phpt kedelai.docx
Post on 21-Dec-2015
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Disusun oleh :
Kelompok 1 - Agroteknologi J
Whisnu Bramastyo 150510120092
Mustika Andianny 150510120099
Hadi Nurkholis 150510120103
Dhaddy Dwimantara 150510120118
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, serta dengan usaha kami, kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun isi dari makalah ini yaitu mengenai Strategi Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan
moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan laporan di kemudian hari.
Jatinangor, September 2014
Penulis
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1. Pengetahuan Dasar PHT...............................................................................................2
2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai..........................................................................3
2.2.1. Hama Tanaman Kedelai.........................................................................................3
2.2.2. Penyakit Tanaman Kedelai...................................................................................5
2.3. Komponen Teknologi PHT pada Kedelai.......................................................................6
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDi Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun
Indonesia masih harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Hal ini
terjadi karena kebutuhan kedelai di Indonesia cukup tinggi. Kedelai dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk maka permintaan akan kedelai semakin meningkat.
Dalam prosesnya, hama merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
hasil produksi dari tanaman kedelai. Dalam penanggulangan hama sampai kini
petani masih mengandalkan pestisida, yang aplikasinya sering kurang sesuai
dengan kaidah-kaidah cara pengendalian yang bijaksana seperti frekuensi yang
terlalu tinggi, dosis insektisida yang kurang optimal atau penggunaan volume
semprot yang kurang dari semestinya. Penanggulangan hama dengan cara
demikian itu sebenarnya bertentangan dengan konsep pengendalian atau
pengelolaan hama terpadu (PHT).
Dalam usaha pengendalian harus selalu dicari teknologi pengendalian yang
ramah lingkungan. Sebelum melakukan pengendalian prasyarat yang harus
dipenuhi adalah harus cerdas dan teliti dalam identifikasi, pengetahuan luas
mengenai bioekologi hama, fluktuasi populasi, dan diketahui daerah
penyebarannya.
1.2. TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu serta untuk mengetahui
bagaimana strategi yang tepat untuk mengendalikan hama tanaman kedelai
secara terpadu sehingga ramah terhadap lingkungan dan tidak menimbulkan
masalah yang baru.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengetahuan Dasar PHTDalam PHT digunakan sedikit mungkin pestisida dan dimanfaatkan
sebanyak mungkin mekanisme pengendalian hama untuk menjaga agar populasi
hama berada di bawah aras yang menyebabkan kerugian ekonomis.
Pendekatannya berakar pada pemikiran ekologi, yaitu bahwa sistem
pengendalian hama yang merupakan subsistem dari suatu sistem produksi
tanaman dapat menjaga kelestarian produktivitas tanaman dan lahan, menjaga
keseimbangan alami dan daur ulang sumber daya lingkungan, dengan
menggunakan sistem masukan yang rendah dan integrasi strategi pengendalian.
Bioekologi hama dan musuh alami
Informasi biologi tanaman, hama, serta musuh alami diperlukan antara lain
untuk mempelajari tahapan pertumbuhan dan perkembangan serangga hama,
preferensi hama terhadap tanaman dan hubungan timbal balik inang (tanaman)
dan hama, dan juga mengetahui siklus hidup dan kebiasaan musuh alami
sehingga musuh alami tersebut dapat digunakan secara efektif dalam
pengendalian hama.
Ekologi hama antara lain untuk mengetahui dinamika populasi hama
kaitannya dengan inang dan faktor pembatas alamiah pertumbuhan populasinya,
utamanya musuh alaminya dan lingkungan abiotik, serta faktor yang mendukung
kelimpahan hama misalnya kemampuan mengatasi kondisi buruk akibat faktor
iklim dan tersedianya tanaman inang pengganti. Informasi tersebut diperlukan
untuk menentukan taktik pengendalian hama, yaitu teknik bercocok tanam,
sanitasi, pengendalian mekanis, atau pengendalian hayati.
Identifikasi (Taksonomi)
Dapat mengidentifikasi dengan baik dan benar juga merupakan salah satu
strategi pengelolaan hama terpadu. Dalam suatu ekosistem pertanian selalu
terdapat rantai makanan antara tingkat produsen primer (tanaman budidaya,
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 2
gulma, dan vegetasi lain), tingkat konsumen primer, dan tingkat konsumen
sekunder.
Status komunitas serangga berpotensi hama dalam PHT perlu ditetapkan
secara jelas, mana hama utama, mana hama potensial, dan mana yang bukan
hama. Demikian pula halnya dengan dominasi spesies di dalam komunitas hama.
Selain itu perlu dikaji pula bagian tanaman yang menjadi sasaran hama untuk
menetapkan metode pemantauan, penarikan contoh, dan taktik pengendalian
yang tepat.
Tanaman Inang
Pada umumnya serangga tidak menggantungkan hidupnya pada satu jenis
tanaman inang tetapi juga mempunyai beberapa inang lain. Hal ini akan lebih
mendukung keberhasilannya hidup di alam.
Daerah penyebaran hama
Daerah penghasil utama kedelai akan memungkinkan terjadinya serangan
hama yang lebih luas daripada daerah lain yang bukan kedelai sebagai penghasil
utamanya. Setiap hama mempunyai daerah sebaran yang berbeda-beda sesuai
dengan lingkungan yang mendukung kehidupan mereka. Masing-masing hama
akan menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil panen kedelai menurun.
Ambang Ekonomi
Ambang ekonomi atau ambang kendali merupakan dasar tindakan
pengendalian kimiawi. Ambang kendali dapat berdasar tingkat kerusakan
tanaman akibat serangan hama. Di Indonesia, untuk mengurangi penggunaan
insektisida terutama di sentra produksi kedelai, anjuran penggunaan insektisida
yaitu apabila populasi atau kerusakan sudah mencapai ambang kendali.
2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai
2.2.1. Hama Tanaman Kedelai
Riptortus linearis
Riptortus licornis merupakan hama yang dikenal sebagai penghisap
polong. Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh R. linearis bergantung
pada frekuensi serangan hama pada tahap pertumbuhan polong dan biji.
Selain itu, kerusakan dapat juga dipengaruhi oleh jumlah dan letak tusukan
pada biji (Tengkano et al. 1992). Serangan R. linearis pada fase
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 3
pembentukan polong akan menyebabkan polong kering dan gugur. Serangan
pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong
dan biji hampa. Serangan R. linearis yang terjadi pada fase pengisian biji
menyebabkan biji berwarna hitam dan busuk. Serangan pada fase
pemasakan polong menyebabkan biji berlubang dan akhirnya menyebabkan
kuantitas maupun kualitas hasil panen berkurang hingga 80% (Tengkano et
al. 1982).
E. Zinckenella
Serangga ini termasuk famili Pyralidae dan ordo Lepidoptera.
Serangga ini menyerang polong dan menyebabkan polong menjadi
berlubang. Larva yang baru menetas langsung masuk ke dalam polong dan
makan biji. Saat akan berpupa, larva akan berwarna 10 merah muda dan
meninggalkan polong untuk berpupa di dalam tanah. Imago mudah dikenali
karena adanya garis tipis berwarna kuning pada bagian tepi depan sayap
depan (Kalshoven 1981).
Nezara viridula
Serangga ini termasuk famili Pentatomidae dan ordo Hemiptera.
Kepik ini bersifat polifag. Berwarna hijau dan berukuran sekitar 16 mm.
Telur diletakkan berkelompok di bagian bawah permukaan daun sebanyak
10 sampai 90 butir telur per kelompok. Nimfanya berwarna terang.
Perkembangan dari nimfa menjadi imago memerlukan waktu 4 sampai 8
minggu dan waktu yang diperlukan untuk mennyelesaikan satu siklus hidup
berkisar antara 60 sampai 80 hari. Serangga betina mampu menghasilkan
telur hingga 1100 butir (Kalshoven 1981).
Spodoptera litura F.
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun
yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai,
kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Spodoptera litura
disebut sebagai ulat grayak karena ulat ini dalam jumlah yang besar
(mencapai ribuan) beramairamai menyerbu dan memakan tanaman pada
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 4
malam hari dan tanaman akan habis dalam waktu yang singkat (Pracaya
2007). Ulat dan imago S. litura hanya keluar pada malam hari dan
bersembunyi pada waktu siang hari, menyerang tanaman budidaya pada fase
vegetatif yaitu memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang
daun saja dan pada fase generatif dengan memangkas polong– polong muda
(Direktorat PerlindunganTanaman Pangan 1985). Menurut Adisarwanto &
Widianto (1999) serangan S. litura menyebabkan kerusakan sekitar 12,5%
dan lebih dari 20% pada tanaman umur lebih dari 20 hst
2.2.2. Penyakit Tanaman Kedelai
Karat Daun
Penyakit karat pada kedelai yang disebabkan oleh Phakopsora
pachyrizi merupakan salah satu penyakit pada tanaman kedelai yang sangat
merugikan. Serangan P. pachyrizi dapat menurunkan hasil dan mutu benih.
Keru gian hasil bervariasi dari 0 hingga 100% (Sudjono 1984).
Infeksi P. Pachyrizi telah diketahui dapat menyebabkan daun-daun
gugur sebelum waktunya sehingga menurunkan hasil panen (Rossiana et al.
1997). Selain itu, serangan P. pachyrizi pada kedelai yang berumur 50-70
hari dapat menghambat proses pembentukan polong (Sudjono 1984). Hal ini
disebabkan berkurangnya fotosintat tanaman sebagai bahan baku
pembentukan polong akibat terganggunya laju fotosintesis di daun yang
terinfeksi P. Pachyrizi
Hawar Daun
Patogen penyebab hawar daun pada tanaman kedelai adalah
Pseudomonas syringae pv glycinea. Gejala pada umumnya terlihat pada
daun, tapi sering juga pada batang, tangkai polong dan polong. Bercak pada
daun berbenfuk persegi dan tern bus cahaya dan kebasahan dengan warna
kuning menjadi merah sampai hitam. Daun yang terinfeksi mengalami
chlorotik yang akhirnya bagian tengah sakit dan daun jadi rontok.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 5
Bercak pada biji menyebabkan biji mengkerut dan berwarna hitam.
Tanaman kedele yang masih muda akan mati bila terserang. Perkembangan
penyakit didorong suhu yang relatif tinggi dan cuaca yang lembab.
Kerdil Kedelai
Kerdil kedelai atau Soybean Stunt disebabkan oleh Soybean Stunt
Virus (SSV) yang ditularkan oleh Aphis glycines dan A. Craccivora atau
melalui benih kedelai. Tanaman inang virus kerdil kedelai sangat banyak
sehingga mudah tersebar.
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit kerdil kedelai
adalah tanaman tumbuh kerdil, pada helai daun tampak adanya mosaik,
daun agak menggulung dan keriput, dan tulang daun terang (vein clearing).
Gejala khas yang menunjukkan adanya serangan penyakit ini adalah
terdapatnya belang coklat yang konsentris pada kulit biji yang terserang
virus.
2.3. Komponen Teknologi PHT pada KedelaiTanaman kedelai ditanam di desa Tambakrejo, kecamatan Tongas,
kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Benih kedelai yang ditanam yaitu
varietas Anjasmoro pada saat MK I dan jenis lahan yang digunakan adalah lahan
sawah.
Komponen teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai di
sini yaitu:
Varietas tahan
Penggunaan varietas tahan dilakukan dengan menanam varietas yang
tahan/toleran terhadap suatu hama. Tanaman yang menunjukkan kerusakan yang
lebih ringan atau mendapat serangan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang
lainnya dalam keadaan lingkungan yang sama di lapang disebut tahan atau
resisten. Ketahanan suatu varietas terdiri atas satu atau beberapa komponen,
yaitu tidak disukai, antibiosis, dan toleran.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 6
Tidak disukai (non preference) dan disukai (preference) menyangkut suatu
kelompok sifat-sifat inang dan reaksi-reaksi serangga yang menjurus ke
penghindaran atau pemilihan sesuatu inang, untuk bertelur, makan,
bersembunyi, atau untuk gabungan ketiga faktor tersebut.
Antibiosis adalah menyangkut pengaruh buruk terhadap kematian serangga,
ukuran, dan biologi yang diakibatkan oleh senyawa yang dikandung oleh
tanaman terhadap serangga.
Toleran adalah dasar ketahanan tanaman inang yang menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh dan sembuh kembali dari kerusakan, sedang
pada kepadatan serangga yang sama dapat menimbulkan kerusakan
ekonomik pada inang yang peka.
Penggunaan varietas tahan dalam pengendalian hama kedelai merupakan
komponen penting, karena pelaksanaannya mudah dan murah serta tidak
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Akan tetapi cara ini dapat
menimbulkan biotipe atau koloni baru. Kasus ini dapat dihindari dengan
pergiliran varietas yang mempunyai gen tahan yang berlainan. Penggunaan
varietas tahan ini dilakukan pada awal tanam sehingga bertujuan untuk
mencegah terjadinya serangan hama yang melebihi ambang ekonomi nantinya.
Tanaman yang digunakan pada rancangan ini adalah tanaman kedelai
varietas Anjasmoro. Kedelai varietas Anjasmoro tidak memiliki ketahanan
khusus terhadap serangan hama, namun memiliki ketahanan terhadap penyakit
karat daun.
Perlakuan Benih
Perlakuan benih (seed treatment) adalah pemberian bahan kimia dalam
rangka melindungi benih dari hama dan penyakit, baik yang terbawa benih,
serangan yang mungkin terjadi di penyimpanan maupun serangan di lapang.
Seed tratment memiliki tujuan untuk menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi)
dan disinfestasi dari benih akibat berbagai organisme patogen tular benih
(seedborne) dan tular tanah (soilborne) serta hama gudang.
Seed treatment dilakukan dengan cara mencelupkan benih ke larutan
fungisida (Misalnya Alto 100 SL atau Dithane M-45) selama 5 menit lalu
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 7
dikeringkan dalam ruangan. Seed treatment dengan menggunakan fungisida ini,
dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit karat.
Tanaman perangkap efektif
Penggunaan tanaman perangkap untuk menarik hama tertentu dapat
membebaskan tanaman yang diusahakan dari serangga hama tersebut.
Contohnya adalah pertanaman jagung di sekitar pertanaman kedelai untuk
perangkap H. armigera. Tanaman jagung perangkap ini diusahakan berbunga
pada saat populasi hama H. armigera tinggi untuk menyerang tanaman kedelai.
Di daerah endemis ulat grayak, ulat buah, pengisap polong, dan penggerek
polong dapat dilakukan pengelolaan hama dengan menggunakan tanaman
perangkap, yaitu (Tabel 5):
Tabel 5. Tanaman perangkap untuk mengendalikan ulat grayak, ulat buah,
pengisap polong, dan penggerek polong kedelai
No Hama KedelaiTanaman
PerangkapKeterangan
1Ulat grayak (S.
litura)
Kedelai varietas
Dieng, dan galur
MLG 3023
Ngengat ulat grayak lebih
tertarik meletakkan telur pada
kedua varietas/galur kedelai
tersebut, maka ketiganya
ditanam sebagai perangkap di
sekitar pertanaman kedelai
yang ditanam.
2 Ulat buah (H.
armigera)
Jagung Ngengat ulat buah lebih
menyukai rambut jagung
sebagai tempat peletakan telur.
Agar masa tersedianya bunga
jagung segar di lahan minimal
selama 3 minggu, maka perlu
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 8
menanam 3 varietas jagung
yang umurnya berbeda
(genjah, sedang, dan dalam),
dan ketiga varietas tersebut
ditanam 21 hari sebelum tanam
kedelai. Jagung ditanam di
sekeliling unit hamparan
kedelai, dan di lereng
pematang membujur atau
melintang dengan arah timur-
barat (berjarak antar barisan
sekitar 25 m dan dalam barisan
25 cm). Tiap varietas ditanam
berselang-seling dan tiap
lubang tugal diisi 3 biji.
3 Pengisap
polong
(R. linearis,
N. viridula,
P. hybneri)
Sesbania rostrata
dan Kacang hijau
var. Merak
Pengisap polong lebih tertarik
pada S. Rostrata dan kacang
hijau var. Merak. S. Rostrata
ditanam 14 hari sebelum tanam
kedelai. Ditanam di sekeliling
unit hamparan kedelai dan di
lahan atau di setiap pematang
membujur/melintang (berjarak
antar bariasan sekitar 25 m),
dengan arah timur-barat.
Penanaman di pematang hanya
di satu sisi, ditanam dalam
barisan berjarak 10 cm, dengan
3-5 biji/lubang.
Kacang hijau (6 % dari luas
lahan) ditanam bersamaan
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 9
dengan tanam kedelai dan 6%
lainnya ditanam pada 1 MST.
Ditanam di bagian pinggir
hamparan kedelai, terutama
pada lahan yang berbatasan
dengan lokasi sumber infestasi
hama. Di daerah endemis kepik
coklat, luas tanaman kacang
hijau sekitar 10-12% dari luas
hamparan. Jarak tanam 40 cm
x 20 cm, dengan 2-3
biji/lubang.
Sampai saat ini penggunaan S.
Rostrata dinilai kurang efektif
dan efisien dalam tanaman
perangkap. Bentuk S. Rostrata
adalah pohon sehingga
menyulitkan dalam aplikasinya
di lapangan (hama yang
terperangkap susah untuk
diambil), selain itu tanaman ini
juga tidak punya nilai
ekonominya.
4 Penggerek
polong
(E.zinckenella)
Kedelai var. Dieng,
Malabar, MLG
3023, dan
Crotalaria
spp
Ngengat penggerek polong
lebih menyukai ketiga varietas
kedelai tersebut dan gulma
Crotalaria spp. Untuk
meletakkan telurnya. Di daerah
endemis penggerek polong,
perlu dilakukan penanaman
tanaman perangkap tersebut 14
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 10
hari sebelum tanam kedelai.
Luas tanaman perangkap
sekitar 12% dari luas hamparan
tanaman utama.
Penanaman tanaman perangkap disesuaikan dengan fase kritis dari hama-
hama tersebut menyerang tanaman kedelai, seperti tanaman jagung yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Penggunaan Musuh Alami
Penggunaan musuh alami pada pengendalian hama mempunyai dampak yang
sangat besar dalam menjaga keseimbangan hayati di lingkungan pertanaman.
Musuh alami yang paling dominan adalah kumbang Paederus fuscipes,
Anaxipha longipennis, dan laba laba Pardosa pseudoannaluta dan Atypena
delinae (Taulu 2001). P. fuscipes dikenal dengan sebutan kumbang jelajah yang
aktif terbang di sekitar tanaman kedelai. Kumbang ini selain predator bagi imago
hama tanaman kedelai, juga sebagai predator bagi telur E. zinknella. P.
pseudoannulata merupakan jenis laba-laba pemburu yang dapat hidup pada tajuk
dan permukaan tanah pada pertanaman kedelai.
Pestisida nabati
Sebagai contoh pestisida nabati yaitu ekstrak biji dan daun mimba.
Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati adalah sebagai berikut:
Keunggulan:
a. Penguraian yang cepat oleh sinar matahari
b. Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga
c. Toksisitas rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia dan
lingkungan
d. Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan
bersifat selektif
e. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida
kimia
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 11
f. Fitoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
g. Murah dan mudah dibuat oleh petani
Kelemahan:
a. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus
lebih sering
b. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga)
c. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan
bahan baku
d. Kurang praktis
e. Tidak tahan disimpan
Fungsi pestisida nabati:
a. Repelen, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang
menyengat
b. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
c. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
d. Menghambat reproduksi serangga betina
e. Racun syaraf
f. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
g. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap
serangga
h. Mengendalikan pertumbuhan patogen jamur/bakteri
Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV)
Bioinsektisida adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai agen
pengendalian serangga hama. Pemanfaatan bioinsektisida sebagai agen hayati
pada pengendalian hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama
terpadu (PHT). Terdapat enam kelompok mikroorganisme yang dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida, yaitu cendawan, bakteri, virus, nematoda,
protozoa, dan ricketsia (Santoso 1993; Tanada dan Kaya 1993). Empat
kelompok pertama merupakan jenis yang sering digunakan dan mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan (Kaaya et al. 1996; Reithinger et al.
1997; Sosa-Gomez dan Moscardi 1997; Kim et al. 2001; Prayogo et al. 2004).
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 12
Biopestisida SlNPV merupakan biopestisida yang murah, mudah, dan efektif
mengendalikan ulat grayak dan hama lain pada kedelai.
Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk memutus daur hidup suatu hama
sehingga populasinya dapat ditekan dengan cara mencegah tersedianya
makanan, tempat untuk hidup dan berkembang biak. Syarat untuk pergiliran
tanaman yaitu hama bukan bersifat polifag. Sebagai contoh ialah untuk
mengendalikan hama lalat kacang dengan mengganti pertanaman kedelai dengan
tanaman bukan kacang-kacangan. Pergiliran tanaman ini bisa dilakukan setelah
tanaman kedelai dipanen.
Penentuan waktu tanam serempak
Tindakan tanam serempak dimaksudkan agar tersedianya makanan bagi
hama menjadi lebih pendek dan suatu saat akan menjadi periode tidak ada
pertanaman sehingga perkembangan populasi dapat dihambat. Sebagai contoh
untuk pengendalian lalat kacang tanam serempak harus dilakukan dengan selisih
waktu tidak lebih dari 10 hari. Tanam serempak ini dilakukan diawal
pertanaman.
Sanitasi tanaman kedelai
Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber serangan, inang alternatif
dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman/sisa tanaman terserang,
pembersihan pematang, saluran air, gulma, tanaman inang, semak-semak dan
tempat-tempat untuk bertelur. Sanitasi ini dilakukan selama proses penanaman
kedelai.
Pestisida buatan
Apabila hama utama tanaman kedelai yaitu Nezara viridula telah melewati
ambang ekonomi maka pengendaliannya bisa dengan insektisida deltametrin.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan PHT kedelai efektif dan efisien mengendalian hama-hama utama kedelai.
Pemantauan jenis, populasi, dan tingkat serangan hama utama kedelai dan
analisis ekosistem serta keputusan pengendalian dengan insektisida berdasarkan
ambang kendali masing-masing hama sebagai dasar pengaplikasian insektisida
efektif dan efisien menekan tingkat infestasi hama, efisien mengurangi jumlah
pemakaian dan biaya insektisida.
Telah diketahui banyak sekali teknologi pengendalian hama terpadu yang ramah
lingkungan pada penanaman kedelai seperti penggunaan varietas tahan, tanaman
perangkap yang efektif, pestisida nabati, Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis
Virus (SlNPV), pergiliran tanaman, penentuan waktu tanam serempak, sanitasi
tanaman kedelai, dan yang terakhir barulah pengguaan pestisida buatan .
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 14
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto & Widianto, R. 1999.Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan
Sawah-Kering-Pasang Surut. Jakarta: Swadaya.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 1985. Pengenalan Jasad Pengganggu
Tanaman Palawija. Jakarta: Dirjen Pertanian Tanaman Pangan.
Kaaya, G.P., E.N. Mwangi, and E.A. Ouna. 1996. Prospects for biological control of
livestock ticks Rhipicephalus appendiculatus and Amblyommavariegatum
using the entomogenous fungi Beauveria bassiana and Metarhizium
anisopliae. J. Invertebr. Pathol. (67): 15−20.
Kalshoven LGE 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari De Plagen
van the Culturgewassen in Indonesia.
Pracaya. 2007. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prayogo, Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama
penghisap polong kedelai Riptortus linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae) dan
dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida:
Oxyopidae). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Santoso, T. 1993. Dasar-dasar patologi serangga. Dalam E. Martono, E. Mahrub,
N.S. Putra, dan Y. Trisetyawati (Ed.). Simposium Patologi Serangga I.
Yogyakarta, 12−13 Oktober 1993. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
hlm. 1−15.
Tanada, Y. and H.K. Kaya. 1993. Insect Pathology. Academic Press, Inc., California.
Taulu LA. 2001. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 15
Tengkano W, Okada T, Tohir AM. 1988. Pengaruh serangan penghisap polong
terhadap daya kecambah benih kedelai. Balitan Bogor.
Sudjono S. 1984. Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Karat Kedelai
(Phakopsora pachyrizi Syd.) [disertasi]. Bogor: Departemen Hama dan
Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB
Strategi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 16
top related