plasenta previa-lapsus
Post on 28-Dec-2015
39 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SMF/Lab Obstetri dan GinekologiFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman
KUMPULAN TUGAS-TUGAS OBGYN
Disusun Oleh
Saniyata Lawrensia Zahra
NIM : 0808015059
Pembimbing
dr. H. Handy Wiradharma, Sp.OG
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik PadaSMF/Laboratorium Obstetri dan Ginekologi
Fakultas KedokteranUniversitas Mulawarman
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perdarahan dalam obstetri masih menjadi pemeran penting sebagai
penyebab utama kematian maternal. Dari laporan penelitian di Inggris maupun
laporan dari Amerika, menyatakan bahwa perdarahan obstetri merupakan
penyebab utama kematian maternal (1).
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas
teoritis kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu. Oleh
karena itu, perdarahan antepartum merupakan terjadinya perdarahan dari jalan
lahir setelah usia kehamilan 22 minggu (1) (2).
Pada umumnya perdarahan antepartum terjadi setelah kehamilan 28
minggu, dimana perdarahan tersebut berbahaya karena banyaknya berasal dari
kelainan atau gangguan dari plasenta, serta kelainan yang bukan dari plasenta
seperti dari serviks namun relatif tidak berbahaya. Penyebab terseringnya adalah
solusio plasenta (19% ), plasenta previa (7%), serta plasenta akreta/inkreta dan
perkreta (6%) (1) (3).
Insiden perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
berkisar 1,7% sampai dengan 2,9% seperti yang dilaporkan oleh beberapa rumah
sakit umum pemerintah. Berbeda dengan negara maju yang insidensinya lebih
rendah, yaitu kurang dari 1% (1).
Kasus ibu hamil dengan plasenta previa lebih banyak terjadi pada paritas
tinggi daripada paritas rendah. Paritas lebih tinggi meningkatkan resiko kematian
maternal mencapai 0,9% (4).
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai plasenta
previa terkait alur penegakan diagnosis, komplikasi, beserta penatalaksanaannya.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu, 22 Februari
2014 pukul 16.30 wita di ruang nifas Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
Anamnesis:
Identitas pasien:
Nama : Ny. A
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Jakarta
Masuk RS (MRS) : Hari Kamis, 20 Februari 2014 jam 11.30 WITA
Identitas suami:
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Jakarta
Keluhan Utama:
Keluar darah dari jalan lahir sekitar 2 jam sebelum MRS.
2
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien telah dilakukan bedah sesar sekitar 2 hari lalu, sebelumnya pasien
dirujuk dari klinik Herawati ke RS AWS dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir disertai plasenta previa berdasarkan hasil USG. Pasien mengeluhkan adanya
keluar darah dari jalan lahir sekitar 2 jam sebelum MRS. Perdarahan yang terjadi
dari sedikit makin lama makin banyak. Riwayat HPHT pasien tanggal 8-7-2013.
Pasien tidak merasa ada keluarnya air dari jalan lahir, tidak ada nyeri pada perut
sebelum terjadi perdarahan. Nyeri perut baru dirasakan pasien setelah berada di
RS AWS. Riwayat perdarahan selama hamil tidak ada, riwayat trauma tidak ada.
Pada pasien akhirnya dilakukan bedah sesar di mana kondisi plasenta yang
menutupi jalan lahir dan kondisi janin yang gawat, sehingga harus di bedah sesar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat Haid:
- Menarche usia 13 tahun
- Lama haid + 7 hari
- Jumlah darah haid : 2x ganti pembalut per hari
Riwayat Perkawinan:
Perkawinan yang pertama, lama menikah 4 tahun, pertama kali menikah usia 26
tahun.
3
Riwayat Obstetrik:
No
Tahu
n
Partus
Tempat
Partus
Umur
kehamilan
Jenis
Persali
nan
Penolong
Persalina
n
Jenis
Kelamin
Anak/
BB
Keadaan
Anak
Sekarang
12014
Rumah
Sakit28 Minggu SC Dokter
Prematur
dalam
inkubator
Kontrasepsi:
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi jenis pil KB selama + 1 tahun.
Pemeriksaan Obstetri :
- Inspeksi : perdarahan pervaginam yang aktif
- Palpasi :
1. TFU : 24 cm
2. DJJ : 94x/menit
3. His : (+), 2x dalam 10 menit
4. Pemeriksaan Leopold :
I : bokong
II: punggung kanan
III: presentasi kepala
IV: belum masuk PAP
5. Vaginal toucher : tidak dilakukan
- Hasil USG : Plasenta di Segmen Bawah Rahim
Pemeriksaan fisik post operasi:
1. Berat badan : 45 kg, Tinggi badan : 149 cm
2. Keadaan Umum : Baik
4
3. Kesadaran : Composmentis, GCS:
E4V5M6
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
5. Status generalis:
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis (+/+), ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan: tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)
Pemeriksaan Tambahan :
Laboratorium Darah Lengkap
a. Leukosit : 10.600/mm3
b. Hb : 7,1 gr/dl
c. HCT : 20,4 %
d. Trombosit : 102.000 / mm3
e. BT : 3 menit
f. CT : 9 menit
g. Gula darah sewaktu (GDS): 111
Diagnosis Kerja:
5
P1A0 Post SC a/i HAP ec Plasenta Previa Totalis + Gawat Janin + Anemia
Penatalaksanaan
- Inj. Cefotaxime 2 x 1gr i.v
- Inj. Ketorolac 3 x 30mg i.v
- Inj. Kalnex 3 x 500mg i.v
- Drip Metergin 2 amp dalam RL 20 tpm
Follow up:
No Tanggal Follow up Lab
1 21 Februari
2014
S : perdarahan (+), ASI (-), BAK (+),
BAB (-)
O : abd soefl, nyeri tekan (+), bu (-),
TD = 120/80 mmHg, N= 78x/menit,
RR= 20x/menit
A : P1A0 post SC H-1 a/i plasenta
previa totalis + Gawat Janin + Anemia
P :
- Vemflon
- Inj. Cefotaxime 3x1gr i.v
- As. Mefenamat 3x500mg tab
- SF 3x1 tab
- Diet siang bubur
- Sore nasi
- Mobilisasi
- Aff DC
Hb : 7,7 gr/dl
tranfusi PRC 2 kolf
sampai Hb > 8 gr/dl
2 22 Februari
2014
S : perdarahan (+) sedikit, mobilisasi
(+), ASI (-), BAK (+), BAB (-)
O : abd soefl, nyeri tekan (+), bu (+)
kesan normal,
TD = 120/80 mmHg, N= 78x/menit,
RR= 20x/menit
P :
- Cek Hb post tranfusi
- Cefadroxyl 2x500mg tab
- SF 3x1tab
- As. Mefenamat 3x500mg tab
6
A : P1A0 post SC H-2 a/i plasenta
previa totalis + Gawat Janin + Anemia
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI) (1) (5).
Kata previa berasal dari prae (di depan) dan vias (jalan), sehingga plasenta
previa maksudnya adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir di mana
implantasinya abnormal menutupi atau sebagian jalan lahir (5).
3.2 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa (1) :
- Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
- Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
- Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya tepat berada pada
pinggir ostium uteri internum.
- Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah uterus tetapi tidak sampai menutupi ostium uteri internum.
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis
sebesar 40%, plasenta previa parsial 30%, dan plasenta previa marginalis dan
plasenta letak rendah sekitar 30% (4).
8
Gambar 3.1 Klasifikasi Plasenta Previa
3.3 Insiden
Plasenta previa banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia lebih dari 30 tahun. Pada kehamilan ganda insiden kejadian plasenta
previa lebih banyak dibanding kehamilan tunggal. Uterus yang cacat seperti bekas
SC atau kuret ikut mempertinggi angka kejadian (1)(2) (5).
Pada beberapa laporan Rumah Sakit Umum Pemerintah, insidensi plasenta
previa berkisar 1,7-2,9 %, berbeda dengan negara maju yang insidensinya kurang
dari 1% mungkin disebabkan kurangnya kehamilan paritas tinggi (1).
3.4 Etiologi
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui dengan jelas. Mungkin
secara kebetulan blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah uterus.
Teori lain mengemukakan bahwa salah satu penyebabnya bisa dikarenakan
vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, uterus cacat akibat dari bekas bedah sesar, kuret,
ataupun miomektomi berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dipandang sebagai faktor resiko terjadinya plasenta
previa (1) (5) (2).
3.5 Gambaran Klinik
Gambaran klinik pada plasenta previa adalah sebagai berikut (2) (5) :
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan
sebelumnya. Pada plasenta letak rendah, perdarahan dimulai saat mulai
persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak seperti solusio plasenta.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
9
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam
rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim
3.6 Diagnosis
Diagnosis pada penderita plasenta previa dapat dilakukan berdasarkan gambaran
klinik dengan cara (2) (3):
a. Anamnesis
- Gejala pertama, perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
- Sifat perdarahan yang berupa tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan plasenta.
b. Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c. Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang.
Pada penegakkan diagnosis dahulu untuk kepastian diagnosis pada kasus
plasenta previa ini dilakukan double set examination. Pasien disiapkan di kamar
bedah termasuk perlengkapan anestesia semua siap untuk tindakan bedah sesar.
10
Awalnya pasien diperiksa secara posisi litotomi di meja operasi kemudian
dilakukan vaginal toucher untuk mengetahui derajat atau klasifikasi plasenta.
3.7 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu :
- Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak
- Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
3.8 Penatalaksanaan
Langkah-langkah tatalaksana pada plasenta previa, sebagai berikut :
- Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal,
kehamilan masih dapat dipertahankan, karena perdarahan pertama umumnya
tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya. Pasien harus dirawat dengan
istirahat baring total di rumah sakit, dengan persiapan transfusi darah dan
operasi sewaktu-waktu. Tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah
dilakukan pemeriksaan dalam / vaginal touché, kemungkinan besar akan terjadi
perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi.
- Pilihan persalinan : tergantung dari letak / derajat plasenta previa, keadaan
umum ibu, keadaan janin. Pada plasenta previa totalis / parsialis, sebaiknya
dilakukan sectio cesarea. Pada perdarahan yang berat dengan keadaan ibu
dan/atau janin yang buruk, harus juga dilakukan sectio cesarea segera.
11
- Jika persalinan yang dipilih adalah per vaginam, misalnya pada kasus plasenta
previa marginalis atau plasenta letak rendah, dilakukan pemecahan selaput
ketuban (amniotomi). Diharapkan penurunan janin akan dapat menekan
plasenta dan menghentikan perdarahan. Tetapi penekanan terhadap plasenta
juga berarti supresi terhadap sirkulasi feto-maternal, yang jika berlangsung
lama dapat menyebabkan kematian janin. Tampaknya sectio cesarea tetap
menjadi alternatif terbaik. Persalinan per vaginam hanya dilakukan pada
keadaan di mana sectio cesarea tidak mungkin dilakukan, tetap dengan
pemahaman bahwa prognosis keselamatan janin pada persalinan per vaginam
adalah buruk.
3.9 Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan
transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir semua rumah sakit
kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik
yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya kelahiran
prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif
diberlakukan (1).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penegakkan Diagnosis
12
No Teori Fakta
1 Anamnesis :
- Perdarahan antepartum terjadi
pada masa setelah usia kehamilan
22 minggu, di mana pada
umumnya banyak terjadi di usia
kehamilan setelah 28 minggu.
- Perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa
secara khas tidak disertai dengan
rasa nyeri.
- Pada awal, perdarahan sedikit
sehingga tidak berakibat fatal,
namun perdarahan berikutnya
bisa lebih banyak dari
sebelumnya. Perdarahan pada
plasenta letak rendah terjadi pada
saat mau persalinan, dari sedikit
hingga banyak seperti solusio
plasenta.
- Faktor resiko plasenta previa
banyak terjadi pada ibu hamil
dengan riwayat paritas tinggi dan
usia lanjut sekitar lebih dari 30
tahun, uterus cacat bekas bedah
sesar, kuret, ataupun seperti
miomektomi
- Pasien tidak pernah mengalami
perdarahan sebelumnya selama hamil.
saat ini usia kehamilan pasien 28
minggu. Perdarahan terjadi begitu
saja saat pagi sekitar pukul 08.00.
tidak ada riwayat trauma atau kerja
berat.
- Saat perdarahan terjadi, pasien
tidak merasakan keluhan lain seperti
nyeri pada bagian perut. Selama
hamil, pasien tidak mengeluh adanya
nyeri perut.
- Pasien mengatakan saat
perdarahan terjadi, darah yang keluar
mengucur dari awalnya sedikit
semakin lama semakin banyak.
- Pasien berusia 30 tahun dengan
riwayat kehamilan yang pertama bagi
pasien. Pasien tidak pernah menjalani
kuret, pembedahan lain maupun yang
berkaitan dengan masalah bagian
kandungan.
2 Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan pada pasien dengan
plasenta previa sering didapatkan
usia janin belum aterm (cukup
bulan) disertai dengan TFU
- Usia kehamilan pasien baru 28
minggu dengan TFU 24 cmn.
- Pada janin pasien, tidak
mengalami kelainan letak janin,
13
(tinggi fundus uteri) yang masih
rendah.
- Akibat dari implantasi plasenta -
yang abnormal dapat
mempengaruhi letak janin dalam
kandungan. Di mana bisa terjadi
kelainan letak janin pada kondisi
plasenta previa.
- Pada janin dengan letak kepala
pada pemeriksaan Leopold,
belum turun masuk PAP.
- Vaginal toucher dilakukan untuk
mengetahui derajat atau
klasifikasi plasenta previa.
- Pemeriksaan USG dilakukan
untuk mengetahui letak plasenta.
Pemeriksaan USG tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan
rasa nyeri, sehingga tepat untuk
menentukan letak plasenta.
namun karena plasenta previa
totalis maka janin tidak bisa keluar
melalui jalan lahir.
- Pada pasien ini perdarahan
antepartum yang terjadi akibat
plasenta previa totalis diketahui
setelah dilakukan USG
sebelumnya di klinik sebelum
dirujuk.
4.2 Komplikasi
Teori Fakta
Komplikasi yang dapat terjadi akibat
plasenta previa :
- Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks
dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang
banyak
- Pada pasien terjadi perdarahan
terus-menerus, sehingga pasien dalam
kondisi anemis bila dicocokkan dengan
hasil lab darah dengan Hb 7,1 gr/dl.
Kondisi ini akan mempengaruhi janin,
karena dapat menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke
kandungan gawat janin.
14
- Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan
kematian
4.3 Penatalakasanaan
Teori Fakta
- Pasien dengan perdarahan pertama
dan usia kehamilan belum cukup
pasien tirah baring dan berikan
tranfusi darah.
- Pilihan persalinan tergantung dari
letak atau derajat dari plasenta previa.
Bagi plasenta previa totalis atau
marginalis, sectio caesar merupakan
pilihan terbaik.
- Pasien ini, telah dilakukan sectio
saecar. Jalan lahir terhalangi karena
plasenta previa totalis, serta kondisi
janin dalam keadaan gawat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pasien Ny. A usia 30 tahun datang atas rujukan dari Klinik Herawati di
mana terjadi perdarahan pada jalan lahir. Sebelum perdarahan terjadi, pasien tidak
15
ada riwayat trauma atau kerja berat, nyeri pada perut, ataupun keluar air dari jalan
lahir. Setelah di USG di Klinik Herawati, pada pasien didapat plasenta previa
totalis yang menutupi jalan lahir. Akibat dari plasenta previa kondisi janin pasien
mengalami gawat janin, sehingga pasien dirujuk ke RS AWS. Pasien dilakukan
tindakan bedah sesar. Pasien sempat mengalami anemia akibat perdarahan yang
terjadi, namun diatasi dengan tranfusi. Prognosis pasien ini adalah dubia et
bonam.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Chalik, TMA. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. [pengar.
buku] Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka, 2008.
2. dr. Handaya, dr. Noroyono Wibowo, Prof. dr. Gulardi H Wiknjosastro.
Perdarahan Masa Kehamilan. Catatan Kuliah Obstetri Ginekologi Fakultlas
Kedokteran Universitas Indonesia. Oktober 2009.
3. Abnormalities of Placental Implantation. [pengar. buku] Roger P. Smith.
Netter's Obstetric and Gynecology Second Edition. Philadelphia : Elsevier, 2008.
4. Wali, Ashutosh, Suresh, Maya S dan Gregg, Anthony R. Antepartum
Hemorrhage. [penyunt.] Sanjay Datta. Anesthetic and Obstetric Management of
High-Risk Pregnancy. Third Edition. New York : Springer-Verlag New York Inc,
2004.
5. Hanafiah, T.M. Plasenta Previa. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara. s.l. :
library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf, 2004.
17
top related