plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · optimasi suhu dan waktu ekstraksi dalam...
Post on 02-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OPTIMASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DALAM PROSES DIGESTI HERBA RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk)
DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lilia Cresensia Yuniarty Rogan
NIM : 088114167
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DALAM PROSES DIGESTI HERBA RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk)
DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lilia Cresensia Yuniarty Rogan
NIM : 088114167
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, cinta,
ijin, dan penyertaanNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Optimasi Suhu dan Waktu Ekstraksi
dalam Proses Digesti Herba Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk)
Dengan Aplikasi Desain Faktorial”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak henti-hentinya
mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan
waktunya memberikan koreksi, pengarahan, dan masukan selama persiapan,
penelitian, sampai penyusunan skripsi ini di tengah kesibukan beliau yang
sangat padat.
3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
waktu, kesempatan, masukan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.
4. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji dan dosen pendamping akademik,
atas waktu, masukan, dan semangat selama penyelesaian skripsi ini, dan atas
pendampingan dan perhatiannya terhadap perkembangan saya selama masa
kuliah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. yang telah berkenan memberikan baku asam
ursolat untuk penelitian ini serta memberikan ide, bimbingan, dan bantuan
bagi penelitian ini.
6. Christine Patramurti, M.Si. atas waktu yang diluangkan untuk memberikan
masukan dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Mama, Yohan, Yuda, Bulik, Dik Jati, dan Dik Dian, atas pengertian,
dukungan, doa, kesabaran, kasih, teguran, canda tawa, serta perhatian yang
selalu mengalir tanpa henti.
8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta atas
ilmu, pengalaman, semangat, dan persahabatan berharga yang diberikan.
9. Seluruh staf laboratorium, staf kebersihan, dan staf keamanan Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terutama Mas Bimo, Pak
Musrifin, Pak Parlan, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas Otok, dan Pak Ketul
yang telah membantu kelancaran penulis dalam melakukan penelitian.
10. Elisa Aster Nugroho, sebagai partner selama kuliah dan skripsi. Terima kasih
atas kesabaran, kerja sama, masukan, persahabatan, dan semangat selama ini.
11. Sahabat-sahabat terbaik saya, Melisa Darmawan dan Eka Riusinta Wati.
Terima kasih untuk semua kasih sayang, perhatian, tawa, canda,
kebersamaan, pengalaman baru, bantuan, masukan, dan semangat di kala
sedih.
12. Felicia, Sari Tambunan, Prasilya, Regina Clarissa, Pius, Asti, Dian, dan
Chintya, yang telah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Teman-teman Grup Antistres: Paul, Hepi, Adi, Velly, Vica, Rosi, Dhimas,
Usie, Sasa, Satya, Elisa, Novie, Ike, sebagai teman seperjuangan mengerjakan
skripsi di Laboratorium Analisis Instrumental. Terima kasih atas diskusi,
semangat, cerita, canda-tawa, masukan, dan kebersamaan selama kita bekerja
bersama.
14. Teman-teman kelompok praktikum C2: Usie, Sasa, Satya, Asti, Dian, Tika,
Seco, atas kekompakkan, kebersamaan, dan kerja sama selama kuliah,
praktikum, dan di luar itu.
15. Teman-teman angkatan 2008 yang bersedia mengisi sebagian cerita hidupku.
Terima kasih atas semua kebersamaan, bantuan selama perkuliahan, dan
pengalaman yang tak terlupakan. Semoga kita bisa berhasil lewat cara kita
masing-masing.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala bantuan,
semangat, dan doa yang menyertai penulis dari awal penelitian sampai akhir
terselesaikannya penulisan skripsi.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi oleh
karena keterbatasan wawasan dan kemampuan. Penulis membuka diri untuk
menerrima saran yang membangun dari semua pihak. Dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan skripsi ini memberi manfaat bagi pembaca. Akhir
kata, penulis mempersembahkan skripsi ini bagi majunya ilmu pengetahuan
farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
INTISARI .................................................................................................. xviii
ABSTRACT ................................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Keaslian Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1. Tujuan umum ............................................................................... 6
2. Tujuan khusus .............................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 8
A. Rumput Mutiara .................................................................................. 8
1. Keterangan botani ........................................................................ 8
2. Morfologi ..................................................................................... 8
3. Kandungan kimia ......................................................................... 8
4. Bagian yang dapat digunakan ....................................................... 9
B. Terpenoid ............................................................................................ 9
C. Asam Ursolat dan Asam Oleanolat ...................................................... 10
D. Pembuatan Simplisia ........................................................................... 12
1. Pengumpulan bahan baku ............................................................. 12
2. Sortasi basah ................................................................................ 13
3. Pencucian ..................................................................................... 14
4. Pengeringan ................................................................................. 14
5. Sortasi kering ............................................................................... 15
E. Penyarian ............................................................................................ 15
1. Ekstrak ......................................................................................... 16
2. Cairan penyari .............................................................................. 17
3. Digesti........................................................................................... 18
4. Penguapan .................................................................................... 19
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ......................................................... 19
G. Densitometri ....................................................................................... 22
H. Desain Faktorial .................................................................................. 24
I. Landasan Teori ................................................................................... 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
J. Hipotesis ............................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 29
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 29
1. Variabel bebas .............................................................................. 29
2. Variabel tergantung ...................................................................... 29
3. Variabel pengacau ........................................................................ 29
C. Defenisi Operasional ........................................................................... 29
D. Bahan Penelitian ................................................................................. 31
E. Alat Penelitian .................................................................................... 31
F. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 32
1. Determinasi rumput mutiara .......................................................... 32
2. Pembuatan simplisia rumput mutiara ............................................. 32
3. Pembuatan ekstrak rumput mutiara ................................................ 32
4. Penetapan kandungan triterpen total .............................................. 33
5. Analisis hasil ................................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 38
A. Determinasi Tanaman ......................................................................... 38
B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk Simplisia ........................ 38
1. Pengumpulan bahan ...................................................................... 38
2. Sortasi basah ................................................................................. 40
3. Pencucian ...................................................................................... 40
4. Pengeringan .................................................................................. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
5. Sortasi kering ................................................................................ 41
6. Pembuatan serbuk ......................................................................... 42
C. Defatisasi ............................................................................................ 43
D. Digesti ................................................................................................ 45
E. Pengeringan Ekstrak Rumput Mutiara ................................................. 49
F. Analisis Kualitatif dengan KLT ........................................................... 52
1. Pengamatan nilai Retardation Factor (Rf) asam ursolat ................. 55
2. Perbandingan pola spektra baku asam ursolat dengan sampel ........ 58
G. Analisis Kuantitatif dengan KLT-Densitometri ................................... 59
1. Penetapan panjang gelombang maksimum (λmaks) .......................... 59
2. Validasi metode ............................................................................. 60
3. Kurva baku .................................................................................... 68
4. Penetapan kandungan triterpen total dalam sampel secara KLT-
Densitometri .................................................................................. 70
H. Analisis Hasil Kadar Triterpen Total ................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 78
A. Kesimpulan ......................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 79
LAMPIRAN ............................................................................................. 84
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan
dua level .................................................................................. 25
Tabel II. Perbandingan suhu dan waktu digesti ....................................... 33
Tabel III. Rendemen ekstrak ................................................................... 51
Tabel IV. Harga Rf masing-masing bercak dengan eluen toluen-aseton-
asam asetat (90:10:0,07) dan fase diam silika gel 60 F254 ......... 56
Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat ......................................... 61
Tabel VI. Data % CV baku asam ursolat ................................................. 63
Tabel VII. Nilai r seri baku asam ursolat ................................................... 63
Tabel VIII. Perbandingan nilai Rf baku dan sampel, serta nilai resolusi ...... 65
Tabel IX. Data recovery dan CV baku asam ursolat dalam matriks
ekstrak ..................................................................................... 68
Tabel X. Data seri konsentrasi baku asam ursolat dengan AUC baku
asam ursolat ............................................................................ 69
Tabel XI. Kadar triterpen total dalam ekstrak pada setiap kondisi dan
replikasi ................................................................................... 71
Tabel XII. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan ................ 73
Tabel XIII. Nilai efek dari faktor suhu, waktu, dan interaksinya terhadap
respon kadar triterpen total ...................................................... 73
Tabel XIV. Hasil uji ANOVA .................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) ................. 9
Gambar 2. Struktur kimia asam oleanolat dan asam ursolat ..................... 12
Gambar 3. Grafik orientasi waktu ekstraksi ............................................ 48
Gambar 4. Sistem digesti ........................................................................ 49
Gambar 5. Ekstrak kering ....................................................................... 50
Gambar 6. Bercak baku asam ursolat dan ekstrak rumput mutiara yang
telah diderivatisasi ................................................................. 55
Gambar 7. Kromatogram baku asam ursolat 300 ppm (nilai Rf = 0,38) ... 56
Gambar 8. Kromatogram ekstrak rumput mutiara (nilai Rf = 0,38) .......... 56
Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase diam silika gel 60 F254 ...... 57
Gambar 10. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak toluen-aseton-asam
asetat (90:10:0,07) ................................................................. 57
Gambar 11. Perbandingan pola spektra ekstrak adisi dengan baku asam
ursolat ................................................................................... 58
Gambar 12. Pola spektra absorbsi seri baku asam ursolat pada panjang
gelombang 200-700 nm ......................................................... 59
Gambar 13. Rf baku asam ursolat konsentrasi 500 ppm = 0,34 .................. 65
Gambar 14. Rf ekstrak replikasi 1 = 0,34 .................................................. 66
Gambar 15. Range konsentrasi asam ursolat ............................................. 66
Gambar 16. Kromatogram ekstrak tanpa adisi baku asam ursolat .............. 67
Gambar 17. Kromatogram ekstrak dengan adisi baku asam ursolat ........... 67
Gambar 18. Kurva baku asam ursolat ....................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 19. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak
etanolik herba rumput mutiara dilihat secara visual dengan
cahaya biasa .......................................................................... 71
Gambar 20. Grafik hubungan suhu dan waktu ekstraksi terhadap kadar
triterpen total ......................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi ............................................. 85
Lampiran 2. Certificate of Analysis Baku Asam Ursolat .......................... 86
Lampiran 3. Data Penimbangan Bahan ................................................... 87
Lampiran 4. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang
Digunakan .......................................................................... 88
Lampiran 5. Spektrum Baku Asam Ursolat pada 200-700 nm ................. 89
Lampiran 6. Data Orientasi Waktu Ekstraksi .......................................... 90
Lampiran 7. Validasi Metode .................................................................. 91
Lampiran 8. Perhitungan Kadar Triterpen Total ...................................... 94
Lampiran 9. Data Rendemen Ekstrak ...................................................... 97
Lampiran 10. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ..... 98
Lampiran 11. Data Desain Faktorial .......................................................... 98
Lampiran 12. Optimasi Fase Gerak ........................................................... 100
Lampiran 13. Kromatogram Kurva Baku Asam Ursolat Replikasi 3 ......... 103
Lampiran 14. Kromatogram Akurasi dan Presisi Metode .......................... 104
Lampiran 15. Kromatogram Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel ... 107
Lampiran 16. Kromatogram Penetapan Kadar ........................................... 110
Lampiran 17. Dokumentasi ....................................................................... 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat untuk pengobatan, dengan kandungan utamanya adalah asam ursolat. Asam ursolat merupakan suatu senyawa triterpenoid yang telah diketahui memiliki banyak fungsi biologis seperti antikanker, antibakteri, hepatoprotektif, imunomodulator, antiproliferatif, anti-inflamasi, dan anti-angiogenik. Salah satu tahapan dalam proses isolasi asam ursolat adalah ekstraksi. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi terhadap serbuk herba rumput mutiara secara digesti dengan perbedaan suhu dan waktu ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi proses digesti herba rumput mutiara yang dapat memberikan kadar triterpen total yang optimal pada level yang diteliti.
Penetapan kadar triterpen total menggunakan metode KLT-Densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak toluen – aseton – asam asetat (90:10:0,07). Analisis hasil dilakukan dengan metode desain faktorial dua faktor dan dua level menggunakan software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu digesti merupakan faktor yang diprediksi dominan dan signifikan mempengaruhi perolehan kadar triterpen total, sedangkan waktu ekstraksi diprediksi berpengaruh signifikan terhadap perolehan kadar triterpen total namun bukan merupakan faktor yang diprediksi dominan. Tidak diperoleh area prediksi proses digesti yang optimum untuk memperoleh kadar triterpen total pada level yang diteliti. Kata kunci : Hedyotis corymbosa (L.) Lamk, asam ursolat, digesti, suhu, waktu
ekstraksi, KLT-Densitometri, desain faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACK
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) is a plant which has many benefit for medicinal treatment, with ursolic acid as its main compound. Ursolic acid is a triterpenoid which has been known has a lot of biological effects including antitumoral, antibacterial, hepatoprotective, immunomodulatory, antiproliferative, anti-inflammatory, and anti-angiogenic activities. One step in the isolation process of ursolic acid is extraction. This research shows an extraction process of rumput mutiara herb powder use digestion with different of temperature and time of extraction. The aim of this research is to know condition of digestion process of rumput mutiara herb which produce optimum concentration of total triterpenoid on the level studied.
Determination of total triterpenoid concentration use TLC-Densitometry method, with silica gel 60 F254 as stationary phase and toluene – acetone – acetic acid (90:10:0,07) as mobile phase. Analysis of the results use factorial design method with two factors and two levels, use software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org).
The analysis result show that digestion temperature is the predicted dominant factor which influences the achievement of total triterpenoid concentration significantly, while time of extraction is predicted to affect the achievement of total triterpenoid concentration significantly too, but not an predicted dominant factor. There are no providable predicted optimum digestion process area to get total triterpenoid on the level studied. Keywords : Hedyotis corymbosa (L.) Lamk, ursolic acid, digestion, temperature,
time of extraction, TLC-Densitometry, factorial design.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat, baik dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% dari
seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Kanker adalah pembunuh nomor 2
setelah penyakit kardiovaskular. WHO dan Bank Dunia, pada tahun 2005,
memperkirakan setiap tahunnya 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker
dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Prevalensi kanker di Indonesia adalah
4,3 per 1000 penduduk. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di
seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%),
sedangkan kasus kanker bronkus dan paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8%
dari seluruh jenis kanker (Depkes RI, 2011). Hal ini menyebabkan kebutuhan
akan senyawa antikanker semakin tinggi.
Telah banyak dilakukan penelitian terhadap senyawa-senyawa antikanker,
terutama yang berasal dari alam, salah satunya adalah asam ursolat. Asam ursolat
(3b-hydroxy-urs-12-en-28-oic acid) merupakan suatu senyawa triterpenoid
pentasiklik, anggota famili cyclosqualenoid. Dari hasil penelitian, senyawa ini
telah diketahui memiliki banyak fungsi biologis selain sebagai antikanker, antara
lain aktivitas antibakteri, hepatoprotektif, imunomodulator, antiproliferatif, anti-
inflamasi, dan anti-angiogenik (Cardenas, Quesada, and Medina, 2004). Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Haryanti, Junedi, dan Meiyanto (2009), diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
hasil bahwa asam ursolat berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen co-
kemoterapi. Sedangkan menurut Yamaguchi, Noshita, Kidachi, Umetsu, Hayashi,
dan Komiyama (2008), asam ursolat dapat menjadi suatu agen antitumor yang
menjanjikan, karena bekerja spesifik pada sel tumor dan menyebabkan kerusakan
yang sangat kecil pada sel normal.
Asam ursolat dapat ditemukan pada cukup banyak jenis tanaman obat. Salah
satu tanaman yang mengandung asam ursolat adalah rumput mutiara (Hedyotis
corymbosa (L.) Lamk). Rumput mutiara termasuk ke dalam famili Rubiaceae.
Gentry (1993) menyebutkan bahwa anggota suku Rubiaceae merupakan salah satu
sumber obat etnis. Di Indonesia tumbuhan ini belum dimanfaatkan secara optimal
dalam pengobatan. Rumput mutiara sendiri telah diketahui memiliki banyak
manfaat untuk pengobatan, seperti hepatoprotektif (Sadasivan, Latha, Sasikumar,
Rajashekaran, Shyamal, and Shine, 2006), antitumor (Liang et al., 2008),
menghilangkan panas dan toksik, antiradang, diuretik, menyembuhkan bisul
(anticarbuncular), dan mengaktifkan sirkulasi darah (Hariana, 2006). Rumput
mutiara sangat mudah ditemukan ataupun dibudidayakan di Indonesia,
menyebabkan tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu
tanaman obat tradisional. Menurut Liang et al. (2008), asam ursolat dan asam
oleanolat merupakan kandungan utama dari rumput mutiara, oleh karenanya
digunakan sebagai marker bagi tanaman tersebut. Kandungan asam ursolat sendiri
lebih banyak dibandingkan asam oleanolat. Kedua senyawa tersebut merupakan
isomer dengan struktur kimia yang sangat mirip, menyebabkan keduanya sangat
sulit untuk dipisahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Yamaguchi et al. (2008) mengekstraksi asam ursolat dari kulit buah apel
menggunakan pelarut kombinasi n-heksana, kloroform, dan metanol sedangkan
Haryanti et al. (2009) mengekstraksi asam ursolat dari rumput mutiara
menggunakan pelarut etanol 96%. Schneider, Hosseiny, Szczotka, Jordan, dan
Schlitter (2008) menyebutkan bahwa pelarut alkohol, seperti metanol dan etanol
memberikan hasil yang tinggi dalam ekstraksi asam ursolat dari tanaman. Hasil
penelitian Xia, Wang, Xu, Zhu, Song, dan Li (2011) menunjukkan bahwa pelarut
etanol memberikan hasil ekstraksi asam ursolat terbanyak dibandingkan pelarut
metanol dan air dalam ekstraksi dengan metode Microwave-Assisted Extraction.
Dalam penelitian tersebut, disebutkan pula bahwa asam ursolat dapat terdegradasi
dalam waktu tertentu, menyebabkan menurunnya hasil ekstraksi, sehingga perlu
dilakukan optimasi lama waktu ekstraksi. Wang dan Weller (2006) menyebutkan
bahwa secara umum, suhu ekstraksi dapat mempengaruhi perolehan senyawa
aktif. Peningkatan suhu medium ekstraksi dapat meningkatkan kemampuan
berdifusi pelarut ke dalam sel dan akibatnya meningkatkan kelarutan senyawa.
Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi suhu dan lama waktu ekstraksi untuk
mendapatkan hasil yang optimum.
Kandungan asam ursolat yang cukup banyak dalam rumput mutiara dan
sifatnya yang mudah larut dalam larutan penyari (etanol 96%) menyebabkan
ekstraksi dengan metode digesti sangat sesuai. Selain itu, metode ini
menggunakan peralatan yang sederhana dan mudah dilakukan. Pemisahan asam
ursolat dan asam oleanolat sangat sulit untuk dilakukan sehingga dalam penelitian
ini kadar triterpen total yang akan dihitung sebagai asam ursolat, dengan asumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bahwa asam ursolat merupakan kandungan triterpen terbanyak dalam rumput
mutiara (Liang et al., 2008). Kadar triterpen total yang diperoleh dari setiap
kondisi ekstraksi akan dihitung dengan KLT-Densitometri. Terdapat banyak
keuntungan dari penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dimana salah satu
keuntungan utamanya adalah mampu memisahkan beberapa sampel secara
bersamaan, yang lebih menguntungkan dibandingkan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) (Watson, 2009). Densitometri merupakan metode analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit
yang merupakan bercak pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Densitometri
dimaksudkan untuk analisis kuantitatif analit dengan kadar kecil, yang
sebelumnya dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
(Gandjar and Rohman, 2009).
Penelitian ini dimulai dengan preparasi herba rumput mutiara meliputi
sortasi kering, pencucian, pengeringan, dan penyerbukan. Ekstraksi dilakukan
secara digesti dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi. Analisis kuantitatif
kandungan triterpen dilakukan dengan metode KLT-Densitometri. Optimasi
proses digesti dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi menggunakan aplikasi
desain faktorial dan dilanjutkan dengan uji ANOVA (taraf kepercayaan 95%).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software ubuntu-10.04-
DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org). Kadar triterpen
total yang diperoleh dari tiap variasi suhu dan waktu ekstraksi akan dihitung dan
dianalisis menggunakan desain faktorial untuk menentukan faktor dominan,
kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA (taraf kepercayaan 95%) untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menentukan signifikansi faktor, dan pembuatan contour plot untuk memperoleh
area optimum suhu dan waktu ekstraksi yang menghasilkan kadar triterpen total
paling optimum pada level yang diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah mencari area optimum kondisi proses digesti
dengan variasi suhu dan waktu ekstraksi sehingga dapat memberi solusi dalam
pengadaan ekstrak rumput mutiara yang memiliki kandungan triterpen yang
optimum.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perbedaan suhu dan waktu ekstraksi pada proses digesti herba rumput
mutiara berpengaruh terhadap kadar triterpen total yang diperoleh?
2. Manakah faktor antara suhu, waktu ekstraksi, dan interaksi keduanya yang
paling dominan berpengaruh pada proses digesti herba rumput mutiara
sehingga diperoleh kadar triterpen total yang optimum?
3. Apakah diperoleh area suhu dan waktu ekstraksi yang optimum pada digesti
herba rumput mutiara terbatas pada level yang diteliti?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang optimasi suhu dan waktu
ekstraksi dalam proses digesti herba rumput mutiara terhadap kadar asam ursolat
maupun triterpen dengan aplikasi desain faktorial belum pernah dilakukan oleh
peneliti lain. Sejauh peneliti mengetahui, penetapan kadar asam ursolat pernah
dilakukan pada tanaman Oldenlandia diffusa dan Oldenlandia corymbosa (atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) dengan metode HPLC (Liang et al., 2009).
Dalam penelitian tersebut juga dilakukan validasi dan optimasi ekstraksi, dimana
pelarut yang digunakan adalah aseton dan metode penetapan kadarnya
menggunakan HPLC-DAD. Selain itu, pernah juga dilakukan isolasi terhadap
asam ursolat dari kulit apel (Yamaguchi et al., 2008), dan Ixora coccinea (Latha
et al., 2001), serta kuantifikasi asam ursolat dalam tanaman Ocimum sanctum
(Anandjiwala et al., 2006).
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dalam
ilmu kefarmasian, khususnya mengenai pengaruh perbedaan suhu dan waktu
ekstraksi terhadap kadar triterpen total yang dihasilkan pada proses digesti serbuk
herba rumput mutiara.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai
suhu dan waktu ekstraksi yang paling optimal untuk mendapatkan ekstrak herba
rumput mutiara yang paling optimum.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi mengenai
kondisi proses digesti yang optimal untuk memperoleh kadar triterpen total yang
paling optimum dari tanaman rumput mutiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengaruh perbedaan suhu dan waktu ekstraksi pada proses
digesti herba rumput mutiara terhadap kadar triterpen total yang
diperoleh.
b. Mengetahui faktor antara suhu, waktu ekstraksi, dan interaksi keduanya
yang paling dominan berpengaruh pada proses digesti herba rumput
mutiara sehingga diperoleh kadar triterpen total yang optimum.
c. Mengetahui area suhu dan waktu ekstraksi yang optimum pada digesti
herba rumput mutiara terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Rumput Mutiara
1. Keterangan botani
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) termasuk dalam familia
Rubiaceae. Tanaman ini memiliki sinonim Oldenlandia corymbosa L. dan nama
daerah rumput siku-siku, bunga telor belungkas (Indonesia); daun mutiara,
rumput mutiara (Jakarta); katepan, urek-urek polo (Jawa); dan pengka (Makasar)
(Wijayakesuma, 1992).
2. Morfologi
Rumput mutiara merupakan rumput yang tumbuh rindang berserak, agak
lemah, tinggi 15-35 cm, tumbuh subur pada tanah yang lembab, mempunyai
banyak percabangan. Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkai daun
pendek/hampir duduk, panjang daun 2-3,5 cm, ujung runcing, tulang daun di
tengah. Ujung daun mempunyai rambut yang pendek. Bunga keluar dari ketiak
daun, bentuknya seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5,
tangkai bunga (induk) keras, panjangnya 5-10 mm. Buah bulat, ujungnya pecah-
pecah (Wijayakesuma, 1992). Buahnya bulat kukuh dan dihiasi oleh 4 helai daun
kelopak (de Voogd, 1950).
3. Kandungan kimia
Herba rumput mutiara memiliki kandungan kimia berupa asam ursolat,
asam oleanolat, stigmasterol, β-sitosterol, dan glikosida flavonoid
(Wijayakesuma, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk)
4. Bagian yang dapat digunakan
Bagian tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan adalah seluruh
bagian dari tanaman baik dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan
(Wijayakesuma, 1992).
B. Terpenoid
Terpen merupakan senyawa hasil kondensasi linier asam asetat dengan dua
atom karbon. Asam asetat melalui berbagai cara akan menjadi asam malonat yang
akhirnya menjadi beberapa senyawa terpen. Terpen merupakan senyawa
hidrokarbon jenuh atau tak jenuh dengan jumlah atom C merupakan kelipatan
lima. Selanjutnya senyawa terpen digolongkan atas dasar jumlah atom C
penyusunnya. Istilah terpen diganti dengan terpenoid mengingat senyawa
hidrokarbon tersebut mempunyai gugus fungsional yang mengandung atom O,
dan diketahui bahwa biosintetik terpenoid merupakan polimerisasi senyawa
isoprena. Terpenoid digolongkan menjadi:
a. Monoterpenoid dengan jumlah atom C = 10
b. Seskuiterpenoid dengan jumlah atom C = 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
c. Diterpenoid dengan jumlah atom C = 20
d. Sesterpenoid dengan jumlah atom C = 25
e. Triterpenoid dengan jumlah atom C = 30
f. Tetraterpenoid dengan jumlah atom C = 40 (Mursyidi, 1990).
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan
dengan memakai eter minyak bumi, eter, atau kloroform, dan dapat dipisahkan
secara kromatografi pada silika gel atau alumina memakai pelarut di atas. Tetapi,
sering ada kesukaran sewaktu mendeteksi dalam skala mikro karena tidak
berwarna dan tidak ada pereaksi kromogenik semesta yang peka. Sering kali kita
harus mengandalkan cara deteksi yang nisbi tidak khas pada plat KLT, yaitu
penyemprotan dengan asam sulfat pekat, diteruskan dengan pemanasan (Harbone,
1987).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan
berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Semua jenis triterpenoid
dipisahkan dengan cara yang serupa, terutama didasarkan kepada KLT dan KGC
(Harbone, 1987).
C. Asam Ursolat dan Asam Oleanolat
Asam ursolat, 3β-hydroxyurs-12-en-28-oic acid; urson; prunol;
micromerol; malol. C30H48O3; berat molekul 456,68 g/mol (C 78,90%, H 10,59%,
O 10,51%), ada di daun dan buah tanaman Arctostaphylos uva-ursi (L.) Spreng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(bearberry), Vaccinium macrocarpon Art (cranberry), Rodhodendron
hymenanthas Makino, Ericaceae. Terdapat juga pada lapisan pelindung seperti
minyak pada apel, pir, prem, dan buah-buah lainnya. Larut pada suhu 15oC. 1
bagian larut dalam 88 bagian metanol, 178 bagian alkohol, 140 bagian eter, 388
bagian kloroform, 1675 bagian karbon disulfida. Cukup larut dalam aseton. Larut
dalam asam asetat glasial panas dan dalam NaOH 2% dalam alkohol. Tidak larut
dalam aquadest dan petroleum eter. Titik lebur 285o-288oC (Budavari, O`Neil,
Smith, and Heckelman, 1989).
Asam ursolat merupakan triterpenoid pentasiklik, anggota famili
cyclosqualenoid, ditemukan di banyak tanaman obat. Asam ursolat diketahui
dapat menghambat replikasi DNA, aktivitas tirosin kinase, dan ekspresi
lipoksigenase, siklooksigenase-2, menginduksi sintesis nitrit oksida, dan matriks
metalloproteinase-9. Semua efek molekuler ini dapat menyebabkan efek biologis
pleiotropis, termasuk aktivitas antibakteri, hepatoprotektif, imunomodulator,
antiproliferasi, antitumor, antiinflamasi, dan anti-angiogenik (Cardenas et al.,
2004).
Asam oleanolat, 3-hydroxyolean-12-en-28-oic acid; oleanol; caryophyllin.
C30H48O3; berat molekul 456,71 g/mol (C 78,90%, H 10,59%, O 10,51%). Berupa
serbuk halus, kristal berbentuk jarum.Titik lebur 310oC. K = 3x10-7. Tidak larut
dalam aquadest. Larut dalam 65 bagian eter, 106 bagian alkohol 95%, 35 bagian
alkohol 95% panas, 118 bagian kloroform, 180 bagian aseton, 235 bagian metanol
(Budavari et al., 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Asam ursolat dan asam oleanolat adalah isomer dengan struktur kimia
yang mirip, dan akibatnya sulit untuk dipisahkan (Liang et al., 2009).
Perbedaannya hanya pada konfigurasi gugus metil pada cincin E (Du and Chen,
2008).
. Gambar 2. Struktur kimia asam oleanolat dan asam ursolat (Gbaguidi,
Accrombessi, Moudachirou, and Quetin-Leclercq, 2005)
D. Pembuatan Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelikan. Simplisia harus memenuhi persyaratan
minimal untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya. Faktor yang berpengaruh adalah bahan baku simplisia, proses
pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia dan cara
pengepakan dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1986).
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain
tergantung pada :
ASAM URSOLAT ASAM OLEANOLAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
a. Umur tanaman yang dipanen. Umur tanaman yang dipanen berpengaruh
pada kadar senyawa aktif. Apabila umur tanaman pada saat panen sama,
maka mutu simplisia yang dihasilkan juga akan sama.
b. Lingkungan tempat tumbuh. Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda
dapat mengakibatkan perbedaan kadar kandungan senyawa aktif.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah, dan cuaca.
c. Waktu panen. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen
yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa
aktif dalam jumlah yang terbesar. Panen dapat dilakukan dengan tangan,
menggunakan alat atau mesin. Dalam hal ini ketrampilan pemetik
diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur dengan
bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang
digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari
logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa
aktif simplisia seperti fenol, glikosida, dan sebagainya (Depkes RI, 1986).
2. Sortasi basah
Dalam proses pembuatan simplisia, setelah bahan baku dikumpulkan,
kemudian dilakukan sortasi basah terhadap bahan baku tersebut. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dan bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang daun,
akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu
pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba
awal (Depkes RI, 1986).
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur, atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-sayuran 1 kali
dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal. Jika dilakukan pencucian
3 kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal.
Pencucian tidak dapat membersihkan semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung sejumlah mikroba juga (Depkes RI, 1986).
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik maka penurunan mutu
atau perusakan simplisia dapat dicegah. Air yang masih tersisa dalam simplisia
pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik
lainnya. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama
proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara,
waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan (Depkes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC, tetapi
suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60oC (Depkes RI, 1986).
5. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 1986).
E. Penyarian
Penyarian (ekstraksi) merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut
dari bahan yang tidak dapat larut dengan cairan penyari. Pada proses penyarian
terjadi perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam sel akan ditarik
oleh cairan penyari. Hasil penyarian akan semakin baik apabila ukuran serbuk
semakin halus, karena permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan
cairan penyari semakin luas, tetapi dalam pelaksanaannya tidak selalu demikian,
karena penyarian masih tergantung juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang
bersangkutan. Simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada
proses penyaringan. Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit penyaringan,
karena butir-butir halus tadi membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan
hasil penyarian. Hasil penyarian tidak murni lagi tetapi tercampur dengan partikel-
partikel halus tadi. Penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding
sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan pun ikut ke dalam hasil
penyarian (Depkes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada pengeringan tumbuhan segar maka protoplasma akan mengkerut.
Mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel juga menyebabkan protoplasma
membengkak, dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya.
Bahan kandungan sel berpindah, sejauh bahan tersebut terlarut molekuler,
mengikuti difusi melalui ruang antarmiselar. Faktor pendorong yang bekerja
adalah adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan cairan
penyari yang mula-mula masih tanpa bahan aktif yang mengelilinginya. Bahan
kandungan sel akan mencapai ke dalam cairan di sebelah luar selama difusi
melintasi membran sampai terbentuknya suatu keseimbangan konsentrasi antara
larutan di sebelah dalam dan di sebelah luar sel (Voigt, 1994).
1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok (Depkes RI,
1979). Menurut Voigt (1994), ekstrak dikelompokkan menurut sifat-sifatnya
menjadi:
a. Ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan ekstrak encer ini memiliki
konsistensi madu dan mudah dituang.
b. Ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ekstrak kental ini memiliki
konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang serta
kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
c. Ekstrak kering (extractum siccum). Sediaan ekstrak kering ini memiliki
konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak
lebih dari 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair
dan mudah dituang.
Ekstrak kering adalah ekstrak dimana semua pelarutnya diuapkan sampai
semua pelarut menguap (Sumaryono, 2004).
2. Cairan penyari
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi harus memenuhi syarat
berikut:
a. Memiliki selektivitas tinggi terhadap zat yang akan diekstraksi.
b. Tidak bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi dan dengan zat lain yang
ada dalam tanaman.
c. Murah.
d. Tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
e. Mudah menguap.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lainnya. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol, atau air-etanol. Etanol dipertimbangkan
sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam
etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat
bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk
pemekatan lebih sedikit (Depkes RI, 1986).
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari
93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96%
v/v, C2H5OH, pada suhu 15,56oC. Pemerian: cairan mudah menguap, jernih,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78oC. Bercampur
dengan air dan praktis larut dengan semua pelarut organik (Depkes RI, 1995).
3. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40o-50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan
diperoleh keuntungan antara lain:
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan (Depkes RI, 1986).
Pada proses maserasi, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di luar sel dan di
dalam sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di
dalam sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol
atau pelarut lain (Depkes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir
serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya
derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel
dengan larutan di luar sel. Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-
menerus dapat mempersingkat waktu proses ekstraksi menjadi 6 sampai 24 jam
(Depkes RI, 1986).
4. Penguapan
Penguapan merupakan proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.
Kecepatan terbentuknya uap tergantung pada difusi uap melalui lapisan batas di
atas cairan yang diuapkan. Kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan
pemindahan panas. Oleh karena itu luas permukaan penguapan harus seluas
mungkin dan lapisan batas dikurangi (Depkes RI, 1986).
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion
pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Kromatografi lapis
tipis (KLT) digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dilapiskan rata pada
lempeng kaca (Depkes RI, 1979).
Campuran yang akan dipisahkan, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak
atau pita. Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang
berisi fase gerak yang cocok, pemisahan terjadi selama pengembangan.
Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi (Stahl, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Fase diam dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk
KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Panjang lapisan tersebut 200 nm
dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis, tebalnya 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2
mm. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab
atau bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).
Fase diam yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, kieselgur,
selulosa dan turunannya, dan lain-lain. Silika gel paling banyak digunakan (Stahl,
1985). Silika gel GF254 artinya silika tersebut mengandung gypsum (CaSO4½H2O)
yang merupakan pengikat, dengan cara meningkatkan gaya adhesi antara partikel
senyawa dengan silika dan juga meningkatkan gaya adhesi antar partikel silika.
F254 adalah indikator fosforesensi pada panjang gelombang 254 nm yang berarti
silika tersebut dapat berfosforesensi pada panjang gelombang 254 nm (Jork,
1990).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.
Pelarut bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya
kapiler. Pelarut yang digunakan hanyalah bertingkat mutu analitik dan bila
diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
Bercak ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi lapisan bawah. Jarak suatu
bercak awal, yang berukuran 3-5 mm, ke bercak awal lainnya dan jarak antara
bercak paling pinggir dengan tepi samping sekurang-kurangnya 10 mm. Lapisan
fase diam tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan itu. Biasanya ditotolkan 1-
10 µL larutan cuplikan 0,1-1%. Untuk menotolkan disarankan agar menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mikropipet berujung runcing, khusus berskala 1 µL dan bervolume 10 µL (Stahl,
1985).
Di samping larutan cuplikan, selalu ada suatu campuran pembanding yang
dikembangkan pada waktu bersamaan. Campuran ini terdiri atas 1-5 senyawa
yang diketahui, dengan konsentrasi yang telah diketahui pula. Bila mungkin,
senyawa pembanding ini sama dengan senyawa yang terdapat dalam larutan
cuplikan (Stahl, 1985).
Bejana harus dapat menampung plat 200 x 200 mm dan harus tertutup
rapat. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih
yang lebarnya 18-20 cm dan panjangnya 45 cm ditaruh pada dinding sebelah
dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat
kejenuhan bejana mempunyai pengaruh yang nyata pada pemisahan dan letak
bercak (Stahl, 1985).
Proses kerja dengan KLT yaitu dengan menempatkan pada dua sisi bejana
kromatografi, 2 helai kertas saring, tinggi 18 cm, lebar sama dengan panjang
bejana. Larutan fase gerak dimasukkan kurang lebih 100 mL ke dalam bejana
kromatografi hingga tinggi pelarut 0,5 cm sampai 1 cm, kemudian ditutup rapat
dan kertas saring harus basah seluruhnya. Pada dasar bejana, kertas saring harus
tercelup ke dalam pelarut. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan penotolan larutan
sampel dan standar, menurut cara yang tertera pada masing-masing monografi
dengan jarak kira-kira 1,5-2 cm dari tepi bawah lempeng, biarkan kering. Bejana
kemudian ditutup rapat dan dibiarkan hingga pelarut merambat 10-15 cm di atas
titik penotolan, keluarkan dan keringkan (Depkes RI, 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa tak berwarna pada
kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV 254 nm atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke
fluorosensi radiasi UV 365 nm. Selain itu, senyawa juga dapat dideteksi dengan
pereaksi semprot dan pemanasan (Stahl, 1985).
Identifikasi senyawa pada lempeng KLT dinyatakan dengan harga Rf.
Angka ini diperoleh dengan membagi jarak yang ditempuh oleh totolan cuplikan
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Keduanya diukur dari titik awal, dan
harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1 (Gritter, 1985). Penilaian visual
kromatogram diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran
yang hampir sama (Depkes RI, 1979). Selain itu, beberapa sifat, misalnya
fluorosensi atau pemadaman fluorosensi, dan terutama warna hasil reaksi warna
juga dapat dijadikan penilaian visual. Informasi mengenai identitas seringkali
dapat juga diperoleh dengan membandingkan perubahan warna pada pemanasan,
dan selanjutnya pada penyimpanan plat (Stahl, 1985).
Dengan menggunakan KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda
seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-
organik, dan bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan
biaya yang tidak terlalu mahal. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian pelarut
dan cuplikan yang jumlahnya sedikit (Gritter, 1985).
G. Densitometri
Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT kuantitatif.
Metode ini dilakukan dengan cara mengukur kerapatan bercak senyawa uji yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dipisahkan, dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi
bersama-sama. Syarat-syarat senyawa standar adalah murni, inert, dan stabil
(Hardjono, 1983).
Alat densitometri mempunyai sumber sinar yang bergerak di atas bercak
pemisahan pada lempeng kromatografi yang akan ditetapkan kadar komponennya.
Lazimnya lempeng itu digerakkan menyusuri berkas sinar tersebut. Bercak yang
kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva absorbsi yang sempit
dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan puncak kurva
absorbsi yang melebar dan tumpul (Sudjadi, 1988).
Banyak sinar yang direfleksikan akan ditangkap oleh suatu alat yang
disebut reflection photomultiplier yang akan diteruskan ke pencatat atau rekorder
untuk diubah menjadi suatu puncak atau kromatogram. Luas puncak atau tinggi
puncak sesuai dengan konsentrasi senyawa pada noda yang dukur kerapatannya
(Mintarsih, 1990).
Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan
pada panjang gelombang maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak
sedikit saja sudah dapat terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri
bercak yang akan ditetapkan kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat
tersebut (Mintarsih, 1990).
Plat yang digunakan untuk KLT-densitometri sebaiknya digunakan plat
buatan pabrik karena pada plat buatan sendiri fase diamnya kurang kompak,
sehingga akan mempengaruhi hasil penelusuran dengan densitometri yaitu berupa
puncak yang lebar dan kasar. Puncak yang lebar disebabkan kurang kompaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
fase diam sedangkan puncak yang kasar disebabkan permukaan plat yang kurang
rata (Mintarsih, 1990).
Teknik pengukuran dapat didasarkan atas pengukuran intensitas sinar yang
diserap (absorbansi), intensitas sinar yang dipantulkan (reflaktansi), atau intensitas
sinar yang difluorosensikan. Teknik pengukuran berdasarkan refleksi dimana sinar
datang sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan (Mintarsih, 1990).
Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometer. Pertama, setiap
kali penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan
dielusi bersama dalam satu lempeng, kemudian AUC (luas daerah di bawah
kurva) sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan
membuat kurva baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku
diperoleh dengan membuat totolan zat baku pada plat KLT dengan bermacam-
macam konsentrasi (minimal 3 macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari
AUC nya dengan alat densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan y = bx
+ a, dimana x adalah banyaknya zat yang ditotolkan dan y adalah AUC
(Supardjan, 1987).
H. Desain Faktorial
Metode desain faktorial adalah sistem desain eksperimental dimana faktor-
faktor yang terlibat dalam suatu reaksi atau proses dapat dievaluasi secara
simultan dan mengukur efek dari faktor-faktor tersebut. Teknik ini bisa diterapkan
dalam masalah farmasi, dan menjadi dasar bagi berbagai macam percobaan atau
penelitian untuk mencari pemecahan yang optimum (Amstrong and James, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Desain faktorial sederhana salah satunya adalah dengan dua faktor pada
dua level (rendah dan tinggi). Hal ini berarti ada dua faktor yang masing-masing
faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu pada level rendah dan tinggi
(Bolton, 1990).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan:
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2
Dengan : Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A, level bagian B
bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaan
bo = rata-rata hasil semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
(2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
Penamaan formula untuk 4 percobaan adalah formula (1) untuk percobaan I,
formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab
untuk percobaan IV (Bolton, 1990).
Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut:
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi
1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan: (-) = level rendah (+) = level tinggi Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi (Bolton, 1997).
Efek masing-masing faktor dan interaksinya dapat dihitung sebagai rata-
rata selisih antara respon pada level rendah dengan respon pada level tinggi. Efek
dan interaksi faktor yang diteliti dapat dirumuskan menjadi persamaan berikut :
Efek faktor A = (푎푏+푎)−(푏+1)2
Efek faktor B = ( ) ( )
Interaksi = (1+푎푏)−(푎+푏)2 (Bolton, 1997).
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
I. Landasan Teori
Rumput mutiara memiliki kandungan kimia utama berupa asam ursolat
dan asam oleanolat (Liang et al., 2008). Asam ursolat memiliki banyak fungsi
antara lain antibakteri, hepatoprotektif, imunomodulator, antiproliferasi,
antitumor, antiinflamasi, dan anti-angiogenik (Cardenas et al., 2004). Satu bagian
asam ursolat larut dalam 178 bagian etanol (Budavari et al., 1989). Dalam
penelitian yang dilakukan Schneider, Hosseiny, Szczotka, Jordan, dan Schlitter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(2008) disebutkan bahwa pelarut alkohol, seperti metanol dan etanol memberikan
hasil yang tinggi dalam ekstraksi asam ursolat dari tanaman.
Asam ursolat dan asam oleanolat adalah isomer dengan struktur kimia
yang mirip, dan akibatnya sulit untuk dipisahkan (Liang et al., 2009). Oleh karena
itu, dalam penelitian ini, kadar triterpen total yang akan dihitung sebagai kadar
asam ursolat.
Optimasi pada penelitian ini dilakukan pada faktor suhu dan waktu
ekstraksi sebab kedua faktor ini merupakan faktor yang berpengaruh dan dapat
dikendalikan dalam proses digesti, untuk mendapatkan kadar triterpen total yang
optimum. Kedua faktor ini penting untuk dioptimasi sebab dalam penelitian yang
dilakukan oleh Xia et al. (2011), disebutkan bahwa asam ursolat dapat
terdegradasi dalam waktu tertentu, menyebabkan menurunnya hasil ekstraksi,
sehingga perlu dilakukan optimasi lama waktu ekstraksi. Selain itu, Wang dan
Weller (2006) menyebutkan bahwa secara umum, suhu ekstraksi dapat
mempengaruhi perolehan senyawa aktif. Peningkatan suhu medium ekstraksi
dapat meningkatkan kemampuan berdifusi pelarut ke dalam sel dan akibatnya
meningkatkan kelarutan senyawa, namun tidak semua senyawa tahan terhadap
suhu yang tinggi.
J. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan pada penelitian ini antara lain:
1. Perbedaan suhu dan waktu ekstraksi pada proses digesti herba rumput mutiara
berpengaruh terhadap kadar triterpen total yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Dapat diketahui faktor antara suhu, waktu, atau interaksi keduanya yang
diprediksi paling dominan berpengaruh pada proses digesti herba rumput
mutiara sehingga diperoleh kadar triterpen total yang optimum.
3. Diperoleh area prediksi suhu dan waktu ekstraksi yang optimum pada digesti
herba rumput mutiara terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental ganda karena ada
intervensi atau perlakuan terhadap subyek uji, dengan dua faktor yaitu suhu dan
waktu ekstraksi, menggunakan aplikasi desain faktorial.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Suhu dan waktu ekstraksi, masing-masing dengan 2 macam level. Suhu
ekstraksi yang digunakan untuk level rendah adalah 30oC sedangkan untuk level
tinggi adalah 60oC. Waktu ekstraksi untuk level rendah adalah 2 jam sedangkan
untuk level tinggi adalah 4 jam.
2. Variabel tergantung
Kadar triterpen total dalam ekstrak.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Varietas tumbuhan, kecepatan pengadukan,
lingkungan tempat tumbuh, waktu panen.
b. Variabel pengacau tidak terkendali. Umur tumbuhan.
C. Definisi Operasional
1. Simplisia adalah bahan tanaman yang belum mengalami pengolahan apapun
kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang telah dikeringkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Simplisia rumput mutiara yang dimaksud ialah serbuk simplisia dari herba
rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) yang telah mengalami
pencucian, sortasi basah, pengeringan selama 5 hari pada suhu 60oC, sortasi
kering, penyerbukan, dan pengayakan dengan ayakan no. mesh 12 dan 50.
3. Digesti adalah suatu metode ekstraksi dengan cara merendam dan mengaduk
dengan stirrer simplisia rumput mutiara dalam cairan penyari etanol 96% dan
perbandingan simplisia dan cairan penyari (1:10), dengan menggunakan
variasi suhu dan waktu ekstraksi.
4. Ekstrak yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ekstrak kering yang
diperoleh dari digesti simplisia rumput mutiara yang sebelumnya telah
didefatisasi dengan petroleum eter (40o-60oC), yang telah disaring dengan
kertas saring dan dibantu dengan vacuum, serta diuapkan cairan penyarinya,
pertama-tama dengan waterbath hingga kental lalu dilanjutkan dengan oven
hingga bobot tetap.
5. Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%.
6. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu suhu dan waktu ekstraksi.
7. Level yang dimaksud adalah nilai dari faktor. Terdiri dari level rendah dan
level tinggi. Level rendah suhu digesti adalah 30oC dan level rendah waktu
digesti adalah 2 jam. Level tinggi suhu digesti adalah 60oC dan level tinggi
waktu digesti adalah 4 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
8. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Dalam
penelitian ini respon yang diamati adalah kadar triterpen total dalam ekstrak
yang ditentukan secara KLT-Densitometri.
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba rumput
mutiara yang dikumpulkan dari lingkungan Kampus III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada bulan Juni - Agustus 2011, baku asam ursolat (Sigma-
Aldrich, No. Lot BCBD0299V, kemurnian 99,0 %), etanol 96% teknis (Brataco
Chemica), metanol p.a. (E. Merck), toluen p.a. (E. Merck), aseton p.a. (E. Merck),
asam asetat glasial p.a. (E. Merck), petroleum eter p.a. (E.Merck, b.p. 40-60oC),
asam sulfat p.a. (E. Merck), plat KLT silika gel 60 F254 (E. Merck).
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat
KLT-Densitometri (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No.
160602), autosampler (Linomat 5 No. 170610), mikropipet Scorex, lemari
pengering, blender, ayakan dengan no. mesh 12 dan 50 (Retsch), neraca analitik
(Mettler Toledo AB204), termometer, waterbath (Gerhardt), hotplate magnetic
stirrer (Cenco Instrumenten b.v.), vacuum, oven (Marius Instrumenten), dan alat-
alat gelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi rumput mutiara
Determinasi tumbuhan rumput mutiara dilakukan dengan mencocokan
ciri-ciri tumbuhan dengan kunci determinasi menurut Backer dan van Der Brink
(1965).
2. Pembuatan simplisia rumput mutiara
a. Pengumpulan bahan. Rumput mutiara dikumpulkan dari lingkungan
sekitar Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni –
Agustus 2011.
b. Sortasi Basah. Sortasi basah dilakukan dengan cara dipisahkan dari benda-
benda asing seperti bagian tumbuhan yang tidak diinginkan (akar, ranting kering,
dan daun kering) dan juga dari pengotor lain yang masih tertinggal.
c. Pencucian. Pencucian dilakukan dengan air mengalir hingga bersih.
d. Pengeringan. Pengeringan awal dilakukan dengan mengangin-anginkan
hingga tidak ada lagi air sisa pencucian di permukaan tanaman. Pengeringan
dilanjutkan dalam lemari pengering dengan suhu 60oC selama 5 hari.
e. Pembuatan serbuk. Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan
blender lalu diayak dengan ayakan no. mesh 12-50.
3. Pembuatan ekstrak rumput mutiara
a. Defatisasi serbuk simplisia. Serbuk simplisia dipisahkan dari senyawa-
senyawa non polar menggunakan pelarut petroleum eter dengan maserasi selama
1 jam, dengan perbandingan serbuk-penyari 1:10 dan kecepatan pengadukan 250
rpm. Residu sampel disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan vaccum,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kemudian dioven pada suhu 60oC untuk menguapkan petroleum eter. Residu
sampel kering siap diekstraksi.
b. Optimasi kondisi pembuatan ekstrak rumput mutiara. Sebanyak 5 gram
serbuk simplisia yang telah didefatisasi dimasukkan masing-masing ke dalam 4
Erlenmeyer bertutup. Etanol 96% dengan volume 50 mL ditambahkan ke dalam
masing-masing Erlenmeyer.
Tabel II. Perbandingan suhu dan waktu digesti Suhu (oC) Waktu (jam)
30 2 60 2 30 4 60 4
Digesti dilakukan di atas waterbath yang diletakkan di atas hotplate
magnetic stirrer dan dilakukan 3 kali replikasi. Kecepatan putaran stirrer diatur
250 rpm. Hasil digesti disaring dengan bantuan vacuum, lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL. Etanol 96% ditambahkan ke dalam labu ukur 50 mL
hingga tanda batas. Sebanyak 5 mL filtrat diuapkan di atas waterbath (suhu 70oC)
hingga didapatkan ekstrak kental. Penguapan dilanjutkan di dalam oven dengan
suhu 80oC hingga bobot tetap.
4. Penetapan kandungan triterpen total
a. Pembuatan fase gerak. Dibuat campuran toluen – aseton – asam asetat
(90:10:0,07 v/v).
b. Pembuatan pelarut. Dibuat campuran metanol dan kloroform dengan
perbandingan 4:1.
c. Pembuatan reagen deteksi. Dibuat H2SO4 10% dalam etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d. Pembuatan larutan baku asam ursolat
1) Pembuatan larutan stok asam ursolat 1000 ppm
Sejumlah lebih kurang 10,0 mg baku asam ursolat ditimbang seksama
kemudian dilarutkan dalam pelarut hingga volume tepat 10,0 mL.
2) Pembuatan larutan baku asam ursolat
Sebanyak 0,500 mL; 1,000 mL; 1,500 mL; 2,000 mL; dan 2,500 mL;
larutan stok asam ursolat diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5
mL kemudian diencerkan dengan pelarut hingga tanda, sehingga diperoleh
konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm.
e. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum. Seri larutan baku
konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm masing-masing ditotolkan dengan
volume penotolan 2 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 dan
setelah kering dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi
dengan fase gerak. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, plat dikeluarkan dari
bejana dan dikeringkan. Pengembangan dengan cara yang sama dilakukan
sebanyak 3 kali. Selanjutnya, bercak ditampakkan dengan menggunakan reagen
pendeteksi yang dilanjutkan dengan pemanasan dalam oven suhu 110oC selama 3
menit. Plat KLT discanning panjang gelombang serapan maksimumnya dengan
densitometer.
f. Pembuatan kurva baku, pengamatan nilai Retardation Factor (Rf) asam
ursolat, dan penentuan linearitas. Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 200
ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm, diperlakukan seperti poin 4e. Plat KLT
kemudian diukur AUC dan tinggi peaknya dengan densitometer. Replikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dilakukan sebanyak 3 kali dan pilih persamaan kurva baku yang paling baik.
Selain itu dilihat pula nilai Rf dari masing-masing seri baku asam ursolat dan
linearitas metode (dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri
baku asam ursolat).
g. Penentuan recovery, resolusi, Coefficient of Variations (CV), dan range.
Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm diberi perlakuan
seperti pada poin 4.e. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Selanjutnya kadar
terukur dihitung dengan menggunakan persamaan kurva baku. Berdasarkan data
ini dapat ditentukan:
1) Perhitungan recovery
% 푟푒푐표푣푒푟푦 = kadar terukur
kadar sebenarnya× 100%
2) Perhitungan resolusi
Resolusi = 2 (R − R )
w + w
3) Perhitungan CV
% CV = simpangan baku harga rata− rata
× 100%
4) Penentuan range. Range merupakan interval konsentrasi analit yang
memenuhi persyaratan linearitas, akurasi, dan presisi.
h. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku dalam
matriks sampel.
1) Preparasi larutan sampel (LS). Ekstrak kering dilarutkan dengan pelarut
hingga 10 mL. Kemudian 3,5 mL larutan tadi diambil dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL dan ditambah pelarut hingga tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2) Pembuatan larutan sampel dengan adisi (LSAU). Sebanyak 3,5 mL larutan
sampel (LS) diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan
tersebut ditambah dengan 0,5 mL larutan stok asam ursolat 1000 ppm dan
diencerkan dengan pelarut hingga tanda sehingga diperoleh kadar ± 375
ppm.
3) Pengembangan dan pengukuran. LS dan LSAU diberi perlakuan seperti pada
poin e.4. Setelah itu dihitung kadar baku asam ursolat dalam sampel. Kadar
baku asam ursolat dalam sampel adalah selisih kadar LSAU dengan kadar LS.
Selanjutnya dihitung recovery dan CVnya.
% recovery = 푘푎푑푎푟 (푏푎푘푢+푠푎푚푝푒푙 푡푒푟푢푘푢푟) − 푘푎푑푎푟 푠푎푚푝푒푙 푡푒푟푢푘푢푟푘푎푑푎푟 푏푎푘푢 푡푒표푟푖푡푖푠 x 100%
i. Analisis kualitatif. Ekstrak kering dilarutkan menggunakan pelarut
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan pelarut hingga
tanda batas. Larutan ekstrak bersama baku asam ursolat (300 ppm), diperlakukan
seperti poin 4e. Setelah proses derivatisasi tersebut, bercak diamati di bawah
cahaya biasa. Analisis kualitatif juga dilakukan dengan cara menghitung Rf tiap
bercak dibandingkan dengan harga Rf baku asam ursolat serta membandingkan
pola spektra bercak yang memiliki Rf identik dengan baku dengan pola spektra
baku.
j. Analisis Kuantitatif. Ekstrak kering dilarutkan menggunakan pelarut
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan pelarut hingga
tanda batas. Larutan ekstrak diperlakukan seperti poin 4e. Plat KLT diukur AUC
dan tinggi peaknya dengan densitometer. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
5. Analisis hasil
Kadar triterpen total (% b/b) dalam sampel dari setiap kondisi dan setiap
replikasi yang didapat, kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi desain
faktorial menggunakan software Ubuntu-10.04-DesFaktor-0.9® by Ubuntu R
OpenOffice.org (www.molmod.org). Pendekatan desain faktorial yang digunakan
untuk menghitung koefisien a, b, ab, sehingga didapatkan persamaan Y = b0 +
b1(XA) + (b2(XB) + b12(XA)(XB). Dari persamaan ini dapat dibuat suatu profil yang
menggambarkan profil kadar triterpen total (% b/b) dari hasil digesti herba rumput
mutiara dengan adanya perbedaan kondisi perlakuan antara suhu dan waktu
ekstraksi yang digunakan. Hasil profil yang diperoleh berdasarkan rumus
digunakan untuk menentukan kombinasi antara suhu dan waktu ekstraksi yang
menghasilkan kadar triterpen total (% b/b) yang paling optimum. Penentuan
signifikansi faktor dilakukan dengan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk mendapatkan kepastian kebenaran
tanaman yang diselidiki sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian.
Determinasi dilakukan oleh Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan mencocokkan ciri-ciri
tanaman dengan kunci determinasi yang ada dalam buku Flora of Java (Backer
and van Der Brink, 1965). Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Hedyotis corymbosa (L.) Lamk (Lampiran
1).
B. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk Simplisia
1. Pengumpulan bahan
Herba rumput mutiara yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari area
Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni - Agustus
2011. Tanaman ini belum dibudidayakan sehingga faktor umur tanaman tidak
dapat dikendalikan. Dalam penelitian ini, faktor yang dikendalikan adalah waktu
panen, lingkungan tempat tumbuh dan varietas tanaman.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat adalah pada
saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar (Depkes RI, 1985). Pemanenan herba rumput mutiara dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tangan pada pagi hari sebab pada waktu tersebut tanaman melakukan fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari, sehingga kandungan zat aktif herba rumput
mutiara yang diperoleh diharapkan optimal. Herba yang dipilih ialah herba dengan
kondisi yang baik. Pemanenan dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2011 sebab
bulan-bulan tersebut merupakan penghujung musim hujan, dimana menurut Anam
(2008), ketersediaan air memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan rumput
mutiara serta meningkatkan jumlah kandungan asam ursolat pada tanaman ini.
Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda dapat mengakibatkan perbedaan
kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi tinggi tempat,
keadaan tanah, dan cuaca (Depkes RI, 1986). Lingkungan tempat tumbuh
dikendalikan dengan cara hanya memanen rumput mutiara yang tumbuh di area
Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil panen dari beberapa
lokasi di area Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sepanjang bulan
Juni – Agustus 2011 dikumpulkan dan dihomogenkan untuk memperkecil
pengaruh lingkungan tempat tumbuh dan umur tanaman.
Rumput mutiara secara kasat mata cukup sulit untuk dibedakan dengan
tanaman lidah ular (Hedyotis diffusa (Willd.) Roxb) yang juga merupakan
tanaman dalam genus Hedyotis. Salah satu perbedaan antara kedua tanaman ini
ialah jumlah bunga per tangkai bunga. Rumput mutiara memiliki jumlah bunga
lebih dari satu pada tiap tangkai bunganya, sedangkan tanaman lidah ular hanya
memiliki satu bunga di setiap tangkai bunganya. Pada saat pemanenan, hal ini
sangat penting untuk diperhatikan sehingga tanaman yang diambil benar-benar
rumput mutiara dan faktor varietas tanaman dapat dikendalikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Sortasi basah
Tujuan sortasi basah ialah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Pada tahap sortasi basah ini, herba
rumput mutiara yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari tanah, akar, serta
ranting dan daun yang sudah rusak. Tanah merupakan pengotor dengan
kandungan mikroba yang tinggi, sehingga tanah perlu dihilangkan untuk
mengurangi jumlah mikroba awal (Depkes RI, 1986). Akar juga dihilangkan
untuk mengurangi jumlah tanah dan dengan demikian dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih
menempel. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur, atau air PAM (Depkes RI, 1986). Dalam penelitian ini, pencucian herba
rumput mutiara dilakukan menggunakan air PAM yang dialirkan terus-menerus
agar kotoran yang sudah terlepas dari herba dapat terbawa air. Pencucian
dilakukan sedikit demi sedikit sehingga herba benar-benar bersih. Herba yang
sudah dicuci kemudian diangin-anginkan agar sisa air pencucian hilang.
4. Pengeringan
Herba rumput mutiara yang telah dicuci kemudian dikeringkan. Pengeringan
dapat mengurangi kadar air sehingga menghambat reaksi enzimatik. Adanya
reaksi enzimatik dapat menyebabkan peruraian kandungan aktif aktif yang
berakibat pada penurunan kualitas simplisia. Air yang masih tersisa juga dapat
menjadi media bagi pertumbuhan kapang dan mikroba sehingga dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
proses pengeringan pertumbuhan kapang dan mikroba dapat dihambat dan
akibatnya simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama.
Pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas
permukaan bahan. Dalam penelitian ini, pengeringan dilakukan dengan
menggunakan lemari pengering sehingga faktor-faktor tersebut dapat dikontrol.
Menurut Depkes RI (1986), bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-
90oC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60oC, oleh karena itu suhu
pengeringan yang digunakan ialah 60oC. Bila suhu pengeringan terlalu tinggi
dapat mengakibatkan rusak atau hilangnya kandungan zat aktif dalam simplisia,
terutama zat aktif yang tidak tahan panas dan yang mudah menguap. Pengeringan
dilakukan hingga herba benar-benar kering dimana herba yang kering akan dapat
dipatahkan dan gemerisik jika diremas. Pengeringan membutuhkan waktu ± 5 hari
untuk mendapatkan herba yang benar-benar kering.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan
sinar matahari, namun hal ini tidak dilakukan sebab faktor suhu, kelembaban
udara, aliran udara, dan waktu pengeringan sulit untuk dikendalikan.
5. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang
masih ada dan tertinggal pada herba kering sehingga diperoleh herba rumput
mutiara tanpa kontaminan. Dalam tahap ini, pengotor lain yang mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tertinggal dipisahkan kembali seperti akar maupun bagian simplisia lain yang
mungkin tercampur.
6. Pembuatan serbuk
Herba rumput mutiara yang telah kering diserbuk menggunakan blender.
Simplisia disiapkan dalam bentuk serbuk untuk memperbesar luas permukaan
kontak antara simplisia dengan larutan penyari, sehingga senyawa aktif yang
terambil semakin banyak. Serbuk diayak dengan ayakan no. mesh 12 dan 50
untuk memperkecil distribusi ukuran partikel. Pada umumnya ekstraksi akan
semakin baik bila luas permukaan simplisia yang bersentuhan dengan larutan
penyari semakin besar. Bila ukuran partikel terlalu besar, maka kontak dengan
cairan penyari tidak optimal, namun ukuran partikel yang terlalu kecil pun tidak
menjamin suatu proses ekstraksi akan semakin baik. Terdapat batas minimum
ukuran serbuk yang diperbolehkan sebab serbuk yang terlalu halus akan
menimbulkan masalah dalam proses ekstraksi. Serbuk yang terlalu halus dapat
membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi
tidak murni lagi tetapi tercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Penyerbukan
yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat
yang tidak diinginkan pun ikut ke dalam hasil ekstraksi (Depkes RI, 1986).
Menurut Depkes RI (1977), kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus 4/18. Derajat halus dinyatakan
dengan nomor pengayak, yang dinyatakan dengan dua nomor. Pengertian nomor
pengayak 4/18 (cm) ialah semua serbuk dapat melewati pengayak dengan nomor 4
dan tidak lebih dari 40% melewati pengayak dengan nomor 18. Penentuan jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ayakan, yang dinyatakan dengan nomor mesh, dilakukan melalui konversi angka
derajat halus yaitu mengalikan 4/18 dengan 2,54 (1 inchi). Hasil konversi
menunjukkan nomor mesh yang digunakan adalah 10 dan 45, namun karena
keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12 dan 50.
C. Defatisasi
Setelah diperoleh serbuk herba rumput mutiara dengan ukuran partikel
yang diinginkan, maka selanjutnya dilakukan proses defatisasi. Prinsip dari
defatisasi sebenarnya sama dengan proses ekstraksi, namun bila pada ekstraksi
yang diambil adalah larutan ekstraknya dan serbuk sisa ekstraksi dibuang, namun
pada defatisasi yang diambil adalah serbuk hasil defatisasi dan larutan defatnya
dibuang.
Defatisasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa non polar
yang terdapat pada simplisia, oleh karena itu pelarut yang digunakan adalah
pelarut yang dapat melarutkan senyawa-senyawa non polar tersebut. Pelarut yang
digunakan untuk proses defatisasi adalah petroleum eter. Asam ursolat tidak larut
dalam petroleum eter (Budavari et al., 1989), oleh karena itu proses defatisasi ini
tidak akan menghilangkan kandungan asam ursolat dalam simplisia, namun akan
menghilangkan senyawa-senyawa non polar pada herba rumput mutiara, antara
lain: klorofil, stigmasterol, dan β-sitosterol (Wijayakesuma, 1992). Senyawa-
senyawa non polar ini perlu untuk dihilangkan agar nantinya tidak mengganggu
perhitungan kadar triterpen total karena ekstraksi dengan cairan penyari (etanol
96%) juga dapat melarutkan senyawa-senyawa lipid (Depkes RI, 1986). Proses
defatisasi ini juga tidak menghilangkan senyawa isomer asam ursolat yaitu asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
oleanolat sebab asam oleanolat juga tidak larut dalam petroleum eter, sehingga
dalam penelitian ini yang akan ditetapkan adalah kadar triterpen total terhitung
sebagai kadar asam ursolat.
Pelarut lain yang dapat digunakan dalam proses defatisasi adalah heksan,
namun tidak digunakan heksan sebab kelarutan asam ursolat dalam heksan tidak
diketahui sedangkan kelarutan senyawa tersebut dalam petroleum eter telah
diketahui yaitu tidak larut, sehingga lebih dipilih petroleum eter sebagai larutan
defat.
Defatisasi dilakukan dengan metode maserasi karena cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana. Defatisasi dilakukan selama 1 jam pada suhu
kamar dengan perbandingan serbuk dan volume larutan penyari adalah 1:10.
Perbandingan ini digunakan sebab merupakan perbandingan standar yang
digunakan pada maserasi, dimana 10 bagian larutan penyari digunakan untuk 1
bagian serbuk. Petroleum eter bersifat mudah menguap sehingga digunakan suhu
kamar saat proses defatisasi untuk mencegah hilangnya petroleum eter.
Hasil defatisasi disaring dengan bantuan vaccum untuk mempercepat
proses penyaringan. Serbuk yang tersaring dikeringkan dengan menggunakan
oven pada suhu 60oC karena titik didih petroleum eter adalah 40o-60oC sehingga
dengan menggunakan suhu tersebut petroleum eter dapat seluruhnya menguap.
Serbuk perlu dikeringkan agar pada saat ditimbang untuk ekstraksi yang terukur
benar-benar massa dari serbuk herba rumput mutiara kering tanpa sisa larutan
defat. Pengeringan juga bertujuan agar petroleum eter tidak mengganggu proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ekstraksi dengan pelarut etanol 96% karena secara teori etanol juga dapat
mengekstraksi senyawa non polar (Depkes RI, 1986).
D. Digesti
Digesti merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari menggunakan pemanasan
lemah. Metode ini adalah hasil modifikasi metode maserasi dengan adanya
pengadukan dan pemanasan. Metode digesti dipilih sebab senyawa aktif yang
ingin diekstraksi dari herba rumput mutiara yaitu asam ursolat merupakan
kandungan utama dari herba ini. Jumlahnya yang banyak menyebabkan asam
ursolat pada rumput mutiara dapat diekstraksi secara digesti. Metode ini juga
memiliki beberapa keunggulan lain yaitu cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana.
Prinsip metode digesti sama seperti maserasi yaitu terekstraksinya senyawa
dari dalam simplisia karena adanya perbedaan konsentrasi senyawa di dalam dan
di luar sel. Pelarut akan masuk ke dalam sel-sel simplisia dan karena adanya
perbedaan konsentrasi tadi maka senyawa kimia akan tersari keluar dari dalam sel.
Pemanasan akan memberikan energi bagi cairan penyari untuk melarutkan
senyawa dari simplisia. Pada peningkatan suhu kekentalan pelarut akan berkurang
sehingga akan mengurangi lapisan batas. Selain itu, kelarutan zat akan meningkat
apabila suhu dinaikkan (Depkes, 1986). Menurut Masushita (1979) ekstraksi
dengan menggunakan pemanasan dapat dilakukan 1 sampai 2 jam atau lebih.
Digesti dilakukan terhadap 5 gram serbuk dengan volume cairan penyari
sama untuk setiap kondisi yaitu sebanyak 50 mL. Alasan pemilihan perbandingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
serbuk – volume larutan penyari 1:10 karena perbandingan tersebut merupakan
perbandingan standar pada proses maserasi. Cairan penyari yang digunakan
adalah etanol 96% sebab asam ursolat dapat larut dalam etanol. Menurut Budavari
et al. (1989) 1 bagian asam ursolat larut dalam 178 bagian etanol.
Proses digesti dilakukan dengan bantuan pengadukan secara otomatis
dengan stirrer. Pengadukan ini bertujuan untuk menjaga derajat perbedaan
konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam dan di luar sel. Pada
keadaan diam akan terjadinya kesetimbangan perpindahan massa dari sel ke
dalam pelarut dan dari pelarut ke dalam sel. Keadaan ini dapat dihindari dengan
melakukan pengadukan atau dengan pemanasan (Stahl, 1985). Kecepatan
pengadukan yang digunakan adalah 250 rpm berdasarkan hasil optimasi.
Digesti dilakukan dengan variasi kondisi ekstraksi sebanyak 4 macam.
Faktor yang divariasi adalah suhu dan waktu ekstraksi dimana akan dilihat
pengaruhnya terhadap perolehan asam ursolat dengan analisis desain faktorial.
Setiap kondisi dilakukan 3 kali replikasi. Suhu yang digunakan untuk level rendah
adalah 30oC dan untuk level tinggi adalah 60oC. Proses maserasi biasanya
dilakukan pada suhu kamar namun suhu kamar relatif tidak tetap. Dalam
penelitian ini suhu ekstraksi merupakan faktor yang diteliti oleh karena itu suhu
kamar diatur sama pada suhu 30oC. Pengaturan suhu ini memerlukan pemanasan
lemah sehingga sudah termasuk dalam proses digesti. Suhu 60oC dipilih sebagai
suhu level tinggi berdasarkan hasil orientasi. Asam ursolat merupakan senyawa
yang tahan terhadap suhu tinggi (titik lebur asam ursolat 285o-288oC), namun
hasil orientasi menunjukkan suhu di atas suhu 60oC dapat menyebabkan rusaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
hasil ekstraksi dan kesulitan pada saat proses penyaringan karena hasil ekstraksi
berbentuk seperti bubur. Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut
selulosa pada simplisia segar dikelilingi oleh air, namun pada simplisia yang
dikeringkan lapisan air menguap sehingga terjadi pengerutan dan terbentuk pori-
pori. Pori-pori ini diisi oleh udara. Bila serbuk simplisia dibasahi dengan cairan
penyari, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh cairan penyari sehingga
simplisia akan mengembang kembali. Mengembangnya sel ini akan makin besar
jika penyari yang digunakan mengandung gugusan –OH. Adanya peningkatan
suhu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya interaksi antara selulosa dengan
gugusan –OH. Hal inilah yang menyebabkan hasil ekstraksi memiliki konsistensi
seperti bubur.
Waktu yang digunakan sebagai level rendah adalah 2 jam dan sebagai
level tinggi adalah 4 jam. Pemilihan waktu ini juga merupakan hasil optimasi.
Menurut Depkes RI (1986), penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-
menerus dapat mempersingkat waktu proses digesti menjadi 6 sampai 24 jam.
Orientasi waktu dilakukan pada waktu 1, 2, 4, 6, dan 8 jam dengan mengukur
rendemen ekstrak yang diperoleh. Terjadi peningkatan rendemen ekstrak sampai
waktu 4 jam namun tidak lagi terjadi peningkatan setelah waktu tersebut. Oleh
karena itu, waktu ini dipilih sebagai waktu level tinggi sedangkan waktu 2 jam
dipilih untuk melihat apakah asam ursolat sudah dapat terekstrak seluruhnya
dengan waktu setengah dari level tinggi. Bila dalam waktu 2 jam seluruh asam
ursolat sudah dapat tersari maka dalam aplikasinya nanti waktu ekstraksi dapat
dihemat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 3. Grafik orientasi waktu ekstraksi
Sistem digesti menggunakan waterbath dan hotplate magnetic stirrer
untuk mempermudah pengontrolan suhu dan kecepatan pengadukan. Suhu
waterbath diatur 5oC lebih tinggi dari suhu percobaan sebab pada saat orientasi
diketahui bahwa terdapat selisih suhu air pada waterbath dengan suhu di dalam
Erlenmeyer yang berisi serbuk simplisia dan larutan penyari. Suhu di dalam
Erlenmeyer lebih rendah 5oC dari pada suhu air waterbath. Pemanasan tidak
dilakukan langsung di atas hotplate melainkan dengan menggunakan waterbath
sebab bila hanya dengan hotplate pemanasan yang diberikan tidak merata. Pada
sistem ini, Erlenmeyer juga ditutup dengan rapat dengan menggunakan plastik
untuk mencegah berkurangnya volume etanol untuk mengekstraksi. Selain dengan
cara tersebut, hilangnya cairan penyari juga dapat dicegah dengan penggunaan
kondensator. Dalam penelitian ini tidak digunakan kondensator karena dengan
kondensator masih dimungkinkan adanya uap cairan penyari yang hilang.
Orientasi yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan plastik dapat
mencegah hilangnya etanol karena penguapan.
Hasil proses digesti selanjutnya disaring dengan bantuan vaccum untuk
mendapatkan ekstrak etanol cair. Penggunaan vaccum dapat mempercepat proses
0.00
0.10
0.20
0.30
0 5 10
Ren
dem
enek
stra
k(g
)
Waktu (Jam)
Grafik Orientasi Waktu Ekstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
penyaringan karena vaccum akan menarik udara dalam ruang penampung cairan
sehingga tekanan dalam ruang penampung akan berkurang dan cairan akan
mengalir dengan mudah. Filtrat kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL
dan ditambah dengan cairan penyari hingga tanda batas sehingga volumenya sama
seperti volume cairan penyari awal. Hal ini perlu dilakukan untuk kepentingan
analisis kuantitatif kadar asam ursolat dalam herba rumput mutiara.
Gambar 4. Sistem digesti
E. Pengeringan Ekstrak Rumput Mutiara
Pengeringan ekstrak cair sebanyak 5 mL untuk setiap perlakuan dilakukan
menggunakan waterbath dengan bantuan kipas angin dan dilanjutkan dengan
menggunakan oven hingga bobot tetap. Suhu waterbath diatur pada 70oC. Suhu
tidak akan merusak ekstrak sebab tidak terdapat lagi serbuk simplisia yang akan
menjadi bubur. Asam ursolat sendiri merupakan senyawa yang tahan terhadap
suhu tinggi. Titik lebur senyawa ini adalah 285o-288oC (Budavari et al., 1989).
Kipas angin membantu mengurangi tekanan di permukaan cairan ekstrak sehingga
mempercepat proses penguapan cairan penyari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 5. Ekstrak kering
Ekstrak diuapkan di dalam botol timbang sebab ekstrak kering nantinya
bersifat higroskopis, sangat mudah menyerap lembab sehingga mempengaruhi
bobot ekstrak. Dengan menggunakan botol timbang, kontak antara ekstrak dengan
udara akan berkurang karena botol timbang dilengkapi dengan tutup.
Penyimpanan ekstrak juga menggunakan wadah yang dilengkapi silika gel untuk
tujuan yang sama. Dalam penelitian ini diharapkan bobot ekstrak kering tidak
berubah-ubah sebab diperlukan data untuk perhitungan rendemen ekstrak dan
penimbangan bobot tetap.
Proses pengeringan dengan waterbath akan menghasilkan ekstrak kental.
Pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven pada suhu 80oC. Suhu ini
digunakan sebab berada di atas titik didih etanol yaitu 78,5oC sehingga etanol
dapat menguap seluruhnya (Depkes RI, 1995). Pengeringan dilanjutkan dengan
oven untuk memaksimalkan proses pengeringan sehingga didapatkan ekstrak
kering. Ekstrak kering yang diperoleh lalu ditimbang untuk mendapatkan nilai
rendemen ekstrak. Ekstrak kering ini yang kemudian digunakan untuk
menetapkan kandungan asam ursolat.
Hasil percobaan menunjukkan digesti dengan suhu dan waktu level tinggi
(60oC, 4 jam) memberikan rendemen ekstrak terbesar sedangkan digesti dengan
suhu dan waktu level rendah (30oC, 2 jam) memberikan rendemen ekstrak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
terkecil. Nilai rendemen ekstrak untuk tiap simplisia memang tidak diketahui
secara pasti, namun hasil ini mendukung teori bahwa semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu ekstraksi perolehan senyawa aktif semakin banyak pula (Xia
et al., 2011; Banik and Pandey, 2008).
Tabel III. Rendemen ekstrak
Perlakuan % rendemen ekstrak kering
Rata-rata % rendemen ekstrak
kering
1 Replikasi 1 4,720
4,873 Replikasi 2 4,560 Replikasi 3 5,340
a Replikasi 1 7,261
7,154 Replikasi 2 7,160 Replikasi 3 7,041
b Replikasi 1 5,260
5,186 Replikasi 2 5,240 Replikasi 3 5,059
ab Replikasi 1 7,160
7,273 Replikasi 2 7,280 Replikasi 3 7,380
Keterangan : 1 = perlakuan suhu dan waktu level rendah (30oC, 2 jam) a = perlakuan suhu level tinggi dan waktu level rendah (60oC, 2 jam) b = perlakuan suhu level rendah dan waktu level tinggi (30oC, 4 jam) ab = perlakuan suhu dan waktu level tinggi (60oC, 4 jam)
Rendemen ekstrak merupakan salah satu parameter kualitas ekstrak.
Dalam penelitian ini, rendemen ekstrak tidak dijadikan sebagai variabel
tergantung sebab yang menjadi sasaran adalah senyawa asam ursolat sehingga
yang menjadi variabel tergantung adalah kadar senyawa aktif. Rendemen ekstrak
perlu diperhatikan apabila tidak ada senyawa tertentu yang ingin dituju. Dengan
kata lain, rendemen ekstrak memberikan gambaran kualitas ekstrak yang lebih
umum dibandingkan kadar senyawa aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
F. Analisis Kualitatif dengan KLT
Analisis kualitatif kandungan asam ursolat dilakukan dengan KLT-
Densitometri menggunakan fase diam silika gel 60 F254 dengan penyangga logam
dan fase gerak toluen – aseton – asam asetat (90:30:0,07) %. Metode KLT-
Densitometri dipilih sebab metode ini telah diketahui dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa-senyawa triterpen (Harbone, 1987; Stahl, 1969). Metode ini
telah divalidasi dan dapat digunakan untuk penetapan kadar triterpen total. Selain
itu metode ini memiliki beberapa kelebihan seperti pemakaian pelarut dan
cuplikan yang jumlahnya sedikit, instrumennya sederhana, dan relatif tidak terlalu
mahal.
Analisis kualitatif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa ekstrak yang
diperoleh mengandung asam ursolat. Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat
warna bercak setelah diderivatisasi dengan reagen H2SO4 10% dalam etanol dan
dilanjutkan dengan pemanasan di dalam oven pada suhu 110oC selama 3 menit
(Wojciak-Kosior, 2007), serta membandingkan nilai Rf dan pola spektra serapan
bercak pada sampel dengan bercak baku asam ursolat.
Alasan pemilihan fase diam silika gel 60 F254 karena silika gel merupakan
fase diam yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa golongan terpen
(Stock and Rice, 1974). Penggunaan silika gel F254 tidak diharuskan sebab asam
ursolat tidak memiliki gugus kromofor, sehingga tidak dapat diamati di bawah
sinar UV. Namun penggunaan silika gel F254 dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk pengamatan kerataan penyemprotan reagen pendeteksi untuk proses
derivatisasi. Silika gel F254 yang telah disemprot H2SO4 tidak berfluorosensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sehingga dapat dijadikan indikator untuk melihat apakah reagen pendeteksi yang
disemprotkan sudah merata atau belum.
Pada penelitian ini digunakan penyangga logam dengan tujuan agar plat
KLT tahan terhadap pemanasan pada proses derivatisasi. Fase gerak yang
digunakan yaitu toluen – aseton – asam asetat (90:30:0,07) merupakan fase gerak
hasil optimasi. Menurut Stahl (1969) pemisahan senyawa triterpen khususnya
senyawa isomer dapat dilakukan dengan menggunakan menggunakan fase gerak
toluen – aseton – asam asetat dengan perbandingan 100:3:0,07 dimana akan
diperoleh nilai Rf untuk bercak asam ursolat sebesar 0,42. Hasil orientasi fase
gerak menunjukkan bahwa fase gerak dengan perbandingan tersebut
menghasilkan bercak asam ursolat yang bulat solid namun memiliki Rf di bawah
nilai 0,2. Nilai Rf ini tidak cukup untuk menjamin bahwa bercak telah terpisah
sempurna. Menurut Rohman (2009), fase gerak harus diatur daya elusinya
sedemikian rupa sehingga nilai Rf senyawa analit terletak antara 0,2-0,8 untuk
memaksimalkan pemisahan. Bila nilai Rf kurang dari 0,2 kemungkinan bercak
belum terpisah sempurna, sedangkan bila nilai Rf lebih dari 0,8 artinya bercak
sudah terelusi mendekati batas akhir elusi, dimana biasanya di batas akhir elusi
fase gerak ini bercak analit sulit diamati karena banyaknya pengotor yang
terkumpul di sana. Oleh karena itu dilakukan modifikasi komposisi fase gerak
tersebut dan diperoleh perbandingan 90:30:0,07 yang memberikan nilai Rf masuk
dalam rentang 0,2-0,8 dengan hasil pemisahan yang lebih baik. Fase gerak ini
relatif lebih non polar dibandingkan fase diam, oleh karena itu sistem KLT yang
digunakan adalah fase normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Plat KLT perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengaktifan
dilakukan dengan memanaskan plat di dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam.
Tujuan pengaktifan adalah untuk menghilangkan molekul air di permukaan silika.
Molekul air ini bersifat sangat polar dan membentuk ikatan hidrogen, oleh karena
itu molekul air perlu dihilangkan dengan pemanasan agar tidak mengganggu
proses pengelusian bercak, biasanya pengaktifan dilakukan pada suhu 100o-110oC
paling sedikit selama 1 jam (Gritter, 1985).
Plat KLT dielusi dalam bejana yang telah jenuh oleh fase gerak dengan
jarak elusi sepanjang 10 cm. Dengan jarak elusi ini maka senyawa asam ursolat
dalam sampel sudah dapat terelusi dan terpisah dengan baik. Penjenuhan bejana
perlu dilakukan untuk mempercepat proses elusi. Uap dalam bejana yang telah
jenuh akan memberikan hasil elusi yang lebih baik. Bila bejana tidak jenuh, maka
dapat terjadi edge effect, yaitu terjadinya perbedaan tinggi bercak untuk senyawa
yang sama, dimana bercak di bagian tepi plat biasanya lebih tinggi daripada
bercak di bagian tengah plat (Stahl, 1969). Hal ini dapat terjadi sebab uap fase
gerak lebih cepat terkonsentrasi pada daerah yang dekat dengan dinding bejana.
Oleh karena itu bejana harus dijenuhkan terlebih dahulu untuk menyamakan
konsentrasi uap fase gerak di seluruh bagian bejana. Elusi dilakukan berulang
sebanyak 3 kali untuk menghasilkan bercak yang tidak berekor dan untuk
meningkatkan nilai Rf bercak.
Bercak asam ursolat tidak berwarna sehingga perlu dilakukan derivatisasi
untuk menampakkan bercak. Bercak hasil derivatisasi akan berwarna ungu dengan
pengamatan visual. Pada hasil percobaan, diketahui bahwa pada sampel juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
terdapat bercak berwarna ungu sama seperti baku asam ursolat. Bercak antara
sampel dan baku kemudian dibandingkan harga Rf nya.
Gambar 6. Bercak baku asam ursolat dan ekstrak rumput mutiara yang telah diderivatisasi
Keterangan Fase diam : silika gel 60 F254 Fase gerak : toluen – aseton – asam asetat (90:10:0,07) Deteksi : disemprot H2SO4 10 % dalam etanol dilanjutkan pemanasan pada suhu 110oC selama 3 menit
a : baku asam ursolat 300 ppm replikasi 1 b : baku asam ursolat 300 ppm replikasi 2 c : baku asam ursolat 300 ppm replikasi 3 d : sampel ekstrak rumput mutiara replikasi 1 e : sampel ekstrak rumput mutiara replikasi 2 f : sampel ekstrak rumput mutiara replikasi 3 1. Pengamatan nilai Retardation Factor (Rf) asam ursolat
Pengamatan nilai Rf merupakan parameter analisis kualitatif yang nantinya
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya analit dalam sampel. Harga Rf dihitung
dengan membandingkan jarak titik pusat bercak dari titik awal penotolan bercak
dengan jarak elusi fase gerak. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai Rf dilakukan
secara otomatis oleh alat scanner densitometer dan diperoleh nilai Rf sampel dan
a b c d e f
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
baku yang identik (Tabel IV). Hal ini membuktikan bahwa dalam ekstrak
terkandung senyawa asam ursolat.
Gambar 7. Kromatogram baku asam ursolat 300 ppm (nilai Rf = 0,38)
Gambar 8. Kromatogram ekstrak rumput mutiara (nilai Rf = 0,38)
Tabel IV. Harga Rf masing-masing bercak dengan eluen toluen-aseton-asam asetat
(90:10:0,07) dan fase diam silika gel 60 F254 Baku Sampel
Bercak a b c d e f Rf 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38
Warna bercak ungu ungu ungu ungu ungu ungu Nilai Rf asam ursolat dari sistem KLT ini dipengaruhi oleh interaksi asam
ursolat dengan fase gerak dan fase diam. Interaksi asam ursolat dengan fase diam
dan fase gerak dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
O
Si
O
Si
O
Si
O
Si
OO
OO
OO H
H
H
O
Si
OHO
O
OHO
O
H
O
O
H
H
H
Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase diam silika gel 60 F254 Keterangan : interaksi hidrogen
toluene
O
acetone
O
O acetic acidH
O
H
O
O
Hursolic acid
H
OO H
O
H
O
O
H
O
OO
HO
Gambar 10. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak toluen-aseton-asam asetat (90:10:0,07)
Keterangan : interaksi hidrogen : interaksi van der Waals
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Interaksi yang terjadi antara asam ursolat dengan fase gerak lebih dominan
dibandingkan interaksinya dengan fase diam. Interaksi yang terjadi antara asam
ursolat dengan fase diam tidak hanya interaksi hidrogen melainkan juga interaksi
van der Waals. Hal ini menyebabkan asam ursolat dapat terelusi oleh fase gerak.
Interaksi yang sesuai antara asam ursolat dengan fase diam dan fase gerak
menghasilkan nilai Rf yang baik yaitu antara 0,2-0,8.
2. Perbandingan pola spektra baku asam ursolat dengan sampel
Analisis kualitatif juga dilakukan dengan melihat kemiripan spektra
serapan bercak sampel dengan bercak baku asam ursolat. Pengukuran spektra ini
dilakukan sama seperti pengukuran panjang gelombang maksimal, dimana bercak
akan discan oleh densitometer pada panjang gelombang 200-700 nm. Adanya
kemiripan pola spektra antara bercak sampel dan bercak baku asam ursolat
menunjukkan bahwa bercak tersebut benar bercak asam ursolat.
Gambar 11. Perbandingan pola spektra ekstrak adisi dengan baku asam ursolat
Keterangan A : baku asam ursolat replikasi 1 B : baku asam ursolat replikasi 2 C : ekstrak replikasi 1 D : ekstrak replikasi 2 E : ekstrak replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Hasil scan densitometer (gambar 11) menunjukkan kemiripan pola spektra
antara bercak adisi dengan bercak baku asam ursolat, sehingga dapat dipastikan
bahwa bercak tersebut benar merupakan bercak asam ursolat.
G. Analisis Kuantitatif dengan KLT-Densitometri
1. Penetapan panjang gelombang maksimum (λmaks)
Penetapan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk menentukan
panjang gelombang yang akan digunakan dalam deteksi bercak asam ursolat oleh
densitometer. Pengukuran untuk mencari panjang gelombang maksimum
dilakukan dengan deteksi baku asam ursolat pada panjang gelombang 200-700 nm
yang termasuk panjang gelombang daerah ultraviolet (UV) hingga visibel. Secara
teori, panjang gelombang bercak asam ursolat hasil derivatisasi berada pada
daerah visibel karena bercak berwarna ungu.
Gambar 12. Pola spektra absorbsi seri baku asam ursolat pada panjang gelombang 200-700 nm
Keterangan A : spektra absorbsi baku asam ursolat 100 ppm (seri rendah) B : spektra absorbsi baku asam ursolat 300 ppm (seri menengah) C : spektra absorbsi baku asam ursolat 500 ppm (seri tinggi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hasil pengukuran panjang gelombang bercak asam ursolat dari tiga
konsentrasi baku (100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm) sebanyak masing-masing 3
kali replikasi menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum (λmaks) asam
ursolat hasil derivatisasi adalah 537 nm (gambar 12).
2. Validasi metode
Suatu metode analisis harus divalidasi ketika suatu metode menggunakan
sistem baru yang belum divalidasi sebelumnya. Validasi ini bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa metode analisis dengan sistem yang digunakan
tersebut memenuhi parameter-parameter validasi sehingga dapat memberikan
hasil analisis yang valid atau dapat dipercaya. Oleh karena itu, validasi metode
merupakan tahapan yang penting untuk dilakukan sebelum metode ini
diaplikasikan untuk analisis kadar asam ursolat dalam herba rumput mutiara.
Menurut Liang et al. (2008), asam ursolat merupakan kandungan utama
dari rumput mutiara dan digunakan sebagai marker bagi tanaman tersebut. Oleh
karena itu, metode penetapan kadar asam ursolat dalam herba rumput mutiara
termasuk dalam metode analisis kategori I menurut The United States
Pharmacopeia 30th tahun 2007. Parameter-parameter validasi yang perlu dipenuhi
oleh metode analisis kategori I adalah akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, dan
range.
Validasi dilakukan dengan 3 seri konsentrasi sebanyak 3 replikasi.
Konsentrasi yang digunakan merupakan konsentrasi rendah, sedang, dan tinggi
dari konsentrasi seri baku yaitu 100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm. Pemilihan
ketiga seri konsentrasi ini adalah untuk mewakili setiap konsentrasi dari seri baku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yaitu 100 ppm sampai 500 ppm. Berikut adalah hasil pengujian validasi metode
analisis:
a. Akurasi
Akurasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat hasil
pengukuran suatu metode analisis dengan hasil yang sebenarnya. Semakin
kecil selisih antara keduanya maka akurasi metode tersebut semakin baik.
Akurasi metode dinyatakan dengan perolehan kembali atau recovery. Jika %
recovery baku asam ursolat 100 ppm berada pada rentang 90-107% (United
States Pharmacopeial Convention, 2007), maka metode ini memiliki akurasi
yang baik. Pengukuran akurasi dari percobaan ini disajikan pada tabel V.
Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat
Konsentrasi
Recovery (%) Nilai recovery yang diterima (United States Pharmacopeial
Convention, 2007)
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
100 ppm 90,967 94,265 109,417 90-107% 300 ppm 97,878 96,361 111,778 91-106,6% 500 ppm 100,764 102,401 98,447 93-106%
Dari tabel dapat dilihat bahwa % recovery asam ursolat untuk replikasi
1 dan 2 masuk pada rentang yang dipersyaratkan namun untuk replikasi 3
hanya konsentrasi tinggi (500 ppm) yang memenuhi persyaratan. Hal ini
kemungkinan terjadi akibat kesalahan pada saat penyiapan baku untuk
replikasi 3 dimana terjadi kesalahan dalam pemilihan timbangan.
Pada pembuatan larutan stok asam ursolat 1000 ppm, baku asam ursolat
ditimbang secara seksama lebih kurang 10,0 mg. Pengertian lebih kurang
dalam pernyataan untuk jumlah bahan yang harus yang diperlukan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti bahwa jumlah yang harus
ditimbang atau diukur tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari
110% dari jumlah yang tertera, sedangkan pernyataan timbang seksama
dimaksudkan bahwa penimbangan dilakukan sedemikian rupa sehingga batas
kesalahan penimbangan tidak lebih dari 0,1% dari jumlah yang ditimbang
(Depkes RI, 1977). Hal ini berarti untuk menimbang 10,0 mg asam ursolat,
rentang yang diperbolehkan adalah 9-11 mg dengan kesalahan tidak lebih dari
0,01 mg (0,00001 g), dan oleh karena itu dibutuhkan timbangan semimicro
(ketelitian 5 angka di belakang koma). Namun karena keterbatasan alat, maka
timbangan yang digunakan adalah timbangan analitik (ketelitian 4 angka di
belakang koma), sehingga kesalahan pada saat penimbangan bisa tidak
terdeteksi. Secara umum, metode ini memiliki akurasi yang baik pada
konsentrasi rendah, menengah, dan tinggi.
b. Presisi
Presisi menunjukkan keterulangan hasil yang diperoleh. Presisi
dinyatakan dalam coefficient of variation (CV). Menurut United States
Pharmacopeial Convention (2007), % CV yang dapat diterima untuk
konsentrasi analit 1000 ppm adalah <16%. Semakin kecil % CV yang
diperoleh maka semakin baik presisi metode yang digunakan.
Hasil menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki presisi
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai % CV dari setiap konsentrasi yang
berada di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan literatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel VI. Data % CV baku asam ursolat
Konsentrasi % CV Nilai % CV yang diterima
(United States Pharmacopeial Convention, 2007)
100 ppm 3,013 < 14,9 300 ppm 0,565 < 12,7 500 ppm 1,057 < 10,5
c. Linearitas
Linearitas menyatakan hubungan korelasi antara kadar dengan respon
yang diukur instrumen. Untuk metode KLT-Densitometri, respon terukur
yang dimaksud adalah nilai AUC. Linearitas dinyatakan dari nilai r yang
diperoleh dari kurva baku. Jika nilai r ≥0,99 (APVMA, 2004) maka dikatakan
memiliki linearitas yang baik. Semakin baik nilai r artinya peningkatan kadar
proporsional dengan peningkatan nilai AUC.
Tabel VII. Nilai r seri baku asam ursolat
Replikasi Nilai r 1 0,9816 2 0,9893 3 0,9933
Dari tabel diketahui bahwa nilai r seri baku asam ursolat replikasi 3
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya digunakan seri
baku replikasi 3 untuk membuat persamaan kurva baku.
d. Selektivitas
Selektivitas menunjukkan kemampuan suatu metode untuk mengukur
senyawa tertentu secara akurat dan presisi dalam sampel yang terdiri dari
banyak senyawa lain. Metode dengan selektivitas yang baik hanya akan
mengukur kadar analit yang dimaksud. Penelitian ini membutuhkan metode
yang selektif sebab matriks ekstrak rumput mutiara cukup kompleks. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan cairan penyari etanol 96%
selain dapat mengekstraksi asam ursolat juga dapat mengekstraksi senyawa-
senyawa lain dalam herba rumput mutiara yang juga larut dalam etanol 96%.
Dalam herba rumput mutiara, selain terkandung asam ursolat juga
terkandung senyawa isomer dari asam ursolat yaitu asam oleanolat.
Kemiripan struktur kimia menyebabkan kedua senyawa triterpen ini sulit
untuk dipisahkan, terutama dengan KLT. Terdapat beberapa sistem
kromatografi untuk analisis triterpen namun belum ada yang dapat
memisahkan asam ursolat dan asam oleanolat (Wojciak-Kosior, 2007).
Pada proses defatisasi, asam oleanolat tidak terekstraksi oleh petroleum
eter seperti asam ursolat karena sifatnya yang tidak larut petroleum eter,
sedangkan pada proses digesti senyawa ini juga dapat larut dalam etanol 96%.
KLT tidak mampu memisahkan kedua senyawa isomer ini sehingga metode
ini tidak selektif untuk penetapan kadar asam ursolat. Bercak kedua senyawa
ini tidak terpisah sama sekali sehingga dalam penelitian ini yang ditetapkan
adalah kadar triterpen total terhitung sebagai kadar asam ursolat.
Selektivitas metode KLT-Densitometri ini untuk penetapan kadar
triterpen total dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Rf baku dengan
Rf analit dalam ekstrak. Nilai Rf merupakan parameter analisis kualitatif suatu
senyawa pada metode KLT, sehingga dapat digunakan sebagai parameter
selektivitas. Selektivitas metode juga dapat dilihat dari resolusi, dimana suatu
metode dikatakan memiliki selektivitas yang baik apabila memiliki nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
resolusi >1,5 (Swartz and Krull, 1997). Perbandingan nilai Rf antara baku dan
analit dalam sampel serta nilai resolusi dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Perbandingan nilai Rf baku dan sampel, serta nilai resolusi Konsentrasi seri larutan baku asam
ursolat (ppm)
Rf baku Replikasi sampel Rf sampel Resolusi
100 0,35 1 0,34 1,58 200 0,34 2 0,34 1,50 300 0,34 3 0,34 1,53 400 0,34 4 0,34 1,62 500 0,34 5 0,34 1,67
Rata-rata 0.34 0.34 1,58
Tabel VIII menunjukkan nilai Rf baku dan analit dalam ekstrak yang
identik, dimana nilai Rf rata-rata dari baku adalah 0,34 dan Rf rata-rata dari
analit dalam ekstrak adalah 0,34. Nilai rata-rata resolusi antara peak bercak
triterpen dengan peak terdekat adalah 1,58. Nilai ini lebih dari nilai resolusi
yang dipersyaratkan, yaitu >1,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
metode KLT-Densitometri ini memenuhi parameter selektivitas dalam
menetapkan kadar triterpen total.
Gambar 13. Rf baku asam ursolat konsentrasi 500 ppm = 0,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 14. Rf ekstrak replikasi 1 = 0,34
e. Range
Range adalah interval antara konsentrasi analit pada level rendah dan
level tinggi dalam sampel yang masih memenuhi parameter linearitas,
akurasi, dan presisi. Hasil analisis menunjukkan bahwa range konsentrasi
metode ini adalah 100-500 ppm dimana pada konsentrasi terkecil dan
terbesarnya masih memenuhi persyaratan linearitas, akurasi, dan presisi yang
baik. Oleh karena itu, analit dalam sampel dapat diukur dalam range
konsentrasi ini.
Gambar 15. Range konsentrasi asam ursolat
y = 18.591x + 2699.3
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Kadar baku asam ursolat (ppm)
Linearitas, akurasi, dan presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
f. Akurasi dan presisi dalam matriks sampel
Akurasi dan presisi dalam matriks sampel perlu ditentukan untuk
mengetahui pengaruh matriks sampel terhadap pengukuran analit, apakah
metode tetap dapat mengukur analit secara akurat dan seksama di dalam
matriks sampel.
Gambar 16. Kromatogram ekstrak tanpa adisi baku asam ursolat
Gambar 17. Kromatogram ekstrak dengan adisi baku asam ursolat
Penentuan akurasi dan presisi baku asam ursolat dilakukan dengan
menambahkan sejumlah tertentu baku asam ursolat dalam matriks ekstrak
(adisi). Tahap ini juga bertujuan untuk menentukan bahwa bercak dengan Rf
yang identik dengan baku asam ursolat memang merupakan bercak asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
ursolat. Bila terjadi penambahan luas area (AUC) pada peak bercak yang
semula diduga sebagai bercak asam ursolat berarti bercak tersebut memang
merupakan bercak asam ursolat. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
penambahan luas area untuk peak dengan nilai Rf identik dengan baku asam
ursolat (gambar 16 dan 17). Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa bercak
tersebut merupakan bercak asam ursolat.
Akurasi dan presisi baku asam ursolat yang ditambahkan dalam ekstrak
herba rumput mutiara dapat dilihat pada tabel IX. Dalam percobaan ini, kadar
baku asam ursolat yang ditambahkan pada ekstrak herba rumput mutiara
sebesar 100 ppm. Menurut United States Pharmacopeial Convention (2007),
% recovery konsentrasi 100 ppm berada pada rentang 90-107% sedangkan %
CV harus lebih rendah dari 14,9%. Metode ini dapat mengukur analit dalam
matriks ekstrak dengan akurat dan seksama dilihat dari nilai % recovery dan
% CV yang memenuhi syarat.
Tabel IX. Data recovery dan CV baku asam ursolat dalam matriks ekstrak Replikasi Recovery (%) CV (%)
1 100,617 2,426 2 99,067
3 103,876
3. Kurva baku
Kurva baku asam ursolat dibuat dengan cara menotolkan suatu seri kadar
baku asam ursolat (dalam ppm) pada plat silika gel 60 F254 dan dikembangkan
dengan fase gerak toluen – aseton – asam asetat (90:10:0,07). Kadar larutan induk
baku asam ursolat yang dibuat sebesar 1000 ppm. Dari larutan induk tersebut
dibuat seri kurva baku konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
500 ppm. Setelah dikembangkan hingga mencapai jarak elusi 10 cm, plat
dikeluarkan dari bejana kromatografi dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan
langkah-langkah pendeteksian bercak seperti pada analisis kualitatif sebelumnya.
Plat dengan bercak yang telah ditampakkan discan dengan densitometer dan
diperoleh nilai AUC untuk setiap konsentrasi baku. Nilai AUC tersebut akan
digunakan untuk menentukan persamaan kurva baku. Persamaan kurva baku
dirumuskan dengan: y = bx + a.
Tabel X. Data seri konsentrasi baku asam ursolat dengan AUC baku asam ursolat Konsentrasi baku asam ursolat (ppm) AUC baku
99.99 4332,5 199,98 6655,8 299,97 8615,4 399,96 9644,0 499,95 12133,1
Persamaan Kurva Baku
A = 2699,34 B = 18,5913 r = 0,9931 y = 18,5913x + 2699,34
Gambar 18. Kurva baku asam ursolat
Kurva baku ditotolkan bersama dengan sampel pada plat KLT yang sama
sehingga mengalami perlakuan yang sama dengan sampel. Hal ini perlu dilakukan
y = 18.591x + 2699.3R = 0,9931
02000400060008000
100001200014000
0 200 400 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Kurva Baku Penetapan Kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sebab besar kemungkinan terjadi perbedaan respon (nilai AUC) untuk sampel
yang sama namun berbeda kondisi pengerjaan. Dengan menyamakan kondisi
antara baku dan sampel akan mengurangi variabilitas dalam pengukuran.
4. Penetapan kandungan triterpen total dalam sampel secara KLT-
Densitometri
Kadar triterpen (x) dalam ekstrak diperoleh dengan mensubstitusikan nilai
AUC sampel sebagai nilai y pada persamaan kurva baku y = 18,5913x + 2699,34.
Dalam perhitungan kadar ini tidak dilakukan ekstrapolasi data dimana ekstrak
dipreparasi sehingga memberikan respon dalam rentang kurva baku. Preparasi
ekstrak dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak kering yang diperoleh dengan
10 mL pelarut metanol – kloroform (4:1) sehingga kadarnya tidak sepekat kadar
awal. Ekstrapolasi data sebaiknya tidak dilakukan pada penetapan kadar sebab
tidak ada jaminan bahwa linearitas kurva baku masih memenuhi persyaratan yang
ditetapkan di luar rentang yang telah ditentukan, atau dengan kata lain respon
yang diberikan instrumen belum tentu proporsional dengan kadar senyawa yang
mau ditetapkan, sehingga hasil perhitungan kadar belum tentu sama dengan kadar
yang sebenarnya.
Dari tabel dilihat bahwa kadar triterpen tertinggi diperoleh pada proses
digesti dengan suhu 60oC (suhu level tinggi) selama 4 jam (waktu level tinggi)
sedangkan kadar triterpen terendah diperoleh pada proses digesti dengan suhu
30oC (suhu level rendah) selama 2 jam (waktu level rendah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel XI. Kadar triterpen total dalam ekstrak pada setiap kondisi dan replikasi
Kondisi Replikasi Konsentrasi (ppm)
Jumlah asam ursolat dalam 5
gram serbuk (mg)
Kadar asam ursolat
terhadap berat serbuk
(% b/b)
Rata-rata (% b/b)
30oC 2 jam
1 352,066 35,207 0,704 0,699 2 357,213 35,721 0,714
3 339,727 33,973 0,680
60oC 2 jam
1 357,896 35,790 0,716 0,738 2 368,073 36,807 0,736
3 381,241 38,124 0,763
30oC 4 jam
1 359,596 35,960 0,719 0,727 2 360,134 36,013 0,720
3 370,661 37,066 0,741
60oC 4 jam
1 401,718 40,172 0,803 0,798 2 368,025 36,803 0,736
3 427,262 42,726 0,855
Gambar 19. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara dilihat secara visual dengan cahaya biasa
Keterangan 1.Baku 100 ppm 2. Baku 200 ppm 3. Baku 300 ppm 4. Baku 400 ppm 5. Baku 500 ppm 6. Ekstrak kondisi (1) R 1 7. Ekstrak kondisi (1) R 2 8. Ekstrak kondisi (1) R 3 9. Ekstrak kondisi (a) R 1
10. Ekstrak kondisi (a) R 2 11. Ekstrak kondisi (a) R 3 12. Ekstrak kondisi (b) R 1 13. Ekstrak kondisi (b) R 2 14. Ekstrak kondisi (b) R 3 15. Ekstrak kondisi (ab) R 1 16. Ekstrak kondisi (ab) R 2 17. Ekstrak kondisi (ab) R 3
Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori peningkatan suhu dan waktu
ekstraksi akan semakin meningkatkan perolehan senyawa aktif. Secara umum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
suhu ekstraksi dapat mempengaruhi perolehan senyawa aktif. Peningkatan suhu
medium ekstraksi dapat meningkatkan kemampuan berdifusi pelarut ke dalam sel
dan akibatnya meningkatkan kelarutan senyawa (Wang and Weller, 2006).
Peningkatan suhu akan meningkatkan energi kinetik dalam sistem sehingga
tumbukan antara cairan penyari dengan senyawa aktif meningkat, kelarutan
senyawa akan meningkat, dan akibatnya meningkatkan efektivitas ekstraksi.
Menurut Xia et al. (2011), peningkatan suhu medium ekstraksi dapat
meningkatkan kemampuan difusi cairan penyari ke dalam sel dan mempengaruhi
kelarutan senyawa.
Waktu ekstraksi juga memberikan pengaruh terhadap perolehan senyawa
aktif. Dalam penelitian yang dilakukan Banik dan Pandey (2008) diperoleh hasil
bahwa perolehan senyawa aktif meningkat seiring dengan meningkatnya waktu
ekstraksi. Hal ini disebabkan semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak pula
kesempatan bagi cairan penyari untuk berinteraksi dengan senyawa aktif.
H. Analisis Hasil Kadar Triterpen Total
Faktor yang diprediksi berpengaruh signifikan dalam menentukan respon
kadar triterpen total dapat ditentukan dari perhitungan desain faktorial, grafik
hubungan faktor – respon, dan analisis statistik dengan menggunakan ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang dianalisis adalah kadar rata-rata yang
diperoleh dari setiap kondisi percobaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel XII. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan
Perhitungan desain faktorial merupakan perhitungan efek rata-rata dari
setiap faktor dan interaksinya terhadap respon. Nilai efek positif menunjukkan
bahwa faktor berpengaruh dalam meningkatkan respon, sedangkan nilai efek
negatif menunjukkan bahwa faktor berpengaruh dalam menurunkan respon.
Hasil perhitungan nilai efek menunjukkan faktor yang diprediksi dominan
dalam mempengaruhi perolehan kadar triterpen total adalah suhu dimana faktor
ini berpengaruh dalam meningkatkan perolehan kadar triterpen total. Hal ini dapat
dilihat dari nilai efeknya yang lebih besar dibandingkan waktu ekstraksi dan
interaksi keduanya. Waktu ekstraksi dan interaksi juga meningkatkan perolehan
kadar triterpen total dilihat dari nilai efeknya yang bernilai positif, namun bukan
merupakan faktor dominan.
Tabel XIII. Nilai efek dari faktor suhu, waktu, dan interaksinya terhadap respon kadar triterpen total
Faktor Nilai efek untuk respon kadar triterpen total
Suhu 0,055 Waktu 0,044
Interaksi 0,016 Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap respon kadar triterpen total
juga dapat dilihat dari grafik hubungan faktor – respon (gambar 20). Dari
interpretasi grafik hubungan antara kedua faktor dengan kadar triterpen total
diketahui bahwa dengan semakin meningkatnya suhu pada waktu level rendah dan
Kondisi Suhu (oC) Waktu (jam) Rata-rata kadar triterpen total
(% b/b) 1 30 2 0,699 a 60 2 0,738 b 30 4 0,727 ab 60 4 0,798
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
0.68
0.73
0.78
20 40 60Kada
r tr
iter
pen
tota
l (%
b/b
)
Suhu (oC)
Grafik Hubungan Suhu Terhadap Kadar Triterpen Total
waktu level tinggi waktu level rendah
0.68
0.73
0.78
1 3 5Kada
r tr
iter
pen
tota
l (%
b/b)
Waktu (Jam)
Grafik Hubungan Waktu Terhadap Kadar Triterpen Total
suhu level tinggi suhu level rendah
level tinggi akan meningkatkan kadar triterpen total, dan demikian pula dengan
waktu ekstraksi dimana semakin lama waktu ekstraksi pada suhu level rendah dan
level tinggi akan meningkatkan kadar triterpen total.
Gambar 20. Grafik hubungan suhu (a) dan waktu ekstraksi (b) terhadap kadar triterpen total
Hasil perhitungan desain faktorial dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk
mengetahui apakah faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon. Taraf
kepercayaan yang digunakan adalah 95%, dimaksudkan jika terjadi kesalahan
maksimal hanya 5% saja. Dari uji ANOVA ini, yang diperhatikan adalah nilai F
hitung (F-value) dan F tabel. Bila F hitung suatu faktor lebih besar daripada F
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa faktor tersebut diprediksi berpengaruh
signifikan terhadap respon. Berikut merupakan hasil uji ANOVA.
Tabel XIV. Hasil uji ANOVA Factor or
interaction Experiment F-value F tabel
Suhu a 7,964 5,320 Waktu ekstraksi b 5,020
Interaksi ab 0,685
Gambar 20a Gambar 20b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pada tabel XIV dapat diketahui bahwa faktor suhu diprediksi berpengaruh
signifikan terhadap respon kadar triterpen total, dilihat dari nilai F hitung-nya
yang lebih besar daripada F tabel. Sedangkan waktu ekstraksi dan interaksi kedua
faktor diprediksi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perolehan
kadar triterpen total. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suhu merupakan
faktor yang diprediksi dominan dalam digesti herba rumput mutiara, yang
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan perolehan kandungan senyawa
triterpen dalam herba rumput mutiara.
Waktu ekstraksi tidak memiliki pengaruh yang signifikan mungkin
disebabkan telah jenuhnya cairan penyari pada waktu ekstraksi level rendah (2
jam), sehingga jumlah triterpen total yang terambil tidak berbeda bermakna antara
waktu ekstraksi level rendah (2 jam) dan waktu ekstraksi level tinggi (4 jam).
Perhitungan statistik diperlukan untuk membuktikan bahwa waktu ekstraksi level
rendah dan level tinggi benar tidak berbeda bermakna dalam mempengaruhi
respon perolehan kadar triterpen total sehingga dapat dipastikan pengaruh waktu
ekstraksi terhadap perolehan kadar triterpen total. Dalam penelitian ini, uji
statistik yang digunakan untuk membuktikan hal tersebut adalah uji independent t-
test (Welch two sample t-test).
Pengujian statistik dilakukan menggunakan data rendemen ekstrak pada
orientasi waktu ekstraksi. Pengujian statistik diawali dengan uji normalitas dengan
metode Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data, apakah normal atau tidak.
Data yang normal merupakan syarat untuk bisa dilakukan uji beda parametrik,
dalam hal ini uji independent t-test. Bila nilai p-value >0,05 artinya data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
terdistribusi normal dan sebaliknya, bila nilai p-value <0,05 artinya data
terdistribusi tidak normal. Dari pengujian data rendemen ekstrak pada orientasi
waktu ekstraksi 2 jam dan 4 jam, diperoleh nilai p-value untuk waktu 2 jam dan 4
jam berturut-turut adalah 0,8894 dan 0,1386. Kedua nilai p-value ini lebih dari
0,05 maka data rendemen ekstrak yang diperoleh terdistribusi normal dan dapat
dilanjutkan dengan uji independent t-test.
Uji independent t-test diperlukan untuk menguji kesamaan rata-rata dari
dua populasi yang bersifat independen, dimana populasi yang satu tidak
dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Kesimpulan
mengenai kesamaan kedua subyek uji juga dilihat dari nilai p-value. Bila p-value
>0,05 artinya kedua subyek yang dibandingkan tidak berbeda bermakna,
sedangkan bila p-value <0,05 artinya kedua subyek berbeda bermakna. Hasil
analisis dengan uji independent t-test menunjukkan nilai p-value kurang dari 0,05
yaitu 0,01362 dimana hal ini berarti rendemen ekstrak untuk waktu ekstraksi 2
jam dan 4 jam berbeda bermakna, atau dengan kata lain cairan penyari belum
jenuh pada waktu ekstraksi 2 jam sehingga terdapat penambahan jumlah
rendemen ekstrak yang berarti bila ekstraksi dilanjutkan hingga waktu 4 jam. Oleh
karena itu, dapat dipastikan bahwa waktu ekstraksi memang tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dalam proses digesti herba rumput mutiara.
Analisis desain faktorial dilakukan dengan menggunakan software ubuntu-
10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org) dan
diperoleh persamaan desain faktorial y = 0.6652 + 0.00022xa - 0.0023667xb +
0.0005378xaxb, dengan p-value = 0,03834; multiple R-squared = 0,6308; dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
adjusted R-squared = 0,4924. Multiple R-squared menggambarkan kelinearan
persamaan desain faktorial yang diperoleh, bagaimana korelasi antara faktor dan
respon. Suatu persamaan memiliki kelinearan yang baik bila nilai multiple R-
squared ≥0,64 (Zhao, Bin, Yang, Liu, Zhou, Chen, and Lai, 2011). Adjusted R-
squared menggambarkan seberapa besar pengaruh faktor terhadap respon. Dalam
penelitian ini, nilai adjusted R-squared = 0,4924 artinya sebanyak 49,24%
perubahan pada kadar triterpen total disebabkan oleh perubahan suhu dan waktu
ekstraksi.
Persamaan desain faktorial tersebut signifikan sebab nilai p-value
persamaan tersebut kurang dari 0,05 namun tidak dapat diteruskan pada
pembuatan contour plot sebab nilai multiple R-squared yang kurang dari nilai
yang dipersyaratkan yaitu ≥0,64. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat
ditemukan area prediksi kondisi ekstraksi herba rumput mutiara yang optimum
untuk ekstraksi triterpen total.
Dalam penelitian yang dilakukan Liang et al. (2008) diketahui bahwa
kadar asam ursolat dalam herba rumput mutiara sekitar 0,7544 %b/b. Bila
diperoleh contour plot, yang termasuk dalam area prediksi kondisi ekstraksi
optimum adalah area yang menghasilkan kadar triterpen total ≥0,7544 %b/b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perbedaan suhu pada proses digesti herba rumput mutiara berpengaruh
terhadap kadar triterpen total yang diperoleh, namun perbedaan waktu
ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kadar triterpen total yang diperoleh.
2. Suhu digesti merupakan faktor yang diprediksi dominan berpengaruh pada
proses digesti herba rumput mutiara sehingga diperoleh kadar triterpen total
yang optimum.
3. Tidak diperoleh area prediksi suhu dan waktu ekstraksi yang optimum pada
digesti herba rumput mutiara terbatas pada level yang diteliti.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai usaha pemisahan asam
ursolat dengan senyawa isomernya yaitu asam oleanolat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai standarisasi terhadap
simplisia dan ekstrak rumput mutiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, N.A. and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, Taylor and Francis, USA, pp. 131-165.
Anam, K., 2008, Pertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara
(Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Air, http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=13874, diakses tanggal 14 September 2011.
Anandjiwala, S., Kalola, J., and Rajani, M., 2006, Quantification of Eugenol,
Luteolin, Ursolic Acid, and Oleanolic Acid in Black (Krishna Tulasi) and Green (Sri Tulasi) Varieties of Ocimum sanctum Linn. Using High-Performance Thin-Layer Chromatography, Journal of AOAC International, 89 (6) 1467-1474.
APVMA, 2004, Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active
Constituent, Agricultural and Vetenary Chemical Products, Australian Pesticides & Vetenary Medicines Authority, Australia, pp. 4.
Backer, C.A. and van Der Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java, Volume II, N.V.P.
Noordhoof-Groningen-The Netherlands Published under The Auspices of The Rijksher Barium, Leyden, pp. 284-286.
Banik, R. M., and Pandey, D. K., 2008, Optimizing Conditions for Oleanolic Acid
Extraction from Lantana camara Roots Using Response Surface Methodology, Industrial Crops and Products, 27 (2008) 241-248.
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 2nd
ed., Marcell Dekker Inc., New York, pp. 308-553, 591-601. Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
ed., Marcell Dekker Inc., New York, pp. 326. Budavari, S., O`Neil, M.J., Smith, A., and Heckelman, P.Z., 1989, The Merck
Index an encyclopedia of chemicals, drugs, and biologicals. 11th ed., Merck & Co.,Inc Rahway, N. J., USA, pp. 1079, 1556.
Cardenas, C., Quesada, A.R., and Medina, M.A., 2004, Effects of Ursolic Acid on
Different Steps of the Angiogenic Process, Biochemical and Biophysical Research Communications, 320 (2004) 402–408.
Depkes RI, 1977, Materia Medika, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal. xx.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9, 782, 784.
Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal. 1-15, 105-123. Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, hal. 25-26. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, hal. 9. Depkes RI, 2011, Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang di Dunia Menderita
Kanker, http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html, diakses tanggal 25 Agustus 2011.
de Voogd, C.N.A., 1950, Tanaman Apakah Ini Gerangan, diterjemahan oleh
Soetan Sanif, Penerbit N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve, Bandung, hal. 22. Du, H. and Chen, X.G., 2008, A Comparative Study of the Separation of
Oleanolic Acid and Ursolic Acid in Prunella vulgaris by High-Performance Liquid Chromatography and Cyclodextrin-Modified Micellar Electrokinetic Chromatography, J. Iran. Chem. Soc., Vol. 6, No. 2, June 2009, 334-340.
Gbaguidi, F., Accrombessi, G., Moudachirou, M., and Quetin-Leclercq, J., 2005,
HPLC Quantification of Two Isomeric Triterpenic Acids Isolated from Mitracarpus scaber and Antimicrobial Activity on Dermatophilus congolensis, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 39 (2005) 990–995.
Gandjar, I.G. and Rohman, A., 2009, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 333-337, 359. Gentry, A.H., 1993, Tropical Forest Biodiversity and The Potential For New
Medicine Plant in Suryanto, D., Kelana, T.B., Munir, E., and Nani, N., 2006, Uji Brine Shrimp dan Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Pradep (Psycothria stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae) Terhadap Mikroba, Media Farmasi 14 (1): 85-92.
Gentry, A.H., 1993, Tropical Forest Biodiversity and The Potential For New
Medicine Plant in Suryanto, D., Kelana, T.B., Munir, E., and Nani, N., 2006, Uji Brine Shrimp dan Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Pradep (Psycothria stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae) Terhadap Mikroba, Media Farmasi 14 (1): 85-92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gritter, R.J., 1985, Introduction to Chromatography, 2nd ed., diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, pp. 6, 8, 107-155.
Hardjono, S., 1983, Kromatografi, Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 32-34, 45. Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwung Soediro, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung, hal. 125, 147, 153.
Hariana, A., 2006, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, Penebar Swadaya,
Depok, hal. 144. Haryanti, S., Junedi, S., and Meiyanto, E., 2009, Ethanolic Extract of Hedyotis
corymbosa L. Increase Cytotoxic Activity of Doxorubicin on MCF-7 Breast Cancer Cell, I.J. Biotech., 14 (1) 1146-1154.
Jork, H., 1990, Thin-Layer Chromatography Reagents and Detection Methods,
VCH, New York, pp. 12. Latha, P.G., Nayar, M.N.S., Singh, O.V., George, V., Panikkar, K.R., and
Pushpangadan, P., 2001, Isolation of Antigenotoxic Ursolic Acid from Ixora coccinea Flowers, Actual Biol, 23 (74) 21-24.
Liang, Z., Jiang, Z., Fong, D.W., and Zhao, Z., 2009, Determination of Oleanolic
Acid and Ursolic Acid in Oldenlandia diffusa and Its Substitute Using High Performance Liquid Chromatography, Journal of Food and Drug Analysis, 17 ( 2) 69-77.
Masushita, 1979, Separation of Sweet Component from Natural Sweet Extracts,
pp. 1-5. Mintarsih, E.R.R., 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kinina dalam Akar, Batang,
dan Daun Chinchona succirubra Pavon et Klotzsch dari Daerah Kaliurang secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, Proyek Pengembangan Pusat
Fasilitas Bersama Antar Universitas (Bank Dunia XVII)-PAU Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 192-193, 245.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 2-3, 47, 49-50, 53-54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Sadasivan, S., Latha, P.G., Sasikumar, J.M., Rajashekaran, S., Shyamal, S., and Shine, V.J., 2006, Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L.) Lam., Journal of Ethnopharmacology, 106 (2006) 245–249.
Schneider, P., Hosseiny, S.S., Szczotka, M., Jordan, V., and Schlitter, K., 2008,
Rapid Solubility Determination of the Triterpenes Oleanolic Acid and Ursolic Acid by UV-Spectroscopy in Different Solvents, Phytochemistry Letters, 2 (2009) 85–87.
Skrzypek, Z. and Wysokinska, H., 2003, Sterol and Triterpenes in Cell Culture of
Hyssopus officinalis L., www.znaturforsch.com, diakses tanggal 23 September 2011.
Stahl, E., 1969, Thin Layer Chromatography (A Laboratory Handbook), 2nd
Edition, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York, pp. 244. Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit
ITB, Bandung, hal. 3-17, 205-207. Stock, R. and Rice, C. B. F., 1974, Chromatographic Methods, Third Edition,
Chapman and Hall and Science Paper Backs, Great Britain, pp. 283. Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 75. Sumaryono, W., 2004, Strategi Pengembangan Teknologi Formulasi dan
Manufaktur Obat Alami, Seminar Nasional XXV Tumbuhan Obat Indonesia, Surakarta.
Supardjan, A.M., 1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Pemisahannya dalam
Sediaan Tetrasiklin secara KLT-Densitometri, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Swartz and Krull, 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd
Edition, Marcel Dekker, USA. United States Pharmacopeial Convention, 2007, The United States Pharmacopeia,
30th Edition, United States Pharmacopeial Convention Inc., New York, pp. 335-887.
Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hal. 579-582. Wang, L. and Weller, C.L., 2006, Recent Advances in Extraction of
Nutraceuticals from Plants, Trends Food Sci. Technol, 17(2006) 300–312.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Watson, D.G., 2009, Analisis Farmasi : buku ajar untuk mahasiswa farmasi dan praktisi kimia farmasi, Ed. 2, EGC, Jakarta, hal. 378.
Wojciak-Kosior, M., 2007, Application of High Performance Thin-Layer
Chromatography to Separation of Oleanolic, Ursolic, and Betulinic Acids, Journal of Pre-Clinical and Clinical Research, Vol. 1, No. 2, 176-178.
Wijayakesuma, H.M., 1992, Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia, Penerbit
Pustaka Kartini, Jakarta, hal. 11-12, 86-87. Yamaguchi, H., Noshita, T., Kidachi, Y., Umetsu, H., Hayashi, M., Komiyama,
K., et al., 2008, Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and Its Specific Efficacy as a Potent Antitumor Agent, Journal of Health Science, 54 (6) 654-660.
Xia, E.Q, Wang, B.W., Xu, X.R., Zhu, L., Song, Y., and Li, H.B., 2011,
Microwave-Assisted Extraction of Oleanolic Acid and Ursolic Acid from Ligustrum lucidum Ait, Int. J. Mol. Sci., 12 (2011) 5319-532.
Zhao, J.L., Ying, G.G., Yang, B., Liu, S., Zhou, L.J., Chien, Z.F., and Lai, H.J.,
2011, Screening of Multiple Hormonal Activities in Surface Water and Sediment from the Pearl River System, South China, Using Effect-Directed In Vitro Bioassays, Environmental Toxicology and Chemistry, Vol. 30, No. 10, 2208–2215.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2.Certificate of Analysis Baku Asam Ursolat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 3. Data Penimbangan Bahan
1. Baku Asam Ursolat
Penimbangan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Berat kertas (g) 0,2427 0,2547 0,2401 Berat kertas + zat (g) 0,2533 0,2650 0,2503 Berat kertas + sisa (g) 0,2433 0,2548 0,2402 Berat zat (g) 0,0100 0,0102 0,0101
2. Serbuk Rumput Mutiara Hasil Defatisasi
Kondisi Ekstraksi Replikasi Berat kertas
(g) Berat kertas
+ zat (g) Berat kertas
+ sisa (g) Berat zat
(g)
1 (30oC, 2 jam)
1 0,2466 5,2469 0,2468 5,0001 2 0,2439 5,2440 0,2439 5,0001 3 0,2495 5,2497 0,2497 5,0000
a (60oC, 2 jam)
1 0,2455 5,2456 0,2461 4,9995 2 0,4078 5,4081 0,4084 4,9997 3 0,4170 5,4174 0,4178 4,9996
b (30oC, 4 jam)
1 0,2470 5,2471 0,2471 5,0000 2 0,2428 5,2429 0,2428 5,0000 3 0,4161 5,4165 0,4163 5,0002
ab (60oC, 4 jam)
1 0,2506 5,2506 0,2506 5,0000 2 0,2456 5,2457 0,2457 5,0000 3 0,4266 5,4271 0,4274 4,9997
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 4. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang Digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 5. Spektrum Baku Asam Ursolat pada 200-700 nm
Track Baku Λmaks 1 Seri rendah 538 nm 2 Seri tengah 537 nm 3 Seri tinggi 537 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 6. Data Orientasi Waktu Ekstraksi 1. Rendemen ekstrak
1 jam (g) 2 jam (g) 4 jam (g) 6 jam (g) 8 jam (g) Replikasi 1 0,2002 0,2232 0,2877 0,2749 0,2771 Replikasi 2 0,1956 0,2501 0,2666 0,2790 0,2803 Replikasi 3 0,2000 0,2353 0,2860 0,2828 0,2799 Rata-rata 0,1986 0,2362 0,2801 0,2789 0,2791
2. Grafik orientasi waktu ekstraksi
3. Uji statistik untuk rendemen ekstrak waktu 2 jam dan 4 jam a. Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk
2 jam 4 jam W 0,9967 0,8100
p-value 0,8894 0,1386 Kesimpulan normal normal
b. Uji beda dengan metode Independent T-Test
T test (rendemen ekstrak 2 jam, rendemen ekstrak 4 jam, alternative=’two sided’, conf. level=.95, +paired=TRUE) Welch Two Sample t-test data: rendemen ekstrak 2 jam and rendemen ekstrak 4 jam t= -4.2578, df= 3.925, p-value= 0.01362 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -0.07274374 0.01505626 sample estimates: mean in group K1 mean in group K2 0.2362 0.2801
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0 2 4 6 8 10
Rend
emen
eks
trak
(g)
Waktu (jam)
Grafik Orientasi Waktu Ekstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 7. Validasi Metode
1. Pembuatan Larutan Stok dan Seri Larutan Baku Asam Ursolat (AU)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Hasil penimbangan (g) 0,0100 0,0102 0,0101 Faktor koreksi 99% 99% 99% Konsentrasi stok (ppm) 990 1009,8 999,9
Konsentrasi seri 1 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x0,5 = C2x5 C2 = 99
C1 V1 = C2 V2 1009,8x0,5 = C2x5
C2 = 100,98
C1 V1 = C2 V2 999,9x0,5 = C2x5
C2 = 99,99
Konsentrasi seri 2 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x1 = C2x5
C2 = 198
C1 V1 = C2 V2 1009,8x1 = C2x5
C2 = 201,96
C1 V1 = C2 V2 999,9x1 = C2x5
C2 = 199,98
Konsentrasi seri 3 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x1,5 = C2x5 C2 = 297
C1 V1 = C2 V2 1009,8x1,5 = C2x5
C2 = 302,94
C1 V1 = C2 V2 999,9x1,5 = C2x5
C2 = 299,97
Konsentrasi seri 4 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x2 = C2x5
C2 = 396
C1 V1 = C2 V2 1009,8x2 = C2x5
C2 = 403,92
C1 V1 = C2 V2 999,9x2 = C2x5
C2 = 399,96
Konsentrasi seri 5 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x2,5 = C2x5 C2 = 495
C1 V1 = C2 V2 1009,8x2,5 = C2x5
C2 = 504,9
C1 V1 = C2 V2 999,9x2,5 = C2x5
C2 = 499,95
2. Linearitas
Baku asam ursolat Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Seri baku (ppm) AUC Seri baku
(ppm) AUC Seri baku (ppm) AUC
99 5372,3 100,98 3799,9 99,99 4827,6 198 8513,7 201,96 6414 199,98 7929,2 297 10876,4 302,94 8375,7 299,97 10252,4 396 11673 403,92 9301,5 399,96 11668,8 495 13860,3 504,9 11491,7 499,95 14614,9
A 4018,55 A 2395,23 A 2864,32 B 20,3387 B 18,0938 B 23,3165 r 0,9816 r 0,9893 r 0,9933
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
3. Akurasi dan Presisi
Seri baku (ppm) AUC 99,99 4225,8 A = 2666,87
B = 19,3136 r = 0,9952
y = 19,3136x + 2666,87
199,98 6906,2 299,97 8596 399,96 10478,3 499,95 12095,6
Kadar
sebenarnya (ppm)
AUC Kadar terukur (ppm)
Recovery
(%)
Rendah 99
100,98 99,99
4406,2 4505,3 4779,9
90,057 95,188 109,406
90,967 94,265 109,417
SD = 3023,26 CV = 3,013
Rata-rata 98,217 98,216
Tengah 297
302,94 299,97
8281,3 8304,8 9142,7
290,698 291,915 335,299
97,878 96,361 111,778
SD = 1811,57 CV = 0,563
Rata-rata 305,971 102,005
Tinggi 495
504,9 499,95
12300,1 12652,4 12172,7
498,780 517,021 492,183
100,764 102,401 98,447
SD = 5338,94 CV = 1,057
Rata-rata 502,661 100,537
y = 19.314x + 2666.9R² = 0.9905
02000400060008000
100001200014000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4. Selektivitas
Replikasi sampel
Rf1 Rf2 Resolusi
2(max 푅푓2 − max 푅푓1)(푒푛푑 푅푓1 − 푠푡푎푟푡 푅푓1) + (푒푛푑 푅푓2 − 푠푡푎푟푡 푅푓2)
Max Start End Max Start End
1 0,34 0,31 0,38 0,43 0,40 0,46 1,58 2 0,34 0,31 0,38 0,43 0,40 0,45 1,50 3 0,34 0,31 0,38 0,42 0,40 0,45 1,53 4 0,34 0,31 0,38 0,43 0,41 0,45 1,62 5 0,34 0,31 0,38 0,43 0,40 0,45 1,67
Keterangan Rf1 : retardation factor untuk bercak asam ursolat Rf2 : retardation factor untuk bercak yang paling dekat dengan bercak asam ursolat
5. Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel
Seri baku (ppm) AUC 99,99 5087,9 A = 3265,75
B = 21,8803 r = 0,9932
y = 21,8803x + 3265,75
199,98 7789,7 299,97 10468,7 399,96 11755,6 499,95 14044
Sampel AUC Kadar (ppm) Ekstrak replikasi 1 9265 274,18 Ekstrak replikasi 2 9226,3 272,42 Ekstrak replikasi 3 9219,2 272,09
Ekstrak adisi replikasi 1 11466,3 374,79 Ekstrak adisi replikasi 2 11393,7 371,47 Ekstrak adisi replikasi 3 11491,8 375,96
y = 21.88x + 3265.7R² = 0.9864
0
5000
10000
15000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Sampel Recovery baku (%) Rata-rata SD CV (%)
Ekstrak adisi replikasi 1 100,617 101,187 2,45 2,426 Ekstrak adisi replikasi 2 99,067
Ekstrak adisi replikasi 3 103,876 Lampiran 8. Perhitungan Kadar Triterpen Total 1. Kurva Baku Penetapan Kadar Triterpen Total
Seri baku (ppm) AUC
99,99 4332,5 A = 2699,34 B = 18,5913 r = 0,9931
y = 18,5913x + 2699,34
199,98 6655,8 299,97 8615,4 399,96 9644 499,95 12133,1
2. Contoh Perhitungan Kadar Sampel perlakuan a (30oC, 2 jam) replikasi 1 (AUC = 9244,7) - Kadar triterpen total terukur (x)
y = 18,5913x + 2699,34 9244,7 = 18,5913x + 2699,34 6545,36 = 18,5913x x = 352,066 ppm = 352,066 mg/1000 mL
y = 18.591x + 2699.3R² = 0.9862
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Kurva Baku Penetapan Kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
- Jumlah triterpen total dalam 10 mL larutan sampel (a) a = 352,066 mg / 100 = 3,521 mg
- Jumlah triterpen total dalam 5 mL ekstrak (b) b = a = 3,521 mg
- Jumlah triterpen total dalam 50 mL ekstrak (c) c = b x 10 = 35,21 mg
- Jumlah triterpen total dalam 5 gram serbuk simplisia (d) d = c = 35,21 mg = 0,0352 g
- % b/b triterpen total terhadap berat serbuk simplisia (e) e = (c / berat serbuk simplisia awal) x 100% = (0,0352 g / 5,0001 g) x 100% = 0,704 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
3. Hasil Perhitungan Kadar Triterpen Total (TT)
Perlakuan Replikasi AUC Kadar (ppm)
Jumlah TT dalam 5 mL ekstrak (mg)
Volume Etanol (mL)
Jumlah TT dalam 5 g
serbuk (mg)
Berat serbuk
(g)
% b/b TT terhadap
berat serbuk
Rata-rata kadar TT (% b/b)
SD % CV
1 1 9244,7 352,066 3,521 50 35,207 5,0001 0,704
0,699 0,018 2,569 2 9340,4 357,213 3,572 50 35,721 5,0001 0,714 3 9015,3 339,727 3,397 50 33,973 5,0000 0,679
a 1 9353,1 357,896 3,579 50 35,790 4,9995 0,716
0,738 0,023 3,170 2 9542,3 368,073 3,681 50 36,807 4,9997 0,736 3 9787,1 381,241 3,812 50 38,124 4,9996 0,763
b 1 9384,7 359,596 3,596 50 35,960 5,0000 0,719
0,727 0,012 0,170 2 9394,7 360,134 3,601 50 36,013 5,0001 0,720 3 9590,4 370,661 3,707 50 37,066 5,0012 0,741
ab 1 10167,8 401,718 4,017 50 40,172 5,0000 0,803
0,798 0,059 7,449 2 9541,4 368,025 3,680 50 36,802 5,0000 0,736 3 10642,7 427,262 4,273 50 42,726 4,9997 0,855
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 9. Data Rendemen Ekstrak
Perlakuan Replikasi Berat botol timbang (g) Berat botol timbang + ekstrak kering (g)
Berat ekstrak kering (g)
Rendemen ekstrak kering (%)
Rata-rata rendemen (%)
1 1 19,2750 19,2986 0,0236 4,720
4,873 2 19,8265 19,8493 0,0228 4,560 3 19,2215 19,2482 0,0267 5,340
a 1 20,9205 20,9568 0,0363 7,261
7,154 2 19,0054 19,0412 0,0358 7,160 3 18,0738 18,1090 0,0352 7,041
b 1 21,0709 21,0972 0,0263 5,260
5,186 2 18,7993 18,8255 0,0262 5,240 3 18,6869 18,7122 0,0253 5,059
ab 1 21,7222 21,7580 0,0358 7,160
7,273 2 19,6371 19,6735 0,0368 7,280 3 20,7362 20,7731 0,0369 7,380
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 10. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial 1. Notasi
Formula Faktor A Faktor B Interaksi
1 -1 -1 +1 a +1 -1 -1 b -1 +1 -1 ab +1 +1 +1
Keterangan: Tanda (+) : Level tinggi Tanda (-) : Level rendah Faktor A : Suhu Faktor B : Waktu ekstraksi
2. Percobaan Desain Faktorial
Formula Suhu (oC) Waktu Ekstraksi 1 30 2 a 60 2 b 30 4 ab 60 4
Lampiran 11. Data Desain Faktorial lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data) Coefficients: (Intercept) a b a:b 0.6652000 0.0002200 -0.0023667 0.0005378 Residual standard error: 0.03376 on 8 degrees of freedom Multiple R-squared: 0.6308, Adjusted R-squared: 0.4924 F-statistic: 4.556 on 3 and 8 DF, p-value: 0.03834 Analysis of Variance Table Response: respon Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) a 1 0.0090750 0.0090750 7.9640 0.02242 * b 1 0.0057203 0.0057203 5.0200 0.05538 . a:b 1 0.0007809 0.0007809 0.6853 0.43178 Residuals 8 0.0091161 0.0011395 P<0,05 (significant) 1. Persamaan Desain Faktorial
Intercept : 0.6652000 a : 0.0002200 b : -0.0023667 a:b : 0.0005378
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
0.68
0.73
0.78
20 40 60Kada
r tr
iter
pen
tota
l (%
b/b
)
Suhu (oC)
Grafik Hubungan Suhu Terhadap Kadar Triterpen Total
waktu level tinggi waktu level rendah
0.68
0.73
0.78
1 3 5Kada
r tr
iter
pen
tota
l (%
b/b)
Waktu (Jam)
Grafik Hubungan Waktu Terhadap Kadar Triterpen Total
suhu level tinggi suhu level rendah
y = 0.6652 + 0.00022xa - 0.0023667xb + 0.0005378xaxb
2. Perhitungan Nilai Efek
Formula Suhu Waktu Interaksi Rata-rata kadar TT (% b/b) 1 -1 -1 +1 0,699 a +1 -1 -1 0,738 b -1 +1 -1 0,727 ab +1 +1 +1 0,798
Efek suhu = , , , , = 0,055 Efek waktu ekstraksi = , , , , = 0,044 Efek interaksi = , , , , = 0,016
3. Signifikansi
Factor or interaction Experiment df M of squares F value Suhu a 1 0.0090750 7.9640 Waktu ekstraksi b 1 0.0057203 5.0200 Interaksi ab 1 0.0007809 0.6853 Experimental error 8 0.0011395 Total 11
F tabel dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32
4. Grafik Hubungan Nilai Efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 12. Optimasi Fase Gerak 1. Kromatogram hasil elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat (100:3:0,07
v/v)
2. Kromatogram hasil elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat (95:5:0,07 v/v)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Kromatogram hasil elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat (96:4:0,07 v/v)
4. Kromatogram hasil elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat (97:3:0,07 v/v)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5. Kromatogram hasil elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat (90:10:0,07 v/v)
Perbandingan (v/v) Rf As Rs Indeks Polaritas 100 : 3 : 0,07 0,06 1,00 1.38 2.4812 97 : 3 : 0,07 0,09 0,80 1,14 2,4836 96 : 4 : 0,07 0,15 0,91 1,23 2,5106 95 : 5 : 0,07 0,26 0,83 1,29 2,5376 90 : 10 : 0,07 0,50 1,00 1,67 2,6725
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 13. Kromatogram Kurva Baku Asam Ursolat Replikasi 3 1. Seri 1 (99,99 ppm)
2. Seri 2 (199,98 ppm)
3. Seri 3 (299,97 ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4. Seri 4 (399,96 ppm)
5. Seri 5 (499,95 ppm)
Lampiran 14. Kromatogram Akurasi dan Presisi Metode 1. Kadar Rendah Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
2. Kadar Tengah Replikasi 1
3. Kadar Tinggi Replikasi 1
4. Kadar Rendah Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
5. Kadar Tengah Replikasi 2
6. Kadar Tinggi Replikasi 2
7. Kadar Rendah Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
8. Kadar Tengah Replikasi 3
9. Kadar Tinggi Replikasi 3
Lampiran 15. Kromatogram Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel 1. Sampel Tanpa Adisi Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
2. Sampel Tanpa Adisi Replikasi 2
3. Sampel Tanpa Adisi Replikasi 3
4. Sampel Dengan Adisi Baku Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
5. Sampel Dengan Adisi Baku Replikasi 2
6. Sampel Dengan Adisi Baku Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 16. Kromatogram Penetapan Kadar 1. Ekstrak Kondisi (1) (30oC, 2 jam) Replikasi 1
2. Ekstrak Kondisi (1) (30oC, 2 jam) Replikasi 2
3. Ekstrak Kondisi (1) (30oC, 2 jam) Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
4. Ekstrak Kondisi (a) (60oC, 2 jam) Replikasi 1
5. Ekstrak Kondisi (a) (60oC, 2 jam) Replikasi 2
6. Ekstrak Kondisi (a) (60oC, 2 jam) Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
7. Ekstrak Kondisi (b) (30oC, 4 jam) Replikasi 1
8. Ekstrak Kondisi (b) (30oC, 4 jam) Replikasi 2
9. Ekstrak Kondisi (b) (30oC, 4 jam) Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
10. Ekstrak Kondisi (ab) (60oC, 4 jam) Replikasi 1
11. Ekstrak Kondisi (ab) ( 60oC, 4 jam) Replikasi 2
12. Ekstrak Kondisi (ab) (60oC, 4 jam) Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 17. Dokumentasi 1. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa
(L.) Lamk)
2. Sistem Digesti
3. Penyaringan dengan vaccum 4. Defatisasi
5. Serbuk Simplisia 6. Ekstrak Cair
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
7. Pengeringan Ekstrak dengan Waterbath
8. Ekstrak Kering
9. Instrumen KLT-Densitometri
10. Sampel yang Siap Ditotol 11. Sistem KLT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
12. Hasil Elusi Sebelum Derivatisasi 13. Plat yang telah disemprot Reagen Pendeteksi, diamati di bawah UV 254 nm
14. Hasil Derivatisasi pada Sampel Penetapan Kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul Optimasi Suhu dan Waktu Ekstraksi Dalam Proses Digesti Herba Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) Dengan Aplikasi Desain Faktorial ini bernama lengkap Lilia Cresensia Yuniarty Rogan. Penulis dilalahirkan di Kupang pada tanggal 6 Juni 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Robertus Rogan dan Eleonora Iswantinah. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah menyelesaikan pendidikannya di SDK St. Yoseph 2 Kupang (1997-2003), di SMPK St. Theresia Kupang (2003-2006), dan di SMAK
Giovanni Kupang (2006-2008). Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2008. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, antara lain Kampanye Informasi Obat 2008 (peserta), Kampanye Informasi Obat 2009 (Sie Humas), Pengobatan Gratis 2010 (Sekretaris). Di bidang akademik, penulis pernah melakukan magang penelitian di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun akademik 2010/2011, menjadi asisten dosen praktikum Kimia Dasar (2009 dan 2010), asisten dosen praktikum Spektroskopi (2010), asisten dosen praktikum Farmasi Fisika (2011), dan asisten dosen praktikum FTS Semi Solid Liquid (2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related