabuk peras, songket benang, tapih prada.
Pria
Kepala : Destar/ songket benang
Telinga : Cempaka/ kamboja di telinga kiri dan
kanan.
Aksesoris : Keris
Busana : Umpal , saput songket warna-warni,
kemben songket berpinggiran.
Gambar kain untuk pengantin Bali
Gambar aksesoris pengantin Bali
1.2.3Tata Rias Pengantin Bali Modifikasi
1.2.4Narasi Pengantin Bali Modifikasi
Wanita
1 Tata Rias Pengantin :BALI MODIFIKASI
2 Dari Daerah :Provinsi Bali
3 Nama/Bentuk Sanggul :Sanggul Pusung tagel
4 Perhiasan :
o Kepala : bunga kap, bunga sadhat emas, bunga
bancangan dan semanggi/ puspa lembo, cempaka putih 14
kuntum,cempaka kuning 20 kuntum.
o Dahi :cecek merah
o Telinga : Subang cerorot/ giwang.
o Leher : ganda (jumlahnya harus ganjil),
kalung/badong.
o Lengan : Gelang kane
o Tangan : Gelang nagasatru.
o Pinggang : sabuk prada/stagen.
5 Tata Busana Wanita : selendang /cerik harus warna kuning,
kemben songket, tapih prada.
Pria
1. Kepala : Destar/ udheng, bunga pucuk.
2. Telinga : mawar atau kamboja merah di telinga atas
kanan, cempaka kuning atas telinga kiri.
3. Aksesoris : Keris
4. Leher :kalung/ badong
5. Lengan : gelang kane
6. Busana : Umpal , kemben songket, tapih prada,
selop warna emas.
1.2.5Cara Pemakaian Aksesoris Serta Tata Rias Pengantin Bali
Berikut ini beberapa contoh gambar pengantin Bali yang
sedang dirias dan yang sedang dipakaikan aksesoris.
top related