pertambangan di nusa tenggara timur
Post on 30-Jun-2015
599 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pertambangan di Nusa Tenggara Timur
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan
memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai nilai ekonomi yang
rangkaian kegiatannya dimulai dari penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan
galian. Sehingga dalam pemahaman umum masyarakat tentang tambang adalah suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan sektor ekonomi namun memiliki resiko yang tinggi
terhadap lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang
tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan
komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia
dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Pengertian mengenai istilah lingkungan di atas juga juga masih tidak tepat penggunaannya
karena tidak diperjelas mengenai lingkungan alam atau lingkungan hidup. Lingkungan yang
didefenisikan hanya sebatas lingkungan hidup sehingga seringkali terjadi pro dan kontra
mengenai suatu kegiatan yang diperkirakan merusak lingkungan hidup.
Pro Kontra tersebut terjadi karena adanya perbedaan pemahaman mengenai lingkungan,
sehingga jika kita berdiri pada suatu pandangan berpikir yang netral kita akan bertanya
lingkungan yang diperjuangkan adalah lingkungan hidupnya apa dan siapa? Lingkungan
Hidup Manusia? Lingkungan Hidup Tumbuhan? Ataukah Lingkungan Hidup Hewan?
Karena setiap lingkungan hidup dari makhluk hidup yang ada di muka bumi ini berbeda
keadaannya.
Sering diperdebatkan apakah suatu keadaan lingkungan di Nusa Tenggara Timur seperti
“Apakah anda ingin hidup dengan keadaan yang rusak akibat bekas penambangan??”. Atau
muncul pertanyaan yang membandingkan dengan “mana yang lebih baik??antara kota
kupang, hutan lindung atau lokasi bekas tambang Freeport?”.
Pertanyaan tentang baik atau buruknya keadaan suatu lingkungan tidak bisa disimpulkan
tanpa ada pertanyaan untuk siapa keadaan lingkungan yang dianggap baik atau buruk
tersebut?
Hutan lindung merupakan lingkungan hidup yang baik bagi burung-burung, kera ataupun
seorang pecinta pepohonan. Tapi dapat juga menjadi lingkungan yang buruk bagi seorang
yang berasal dari kota besar modern yang terbiasa menggunakan alat-alat elektronik dan
segala fasilitas kemudahan yang disediakan oleh teknologi.
Atau dalam hal nyata diperdebatkan juga mana yang lebih baik antara pertanian dan
pertambangan? Akan ada yang pro dan kontra dalam hal itu. Mengapa demikian? Karena
memang begitulah realitas sosial yang ada di masyarakat kita.
Memang jika dilihat secara gamblang, sangatlah tidak bijak apabila kita mengganti sebuah
kawasan pertanian menjadi sebuah kawasan pertambangan, namun kita juga tidak bisa
menutup mata dengan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat umum. Seandainya jagung
bisa dipanen secepat menggali mangan, tentu masyarakat lebih memilih jagung. Karena
secara psikologi setiap orang juga ingin terlihat sejahtera di lingkungan masyarakatnya, maka
mereka tentu akan memilih suatu hal yang baru, yaitu pertambangan untuk dilakukan dengan
siap menerima konsekuensi kerusakan lingkungan hidupnya atau dengan kata lain berusaha
beradaptasi dengan lingkuhan hidupnya.
Melihat realita yang ada, seharusnya para “cendekiawan” dan pelaku lingkungan memikirkan
suatu cara terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada. Bukannya menolak kehadiran
pertambangan karena merasa lingkungan “hidupnya” sudah dirusaki oleh para penambang,
melainkan menemukan solusi terbaik untuk mengatur proses pertambangan di Nusa Tenggara
Timur tidak perlu berdampak besar bagi keseimbangan ekosistem lingkungan di Nusa
Tenggara Timur.
Oleh karena itu, setiap bentuk kegiatan dan kebijakan harus dicermati berdasarkan sisi
pandang komponen lingkungan alam dan lingkungan hidup, yakni komponen geofisik kimia
alam, komponen biologi alam dan komponen sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat.
Setiap komponen-komponen lingkungan tersebut harus dibandingkan lagi dengan sistem atau
teknologi yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sehingga dalam
regulasinya di dalam sistem ketatanegaraan kita, pemerintah mencoba membagi-bagi
kepentingan dan persepsi yang ada melalui Rencana tata ruang wilayah, yang dimana disitu
telah dibagikan pegembangan daerah sesuai dengan potensi wilayah yang ada. Karena
memang tidak bisa Nusa Tenggara Timur hanya dijadikan Provinsi Pertanian, Pariwisata atau
Peternakan untuk semua daerah, dikarenakan tidak semua daerah cocok untuk hal-hal
tersebut.
top related