plagiat merupakan tindakan tidak … ari, david, dan ave, mas nugroho, almamaterku. plagiat...
Post on 18-May-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
Yang diajukan oleh:
M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
telah disetujui oleh Pembimbing dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi
Berjudul
EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005
Oleh : M. Rianasari Dwi Swastika
NIM : 038114003
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal :
14 Mei 2007
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt. Pembimbing :
dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. .........................................
Panitia Penguji :
1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. .........................................
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. .........................................
3. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. .........................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
There can be miracles when you Believe………. though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what Miracles you can
Achieve……….
when you believe, somehow you will
you WILL when you BELIEVE………. (When You Believe OST The Prince of Egypt)
Untuk segala sesuatu ada waktunya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah 3 : 1, 11)
Kupersembahkan karya ini untuk : yang tercinta Bapak dan Ibu, mas Ari, David, dan Ave, mas Nugroho, Almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Mei 2007 Penulis M. Rianasari Dwi Swastika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “EVALUASI
PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN
KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005” ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada uluran tangan dari pihak-pihak yang
dengan kesediaan dan kelegaan hati membantu penulis dari awal sampai akhir proses
penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Unit Rekam Medis.
3. Bapak Siswuryanto selaku Kepala Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta
yang telah membantu peneliti selama pengambilan data.
4. Bapak Darsono dan segenap staf Unit Rekam Medis RS Bethesda Yogyakarta
yang telah membantu peneliti dalam mencari data.
5. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas
bimbingan, kesabaran dan masukan-masukannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas
masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.
7. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih atas
masukan, saran, dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.
8. Bapak Yoseph dan Ibu Marcia, atas doa, cinta, bimbingan, harapan dan kasih
sayang yang selalu tercurah kepada penulis. Tanpa dukungan bapak-ibu kuliahku
tak akan lancar.
9. Mas Ari, David, Ave, terimakasih untuk keceriaan yang telah dihadirkan dalam
hidup penulis. Tawa kalian membuatku selalu semangat.
10. Mas Yusuf Nugroho Sukarno, untuk semuanya. Terimakasih untuk masukan,
semangat, dukungan, dan bantuannya walau kadang hanya lewat doa. Penulis
tidak akan bisa melewati ini semua tanpa bantuan mas.
11. Teman-teman angkatan 10 VL untuk semua ceritanya dan kenangannya.
12. Teman-teman angkatan 2003, khususnya kelas A, kelompok praktikum A,
senang bisa mengenal dan bekerja sama dengan kalian.
13. Anak-anak kost Banana Home, Eta, Prita, Mekar, Deta, Vita, Dian, Mbak Cicil,
Tika, Ratih, Mbak Purba, terima kasih karena kehadiran kalian membuat hidupku
sedikit lebih berkembang.
14. Nugraheni Angger dan Antonia Ari, atas kebersamaannya di Unit Rekam Medis
RS Bethesda Yogyakarta.
15. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula
dengan karya ini. Maka melalui kesempatan ini penulis ingin meminta maaf yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
sedalam-dalamnya apabila ada kesalahan baik dalam tulisan yang terdapat dalam
skripsi ini maupun tingkah laku dan perkataan penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Selain itu besar harapan penulis, semoga karya ini dapat mengisi pembangunan
bangsa ini.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
INTISARI
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia. Diabetes Melitus dapat mengakibatkan komplikasi kronis yaitu pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis. Pasien dengan komplikasi nefropati diabetik meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit DM. Terapi pada pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik meliputi kontrol tekanan darah, pengendalian kadar gula darah, dan pembatasan asupan protein.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan Drug Related Problem (DRP).
Hasil penelitian ini adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati paling banyak berjenis kelamin laki-laki, paling banyak berusia 45-64 tahun (80,0%), diagnosis terbanyak DM dengan nefropati (76,7%), dan paling banyak kerusakan ginjal tingkat 4 dan 5 (40,0%) . Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dan kelas terapi terbanyak vitamin dan mineral (96,7%) diikuti obat sistem kardiovaskuler (93,3%). Analisis DRP didapatkan 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual DRP butuh obat, 7 kasus aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan 2 kasus potensial DRP ADR. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati paling banyak pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak dirawat selama 1-7 hari (56,7%).
Kata kunci : nefropati diabetik, diabetes melitus, Drug Related Problem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic disorders of fat, carbohydrate, and protein metabolism that characterized by hyperglycaemia. Diabetes Mellitus can cause chronic complication at eye, kidney, vein and nerve accompanied lesion at basalis membrane. Patients DM with diabetic nephropathy complication mount every year in a row with the height of DM prevalence. Therapy for patients DM with diabetic nephropathy complication including blood pressure control, control of blood sugar rate, and protein restriction.
This research is done to evaluate medication DM patient with diabetic nephropathy complication in Impatience Ward of Bethesda Yogyakarta Hospital period of year 2005. This research is including non experimental research with descriptive evaluative device and intake of data done by retrospective. Data analysis done descriptively and medication evaluation done based on Drug Related Problem (DRP).
This research results are DM with diabetic nephropathy complication cases most have men genders (56,7%), most have ages 45-64 year old (80,0%), the most diagnosed is DM with nephropathy (76,7%) and most have group 4 and 5 for renal impairment (40,0%). Counted 15 therapy classes given and the most therapy class is mineral and vitamins (96,7%) followed by cardiovascular system drug (93,3%). Analysis of DRP got 10 cases experience DRP, 8 cases actual DRP need for additional drug therapy, 7 cases actual DRP unnecessary drug therapy, 1 case actual DRP ADR, and 2 cases potential DRP ADR.
Keywords : diabetic nephropathy, diabetes mellitus, Drug Related Problem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v
PRAKATA.................................................................................................... vi
INTISARI...................................................................................................... ix
ABSTRACT.................................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii
BAB I PENGANTAR.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
2. Keaslian Penelitian............................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
a. Manfaat Teoritis .......................................................................... 6
b. Manfaat Praktis ........................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ...................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 8
A. Diabetes Melitus ..................................................................................... 8
1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus .................................. 8
2. Patofisiologi Diabetes Melitus .......................................................... 9
3. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................. 9
a. Diabetes Melitus Tipe 1 .............................................................. 9
b. Diabetes Melitus Tipe 2 .............................................................. 10
c. Diabetes Tipe Lain ...................................................................... 11
d. Diabetes Melitus Gestational ...................................................... 12
4. Diagnosis Diabetes Melitus............................................................... 12
B. Komplikasi Nefropati Diabetik ............................................................... 13
1. Definisi Nefropati Diabetik............................................................... 13
2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik ..................................... 14
3. Diagnosis........................................................................................... 16
4. Tahap Nefropati Diabetik.................................................................. 17
C. Terapi Nefropati Diabetik ....................................................................... 18
1. Tujuan Terapi .................................................................................... 18
2. Strategi Terapi................................................................................... 19
a. Terapi nonfarmakologi................................................................ 19
b. Terapi farmakologi ............................................................................... 20
3. Rekomendasi ADA ........................................................................... 28
D. Farmasi Klinik......................................................................................... 29
E. Drug Related Problem (DRP)................................................................. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 33
A. Jenis Rancangan Penelitian ..................................................................... 33
B. Definisi Operasional ............................................................................... 33
C. Subjek Penelitian..................................................................................... 34
D. Bahan Penelitian...................................................................................... 35
E. Lokasi Penelitian..................................................................................... 35
F. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 39
A. Gambaran Profil Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik .... 39
1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 40
2. Gambaran Berdasarkan Usia............................................................. 40
3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis .................................................... 42
4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal........................... 42
B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik ............................................................... 43
C. Analisis Drug Related Problem (DRP)................................................... 66
D. Hasil Pengobatan Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ... 76
E. Rangkuman Pembahasan ........................................................................ 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN.................................................................................................. 86
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kategori Diagnosis Penyakit DM ......................................... 13
Tabel II. Kategori Kadar Albumin dalam Urin.................................... 16
Tabel III. Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr...................................... 17
Tabel IV. Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya ..................................... 27
Tabel V. Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya ..... 31
Tabel VI. Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005 ................... 39
Tabel VII. Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................................... 42
Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................................... 44
Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................... 45
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 47
Tabel XI. Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 50
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada
Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ........................................................................... 53
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 56
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 59
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 60
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................... 61
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 62
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 62
Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............. 63
Tabel XXI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus
DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005.. 64
Tabel XXII. Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................... 64
Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................... 65
Tabel XXIV. Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005........................... 65
Tabel XXV. Analisis DRP Kasus 1 ........................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2 ........................................................... 68
Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3 ........................................................... 69
Tabel XXVIII.Analisis DRP Kasus 5 ........................................................... 70
Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7 ........................................................... 71
Tabel XXX. Analisis DRP Kasus 15 ......................................................... 72
Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16 ......................................................... 73
Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17 ......................................................... 74
Tabel XXXIII.Analisis DRP Kasus 20 ......................................................... 75
Tabel XXXIV.Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan.................... 79
Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy). 79
Tabel XXXVI.Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy) 80
Tabel XXXVII. Potensial DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan ............. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 40 Gambar 2. Grafik Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005............................................................................................................... 41 Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005................................................................... 43 Gambar 4. Grafik Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 76 Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 ...................................................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 ........................................... 86
Lampiran 2. Daftar Nama Obat .................................................................... 100 Lampiran 3. Data Laboratorium dan Non Laboratorium.............................. 106 Lampiran 4. Distribusi 10 Besar Penyakit, Komplikasi Penyakit Diabetes
Melitus, dan Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 sampai September 2006........................................................................ 126
Lampiran 5. Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM
dengan Komplikasi Nefropati Diabetik ................................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus (DM), yang dikenal masyarakat sebagai penyakit
gula atau kencing manis terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar
gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak
berfungsi baik. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme
yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia, disertai dengan abnormalitas
karbohidrat, lemak, dan protein, serta dapat mengakibatkan komplikasi kronis
termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
Diabetes Melitus dibagi menjadi dua kelompok besar. Diabetes yang timbul akibat
kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Diabetes oleh karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2
atau Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) prevalensi diabetes di seluruh
dunia mencapai sekitar 2,8% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 4,4% pada tahun 2030. Total penderita diabetes meningkat dari 171 juta
jiwa pada 2000 menjadi 366 juta jiwa pada 2030. Kini jumlah penderita DM di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 200 juta orang dan dari angka tersebut
diperkirakan sekitar 150 juta orang merupakan penderita DM tipe 2 (Anonim,
2005a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Indonesia, dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa, yang menderita DM
sekitar 10 juta jiwa. Hal tersebut membuat Indonesia menempati urutan keempat
negara dengan penderita DM terbanyak setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Peningkatan jumlah penderita DM tersebut terjadi akibat pertumbuhan populasi,
penuaan, urbanisasi, peningkatan prevalensi obesitas, berkurangnya aktivitas fisik,
dan perubahan gaya hidup akibat dari perbaikan kemakmuran (Anonim, 2005c).
Komplikasi diabetes sangat luas, hingga mencakup hampir semua organ
tubuh. Salah satu komplikasi tersebut adalah nefropati diabetik. Nefropati diabetik
adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah (Anonim,
2003a). Kebocoran selaput penyaring darah tersebut dapat menyebabkan lolosnya
protein albumin ke dalam urin. Adanya albumin dalam urin (albuminuria) merupakan
indikasi terjadinya nefropati diabetik (albuminuria persisten pada kisaran
30-299 mg/24 jam/mikroalbuminuria) (Anonim, 2005a).
Apabila kadar albumin sudah diketahui meningkat sejak dini maka dapat
segera dilakukan terapi. Pengobatan sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
laju penyakit. Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap
paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu dilakukan pengendalian
kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (Anonim, 2003a).
Rumah sakit merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di mana pasien
DM dan juga pasien DM yang telah diketahui memiliki albumin dalam urinnya
(indikasi dari terjadinya nefropati diabetik) bisa mendapatkan pengobatan yang tepat
untuk mencegah perkembangan penyakit tersebut ke arah yang semakin buruk.
Dalam pelayanannya seringkali kurang memperhitungkan bahaya atau resiko yang
melekat pada setiap tindakan medik dan pengobatan (Yusmainita, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Peran farmasis di rumah sakit sangat diperlukan untuk menghindarkan dan
meminimalkan bahaya atau resiko yang mungkin saja dapat muncul pada tindakan
medis dan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan adanya
paradigma Asuhan Kefarmasian, yaitu farmasis bertanggung jawab untuk
memastikan penderita memperoleh terapi obat yang aman, tepat, dan biaya terapi
yang efektif, serta memastikan terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh
penderita. Di samping itu, Asuhan Kefarmasian juga merupakan tanggung jawab
farmasis dalam pemberian terapi obat yang bertujuan untuk mencapai hasil yang
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Kunci utamanya adalah pemantauan
terapi obat yang bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek
obat yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan sasaran utama
mengidentifikasi problem aktual dan potensial yang berkaitan dengan obat (actual
and potential DRP), penyelesaian problem aktual yang berkaitan dengan obat (actual
DRP), pencegahan problem potensial yang berkaitan dengan obat (potential DRP)
pada penatalaksanaan suatu penyakit (Seto, 2004).
Melihat bahaya kelanjutan dan bertambahnya penderita penyakit DM
beserta komplikasinya terutama nefropati diabetik maka perlu diadakan penelitian
ini. Penulis melakukan penelitian ini guna mengevaluasi pengobatan dan
kemungkinan terjadinya DRP pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda (RS Bethesda). Pengobatan yang
sesuai dapat menghambat laju perkembangan penyakit dan menghindarkan dari
komplikasi lain yang mungkin terjadi. Selain itu pengobatan yang sesuai juga
diperlukan untuk memperpanjang usia hidup pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan mengenai evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005 seperti di bawah ini.
a. Seperti apakah gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang
meliputi jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan
tingkat kerusakan ginjal?
b. Seperti apakah pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005
yang meliputi golongan dan jenis obat?
c. Apakah jenis DRP yang timbul dalam pengobatan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun
2005 yang meliputi : butuh obat (need for additional drug therapy), tidak perlu
obat (unnecessary drug therapy), obat tidak tepat (wrong drug), dosis terlalu
rendah (dosage too low), dosis terlalu tinggi (dosage too high), Adverse Drug
Reaction (ADR), serta ketidaktaatan pasien (uncomplience)?
d. Seperti apakah hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005 yang meliputi
lama tinggal pasien, izin kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari
rumah sakit?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan DM
diantaranya : “Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien Rawat Jalan di RS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998)” oleh Nadeak (1995).
Penelitian ini berisi tentang pola penggunaan antidiabetika oral (ADO) yang meliputi
jenis ADO yang diberikan, cara pemberiannya, golongan ADO dan dosis pemakaian
ADO.
Suryawanti (1999) menulis “Pola Peresepan Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan Studi Literatur Interaksi Obat pada Pasien DM di RS Bethesda
Yogyakarta periode Januari-Maret 2002”. Penelitian ini berisi tentang pola peresepan
obat hipoglikemi dan interaksi obat yang potensial terjadi.
De Paullin (2000) meneliti pola peresepan pada penderita gagal ginjal
kronis, yang tertulis dalam penelitian “Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi
Obat”.
Retnari (2002) menulis “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi
Nefropati pada Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
Periode 2005”. Penelitian ini berisi tentang evaluasi terhadap penatalaksanaan terapi
pada pasien DM dengan komplikasi nefropati.
Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu pada
penelitian terdahulu hanya melihat pola pengobatannya saja sedangkan pada
penelitian ini juga dilakukan evaluasi pengobatannya yaitu dengan menggunakan
DRP. Sama seperti penelitian ini yang akan mengevaluasi (salah satunya) tentang
interaksi obat, interaksi obat yang potensial terjadi juga pernah diteliti. Perbedaannya
adalah pada penelitian ini tidak hanya melihat antidiabetika oral saja melainkan
seluruh obat yang digunakan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta. Selain itu pada penelitian terdahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
subyeknya yaitu pasien DM sedangkan penelitian ini kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Retnari (2002) adalah tempat dilakukannya penelitian. Pada penelitian Retnari
(2002) penelitian dilakukan di RS Panti Rapih Yogyakarta sedangkan penelitian ini
dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta. Dengan demikian penelitian mengenai
Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Periode Tahun 2005 belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut ini.
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan wacana
dalam evaluasi pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
dan juga dalam mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda.
b. Manfaat Praktis
1). Bagi RS Bethesda Yogyakarta hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang pola peresepan yang dilakukan dalam pengobatan pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta.
2). Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik.
3). Dengan dilakukannya penelitian ini akan mendukung pelaksanaan konsep
farmasi klinik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian
1. Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengobatan
yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.
2. Khusus
Tujuan khusus dari penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus
DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta periode tahun 2005 ini adalah :
a. mengetahui gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005 yang meliputi
jumlah kasus komplikasi nefropati, jenis kelamin, usia, diagnosis, dan tingkat
kerusakan ginjal
b. mengetahui pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005
yang meliputi golongan dan jenis obat
c. menggambarkan Drug Related Problem (DRP) yang timbul dalam pengobatan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda periode tahun 2005
d. mengetahui hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi, Gejala, dan Tanda Diabetes Melitus
Secara umum diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono,
2002). Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang ditandai dengan hiperglikemia serta dapat mengakibatkan komplikasi
kronis termasuk mikrovaskular dan makrovaskular (Triplitt dkk, 2005). Penyakit DM
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan
serius. Jika tidak ditangani, penyakit tersebut akan membawa ke berbagai komplikasi
penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal
ginjal, dan kerusakan syaraf (Octa, 2003).
Gejala klasik dari penyakit DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering
buang air kecil, terutama pada malam hari, penurunan berat badan. Selain itu terdapat
pula keluhan lain seperti rasa lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, merasa
cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, gairah seks menurun, luka yang
sukar sembuh (Suyono, 2002).
Diabetes melitus sendiri ditandai dengan hiperglikemia, perubahan
metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein serta meningkatnya resiko komplikasi
penyakit vaskular (Anonim, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam
sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50%
glukosa yang dimakan diubah menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen,
dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut
terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi utama diperoleh
dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia relatif tidak
berbahaya, kecuali bila kadar gula dalam darah tinggi sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Glukosuria yang timbul lebih berbahaya
dibandingkan dengan hiperglikemia. Hal ini dikarenakan glukosa bersifat diuretik
osmotik, dengan adanya glukosa dalam urin maka diuresis akan sangat meningkat
disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena
adanya dehidrasi maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi.
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Handoko dan Suharto, 1995).
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 lebih dulu dikenal dengan sebutan Diabetes Melitus Tergantung
Insulin (DMTI) atau IDDM. Diabetes ini terjadi ketika sistem imun tubuh
merusak sel beta pankreas, yaitu sel yang menghasilkan hormon insulin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
berguna sebagai pengatur glukosa darah. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita
membutuhkan insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan atau pompa. Terhitung 5% sampai 10% dari keseluruhan kasus diabetes
termasuk dalam diabetes tipe 1. Sampai saat ini belum diketahui cara mencegah
diabetes tipe ini (Anonim, 2003b)
Diabetes Melitus tipe ini merupakan hasil dari kerusakan autoimun sel β
pankreas. Tanda kerusakan imun sel β ditampakkan 90% pada waktu diagnosis,
termasuk antibodi sel islet, antibodi asam glutamat dekarboksilase, dan antibodi
untuk insulin. Diabetes Melitus tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak dan anak
muda, tetapi bisa juga terjadi pada berbagai usia (Triplitt dkk, 2005).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 lebih dulu disebut Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
(DMTTI) atau NIDDM. Sekitar 90% sampai 95% dari seluruh penderita DM
termasuk dalam diabetes tipe ini. Biasanya, tipe ini dimulai dengan resistensi
insulin, suatu gangguan ketika sel tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana
mestinya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan insulin, pankreas akan
kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan insulin secara bertahap.
Diabetes tipe ini berhubungan dengan usia tua, obesitas, riwayat DM dalam
keluarga, riwayat DM Gestasional, kerusakan metabolisme glukosa, dan ras atau
etnik (Anonim, 2003b).
Diabetes Melitus tipe ini dikarakteristikan dengan resistensi insulin dan
sedikitnya sekresi insulin. Kebanyakan individu dengan DM tipe 2 menunjukkan
obesitas abdominal yang juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Hipertensi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dislipidemia (level trigliserida yang tinggi dan level HDL-kolesterol yang
rendah) dan kenaikan level inhibitor plasminogen activator 1 (PA1) sering
muncul atau tampak pada penderita DM tipe ini (Triplitt dkk, 2005).
c. Diabetes tipe lain
1). Kerusakan genetik fungsi sel β pankreas
Kromosom 20q, HNF-4α (dulu Maturity Onset Diabetes of The Youth /
MODY1); kromosom 7p, glukokinase (dulu MODY2); kromosom 12q, HNF-
1β (dulu MODY3); kromosom 13q, faktor promoter insulin (dulu MODY4);
kromosom 17q, HNF-1β (dulu MODY5); Kromosom 2q (dulu MODY6);
mitokondria DNA.
MODY dikarakteristikan sebagai terganggunya sekresi insulin dengan
resistensi insulin yang kecil atau tidak resisten sama sekali. Ketidakmampuan
secara genetik untuk mengubah proinsulin menjadi insulin mengakibatkan
hiperglikemia ringan pada usia dini dan hal tersebut akan diwariskan pada
pola autosomal yang dominan (Triplitt dkk, 2005).
2). Kerusakan genetik dalam aksi atau kerja insulin
Resistensi insulin tipe 1, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall.
3). Penyakit pada eksokrin pankreas
Pankreatitis, pancreatectomy, neoplasia, cystic fibrosis, hemokromatosis.
4). Endokrinopati
Acromegaly, sindrom Cushing, glukagonoma, pheochromocytoma,
hipertiroidism, somatostatinoma, aldosteronoma.
5). Infeksi
Congenital rubella, cytomegalovirus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
6). Sindrom genetik lainnya yang kadang-kadang menyertai diabetes
Sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram,
Friedreich’s ataxia, Huntington’s chorea, sindrom Laurence-Moon-Bieldel,
distropi miotonik (Triplitt dkk, 2005).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa yang
pertama kali diketahui selama kehamilan. Komplikasi DMG terjadi sekitar 7%
dari semua kehamilan. Deteksi klinis penting agar terapi dapat dilakukan
sehingga cacat dan kematian perinatal dapat diturunkan (Triplitt dkk, 2005).
Selama kehamilan, diabetes gestasional memerlukan terapi untuk menormalkan
kadar gula darah ibu untuk mencegah komplikasi pada janin. Setelah melahirkan,
5% sampai 10% wanita dengan DMG mengalami diabetes tipe 2 (Anonim,
2003b).
4. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan 3 kriteria yaitu :
a. kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
b. tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2 jam ingesti glukosa secara oral ≥
200 mg/dl atau
c. kadar glukosa dalam plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes
(Triplitt dkk, 2005).
World Health Organization (WHO) dan American Diabetes Association
(ADA) menetapkan kategori diagnosis penyakit DM seperti yang tercantum pada
tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel I. Kategori Diagnosis Penyakit DM (Triplitt dkk, 2005)
Kategori Gula Darah Puasaa (mg/dL)
Gula Darah 2h ppgb (mg/dL)
Gula Darah Sewaktu (mg/dL)
Normal <100 <140 - Impaired Fasting Glucose (IFG) atau Prediabetes
100-125 140-199 -
Diabetes Melitus ≥126 ≥200 ≥200 Keterangan : aPuasa didefinisikan tidak ada masukan makanan sedikitnya dalam waktu 8 jam terakhir b2h ppg=2 hour postload glucose (pengukuran gula darah setelah 2 jam pemberian glukosa) dengan Oral Glucose Tolerance Test (OGTT).
B. Komplikasi Nefropati Diabetik
1. Definisi Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring
(glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran atau selaput penyaring.
Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula
yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur
dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk
pada ginjal (Anonim, 2003a).
Nefropati diabetik adalah suatu komplikasi penyakit DM yang tidak
terkendali dengan baik (Astuti, 2000). Soman (2006) menuliskan nefropati diabetik
adalah sindrom klinis dengan karakteristik albuminuria (>300 mg/hari) yang
ditetapkan sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu 3 sampai 6
bulan, penurunan tajam Glomerular Filtration Rate (GFR), dan peningkatan tekanan
darah. Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang menyertai DM dengan angka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kematian paling tinggi (Genuth, 2003). Sekitar 30% pasien DM tipe 1 dan kira-kira
20% pada pasien DM tipe 2 mengalami nefropati diabetik. Akan tetapi, kebanyakan
pasien DM dengan end-stage renal disease (ESRD) merupakan pasien DM tipe 2
karena prevalensi penyakit DM tipe 2 lebih besar daripada penyakit DM tipe 1 di
dunia (90% dari seluruh pasien DM) (O’Meara, Brady, dan Brenner, 2001).
2. Patofisiologi dan Gejala Nefropati Diabetik
Diabetik nefropati timbul utamanya karena kerusakan fungsi glomerulus.
Perubahan histologi glomerulus pada DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dapat dibedakan dan
terjadi pada mayoritas pasien (McPhee, Lingappa, Ganong, dan Lange, 1995).
Secara histologi, menebalnya membran dasar kapiler merupakan perubahan
paling awal. Kemudian terjadi akumulasi materi mesangial yang berdifusi sepanjang
glomerulus. Ekskresi sedikit albumin dalam level abnormal (30-300 mg/hari) dalam
urin merupakan penanda fase awal nefropati. Seiring dengan meningkatnya materi
mesangial yang mengisi glomerulus, albuminuria meningkat dan kadang-kadang
terjadi proteinuria dalam jumlah besar (Genuth, 2003). Proteinuria terjadi selama 5
sampai 10 tahun sebelum gejala lain muncul dan akan mencapai tahap ESRD dalam
kurun waktu 2 sampai 6 tahun setelah terjadi proteinuria (Anonim, 2004a). Setelah
proteinuria (ekskresi protein total lebih dari 0,5 gram/hari) meningkat atau
berkembang, kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) akan menurun hampir mencapai
level ESRD. Insiden puncak nefropati kira-kira 15-17 tahun dan sedikit menurun
setelahnya. Jika hasil pemeriksaan tidak segera menunjukkan proteinuria dalam
kurun waktu 25-30 tahun durasi diabetes, resiko ESRD akan menurun. Bersamaan
dengan atau sesaat setelah perkembangan mikroalbuminuria, hipertensi sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terjadi. Hipertensi ini akan memperburuk nefropati diabetik dan merupakan
komponen penting dalam perkembangan gagal ginjal (Genuth, 2003).
Di saat pembuluh darah halus ginjal mengalami kerusakan akibat keracunan
gula, akan terjadi kebocoran protein dari dalam darah ke dalam urin. Dengan
kehilangan protein cukup banyak (melampaui 3500 mg sehari) maka kadar protein
dalam darah menjadi rendah. Cairan dalam pembuluh darah tidak dapat
dipertahankan dan akan merembes ke jaringan. Penimbunan cairan di dalam jaringan
akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan di wajah, tangan, perut, dan tungkai
bawah (Astuti, 2000).
Gangguan ginjal menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun
tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul resiko kematian (Anonim,
2003a).
Tidak ada gejala awal dalam tahap mula nefropati diabetik. Sejumlah kecil
protein di dalam urin (mikroalbuminuria) merupakan tanda pertama kerusakan ginjal.
Seiring dengan perkembangan kerusakan ginjal, jumlah protein yang masuk ke
dalam urin semakin banyak (makroalbuminuria) dan tekanan darah meningkat.
Kadar kolesterol dan trigliserid akan meningkat juga. Sebagai penurunan fungsi
ginjal, tubuh akan membengkak dan terjadi pertama kali pada kaki dan betis
(Anonim, 2004b). Gejala nefropati diabetik baru terasa saat kerusakan ginjal telah
parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,
sering cegukan, mengalami penurunan berat badan (Anonim, 2003a). Gejala
berkembang pada tahap akhir dan mungkin disebabkan oleh ekskresi protein dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
jumlah besar atau dikarenakan gagal ginjal. Gejala tersebut berupa pembengkakan
(biasanya di sekitar mata pada pagi hari dan kemudian tubuh akan membengkak
juga), urin yang berbuih, berat badan bertambah dengan tidak sengaja (karena
akumulasi cairan), pembengkakan pada kaki, nafsu makan yang berkurang, mual dan
muntah, merasa sakit, capai atau lelah, sakit kepala, sering cegukan (Anonim,
2004a).
3. Diagnosis
Pasien DM dinyatakan mengalami tahap awal nefropati diabetik jika pada 2
dari 3 kali pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan ditemukan albumin di dalam urin 24
jam ≥ 30 mg, dengan catatan tidak ditemukan penyebab albuminuria lain.
Tabel II. Kategori Kadar Albumin dalam Urin (Anonim, 2002b).
Kategori Urin 24 jam (mg/24 jam)
Urin dalam waktu tertentu
(mg/menit)
Urin sewaktu (mg/mg
kreatinin) Normal < 30 <20 <30 Mikroalbuminuria 30-299 20-199 30-299 Makroalbuminuria ≥ 300 ≥ 200 ≥ 300
Mikroalbuminuria berarti ditemukan sejumlah kecil protein albumin di
dalam urin sesuai dengan kategori di atas. Mikroalbuminuria merupakan indikasi
adanya gangguan glomerulus pada stadium dini, dimana gangguan dapat diperbaiki
atau diobati sementara. Bila telah terjadi gagal ginjal maka pengobatan sulit
dilakukan (Anonim, 2002b).
Mikroalbuminuria dapat dilihat dengan 3 metode, yaitu :
a. pengukuran rasio albumin-kreatinin pada pengumpulan urin acak
b. pengumpulan urin 24 jam dengan kreatinin
c. pengumpulan urin selama waktu tertentu, misalnya 4 jam atau urin semalam
(Molitch, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Tahap Nefropati Diabetik
Perkembangan nefropati diabetik dapat digambarkan dengan prediksi 5
tahap berikut :
a. Tahap 1, kerusakan ginjal diindikasikan dengan GFR di atas normal.
b. Tahap 2, GFR tetap meningkat atau telah kembali ke angka normal tetapi
kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi mikroalbuminuria. Pasien pada
tahap 2 mengekskresi lebih dari 30 mg albumin dalam urinnya.
c. Tahap 3 (overt nephropathy), kerusakan glomerulus telah berkembang menjadi
albuminuria klinik dimana di dalam urin terdapat lebih dari 300 mg albumin.
d. Tahap 4, kerusakan glomerulus berlanjut dengan peningkatan jumlah albumin
dalam urin. Kemampuan menyaring dari ginjal mulai menurun, dan blood urea
nitrogen (BUN) dan creatinin (Cr) mulai meningkat.
e. Tahap 5 (end stage renal disease, ESRD), GFR turun kira-kira 10 mL/menit.
Pada tahap ini diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal
dialisis, transplantasi ginjal (Anonim, 2002a).
Gambaran pasien dengan berbagai tingkat kerusakan ginjal berdasarkan
clearance creatinin (Clcr) dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Kerusakan Ginjal Berdasarkan Clcr (Shargel, Wu-Pong, dan Yu, 2005). Tingkat Gambaran Perkiraan Clcr (mL/menit)
1 Fungsi ginjal normal >80 2 Kerusakan ginjal ringan 50-80 3 Kerusakan ginjal sedang 30-50 4 Kerusakan ginjal berat 10-30
5 ESRD <10 Membutuhkan dialisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Terapi Nefropati Diabetik
1. Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah untuk memperlambat laju kerusakan ginjal dan
mengontrol komplikasi terkait (Anonim, 2004a). Di samping itu, untuk mencegah
berkembangnya mikroalbuminuria menjadi makroalbuminuria, menghambat
turunnya fungsi ginjal pada pasien makroalbuminuria (Gross dkk, 2005). Terapi
untuk DM tipe 1 dan tipe 2 mengarah pada normoglikemia, mengurangi atau
menghambat laju komplikasi (retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati
diabetik). Semakin awal terapi dimulai akan semakin besar manfaatnya (Genuth,
2003).
Tujuan untuk perlindungan ginjal dan jantung pada terapi DM dengan
komplikasi nefropati mencakup :
a. kadar albumin
Tujuan terapi pada pasien dengan mikroalbuminuria adalah menurunkan kadar
albumin menjadi normoalbuminuria sedangkan tujuan terapi pasien yang
mengalami makroalbuminuria adalah menurunkan kadar protein sekecil
mungkin.
b. glomerular filtration rate (GFR)
GFR pasien dengan mikroalbuminuria harus dijaga agar tetap stabil sedangkan
pasien dengan keadaan makroalbuminuria penurunan GFR harus dijaga
<2ml/menit pertahun.
c. tekanan darah
Pada pasien DM secara umum tekanan darah dijaga tetap stabil dengan target
130/80 mmHg atau 125/75 mmHg pada pasien dengan proteinuria <1,0g/24 jam
dan mengalami kenaikan kadar kreatinin serum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. kadar glycated hemoglobin (Hb A1c)
Uji klinis menunjukkan menjaga kadar Hb A1c <7% akan membantu mencegah
perkembangan mikroalbuminuria menjadi makroalbuminuria karena kadar Hb
A1c <7% berhubungan dengan penurunan resiko manifestasi nefropati secara
struktural dan klinis.
e. kadar LDL
Pada pasien DM umum kadar LDL kolesterol dijaga <100 mg/dl dan <70 mg/dl
untuk pasien dengan CVD
(Gross dkk, 2005).
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis akan dilakukan bila Clcr mengalami
penurunan <30mL/menit/1,73m2. kriteria untuk memulai dialisis adalah status klinis
pasien yang berupa anorexia, mual, dan muntah, yang utamanya bila disertai dengan
penurunan berat badan, fatigue, dan penurunan albumin dalam serum, hipertensi
yang tidak terkontrol dan congestive heart failure (Elwell dan Foote, 2005).
2. Strategi Terapi
a. Terapi nonfarmakologi
1). Diet
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua orang yang menderita DM.
Tujuan utamanya adalah mencapai keluaran metabolik yang optimal dan
sebagai pencegahan dan terapi untuk komplikasi (Triplitt dkk, 2005).
Mengganti daging merah dengan daging ayam dalam diet akan menurunkan
ekskresi albumin dalam urin sebesar 46% dan menurunkan kolesterol total,
kolesterol LDL, dan apoliprotein B pada pasien DM tipe 2 dengan
mikroalbuminuria (Gross dkk, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2). Olahraga
Olahraga aerobik dapat memperbaiki resistensi insulin dan mengontrol kadar
gula darah pada kebanyakan individu, menurunkan faktor resiko
kardiovaskular, berperan dalam menurunkan atau menjaga berat badan, dan
meningkatkan kesehatan (Triplitt dkk, 2005).
b. Terapi farmakologi
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling
penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim
pengonversi angiotensin (ACEI atau Angiotensin Converting Enzym Inhibitor) dan
atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs) (Anonim, 2003a). Penghambat ACE
menurunkan level protein dalam urin dan memperlambat laju nefropati diabetik.
Banyak studi menunjukan Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) memiliki
keuntungan yang sama dengan penghambat ACE. Faktanya, kombinasi keduanya
mungkin yang terbaik (Anonim, 2004b). Selain itu dilakukan pengendalian kadar
gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan
per hari) (Anonim, 2003a).
Pencegahan yang paling baik untuk nefropati diabetik pada DM tipe 1 dan
tipe 2 adalah mempertahankan tekanan darah tetap normal. Pada pasien DM tipe 1
dan tipe 2 normotensif yang memiliki mikroalbuminuria (30-300 mg/hari), uji klinik
menunjukkan bahwa terapi dengan ACE inhibitor menurunkan laju perkembangan
mikroalbuminuria menuju insufisiensi ginjal. Selain itu, mempertahankan glukosa
darah mendekati normal dengan terapi secara intensif juga dapat menurunkan resiko
nefropati diabetik secara signifikan. Jika end-stage renal disease (ESRD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berkembang, transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang lebih ditawarkan
(Genuth, 2003). Tindakan pencegahan yaitu dengan mengontrol kadar gula darah
(HbA1c <7%), mengontrol tekanan darah (tekanan darah <120/70 mmHg),
menghindari zat-zat yang potensial memperparah kerusakan ginjal seperti
antiinflamasi nonsteroid dan aminoglikosida (Soman, 2006).
1). Obat-obat untuk mengontrol tekanan darah dan untuk albuminuria
a). Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor bekerja dengan cara
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
dapat diblok. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat dan juga
menstimulasi sekresi aldosteron. Degradasi bradikinin juga diblok oleh ACEI.
Selain itu ACEI menstimulasi sintesis vasodilator lainnya seperti prostaglandin
E2 dan prostasiklin (Saseen dan Carter, 2005).
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah yang cepat terutama pada pasien dengan gagal ginjal
atau pasien yang mendapat terapi diuretik. ACEI harus diberikan dalam dosis
awal yang rendah dan bila mungkin terapi diuretik dihentikan selama beberapa
hari sebelum terapi dengan ACEI dimulai (Anonim, 2000).
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor ditoleransi dengan baik oleh
sebagian besar pasien tetapi bukan berarti tidak memiliki efek samping. ACEI
menurunkan aldosteron dan dapat menaikkan konsentrasi kalium dalam serum
(Saseen dan Carter, 2005). Efek samping ACEI antara lain hipotensi, pusing,
sakit kepala, letih, mual (terkadang muntah), diare (terkadang konstipasi), kram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
otot, batuk kering yang persisten, gangguan kerongkongan. Captopril, enalapril,
lisinopril, perindropil, dan ramipril termasuk dalam ACEI (Anonim, 2000).
b). Angiotensin Receptor Blokers (ARBs)
Angiotensin Receptor Blokers bekerja dengan memblok secara langsung
reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) yang memperantarai efek angiotensin II pada
manusia seperti vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, pelepasan hormon
antidiuretik, dan konstriksi arteriola eferen glomerulus. ARBs tidak memblok
reseptor angiotensin tipe 2 (AT2). Oleh karena itu, efek menguntungkan dari
stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan
pertumbuhan sel) tidak terganggu ketika ARBs digunakan (Saseen dan Carter,
2005).
Losartan, valsartan, kandesartan, dan irbesartan termasuk ARBs yang
spesifik, sifatnya mirip dengan ACEI. Berbeda dengan ACEI, obat-obat golongan
ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga
tampaknya tidak menimbulkan batuk kering persisten yang biasanya
mengganggu terapi dengan ACEI. Karena itu, obat-obat golongan ini merupakan
alternatif yang berguna untuk pasien yang harus menghentikan ACEI akibat
batuk yang persisten. Efek samping ARBs biasanya ringan. Hipotensi simtomatik
dapat terjadi, terutama pada pasien dengan deplesi cairan (misal yang mendapat
diuretik dosis tinggi). Hiperkalemia kadang-kadang terjadi; angiodema juga dapat
terjadi (Anonim, 2000).
2). Obat-obat untuk mengontrol kadar gula darah
Beberapa antidiabetik yang biasa digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah dalam terapi DM dapat dituliskan sebagai berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a). Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan terapi farmakologi garis pertama untuk pasien
DM tipe 2 yang kadar gula darahnya gagal dikendalikan dengan diet dan
olahraga, sampai metformin dan antidiabetik lainnya tersedia di Amerika Serikat
(Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005). Beberapa derivat sulfonilurea telah
dipakai dalam terapi, semua pada dasarnya mempunyai mekanisme kerja yang
sama. Obat ini hanya berbeda dalam hal potensi serta farmakokinetik yang
mendasari perbedaan masa kerja (Handoko dan Suharto, 1995).
Sulfonilurea menstimulasi pelepasan insulin dan sel-sel β pankreas.
Sulfonilurea dipercaya menghambat gerbang ion kalium dan menurunkan
potensial membran yang menyebabkan depolarisasi. Kemudian gerbang kalsium
akan terbuka, meningkatkan konsentrasi Ca2+ intraselular. Kenaikan konsentrasi
Ca2+ intraselular akhirnya akan menstimulasi sekresi insulin (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005). Obat ini membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari
sel beta pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap
rangsang glukosa fisiologik. Ini berarti bahwa obat ini hanya berkhasiat jika
produksi insulin tubuh sendiri paling kurang sebagian masih bertahan, atau
dengan kata lain obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin
(Mutschler, 1991).
Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau
menyusui, dan pasien yang alergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping
utama obat ini adalah kenaikan berat badan dan retensi air (Ana, 2006). Efek
samping lain umumnya ringan dan frekuensinya rendah (Anonim, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penggunaan sulfonilurea menunjukkan penurunan komplikasi
mikrovaskular pada pasien DM tipe 2 dalam UK Prospective Diabetes Study
Group (UKPDS) (Triplitt dkk, 2005).
b). Metformin (Biguanida)
Turunan biguanida telah digunakan sebagai antidiabetika oral. Dari
senyawa ini hanya metformin yang masih tersedia. Senyawa-senyawa lain dari
golongan ini harus ditarik dari perdagangan karena cukup sering menimbulkan
laktasidosis dengan sebagian menyebabkan kematian setelah pemberian sediaan-
sediaan ini, khususnya pada penderita insufisiensi ginjal. Metformin pun masih
boleh ditulis hanya dengan tindakan yang sangat hati-hati (Mutschler, 1991).
Metformin bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan
glukosa di jaringan. Jadi, obat ini hanya efektif bila terdapat insulin endogen.
Karena kerjanya yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat
dipertukarkan. Biguanida dapat digunakan sendiri atau bersama dengan golongan
sulfonilurea (Anonim, 2000). Metformin menurunkan gula darah plasma puasa
dan kadar insulin, memperbaiki profil lipid, dan tidak menaikan berat badan
(Powers, 2001).
Secara umum metformin dapat ditoleransi oleh pasien DM. Namun,
pada beberapa individu mengalami efek samping di gastrointestinal seperti diare,
anoreksia, dan mual. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan menaikkan
dosis perlahan-lahan (Powers, 2001).
Sediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita dengan penyakit
hati berat, penyakit ginjal dengan uremia, dan penyakit jantung kongestif. Pada
keadaan gawat sebaiknya juga tidak diberikan biguanida (Handoko dan Suharto,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c). Penghambat α-Glukosidase
Penghambat α-Glukosidase menurunkan hiperglikemia setelah makan
dengan menunda absorpsi glukosa. Golongan ini tidak tergantung penggunaan
glukosa atau sekresi insulin (Powers, 2001). Penghambat α-Glukosidase bekerja
dengan menghambat glukosidase di mukosa usus halus. Enzim glukosidase
bertanggungjawab dalam pemecahan polisakarida dan disakarida menjadi
glukosa yang dapat diabsorbsi dan monosakarida lainnya. Hasil yang didapat dari
penghambatan enzim glukosidase adalah penundaan absorbsi glukosa sehingga
konsentrasi gula darah setelah makan dapat diturunkan (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005).
Efek samping penggunaan penghambat α-glukosidase yang paling sering
dilaporkan adalah produksi gas dalam perut, diare, dan nyeri abdominal. Efek
samping ini terjadi karena fermentasi dari karbohidrat yang tidak diabsorbsi
dalam usus halus (Carlisle, Kroon, dan Koda-Kimble, 2005).
d). Tiazolidindion
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan
resistensi insulin. Senyawa-senyawa tiazolidindion juga menurunkan kecepatan
glikoneogenesis (Anonim, 2005b).
Pioglitazone mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein transporter glukosa sehingga meningkatkan
pengambilan glukosa di sel-sel jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme di hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Rosiglitazone bekerja dengan cara yang sama dengan pioglitazone. Obat ini
diekskresi melalui urin dan feses (Anonim, 2005b).
Tiazolidindion dikontraindikasikan untuk penderita DM tipe 1 karena
insulin dibutuhkan untuk kerja obat ini. Obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien gagal jantung karena dapat memperberat edema (Carlisle, Kroon, dan
Koda-Kimble, 2005).
e). Meglitinida dan turunan fenilalanin
Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan
sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya
senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya
(Anonim, 2005b).
Repaglinida merupakan turunan asam benzoat dan mempunyai efek
hipoglikemik ringan sampai sedang. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian per oral dan diekskresi secara cepat melalui ginjal. Efek samping yang
mungkin terjadi adalah keluhan saluran cerna (Anonim, 2005b).
Nateglinida merupakan turunan fenilalanin dan memiliki cara kerja yang
mirip dengan repaglinida. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian per oral
dan diekskresi terutama melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi pada
penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran nafas atas (Anonim, 2005b).
f). Insulin
Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari
pankreas babi maupun sapi, tetapi kini dapat disintesis dengan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
rekombinan DNA menggunakan E. coli (Anonim, 2000). Insulin merupakan
hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini mempengaruhi baik
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Insulin
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan,
menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan
glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa (Mutschler, 1991).
Ada beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam penelitian
yang ditunjukan pada tabel IV berikut.
Tabel IV. Sediaan Insulin dan Waktu Aksinya (Powers, 2001). Waktu Aksi
No. Sediaan Insulin Onset (jam)
Puncak (jam)
Durasi Efektif (jam)
Durasi Maksimum
(jam) 1. Short-acting
Lispro Regular
<0,25
0,5-1,0
0,5-1,5
2-3
3-4 3-6
4-6 6-8
2. Intermediate-acting NPH Lente
2-4 3-4
6-10 6-12
10-16 12-18
14-18 16-20
3. Long-acting Ultralente Glargine
6-10
4
10-16
*
18-20
24
20-24 >24
4. Kombinasi 75% NPH, 25% regular 70% NPH, 30% regular 50% NPH, 50% regular
0,5-1 0,5-1 0,5-1
Rangkap Rangkap Rangkap
10-16 10-16 10-16
14-18 14-18 14-18
Keterangan : * Glargine memiliki aktifitas puncak minimal.
Kebutuhan insulin pada penderita diabetes pada umumnya berkisar
antara 5-150 unit sehari tergantung dari keadaan penderita (Handoko dan
Suharto, 1995). Pada setiap pengobatan insulin terdapat bahaya hipoglikemik
akibat kelebihan dosis. Seorang penderita diabetes yang berpengalaman, yang
mengenali secara dini gejala pertama penurunan kadar gula darah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berlebihan, dapat mengimbangi kelebihan dosis insulin dengan mengkonsumsi
makanan yang kaya akan karbohidrat. Pada kasus yang parah dilakukan
pengobatan dengan pemberian glukosa secara parenteral (Mutschler, 1991).
Efek samping dari insulin adalah reaksi alergi. Reaksi ini dapat terjadi
secara sistemik atau lokal. Reaksi lokal terjadi 10 kali lebih sering daripada
reaksi sistemik terutama pada penggunaan yang kurang murni. Reaksi lokal
berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberapa menit
atau jam dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi
beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau
infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik
yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan
hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,
angioudem, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), dan gangguan
pernafasan (sesak nafas, asma) (Handoko dan Suharto, 1995).
3. Rekomendasi ADA
Rekomendasi perawatan nefropati diabetes menurut ADA :
a. Level A
1) Dalam terapi albuminuria atau nefropati ACEI dan ARBs dapat digunakan :
pada pasien DM tipe 1 dengan mikroalbuminuria, ACEI merupakan pilihan
pertama. Pada pasien DM tipe 2 dengan mikroalbuminuria, ARBs merupakan
pilihan pertama.
2) Pada pasien DM tipe 2, hipertensi, makroalbuminuria, dan insufisiensi renal,
kreatinin serum >1,5mg/dl, ARBs menunjukkan penundaan laju nefropati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Level B
1) Pembatasan protein menjadi ≤0,8 g kg-1 perhari (~10% kalori harian) pada
pasien nefropati. Pembatasan lebih lanjut mungkin berguna dalam
memperlambat laju penurunan GFR pada pasien tertentu.
2) Kombinasi ACEI dan ARBs akan lebih banyak menurunkan albuminuria
daripada hanya menggunakan satu golongan obat saja.
c. Konsensus Ahli
1) Jika ACEI dan ARBs digunakan kadar kalium dalam serum dimonitor untuk
mencegah terjadinya hiperkalemia
(Molitch, 2004).
D. Farmasi Klinik
Farmasi klinik didefinisikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh
seorang farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman,
tepat, dan cost effective. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi obat yang
bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak
diinginkan (Seto, Nita, dan Triana, 2004).
Praktek farmasi klinik yang didasarkan pada paradigma Asuhan
Kefarmasian tersebut tidak hanya dapat dipraktekkan di rumah sakit tetapi dapat juga
diterapkan pada area praktek kefarmasian lainnya, seperti di apotek, klinik, dan lain
sebagainya. Pada umumnya, praktek farmasi klinik lebih diterapkan di rumah sakit di
mana terdapat hubungan dan interaksi yang dekat antara farmasis, dokter, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa sebagian obat
digunakan di luar rumah sakit, baik itu berupa obat yang dibeli di apotek dengan
menggunakan resep dokter ataupun sebagai obat bebas (Seto dkk, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Praktek farmasi klinik yang dilakukan oleh farmasis rumah sakit dapat
berbeda dengan yang dilakukan oleh farmasis komunitas tetapi perlu diingat bahwa
tujuannya selalu sama. Tujuan praktek farmasi klinik yaitu menyelesaikan problem
yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problem atau DRP), serta menjamin
penggunaan obat yang aman dan tepat bagi tiap penderita (Seto dkk, 2004).
Fungsi utama dari seorang farmasis klinik adalah pengumpulan data
penderita, identifikasi problem, menyusun outcome yang diinginkan, mengevaluasi
pilihan terapi, individualisasi terapi obat, dan pemantauan outcome (Seto dkk, 2004).
E. Drug Related Problem (DRP)
Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian obat.
Drug Related Problem (DRP) atau sering diistilahkan dengan Drug Therapy
Problem (DTP) adalah kejadian atau efek tidak diharapkan yang dialami pasien
dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial bersamaan dengan
outcome yang diharapkan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998). Menurut Seto dkk
(2004) DRP adalah sebuah kejadian atau problem yang melibatkan terapi obat
penderita yang mempengaruhi pencapaian outcome. Drug Related Problem terdiri
dari aktual DRP dan potensial DRP. Aktual DRP adalah problem yang sedang terjadi
berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada penderita. Sedangkan
potensial DRP adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan
terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Seto dkk, 2004).
Penelitian terhadap masalah-masalah dalam terapi merupakan kajian yang
menarik sekaligus menantang. Masalah-masalah dalam kajian DRP dirumuskan
dalam Pharmaceutical Care Practice oleh Cipolle dkk (h 82;1998). Masalah-
masalah dalam kajian DRP dapat ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRP
disajikan dalam tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel V. Drug Related Problem dan Kemungkinan Penyebabnya (Cipolle dkk, 1998). Drug Related Problem Kemungkinan Penyebab DRP
1. Butuh obat (Need for additional drug therapy)
a. Pasien dengan kondisi baru yang membutuhkan obat b. Pasien kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat c. Pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi
obat d. Pasien dengan kondisi yang beresiko dan membutuhkan
obat untuk mencegahnya 2. Tidak perlu obat
(Unnecersary drug Therapy)
a. Tidak ada indikasi pada saat itu b. Pasien mendapat obat dalam dosis toksik c. Kondisi pasien akibat drug abuse d. Pasien lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi e. Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup hanya
dengan single drug terapi saja f. Pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat
lain yang seharusnya dapat dihindarkan 3. Obat tidak tepat (Wrong
drug)
a. Kondisi pasien yang menyebabkan obat bekerja tidak efektif (kurang sesuai dengan indikasinya)
b. Pasien mempunyai alergi terhadap obat-obat tertentu c. Obat yang diberikan memiliki faktor resiko
kontraindikasi dengan obat lain yang juga dibutuhkan d. Efektif namun bukan yang paling murah e. Efektif namun bukan yang paling aman f. Penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap
infeksi pasien g. Adanya kombinasi obat yang tidak perlu
4. Dosis kurang (Dosage too low)
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon
b. Konsentrasi obat di bawah therapeutic range c. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak cukup d. Dosis dan interval obat tidak cukup e. Pemberian obat terlalu awal
5. Dosis berlebih (Dosage too high)
a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi untuk memberikan respon
b. Konsentrasi obat di atas therapeutic range c. Dosis obat terlalu cepat dinaikkan d. Akumulasi obat karena penyakit kronis e. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak sesuai
6. Efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug reaction / ADR)
a. Obat yang diberikan kepada pasien terlalu cepat b. Adanya reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu c. Ada faktor resiko yang membahayakan bagi pasien d. Interaksi dengan obat-obatan atau makanan e. Hasil laboratorium pasien berubah akibat obat
7. Ketidaktaatan pasien (Uncomplience)
a. Pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena medication error
b. Pasien tidak taat instruksi c. Pasien tidak mengambil obat karena harga obat mahal d. Pasien tidak mengambil obat karena tidak memahami e. Pasien tidak mengambil obat karena keyakinan kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Ketika sebuah DRP terdeteksi, maka sangat penting untuk merencanakan
bagaimana cara mengatasinya. Kita harus memberikan skala prioritas untuk DRP
tersebut, yang manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas problem
tersebut didasarkan pada resiko yang mungkin timbul pada penderita (Seto dkk,
2004).
Sebagai farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRP kemudian
membuat solusi terhadap DRP tersebut sehingga tercapai terapi obat yang diharapkan
yaitu : tepat indikasi, efektif, aman, dan nyaman (Cipolle dkk, 1998).
KETERANGAN EMPIRIS
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran evaluasi pengobatan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada kasus diabetes melitus (DM)
dengan komplikasi nefropati diabetik merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
retrospektif.
B. Definisi Operasional
1. Kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah seluruh kasus dengan
diagnosis masuk DM dan komplikasi gangguan pada ginjal yang terdapat di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2005. Bila seorang
pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap sebanyak dua kali maka dihitung sebanyak
2 kasus.
2. Pasien rawat inap adalah pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang
menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005.
3. Nefropati diabetik adalah salah satu komplikasi dari penyakit DM yang tercatat
dalam diagnosis masuk setiap kasus dengan kode rekam medis E 14.2.
4. Pengobatan adalah salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk
menangani suatu penyakit dengan menggunakan obat.
5. Golongan obat adalah kelompok obat yang dikelompokkan berdasarkan efek
terapi dari setiap kelas terapi yang diberikan kepada pasien DM dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
komplikasi nefropati diabetik, misalnya golongan insulin, golongan Antidiabetik
Oral (ADO), golongan antihipertensi.
6. Jenis obat adalah nama obat yang diresepkan kepada pasien DM dengan
komplikasi nefropati dalam bentuk generik, misalnya glibenklamid, metformin,
kaptopril.
7. Drug Related Problem (DRP) adalah permasalahan yang muncul dalam farmasi
klinis yang meliputi: indikasi tidak mendapat obat, pilihan obat tidak tepat, dosis
terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, obat tanpa indikasi, efek obat yang tidak
diinginkan.
8. Evaluasi DRP adalah melihat kembali serta mengumpulkan tindakan pengobatan
dengan obat (drug therapy) kemudian menyesuaikan dengan prosedur yang ada.
9. Rekam medis adalah catatan yang berisi data klinis pasien di RS yang meliputi
nomor rekam medis, nomor pendaftaran, nama pasien, umur pasien, jenis
kelamin pasien, diagnosis, pengobatan yang diterima,dan sebagainya.
10. Hasil pengobatan adalah hasil dari pengobatan yang telah diberikan dilihat dari
keadaan pasien saat keluar dari RS, terbagi menjadi lama tinggal pasien, alasan
kepulangan pasien, dan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Berdasarkan data
dari unit rekam medis RS Bethesda Yogyakarta diperoleh 48 kasus DM yang
didiagnosis mengalami komplikasi nefropati diabetik. Dari 48 kasus tersebut jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kasus yang diteliti hanya sebanyak 30 kasus karena dokumen 18 kasus lainnya telah
disimpan dalam tempat penyimpanan. Hal ini dikarenakan pasien sudah meninggal
sehingga dokumennya tidak dikeluarkan lagi.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian berupa data dari rekam medis pasien DM dengan
komplikasi nefropati diabetik rawat inap di RS Bethesda Yogyakarta pada periode
tahun 2005.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan pada Kasus DM dengan
Komplikasi Nefropati Diabetik dilakukan di unit rekam medis RS Bethesda
Yogyakarta Jalan Jendral Sudirman no.70 Yogyakarta.
F. Tata Cara Penelitian
Tata cara atau jalannya penelitian dilakukan secara bertahap dengan alur
sebagai berikut ini.
1. Perencanaan
Pada tahap ini melakukan analisis situasi, penentuan masalah serta
pencarian informasi standar penatalaksanaan, terutama mengenai pengobatan
untuk menangani penyakit nefropati diabetik di RS Bethesda Yogyakarta.
Analisis situasi dilakukan dengan mencari informasi mengenai distribusi penyakit
DM beserta komplikasinya di RS Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005
melalui unit rekam medisnya. Pada tahap ini diketahui data rekam medis kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
DM di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebesar 400 kasus dan dari 400 kasus
tersebut sebanyak 48 kasus merupakan DM dengan komplikasi nefropati
diabetik. Laporan tersebut digunakan sebagai acuan penentuan masalah.
2. Pengambilan data
Tahap pengambilan data meliputi proses-proses berikut ini.
a. Proses penelusuran data
Proses penelusuran data dilakukan dengan melihat data dari unit rekam medis
RS Bethesda. Dari data tersebut diketahui jumlah kasus dan nomor rekam
medis kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Selanjutnya nomor
rekam medis digunakan untuk menelusuri lembar catatan rekam medis secara
keseluruhan. Dari 48 kasus DM dengan komplikasi nefropati yang terdapat di
RS Bethesda, sebanyak 18 kasus tidak terdapat dokumen rekam medisnya
karena pasien sudah meninggal dan dokumen tersebut tidak dikeluarkan lagi.
Dengan demikian total kasus pada penelitian ini menjadi 30 kasus.
b. Proses pengambilan data
Proses pengambilan data ini dilakukan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik melalui dokumen rekam medisnya. Kemudian dokumen
rekam medis tiap kasus ditelusuri dengan menggunakan nomor rekam medis
yang sudah didapat pada proses penelusuran data dan data-data tiap kasus
tersebut dicatat.
c. Proses pencatatan data
Proses ini dilakukan dengan mencatat data yang ada di dokumen rekam medis
tiap kasus. Data yang dicatat meliputi : nomor rekam medis, usia, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, diagnosis masuk dan
diagnosis keluar, keluhan, tindakan yang telah dilakukan, riwayat penyakit,
jenis obat, jumlah obat, dosis, cara pemberian, waktu pemberian, bentuk
sediaan, serta data laboratorium.
3. Pengolahan data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan atau grafik dengan beberapa
keterangan. Data identifikasi kasus DRP juga disajikan dalam bentuk tabel.
4. Analisis hasil
Analisis hasil dilakukan dengan menganalisis data yang telah
dikumpulkan dan dicatat yaitu dengan memberikan gambaran profil kasus dan
gambaran umum pola pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik serta identifikasi DRP. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel beserta
uraian penjelasan. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam penjelasan di bawah
ini.
a. Gambaran profil kasus
Gambaran profil kasus meliputi jenis kelamin dan usia dalam kasus
DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Presentase jenis kelamin dihitung
berdasarkan banyaknya kasus dengan jenis kelamin tertentu dibagi jumlah
total kasus dikali 100%.
Berdasarkan usia, kasus dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu
kelompok usia 25 tahun sampai usia 44 tahun, kelompok usia 45 tahun
sampai usia 64 tahun, dan kelompok usia 65 tahun dan 65 tahun ke atas.
Presentase kelompok usia dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
termasuk ke dalam kelompok umur tertentu dibagi dengan jumlah total kasus
dikalikan 100%.
b. Gambaran pola pengobatan
Gambaran pola pengobatan dilakukan dengan menghitung kelas
terapi obat, golongan obat, dan jenis obat yang diberikan dalam kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik. Kemudian dihitung presentasenya.
Presentase kelas terapi obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
menerima kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan
100%. Presentase golongan obat dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang
menerima golongan obat dari kelas terapi tertentu dibagi dengan jumlah total
kasus dikali dengan 100%. Sedangkan presentase jenis obat dihitung
berdasarkan banyaknya kasus yang menerima jenis obat dari golongan obat
tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dikali dengan 100%.
c. Evaluasi per kasus DRP
Evaluasi dilakukan dengan melihat pengobatan dan hasil
laboratorium setiap kasus kemudian dibandingkan dengan standar dan diberi
rekomendasi yang tepat. Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000, rekomendasi dari
ADA, dan MIMS Indonesia 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Profil Kasus Diabetes Melitus (DM) dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang bisa diderita oleh siapa
saja tanpa memandang usia, jenis kelamin bahkan status sosial. Hasil yang diperoleh
dari data rekam medis jumlah kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dan
menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda sebanyak 48 kasus.
Berikut daftar distribusi macam-macam komplikasi penyakit DM di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun 2005.
Tabel VI. Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No. Diagnosa Jumlah 1. DM unspecified 203 2. DM dengan Ulcer 89 3. DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik 48 4. DM dengan Koma 36 5. DM dengan Ketoasidosis 7 6. DM dengan Arthropathy 6 7. DM dengan Komplikasi Mata 2
Dari tabel VI dapat dilihat bahwa kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun
2005 dengan jumlah 48 kasus. Namun, sebanyak 18 kasus dari 48 kasus tersebut
tidak ditemukan lembar rekam medisnya karena pasien sudah meninggal sehingga
jumlah kasus yang diteliti menjadi 30 kasus. Dari jumlah tersebut kemudian
diperoleh gambaran profil kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jenis kelamin, usia, dan diagnosis. Pengelompokan tersebut akan lebih dijelaskan
pada uraian di bawah ini.
1. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin
Pengelompokan kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Laki-laki, 56.7%
Perempuan 43.3%
Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta periode tahun
2005 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 56,7% dari jumlah
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang ditemukan dalam penelitian
ini. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa prevalensi DM lebih banyak
terjadi pada laki-laki. Diabetes Melitus dapat diderita oleh siapa saja baik laki-laki
maupun perempuan.
2. Gambaran Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik
dikelompokkan dalam 3 kelompok usia. Pada penelitian ini pengelompokan dimulai
dari usia 25 tahun sampai 44 tahun, usia 44 tahun sampai 64 tahun, dan usia 65 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan lebih dari 65 tahun (usia lanjut). Gambaran distribusi usia pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada gambar 2.
16.7%
80.0%
3.3%
25-44 tahun45-64 tahun
≥ 65 tahun
Gambar 2. Distribusi Usia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik paling banyak masuk ke dalam kelompok usia 45-64 tahun yaitu
sebesar 80,0% dari jumlah kasus yang ada. Kelompok usia ≥ 65 hanya berjumlah 1
kasus atau sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda lebih banyak berusia 45-64 tahun. Diabetes Melitus bisa mulai diderita
pada saat usia pasien di bawah 40 tahun atau bisa saja pada saat pasien masih dalam
dalam usia remaja. Hanya saja gejalanya baru dirasakan setelah beberapa tahun
kemudian atau bahkan saat pasien sudah mengalami gangguan pada organnya. Hal
inilah yang mendorong pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga DM baru
terdeteksi. Usia di atas 40 tahun merupakan usia di mana seseorang mulai rentan
dengan berbagai penyakit karena kemampuan organ-organ tubuh mulai menurun dan
dapat diperparah dengan pola hidup yang tidak baik. Apabila orang tersebut
menderita DM dan tidak segera diketahui maka terlambatnya pengontrolan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
gula di dalam darah segera mengembangkan penyakit DM ke arah komplikasi.
Kesadaran seseorang dalam memeriksakan kesehatannya diperlukan untuk
mengetahui adanya penyakit DM sehingga perkembangannya ke arah komplikasi
dapat segera dicegah dan dihambat.
3. Gambaran Berdasarkan Diagnosis
Diagnosis yang ditulis dalam rekam medis pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak hanya
nefropati saja melainkan ada beberapa penyakit lain yang juga menyertai saat pasien
datang ke RS Bethesda. Gambaran diagnosis pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Distribusi Diagnosis pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Diagnosis Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. DM + Nefropati (tanpa penyakit lain) 23 76,7 2. DM + Nefropati + Ulkus 2 6,7 3. DM + Nefropati + CRF 2 6,7 4. DM + Nefropati + Udem 1 3,3 5. DM + Nefropati + Retinopati + Hipertermi 1 3,3 6. DM + Nefropati + Jantung Iskemi 1 3,3
4. Gambaran Berdasarkan Tingkat Kerusakan Ginjal
Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa presentase kerusakan ginjal terbesar
adalah pada tingkat 4 dan 5. Hal ini dapat terjadi karena pada tingkat awal penyakit
DM dengan komplikasi nefropati diabetik kerusakan ginjal belum dapat dirasakan
oleh penderita. Kemudian ketika penderita mulai merasakan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit ini, kerusakan ginjal sudah memasuki tingkat selanjutnya
dan bila tidak segera diobati akan dapat memperburuk keadaan. Pada tingkat 4
penderita belum mendapatkan terapi penggantian ginjal. Namun, bila nefropati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
diabetik ini terus berkembang maka penderita akan sampai pada tingkat akhir yaitu
ESRD. Pada tingkat 5 diperlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis.
0.0% 0.0%
40.0% 40.0%
3.3%
16.7%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 #
Tingkat Kerusakan Ginjal
Pres
enta
se K
asus
Keterangan # : tidak dilakukan pemeriksaan kreatinin Gambar 3. Distribusi Tingkat Kerusakan Ginjal pada Kasus DM dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
B. Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
Pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dilakukan
terutama pada pengontrolan kadar gula darah pasien. Pengontrolan tekanan darah
juga penting dilakukan untuk melindungi fungsi ginjal. Selain itu pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda tidak
hanya didiagnosis penyakit DM saja, tetapi juga penyakit lain seperti ulkus,
hipertensi, gangguan pernafasan, dan lain sebagainya yang terjadi sebelum atau
mungkin saja terjadi selama menjalani masa perawatan sehingga diperlukan
pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut. Dengan demikian, pengobatan yang
diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Inap RS Bethesda tidak hanya 1 atau 2 kelas terapi saja tetapi terdiri dari beberapa
kelas terapi. Distribusi kelas terapi yang diberikan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Kelas Terapi Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Vitamin dan Mineral 29 96,7 2. Obat Sistem Kardiovaskuler 28 93,3 3. Obat Antidiabetik 22 73,3 4. Obat Sistem Saraf Pusat 22 73,3 5. Antianemia 22 73,3 6. Obat Saluran Cerna (Gastrointestinal) 19 63,3 7. Antiinfeksi 16 53,3 8. Nutrisi 11 36,7 9. Obat Sistem Genital - Urinaria 10 33,3
10. Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi 8 26,7 11. Analgesik 7 23,3 12. Obat Sistem Saluran Pernafasan 5 16,7 13. Obat lain-lain 3 10,0 14. Obat Mata 2 6,7 15. Obat Hormon 1 3,3
Dari tabel VIII dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak diberikan
dalam kasus DM dengan komplikasi nefropati adalah kelas terapi vitamin dan
mineral dengan presentase 96,7% dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler
dan dengan presentase sebesar 93,3%.
1. Obat Antidiabetik
Penyakit DM merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi. Pengontrolan kadar gula di dalam darah sangat penting dilakukan karena
kadar gula darah yang tinggi tersebut bila tidak segera dikontrol akan dapat
mempengaruhi sistem organ. Bila seseorang memiliki kadar gula darah yang tinggi
dalam waktu yang lama dan tidak segera diketahui dan dikontrol maka komplikasi
akan terjadi. Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengatur pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
makan, mengatur aktifitas fisik, dan pemberian obat antidiabetik. Obat antidiabetik
dapat diberikan apabila terapi non farmakologis seperti pengaturan pola makan dan
aktifitas fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah, khususnya pada DM tipe 2.
Selain itu pemberian obat antidiabetik yaitu golongan insulin diperlukan bagi pasien
yang benar-benar membutuhkan insulin karena ada gangguan dalam sekresi
insulinnya. Terdapat 2 golongan obat dari kelas terapi obat hipoglikemik yang
diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi nefropati yaitu golongan obat
insulin dan obat antidiabetik oral (ADO). Gambaran golongan obat antidiabetik dapat
dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Insulin 12 40,0 2. Obat Antidiabetika Oral 26 86,7
Pada penelitian ini terdapat 8 kasus yang tidak diberikan obat antidiabetik.
Pasien dari kedelapan kasus tersebut menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat
diartikan pasien-pasien dari kedelapan kasus tersebut sudah mengalami penurunan
fungsi ginjal yang cukup parah atau bahkan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien
tidak diberikan obat antidiabetik untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang
semakin parah. Pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal perlu mendapat
perhatian dalam menggunakan ADO karena ADO diekskresi di ginjal, sedangkan
golongan insulin dieliminasi oleh ginjal dan hati. Gangguan fungsi ginjal yang berat
lebih berpengaruh terhadap eliminasi insulin daripada gangguan fungsi hati karena
hati telah berfungsi maksimal sehingga tidak dapat meningkatkan eliminasi. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
insulin yang terdapat di dalam tubuh tidak dieliminasi maka kemungkinan akan
terjadi hipoglikemia.
Seharusnya obat antidiabetik tetap diberikan untuk mengontrol kadar gula
darah pasien, apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah suatu kasus melebihi batas
normal. Namun, pemberian obat antidiabetik tersebut perlu ditinjau kembali yaitu
dengan melihat kemungkinan apakah terjadinya resiko kerusakan ginjal lebih besar
daripada manfaat yang diberikan dari obat antidiabetik tersebut ataukah sebaliknya.
Apabila resiko kerusakan ginjal lebih besar daripada manfaat yang diberikan obat
antidiabetik maka pada kasus tersebut tidak diberikan obat antidiabetik terlebih
dahulu.
Dari tabel IX terlihat bahwa pemberian ADO lebih besar daripada
pemberian insulin. Presentase penggunaan obat antidiabetik melebihi 100% karena
pada beberapa kasus menggunakan kombinasi antara insulin dengan 1 jenis ADO
sebanyak 2 kasus, kombinasi antara insulin dengan 2 jenis ADO sebanyak 3 kasus,
kombinasi antara insulin dengan 3 jenis ADO sebanyak 1 kasus, kombinasi insulin
dengan insulin sebanyak 2 kasus, dan kombinasi ADO dengan ADO sebanyak 2
kasus. Kombinasi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan pengontrolan kadar
gula darah pasien. Obat Antidiabetik Oral diindikasikan untuk DM tipe 2 ringan
sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan
karbohidrat serta olahraga.
Insulin diindikasikan untuk DM tipe 1 dan juga untuk DM tipe 2 yang kadar
gula darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan ADO. Pada penelitian ini
DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dibedakan dalam diagnosisnya. Penggunaan insulin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
membantu pasien DM dalam proses penyerapan gula dalam tubuh. Pada pasien DM
tipe 1, pemberian insulin sangat diperlukan karena sel beta pankreasnya sudah tidak
dapat menghasilkan insulin. Pada DM tipe 2, penggunaan insulin diperlukan
berkaitan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan reseptor insulin
menjadi kurang peka terhadap insulin endogen sehingga diperlukan insulin eksogen.
Di samping DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan
diet dan ADO, indikasi penggunaan insulin yaitu DM dengan berat badan yang
menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM pasca bedah pankreas, pasien DM
yang memiliki kontraindikasi dengan ADO, ketoasidosis, dan DM dengan
kehamilan.
Pasien yang mendapat pengobatan baik dengan ADO, insulin ataupun
kombinasinya perlu diwaspadai resiko terjadinya hipoglikemia. Oleh karena itu,
penggunaannya perlu diperhatikan baik dosis maupun waktu obat tersebut harus
digunakan (sebelum, bersama, atau sesudah makan). Jumlah golongan dan jenis obat
antidiabetik dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Insulin kerja singkat Insulin 6 20,0 Insulin 2 6,7 2. Insulin kerja sedang mula
kerja singkat Insulin 1 3,3 Insulin 1 3,3 3. Insulin sediaan campuran Insulin 2 6,7 Glikazid 3 10,0 Glibenklamid 1 3,3 Glikuidon 7 23,3
4. Sulfonilurea
Glimepiride 6 20,0 5. Biguanida Metformin 2 6,7 6. Penghambat α glukosidase Akarbosa 7 23,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Terdapat 3 golongan ADO yang diberikan yaitu sulfonilurea, biguanida, dan
penghambat α glukosidase. Golongan sulfonilurea merupakan golongan yang paling
banyak diberikan. Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang pankreas
untuk memproduksi insulin lebih banyak. Oleh karena itu, obat ini efektif apabila sel
beta pankreas masih dapat berproduksi. Jenis obat dari golongan sulfonilurea yang
diberikan adalah Glikazid, Glibenklamid, Glikuidon, dan Glimepirid. Glikuidon
merupakan jenis obat dari golongan sulfonilurea yang paling banyak diberikan
kepada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Glikuidon memiliki onset
(mula kerja) kurang dari 1 jam dan memiliki durasi yang relatif singkat (8 sampai 10
jam) dibandingkan dengan sulfonilurea yang lain. Pasien DM dengan komplikasi
nefropati yang dirawat di RS Bethesda tidak hanya menderita penyakit DM saja
tetapi juga penyakit lainnya yang juga membutuhkan pengobatan. Obat antidiabetik
yang diberikan diharapkan memiliki mula kerja yang singkat agar penyerapan
glukosa dapat segera terjadi pada saat pasien makan dan setelah makan. Selain itu
juga diperlukan durasi yang singkat agar pasien dapat diberikan obat untuk
mengatasi penyakit atau gejala lain yang dialami oleh pasien DM sehingga interaksi
obat yang mungkin dapat terjadi antara ADO dengan obat lain dapat dihindari. Oleh
karena itu, Glikuidon paling banyak diberikan dari golongan sulfonilurea.
Dari tabel X dapat dilihat juga bahwa jenis obat yang memiliki angka
pemberian sama banyaknya dengan Glikuidon adalah Akarbosa. Obat tersebut
termasuk ke dalam golongan penghambat α glukosidase. Cara kerjanya yaitu dengan
menghambat enzim α glukosidase. Penghambatan tersebut akan menurunkan
absorpsi sari pati, dekstrin dan disakarida setelah makan sehingga kenaikan kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
gula darah setelah makan dapat diturunkan. Golongan ini tidak tergantung
penggunaan glukosa maupun sekresi insulin. Jadi, obat ini dapat dipakai untuk semua
pasien DM. Sama halnya dengan kelompok glikuidon dari golongan sulfonilurea,
Akarbosa juga memiliki onzet yang cepat yaitu 30 menit dan durasi yang singkat
yaitu 4 jam.
Metformin bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini efektif jika terdapat insulin
endogen. Metformin termasuk ke dalam golongan biguanida.
Dari golongan insulin, insulin dengan kerja singkat paling banyak diberikan,
diikuti dengan insulin kerja sedang mula kerja singkat dan insulin sediaan campuran.
Sama seperti ADO, penggunaan insulin juga diharapkan memiliki kerja atau durasi
yang singkat agar pasien yang harus diberikan obat dari kelas terapi lain yang
mungkin dapat menimbulkan interaksi dapat dihindarkan.
2. Vitamin dan Mineral
Kelas terapi vitamin dan mineral terdiri dari golongan elektrolit dan mineral,
kalsium / dengan vitamin, vitamin B / dengan vitamin C, dan vitamin K. Kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di RS Bethesda menerima kelas terapi vitamin
dan mineral yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi pasien karena kehilangan
cairan atau dehidrasi dan kehilangan elektrolit yang dapat terjadi melalui saluran
kemih atau saluran cerna. Kehilangan melalui saluran cerna dapat terjadi akibat
muntah dan diare. Selera makan yang menurun dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan vitamin dan mineral dari luar. Pada kondisi ini pasien juga dapat diberikan
vitamin dan mineral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Elektrolit dan mineral merupakan golongan obat yang paling banyak
diberikan dengan presentase 90,0%. Elektrolit dan mineral dapat diberikan jika diet
diketahui tidak memadai atau asupan gizi tidak mencukupi. Jenis obat yang paling
banyak diberikan dari golongan obat ini adalah Asering dengan presentase sebesar
46,7% diikuti dengan Maltosa dengan presentase sebesar 43,3%. Asering
diindikasikan untuk terapi cairan pengganti yang hilang secara akut. Sedangkan
Maltosa diberikan dengan tujuan mensuplai penambahan air dan karbohidrat pada
pasien DM. NaCl kombinasi digunakan untuk mengganti air dan elektrolit pasien
DM dengan komplikasi nefropati yang mungkin hilang karena pasien mengalami
dehidrasi akibat terlalu banyaknya cairan yang dikeluarkan.
Tabel XI. Golongan dan Jenis Vitamin dan Mineral pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%) Jenis Obat
Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Asering 14 46,7 Tutofusin Ops 1 3,3 Maltosa 13 43,3 NaCl 7 23,3 NaCl kombinasi
11 36,7
Kalium L-aspartat
4 13,3
Dextrose 5% 4 13,3 Dextrose 10% 3 10,0
1. Elektrolit dan Mineral
27 90,0
Dextrose 40% 3 10,0 Kalsium Karbonat
19 63,3
Kalsium 6 20,0
2. Kalsium / dengan Vitamin
24 80,0
Garam kalsium
1 3,3
Vitamin B1 3 10,0 3. Vitamin B / dengan Vitamin C
4 13,3 Vitamin B1, B6, B12
3 10,0
4. Vitamin K 1 3,3 Vitamin K 1 3,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Golongan terbanyak kedua setelah elektrolit dan mineral yang diberikan
kepada pasien DM dengan nefropati adalah golongan kalsium / dengan vitamin. Jenis
obat kalsium / dengan vitamin yang paling banyak diberikan adalah Kalsium
Karbonat dengan presentase 63,3%. Pasien DM dengan komplikasi nefropati
membutuhkan suplemen kalsium untuk mencegah terjadinya kekurangan kalsium
akibat penggunaan diuretik atau akibat banyaknya urin yang dikeluarkan oleh pasien.
Vitamin diberikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi spesifik.
3. Obat Sistem Kardiovaskuler
Pada pengobatan DM dengan komplikasi nefropati memberikan obat sistem
kardiovaskuler juga penting dilakukan karena pada beberapa pasien memiliki
tekanan darah yang melebihi normal dan gangguan lain di sistem kardiovaskuler.
Obat sistem kardiovaskuler yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati terdiri dari beberapa golongan. Golongan obat sistem kardiovaskuler dapat
dilihat pada tabel XII.
Diuretik kuat merupakan kelas terapi dari obat kardiovaskuler yang paling
banyak diberikan dengan presentase sebesar 86,7%. Diuretik menambah kecepatan
pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem yaitu
dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel
kembali menjadi normal. Pada beberapa pasien terjadi udem pada kaki atau organ
lainnya. Udem yang terjadi ini merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal.
Diuretik kuat digunakan untuk menghambat proses reabsorpsi elektrolit dari
lengkung Henle asending.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Jenis obat dari golongan diuretik kuat yang paling banyak diberikan adalah
Furosemid dengan presentase sebesar 76,7% seperti yang dapat dilihat dalam tabel
XII. Hal ini dikarenakan banyak kasus yang datang ke RS Bethesda mengeluhkan
bengkak-bengkak yang terjadi pada kaki dan anggota tubuh yang lain. Diuretik
hemat kalium menyebabkan retensi kalium sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif yang lebih efektif daripada memberikan suplemen kalium pada penggunaan
diuretik kuat atau diuretik tiazid.
Obat sistem kardiovaskuler digunakan untuk mengontrol tekanan darah
pasien, mengobati penyakit jantung yang dialami oleh beberapa pasien dan juga
untuk melindungi fungsi ginjal terutama obat-obat antihipertensi seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Obat antihipertensi yang banyak diberikan pada kasus DM
dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda adalah
antihipertensi penghambat ACE. Antihipertensi penghambat ACE dianjurkan untuk
penderita DM yang mengalami komplikasi nefropati. Antihipertensi penghambat
ACE bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II. Dengan demikian pembentukan angiotensin II akan berkurang. Angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah dan paling kuat terjadi pada
pembuluh darah ginjal. Pembentukan angiotensin II yang berkurang karena adanya
penghambat ACE menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal. Dilatasi ini
diperkirakan akan mengurangi perbedaan tekanan hidraulik pada pembuluh darah
kapiler glomerulus sehingga dapat mengurangi kebocoran albumin. Dengan
demikian, ginjal dapat terlindungi karena kerusakan membran dasar glomerulus
dikurangi. Dari tabel XII, Kaptopril merupakan penghambat ACE yang paling
banyak digunakan dengan presentase sebesar 33,3%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%) Jenis Obat
Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Glikosida Jantung
1 3,3 Digoksin 1 3,3
Kaptopril 10 33,3 Perindopril 2 6,7
2. Antihipertensi Penghambat ACE
13 43,3
Lisinopril 1 3,3 3. Antihipertensi
yang Bekerja Sentral
2 6,7 Klonidin 2 6,7
Kalium losartan
1 3,3
Telmisartan 1 3,3
4. Antihipertensi Antagonis Reseptor Angiotensin II
14 46,7
Irbesartan 12 40,0 Amlodipin besilat
10 33,3 5. Antiangina Antagonis Kalsium
13 43,3
Nifedipin 3 10,0 6. Antiangina Nitrat 2 6,7 Isosorbid
dinitrat 2 6,7
7. Antiaritmia 1 3,3 Amiodarone 1 3,3 Furosemid 23 76,7 8. Diuretika Kuat 26 86,7 Torasemid 3 10,0
9. Diuretika Hemat Kalium
4 13,3 Spironolakton 4 13,3
Indapamid 1 3,3 10. Diuretika Golongan Tiazid
2 6,7 Hidroklortiazid 1 3,3 Asetosal 10 33,3 Enoksaparin 1 3,3
11. Antikoagulan, Antiplatelet, Fibrinolitik
12 40,0
Heparin 1 3,3 Asam Traneksamat
1 3,3 12. Hemostatik 2 6,7
Karbazokrom Na.sulfonat
1 3,3
Pentoksifilin 2 6,7 13. Vasodilator Perifer
3 10,0 Sitikolina 1 3,3 Fenofibrat 2 6,7 14. Obat
Hipolipidemik 3 10,0
Simvastatin 1 3,3 Selain golongan antihipertensi penghambat ACE, golongan antihipertensi
antagonis reseptor angiotensin II juga banyak diberikan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik. Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan
antihipertensi penghambat ACE. Namun, obat ini tidak menghambat pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering yang biasanya timbul pada
pengobatan dengan penghambat ACE. Sehingga golongan obat ini digunakan
sebagai alternatif untuk pasien yang harus menghentikan obat penghambat ACE
karena batuk yang timbul. Irbesartan merupakan jenis obat dari golongan
antihipertensi antagonis reseptor angiotensin II yang paling banyak ditemukan dalam
penelitian ini.
Pada penelitian ini juga diberikan antiangina pada kasus dengan riwayat
hipertensi dan profilaksis angina. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi
platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri.
Obat hipolipidemik yang diberikan terdiri dari jenis obat fenofibrat dan simvastatin.
Golongan obat ini digunakan untuk menurunkan kadar lipid pada pasien yang
mengalami hiperlipidemia. Hemostatik diberikan untuk menghentikan perdarahan.
Pentoksilfilin sebagai vasodilator perifer bekerja mempengaruhi sifat aliran darah
dengan cara menurunkan viskositas darah dan memperbaiki fluiditas eritrosit.
4. Obat Sistem Saraf Pusat
Obat sistem saraf pusat yang diberikan di sini adalah obat untuk mual dan
vertigo, nootropik dan neurotonik, ansiolitik, antipsikotik, dan antiparkinson. Tabel
XIII menunjukkan golongan obat sistem saraf pusat yang diberikan.
Obat nootropik dan neurotonik merupakan obat yang paling banyak
diberikan dengan presentase 66,7%. Mekobalamin merupakan obat yang paling
banyak diberikan dari golongan ini. Obat ini diindikasikan untuk neuropati perifer.
Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga mengalami mual yang
mungkin saja terjadi karena efek samping obat atau mual biasa yang menyertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
vertigo. Mual yang dialami pasien juga merupakan salah satu gejala dari nefropati
diabetik.
Haloperidol merupakan obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi
pasien yang gelisah, berontak, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, dan
mengalami halusinasi. Haloperidol bekerja dengan menghambat reseptor dopamin di
otak sehingga menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal seperti parkinson.
Untuk itu haloperidol diberikan bersama dengan obat triheksifenidil. Triheksifenidil
merupakan obat antiparkinson yang dasar kerjanya mengurangi efektifitas kolinergik
yang berlebihan di ganglia basal. Obat ini digunakan untuk mengatasi parkinson
akibat obat.
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Klobazam 2 6,7 Diazepam 4 13,3
1. Ansiolitik 9 30,0
Alprazolam 3 10,0 Ondansetron 3 10,0 Dimenhidrinat 1 3,3
2. Obat untuk Mual dan Vertigo
5 16,7
Betahistamin 1 3,3 Klorpromasin 1 3,3 Haloperidol 3 10,0
3. Antipsikotik 5 16,7
Aripripazol 1 3,3 4. Antiparkinson 2 6,7 Triheksifenidil 2 6,7
Pirasetam 6 20,0 5. Nootropik dan Neurotonik
20 66,7 Mekobalamin 14 46,7
5. Antianemia
Pada kelas terapi antianemia diberikan golongan antianemia untuk anemia
defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia karena gagal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
ginjal. Distribusi pemberian golongan obat antianemia pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel XIV berikut ini.
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Antianemia pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Ferofumarat 1 3,3 1. Anemia defisiensi besi
3 10,0 FeOH3 2 6,7
2. Anemia megaloblastik
21 70,0 Asam Folat 21 70,0
Epoetin β 2 6,7 3.
Anemia hipoplastik, hemolitik, dan renal
7 56,7 Epoetin α dan epoetin β
5 16,7
Golongan obat antianemia yang paling banyak diberikan adalah antianemia
untuk anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan
vitamin B12 atau asam folat. Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang akan
terganggu apabila terjadi kekurangan salah satu atau kedua faktor tersebut. Anemia
akan terjadi disertai dengan dilepasnya eritrosit berinti dan berukuran lebih besar
daripada ukuran normalnya. Pada penelitian ini jenis obat dari golongan obat
antianemia megaloblastik adalah asam folat dengan presentase sebesar 70,0%. Asam
folat memiliki indikasi memelihara kesehatan, untuk kasus yang mengalami
defisiensi asam folat, dan sebagai suplemen pada masa hamil dan menyusui. Kasus
DM dengan komplikasi nefropati yang menerima asam folat belum tentu menderita
anemia karena pada beberapa kasus memiliki angka hemoglobin dan hematokrit
yang normal sehingga asam folat yang diberikan digunakan untuk menjaga
kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Antianemia lain yang diberikan adalah antianemia karena hipoplastik,
hemolitik, dan renal. Anemia jenis ini dapat terjadi karena pasien mengalami
defisiensi eritropoietin terkait dengan gangguan pada ginjalnya. Kerusakan pada
ginjal akan menyebabkan penurunan sekresi eritropoietin. Eritropoietin merupakan
hormon pengontrol eritropoiesis yang disekresi oleh ginjal. Produksi eritropoietin
yang menurun akan menyebabkan gangguan pada eritropoiesis sehingga produksi
eritrosit akan menurun juga.
Antianemia untuk anemia defisiensi besi diberikan pada kasus yang
mengalami defisiensi besi. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),
sehingga defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih
kecil dengan kandungan Hb yang rendah.
6. Obat Saluran Cerna
Obat saluran cerna yang diberikan meliputi antitukak antagonis reseptor H2,
antitukak penghambat pompa proton, antitukak antasida, antitukak kelator dan
senyawa kompleks, pengatur saluran gastrointestinal, antispasmodik, antidiare,
pencahar pelunak tinja, pencahar stimulan, dan enzim pencernaan. Obat-obat tersebut
digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang dialami dalam kasus DM
dengan komplikasi nefropati. Distribusi penggunaan golongan obat saluran cerna
dapat dilihat pada tabel XV.
Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah pengatur saluran cerna
dan antiflatulen. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan tersebut adalah
metoklopramid dan domperidon. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
muntah pasien DM dengan komplikasi nefropati. Muntah yang terjadi bisa
diakibatkan oleh komplikasi yang dialami pasien atau bisa juga akibat efek samping
obat.
Selama menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda, jumlah
pasokan makanan pasien DM dengan komplikasi nefropati telah diatur oleh pihak
Rumah Sakit melalui diet. Selain itu kebanyakan pasien juga menerima nutrisi
melalui infus selama perawatan. Aktifitas asam lambung dalam mencerna makanan
menjadi berkurang karena makanan yang diberikan terbatas dan ada yang langsung
melalui aliran darah. Padahal sekresi asam lambung terus berlangsung dan asam
lambung akan dapat mengiritasi lapisan lambung karena tidak ada makanan yang
dicerna dalam lambung. Hal ini akan membuat perut terasa perih sehingga untuk
mengatasinya dan mencegah nyeri akibat asam lambung dibutuhkan antitukak.
Antitukak antagonis reseptor H2 merupakan golongan yang banyak diberikan kepada
pasien DM dengan komplikasi nefropati. Antitukak ini bekerja dengan cara
menghambat reseptor H2. Akibatnya sekresi asam lambung berkurang dan nyeri
akibat asam lambung dapat berkurang. Dari tabel XV, dapat dilihat bahwa Ranitidin
merupakan jenis obat dari golongan antitukak antagonis reseptor H2 yang paling
banyak diberikan dengan presentase 40,0%.
Antispasmodik digunakan untuk mengurangi spasme usus. Pemberian
antidiare untuk mengatasi diare sedangkan pencahar diberikan untuk membantu
pasien yang mengalami konstipasi. Enzim pencernaan digunakan untuk mengatasi
gangguan pencernaan yaitu berupa perasaan kembung, flatulen, dan perasaan tidak
nyaman di perut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat
Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Lansoprazol 5 16,7 1. Antitukak Penghambat Pompa Proton
11 36,7 Omeprazol 6 20,0
2. Antitukak Antagonis Reseptor H2
12 40,0 Ranitidin 12 40,0
3. Antitukak Antasida
1 3,3 Na.Rabeprazol 1 3,3
4. Antitukak Kelator dan Senyawa Kompleks
1 3,3 Sukralfat 1 3,3
Metoklopramid 9 30,0 5. Pengatur Saluran Cerna dan Antiflatulen
17 56,7 Domperidon 8 26,7
Fenilpropiletilamin 1 3,3 Klordizepokzepoksida 1 3,3
6.
Antispasmodik 3 10,0
Hiosin hidrobromida 1 3,3 7. Antidiare 1 3,3 Attalpulgit 1 3,3 8. Pencahar
Pelunak Tinja 1 3,3 Parafin cair 2 6,7
9. Pencahar Stimulan
2 6,7 Bisakodil 2 6,7
10. Enzim Pencernaan
2 6,7 Amilase, protease 2 6,7
7. Antiinfeksi
Pemakaian antiinfeksi bertujuan untuk mengobati infeksi yang dapat
disebabkan oleh bakteri atau jamur. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam
lainnya merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dengan presentase
46,7% seperti yang terlihat pada tabel XVI. Antibiotik sefalosporin termasuk dalam
antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh ke urin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Beberapa pasien mengalami ulkus pada saat datang ke RS Bethesda.
Antibiotik digunakan untuk mengatasi ulkus tersebut, sesuai dengan jenis
mikrobanya yang didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dilihat dari
sensitif tidaknya mikroba yang ditemukan terhadap suatu antibiotik.
Dari tabel XVI dapat dilihat bahwa antibiotik Seftriakson merupakan
antibiotik yang paling banyak diberikan dengan presentase sebesar 26,7%. Hal ini
dikarenakan Seftriakson termasuk ke dalam antibiotik sefalosporin generasi ketiga
sehingga mikroba masih menunjukkan sensitifitasnya terhadap antibiotik tersebut.
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Amoksisilin 1 3,3 Co-amoksiklav 1 3,3
1. Antibiotik Penisilin
4 13,3
Sultamisilin 2 6,7 Seftriakson 8 26,7 Sefadroksil 1 3,3 Seftazidim 1 3,3 Sefotiam 3 10,0
2. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya
14 46,7
Sefradin 1 3,3 Ofloksasin 1 3,3 Ciprofloksasin 2 6,7
3. Antibiotik Kuinolon
4 13,3
Levofloksasin 1 3,3 4. Antijamur 1 3,3 Itrakonazol 1 3,3
8. Nutrisi
Kasus DM dengan komplikasi nefropati juga mendapat tambahan nutrisi
selama dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda. Kelas terapi ini dibagi menjadi
2 golongan yaitu suplemen dan terapi tambahan dan golongan nutrisi parenteral.
Pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap
diberikan nutrisi agar kekebalan tubuhnya tidak berkurang. Jika kekebalan tubuh
menurun maka akan mempermudah terjadinya infeksi dan juga dapat mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu pasien membutuhkan tambahan nutrisi
dari luar. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tabel XVII
menunjukan golongan dan jenis obat nutrisi pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati.
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Leucoselect phytosome
1 3,3 1. Suplemen dan Terapi Tambahan
3 10,0
Curcuma 2 6,7 2. Nutrisi
Parenteral 9 30,0 Asam amino 9 30,0
Dari tabel XVII dapat dilihat bahwa nutrisi yang paling banyak digunakan
adalah Asam amino. Asam amino digunakan untuk pasien dengan hipoproteinemia
yang terjadi akibat gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis, malnutrisi, trauma atau
pembedahan. Leucoselect phytosome berfungsi sebagai antioksidan.
9. Obat Sistem Genital-Urinaria
Obat saluran genital-urinaria yang diberikan digunakan untuk mengatasi
masalah yang berhubungan dengan saluran urinaria. Ketoacid essensial diindikasikan
untuk pasien yang mengalami insufisiensi ginjal kronik. Pasien DM dengan
komplikasi nefropati mengalami gangguan pada fungsi ginjalnya sehingga aktifitas
pengeluaran urin juga tidak lancar. Untuk itu diberikan obat-obat tersebut untuk
memperlancar pengeluaran urin. Ketoacid essensial merupakan tablet yang
mengandung asam amino esensial seperti L-lisina, L-treonin, L-triptofan, L-histidin,
dan L-tirosin. Nimorazol kombinasi (nimorazol, nistatin, dan kloramfenikol)
digunakan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas, bakteri,
atau jamur. Golongan dan jenis obat saluran urinaria dapat dilihat pada tabel XVIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Saluran Urinaria pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Obat lain yang beraksi di sistem genital-urinaria
Ketoacid essensial 9 30,0
2. Antiinfeksi pada vagina Nimorazol, nistatin, kloramfenikol
1 3,3
10. Obat Otot Skelet dan Sendi
Obat otot skelet dan sendi yang digunakan meliputi Anti Inflamasi
Nonsteroid (AINS) dan obat untuk mengatasi gout. Presentase golongan dan jenis
obat dapat dilihat pada tabel XIX. Golongan obat yang paling banyak digunakan
adalah obat untuk mengatasi gout. Allopurinol merupakan obat yang paling banyak
digunakan dengan presentase 16,7%. Allopurinol diindikasikan untuk mencegah gout
dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal.
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Ketoprofen 2 6,7 1. AINS Naproksen Na. 1 3,3
2. Obat untuk Mengatasi Gout
Allopurinol 5 16,7
Penggunaan AINS dibutuhkan perhatian pada pasien yang memiliki
gangguan pada ginjalnya karena obat-obat ini diekskresikan melalui urin sehingga
bila tidak dipantau penggunaannya dapat memperburuk fungsi ginjal.
11. Analgesik
Pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik juga diberikan obat
analgesik selama masa perawatannya di RS Bethesda. Obat analgesik yang diberikan
terdiri dari 2 golongan obat yaitu analgesik non opioid dan analgesik opioid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel XX menunjukkan bahwa analgesik non opioid lebih besar daripada
analgesik opioid dengan presentase masing-masing sebesar 23,3% dan 3,3%.
Analgesik non opioid yang diberikan meliputi Parasetamol, Ketorolak trometamin,
dan Metampiron. Analgesik tersebut diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas yang menjadi keluhan pada beberapa pasien. Ketorolak
trometamin digunakan untuk penanganan jangka pendek nyeri akut pasca bedah yang
sedang hingga berat karena pasien yang diberikan obat tersebut mengeluh nyeri
setelah menjalani operasi.
Tramadol merupakan satu-satunya obat analgesik opioid yang diberikan
pada pasien DM dengan komplikasi nefropati di RS Bethesda. Hal ini dikarenakan
pada pasien tersebut mengalami nyeri perut dan tidak bisa teratasi dengan analgesik
non-opioid.
Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Analgesik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat
Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Parasetamol 4 13,3 Metampiron 2 6,7
1. Analgesik Non-opioid
7 23,3
Ketorolak trometamin
3 10,0
2. Analgesik Opioid
1 3,3 Tramadol 1 3,3
12. Obat Sistem Pernafasan
Obat saluran pernafasan yang digunakan meliputi bronkodilator
antimuskarinik, mukolitik, dan antitusif. Presentase golongan obat sistem saluran
pernafasan dapat dilihat pada tabel XXI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Mukolitik digunakan untuk mengurangi viskositas sputum. Pemberian
antitusif ditujukan untuk mengatasi keluhan batuk yang dialami pasien baik selama
pasien menjalani perawatan. Obat bronkodilator antimuskarinik diberikan untuk
mengatasi sesak yang dialami oleh pasien.
Tabel XXI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernafasan pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Bronkodilator antimuskarinik
1 3,3 Ipratropium bromida
1 3,3
Bromheksina 1 3,3 2. Mukolitik 2 6,7 Ambroxol 1 3,3
3. Antitusif 2 6,7 Dekstrometorfan 2 6,7
13. Obat Mata
Pemberian obat mata ditujukan untuk mengatasi keluhan pasien pada
matanya. Pasien DM dengan komplikasi nefropati juga dapat mengalami gangguan
pada penglihatannya terkait dengan penyakit DM yang dideritanya. Tabel XXII
memperlihatkan golongan dan jenis obat yang diberikan pada pasien.
Tabel XXII. Golongan dan Jenis Obat Mata pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Kortikosteroid Hidrokortison asetat 1 3,3 2. Obat mata lain Kalium iodida 2 6,7
14. Obat Hormon
Obat hormon yang digunakan di sini adalah obat hormon seksual.
Etilestrenol merupakan satu-satunya jenis obat hormon seksual yang ditemukan pada
penelitian ini. Etilestrenol diindikasikan untuk pasien yang memiliki penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
melemahkan kronis khususnya pada pasien lanjut usia dan juga setelah operasi.
Pemakaiannya diperlukan pemantauan pada pasien dengan disfungsi renal.
Tabel XXIII. Golongan dan Jenis Obat Hormon pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Obat Hormon Seksual Etilestrenol 1 3,3
15. Obat lain-lain
Obat lain-lain merupakan kelompok obat yang digunakan pada pengobatan
pasien DM dengan komplikasi nefropati. Obat-obat tersebut tidak masuk ke dalam
kelas terapi manapun. Jenis obat lain-lain dapat dilihat pada tabel XXIV.
Curcuma merupakan suplemen untuk melindungi hati (hepatoprotektif).
Kalsium polistirena sulfonat diindikasikan untuk pasien yang mengalami
hiperkalemia karena gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik.
Tabel XXIV. Golongan dan Jenis Obat Lain-Lain pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus (n=30)
Presentase (%)
1. Hepatoprotektif Curcuma 1 3,3 2. Hiperkalemia Kalsium polistirena
sulfonat 2 6,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
C. Analisis Drug Related Problem (DRP)
Pasien DM dengan komplikasi nefropati diabetik yang menjalani rawat inap
di RS Bethesda mendapatkan obat-obat antidiabetik dan antihipertensi untuk
mengatasi gula darah dan tekanan darah yang tinggi. Selain itu, pasien DM dengan
komplikasi nefropati juga diberikan obat-obat lain yang digunakan untuk mengatasi
tanda dan gejala penyakit lain yang menyertai. Dengan demikian pasien tidak hanya
menerima satu atau dua obat saja, melainkan lebih dari dua obat. Hal ini dapat
menimbulkan suatu masalah yang berkaitan dengan obat-obat tersebut yang disebut
dengan Drug Related Problem (DRP). Maka diperlukan analisis untuk mengetahui
masalah apa saja yang muncul atau mungkin muncul dalam proses pengobatan
pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap di RS Bethesda
pada tahun 2005.
Analisis dilakukan dengan melihat satu per satu kasus yang ada dalam
penelitian ini. Pengobatan yang diberikan kepada pasien dilihat kemudian
dibandingkan dengan IONI atau MIMS.
Analisis DRP dari kasus-kasus tersebut dapat dilihat pada tabel yang
disajikan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel XXV. Analisis DRP Kasus 1 Subjektif Tn.B, laki-laki, berusia 50 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 06/02/2005 sampai tanggal 08/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien mengeluh panas selama 3 hari, mual, sakit pada ulu hati, dan ada luka di kaki kanan. Pasien ini memiliki riwayat DM nefropati selama 1 tahun. Objektif
Tanggal Pemeriksaan Parameter 06/02/05 Nilai Normal
Hb 5,3 13,5-17,5 g % Hct 15,9 41-53 % Ureum 69 10-50 mg / dl Kreatinin 2,2 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 12,27 4,1-10,9 ribu / mmk Eritrosit 2,11 4,5-5,9 juta / mmk Glukosa puasa - 70-100 mg / dl Glukosa sesaat 262 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - 70-140 mg / dl Natrium 120 130-160 mmol/L Kalium 5,0 3,5-5,5 mmol/L Klorida 88 94-111 mmol/L Kalsium 2,11 2,02-2,60 mmol/L TD (mmHg) : 06/02 : 150/100; 07/02 : 150/80 Suhu (oC) : 06/02 : 39o; 07/02 : 38o Respirasi (x / menit) : 06/02 : 24 Nadi (x / menit) : 06/02 : 126; 07/02 : 110 Pengobatan CaCO3 3x2, 250mg Cipro (Siprofloksasin)
2x1, 500mg Captopril (Kaptopril) 2x1,
25mg Vometa (Domperidon)
3x1
Zumadiac (Glikazid) ½--0--½, 80mg Pamol (Parasetamol) bila
perlu Rantin (Ranitidin) 2x1
ampul
Ceftriaxon (Seftriakson) 2x1
Vomidex (Metoklopramid) 2x1 ampul
Assessment Kadar ureum dan kreatinin pasien B di atas normal. Hal ini berarti terdapat gangguan pada fungsi ginjalnya. Tn.B memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami
anemia. Namun pasien tidak diberi obat untuk mengatasi anemianya. Kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat. Anemia dapat terjadi karena eritropoietin yang dihasilkan ginjal berkurang jumlahnya. Eritropoietin digunakan untuk proses pematangan sel darah merah.*
Potensial DRP ADR mungkin terjadi antara Kaptopril dengan Glikazid, efek hipoglikemik dari Glikazid mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril. Pada pemeriksaan laboratorium kadar gula darah hanya diperiksa 1x saja sehingga diperlukan pemantauan terus agar terhindar dari efek yang tidak diinginkan.
Rekomendasi Perlu diberikan obat antianemia seperti eritropoietin untuk mengatasi anemia Tn.B Terus pantau fungsi ginjal pasien. Periksa kadar gula darah rutin agar efek hipoglikemik dapat terhindarkan.
* Kasus ini sama dengan kasus 1, 16, 17, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel XXVI. Analisis DRP Kasus 2 Subjektif Tn.P, laki-laki, berusia 43 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 20/08/2005 sampai tanggal 22/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh sudah 1 minggu kedua tungkai kaki bengkak, badan lemes, mual, tak muntah, BAB/BAK lancar, tidak nafsu makan. Objektif
Tanggal Pemeriksaan Parameter 20/08/05 20/08/05
post HD 21/08/05 Nilai Normal
Hb 5,9 17,6 9,2 13,5-17,5 g % Hct 17,7 51,8 28,5 41-53 % Ureum 268 136 - 10-50 mg / dl Kreatinin 18,4 10,3 - 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 6,66 - - 4,1-10,9 ribu / mmk Eritrosit 2,05 - - 4,5-5,9 juta / mmk MCV 86,3 - - 92-121 fl MCH 28,8 - - 31-37 pg Glukosa puasa - - 137 70-100 mg / dl Glukosa sesaat 226 - - 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - - - 70-140 mg / dl TD (mmHg) : 20/08 : 150/100 Suhu (oC) : 20/08 : 37o Respirasi (x / menit) : 20/08 : 18 Nadi (x / menit) : 20/08 : 80 Pengobatan CaCO3 2x2, 250mg Lasix (Furosemid) 1
ampul
Hemapo (eritropoeitin) 300 uL
Folavit (asam folat) 2x1
Methycobal (mekobalamin) 2x1 ampul
Assessment Tn.P memiliki nilai Hb di bawah normal. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami anemia dan untuk mengatasinya diberikan asam folat dan eritropoeitin. Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien P. Tn.P memiliki tekanan darah yang tinggi. Menurut ADA, pasien DM komplikasi
nefropati diabetik dengan hipertensi direkomendasikan mendapatkan obat golongan ACEI atau ARB. Namun, Tn.P mendapatkan Furosemid untuk mengatasi tekanan darah dan udem dan belum mendapatkan obat golongan ACEI atau ARB. Namun, Tn.P sudah mendapatkan terapi hemodialisis sehingga dapat dikatakan ginjal Tn.P sudah rusak. Dengan demikian terapi dengan ACEI atau ARB sudah terlambat jika untuk menghambat laju nefropati diabetik.
Kadar glukosa darah pasien P melebihi batas normal. Namun pasien P tidak mendapat obat antidiabetik untuk mengontrol gula darahnya. Pasien perlu mendapat obat antidiabetik agar kadar gula dalam darah tidak menjadi semakin tidak terkontrol. Jadi kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.
Rekomendasi Berikan obat antidiabetik seperti misalnya glikuidon yang memiliki kerja yang
singkat, dapat diberikan dengan dosis awal 15mg sebelum sarapan. Periksa kadar gula darah rutin.
Pantau terus fungsi ginjal pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XXVII. Analisis DRP Kasus 3 Subjektif Ny.A, perempuan, berusia 42 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 07/04/2005 sampai tanggal 08/04/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh pusing, badan lemas, Hb=5.9, makan-minum mau, bengkak. Objektif
Tanggal Pemeriksaan Parameter 01/04/05 07/04/05 Nilai Normal
Hb 5,9 9,6 12-18 g % Hct - 29,3 36-46 % Ureum 71,7 64 10-50 mg / dl Kreatinin 2,2 2,1 0,80-1,50 mg / dl Protein total - 5,7 6,6-8,7 g / dl Eritrosit - 3,26 4,5-5,9 juta / mmk MCV - 89,9 92-121 fl MCH - 29,4 31-37 pg Glukosa puasa 74,9 - 70-100 mg / dl Glukosa sesaat - 71,0 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp 156,4 - 70-140 mg / dl Kalium - 4,9 3,5-5,5 mmol / L Kolesterol 260 - 0-200 mg / dl HDL Kolesterol 42,9 - 35-65 mg / dl LDL Kolesterol 177,1 - 100-159 mg / dl Trigliserida 201 - 0-200 mg / dl TD (mmHg) : 07/04 : 200/110; 08/04 : 160/100 Suhu (oC) : 07/04 : 36,2o; 08/04 : 36,4o Respirasi (x / menit) : 07/04 : 20 Nadi (x / menit) : 07/04 : 72; 08/04 : 80 Pengobatan CaCO3 3x2 Aspar K (Kalium L
aspartat) 1x1
Glurenorm (Gliquidon) 1x1
Folavit (Asam folat) 3x1
Lasix (Furosemid) 1x1 Captopril (Kaptopril) 2x½,
25mg Assessment
Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien A.
Pasien A mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia (yang dapat terjadi pada pasien yang menggunakan furosemid) dan gangguan metabolisme kalium. Namun pasien A memiliki kadar kalium yang masih berada dalam kadar normal. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.*
Kadar kolesterol dan LDL kolesterol pasien A melebihi batas normal. Hal ini berarti pasien A mengalami hiperkolesterolemia. Namun, dalam pengobatannya tidak diberikan obat untuk menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat digolongkan aktual DRP butuh obat.
Rekomendasi Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Kalium L Aspartat tidak diberikan, tetap pantau kadar elektrolit pasien terutama kalium
untuk menghindari efek hipokalemia akibat penggunaan furosemid jangka panjang. Jika terjadi hipokalemia baru berikan Kalium L Aspartat.
Berikan obat golongan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia. *Kasus ini sama dengan kasus 7, 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XXVIII. Analisis DRP Kasus 5 Subjektif Tn.C, laki-laki, usia 45 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 30/11/2005 sampai tanggal 02/12/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh kaki terasa nyeri, bengkak-bengkak, mual-mual, kadang seseg. Objektif
Tanggal Pemeriksaan Parameter 21/11/05 30/11/05 02/12/05 Nilai Normal
Hb - 14,40 - 13,5-17,5 g % Hct - 42,3 - 41-53 % Ureum - 182 228,8 10-50 mg / dl Kreatinin - 4,3 4,5 0,80-1,50 mg / dl Lekosit - 17,9 - 4,1-10,9 ribu / mmk AST - 54,7 - 0-37 u / L ALT - 73,4 - 0-41 u / L Asam urat - 9,4 9,2 3,3-7,7 mg / dl HbA1c - 6,5 - 5-8 % Glukosa puasa 95 - 86 70-100 mg / dl Glukosa sesaat - - - 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp 185 - - 70-140 mg / dl TD (mmHg) : 30/11 : 160/110; 01/12 : 120/70 Suhu (oC) : 30/11 : 36o; 01/12 : 37o Respirasi (x / menit) : 30/11 : 22; 01/12 : 20 Nadi (x / menit) : 30/11 : 88; 01/12 : 88 Pengobatan Folavit (Asam folat) 3x1 Ketosteril (L-lisina, L-
treonin, L-triptofan, L-histidin, L-tirosin) 3x1
Alopurinol 3x1,100mg
Epocaldi (Kalsium karbonat, vitamin D3)
1-0-0 Methycobal (Mekobalamin)
2x1 ampul
Amaryl (Glimepiride) 1-0-0, 3 mg
Ceradolan (Sefotiam) 2x1 tab
Ascardia (Asetosal) 2x1, 80mg
Assessment Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien C. Pasien C mendapat obat Epocaldi yang diindikasikan untuk mengurangi resiko osteoporosis
pada wanita yang mengalami menopouse sedangkan pasien C berjenis kelamin laki-laki. Jadi, termasuk golongan aktual DRP tidak perlu obat.*
Pasien C mengeluh mual-mual pada saat datang ke RS. Namun, selama perawatan pasian C belum mendapat obat untuk mengatasi rasa mualnya. Jadi kasus ini termasuk ke dalam aktual DRP butuh obat.
Asetosal digunakan sebagai anti agregasi trombosit untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler trombotik atau gangguan pada jantung. Pada kasus ini ditandai dengan kadar AST yang meningkat dalam darah. AST merupakan enzim yang lebih banyak terdapat dalam jantung dibandingkan dalam hati sehingga peningkatan kadar AST dalam darah menandai adanya gangguan dalam jantung.
Hasil lab lekosit yang melebihi normal menunjukkan adanya infeksi. Hal tersebut diatasi dengan pemberian antibiotik.
Rekomendasi Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Epocaldi tidak diberikan. Berikan obat untuk mengatasi rasa mual pasien seperti Vometa dengan dosis 1 tablet (10mg)
sehari. *Kasus ini sama dengan kasus 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel XXIX. Analisis DRP Kasus 7 Subjektif Ny.E, perempuan, usia 57 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 04/06/2005 sampai tanggal 11/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh tiga hari seseg nafas, batuk. Riwayat DM dan darah tinggi. Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni-05) Parameter 4 5 6 7 10 Nilai Normal
Hb 9,8 - - - - 12-18 g % Hct 29,4 - - - - 36-46 % Ureum 123 - - - 210 10-50 mg / dl Kreatinin 6,2 - - - 7,8 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 20,91 - - - - 4,10-10,9 ribu / mmk Eritrosit 3,3 - - - - 4,5-5,9 Glukosa puasa - - - 353 120 70-100 Glukosa sesaat - 50-58 51 - - 70-140 Glukosa 2 jam pp - - - 432 245 70-140 TD (mmHg) : 04/06 : 195/93; 05/06 : 140-180/80-120; 06/06 : 150-220/76-140 Suhu (oC) : 04/06 : 36o; 05/06 : 36-37; 06/06 : 36o-36,5o; Respirasi (x / menit) : 04/06 : 32; 05/06 : 20-34; 06/06 : 20-36; 07/06 : 28 Nadi (x / menit) : 04/06 : 110; 05/06 : 84-108; 06/06 : 84-130 Pengobatan Cordarone (Amiodarone)
3x ½ tab Captensin (Kaptopril)
2x12,5 mg Aspar K (Kalium L
aspartat) 1x1 Lasix (Furosemid) 1x1
tab
Laxadin Syr (Parafin cair) 2x2 cth
Polycrol Syr (Metilpolisiloxane) 3x1 cth
Folavit (Asam folat) 3x1
Tensifask (Amlodipin besilat) 1x1
Romilar (Dekstrometorfan) 3x1
Zumadiac (Glikazid) 1-0-0 Tonar (Ketoacid
essensial) 3x1 Assessment
Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada Ny.E.
Ny.E mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan gangguan metabolisme kalium. Namun pada data lab Ny.E kadar kalium tidak diperiksa sehingga tidak ada indikasi saat itu. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.
Ny.E mendapat kaptopril untuk mengatasi tekanan darah dan untuk menghambat laju nefropati, penggunaan obat tersebut dihentikan pada tanggal 07/06/05 karena efek samping kaptopril adalah menimbulkan batuk sedangkan Ny.E saat itu sedang batuk. Menurut ADA untuk pasien DM nefropati dengan hipertensi dapat diberikan golongan ACEI atau ARB sehingga kaptopril dapat diganti dengan irbesartan (ARB) untuk menghambat laju nefropati. Hal ini termasuk aktual DRP butuh kelanjutan terapi.
Rekomendasi Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Kalium L aspartat tidak diberikan. Periksa kadar kalium jika kurang dari normal baru
berikan Kalium L aspartat. Ganti kaptopril dengan obat golongan ARB seperti irbesartan dengan dosis awal
150mg, sehari satu kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel XXX. Analisis DRP Kasus 15 Subjektif Ny.J, perempuan, usia 37 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 15/08/2005 sampai tanggal 23/08/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati, retinopati, dan hipertermia. Pasien mengeluh sudah 3 hari kepala pusing, mual muntah, nafsu makan kurang, otot-otot pegel, pandangan kabur. Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Agustus) Parameter 15 17 20 22 23 Nilai Normal
Hb 8,7 7,9 8,3 - - 12-18 g % Hct 26 22 24,5 - - 36-46 % Ureum 71 75 64 - - 10-50 mg / dl Kreatinin 4,6 4,4 5,3 - - 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 21,8 - 9,2 - - 4,1-10,9 ribu / mmk AST 22 - - - - 0-37 u / L ALT 16 - - - - 0-41 u / L Glukosa puasa - - - 160 117 70-100 mg / dl Glukosa sesaat - - - - - 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - - - 242 - 70-140 mg / dl TD (mmHg) : 15/08 : 200/110; 16/08 : 130-170/100; 17/08 : 180/110; 18/08 : 150/80; 19-
23/08 : 160-190/ 90-110 Suhu (oC) : 15/08 : 37; 16-23/08 : 36-36,6o Respirasi (x / menit) : 15/08 : 20 Nadi (x / menit) : 15/08 : 96; 16-23/08 : 72-88 Pengobatan Noperten (Lisinopril) 1x1 Vometa (Domperidon)
3x1 Clonidin (Klonidin) 150
mg, 2x1 Glurenorm (Gliquidone)
½-0-0 CaCO3 250 mg, 3x2 Mentalium (Diazepam)
2x1 Glucobay (Akarbosa) 50
mg, 3x1
Lasix (Furosemid) 2x1 Ranitidin 150 mg, 2x1 Norvask (Amlodipin
besilat) 1x1 Irvel (Irbesartan) 1-0-0 Sporacid (Itrakonasol) 2x2 Rantin (Ranitidin) 2x1
ampul Ceftriaxon (Seftriakson)
2x1 gr
Epotrex (Epoetin) 1x1 ampul
Methycobal (Mekobalamin) 2x1 ampul
Insulatard (Insulin) 6 μi Gynoxa ovule
(Nimorazol) 1x1 Cetalgin (Metampiron)
3x1
Assessment Pada kasus ini potensial DRP ADR mungkin terjadi yaitu antara Noperten dan
Glurenorm, dapat menambah efek hipoglikemia dari Glurenorm. Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien J. Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Hal ini diatasi dengan pemberian
epoetin. Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Lisinopril.
Rekomendasi Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Pantau kadar glukosa darah pasien secara rutin untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel XXXI. Analisis DRP Kasus 16 Subjektif Tn.K, laki-laki, usia 48 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 19/03/2005 sampai tanggal 25/03/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati febris. Pasien mengeluh sudah ± 2 hari mual, muntah, tak nafsu makan, badan lemes, ada luka di kaki kanan, kaki kiri luka kering, riwayat hipertensi dan DM. Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Maret) Parameter 19 20 21 22 24 Nilai Normal
Hb 12,6 - - - - 13,5-17,5 g % Hct 37,4 - - - - 41-53 % Ureum - 99 - - 66 10-50 mg / dl Kreatinin - 2,1 - - 1,9 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 8,94 - - - - 4,1-10,9 ribu / mmk Eritrosit 4,65 - - - - 4,5-5,9 juta / mmk MCV 80,4 - - - - 92-121 fl MCH 27,1 - - - - 31-37 pg Glukosa puasa - 313 - 237 215 70-100 mg / dl Glukosa sesaat 335 314 242 - - 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - 340 - - - 70-140 mg / dl TD (mmHg) : 19/03 : 150/90; 20/03 : 160-200/100-120; 21/03 : 160-200/90-110; 22/03 :
140-160/90-100; 23/03 : 150/100 Suhu (oC) : 19/03 : 36,5o; 20/03 : 38-38,4o; 21-22/03 : 36-38,5o Respirasi (x / menit) : 19/03 : 20 Nadi (x / menit) : 19/03 : 96; 20-22/03 : 92-96 Pengobatan Vometa (Domperidon)
3x1 Metrix (Glimepiride) 2
mg, 1x1 Captensin (Kaptopril) 25
mg, 2x1 Simvastatin 10 mg, 1x1 Primperan
(Metoklopramid) 2x1
Norvask (Amlodipin besilat) 1x1
Glucobay (Akarbosa) 50 mg, 3x1
Pamol (Parasetamol) b/p Cravit (Levofloksasin)
500 mg, 1x1
Rantin (Ranitidin) 2x1 Narfoz (Ondansetron) 8
mg, 1x1 ampul Insulatard (Insulin) 1x10 μi
Frisium (Klobazam) 2x1
Assessment Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien K. Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien K belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.
Pada kasus ini digunakan Simvastatin. Padahal dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda memerlukan statin atau tidak adak tanda hiperlipidemia. Jadi masuk dalam aktual DRP tidak butuh obat.
Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril. Rekomendasi
Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Berikan obat antianemia. Simvastatin tidak perlu diberikan. Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel XXXII. Analisis DRP Kasus 17 Subjektif Ny.L, perempuan, usia 63 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 10/06/2005 sampai tanggal 19/06/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati. Pasien mengeluh sesak sudah dari seminggu, kedua kaki bengkak tidak bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa kencing, nafsu makan kurang. Objektif
Tanggal Pemeriksaan (Juni) Parameter 10 11 15 17 18 Nilai Normal
Hb 10,2 - 11,1 - - 12-18 g % Hct 31,9 - 33 - - 36-46 % Ureum 71 - - 87 - 10-50 mg / dl Kreatinin 2,5 - - 2,5 - 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 7,35 - - - - 4,1-10,9 ribu / mmk Eritrosit 3,33 - - - - 4,5-5,9 juta / mmk MCV 95,8 - - - - 92-121 fl MCH 30,6 - - - - 31-37 pg Glukosa puasa - 159 78 - 63 70-100 mg / dl Glukosa sesaat 193 - - - 42 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - 240 93 - - 70-140 mg / dl Kalium 4,8 - - - - 3,5-5,5 mmol / L TD (mmHg) : 10/06 : 170/100; 11/06 : 140-180/100-110; 12/06 : 160-170/90-100; 13/06 : 150-
180/100-110; 17/06 : 210/120; 18/06 : 170-180/90-110 Suhu (oC) : 10/06 : 36; 12-18/06 : 36 Respirasi (x / menit) : 10/06 : 26; 17/06 : 14 Nadi (x / menit) : 10/06 : 80; 12-18/06 : 80-98 Pengobatan Aspar K (Kalium L
aspartat) 1x1 Captensin (Kaptopril) 12,5
mg, 2x1 Farmasal (Asetosal) 100
mg, 1x1 Cedocard (Isosorbid
dinitrat) 5 mg, 3x1
Zumadiac (Glikazid)1x½ Letonal (Spironolakton) 3x
½, 100 mg Digoxin (Digoksin) 2x ½ Tarivid (Ofloksasin) 400,
2x200 Diabex (Metformin) 500,
2x1
Rantin (Ranitidin) 150 mg, 2x1
Vometa (Domperidon) 3x1 Lasix (Furosemid) 2x2
ampul Dex 40% 1x1 Lasix (Furosemid) 1x1
Assessment Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini berarti
terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien L. Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien L belum mendapat
obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.* Pasien L mendapat obat Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan
gangguan metabolisme kalium. Namun pasien L memiliki kadar kalium yang masih berada dalam kadar normal. Jadi termasuk aktual DRP tidak perlu obat.
Pasien L mendapat kombinasi obat antidiabetik yaitu Metformin dan Glikazid. Hal ini membuat kadar glukosa darahnya turun melewati batas normal. Jadi, kasus ini termasuk aktual DRP ADR karena hasil lab pasien berubah akibat kombinasi obat tersebut.
Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril. Rekomendasi
Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Berikan obat antianemia. Kalium L aspartat tidak perlu diberikan. Obat antidiabetik diberikan satu obat saja tidak dikombinasikan Pantau terus tekanan darah pasien.
*Kasus ini sama dengan kasus 1,16,17,20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel XXXIII. Analisis DRP Kasus 20 Subjektif Tn.M, laki-laki, usia 67 tahun, dirawat di RS Bethesda mulai tanggal 16/02/2005 sampai tanggal 24/02/2005. Diagnosis utamanya adalah DM nefropati dan ulkus. Pasien mengeluh sudah 8 hari tidak bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki udem, ada luka di kaki, pusing. Objektif
Tanggal Pemeriksaan Parameter 16/02 17/02 21/02 22/02 Nilai Normal
Hb 9,1 - 8,7 9 13,5-17,5 g % Hct 28,1 - 28,8 26,6 41-53 % Ureum 161 - 177 91 10-50 mg / dl Kreatinin 7,4 - 7,8 4 0,80-1,50 mg / dl Lekosit 3,86 - - - 4,1-10,9 ribu / mmk Eritrosit 3,11 - - - 4,5-5,9 juta / mmk AST 39,8 - - - 0-37 u / L ALT 17,9 - - - 0-41 u / L Glukosa puasa - 116 - - 70-100 mg / dl Glukosa sesaat 170 - - - 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp - 124 - - 70-140 mg / dl TD (mmHg) : 16/02 : 160/110; 17/02 : 130-190/100-130; 18/02 : 140-190/100-110; 21/02
: 170/90-110; 24/02 : 130/80 Suhu (oC) : 16/02 : 36,8o; 17-21/02 : 36-36,7o Respirasi (x / menit) : 16/02 : 24 Nadi (x / menit) : 16/02 : 70; 17-21/02 : 82-92 Pengobatan Captensin (Kaptopril)
12,5 mg, 2x1 Farmasal (Asetosal)
1x100 ISDN (Isosorbid dinitrat)
3x1, 5 mg Velocef (Sefradin) 500
mg, 3x1 Clonidin (Klonidin) 150
mg, 2x ½
CaCO3 250 mg, 3x2 Ranitidin 2x1 Cendomycos
(Hidrokortison) 4x1 tetes pada mata
Catarlent (Kalium iodida) 4x1 tetes pada mata
Laxadine (Parafin cair) 1x2 cth
Furosemide 2x1 Vometa (Domperidon)
3x1 Adalat Oros (Nifedipin)
30 mg, 0-0-1 Bactesyn HP
(Sulbaktam) 2x1 Lasix (Furosemid) 1
ampul
Assessment Pada pemeriksaan lab, terdapat ureum dan kreatinin yang melebihi normal. Hal ini
berarti terdapat gangguan fungsi ginjal pada pasien M. Hb dan Hct yang rendah menunjukkan adanya anemia. Namun, pasien M belum
mendapat obat untuk mengatasi anemia ini sehingga kasus ini termasuk aktual DRP butuh obat.
Pada kasus ini digunakan Vometa untuk mengatasi mual muntah. Akan tetapi pasien dalam kasus ini tidak mengalaminya. Jadi masuk dalam DRP tidak perlu obat.
Tekanan darah yang tinggi diatasi dengan pemberian Kaptopril. Rekomendasi
Diperlukan tindakan untuk memantau terus fungsi ginjal pasien. Berikan obat antianemia. Vometa tidak usah diberikan. Pantau terus tekanan darah pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
D. Hasil Pengobatan pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin
kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan saat keluar dari RS Bethesda meliputi
keadaan membaik (perbaikan) dan belum sembuh sedangkan izin kepulangan
meliputi atas permintaan sendiri (APS) dan atas persetujuan dokter. Keadaan keluar
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat dalam gambar 4.
13.3%
66.7%
20.0%Belum sembuh
Perbaikan
Tidak ada keterangan
Gambar 4. Keadaan Keluar pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005
Gambar 4 menunjukkan sebanyak 67,7% pulang dalam keadaan membaik.
Hal ini berarti pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati yang
dilakukan di RS Bethesda sudah cukup baik. Keluhan-keluhan yang tedapat dalam
kasus saat datang ke RS Bethesda sudah ditangani sehingga saat keluar dari rumah
sakit keluhan tersebut berkurang atau bahkan sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama
1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 15-
21 hari. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa berdasarkan lama rawat di rumah
sakit pengobatan yang dilakukan di RS Bethesda baik. Semakin pasien cepat keluar
dari rumah sakit maka pengobatan yang diberikan efektif. Dengan demikian biaya
yang dikeluarkan pasien menjadi lebih sedikit. Kasus rawat inap selama 1-7 hari
akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang
dirawat lebih lama di rumah sakit.
56.7%36.7%
6.7%
1-7 hari
8-14 hari
15-21 hari
Gambar 5. Grafik Lama Tinggal pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode tahun 2005
Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam
keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum
sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang
pasien dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7
kasus pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang
dalam keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada
keterangan mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari
mengalami perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter. Kasus yang pulang APS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mungkin dikarenakan pasien pada kasus tersebut sudah sering dirawat di rumah sakit
dan ada yang sudah menjalani program hemodialisis sehingga pasien merasa bosan
tinggal di rumah sakit meskipun baru dirawat selama 1-7 hari.
E. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan yang diberikan
pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS
Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005. Kasus DM dengan komplikasi nefropati
diabetik menempati urutan ketiga di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda pada tahun
2005 dengan jumlah 48 kasus dan sebanyak 30 kasus dianalisis dalam penelitian ini.
Presentase distribusi kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi
Rawat Inap RS Bethesda berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : laki-laki
56,7% dan perempuan 43,3%.
Presentase usia pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik adalah
kelompok usia 25-44 tahun 16,7%, kelompok usia 45-64 tahun 80,0%, dan kelompok
usia ≥ 65 tahun 3,3%.
Dari 30 kasus yang diteliti, ditemukan kasus yang didiagnosis DM dengan
komplikasi nefropati tanpa penyakit lain sebesar 76,7%, diagnosis DM, nefropati,
dan ulkus 6,7%, diagnosis DM, nefropati, dan CRF 6,7%, diagnosis DM, nefropati,
dan udem 3,3%, diagnosis DM, nefropati, retinopati, dan hipertermi 3,3%, dan
diagnosis DM, nefropati, dan jantung iskemi 3,3%. Tingkat kerusakan ginjal pada
kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik paling banyak berada pada tingkat 4
dan 5 dengan presentase masing-masing sebesar 40,0%.
Presentase distribusi kelas terapi obat pasien adalah vitamin dan mineral
96,7%, obat sistem kardiovaskuler 93,3%, antidiabetik 73,3%, obat sistem saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pusat 73,3%, obat antianemia 73,3%, obat untuk saluran cerna 63,3%, antiinfeksi
53,3%, nutrisi 36,7%, obat sistem genital dan urinaria 33,3%, obat penyakit otot dan
sendi 26,7%, analgesik 23,3%, obat sistem saluran pernafasan 16,7%, obat lain-lain
10,0%, obat mata 6,7%, dan obat hormon 3,3%.
Dari 30 kasus yang dianalisis, hasil evaluasi DRP ditemukan sebanyak 8
kasus termasuk aktual DRP butuh obat, 7 kasus termasuk dalam aktual DRP tidak
perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan sebanyak 2 kasus termasuk ke dalam
potensial DRP ADR. Hasil evaluasi DRP dapat dirangkum sebagai berikut :
Tabel XXXIV. Aktual DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug Reaction) Kasus Obat Assessment Rekomendasi
17 Metformin dan Glikazid.
Pasien mendapat kombinasi obat antidiabetik yaitu Metformin dan Glikazid. Hal ini membuat kadar glukosa darahnya turun melewati batas normal.
Obat antidiabetik diberikan satu obat saja, tidak dikombinasikan.
Tabel XXXV. Aktual DRP Tidak Perlu Obat (Unnecersary drug therapy) Kasus Obat Assessment Rekomendasi 3, 7, 17
Kalium L aspartat
Kalium L aspartat yang dindikasikan untuk hipokalemia dan gangguan metabolisme kalium. Namun pasien memiliki kadar kalium yang masih berada dalam kadar normal.
Kalium L Aspartat tidak diberikan.
5, 30 Epocaldi Epocaldi yang diindikasikan untuk mengurangi resiko osteoporosis pada wanita yang mengalami menopouse sedangkan pasien berjenis kelamin laki-laki.
Epocaldi tidak diberikan.
16 Simvastatin Dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda memerlukan statin atau tidak ada tanda hiperlipidemia.
Simvastatin tidak perlu diberikan.
20 Vometa Vometa digunakan untuk mengatasi mual muntah. Akan tetapi pasien dalam kasus ini tidak mengalaminya.
Vometa tidak perlu diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel XXXVI. Aktual DRP Butuh Obat (Need for additional drug therapy) Kasus Obat-Problem Assessment Rekomendasi
3 Statin-hiperkolesterolemia
Pada kasus ini ada indikasi hiperkolesterolemia. Namun, dalam pengobatannya tidak diberikan obat untuk menurunkan kadar kolesterol.
Berikan obat golongan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia.
1, 16, 17, 20
Antianemia – kadar Hb di bawah normal (anemia)
Pada kasus ini ada indikasi terjadi anemia. Namun pasien tidak diberi obat untuk mengatasi anemianya.
Perlu diberikan obat antianemia seperti eritropoietin.
5 Antimual – pasien mual
Pasien mengeluh mual-mual pada saat datang ke RS. Namun, selama perawatan pasien belum mendapat obat untuk mengatasi rasa mualnya.
Berikan obat untuk mengatasi rasa mual pasien seperti vometa
2 Antidiabetik – kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah pasien melebihi batas normal. Namun pasien tidak mendapat obat antidiabetik untuk mengontrol gula darahnya.
Berikan obat antidiabetik misalnya glikuidon yang memiliki kerja yang singkat.
7 ACEI Pasien dalam kasus ini hipertensi dan mendapat kaptopril. Namun, pada kasus ini pasien mengalami batuk dan efek samping obat ACEI adalah batuk. Sehingga kasus ini memerlukan kelanjutan terapi dengan ARB.
Ganti kaptopril dengan irbesartan (ARB) untuk mengurangi batuk yang dialami pasien dalam kasus ini.
Tabel XXXVII. Potensial DRP Efek Obat yang Tidak Diinginkan (Adverse Drug
reaction) Kasus Obat Assessment Rekomendasi
1 Kaptopril dengan Glikazid.
Potensial DRP ADR mungkin terjadi antara Kaptopril dengan Glikazid, efek hipoglikemik dari Glikazid mungkin ditingkatkan oleh Kaptopril.
15 Noperten dan Glurenorm
Pada kasus ini potensial DRP ADR mungkin terjadi yaitu antara Noperten dan Glurenorm, dapat menambah efek hipoglikemik dari Glurenorm.
Periksa kadar gula darah rutin untuk menghindari kadar gula darah turun di bawah normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Hasil pengobatan dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Kasus Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Periode Tahun 2005” dapat dilihat dari keadaan keluar dari RS Bethesda, izin
kepulangan, dan lama tinggal. Keadaan keluar : pulang dalam keadaan membaik
(67,67%), pulang dalam keadaan belum sembuh (13,33%), dan tidak ada keterangan
(20,00%).
Dari 30 kasus yang diteliti sebanyak 56,7% dirawat di RS Bethesda selama
1-7 hari, 36,7% tinggal atau dirawat selama 8-14 hari, dan 6,7% dirawat selama 15-
21 hari.
Sebanyak 11 kasus yang dirawat 1-7 hari di RS Bethesda pulang dalam
keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam keadaan belum
sembuh dan pulang APS, dan sebanyak 4 kasus tidak ada keterangan keadaan pulang
dalam rekam medisnya. Kasus yang dirawat selama 8-14 hari, sebanyak 7 kasus
pulang dalam keadaan membaik dan atas persetujuan dokter, 2 kasus pulang dalam
keadaan belum sembuh dengan permintaan sendiri, dan 2 kasus tidak ada keterangan
mengenai keadaan pulang. Kasus yang dirawat selama 15-21 hari mengalami
perbaikan dan pulang atas persetujuan dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Dalam penelitian ini 30 kasus dianalisis dari 48 kasus DM dengan komplikasi
nefropati diabetik dengan kasus nefropati paling banyak dijumpai pada laki-laki
(56,7%), paling banyak dijumpai kelompok usia 45-64 tahun (80,0%), paling
banyak didiagnosis DM dengan nefropati (76,7%), kerusakan ginjal paling
banyak berada pada tingkat 4 dan 5 (40,0%).
b. Sebanyak 15 kelas terapi diberikan dalam kasus DM komplikasi nefropati dengan
kelas terapi yang terbanyak ditemukan pada kelas terapi vitamin dan mineral
(96,7%) dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler (93,3%).
c. Sebanyak 10 kasus dari 30 kasus mengalami DRP, 8 kasus aktual DRP butuh
obat, 7 kasus dalam aktual DRP tidak perlu obat, 1 kasus aktual DRP ADR, dan
sebanyak 2 kasus potensial DRP ADR.
d. Hasil pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati paling banyak
pulang dalam keadaan membaik (67,7%) dan paling banyak dirawat selama 1-7
hari (56,7%).
B. Saran
a. Diperlukan suatu standar pengobatan pasien DM dengan komplikasi nefropati di
RS Bethesda agar proses penyembuhan pasien dapat berjalan optimal,
perkembangan penyakit dapat dihambat, dan komplikasi lain yang mungkin
terjadi dapat dicegah.
b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hasil terapi pengobatan DM
dengan komplikasi nefropati dilihat dari parameter fungsi ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, Infomatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 263-264, 266, 268,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2002a, Diabetic Nephropathy, http//www.nephrologychannel.com
/diabeticnephropathy/overview.shtml. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007. Anonim, 2002b, Pengelolaan Diabetes Melitus secara Tepat,
http//www.prodia.co.id. Diakses pada 10 Januari 2006. Anonim, 2003a, Diabetes dan Penurunan Kualitas Hidup, http//www.kompas.com./
kompas-cetak/0302/20/kesehatan/137008/htm. Diakses pada 10 Januari 2006.
Anonim, 2003b, The Dangerous Toll of Diabetes, http://www.diabetes.org/diabetes-
statistics/dangerous-toll.jsp. Diakses pada 3 Desember 2006. Anonim, 2004a, Diabetic Nephropathy Illustrations, http//www.nlm.nih.gov.
Diakses pada tanggal 23 September 2006. Anonim, 2004b, Diabetic Nephropathy Topic Overview,
http://www.everettclinic.com/kbase/topic/mini/uf3486/overview.htm. Diakses pada tanggal 23 September 2006.
Anonim, 2005a, Diabetes Mengancam Kita, Ethical Digest, 15 (III), 10-15. Anonim, 2005b, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, 32-43,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005c, Profil Kadar Gula Darah Sewaktu pada 1 Juta Subyek di Indonesia,
Ethical Digest, 22 (III), 55-57. Astuti, N.H., 2000, Waspadai Nefropati Diabetik, Medika, 4, XXVI, 209. Carlisle, B.A., Kroon, L.A., and Koda-Kimble, M.A., 2005, Diabetes Mellitus, dalam
Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., and Guglielmo, B.J., (Eds.), Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs, Eight Ed., 50.47-50.57, Lippincott Williams and Wilkins, United State of America.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
First (1st) Ed., 82-83, Mc Graw Hill, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
De Paullin, B., 2000, Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping, dan Kontraindikasi Obat di Instalasi Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Elwell, R.J. and Foote, E.F., 2005, Hemodialysis and Peritoneal Dialysis, dalam
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed., 205-207, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Genuth, S., 2003, Diabetes Mellitus, in Pale, D.C., Federman, D.D., (Eds.), Scientific
American Medline, 2003 Ed., Vol.1, 582-584,606, WebMD Inc., United States of America.
Gross,J.L., de Azevedo,M.J., Silveiro, S.P., Canani, L.H., Caramori, M.L. and
Zelmanovitz, T., 2005, Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment, http://care.diabetesjournals.org/cgi/content/full/28/1/. Diakses tanggal 5 Desember 2006
Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon, Antidiabetika, dalam
Ganeswara, S.G., (Ed.), Farmakologi dan Terapi, Ed.4, 471-475, 479, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.
McPhee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., and Lange, W.F., 1995,
Pathophysiology of Disease an Introduction to Clinical Medicine, First (1st) Ed., 384-387, Prentice-Hall International Inc., London.
Molitch, M.E., 2004, Nephropathy in Diabetes, Diabetes Care, Vol.27, Supll.1, 79-
83. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Ed.5, 345, 349-351, Penerbit ITB, Bandung. Nadeak, N.I., 1995, Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien DM Rawat
Jalan di RS Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember 1998), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Octa, 2003, Diabetes Melitus, http//www.promosikesehatan.com. Diakses pada 10
Januari 2006. O’Meara, Y.M., Brady, H.R., and Brenner, B.M., 2001, Diabetic Nephropathy,
dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis L.K., Stephen L.H., Dan L.L., James L.J.,(Eds.), Harrison’s Principles of Internal Medicine, Fifteenth (15th) Ed., 1590, The Mc Graw-Hill, United State of America.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Powers, A.C., 2001, Diabetes Mellitus, dalam Eugene B., Anthony S.F., Dennis L.K., Stephen L.H., Dan L.L., James L.J.,(Eds.), Harrison’s Priciples of Internal Medicine, Fifteenth (15th) Ed., 2132, The Mc Graw-Hill, United State of America.
Retnari, N.W., 2002, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi Nefropati pada
Kasus DM di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Saseen, J.J. and Carter, B.L., 2005, Hypertension, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed., 205-207, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, 295-298, Airlangga University Press, Surabaya.
Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A.B., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Fifth Ed., 683, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Soman, S.S., 2006, Diabetic Nephropathy, http//www.emedicine.com/med/
topic549.htm. Diakses pada tanggal 23 September 2006. Suryawanti, M.R., 1999, Pola Peresepan Obat Hipoglikemi dan Studi Literatur
Interaksi Obat pada Pasien DM Rawat Inap di RS Bethesda Yogyakarta Periode Januari-Maret 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Suyono, S., 2002, Patofisiologi, dalam Soegondo, S., (Ed.), Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu, 8-11, 13, FKUI, Jakarta. Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalam Dipiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed., 1333-1363, The Mc Graw-Hill Companies, New York.
Yusmainita,2001, Perlindungan Pasien Melalui Pelayanan Asuhan Kefarmasian di Rumah Sakit, http://www.tempointeraktifs.com/medika/arsip/042001/huk-1.htm. Diakses pada 21 Januari 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 1
Data Rekam Medis Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Tahun 2005
Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
1. 00949692 / 050206002
2 hari
L, 50 thn
Badan lemas, mual, muntah, ada luka di kaki kanan, luka nyeri, badan panas 3 hari, pusing. Riwayat DM 1 tahun.
Utama : DM+nefro+ulkus Sekunder : anemia Di.pulang : DM+nefro+ulkus+anemia
CaCO3 Cipro Captopril Pamol Zumadiac Vometa Rantin Ceftriaxon Vomidex
250 mg, 3x2 500 mg, 2x1 25 mg, 2x1
bp ½-0-½
3x1 2x1 2x1
2x1 amp
Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV IV IV
06/02—08/02 06/02—08/02 06/02—08/02 06/02—07/02 07/02—08/02 07/02 06/02—08/02 06/02—08/02 07/02—08/02
52 6 4
9½
3 amp 3 fl
3 amp
- Obat jalan
2. 00569602 / 050820013
2 hari
L, 43 thn
Sudah 1 minggu kedua tungkai kaki bengkak, badan lemes, mual, tak muntah, BAB/BAK lancar, tdk nafsu makan.
Utama : nefropati DM CaCO3 Lasix Hemapo Methycobal Folavit
250 mg, 2x2
2x1 amp 2x1
Oral IV IV IM
Oral
21/08—22/08 21/08 21/08 21/08—22/08 21/08—22/08
1 amp 300μl
Belum sembuh (APS) HD Obat jalan
3. 00410160 / 050407010
1 hari
P, 42 thn
Pusing, badan lemas, Hb=5.9, makan-minum mau, bengkak.
Utama : DM Komplikasi : nefropati DM
CaCO3 Folavit Aspar K Glurenorm Lasix Captopril
3x2 caps 3x1 1x1 1x1 1x1
2x12,5
Oral Oral Oral Oral Oral Oral
07/04—08/04 07/04—08/04 08/04 08/04 08/04 08/04
12 3 5
24 5
10
Perbaikan (APD) Obat jalan
4. 00972660 / 051104020
4 hari
P, 55 thn
Sejak 2 minggu, badan lemas, mual ⊕, muntah ⊕, BAK lancar, riwayat DM.
Utama : DM Sekunder : hepatitis Komplikasi : nefropati diabetik
Hemobion Enzyplex Narfoz Metrix Curliv Primperan
1x1 3x1 2x1
½-0-0 3x1
Oral Oral IV
Oral Oral Oral
04/11—13/11 04/11—05/11 05/11—06/11 05/11—08/11 05/11—08/11 05/11—10/11
Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP Id.Px
Keluhan Diagnosa Nama D CP Tanggal
Pemberian JO Outcome
& Ket.
5. 00973800 / 051130008
2 hari
L, 45 thn
Kaki terasa nyeri, bengkak-bengkak, mual-mual, kadang seseg.
Utama : nefropati DM Folavit Ketosteril Alopurinol Methycobal Epocaldi Amaryl Ceradolan Ascardia
3x1 3x1
100 mg, 3x1 2x1 amp
1-0-0 3 mg, 1-0-0
2x1 80 mg, 2x1
Oral Oral Oral IV
Oral Oral Oral Oral
30/11—03/12 30/11—03/12 30/11—03/12 30/11—02/12 01/12—03/12 01/12—03/12 01/12—03/12 01/12—03/11
43 6
30
6 30 10 10
Perbaikan(APD) Obat jalan
6. 00974160 / 051208047
6 hari
L, 62 thn
Seseg, riwayat CRF (sakit ginjal). Nefro DM Operasi CRF
CaCO3 Asam Folat Methycobal Lasix Fraxiparine Irvel Ascardia Folavit Pronalges Actrapid Broadced HP
250 mg, 3x2 3x1
1x2 amp 1x2 amp
300mg,1-0-0 80 mg, 2x1
3x1 100 mg, 2x1
3x8 U 1x1
Oral Oral IV IV IV
Oral Oral Oral Oral IM IV
08/12—14/12 08/12—10/12 09/12—13/12 09/12—13/12 09/12, 12/12 09/12—14/12 11/12—14/12 11/12—14/12 12/12—14/12 13/12—14/12 11/12—12/12
12 6
10 10 1
10 60 60 4
2
- HD Obat jalan
7. 00966573 / 050604043
7 hari
P, 57 thn
Tiga hari seseg nafas, batuk. Riwayat DM dan darah tinggi.
Utama : DM Sekunder : Nefropati DM
Cordarone Captensin Yekalgin Aspar K Lasix Laxadin Syr Polycrol Syr Folavit Tonar Tensifask Romilar Zumadiac
3x½ tab 2x1
1x1 1x1
2x2 cth 3x1 cth
3x1 3x1 1x1 3x1
1-0-0
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
04/06—06/06 06/06—07/06 b/p 06/06—11/06 04/06—10/06 05/06 05/06 07/06—11/06 07/06—11/06 07/06—11/06 07/06—10/06 07/06
5 8
1 btl 1 btl
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
8. 00962244 / 050214008
5 hari
L, 51 thn
Tadi malam sesak nafas, riwayat DM dan hipertensi, obat rutin Glucobay masih di rumah tidak dibawa.
Utama : DM-nefro Sementara : Renal Failure
Norvask Spasmium Glucobay Letonal Micardis Allopurinol Legres Mentalium Bactesyn Irvel CaCO3 Folavit Toral Rantin Combivent
Nebulizer Lasix Hemapo
1x1 2x1 2x1 1x½ 1x1 2x1 2x1 1x1 3x1
0-0-1 2x2 3x1 1x1
1 amp
1x1 amp 3000 U
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV
IV IV
14/02—16/02 14/02—15/02 14/02—19/02 14/02—19/02 15/02—19/02 15/02—19/02 15/02—19/02 15/02—19/02 18/02—19/02 17/02—19/02 17/02—19/02 17/02—19/02 17/02—19/02 14/02 14/02 15/02—18/02 15/02
3 3
10 6
10 20 20 5
10
10 10
2
- Obat jalan
9. 00538514 / 050521029
3 hari
L, 57 thn
Cegukan ± 2 hari, riwayat CRF, seseg ⊕, pasien tanggal 20/05/2005 program HD tapi belum mau.
Utama : nefropati DM Folavit Prosogan Kalitake Irvel Xanax Norvask Largactil Vomidex Lasix
3x1 1x1 1x1
1x300 mg 0,5 mg, 2x1
1x1 25 mg, 2x1
2x1 amp 1x1 amp
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV IV
21/05—22/05 22/05—23/05 21/05—22/05 22/05—24/05 21/05—22/05 22/05—24/05 22/05—24/02 21/05—22/05 21/05—22/05
10 2 2
21 2
62 10
APS HD Obat jalan
10. 00778060 / 050413006
4 hari
P, 47 thn
Sesak nafas ± 3 minggu, batuk-batuk, kaki-kaki udem, mual−, riwayat DM dan hipertensi.
Utama : Nefropati DM+CRF Sementara : CRF
Dramamin Glibenclamid Captopril Furosemid
3x½ ½-0-0
25 mg, 2x1 1-0-0
Oral Oral Oral Oral
13/04—15/04 stop 13/04 13/04, 17/04
4½
7 10
Perbaikan (atas izin) HD Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Mucosolvon Tensivask CaCO3 Folavit Irvel Farmasal Dex 40 Lasix Ceftriaxon
3x1 1x1
500 mg, 3x2 3x1
0-0-1 2x1 2x1 1x1 1x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV IV IV
13/04—17/04 13/04—17/04 14/04—17/04 14/04—17/04 16/04—17/04 17/04 13/04 13/04—17/04 14/04—15/04
7 5
20 10 30 60
3 2
11. 00960464 / 050102002
8 hari
L, 56 thn
Mulai tadi jam 24.00 merasa pusing, mual, demam, riwayat DM sudah 10 tahun, diare 3x, sudah 1 bulan tidak minum obat.
Utama : Uncontrolled DM. Komplikasi : Nefropati DM
Pamol CaCO3 Folavit Tonar Cefadroxil Metrix Ceftriaxon Rantin Actrapid Insulatard
Penfil
3x1 250 mg, 3x2 400 mg, 3x1
3x1 500 mg, 2x1 2 mg, 1-0-0
1x1g 2x1 amp 3x16 U 15 U
Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV IV SC
02/01, b/p 04/01—09/01 04/01—09/04 04/01—09/04 07/01—10/01 07/01—10/01 02/01—06/01 02/01 03/01—07/01 07/01—09/01
13 15 15 15 10 5 1 1
Perbaikan (APD) Obat jalan
12. 00973543 / 051124042
9 hari
P, 50 thn
Pindah dari RS P Jakarta dengan CRF, udem DM lama, bengkak
Utama : Nefropati DM Sementara : Nefropati DM
Letonal Lasix Pariet Tonar Glurenorm Narfoz Prosogan Frisium Lasix
Broadced HP
½-0-0 1-0-0 1-0-0 3x2
1-0-0 2x1 1x1 2x1
2x1 amp
1x1g
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV
IV
25/11—26/11 25/11—30/11 25/11—30/11 26/11—29/11 25/11—03/12 26/11—29/11 27/11 28/11—01/12 24/11, 29/11—02/12 25/11—01/12
5 5
20 5 6
10
Perbaikan (APD) HD Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Dulcolac Supp.
Methycobal Ca. Gluconate Primperan OMZ Alinamin F
2x2 amp
1x1
IV
26/11 29/11—02/12 02/12 02/12 02/12 02/12—03/12
12 1 amp 1 amp 1 amp 1 amp
13. 00970347 / 050909029
13 hari
P, 53 thn
± sudah 2 bulan kencing berkurang, sehari kencing 2x, kedua kaki bengkak, nafas seseg.
Utama : nefropati DM Sementara : DM
Irvel CaCO3 Asam Folat Lasix Methycobal
300 mg, 1x1 3x2 3x1
2x1 amp
Oral Oral Oral IV IM
09/09—22/09 09/09—22/09 09/09—22/09 09/09—10/09 09/09—13/09, 17/09—22/09
3 8 4 4 2
- HD Obat jalan
14. 00555442 / 050411014
8 hari
P, 60 thn
Sudah ± 2 minggu badan bengkak, nafas seseg, kulit muka terasa gatal, badan lemas.
Utama : DM + Nefropati + oedem
Glurenorm Farmasal CaCO3 Glucobay
Allopurinol Furosemid Captensin Racikan
Halloperidol+Abilify
Racikan Haloperidol+Trihexypenidyl
Lasix
1x1 1x1
250 mg, 3x2 3x1
3x1 2x1
12,5mg, 2x1 1x1
1x1
Oral Oral Oral Oral
Oral Oral Oral Oral
Oral
IV
11/04—19/04 11/04—19/04 11/04—19/04 11/04—17/04, 19/04 11/04—19/04 11/04—19/04 11/04—19/04 15/04—18/04 15/04—19/04 11/04—18/04
10 10 20 10
10 10 10 10
10
Belum sembuh (APS) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
15. 00969317 / 050815022
8 hari
P, 37 thn
Sudah 3 hari kepala pusing, mual muntah, nafsu makan kurang, otot-otot pegel, pandangan kabur.
Utama : nefropati diabetik + retinopati + hipertermia
Noperten Vometa Clonidin Glurenorm CaCO3 Mentalium
Cetalgin Lasix Glucobay Ranitidin Norvask Irvel Sporacid Rantin Ceftriaxon Epotrex Methycobal Insulatard Gynoxa ovule
1x1 3x1
0,15mg, 2x1 ½-0-0
250 mg, 3x2 2x1
3x1 2x1
50 mg, 3x1 150 mg, 2x1
1x1 300mg,1-0-0
2x2 2x1 amp
2x1g
2x1 amp 6 U 1x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV IV SC IM SC
Pervagina
16/08—23/08 15/08—23/08 15/08—22/08 16/08—23/08 15/08—23/08 15/08—17/08, 20/08—23/08 16/08—23/08 16/08—23/08 18/08—23/08 19/08—23/08 20/08—23/08 22/08—23/08 22/08—23/08 15/08—16/08 16/08—18/08 19/08, 23/08 22/08—23/08 22/08
8 6 4 2
12 5
10 10 10 10 10 5 6 1 3 1 2
5
Perbaikan (APD) Obat jalan
16. 00503241 / 050319030
6 hari
L, 48 thn
Klien mengeluh sudah ± 2 hari mual, muntah, tak nafsu makan, badan lemes, ada luka di kaki kanan, kaki kiri luka kering, riwayat hipertensi dan DM.
Utama : DM + nefropati febris Sekunder : hipertensi
Vometa Metrix Captensin Simvastatin Frisium Primperan Norvask Glucobay Pamol Cravit
3x1 20 mg, 1x1 25 mg, 2x1 10 mg, 1x1
2x1 2x1 1x1
50 mg, 3x1 bp
500 mg, 1x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
19/03—25/03 19/03—25/03 19/03—25/03 19/03—25/03 19/03—25/03 19/03—22/03 21/03—25/03 21/03—25/03 21/03—22/03 22/03—25/03
10 5 6 5 9 2 5
10 10 3
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Rantin Narfoz Insulatard
2x1
1x10 U
IV IV SC
19/03—20/03 19/03 20/03—24/03
3
17. 00548260 / 050610016
9 hari
P, 63 thn
Klien merasa sesak sudah dari seminggu, kedua kaki bengkak tidak bisa jalan, mulai tadi siang tidak bisa kencing, nafsu makan kurang.
Utama : DM + nefropati, penyakit jantung iskemia
Aspar K Captensin Farmasal Cedocard Lasix Diabex Zumadiac Letonal Digoxin Tarivid Rantin Vometa Lasix
Dex 40%
1x1 12,5mg, 2x1 100 mg, 1x1
5 mg, 3x1 1x1
500 mg, 2x1 1x½ 3x½ 2x½
400mg, 2x2 150 mg, 2x1
3x1 2 ampx2
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral IV
10/06—19/06 10/06—19/06 10/06—19/06 10/06—19/06 11/06—19/06 11/06—17/06 11/06—15/06 13/06—19/06 13/06—19/06 14/06—19/06 18/06—19/06 17/06—19/06 13/06, 16/06—19/06 17/06
3 4 3 3 3
10 5
10 10 6
10 10
Belum sembuh (APS) Obat jalan
18. 00959489 / 050903031
10 hari
L, 74 thn
± 3 minggu kencing tidak lancar / menetes, nafsu makan berkurang.
Utama : Nefropati DM Sekunder : Obstruksi Sementara : CRF
CaCO3 Asam Folat Folavit Ketosteril Zyloric Catarlent
Mucosolvon
(da Mucopect)
Methycobal
3x2 3x1 3x1 3x1
100 mg, 3x1 4x2 tts
2x1
2x2
Oral Oral Oral Oral Oral Tetes mata Oral
IV
03/09—13/09 03/09—05/03 05/09—13/09 04/09—13/09 04/09—13/09 05/09—08/09 06/09—09/09 03/09—04/09, 07/09—09/09
12 6
30 60 60 1
10
2
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Humulin R Actrapid OMZ
3x8 U 3x8 U 1x1 fl
SC
04/09—08/09 09/09—13/09 13/09
19. 00964884 / 050421017
14 hari
L, 39 thn
Perut nyeri ± 3 hari ini, mual ⊕, muntah ⊕. Riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu.
Utama : DM Sekunder : Parkuatitis kuavik, hipertensi Komplikasi : nefropati diabetik
Tonar Tensicap Tensivask
CaCO3
Asam Folat
Vometa
Inpepsa
Irvel Letonal Acidum
Folicum Digest Enzyplex Glurenorm Zantac Vomidex Rantin Actrapid
Remopain
(Toradon) OMZ Stesolid
2x1 3x1
1x5 mg
3x500 mg
3x1
3x1
3x1
300 mg, 1x1 2x½ 3x1
1x1 3x1
1-0-0
2x1 2x1 amp 3x8 U 3x5 U 2x1
1x1
Oral Oral Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral Oral Oral
Oral Oral Oral IV IV
SC
21/04 stop 21/04—23/04, 29/04—05/05 21/04—23/04, 01/05—05/05 21/04—23/04, 05/05 21/04—23/04, 29/04—05/05 23/04—24/04, 28/04 01/05—05/05 30/04—04/05 01/05—04/04 02/05—05/05 02/05—05/05 05/05 21/04 21/04—26/05 21/04—22/04 21/04—29/04, 03/05—05/05 21/04—23/04 22/04—01/05 23/04
2 8 5
30
15
10
5
10 1
10 4
1 amp
- Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Tramal Diazepam Alinamin Alinamin-F
2x1 amp 2x1 amp
2x1 2x1
25/04—26/04 25/04—26/04 26/04—27/04 28/04—30/04
5
20. 00423874 / 050216043
8 hari
L, 67 thn
Klien mengeluh sudah 8 hari tidak bisa BAB, badan lemes, seseg, kaki udem, ada luka di kaki, pusing.
Utama : DM + Nefropati + ulkus Sekunder : penyakit jantung iskemi + hipertensi
Captensin Farmasal ISDN Velocef Furosemide Laxadine Cendomycos
Catarlent
CaCO3 Clonidin Ranitidin Vometa Adalat Oros Bactesyn HP Lasix
12,5mg, 2x1 100 mg, 1x1
5 mg, 3x1 500 mg, 3x1
2x1 1x2 cth 4x1 tts
4x1 tts
250 mg, 3x2 150mg, 2x½
2x1 3x1
30 mg, 0-0-1 2x1
1 amp
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Tetes mata Tetes mata Oral Oral Oral Oral Oral IV IV
16/02—24/02 17/02—24/02 17/02—24/02 17/02—24/02 18/02—24/02 18/02 21/02—24/02 21/02—24/02 21/02—24/02 21/02—24/02 21/02—24/02 16/02—17/02 16/02
3 10 30 10 10
1 btl 1 btl
1 btl
10 10 10 10 15 2 1
Perbaikan (APD) HD Obat jalan
21. 00558901 / 050505016
5 hari
L, 62 thn
Mulai tadi pagi jam 03.00 muntah darah segar 3x, sebelumnya perut terasa mules. Kemudian pasien pergi ke RS Bethesda opname. Sekarang sudah merasa enak.
Utama : DM Komplikasi : nefropati DM
Callos Tonar Glurenorm Lipanthyl Glucobay Toral Xanax Betaserc Vometa Vomidex
3x1 3x1 3x1
1-0-1 160 mg, 1x1 100 mg, 3x1
1x1 1x0,5 3x1 3x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
05/05—10/05 05/05—10/05 05/05—10/05 06/05—10/05 06/05—10/05 05/05—10/05 06/05—10/05 07/05, 09/05 08/05—09/05 08/05—09/05
15 1 btl 44 30 14 45 10
3 3
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Adona Forte Vitamin K
Rantin
Kalnex
1 amp 10mg, 2x1
amp 50mg, 2x1
amp 500mg, 2x1
amp
IV IV
IV
IV
05/05 05/05 05/05 05/05
1 2
2
2
22. 00558901 / 050703021
15 hari
L, 62 thn
Pasien mengeluh pinggang kiri nyeri, mual −, muntah −.
Utama : DM Sekunder : Batutuline Kemih, BPA Komplikasi : nefropati DM Operasi : URS
Sistenol Librax Clavamox Buscopan
Plus Glurenorm Glucobay Irvel Synflex Ciproxin XR Toradol
Rantin Actrapid Actrapid Ceftum
3x1 2x1
500 mg, 3x1 3x1
1-1-0
100 mg, 2x1 300mg,1-0-0
2x1 1x1
1 amp 2x1 amp
3x8 U 3x14 U 2x1 g
Oral Oral Oral Oral
Oral Oral Oral Oral Oral
03/07—04/07 03/07—04/07 03/07—11/07 03/07—06/07 04/07—18/07 03/07—18/07 07/07—10/07 17/07—18/07 17/07—18/07 03/07, 08/07, 15/07—17/07 03/07 06/07—08/07 09/07—14/07 15/07—17/07
4 3
15 10
10 10
10 5
5
2
Perbaikan (APD) Obat jalan
23. 00950492 / 050619006
2 hari
P, 58 thn
Pasien mengeluh sesak nafas, riwayat DM, sakit ginjal.
Utama : DM Komplikasi : Nefropati DM
Lasix Ketosteril Epocaldi Neurobion
5000 Aspar K
1-0-0
3x1 3x1 2x1
2x1
Oral
Oral Oral Oral
Oral
Stop (obat di rumah) 19/06—21/06 19/06—21/06 20/06—21/06 20/06—21/06 20/06—21/06
15 15 10
10
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Mixtard Nofolet
Venover Mixtard Lasix
15U, 12 U
1 amp 15 U-0-12 U
2 amp
20/06, 21/06 19/06—20/06 19/06—22/06 19/06—22/06
24. 00962404 / 050307012
9 hari
L, 47 thn
Badan lemes, mual-mual terus, riwayat DM dan CRF, sekarang mata kabur, badan lemes, ada hernia.
Utama : Nefropati diabetik, CRF Sementara : Nefropati DM Operasi : CRF
Folavit Adalat Oros Irvel CaCO3 Angioten Ascardia Profenid Yefamox Kaltrofen Prosogan Neurotam Nootropil Methycobal Pronalges
3x1 0-0-1
150 mg, 1x1 3x2 1x1
160 mg, 1x1 100mg, 3x½
3x1 3x½ 1x1
2x400 2x1 2x2 3x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
07/03—16/03 07/03—13/03 07/03—13/03 07/03—16/03 07/03—16/03 09/03—16/03 09/03 09/03—14/03 10/03—12/03 13/03—15/03 15/03 16/03 08/03—10/03 09/03, 12/03
15
15 30 9
15 4½ 3
10 8
10 9
Perbaikan (APD) HD Obat jalan
25. 00962404 / 050218027
6 hari
L, 47 thn
Pasien mengeluh mual-mual, badan lemes, luka di kaki kiri, tak sembuh-sembuh.
Utama : Nefropati DM Sementara : CRF
Folavit CaCO3 Irvel Nootropil Adalat Nicholin Ceftriaxone
3x1 3x2
300 mg, 1x1 3x1
0-0-1 2x1 amp
1x1g
Oral Oral Oral Oral Oral IV
18/02—24/02 18/02—24/02 19/02—23/02 22/02—24/02 23/02—24/02 19/02—21/02 18/02—21/02
- HD Obat jalan
26. 00962094 / 050809049
8 hari
P, 57 thn
Pasien mengeluh lemes, perut nyeri seperti kram, nafas seseg, demam, pusing.
Utama : nefropati DM Sekunder : Ca.Urinaria st III Komplikasi : CRF Sementara : DM
Epocaldi Digest Ceradolan Dulcolax Folavit
1x1 1-0-0 2x1
0-0-1 3x1
Oral Oral Oral Oral Oral
11/08—17/08 11/08—17/08 15/08—17/08 15/08 16/08—17/08
10 4
10
90
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Irvel Primperan Remopain OMZ Lasix Humulin R Methycobal Ceradolan Epotrex
1x1 1 amp 1 amp 1 amp
20 amp 3x12 U
2x1 amp 2x1
2x / minggu
Oral
IM IV SC
17/08 09/08 09/08 09/08 10/08 11/08—17/08 11/08—15/08 11/08—13/08 11/08, 15/08
30
10 4 2
27. 00962094 / 050609012
6 hari
P, 58 thn
Tadi pagi tiba-tiba pingsan, keringat dingin, badan lemes.
Utama : DM Komplikasi : nefropati DM
Irvel Allopurinol Ketosteril Epocaldi Folavit Callos Metrix Kalitake Norvask Natrilix Sr Metycobal Epotrex Venover
1x1 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1
3x1
10 mg, 0-0-2 1-0-0 2 amp
4000 U 1 amp/ infus
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
09/06—15/06 09/06—15/06 09/06—15/06 09/06—15/06 09/06—11/06 09/06—12/06 stop 10/06—15/06 11/06—15/06 10/06 11/06—15/06 11/06 14/06
30 15
Perbaikan (APD) Obat jalan
28. 00962094 / 050210008
21 hari
P, 58 thn
Pasien mengatakan kemarin sore pasien makan telat, malam badan lemas, bicara agak pelo.
Utama : DM Komplikasi : nefropati DM, CVA infark
Captensin Neurosanbe Nootropil Neurobion Diabex F Metrix
Tensivask HCT
12,5mg, 2x2 2x1
400 mg, 2x1 2x1 2x1
2 mg, 1-0-0
1x1 25 mg, 1x½
Oral Oral Oral Oral Oral Oral
Oral Oral
10/02—19/02 10/02—11/02 10/02—15/02 10/02—03/03 12/02—15/02 12/02—15/02, 22/02—03/03 13/02—20/02 14/02—19/02
4 4
10 10 4 2
5 3
Perbaikan (APD) Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Benadril DMP Syr
Farmasal Liphantyl
Supra Vometa OMZ Xanax Trental Orgabolin Folavit Ketosteril Callos Norvask Glucobay
Lasix Vomidex Lovenox Trental OMZ Actrapid
Dex 40 % Methycobal
100 mg, 1x1 160 mg, 1x1
3x1 2x1
0,5 mg, 1x½ 2x1 1x1 3x1 3x1 3x1
5 mg, 1x1 100 mg, 2x1
2 amp 1 amp 1x1
2 amp/ infus 1x1 fl
3x10 U, 3x15 U
2x seminggu
Oral
Oral Oral
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
IM
di kamar pasien 15/02—02/03 15/02—02/03 13/03—03/03 17/02—02/03 16/02—27/02 19/02—03/03 24/02—03/03 24/02—03/03 24/02—03/03 24/02—03/03 21/02—03/03 28/02—03/03 12/02—13/02 12/02, 15/02 15/02 infus 15/02—16/02 20/02, 22/02, 23/02 21/02 03/03
10 5
10 10 3
10 7
15 15 15 6 9
1 6 2
4
29. 00550842 / 050822012
3 hari
L, 54 thn
Setelah HD badan lemes, pasien minta opname.
Utama : nefropati diabetik Sekunder : Chronic kidney disease stage V Sementara : ND
Nootropil Curcuma Folavit Ascardia Prexum Epocaldi
3x1 3x2 3x1
2x80 mg 1x1 3x1
Oral Oral Oral Oral Oral Oral
22/08—25/08 22/08—25/08 22/08—25/08 22/08—25/08 22/08—25/08 22/08—25/08
20 4
57 94 3
17
Perbaikan (APD) HD Obat jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lanjutan Lampiran 1 Obat
No. No.RM / No.Reg /
LP
Id.Px Keluhan Diagnosa
Nama D CP Tanggal Pemberian JO
Outcome & Ket.
Arcapet Methycobal Recormon
2 2x1 amp 5000 U
Oral
SC
22/08—25/08 23/08
30. 00550842 / 050904036
6 hari
L, 54 thn
Pasien HD 2x / minggu, oedema ext.kiri.
Utama : nefropati DM Sementara : CRF
Folavit Curcuma Ascardia Prexum CaCO3 Nootropil Epocaldi Racikan
Haloperidol+Trihexypenidyl
Rochepin Lasix Methycobal Recormon
3x1 2x1
2x80 mg 1x1
250 mg, 3x2800 mg,
2x1 3x1 3x1
1x1g 2x1 2x1
5000 U
Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral
SC
05/09—10/09 05/09—10/09 05/09—10/09 05/09—10/09 05/09—07/09 07/09—10/09 08/09—10/09 07/09—10/09 05/09—07/09 05/09—11/09 07/09—11/09 08/09, 12/09
Perbaikan (APD) HD Obat jalan
Keterangan : No.RM : Nomor Rekam Medis Caps : Capsul LP : Lama Perawatan APS : Atas Permintaan Sendiri Id.Px : Identitas Pasien APD : Atas Persetujuan Dokter CP : Cara Pemberian D : Dosis JO : Jumlah Obat Ket. : Keterangan SC : Sub Cutan IM : Intramuskular IV : Intravena Amp : Ampul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 2 Daftar Nama Obat yang Digunakan dalam Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005
No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah Prosogan® 3 Lansoprazol Digest® 2
Penghambat Pompa Proton
Omeprazol OMZ® 6 Ranitidin 2 Zantac® 1
Antagonis Reseptor H2 Ranitidin
Rantin® 9 Metilpolisiloxane, MgOH2, AlOH3 Polycrol® 1 Antasida Natrium Rabeprazol Pariet® 1
Antitukak
Kelator dan Senyawa Kompleks
Sukralfat Inpepsa® 1
Metoklopramid Vomidex® 5 Metoklopramid HCL Primperan® 4
Regulator Saluran Cerna dan Antiflatulen
Domperidon Vometa® 8 Fenilpropiletilamina, Klordiazepoksida HCl
Spasmium® 1
Klordizepoksida, Klidinium bromida
Librax®
1
Antispasmodik
Hiosin N butilbromida, parasetamol
Buscopan Plus® 1
Antidiare Attapulgit, Pektin Arcapec® 1 Pelunak Tinja Parafin Cair, gliserin Laxadine® 2 Pencahar Pencahar Stimulan Bisakodil Dulcolax® 2
1. Obat Sistem Saluran Cerna (Gastrointestinal Tract / GIT)
Enzim Pencernaan Amilase, Protease, Asam Desoksikolat
Enzyplex® 2
Glikosida Jantung Digoksin Digoxin 1 Kaptopril 3 Captensin® 6
2. Obat Sistem Kardiovaskuler dan Hematopoietik
Antihipertensi Penghambat ACE Kaptopril
Tensicap® 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lanjutan Lampiran 2 No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Perindopril Prexum® 2 Lisinopril Noperten® 1
Antihipertensi yang Bekerja Sentral
Klonidin Hidroklorida Clonidine® 2
Losartan Kalium Angioten® 1 Telmisartan Micardis® 1
Antagonis Reseptor Angiotensin II
Irbesartan Irvell® 12 Tensivask® 4 Amlodipin Besilat Norvask® 6 Adalat oros® 2
Antagonis Kalsium
Nifedipin Adalat® 1 ISDN 1
Antiangina
Nitrat Isosorbid dinitrat Cedocard® 1
Antiaritmia Amiodarone HCl Cordarone® 1 Furosemid 3 Furosemid Lasix® 20
Diuretika Kuat
Torasemid Toral® 3 Diuretika Hemat Kalium Spironolakton Letonal® 4
Indapamid Natrilix Sr® 1
Diuretika
Diuretika Golongan Tiazid Hidroklortiazid HCT 1
Ascardia® 5 Asetosal Farmasal® 5
Enoksaparin Lovenox® 1
Antikoagulan, Antiplatelet,Fibrinolitik (Trombolitik)
Heparin Fraxiparine® 1 Asam Traneksamat Kalnex® 1 Hemostatik Karbazokrom natrium sulfonat Adona Forte® 1 Pentoksifilin Trental® 2 Vasodilator Perifer Sitikolina Nicholin® 1
Lipanthyl® 1 Klofibrat Fenofibrat Lipanthyl Supra® 1
Obat Hipolipidemik
Statin Simvastatin Simvastatin 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lanjutan Lampiran 2 No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Bronkodilator antimuskarinik
Ipratropium Bromida Combivent® 1
Bromheksina HCl Mucosolvan® 1 Mukolitik Ambroxol Mucopect® 1 Dekstrometorfan Romilar® 1
3. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan
Antitusif Dekstrometorfan kombinasi Benadryl DMP® 1 Klobazam Frisium® 2
Diazepam 1 Mentalium® 2
Diazepam
Stesolid® 1
Ansiolitik
Alprazolam Xanax® 3 Ondansetron Narfoz® 3 Dimenhidrinat Dramamine® 1
Obat untuk Mual dan Vertigo
Antagonist 5-HT3
Betahistamin diHCL Betaserc® 1 Klorpromasin HCL Largactil® 1 Haloperidol Haldol® 2
Antipsikotik
Aripiprazole Abilify 1 Antiparkinson Obat Antimuskarinik Triheksifenidil Trihexyphenidil 2
Nootropil® 5 Piracetam Neurotam® 1
4. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat
Nootropik dan Neurotonik
Mecobalamin Methycobal® 14 Parasetamol Pamol® 3 Parasetamol kombinasi Sistenol® 1
Yekalgin® 1 Metampiron Arsinovel 1
Metampiron, diazepam Cetalgin® 1 Remopain® 2
Analgesik Non-opioid
Ketorolak trometamin Toradol® 1
5. Analgesik
Analgesik Opioid Tramadol Tramal® 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lanjutan Lampiran 2 No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Amoksisilin Yefamox® 1 Co-amoksiklav Clavamox® 1
Bactesyn® 1
Penisilin
Sultamisilin Bactesyn HP® 1 Ceftriaxon 5 Rochepin® 1
Seftriakson
Broadced® 2 Sefadroksil Cefadroxil 1 Seftazidim Ceftum® 1 Sefotiam Ceradolan® 3
Sefalosporin
Sefradin Velosef® 1 Ofloksasin Tarivid® 1
Ciprofloksasin 1 Siprofloksasin Ciproxin Xr® 1
Antibiotik
Kuinolon
Levofloksasin Cravit® 1
6. Antiinfeksi
Antijamur Itrakonasol Sporacid® 1 Insulin kerja singkat Insulin Actrapid® 6
Insulatard® 2 Insulin kerja sedang mula kerja singkat
Insulin Insulatard Penfil® 1 Mixtard® 1 Mixtard Nofolet® 1
Insulin
Sediaan campuran Insulin
Humulin R® 2 Glikazid Zumadiac® 3 Glibenklamid Glibenclamid 1 Glikuidon Glurenorm® 7
Amaryl® 1
Sulfonilurea
Glimepiride Metrix® 5 Diabex® 1 Biguanida Metformin Diabex F® 1
7. Obat Antidiabetik
ADO
Penghambat α glukosidase
Akarbosa Glucobay® 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lanjutan Lampiran 2 No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Ferofumarat Hemobion® 1 Anemia defisiensi besi FeOH3 Venover® 2
Asam Folat 4 Anemia megaloblastik Asam folat Folavit® 17
Epoetin beta Recormon® 2 Anemia hipoplastik, hemolitik, dan renal Recombinan eritropoetin Epoetin alfa & Epoetin beta Epotrex® 3
8. Antianemia
Anemia karena gagal ginjal Recombinan Human Erythropoietin
Hemapo® 2
Profenid® 1 Kaltrofen® 1
Ketoprofen
Pronalges® 2
AINS
Naproksen Na Synflex® 1 Allopurinol 4
9. Obat untuk Penyakit Otot Skelet dan Sendi
Obat untuk Mengatasi Gout Alopurinol Zyloric® 1
Leucoselect phytosomal, lycopene Legres® 1 Suplemen dan Terapi tambahan Penambah nafsu makan Serbuk Rhizoma Curcuma Curcuma® 2
L-treonin,L-serin,L-prolin,L-sistein,L-alanin,L-valin,L- metionin,L-isoleusin,L-leusin,L-fenilalanin,L-triptofan,L-lisin,L-histidin,L-arginin
Aminofusin
1
Kidmin 2
10. Nutrisi
Nutrisi Parenteral
Asam amino Renxamin 6
Ca-Klorida, K-Klorida, Na-Klorida, Na-Asetat
Asering 14
Na, K, Ca, Mg, Cl, Acetat, sorbitol Tutofusin Ops 1
Sediaan Parenteral dan Larutan Steril lainnya
Maltosa Martos 13 Natrium Klorida NaCl 7
Kaen 1B 9 NaCl Kombinasi Kaen 3B 2
11. Vitamin dan Mineral Elektrolit dan Mineral
Kalium L-aspartat Aspar K® 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lanjutan Lampiran 2 No. Kelas Terapi Golongan Sub Golongan Nama Generik Jenis Obat Jumlah
Dextrose 5% 4 Dextrose 10% 3
Glukosa Intravena Glukosa
Dextrose 40% 3 Kalsium Karbonat (CaCO3)
16 Kalsium Karbonat
Callos® 3 Kalsium dan vitamin Epocaldi 6
Kalsium / dengan vitamin
Garam kalsium Ca.Gluconate® 1 Alinamin® 1 Tiamina Tetrahidrosulfuril
Disulfida Basa (Vit B1) Alinamin F® 2 Neurobion® 2
Vitamin B / dengan Vitamin C
Vit B1, B6, B12 Neurosanbe® 1
Vitamin K Vit K Vitamin K 1 Antiseptik dengan Kortikosteroid
Hidrokortison asetat Cendomycos® 1 12. Obat yang Bekerja pada Mata
Sediaan lain obat mata K-Iodida, CaCl2, Na-Tiosulfat Catarlent® 2 13. Obat Hormon Seksual Anabolik steroid Etilestrenol Orgabolin® 1
Tonar® 4 Obat lain yang beraksi di sistem genital-urinaria
Ketoacid essensial Ketosteril® 5
14. Obat Sistem Genital-Urinaria
Sediaan untuk penyakit pada vagina
Nimorazol, kloramfenikol, nistatin Gynoxa Ovule® 1
Hepatoprotektif Curcuma Curliv® 1 15. Obat lain-lain Hiperkalemia Kalsium polistirena sulfonat Kalitake® 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 3
Data Laboratorium dan Non Laboratorium pada Kasus Diabetes Melitus dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta
Tahun 2005
No. No. RM Tgl.Periksa Data Lab. Ket. Pemeriksaan Urin Tgl.Periksa Data Non Lab. 1. 00949692 06/02
(01:09) 06/02 (07:46)
Hematologi Hb : 5,3 Hct : 15,9 Lekosit : 12,27 Eritrosit : 2,11 Trombosit : 338 Metabolit Ureum : 69 Creatinin : 2,2 Elektrolit Na : 120 K : 5 Cl : 88 Ca : 2,11 Metobolisme Glukosa Glukosa sesaat : 262 Enzim AST : 20,7 ALT : 52,4 Metabolisme Glukosa Glukosa puasa : 212 Glukosa 2 jam pp : 195
T R T R
T T
R
R
T
T
T T
06/02 (07:46) Warna : kuning BJ : 1.025 pH : 5 Protein : + Glukosa : - Sedimen Leko pucat : - Sel gliter : - Leko gelap : 4-5 Eritrosit : - Epitel : -
06/02 07/02 (05:00) (19:00)
TD : 150/100 mmHg Nadi : 126 x/menit Suhu : 39o C Respirasi : 24 x/menit Suhu : 387 C Nadi : 112 TD : 120/70 Suhu : 392 C Nadi : 110 x/menit TD : 150/80 mmHg
2. 00569602 20/08 (11:02)
Hematologi Hb : 5,9 Hct : 17,7 Lekosit : 6,66 Eritrosit : 2,05 Trombosit : 184 Metabolit
R R
R
20/08 TD : 150/100 Respirasi : 18 x/menit Nadi : 80 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
20/08 (19:38) Post HD 21/08 (07:44)
Ureum : 268 Creatinin : 18,4 Glukosa Sesaat : 226 Hb : 17,6 Hct : 51,8 Fungsi Ginjal Ureum : 136 Creatinin : 10,3 Kalium : 5,3 Hb : 9,2 Hct : 28,5 Glukosa puasa : 137 Asam Urat : 5,9 AST : 41 ALT : 19 HbA1c : 6 % Ca : 2,15 Phosphat anorganik : 0,38 Kolesterol : 142 Trigliserid : 115 HDL : 53,9 LDL kolesterol : 65,1
T T T T
T T
R R T
T
R 3. 00410160 01/04
Hematologi Hb : 5,9 Lekosit : 7,1 Protein total : 6,3 Albumin : 3,2 Globulin : 3,1 Ureum : 71,7 Creatinin : 2,2 Kolesterol : 260 HDL Kolesterol : 42,9 LDL Kolesterol : 177,1 Trigliserida : 201 Asam urat : 6,6 Enzim AST : 20 ALT : 32 Metabolisme Glukosa
R
R
T T T
T T
01/04 Warna kuning BJ : pH : 5 Protein : + Glukosa : - Sedimen Leko pucat : 0-1 Ca oksalat : 2-3 Epitel : 0-1
01/04 TD : 200/110 Suhu : 362 C Respirasi : 20 x/menit Nadi : 72 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
07/04 (10:39)
Glukosa puasa : 74,9 Glukosa 2 jam pp : 156,4 Hb : 9,6 Lekosit : 6 Protein total : 5,7 Albumin : 2,9 Globulin : 2,8 Ureum : 64 Creatinin : 2,1 Asam urat : 7 Kalium : 4,9 Glukosa sesaat : 71 Hct : 29,3 Eritrosit : 3,26
4. 00972660 04/11 (11:09) 05/11 (08:02) 06/11 07/11 (12:11)
Hematologi Hb : 10,9 Hct : 31,9 Lekosit : 4,28 Trombosit : 322 Glukosa sesaat : 285 Ureum : 97,6 Creatinin : 2,7 AST : 228,9 ALT : 196,3 Hb : 8 Hct : 22 Glukosa puasa : 149 Glukosa 2 jam pp : 220 Besi : 91 TIBC : 256 IBC : 165 Hb : 11,2 Hct : 33
R R
T T T T R R T T
R R
04/11 TD : 120/90 mmHg Suhu : 365 C Respirasi : 22 x/menit Nadi : 84 x/menit
5. 00973800 30/11 (10:36)
Hematologi Hb : 14,4 Hct : 42,3 Lekosit : 17,9 Trombosit : 251 Fingsi Ginjal
T
30/11 01/12 (19:00)
TD : 160/110 mmHg Suhu : 36o C Respirasi : 22 x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 365 C Nadi : 88 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
21/11 02/12
Ureum : 182 Creatinin : 4,3 Asam urat : 9,4 HbA1c : 6,5 AST : 54,7 ALT : 73,4 Protein total : 6,2 Albumin : 3,2 Globulin : 3,0 Kolesterol : 258 HDL : 102,6 LDL : 113 Trigliserid : 209 Glukosa puasa : 95 Glukosa 2 jam pp : 185 Glukosa puasa : 86 Ureum : 228,8 Creatinin : 4,5 Asam urat : 9,2
T T T
T T
R
T T
T
T T T
Respirasi : 22 x/menit
6. 00974160 08/12 (18:07) 09/12 (08:29) 10/12 (08:40) 12/12 (08:43) 13/12 (17:32) 14/12 (09:19)
Hematologi Hb : 7,4 Hct : 21 Lekosit : 7,35 Eritrosit : 2,34 Trombosit : 177 Glukosa darah : 128 Asam folat : 7,7 Elektrolit Na : 141 K : 5,2 Cl : 105 Ca : 1,91 Hb : 22,4 Hct : 66,1 Ureum : 92,8 Creatinin : 5,6 Hb : 10 Hct : 29,4 Ureum : 164,6
R R
R
T
R T T T T R R T
08/12 09/12 (12:00) 10/12 (13:00) 11/12 (12:00) 12/12 (13:00)
TD : 150/90 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 365 C TD : 120/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 37 C TD : 160/100 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 37 C TD : 150/90 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37 C TD : 170/110 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 367 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Creatinin : 11,5 Metobolisme Glukosa Glukosa sewaktu : 354 Glukosa sewaktu : 197
T
T T
7. 00966573 04/06 (23:37) 05/06 (07:38) (12:07) 07/06 (11:53) 10/06 (08:12)
Hematologi Hb : 9,8 Hct : 29,4 Lekosit : 20,91 Eritrosit : 3,3 Fungsi Ginjal Ureum : 123 Creatinin : 6,2 AST : 60 ALT : 46,8 Metobolisme Glukosa Glukosa sewaktu : 58 Glukosa sewaktu : 50 Glukosa puasa : 353 Glukosa 2 jam pp : 432 Glukosa puasa : 120 Ureum : 210 Creatinin : 7,8 Glukosa 2 jam pp : 245
R R T R
T T T T
R R T T T T T T
10/06 (10:41) Warna : kuning BJ : 1030 pH : 5 Protein : + Glukosa : - Sedimen Leko pucat: 5 Sel gliter : - Leko gelap: 10 Eritrosit : 2-3 Epitel : (+)
04/06 06/06 (12:00) (18:00) (22:00)
TD : 195/93 mmHg Nadi : 110 x/menit Respirasi : 32 x/menit Suhu : 36 C Suhu : 37 C TD : 190/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 30 x/menit Suhu : 36 C TD : 220/140 mmHg Nadi : 130 x/menit Respirasi : 36 x/menit Suhu : 36 C TD : 170/80 mmHg Nadi : 122 x/menit Respirasi : 26 x/menit Suhu : 362 C
8. 00962244 14/02 (05:15) 15/02 (08:02) 17/02 (08:00)
Hematologi Hb : 9,3 Hct : 26,5 Lekosit : 7,31 Limfosit : 12,7 Eritrosit : 2,97 Metabolit Ureum : 84 Creatinin : 6,1 Metobolisme Glukosa Glukosa puasa : 128 Glukosa 2 jam pp : 181 Ureum : 80 Creatinin : 6,6
R R
R R
T T
T T T T
14/02 (05:15) Warna : kuning BJ : 1025 pH : 6 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko pucat: - Ca oksalat : - Sel gliter : - Leko gelap: 2-3 Eritrosit : - Epitel : - Granula : 0-1
14/02 15/02 (13:00, 15:00) 17/02 (05:00) (18:00)
TD : 170/100 mmHg Nadi : 90 x/menit Respirasi : 26 x/menit Suhu : 37 C TD : 180/120 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 20 x/menit TD : 130/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 362 C TD : 150/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 368 C
9. 00538514 21/05 (17:25)
Hematologi Hb : 9
R
22/05 (09:18) Warna : kuning
21/05
TD : 180/100 mmHg Nadi : 96 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
24/05 (00:20)
Hct : 24,9 Lekosit : 8 Eritrosit : 2,85 Trombosit : 221 Metabolit Ureum : 101 Creatinin : 6,5 K : 6,9 Metobolisme Glukosa Glukosa sesaat : 207 Ureum : 29 Creatinin : 2,7
R
R
T T T
T
T
BJ : 1010 pH : 6 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko pucat: - Sel gliter : - Leko gelap: 1-2 Eritrosit : - Epitel : sedikit Granula : 0-1
22/05 (09:00) 23/05 (05:00) 24/05 (05:00)
Respirasi : 26 x/menit Suhu : 37 C TD : 200/110 mmHg Nadi : 88 x/menit TD : 210/130 mmHg Nadi : 86 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36 C TD : 180/100 mmHg Nadi : 82 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 375 C
10. 00778060 13/04 15/04
Hematologi Hb : 8,3 Hct : 25,9 Lekosit : 12,44 Eritrosit : 3,09 Trombosit : 555 Metabolit Ureum : 165 Creatinin : 10,10 Elektrolit Na : 143 K : 5,4 Cl : 113 Ca : 1,98 Metobolisme Glukosa Glukosa sesaat : 45 (08:14) : 120 Hb : 17,9 Hct : 54,3 Ureum : 85 Creatinin : 5
R R
R T
T T
T R
R
T T T
13/04 Warna : kuning BJ : 1025 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Urobilin : + Sedimen Leko pucat: 5 Sel gliter : - Leko gelap: 10 Eritrosit : 2-3 Epitel : ++
13/04 14/04 (05:05) (18:00)
TD : 180/100 mmHg Nadi : 100 x/menit Respirasi : 32 x/menit Suhu : 365 C TD : 160/90 mmHg Nadi : 132 x/menit Suhu : 373 C TD : 180/110 mmHg Nadi : 124 x/menit Suhu : 378 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
11. 00960464 02/01 03/01 06/01 10/01
Hematologi Hb : 11,7 Hct : 32,4 Trombosit : 229 Metabolit Ureum : 42 Creatinin : 2,2 Elektrolit Na : 135 K : 4,8 Cl : 90 Ca : 2,44 Glukosa sewaktu : (03:34) : 687 (05:30) : 508 (06:30) : 229 (12:00) : 90 Glukosa puasa : 688 Glukosa 2 jam pp : 680 Glukosa puasa : 337 Glukosa 2 jam pp : 279 Ureum : 50 Creatinin : 2,3 Glukosa puasa : 231 Glukosa 2 jam pp : 291
R R
T
R
T T T
T T T T
T T T
02/01 Warna : kuning BJ : 1010 pH : 5 Protein : + Glukosa : ++ Sedimen Leko gelap: 1-2 Epitel : sedikit
08/01
Warna : kuning BJ : 1030 pH : 6 Protein : sp Glukosa : ++ Sedimen Leko pucat: 0-1 Leko gelap: 1-2
02/01 (13:00) 03/01 (09:00) 04/01 (05:00) (20:00) 07/01 (05:00) (18:30) 08/01 (02:05) (18:00)
TD : 120/70 mmHg Nadi : 120 x/menit Respirasi : 23 x/menit Suhu : 385 C TD : 120/80 mmHg Nadi : 100 x/menit Suhu : 362 C Nadi : 100 x/menit TD : 150/90 mmHg TD : 160/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 36 C TD : 160/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 376 C TD : 160/100 mmHg Nadi : 74 x/menit Suhu : 369 C TD : 190/100 mmHg Nadi : 84 x/menit Suhu : 388 C TD : 140/100 mmHg TD : 170/110 mmHg Nadi : 76 x/menit Suhu : 378 C
12. 00973543 24/11 26/11
Hematologi Hb : 9 Hct : 25,5 Lekosit : 14,79 Albumin : 2,9 Ureum : 206,9 Creatinin : 3,1 Kolesterol : 251 HDL kolesterol : 61,3 LDL kolesterol : 146,7 Fosfatase alkali : 159 Glukosa sesaat : 158 Glukosa puasa : 169 Glukosa 2 jam pp : 204
R R T
T
T T T
26/11 Warna : kuning BJ : 1030 pH : 5 Protein : + Glukosa : - Sedimen Leko gelap: 4-5 Eritrosit : 1-2
24/11 25/11 (07:50) 27/11 (20:10)
TD : 180/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 25 x/menit Suhu : 36 C TD : 150/90 mmHg Suhu : 37 C TD : 140/80 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 36 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
27/11 02/12 03/12
Ureum : 214,2 Creatinin : 3,3 Hb : 8 Ureum : 109,1 Creatinin : 2 Hb : 10,6 Hct : 31 Ureum : 139,7 Creatinin : 2,3
T T R T T R R T T
13. 00970347 09/09 09/09 10/09 13/09 14/09 19/09 22/09
Hematologi Hb : 10 Hct : 29,8 Na : 132 K : 5,7 Glukosa sesaat : 125 Hb : 10,9 Lekosit : 5,2 Ureum : 206,1 Creatinin : 5,1 AST : 13,5 ALT : 58,2 Glukosa puasa : 118 Glukosa 2 jam pp : 143 Ureum : 100 Creatinin : 5,1 Hb : 10,8 Ureum : 140 Creatinin : 7,8 Hb : 15,4 Hct : 45 Ureum : 49 Creatinin : 3,7 Hb : 9,7 Ureum : 90 Creatinin : 8,1 Hb : 10 Hct : 28 Ureum : 63 Creatinin : 6,2
R R
T
R
T T
T T T T T R T T
T R T T R R T T
10/09 Warna : kuning BJ : 1300 pH : 5 Protein : sp Glukosa : + Urobilin : + Bilirubin : - Sedimen Ca oksalat : - Leko gelap: 5-7 Eritrosit : 2-3 Epitel : ++
09/09 (19:00) 10/09 (05:00) (13:00) (14:30) (19:00) 12/09 (09:00) (13:00) 13/09 (05:00) (19:00) 19/09 (09:00) (13:00) 22/09
TD : 170/90 mmHg Nadi : 100 x/menit Suhu : 36 C TD : 170/100 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 366 C TD : 180/100 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 365 C TD : 150/80 mmHg Suhu : 365 C Nadi : 88 x/menit TD : 160/90 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 37 C Suhu : 376 C Nadi : 92 x/menit TD : 170/120 mmHg TD : 160/100 mmHg Nadi : 90 x/menit Suhu : 364 C TD : 140/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 373 C Suhu : 367 C Nadi : 88 x/menit TD : 140/90 mmHg TD : 160/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 365 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
14. 00555442 11/04 14/04 15/04
Hematologi Hb : 12,8 Hct : 40,2 Lekosit : 7,17 Trombosit : 174 Metabolit Ureum : 107 Creatinin : 3 Asam urat : 12,3 Elektrolit Na : 137 K : 5,6 Metobolisme Glukosa Glukosa sesaat : 170 Total protein : 5,6 Albumin : 3 Globulin : 2,6 Glukosa puasa : 124 Glukosa 2 jam pp : 104 Ureum : 99 Creatinin : 2,9
T T T
T
T R R
T
T T
11/04 TD : 130/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 362 C
15. 00969317 15/08 17/08
Hb : 8,7 Hct : 26 Lekosit : 21,8 Trombosit : 320 Ureum : 71 Creatinin : 4,6 AST : 22 ALT : 16 Amylase : 106,9 Lipase : 39,3 Elektrolit Na : 143 K : 5,4 Cl : 108 Ca : 2,23 Hb : 7,9 Hct : 22 Glukosa puasa : 155
R R T
T T
T
R R T
19/08 Warna : kuning BJ : 1020 pH : 5 Protein : - Glukosa : + Urobilin : + Bilirubin : - Sedimen Leko gelap: 3-4 Epitel : ++
15/08 16/08 (05:00) (09:00) (13:00) 17/08 (17:00) 18/08 19/08 (05:00) 20/08 (18:00) 22/08 (18:30)
TD : 200/110 mmHg Nadi : 96 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37 C TD : 170/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 362 C Suhu : 36 C Nadi : 80 x/menit TD : 130/100 mmHg TD : 180/110 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 366 C TD : 150/80 mmHg TD : 190/110 mmHg Nadi : 72 x/menit Suhu : 365 C TD : 160/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
20/08 22/08 23/08
Glukosa 2 jam pp : 385 Ureum : 75 Creatinin : 4,4 Total protein : 5,2 Albumin : 2,7 Hb : 8,3 Hct : 24,5 Ureum : 64 Creatinin : 5,3 Glukosa puasa : 160 Glukosa 2 jam pp : 242 Glukosa puasa : 117
T T T R R R R T T T T T
23/08 (08:30) (13:00)
Nadi : 80 x/menit Suhu : 363 C TD : 170/90 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 364 C Suhu : 365 C Nadi : 80 x/menit TD : 160/100 mmHg
16. 00503241 19/03 20/03 21/03 22/03 24/03
Hematologi Hb : 12,6 Hct : 37,4 Glukosa sesaat : 335 Glukosa sewaktu : 314 Glukosa puasa : 313 Glukosa 2 jam pp : 340 Ureum : 99 Creatinin : 2,1 Na : 146 K : 4,3 AST : 24,4 ALT : 16,1 Glukosa sewaktu : 242 Glukosa puasa : 237 Glukosa puasa : 215 Ureum : 66 Creatinin : 1,9
R R T T T T T T
T T T T T
20/03 Warna : kuning BJ : 1030 pH : 5 Protein : ++ Glukosa : ++ Sedimen Leko gelap: 0-1 Epitel : sedikit
19/03 (18:00) 21/03 (05:00) (19:00) 22/03 (05:00) (19:00) (20:00)
TD : 150/90 mmHg Nadi : 96 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 365 C TD : 200/120 mmHg Suhu : 38 C TD : 200/110 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 385 C TD : 160/90 mmHg Nadi : 96 x/menit Suhu : 38 C TD : 150/90 mmHg Nadi : 90 x/menit TD : 160/100 mmHg Suhu : 36 C Nadi : 96 x/menit TD : 140/90 mmHg
17. 00548260 10/06
Hematologi Hb : 10,2 Hct : 31,9 Eritrosit : 3,33 Metabolit Ureum : 71 Creatinin : 2,5 Kolesterol : 162 Trigliserida : 97
R R R
T T
11/06 Warna : kuning BJ : 1030 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Urobilin : + Bilirubin : - Sedimen
10/06 12/06 (05:00) 13/06 (05:00) (09:00)
TD : 170/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 26 x/menit Suhu : 36 C Suhu : 36 C TD : 160/90 mmHg Nadi : 100 x/menit Suhu : 36 C TD : 180/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
11/06 15/06 17/06 18/06
HDL : 55,6 LDL Kolesterol : 87 Total protein : 6,4 Albumin : 3,5 Globulin : 2,9 Na : 145 K : 4,8 Cl : 111 Ca : 2,15 Alkali phospatase : 266 Glukosa sesaat : 193 Glukosa puasa : 159 Glukosa 2 jam pp : 240 Hb : 11,1 Hct : 33 Glukosa puasa : 78 Glukosa 2 jam pp : 93 Ureum : 87 Creatinin : 2,5 Glukosa sewaktu : 42 Glukosa puasa : 63
R
T T T T R R
T T R R
Leko pucat: + Ca oksalat: - Sel gliter : - Leko gelap: ++ Eritrosit : ++ Epitel : ++ Asam urat : - Granuler : 1-2
(13:00) 17/06 (13:45) 18/06 (05:00) (15:30) (19:00) 19/06 (05:00) (09:00)
Nadi : 108 x/menit Suhu : 36 C Suhu : 372 C Nadi : 86 x/menit TD : 150/110 mmHg TD : 210/120 mmHg Nadi : 130 x/menit Respirasi : 14 x/menit TD : 170/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 36 C TD : 210/100 mmHg Nadi : 112 x/menit TD : 160/100 mmHg Nadi : 96 x/menit Suhu : 363 C TD : 160/90 mmHg Nadi : 76 x/menit Suhu : 363 C Nadi : 74 x/menit Suhu : 362 C
18. 00959489 03/09 05/09 06/09 08/09 09/09
Hb : 12,7 Hct : 36,4 Lekosit : 13,2 Trombosit : 335 Ureum : 126,7 Creatinin : 6,34 Asam urat : 13,8 Na : 126,2 K : 4,02 Cl : 95,4 Glukosa sesaat : 344 Glukosa puasa : 303 Glukosa 2 jam pp : 425 Glukosa sesaat : 295 Hb : 11,8 Ureum : 214 Creatinin : 4,8 Glukosa puasa : 449
R R T
T T T R
T T T T R T T T
04/09 Warna : kuning BJ : 1015 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko pucat: + Leko gelap: + Epitel : sedikit
09/09
Warna : kuning BJ : 1025 pH : 6 Protein : + Glukosa : +
03/09 04/09 (05:00) (18:15) (19:00) 05/09 (05:00) 06/09 (13:00) (14:10) 08/09 (19:00) 09/09 (18:30)
TD : 120/80 mmHg Nadi : 96 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36 C TD : 110/60 mmHg Nadi : 84 x/menit Suhu : 36 C Suhu : 36 C Nadi : 80 x/menit TD : 120/70 mmHg TD : 100/60 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 36 C TD : 110/70 mmHg Suhu : 362 C Nadi : 84 x/menit TD : 110/70 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
(11:42) (21:13) 10/09 (15:54) (21:45) 11/09 12/09 (21:25) (22:15)
Glukosa sewaktu : 391 Glukosa sewaktu : 377 Glukosa sewaktu : 520 Glukosa sewaktu : 483 Glukosa sewaktu : 370 Glukosa sewaktu : 375 Glukosa sewaktu : 366 Glukosa sewaktu : 335 Glukosa sewaktu : 248
T T T T T T T T T
Urobilin : + Bilirubin : - Sedimen Leko pucat: ++ Sel gliter : - Leko gelap: +++ Eritrosit : 1-2
12/09 (22:00) Nadi : 100 x/menit Suhu : 37 C TD : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 362 C TD : 120/70 mmHg Nadi : 96 x/menit Suhu : 375 C
19. 00964884 21/04 22/04 23/04 25/04 26/04 28/04 29/04 30/04 03/05
Hb : 8,3 Hct : 23,8 Eritrosit : 2,9 Fungsi Ginjal Ureum : 51 Creatinin : 4 Total protein : 4,8 Albumin : 2,6 Alkali phospatase : 175 Na : 133 K : 4,1 Cl : 91 Ca : 2,06 Glukosa puasa : 267 Glukosa sewaktu : 541 Glukosa sewaktu : 397 Na : 133 K : 3,2 Cl : 105 Ca : 2,01 Glukosa puasa : 167 Glukosa puasa : 133 Glukosa puasa : 253 Glukosa 2 jam pp : 225 Ureum : 50 Creatinin : 3,9 Glukosa puasa : 169 Glukosa 2 jam pp : 218
R R R
T T R R
R
T T T
R
T T T T R R T T
22/04 Warna : kuning BJ : 1025 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko gelap: 4-5 Eritrosit : 2-3 Granula : 1-2
21/04 TD : 190/110 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 37 C
20. 00423874 16/02 (19:40)
Hematologi Hb : 9,1
R
17/02 (08:03) Warna : kuning
16/02
TD : 160/110 mmHg Nadi : 70 x/menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
17/02 (08:00) 18/02 (10:39) 22/02 (17:29)
Hct : 28,1 Lekosit : 3,86 Eritrosit : 3,11 Glukosa sewaktu : 170 Ureum : 161 Creatinin : 7,4 AST : 39,8 ALT : 17,9 Na : 148 K : 5,2 Cl : 110 Ca : 2,13 Glukosa puasa : 116 Glukosa 2 jam pp : 124 Hb : 8,7 Hct : 28,8 Ureum : 177 Creatinin : 7,8 Hb : 9 Hct : 26,6 Ureum : 91 Creatinin : 4
R
R T T T T
T
R R T T R R T T
BJ : 1030 pH : 5 Protein : - Glukosa : - Sedimen Leko gelap: 3-4
17/02 (09:00) (13:00) (19:00) 18/02 (05:00) (19:00) 21/02 (19:00)
Respirasi : 24 x/menit Suhu : 368 C Suhu : 367 C Nadi : 88 x/menit TD : 190/130 mmHg TD : 130/100 mmHg Nadi : 82 x/menit Suhu : 365 C TD : 180/110 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 365 C TD : 140/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 36 C TD : 170/110 mmHg Nadi : 84 x/menit Suhu : 36 C
21. 00558901 05/05 (08:57) 06/05 08/05
Hb : 13,3 Hct : 39,5 Lekosit : 6,86 Eritrosit : 4,43 Ureum : 42 Creatinin : 2 Total protein : 6,4 Albumin : 3,5 Globulin : 2,9 Alkali phospatase : 153 Cholinesterase : 7,74 Na : 142 K : 4,5 Cl : 108 Ca : 2,23 Glukosa puasa : 153 Glukosa 2 jam pp : 259
R R
R
T R
T T
06/05 Warna : kuning BJ : 1005 pH : 7.5 Protein : - Glukosa : - Sedimen Leko gelap: 3-4
05/05 (19:00) 06/05 (13:00) 08/05 (09:00) (13:00) (19:00) 09/05 (14:30) 10/05
TD : 100/70 mmHg Nadi : 90 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36 C TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 369 C TD : 120/80 mmHg Suhu : 366 C Nadi : 88 x/menit Suhu : 365 C Nadi : 84 x/menit TD : 130/80 mmHg TD : 90/60 mmHg Nadi : 84 x/menit Suhu : 364 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
09/05 10/05
Glukosa sesaat : 262 Ureum : 61 Creatinin : 2,7 Glukosa puasa : 250 Glukosa 2 jam pp : 356
T T T T T
Suhu : 364 C Nadi : 70 x/menit TD : 120/80
22. 00558901 03/07 06/07 09/07 11/07 (08:05) (21:09) 12/07 14/07 15/07 16/07
Hb : 12,7 Hct : 38,1 Lekosit : 16,5 Eritrosit : 4,38 Ureum : 45 Creatinin : 2,3 Na : 142 K : 4,1 Cl : 109 Ca : 2,43 Glukosa sewaktu : 299 Glukosa puasa : 191 Glukosa 2 jam pp : 331 Glukosa puasa : 183 Glukosa 2 jam pp : 227 Glukosa sewaktu : 114 Glukosa sewaktu : 167 Glukosa sewaktu : 189 Glukosa sewaktu : 168 Hb : 12,2 Hct : 35 Glukosa puasa : 188 Glukosa 2 jam pp : 294
R R T R
T
T T T T T
T T T R R T T
04/07 Warna : kuning BJ : 1015 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko pucat: ++ Sel gliter : - Leko gelap: + Eritrosit : 10
03/07 08/07
TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 365 C Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36 C
23. 00950492 19/06 (05:29)
Hematologi Hb : 10,9 Hct : 34,5 Lekosit : 4,99 Eritrosit : 3,79 Metabolit Ureum : 137 Creatinin : 3,9 Elektrolit Na : 142 K : 5,1
R R
R
T T
19/06 TD : 140/90 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 365 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
(10:07) 20/06 (08:57)
Cl : 104 Ca : 2,24 Glukosa sewaktu : 242 Glukosa puasa : 78 Glukosa 2 jam pp : 134 Ureum : 131 Creatinin : 3,5 Asam urat : 6,8 Total protein : 6,3 Albumin : 2,7 Globulin : 3,6
T
T T T
R R
24. 00962404 07/03 (09:26) (19:52) 08/03 (15:49) 12/03 (07:51) 13/03 (10:05)
Hematologi Hb : 11 Hct : 32,6 Eritrosit : 3,81 Trombosit : 338.000 Ureum : 147 Creatinin : 12,5 Total protein : 6 Albumin : 2,3 Na : 120 K : 6,2 Cl : 82 Ca : 2,16 AST : 15 ALT : 10,4 Alkali phospatase : 255 Ureum : 69 Creatinin : 7,3 Hb : 9,1 Hct : 30 Glukosa sewaktu : 73 Ureum : 29 Creatinin : 3,5 Hb : 9,4 Hct : 31 Ureum : 65 Creatinin : 9 Ureum : 43
R R R
T T R R R T R
T T R R
T R R T T
08/03 (08:39) Warna : kuning BJ : 1010 pH : 6 Protein : + Glukosa : + Sedimen Eritrosit : 2-3 Bakteri : +
07/03 09/03 (19:00) (20:00) 14/03 (16:00) 15/03 (20:00)
TD : 190/100 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 372 C TD : 140/90 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37 C TD : 170/100 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Creatinin : 4,7 T 25. 00962404 18/02 (15:26)
18/02 (22:35) 19/02 (08:14) 21/02 (13:56)
Hematologi Hb : 7,7 Hct : 22,7 Lekosit : 13,72 Eosinofil : 0,9 Eritrosit : 2,69 Trombosit : 347 Kolesterol : 363 Trigliserida : 358 HDL : 52,7 LDL Kolesterol : 238,7 Total protein : 4,8 Albumin : 1,8 Globulin : 3 AST : 10,2 ALT : 13,7 Na : 124 K : 5,8 Cl : 104 Ca : 2 Hb : 10,6 Hct : 32 Ureum : 111 Creatinin : 7,3 Glukosa puasa : 123 Glukosa 2 jam pp : 153 Hb : 10,8 Hct : 31 Ureum : 32 Creatinin : 3,6
R R T
R
T T
T R R
R T
R R R T T T T R R
T
19/02 Warna : kuning BJ : 1020 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Urobilin : + Bilirubin : - Sedimen Leko gelap: 2-4 Eritrosit : 1-2
18/02 22/02 (14:30) 23/02 (05:00)
TD : 170/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 367 C Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 365 C Nadi : 88 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 367 C
26. 00962094 09/08 (18:11)
Hb : 10,8 Hct : 31,9 Lekosit : 15,81 Eritrosit : 3,62 MCV : 88,1 MCH : 29,8 MCHC : 33,9 Trombosit : 140
R R T R R R
10/08 (08:40) Warna : kuning BJ : 1030 pH : 5 Protein : + Glukosa : + Sedimen Leko pucat: ++
09/08 10/08 (05:00) (09:00)
TD : 170/90 mmHg Nadi : 120 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 384 C TD : 180/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 365 C Suhu : 366 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
10/08 (08:40) 13/08 (08:09) 16/08 (08:40)
Glukosa sewaktu : 389 Ureum : 137 Creatinin : 5,9 AST : 6,8 ALT : 1 K : 5,3 Glukosa puasa : 371 Glukosa 2 jam pp : 417 Hb : 10,9 Hct : 34 Glukosa puasa : 240 Glukosa 2 jam pp : 394 Ureum : 138 Creatinin : 6,3 Glukosa puasa : 215 Glukosa 2 jam pp : 303
T T T
T T R R T T T T T T
Sel gliter : - Leko gelap: ++ Eritrosit : ++
(13:00) 12/08 13/08 (09:00) (13:00) 14/08 (05:000
Nadi : 84 x/menit TD : 170/110 mmHg TD : 160/90 mmHg Nadi : 108 x/menit Suhu : 374 C Suhu : 37 C Nadi : 96 x/menit TD : 180/90 mmHg TD : 160/70 mmHg Nadi : 96 x/menit Suhu : 362 C
27. 00962094 09/06 (08:48) 09/06 10/06 15/06 (08:04)
Hb : 8,9 Hct : 27,4 Lekosit : 8,94 Eritrosit : 2,99 MCV : 91,6 MCH : 29,8 MCHC : 32,5 Trombosit : 161 Total protein : 6,9 Albumin : 3,4 Globulin : 3,5 Na : 143 K : 6,4 Cl : 97 Ca : 2,12 Glukosa sewaktu : 86 Glukosa 2 jam pp : 178 Hb : 12,4 Hct : 35,4 Glukosa sewaktu : 262 Ureum : 151 Creatinin : 6,26 Asam urat : 4,5
R R
R R R
R
T
T R R T T T
10/06 (10:05) Warna : kuning BJ : 1030 pH : 6 Protein : - Glukosa : - Sedimen Leko gelap: 4-5 Eritrosit : 1-2
09/06 10/06 11/06 (05:00) (09:00)
TD : 160/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 365 C TD : 120/80 mmHg TD : 170/100 mmHg Nadi : 96 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 358 C Nadi : 96 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 367 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Kalium : 4,9 28. 00962094 10/02
11/02 (07:52) (08:19) 15/02 16/02 20/02 (21:57) (23:11) 21/02 (00:36) (05:36) (07:42) (09:10) 22/02 23/02 24/02
Hb : 10,3 Hct : 31 Lekosit : 9,63 Eritrosit : 3,51 Ureum : 81 Creatinin : 3,5 AST : 37 ALT : 49 Na : 145 K : 4,8 Cl : 100 Ca : 2,33 Asam urat : 7,1 Kolesterol : 421 Trigliserid : 254 HDL : 71,2 LDL Kolesterol : 299 Glukosa puasa : 201 Glukosa 2 jam pp : 360 Glukosa sewaktu : 77 Glukosa puasa : 84 Glukosa 2 jam pp : 167 Glukosa sewaktu : 526 Glukosa sewaktu : 546 Glukosa sewaktu : 340 Glukosa sewaktu : 251 Ureum : 179 Creatinin : 9,1 Glukosa sewaktu : 67 Glukosa sewaktu : 85 Glukosa sewaktu : 230 Glukosa puasa : 456 Glukosa 2 jam pp : 581 Glukosa sewaktu : 152 Ureum : 182 Creatinin : 7,8 Kolesterol : 307 Trigliserid : 366
R R
R T T
T
T T
T T T T T T T R
T T T T T T T T
10/02 12/02 (12:50) (20:00) 13/02 (20:00) 14/02 (19:00) 15/02 (05:00) (19:00) 16/02
TD : 190/100 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 37 C TD : 180/100 mmHg TD : ka : 190/100 mmHg ki : 210/100 mmHg TD : ka : 190/100 mmHg ki : 180/100 mmHg TD : 200/100 mmHg Nadi : 96 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 375 C TD : 170/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 375 C TD : 190/90 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 368 C TD : 160/80 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 375 C TD : 200/100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
26/02 27/02 28/02
Na : 137 K : 4,2 Cl : 107 Ca : 2,08 Glukosa puasa : 0,0 (diulang) Glukosa 2 jam pp : 382 Glukosa puasa : 258 Ureum : 141 Creatinin : 5,9
T T T T
29. 00550842 24/08 (08:18) 24/08 (23:43)
Total protein : 6,8 Albumin : 2,5 Globulin : 4,3 Hb : 5,3 Hct : 15,9
R
R R
22/08 TD : 140/90 mmHg
30. 00550842 04/09 05/09 06/09 (11:24) (23:14) 09/09 10/09
Hb : 8 Hct : 23,6 Lekosit : 9,62 Eritrosit : 2,5 Ureum : 170 Creatinin : 6,3 Hb : 8,6 Ureum : 188 Creatinin : 6,5 Hb : 8,6 Hct : 25,9 Ureum : 124 Creatinin : 4,7 Total protein : 7,1 Albumin : 2,8 Globulin : 4,3 Hb : 13,1 Hct : 40,3 Ureum : 142 Creatinin : 4,8 Total protein : 6,4 Albumin : 3 Globulin : 3,4
R R
R T T R T T R R T T
R
R R T T R R
04/09 05/09 (09:00) (12:00)
TD : 100/60 mmHg Nadi : 112 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 365 C Nadi : 108menit Respirasi : 28/menit Suhu : 373 C TD : 110/70 mmHg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Nilai Normal Hematologi Hb : 12,0-18,0 g% (P) 13,5-17,5 g% (L) Hct : 36,0-46,0 % (P) 41,0-53,0 % (L) Lekosit : 4,1-10,9 ribu / mmk Eosinofil : 0,0-5,0 % Basofil : 0,0-2,0 % Segmen Netrofil : 47,0-80,0 % Limfosit : 13,0-40,0 % Monosit : 2,0-11,0 % Eritrosit : 4,5-5,9 juta / mmk MCV : 92,0-121,0 fl MCH : 31,0-37,0 pg MCHC : 29,0-36,0 g / dl Trombosit :140-440 ribu / mmk Amylase : 0,0-100 Lipase : 17,0-60 Metabolit Ureum : 10-50 mg / dl Creatinin : 0,8-1,5 mg / dl Protein total : 6,6-8,7 g / dl Albumin : 3,5-5,5 g / dl Globulin : - Fosfatase alkali : 91,0-258,0 U / L Bilirubin total : 0,0-1,1 mg / dl Bilirubin direk : 0,0-0,3 mg / dl Bilirubin indirek : - Kolesterol : 0-200 mg / dl LDL Kolesterol : 100-159 mg / dl HDL Kolesterol : 35-65 mg / dl Trigliserida : 0-200 mg / L Asam urat : 3,5-8,5 mg / dl (P) 3,3-7,7 mg / dl (L) TIBC : 250-450 μg / dl IBC : - Besi : 37-170 μg / dl Enzim
AST : 0-37 u / l ALT : 0-41 u / l Elektrolit Na : 130-150 mmol / L K : 3,5-5,5 mmol / L Cl : 94-111 mmol / L Ca : 2,02-2,60 mmol / L Metobolisme Glukosa Glukosa puasa : 70-100 mg / dl Glukosa sesaat : 70-140 mg / dl Glukosa 2 jam pp : 70-140 mg / dl HbA1c : 5,0-8,0 % Tanda Vital TD : 90/60-140/90 mmHg Suhu : 36o-37o C Respirasi : 16-24 x / menit Nadi : 60-100 x / menit
Keterangan :
R : rendah (di bawah normal)
T : tinggi (di atas normal)
TD : tekanan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 4
Distribusi 10 Besar Penyakit Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No. Kode ICD-X Diagnosa Jumlah
1. A 09 Diarrhoe and Gastroenteritis of presumed infection origin 1160
2. I 64 Stroke, not specified as haemorrhage or infarction / cva 668
3. Z 38.0 Neonatus / Singleton, born inside hospital 5904. S 06.2.0 Closed-Diffuse brain injury / contusio cerebri 4745. B 34.9 Viral Infection, unspecified 4726. E 10-14 Diabetes Mellitus 4007. J 45.9 Asthma, unspecified 3828. S 06.0.0 Comotio cerebri 3819. O 80.0 Spontaneous vertex delivery / partus 313
10. N 39.0 UTI (Urinary Tract Infection), site not specified / ISK 307
Distribusi Macam-Macam Komplikasi Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RS. Bethesda Tahun 2005
No. Kode ICD-X Diagnosa Jumlah 1. E 10.1 IDDM dengan Ketoacidosis 12. E 10.5 IDDM with Peripheral Cilculatory Complication 13. E 10.9 IDDM tanpa Komplikasi 34. E 11.0 NIDDM dengan Koma 15. E 11.5 NIDDM + Peripheral Cilculatory Complication 26. E 11.9 NIDDM tanpa Komplikasi 27. E 14.0 DM dengan Koma 368. E 14.1 DM dengan Ketoacidosis 79. E 14.2 DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik 48
10. E 14.3 DM dengan Opthalmic Complication 211. E 14.5 DM dengan Ulcer 8912. E 14.6 DM dengan Arthropathy 613. E 14.9 DM unspecified 203
Total 400
Jumlah Pasien DM dari Tahun 2002 s/d September 2006
Jumlah Pasien No Kode ICD-X Nama Penyakit 2002 2003 2004 2005 2006 s/d Sept
1. E 10-E 14 Diabetes Melitus 410 416 416 400 284
2. E 14.2/N 08.3 DM Nephropathy 11 28 39 48 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 5
Daftar Nilai Clearance Creatinin (Clcr) pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati
Kasus Tanggal Cr Clcr Kasus Tanggal Cr Clcr
1. 06/02/05 2,2 33,64 20/08/05 5,3 14,33 20/08/05 18,4 4,33 20/03/05 2,1 36,00 --(p.HD) 10,3 7,73
16. 24/03/05 1,9 39,79
2.
21/08/05 7,2 11,06 10/06/05 2,5 22,90 01/04/05 2,2 32,89
17. 17/06/05 2,5 22,90 3.
07/04/05 2,1 34,46 03/09/05 6,3 8,70 4. 04/11/05 2,7 23,33
18. 08/09/05 4,8 11,42
30/11/05 4,3 18,14 21/04/05 4,0 20,70 5. 02/12/05 4,5 17,33
19. 30/04/05 3,9 21,23
07/12/05 10,5 6,13 16/02/05 7,4 8,16 09/12/05 5,6 11,50 21/02/05 7,8 7,74
6.
12/12/05 11,5 5,60
20.
22/02/05 4,0 15,10 04/06/05 6,2 9,93 05/05/05 2,0 32,20 7. 10/06/05 7,8 7,89
21. 09/05/05 2,7 23,85
14/02/05 6,1 12,00 22. 03/07/05 2,3 28,00 8. 17/02/05 6,6 11,09 19/06/05 3,9 15,60 21/05/05 6,5 10,52
23. 20/06/05 3,5 17,38 9.
24/05/05 2,7 25,33 07/03/05 12,5 6,11 13/04/05 10,1 6,81 --(p.HD) 7,3 10,47 10. 15/04/05 5,0 13,75 08/03/05 3,5 21,83 02/01/05 2,2 31,46 12/03/05 9,0 8,49 11. 10/01/05 2,3 30,09
24.
13/03/05 4,7 16,26 24/11/05 3,1 21,48 18/02/05 7,3 10,47 26/11/05 3,3 20,18
25. 21/02/05 3,6 21,22
27/11/05 2,0 33,3 09/08/05 5,9 10,43
12.
03/12/05 2,3 28,96 26.
13/08/05 6,3 9,77 09/09/05 5,1 12,64 27. 15/06/05 6,2 9,81 10/09/05 5,1 12,64 10/02/05 3,5 17,38 13/09/05 7,8 8,26 21/02/05 9,1 6,69 14/09/05 3,7 17,42 23/02/05 7,8 7,80 19/09/05 8,1 7,96
28.
28/02/05 5,9 10,31
13.
22/09/05 6,2 10,39 29. - - - 11/04/05 3,0 19,80 05/09/05 6,3 11,24 14. 15/04/05 2,9 20,48 06/09/05 6,5 10,89 15/08/05 4,6 16,51 --(p.HD) 4,7 15,06 15. 17/08/05 4,4 17,26
30.
10/09/05 4,8 14,75 Rumus Jellife :
)(9,0)20(8,098 jikawanitaScrumur
×−−
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIOGRAFI PENULIS Penulis yang bernama lengkap Margaretha Rianasari
Dwi Swastika lahir di Singkawang pada tanggal 20
Juli 1985. Penulis merupakan anak kedua dari
pasangan Bapak Yoseph Siyono dan Ibu Marcia
Kiryani. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh
penulis yaitu Taman Kanak-Kanak Santa Miriam
Balikpapan pada tahun 1989-1991, SD Santa Theresia
Balikpapan pada tahun 1991-1997. Kemudian
dilanjutkan di SLTP Slamet Riyadi Jakarta Timur
pada tahun 1997-2000 dan penulis mengenyam pendidikan di SMU PL Van Lith
Muntilan pada tahun 2000-2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi S1 di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis
selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi antara lain :
1. anggota Herbal Garden Team (HGT) tahun 2003
2. seksi kesenian (theater) pada Titrasi tahun 2004
3. seksi dana dan usaha pada Titrasi tahun 2005
4. bendahara dalam acara Reaksi tahun 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related