persepsi guru sekolah dasar terhadap program sertifikasi guru
Post on 10-Oct-2015
126 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
i
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU
DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG SERTIFIKASI GURU
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2
Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
Oleh SUDARMAN NIM 05370056
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang
Sertifikasi Guru. Nama Mahasiswa : SUDARMAN N I M : 05370056
Telah disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si.
Pembimbing Pendamping
Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd.
ii
-
iii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh
SUDARMAN NIM : 05370056
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 September 2007
SUSUNAN DEWAN PENGUJI Pembimbing Utama
Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si.
Anggota Dewan Penguji,
Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd. Pembimbing Pendamping,
Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd.
Drs. HARTONO, M.Pd.
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan
Tanggal 30 September 2007
Dr. H. ACHMAD HABIB, MA Direktur Program Pasca Sarjana
iii
-
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 30 September 2007
S U D A R M A N NIM. 05370056
iv
-
v
M O T T O
Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca, karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup
v
-
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk :
1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan
untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku.
2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA
yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah.
vi
-
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah
Tentang Sertifikasi Guru dengan lancar.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara
moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah
Malang
2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang
3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang
4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama
5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping
6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan
7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan
vii
-
viii
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan dan sudah barang tentu masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan
waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para
pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan.
Malang, September 2007
Penulis
viii
-
ix
DAFTAR ISI
Hal. HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
HALAMAN MOTTO .................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xii
xiii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian ..
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis .
2. Manfaat Praktis ..
E. Penegasan Istilah ...
1
8
9
9
9
10
10
ix
-
x
BAB II.
BAB III.
BAB IV.
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .
1. Penelitian Terdahulu ..
2. Kebijakan Pemerintah
B. Landasan Teori .
1. Konsep Persepsi
2. Konsep Guru dan Peranannya ..
3. Profesi Guru........................ ..
4. Sertifikasi Guru ..
METODE PENELITIAN
A. Rangcangan Penelitian ..
B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ......................
C. Teknik Penelitian ..
1. Teknik Pengumpulan Data .
2. Teknik Pengolahan Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan .
B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi .................
C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ..........
D. Temuan-Temuan Penelitian................................................
11
11
11
13
13
19
23
28
41
41
42
42
43
47
50
64
69
x
-
xi
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................
B. Saran .................................................................................
72
73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
75
77
xi
-
xii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia..............
Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan ..
Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............
Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga.................................
7
47
48
49
xii
-
xiii
ABSTRACT
Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teachers Certification in Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government Policy on Teachers Certification. The Education Development and Policy Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd.
This study aims at sharing informations both positive and negative opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teachers certification program and to get some findings which can explain the Elementary teachers perception in Jiwan Sub district about teachers certification.
This study is designed and analyzed with qualitative method or pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting and verifying data.
Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four year diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5) Teachers conviction of professions subsidy.
Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of Undergraduate Degree / Four year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio model certification, (4) Hard to get subsidy for profession.
Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1) It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio certification.
xiii
-
xiv
ABSTRAKSI
Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang. Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru.
Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi.
Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3) sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat terealisasi.
Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku.
.
xiv
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan
kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa-
bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial
budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan
yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia
senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya
pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan
dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan
perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak
krisis ekonomi terhadap pendidikan.
Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang
harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan
berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa,
2005 : 3).
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung
dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan
1
-
2
kehidupan setiap individu. Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi,
pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi
kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan
pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan
dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam
menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak
bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu
bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian
dan kreatifitas.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi
hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui
pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat
membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup.
Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat
membangkitkan generasi muda untuk menggali potensi dan
mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa
(Mulyasa : 2005).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional
-
3
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga
rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan,
transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan.
Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan
komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah
pendidikan di Indonesia. Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan
adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga
baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru. Banyaknya
kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang
salah dalam menerapkan pendidikan. Demikian juga bangsa yang malas,
kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas,
berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh
peran guru.
Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang
profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus
-
4
belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti
perkembangan zaman.
Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai
kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai
organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru.
Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswa-
siswinya di sekolah.
Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan
sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan
profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan
profesinya masing-masing.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada
jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU
No. 14/2005 : pasal 2). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
-
5
profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi
pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2).
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak
bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh
orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang
pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
(1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan
tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru.
Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai
pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang
dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
-
6
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah. Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi dan
pengesahan dari pemerintah.
Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan
program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka
pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).
Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran
sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN
2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450
guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Pelaksanaan
sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006
yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia
sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat
dalam Tabel 1.
-
7
Tabel 1. Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia
Kualifikasi Pendidikan No Jenjang Jumlah S 1 D 3 D 2 D 1 1. TK 137.069 5.318 - 7.539 124.143 2. SLB 8.304 3.886 467 - 3.951 3. SD 1.234.927 103.116 26.798 495.700 609.189 4. SMP 466.748 197.621 117.154 999.557 52.416 5. SMA 230.114 168.167 55.043 4.349 2.531 6. SMK 147.559 95.161 44.533 2.641 5.297 Jumlah 2.224.721 573.269 243.995 609.786 797.527
Sumber : Depdiknas 2007
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah
Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya.
Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang yang
berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang
berpendidikan D1. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata
tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan
yang sangat komplek.
Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri
fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249).
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara
rangsangan-rangsangan yang ada. Persepsi termasuk ranah psikomotorik
menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu
menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan
kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.
-
8
Kepekaan, penafsiran dan kemampuan membedakan terhadap
rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan
sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan
menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang
dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program
sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru.
Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan
memahami terhadap sertifikasi guru. Bagaimana aturan main dan
persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi
guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh
guru. Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum
terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan
penelitian yang berjudul Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program
Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar
Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru
B. Fokus Penelitian
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat
holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu
ditetapkan suatu fokus. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif
merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian adalah sebagai berikut :
-
9
1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
terhadap program sertifikasi ?
2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
terhadap program sertifikasi ?
3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan
negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program
sertifikasi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang :
1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi.
2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap
program sertifikasi.
3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif
guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan.
b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian
lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan
-
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka
pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun.
b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat
dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di
Kabupatren Madiun
E. Penegasan Istilah
1. Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi
yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan
dinyatakan secara verbal.
2. Tanggapan Positif
Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada
suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung
menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan
pribadinya.
3. Tanggapan Negatif
Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan
pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung
menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak
sesuai dengan pribadinya.
-
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan
program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini
disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh
Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru.
Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan
bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di
Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam
penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang
Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai
persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Di dalam
pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
11
-
12
Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh
melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Beban belajar pendidikan
profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat
adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester. Sedangkan untuk satuan
pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40
satuan kredit semester.
Muatan pendidikan profesi meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan
dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1)
atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan
kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma
empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi
pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik
yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja. Ujian kinerja dilaksanakan
secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan
nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional
-
13
B. Landasan Teori
1. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat
psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan
memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer
persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari
pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan
proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang
mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan
ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak
terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses
psikologis).
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang
mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan
mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya
(Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar
(1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana
seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari
lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap
suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi
persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.
-
14
Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang
petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal
tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus
dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa
persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang
individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan
khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja
stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai
proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan
bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk
ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui
proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard,
1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang
-
15
telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku
orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).
b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan
yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap
selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu
juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang
memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan
tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure
terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang
berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini,
pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.
Bagaimana seseorang melakukan persepsi serta bagaimana suatu
rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus
yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga.
Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi
seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor
pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.
-
16
Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti
emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang
berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.
Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf
kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. Respon orang lain dapat
memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen (1961)
menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat
menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang
seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu
stimulus.
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :
1). Faktor-Faktor Fungsional
Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal
atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu
yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional
sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi
biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi
yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi
karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.
-
17
2). Faktor-Faktor Struktural
Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat
stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.
Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu,
maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita
ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor
yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan.
Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat
masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial
budayanya. Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat
konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus
yang kita persepsi.
Oleh karena manusia selalu memandang stimulus dalam
konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus
yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau
persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang
berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain,
cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
c. Bentuk-Bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu
evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal,
sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan
-
18
penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika
stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup
proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang
bersangkutan.
Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia
sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh
stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang
akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan
bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi
yaitu yang bersifat positif dan negatif.
1). Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang
mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai
dengan pribadinya.
2). Persepsi Negatif
Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk
pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak
obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.
-
19
2. Konsep Guru dan Peranannya
a. Pengertian Guru
Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120).
Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan
keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi
akan urgensinya guru bagi anak didik.
Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
b. Peran Guru
Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru
yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu,
model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit
pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.
Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang
Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.
-
20
1). Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu
guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara
mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,
serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
2). Guru Sebagai Pengajar
Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,
membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi,
sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal
yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena
perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif
-
21
murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa
batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar
yang setiap saat hadir di hadapan kita.
Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru
sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas
seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk
itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,
sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan
sepanjang hayat.
3). Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan
secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus
ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru
harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.
Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannya.
-
22
4). Guru Sebagai Pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya.
Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat
membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan
nyata di masyarakat.
5). Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru
untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing
peserta didik.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan
kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan
perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru
harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap
hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
-
23
6). Guru Sebagai Penilai
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik
apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak
lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis
masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara
menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
3. Profesi Guru
a. Pengertian Profesi
Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka
(to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu
-
24
mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut
merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26)
Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176)
accuption is one reguiring, advanced educational and special training
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan
khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science
dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial,
pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi.
Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi.
(1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung
pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan
dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan
bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak
setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan
aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian)
4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali
berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk
menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus
yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat
keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan
tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan
-
25
dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa
yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi).
Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen
terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan
diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya;
relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga
administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar
terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur
oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit
untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik
untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar
kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya
(anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien
yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di
banding dengan jabatan lainnya).
Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang
menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan
tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya,
dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang
pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua
(pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang
sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang
-
26
sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya),
tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari
ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan
memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu
karyanya ( Joni: 1980:6)
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005).
b. Profesi Guru
Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa,
tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu
yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang.
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
-
27
Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
c. Syarat Syarat Menjadi Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan
sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional. Guru harus memiliki
berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan
menjaga kode etik guru.
Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional
harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2)
memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan
terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan
warga negara yang baik.
Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan
-
28
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki
kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,
(4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5)
memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9)
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
4. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi
Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan
mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang
diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan
mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-
metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika
melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari
bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional.
Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan rata-
rata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum
memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi
yang telah disyaratkan.
-
29
Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat
keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal
dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi
kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional.
Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar
dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang
diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003).
Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa
pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi
pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal
dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan
penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto
dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang
diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi
pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen
pembelajaran.
-
30
Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 :
34).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah
suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh
seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi
yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.
b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa
tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga
kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3)
membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan
bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan
-
31
profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4)
mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa
(2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan
dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir tenaga
kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang
lebih bermutu.
c. Kerangka Sertifikasi
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan
sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi
panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61). Sertifikat
kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan LPTK,
maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu
tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan
tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan
mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.
-
32
Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana
kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa
(2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami
pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program
Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh
Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu
mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi
yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara
tersetruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru mengikuti sertifikasi.
Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar
dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan
untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi
kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.
Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik
yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana
nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang
bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang
profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
-
33
Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah
melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan
penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji
kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya
sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.
d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi
Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi
guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to
be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif
tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti).
Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007 : 26) menyatakan bahwa
kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan
perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan
gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan
-
34
dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara
profesional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14
/2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai
oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan
tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen
pembelajaran.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka,
kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
-
35
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan.
Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk
kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam
Lampiran.
e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio
Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman
mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada
Permendiknas No. 18 Tahun 2007. Uji kompetensi untuk memperoleh
sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio
adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru
dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman,
karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai
agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan
sosial).
Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru
dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi
akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta
(10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
-
36
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1,
S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di
dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini
berupa ijazah atau sertifikat diploma.
Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti
fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari
lembaga penyelnggara diklat.
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat
tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen
ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga
yang berwenang.
Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan
pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik
-
37
dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP
/ SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan.
Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran (
pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi,
strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi,
penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ).
Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala
sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola
oleh guru.
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik
dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan
menggunakan format penilaian.
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang
terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan
karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang
pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat
dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik
-
38
yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat
yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan
adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat
kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media
jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional
menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal
( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1
(satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan
penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung,
rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat
keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan
ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,
kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai
pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa
makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi
peserta.
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu
pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di
suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang
kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
-
39
ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru
bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler
(pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja KIR). Sedangkan
pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua
LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah
surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu
penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik
dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,
hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam
bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy
sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam
jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan
perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara
lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui
dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai
antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan
prestasi akademik.
-
40
Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk
menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi
produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan
pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat
kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti
sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar
memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan
kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan
guru.
f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi
Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan
dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang
dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer
appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer
appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan
tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran.
Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian
sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi
persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis;
(2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3)
guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik
saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.
-
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rangcangan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang
persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi
melalui kegiatan analisis secara kualitatif.
Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas
dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan
menggunakan pola pikir yang induktif. Fokus penelitian kualitatif belum
begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung.
Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan
sumber data supaya memperoleh makna.
Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik
karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode
artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural
setting (Sugiyono, 2006 : 8).
B. Lokasi dan Informan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan
Kabupaten Madiun tahun 2007.
Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau
partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten
41
-
42
Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball
sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang
menggelinding
C. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu
seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber
data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi.
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah
dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan
wawancara.
a. Teknik Angket (kuesioner)
Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru
terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh
data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan
-
43
dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket
bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian.
b. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian, cerita,
biografi,monografi, peraturan dan kebijakan.
Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen
tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah.
c. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Wawancara
digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan
memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi.
Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur
(semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan
secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara
yang sudah disiapkan.
2. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
-
44
Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data
tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif
(walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data
yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering
mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data.
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data
seperti dilukiskan pada Gambar 1.
Data Collection Data Disply
Data Reduction
Verifying
Gambar 1. Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )
-
45
a. Data Collection (Pengumpulan Data)
Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data
(Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik
pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan
angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang
didapat semakin bagus.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum,
dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari
tema serta polanya.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai
dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi.
Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang
ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi
negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang
ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan
persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang.
Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka
reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang
-
46
lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala
Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan
sesuai dengan tujuan.
c. Data display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan
sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat
terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.
Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan
menggunakan teks yang bersifat naratif.
d. Verifying (Verifikasi)
Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu
memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus
didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian
yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan
kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat
berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
-
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan
Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas
kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di
sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan
Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan
dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Sawahan.
Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di
Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan
No.
Jenis Sekolah Jumlah
1.
2.
3. 4.
5. 6.
Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sekolah Luas Biasa (SLB) Madrasah Tsanawiyah
28 2
1
2
1
1
Jumlah sekolah 35
47
-
48
Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya
sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada
perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun. Masyarakat lebih
banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar
mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota
Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10
persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah
sekolah di kota.
Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan
Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat
pada Tabel 4.
Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
No.
Nama Desa Jumlah SD Jumlah Guru
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14.
Jiwan Sukolilo Kwangsen Bibrik Teguhan Grobogan Klegen Serut Ngetrep Wayut Sambirejo Kincang Bedoho Bukur Metesih
2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2
23 19 15 16 24 16 12 9
18 19 29 7
18 18
Jumlah sekolah 28 243
-
49
Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan
seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga
Jenis Guru
No. Nama Sekolah Um
um
Ag
ama
Islam
Ag
ama
Kristen
Olah
Rag
a
Jum
lah G
uru
Kep
ala S
ekolah
Penjag
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Wayut 01 Wayut 03 Jiwan 01 Jiwan 02 Sukolilo 01 Sukolilo 03 Kincang 01 Kincang 02 Kincang 03 Metesih 01 Metesih 03 Teguhan 01 Teguhan 02 Teguhan 03 Kwangsen 01 Kwangsen 02 Ngetrep Grobogan 01 Grobogan 02 Sambirejo 01 Sambirejo 02 Bukur 01 Bukur 02 Klagenserut 01 Klegenserut 02 Bibrik 01 Bibrik 02 Bedoho
7 7
10 7 8 7 8 6 7 8 6 6 7 6 6 6 6 5 6 7 8 6 6 8 0 6 6 6
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 0 1 2 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1
8 9
12 10 11 9
11 9 9
10 8 8 9 8 7 8 8 7 9 9
10 9 9
12 1 7 9 8
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
2 1
1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1
1
Jumlah 182 35 3 23 243 25 15
-
50
B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan
dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan
pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan
yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu
dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah
dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen
pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang
berada di titik nadir yang hidup segan matipun tak mau. Profesi guru akan
diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter,
pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan Undang-
Undang Guru dan Dosen sebagai berikut :
-
51
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju peme
top related