plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/22925/2/071124014_full.pdfpenulis...
Post on 12-Nov-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON
MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Winda Puspita Sari
NIM: 071124014
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
semua orang yang telah membantuku
dalam belajar dan penyelesaian skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Tetapi Ia berkata: ‘ Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah
dan yang memeliharanya’.”
(Luk 11:28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2012
Penulis
Winda Puspita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Winda Puspita Sari
NIM : 071124014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SUMBANGAN
KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED
CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN,
JAWA TENGAH beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, 31 Juli 2012
Yang menyatakan,
Winda Puspita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul SUMBANGAN KATEKESE UMAT BAGIPRODIAKON MELALUI MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKIROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH. Judul ini dipilihberdasarkan kenyataan yang terjadi di Paroki Roh Kudus Kebonarum mengenaimasalah Katekese Umat. Kesadaran umat untuk mengikuti Katekese Umat mulaimenurun dan umat kurang terlibat aktif dalam proses katekese. Paroki Roh KudusKebonarum adalah salah satu dari sekian Paroki yang masih mengusahakan agarKatekese Umat selalu dekat dengan hidup umat. Dalam mendampingi katekese, selainkatekis dan guru agama, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga ikut terlibatdalam memberikan pendampingan katekese bagi umat. Keprihatinan yang dihadapioleh Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu tantangan bagi penulis untukmencari solusi atas masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakanpada prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, diperoleh hasil bahwa metode yangdigunakan masih bersifat pengajaran atau dogmatis, dan pendampingan tentangkatekese masih terbatas, serta umat kurang terlibat selama proses berkatekese.
Katekese Umat yang sesungguhnya adalah katekese yang mengajak umat untukbertindak sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Peserta Katekese Umat tidak lagisebagai pendengar, dan pendamping katekese bertindak sebagai pengarah ataufasilitator. Komunikasi yang terjalin antara pendamping dan peserta adalah komunikasitimbal balik. Pendamping dalam proses katekese berperan untuk mengarahkan umatagar pembicaraan tetap terarah dan sesuai dengan tema. Hubungan yang terjadi antarapendamping dan peserta adalah hubungan yang sederajat. Katekese Umat terusmengalami perkembangan dan pokok pembicaraan yang dilaksanakan di tengah umatdiharapkan relevan dengan hidup umat. Shared Christian Praxis merupakan salah satumodel Katekese Umat yang dapat digunakan oleh pendamping katekese untukmembantu umat dalam mengungkapkan dan mendalami pengalaman hidupnya dandikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga menjadi pengalaman imandan terarah pada suatu usaha tindakan konkret. Peran prodiakon dalam Katekese Umatmodel Shared Christian Praxis adalah mengarahkan umat agar dapat melihatpengalaman hidupnya menjadi pengalaman iman. Prodiakon mengajak umat untukmengungkapkan pengalaman hidupnya, merefleksikan pengalaman hidupnya lalumengkonfrontasikan pengalamannya dengan Tradisi dan Visi kristiani dan membawaumat untuk sampai pada suatu tindakan konkret yang akan diusahakan secara pribadidan bersama-sama.
Dengan penulisan skripsi ini, penulis hendak memberikan sumbanganpemikiran untuk perkembangan proses Katekese Umat di Paroki Roh KudusKebonarum. Penulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxissebagai salah satu model yang dapat digunakan oleh prodiakon dalam prosesberkatekese di tengah umat. Usulan program ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihanyang berlangsung dengan suatu weekend. Pelatihan ini diharapkan dapat membantuprodiakon Paroki dalam proses katekese yang lebih baik dan dapat membantu umatdalam berkomunikasi antar mereka dan dengan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis is titled THE CONTRIBUTION OF PEOPLECATECHESES FOR THE PARISH ARCHDEACONS TO ENHANCECATECHESE ACTIVITIES THROUGH A MODEL OF SHARED CHRISTIANPRAXIS IN THE PARISH OF ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWATENGAH. It was chosen based on the fact that happens in Roh Kudus KebonarumParish about the participation of the Catholics to join catechese activities. TheCatholics’ awareness in joining the activities is decreasing time by time, causing themto be passively involved in the process of catecheses. The Roh Kudus KebonarumParish is one of those parishes which exert themselves in order to make peoplecatecheses close to the parishioners’ life. In conducting catecheses, beside catechistsand religion teachers, the archdeacons of Roh Kudus Kebonarum Parish are alsoinvolved in conducting catecheses to the people. The concern that is faced by the Parishis one of the writer’s challenges to seek out the solution of that problem. Based on aresearch conducted to the archdeacons of the Parish, the data collected shows that themethod used there is dogmatic, and the methods used in the process of catecheses thereis limited, also the Catholics are passively involved in the whole process of catecheses.
The real people catecheses is a look of catecheses which invites the people toact as a subject and not as an object of catecheses itself. In this catecheses participantsare no longer listeners, and a catechist should act as a guide or facilitators.Communication between the catechist and participants is a two-ways type ofcommunication. In the process of catecheses, an assistant’s responsibility is to guide theparticipants in order to make the conversation stays on the right track. The assistant andthe participants should build a same level of relationship. If so happens this will is keepgrowing time by time, and hopefully, the theme is relevant to the Christians’ daily life.Shared Christian Praxis is one of people catecheses models which can be used bycatechists assistant to help the Catholics in expressing and exploring their lifeexperiences and confronting them with the Christian Tradition and Vision, so it willbecome a experience of faith and be led to a concrete action. The archdeacons’ role inthis Shared Christian Praxis model is to guide the participants to be able to see their lifeexperiences as experiences of faith. They invite them to share their life experiences,reflect them and then confront them with Christian Tradition and Vision and to guidethem to plan in a concrete action which will be enacted individually or together withother people.This thesis is to present ideas for the development of people catecheses process in RohKudus Kebonarum Parish. The writer proposes a program of people catecheses usingShared Christian Praxis model as one of models that can be used by the parisharcdeacons in conducting catechetical activities in cat echism process. This programproposal is conducted in the form of training which is done in a weekend. Hopefully,this training can help the archdeacons of the parish to conduct a better catecheseprocess and can help the parishioners in communicating with God.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia menuntun pikiran, hati dan
hidup penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SUMBANGAN
KATEKESE UMAT BAGI PRODIAKON MELALUI MODEL SHARED
CHRISTIAN PRAXIS DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN,
JAWA TENGAH.
Skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis yang ada di Paroki Roh Kudus
Kebonarum, mengenai masalah katekese. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
menjalankan tugas sebagai pelayan sabda dengan memberikan pendampingan katekese
kepada umat. Katekese yang hidup di tengah-tengah umat tidak lagi mengalami
kemajuan. Umat jarang mengikuti katekese disebabkan oleh kesibukan umat ataupun
proses katekese yang kurang dinamis. Keprihatinan tersebut membawa penulis untuk
mencari, meneliti, dan memberikan sumbangan yang berguna bagi umat dan prodiakon.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan banyak waktu, perhatian dan mendukung seluruh perjalanan penulis
untuk menyelesaikan skripsi di Prodi IPPAK.
2. Bapak Drs. Y.a.C.H. Mardirahardjo, selaku dosen Penguji sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik, yang telah memberikan banyak perhatian dan mendukung
seluruh perjalanan penulis belajar di Prodi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji, yang telah berkenan
mendampingi penulis dalam penelitian serta memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam seluruh proses belajar di
IPPAK.
5. Segenap Bapak, Ibu, Romo dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan
dorongan kepada penulis.
6. Rm. Al. Priyambono, Pr., (alm.), yang mengijinkan penulis untuk mengadakan
penelitian di Paroki Roh Kudus Kebonarum.
7. Rm. V. Kirjito, Pr., selaku Romo Kepala Paroki, yang memberikan dukungan dan
nasehat bagi penulis.
8. Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr., yang berkenan mendampingi penulis dalam
menyelesaikan skripsi dan bersedia mendengarkan kesulitan penulis dalam
penelitian.
9. Bapak/Ibu Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum yang telah mengijinkan
penulis untuk mengadakan penelitian dan mendukung penulis dengan memberikan
data-data yang diperlukan selama penelitian.
10. Keluarga tercinta Bapak Mudjiono dan adik Natalia Merry Dellani, yang selalu
mendoakan dan memberikan dorongan untuk penulis dalam menyelesaikan kuliah.
11. Ibu Fransiska Sriyantiningrum (alm.) yang dengan kasih setianya selalu
memberikan inspirasi penulis untuk selalu menjadi orang yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Keluarga besar Bapak Suharjo yang selalu memberikan dukungan berupa doa,
materi, dan nasehat selama penulis belajar di Prodi IPPAK.
13. Teman-teman angkatan 2007, “katekis bersemangat magis”, yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama belajar di IPPAK dan
saat menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman “tempo doeloe” yang selalu setia menemani penulis selama
menempuh studi di IPPAK.
15. Teman-teman Orang Muda Katolik dan Pendamping Pendamping Iman Anak dan
Remaja Paroki Roh Kudus Kebonarum yang selalu mendukung, memberikan
perhatian dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
16. Patricius Daru Nakula yang selalu mendukung penulis dan yang selalu memberikan
dukungan selama menempuh studi di IPPAK.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis terbuka akan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 31 Juli 2012
Penulis
Winda Puspita Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ vii
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. xi
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah........................................................................ 5
D. Tujuan Penulisan ............................................................................. 5
E. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6
F. Metode Penulisan............................................................................. 6
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
BAB II. GAMBARAN KATEKESE UMAT YANG DILAKSANAKANOLEH PRODIAKON DI PAROKI ROH KUDUSKEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH............................. 8
A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh KudusKebonarum, Klaten, Jawa Tengah ................................................... 9
1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, JawaTengah......................................................................................... 9
2. Situasi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten,Jawa Tengah................................................................................ 10
B. Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon di Paroki RohKudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah ....................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Persiapan Penelitian .................................................................... 11
a. Latar Belakang Penelitian .................................................... 11
b. Rumusan Permasalahan Penelitian ...................................... 11
c. Tujuan Penelitian ................................................................. 12
d. Manfaat Penelitian ............................................................... 12
e. Metode Penelitian ................................................................ 12
f. Waktu dan tempat penelitian................................................ 13
g. Responden Penelitian........................................................... 13
h. Instrumen Penelitian ............................................................ 14
i. Variabel Penelitian............................................................... 14
2. Laporan Hasil Penelitian ............................................................. 15
a. Identitas Responden .............................................................. 15
b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum .......... 16
c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarumtentang Katekese Umat ......................................................... 19
d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan olehProdiakon .............................................................................. 22
e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat MelaksanakanKatekese Umat ...................................................................... 25
f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon............................... 26
g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ...................................... 27
h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan HidupUmat bagi Prodiakon............................................................. 28
i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakondalam Katekese Umat selanjutnya ........................................ 29
3. Hasil Wawancara ........................................................................ 30
a. Wawancara dengan Prodiakon............................................. 30
b. Wawancara dengan Sekretaris Prodiakon............................ 32
4. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 33
a. Identitas Responden .............................................................. 33
b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum .......... 34
c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus KebonarumTentang Katekese Umat ........................................................ 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
d. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan olehProdiakon .............................................................................. 37
e. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon saat MelaksanakanKatekese Umat ...................................................................... 38
f. Manfaat Katekese Umat bagi Prodiakon............................... 39
g. Manfaat Katekese Umat bagi Umat ...................................... 39
h. Model Katekese Umat yang Relevan dengan HidupUmat bagi Prodiakon............................................................. 40
i. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakondalam Katekese Umat selanjutnya ........................................ 40
5. Rangkuman Hasil Penelitian ....................................................... 41
BAB III. KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIANPRAXIS BAGI PRODIAKON .................................................... 43
A. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)................... 44
1. Katekese Umat ............................................................................ 45
c. Sejarah Singkat Perkembangan Katekese Umatdalam PKKI........................................................................... 45
d. Pengertian Katekese Umat .................................................... 48
e. Pola dan Isi Katekese Umat .................................................. 50
f. Peserta Katekese Umat.......................................................... 51
g. Pendamping Katekese Umat ................................................. 52
h. Suasana Katekese Umat ........................................................ 55
i. Tujuan Katekese Umat .......................................................... 56
j. Keunggulan Katekese Umat.................................................. 57
2. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satuModel Katekese Umat................................................................. 58
a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) ........................... 59
b. Langkah-langkah Proses Shared Christian Praxis(SCP) ..................................................................................... 64
B. Prodiakon Paroki ............................................................................. 73
1. Sejarah Prodiakon Paroki ............................................................ 74
2. Tugas Prodiakon Paroki .............................................................. 75
3. Syarat Prodiakon Paroki.............................................................. 77
a. Memiliki Nama Baik sebagai Pribadi dan Keluarga............. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
b. Diterima oleh Umat Setempat ............................................... 79
c. Memiliki Penampilan Layak ................................................. 79
4. Spiritualitas Prodiakon ................................................................ 80
a. Tugas pelayanan Prodiakon sebagai Panggilan Hidup ......... 80
b. Prodiakon Ambil Bagian dalam Karya PengudusanUmat oleh Allah .................................................................... 81
c. Prodiakon Menjalani Tugas Pelayanan sebagaiPersembahan Hidup .............................................................. 82
d. Prodiakon Menghidupi Semangat Doa yangMendalam dan Teratur .......................................................... 82
e. Prodiakon Rajin Mengikuti Perayaan EkaristiMendengarkan Sabda Allah dan Berdevosi .......................... 83
f. Prodiakon dapat Hidup Berbagi dan Peduli .......................... 84
g. Prodiakon Memiliki Semangat untuk Belajar terus .............. 85
C. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umatuntuk membantu Prodiakon dalam Berkatekese.............................. 85
1. Peran Prodiakon dalam Langkah 0 (Awal) ................................. 86
2. Peran Prodiakon dalam Langkah I (Pertama) ............................. 86
3. Peran Prodiakon dalam Langkah II (Kedua)............................... 87
4. Peran Prodiakon dalam Langkah III (Ketiga) ............................. 87
5. Peran Prodiakon dalam Langkah IV (Keempat) ......................... 88
6. Peran Prodiakon dalam Langkah V (Kelima) ............................. 89
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODELSHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI PRODIAKONPAROKI ROH KUDUS KEBONARUM................................... 90
A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese UmatModel Shared Christian Praxis (SCP) Bagi ProdiakonParoki Roh Kudus Kebonarum........................................................ 90
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan................................................ 91
C. Penjabaran Program Pendampingan Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................................. 92
D. Petunjuk Pelaksanaan Program........................................................ 95
E. Uraian Pokok-pokok Materi untuk Pembinaan KatekeseUmat Model Shared Christian Praxis (SCP) bagiProdiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum ...................................... 95
1. Identitas ....................................................................................... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
a. Tema...................................................................................... 95
b. Tujuan ................................................................................... 95
c. Peserta ................................................................................... 96
d. Penanggungjawab ................................................................. 96
e. Tempat................................................................................... 96
f. Hari/tanggal........................................................................... 96
g. Waktu .................................................................................... 96
h. Metode................................................................................... 96
i. Sarana .................................................................................... 96
j. Sumber bahan........................................................................ 96
k. Jadwal kegiatan ..................................................................... 97
2. Pemikiran Dasar .......................................................................... 98
3. Langkah-langkah Pengembangan ............................................... 98
a. Pertemuan I ........................................................................... 98
b. Pertemuan II .......................................................................... 100
c. Pertemuan III......................................................................... 104
d. Pertemuan IV ........................................................................ 111
e. Pertemuan V.......................................................................... 122
f. Pertemuan VI ........................................................................ 124
g. Pertemuan VII ....................................................................... 128
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 130
A. Kesimpulan ...................................................................................... 130
B. Saran ................................................................................................ 132
1. Bagi Paroki.................................................................................. 132
2. Bagi Prodiakon............................................................................ 133
3. Bagi Seksi Pewartaan .................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 134
LAMPIRAN ................................................................................................ 136
Lampiran 1: Daftar Nama Lingkungan ................................................... (1)
Lampiran 2: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum ........................ (2)
Lampiran 3: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum berdasarkanJenis Kelamin ..................................................................... (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 4: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum yangTerlibat Aktif dalam Kegiatan Menggereja ....................... (4)
Lampiran 5: Daftar Nama Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.... (5)
Lampiran 6: Kuesioner Penelitian untuk Prodiakon ............................... (6)
Lampiran 7: Pedoman Wawancara I dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................. (14)
Lampiran 8: Hasil Wawancara I dengan prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum......................................................................... (15)
Lampiran 9: Pedoman Wawancara II dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................. (18)
Lampiran 10: Hasil Wawancara II dengan prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum ............................................................ (19)
Lampiran 11: Teks Lagu Pembukaan ..................................................... (21)
Lampiran 12: Teks Kitab Suci ................................................................ (22)
Lampiran 13: Teks Lagu Penutup ........................................................... (23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini diambil dari Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditijen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA 1V). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuocitatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik
Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11
April 1971.
EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Paulus VI tentang karya
pewartaan Injil dalam jaman modern, 8 Desember 1975.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.
C. Singkatan Lain
Ansos : Analisis Sosial
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Hal : Halaman
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Kan : Kanon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KBG : Komunitas Basis Gerejani
Komlit : Komisi Liturgi
KU : Katekese Umat
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LCD : Liquid Crystal Display
SCP : Shared Christian Praxis
S.d : Sampai dengan
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
Rm : Romo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam tugas perutusan, “Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam
tritugas Yesus Kristus, yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi” (KWI, 1996:
382). Di dalam menjalankan tugas kerasulan, kaum awam diharapkan dapat terlibat
dalam tritugas Yesus. “Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka
yang lebih intensif dan lebih luas” (AA, art. 1). Situasi global dunia dan situasi umat
mengharuskan peran serta kaum awam untuk terlibat dalam tugas pelayanan Gereja.
Harapan tersebut menandakan bahwa tugas kerasulan tidak hanya menjadi kewajiban
bagi kaum berjubah (imam, biarawan/biarawati). Kaum awam saat ini sangat berperan
dalam tugas nabi sebagai pewarta Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. “Ini
merupakan suatu tugas dan perutusan, yang semakin lebih mendesak karena perubahan-
perubahan yang meluas dan mendalam di dalam masyarakat zaman sekarang ini” (EN,
art. 14).
Katekese merupakan bentuk pelayanan sabda yang sering digunakan dan
didapatkan baik di Lingkungan, Wilayah maupun Paroki. Di dalam tugas pelayanan
sabda, katekese merupakan salah satu pokok pewartaan Injil. Katekese menjadi tonggak
utama meluasnya Gereja di tengah dunia ini. Katekese muncul dan hidup di tengah-
tengah umat. Katekese sesungguhnya adalah dari umat, oleh umat dan untuk umat.
Katekese ini sering disebut sebagai Katekese Umat yang juga menjadi proses yang
terus berkelanjutan dalam PKKI (Pertemuan Kateketik Keuskupan se-Indonesia). Hal
ini juga menjadi kelanjutan dari gambaran Gereja masa kini yang diantaranya adalah
Gereja sebagai Umat Allah. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Tuhan dan dunia
(Lalu, 2007: 50). Katekese Umat diwujudkan secara konkret dalam persekutuan umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang berbeda status sosial, budaya, fungsi, tetapi sama dalam martabatnya (Lalu, 2007:
52). Dalam Katekese Umat, semua umat yang menjadi peserta katekese adalah
sederajat. Dalam proses katekese, tidak ada peserta yang diunggulkan ataupun yang
direndahkan.
Katekese Umat menjadi kerinduan umat untuk menjawab kehausan iman,
sekaligus salah satu wadah dimana umat dapat saling mengkomunikasikan
pengalamannya dalam terang Injil dengan saudara seiman sehingga umat saling
meneguhkan satu sama lain dan diperkaya oleh kesaksian iman. Katekese Umat
merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman dalam katekese mampu melibatkan
peserta dalam proses katekese. Dalam hal ini, katekese menawarkan beberapa model
yang dapat digunakan untuk berkatekese bersama dengan umat. Model yang
ditawarkan antara lain katekese model biblis, katekese pengalaman hidup, katekese
campuran (biblis dan pengalaman hidup), katekese ANSOS dan masih banyak model
katekese yang dapat digunakan dalam proses berkatekese. Katekese model pengalaman
hidup yang menekankan pada pengalaman hidup umat merupakan salah satu katekese
yang mengajak umat untuk ikut terlibat aktif sebagai subyek dalam proses katekese.
Katekese model pengalaman hidup adalah pendekatan yang paling relevan dengan
hidup umat sehari-hari. Pengalaman hidup yang diungkapkan oleh umat dapat semakin
meneguhkan satu sama lain. Katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat,
tentunya mengangkat keprihatinan umat dalam hidup sehari-hari. Dengan mengalami
sesuatu secara pribadi atau dengan turut mengalami apa yang dialami orang lain,
manusia mampu sampai pada tingkat pertemuan yang menentukan dengan Yang Ilahi,
bahkan dengan sadar terpikat pada-Nya secara pribadi (Telaumbanua, 1999: 129).
Katekese model pengalaman hidup memberikan salah satu alternatif untuk
berkatekese, yaitu Shared Christian Praxis yang dapat disingkat menjadi SCP. Shared
Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
partisipasif. Proses ini mendorong peserta untuk mengkonfrontasikan antara “tradisi”
dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi
maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam
dunia (Sumarno Ds, 2009b: 14). Dan akhirnya proses katekese model Shared Christian
Praxis yang juga menekankan pendalaman pengalaman hidup mampu membawa umat
untuk semakin menyadari perjumpaan dengan Allah.
Demi mewujudkan katekese yang mampu membawa umat pada yang Ilahi,
maka para pelayan sabda diharapkan dapat menjawab panggilan Allah tersebut dalam
perkataan dan hidup pelayan sabda sebagai salah seorang yang menjadi teladan bagi
umat. “Itu berarti bahwa seorang pelayan sabda dituntut dekat dengan Dia yang
diwartakannya; nasib Yang diwartakannya akan menjadi nasibnya; penderitaan menjadi
bagian hidupnya; ia diutus dan ‘diserahkan’ kepada umat yang mendengar
pewartaannya dan harus memiliki komitmen utuh kepada umat” (KWI, 1996: 390).
Tugas pelayan sabda tentunya ditujukan bagi semua orang yang karena-Nya terpanggil
untuk menjadi pewarta Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Dahulu, tugas pelayan
sabda khususnya katekese menjadi tugas dari golongan khusus seperti golongan imam
dan biarawan/biarawati. Seiring perkembangan Gereja dalam tugas perutusannya,
Gereja juga memberi kesempatan kepada mereka para kaum awam, khususnya katekis
untuk bersama-sama menjalankan tugas pelayanan sabda dengan para pendahulu. Di
tengah arus zaman saat ini, tidak cukuplah jika yang bergerak dalam tugas pelayanan
sabda hanyalah para katekis lalu para golongan imam ataupun biarawan/biarawati maka
prodiakon yang selaku asisten imam dalam bidang liturgi, juga dipanggil untuk
mewartakan Kerajaan Allah. Walaupun masih banyak yang menganggap bahwa
seorang prodiakon hanya sebagai asisten imam, tetapi peran prodiakon di dalam
menghidupi umat dengan Sabda Allah juga sangat penting. Prodiakon sebagai salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
satu yang menjadi fasilitator dalam proses katekese, juga diharapkan dapat memahami
makna, tujuan dan proses yang sesuai dengan konteks hidup umat peserta katekese.
Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu paroki yang mengajak
prodiakon untuk terlibat dalam tugas pewartaan Gereja. Di samping sebagai asisten
imam, prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum juga memberikan katekese, seperti
pendalaman iman di Lingkungan, memandu bulan Kitab Suci Nasional, dan masih
banyak kegiatan katekese yang mengajak prodiakon untuk ikut terlibat. Dengan melihat
kenyataan yang ada, prodiakon belum mampu untuk membawa proses katekese yang
ideal, dimana komunikasi iman yang diharapkan belum terjadi. Dibandingkan dengan
umat, prodiakon lebih banyak mengambil peran dalam proses katekese. Sehingga
katekese yang dicita-citakan seperti katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat
belum dapat terlaksana dengan baik. Dalam tugas pewartaannya, seringkali prodiakon
hanya bersifat pengajaran atau dogmatis saja. Padahal dalam proses katekese yang
seharusnya terjadi adalah, adanya komunikasi iman antara fasilitator dengan umat, lalu
umat dengan umat. Dalam hal ini, katekese model Shared Christian Praxis
menawarkan suatu bentuk katekese yang menekankan pada komunikasi iman.
Komunikasi iman dalam model Shared Christian Praxis dapat dilihat dari adanya
proses tukar pengalaman hidup yang dilihat dalam terang iman.
Dari keprihatinan diatas, penulis mencoba untuk memberikan sumbangan yang
sekiranya dapat bermanfaat bagi prodiakon di dalam melaksanakan katekese sehingga
proses katekese dapat menjadi lebih hidup dan bermakna bagi umat serta bagi
prodiakon pribadi. Dari skripsi Sumbangan Katekese Umat bagi Prodiakon melalui
Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah, para prodiakon diharapkan dapat terinspirasi untuk melaksanakan katekese
seperti apa yang dituju oleh Katekese Umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Identifikasi Masalah
1. Keprihatinan-keprihatinan apa yang ditemui oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum saat berkatekese di tengah umat?
2. Apa yang menjadi tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian
Praxis?
3. Usaha-usaha apa yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam Katekese Umat?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang yang dapat dikaji, maka penulis
membatasi penulisan skripsi ini pada Sumbangan Katekese Umat bagi Prodiakon
melalui Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah.
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui keprihatinan-keprihatinan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
saat berkatekese di tengah umat.
2. Mengetahui tugas prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian
Praxis.
3. Mengetahui usaha-usaha yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dalam
Katekese Umat.
4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan S1 Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Prodiakon:
Memberikan masukan bagi prodiakon bahwa Katekese Umat model Shared
Christian Praxis dapat digunakan sebagai salah satu alternatif di dalam tugas pelayanan
sabda.
2. Bagi Paroki:
Mengetahui proses Katekese Umat yang sudah berjalan di Paroki Roh Kudus
Kebonarum serta memberikan sumbangan bentuk Katekese Umat model Shared
Christian Praxis bagi tugas pelayanan prodiakon di dalam Gereja.
3. Bagi Penulis:
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seberapa besar
sumbangan Katekese Umat model Shared Christian Praxis sebagai salah satu alternatif
dalam tugas pelayanan sabda prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum.
F. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis
berdasarkan studi dan analisis pustaka. Penulisan skripsi ini dilengkapi dengan
penelitian kualitatif yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan serta diisi oleh
prodiakon untuk memperoleh gambaran mengenai proses Katekese Umat yang
dilaksanakan oleh prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum. Penulis juga
melaksanakan wawancara kepada beberapa prodiakon untuk memperoleh gambaran
tentang tugas prodiakon secara umum dan tugas prodiakon dalam katekese umat secara
lebih lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
G. Sistematika Penulisan
Penulis mengambil judul “Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon Melalui
Model Shared Christian Praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah”, dan dibagi dalam lima bab, sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menyajikan latar belakang penulisan skripsi,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan bagi prodiakon, paroki,
serta penulis dan sistematika penulisan.
Bab II memaparkan gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh
prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah. Bab II berisikan
gambaran situasi umum umat dan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dan
penelitian serta hasil penelitian sumbangan Katekese Umat bagi prodiakon di Paroki
Roh Kudus Kebonarum. Hasil penelitian dirangkum menjadi satu dalam rangkuman
hasil penelitian.
Bab III menguraikan Katekese Umat model Shared Christian Praxis bagi
prodiakon. Katekese Umat dijelaskan dalam pengertian Katekese Umat hingga
keunggulan Katekese Umat dan salah satu model Katekese Umat, yaitu Shared
Christian Praxis. Dalam bab III ini juga diuraikan mengenai prodiakon paroki dan
peran prodiakon dalam Katekese Umat model Shared Christian Praxis.
Bab IV adalah usulan program Katekese Umat model Shared Christian Praxis
(SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum. Usulan program yang diberikan
oleh penulis dimaksudkan untuk Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum demi
meningkatkan ketrampilan berkatekese.
Penulisan tahap akhir adalah bab V berisi kesimpulan dari penelitian, kajian
teori, dengan hasil refleksi penulis berikut saran-saran penulis bagi Paroki, prodiakon
dan seksi pewartaan demi perkembangan katekese di Paroki Roh Kudus Kebonarum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
GAMBARAN KATEKESE UMAT
YANG DILAKSANAKAN OLEH PRODIAKON
DI PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH
Katekese merupakan salah satu pokok penting dalam melaksanakan tugas
pewartaan. Katekese menjadi salah satu metode bagi para pewarta untuk mewartakan
Kerajaan Allah di tengah-tengah umat. Perkembangan zaman membawa Gereja untuk
mengikuti perkembangan, khususnya perkembangan Gereja yang ada di Indonesia.
Katekese yang terus-menerus berkembang berawal dari keprihatinan yang timbul, baik
dalam proses katekese yang berlangsung, peserta katekese, bahan katekese maupun
pendamping katekese. Perkembangan katekese kini semakin relevan bagi umat di
tengah situasi perkembangan zaman globalisasi. Katekese Umat merupakan jawaban
atas segala keprihatinan yang ada. Katekese Umat merupakan salah satu arah dalam
katekese yang ada di Indonesia.
Katekese Umat membantu pendamping memberikan katekese di tengah umat.
Katekese Umat merupakan katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat ini mengajak
umat untuk bersama-sama menciptakan katekese yang sesuai dengan situasi umat.
Umat diajak untuk mensharingkan pengalamannya lalu bersama-sama dengan umat
yang lain mengolah pengalaman tersebut dalam terang iman.
Dalam hal ini, katekese merupakan pokok penting di dalam pewartaan di Paroki
Roh Kudus Kebonarum. Prodiakon juga mengambil peran yang penting dalam tugas
pewartaan Paroki Roh Kudus Kebonarum. Dalam Katekese Umat, pendamping atau
yang biasa disebut pemudah dan pengarah (fasilitator) diharapkan memiliki
ketrampilan khusus dalam berkatekese di tengah umat. Dengan ketrampilan yang
dimiliki, pendamping dapat memberikan katekese yang benar-benar nyata kepada umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
A. Gambaran Situasi Umum Prodiakon di Paroki Roh Kudus Kebonarum,
Klaten, Jawa Tengah
1. Situasi Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah
Paroki Roh Kudus Kebonarum diresmikan pada tanggal 2 September 1998 oleh
Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. I. Suharyo dengan nama pelindung Roh Kudus.
Bertepatan dengan hari peresmian, dilaksanakan penerimaan Sakramen Krisma untuk
282 umat serta pelantikan Pengurus Dewan Paroki Roh Kudus Kebonarum dan
penetapan Rm. L. Prasetya Pr sebagai Pastor Paroki yang pertama. Jumlah umat
Katolik saat itu adalah 4.148 jiwa dengan 20 Lingkungan.
Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan pemekaran dari Paroki Maria
Assumpta Klaten. Pada tahun 1949-1954, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi dua
bagian dengan lima desa. Bagian timur merupakan Kebonarum I dengan desa
Wanteyan dan Nglinggi, bagian barat adalah Kebonarum II dengan desa Nglarang,
Basin dan Pluneng. Tahun 1955-1981, Wilayah Kebonarum dibagi menjadi lima
lingkungan yakni Lingkungan Nglarang, Basin, Pluneng, Nglinggi, Wanteyan. Tahun
1981, Kebonarum resmi menjadi Stasi dengan 7 lingkungan. Sejak tahun 1998-2012,
Paroki Roh Kudus Kebonarum telah memiliki 25 lingkungan dengan dua stasi
{Lampiran 1: (1)}. Romo yang bertugas di Paroki Roh Kudus Kebonarum saat ini
adalah Rm. V. Kirjito, Pr., dan Rm. Ig. Nandi Winarto, Pr.
Jumlah kepala keluarga berdasarkan hasil sensus umat pada tahun 2012 di
Paroki Roh Kudus Kebonarum sebanyak 1.216 KK dengan jumlah umat 4.264 orang
{Lampiran 2: (2)}. Jumlah umat laki-laki di Paroki Roh Kudus Kebonarum sebanyak
1881 orang dan perempuan 1835 orang {Lampiran 3: (3)}. Data umat yang terlibat
dalam kepengurusan Paroki, sebagai berikut: umat yang menjadi anggota dewan Paroki
sejumlah 46 orang, pengurus tim kerja 24 orang, pengurus Lingkungan 484 orang,
pengurus kategorial 18 orang , dan pengurus ormas katolik 8 orang {Lampiran 4: (4)}.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Situasi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah
Menurut wawancara dengan prodiakon, diketahui bahwa prodiakon Paroki
Roh Kudus Kebonarum sudah ada sejak Paroki Roh Kudus Kebonarum masih menjadi
stasi dan menjadi bagian dari Paroki Maria Assumpta Klaten. Keberadaan prodiakon
Paroki Roh Kudus Kebonarum dikarenakan kebutuhan rohani umat yang meningkat,
sedangkan Pastor yang ditugaskan kurang dapat memenuhi kebutuhan umat. Beberapa
dari prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum sudah menjabat sebagai prodiakon sejak
menjadi satu dengan Paroki Maria Assumpta Klaten.
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum periode 2010 s.d 2012 berjumlah 58
orang: 57 laki-laki dan 1 perempuan. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
merupakan prodiakon yang ditugaskan untuk masing-masing Lingkungan. Dalam
setiap Lingkungan, rata-rata mengirim 1-3 orang prodiakon {Lampiran 5: (5)-(6)}. Dari
58 prodiakon, ada beberapa yang tidak dapat menjalankan tugas dengan baik karena
sakit dan pindah tempat tinggal. Prodiakon yang sakit, di-non aktifkan dahulu
sementara. Sedangkan prodiakon yang pindah tempat tinggal, tidak menjalankan tugas
sebagaimana mestinya. Dari 58 prodiakon, terdaftar 40 prodiakon yang aktif dalam
mengikuti kegiatan {Lampiran 10: (19)-(20)}.
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membentuk kepengurusan untuk
mengorganisir segala kegiatan yang dilaksanakan oleh prodiakon Paroki. Setiap hari
Minggu pertama, pengurus mengadakan pertemuan rutin untuk membicarakan
pertemuan prodiakon Paroki pada hari Minggu kedua. Setiap Minggu kelima, pengurus
dan beberapa anggota prodiakon juga menghadiri pertemuan Kevikepan yang
diselenggarakan di Kevikepan Surakarta. Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
membuat program kerja baru dengan melakukan kunjungan Lingkungan di luar
Lingkungannya sendiri. Prodiakon yang berasal dari salah satu Lingkungan,
berkunjung ke Lingkungan lain untuk untuk memberikan homili saat doa Lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Usaha ini dirasa berhasil untuk menghilangkan kejenuhan umat untuk mengikuti doa
Lingkungan {Lampiran 10: (19)-(20)}.
B. Sumbangan Katekese Umat Bagi Prodiakon di Paroki Roh Kudus
Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah
1. Persiapan Penelitian
a. Latar belakang penelitian
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membantu dalam tugas katekese. Hal
ini dikarenakan tenaga katekis yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum sangatlah
minim. Maka dari itu, sosok seorang prodiakon sangat penting di mata umat sebagai
seorang pelayan sabda. Prodiakon diharapkan dapat terus-menerus menimba
pengetahuan tentang katekese dan mengasah ketrampilan memproses katekese.
Penulis melihat keprihatinan yang ada di Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah
bahwa minat umat untuk mengikuti proses katekese mulai menurun, diantaranya:
katekis yang kurang terampil, kesibukan umat, ataupun kejenuhan umat dalam
mengikuti proses.
Penulis melaksanakan penelitian ini untuk melihat peranan prodiakon Paroki Roh
Kudus Kebonarum dalam tugas katekese. Penulis juga akan mencoba menemukan
model katekese yang cocok untuk digunakan di tengah umat bagi prodiakon.
b. Rumusan permasalahan penelitian
1) Bagaimana gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah?
2) Bagaimana pengetahuan prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa
Tengah tentang Katekese Umat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3) Model Katekese Umat seperti apa yang dilaksanakan oleh prodiakon di dalam
memberi katekese bagi umat Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah?
4) Hal-hal apa yang dibutuhkan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum,
Klaten, Jawa Tengah dalam melaksanakan Katekese Umat selanjutnya?
c. Tujuan penelitian
1) Mengetahui gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.
2) Mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.
3) Mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat untuk
melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.
4) Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses Katekese Umat
selanjutnya.
d. Manfaat penelitian
1) Penulis mendapatkan gambaran prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum.
2) Penulis dapat mengetahui pengetahuan prodiakon tentang Katekese Umat.
3) Penulis dapat mengetahui sejauh mana prodiakon memanfaatkan Katekese Umat
untuk melaksanakan tugas berkatekese di tengah umat.
4) Penulis dapat mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam proses
Katekese Umat selanjutnya.
e. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala,
kejadian, peristiwa yang terjadi sekarang (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penelitian deskriptif, penulis dapat melihat gejala atau peritiwa yang sedang terjadi
tanpa memberikan perlakuan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40).
Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah dengan menyebarkan
kuesioner dan wawancara kepada beberapa responden untuk melengkapi data yang
dibutuhkan oleh penulis. Penulis juga mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh
responden, sehingga penulis melihat secara langsung metode yang digunakan selama
proses katekese.
f. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada minggu kedua pada bulan Juli 2011 di Aula
Paroki Roh Kudus Kebonarum dengan menyebarkan kuesioner. Pada bulan September
2011, penulis melaksanakan wawancara dengan tiga responden. Wawancara dilakukan
penulis untuk melengkapi data penelitian dengan datang ke rumah responden.
Wawancara penulis dengan responden untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering
dilaksanakan oleh prodiakon di Lingkungan maupun di Paroki. Alasan penulis memilih
Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah karena penulis merupakan umat Paroki Roh
Kudus Kebonarum sehingga memudahkan penulis dalam mencari data yang dibutuhkan
untuk penelitian.
g. Responden penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Penulis menggunakan teknik ini karena penulis memiliki pertimbangan tertentu dalam
menetapkan jumlah sampel. Teknik ini digunakan apabila peneliti punya pertimbangan
tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya (Nana Sudjana,
2004: 96). Populasi yang ada berjumlah 58 prodiakon, tetapi penulis hanya mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sampel 40 prodiakon saja dengan pertimbangan bahwa dari 58 prodiakon Paroki Roh
Kudus Kebonarum, hanya sekitar 40 prodiakon yang aktif mengikuti kegiatan. Dari 40
lembar kuesioner yang tersebar, hanya 25 kuesioner yang dikumpulkan kepada penulis.
h. Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup dan wawancara.
Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden
(Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 123). Kuesioner yang digunakan oleh penulis adalah
kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan dengan alternatif jawaban. Kuesioner tertutup
tidak memberi peluang kepada responden untuk memberikan jawaban lain, responden
cukup memilih salah satu alternatif jawaban {Lampiran 6: (6)-(13)}.
Wawancara dilakukan penulis dengan melakukan kontak langsung dengan
responden, sehingga dapat mengungkap data secara lebih bebas dan mendalam (Nana
Sudjana, 2004: 102).
i. Variabel penelitian
Tabel 1. Variabel Penelitian
No. Variabel Aspek yang diungkap Item Soal1). Prodiakon Paroki Roh Kudus
KebonarumGambaran prodiakonParoki roh KudusKebonarum
1 ,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9, 10
2). Katekese Umat ProdiakonParoki Roh Kudus Kebonarum
Pengetahuan prodiakonParoki Roh KudusKebonarum tentangKatekese Umat
11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19, 20,21, 22, 23, 24
Gambaran KatekeseUmat yang dilaksanakanoleh prodiakon
25, 26, 27, 28, 29,30, 31, 32, 33
Dukungan dan kesulitanprodiakon saatmelaksanakan prosesKatekese Umat
34, 35, 36, 37, 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Manfaat Katekese Umatbagi prodiakon
39, 40, 41
Manfaat Katekese Umatbagi umat
42, 43, 44
3). Model Katekese Umat yangdiharapkan oleh prodiakon
Model Katekese Umatyang relevan denganhidup umat bagiprodiakon
45, 46
Harapan dan usulan yangdibutuhkan untukKatekese Umat bagiprodiakon selanjutnya
47, 48, 49, 50
2. Laporan Hasil Penelitian
a. Identitas responden
Tabel 2: Identitas Responden (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)2). Usia:
a). 20-30 tahunb). 30-40 tahunc). 40-50 tahund). >50 tahun
25
117
8%20%44%28%
3). Jenis Kelamin:a). Laki-lakib). Perempuan
241
96%4%
4). Lamanya menjabat:a). 1 tahunb). 2 tahunc). 3 tahund). > 3 tahun
006
19
0%0%
24%76%
5). Pendidikan terakhir:a). SMPb). SMA/SMKc). Diplomad). Sarjana
31345
12%52%16%20%
6). Pekerjaan:a). PNSb). Pegawai Swastac). Wiraswastad). Lain-lain
472
12
16%28%8%
48%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dari tabel diatas dapat diamati bahwa untuk item no. 1 tidak dapat disebutkan
karena berbentuk nama responden. Dari 25 responden yang diteliti oleh penulis rata-
rata yang berusia 40-50 tahun sebanyak 11 responden (44%), sedangkan untuk yang
berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 responden (28%) dan yang selebihnya berusia
antara 20-30 tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki dengan
jumlah 24 responden (96%) dan perempuan 1 responden (4%). Sebanyak 19 responden
(76%) menjabat sebagai prodiakon rata-rata lebih dari tiga tahun. Pendidikan terakhir
13 responden (52%) adalah rata-rata SMA/SMK. Pekerjaan responden beraneka ragam,
sehingga rata-rata responden memilih lain-lain dengan jumlah 12 responden (48%).
b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
Tabel 3: Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)1). Saya mulai terpanggil menjadi prodiakon sejak ….
a). Saat sebelum menjadi prodiakonb). Saat dilantik menjadi prodiakonc). Saat mendapatkan sesuatu yang berkesan sewaktu
bertugasd). Saat mendapatkan peristiwa yang tidak mengenakkan
sewaktu bertugas
3211
0
12%84%4%
0%
2). Pembekalan yang diterima sebelum menjadi prodiakonadalah ….a). Pembekalan ketrampilan dan pengetahuan untuk calon
prodiakonb). Pembekalan tentang liturgi untuk calon prodiakonc). Pembekalan katekese di tengah umat bagi calon
prodiakond). Pembekalan ketrampilan, pengetahuan dan liturgi bagi
calon prodiakon
4
102
9
16%
40%8%
36%
3). Selama saya bertugas, Paroki memberikan pendampinganrutin setiap ….a). Rata-rata satu bulan sekalib). Rata-rata dua bulan sekali
200
80%0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(1) (2) (3) (4)(c). Jika ada kepentingan perihal khusus untuk tugas
prodiakon(d).Belum pernah
5
0
20%
0%
4). Prodiakon Paroki melaksanakan pertemuan rutin setiap …a). Dua kali dalam satu bulanb). Satu bulan sekalic). Dua bulan sekalid). Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan
prodiakon saja
02500
0%100%
0%0%
5). Jika ada pertemuan rutin prodiakon, saya ….a). Selalu mengikuti pertemuan rutinb). Kerap kali datang pertemuan rutinc). Kadang-kadang mengikuti, karena ada kegiatan yang
lebih pentingd). Datang pertemuan jika ada keperluan saja
1483
0
56%32%12%
0%
6). Hal yang dapat lebih memupuk iman dan menghayati imandalam hidup sehari-hari adalah ….a). Rajin mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari Minggub). Selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap
haric). Mempunyai hidup doa yang kuat setiap harid). Menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja
76
84
28%24%
32%16%
7). Ketrampilan yang lebih dibutuhkan dalam menjalankantugas sebagai prodiakon adalah ….a). Tata gerak liturgib). Tata urutan ibadatc). Penggunaan Kitab Sucid). Cara membaca doa yang baik
151000
60%40%0%0%
8). Jika ada kegiatan di Gereja, maka yang saya lakukanadalah ….a). Tidak mau tahu karena ada urusan yang lebih pentingb). Meng-handle seluruh kegiatan yang adac). Membantu kegiatan teman yang disenangi sajad). Membantu kegiatan teman yang membutuhkan
000
25
0%0%0%
100%
9). Tugas-tugas yang paling sering dilakukan selain membantuRomo membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristiadalah … .a). Memimpin ibadatb). Memimpin katekesec). Mengirim komuni pada orang sakit atau orang yang
sudah tuad). Memberikan pengajaran bagi calon penerima
sakaramen
10104
1
40%40%16%
4%
10). Jika saya sudah diberi tugas untuk memimpin Ibadat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(1) (2) (3) (4)
sebuah Lingkungan, tetapi hujan sangat deras dan petirmenyambar- nyambar, maka yang saya lakukan adalah ….a). Mencari ganti teman prodiakon yang lainb). Tidak jadi datang dengan alasan takut sakitc). Tetap datang dengan berbagai resikod). Berpura-pura lupa dengan janji yang telah dibuat
30
220
12%0%
88%0%
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang terpanggil untuk menjadi
prodiakon pada saat dilantik berjumlah 21 responden (84%). Pembekalan yang diterima
oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi.
Responden yang memilih pembekalan tentang liturgi adalah 10 responden (40%).
Sebanyak 20 responden (80%) memilih setiap satu bulan sekali Paroki memberikan
pendampingan bagi responden. Sejumlah 25 responden (100%) memilih bahwa
pertemuan prodiakon dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Sedangkan, responden yang
selalu mengikuti pertemuan rutin prodiakon sebanyak 12 responden (56%).
Untuk dapat memupuk iman dan menghayati iman dalam hidup sehari-hari bagi
prodiakon adalah mempunyai hidup doa yang kuat. Sejumlah 8 responden (32%)
memilih untuk mempunyai hidup doa yang kuat untuk memupuk dan menghayati iman.
Ketrampilan yang paling dibutuhkan oleh 15 responden (60%) dalam menjalankan
tugas prodiakon adalah ketrampilan tata gerak liturgi. Keseluruhan responden (100%)
memilih untuk dapat membantu teman yang membutuhkan bantuan dalam
melaksanakan kegiatan Gereja. Tugas-tugas yang paling sering dilaksanakan oleh
responden selain membantu Romo membagikan komuni adalah memimpin ibadat dan
memimpin katekese dengan masing-masing jumlah pemilih 10 responden (40%).
Sebanyak 22 responden (88%) memilih untuk tetap datang untuk memimpin ibadat
dengan berbagai resiko walaupun hujan sangat deras dan petir menyambar-nyambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese
Umat
Tabel 4: Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
Tentang Katekese Umat (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)11). Arti Katekese Umat adalah … .
a). Komunikasi imanb). Berdoa dari buku doac). Pendalaman Kitab Sucid). Ibadat
2040
84%0%
16%0%
12). Yang menjadi tekanan dalam Katekese Umat sebagaisalah satu model berkatekese adalah ….a). Pendamping katekeseb). Hidup Umatc). Masyarakat sekitard). Hidup Gereja
61045
24%40%16%20%
13). Arah yang dapat ditunjukkan dalam proses KatekeseUmat adalah … .a). Pendamping Umatb). Umat Pendampingc). Umat Umatd). Umat Umat Pendamping
720
16
28%8%0%
64%
14). Tindakan yang dapat menujukkan bahwa seseorangtelah mengalami pertobatan berkat Katekese Umatadalah .. .a). Umat semakin kritis dalam mengurusi masalah
orang lainb). Umat sibuk mengurusi umat di Lingkungan sajac). Umat semakin aktif dalam kegiatan di
Lingkungan, Gereja dan masyarakatd). Memberi kolekte dalam jumlah besar
0
025
0
0%
0%100%
0%
15). Maksud adanya tema/bahan dalam Katekese Umatadalah …a). Pertemuan katekese semakin menarikb). Mengena dengan hidup umatc). Pembicaraan semakin terarah dan jelasd). Menarik umat agar semakin semangat
43
153
16%12%60%12%
16). Dalam berkatekese Umat, bahan yang seringdigunakan adalah ….a). Umat 9 36%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(1) (2) (3) (4)b). Masyarakat setempatc). Pendamping katekesed). Pemuka umat
925
36%8%
20%
17). Salah satu tanda bahwa peserta Katekese Umatmampu berdialog dalam suasana terbuka adalah ….a). Acuh tak acuhb). Saling mendengarkanc). Mengantuk dan pura-pura tidurd). Mengobrol dengan teman di sebelahnya
02500
0%100%
0%0%
18). Salah satu contoh bahwa pendamping katekese dapatmenghayati contoh Kristus “Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah ….a). Susah hati dan terpaksa karena sudah dimintab). Melayani hanya kepada umat yang bersikap baik
sajac). Menumbuhkan suasana yang komunikatif dan
selalu memberi semangatd). Memberikan masukan yang berlebihan
00
24
1
0%0%
96%
4%
19). Tugas seorang pendamping katekese dalam KatekeseUmat adalah ….a). Pengarahb). Pemudah (fasilitator)c). Penceramahd). Pendidik
11860
44%32%24%0%
20). Peran peserta dalam Katekese Umat adalah ….a). Pelayan pendampingb). Subyekc). Obyekd). Sasaran utama
21643
8%64%16%12%
21). Ketrampilan yang dibutuhkan oleh seorangpendamping Katekese Umat adalah ….a). Ketrampilan berkomunikasi yang baikb). Ketrampilan berefleksic). Ketrampilan berkhotbahd). Ketrampilan memimpin Ibadat
81232
32%48%12%8%
22). Jika umat tidak punya waktu dan tempat untukmelaksanakan katekese, maka yang dilakukan olehpendamping Katekese Umat adalah ….a). Menunggu sampai ada waktu dan tempat yang
ditentukan oleh umat sendirib). Saat yang tepat untuk beristirahat dari tugas
sebagai pendamping katekesec). Mencari waktu dan tempat yang cocok dengan
umat
12
0
13
48%
0%
52%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(1) (2) (3) (4)d). Bersikap tidak mau tahu dengan urusan umat 0 0%
23). Keunggulan Katekese Umat adalah ….a). Menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan
martabat seseorangb). Adanya dialog antar umat dan pendampingc). Umat untuk semakin kritis dalam mengkritik
kesalahan seseorangd). Membantu umat untuk tampil menjadi yang
terbaik
13
80
4
52%
32%0%
16%
24). Proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik,ditandai dengan ….a). Umat sangat aktif mengungkapkan pengalaman
imannya sehingga terkadang pendamping merasakebingungan untuk mengarahkan
b). Umat sangat pasif dan pendamping sangat aktifc). Hanya ada beberapa umat saja yang aktif, dan
umat yang lain hanya pendengar sajad). Pendamping dapat memberi arah pada proses
sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalammengungkapkan pengalaman imannya
5
37
10
20%
12%28%
40%
Dari tabel 4 diatas, dapat ditunjukkan bahwa jumlah responden yang memilih
komunikasi iman merupakan arti Katekese Umat sebanyak 21 responden (84%).
Sebanyak 10 responden (40%) memilih hidup umat yang menjadi tekanan dalam proses
Katekese Umat. Responden yang memilih arah yang dapat ditunjukkan dalam proses
Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping sebanyak 16
responden (64%). Seluruh responden (100%) berpendapat bahwa tindakan yang
menunjukkan pertobatan berkat Katekese Umat adalah umat semakin aktif dalam
kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat.
Bagi 15 responden (60%) adanya tema/bahan dalam katekese umat membantu
pembicaraan semakin terarah dan jelas. Bahan yang sering digunakan oleh responden
saat berkatekese adalah umat dan masyarakat setempat, dengan jumlah responden
untuk masing-masing jawaban adalah 9 responden (36%). Keseluruhan responden
memilih bahwa hal-hal yang dapat ditunjukkan jika peserta Katekese Umat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berdialog dengan suasana yang terbuka adalah saling mendengarkan. Dari 24 reponden
(96%) memilih bahwa, pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus
“Aku di tengah-tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang
komunikatif dan selalu memberi semangat. Sebanyak 11 responden menjawab bahwa
tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai pengarah.
Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek, responden yang memilih
jawaban tersebut sebanyak 16 responden (64%). Dalam pelaksanaan katekese, 13
responden (52%) setuju untuk mencari waktu dan tempat yang cocok untuk umat.
Keunggulan Katekese Umat adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian
dan martabat seseorang dan responden yang memilih jawaban tersebut sebanyak 13
responden (52%). Tanda yang dapat ditunjukkan oleh 10 responden (40%) bahwa
proses katekese berjalan dengan baik adalah pendamping dapat memberi arah pada
proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam mengungkapkan pengalaman
imannya
d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon
Tabel 5: Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)25). Saya melaksanakan kegiatan Katekese Umat di
Lingkungan setiap ….a). Satu minggu sekalib). Dua minggu sekalic). Satu bulan sekalid). Pada saat khusus saja
1020
13
40%8%0%
52%
26). Saat memimpin proses Katekese Umat, waktu yangdigunakan adalah ….a). < 60 menitb). 60-90 menitc). 90-120 menitd). > 120 menit
121300
48%52%0%0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(1) (2) (3) (4)27). Metode yang sering digunakan untuk berkatekese di
tengah umat adalah ….a). Sharing pengalamanb). Permainanc). Menonton video pendekd). Ceramah
701
17
28%0%4%
68%
28). Sarana yang sering digunakan dalam melaksanakanKatekese Umat adalah ….a). Sarana ciptaan sendirib). Benda-benda yang ada di sekitarc). Kitab Sucid). Film
02
230
0%8%
92%0%
29). Sumber bahan yang digunakan dalam melaksanakanKatekese Umat adalah ….a). Buku renungan harianb). Kitab Sucic). Ajaran Gerejad). Buku renungan harian, Kitab Suci dan Ajaran
Gereja digunakan bersama-sama
41515
16%60%4%
20%
30). Ketrampilan yang paling dimiliki saat memberikanKatekese Umat di tengah umat adalah ….a). Terampil menggunakan media untuk proses
katekeseb). Terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani
dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisilainnya
c). Terampil mengajak umat untuk mengungkapkandiri
d). Terampil berkomunikasi
2
15
7
1
8%
60%
28%
4%
31). Suasana yang terlihat saat memimpin proses katekeseadalah ….a). Komunikatif dan saling mendengarkanb). Masih terasa agak kering karena umat pasifc). Suasana terasa tegangd). Suasana terkesan santai
91015
36%40%4%
20%
32). Sikap peserta dalam proses jalannya katekeseadalah ….a). Mengantukb). Ngobrol sendiric). Mendengarkand). Umat pasif
3985
12%36%32%20%
33). Langkah-langkah Katekese Umat yang biasadilaksanakan adalah …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(1) (2) (3) (4)a. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, renungan,
doa umat dan penutupb. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman
hidup peserta, renungan, doa umat dan penutupc. Pembukaan, pengalaman hidup peserta,
mendalami Kitab Suci, menerapkan dalam situasikonkret hidup peserta, mengusahakan aksikonkret, doa umat dan penutup
d. Pembukaan, bacaan Kitab Suci, doa-doa daribuku, doa umat dan penutup
8
10
5
2
32%
40%
20%
8%
Dari tabel 5 diatas, dapat diamati bahwa jumlah responden yang hanya
melaksanakan kegiatan Katekese Umat hanya pada saat khusus saja, sebanyak 13 orang
(52%). Sejumlah 13 responden (52%), memimpin katekese selama 60-90 menit,
sedangkan untuk 12 responden, memimpin katekese selama kurang dari 60 menit.
Metode yang sering digunakan oleh responden dalam berkatekese adalah metode
ceramah dengan jumlah responden 17 orang (68%). Sebanyak 23 responden (92%)
menggunakan sarana Kitab Suci dalam melaksanakan Katekese Umat. Kitab Suci juga
digunakan oleh 15 responden (60%) sebagai sumber bahan dalam berkatekese.
Ketrampilan yang paling dimiliki oleh 15 responden (60%) saat memberikan
Katekese umat adalah terampil menemukan Tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab
Suci, ajaran Gereja dan tradisi lainnya. Saat melaksanakan Katekese Umat, 10
responden (40%) merasakan suasana yang masih terasa agak kering dikarenakan umat
masih pasif. Responden yang memilih bahwa sikap peserta selama proses jalannya
Katekese Umat adalah mengobrol sendiri dengan teman yang ada di sebelahnya,
sebanyak 9 responden (36%). Sikap peserta yang demikian, menghambat jalannya
proses Katekese Umat. Langkah-langkah Katekese Umat yang sering dilaksanakan oleh
sejumlah 10 responden (40%) adalah langkah pembukaan, pembacaan Kitab Suci,
pengalaman hidup peserta, renungan, doa umat dan penutup. Responden menggunakan
langkah-langkah Katekese Umat demikian setiap melaksanakan Katekese Umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat
Tabel 6: Dukungan dan Kesulitan Prodiakon
Saat Melaksanakan Katekese Umat (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)34). Faktor pendukung yang dirasakan sehingga proses
Katekese Umat dapat berjalan dengan baik adalah ….a). Umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar
lalu menghargai satu sama lainb). Adanya dukungan petugas hierarki yang adac). Sarana, bahan maupun metode sudah
dipersiapkan dengan baik dan fasilitas yang adapun memadai
d). Adanya pendampingan maupun pertemuan rutinbaik yang diadakan oleh pihak Paroki maupunoleh pendamping sendiri
17
06
2
68%
0%24%
8%
35). Dukungan yang diterima selama ini sehingga proseskatekese dapat berjalan dengan baik adalah ….a). Menyediakan sarana untuk pembinaan imanb). Memberikan pendampingan dan perhatianc). Menyediakan kontribusi dalam pelaksanaand). Tidak memberikan dukungan apapun
41416
16%56%4%
24%
36). Kesulitan yang dihadapi saat melaksanakan prosesKatekese Umat adalah ….a). Merumuskan tema Katekese Umatb). Menentukan langkah-langkah/ proses Katekese
Umatc). Mengajak umat untuk mengungkapkan
pengalaman imannyad). Mencari bahan dan sarana untuk berkatekese
67
10
2
24%28%
40%
8%
37). Cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitanterebut adalah ….a). Mencari buku referensib). Belajar lebih banyak tentang Katekese Umatc). Membiarkan saja dan bersikap cuekd). Memarahi umat karena tidak mau aktif dalam
proses jalannya katekese
61900
24%76%0%0%
38). Faktor penghambat yang sering dialami dalam prosesperencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah ….a). Kurang mengetahui Katekese Umat dan kurang
terampil menjalankan Katekese Umatb). Masih ada petugas hierarki yang kurang
memahami dan bersimpati pada Katekese Umat
7
4
28%
16%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(1) (2) (3) (4)c). Umat tidak mengalami perkembangand). Kurang mendapat pendampingan masalah
Katekese Umat
95
36%20%
Menurut tabel di atas, dapat dilihat bahwa faktor pendukung yang dirasakan
oleh 17 responden (68%) sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan baik
adalah umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar lalu menghargai satu sama lain.
Sebanyak 14 responden (56%) berpendapat bahwa Paroki sudah memberikan
pendampingan dan perhatian pada responden dalam melaksanakan Katekese Umat.
Kesulitan yang dihadapi oleh 10 responden (40%) dalam melaksanakan Katekese Umat
adalah mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya. Cara yang
digunakan oleh 19 responden (76%) untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi adalah
belajar lebih banyak tentang Katekese Umat. Faktor penghambat yang sering dialami
oleh 9 responden (36%) dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat adalah
umat tidak mengalami perkembangan.
f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon
Tabel 7: Manfaat Katekese Umat Bagi Prodiakon (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)39). Pengetahuan yang paling saya dapatkan dalam
Katekese Umat ini adalah pengetahuanmenyangkut ….a). metodeb). pesertac). konteksd). isi
8278
32%8%
28%32%
40). Perkembangan spiritualitas yang dirasakan sebagaiseorang pendamping katekese adalah ….a). Sangat bersemangatb). Semangatc). Kurang bersemangatd). Tidak bersemangat
42100
16%84%0%0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(1) (2) (3) (4)41). Ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas
prodiakon adalah ….a). Berkomunikasi dengan umatb). Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-
haric). Terampil dalam menemukan nilai-nilai kristiani
dalam Kitab Suci, Ajaran Gereja dan TradisiKristiani lainnya
d). Lebih terampil dalam menggunakan saran
910
6
0
36%40%
24%
0%
Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan yang paling didapatkan oleh 32
responden (32%) dalam Katekese Umat adalah pengetahuan menyangkut metode dan
pengetahuan menyangkut isi. Perkembangan spiritualitas dari 21 responden (84%)
sebagai seorang pendamping katekese adalah semangat. Mampu berefleksi dari
pengalaman hidup sehari-hari merupakan ketrampilan yang semakin menjadi ciri khas
responden sebanyak 10 responden (40%) setelah melaksanakan Katekese Umat.
g. Manfaat Katekese Umat bagi umat
Tabel 8: Manfaat Katekese Umat Bagi Umat (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)42). Partisipasi umat setelah mengikuti Katekese Umat
adalah …a). Umat semakin terbuka dalam mengungkapkan
pengalaman imannyab). Umat selalu aktif dalam mengambil keputusanc). Umat semakin kreatif dalam berkatekesed). Umat semakin kritis dalam melihat situasi
9
745
36%
28%16%20%
43). Kerukunan antar umat setelah mengikuti KatekeseUmat adalah …a). Masalah yang ada di antara umat dapat
terselesaikan dengan baikb). Umat dapat lebih memahami dan menghargai
umat lainnyac). Umat dapat lebih peka dalam membaca situasi
yang sedang dialami umat laind). Kerukunan antar umat belum begitu baik
6
12
7
0
24%
48%
28%
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(1) (2) (3) (4)44). Keaktifan umat terhadap kegiatan yang ada di Gereja
setelah mengikuti Katekese Umat adalah …a). Sangat rajinb). Rajinc). Kurang rajind). Tidak rajin
41650
16%64%20%0%
Dari tabel 8 diatas menunjukkan bahwa, sebanyak 9 responden (36%)
berpendapat bahwa setelah mengikuti Katekese Umat, umat semakin terbuka dalam
mengungkapkan pengalaman imannya. Umat juga terlihat dapat memahami dan
menghargai umat lainnya sehingga kerukunan antar umat dapat terjaga dengan jumlah
responden yang memilih jawaban tersebut adalah 12 responden (48%). Responden
yang memilih bahwa umat rajin dalam mengikuti kegiatan yang ada di Gereja setelah
Katekese Umat sebanyak 16 responden (64%).
h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon
Tabel 9: Model Katekese Umat yang Relevan
dengan Hidup Umat Bagi Prodiakon (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)45). Menurut saya, yang menjadi titik tolak pada
Katekese Umat sehingga nantinya relevan denganhidup umat adalah ….a). Hidup beriman umatb). Kitab Sucic). Masyarakatd). Hidup Orang Suci
18421
72%16%8%4%
46). Model Katekese Umat yang cocok dengan umatadalah ….a). Sharing pengalamanb). Mendalami Kitab Sucic). Menghapalkan doa-doa yang ada di bukud). Selalu berefleksi dari pengalaman pribadi
21400
84%16%0%0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut tabel 9 diatas, dapat ditunjukkan bahwa 18 responden (72%) memilih
hidup beriman umat yang menjadi titik tolak katekese umat sehingga relevan dengan
hidup umat. Sebanyak 21 responden (84%) memilih model sharing pengalaman yang
sangat cocok untuk umat.
i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat
selanjutnya
Tabel 10: Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon
dalam Katekese Umat Selanjutnya (N=25)
No.Item
Pernyataan Jumlah (%)
(1) (2) (3) (4)47). Harapan untuk penyelenggaraan Katekese Umat
selanjutnya adalah …a). Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekeseb). Adanya pertemuan katekese yang berkelanjutanc). Umat berani mengungkapkan dirinya saat
pelaksanaan Katekese Umatd). Umat semakin mendalami dan menghayati
imannya
1139
2
44%12%36%
8%
48). Harapan dari pihak Paroki untuk penyelenggaraanproses Katekese Umat selanjutnya adalah ….a). Adanya pelatihan katekese untuk prodiakon
setidak-tidaknya dua kali dalam setahunb). Paroki memberikan perhatian dan dukungan
kepada prodiakon di dalam melaksanakan tugaskatekese
c). Adanya pertemuan rutin prodiakon untukmembicarakan masalah katekese
d). Memberikan bantuan sarana yang dibutuhkanoleh prodiakon dalam pelaksanaan berkatekese
8
13
4
0
32%
52%
16%
0%
49). Usulan yang dapat diberikan untuk proses KatekeseUmat selanjutnya adalah ….a). Adanya pembinaan bagi pendamping katekese,
khususnya bagi prodiakon yang berkelanjutanb). Paroki maupun Lingkungan menyediakan sarana
yang dapat digunakan dalam proses KatekeseUmat.
c). Paroki dan umat dapat memberi perhatian yangkhusus untuk pelaksanaan Katekese Umat di
8
2
12
32%
8%
48%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(1) (2) (3) (4)Lingkungan, sehingga kesadaran umat akankatekese dapat semakin meningkat
d). Adanya pertemuan rutin untuk pendampingkatekese, dalam hal pembuatan program jangkapendek maupun jangka panjang dan dilanjutkanevaluasi proses Katekese Umat yang sudahberjalan
3 12%
50). Tema atau pokok-pokok yang diharapkan oleh umatuntuk Katekese Umat adalah ….a). Lingkungan Hidupb). Hidup Bermasyarakatc). Hidup Menggerejad). Keadilan dan Perdamaian
68
110
24%32%44%0%
Dari tabel 10 diatas, ditunjukkan bahwa 11 responden (44%) berharap agar
penyelenggaraan katekese yang selanjutnya, umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan
katekese umat. Harapan responden dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan katekese
selanjutnya adalah Paroki dapat memberikan perhatian dan dukungan di dalam
melaksanakan tugas katekese dengan jumlah pemilih sebanyak 13 responden (52%).
Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus
untuk pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan
katekese dapat semakin meningkat dengan jumlah pemilih 12 responden (48%). Tema
atau pokok-pokok yang diharapkan oleh 11 responden (44%) dalam Katekese Umat
selanjutnya adalah hidup menggereja.
3. Hasil Wawancara
a. Wawancara dengan prodiakon
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga responden {Lampiran 8: (15)-(17)},
dapat diketahui bahwa responden sudah menjabat sebagai prodiakon selama dua tahun,
bahkan lebih dari tiga tahun. Responden terpilih menjadi prodiakon karena dipilih oleh
umat yang ada di lingkungan. Tugas-tugas yang sudah dilaksanakan oleh responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
selama menjadi prodiakon adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan
Ekaristi, memimpin ibadat di lingkungan, memimpin katekese dan mengirim komuni
untuk orang sakit.
Saat melaksanakan katekese, responden menggunakan model Katekese Umat
karena dirasa cocok dengan jika digunakan di tengah umat yang cenderung pasif dan
kurang terlibat dalam proses katekese. Menurut responden, Katekese Umat adalah
katekese yang berawal dari pengalaman hidup umat dan katekese yang ditujukan untuk
umat. Proses Katekese Umat yang sudah dilaksanakan oleh prodiakon, belum seperti
yang diharapkan oleh responden. Umat masih enggan jika harus mengungkapkan
pengalaman hidupnya kepada umat lain yang hadir dalam proses katekese. Langkah-
langkah Katekese Umat yang sering digunakan oleh responden berawal dari lagu
pembukaan, pengantar, doa pembuka, bacaan Kitab Suci, renungan, doa-doa dari buku
doa, doa penutup dan lagu penutup.
Menurut responden, peranan responden dalam proses Katekese Umat adalah
sebagai pemimpin Katekese Umat atau pendamping Katekese Umat. Tanggapan umat
terhadap Katekese Umat yang dipimpin oleh responden adalah kurang antusias, biasa
saja dan umat masih pasif. Dalam proses Katekese Umat, responden mengajak umat
untuk menonton film dan menceritakannya kembali lalu diminta untuk melihat
relevansinya dengan hidup sehari-hari. Cara tersebut digunakan oleh responden untuk
mengajak umat agar berani mengungkapkan pengalaman hidupnya. Metode ceramah
dan metode sharing pengalaman adalah metode yang sering digunakan oleh responden
saat melaksanakan Katekese Umat, sedangkan sarana yang sering digunakan adalah
Kitab Suci, film dan renungan harian. Tema dan bahan yang digunakan oleh responden,
dirumuskan sesuai dengan bacaan hari pelaksanaan Katekese Umat dan dengan melihat
kondisi umat. Waktu yang digunakan oleh responden untuk memimpin Katekekese
Umat adalah antara 60-90 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Bagi responden, ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh pendamping
Katekese Umat adalah ketranpilan berkhotbah atau terampil memberikan renungan dan
terampil saat berkomunikasi dengan umat. Metode sharing pengalaman adalah metode
yang dirasa cocok bagi responden saat memberikan Katekese Umat di tengah umat.
Dalam proses Katekese Umat, kendala yang sering dialami oleh responden adalah umat
masih pasif dan kurangnya sarana dalam memberikan Katekese Umat. Cara yang
digunakan oleh responden untuk menghadapi kendala-kendala tersebut adalah dengan
terus belajar tentang Katekese Umat, memohon pertolongan dari teman prodiakon yang
lain, dan mencari bahan untuk katekese dengan lebih banyak lagi.
Pihak umat dan Paroki sangat mendukung responden selama proses Katekese
Umat, sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan dengan lancar. Manfaat Katekese
Umat bagi responden, antara lain: semakin mematangkan pribadi sebagai pelayan umat,
dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan katekese dan semakin sadar akan kebutuhan
rohani umat. Setelah mengikuti Katekese Umat umat masih terlihat biasa saja dan ada
pula umat yang semangat mengikuti kegiatan menggereja. Harapan responden dalam
proses Katekese Umat selanjutnya adalah Katekese Umat dapat semakin lebih baik,
umat dapat terlibat aktif dalam proses katekese, dan semakin banyak umat yang sadar
akan kebutuhan rohaninya. Usulan yang diberikan untuk proses Katekese Umat
selanjutnya adalah adanya pendampingan dari Paroki mengenai masalah katekese dan
membuat panduan jangka pendek untuk prodiakon.
b. Wawancara dengan sekretaris prodiakon
Menurut hasil wawancara dengan sekretaris prodiakon {Lampiran 10: (19)-
(20)}, jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah 58 orang. Namun, ada
beberapa prodiakon yang sedang sakit, sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya
dengan baik da nada pula prodiakon yang pindah tempat tinggal dan tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menjalankan tugasnya lagi. Prodiakon mengadakan pertemuan rutin setiap satu bulan
sekali pada hari Minggu kedua, sedangkan pengurus prodiakon mengadakan pertemuan
rutin setiap hari Minggu pertama. Pada saat pertemuan rutin, prodiakon yang hadir
sekitar 30-40 orang. Agenda pertemuan untuk setiap hari Minggu kedua dibahas oleh
pengurus prodiakon pada pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama.
Tugas-tugas yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum adalah membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi,
mengirim komuni untuk orang sakit dan memimpin katekese di lingkungan. Kegiatan
rutin yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah
rekoleksi prodiakon. Kesulitan yang dihadapi oleh prodiakon selama menjalankan
tugasnya adalah saat menyampaikan homili atau renungan pada saat memberikan
katekese maupun ibadat dan tidak semua prodiakon ikut terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja. Harapan responden untuk mendukung tugas-tugas prodiakon selanjutnya adalah
prodiakon seharusnya membuat kurikulum tentang katekese serta mengharapkan
dukungan dari pihak Paroki dan umat.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Identitas responden
Tabel 2 menunjukkan bahwa usia dari 25 responden yang sudah diambil
datanya berkisar antara 40-50 tahun (44%). Usia 40-50 tahun merupakan usia yang
masih produktif, sehingga dalam menjalankan tugas sebagai seorang prodiakon tidak
mengalami kesulitan baik jasmani dan rohani. Dalam usia sekian, responden juga sudah
berkeluarga serta memiliki nama baik dalam keluarga dan sebagai tokoh dalam
masyarakat. Jenis kelamin responden adalah laki-laki (96%) dan perempuan (4%).
Rata-rata responden menjabat sebagai prodiakon sudah lebih 3 tahun (76%). Hal ini
dikarenakan, ada beberapa respoden yang memang sudah lebih dari satu periode dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ada beberapa prodiakon yang sudah menjabat sejak Paroki Roh Kudus Kebonarum
masih menjadi stasi dari Gereja Maria Assumpta Klaten.
Responden rata-rata menempuh hingga pendidikan terakhir hingga SMA/SMK
(52%). Dengan pendidikan yang ditempuh oleh responden, rata-rata responden bekerja
sebagai petani dan pedagang. Responden memilih lain-lain (48%) dalam memilih jenis
pekerjaan, karena memang tidak semua jenis pilihan pekerjaan terdapat pada pilihan
jawaban.
b. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
Pada tabel 3, menyatakan bahwa responden mulai terpanggil menjadi prodiakon
saat dilantik menjadi prodiakon (84%). Pada awalnya, sebelum dilantik menjadi
prodiakon, beberapa responden merasa terpaksa karena ditunjuk oleh umat untuk
perwakilan tiap Lingkungan. Responden mulai merasa terpanggil untuk menjadi
pelayan yang dipanggil oleh Allah untuk melayani umat-Nya karena adanya pelatihan
serta bimbingan yang diadakan dari pihak Paroki dan Keuskupan. Pembekalan yang
diterima oleh responden sebelum menjadi prodiakon adalah pembekalan tentang liturgi
(40%). Pembekalan tentang liturgi bagi responden sangatlah penting untuk
menjalankan tugas membantu Romo membagikan komuni.
Pendampingan dari Paroki yang diterima oleh responden selama menjadi
prodiakon kurang lebih satu bulan sekali (80%). Prodiakon juga melaksanakan
pertemuan rutin satu bulan sekali (100%) tiap minggu kedua. Dalam setiap pertemuan
rutin, prodiakon mempunyai agenda yang sudah ditentukan oleh pengurus. Pengurus
mengdakan pertemuan rutin setiap hari Minggu pertama. Prodiakon yang hadir dalam
setiap pertemuan rutin antara 30-40 orang. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah
responden yang diteliti, 48% responden mengaku selalu mengikuti pertemuan rutin
prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Menjalankan tugas sebagai pelayan umat Allah perlu memupuk iman dan
menghayatinya dalam hidup sehari-hari. Responden memilih mempunyai hidup doa
yang kuat setiap hari untuk memupuk iman dan menghayatinya dalam hidup sehari-hari
(72%). Sedangkan, untuk ketrampilan yang paling dibutuhkan oleh responden dalam
menjalankan tugasnya adalah ketrampilan tata gerak liturgi (60%). Hal ini
menunjukkan bahwa, walaupun responden sudah terbiasa melaksanakan tugas-tugas
liturgi, tetapi prodiakon masih perlu ketrampilan tata gerak liturgi. Tugas pelayanan
responden memang lebih banyak dalam bidang liturgi.
Tugas yang sering dilakukan oleh responden selain membantu Romo
membagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi adalah memimpin ibadat (40%) dan
memimpin katekese (40%). Responden seringkali diminta oleh umat untuk memimpin
ibadat pada saat-saat khusus, misalkan saja, memimpin ibadat kematian, syukuran, dll.
Memimpin katekese saat doa Lingkungan juga sering dilakukan oleh responden.
Biasanya responden akan memberikan renungan setelah bacaan Kitab Suci, tidak jarang
responden harus memimpin dari awal hingga akhir doa dikarenakan tidak ada petugas
untuk memimpin doa Lingkungan. Berkaitan dengan tugas yang dipercayakan oleh
responden, responden memilih untuk tetap datang dengan berbagai resiko (88%) dan
menepati janjinya, jika ia sudah berjanji untuk memimpin ibadat di sebuah Lingkungan.
Dari hasil jumlah responden yang memilih, dapat dilihat bahwa responden memiliki
rasa tanggung jawab yang besar atas tugas yang telah dipercayakan padanya. Prodiakon
Paroki Roh Kudus Kebonarum harus mengabdikan dirinya untuk melayani.
c. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang Katekese
Umat
Tabel 4 menunjukkan pengetahuan responden tentang katekese umat.
Responden menjawab Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman (84%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dalam proses Katekese Umat, hidup umat yang menjadi tekanan (40%), sehingga
katekese umat yang dicita-citakan dapat terwujud. Arah yang dapat ditunjukkan dalam
proses Katekese Umat adalah umat dengan umat dan umat dengan pendamping (64%).
Arah tersebut menunjukkan adanya dialog multi arah antara pendamping katekese umat
dengan umat. berkat katekese umat pula, seseorang akan mengalami pertobatan yang
ditunjukkan dengan umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan
masyarakat (100%). Tindakan nyata tersebut dapat dirasakan langsung oleh orang lain
dan dari diri kita sendiri.
Bahan yang sering digunakan saat berkatekese umat oleh responden adalah
pengalaman hidup umat (36%) dan masyarakat setempat (36%). Hal ini sesuai dengan
katekese umat yang artinya katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Peserta
Katekese Umat dapat berdialog dengan suasana yang terbuka adalah saling
mendengarkan (100%).
Pendamping katekese yang dapat menghayati contoh Kristus “Aku di tengah-
tengahmu sebagai pelayan” adalah dapat menumbuhkan suasana yang komunikatif dan
selalu memberi semangat (96%). Tugas seorang pendamping katekese adalah sebgaai
pengarah (44%). Peran peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek (48%).
Responden yang juga sebagai pendamping katekese setuju untuk mencari waktu dan
temapat yang cocok untuk umat jika umat tidak mempunyai waktu dan tempat untuk
melaksanakan Katekese Umat (52%).
Responden memilih keunggulan Katekese Umat adalah untuk menumbuhkan
rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang (52%). Pendamping dapat
memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan kritis dalam
mengungkapkan pengalaman imannya merupakan tanda bahwa proses katekese dapat
berjalan dengan baik (40%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
d. Gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh prodiakon
Tabel 5 adalah gambaran Katekese Umat yang dilaksanakan oleh responden.
Responden melaksanakan kegiatan Katekese Umat di Lingkungan hanya pada saat
khusus saja (52%). Katekese Umat dilaksanakan prodiakon jika prodiakon diminta
untuk memimpin doa Lingkungan atau memberikan renungan oleh umat. Lamanya
responden memimpin proses Katekese Umat adalah sekitar 60-90 menit (52%). Waktu
yang digunakan oleh responden untuk melaksanakan Katekese Umat sudah sangat baik,
karena jika lebih dari 90 menit, maka proses katekese berlangsung tidak efektif.
Metode yang sering digunakan oleh responden dalam memberikan Katekese
Umat adalah metode ceramah (68%). Metode ceramah masih menjadi metode yang
dianggap baik oleh responden, karena memang responden belum mendapatkan metode
yang cocok untuk responden maupun umat. Umat cenderung lebih senang
mendengarkan daripada harus mengungkapkan pengalamannya. Sedangkan sarana
yang sering digunakan oleh responden dalam pelaksanaan adalah Kitab Suci (92%).
Kitab Suci selalu menjadi pegangan responden dalam memberikan katekese, sehingga
sumber bahan utama juga diambil dari Kitab Suci (60%).
Saat berkatekese, ketrampilan yang paling dimiliki oleh responden adalah
terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan
tradisi lainnya (60%). Menjalankan tugas sebagai pelayan umat sekaligus membimbing
umat, responden merasa sangat perlu memahami Kitab Suci dengan benar. Memahami
Kitab Suci dengan baik dapat membantu responden menjelaskan isi Kitab Suci yang
sesuai dengan konteks umat. Suasana pelaksanaan katekese yang berlangsung
cenderung masih terasa agak kering karena umat masih pasif (40%). Metode yang
digunakan oleh responden juga ikut mempengaruhi suasana yang terjadi dalam proses
pelaksanaan katekese. Umat hanya menjadi pendengar dan responden juga kurang
terampil mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannya sehingga sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
peserta dalam proses cenderung mengobrol dengan umat yang ada di sebelahnya
(36%). Langkah-langkah yang biasa dilaksanakan oleh responden dalam katekese
adalah pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa
umat dan doa penutup (40%). Langkah-langkah tersebut selalu digunakan oleh
responden dalam pelaksanaan katekese.
e. Dukungan dan kesulitan prodiakon saat melaksanakan Katekese Umat
Faktor pendukung yang dirasakan oleh responden dalam pelaksanan Katekese
Umat dapat dilihat dari hasil data yang diambil pada tabel 6. Faktor pendukung yang
dirasakan oleh responden sehingga proses pelaksanaan Katekese Umat dapat berjalan
dengan baik adalah umat sangat aktif, dapat saling mendengar dan menghargai satu
sama lain (68%). Partisipasi umat dalam pelaksanaan sangat mendukung pelaksanaan
katekese oleh responden. Jika umat sangat pasif, maka responden juga kebingungan
karena tidak ada yang menanggapi. Selain umat, demi kelancaran pelaksanaan
katekese, Paroki juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi responden. Paroki
memberikan pendampingan dan perhatian untuk responden selama melaksanakan
Katekese Umat (56%). Hal ini terbukti bahwa Paroki masih memberikan
pendampingan paling tidak dalam satu bulan sekali untuk para guru agama dan katekis
untuk membicarakan masalah katekese.
Selain dukungan yang dirasakan maupun diterima oleh responden baik langsung
maupun tidak langsung, responden juga mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
Responden merasa kesulitan jika mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman
imannya (40%). Umat masih enggan untuk mengungkapkan pengalamannya dengan
umat lain yang hadir dalam proses Katekese Umat. Dalam menghadapi kesulitan
tersebut, responden mencari cara untuk belajar lebih banyak tentang Katekese Umat.
Dengan demikian, responden dapat lebih banyak mengenal isi Katekese Umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sebenarnya, sehingga nantinya Katekese Umat yang dilaksanakan relevan dengan hidup
umat. Dalam pelaksanaan, responden juga menemukan faktor-faktor yang menghambat
responden dalam proses perencanaan pelaksanaan Katekese Umat. Penghambat yang
dihadapi oleh responden adalah umat tidak mengalami perkembangan. Kondisi umat
sebelum maupun setelah melaksanakan Katekese Umat, tidak menunjukkan
perkembangan yang membahagiakan. Responden cenderung merasa kesulitan untuk
mengajak umat rajin mengikuti Katekese Umat. Kendala ini didorong oleh beberapa hal
yang menyangkut hidup pribadi umat, misalkan saja kesibukan umat, malas, ataupun
memiliki masalah dengan umat yang lain.
f. Manfaat Katekese Umat bagi prodiakon
Tabel 7 merupakan hasil data yang diambil dari responden tentang manfaat
Katekese Umat bagi responden. Katekese Umat memberikan manfaat bagi prodiakon
dengan bertambahnya pengetahuan prodiakon menyangkut metode (32%) dan
pengetahuan menyangkut isi (32%). Dengan Katekese Umat, spiritualitas responden
sebagai pendamping katekese semakin semangat (84%) dalam mendampingi umat
walaupun dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh prodiakon. Melalui Katekese
Umat ketrampilan yang dimiliki oleh responden juga semakin menjadi ciri khas
prodiakon. Responden mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-hari (40%).
Tidak hanya sekedar pengalaman hidup yang biasa, tetapi menjadi pengalaman iman
bagi responden.
g. Manfaat Katekese Umat bagi umat
Selain manfaat yang dirasakan oleh responden, Katekese Umat juga
memberikan manfaat bagi umat. Manfaat Katekese Umat bagi umat dapat dilihat pada
tabel 8. Manfaat yang dirasakan umat adalah umat semakin terbuka dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mengungkapkan pengalaman imannya (36%). Umat yang semakin terbuka, juga
mampu menerima orang lain dengan terbuka, sehingga kerukunan antar umat dapat
terjaga. Umat dapat lebih memhami dan bagi menghargai umat lainnya (48%), terlebih
mereka yang sedang mengungkapkan pengalaman imannya. Dengan Katekese Umat,
umat rajin dalam mengikuti kegiatan Gereja, karena Katekese Umat membantu untuk
dapat menyadari dirinya sebagai anggota Gereja yang seharusnya turut dalam
pembangunan Gereja.
h. Model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat bagi prodiakon
Tabel 9 menunjukkan model Katekese Umat yang relevan dengan hidup umat
responden. Menurut responden, yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga
nantinya relevan dengan hidup umat adalah hidup beriman umat (72%). Titik tolak
katekese umat sesuai dengan model katekese umat dengan sharing pengalaman (84%).
Sharing pengalaman membantu umat untuk dapat saling mengenal dan menghargai satu
sama lain, sehingga responden merasa bahwa sharing pengalaman sangat cocok jika
digunakan dalam berkatekese di tengah umat.
i. Harapan dan usulan yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam Katekese Umat
selanjutnya
Pada tabel 10, ditunjukkan harapan-harapan serta usulan responden untuk
perkembangan katekese umat selanjutnya. Harapan responden untuk penyelenggaraan
katekese umat selanjutnya adalah umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekese
(44%). Umat kurang menyadari pentingnya katekese umat dalam hidup sehari-hari,
sehingga umat cenderung tidak terlibat aktif dalam kegiatan katekese. sedangkan yang
diharapkan responden dari pihak Paroki adalah Paroki dapat memberikan perhatian dan
dukungan kepada prodiakon di dalam melaksanakan tugas katekese di tengah umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(52%). Dukungan dan perhatian Paroki sangat dibutuhkan oleh responden dalam
menjalankan tugas sebagai pendamping katekese.
Responden mengusulkan agar Paroki dan umat dapat member perhatian yang
khusus untuk pelaksanaan katekese umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan
katekese dapat semakin meningkat (48%). Responden juga mengusulkan tema atau
pokok-pokok yang diharapkan oleh umat untuk katekese umat selanjutnya adalah hidup
menggereja (44%).
4. Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka penulis mencoba untuk merangkumnya
dalam satu bagian utuh. Tugas-tugas prodiakon saat ini, tidak hanya terbatas untuk
membantu Pastor membagikan komuni pada saat Perayaan Ekaristi ataupun memimpin
ibadat. Salah satu tugas prodiakon adalah tugas pewartaan melalui katekese. Prodiakon
Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu dari sekian prodiakon yang
melaksanakan tugas katekese. Dalam melaksanakan tugas katekese umat, prodiakon
sudah melaksanakan yang terbaik untuk umat. Dalam pelaksanaan katekese umat
prodiakon masih mengalami kesulitan. Pengetahuan yang dimiliki oleh prodiakon
tentang katekese umat, juga masih sangat terbatas, misalkan saja tentang metode
berkatekese, pemilihan bahan katekese, penggunaan sarana katekese bahkan cara
penyampaian isi katekese kepada umat. Prodiakon masih menggunakan metode
ceramah dalam pelaksanaan, sehingga katekese umat belum mengenai sasaran. Sasaran
katekese umat yang sebenarnya adalah katekese umat berasal dari umat sendiri, diolah
bersama umat dan hasil dari katekese umat juga untuk umat sendiri. Metode yang
digunakan oleh prodiakon juga mempengaruhi suasana katekese umat yang sedang
berlangsung. Menurut prodiakon, umat masih sangat pasif karena umat belum bisa
mensharingkan pengalaman hidupnya kepada umat yang hadir dalam katekese umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Umat hanya menjadi obyek bagi pendamping. Sikap umat yang tampak dalam proses
katekese adalah umat mengobrol dengan teman yang ada di sebelahnya ataupun
mengantuk hingga ketiduran saat proses katekese umat berlangsung. Prodiakon
mengharapkan partisipasi umat dalam katekese dan pendampingan masalah katekese
dari pihak Paroki. Responden berharap agar dapat diberikan bekal yang baru mengenai
masalah Katekese Umat. Hal ini dimaksudkan agar dengan model katekese yang baru,
umat dapat tertarik mengikuti proses Katekese Umat selanjutnya.
Dukungan yang diterima oleh prodiakon dari pihak Paroki sudah sangat cukup,
namun hambatan yang dialami oleh responden sangatlah menantang. Responden harus
menghadapi umat yang tidak mengalami perkembangan. Umat jarang mengikuti proses
katekese dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan gereja. Dalam pelaksanaan
Katekese Umat selanjutnya, responden sangat mengharapkan dukungan dari umat dan
dari pihak Paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III
KATEKESE UMAT
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
BAGI PRODIAKON
Gereja mempunyai tugas pokok dalam tugas pewartaan. Pewartaan dalam
lingkup Gereja meliputi katekese, pelajaran agama, pewartaan dalam bentuk media
cetak, elektronika maupun lewat media massa, dll. Katekese merupakan usaha dari
Gereja untuk memperkembangkan hidup iman umat dalam hidup sehari-hari. Adapun
unsur-unsur katekese adalah pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman,
pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan, maka perlu menggunakan metode dalam
ragam bentuk agar mengena dan berbuah nyata dalam diri umat (Telaumbanua, 1999:
5). Katekese sebagai bagian dari pewartaan membutuhkan pembaharuan secara terus-
menerus agar sesuai dengan kebutuhan dan situasi umat (CT, art. 18). Salah satu bentuk
katekese yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi umat adalah Katekese Umat.
Katekese Umat dapat berlangsung dengan menggunakan model analisis sosial, model
biblis, model pengalaman hidup, model campuran (model biblis dan pengalaman
hidup), model Shared Christian Praxis.
Dalam mewujudkan tritugas Yesus, Gereja perlu melihat sumbangan kaum
awam dalam Gereja. Partisipasi dari kaum awam tentunya juga melihat kebutuhan
Gereja. Penghargaan untuk kaum awam dapat dilihat dari partisipasi kaum awam dalam
tugas Gereja, misalnya saja tugas sebagai lektor, penyanyi, memberikan permandian,
melakukan pelayanan sabda dan membagikan komuni suci (Prasetya, 2007: 38). Kaum
awam yang terlibat dalam tugas liturgi dan peribadatan Gereja, diandaikan bahwa
sudah menyadari panggilannya dan tugas perutusannya sebagai bagian dari anggota
Gereja Katolik. Dalam menjalankan tugas Gereja, kaum awam juga diharapkan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dapat melakukannya dengan sepenuh hati, sehingga dapat membantu umat yang berada
di sekitarnya untuk dapat merasakan kehadiran Allah (Prasetya, 2007: 28).
Prodiakon merupakan salah satu wujud partisipasi kaum awam untuk memenuhi
kebutuhan Gereja. Prodiakon yang diartikan sebagai seseorang yang melaksanakan
tugas seperti diakon tertahbis, sudah sepantasnya jika melaksanakan tugas seperti
diakon tertahbis (Prasetya, 2007: 39). Salah satu peran prodiakon sebagai pelayan
sabda adalah memberikan katekese di tengah umat. Dalam memberikan katekese di
tengah umat, prodiakon diharapkan memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi dan
berefleksi tanpa mengesampingkan pengetahuan yang dimiliki prodiakon.
Prodiakon sebagai pelayan sabda, juga membantu tugas pewartaan Gereja.
Dalam tugas pewartaan Gereja, selain katekis lingkungan, wilayah maupun paroki,
prodiakon memiliki peranan sebagai pemimpin katekese di tengah umat, khususnya
Katekese Umat. Katekese Umat yang dirasa relevan dengan hidup umat adalah
katekese model Shared Christian Praxis. Pengenalan SCP bagi prodiakon diharapkan
dapat memberi warna tersendiri bagi prodiakon dan bagi umat sebagai peserta katekese.
A. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)
Perkembangan katekese di Indonesia ditandai dengan adanya Katekese Umat
yang diselenggarakan oleh Komisi Kateketik Indonesia yang dihadiri oleh utusan dari
seluruh keuskupan di Indonesia. Katekese Umat adalah katekese hasil Pertemuan
Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) yang pertama. Katekese Umat pertama
kali digagas pada saat Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia pada tahun
1977 bertempat di Wisma Samadi, Sindanglaya, Jawa Barat. Katekese Umat adalah
katekese yang melibatkan seluruh umat ‘katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat’
dalam proses katekese ditandai dengan komunikasi iman antar peserta (Lalu, 2007: 9-
10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Katekese mengalami perkembangan dan pembaharuan secara terus-menerus,
termasuk pengembangan model-model Katekese Umat. Shared Christian Praxis
merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam berkatekese. Shared
Christian Praxis merupakan model katekese yang aktual dengan hidup umat dan juga
mempunyai dasar teologis yang kuat. Shared Christian Praxis menekankan peran
keberadaan umat sebagai subyek (Groome, 1997: 1). Istilah Shared Christian Praxis
memang tidak begitu banyak dikenal umat, tetapi beberapa pendamping katekese
menggunakan model ini untuk berkatekese di tengah umat.
Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang menekankan pada
situasi konkret umat. Shared Christian Praxis sangat relevan jika digunakan
berkatekese di tengah umat. Kitab Hukum Kanonik kanon 769 menyebutkan bahwa:
“Hendaknya ajaran kristiani disajikan dengan cara yang cocok dengan keadaan para
pendengar dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan zaman”.
1. Katekese Umat
Katekese Umat dicetuskan saat Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-
Indonesia yang pertama. PKKI I ini berlangsung dari tanggal 10-17 Juli 1977 di
Sindanglaya, Jawa Barat. PKKI dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Sampai saat
ini, PKKI sudah berlangsung sembilan kali. Setiap pertemuan PKKI senantiasa
mengangkat Katekese Umat sebagai tema pembicaraan (Lalu, 2007: 9). Perkembangan
Katekese Umat akan lebih dipahami dalam sejarah singkat PKKI I sampai PKKI IX.
a. Sejarah singkat perkembangan Katekese Umat dalam PKKI
Tema PKKI I adalah ‘menentukan arah katekese di Indonesia’. Tema ini
berawal dari keprihatinan peserta yang melihat bahwa proses katekese masih sangat
tergantung pada kaum hierarki dan petugas-petugas pastoral. Umat tidak mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
peranan yang penting di dalam proses katekese, selain sebagai pendengar saja (Lalu,
2007: 9). Berawal dari keprihatinan peserta tersebut, para peserta mulai yakin bahwa
perlu dicari suatu arah maupun pola baru dalam katekese. Muncullah suatu gagasan
tentang bentuk katekese yang melibatkan seluruh umat ‘katekese oleh umat, dari umat,
dan untuk umat’ melalui diskusi-diskusi dan ceramah Rm. R. Hardawiryana, SJ yang
berjudul ‘Katekese dan Teologi’. Gagasan Katekese Umat harus menjadi arah dan pola
dari katekese di Indonesia (Lalu, 2007: 10).
Pelaksanaan PKKI II berlangsung di Klender pada tahun 1980 untuk mencari
kejelasan tentang gagasan Katekese Umat yang dicetuskan dalam PKKI I. PKKI II
menghasilkan rumusan Katekese Umat yang terdiri dalam enam pokok. Pokok-pokok
dalam Katekese Umat tersebut berawal dari kesulitan yang dihadapi baik oleh umat
maupun pembina saat berkatekese umat. Pokok-pokok tersebut adalah pengertian
Katekese Umat, pola Katekese Umat, peran peserta Katekese Umat, peran pembina
Katekese Umat, suasana Katekese Umat dan tujuan Katekese Umat. Dari hasil pokok-
pokok tersebut, kunci keberhasilan Katekese Umat terletak pada fasilitator (pembina
Katekese Umat) (Telaumbanua, 1999: 11).
PKKI III membicarakan pokok tentang ‘pembinaan pembina Katekese Umat’
yang diadakan pada tahun 1984 di Pacet, Mojokerto. Tema PKKI III tersebut
merupakan hasil perkembangan PKKI II yang memperjelas rumusan Katekese Umat
dan kunci keberhasilan katekese sebagian terletak pada diri pembina Katekese Umat.
Hal-hal yang dirumuskan dalam PKKI III meliputi, arti dan makna pembina Katekese
Umat, pembinaan ketrampilan pembina Katekese Umat dan unsur-unsur pokok dalam
pembinaan pembina Katekese Umat. Hasil PKKI III, diharapkan dapat membawa hal
yang positif bagi perkembangan pembina Katekese Umat (Lalu, 2007: 15-19).
PKKI IV berlangsung pada bulan Oktober tahun 1988 di Denpasar, Bali,
mengusung tema ‘iman yang terlibat dalam masyarakat’. Pokok pembahasan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PKKI IV adalah mengevaluasi Katekese Umat yang terus mengalami perkembangan
baik yang dirasakan oleh peserta katekese maupun pembina. PKKI IV juga
merumuskan pokok-pokok mengenai arti iman yang terlibat dalam masyarakat,
Katekese Umat yang dicita-citakan, dan Katekese Umat dengan analisis sosial (Lalu,
2007: 21-25).
PKKI V yang berlangsung dari tanggal 22-30 September 1992 di Wisma
Kinasih, Caringin, Bogor mengangkat kebali tema PKKI IV ‘membina iman yang
terlibat dalam masyarakat’. Kehidupan iman umat perlu dihayati dan dimengerti
sebagai iman yang memasyarakat dalam lingkup hidup konkret. Metode yang
digunakan agar dapat membina iman yang terlibat dalam masyarakat adalah metode
analisis sosial. Diharapkan, dengan metode analisis sosial dapat melihat suatu masalah
secara lebih dalam dan membantu umat mewujudkan imannya dalam hidup
bermasyarakat (Lalu, 2007: 27).
PKKI VI mengambil tema ‘menggalakkan karya katekese di Indonesia’. Sub
tema dalam PKKI VI ini adalah katekese yang membangun jemaat dengan orientasi
Kerajaan Allah, Kitab Suci dalam Katekese Umat Ansos, peranan media dalam
pewartaan, spiritualitas dan tugas para pewarta. Kerangka sub tema tersebut didalami
oleh peserta yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok dan didampingi oleh para
pakar (Lalu, 2007: 35).
PKKI VII mengusung tema ‘Katekese Umat dan kelompok basis gerejani’.
PKKI VI mengharapkan bahwa dengan adanya Katekese Umat dapat menunjang
adanya Komunitas Basis Gerejani (KBG) ditandai dengan saling menghargai secara
lebih mendalam dan umat semakin menyadari pentingnya hidup dalam komunitas.
Setelah itu, Katekese Umat dapat menghantar umat yang masuk dalam KBG agar
semakin berkembang bersama-sama dengan visi dan misinya serta memiliki
spiritualitas yang sama. Tema yang diangkat dalam PKKI VII, kemudian dievaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kembali dalam PKKI VIII untuk melihat sumbangan yang dapat diberikan Katekese
Umat demi pertumbuhan dan perkembangan Komunitas Basis Gerejani (Lalu, 2007:
45-59). PKKI IX berlangsung pada tanggal 17-23 Juni tahun 2008, di Tomohon,
Manado. PKKI IX mengusung tema ‘katekese dalam masyarakat yang tertekan’.
Tema-tema yang diangkat dalam PKKI I sampai dengan PKKI IX senantiasa
mengangkat Katekese Umat sebagai tema pokok dalam pertemuan. Walaupun seiring
dengan perkembangan, Katekese Umat dilihat dari berbagai hal. Tentunya, tema-tema
tersebut semakin memperkaya Katekese Umat yang hidup di dalam lingkungan umat.
Rumusan Katekese Umat dapat lebih dipahami melalui pengertian Katekese
Umat, pola dan isi Katekese Umat, peserta Katekese Umat, pendamping Katekese
Umat, suasana Katekese Umat, tujuan Katekese Umat dan keunggulan Katekese Umat.
b. Pengertian Katekese Umat
PKKI II yang diadakan pada tahun 1980, dimaksudkan untuk memantapkan
hasil Katekese Umat dalam PKKI I yang masih mengalami kesimpangsiuran dalam
prakteknya. Katekese Umat dapat diartikan sebagai komunikasi iman umat atau tukar
pengalaman iman antaranggota jemaat (Telaumbanua, 2007: 11). Melalui hasil PKKI
II, Huber (1981: 15) merumuskan pengertian Katekese Umat sebagai berikut:
KATEKESE UMAT diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalamaniman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksianpara peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masingditeguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam Katekese Umat tekananterutama diletakkan penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan.Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.
Komunikasi iman atau tukar pengalaman (penghayatan iman) antara anggota
jemaat/kelompok yang dimaksudkan adalah bukan saja komunikasi antara pembimbing
dengan umat. Komunikasi iman dalam Katekese Umat merupakan komunikasi antar
peserta sendiri lalu peserta dengan pendamping. Komunikasi iman yang diharapkan
dalam Katekese Umat, tentunya juga mengingat arah katekese sekarang adalah demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pembangunan jemaat agar semakin berani dan kritis dalam mengungkapkan diri
(Huber, 1981: 18; bdk. Lalu, 2007: 90). Katekese yang hanya bersifat pengajaran
belaka di mana umat hanya sebagai pendengar dan dianggap tidak tahu tentang apa-apa
tidak lagi mendapat perhatian di tengah umat (Telaumbanua, 1999: 86).
Pengalaman iman umat (penghayatan iman) dasar dalam berkatekese umat,
mempunyai makna yang begitu dalam. Setiap pengalaman yang dimiliki, baik secara
langsung maupun tidak langsung adalah pengalaman yang dilihat dalam terang iman.
Lewat pengalaman iman tersebut, umat semakin diteguhkan dan diperkaya satu sama
lain. Hal ini jelas terlihat bahwa yang ditukarkan ialah penghayatan iman dan bukan
pengetahuan tentang rumusan iman. Rumusan-rumusan iman memang menunjang
penghayatan iman umat, tetapi peserta diharapkan dapat mengenal penghayatan sendiri
dalam rumusan resmi Gereja (Lalu, 2007: 90).
Dengan mengatakan bahwa “Katekese Umat mengandaikan adanya
perencanaan”, rumusan ini membatasi pengertian Katekese Umat. Sesuai yang
dikatakan dalam Catechesi Tradendae art. 21, bahwa: “Katekese harus bersifat
sistematis, bukan hasil improvisasi, melainkan sungguh berencana untuk mencapai
tujuan tertentu”. Bidang pembinaan iman pastoral sangatlah beragam dan luas sekali.
Katekese Umat adalah salah satu bidang dalam usaha pastoral Gereja. Kendatipun
Katekese Umat merupakan salah satu bidang pembinaan iman saja, tentunya Katekese
Umat juga dipengaruhi dan mempengaruhi kegiatan pastoral lain (Lalu, 2007: 90).
Usaha pastoral Gereja yang dalam hal ini adalah katekese, merupakan salah satu
pembinaan Gereja untuk umat dan selalu berkelanjutan serta selalu ada gerakan
pembaharuan. Melihat usaha Gereja yang sedemikian, maka dapat dilihat bahwa dalam
setiap gerakan Gereja dalam hal katekese ada suatu kegiatan “perencanaan”. Rencana
untuk dapat melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik untuk umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Katekese yang terencana, akan dapat sangat membantu bagi yang memberi katekese
maupun yang menerima katekese.
c. Pola dan isi Katekese Umat
Katekese Umat memiliki pola dan isi yang berpusat pada Yesus Kristus. Yesus
Kristus merupakan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia, yang merupakan
puncak dari seluruh tindakan Allah di dunia dan merupakan pusat pewartaan kabar
gembira Injil dalam rangka sejarah keselamatan. Dengan demikian, katekese harus
berpusat pada Kristus (DCG, art. 40). Huber (1981: 15) menulis sebagai berikut:
Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus,pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapisabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci,khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja disepanjang Tradisinya.
Maksud bahwa katekese memiliki pola Kristosentris diartikan bahwa ajaran
yang disampaikan bukanlah ajaran dari pendamping katekese maupun ajaran orang lain
melainkan ajaran Yesus Kristus yang hadir dalam Sabda Allah. Katekese mengajarkan
kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Segala tindakan dan hal-hal
yang ada dalam diri Yesus adalah kebenaran. Dalam katekese, Kristus adalah Sabda
yang menjelma dan Putera Allah (CT, art. 6).
Yesus Kristus menjadi pokok katekese yang selalu menjadi tujuan akhir dan
penentu dalam proses katekese. Katekese Umat merupakan katekese yang berawal dari
pengalaman sehari-hari umat, namun tetap dilihat dalam rangka karya penyelamatan
Yesus untuk menuju pada Allah sendiri. “Bukan sembarang tukar pengalaman tetapi
usaha tekun yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun mengenai cara. Dalam
Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dia-lah pula Allah mendatangi kita”
(Huber, 1981: 19; bdk. Lalu, 2007: 91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Isi dalam Katekese Umat yang juga tidak dapat diabaikan adalah penghayatan
iman. Penghayatan iman umat diukur dan berpedoman pada Kitab Suci, tetapi bukan
berarti bahwa tiap bentuk penghayatan iman tertampung secara harafiah dalam Kitab
Suci, demikian juga dengan Katekese Umat yang berpedoman dan dinilai oleh Kitab
Suci, tetapi bukan berarti bahwa Kitab Suci menjadi bahan satu-satunya dalam
melaksanakan Katekese Umat (Huber, 1981: 19).
Tukar penghayatan iman akan gagal dan menjengkelkan, apabila umat tidak
dapat saling mendengarkan, tidak saling menampung dan menghargai satu sama lain
dalam mendalami tema katekese. Pembicaraan yang terjadi antar umat akan
menyebabkan ketidaksinambungan arah Katekese Umat (Huber, 1981: 19).
d. Peserta Katekese Umat
Katekese Umat adalah katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat. Rumusan
tersebut menegaskan bahwa peserta Katekese Umat bukanlah suatu golongan maupun
status tertentu melainkan seluruh umat Allah. Huber (1981: 15) menuliskan bahwa:
Yang berkatekese ialah Umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadimemilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus;Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok; jadiseluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun disekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat justru merupakansalah satu unsur yang memberi arah pada Katekese sekarang. Penekananperanan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertianGereja itu sendiri.
Gereja sadar bahwa Katekese Umat tidak ditujukan pada sebagian umat saja,
tetapi seluruh umat yang terpanggil untuk mendalami imannya terus-menerus. Semua
orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul dalam
Kristus berhak mengikuti dan mendapatkan Katekese Umat. Umat yang secara pribadi
memilih Kristus adalah umat yang dipersatukan dalam sakramen permandian maupun
para katekumen (Huber, 1981: 20; bdk. Lalu, 2007: 92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pelaksanaan Katekese Umat tidak menuntut pengelompokan umat yang, tetapi
setiap kesempatan umat berkumpul dapat melaksanakan. Mereka yang berada dalam
lingkup keluarga, sekolah, perguruan tinggi maupun dalam kelompok basis tertentu.
Katekese Umat. Dalam Catechesi Tradendae art. 44 menyebutkan bahwa katekese
selalu memberikan perhatian bagi mereka yang masih belum mengenal Kristen, yang
menjauh dari Kristen, maupun bagi mereka yang belum pernah mengalami pembinaan
iman. Katekese Umat tidak menuntut bahwa Katekese Umat hanya bisa dilaksanakan
lingkup Gereja saja. Katekese Umat merupakan katekese yang ditujukan kepada
seluruh umat. “Oleh karena itu katekese diperuntukkan bagi kaum dewasa segala umur,
termasuk mereka yang lanjut usia, yang selayaknya beroleh perhatian yang khusus
mengingat pengalaman serta masalah-masalah mereka, - tidak kurang dari pada bagi
anak-anak, kaum remaja, dan angkatan muda” (CT, art. 45).
e. Pendamping Katekese Umat
Pendamping Katekese Umat juga memiliki peranan yang penting dalam proses
pelaksanaan Katekese Umat. Dalam pelaksanaannya, kunci keberhasilan Katekese
Umat sebagian terletak pada pendamping Katekese Umat. Peran pendamping dalam
Katekese Umat diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta
katekese, sehingga peserta katekese dapat mengungkapkan dirinya dengan terbuka.
Rumusan Katekese Umat dalam PKKI II (Huber, 1981: 15-16) menyebutkan bahwa:
Dalam katekese yang menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutamasebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siapmenciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya parapeserta berani berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalurkomunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepadahierarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus
Rumusan tersebut menjelaskan bahwa peran pendamping dalam Katekese Umat
sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator) bagi umat. Seorang pendamping Katekese
Umat selalu menghayati contoh Kristus di dalam tugas pelayanannya, ‘Aku di tengah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
tengahmu sebagai pelayan’ (Luk 22:27). Pendamping yang menghayati Kristus dalam
tugas perutusannya, adalah pendamping yang baik bagi umatnya. Pendamping mampu
mengarahkan pembicaraan umat dalam proses katekese agar tidak menghindarkan diri
dari salib dengan menghibur diri dengan pembicaraan yang dangkal. Pendamping
hendaknya senantiasa melayani peserta yang mengalami kesulitan dengan selalu
memberikan semangat, memuji usaha, meredakan ketegangan maupun menjaga
perasaan peserta agar tidak merasa terhina. Pendamping membangun suasana saling
mendengarkan dan saling menghargai satu sama lain tanpa pandang bulu (Lalu, 2007:
95). Suasana yang dibangun oleh pendamping tersebut membantu peserta semakin
komunikatif dan terbuka, sehingga umat dapat mengungkapkan dirinya tanpa merasa
ketakutan dan merasa tidak dihargai (Huber, 1981: 21; bdk. Lalu, 2007: 94).
Pendamping juga perlu memberikan masukan yang diperlukan oleh kelompok untuk
memenuhi kebutuhan rohani maupun keberlangsungan Katekese Umat. Peran
pendamping tidak hanya terhenti pada saat proses pertemuan katekese saja, tetapi
pendamping juga harus pandai mengatur waktu dan tempat untuk pertemuan katekese
selanjutnya jika kelompok tidak melakukannya (Huber, 1981: 21-22; bdk. Lalu, 2007:
95).
Pendamping Katekese Umat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan
dalam berkatekese. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, bukan berarti
bahwa pendamping Katekese Umat merasa lebih tinggi dibandingkan umat yang
didampingi. “Pemimpin Katekese Umat tidak membawa diri sebagai pembesar, yang
mengindoktrinasikan bawahannya; pun pula dia tidak mau memberi kesan, seakan-akan
dia yang pandai menyampaikan pengetahuan/pandangan kepada para peserta yang
bodoh” (Lalu, 2007: 94).
Selain itu, dengan kemampuan yang lebih, pendamping Katekese Umat dapat
membantu umat yang sedang merasa kesulitan dalam menjalani hidup. Dengan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pendamping yang seperti ini, maka hubungan yang terjalin antara pendamping dan
peserta katekese dapat terjalin hubungan yang erat dan hangat.
Melihat pandangan diatas, tentunya sangat diharapkan bahwa pendamping
katekese sudah mempunyai bekal kemampuan/ketrampilan dalam memberikan
katekese kepada umat. Lalu (2007: 96) menuliskan bahwa sebagai pendamping
Katekese Umat diharapkan memiliki kemampuan/ketrampilan berkomunikasi dan
berefleksi.
1) Kemampuan/ketrampilan dalam berkomunikasi
Komunikasi merupakan salah satu pokok penting dalam pewartaan katekese di
tengah umat. Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antara
orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi
kebudayaan tertentu. Kemampuan/ketrampilan dalam berkomunikasi yang diharapkan
dari sosok seorang pendamping Katekese Umat, adalah sebagai berikut (Lalu, 2007:
96):
Mampu berelasi dengan umat sehingga dapat mengajak umat untuk berkumpul,
mensharingkan pengalaman imannya lalu bersama-sama dengan pendamping
mampu merumuskan suatu tindakan nyata sebagai suatu sikap pertobatan.
Mampu mengungkapkan diri di tengah umat agar dapat menjadi panutan umat
yang lain. Selain pendamping terampil dalam berbicara, pendamping diharapkan
juga dapat mendengarkan. Dengan mendengarkan, umat akan merasa dihargai dan
diterima oleh pendampingnya.
Mampu menciptakan suasana yang komunikatif sehingga memudahkan peserta
untuk dapat mengungkapkan dirinya dan mengajak peserta untuk dapat
mendengarkan peserta lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2) Kemampuan/ketrampilan berefleksi
Komunikasi antara pendamping dan peserta bukan hanya diartikan sebagai
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik semata, melainkan komunikasi
iman. Komunikasi iman bukanlah hanya sekedar informasi belaka, melainkan suatu
kesaksian iman baik dari peserta maupun dari pendamping. Itu berarti bahwa
pendamping Katekese Umat adalah seorang yang menyadari dan mampu memberi
kesaksian tentang pengalaman imannya. Komunikasi iman menuju pada kehadiran
Kristus yang dialami dan dihayati oleh umat Kristiani dimana-mana sejak jaman para
rasul sesuai dengan pola atau isi Katekese Umat (Lalu, 2007: 96).
f. Suasana Katekese Umat
Suasana Katekese Umat dapat dibangun sesuai yang diharapkan dalam rumusan
Katekese Umat dalam PKKI II dengan relasi yang dibangun antara pendamping
maupun peserta. Suasana Katekese Umat dalam PKKI II (Huber, 1981: 16) dirumuskan
sebagai berikut: “Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai
sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta
berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling
mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus-menerus.”
Hubungan yang terjalin antar peserta dalam pertemuan Katekese Umat adalah
hubungan setia kawan, yang secara bersama dengan pendamping berjalan menuju
Kepenuhan Kristus. Setiap peserta memiliki sumbangannya untuk mengungkapkan
pengalaman imannya dan mendengarkan pengalaman iman peserta lain. Para peserta
memiliki peran yang sama dalam Katekese Umat, ditandai dengan suasana yang
sederajat (Lalu, 2007: 93-94). Peserta Katekese Umat bersama-sama berkumpul dalam
pertemuan untuk memahami Kristus dalam hidup sehari-hari tanpa ada paksaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Suasana yang terjalin adalah suasana bebas, tanpa takut dan merasa dicurigai saat
mengungkapkan pengalaman imannya (Lalu, 2007: 93).
Katekese Umat mengusahakan suasana tobat dalam setiap pertemuan. Suasana
tobat dalam pertemuan katekese ini berlawanan dengan sikap-sikap yang selalu
memegahkan diri saat pertemuan katekese dengan kedudukan atau gengsi yang dimiliki
oleh peserta. Meremehkan peserta lain dalam proses Katekese Umat bertentangan
dengan suasana katekese umat yang sederajat dan saling menghargai dalam rumusan
Katekese Umat PKKI II. “Hal ini sesuai dengan cita-cita Paulus: ‘Dalam hal ini tidak
lagi diadakan perbedaan antara orang Yahudi, antara hamba dan orang bebas, antara
laki-laki dan perempuan. Saudara semuanya satu karena Yesus Kristus’. (Gal 3:28)”
(Huber, 1981: 22; bdk. Lalu, 2007: 94).
g. Tujuan Katekese Umat
Adanya Katekese Umat yang berkembang dari jaman ke jaman, tentunya
memiliki tujuan yang ingin dicapai. PKKI II (Huber, 1981: 16) menegaskan bahwa
tujuan Katekese Umat ialah:
supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;
dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadarikehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkancinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;
pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegasmewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;
sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kitadi tengah masyarakat.
Kelima rumusan tujuan Katekese Umat tersebut menyoroti tujuan Katekese
Umat dari sudut yang berbeda. Ketiga tujuan pertama lebih memperhatikan peserta
sendiri, sedangkan kedua tujuan terakhir menegaskan tujuan sebagai Gereja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berpuncak pada hidup peserta dalam bermasyarakat (Huber, 1981: 23; bdk. Lalu, 2007:
97).
Tujuan Katekese Umat yang utama adalah membantu peserta untuk semakin
sadar, semakin mendalam/utuh. Katekese Umat membantu peserta untuk menempatkan
pengalaman religius kembali ke dalam hidup konkret, sehingga membawa peserta pada
proses pemanusiaan kristiani. Tobat (metanoia) dalam Katekese Umat adalah
mengusahakan kehadiran Allah di tengah-tengah umat, sehingga umat mengalami dan
menyadari bahwa seluruh pengalaman hidup di dunia ditebus oleh Kristus dan dipakai
oleh Roh Kudus untuk mengantar umat pada Allah Bapa (Huber, 1981: 23; bdk. Lalu,
2007: 97).
Tujuan Katekese Umat ini sejalan dengan tujuan khas katekese yang tertulis
dalam Catechesi Tradendae art. 20, “berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang
baru mulai tumbuh, dan hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin
memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua”. Apapun yang
menjadi tujuan dalam Katekese Umat, selalu bertolak demi pengembangan hidup umat
dalam Gereja dan dalam lingkungan masyarakat. Tujuan Katekese Umat adalah
merupakan titik yang semestinya dicapai dalam proses Katekese Umat. Di dalam
mewujudkan tujuan yang akan dicapai oleh Katekese Umat, maka perlunya keterlibatan
antara umat, fasilitator dan para pejabat Gereja.
h. Keunggulan Katekese Umat
Katekese Umat memiliki beberapa keunggulan, yang juga merupakan suatu
tanda bahwa Katekese Umat mendapat tempat di hati pendamping dan umat. Katekese
Umat ialah katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Umat menjadi subyek
dalam berkatekese dengan aktif berpikir, aktif berbicara, aktif mengambil keputusan.
Katekese umat mampu menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
peserta katekese. Katekese Umat membawa anggota umatnya menjadi semakin kritis
dan otonom (Lalu, 2007: 103).
Katekese Umat selalu berbicara tentang hidup konkret dalam terang Injil. Hal
ini menyadarkan umat pada kehadiran Allah dalam hidup mereka. Katekese Umat
senantiasa mengajak peserta secara konkret dan aktual menyadari bahwa Allah hadir
dan berkarya dalam hidup nyata mereka (Lalu, 2007: 103).
Katekese Umat berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang iman dan
terjadi komunikasi iman itu. Katekese Umat sering pula disebut sebagai komunikasi
iman. Semakin umat berkomunikasi iman, umat akan semakin menjadi communio,
semakin menjadi Gereja (Lalu, 2007: 103).
Dalam Katekese Umat, peserta berbicara dan berkomunikasi tentang hidup
nyata. Adanya komunikasi iman tentang hidup konkret membawa Katekese Umat dan
Gereja menjadi sungguh kontekstual dan terbuka. Dalam Katekese Umat, Gereja ber-
communio dengan dunia. Orientasi Katekese Umat adalah Kerajaan Allah, dan tidak
terbatas pada Gereja saja (Lalu, 2007: 103).
2. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat
Shared Christian Praxis bermula dari kebutuhan para katekis untuk menemukan
suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif, artinya suatu pendekatan yang
mempunyai dasar teologis yang kuat, menggunakan model pendidikan yang
“progressif”, dan memiliki keprihatinan pelayanan pastoral yang aktual (Groome,
1997:1).
Shared Christian Praxis merupakan salah satu proses katekese yang bersifat
dialogal dan partisipatif dimana pengalaman iman umat yang menjadi tekanan dalam
proses katekese ini. Shared Christian Praxis merupakan konfrontasi antara “tradisi”
dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani sehingga dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
SCP umat mampu mengambil penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Groome, 1997:1).
Model Shared Christian Praxis bermula dari pengalaman hidup peserta yang
selanjutnya direfleksi secara kritis supaya diketemukan maknanya yang kemudian
dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup iman dan Visi kristiani supaya muncul
pemahaman, sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru
pula. Dengan kata lain sejak awal orientasi pendekatan ini adalah praksis; maka
pendekatan ini juga disebut sebagai model praksis (Groome, 1997:1).
a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)
Definisi Shared Christian Praxis dapat digambarkan sebagai suatu pedagogi
yang partisipatif dan dialogis di mana orang-orang berefleksi secara kritis terhadap
pengalaman hidup mereka sendiri pada suatu waktu dan tempat dan terhadap realitas
sosiokultural mereka, mempunyai akses bersama ke dalam Visi Kristen, dan secara
pribadi mengambil maknanya dalam komunitas dengan tujuan kreatif untuk
memperbarui praksis iman Kristen menuju pemerintahan Allah bagi seluruh ciptaan.
Shared Christian Praxis menekankan proses katekese yang bersifat dialogal dan
partisipatif dengan maksud agar mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara
“tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik
secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil
keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia
yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds, 2009b: 14). Shared Christian Praxis
mempunyai tiga komponen pokok maupun istilah–istilah kunci yang ada dalam
langkah-langkah Shared Christian Praxis. Komponen pokok yang dimaksud, antara
lain: sharing, Christian, Praxis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1). Sharing
Istilah sharing ini menunjukkan komunikasi yang timbal balik yang
menekankan hubungan kemitraan yang saling melengkapi, partisipasi aktif dan dialog
dalam diri seseorang dengan orang lain dan dengan Tuhan dan dengan Visi iman
Kristen. Sharing adalah mengungkapkan rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling
mendengarkan pengalaman orang lain. Pengalaman yang diungkapkan adalah
pengalaman yang apa adanya dan merupakan suatu kebenaran. Pengalaman yang
diungkapkan didasari dengan sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati
saat mengungkapkan pengalamannya. Dialog dimulai oleh peserta dalam suasana
penuh persaudaraan dan kasih (Sumarno Ds, 2009b: 16). Seperti yang diungkapkan
oleh Groome (1997: 4) menegaskan bahwa:
Aspek dialog dimulai dari refleksi dan pengolahan pengalaman pribadi yangselanjutnya akan menjadi pokok penegasan bersama. Di dalam proses itudiandaikan adanya kejujuran, keterbukaan, kepekaan, dan penghormatan. Di sinitampak pentingnya mendengar tidak hanya dengan telinga tetapi dengan hati:mendnegar dengan penuh simpati. Segi dialog mengandung unsur peneguhan,penegasan, dan hasrat untuk maju bersama. Lebih dari itu, dialog jugamenggarisbawahi hubungan dialektis antara praksis faktual para peserta dengannilai dan semangat kristiani.
Sharing antara pendamping dan peserta katekese ataupun peserta katekese
dengan peserta katekese yang lainnya merupakan hubungan yang bersifat dialogis.
Dialog mempunyai dua unsur penting, yakni: membicarakan dan mendengarkan.
Dialog bukan berarti bahwa peserta bicara terus-menerus dalam suatu pertemuan
katekese tetapi juga memberikan kesempatan pada peserta lain untuk berbicara. Pada
model katekese ini, pendamping dan peserta katekese dapat menjadi narasumber
(Sumarno Ds, 2009b: 16).
2). Christian
Katekese dengan model Shared Christian Praxis mencoba untuk mengusahakan
agar kekayaan kristiani sepanjang sejarah dapat semakin terjangkau dan relevan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
hidup umat pada zaman sekarang. Kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah yang
semakin dekat dengan umat diharapkan dapat berkembang menjadi pengalaman iman
jemaat. “Kekayaan iman yang ditekankan dalam model ini meliputi dua unsur pokok
yaitu pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya”
(Groome, 1997: 2).
Tradisi kristiani merupakan tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri Allah
yang terlaksana di tengah kehidupan manusia yang hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi
bukan hanya berupa tradisi pengajaran Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci,
spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, dan lain-lain (Groome, 1997: 3).
Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja bukan hanya sejarah naratif atauadat istiadat ritual masa lampau saja, tetapi seluruh pengalaman iman umatdalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan yang sudah dibakukan olehGereja dalam rangka menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Orang tidakbisa begitu saja menciptakan Tradisi sendiri. Bahkan dalam Gereja tidak semuatradisi yang ada diterima sebagai tradisi (Sumarno Ds, 2009b: 17).
Sedangkan visi kristiani merupakan tuntutan yang terkandung dalam tradisi.
Visi kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam
sehi kehidupan manusia. Visi kristiani menunjuk pada proses perjalanan kehidupan
umat kristiani yang berkesinambungan dan bersifat dinamis dan mengundang penilaian,
penegasan, pilihan dan keputusan (Groome, 1997: 2).
Tadisi dan visi kristiani tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab visi
kristiani bujan sekedar pengetahuan saja. Visi kristiani adalah suatu kenyataan hadirnya
bentuk konkret dari Tradisi. Hal ini merupakan jawaban bagi orang beriman atas
pengalaman iman kristiani dan terhadap janji Allah yang terungkap dalam pengalaman
dan Tradisi kristiani. “Visi merupakan manifestasi konkrit dari jawaban manusia
terhadap janji Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau Tradisi” (Sumarno Ds,
2009b: 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3). Praxis
Praxis dalam pengertian model katekese bukanlah hanya suatu “praktek”
(lawan dari “teori”) saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis
mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang
meliputi kesatuan antara praktek dan teori (yang membentuk suatu kreatifitas), antara
refleksi kritis dan kesadaran historis (mengarah pada keterlibatan baru). Praxis ini
merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual,
spiritual dari hidup kita. Tindakan ini meliputi sesuatu yang kumiliki, kurasakan dan
kualami. Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan, yaitu aktifitas,
refleksi dan kreatifitas (Sumarno Ds, 2009b: 15).
a). Aktivitas
Aktivitas menunjuk pada kegiatan masa kini yang sedang dilakukan oleh
peserta dan melihat dirinya sebagai subyek dari kegiatan yang sedang dilakukan baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. “Aktivitas meliputi kegiatan mental dan
fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang
semuanya merupakan medan untuk perwujudan diri manusia sebagai subyek. Karena
bersifat historis, aktivitas hidup manusia perlu ditempatkan di dalam konteks waktu dan
tempat” (Groome, 1997: 2).
b). Refleksi
Komponen refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis masa
lampau personal dan sosial, terhadap praksis pribadi dan kehidupan masyarakat, serta
terhadap tradisi dan visi iman kristiani sepanjang sejarah. “Refleksi kritis merupakan
suatu kegiatan manusia yang meliputi tiga unsur: akal budi kritis dalam mengevaluasi
masa sekarang, ingatan kritis dalam menyingkap masa lalu dalam masa sekarang, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
imaginasi kreatif untuk menghadapi masa depan dalam masa sekarang” (Sumarno Ds,
2009b: 15).
Akal budi yang kritis dalam mengevaluasi masa sekarang adalah untuk mengerti
apa yang “nyata” dalam masa kini, sehingga manusia tidak hanya bersikap pasif dalam
menyikapi apa yang sudah terjadi (Sumarno Ds, 2009b: 15).
Ingatan kritis dalam menyingkap masa lalu dalam masa sekarang adalah dengan
menggunakan daya ingatan untuk mengaktifkan masa lampau dengan mengingat-ingat
apa yang terjadi dalam tindakan dan memberi arti tindakan itu secara pribadi dan sosial
(Sumarno Ds, 2009b: 15).
Imaginasi kreatif untuk menghadapi masa depan dalam masa sekarang
digunakan untuk menatap masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau. Harapan-
harapan itu berdasarkan ungkapan atas dasar yang nyata dari masa lampau.
c). Kreatifitas
Komponen ini merupakan perpaduan antara komponen aktifitas dan refleksi.
Komponen ini menekankan dinamika praksis di masa depan yang terus berkembang
sehingga melahirkan praksis baru (Groome, 1997: 2). Praksis baru ini adalah sesuatu
hal yang akan dilakukan di masa depan setelah melihat aktifitas dan merefleksikannya,
sehingga tercipta sesuatu hal baru. Hal yang baru tersebut tentunya membawa pada
arah yang lebih baik dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.
b. Langkah-langkah proses Shared Christian Praxis (SCP)
Shared Christian Praxis meliputi lima langkah yang berurutan, dimulai dengan
langkah 0 (nol) sebagai pemusatan aktivitas (Sumarno Ds, 2009b: 18). Lima langkah
yang saling berurutan dapat mengalami tumpang tindih, terulang kembali, atau langkah
yang satu tergabungkan dengan langkah yang lainnya (Groome, 1997: 5). “Yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pokok adalah bahwa semua langkah mengalir dalam suatu kesatuan yang menyeluruh
dan bukan langkah-langkah yang terlepas (Sumarno Ds, 2009b: 23).
1). Langkah 0 (Awal): Pemusatan aktivitas
Pemusatan aktivitas pada langkah awal ini bertujuan untuk mengajak dan
mendorong umat untuk menentukan topik pertemuan yang bertolak dari pengalaman
konkret peserta dalam hidup sehari-hari. Tahap ini ingin mengajak peserta untuk dapat
melihat pengalaman yang dialami oleh peserta sendiri ataupun dari keadaan yang ada
dalam masyarakat. Topik pertemuan tersebut selanjutnya akan menjadi tema dasar
dalam pertemuan Shared Christian Praxis. Tema yang diangkat dalam pertemuan
merupakan cerminan dari keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan peserta. Tema
yang digunakan dalam pertemuan hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta
untuk terlibat aktif dalam pertemuan dan peserta bukan lagi sebagai obyek melainkan
subyek. Pemilihan tema dasar sebaiknya konsisten dengan model Shared Christian
Praxis yang selalu menekankan partisipasi dan dialog serta tidak bertentangan dengan
iman kristiani. Tema yang dipilih hendaknya juga disadari sebagai tema bersama (tema
semua peserta) (Sumarno Ds, 2009b: 18).
Kekhasan dalam langkah ke-nol ini adalah adanya persiapan bagi prodiakon
untuk menyiapkan tema pertemuan katekese selanjutnya. Sarana penunjang yang dapat
digunakan pendamping untuk membantu peserta dalam menemukan tema dasar adalah
simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film telenovela
maupun sarana-sarana lainnya yang menunjang. Adanya sarana, tentunya dapat
membantu peserta untuk mengungkapkan keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan
peserta yang selanjutnya akan menjadi tema dasar pertemuan (Sumarno Ds, 2009b: 18).
Peran pendamping dalam langkah 0 (pemusatan aktivitas), adalah memilih
sarana yang tepat bagi peserta dan membantu peserta dalam merumuskan tema dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pertemuan yang tepat bagi peserta (sesuai dengan situasi konkret peserta). Selain itu,
pendamping diharapkan dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang
mendukung jalannya proses katekese. Lingkungan psikososial yang mendukung
ditandai dengan hubungan antar peserta dalam suasana penuh dialog dan kebersamaan.
Dengan adanya suasana tersebut dapat merangsang peserta untuk berpartisipasi secara
aktif dan kreatif (Groome, 1997: 10). “Suasana yang penuh persahabatan,
kekeluargaan, dan saling percaya akan mengakibatkan peserta merasa at-home, merasa
dimengerti, diterima, dan dihargai” (Groome, 1997: 10). Sedangkan untuk lingkungan
fisik yang mendukung perlu memperhatikan keadaan ruangan, misalnya saja cukup
terang, nyaman, rapi dan bersih. Bahkan, tempat untuk duduk pun juga diatur
sedemikian agar tidak ada yang saling membelakangi sehingga suasana lebih terbuka
dan dapat saling melihat satu sama lain (Groome, 1997: 10).
Sedangkan peran peserta dalam langkah ini adalah berani untuk
mengungkapkan keprihatinan, masalah maupun kebutuhan peserta dalam pertemuan.
Keprihatinan yang diungkapkan oleh peserta dapat dibantu dengan sarana yang
digunakan oleh pendamping. Keprihatinan yang diungkapkan dapat dialami oleh
peserta katekese sendiri, atau keprihatinan yang ada di sekitar peserta (masyarakat
sekitar). Dalam langkah ini, peserta diharapkan dapat merumuskan tema yang sesuai
dengan keprihatinan yang telah diungkapkan dibantu dengan pendamping. Tema yang
dirumuskan tidak oleh satu orang peserta saja, melainkan oleh semua peserta yang
hadir.
2). Langkah I (Pertama): Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap
pengalaman hidup peserta)
Langkah pertama bertujuan membantu peserta untuk dapat mengungkapkan
pengalaman hidup faktual (fakta) kepada pendamping maupun kepada peserta lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pengalaman hidup yang diungkapkan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh
peserta sendiri maupun pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya (Sumarno
Ds, 2009b: 19). Tentunya, pengalaman yang diungkapkan peserta sesuai dengan tema
yang dirumuskan dalam pertemuan katekese. Peserta yang sadar mengungkapkan
pengalaman hidupnya, menandakan bahwa peserta tersebut menyadari bahwa dirinya
sebagai subyek dalam proses berkatekese (Groome, 1997: 10).
Kekhasan dalam langkah pertama adalah adanya sharing antar peserta diawali
dengan kesadaran peran peserta sebagai subyek dalam proses berkatekese. Setiap
peserta berhak mengungkapkan pengalaman hidupnya tanpa ada unsur paksaan,
sehingga peserta berhak mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri sesuai dengan
kepentingan, minat dan kemampuan peserta. Dalam mengungkapkan pengalaman
hidupnya, peserta dibantu oleh pendamping dengan menggunakan sarana yang sudah
disiapkan oleh pendamping.
Peran dan tanggung jawab pembimbing dalam langkah I adalah berperan
sebagai fasilitator dengan menciptakan suasana yang terbuka dan hangat sehingga umat
semakin nyaman dalam mengungkapkan pengalaman pribadinya. Suasana yang hangat
dan terbuka dapat didukung dengan sikap pembimbing yang ramah dan bersahabat.
Selain itu, pendamping tidak perlu memaksa peserta untuk mengungkapkan
pengalamannya dan meyakinkan peserta bahwa pengalaman peserta sangat berharga
dalam keseluruhan proses katekese. Berikutnya, pembimbing dapat merumuskan
pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan
latar belakang peserta dan bersifat terbuka dan obyektif (Sumarno Ds, 2009b: 19).
Pertanyaan yang jelas membantu peserta mengungkapkan pengalaman yang dimiliki
dan sesuai dengan rumusan tema pertemuan. Pembimbing juga dapat memberikan
pertanyaan yang dapat memancing peserta yang pasif dalam mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penglamannya, seperti halnya: dimana, kapan, apa, yang mana, dsb (Sumarno Ds,
2009b: 29).
Peran peserta dalam langkah pertama ini adalah mengungkapkan pengalaman
yang dimilikinya dapat dalam bentuk ceritera, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek,
lambang, dll (Groome, 1997: 5). Bentuk apapun yang dikemukakan oleh peserta, yang
terpenting adalah dapat dimengerti oleh peserta yang lain (Sumarno Ds, 2009b: 19).
Saat salah seorang peserta sedang mengungkapkan pengalaman hidupnya, peserta yang
lain diharapkan dapat menghargai dan mendengarkan dengan baik.
3). Langkah II (Kedua): Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual
(Mendalami pengalaman hidup peserta)
Tujuan dari langkah kedua ini merupakan tindak lanjut atas pengalaman faktual
yang diungkapkan oleh peserta di langkah pertama. Katekese membantu peserta atas
pengalaman hidupnya supaya sampai pada tingkat yang terdalam dengan mengolah,
menemukan maknanya dan mendorong mereka untuk melangkah pada praksis baru
(Groome, 1997: 14). Langkah kedua ini mengungkapkan pengalaman-pengalaman
peserta dengan lebih luas, maka membutuhkan bantuan dari ilmu-ilmu politik, hokum,
sosiologi, ekonomi, anthropologi, sejarah, dll (Tabita Kartika Christiani, 2008: 7).
Kekhasan dalam langkah kedua ini adalah refleksi peserta yang lebih dalam atas
pengalaman yang diungkapkan dalam langkah pertama. Pada langkah kedua ini, perlu
meningkatkan kesadaran peserta yang kritis dan kreatif. Untuk membantu refleksi
peserta, maka diperlukan pemahaman yang kritis dan kreatif, kenangan yang analitis
dan sosial dan imajinasi kreatif dan sosial.
Pemahaman yang kritis dan kreatif merupakan pemahaman yang bersifat
personal terhadap tindakan dan pertimbangannya sendiri (Sumarno Ds, 2009b: 20).
Pemahaman tersebut juga membangkitkan kesadaran peserta sebagai subyek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor-faktor sosial yang ada di masyarakat. Peserta
dimampukan untuk melakukan analisa sosial dengan memahami dan menganalisa
keadaan masyarakat. Analisa sosial mendorong peserta untuk aktif dalam relasi antar
peserta dan memberanikan mereka untuk terlibat aktif dalam membangun struktur
sosial yang ada di masyarakat, untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi (Groome,
1997: 17).
Kenangan yang kritis dan kreatif, membantu seseorang untuk melihat kembali
kehidupannya, melihat sejarah hidupnya. Kenangan yang kritis dan kreatif ini
membantu peserta untuk menyembuhkan dan membebaskan luka-luka pribadi sehingga
menjadi sumber kekuatan yang baru. Kekuatan baru yang didapat oleh peserta ini tanpa
mengesampingkan kondisi sosial yang ada di masyarakat. Di dalam segi ini, dapat
mendatangkan keberanian bagi peserta untuk melawan ketidakadilan dan penindasan
yang terjadi atas dirinya ataupun orang di sekitarnya. Kenangan yang kritis dan kreatif
membantu peserta untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Groome, 1997: 18).
Imajinasi yang sosial dan kreatif membantu peserta untuk semakin menyadari
segala konsekuensi, kemungkinan akan praksis faktual yang bersifat personal maupun
sosial. Imajinasi ini akan meningkatkan kesadaran peserta untuk semakin meneguhkan
identitas pribadi, mengokohkan harapan di masa depan dan membantu untuk
menemukan visi dari pengalaman hidup kita.
Pendamping katekese bertanggungjawab untuk menciptakan suasana pertemuan
dengan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari peserta katekese.
Pendamping mampu mengajak peserta untuk untuk secara kritis merefleksikan
pengalaman hidupnya. Pendamping dapat merumuskan pertanyaan pendalaman
pengalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dll. Pertanyaan pendamping hendaknya
tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri peserta katekese serta tidak memaksa
peserta untuk berbicara. Yang terutama adalah pendamping dapat menyadari kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
peserta, termasuk kepada mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya (Sumarno Ds, 2009b: 20).
Peserta diharapkan dapat melihat pengalaman hidupnya secara kritis dengan
menganalisa dengan sistem sosial yang sudah dibentuk dalam masyarakat. Peserta
dapat membayangkan segala konsekuensi/akibat ataupun kemungkinan yang terjadi
atas tindakan yang telah dilakukan. Dengan adanya kesadaran akan konsekuensi/akibat
tersebut diharapkan dapat membuka kesadaran keterlibatan dan solidaritas sosial
peserta katekese (Sumarno Ds, 2009b: 20).
4). Langkah III (Ketiga): Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih
terjangkau (Menggali pengalaman iman kristiani)
Tujuan dalam langkah ketiga ini adalah mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi
dan Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup peserta yang
mempunyai latar belakang kebudanyaan yang berbeda. Tradisi dan Visi kristiani
terungkap dalam bentuk Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas,
devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Tradisi dan
Visi kristiani dapat menjadi relevan jika ditafsirkan sesuai dengan pengalaman peserta.
Kekhasan dalam langkah ketiga ini adalah menafsirkan Tradisi dan Visi
kristiani yang dikomunikasikan dengan pengalaman iman peserta. Tradisi dan Visi
kristiani yang sudah ada, bukan berarti disampaikan secara mentah oleh pendamping
kepada umat. pendamping harus mengetahui cara yang tepat agar terjangkau dengan
hidup umat. Menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani bermaksud untuk menyampaikan
pesan inti dari Tradisi dan Visi kristiani kepada umat, sehingga umat semakin
mengenal Tradisi dan Visi kristiani dalam hidup konkret.
Pendamping menarik kesimpulan dari langkah pertama dan kedua yang bisa
dihubungkan dengan tema pertemuan katekese dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dipilih. Pendalaman yang dilakukan oleh pendamping dapat dilakukan dengan
pertanyaan atau ceramah dialogal (Sumarno Ds, 2009b: 29). Metode yang digunakan
oleh pendamping sebaiknya tepat. Metode yang dapat digunakan adalah dengan metode
kuliah, diskusi kelompok maupun memanfaatkan media audio visual (Sumarno Ds,
2009b: 21). Pendamping dituntut memiliki latar belakang yang cukup agar bisa
menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping diharapkan memiliki persiapan
sebelumnya untuk mencoba menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani sesuai dengan tema
katekese dan hidup umat. Pendamping melakukan persiapan sebelumnya, agar Tradisi
dan Visi kristiani dapat lebih terjangkau dengan hidup umat. Jikalau pendamping
merasa kurang mampu, diharapkan pendamping dapat mengundang dan meminta
sesorang yang cukup kompeten agar dapat berperan dalam langkah ini. Pendamping
perlu menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani yang sesuai dengan hidup umat dan tema
yang diangkat dalam pertemuan katekese tersebut (Groome, 1997: 27).
Peran peserta dalam langkah ketiga ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan
peran pendamping. Peserta tetap bersikap setia mendengarkan dan menghargai
pendamping yang mencoba menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani agar sesuai dengan
hidup konkret peserta. Peserta dapat menyerap tafsiran Tradisi dan Visi kristiani dan
mencoba dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup yang dialami. Dalam langkah ini,
tidak menutup kemungkinan bahwa peserta juga memberikan pengetahuannya tentang
Tradisi dan Visi kristiani yang sedang ditafsirkan oleh pendamping.
5). Langkah IV (Keempat): Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi
Kristiani dengan tradisi dan visi peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi
peserta konkrit)
Tujuan langkah keempat ini adalah mengajak peserta berdasarkan nilai Tradisi
dan Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru (Groome,
1997: 48). Pokok-pokok yang ditemukan dalam langkah pertama dan kedua
dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani. Dari proses tersebut, peserta
diharapkan dapat menemukan kesadaran maupun sikap-sikap baru yang hendak
diwujudkan dalam langkah keempat (Groome, 1997: 7).
Kekhasan langkah keempat ini adalah memiliki keyakinan bahwa peserta
memiliki potensi yang alamiah untuk memahami hubungan yang terjalin antara
pengalaman hidup peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Pengalaman hidup peserta
yang dikonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani menjadi pengalaman iman.
Pengalaman hidup peserta dalam langkah keempat ini bukan lagi pengalaman hidup
yang biasa-biasa saja, tetapi merupakan pengalaman iman yang diyakini oleh peserta
bahwa rahmat Allah selalu berkarya dalam kehidupan umat-Nya.
Peranan pendamping dalam tahap ini adalah menghormati kebebasan peserta
dan hasil penegasan peserta, termasuk mereka yang menolak tafsiran pembimbing.
Pendamping juga mampu meyakinkan peserta bahwa mereka mampu menemukan nilai
pengalaman hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani. Lalu, pendamping
selalu mendorong peserta agar tidak hanya menjadi peserta yang pasif tetapi menjadi
peserta yang aktif. Dengan peran pendamping yang demikian, pendamping juga dengan
senang hati selalu menanggapi pendapat dan pemikiran peserta (Sumarno Ds, 2009b:
21).
Peserta diajak untuk meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan
menyempurnakan pokok-pokok langkah pertama dan kedua. Peserta diajak untuk
mengungkapkan perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi, dan penegasannya yang
menyatakan kebenaran nilai, serta kesadaran yang diyakini (Sumarno Ds, 2009b: 21).
Peserta dapat mempergunakan tulisan, penjelasan, simbol atau ekspresi yang artistik.
Kesadaran dan sikap-sikap baru yang ditemukan oleh peserta hendaknya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
membawa semangat yang baru bagi peserta dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah. Dalam tahap ini, pendamping perlu menghindari adanya pendapat peserta yang
paling benar ataupun pendamping merasa bahwa yang paling benar.
6). Langkah V (Kelima): Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di
dunia ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)
Pada langkah kelima ini bertujuan untuk mengajak peserta sampai pada
keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin
keputusan yang diambil oleh peserta merupakan suatu rencana yang konkret. Peserta
katekese didorong untuk mengusahakan keterlibatannya dengan metanoia (pertobatan
pribadi dan sosial) yang berlangsung secara terus-menerus (Sumarno Ds, 2009b: 21).
Keputusan yang diambil dapat beraneka ragam bentuk dan sifat, subyek dan arahnya.
Dari segi bentuk ada yang menekankan segi kognitif, ada pula yang menekankan segi
perasaan, bahkan ada yang menekankan pada segi tingkah laku. Sedangkan dari
sifatnya bisa menyangkut tingkat personal, interpersonal atau sosial politis. Subyeknya
dapat bersifat pribadi atau tindakan bersama (seluruh peserta). Keputusan dapat
mengarah pada intern untuk kepentingan kelompok atau ekstern untuk kepentingan di
luar kelompok (Sumarno Ds, 2009b: 22).
Kekhasan pada langkah kelima ini adalah usaha konkret yang merupakan niat
bersama yang dirumuskan oleh peserta bersama-sama dengan pendamping. Usaha
konkret akan diwujudkan bersama-sama oleh peserta dan pendamping. Usaha konkret
tersebut adalah wujud nyata dari pembaharuan hidup peserta dan pendamping.
Pertobatan (metanoia) tampak dalam langkah kelima ini dengan adanya usaha konkret
dari peserta.
Pembimbing memiliki peranan untuk merumuskan pertanyaan yang sederhana
tetapi dapat membantu peserta katekese mencapai niat konkret. Pembimbing selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menekankan sikap optimis yang realistis kepada peserta sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang konkret secara pribadi dan bersama-sama. Di akhir,
pembimbing dapat merangkum dari hasil keseluruhan proses dan sebagai penutup,
peserta diajak untuk merayakan liturgi secara sederhana untuk mendoakan keputusan
(Sumarno Ds, 2009b: 21).
Peserta bersama-sama pendamping mewujudkan usaha konkret yang diputuskan
bersama-sama agar tercapainya metanoia yang diharapkan terjadi dalam proses
katekese. Keputusan peserta hendaknya merupakan kesinambungan dari langkah
pertama hingga langkah keempat. Dengan demikian, peserta dapat semakin menghayati
keputusan atau niat konkret yang akan dilaksanakan secara pribadi maupun bersama-
sama.
B. Prodiakon Paroki
Prodiakon adalah petugas ibadat yang membantu Pastor Paroki melayani
penerimaan komuni umat dan memimpin ibadat di Paroki (Martasudjita, 2010: 9).
Prodiakon diartikan sebagai petugas liturgi yang melaksanakan beberapa tugas diakon,
antara lain membantu imam dalam Perayaan Ekaristi (menyiapkan bahan persembahan
dan melayani komuni) (Sugiyana, 2006: 30). Nilai luhur yang harus disadari oleh
seorang prodiakon adalah mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah dengan
menghadirkan Kristus di dalam sabda, komuni dan pelayanan yang murah hati
(Sugiyana, 2006: 31). Prodiakon adalah orang pilihan umat yang kemudian diangkat
oleh uskup atau orang lain yang diberi mandat oleh uskup untuk masa bakti tertentu
(umumnya selama 3 tahun) dan lingkup tugasnya di Paroki (Sugiyana, 2006: 39).
Istilah prodiakon biasa digunakan di beberapa Keuskupan, misalnya saja
Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Bandung.
Berbeda dengan Keuskupan Purwokerto maupun Keuskupan Surabaya, biasa menyebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
istilah prodiakon dengan Asisten Imam atau Asisten Pastoral (Martasudjita, 2010: 9-
10).
1. Sejarah Prodiakon Paroki
Istilah prodiakon khususnya digunakan pertama kali di Keuskupan Agung
Semarang pada tahun 1985 oleh Mgr. J. Darmaatmadja, SJ (Uskup Agung Semarang)
(Martasudjita, 2010: 10). Sejarah prodiakon berawal dari situasi dan keadaan Gereja
KAS (Keuskupan Agung Semarang) tahun 1966 ketika umat beriman Katolik
mengalami pertambahan yang sangat signifikan. Pertambahan ini disebabkan karena
banyak warga negara Indonesia yang memilih agama Katolik agar tidak dianggap
komunis oleh Gerakan 30 September.
Mengingat jumlah umat Katolik bertambah banyak sedangkan jumlah imam
kurang memadai, maka banyak umat kurang terlayani sebagaimana mestinya. Hal ini
mengakibatkan penggembalaan dan pelayanan umat Katolik tidak dapat dilakukan
secara optimal ataupun secara maksimal. Imam mengalami kesulitan dalam melayani
umat, khususnya dalam membagikan komuni. Berdasarkan situasi seperti ini, Kardinal
Darmajuwana, Pr (Uskup Agung KAS saat itu) menyampaikan permohonan ke Vatikan
untuk menunjuk kaum awam yang dinilai pantas untuk membantu tugas Imam,
khususnya dalam membagikan komuni. Vatikan memberikan izin selama jangka waktu
satu tahun. Kaum awam yang ditunjuk ini diberi nama diakon awam. Tugas pokok
diakon awam adalah membantu imam untuk membagikan komuni. Kehadiran diakon
awam dirasa sangat membantu kehidupan umat Katolik dalam kegiatan liturgi dan
peribadatan (Prasetya, 2007: 32-33). Meskipun demikian, ada beberapa masalah yang
muncul terutama karena umat tidak merasa puas kalau menerima komuni dari diakon
awam. Sebutan diakon awam ini juga merupakan sebutan yang aneh dan kontradiktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Istilah diakon biasanya digunakan untuk seseorang yang telah ditahbiskan dan masuk
ke dalam kelompok klerus atau hierarki (Martasudjita, 2010: 11).
Pada tahun 1983, Mgr. Alexander Djajasiswaja, Pr (Vikaris Kapitularis KAS
saat itu) mengganti istilah diakon awam menjadi diakon paroki. Diakon paroki ini
menunjuk bahwa diakon paroki bukanlah diakon tertahbis, karena diakon paroki
melakukan tugasnya hanya sementara dan tempat tertentu. Tugas pokok diakon Paroki
kurang lebih sama dengan diakon awam. Sedangkan tugas-tugas lain seperti memimpin
Ibadat Sabda, memimpin upacara perkawinan, memberkati pertunangan dan
memberkati rumah merupakan tugas yang diberikan Pastor Paroki (Prasetya, 2007: 35).
Barulah pada tahun 1985, istilah prodiakon paroki dipopulerkan oleh Mgr.
Julius Darmaatmadja, SJ melalui Pastor I. Wignyasumarta, MSF (Sekretaris KAS)
(Prasetya, 2007: 35). Setidaknya istilah prodiakon ini tidak menimbulkan problematik
seperti istilah diakon awam maupun diakon paroki. Penggunaan kata pro memang
sudah lazim dalam tata organisasi maupun pelayanan Gereja. Hingga saat ini, istilah
prodiakon paroki dapat diterima cukup luas di berbagai wilayah Gereja di Indonesia
(Martasudjita, 2010: 11).
2. Tugas Prodiakon Paroki
Prodiakon adalah kaum awam yang turut serta dalam tugas pelayanan sabda.
Prodiakon hanya dapat melakukan tugas-tugasnya sejauh menyangkut pelayanan umat
beriman Katolik di Paroki tempat ia ditugaskan, dan sejauh masih berdomisili di Paroki
tersebut dengan jangka waktu tertentu (Prasetya, 2007: 38).
Tugas-tugas prodiakon paroki telah ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan
Uskup atau surat tugas prodiakon. Secara umum, tugas prodiakon adalah membagikan
komuni suci dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh pastor paroki (Martasudjita,
2010: 22). Tugas-tugas prodiakon paroki yang ditentukan oleh KAS berkaitan erat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dengan reksa pastoral dan dilaksanakan dalam koordinasi dengan pastor paroki
(Prasetya, 2007: 40). Prodiakon diharapkan tidak bertindak semaunya sendiri dan tetap
menjaga komunikasi dengan pastor paroki serta memperhatikan perkembangan yang
ada di paroki (Prasetya, 2007: 40).
Tugas resmi prodiakon adalah membantu imam untuk membagikan komuni
Suci. Prodiakon dapat memberikan komuni saat dalam Perayaan Ekaristi maupun di
luar Perayaan Ekaristi, entah dalam suatu Ibadat Sabda, Perayaan Sabda Hari Minggu,
atau mengirm komuni kepada orang sakit dan di penjara (Martasudjita, 2010: 21).
Peranan prodiakon untuk mengirim komuni kepada orang sakit maupun orang yang ada
dalam penjara sangatlah berarti untuk mewujudkan pelayanan dalam Gereja (Sugiyana,
2006: 34). Ada baiknya jika sebelum menerima komuni, prodiakon mengajak umat
(orang yang sedang sakit maupun di dalam penjara) untuk berdoa atau ibadat singkat
untuk menyiapkan diri menyambut kehadiran Kristus (Sugiyana, 2006: 34).
Sedangkan untuk tugas yang diberikan oleh Pastor Paroki secara langsung
kepada prodiakon, misalnya memimpin Ibadat Sabda, memberikan homili, memimpin
upacara pemakaman, serta memimpin doa di lingkungan (untuk berbagai ujud atau
keperluan di lingkungan). Prodiakon yang bertugas untuk memimpin ibadat sabda,
hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu, agar jalannya ibadat sabda dapat
berjalan lancar. Prodiakon dapat mempersiapkan doa, bacaan, renungan/homili, tata
ibadat. Saat sedang melaksanakan tugas, sebaiknya prodiakon mengenakan pakaian
liturgis (alba/singel/jubah dan samir) (Sugiyana, 2006: 34). Bacaan maupun
renungan/homili yang disiapkan hendaknya sesuai dengan penanggalan liturgi, ujub
doa yang ada di lingkungan/wilayah/paroki, maupun dengan situasi dan kondisi umat
(Sugiyana, 2006: 35). Renungan/homili yang sudah disiapkan sebelumnya atau tidak
spontan akan jauh lebih baik dan isinya lebih berbobot (Sugiyana, 2006: 35). Saat
menyampaikan homili, prodiakon diharapkannya menyampaikannya dengan jelas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
bahasa yang mudah dimengerti (Sugiyana, 2006: 35). Tidak semua prodiakon
mempunyai kesempatan untuk memberikan homili, khususnya dalam Perayaan Ekaristi
hari Minggu. Kemungkinan ada yang menilai bahwa tidak semua prodiakon mampu
berhomili dengan baik. Diharapkan prodiakon dan Pastor Paroki dapat membuat
kesepakatan akan tugas-tugas agar tidak terjadi salah paham antar keduanya, seperti
halnya, ketika prodiakon ingin mengirim komuni untuk orang sakit sehingga Pastor
Paroki dapat menilai orang sakit tersebut pantas atau tidak untuk menerima komuni
(Prasetya, 2007: 41-42). Prodiakon tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa
terlebih dahulu berkomunikasi dengan Pastor Paroki dengan memperhatikan kebijakan
pastoral paroki dan dinamika kehidupan paroki (Prasetya, 2007: 40).
3. Syarat Prodiakon Paroki
Bertugas sebagai seorang prodiakon adalah sebuah panggilan, yakni panggilan
dari Tuhan. Prodiakon menanggapi panggilan dari Tuhan dengan melaksanakan tugas
pelayanan kepada umat (Martasudjita, 2010: 19). Tuhan memanggil prodiakon dengan
cara yang manusiawi. Prodiakon dipilih oleh umat dari ribuan umat, kemudian
diusulkan Pastor Paroki kepada Uskup dan akhirnya diangkat oleh Uskup
(Martasudjita, 2010: 19). Tidak semua kaum awam dapat menjadi prodiakon. Menjadi
seorang prodiakon tentunya juga diberlakukan syarat-syarat yang menunjang kualitas
prodiakon. Hidup yang berkualitas bagi prodiakon tentunya sangat menunjang tugasnya
dalam melaksanakan pelayanan di tengah umat. Harapan bagi prodiakon tersebut,
tentunya tidak membatasi kaum awam untuk terlibat dalam karya penyelamatan Allah. .
Prodiakon diharapkan mampu menjadi teladan bagi umat, karena prodiakon
selalu tampil sebagai pemimpin dalam aneka kegiatan, khususnya dalam kegiatan
liturgi dan peribadatan (Prasetya, 2007: 44). Prodiakon memberikan homili dan
ternyata homili tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kepada keluarganya. Homili yang disampaikan oleh prodiakon bisa diputar balikkan
oleh umat karena hidup prodiakon dan keluarga tidak sesuai dengan isi homili
(Prasetya, 2007: 45). Demi menjamin kualitas hidup prodiakon, ditentukan tiga syarat
pokok utama yang harus dipenuhi oleh siapa pun jika ingin menjadi prodiakon, antara
lain: memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya, diterima oleh umat
setempat, memiliki penampilan layak.
a. Memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga
Seorang prodiakon harus memiliki nama baik dalam perilaku, hidup iman (iman
yang matang), dan hidup moralnya. Nama baik ini tidak berlaku bagi dirinya sendiri,
tetapi juga berlaku bagi seluruh anggota keluarganya (Prasetya, 2007: 46). Jikalau
prodiakon tersebut adalah seorang bapak, maka ia harus menjadi bapak yang baik bagi
keluarganya, jika ia seorang ibu maka ia juga harus menjadi ibu yang baik bagi suami
dan anak-anaknya. Dan jikalau prodiakon tersebut belum berkeluarga, maka ia harus
menjaga perilakunya dan hidup imannya dalam hidup sehari-hari (Martasudjita, 2010:
19). Jika kehidupan keluarganya ada kesulitan dan menjadi batu sandungan bagi
umatnya, maka ia diharapkan mempunyai sikap rendah hati dengan mengundurkan diri
atau sekurang-kurangnya nonaktif terlebih dahulu. Pastor Paroki dan pemuka umat
dapat memberikan saran tersebut untuk prodiakon (Martasudjita, 2010: 19).
b. Diterima oleh umat setempat
Prodiakon paroki haruslah pribadi yang dapat diterima oleh umat setempat atau
lingkungan tempat ia tinggal dan oleh masyarakat sekitar (Prasetya, 2007: 47).
Keberadaan prodiakon tidak dijauhi atau ditolak oleh umat, tetapi keberadaan
prodiakon dapat membawa hal yang positif bagi umat, seperti halnya: menyatukan
umat, menyemangati umat, memotivasi umat (Prasetya, 2007: 47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Ada kemungkinan bahwa seseorang yang memiliki nama baik, tetapi tidak
diterima oleh umat untuk menjadi prodiakon. “Diterima oleh umat menunjuk makna
macam-macam.” Umat memiliki kriteria masing-masing untuk memilih pemimpinnya.
Ada yang memilih karena mempunyai dedikasi dan intelegensi yang tinggi. Ada pula
orang yang diterima karena memiliki watak dan kepribadian yang dianggap baik.
Apapun kriteria yang dimiliki oleh umat, yang terpenting adalah mereka dapat memilih
calon prodiakon yang dapat memimpin mereka dan semakin mendekatkan hubungan
umat dengan Allah (Martasudjita, 2010: 20).
Oleh karena itu, pemilihan prodiakon harus dilakukan oleh seluruh umat di
lingkungan calon prodiakon. Umatlah yang lebih mengerti dan memahami keberadaan
jati diri calon prodiakon. Hendaknya, pemilihan prodiakon tidak ditunjuk langsung oleh
katua lingkungan ataupun oleh Pastor Paroki (Prasetya, 2007: 48).
c. Memiliki penampilan layak
Prodiakon yang berpenampilan layak juga sangat mendukung tugas prodiakon
di tengah umat. Penampilan yang layak bagi prodiakon, menyangkut hal fisik maupun
intelektual. Secara fisik, prodiakon diharapkan masih dapat berjalan dengan baik,
berbicara dengan jelas, masih dapat mendengar dengan baik, dapat melihat dengan
jelas, dan masih dalam keadaan sehat sehingga tidak kesulitan untuk melayani umat
(Prasetya, 2007: 48).
Sedangkan dari segi intelektual, prodiakon mampu menangkap aneka
pembicaraan orang lain dengan baik dan senantiasa memiliki ide-ide cemerlang demi
pengembangan hidup iman umat (Prasetya, 2007: 48). Penampilan yang layak bagi
prodiakon baik dari segi fisik maupun intelektual mendukung tugas prodiakon seperti,
kemampuan memimpin doa dengan baik, membacakan Sabda Allah dengan baik dan
jelas dan dapat berhomili dengan baik (Martasudjita, 2010: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
4. Spiritualitas prodiakon
Spiritualitas merupakan bentuk kehidupan rohani yang dituntun oleh Roh
Kudus sendiri. Tuntunan Roh Kudus senantiasa menuntun prodiakon untuk selalu
berkembang dalam iman, harapan dan kasih. Spritualitas hidup prodiakon diperlukan
dalam menjalani panggilan hidup sebagai seorang prodiakon yang kerap menjadi
sorotan bagi umat (Martasudjita, 2010: 27). Umat selalu menilai bahwa seorang
prodiakon memiliki kualitas hidup iman maupun moral yang baik. Prodiakon yang
memiliki cacat hidup akan membuat umat cepat bereaksi negatif. Prodiakon diharapkan
dapat menjaga nama baik keluarga, menjaga perilaku agar tidak menjadi batu
sandungan bagi tugas pelayanannya dan memiliki tanggung jawab atas tugas panggilan
yang sudah diberikan Tuhan atasnya. Prodiakon yang senantiasa mengembangkan
spiritualitasnya adalah prodiakon yang mampu menjadi teladan bagi umatnya.
Spritualitas prodiakon tidak hanya berpusat pada diri sendiri saja, tetapi menunjuk pada
hubungan dengan Allah, sesama dan pribadi (Sugiyana, 2006: 42).
a. Tugas pelayanan prodiakon sebagai panggilan hidup
Spiritualitas prodiakon yang terutama adalah menyadari bahwa dirinya
merupakan orang pilihan Allah yang dipanggil untul melaksanakan tugas pelayanan di
tengah umat. Panggilan hidup prodiakon merupakan panggilan yang suci karena berasal
dari Allah sendiri yang dipercayakan oleh uskup atas nama Gereja. Dalam Gereja,
Tuhan mengadakan aneka pelayanan demi kesejahteraan seluruh Gereja. Gereja
mengenal pelayan tertahbis dan pelayan tidak tertahbis (kaum awam). Mereka
mengambil bagian dalam karya imamat Yesus, walaupun dengan bentuk dan cara yang
berbeda. Imam dan diakon tertahbis menggunakan caranya sendiri dalam melayani
umat, sedangkan prodiakon juga menggunakan caranya sendiri dalam melaksanakan
tugas pelayanan Gereja (Martasudjita, 2010: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Prodiakon yang dipanggil Tuhan sebagai pelayan umat Allah tentunya tidak
diperoleh dari suara atau surat keputusan dari surga. Calon prodiakon diusulkan oleh
umat beriman sendiri lalu diajukan kepada uskup melalui pastor paroki. Uskup
mewakili Tuhan melantik calon prodiakon yang sudah bersedia, lalu menetapkan
mereka menjadi prodiakon dalam keputusan resmi (Martasudjita, 2010: 28).
“Kesadaran bahwa menjadi prodiakon adalah sebuah panggilan hidup
mengantar kita akan keyakinan bahwa Tuhan yang memanggil, Dia pula yang akan
menyertai dan membantu kita agar kita dapat melaksanakan tugas pelayanan ini dengan
baik dan lancar” (Martasudjita, 2010: 29).
b. Prodiakon ambil bagian dalam karya pengudusan umat oleh Allah
Pengudusan bagi umat hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Melalui Tuhan
Yesus Kristus, Allah menguduskan, menyucikan dan menebus dosa-dosa manusia.
Tindakan menguduskan adalah tindakan Allah dan bukan tindakan manusia, seorang
pastor ataupun prodiakon. Dalam tugas pelayanannya, prodiakon paroki hanya ambil
bagian dalam karya pengudusan umat oleh Allah. Prodiakon Paroki tidak dipanggil
untuk merencanakan dan melaksanakan sesuatu yang menurut pandangannya baik,
tetapi prodiakon melaksanakan tugas yang menurut rencana dan pandangan Allah baik.
Seorang prodiakon tidak mempunyai ukuran bahwa seorang prodiakon yang sudah
berpengalaman ataupun yang selalu memberi komuni pada orang sakit dikatakan
seorang prodiakon yang sukses atau berhasil. Prodiakon yang baik hendaknya tetap
memandang bahwa ia hanya mengambil bagian dalam karya Tuhan. Homili yang bagus
dan disukai oleh umat merupakan keberhasilan Tuhan, sedangkan prodiakon hanya
menjadi alat bagi Tuhan. Jika yang terjadi malah sebaliknya, maka semuanya harus
dikembalikan ke tangan Tuhan (Martasudjita, 2010: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
c. Prodiakon menjalani tugas pelayanan sebagai persembahan hidup
Dalam melaksanakan tugas pelayanan, seorang prodiakon banyak melakukan
pengorbanan bagi umatnya. Prodiakon banyak berkorban waktu dan tenaga untuk
melayani umat. Prodiakon harus siap siaga jika ada umat yang membutuhkan
bantuannya, misalnya saja, memimpin ibadat, mengirim komuni kepada umat yang
sedang sakit. Seorang prodiakon juga harus siap membantu di kapel dan gereja. Tidak
dapat berkumpul bersama keluarganya setiap saat juga dialami oleh prodiakon. Inilah
prodiakon paroki yang merupakan rasul awam, yang bagi Gereja juga disebut sebagai
“pahlawan tanpa tanda jasa”. Prodiakon Paroki hanyalah salah satu dari panggilan rasul
awam Gereja. Tetapi prodiakon paroki mempunyai tempat dan peran yang khusus
dalam pembangunan jemaat. Pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon paroki
merupakan persembahan hidup prodiakon bagi Allah yang berkenan memanggilnya
(Martasudjita, 2010: 30-31). Pelayanan yang dilakukan oleh prodiakon,
dipersembahkan demi kemuliaan Allah dan demi masa depan Gereja di masa datang.
d. Prodiakon menghidupi semangat doa yang mendalam dan teratur
Semangat doa yang mendalam dan teratur hendaknya selalu dihidupi oleh
prodiakon agar semakin menyadari tugas pelayanannya sebagai sebuah panggilan.
Seorang prodiakon haruslah banyak berdoa dengan mendalam dan teratur. Prodiakon
harus menyempatkan waktu khusus baginya untuk berdoa secara teratur. Prodiakon
dapat mengajak keluarganya untuk berdoa bersama-sama, baik doa bersama atau
pribadi. Seorang prodiakon yang saleh, akan mempengaruhi kehidupan rohani
keluarganya. Hidup doa akan terbentuk jika dialami dan dilakukan secara teratur.
Berdoa yang baik jika dilaksanakan secara teratur, entah sedang mood atau tidak. Doa
yang mendalam dan teratur yang dilaksanakan oleh prodiakon sebelum kegiatan dapat
membantu prodiakon untuk mempersembahkan seluruh kegiatan kepada Tuhan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Doa yang dilaksanakan setelah kegiatan membantu prodiakon untuk mensyukuri segala
rahmat yang telah diterima dan memohon bantuan Tuhan untuk melindungi dan
menjaga prodiakon pada kegiatan berikutnya (Martasudjita, 2010: 31-32).
e. Prodiakon rajin mengikuti Perayaan Ekaristi mendengarkan Sabda Allah
dan berdevosi
Figur seorang prodiakon yang diharapkan memiliki semangat doa yang
mendalam dan teratur juga dituntut untuk giat mengikuti Perayaan Ekaristi. Perayaan
Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup seluruh umat kristiani. Prodiakon yang
baik mengikuti Perayaan Ekaristi bukan karena ia sedang bertugas untuk menerimakan
komuni. Prodiakon mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup
pelayanannya. Perayaan Ekaristi memberikan kekuatan bagi prodiakon dalam
melaksanakan tugas pelayanannya bagi umat. Hidup seorang prodiakon sebagai kaum
awam dalam hidup berkeluarga maupun dalam bermasyarakat dapat semakin kuat
dengan mengikuti Perayaan Ekaristi. Prodiakon diharapkan mengikuti Perayaan
Ekaristi sesering mungkin (Martasudjita, 2010: 32-33).
Selain Perayaan Ekaristi, prodiakon juga perlu rajin membaca Kitab Suci.
Prodiakon membaca Kitab Suci hendaknya sesuai dengan penanggalan liturgi. Dengan
rajin membaca Kitab Suci, prodiakon dapat mengikuti dan mencecap Sabda Allah.
Sabda Allah dapat menjadi inspirasi dan penuntun langkah prodiakon dalam hidup
sehari-hari. Kebiasaan membaca Kitab Suci sangat membantu kualitas renungan atau
homili prodiakon (Martasudjita, 2010: 33).
Kehidupan rohani akan semakin tumbuh dengan kuat jika prodiakon memiliki
doa devosi yang teratur dan dijalani dengan gembira. Sesuai pengalaman tradisi rohani,
doa devosi sangat membantu menyuburkan hidup rohani. Prodiakon dapat memilih
sendiri kehidupan devosi yang sesuai hatinya. Bentuk devosi apapun jika dijalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dengan sehat dan gembira akan memberi dampak positif dalam hidup rohani dan
menghasilkan buah bagi prodiakon (Martasudjita, 2010: 34).
f. Prodiakon dapat hidup berbagi dan peduli
Prodiakon memiliki dimensi untuk hidup berbagi kepada yang lain.
“Penghayatan hidup yang Perayaan Ekaristis akan berbuah pada kehidupan yang
berbagi sebab Perayaan Ekaristi adalah misteri hidup Allah yang dibagikan”
(Martasudjita, 2010: 34). Kristus Tuhan telah memberikan nyawanya untuk menebus
dosa manusia yang terlaksana dalam peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus dikenang dalam peristiwa Misteri Paskah. Ikut serta dalam
Misteri Paskah berarti juga turut serta dalam semangat berbagi hidup dari Tuhan
Yesus. Hal inilah yang sangat penting untuk kita hayati dan wartakan, bahwa orang
yang giat mengikuti Perayaan Ekaristi semestinya juga suka berbagi kepada sesama
(Martasudjita, 2010: 34).
Prodiakon yang baik adalah prodiakon yang suka berbagi kepada yang miskin
dan lemah, sakit dan lanjut usia. Godaan besar bagi prodiakon adalah pilih kasih dalam
pelayanan. Kemurahan hati yang dimiliki oleh prodiakon harus dikembangkan.
Terutama perhatian prodiakon kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dan
difabel, sebab Tuhan sangat memperhatikan orang-orang kecil dan lemah tersebut
(Martasudjita, 2010: 35).
g. Prodiakon memiliki semangat untuk belajar terus
Prodiakon yang memiliki semangat belajar terus-menerus adalah prodiakon
yang menyadari bahwa dia masih terus berproses untuk selalu menjadi yang lebih baik.
Prodiakon yang merasa sudah tahu akan segalanya adalah prodiakon yang tidak mau
menyerap hal-hal baru yang ada di sekitar. Gereja juga mewajibkan pastor dan pelayan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
liturgi untuk terus belajar dan dibina, terlebih masalah liturgi. Prodiakon dapat belajar
secara pribadi maupun bersama-sama dengan prodiakon yang lain. Prodiakon dapat
menentukan pertemuan dan sharing bersama, belajar bersama tentang hal-hal yang
baru. Prodiakon dapat belajar untuk mengulas bacaan Kitab Suci, dokumen-dokumen
Gereja lainnya maupun dari pengalaman iman prodiakon sendiri (Martasudjita, 2010:
36).
C. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat untuk Membantu
Prodiakon dalam Berkatekese
Shared Christian Praxis sebagai salah satu model berkatekese, yang dapat
membantu prodiakon dalam menjalankan tugas berkatekese di tengah umat. Prodiakon
dapat membawa suasana yang baru bagi dirinya sendiri sehingga tidak merasa
kejenuhan dalam melaksanakan tugas pelayanan dan juga bagi orang lain yang ada di
sekitar. Tuntutan tugas dan tanggung jawab prodiakon yang semakin banyak, terutama
dalam hal berkatekese, sering mengalami kemacetan dalam berkreatifitas. Katekese
dengan model Shared Christian Praxis memberikan solusi dalam berkatekese agar
katekese yang dilakukan menekankan pada dialog, multi arah dan menumbuhkan
partisipasi umat dalam katekese.
1. Peran Prodiakon dalam Langkah 0 (Awal)
Langkah 0 adalah pemusatan aktivitas dengan mengajak dan mendorong umat
untuk menentukan topik pertemuan yang bertolak dari pengalaman konkret peserta
dalam hidup sehari-hari dan akan menjadi tema dasar dalam pertemuan Shared
Christian Praxis selanjutnya. Prodiakon diharapkan dapat mengajak umat untuk
mengungkapkan keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan umat. dalam mengajak
umat mengungkapkan dirinya, prodiakon dapat menggunakan sarana simbol, cerita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bahasa foto, poster, video, kaset suara, film telenovela maupun sarana-sarana lainnya
yang menunjang. Dari keprihatinan tersebut, prodiakon menentukan tema untuk
pertemuan katekese selanjutnya (Sumarno Ds, 2009b: 18).
Prodiakon diharapkan dapat menciptakan suasana yang akrab dengan dialog
antar umat. Suasana yang demikian dapat membantu peserta untuk santai dan rileks
dengan umat yang lain, sehingga tidak lagi merasa canggung satu sama lain. Jika
memungkinkan, prodiakon juga dapat membantu umat dalam menyiapkan tempat untuk
berkatekese. Tempat yang nyaman, rapi dan bersih dapat mendukung suasana katekese
lebih kondusif lagi. Dengan persiapan yang matang akan membantu melaksanakan
katekese dengan lebih optimal (Groome, 1997: 10).
2. Peran Prodiakon dalam Langkah I (Pertama)
Langkah pertama membantu peserta untuk dapat mengungkapkan pengalaman
hidup faktual (fakta) yang dimiliki oleh peserta sendiri maupun pengalaman orang lain
atau keadaan masyarakatnya (Sumarno Ds, 2009b: 19). Peran prodiakon selaku
pendamping dalam langkah ini adalah membantu umat yang ingin mengungkapkan
pengalamannya. Ada kecenderungan bahwa peserta masih malu dan ragu untuk
mengungkapkan, maka prodiakon diharapkan dapat membangun kepercayaan diri
peserta dengan menciptakan suasana yang ramah dan tidak tegang. Prodiakon tidak
berhak untuk memaksa umat agar mengungkapkan pengalaman imannya. Prodiakon
hanya cukup meyakinkan umat bahwa pengalaman yang dimiliki umat sangatlah
berharga.
Mengajak umat untuk mengungkapkan pengalamannya, bukanlah hal yang
mudah. Dalam hal ini, prodiakon dapat merumuskan pertanyaan yang jelas dan terarah
sehingga umat dapat memahami dengan jelas. Prodiakon dapat bertanya dengan: apa,
dimana, kapan, dsb. Pengalaman umat yang sudah diungkapkan, selanjutnya dirangkum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
oleh perodiakon sesuai dengan tema dan tujuan pertemuan untuk menghantar pada
langkah berikutnya (Sumarno Ds, 2009b: 29).
3. Peran Prodiakon dalam Langkah II (Kedua)
Langkah Kedua merupakan tindak lanjut atas pengalaman yang sudah
dirangkum oleh prodiakon. Langkah ini mengajak umat untuk kembali mengolah
pengalamannya lebih dalam lagi sehingga menemukan maknanya. Prodiakon mengajak
umat untuk merefleksikan pengalaman yang sudah terlebih dahulu dirangkum. Umat
diharapkan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari umat yang
lain. Untuk merangsang umat untuk merefleksikan pengalamannya, prodiakon dapat
bertanya, seperti: mengapa, bagaimana, dll. Pertanyaan prodiakon hendaknya tidak
menginterogasi dan mengganggu harga diri umat. Prodiakon haruslah menyadari bahwa
tidak semua umat dapat merefleksikan secara kritis pengalamannya, sehingga
prodiakon maupun umat dapat saling menghargai satu sama lain (Sumarno Ds, 2009b:
20).
4. Peran Prodiakon dalam Langkah III (Ketiga)
Dalam langkah ketiga ini, prodiakon mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan
Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup umat. Prodiakon dapat
menggunakan Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi, seni
dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Tradisi dan Visi kristiani
dapat lebih terjangkau dengan hidup umat, jika ditafsirkan sesuai dengan pengalaman
umat. Dalam menafsirkan Tradisi dan Visi kristiani, prodiakon dapat melakukannya
dengan ceramah atau memberikan pertanyaan dialogal kepada umat. Pendamping dapat
menggunakan sarana yang dapat membantu, misalnya saja sarana audio visual
(Sumarno Ds, 2009b: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Peran pendamping dalam langkah ini akan lebih banyak jika dibandingkan
dengan peran peserta. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa umat juga
memberikan pengetahuannya tentang Tradisi dan Visi kristiani yang sedang ditafsirkan
oleh prodiakon .
5. Peran Prodiakon dalam Langkah IV (Keempat)
Setelah langkah ketiga, prodiakon mengajak umat berdasarkan nilai Tradisi dan
Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-
sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru. Dari langkah
tersebut, peserta diharapkan dapat menemukan kesadaran maupun sikap-sikap baru
yang hendak diwujudkan dalam langkah keempat (Groome, 1997: 7).
Dalam langkah keempat ini, prodiakon tetap menghormati kebebasan umat dan
hasil penegasan umat, termasuk mereka yang menolak tafsiran prodiakon. Prodiakon
juga mampu meyakinkan umat bahwa mereka mampu menemukan nilai pengalaman
hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping tetap mengajak umat
yang masih pasif dalam langkah ini untuk dapat turut serta memikirkan hal-hal konkrit
yang hendak diwujudkan demi pembaharuan hidup. Proses dalam langkah keempat ini
merupakan pengantar untuk masuk ke langkah berikutnya, yaitu mengusahakan aksi
konkrit (Sumarno Ds, 2009b: 21).
6. Peran Prodiakon dalam Langkah V (Kelima)
Proses dalam langkah kelima adalah mengajak umat untuk sampai pada
keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin
keputusan yang diambil oleh umat merupakan suatu rencana yang konkret. Prodiakon
mengajak umat untuk mengusahakan keterlibatannya dalam metanoia yang berlangsung
terus-menerus. Rencana konkret yang dibuat oleh umat dapat dari segi bentuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berbeda. Ada umat yang menekankan segi kognitif, ada pula yang menekankan segi
perasaan, bahkan ada yang menekankan pada segi tingkah laku. Sedangkan dari
sifatnya bisa menyangkut tingkat personal, interpersonal atau sosial politis. Rencana
konkret yang dibuat dapat menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan
kelompok atau bahkan di luar kelompok katekese. Akhirnya, prodiakon merangkum
dari seluruh proses kegiatan dan mengajak umat untuk mendoakan rencana tersebut
dengan perayaan liturgi yang sederhana yang sudah disiapkan oleh prodiakon
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
BAGI PRODIAKON PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM
A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese Umat Model Shared Christian
Praxis (SCP) Bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
Seorang prodiakon yang berkualitas dapat dilihat dari segi pengetahuan,
kepribadian, hubungannya dengan Allah dan sesama ciptaan Tuhan. Pengetahuan
prodiakon tidak hanya terbatas bidang liturgi saja, tetapi juga pada bidang katekese.
Ketrampilan berkatekese dapat diasah melalui latihan berkatekese dan mau belajar hal-
hal yang baru.
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum pada umumnya menggunakan metode
ceramah. Prodiakon menyadari bahwa metode ceramah membuat umat kurang
bersemangat dalam mengikuti proses katekese. Namun, umat sering takut dan
menghindar untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya. Sharing pengalaman
sebetulnya sangat membantu umat dan pendamping untuk memperkembangkan iman.
Umat semakin terbantu untuk belajar dari pengalaman hidup umat lain sehingga
suasana katekese menjadi semakin hangat.
Penulis mengusulkan Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP).
Katekese SCP menekankan dialog dan partisipasi umat dengan mengolah pengalaman
hidup menjadi pengalaman iman sehingga umat dibawa ke metanoia (pertobatan).
Usulan program ini seharusnya dilaksanakan secara terus menerus agar katekese dapat
membuahkan hasil yang maksimal bagi perkembangan umat dan membantu prodiakon
menjalankan tugasnya.
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tema yang dipilih untuk program yang diusulkan oleh penulis berdasarkan pada
keprihatinan prodiakon tentang proses katekese yang terjadi di tengah umat. Prodiakon
merasa kesulitan dalam menentukan metode yang bisa melibatkan umat dan
menghidupkan suasana katekese. Untuk menjawab keprihatinan tersebut, penulis
mengusulkan tema dan tujuan, sebagai berikut:
Tema : Pelatihan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) bagi
Prodiakon
Tujuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat memahami metode dan
materi Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)
sehingga mampu mempersiapkan dan memandu pertemuan Katekese
Umat secara kreatif di tengah umat.
Penulis memilih tema dan tujuan tersebut untuk memberikan pengetahuan
secara teori dan praktek tentang Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)
bagi prodiakon. Penulis memberikan pelatihan kepada prodiakon tentang Katekese
Umat, dan pengertian beserta langkah-langkah SCP. Katekese Umat model Shared
Christian Praxis, mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya.
Sharing pengalaman prodiakon dalam proses katekese, agar katekese yang terjadi di
tengah umat semakin nyata dirasakan oleh umat berkat pengalaman hidup umat itu
sendiri dan pengalaman hidup umat yang lain.
Katekese Umat model Shared Christian Praxis diharapkan dapat dicerna oleh
prodiakon dengan baik dan dipraktekkan di tengah umat. Sehingga, prodiakon Paroki
Roh Kudus Kebonarum dapat kreatif dalam memberikan katekese di tengah umat dan
tidak hanya menggunakan satu metode saja. Model SCP ini diharapkan dapat
merangsang umat untuk semakin rajin mengikuti proses katekese.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
D. Petunjuk Pelaksanaan Program
Program pelatihan prodiakon ini akan dilaksanakan selama weekend, karena
lebih intensif dan pendampingan dapat berjalan penuh tanpa harus diselingi hari
ataupun kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar prodiakon dapat tetap fokus dalam
pendampingan katekese.
Dalam program, prodiakon diajak untuk mengungkapkan pengalamannya
selama melaksanahakan Katekese Umat. Prodiakon dapat belajar dari pengalaman-
pengalaman tersebut sebelum mendapatkan materi yang baru tentang katekese.
Prodiakon dapat belajar dari proses sebelumnya dan memperbaiki hal-hal yang masih
kurang dalam proses katekese. Setelah Katekese Umat diberikan, prodiakon akan
belajar mengenai Katekese Umat model Shared Christian Praxis Pendampingan ini
tidak hanya tentang teori, tetapi juga memberikan praktek SCP secara langsung,
sehingga prodiakon lebih memahami SCP dengan baik.
Penulis juga mengajak prodiakon untuk membuat persiapan jangka pendek
dalam kelompok yang sudah ditentukan. Persiapan jangka pendek adalah membuat
persiapan SCP selama beberapa pertemuan katekese, sehingga dapat digunakan oleh
prodiakon saat memberikan katekese di tengah umat.
E. Uraian Pokok-pokok Materi untuk Pembinaan Katekese Umat Model Shared
Christian Praxis (SCP) bagi Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
1. Identitas
a. Tema : Pelatihan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
(SCP) bagi Prodiakon.
b. Tujuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat memahami
metode dan materi Katekese Umat Model Shared Christian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Praxis (SCP) sehingga mampu mempersiapkan dan memandu
pertemuan Katekese Umat secara kreatif di tengah umat.
c. Peserta : Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
d. Penanggung jawab: Koordinator Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
e. Tempat : Wisma Maya Kaliurang
f. Hari/tanggal : 6-7 Oktober 2012
g. Waktu : Sabtu 15.00 WIB-Minggu 15.30 WIB
h. Metode : sharing, informasi, tanya jawab, diskusi,
i. Sarana : laptop, LCD, kertas HVS, hand out, Kitab Suci, lembar
pertanyaan sharing, lilin, salib, ballpoint.
j. Sumber bahan :
Sumarno Ds, M. (2009b). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan
Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program
Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Hal: 1-39
Huber, TH. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 7-23.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Hal: 9-
19, 83-104.
Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia. (2012). Penanggalan Liturgi
2012 Tahun B /II. Yogyakarta: Kanisius.
Hadiwiyata, A. S. (2008). Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Hal:
148-150.
Purwa Hadiwardoyo, dkk. (2010). Renungan Harian. Yogyakarta: Sumber
Mulya. Hal: 27.
Yoh 6:44-51.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Skripsi ini, hal: 42-70
k. Jadwal kegiatan :
Waktu KegiatanHari pertama
15.00-15.30 Peserta tiba di lokasi Daftar ulang Minum dan snack
15.30-16.00 Pengantar Doa pembuka
16.00-17.00 Sesi I: Sharing pengalaman prodiakon saat melaksanakan KatekeseUmat
17.00-19.00 Sesi II: Katekese Umat
19.00-19.45 Makan malam
19.45-21.30 Sesi III: Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
21.30-22.00 Ibadat malam (Completorium)
Hari kedua06.30-07.00 Ibadat pagi (Laudes)
p07.00-07.45 Makan pagi
07.45-09.15 Sesi IV: Praktek Shared Christian Praxis dan tanggapan praktekShared Christian Praxis
09.15-10.00 Sesi V: Cara mempersiapkan katekese
10.00-10.30 Minum dan snack
10.30-12.00 Sesi VI: Membuat persiapan Shared Christian Praxis (dalamkelompok)
12.00-13.00 Sesi VII: Presentasi persiapan Shared Christian Praxis
13.00-14.00 Perayaan Ekaristi
14.00-14.45 Makan siang
14.45-15.30 Evaluasi umum kegiatan pendampingan prodiakon
15.30-selesai Pulang2. Pemikiran Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Prodiakon adalah orang-orang yang sangat diharapkan oleh Gereja dalam
membantu berbagai karya kerasulan Gereja khususnya dalam bidang pewartaan juga
kegiatan-kegiatan gerejani lainnya. Mereka bekerja untuk melayani kebutuhan umat
baik ditingkat Paroki, Stasi, ataupun Lingkungan. Pada kenyataan banyak prodiakon
hanya bermodal ingin melayani, namun mereka tidak memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup.
Melihat keprihatinaan tersebut Gereja harus memberi bekal yang secukupnya
kepada para prodiakon agar semakin mampu dan trampil dalam pelayanannya
khususnya dalam memandu pendalaman iman atau Katekese Umat. Menyadari
kebutuhan dan kekurangan tersebut, para prodiakon sungguh berusaha untuk belajar
bersama agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam dan kreatif sehinggga
semakin berani untuk mendampingi umatnya.
Para pendamping Katekese Umat diyakini memiliki peranan penting bagi
perkembangan dan kedewasaan iman umat. Mereka juga sering terlibat sebagai
pemandu katekese ketika ada pendalaman kitab suci pada bulan September atau sebagai
fasilitator saat pendalaman iman pada masa-masa khusus dalam Gereja seperti masa
adven dan prapaskah. Diharapkan melalui kegiatan ini kegiatan pendampingan ini para
prodiakon memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berkatekese di tengah
umat, sehingga pewartaan sabda Allah dapat menjadi wadah yang efektif dan berdaya
guna bagi pendewasaan iman umat.
3. Langkah-langkah Pengembangan
a. Pertemuan I
1). Judul pertemuan :Sharing pengalaman prodiakon saat melaksanakan
Katekese Umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
2). Tujuan pertemuan :Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat
mengungkapkan pengalamannya saat melaksanakan
Katekese Umat, sehingga dapat belajar melalui
pengalaman sesama prodiakon.
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat sore berkah dalem.
Sebagai seorang prodiakon yang terlibat aktif dalan tugas-tugas Gereja, tentunya kita
juga perlu memiliki pengetahuan yang cukup. Pengetahuan yang dimiliki oleh
prodiakon dapat sangat membantu dalam melaksanakan tugas prodiakon. Salah satunya
adalah pengetahuan tentang katekese.
Selama dua hari ini, kita akan bersama-sama mengolah pengalaman serta
pengetahuan tentang katekese. Marilah bersama-sama kita mengungkapkan
pengalaman kita saat melaksanakan Katekese Umat.
b). Pokok-pokok uraian materi
Prodiakon yang hadir dibagi dalam kelompok, kurang lebih 4-5 orang dalam
tiap kelompok. Prodiakon diminta untuk sharing dalam kelompok dengan tuntunan
pertanyaan sharing, sebagai berikut:
(1). Pengalaman mengesankan seperti apa yang pernah dirasakan oleh Bapak/Ibu
selama melaksanakan Katekese Umat?
(2). Kesulitan-kesulitan apa yang Bapak/Ibu temukan selama melaksanakan Katekese
Umat?
(3). Langkah-langkah apa yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam proses Katekese
Umat?
(4). Manfaat apa yang Bapak/Ibu dapat setelah melaksanakan Katekese Umat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
(5). Hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam proses Katekese Umat agar nantinya
menjadi lebih baik?
c). Rangkuman
Bapak/Ibu prodiakon, baru saja bersama-sama mengungkapkan pengalaman kita
pada saat melaksanakan Katekese Umat di tengah umat. Bapak/Ibu mengungkapkan
pengalaman yang mengesankan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, langkah-langkah
yang digunakan, manfaat yang didapat serta hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses
Katekese Umat. Dengan pengalaman yang telah kita dengar dan yang kita ungkapkan
bersama, semoga semakin membantu kita untuk menjadi pewarta sabda yang lebih baik
lagi.
b. Pertemuan II
1). Judul pertemuan : Katekese Umat
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat semakin
Katekese Umat sehingga prodiakon semakin
mengetahui hal-hal yang harus diperbaiki agar
Katekese Umat yang dipandu kelak bisa berjalan baik
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Bapak/Ibu selama dua jam kedepan, kita akan bersama-sama melihat kembali
tentang Katekese Umat. Katekese Umat dapat membantu Bapak/Ibu dalam tugas
pelayanan di tengah umat. Katekese Umat sebenarnya selalu kita laksanakan di tengah-
tengah umat saat kita melaksanakan katekese. hanya saja, kita kurang memahami
pengertian serta tujuan dari Katekese Umat. Maka dari itu, bersama-sama kita akan
mempelajari tentang Katekese Umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
b). Pokok-pokok uraian materi
(1). Pengertian katekese
Katekese dalam sepanjang sejarah Gereja selalu mengalami perkembangan terus
menerus sesuai dengan tuntutan jaman dan Gereja. Anjuran apostolik Paus Yohanes
Paulus II dalam Chatechesi Tradendae art. 18 merumuskan katekese sebagai
pendidikan dalam iman terhadap anak-anak, orang muda dan orang dewasa. Katekese
Umat merupakan sebuah proses pendidikan iman, komunikasi iman atau pengalaman
iman (penghayatan iman) atau pewartaan sabda Allah yang diselenggarakan bersama
umat beriman. Saling mengkomunikasikan dan memperdalam iman sebagai upaya
membangun kedewasaan dan penghayatan iman agar mampu mewujudkan dalam
tindakan nyata dengan menjadi saksi iman di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.
Mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup dan tindakan sehari-hari. Katekese
umat itu melibatkan seluruh umat dan dapat dilihat dari bentuk “Katekese dari umat,
oleh umat dan untuk umat.”
(2). Pola dan isi Katekese Umat
Katekese Umat memiliki pola dan isi yang berpusat pada Yesus Kristus. Yesus
Kristus merupakan Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia, yang merupakan
puncak dari seluruh tindakan Allah di dunia dan merupakan pusat pewartaan kabar
gembira Injil dalam rangka sejarah keselamatan. Dalam katekese, kita bersaksi tentang
iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan
pengantara kita dalam menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola
hidup kita dalam kitab suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari
penghayatan iman Gereja sepanjang tradisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
(3). Peserta Katekese Umat
Katekese Umat adalah katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat. Yang
berkatekese adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih
Yesus Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Yesus Kristus. Jadi,
seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis, maupun di
sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan bagi seluruh umat ini justru merupakan salah
satu unsur yang memberi arah pada katekese saat ini.
(4). Pendamping Katekese Umat
Pendamping Katekese Umat juga memiliki peranan yang penting dalam proses
pelaksanaan Katekese Umat. Dalam pelaksanaannya, kunci keberhasilan Katekese
Umat sebagian terletak pada pendamping Katekese Umat. Peran pendamping dalam
Katekese Umat diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi
pesertakatekese, sehingga peserta katekese dapat mengungkapkan dirinya dengan
terbuka. Dalam katekese yang menjemaat ini Pemimpin Katekese bertindak terutama
sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap menciptakan
suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani
berbicara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam
berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hierarki menjamin agar
seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus.
(5). Suasana Katekese Umat
Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam
iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog
dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan.
Proses terencana ini berjalan terus-menerus. Hubungan yang terjalin antar peserta
dalam pertemuan Katekese Umat adalah hubungan setia kawan, yang secara bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dengan pendamping berjalan menuju Kepenuhan Kristus. Setiap peserta memiliki
sumbangannya untuk mengungkapkan pengalaman imannya dan mendengarkan
pengalaman iman peserta lain. Para peserta memiliki peran yang sama dalam Katekese
Umat, ditandai dengan suasana yang sederajat. Suasana yang terjalin adalah suasana
bebas, tanpa takut dan merasa dicurigai saat mengungkapkan pengalaman imannya.
(6). Tujuan Katekese dalam PKKI II
Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman
kita sehari-hari
Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-
Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita.
Kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
Sehingga kita sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah dunia.
(7). Keunggulan Katekese Umat
Katekese Umat memiliki beberapa keunggulan, yang juga merupakan suatu
tBapak/Ibu bahwa Katekese Umat mendapat tempat di hati pendamping dan umat.
Katekese Umat ialah katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Umat menjadi
subyek dalam berkatekese dengan aktif berpikir, aktif berbicara, aktif mengambil
keputusan. Katekese umat mampu menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan
martabat peserta katekese. Katekese Umat membawa anggota umatnya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
semakin kritis dan otonom. Katekese Umat selalu berbicara tentang hidup konkret
dalam terang Injil. Katekese Umat berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang
iman dan terjadi komunikasi iman itu. Orientasi Katekese Umat adalah Kerajaan Allah,
dan tidak terbatas pada Gereja saja.
c). Rangkuman
Bapak/Ibu prodiakon, demikian beberapa hal tentang Katekese Umat yang perlu
diketahui sehubungan dengan pelayanan kita sebagai pemandu katekese. Kita yakin
bahwa umat sangat membutuhkan kehadiran kita secara khusus untuk mendampingi
mereka dalam berkatekese. Pengetahuan kita tentang Katekese Umat akan sangat
membantu kita dalam menghadapi umat. Semoga pertemuan ini bermanfaat bagi kita
semua dalam mewujudkan panggilan kita sebagai pewarta sabda Tuhan.
c. Pertemuan III
1). Judul pertemuan : Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat semakin
Katekese Umat model Shared Christian Praxis,
sehingga prodiakon mampu menerapkannya di tengah
umat.
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Setelah kita mencoba mengingat kembali tentang Katekese Umat, kita akan
mengenal salah satu model Katekese Umat yang dapat kita gunakan saat melaksanakan
Katekese Umat, yaitu Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP). SCP
sangat cocok digunakan oleh pendamping katekese, karena disesuaikan dengan kondisi
umat yang dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
b). Pokok-pokok uraian materi
(1). Pengertian Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP)
(a). Arti Shared Christian Praxis (SCP)
Shared Christian Praxis atau biasa disingkat SCP merupakan suatu alternatif
Katekese Umat Model Pengalaman Hidup. Model ini menekankan proses berkatekese
yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan
konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi”
kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan
dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah didalam
kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Model katekese ini bermula dari
pengalaman hidup peserta, yang direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan dengan
pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang
memberi motivasi pada keterlibatan baru. Maka, sejak awal orientasi pendekatan ini
pada “praxis” peserta.
(b). Tiga komponen pokok dalam SCP
Sharing: Komunikasi yang timbal balik (dialog) antara peserta dan
pendamping.
Christian: Mencoba mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani sepanjang
sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan
peserta pada zaman sekarang.
Praxis: suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis mempuyai tiga unsur
pembentuk yang saling berkaitan, yakni aktivitas, refleksi, kreativitas.
(2). Penjelasan langkah-langkah SCP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
(a). Langkah I (pertama): Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap
pengalaman hidup peserta)
Langkah ini bertujuan untuk mengajak peserta mengungkapkan pengalaman
hidup dan keterlibatan mereka. Tentunya, pengalaman yang diungkapkan peserta sesuai
dengan tema yang dirumuskan dalam pertemuan katekese.
Kekhasan dalam langkah pertama adalah adanya sharing antar peserta diawali
dengan kesadaran peran peserta sebagai subyek dalam proses berkatekese. Setiap
peserta berhak mengungkapkan pengalaman hidupnya tanpa ada unsur paksaan,
sehingga peserta berhak mengatur dan merencanakan hidupnya sendiri sesuai dengan
kepentingan, minat dan kemampuan peserta.
Peran dan tanggung jawab pembimbing dalam langkah I adalah berperan
sebagai fasilitator dengan menciptakan suasana yang terbuka dan hangat sehingga umat
semakin nyaman dalam mengungkapkan pengalaman pribadinya.
Dalam proses pengungkapan itu, peserta dapat menggunakan sarana dalam
bentuk ceritera, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek atau lambing. Peserta dapat
menggunakan perasaan mereka, mejelaskan nilai, sikap kepercayaan, dan keyakinan
yang melatarbelakanginya. Dengan cara itu diharapkan peserta menjadi sadar dan
bersikap kritis pada pengalaman hidupnya sendiri. Di samping pengalaman pribadi,
peserta dapat juga mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan
masyarakatnya.
(b). Langkah II (kedua): Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual
(Mendalami pengalaman hidup peserta)
Langkah kedua ini bertujuan untuk merefleksikan kembali pengalaman yang
telah diungkapkan pada langkah pertama. Pada langkah kedua ini, peserta didorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup
mereka sendiri maupun masyarakatnya.
Dalam refleksi kritis ini, peserta diajak menggunakan sarana baik analisa sosial
maupun analisa kultural. Segi pemahaman, pengenangan, serta imajinasi akan berguna
sekali apabila dimanfaatkan. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta
diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (Tradisi) dan Visi
Kristiani.
Pendamping katekese bertanggung jawab untuk menciptakan suasana
pertemuan dengan menghormati dan mendukung setiap gagasan serta saran dari peserta
katekese. Pendamping mampu mengajak peserta untuk untuk secara kritis
merefleksikan pengalaman hidupnya. Pendamping dapat merumuskan pertanyaan
pendalaman pengalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dll.
Peserta diharapkan dapat melihat pengalaman hidupnya secara kritis dengan
menganalisa dengan sistem sosial yang sudah dibentuk dalam masyarakat. Peserta
dapat membayangkan segala konsekuensi/akibat ataupun kemungkinan yang terjadi
atas tindakan yang telah dilakukan.
(c). Langkah III (ketiga): Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih
terjangkau (Menggali pengalaman iman kristiani)
Tujuan dalam langkah ketiga ini adalah mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi
dan Visi kristiani agar lebih terjangkau dan mengena dalam bidup peserta yang
mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Tradisi dan Visi kristiani
terungkap dalam bentuk Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas,
devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani
menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang.
Peranan seorang pendamping di sini diharapkan dapat membuka jalan selebar-
lebarmnya, menghilangkan segala macam hambatan sehingga semua peserta mempuyai
peluang besar untuk menmukan nilai-nilai dari Tradisi dan Visi Kristiani.
Pendamping menarik kesimpulan dari langkah pertama dan kedua yang bisa
dihubungkan dengan tema pertemuan katekese dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang
dipilih. Pendalaman yang dilakukan oleh pendamping dapat dilakukan dengan
pertanyaan atau ceramah dialogal. Metode yang digunakan oleh pendamping sebaiknya
tepat.
Pada langkah ini, peran peserta lebih sedikit dibandingkan dengan peran
pendamping. Peserta tetap setia mendengarkan dan menghargai pendamping yang
mencoba menafsirkan Tradisi dan visi kristiani agar sesuai dengan hidup konkret
peserta.
(d). Langkah IV (keempat): Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani
dengan tradisi dan visi Peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta
konkrit)
Tujuan langkah keempat ini adalah mengajak peserta berdasarkan nilai Tradisi
dan Visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak digarisbawahi, lalu sikap-
sikap yang hendak dihilangkan dan memperkembangkan nilai-nilai baru.
Kekhasan langkah keempat ini adalah memiliki keyakinan bahwa peserta
memiliki potensi yang alamiah untuk memahami hubungan yang terjalin antara
pengalaman hidup peserta dengan Tradisi dan Visi kristiani. Pengalaman hidup peserta
yang dikonfrontasikan dengan Tradisi dan visi kristiani menjadi pengalaman iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Peranan pendamping dalam tahap ini adalah menghormati kebebasan peserta
dan hasil penegasan peserta, termasuk mereka yang menolak tafsiran pembimbing.
Pendamping juga mampu meyakinkan peserta bahwa mereka mampu menemukan nilai
pengalaman hidup mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani.
Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan,
memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan
pada langkah pertama dan kedua. Pokok-pokok penting itu dikonfrontasikan dengan
hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dari langkah ketiga. Dari proses konfrontasi
itu diharapkan peserta dapat secara aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru
yang hendak diwujudkan.
(e). Langkah V (kelima): Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di
dunia ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)
Pada langkah kelima ini bertujuan untuk mengajak peserta sampai pada
keputusan praktis yang sehubungan dengan pengalaman konkret. Sebisa mungkin
keputusan yang diambil oleh peserta merupakan suatu rencana yang konkret. Peserta
katekese didorong untuk mengusahakan keterlibatannya dengan metanoia (pertobatan
pribadi dan sosial) yang berlangsung secara terus-menerus.
Kekhasan pada langkah kelima ini adalah usaha konkret yang merupakan niat
bersama yang dirumuskan oleh peserta bersama-sama dengan pendamping. Usaha
konkret akan diwujudkan bersama-sama oleh peserta dan pendamping.
Pembimbing memiliki peranan untuk merumuskan pertanyaan yang sederhana
tetapi dapat membantu peserta katekese mencapai niat konkret. Pembimbing selalu
menekankan sikap optimis yang realistis kepada peserta sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang konkret secara pribadi dan bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Peserta bersama-sama pendamping mewujudkan usaha konkret yang diputuskan
bersama-sama agar tercapainya metanoia yang diharapkan terjadi dalam proses
katekese. Keputusan peserta hendaknya merupakan kesinambungan dari langkah
pertama hingga langkah keempat.
(f). Penutup
Bagian penutup ini dimulai dengan doa-doa spontan hasil buah katekese dan
bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Bilamana perlu katekis atau pendamping
mengakhiri katekese dengan dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema
dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan suatu doa bersama dan atau nyanyian
yang sesuai dengan tema.
c). Rangkuman
Katekese yang berpusat pada umat, diharapkan dapat mengembangkan iman
umat dan membahrui hidup umat dalam hidup sehari-hari.
Setelah ini, kita akan bersama-sama melihat salah satu contoh bentuk
pelaksanaan Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup. Semoga contoh ini
semakin membantu kita untuk mengerti dan memahami cara mempersiapkan Katekese
Umat Model Pengalaman Hidup bagi umat.
d. Pertemuan IV
1). Judul pertemuan : Praktek Shared Christian Praxis (SCP)
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat melihat
secara langsung pelaksanaan Katekese Umat model
Shared Christian Praxis (SCP)
3). Proses pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
a). Pembuka
Bapak/Ibu prodiakon yang terkasih dalam Kristus, kita akan bersama-sama
melihat secara langsung Katekese Umat model SCP, agar kita dapat mengetahui
kelemahan maupun kelebihan SCP jika kita gunakan di tengah umat.
b). Contoh praktek Shared Christian Praxis (SCP)
(1). Tema : Menghayati Kehadiran Kristus dalam Ekaristi
(2). Tujuan :Bersama-sama pendamping, prodiakon semakin
menghayati kehadiran Kristus di dalam Ekaristi,
sehingga prodiakon semakin rajin pergi ke Gereja untuk
menyambut Ekaristi..
(3). Pembukaan
(1). Pengantar
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Kristus, sebagai umat Katolik dan mengemban
tugas sebagai prodiakon, tentulah kita sering mengikuti Perayaan Ekaristi dan
membantu Romo membagikan komuni. Tetapi, seringkali kita tidak mengikuti
perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati, karena kita masih memandang bahwa
mengikuti perayaan Ekaristi merupakan suatu kewajiban bagi umat Katolik dan bukan
suatu kebutuhan iman. Kita sebagai umat Katolik diharapkan pantas secara rohani
untuk menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi. Hal ini dikarenakan bahwa
umat Katolik percaya bahwa Yesus nyata hadir dalam rupa roti dan anggur yang kita
santap dalam Perayaan Ekaristi.
Seperti yang diungkapkan dalam Injil Yohanes 6:44-51, disana Yesus bersabda
bahwa Dialah Roti Hidup dan barangsiapa yang percaya pada-Nya akan diberikan
hidup kekal. Manusia akan mendapatkan hidup untuk selama-lamanya dan tidak akan
pernah mati karena percaya pada Kristus bahwa hanya Dialah pemberi hidup. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
dilihat keadaan umat Katolik saat ini, umat masih kurang dapat memaknai hosti suci
sebagai lambang kehadiran Kristus di dalam Ekaristi khususnya memaknai Tubuh
Kristus sebagai jaminan untuk hidup kekal. Hidup kekal yang dijanjikan adalah hidup
spiritual yang tidak akan pernah mengalami kematian. Hal ini dikarenakan, kurangnya
iman kepercayaan umat kepada Yesus Kristus sehingga umat juga tidak siap untuk
menyambut Tubuh Kristus.
Maka, dengan mendalami perikop ini, kita dapat semakin disadarkan kehadiran
Tuhan Yesus Kristus di dalam Tubuh Kristus sehingga kita semakin menghayati bahwa
memang benar Yesus memberikan hidup yang kekal bagi umat-Nya. Dan dari
pertemuan kali ini, kita juga semakin disadarkan agar kita terus mempertahankan iman
kepercayaan kepada Yesus Kristus dengan rajin mengikuti Ekaristi sehingga pantas
untuk menyambut Tubuh Kristus.
(2). Lagu pembukaan : Madah Bakti, No: 295, ”Kristus Kurban Cinta-Nya” {Lampiran
11: (21)}
(3). Doa pembukaan
Allah Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas
rahmat dan berkat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Secara
khusus, kami juga mengucapkan banyak terima kasih karena pada saat ini kami masih
Engkau perkenankan untuk menerima rahmat kasih dari-Mu sampai saat ini. Ya Allah
Bapa yang maha baik, ampunilah kami yang sering melupakan Engkau dengan tidak
rajin mengikuti perayaan Ekaristi. Sehingga kami kurang dapat memaknai kehadiran
Kristus, Putra-Mu yang Terkasih, dalam Ekaristi. Bantulah kami Ya Bapa, agar kami
selalu rajin ke Gereja sehingga kami semakin pantas untuk menyambut Tubuh Kristus
dalam Ekaristi. Sebab, rahmat yang kami dapat dari-Mu, itu semua untuk mendukung
tugas-tugas kami melayani umat-Mu. Terangilah Ya Bapa seluruh rangkaian proses
pendalaman iman yang akan kami laksanakan pada hari ini agar dapat berjalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
baik. Bantulah kami agar kami dapat semakin percaya kepada Yesus agar kami dapat
beroleh hidup kekal bersama-sama dengan Dikau dan Yesus Putera-Mu yang terkasih.
Doa ini kami sampaikan melalui Tuhan dan pengantara kami. Amin.
(4). Langkah I: Pengungkapan pengalaman hidup faktual (Mengungkap pengalaman
hidup peserta)
(a). Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya saat
menyambut Tubuh Kristus di dalam Perayaan Ekaristi dengan tuntunan beberapa
pertanyaan:
Perasaan apa yang dialami oleh Bapak/Ibu prodiakon setelah menerima
kehadiran Kristus dalam Komuni?
(b). Suatu contoh arah rangkuman
Saat kita menerima hosti suci dalam perayaan Ekaristi Yesus hadir di dalam diri
kita dan bersemayam disana. Yesus nyata hadir dalam hosti suci yang kita sambut.
Yesus hidup dalam diri kita dan selalu menaungi kita dalam hidup sehari-hari. Kita
sangat menghormati kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi yang berwujud Hosti
Suci. Perasaan yang dialami Bapak/Ibu dapat bermacam-macam atau bahkan mungkin
ada Bapak/Ibu ada yang tidak merasakan perbedaan itu karena merasa biasa-biasa saja.
Perasaan senang, bangga, atau bahkan takut dapat timbul saat menerima Hosti yang
Bapak/Ibu terima saat mengikuti Ekaristi. Perasaan bangga juga timbul karena
Bapak/Ibu merasa bahwa Bapak/Ibu merasa sudah pantas untuk menyambut Tubuh
Kristus. Perasaan takut yang juga mungkin Bapak/Ibu rasakan, itu karena Bapak/Ibu
belum siap untuk menerima Yesus dalam diri Bapak/Ibu dan takut jika setelah
menerima hosti, Bapak/Ibu akan berbuat yang tidak pantas di mata Yesus. Masih
banyak lagi perasaan yang dapat kita rasakan setelah menerima Hosti Suci. Sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
prodiakon, perasaan yang kita rasakan saat akan menerimakan Tubuh Kristus pastinya
juga berbeda-beda.
(5). Langkah II: Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual (Mendalami
pengalaman hidup peserta)
(a). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalamannya dengan dibantu
pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana Bapak/Ibu menghayati Kristus yang hadir dalam Perayaan
Ekaristi?
(b). Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
arahan rangkuman singkat, misalnya:
Menghayati kehadiran Kristus saat kita menyambut Tubuh Kristus, tentunya
memiliki pengalaman iman yang berbeda-beda. Pengalaman yang berbeda membawa
kita untuk memiliki cara yang berbeda dalam menghayati Kristus. Kristus yang hadir
dalam diri kita masing-masing, pastinya juga bekerja dengan cara yang masing-masing
pula. Kehadiran Kristus serta rahmat yang kita dapatkan setelah menerima Tubuh
Kristus semakin membantu kita untuk terus menghayati Kristus dalam hidup sehari-
hari. Penghayatan kita akan Kristus tidak hanya berhenti saat kita menyantap Tubuh
Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Kristus yang hadir selalu tinggal dalam diri kita dan
menyertai kita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Perjalanan hidup sebagai seorang
awam biasa dan perjalanan hidup sebagai seorang prodiakon. Jika Tuhan sudah bekerja
atas diri kita, maka yang ada hanyalah kebaikan.
(6). Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau
(Menggali pengalaman iman kristiani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
(a). Peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci
seara bergantian, Injil Yohanes 6:44-51 atau dari fotocopy yang dibagikan
{Lampiran 12: (22)}.
(b). Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan, sebagai berikut:
Ayat-ayat manakah yang menunjukkan kehadiran Yesus dalam perikope
tersebut? Mengapa?
Apa makna kehadiran Kristus dari perikope tersebut?
(c). Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yoh 6:44-51 dan menghubungkannya
dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya,
sebagai berikut:
Ayat 48 menuliskan bahwa Yesus adalah roti hidup, dimana dalam ayat ini
merupakan tema sentral tentang roti kehidupan. Dan sebelum ayat 48 juga disebutkan
bahwa Yesus juga akan memberikan hidup kekal bagi mereka yang percaya kepada
Yesus sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Dengan kata lain, Yesus mengenalkan
diri-Nya sebagai roti hidup yang disambut oleh umat-Nya, tetapi hal tersebut tidaklah
cukup jikalau umat-Nya tidak percaya kepada Yesus sebagai seseorang yang diutus
oleh Bapa-Nya untuk turun ke dunia. Dan kehidupan kekal yang digambarkan oleh
Yesus dalam bacaan, menampilkan realitas masa kini yang juga disebutkan dalam ayat
51. Pada ayat 49-50, Yesus menggambarkan keunggulan roti hidup yang jika disantap
oleh orang yang percaya kepada-Nya akan diberikan hidup kekal selama-lamanya.
Dimana keunggulan roti hidup dalam Kristus dibandingkan dengan roti manna yang
diberikan kepada umat Israel. Disini roti manna mendukung hidup fisik, tetapi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dapat menghalangi kematian sedangkan roti yang adalah Kristus dapat mendukung
hidup spiritual bahkan menghalangi kematian. Dalam ayat ini Nenek Moyang yang
disebutkan oleh Yesus adalah Nenek Moyang pada zaman sebelum Yesus juga
mengalami kematian fisik. Sedangkan yang makan roti dari surga tidak akan mati yang
dalam hal ini adalah kematian spiritual. Dan Yohanes juga tidak menyangkal bahwa
orang beriman juga akan mengalami kematian fisik.
Bacaan Injil pertemuan hari ini memperlihatkan kepada kita siapa Yesus
sebenarnya. Yesus adalah Roti hidup yang selalu kita sambut setiap mengikuti perayaan
Ekaristi. Roti Hidup itu adalah Yesus sendiri, Yesus yang hadir dalam rupa hosti suci
dalam perayaan Ekaristi. Dan seperti yang disebutkan pada ayat 47 bahwa barangsiapa
percaya kepada-Nya maka akan mendapatkan hidup kekal. Maka kita sebagai umat
beriman yang percaya kepada Kristus, seharusnya kita percaya kepada-Nya bahwa Dia
benar-benar hadir dalam rupa hosti suci. Sehingga kita dapat memaknai hosti suci yang
kita santap sebagai kehadiran Kristus. Maka, kita dapat menyambut Tubuh Kristus
secara pantas dan mampu menerima Yesus sebagai utusan dari Allah dan penjamin
kehidupan kekal.
(7). Langkah IV: Interpretasi/tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan
tradisi dan visi Peserta (Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit)
(a). Pengantar
Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan suatu peneguhan
iman dari Kitab Suci yang telah kita baca bersama-sama. Dalam pesan Kitab Suci yang
telah kita dalami bersama, Yesus adalah roti hidup yang akan selalu hadir bagi umat-
Nya. Dan Yesus hadir dalam roti hidup yang selalu kita sambut setiap mengikuti
perayaaan Ekaristi. Yesus akan selalu menjamin kehidupan kekal bagi umat-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Hendaknya kita semua selalu percaya akan apa yang telah disabdakan oleh
Yesus Kristus yang selalu menyertai kita para umat-Nya. Dengan menerima hosti suci
saja, tentunya hal itu belumlah cukup. Sebab kita harus percaya bahwa Yesus benar-
benar hadir dalam rupa roti dan anggur dan percaya akan hidup kekal yang Yesus
janjikan.
Maka, hendaknya, kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum dapat
menghayati hosti suci sebagai tanda kehadiran Kristus karena masih banyak umat yang
kurang dapat menghayati kehadiran Kristus yang nyata dalam rupa Tubuh Kristus.
(b). Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati Kehadiran Kristus
dalam Tubuh Kristus, marilah secara bersama-sama kita mencoba merenungkan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Sejauh mana Bapak/Ibu rajin pergi ke gereja Paroki Roh Kudus Kebonarum
untuk menyambut kehadiran Kristus?
(c). Peserta diberi waktu untuk renungan secara pribadi dengan panduan pertanyaan di
atas. Kemudian peserta diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan
hasil-hasil renungan pribadinya itu. Akhirnya, sebagai bahan renungan dalam
langkah ini pendamping dapat memberikan arah rangkuman singkat sesuai dengan
hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya, sebagai berikut:
(d). Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta:
Seringkali kita merasa kurang siap dan belum pantas untuk menyambut Tubuh
Kristus yang kita terima dalam perayaan Ekaristi dan tidak menyadari makna penting
yang terkandung dalam Tubuh Kristus yang kita sambut. Sebagai umat kristiani, kita
sering menganggap bahwa mengikuti perayaan ekaristi merupakan suatu kewajiban dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
bukan merupakan suatu kebutuhan rohani. Dan ada pula umat yang tidak rajin
mengikuti perayaan Ekaristi lalu merasa pantas untuk menyambut Tubuh Kristus.
Maka, makna yang terkandung dalam perayaan Ekaristi khususnya penerimaan Tubuh
Kristus menjadi hambar dan tidak bermakna bagi perkembangan iman Katolik. Hal itu
merupakan suatu kesalahan besar, karena sebenarnya Yesus selalu hadir secara nyata
lewat Hosti Suci yang kita sambut. Dan dalam bacaan Injil dapat kita lihat bersama-
sama bahwa lewat kehadiran-Nya, Yesus menjanjikan hidup kekal seperti yang telah
diimpi-impikan setiap umat.
Hosti suci yang selalu kita maknai dapat kita murnikan kembali sebagai
kehadiran Kristus dan bukan hanya sekedar ingin dipandang sebagai umat kristiani atau
takut jika tidak menyambut akan disebut sebagai orang berdosa atau sebagai jimat.
Tetapi, kita dapat menerima Kristus dengan jiwa yang pantas, sebagai seseorang yang
rindu akan kehadiran Tuhan. Jiwa yang siap akan selalu memaknai kehadiran Tuhan
sebagai rahmat yang diberikan Allah kepada kita, dimana rahmat itu adalah Yesus
sendiri yang akhirnya akan menuntun kita pada jalan kemenangan Kristus.
Dengan adanya pertemuan kali ini dan perenungan bacaan Injil Yohanes pada
hari ini dapat sungguh-sungguh membantu kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum memaknai kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur yang selalu kita
sambut dalam perayaan Ekaristi dan kita semakin rajin pergi ke gereja. Kita juga dapat
melihat diri kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum, apakah diri kita
sudah pantas menyambut Tubuh Kristus setiap kita mengikuti Perayaan Ekaristi. Kita
sebagai pelayan umat, hendaknya kita sendiri juga dapat menghayati kehadiran Kristus
dalam hidup kita sehari-hari.
(8). Langkah V: Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia
ini (Mengusahakan suatu aksi konkrit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
(a). Pengantar
Para Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus. Kita telah bersama-sama
mengungkapkan pengalaman kita masing-masing dalam menyambut kehadiran Kristus
saat Perayaan Ekaristi, lalu mencoba untuk merefleksikan pengalaman kita saat
menyambut Kristus dalam rupa Hosti Suci yang kita santap saat Perayaan Ekaristi. Kita
juga mencoba menafsirkan kehadiran Kristus dalam Injil Yohanes, agar apa yang kita
semakin sadar akan kehadiran Kristus dalam diri kita masing-masing. Pengalaman
hidup kita tidak hanya pengalaman hidup yang biasa, tetapi menjadi pengalaman iman
yang akan kita wujudkan dalam suatu usaha konkret Bapak/Ibu saat ini.
Maka, kita sebagai prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum yang beriman
kepada Yesus Kristus baiklah jika kita kembali memaknai kehadiran Kristus dalam
rupa Tubuh Kristus sehingga nanti akhirnya kita selalu merasakan kehadiran Kristus
setiap saat karena Yesus selalu bersemayam dalam diri kita. Kita akan bersama-sama
mewujudkan iman kristinani kita dalam suatu usaha tindakan konkret yang akan kita
usahakan secara pribadi dan bersama-sama.
(b). Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok
atau bersama) untuk semakin memaknai Tubuh Kristus sebagai lambang
Kehadiran Kristus. Berikut ini adalah petanyaan penuntun untuk membantu peserta
membuat niat- niat:
Niat apa yang hendak kita lakukan agar sebagai prodiakon dapat semakin rajin
mengikuti Perayaan Ekaristi sehingga dapat menghayati kehadiran Kristus?
(c). Selanjutnya peserta diberi dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri
tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Niat-niat pribadi dapat
diungkapkan (berdua/bertiga dalam kelompok kecil entah dalam pleno) untuk
saling meneguhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
(d). Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama konkrit, yang dapat segera
diwujudkan, agar mereka semakin memaknai Tubuh Kristus sebagai tanda
kehadiran Kristus.
(9). Penutup
(a). Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian bisa menyanyikan
bersama Lagu ”Tuhan Kau Satukan Kami” (Madah Bakti, No: 298) {Lampiran
13: (23)}.
(b). Kesempatan hening sejenak untuk meresapkan isi lagu tersebut. Sementara itu,
lilin dan salib dapat diletakkan di tengah umat untuk kemudian dinyalakan.
(c). Kesempatan Doa Umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan
menghubungkan doa umat . Setelah itu doa umat disusul secara spontan oleh para
peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping
yang merangkum keseluruhan langkah dalam SCP ini dalam kelima langkah ini,
misalnya, sebagai berikut.
(d). Doa Penutup:
Yesus Kristus, Pemberi Hidup Kekal. Terima kasih karena Engkau selalu setia
untuk membimbing kami agar semakin menumbuhkan iman kami. Engkau hadir di
tengah-tengah kami dan menuntun kami selama proses katekese ini. Kami dapat
mengungkapkan pengalaman saat bertemu dengan-Mu dalam rupa hosti suci yang kami
santap saat Perayaan Ekaristi. Kristus sumber hidup kekal, kami juga dapat semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
menghayati kehadiran-Mu dalam Injil Yohanes yang telah kami dengar bersama-sama.
Sehingga, kami dapat semakin menghormati dan menghayati kehadiran-Mu dalam rupa
roti dan anggur yang dapat kami sambut setiap mengikuti perayaan Ekaristi. Dan
bantulah niat-niat kami dalam menghayati roti hidup dalam perayaan Ekaristi dengan
semakin rajin mengikuti Perayaan Ekaristi. Seringnya kami merindukan kedatangan-
Mu di tengah-tengah kami, tetapi kami sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya
Engkau selalu hadir dalam diri kami lewat Tubuh Kristus yang kami santap. Ya Tuhan,
berkatilah segala niat dan tindakan yang akan kami lakukan baik secara pribadi maupun
bersama-sama. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara Kami. Amin
c). Rangkuman dan evaluasi
Bapak/Ibu prodiakon, bersama-sama kita telah melaksanakan katekese SCP.
Contoh tersebut memberikan gambaran kepada Bapak/Ibu tentang bagaimana proses
SCP yang dilakukan di tengah umat. Setelah melihat proses SCP, marilah kita mencoba
untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan SCP jika kita gunakan di tengah umat,
dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
(1). Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu setelah mengikuti praktek contoh SCP?
(2). Menurut Bapak/Ibu, apa kelebihan SCP jika digunakan di tengah umat?
(3). Menurut Bapak/Ibu, apa kekurangan SCP jika digunakan di tengah umat?
(4). Hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam proses SCP, sehingga nantinya dapat
lebih baik lagi jika digunakan di tengah umat?
e. Pertemuan V
1). Judul pertemuan : Cara mempersiapkan katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dapat
mengetahui cara mempersiapkan katekese di tengah
umat.
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Bapak/Ibu prodiakon, setelah kita melihat secara langsung proses katekese SCP,
akan menjadi lebih baik lagi jika kita belajar untuk mempersiapkan katekese untuk
jangka pendek. Hal ini diperlukan agar kita dapat melaksanakan katekese dengan lebih
baik lagi dan memahami hal-hal yang perlu disiapkan saat akan memberi katekese.
b). Pokok-pokok uraian materi
Proses katekese yang berjalan dengan lancar dan baik, tentunya telah
dipersiapkan dengan baik pula. Maka, agar proses katekese yang dilaksanakan dapat
berjalan dengan baik, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pemilihan tema sebaiknya ditentukan bersama dengan umat/peserta katekese.
Jika tema sudah didapat, maka pendamping katekese mulai menyiapkan
katekese.
Mencari dan mengolah tema dalam Tradisi dan Kitab Suci.
Mencari dan mengolah tema dalam pengalaman hidup. Hal ini dapat terbantu
dengan membaca cerita dalam majalah, Koran, televisi, dll, yang sehubungan
dengan tema tersebut.
Tujuan dapat dirumuskan sesuai dengan tema yang akan digunakan.
Memikirkan sarana, metode yang akan digunakan dalam katekese, dan kepada
siapa katekese akan diberikan serta berapa lamanya waktu yang akan
digunakan.
Setelah itu, mulailah merumuskan katekese secara rinci, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Menyusun urutan pengembangan langkah-langkah secara gasris besar. Pada
bagian Tradisi atau Kitab Suci, hendaknya lebih diperhatikan dalam
menggunakan komentar para ahli. Pertanyaan pendalaman yang digunakan
hendaknya dipersiapkan dengan bahasa sederhana, jelas, mudah dijawab, dan
bukan pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang akan dipakai seharusnya juga
sesuai dengan tema katekese.
Katekese yang sudah disiapkan sebaiknya direnungkan terlebih dahulu untuk
diri sendiri. Sebelumnya, kita dapat memperagakan di depan orang lain
ataupun di depan kaca agar lebih percaya diri.
Setelah selesai pelaksanaan katekese, perlu dilakukan evaluasi secara pribadi
ataupun bersama orang lain yang hadir dalam proses katekese tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka katekis bisa menentukan tema dan
tujuan untuk pertemuan katekese selanjutnya.
c). Rangkuman
Pada sesi ini, kita telah bersama-sama belajar bagaimana mempersiapkan
katekese di tengah umat, agar ke depannya lebih lancar dan baik lagi. Bapak/Ibu
prodiakon, agar kita juga semakin lebih baik lagi dalam memandu katekese, kita akan
membuat persiapan katekese dalam jangka pendek. Persiapan tersebut dapat kita
gunakan dalam memandu katekese di tengah umat.
f. Pertemuan VI
1). Judul pertemuan : Membuat persiapan Shared Christian Praxis (dalam
kelompok)
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon dibagi dalam
kelompok dan membuat persiapan Shared Christian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Praxis (SCP), sehingga dapat dipraktekkan secara
langsung saat memberikan katekese.
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Bapak/Ibu, setelah tadi kita belajar cara mempersiapkan katekese, marilah kita
bersama-sama membuat persiapan SCP di dalam kelompok. Persiapan tersebut
nantinya dapat kita gunakan saat berkatekese di tengah umat.
b). Pokok-pokok uraian materi
(1). Identitas
Pelaksana :
Tema :
Tujuan :
Peserta :
Tempat :
Hari / Tanggal :
Waktu :
Model : Shared Christian Praxis
Metode :
Sarana :
Sumber Bahan :
(2). Pemikiran Dasar
Pada bagian pemikiran dasar berisi latar belakang pemilihan tema dan
permasalahan situasi konkrit peserta (aspek sosiologis-faktual), tanggapan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tradisi atau Kitab Suci (aspek biblis-ideal), dan tanggapan dalam katekese yang
bersangkutan (aspek kateketis-aktual).
(3). Pengembangan langkah-langkah
(a). Pendahuluan
Bisa dimulai dengan doa, kata pengantar, lagu pembuka yang sesuai dengan
tema yang akan diangkat dalam proses katekese.
(b). Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta
Mengungkapkan pengalaman hidup peserta dapat menggunakan sarana, seperti:
teks cerita, teks cergam, film singkat, tayangan slide show, dll. (sarana harus
disesuaikan dengan tema). Setelah itu, peserta diajak untuk mendalami isi dari sarana
(misalnya: Cergam) dengan beberapa pertanyaan panduan, misalnya:
Kesulitan-kesulitan apa yang dialami dari cergam.
Penceritaan pengalaman yang sesuai dengan cerita dalam cergam.
Hambatan yang dialami peserta dalam menuju suatu hal yang baik sesuai
dengan cergam.
Pendamping dapat memberikan arah rangkuman langkah I dan pengantar untuk
masuk langkah II.
(c). Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta
Merumuskan pertanyaan pendalaman, seperti: mengapa, bagaimana, dsb.
Pendamping merangkum arah refleksi ini baik bagi masa lampau, sekarang maupun
masa depan. Pendamping mencari hubungan dengan langkah III untuk masuk pada
Tradisi dan Visi kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
(d). Langkah III: Menggali pengalaman iman kristiani
Pendamping menarik kesimpulan pada langkah I dan II dan yang bisa
menghubungkan dengan tema dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang dipilih.
Menafsirkan Kitab Suci dan Tradsi Gereja harus sesuai dengan tema dan tujuan.
Pendalaman bisa dilakukan dengan pertanyaan atau bisa dengan ceramah dialogal.
Pendamping menarik pesan inti dari Kitab Suci atau Tradisi sehubungan dengan tema
dan tujuan.
(e). Langkah IV: Menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit.
Pada langkah keempat, pendamping menarik pesan yang relevansi dengan
situasi peserta. Dalam langkah ini, pendamping merangsang peserta untuk sanggup dan
mampu untuk mewujudkan pesan ini dalam relevansi peserta yang akan dirumuskan
dalam langkah kelima dan diwujudkan secara pribadi dan bersama-sama.
(f). Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit.
Pendamping merangkum perjalanan katekese dari langkah I hingga langkah IV.
Pendamping mengajak peserta untuk menentukan langkah konkrit yang bisa
diwujudkan oleh masing-masing peserta dan secara bersama-sama sebagai
pembaharuan batin.
(g). Penutup
Setelah selesai merumuskan niat-niat pribadi dan bersama, kemudian
pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan doa-doa
permohonan secara spontan dalam kesempatan doa permohonan umat (sebaiknya
disesuaikan dengan tema). Pertemuan bisa ditutup dengan lagu penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
c). Rangkuman
Bersama-sama kita telah membuat persiapan SCP yang bisa kita gunakan di
tengah umat. Tetapi, sebelum persiapan ini bisa kita laksanakan di tengah umat, setiap
kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil kelompoknya dalam langkah
selanjutnya.
g. Pertemuan VII
1). Judul pertemuan : Presentasi persiapan Shared Christian Praxis (dalam
kelompok)
2). Tujuan pertemuan : Bersama-sama pendamping, prodiakon menyampaikan
hasil kelompok agar prodiakon mendapatkan masukan
untuk pelaksanaan SCP.
3). Proses pendampingan
a). Pembuka
Bapak/Ibu marilah kita mempresentasikan persiapan SCP kelompok masing-
masing. Agar kita juga dapat memberikan masukan untuk persiapan SCP yang sudah
kita kerjakan bersama-sama. Persiapan yang sudah kita buat bersama-sama ini,
nantinya akan kita jadikan satu dan dapat digunakan oleh masing-masing untuk
pelaksanaan Katekese Umat di Lingkungan.
b). Pokok-pokok uraian materi
Setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya masing-masing.
Pendamping dan kelompok yang lain mendengarkan dan memberikan tanggapan agar
proses SCP nantinya lebih baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
c). Rangkuman
Baiklah Bapak/Ibu, materi pelatihan kita untuk dua hari ini sudah selesai.
Semoga apa yang telah saya berikan ini dapat menambah pengetahuan Bapak/Ibu
sekalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katekese Umat yang terus diupayakan telah memberikan sumbangan yang besar
bagi perkembangan Gereja. Upaya yang dilakukan tentunya demi perkembangan iman
umat untuk menuju pada Kerajaan Allah. Katekese Umat, yang terus-menerus
berkembang di setiap Gereja, memiliki tantangan dan keprihatinan masing-masing.
Tantangan dan keprihatinan yang dihadapi tidak dijadikan sebagai penghambat
melainkan sebagai pemicu bagi Gereja untuk menemukan model maupun metode yang
relevan untuk perkembangan Gereja.
Perkembangan katekese di Paroki Roh Kudus Kebonarum memiliki
keprihatinan yang dirasakan oleh prodiakon. Umat yang hadir dalam proses katekese
hanya sedikit dan jarang sekali ada kaum muda yang mengikuti katekese. Dari
sejumlah umat di lingkungan, hanya sekitar 30% umat yang ada untuk hadir mengikuti
proses katekese. Umat yang tidak hadir, beralasan mempunyai kesibukan pekerjaan,
malas karena bosan, ada acara TV yang lebih menarik, dll.
Proses Katekese Umat yang terjadi di Paroki Roh Kudus terasa sangat kering
dan kurang hidup. Umat kurang mendapat tempat dalam proses Katekese Umat.
Partisipasi umat dalam proses katekese hanya sebagai pendengar. Tentunya, hal ini
bertolak belakang dengan apa yang dicita-citakan Gereja dalam Katekese Umat. Peran
pendamping dalam Katekese Umat hanya sebagai pengarah/fasilitator, sedangkan peran
peserta dalam Katekese Umat sebagai subyek dalam katekese.
Melalui hasil penelitian, banyak hal yang perlu dievaluasi dari proses katekese
yang terjadi di Paroki Roh Kudus Kebonarum. Dalam proses penulisan, penulis melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam proses katekese di Paroki
Roh Kudus Kebonarum. Metode maupun model yang digunakan oleh prodiakon untuk
memimpin katekese masih sangat terbatas. Prodiakon masih menggunakan metode
ceramah untuk memberikan katekese di tengah umat. Metode ceramah yang digunakan
kurang dapat mengajak peran serta umat dalam katekese. Dalam proses katekese, umat
sangat diharapkan untuk berpartisipasi dalam proses dan tidak hanya menjadi
pendengar saja. Begitu juga sebaliknya, pemimpin katekese diharapkan tidak bertindak
seakan-akan sebagai pusat dalam proses katekese. Katekese Umat yang seharusnya
terjadi selalu berawal dari keprihatinan umat sendiri, sehingga katekese selalu relevan
dengan hidup umat yang dihadapi.
Katekese Umat merupakan katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat.
Peserta dalam Katekese Umat diterima dan dihormati sebagai subyek. Katekese akan
lebih dipahami dalam komunikasi iman yang terjadi antar peserta dengan pendamping
dan bukan hanya sekedar tukar-menukar pengalaman biasa. Arah Katekese Umat
bermula dari pengalaman yang kemudian direfleksikan dalam terang iman dan
diusahakan agar sampai pada tindakan konkrit yang lebih baik. Melalui Katekese Umat,
diharapkan umat dapat semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari dan
mengenali karya Allah yang bekerja di dalamnya. Setiap umat sangat membutuhkan
katekese dalam perkembangan imannya untuk menuju pada kepenuhan Kristus.
Katekese Umat dapat membantu umat dalam menanggapi persoalan hidup yang sedang
dialami.
Menjawab persoalan hidup yang sedang dialami oleh umat, Katekese Umat
memberikan salah satu model katekese yang bertolak dari pengalaman hidup, yaitu
Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP). SCP mengajak umat untuk tidak
hanya menjadi pendengar tetapi juga ikut menentukan tema serta tujuan yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
dicapai dalam proses katekese yang akan dilaksanakan. Pengalaman hidup umat akan
direfleksikan lebih dalam dan dikonfrontasikan dalam Tradisi dan Visi Kristiani,
sehingga tidak lagi menjadi pengalaman hidup umat yang biasa tetapi menjadi
pengalaman iman.
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum seharusnya mampu melihat
keprihatinan yang terjadi dan berani melakukan inovasi demi perkembangan katekese
yang lebih baik lagi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan usulan program
pelatihan Katekese Umat model Shared Christian Praxis untuk prodiakon dengan
harapan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan prodiakon. Katekese Umat
model Shared Christian Praxis mengajak umat untuk ikut ambil bagian dalam proses
katekese. Umat diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman hidupnya yang sesuai
dnegan tema yang diangkat dalam proses katekese. Pengalaman hidup umat kemudian
direfleksikan dan dikonfrontasikan dengan Sabda Allah, sehingga tidak lagi menjadi
pengalaman yang biasa tetapi menjadi pengalaman iman. Tidak hanya berhenti pada
pengalaman iman saja, peserta juga diajak untuk membuat niat konkret yang dapat
diwujudkan secara pribadi dan bersama.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pengamatan penulis di Paroki Roh
Kudus Kebonarum perihal kegiatan katekese, penulis menemukan beberapa saran yang
baik jika diperhatikan.
1. Bagi Paroki
Paroki diharapkan dapat memberikan pendampingan atau pelatihan khusus
tentang katekese bagi prodiakon. Pendampingan atau pelatihan dapat dilakukan setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
dua kali dalam setahun. Pendampingan/pelatihan yang diberikan diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan ketrampilan prodiakon dalam melaksanakan tugas
pelayanannya. Hendaknya Paroki juga mengadakan evaluasi rutin untuk membahas
masalah-masalah yang ditemukan selama pelaksanaan katekese sehingga dapat
menemukan jalan keluarnya.
2. Bagi Prodiakon
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum diharapkan selalu terbuka untuk
menerima hal-hal baru yang dapat meningkatkan tugas pelayanan di tengah umat.
Prodiakon yang selalu terbuka dengan hal-hal baru, khususnya tentang katekese, dapat
menunjang pengetahuan dan ketrampilan prodiakon dalam berkatekese. Prodiakon
diharapkan selalu peka dengan kebutuhan dan keprihatinan yang dihadapi oleh umat.
Hal ini perlu diperhatikan karena katekese yang sesungguhnya adalah katekese yang
berpusat pada hidup umat. Dengan kemampuan yang dimiliki prodiakon tersebut, maka
proses katekese tidak lagi kering dan dapat semakin memperkembangkan iman umat.
3. Bagi Seksi Pewartaan
Seksi pewartaan diharapkan memiliki peta katekese yang jelas, sehingga dapat
membantu prodiakon dalam tugas pewartaannya. Dalam pertemuan rutin seksi
pewartaan, ada baiknya jika mengundang prodiakon untuk turut serta dalam pertemuan.
Pertemuan yang dimaksud khususnya dalam penyusunan agenda proses katekese.
Seksi pewartaan diharapkan juga dapat menyusun panduan untuk berkatekese di
tengah umat. Panduan tersebut dapat digunakan oleh masing-masing prodiakon atau
katekis lingkungan. Panduan tersebut juga bisa dijadikan arsip bagi seksi pewartaan,
sehingga suatu saat dapat digunakan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
DAFTAR PUSTAKA
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese. (F.X.Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga PengembanganKateketik Puskat (Buku asli diterbitkan pada 1991).
Hadiwiyata, A. S. (2008). Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.Huber, TH. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tuntunan Lengkap: Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press.Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonis). (2006). (V. Kartosiswoyo Pr. dkk.,
Penerjemah). Jakarta: Obor (Buku asli diundangkan oleh Paus Yohanes PaulusII pada 1983).
Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia. (2012). Penanggalan Liturgi 2012Tahun B /II. Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi.Jakarta: OBOR.
Kongregasi Suci untuk para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. (ThomWignyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asliditerbitkan tahun 1971)
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.Martasudjita, Emanuel. (2010). Kompendium tentang Prodiakon. Yogyakarta:
Kanisius.Nana Sudjana, dkk. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.Paroki Roh Kudus Kebonarum. (2008). Tuntun Ing Hyang Roh Suci: Umat Katolik
Kebonarum Ngudi Dadi Berkah. Manual yang diterbitkan pada September 2008dalam rangka Lustrum II 2004-2008.
Prasetya, L. (2007). Prodiakon Itu Awam, Lho! Yogyakarta: Kanisius.Purwa Hadiwardoyo, dkk. (2010). Renungan Harian. Yogyakarta: Sumber Mulya.Rausch, Thomas P. (2001). Katolisisme: Teologi bagi Kaum Awam. Yogyakarta:
Kanisius.Sugiyana, F.X. (2006). Prodiakon: Rasul Awam dalam Gereja. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Nusatama.Sumarno Ds, M. (2009a). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata
Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa SemesterIV, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
_____________. (2009b). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama KatolikParoki. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI Program Studi IlmuPendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tabita Kartika Christiani. (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks Indonesia.Makalah disampaikan dalam Pengayaan Diri Dosen Program Studi IlmuPendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang diselenggarakan pada 18-19Juni 2008.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: OBOR.Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979)._____________. (2011). Evangelii Nuntiandi. (J. Hadiwikarta, Penerjemah). Jakarta:
Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan pada 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Daftar Nama Lingkungan
1. Lingkungan Albertus Malangjiwan2. Lingkungan Aloysius Karangduren3. Lingkungan Andreas Mlaran4. Lingkungan Barnabas Nglarang5. Lingkungan Bartolomeus Nglinggi6. Lingkungan Fransiskus Xaverius Wanteyan7. Lingkungan Gregorius Jati8. Lingkungan Ignatius Nglarang9. Lingkungan Yakobus Alfeus Tempel10. Lingkungan Laurentius Gatak11. Lingkungan Maria Kauman12. Lingkungan Paulus Menden13. Lingkungan Petrus Banyuaeng14. Lingkungan Philipus Pluneng15. Lingkungan Thomas Pokoh16. Lingkungan Yakobus Ketonggo17. Lingkungan Yohanes Maria Vianney Karangnangka18. Lingkungan Yohanes Ngrundul19. Lingkungan Yusup Basin20. Lingkungan Lukas Gedongan21. Lingkungan Markus Kembang22. Lingkungan Mateus Somokaton23. Lingkungan Simon Zelot Kembang Bener24. Lingkungan Stephanus Bunder25. Lingkungan Yudas Tadeus Surowono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum
No. LingkunganKK dan Umat
Jumlah KK Jumlah Umat1. Albertus Malangjiwan 26 972. Aloysius Karangduren 64 2243. Andreas Mlaran 62 2174. Barnabas Nglarang 74 2465. Bartolomeus Nglinggi 55 1726. Fransiskus Xaverius Wanteyan 66 2477. Gregorius Jati 29 1028. Ignatius Nglarang 62 2009. Yakobus Alfeus Tempel 59 23510. Laurentius Gatak 27 9411. Maria Kauman 36 14512. Paulus Menden 40 16113. Petrus Banyuaeng 48 16714. Philipus Pluneng 50 17715. Thomas Pokoh 22 8716. Yakobus Ketonggo 46 14517. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 37 12418. Yohanes Ngrundul 37 12819. Yusup Basin 23 6420. Lukas Gedongan 0 021. Markus Kembang 40 13022. Mateus Somokaton 65 21723. Simon Zelot Kembang Bener 75 25524. Stephanus Bunder 66 25925. Yudas Tadeus Surowono 107 371
Total keseluruhan 1,216 4,264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum berdasarkan JenisKelamin
No. LingkunganJenis Kelamin
Laki-laki Perempuan1. Albertus Malangjiwan 35 472. Aloysius Karangduren 108 923. Andreas Mlaran 100 1054. Barnabas Nglarang 134 995. Bartolomeus Nglinggi 76 776. Fransiskus Xaverius Wanteyan 109 1167. Gregorius Jati 39 468. Ignatius Nglarang 94 899. Yakobus Alfeus Tempel 94 9610. Laurentius Gatak 43 3711. Maria Kauman 52 6512. Paulus Menden 63 6013. Petrus Banyuaeng 82 7614. Philipus Pluneng 84 6515. Thomas Pokoh 39 3516. Yakobus Ketonggo 58 5917. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 55 5718. Yohanes Ngrundul 61 5719. Yusup Basin 24 2820. Lukas Gedongan 0 021. Markus Kembang 62 6522. Mateus Somokaton 96 6723. Simon Zelot Kembang Bener 111 11124. Stephanus Bunder 118 10125. Yudas Tadeus Surowono 144 165
Total keseluruhan 1,881 1,835
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4: Data Umat Paroki Roh Kudus Kebonarum yang Terlibat Aktif
dalam Kehidupan Menggereja
No. Lingkungan 1 2 3 4 5
1. Albertus Malangjiwan 1 0 18 0 02. Aloysius Karangduren 1 4 24 0 03. Andreas Mlaran 6 1 12 0 04. Barnabas Nglarang 3 3 33 0 05. Bartolomeus Nglinggi 1 0 30 2 16. Fransiskus Xaverius Wanteyan 0 0 18 0 07. Gregorius Jati 4 2 3 0 18. Ignatius Nglarang 5 2 27 6 19. Yakobus Alfeus Tempel 1 2 24 0 010. Laurentius Gatak 4 0 15 0 011. Maria Kauman 4 0 24 1 012. Paulus Menden 0 0 16 0 013. Petrus Banyuaeng 2 3 20 0 014. Philipus Pluneng 2 1 3 1 115. Thomas Pokoh 1 1 12 1 016. Yakobus Ketonggo 0 0 27 0 017. Yohanes Maria Vianney Karangnangka 0 0 18 0 018. Yohanes Ngrundul 1 1 19 0 019. Yusup Basin 2 0 7 2 020. Lukas Gedongan 0 0 0 0 021. Markus Kembang 5 0 17 0 322. Mateus Somokaton 0 0 50 0 023. Simon Zelot Kembang Bener 0 2 19 5 024. Stephanus Bunder 2 0 28 0 025. Yudas Tadeus Surowono 1 2 20 0 1
Total keseluruhan 46 24 484 18
Keterangan:1 = Anggota Dewan Paroki2 = Pengurus Tim Kerja3 = Pengurus Lingkungan4 = Pengurus Kategorial5 = Pengurus Ormas Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 5: Daftar Nama Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum
No. Nama Lingkungan1. Stephanus Tukirno Albertus Malangjiwan2. Yustinus Suraji Albertus Malangjiwan3. F.X Tuwarno Aloysius Karangduren4. Agustinus Ngadino Aloysius Karangduren5. Petrus Lahmin Aloysius Karangduren6. Antonius Ponimin Andreas Mlaran7. Stefanus Sujiono Andreas Mlaran8 F.X. Darmono Barnabas Nglarang9 Athanasius Wagiman Barnabas Nglarang10 Agustinus Sandiyono Barnabas Nglarang11 Petrus Sunaryo Bartolomeus Nglinggi12 Yosep Roliman Bartolomeus Nglinggi13 Agustinus Poniman Fransiskus Xaverius Wanteyan14 F.X. Sarono Fransiskus Xaverius Wanteyan15 Laurentius Basir Fransiskus Xaverius Wanteyan16 Albertus Sumarsono Gregorius Jati17 Yakobus Rustanto Gregorius Jati18 Fa. Sudiman Ignatius Nglarang19 Plasidus Rustam Ignatius Nglarang20 Fr.Ass. Tri Wibowo Yakobus Alfeus Tempel21 Romanus Sutarno Yakobus Alfeus Tempel22 Petrus Purwanto Yakobus Alfeus Tempel23 Petrus Daryono Laurentius Gatak24 Leonardus Ngadino Maria Kauman25 Paulus Teguh Pujiantoro Maria Kauman26 Valentinus Sudarji Paulus Menden27 Fredericus Subandi Paulus Menden28 F.X. Sujadi Kusmanto Petrus Banyuaeng29 Leo Agung Sutrisno Petrus Banyuaeng30 Pius V Joko Pranoto Petrus Banyuaeng31 Antc. Edhi Subroto Philipus Pluneng32 Yohanes Ngadino Philipus Pluneng33 Plasidus Kasiman Thomas Pokoh34 Stephanus Sugiman Yakobus Ketonggo35 Yosapat Tugiman Yakobus Ketonggo36 Albertus Agus Martopo Yohanes Maria Vianney Karangnangka37 F.X. Sunarjo Yohanes Maria Vianney Karangnangka38 F.B. Rujiyo Yohanes Maria Vianney Karangnangka39 Albertus Victor Sumardi Yohanes Ngrundul40 Cornelius Maryono Yohanes Ngrundul41 Susana Maria Yuni Kumaryati Yusup Basin42 Ag. Kundarto Wahyono Lukas Gedongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
43 Stephanus Ngatijo Lukas Gedongan44 Y. Warsono Pinuji Markus Kembang45 F.X. Sri Widada Markus Kembang46 Ignatius Marinugroho Markus Kembang47 PD. Kunto Eko Saputro Mateus Somokaton48 Ant. Th. Parwata Mateus Somokaton49 Yohanes Hari Subroto Mateus Somokaton50 Yohanes Ngatinu Sarwotiyono Simon Zelot Kembang Bener51 PD. Slamet Purwarsono Simon Zelot Kembang Bener52 Antonius Wagimin Simon Zelot Kembang Bener53 Antonius Sunarno Stephanus Bunder54 Alph. Rujuk Hariyanto Stephanus Bunder55 Damianus Kirdi Stephanus Bunder56 Yohanes Wagino Yudas Tadeus Surowono57 Antonius Senugroho Yudas Tadeus Surowon58 P. Biyanto Yudas Tadeus Surowon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 6: Kuesioner Penelitian untuk Prodiakon
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKANKEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
I. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONERA. Melalui instrumen ini Anda diminta untuk memberikan pandangan Anda tentang
Katekese Umat yang digunakan dalam proses berkatekese bagi prodiakon ParokiRoh Kudus Kebonarum.
B. Silahkan Anda adalah mengisi dan memilih salah satu kemungkinan jawaban yangtelah disediakan yang menurut pendapat Anda paling tepat dengan melingkaripilihan jawaban.
C. Selamat mengerjakan dan terimakasih atas kerjasamanya.
II. IDENTITAS RESPONDENA. Nama Lengkap : ………………………………….B. Usia :
1. 20-30 tahun 2. 30-40 tahun 3. 40-50 tahun 4. >50 tahunC. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki 2. PerempuanD. Lamanya menjabat :
1. 1 tahun 2. 2 tahun 3. 3 tahun 4. > 3 tahunE. Pendidikan terakhir :
1. SMP 2. SMA/SMK 3. Diploma 4. SarjanaF. Pekerjaan :
1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Lain-lain
III. SOAL KUESIONER
A. Gambaran Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum1. Kapan Anda mulai terpanggil untuk menjadi prodiakon?
a. Saat sebelum menjadi prodiakonb. Saat dilantik menjadi prodiakonc. Saat mendapatkan sesuatu yang berkesan sewaktu bertugasd. Saat mendapatkan peristiwa yang tidak mengenakkan sewaktu bertugas
2. Pembekalan apa saja yang Anda terima sebelum menjadi prodiakon?a. Pembekalan ketrampilan dan pengetahuan untuk calon prodiakonb. Pembekalan tentang liturgi untuk calon prodiakonc. Pembekalan katekese di tengah umat bagi calon prodiakond. Pembekalan ketrampilan, pengetahuan dan liturgi bagi calon prodiakon
3. Selama Anda bertugas, berapa kali Paroki memberikan pendampingan rutin?a. Rata-rata satu bulan sekalib. Rata-rata dua bulan sekalic. Jika ada kepentingan perihal khusus untuk tugas prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
d. Belum pernah4. Kapan prodiakon Paroki melaksanakan pertemuan rutin?
a. Dua kali dalam satu bulanb. Satu bulan sekalic. Dua bulan sekalid. Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan prodiakon saja
5. Sejauh mana Anda mengikuti pertemuan rutin prodiakon?a. Selalu mengikuti pertemuan rutinb. Kerap kali datang pertemuan rutinc. Kadang-kadang mengikuti, karena ada kegiatan yang lebih pentingd. Datang pertemuan jika ada keperluan saja
6. Menurut Anda, apa yang dapat lebih memupuk iman dan menghayati iman dalamhidup sehari-hari?a. Rajin mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari Minggub. Selalu membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap haric. Mempunyai hidup doa yang kuat setiap harid. Menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja
7. Ketrampilan apa yang lebih Anda butuhkan dalam menjalankan tugas prodiakon?a. Tata gerak liturgib. Tata urutan ibadatc. Penggunaan Kitab Sucid. Cara membaca doa yang baik
8. Bagaimana cara Anda dalam melaksanakan kegiatan yang ada di Gereja?a. Tidak mau tahu karena ada urusan yang lebih pentingb. Meng-handle seluruh kegiatan yang adac. Membantu kegiatan teman yang disenangi sajad. Membantu kegiatan teman yang membutuhkan
9. Tugas-tugas apa yang paling sering Anda lakukan selain membantu Romomembagikan komuni dalam Perayaan Ekaristi?a. Memimpin ibadatb. Memimpin katekesec. Mengirim komuni pada orang sakit atau orang yang sudah tuad. Memberikan pengajaran bagi calon penerima sakaramen
10. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda sudah diberi tugas untuk memimpin Ibadatdi sebuah Lingkungan, tetapi hujan sangat deras dan petir menyambar-nyambar?a. Mencari ganti teman prodiakon yang lainb. Tidak jadi datang dengan alasan takut sakitc. Tetap datang dengan berbagai resikod. Berpura-pura lupa dengan janji yang telah dibuat
B. Pengetahuan Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum Tentang KatekeseUmat
11. Menurut Anda, apa arti katekese umat?a. Komunikasi imanb. Berdoa dari buku doac. Pendalaman Kitab Sucid. Ibadat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
12. Apa yang menjadi tekanan dalam katekese umat sebagai salah satu modelberkatekese?a. Pendamping katekeseb. Hidup Umatc. Masyarakat sekitard. Hidup Gereja
13. Bagaimana arah yang dapat ditunjukkan dalam proses katekese umat?a. Pendamping Umatb. Umat Pendampingc. Umat Umatd. Umat Umat Pendamping
14. Tindakan apa yang dapat menujukkan bahwa seseorang telah mengalamipertobatan berkat katekese umat?a. Umat semakin kritis dalam mengurusi masalah orang lainb. Umat sibuk mengurusi umat di Lingkungan sajac. Umat semakin aktif dalam kegiatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakatd. Memberi kolekte dalam jumlah besar
15. Apa maksud adanya tema/bahan dalam katekese umat?a. Pertemuan katekese semakin menarikb. Mengena dengan hidup umatc. Pembicaraan semakin terarah dan jelasd. Menarik umat agar semakin semangat
16. Apa yang sering Anda gunakan untuk menjadi bahan dalam berkatekese umat?a. Umatb. Masyarakat setempatc. Pendamping katekesed. Pemuka umat
17. Apa yang menandai bahwa peserta katekese umat mampu berdialog dalam suasanaterbuka?a. Acuh tak acuhb. Saling mendengarkanc. Mengantuk dan pura-pura tidurd. Mengobrol dengan teman di sebelahnya
18. Bagaimana pendamping katekese dapat menghayati contoh Kristus “Aku ditengah-tengahmu sebagai pelayan”?a. Susah hati dan terpaksa karena sudah dimintab. Melayani hanya kepada umat yang bersikap baik sajac. Menumbuhkan suasana yang komunikatif dan selalu memberi semangatd. Memberikan masukan yang berlebihan
19. Apa tugas seorang pendamping katekese dalam katekese umat?a. Pengarahb. Pemudah (fasilitator)c. Penceramahd. Pendidik
20. Apa peran peserta dalam katekese umat?a. Pelayan pendampingb. Subyekc. Obyekd. Sasaran utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
21. Ketrampilan apa yang dibutuhkan oleh seorang pendamping katekese umat?a. Ketrampilan berkomunikasi yang baikb. Ketrampilan berefleksic. Ketrampilan berkhotbahd. Ketrampilan memimpin Ibadat
22. Apa yang dilakukan oleh pendamping katekese umat saat umat tidak punya waktudan tempat untuk melaksanakan katekese?a. Menunggu sampai ada waktu dan tempat yang ditentukan oleh umat sendirib. Saat yang tepat untuk beristirahat dari tugas sebagai pendamping katekesec. Mencari waktu dan tempat yang cocok dengan umatd. Bersikap tidak mau tahu dengan urusan umat
23. Apa keunggulan katekese umat?a. Menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorangb. Adanya dialog antar umat dan pendampingc. Umat untuk semakin kritis dalam mengkritik kesalahan seseorangd. Membantu umat untuk tampil menjadi yang terbaik
24. Apa yang menandakan bahwa proses katekese umat dapat berjalan dengan baik?a. Umat sangat aktif mengungkapkan pengalaman imannya sehingga terkadang
pendamping merasa kebingungan untuk mengarahkanb. Umat sangat pasif dan pendamping sangat aktifc. Hanya ada beberapa umat saja yang aktif, dan umat yang lain hanya pendengar
sajad. Pendamping dapat memberi arah pada proses sharing, dan umat juga aktif dan
kritis dalam mengungkapkan pengalaman imannya
C. Gambaran Katekese Umat yang Dilaksanakan oleh Prodiakon25. Berapa kali Anda melaksanakan kegiatan katekese umat di Lingkungan?
a. Satu minggu sekalib. Dua minggu sekalic. Satu bulan sekalid. Pada saat khusus saja
26. Berapa lama Anda memimpin proses katekese umat?a. <60 menitb. 60-90 menitc. 90-120 menitd. > 120 menit
27. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk berkatekese di tengah umat ?a. Sharing pengalamanb. Permainanc. Menonton video pendekd. Ceramah
28. Sarana apa saja yang sering Anda gunakan dalam melaksanakan katekese umat?a. Sarana ciptaan sendirib. Benda-benda yang ada di sekitarc. Kitab Sucid. Film
29. Sumber bahan apa yang Anda gunakan dalam melaksanakan katekese umat?a. Buku renungan harianb. Kitab Suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
c. Ajaran Gerejad. Buku renungan harian, Kitab Suci dan Ajaran Gereja digunakan bersama-sama
30. Ketrampilan apa yang paling anda miliki saat memberikan katekese umat di tengahumat?a. Terampil menggunakan media untuk proses katekeseb. Terampil menemukan tradisi nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, ajaran
Gereja dan tradisi lainnyac. Terampil mengajak umat untuk mengungkapkan dirid. Terampil berkomunikasi
31. Bagaimana suasana yang terlihat saat Anda memimpin proses katekese?a. Komunikatif dan saling mendengarkanb. Masih terasa agak kering karena umat pasifc. Suasana terasa tegangd. Suasana terkesan santai
32. Bagaimana sikap peserta dalam proses jalannya katekese?a. Mengantukb. Ngobrol sendiric. Mendengarkand. Umat pasif
33. Bagaimana langkah-langkah katekese umat yang biasa anda laksanakan?a. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, renungan, doa umat dan penutupb. Pembukaan, pembacaan Kitab Suci, pengalaman hidup peserta, renungan, doa
umat dan penutupc. Pembukaan, pengalaman hidup peserta, mendalami Kitab Suci, menerapkan
dalam situasi konkret hidup peserta, mengusahakan aksi konkret, doa umat danpenutup
d. Pembukaan, bacaan Kitab Suci, doa-doa dari buku, doa umat dan penutup
D. Dukungan dan Kesulitan Prodiakon Saat Melaksanakan Katekese Umat34. Faktor pendukung apa yang dapat Anda rasakan sehingga proses katekese umat
dapat berjalan dengan baik?a. Umat sangat aktif, dan dapat saling mendengar lalu menghargai satu sama lainb. Adanya dukungan petugas hierarki yang adac. Sarana, bahan maupun metode sudah dipersiapkan dengan baik dan fasilitas
yang ada pun memadaid. Adanya pendampingan maupun pertemuan rutin baik yang diadakan oleh pihak
Paroki maupun oleh pendamping sendiri35. Dukungan apa yang Anda terima selama ini sehingga proses katekese dapat
berjalan dengan baik?a. Menyediakan sarana untuk pembinaan imanb. Memberikan pendampingan dan perhatianc. Menyediakan kontribusi dalam pelaksanaand. Tidak memberikan dukungan apapun
36. Kesulitan apa yang Anda hadapi saat melaksanakan proses katekese umat?a. Merumuskan tema katekese umatb. Menentukan langkah-langkah/ proses katekese umatc. Mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman imannyad. Mencari bahan dan sarana untuk berkatekese
37. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kesulitan terebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
a. Mencari buku referensib. Belajar lebih banyak tentang katekese umatc. Membiarkan saja dan bersikap cuekd. Memarahi umat karena tidak mau aktif dalam proses jalannya katekese
38. Faktor penghambat apa yang sering Anda alami dalam proses perencanaanpelaksanaan katekese umat?a. Kurang mengetahui katekese umat dan kurang terampil menjalankan katekese
umatb. Masih ada petugas hierarki yang kurang memahami dan bersimpati pada
katekese umatc. Umat tidak mengalami perkembangand. Kurang mendapat pendampingan masalah katekese umat
E. Manfaat Katekese Umat Bagi Prodiakon39. Pengetahuan apa saja yang paling Anda dapatkan dalam katekese umat ini?
a. Pengetahuan menyangkut metodeb. Pengetahuan menyangkut pesertac. Pengetahuan menyangkut konteksd. Pengetahuan menyangkut isi
40. Bagaimana perkembangan spiritualitas Anda sebagai seorang pendampingkatekese?a. Sangat bersemangatb. Semangatc. Kurang bersemangatd. Tidak bersemangat
41. Ketrampilan apa yang semakin menjadi ciri khas prodiakon?a. Berkomunikasi dengan umatb. Mampu berefleksi dari pengalaman hidup sehari-haric. Terampil dalam menemukan nilai-nilai kristiani dalam Kitab Suci, Ajaran
Gereja dan Tradisi Kristiani lainnyad. Lebih terampil dalam menggunakan sarana
F. Manfaat Katekese Umat Bagi Umat42. Bagaimana partisipasi umat setelah mengikuti katekese umat?
a. Umat semakin terbuka dalam mengungkapkan pengalaman imannyab. Umat selalu aktif dalam mengambil keputusanc. Umat semakin kreatif dalam berkatekesed. Umat semakin kritis dalam melihat situasi
43. Bagaimana kerukunan antar umat setelah mengikuti katekese umat?a. Masalah yang ada di antara umat dapat terselesaikan dengan baikb. Umat dapat lebih memahami dan menghargai umat lainnyac. Umat dapat lebih peka dalam membaca situasi yang sedang dialami umat laind. Kerukunan antar umat belum begitu baik
44. Bagaimana keaktifan umat terhadap kegiatan yang ada di Gereja setelah mengikutikatekese umat?a. Sangat rajinb. Rajinc. Kurang rajind. Tidak rajin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
G. Model Katekese Umat yang Relevan dengan Hidup Umat bagi Prodiakon45. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak pada katekese umat sehingga nantinya
relevan dengan hidup umat?a. Hidup beriman umatb. Kitab Sucic. Masyarakatd. Hidup Orang Suci
46. Model katekese umat seperti apa yang cocok dengan umat?a. Sharing pengalamanb. Mendalami Kitab Sucic. Menghapalkan doa-doa yang ada di bukud. Selalu berefleksi dari pengalaman pribadi
H. Harapan dan Usulan yang Dibutuhkan oleh Prodiakon dalam Katekese UmatSelanjutnya
47. Apa harapan Anda untuk penyelenggaraan katekese umat selanjutnya?a. Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan katekeseb. Adanya pertemuan katekese yang berkelanjutanc. Umat berani mengungkapkan dirinya saat pelaksanaan katekese umatd. Umat semakin mendalami dan menghayati imannya
48. Apa yang Anda harapkan dari pihak Paroki untuk penyelenggaraan proses katekeseselanjutnya?a. Adanya pelatihan katekese untuk prodiakon setidak-tidaknya dua kali dalam
setahunb. Paroki memberikan perhatian dan dukungan kepada prodiakon di dalam
melaksanakan tugas katekesec. Adanya pertemuan rutin prodiakon untuk membicarakan masalah katekesed. Memberikan bantuan sarana yang dibutuhkan oleh prodiakon dalam
pelaksanaan berkatekese49. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk proses katekese umat selanjutnya?
a. Adanya pembinaan bagi pendamping katekese, khususnya bagi prodiakon yangberkelanjutan
b. Paroki maupun Lingkungan menyediakan sarana yang dapat digunakan dalamproses katekese umat
c. Paroki dan umat dapat memberi perhatian yang khusus untuk pelaksanaankatekese umat di Lingkungan, sehingga kesadaran umat akan katekese dapatsemakin meningkat
d. Adanya pertemuan rutin untuk pendamping katekese, dalam hal pembuatanprogram jangka pendek maupun jangka panjang dan dilanjutkan evaluasiproses katekese umat yang sudah berjalan
50. Tema atau pokok-pokok apa yang diharapkan oleh umat untuk katekese umat?a. Lingkungan Hidupb. Hidup Bermasyarakatc. Hidup Menggerejad. Keadilan dan Perdamaian
----Terima Kasih Atas Kerjasamanya--------Tuhan Memberkati----
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 7: Pedoman Wawancara I dengan Prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum
1. Sejak kapan Anda menjadi prodiakon?2. Bagaimana Anda bisa terpilih menjadi seorang prodiakon?3. Selama Anda bertugas menjadi prodiakon, tugas-tugas apa saja yang sudah Anda
laksanakan?4. Apakah sebagai seorang prodiakon, Anda juga melaksanakan Katekese Umat?
Mengapa?5. Menurut Anda, apa itu Katekese Umat?6. Bagaimana proses Katekese Umat yang sudah berjalan sejauh ini? Apakah berjalan
sesuai yang diinginkan?7. Bagaimana langkah-langkah Katekese Umat Anda laksanakan?8. Apa peranan Anda dalam proses Katekese Umat?9. Bagaimana tanggapan umat terhadap proses katekese umat yang Anda pimpin?10. Bagaimana Anda mengajak umat untuk berani mengungkapkan diri di dalam
Katekese Umat?11. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk membuat Katekese Umat lebih
menarik?12. Sarana apa yang sering Anda gunakan dalam proses Katekese Umat?13. Bagaimana cara Anda dalam merumuskan tema maupun bahan yang akan
digunakan dalam Katekese Umat?14. Ketrampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendamping Katekese
Umat?15. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk memimpin katekese?16. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga Katekese
Umat cocok jika digunakan di tengah-tengah umat?17. Menurut Anda, metode apa yang cocok digunakan dalam proses Katekese Umat di
tengah umat?18. Apa kendala yang sering Anda alami dalam proses Katekese Umat?19. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kendala yang Anda temui dalam
melaksanakan Katekese Umat?20. Dukungan apa yang anda terima sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan?21. Apa manfaat Katekese Umat bagi Anda sebagai seorang prodiakon?22. Dampak positif apa yang terlihat setelah umat mengalami Katekese Umat?23. Apa yang menjadi harapan Anda dalam proses katekese selanjutnya?24. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk Katekese Umat selanjutnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Lampiran 8: Hasil Wawancara I dengan Prodiakon Paroki Roh KudusKebonarum
A. Hasil wawancara I
1. Responden : 3 prodiakon
2. Waktu : 19 September-22 September 2011
3. Tempat : Di rumah responden
B. Pokok-pokok pertanyaan dan rangkuman jawaban
1. Sejak kapan Anda menjadi prodiakon? Selama dua tahun. Sudah lebih dari tiga tahun (2 periode menjabat menjadi prodiakon).
2. Bagaimana Anda bisa terpilih menjadi seorang prodiakon? Dipilih oleh umat di Lingkungan
3. Selama Anda bertugas menjadi prodiakon, tugas-tugas apa saja yang sudah Andalaksanakan? Memimpin ibadat ujub di Lingkungan Memimpin ibadat kematian, dll. Memimpin katekese di lingkungan Menerimakan komuni saat Perayaan Ekaristi Mengirim komuni untuk orang sakit
4. Apakah sebagai seorang prodiakon, Anda juga melaksanakan Katekese Umat?Mengapa? Iya, tetapi tidak setiap pertemuan katekese. Umat masih sangat pasif dan
kurang terlibat dalam proses katekese. Model Katekese Umat dirasa cocok jikadigunakan di tengah umat.
5. Menurut Anda, apa itu Katekese Umat? Katekese yang berangkat dari pengalaman hidup umat. Katekese yang ditujukan untuk umat.
6. Bagaimana proses Katekese Umat yang sudah berjalan sejauh ini? Apakah berjalansesuai yang diinginkan? Proses Katekese Umat yang sudah berjalan, belum seperti yang diharapkan
oleh prodiakon. Umat masih takut jika harus mengungkapkan pengalamanhidupnya.
7. Bagaimana langkah-langkah Katekese Umat Anda laksanakan? Lagu pembukaan, pengantar, doa pembukaan, bacaan Kitab Suci, renungan,
doa-doa dari buku, doa penutup, lagu penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
8. Apa peranan Anda dalam proses Katekese Umat? Pemimpin Katekese Umat Pendamping Katekese Umat
9. Bagaimana tanggapan umat terhadap proses Katekese Umat yang Anda pimpin? Kurang antusias Biasa saja Umat masih pasif
10. Bagaimana Anda mengajak umat untuk berani mengungkapkan diri di dalamKatekese Umat? Mengajak umat untuk menonton film dan menceritakannya kembali. Umat juga
diminta untuk melihat relevansinya dengan hidup sehari-hari. Meminta atau menunjuk beberapa orang untuk mengungkapkan pengalaman
hidupnya yang sesuai dengan tema
11. Metode apa yang sering Anda gunakan untuk membuat Katekese Umat lebihmenarik? Metode ceramah Metode sharing pengalaman
12. Sarana apa yang sering Anda gunakan dalam proses Katekese Umat? Kitab Suci Film Buku renungan harian
13. Bagaimana cara Anda dalam merumuskan tema maupun bahan yang akandigunakan dalam Katekese Umat? Tema dirumuskan sesuai dengan bacaan hari pelaksanaan katekese. Melihat kondisi umat
14. Ketrampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendamping KatekeseUmat? Ketrampilan berkhotbah atau terampil memberikan renungan. Ketrampilan dalam berkomunikasi dengan umat
15. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk memimpin katekese? Kurang dari 60 menit 60-90 menit
16. Menurut Anda, apa yang menjadi titik tolak Katekese Umat sehingga KatekeseUmat cocok jika digunakan di tengah-tengah umat? Yang menjadi titik tolak Katekese Umat adalah pengalaman hidup umat
sendiri. Kitab Suci
17. Menurut Anda, metode apa yang cocok digunakan dalam proses Katekese Umat ditengah umat? Metode sharing pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Metode ceramah
18. Apa kendala yang sering Anda alami dalam proses Katekese Umat? Umat pasif Kurangnya sarana dalam memberikan katekese
19. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kendala yang Anda temui dalammelaksanakan Katekese Umat? Terus belajar tentang Katekese Umat Memohon pertolongan dari teman prodiakon yang lain Mencari bahan untuk katekese lebih banyak lagi
20. Dukungan apa yang anda terima sehingga proses Katekese Umat dapat berjalan? Dukungan dari umat, karena sudah membantu hal-hal yang dibutuhkan oleh
prodiakon dalam melaksanakan tugas katekese Dukungan dari Paroki yang sudah memberikan pendampingan, tetapi masih
belum cukup
21. Apa manfaat Katekese Umat bagi Anda sebagai seorang prodiakon? Semakin mematangkan pribadi saya sebagai pelayan umat Dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan katekese Semakin sadar akan kebutuhan rohani umat
22. Dampak positif apa yang terlihat setelah umat mengalami Katekese Umat? Belum terlihat Biasa saja Semangat mengikuti kegiatan menggereja
23. Apa yang menjadi harapan Anda dalam proses katekese selanjutnya? Katekese yang selanjutnya dapat lebih baik lagi Umat dapat terlibat aktif dalam proses katekese Semakin banyak umat yang sadar akan kebutuhan imannya
24. Usulan apa yang dapat Anda berikan untuk Katekese Umat selanjutnya? Adanya pendampingan dari Paroki mengenai masalah katekese Membuat panduan jangka pendek untuk prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Lampiran 9 : Pedoman Wawancara II dengan Sekretaris Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum
1. Berapa jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum?
2. Berapa kali prodiakon mengadakan pertemuan rutin? Kira-kira berapa orang yang
datang saat pertemuan?
3. Tugas-tugas apa yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum?
4. Kegiatan-kegiatan apa yang rutin dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum?
5. Kesulitan macam apa yang dihadapi oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum selama menjalankan tugasnya?
6. Apa yang menjadi harapan prodiakon untuk mendukung tugas prodiakon
selanjutnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Lampiran 10: Hasil Wawancara II dengan Sekretaris Prodiakon Paroki RohKudus Kebonarum
A. Hasil wawancara II
1. Responden : Bapak Rustanto
2. Waktu : 5 Oktober 2011
3. Tempat : Di rumah responden
B. Pokok-pokok pertanyaan dan rangkuman jawaban
1. Berapa jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum?
Jumlah prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum adalah 58 orang. Ada
beberapa prodiakon yang sedang sakit, sehingga tidak dapat menjalankan
tugasnya untuk sementara. Selain itu, ada prodiakon yang pindah tempat
tinggal, maka tidak dapat menjalankan tugasnya lagi. Prodiakon Paroki Roh
Kudus Kebonarum merupakan prodiakon yang dipilih oleh umat di lingkungan
masing-masing (1-3 prodiakon).
2. Berapa kali prodiakon mengadakan pertemuan rutin? Kira-kira berapa orang yang
datang saat pertemuan?
Pengurus mengadakan pertemuan rutin setiap satu bulan sekali pada hari
Minggu pertama, sedangkan pertemuan pengurus dan anggota diadakan
setiap satu bulan sekali pada hari Minggu kedua.
Agenda kegiatan untuk pertemuan pada hari Minggu kedua sudah ditentukan
pada saat pertemuan pengurus pada hari Minggu pertama.
Setiap hari Minggu kelima, pengurus menghadiri pertemuan yang diadakan
oleh Kevikepan bertempat di Kevikepan Surakarta.
Pada saat pertemuan rutin, prodiakon yang datang sekitar 30-40 orang.
3. Tugas-tugas apa yang sering dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum?
Membantu Romo membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi
Mengirim komuni untuk orang sakit
Memimpin katekese di lingkungan
dll.
4. Kegiatan-kegiatan apa yang rutin dilaksanakan oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum?
Kegiatan rutin yang sering diadakan oleh prodiakon adalah rekoleksi
prodiakon. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkembangkan iman yang
dimiliki oleh masing-masing prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum membuat program kerja baru
dengan melakukan kunjungan prodiakon. Prodiakon dari salah satu
Lingkungan berkunjung ke Lingkungan lain untuk memberikan katekese.
Kegiatan ini dilaksanakan agar umat tidak jenuh mengikuti katekese.
5. Kesulitan macam apa yang dihadapi oleh prodiakon Paroki Roh Kudus
Kebonarum selama menjalankan tugasnya?
Prodiakon Paroki Roh Kudus Kebonarum masih merasa kesulitan dalam
menyampaikan homili atau renungan pada saat memberikan katekese/ibadat.
Tidak semua prodiakon ikut terlibat aktif dalam kegiatan gereja. Banyak
prodiakon yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Ada beberapa
prodiakon yang tidak datang saat ditugaskan untuk membantu Romo
membagikan komuni.
6. Apa yang menjadi harapan prodiakon untuk mendukung tugas prodiakon
selanjutnya?
Prodiakon seharusnya membuat kurikulum untuk katekese, sehingga prodiakon
semakin terampil menjalankan tugasnya berkatekese.
Adanya dukungan dari Paroki dan umat untuk kelancaran tugas prodiakon.
Para Romo di Paroki hendaknya memberikan pendampingan dan perhatian
khusus kepada prodiakon. Pendampingan dan perhatian ini akan sangat
berguna untuk kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
Lampiran 11: Teks Lagu Pembukaan
”Kristus Kurban Cinta-Nya” (Madah Bakti, No: 295)
Kristus kurban cinta-NyaJadi santapan jiwaRoti KehidupanYesus MahakuasaBantulah kami jugaJadi kurban cinta-Nya, jadi kurban cintanya
Kita para undanganMenyambut Kristus TuhanYang jadi hidanganYesus kepala GrejaMempersatukan kitaDalam Cinta mesra, dalam cinta mesra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
Lampiran 12: Teks Kitab Suci
Yoh 6:44-51
44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik olehBapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dansetiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datangkepada-Ku.46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yangdatang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidupyang kekal.48 Akulah roti hidup.49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akanmati.51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, iaakan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akanKuberikan untuk hidup dunia."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
Lampiran 13: Teks Lagu Penutup
”Tuhan Kau Satukan Kami” (Madah Bakti, No: 298)
Reff : Tuhan Kau satukan kamiDi dalam pesta iniDengan makan roti ini kau jadi saudara kami
Pesta Kau selenggarakanKau sebarkan undanganYang serta dalam perjamuan akan hidup kekalBagai yang engkau janjikan pada para rasul-MuDan kami percaya dengan tulus hatiDikau tak ingkar janji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related