pipit punya laporan
Post on 05-Jul-2015
482 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
ANGKATAN VI TAHUN 2011
DI CV.SANIRI JAYA UJUNG INDAH
Pengendalian Hama dan Penyakit
OLEH:
Nama :WINDA FITRIANA
Nis :209062
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 MAROS
(SMK NEGERI 1 MAROS TAHUN AJARAN 2010- 2011)
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI(PRAKERIN)
SMK NEGERI 1 MAROS
TAHUN 2011
HAMA DAN PENYAKIT
PEMBIMBING PRAKERIN
PEMBIMBING LAPANGAN PEMBIMBING SEKOLAH
ALESMAN Aris Eko Yulianto,ST,M.si
MENGETAHUI
PIMPINAN INSTANSI KEPALA SEKOLAH
Drs.EDY SUSANTO Drs.BURHANUDDIN, Mpd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan HidayaNyalah
sehingga peyusun dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) selama
kurang lebih empat bulan dan menyelesaikan karya tulis in tepat pada waktunya.
Dengan selesainya karya tulis ini penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
memantapkan dan menyempurnakan karaya tulis ini, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber informasi bagi pengembangan Budidaya dimasa yang akan ating. Untuk itu dengan
kerendahan hati penyusun mengucpkan terimah kasih kepada :
1. Kepada orang tua terutama ibunda tercinta yang telah membesarkan kami hingga seperti
ini.
2. Kepada Bapak Drs.Burhanuddin,Mpd selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Maros.
3. Aris Eko Yulianto,ST,M.Si selaku pembimbing sekolah yang tiada henti-hentinya
member masukan dan saran-saran yang baik.
4. Drs.Edy Susanto selaku pimpinan CV.Sanirijaya Ujung Indah Barru.
5. Alex Pembimbing Lapangan yang telah banyak meluankan waktunya untuk memberikan
bimbingan.
6. Para Guru-Guru terutama pada jurusan Agribisnis Perikanan SMK Negri 1 Maros
7. Rekan-rekan sePRAKERIN.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
melainkan banyak kekuranagan.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
sifatnya membangun demi kesempuraan selanjutnya.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca terutama bagi penulis sendiri.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Makalah
Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di
perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi
orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di
lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan
tanah pada tambak.
Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies
itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis
hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi
dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat
mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama
yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi
pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati
secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.
Berdasarkan hal – hal yang di kemukakan di atas, maka penyusun merumuskan suatu
judul yaitu : HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU,
2. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pengelolaan Udang Windu yang
merupakan salah satu mata diklat produktif dalam program keahlian budi daya
perikanan laut.
3. Manfaat Makalah
Adapun manfaat yang di dapat dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu perikanan
terutama dalam pengendalian hama dan penyakit pada Udang windu yang mana
pengetahuan tersebut merupakan salah satu kajian keilmuan pada program keahlian
budi daya perikanan laut.
2. Secara praktis, di harapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran
kepada pengusaha / pembudi daya tambak dalam mencegah, mengendalikan dan
mengobati ikan / udang yang di pelihara.
1.3 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Industry ( Prakerin ini) berlangsung mulai dari
tanggal 3 Januari sampai 5 Mei 2011.
Kegiatan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) ini di laksanakan di CV.Saniri jaya
Ujung Indah yang berlokasi di
Dusun : Ujung Indah
Desa : Cilellang
Kecamatan : Mallusetasi
Kabupaten : Barru
Propinsi : Sulawesi Selatan
2.1. PENGERTIAN HAMA
Pada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama hanya
tergantung spesies yang di pelihara .
Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang dibudidayakan, dan
dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan hilangnya hewan
budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan dalam pemanfaatan
sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas.
2.2. HAMA YANG MENYERANG IKAN DAN UDANG
Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :
2.2.1. Pemangsa (Predator)
Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan spesies yang di pelihara
sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies
yang di pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam
pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi memakan spesies yang di pelihara, di
samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh
hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk
dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai
vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops
hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp.,
dan lain-lain.
2.2.2. Penyaing
Tabel . 1 : Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak
Penyaing
Famili
Jenis-jenis
Cacing
Polychaeta
Dendronereis sp. (Palolo)
Udang-udangan
-
Mesopodopsis (Jambret)
Metapenaus monoceros (Udang api-api)
Penaeus merguiensis (Udang putih)
Penaeus indicus (Udang jaring)
Serangga
-
Chironomus sp.
Moluska
Cerithidae
Trisipan
Ikan
Cichlidae
Tilapia mossambica (Mujair)
Microryridae
Aplocheilus panchax (Kepala timah)
Mugiliidae
Mugil Cephalus (Belanak)
Siganiidae
Siganus sp. (Samadar)
2.2.3. Perusak
Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul
sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang
pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga
kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan
tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.
Prosedur Pengendalian Hama
Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Cara Fisik
1. Pengolahan Tanah
Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua organisme
mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah dasar.
2. Perbaikan Pematang
Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan
penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.
3. Mekanik (Penangkapan langsung)
Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif jika
dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.
4. Penyaringan Air yang Masuk
Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau dengan
saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan
tambak.
Cara Kimiawi
Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-
hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan
dalam hal tenaga dan waktu.
PENYAKIT
4.1. PENGERTIAN PENYAKIT
Penyakit di artikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami
perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu
penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal.
Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit
eksternal :
1). Non patogen
· Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).
· Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.
2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :
· Penyakit viral
· Penyakit jamur
· Penyakit bakterial
Gejala-gejala umum penyakit ikan
Warna kusam atau pucat
Sirip rontok
Sirip lepas dan kadang tidak rapi
Luka
Pendarahan
Produksi lendir berlebihan/berkurang
Tutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucat
Benjolan pada insang/daging
Mata menonjol
Ukuran kepala dan badan tidaj proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain
Karakteristik penyakit infeksi pada ikan
Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan
sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada
hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya,
air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.
Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :
Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi
dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui
telur.
Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok
ikan dan waktu yang sama.
Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan
tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.
Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke
inang yang lain.
Contoh : siput, burung.
Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Prosedur diagnosa di lapangan
Pengukuran panjang dan berat ikan.
Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop.
Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatanpreparat apusan
darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri
dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip
yang membusuk.
Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau
ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-
tanda internal.
Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan
preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan
dalam etanol 70% untuk uji PCR.
Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya
salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan
mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah
sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh
virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan
yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan
yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal
ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan
demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen
sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi
penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis
patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.
Tindakan penanganan
Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara
tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan
meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua
wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila
memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan
atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling
efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral
telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan.
Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.
Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan
antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan
antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri.
Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat
mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan
timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin
terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.
Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi
jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di
air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.
Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur
dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan
kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal
pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.
4.2. PENYAKIT YANG MENYERANG UDANG
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
4.2.1. Bintik Putih.
Keganasan penyakit bercak putih bakterial (WSSV, White Spot Syndrome Virus) tidak hanya
berdampak pada udang windu (Penaeus monodon) saja, tetapi juga dapat berdampak pada
spesies krustase lainnya. Karena itu wabah penyakit dan penyebarannya harus dicegah.
Tanda serangan :
· Terdapat tanda seperti bercak pada kulit udang berdiameter 0,5-2 mm.
· Udang dalam keadaan lemah, berenang ke permukaan, kemudian mendekat ke pematang (jika
untuk pembesaran) dan mati.
Faktor Pemicu Timbulnya Penyakit
Beberapa faktor pemicu timbulnya penyakit adalah :
· Blooming fitoplankton kemudian mengalami kematian secara mendadak.
· Kadar oksigen rendah.
· Terjadi fluktuasi pH harian yang besar.
· Rendahnya temperatur air.
· Turun hujan secara mendadak.
· Pengelolaan pakan yang kurang baik.
Organisme Penyebab:
Penyebab penyakit WSSV adalah virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo
Virus). Virus ini merupakan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic Acid), berbentuk
batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus adalah kaki renang, kaki jalan, insang,
lambung, otot abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga menimbulkan infeksi yang
sistemik (menyeluruh).
Infeksi terutama terjadi pada saat stadia pramolting, sehingga menimbulkan pola bercak pada
saat pasca molting karena kerusakan sel ektodermal yang mengakibatkan penimbunan kalsium
ke karapas terganggu.
Cara Penularan Penyakit:
Penularan penyakit terjadi hanya melalui perantara karier (pembawa bibit penyakit) berupa
jambret (Mesopodopsis sp.), udang liar, kepiting, rajungan dan benih udang windu yang ditebar
sudah terkontaminasi di pembenihan. Bangkai udang terinfeksi oleh SEMBV apabila dimakan
oleh udang sehat dapat mengakibatkan terjadinya penularan virus.
Pencegahan:
Pengendalian penyakit dapat dilakukan hanya dengan cara :
· Air untuk pemeliharaan dan reservoir harus sudah diperlakukan dengan 30 ppm kaporit atau
krustasid untuk membunuh karier kemudian diaerasi selama 1 minggu.
· Hindarkan penyebab stress, untuk itu maka pergantian air harus dilakukan secara rutin.
· Kadar oksigen terlarut (DO) >3 ppm.
· Pengelolaan pakan harus diperhatikan , hindari pemberian pakan secara berlebihan yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan.
· Hindari pemeliharaan udang pada musim bediding (suhu air terlalu rendah).
· Hindarkan pemberian pakan dengan segar, karena dikhawatirkan membawa virus.
· Apabila terjadi fluktuasi pH yang besar (>0,5 unit) dalam satu hari, berikan kaptan (kalsium
karbonat) untuk meningkatkan alkalinitas air dengan dosis hingga 300 kg/Ha.
· Pemberian pupuk harus dilakukan di petak reservoir untuk mencagah terjadinya blooming di
petak pemeliharaan.
· Apabila terjadi udang kehilangan nafsu makan, dapat ditambahkan dengan atraktan berupa ikan
rucah dengan rasio 1 kg. Ikan rucah untuk setiap 5 kg pelet.
· Lakukan penyiponan untuk mengambil lumpur dasar pada umur 3 bulan setalah tebar.
4.2.2. Bintik Hitam/Black Spot.
Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat
bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain
yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga
kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
4.2.3. Penyakit Udang Gripis/Penyakit Bercak Coklat Putih Pada Cangkang.
Penyebab :
Jenis bakteri Vibrio sp., Pseudomonas sp., Myxobacterium sp., dan Flavobacterium sp.
Gejala Klinis :
Warna tubuh putih kecoklatan, karapas, kaki jalan, kaki renang dan ekor udang mengalami
kerontokan, lemah dan nafsu makan berkurang.
Penanggulangan :
· Cara menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki mutu air,
pengaturan pakan dan pengaturan padat penebaran yang sesuai dengan kondisi lahan. Dapat pula
dilakukan dengan cara memberikan antibiotika melalui percampuran dengan telur ayam atau
telur bebek mentah dengan perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan
antibiotika diaduk dengan pakan dan dikeringkan ditempat yang teduh lalu ditebar ke dalam
tambak.
· Dosis yang digunakan untuk penggunaan antibiotika adalah : Terramycin 30 mg/kg pakan,
Erythromycin 40 mg/kg pakan, Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
· Pemberian antibiotika dalam pakan dilakukan terus-menerus selama 3 hingga 5 hari, kecuali
untuk Furanace diberikan selama 14 hari.
4.2.4. Kotoran Putih/Mencret.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah
dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti
dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian.
Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara
rutin.
4.2.5. Insang Merah
Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air
tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan
lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
4.2.6. Nekrosis.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu
adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara
mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2
botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting)
dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.Penyakit pada udang sebagian besar
disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat
diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
4.2.7. Penyakit Kepala Kuning (Yellow Head Disease)
Penyebab :
Virus YHV (Yellow Head Baculo Virus)
Gejala Klinis :
Warna tubuh udang pucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan. Gejala klinis
tersebut pada umumnya mulai tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak.
Nafsu makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama sekali.
Penanggulangan :
Lihat upaya penanggulangan terhadap penyakit bercak putih.
BAB II
KEADAAN UMUM TEMPAT USAHA
2.1 Sejarah Dan Perkembangan Perusahaan Sejarah singkat perusahaan,perusahaan ini di bangun tahun 1997, merupakan perusahaan swasta yang di dirikkan oleh Yori yang ingin mendapatkan keuntungan dari hasil
pembenihan, dan juga sebagai sarana atau tempat untuk dapat ikut membantu dalam menyediakan benih udang windu ( Penaus monodon ).
Perusahaan ini mulai beroprasi setelah satu tahun pembangunan yang setiap tahunya mengalami beberapa penambahan yaitu dengan bertambahnya bangunan di antaranya tempat penampungan air, gedung induk dan bangunan kantor lainnya.
Ini semua dilakukan karena dilihat dari banyaknya petani tambak untuk membeli dan mengambil benur udang di tempat ini, karenah benih udang yang di hasilkan di tempat ini lebih berkualitas dan harganya lehih efisien.
2.2 Bentuk Unit Usaha
Bentuk unik usaha yang terdapat pada CV.SANIRI JAYA UJUNG INDAH adalah persekutuan komonditer,persekutuan komanditer adalah suatu persekutuan usaha yang anggotanya terdiri atas anggota aktif dan pasif,anggota aktif ( Sekutu aktif ) adalah anggota sekutu pendiri yang memimpin, mengelola dan mengawasi perusahaan. Sekutu ini bertanggung jawab tidak terbatas artinya anggota yang bertanggung jawab sepenuhnya atas segala hutang perusahaan.
Anggota pasif ( Sekutu pasif ) adalah anggota sekutu yamg hanya menyerah modal kepada sekutu aktif ,sekutu pasif tidak ikut memimpin, mengelolah, atau menguasai perusahaan ( Persekutuan ) sehingga tanggung jawab terbatas, modal yang di setor jika perusahaan memiliki hutang pada pihak lain.
4
2.3 Strukter Organisasi PerusahaanAdapun suasana atau struktur organisasi di perusahaan pembenihan udang windu
CV.Saniri Jaya Ujung Indah dapat dilihat sebagai berikut :
Pimpinan Cv.Saniri Jaya Ujung Indah
“Drs.Edy Susanto’’
Sekretaris
“Agustini”
Manager Produksi“Drs. Edy Susanto
SaranaProduksi
“Nyoman”
Teknisi“Alesman’’
5
2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setip orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar, maupun hubungan di luar kerja guna menghasilkan barang dan jasa demi
1.Keuangan
“Iken candra.s”
2.Pemasaran
“Nyoman”
Induk
1.Niko
Larva
1.Ansar
Quality
Control
Nanung
Pakan
1.Man
2.Onda
memenuhi kebutuhan masyarakat, tenaga kerja yang ada pada CV.SANIRI JAYA UJUNG INDAH di bedakan menjadi dua macam yaitu
- Tenaga kerja tetap yaitu karyawan yang bekerja setiap hari dengan tugas-tugas yang telah di tetapkan dan memperoleh gaji secara tetap setiap bulanya.
- Tenaga kerja tidak tetap yaitu karyawan yang bekerja dan di gaji berdasarkn lamanya jam kerja yang di lakukan.
Jumlah tenag kerja yang bekerja di CV. SANIRI JAYA UJUNG INDAH sebanyak 14 orang dan di dominasi oleh pria, tingkat pendidikan pekerja yang ada di perusahaan ini berfariasi mulai dari sekolah dasar samai perguruan tinggi, umur merekah sekitar 20-45 tahun, tenaga kerja yang berpendidikan sarjana menduduki jabatan Menager, sedangkan tenaga kerja yang berada di bagian proses produksi berpendidikan SD,SMP,dan SLTA.
6
BAB III
SARANA PRODUKSI
3.1 BANGUNAN
Fungsi utama bangunan perusahaan adalah melindungi segala sesuatu yang ada didalamnnya seperti manusia,alat-alat budidaya dan produk yang dihasilkan bangunan diperusahaan yang ada di CV.SANIRIJAYA UJUNG INDAH hanya berlantai satu adapun beberapa bagian antara lain
- Pada bagian depan terdapat dua gedung yaitu gedung pembenihan dan gedung pemijahan atau pemeliharaan induk.
- Pada bagian tengah terdapat laboratorium pakan dan tempat penetasan artemia.- Pada bagian belakang terdapat lima gadung pembenihan larva.
Adapun kondisi bangunan secara umum perusahaan ini ada dua unit produksi adalah sebagai berikut.
- Bangunan tempat pemeliharaan terbuat dari tembok beratap seng dan bak pemeliharaan larva,yaitu bak beton atau bak fiber glass,bentuk persegi empat,bundar atau lonjong.
- Bak kultur pakan alami yaitu bak beton bentuk segi empat- Warna tembok berwarna putih sedangkan pada bak pemeliharaan berwarna
biru dan dilengkapi aerasi dan bagian atas bak dilengkapi lampu neon sebagai penerang.
- Bangunan tempat pembuatan pakan buatan berlantai tegel yang dibeti pendingin AC.
- Tempat pemeliharaan yang dilengkapi dengan ember yang diletakkan didepan bak pemeliharaan atau pembenihan.
- Bak penampungan yaitu bak penampungan air yang akan digunakan dalam pembenihan.
- Bak pemanenan dan penampungan benur,bak peanenan benur merupakan bak pemeliharaan larva dengan ukuran volume air 100 liter.
3.2 Gambar Denah Lokasi
5 4
10
12
Keterangan :
1 : Rumah pemilik perusahaan2 :Ruang Larva3 :Ruang Larva4 :Bak Skeletonema costatum5 :Musholla6 :Ruang Induk Udang Vanamei7 :Bak Skeletonema costatum Dinar8 :Ruang Lava Dinar9 :Ruang Induk Udang Windu
10 :Ruang Larva11 :Bak Penampungan Air12 :Ruang Pakan13 :Ruang Induk Lama14:Ruang Larfa Lama15 :Ruang Larva Lama
BAB IV
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
8
67
9
1
2
3
1114 15
13
1.Pengedalian penyakit
- Penyakit adalah salah satu kendala yang dapat menyebabkan timbulnya
kematian dalam waktu singkat.Oleh karena itu untuk menghindari hal
tersebut maka dilakukan pencegahan dengan memberikan antibiotik.
- Setiap perubahan stadia larva sangat rentan terhadap serangan
penyakit.Untuk memcegah penyakit jamur diberikan treflan 0,1 ppm,untuk
mencegah timbulnya penyakit parasit yang sering menyerang larva dan post
larva diberikan Elbazine 0,05 ppm pemberiannya dilakukan sekitar pukul
17.30
Nama Penyakit dan cara pengendalian hama dan penyakit pada udang windu :
Kunang-kunang
-Pengendaliannya: -Diberikan kapur ,10 gr/ton. Dan diberikan pada malam hari
Jamur Merah
-Pengendaliannya: -Diberikan Treflan, dengan dosis 0,05 ml/ton
Protosoa
-pengendaliannya: -Diberikan Elbasin 0,5gr, dan Treflan 0,05 ml.
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula beberapa
masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama
dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi lebih awal, maka
kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat
kematiannya tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap hama
dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian
dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini, tindakan penanggulangannya
dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:
a. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:
· Perubahan salinitas air secara mendadak;
· pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
· Kekurangan oksigen dalam air;
· Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
· Perubahan suhu air yang mendadak;
· Kerusakan mekanis (luka-luka);
· Perairan terkena polusi.
b. Makanan yang tidak baik :
· Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
· Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. Stres
Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres
merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan
terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat
beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasiikan-ikan yang
dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami
shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
e. Kepadatan Ikan
Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan
persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti
ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab
timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).
Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya
penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di
sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.
Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya
limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan
pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling perusahaan hatchery (Anonim,
2004).
HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang MakalahDi dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak.Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.Berdasarkan hal – hal yang di kemukakan di atas, maka penyusun merumuskan suatu judul yaitu : HAMA
DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU, KERAPU DAN BANDENG.
2. Tujuan MakalahMakalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pengelolaan Larva Bandeng Kerapu yang merupakan salah satu mata diklat produktif dalam program keahlian budi daya perikanan laut.
3. Manfaat MakalahAdapun manfaat yang di dapat dari penyusunan makalah ini antara lain :1. Secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu perikanan terutama dalam pengendalian hama dan penyakit pada ikan bandeng, kerapu, dan udang, yang mana pengetahuan tersebut merupakan salah satu kajian keilmuan pada program keahlian budi daya perikanan laut.2. Secara praktis, di harapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran kepada pengusaha / pembudi daya tambak dalam mencegah, mengendalikan dan mengobati ikan / udang yang di pelihara.
BAB VTINJAUAN PUSTAKA
Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi.Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini, tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:a. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:· Perubahan salinitas air secara mendadak;· pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);· Kekurangan oksigen dalam air;· Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);· Perubahan suhu air yang mendadak;· Kerusakan mekanis (luka-luka);· Perairan terkena polusi.b. Makanan yang tidak baik :· Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;· Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. StresStres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap
lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.e. Kepadatan IkanKepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004).
BAB IIIH A M A
2.1. PENGERTIAN HAMAPada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama hanya tergantung spesies yang di pelihara .Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas.2.2. HAMA YANG MENYERANG IKAN DAN UDANGHama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :2.2.1. Pemangsa (Predator)Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan spesies yang di pelihara sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies yang di pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi memakan spesies yang di pelihara, di samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp., dan lain-lain.
2.2.2. PenyaingTabel . 1 : Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambakPenyaingFamiliJenis-jenisCacingPolychaetaDendronereis sp. (Palolo)Udang-udangan-Mesopodopsis (Jambret)Metapenaus monoceros (Udang api-api)Penaeus merguiensis (Udang putih)Penaeus indicus (Udang jaring)Serangga-Chironomus sp.MoluskaCerithidaeTrisipanIkanCichlidaeTilapia mossambica (Mujair)MicroryridaeAplocheilus panchax (Kepala timah)MugiliidaeMugil Cephalus (Belanak)SiganiidaeSiganus sp. (Samadar)2.2.3. Perusak
Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.Prosedur Pengendalian HamaProsedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :Cara Fisik1. Pengolahan TanahSebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah dasar.
2. Perbaikan PematangLubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.3. Mekanik (Penangkapan langsung)Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.4. Penyaringan Air yang MasukAir yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak.Cara KimiawiJika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu.
BAB IVPENYAKIT
4.1. PENGERTIAN PENYAKITPenyakit di artikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal :1). Non patogen· Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).· Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :· Penyakit viral· Penyakit jamur· Penyakit bakterialGejala-gejala umum penyakit ikanWarna kusam atau pucatSirip rontokSirip lepas dan kadang tidak rapiLukaPendarahanProduksi lendir berlebihan/berkurangTutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucatBenjolan pada insang/dagingMata menonjolUkuran kepala dan badan tidaj proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain
Karakteristik penyakit infeksi pada ikanIkan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.Istilah penting penyakit infeksi pada ikanIstilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain.Contoh : siput, burung.Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.Prosedur diagnosa di lapanganPengukuran panjang dan berat ikan.Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop.Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatanpreparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.Pekerjaan di laboratoriumPekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang
diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.Tindakan penangananPenyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.4.2. PENYAKIT YANG MENYERANG UDANGBeberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;4.2.1. Bintik Putih.Keganasan penyakit bercak putih bakterial (WSSV, White Spot Syndrome Virus) tidak hanya berdampak pada udang windu (Penaeus monodon) saja, tetapi juga dapat berdampak pada spesies krustase lainnya. Karena itu wabah penyakit dan penyebarannya harus dicegah.Tanda serangan :· Terdapat tanda seperti bercak pada kulit udang berdiameter 0,5-2 mm.· Udang dalam keadaan lemah, berenang ke permukaan, kemudian mendekat ke pematang (jika untuk pembesaran) dan mati.Faktor Pemicu Timbulnya PenyakitBeberapa faktor pemicu timbulnya penyakit adalah :· Blooming fitoplankton kemudian mengalami kematian secara mendadak.
· Kadar oksigen rendah.· Terjadi fluktuasi pH harian yang besar.· Rendahnya temperatur air.· Turun hujan secara mendadak.· Pengelolaan pakan yang kurang baik.Organisme Penyebab:Penyebab penyakit WSSV adalah virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo Virus). Virus ini merupakan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic Acid), berbentuk batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus adalah kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga menimbulkan infeksi yang sistemik (menyeluruh).Infeksi terutama terjadi pada saat stadia pramolting, sehingga menimbulkan pola bercak pada saat pasca molting karena kerusakan sel ektodermal yang mengakibatkan penimbunan kalsium ke karapas terganggu.Cara Penularan Penyakit:Penularan penyakit terjadi hanya melalui perantara karier (pembawa bibit penyakit) berupa jambret (Mesopodopsis sp.), udang liar, kepiting, rajungan dan benih udang windu yang ditebar sudah terkontaminasi di pembenihan. Bangkai udang terinfeksi oleh SEMBV apabila dimakan oleh udang sehat dapat mengakibatkan terjadinya penularan virus.Pencegahan:Pengendalian penyakit dapat dilakukan hanya dengan cara :· Air untuk pemeliharaan dan reservoir harus sudah diperlakukan dengan 30 ppm kaporit atau krustasid untuk membunuh karier kemudian diaerasi selama 1 minggu.· Hindarkan penyebab stress, untuk itu maka pergantian air harus dilakukan secara rutin.· Kadar oksigen terlarut (DO) >3 ppm.· Pengelolaan pakan harus diperhatikan , hindari pemberian pakan secara berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.· Hindari pemeliharaan udang pada musim bediding (suhu air terlalu rendah).· Hindarkan pemberian pakan dengan segar, karena dikhawatirkan membawa virus.· Apabila terjadi fluktuasi pH yang besar (>0,5 unit) dalam satu hari, berikan kaptan (kalsium karbonat) untuk meningkatkan alkalinitas air dengan dosis hingga 300 kg/Ha.· Pemberian pupuk harus dilakukan di petak reservoir untuk mencagah terjadinya blooming di petak pemeliharaan.· Apabila terjadi udang kehilangan nafsu makan, dapat ditambahkan dengan atraktan berupa ikan rucah dengan rasio 1 kg. Ikan rucah untuk setiap 5 kg pelet.· Lakukan penyiponan untuk mengambil lumpur dasar pada umur 3 bulan setalah tebar.4.2.2. Bintik Hitam/Black Spot.Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.4.2.3. Penyakit Udang Gripis/Penyakit Bercak Coklat Putih Pada Cangkang.Penyebab :
Jenis bakteri Vibrio sp., Pseudomonas sp., Myxobacterium sp., dan Flavobacterium sp.Gejala Klinis :Warna tubuh putih kecoklatan, karapas, kaki jalan, kaki renang dan ekor udang mengalami kerontokan, lemah dan nafsu makan berkurang.Penanggulangan :· Cara menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki mutu air, pengaturan pakan dan pengaturan padat penebaran yang sesuai dengan kondisi lahan. Dapat pula dilakukan dengan cara memberikan antibiotika melalui percampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah dengan perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan antibiotika diaduk dengan pakan dan dikeringkan ditempat yang teduh lalu ditebar ke dalam tambak.· Dosis yang digunakan untuk penggunaan antibiotika adalah : Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg pakan, Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.· Pemberian antibiotika dalam pakan dilakukan terus-menerus selama 3 hingga 5 hari, kecuali untuk Furanace diberikan selama 14 hari.4.2.4. Kotoran Putih/Mencret.Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian.Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.4.2.5. Insang MerahDitandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.4.2.6. Nekrosis.Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.4.2.7. Penyakit Kepala Kuning (Yellow Head Disease)Penyebab :Virus YHV (Yellow Head Baculo Virus)Gejala Klinis :Warna tubuh udang pucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan. Gejala klinis tersebut pada umumnya mulai tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak. Nafsu makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama sekali.Penanggulangan :Lihat upaya penanggulangan terhadap penyakit bercak putih.
BAB IV
Penyakit Udang
A.Predator
Predator adalah segalah jenis hewan yang dapat memangsa udang windu yang di pelihara dalam petakan tambak. Beberapa jenis predator udang windu yaitu jenis udang ikan,seperti ikan kakap dan ikan kerong-kerong jenis crustasea ,seperti kepiting ;dan jenis reptile,seperti ular.di samping itu ,beberapa jenis udang liar laut juga menjadi competitor dalam mencari pakan sehingga di kawatirkan udang windu akan mengalami kekurangan pakan .
Untuk mencegah masuknya ikan dan udang liar kedalam tambak,perlu di pasang jaring pada bagian intlet air laut agar tidak bisa masuk ke dalam tambak. Sementara untuk mencegah masuknya ular ke dalam areal tambak,bisa di pasang pagar di sekeliling tambak. Selain itu, ikan yang berada di dalam tambak udang windu bisa di basmi dengan saponim.
B.PARASIT
Parasit mudah nyerang udang vannamei bila kualitas air tambak kurang baik,terutama pada kondisi kandungan bahan organik yang tinggi.parasit akan menempel pada ingsang,kaki renang,dan kaki jalan.pada kondisi yang lebih parah,parasit bila menempel pada permukaan tubuh udang.parasit akan terlepas darii tubuh udang vannamei bil udang tersebut mengalami ganti kulit (moulting)
Pencegahan keberadaan parasit pada udang vannamei bisa dilakukan dengan pergntian air tambak, pemakian probiotik dan pengolahan pemberian pakan. Beberapa jenis parasit yang
sering menyerang udang vannamei yaitu:Zoothamnium,vorticela,dan pengelolaan pemberian pakan .beberapa jenis parasit yang sering menyerang udang vannamei yaitu zoothamnium ,vorticala ,dan episttylis. Oleh karena ukurang parasit yang mnyerang sangat kecil maka untuk mengamatinya perlu menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali.
Artemia franciscana Kellogg, 1906 Artemia gracilis
Artemia monica Verrill, 1869 - Mono Lake brine shrimp Artemia persimilis Piccinelli & Prosdocimi, 1968
Artemia salina ™ C. Linnaeus, 1758 Artemia sinica Cai, 1989 Artemia tibetiana Abatzopoulos et al., 1998
Artemia urmiana Gunther, 1900
Artemia salina
Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Class: Branchiopoda
Order: Anostraca
Family: Artemiidae
Genus: Artemia
Species: A. salina
top related