(pnpm-mp) dalam meningkatkan pendapatan
Post on 31-Dec-2016
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PERDESAAN
(PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH
DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh:
RINA ANJARWATI
X7406082
PENDIDIKAN TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERDESAAN
(PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH
DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2009
Oleh:
RINA ANJARWATI
X7406082
PENDIDIKAN TATA NIAGA
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pedidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Harini, M.Pd NIP. 195805241983 032.001
Pembimbing II
Jonet Arianto,SE,MM NIP. 19750728 2005 01.1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Sudarno, S.Pd, M.Pd
Sekretaris : Drs. Soemarsono, M.Pd
Anggota I : Dra. Harini, M.Pd
Anggota II : Jonet Ariyanto, SE, MM
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987 021.001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Rina Anjarwati. IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2009, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Prosedur pemberian
kredit PNPM-MP. (2) Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah
dalam proses pemberian kredit PNPM-MP. (3) Kendala yang dihadapi Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) dalam proses penarikan kredit PNPM-MP. (4) Upaya
yang dilakukan pedagang dan pengelola UPK dalam mengatasi kendala tersebut.
(5) Pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat bantuan
kredit PNPM-MP.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi
tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan serta
dokumen. Teknik sampling yang dipergunakan adalah purposive sampling dan
snowball sampling. Dalam mengumpulkan data menggunakan wawancara dan
dokumentasi. Untuk keabsahan data teknik yang digunakan adalah triangulasi
sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model
interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Prosedur
pemberian kredit PNPM-MP meliputi pengajuan proposal dana pinjaman disertai
nama setiap anggota, jenis usaha mereka, besar jumlah dana yang dipinjam, dan
dilampiri foto copy KTP setiap anggota yang masih aktif. Sedangkan persyaratan
yang harus dipenuhi agar dapat meminjam dana yaitu setiap anggota mempunyai
kelompok dan mempunyai usaha yang produktif. Setelah itu Tim Verifikasi dari
kecamatan mengadakan studi kelayakan untuk menentukan layak atau tidaknya
pedagang mendapat bantuan kredit. Jika dikatakan layak maka dana yang diajukan
dapat cair dan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan sesuai dengan tanggal
kesepakatan. 2) Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
proses pelunasan kredit PNPM Mandiri Perdesaan adalah kesulitan mengangsur
pinjaman, hal ini disebabkan menurunnya usaha yang mereka jalankan 3) Kendala
yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam penarikan kredit PNPM
Mandiri Perdesaan sebenarnya tidak ada. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama
yang baik antara pihak UPK, tim pengelola kegiatan (TPK) serta para pedagang
golongan ekonomi lemah terjadi kendala apabila mengalami kredit macet. 4)
Upaya yang dilakukan pedagang untuk menghadapi kendala tersebut adalah
kelompok pengguna jauh-jauh hari sebelum tanggal pengembalian angsuran
berusaha mengumpulkan uang tersebut dari hasil keuntungan yang diperoleh
setiap berdagang. 5) Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa program ini telah
mampu memberikan sumbangan terhadap perbaikan ekonomi pedagang golongan
ekonomi lemah walaupun sepenuhnya belum mencapai target. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan jumlah dana yang dipinjam dan usaha mereka
bertambah besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Rina Anjarwati. IMPLEMENTATION OF LENDING PROGRAM-INDEPENDENT NATIONAL RURAL COMMUNITY EMPOWERMENT (PNPM-MP) INCREASE IN REVENUE TRADERS GROUP IN WEAK ECONOMIC SUB Bringin NGAWI DISTRICT IN 2009, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education faculty of Surakarta 11 Maret, January 2011.
The purpose of this study was to determine (1) lending procedures
PNPM-MP. (2) obstacles faced by traders of the economically weak in the
lending process PNPM-MP. (3) Obstacles faced Activity Management Unit
(DMU) in the process of withdrawal of credits PNPM-MP. (4) The efforts of
merchants and UPK managers in overcoming these obstacles. (5) Revenue traders
economically weak after obtaining credit assistance PNPM-MP.
This study used a qualitative descriptive method with a single fixed
strategy. Source data used consisted of informants, research sites and documents.
The sampling technique used was purposive sampling. In collecting data using
interviews, observation and documentation. For the validity of data triangulation
technique used was the source. The data analysis technique used is an interactive
model analysis techniques.
Based on the results of this study concluded that 1) The procedures for granting
credit PNPM-MP include the submission of a loan proposal along with the name
of each member, their businesses, a large amount of funds borrowed, and
enclosing a copy of ID card of each member who is still active. While the
requirements that must be met in order to borrow the funds which each member
has a group and have a productive business. After this verification team from the
district conducted a feasibility study to determine whether or not merchants get
credit assistance. If is feasible, the funds proposed to liquid and installment
payments made each month according to the date of the agreement. 2)
Constraints faced by traders of the economically weak in the process of loan
repayment PNPM Rural is the difficulty repay the loan, this is due to declining
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
business that they run 3) obstacle faced by the Activity Management Unit (DMU)
in PNPM Rural credit withdrawal does not exist. This was due to good
cooperation between the UPK, team management activities (TPK) and the
merchants of the economically weak constraints occur when having bad credit. 4)
The efforts of traders to deal with these constraints are groups of users well in
advance before the date of repayment installments are trying to collect money
from the profits obtained by each trade. 5) From the research results can be seen
that this program has been able to contribute towards economic recovery despite
weak economic traders fully achieve the target. It can be seen with an increase in
the amount of funds borrowed and grow their businesses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
HR Ahmad Bin Tabrani
Selamat datang kepada penuntut ilmu
Sesungguhnya penuntut ilmu dikitari malaikat dengan sayapnya
Kemudian sebagian mereka menaiki yang lainnya
Hingga mencapai langit dunia
Karena kecintaan mereka kepada apa yang ia tahu
Ahmad Bin Ismail
Buku adalah teman yang tidak mendahuluimu. Teman yang tidak memanggilmu
ketika kamu bekerja. Teman bicara yang tidak memaksamu berdandan ketika
menghadapinya. Teman hidup yang tidak menyanjungmu. Kawan yang tidak
membosankan. Penasehat yang tidak mencari-cari kesalahan.
Q.S. Al Insyiroh : 6-7
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Kusuntingkan skripsi ini untuk:
- Almarhum ayah dan ibuku atas do’a, kasih sayang dan perjuangannya
demi masa depanku.
- Saudara sekandungku Kiki Trismawati yang selalu mewarnai hidupku
- Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
menginspirasiku menyusun skripsi ini ( Niken, Nining, Mbak Yati, Mbak
Nana’, Fahim, Rika, Hani’, Ellin, Yuana, dll )
- Teman-teman PTN angkatan’06 yang telah memberikan semangat dan
saran dalam menyusun skripsi ini
- FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
saran-saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, yang semuanya dapat
memberikan kemudahan dan menunjang dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan skripsi;
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
3. Drs. Sutaryadi, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
4. Dra. Harini, M.Pd., pembimbing I dan Jonet Aryanto N, S.E, M.M., selaku
Pembimbing II yang memberikan banyak arahan dan bimbingan serta
petunjuk yang berharga kepada penulis dalam menyusun skripsi;
5. Prof. Dr. Soetarno, M.Pd., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Pendidikan Tata Niaga
FKIP UNS;
6. Sudarno, S.Pd, M.Pd., Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
7. Bapak/Ibu dosen Khususnya BKK Pendidikan Tata Niaga yang telah
memberi banyak ilmu kepada penulis selama dibangku kuliah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8. Teman-teman seperjuangan PTN 2006, yang memberikan dukungan kepada
penulis;
9. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat
berguna dalam penulisan skripsi ini;
10. Ali Mustofa, S.Kom, selaku ketua UPK Kecamatan Bringin beserta stafnya
yang telah berkenan memberikan ijin penelitian;
11. Tim pengelola UPK bapak Arif dan bapak Didik yang telah banyak
membantu penulis dalam mengumpulkan data dan memberi informasi
sebanyak mungkin mengenai kredit PNPM-MP;
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN .......................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 7
1. Tinjauan tentang Kredit .................................................................... 7
2. Tinjauan tentang PNPM-MP ............................................................. 16
3. Tinjauan tentang Pedagang ............................................................... 33
4. Tinjauan tentang Pendapatan ............................................................ 35
5. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 37
B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 42
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................... 42
C. Sumber Data ........................................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
D. Teknik Sampling (Cuplikan) .................................................................. 46
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 47
F. Validitas Data ......................................................................................... 50
G. Analisis Data .......................................................................................... 51
H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 56
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 56
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 60
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Teori .................................. 72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 77
A. Simpulan ............................................................................................... 77
B. Implikasi ................................................................................................ 80
C. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN ................................................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Bringin ………............……….... 57
2. Sarana Perekonomian di Kecamatan Bringin ……………………............... 58
3. Jumlah Kelompok Penerima Bantuan Kredit untuk SPP …………...……... 59
4. Peningkatan Modal Pedagang Setelah Menerima Kredit ………………… 70
5. Peningkatan Pendapatan Pedagang Setelah Menerima Kredit ……............. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK ………………...... 22
2. Struktur Organisasi PNPM Mandiri …………………… ………............... 32
3. Struktur Kelembagaan Tingkat Kecamatan…………………….................. 33
4. Kerangka Berfikir ………………………………………………............... 41
5. Model Analisis Interaktif ………………………………………………..... 54
6. Prosedur Penelitian ………………………………………………. ………. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Jadual Penelitian …………………………………………………............... 87
2. Daftar Pedoman Wawancara ……………………………………………… 88
3. Daftar Informan …………………………………………………………… 90
4. Daftar Field note …………………………………………………………... 93
5. Validitas Data ……………………………………………………………... 132
6. Contoh Proposal pengajuan dana dan Berita Acara ………………………. 146
7 Permohonan Ijin Penelitian ……………………………………………….. 173
8 Dokumentasi ………………………………………………………………. 177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah
satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai
kesejahteraan. Sedemikian pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam
pembuatan kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat
mempengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Salah
satu masalah yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dewasa ini adalah
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga
pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan
antar wilayah. Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya
kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk
menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
berdimensi pemberdayaan.
Pembangunan perdesaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yaitu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur baik material maupun spiritual yang mencakup seluruh strata masyarakat
perdesaan. Penduduk di daerah perdesaan mempunyai mata pencaharian sebagai
petani pada umumnya. Petani mempunyai sikap hidup dan ciri khas, sitem kerja
tetap dan terus menerus merupakan kegiatan rutinitas petani.
Masyarakat perdesaan sebagai komunitas kehidupan warga tergantung
dan dipengaruhi sektor pertanian. Pola kehidupan masyarakat masih sederhana
dengan karakteristik kehidupan homogen serta budaya dan tradisinya mengacu
pada orientasi masa lalu. Masyarakat perdesaan yang terdapat di berbagai wilayah
Indonesia terutama pada waktu dulu pola agraris tradisional mendominasi aspek
kehidupan masyarakat. Pertanian merupakan suatu mata pencaharian di
masyarakat perdesaan. Pendapatan dari sektor pertanian rendah dan jumlahnya
tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pola penerimaan dan
pengeluaran masyarakat perdesaan yang bersifat musiman dan sangat tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pada alam menyebabkan mereka mencari biaya diluar sektor pertanian. Berbeda
dengan dulu, sekarang ini pertanian di Indonesia semakin menurun. Biaya
produksi yang dikeluarkan oleh para petani lebih banyak terbukti dengan harga
pupuk yang semakin mahal dan pengairan yang sulit, sehingga tidak sebanding
dengan hasil yang mereka peroleh. Harga hasil pertanian semakin tidak menentu
sehingga berdampak bagi perekonomian para petani Indonesia.
Sekarang ini banyak petani yang tidak hanya bekerja di sawah saja,
mereka berusaha untuk mendapatkan uang tambahan, salah satunya dengan
berdagang. Di daerah perdesaan kebanyakan yang membuka usaha berdagang
adalah para ibu rumah tangga. Berbagai macam jenis yang mereka jual, ada yang
berjualan sayur-mayur keliling desa, makanan kecil, toko yang menjual kebutuhan
sehari-hari, bahkan ada yang menjual palawija di pasar.
Modal merupakan unsur yang sangat penting bagi masyarakat dalam
melakukan suatu usaha untuk berdagang, tetapi pada umumnya pada masyarakat
perdesaan mempunyai kesulitan dalam kelemahan modal. Adanya kekurangan
modal ini membuat ruang gerak aktivitas masyarakat perdesaan khususnya para
pedagang golongan ekonomi lemah menjadi terbatas. Padahal modal merupakan
unsur yang essensial dalam mendukung peningkatan taraf hidup yang lebih baik.
Kebutuhan kredit modal bagi para petani perdesaan yang berdagang
sebagian besar termasuk masyarakat golongan lemah sangat penting untuk
membuka usaha. Namun para pedagang golongan ekonomi lemah ini sulit untuk
memperoleh kredit terutama ketika mengajukan permohonan kredit di bank yang
berskala besar dan umum. Bank yang berskala besar dan umum mempunyai
prosedur perkreditan yang rumit yang mengharuskan debitur untuk memberikan
jaminan. Padahal para pedagang golongan ekonomi lemah pada umumnya tidak
memiliki barang yang cukup berharga yang dapat dijadikan jaminan kredit. Ada
juga pihak yang dapat memberikan kredit kepada mereka yaitu renternir.
Renternir memberikan kredit tanpa jaminan dan prosesnya cepat. Setiap hari para
pedagang tersebut bisa mengangsur semampu mereka tanpa harus dibatasi berapa
jumlah yang harus mereka angsur. Namun tanpa mereka sadari justru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengembalian beserta bunganya sangat tinggi. Untuk itu pemerintah harus campur
tangan membantu mereka dalam memecahkan masalah tersebut.
Sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri N0. 414.2/842/PMD tahun
2002 perihal program pemberdayaan masyarakat dengan transparasi dan
akuntabilitas publik, Pemerintah membentuk Program Pengembangan Kecamatan
yang berupaya menanggulangi kemiskinan. Fase pertama PPK (PPK I) dimulai
pada 1998/1999 sampai 2002, fase kedua (PPK II) dimulai pada tahun 2003 dan
berlangsung hingga 2006, sedangkan fase ketiga (PPK III) telah dimulai pada
awal tahun 2006.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM
Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah
khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu
program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di
wilayah perdesaan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan
pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini
dinilai berhasil.
Adanya PNPM Mandiri Perdesaan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi para pedagang yang kesulitan modal. PNPM Mandiri Perdesaan
memberikan bantuan kredit dengan prosedur yang mudah sehingga diharapkan
mereka dapat memperluas dan meningkatkan usahanya agar memperoleh
peningkatan pendapatan. Tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di
perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
Keberadaan PNPM Mandiri Perdesaan di lingkup Kecamatan khususnya
di Kecamatan Bringin diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pedagang
golongan ekonomi lemah dalam usahanya mengatasi kesulitan permodalan dan
upaya meningkatkan pendapatan dengan memberikan kemudahan-kemudahan
untuk mendapatkan modal usaha dalam bentuk kredit, sehingga diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.
Pemerintah berharap dengan adanya PNPM Mandiri Perdesaan ini masyarakat
pedagang golongan ekonomi lemah mampu meningkatkan taraf hidup mereka,
sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup yang
lebih baik.
Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian ini dijumpai
dalam penelitian Shofia Arini tahun 2008 tentang Implementasi Pemberian Kredit
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dalam Meningkatkan Pendapatan
Pedagang Golongan Ekonomi Lemah di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. Hasil penelitiannya dalam prosedur pemberian kredit sebagian besar
masyarakat perdesaan sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, jika
ada yang belum memenuhi persyaratan itu dikarenakan belum mengumpulkan
KTP. Kredit PPK tersebut digunakan oleh pedagang untuk menambah modal
usaha mereka, sehingga setelah mendapat bantuan kredit PPK ini banyak
pendapatan pedagang yang meningkat serta jumlah barang dagangan bertambah.
Persentase peningkatan pendapatan mulai dari 25%-100%. Hambatan yang
dihadapi pedagang dalam proses pemberian kredit PPK yaitu dalam proposal
misalnya ada KTP yang sudah tidak berlaku dicantumkan dalam proposal dan
setelah diadakan verifikasi ke lapangan besarnya kredit yang diajukan dalam surat
perjanjian tidak sesuai dengan usaha yang dijalankan pedagang, sehingga ada
perbaikan proposal. Selain itu ada juga pedagang yang merasa kecewa karena
jumlah kredit yang cair tidak sesuai dengan jumlah pengajuan kredit. Upaya yang
dilakukan UPK untuk mengatasi masalah tersebut yaitu pihak UPK berjanji jika
nanti dalam pelunasan tidak ada yang terlambat maka untuk pengajuan kredit
berikutnya akan sesuai dengan permohonan kredit. Dari hasil penelitian ini maka
penulis tertarik mengadakan penelitian di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi
yang sudah melaksanakan program PNPM-MP di 10 Kelurahan.
Dengan melihat latar belakang yang ada serta penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul
”IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERDESAAN (PNPM-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG
GOLONGAN EKONOMI LEMAH DI KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN NGAWI TAHUN 2009 ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemberian kredit PNPM-MP dalam meningkatkan
pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin
Kabupaten Ngawi tahun 2009 ?
2. Apakah kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam
proses pemberian kredit PNPM-MP ?
3. Apakah kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam proses
penarikan kredit PNPM-MP ?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala yang dihadapi
oleh pedagang dan pengelola UPK?
5. Bagaimana pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat
bantuan kredit PNPM-MP ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit PNPM-MP dalam
meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan
Bringin Kabupaten Ngawi.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi
lemah dalam proses pemberian kredit PNPM-MP.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
dalam proses penarikan kredit PNPM-MP.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala yang
dihadapi oleh pedagang dan pengelola UPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
5. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pedagang golongan ekonomi
lemah setelah mendapat bantuan kredit PNPM-MP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat teoritis
yaitu untuk mengembangkan ilmu yang terdapat dalam bentuk manfaat praktis
yang dalam bentuk manfaat praktis menyangkut pemecahan masalah-masalah
yang aktual. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
memperdalam mata kuliah manajemen perbankan.
b. Memperkaya khasanah penelitian dan memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya tentang perkreditan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai studi untuk mengkaji dan merealisasikan teori yang
telah diperoleh selama ini dengan fakta yang terjadi di masyarakat.
b. Bagi Pengelola UPK
Memberi informasi kepada pengelola PNPM-MP mengenai kondisi
pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat bantuan kredit.
c. Bagi Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
Dapat memberi masukan bagi para pedagang golongan ekonomi lemah akan
pentingnya memanfaatkan kredit PNPM-MP dalam rangka meningkatkan
pendapatan yang akan berdampak pada kondisi kesejahteraan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Agar penelitian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan landasan
teori bagi jalannya penelitian. Teori digunakan sebagai dasar pijakan dalam
penelitian sehingga tidak melenceng dari rumusan masalah atau tujuan penelitian.
1. Tinjauan tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Istilah kredit sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat, karena banyak orang melakukan transaksi jual beli melalui kredit
selain tunai. Kata Credit berasal dari perkataan lain credo, yang berarti I Belive, I
Trust, saya percaya atau saya memenuhi kepercayaan. Perkataan credo berasal
dari kombinasi perkataan sansekerta cred yang berarti kepercayaan (trust) dan
perkataan latin do, yang berarti saya menaruh. Sesudah kombinasi tersebut
menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi
credere dan creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Maka terkandung
pengertian bahwa lembaga keuangan pemberi kredit selaku kreditur percaya
meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah selaku debitur, karena debitur dapat
dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka
waktu yang telah ditentukan.
Menurut Raymond P. Kent, yang dikutip oleh Thomas Suyatno, H.A
Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yuniarti Ananda, Djuhaepah T. Marala (2003:12)
mengatakan bahwa “kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau
kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu
yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang”. Lebih lanjut
dalam UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dikutip Kasmir (2002: 73)
mengartikan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan kredit itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Definisi lain tentang kredit menurut Veithzal Rifai & Adrian Permata
(2006: 4) mengatakan bahwa “Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang
dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua
belah pihak”.
Secara umum kredit adalah pinjaman yang diberikan kreditur kepada
debitur untuk meningkatkan usahanya, untuk mencapai keuntungan yang dicita-
citakan. Dalam prakteknya pemberian kredit adalah pemberian pinjaman oleh
kreditur kepada debitur untuk membiayai kegiatan usahanya, dalam jumlah
tertentu, dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama, dengan ketentuan-
ketentuan yang disetujui bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit
yang berisi antara lain kesediaan debitur untuk membayar kembali termasuk
beban bunga yang harus dibayar.
b. Unsur-unsur Kredit
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian
kredit adalah pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa prestasi yang diberikan
benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan
waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Secara garis besar unsur-
unsur kredit menurut Thomas Suyatno, et al (2003: 14) adalah sebagai berikut :
1) Kepercayaan
Suatu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik
dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali
dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2) Waktu
Suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi
yang akan diterima pada masa akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Degree of risk (tingkat risiko)
Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka
waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi
yang akan diterima kemudian hari.
4) Prestasi
Yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau
uang. Dalam perkembangan perkreditan dalam modern ini maka yang
dimaksudkan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.
Unsur-unsur kredit yang terdiri dari kepercayaan, waktu, degree of risk
(tingkat risiko), dan prestasi harus benar-benar dipahami oleh pihak pemberi
kredit dan peminjam kredit. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi
adanya kesepakatan terjadinya perjanjian kredit diantara dua belah pihak.
c. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan
sesuai dengan prinsip ekonomi yang berarti pengorbanan yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh manfaat (keuntungan) yang sebesar-besarnya. Lembaga
pemberi kredit dalam hal ini akan memberikan kredit jika ia benar-benar merasa
yakin bahwa nasabah yang akan menerima itu mampu dan mau mengembalikan
kredit yang telah diterimanya. Sehingga dapat disimpulkan unsur keamanan
(safety) dan sekaligus unsur keuntungan (profitability) dari suatu unsur kredit
yang saling berkaitan.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak
dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya
tujuan pemberian kredit seperti yang diungkapkan oleh Kasmir (2002:105) adalah
sebagai berikut :
1) Mencari keuntungan
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh
kreditur sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan oleh
nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Membantu usaha nasabah
Bantuan ini berupa dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan
dan memperluas usahanya.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai
sektor, terutama sektor riil.
Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan seperti
yang diungkapkan Thomas Suyatno et al (2003: 16) yaitu :
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang
Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, para pemilik uang/modal
dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang
memerlukan. Kedua, dengan cara dapat menyimpan uangnya pada lembaga-
lembaga keuangan. Oleh bank uang tesebut dapat disalurkan kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit untuk usaha sehingga uang tersebut lebih
bermanfaat.
2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel, sehingga dengan
pembayaran tersebut maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.
Disamping itu, kredit yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan
peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.
3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran uang
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku
menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada
usaha-usaha antara lain : pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha
Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut, sehingga
para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya
dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek
baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek
tersebut. Dengan demikian terserapnya tenaga kerja tersebut maka akan terjadi
pula pemerataan pendapatan.
7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit kepada perusahaan-perusahaan di
dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat
hubungan ekonomi antar negara yang besangkutan tetapi juga dapat
meningkatkan hubungan internasional.
Pada umumnya tujuan kredit adalah mencari keuntungan. Keuntungan
dalam pemberian kredit dapat dirasakan oleh beberapa pihak, yaitu lembaga
pemberi kredit, nasabah dan pemerintah. Begitu juga dengan fungsi kredit yang
manfaatnya dapat dirasakan oleh ketiga pihak tersebut.
d. Jenis-jenis Kredit
Beragam jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.
Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam.
Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat
dari berbagai sudut, seperti yang diungkapkan oleh Thomas Suyatno et al (2003)
adalah sebagai berikut :
1) Kredit dilihat dari sudut tujuannya
a) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperlancar jalannya proses konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperlancar jalannya proses produksi.
c) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
membeli barang-barang untuk dijual lagi.
2) Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya
a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1
tahun. Dalam kredit jangka pendek juga termasuk kredit untuk tanaman
musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.
b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1
sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman sebagaimana
tersebut diatas.
c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3
tahun.
3) Kredit dilihat dari sudut jaminannya
a) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan karena keyakinan bank
atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan.
b) Kredit dengan agunan, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada
debitur dengan agunan bak barang tetap maupun barang tidak tetap.
4) Kredit dilihat dari sudut penggunaannya
a) Kredit Eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan
oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancar.
b) Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang
diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi
atau penanaman modal.
Peminjam dana kredit mempunyai usaha yang berbeda-beda, sehingga
dalam mengajukan permohonan kredit harus disesuaikan dengan jenis kreditnya.
Jenis kredit tergantung dari kemampuan dari pihak peminjam kredit sesuai dengan
usaha mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
e. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Pada dasarnya pihak kreditur khususnya lembaga pemberi kredit pelu
keyakinan akan kemampuan debitur untuk mengembalikan pinjaman serta bunga
sesuai waktu yang telah disepakati. Oleh karena itu untuk memperkecil resiko
dalam memberikan kredit pihak pemberi uang (kreditur) harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik dan kemampuan
membayar seorang debitur untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya.
Maka biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank
untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan
dengan analisis 6C menurut Veithzal Rifai & Adrian Permata (2006) adalah
sebagai berikut :
1) Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian watak sangat berguna
untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk
memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
2) Capital
Capital adalah jumlah dana /modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat
kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai
seluruh modal yang diperlukan.
3) Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Penilaian ini bermanfaat
untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk
mengembalikan hutangnya secara tepat waktu.
4) Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap kredit yang diterimanya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sejauh
mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5) Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi,
budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang
kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.
6) Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu
bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
Prisip-prinsip kredit yang terdiri dari character, capital, capacity,
collateral, condition of economy, dan constraint, semuanya harus dipenuhi oleh
nasabah. Karena jika salah satu unsur tersebut tidak dapat dipenuhi oleh nasabah
maka lembaga pemberi kredit tidak akan memberikan dana pinjaman kredit
kepada nasabah.
f. Prosedur Umum Kredit
Untuk memperoleh kredit, seorang nasabah (debitur) harus melalui
prosedur pemberian kredit, begitu juga bagi kreditur harus melalui prosedur-
prosedur tertentu untuk dapat memberikan kredit. Menurut Thomas Suyatno et al
(2003) menyatakan bahwa prosedur pemberian kredit meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1) Permohonan Kredit
Permohonan kredit meliputi :
1) Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit.
2) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
3) Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah
berakhir jangka waktunya.
4) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas
kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan,
perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
2) Penyidikan dan Analisis Kredit
Penyidikan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pemohon
kredit atau debitur, kemudian mengumpulkan data yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern maupun data
ekstern. Penyidik juga harus memeriksa kebenaran dan kewajiban mengenai
hal-hal yang dikemukakan debitur dan informasi lainnya. Setelah selesai
malakukan penyidikan, penyidik harus membuat laporan hasil penyidikan.
3) Keputusan atas Permohonan Kredit
Setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil
keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan
fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan
kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada
dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit.
Bahan pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat
pengambil keputusan, harus dibutuhkan secara tertulis.
4) Penolakan Permohonan Kredit
Dalam pengajuan sebuah permohonan kredit oleh calon nasabah kepada
lembaga pemberi kredit, ada kemungkinan ditolak. Penolakan permohonan
kredit dilakukan oleh bagian kredit dengan pertimbangan-pertimbangan yang
matang. Penolakan permohonan kredit dapat dilakukan apabila permohonan
kredit dianggap tidak memenuhi syarat. Surat penolakan harus disampaikan
secara tertulis kepada pemohon kredit dan harus disertai dengan alasan serta
dibuat minimal tiga rangkap.
5) Persetujuan Permohonan Kredit
Apabila pemohon kredit telah mampu memenuhi persyaratan yang telah
diajukan oleh kreditur, maka debitur dapat memberikan persetujuan
permohonan kredit.
6) Pencairan Fasilitas Kredit
Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit
yang telah disetujui oleh lembaga pemberi kredit. Dalam prakteknya,
pencairan kredit ini berupa pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban
rekening pinjaman atau fasilitas lainnya. Dalam melakukan pencairan kredit
oleh nasabah, kreditur hanya akan menyetujui pencairan kredit apabila syarat-
syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
7) Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap
lembaga pemberi kredit yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit.
Proses pemberian kredit harus melalui tahap demi tahap dalam prosedur
pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak kreditur. Jika pada salah satu tahap
tersebut nasabah dianggap tidak memenuhi syarat dalam meminjam kredit, maka
nasabah dinyatakan tidak layak untuk memperoleh dana pinjaman kredit.
2.Tinjauan tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri Perdesaan
a. Pengertian PNPM Mandiri Perdesaan
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat terdiri dari
empat program pemberdayaan masyarakat yang berbasis kewilayahan, yaitu
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang sekarang menjadi PNPM
Mandiri Perdesaan, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP),
Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM-MP) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan
masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah
perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan
kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM
Mandiri Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan
telah dilakukan sejak tahun 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan
(PPK).
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah pembinaan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan,
serta swadaya masyarakat.
b. Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan
Adapun visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP,
2008: 1) adalah sebagai berikut :
1) Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di
lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya,
serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan.
2) Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah peningkatan kapasitas masyarakat
dan lembaganya, pelembagaan sistem pembangunan partisipatif,
pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan
kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat dan
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM
Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai
pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan berkelanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
c. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan
Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008: 1-2) adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Tujuan Umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di
perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan
dan pengelolaan pembangunan.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.
b) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal.
c) Mengembangkan kapasitas pemerintah desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif.
d) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat.
e) Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
f) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerja sama antar desa.
g) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
Keseluruhan tujuan baik umum maupun khusus dari PNPM Mandiri
Perdesaan semuanya memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat
perdesaan. Sehingga diharapkan tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan ini dapat
tercapai.
d. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan
Adapun prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP,
2008:2-3) meliputi :
1) Bertumpu pada pembangunan manusia
Masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung
terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik
semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Otonomi
Masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri
dan bertanggung jawab, tanpa intervensi dari luar.
3) Desentralisasi
Memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola
kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.
4) Berorientasi pada masyarakat miskin
Segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.
5) Partisipasi
Masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program
dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan
tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil.
6) Kesetaraan dan Keadilan gender
Masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam
perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat
kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran
kedudukan pada saat situasi konflik.
7) Demokratis
Masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan
mufakat.
8) Transparasi dan Akuntabel
Masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses
pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral,
teknis, legal, maupun administratif.
9) Prioritas
Masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan
mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan
kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
10) Keberlanjutan
Setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan
harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.
Prinsip dasar PNPM Mandiri Perdesaan atau nilai-nilai dasar selalu
menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan.
e. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008: 3) adalah :
1) Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan
perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan
bermasalah dalam PPK/PNPM Mandiri Perdesaan.
2) Kelompok Sasaran
a) Masyarakat miskin di perdesaan,
b) Kelembagaan masyarakat di perdesaan,
c) Kelembagaan pemerintah lokal.
Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan pada dasarnya ditujukan kepada
keseluruhan yang berada di tingkat kecamatan baik dari kelembagaan dan
masyarakat miskin di perdesaan yang memberikan keuntungan bagi mereka.
f. Pendanaan
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat
bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan
didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki
oleh Pemerintah Pusat dan Daerah (TK PNPM MP, 2008: 3) :
1) Sumber dan ketentuan alokasi dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan
Sumber dana berasal dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c) Swadaya masyarakat
d) Partisipasi dunia usaha
2) Kriteria alokasi
Alokasi dana BLM per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah dengan
mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang
miskin.
3) Mekanisme pencairan dana
Mekanisme pencairan dana BLM dari kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KKPN) atau kas Daerah ke rekening kolektif bantuan PNPM
(BPNPM) yang dikelola oleh UPK diatur sebagai berikut:
a) Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Depkeu.
b) Pencairan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan
melalui mekanisme APBD sesuai aturan yang berlaku di daerah.
c) Pengajuan pencairan dana BLM ke KPPN diatur dalam peraturan
Dirjen PMD, Depdagri.
d) Penerbitan SPP (Simpan Pinjam Perempuan) harus dilampiri dengan
berita acara hasil pemeriksaan terhadap kesiapan lapangan yang
dilakukan fasilitator kecamatan.
e) Dana yang berasal dari APBD harus dicairkan terlebih dahulu ke
masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal
dari APBN.
f) Besaran dana BLM dari APBD yang dicairkan kemasyarakat harus
utuh tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Perintah Pengajuan SPM, pembayaran Tahapan Penyaluran Kredit Rekening Sesuai Kriteria SP2DLeb3 Kecamatan
Perintah
Pembayaran KABUPATEN
Kredit Rekening
KECAMATAN
Pengajuan SPP Tahapan Penyaluran perjanjian Sesuai Kriteria pendanaan Kecamatan, Lampiran: SPC, BAPDK, KW-1 Dan fotocopy rekening Pengajuan Kolektif BPNPM yang Pencairan Dana pencairan Diverifikasi oleh Sesuai Fasilitator Kabupaten Kebutuhan
DESA
Gambar 1. Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK (Sumber : TK PNPM MP (2008: 4))
Keterangan :
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KCBI : Kantor Cabang Bank Indonesia
BO KPPN : Badan Operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
MAD : Musyawarah Antar Desa
PjOK : Penanggung jawab Operasional Kegiatan
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
SPM : Surat Perintah Membayar
SP2DLb3 : Surat Perintah Pencairan Dana Lembar 3
KPA , Penerbit SPM
Bendahara
KPPN KCBI
BO KKPN
PPK/PjOK UPK/MAD
Kelompok Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Mekanisme penyaluran dana
Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif BLM
yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola
Kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut:
a) Pembuatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) antara UPK
dengan TPK.
b) TPK menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan
dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan (gambar
desain, RAB, dan lampirannya).
c) Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan
Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah.
5) Dana operasioanal UPK dan pelaksanaan di Desa
Kebutuhan biaya operasional kegiatan TPK/desa dan UPK bertumpu pada
swadaya masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut
diberikan bantuan stimulan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan. Dana
operasional UPK sebesar maksimal dua persen (2%) dari dana bantuan
PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan di Kecamatan tersebut. Dana
operasional TPK/desa maksimal tiga persen (3%) dari dana PNPM
Mandiri Perdesaan yang dialokasikan sesuai hasil Musyawarah Antar Desa
Penetapan Kegiatan menurut Surat Penetapan Camat (SPC)untuk desa
yang bersangkutan.
g. Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan
PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui tahapan-
tahapan kegiatan (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Perdesaan
diakses pada tanggal 9 Maret 2010) sebagai berikut :
1) Sosialisasi dan penyebaran informasi program
Baik secara langsung melalui forum-forum pertemuan maupun dengan
mengembangkan/ memanfaatkan media/ saluran informasi masyarakat di
berbagai tingkat pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Proses partisipatif pemetaan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan pemetaan
sosial
Masyarakat diajak untuk bersama-sama menetukan kriteria kurang mampu
dan bersama-sama pula menentukan rumah tangga yang termasuk kategori
miskin/ sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat
peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi
sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk menggagas masa depan
desa, penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling
dibutuhkan, serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan
pemantauannya.
3) Perencanaan partisipatif di tingkat dusun, desa dan kecamatan
Masyarakat memilih fasilitator desa atau kader pemberdayaan masyarakat
desa (KPMD) satu laki-laki, satu perempuan untuk mendampingi proses
sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan
kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur
pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk
melakukan penggalian gagasan berdasarkan potensi sumber daya alam dan
manusia di desa masing-masing untuk menggagas masa depan desa.
Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas
pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis
kegiatan pembangunan yang prioritas didanai. PNPM Mandiri Perdesaan
sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat
kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya
sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan dari masyarakat
akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDes).
4) Seleksi/ prioritas kegiatan di tingkat desa dan kecamatan
Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk
memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini
terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan
memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
akhir mengenai kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum
musyawarah antar desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh
wakil-wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan
kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang
tercantum dalam daftar larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan
dari masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut akan menjadi
bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
5) Masyarakat melaksanakan kegiatan mereka
Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk
menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola
kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas
pendanaan program. Fasilitator teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan
mendampingi TPK dalam mendisain saran/ prasarana (bila usulan yang
didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan), penganggaran
kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam
pembangunan sarana/prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima
manfaat.
6) Akuntabilitas dan laporan perkembangan
Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan
perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa,
yakni sebelum program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada
pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan
kepala desa, serta badan operasioanal dan pemeliharaan kegiatan atau Tim
Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3).
h. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
1) Perencanaan
Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta
perencanaan di desa, di kecamatan, dan di kabupaten. Tahap persiapan dan
sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan pelatihan
KPMD/K. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap penggalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
gagasan sampai dengan musdes perencanaan disebut dengan istilah
Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Perencanaan kegiatan di
kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD
penetapan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah perencanaan
koordinatif, dimulai dari keterlibatan delegasi kecamatan dalam forum
SKPD sampai dengan musrenbang kabupaten.
2) Pelaksanaan
Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada
prinsip dan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan, maka perlu adanya
persiapan pelaksanaan yang matang dan terencana. Persiapan pelaksanaan
ini lebih ditujukan kepada penyiapan aspek sumber daya manusia,
termasuk masyarakat, TPK, UPK, dan seluruh pelaku PNPM Mandiri
Perdesaan lainnya. Karena itu, TPK dan UPK perlu mendapatkan
pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai
PNPM Mandiri Perdesaan. Pelatihan UPK, BP-UPK, TPK, dan pelaku
desa lainnya dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh
Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan.
3) Pelestarian Kegiatan
Pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan harus dijamin dapat
memberi manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan. Di samping
manfaat dari hasil kegiatan, aspek pemberdayaan, sistem dan proses
perencanaan, aspek good governance, serta prinsip-prinsip PNPM Mandiri
Perdesaan harus memberi dampak perubahan positif secara berkelanjutan
bagi masyarakat. Untuk dapat mencapai hal itu maka semua pelaku PNPM
Mandiri Perdesaan harus mengetahui dan mampu memahami latar
belakang, dasar pemikiran, prinsip, kebijakan, prosedur, dan mekanisme
PNPM Mandiri Perdesaan secara benar.
i. Jenis-jenis Kegiatan yang dapat dibiayai PNPM-MP
Dalam PTO Penjelasan (2008: 1) terdapat jenis-jenis kegiatan yang dapat
dibiayai oleh PNPM Mandiri Perdesaan, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana dasar yang dapat
memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.
2) Kegiatan peningkatan bidang pelayanan, kesehatan, dan pendidikan,
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat
(pendidikan non formal).
3) Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi
produktif (UEP) terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan
produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal).
4) Penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan
(SPP).
Sedangakan usaha yang dilakukan pedagang golongan ekonomi lemah
termasuk dalam bantuan kredit untuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan
untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Dana
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang disediakan untuk mendanai kegiatan
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari
alokasi BLM. Untuk menjadi kelompok SPP harus memenuhi beberapa
persyaratan (PTO Penjelasan, 2008: 59), antara lain :
1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama lain
saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang
sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.
2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana
simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.
3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana
pinjaman yang diberikan kepada anggota.
4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.
5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.
Persyaratan-persyaratan diatas harus dipenuhi oleh kelompok yang berada
di masyarakat perdesaan agar mereka dapat menjadi kelompok SPP dan
mendapatkan bantuan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Mekanisme pengelolaan dalam kegiatan Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan (SPP) (PTO Penjelasan, 2008: 59-64) adalah sebagai berikut :
1) MAD Sosialisasi
Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan
untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami
adanya kegiatan SPP.
2) Musdes Sosialisasi
Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan
untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa
memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan.
3) Musyawarah Dusun
Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung
dengan proses sebagai berikut :
a) Identifikasi kelompok termasuk kondisi anggota.
b) Rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar
dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok
sehingga dapat menjadi pemanfaat.
c) Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri:
(1) Daftar kelompok yang diidentifikasi,
(2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan,
(3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin,
(4) Rekap kebutuhan pemanfaat.
4) Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP)
5) Verifikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP
adalah :
a) Penetapan formulir verifikasi
b) Proses pelaksanaan verifikasi
Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut :
(1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam
(2) Persyaratan Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian :
(a) Permodalan
(b) Kualitas Pinjaman
(c) Administrasi dan Pengelolaan
(d) Pendapatan
(e) Likuiditas (pendanaan jangka pendek)
(4) Penilaian khusus rencana kegiatan.
(5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi
dengan daftar rumah tangga miskin.
(6) Penilaian Kategorisasi Kelompok.
6) MAD Prioritas Usulan
Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model prioritas
kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas penilaian
ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon pemanfaat
kategori rumah tangga miskin.
7) MAD Penetapan Usulan
Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup penentuan pendanaan
usulan dengan menentukan kelompok-kelompok yang telah memenuhi
syarat dapat didanai dengan dana BLM. Dalam MAD penetapan usulan
ini, dimungkinkan adanya kelompok yang didanai sesuai dengan MAD
Prioritas Usulan mengundurkan diri sehingga peringkat selanjutnya yang
akan menerima, jika terjadi tidak sama jumlah kebutuhan pada kelompok
terakhir maka agar diputuskan melalui musyawarah. Bagi kecamatan yang
telah mengelola dana bergulir maka pada MAD ini dapat juga dilakukan
proses MAD Perguliran.
8) Penetapan Persyaratan
Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam Perjanjian Pinjaman
paling tidak mencakup hal-hal :
a) Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan: Besar jasa pinjaman
ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
keuangan pada wilayah masing-masing. Sistem perhitungan jasa
pinjaman menurun atau tetap.
b) Jangka waktu pinjaman sumber dana BLM maksimal 12 bulan.
c) Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur 3 kali angsuran
dalam 12 bulan dengan memperhatikan dengan siklus usaha baik pada
tingkat pemanfaat maupun tingkat kelompok.
d) Angsuran langsung dari kelompok ke UPK.
9) Pencairan Dana
Ketentuan pencairan dana BLM dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Pencairan melalui desa sesuai dengan ketentuan program dilampiri
SPPB dengan bukti penyaluran KW2.
b) Pencairan dilakukan sekaligus (100%) pada setiap kelompok.
c) Dalam saat yang bersamaan ketua TPK memberikan dana SPP setelah
dikurangi Operasional UPK 2% dan Operasional Desa 3% dengan
Bukti Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok sebagai
penerima dan UPK sebagai Pengelola Kegiatan. Tujuan kuitansi ini
adalah kelompok telah menerima langsung dari UPK dan selanjutnya
mengembalikan kepada UPK.
d) Kelompok membuat Perjanjian Pinjaman dengan UPK sebagai
lampiran kuitansi penerimaan dana.
e) Kelompok menyerahkan kuitansi/tanda terima uang per pemanfaat
kepada UPK.
10) Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan
Pelestarian kegiatan SPP mengacu pada ketentuan pengelolaan dana
bergulir dengan mempertimbangkan ketentuan akses BLM yang telah
disepakati dalam MAD yang mencakup :
a) Pelestarian Kegiatan
Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan adalah
(1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah
jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat
miskin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
(2) Adanya pelestarian prinsip PNPM Mandiri - Perdesaan terutama
keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi.
(3) Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan ataupun
kelembagaan kelompok.
(4) Pengembangan layanan kepada masyarakat
(5) Pengembangan permodalan.
b) Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebagai lembaga pengelola
simpanan dan pinjaman yang profesional, akuntabel sehingga mampu
menarik minat kerja sama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan
pengelola pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP,
secara badan hukum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Fasilitasi
pengembangan kelompok dapat didasarkan pada tingkat
perkembangan kelompok maupun fungsi kelompok yang dijelaskan
dalam Pengelolaan Dana Bergulir.
j. Struktur Kelembagaan
Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang
bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan
PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping,
serta masyarakat baik dipusat maupun daerah. Secara umum, struktur organisasi
PNPM Mandiri digambarkan berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Departemen/LPND TPK Tim Pengendali PNPM
Mandiri
Komunitas Nasional Satker (APBN)
Pusat Konsultasi Provinsi TKPKD Provinsi Tim Koordinasi PNPM Mandiri
Provinsi
Konsultasi Kabupaten/Kota SKPD Pelaksana TKPKD Kabupaten/Kota Tim Koordinasi PNPM Mandiri
Satker (APBD) Komponen co-sharing Kab/Kota
Fasilitator BKAD, Penanggung Jawab MAD/K, UPK Operasional Kegiatan (PJOK)
Kecamatan
Lembaga Keswadayaan Masyarakat Masyarakat Penerima Manfaat Desa/Kelurahan
Gambar 2. Struktur Organisasi PNPM Mandiri (Sumber : TP PNPM Mandiri (2008:30))
Catatan: SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
TKPK = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
TKPKD = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
BKAD = Badan Kerjasama Antar Desa
MAD/K = Musyawarah Antar Desa/Kelurahan
Sedangkan struktur hubungan kelembagaan tingkat Kecamatan menurut
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Bringin adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 3. Struktur Kelembagaan-Tingkat Kecamatan
Keterangan :
F-MAD : Fasilitator Musyawarah Antar Desa
BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
BP-UPK : Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
TIM-VER : Tim Verifikasi
3. Tinjauan tentang Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
a. Pengertian Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
Menurut Thomas Suyatno et al (2003: 33-34) kriteria pengusaha kecil
golongan ekonomi lemah adalah sebagai berikut :
BP-UPK 2. Sukardi, BA 3. Warsidik, S.Pd 4. Ririn A.
F-MAD
KECAMATAN
BKAD 1. Sukardi, S. Ay 2. Lolo Asih 3. Munaji
UPK 1. Ali M, S.Kom 2. Sri Andayani 3. Kristina PA 1. Hermin Y.
TIM-VER 1. Didik BM, ST 2. Paniem Ama.Pd 3. Nuzulul H, SE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Sekurang-kurangnya 50% dari modal disetor dimiliki oleh orang Indonesia asli, dan sebagian besar dari tiap-tiap pengurus (dewan komisaris dan/atau direksi) adalah orang Indonesia asli atau sekurang-kurangnya 75% dari modal usaha dimiliki oleh orang Indonesia asli. Yang termasuk orang Indonesia asli ialah mereka yang sudah membaur sebagai orang Indonesia Asli.
2) Besar modal/kekayaan bersih usaha adalah penerima KIK dan KMKP yang mempunyai jumlah harta (total assets) tidak melebihi Rp 300 juta yang berlaku untuk semua sektor ekonomi, tidak termasuk nilai tanah dan rumah yang ditempati. Sedangkan menurut Keppres Nomor: 29 tahun 1984, penerima KIK dan KMKP sampai dengan Rp 75 juta, mempunyai jumlah harta tidak melebihi Rp 600 juta.
Lebih lanjut dalam Undang-Undang No 9 tahun 1995 dan Surat Edaran
Bank Indonesia No 3/9/Bkr tahun 2001 seperti yang dikutip Suhardjono (2002:33)
yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan usaha yang mempunyai kriteria :
1) Kegiatan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan bersih paling banyak Rp 1.000.000.000. 3) Milik warga negara Indonesia. 4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan/ cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai/berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
5) Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Sedangkan dalam keanggotaan PNPM Mandiri Perdesaan yang disebut
dengan pedagang golongan ekonomi lemah adalah masyarakat yang mempunyai
usaha mikro. Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
40/KMK.06/2003 tahun 2003, yaitu “Usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat
mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp. 50.000.000,00”.
Jadi pedagang golongan ekonomi lemah adalah pengusaha kecil
golongan ekonomi lemah yang mempunyai standar pendapatan ekonomi lebih
rendah dibandingkan dengan standar pendapatan pedagang golongan ekonomi
lemah pada umumnya dalam lingkungan sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Ciri-ciri Usaha Mikro (Pedagang Golongan Ekonomi Lemah)
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tahun
2003, ciri-ciri usaha mikro adalah :
1) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3) Belum melakukan manajemen/catatan keuangan yang sederhanasekalipun, belum atau masih sangat sedikit yang dapat membuat neraca usahanya.
4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya sampai tungkat SD dan belum memiliki jiwa wirausaha atau tengkulak.
5) Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal renternir atau tengkulak dan tidak memiliki izin usaha.
Pedagang golongan ekonomi lemah di perdesaan pada umumnya mereka
berjualan sayur-mayur, membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari
masyarakat, menjual palawija di pasar, berternak, dan bertani. Semua usaha
tersebut termasuk dalam ciri-ciri usaha mikro.
4. Tinjauan tentang Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Setiap orang yang bekerja pasti mengharapkan suatu imbalan baik yang
berupa pendapatan, baik barang maupun uang. Karena dengan uang tersebut
mampu memenuhi kebutuhan mereka agar dapat melangsungkan kehidupannya.
Begitu juga dengan pedagang, pendapatan merupakan hal yang sangat penting
bagi mereka khususnya pedagang golongan ekonomi lemah.
Pengertian pendapatan (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/pendapatan
yang diakses pada tanggal 9 Maret 2010) menyatakan bahwa “pendapatan adalah
jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari
penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor pendapatan
kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang
diterima setelah dikurangi pengeluaran”. Sedangkan pengertian pendapatan
menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1994 pasal 14 ayat (1) seperti yang
dikutip Shofia Arini (2008: 19) adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan atau penghasilan yang diterima dapat berupa uang dan dapat pula berupa barang atau jasa yang ditaksir atau dinilai dengan uang.
Pendapatan dapat diperoleh dari usaha sendiri maupun dari pemberian
orang lain. Jadi pengertian pendapatan adalah penerimaan baik yang berupa uang,
barang dan atau jasa yang dinilai dengan uang yang diterima seseorang dari usaha
sendiri maupun dari pemberian orang lain dalam kurun waktu tertentu.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan khusunya pedagang golongan ekonomi lemah
ditentukan oleh besar kecilnya usaha, kuantitas serta kualitas dari transaksi
penjualan yang dilakukan. Adapun faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
usaha, kuantitas serta kualitas transaksi penjualan menurut Shofia Arini (2008:20)
adalah sebagai berikut :
1) Modal Usaha
Modal usaha atau Capital adalah semua bentuk kekayaan yang dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung, dalam upaya untuk
menambah penghasilan (output). Dalam suatu usaha masalah modal
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu
usaha yang telah didirikan.
2) Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha identik dengan lamanya waktu seseorang menjalankan
usahanya. Hal ini memberikan asumsi semakin lama seseorang menekuni
usahanya, maka membuat seseorang mendapat pengalaman dan tenik-
teknik baru dalam berdagang.
3) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita karena
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan manusia.
Pendidikan adalah suatu proses sosial dimana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum.
4) Lokasi Usaha
Seorang pedagang harus mampu memilih lokasi yang strategis untuk
tempat berjualan mereka. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
oleh pedagang, terutama pedagang kecil golongan ekonomi lemah adalah
faktor pesaing usaha, kondisi lingkungan tempat berjualan dan jauh
dekatnya dengan sumber barang dagangan.
5) Sikap Usaha
Sikap seorang pedagang merupakan sikap dalam mengembangkan
usahanya, adanya sikap usaha dagang dalam diri pedagang menunjukkan
adanya jiwa wiraswasta. Peluang untuk menjadi wiraswasta bisa datang
dari mana saja, asalkan seseorang mempunyai niat dan tekat yang kuat
untuk maju serta bekerja keras.
Faktor-faktor diatas harus diperhatikan pedagang dalam melakukan usaha
mereka. Karena faktor-faktor tersebut dapat menentukan keberhasilan suatu usaha
dan agar pedagang mampu mempertahankan usaha mereka di tengah persaingan
yang ketat.
5.Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang
relevan untuk dijadikan titik tolak penelitian kita. Penelitian yang relevan dan
selaras dengan judul penelitian ini dijumpai dalam penelitian Miftahul Huda tahun
2009 tentang Aspek Pemberdayaan Masyarakat dalam Implementasi PNPM PPK
di Desa Mulo Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitiannya
adalah (1) Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program masih rendah yang
dipengaruhi oleh intensitas pendampingan oleh pemerintah dan konsultan kurang
optimal. (2) Terhambatnya akses informasi ke masyarakat karena media-media
penyampaian informasi tidak dimanfaatkan dengan baik. (3) kapasitas masyarakat
tidak berkembang karena tidak ada upaya pengembangan kapasitas masyarakat
miskin khususnya dalam hal peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(4) Pendampingan oleh fasilitator tidak berlangsung dengan baik karena
dipengaruhi oleh perekrutan, sementara pendampingan oleh fasilitator desa
dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan yang dimiliki fasilitator tersebut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
(1) Obyek yang diteliti, penelitian ini menekankan implementasi kredit PNPM
yang pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pedagang, sedangkan
penelitian terdahulu lebih menekankan untuk memahami bagaimana
pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui PNPM PPK dan permasalahan apa
yang terjadi dilapangan dengan studi implementasi PNPM PPK. (2) Tempat yang
di teliti, penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi,
sedangkan penelitian terdahulu dilaksanakan di Desa Mulo Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir digunakan untuk memberi landasan atau dasar
berpijak pada penelitian yang akan dilakukan serta dimaksudkan untuk
menjelaskan makna dari teori yang dipakai, atau menjelaskan kata-kata abstrak
pengertiannya dalam teori tersebut, maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir
sebagai berikut :
Masyarakat merupakan sumber daya yang harus dikembangkan, agar
mereka dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Pembangunan perdesaan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sebagian
besar masyarakat perdesaan bekerja di sektor pertanian. Padahal hasil dari sektor
pertanian tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka. Sehingga mereka perlu
membuat usaha baru untuk menambah penghasilan mereka, salah satunya dengan
berdagang. Untuk mengembangkan usaha, mereka membutuhkan modal yang
tidak sedikit. Mereka tetap berjuang walaupun dengan mempunyai modal yang
sangat minim sekali.
Melihat kondisi tersebut pemerintah memberikan bantuan untuk
menanggulangi masyarakat miskin di Indonesia. Wujud dari bantuan ini adalah
PNPM Mandiri dengan program pemberdayaan. Pemerintah mempunyai empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
program pemberdayaan masyarakat yang berbasis kewilayahan, yaitu Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang sekarang menjadi PNPM Mandiri
Perdesaan, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP),
Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK). Untuk
membantu permodalan pedagang golongan ekonomi lemah di perdesaan
pemerintah melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan.
Kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini akan diteruskan ke masyarakat
dalam hal ini pedagang golongan ekonomi lemah melalui Unit Pengelola Kegiatan
(UPK). Untuk memperkenalkan adanya program PNPM Mandiri Perdesaan ini
melalui UPK melaksanakan adanya sosialisasi terlebih dahulu baik di tingkat
Kecamatan maupun di Kelurahan. Kemudian diadakan musyawarah desa untuk
membahas mengenali kemiskinan. Masyarakat yang hadir diminta untuk
mengungkapkan bagaimana tingkatan kesejahteraan yang ada dalam masyarakat
selama ini, atau bagaimana mereka membedakan rumah tangga dalam komunitas
desa mereka, misalnya ada rumah tangga yang kaya, menengah atau miskin.
Tahap selanjutnya adalah Pemetaan Rumah Tangga Miskin (RTM) Partisipatif.
Pemetaan RTM Partisipatif adalah merumuskan kriteria dan mengidentifikasi
nama kepala keluarga, jumlah, dan lokasi RTM dan sangat miskin di dusun.
Dengan tujuan mendapatkan kriteria dan baseline data RTM yang mendekati
kenyataan tentang kelompok sasaran program. Pemetaan ini juga bermanfaat
untuk digunakan sebagai aspek yang dominan dalam menentukan kelayakan suatu
usulan oleh tim verifikasi usulan. Dari kegiatan ini menghasilkan kriteria
kelompok masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) yang benar-benar
membutuhkan suatu bantuan dari pemerintah, salah satunya yaitu kelompok
pedagang golongan ekonomi lemah yang termasuk dalam kelompok Simpan
Pinjam Perempuan (SPP).
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah
perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan bantuan untuk kegiatan sarana
prasarana dasar (Jalan raya, Kesehatan, Pendidikan), Usaha Ekonomi Produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(UEP) dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Bantuan kredit untuk pedagang
golongan ekonomi lemah ini termasuk dalam Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
Program PNPM Mandiri Perdesaan didukung pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), swadaya masyarakat dan partisipasi
dunia usaha. Dengan adanya pinjaman kredit ini diharapkan pedagang golongan
ekonomi lemah dapat memanfaatkan dengan baik untuk menambah modal dalam
mengembangkan usahanya. Usaha yang berkembang diharapkan akan berdampak
positif dengan meningkatnya pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah.
Dari uraian di atas maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran
mengenai Implementasi Pemberian Kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam
Meningkatkan Pendapatan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4. Kerangka Berpikir
Kredit PNPM-MP
Implementasi Kredit
PNPM-MP
Peningkatan Pendapatan Pedagang
UPK
TPK
Sosialisasi awal
Mengenali Kemiskinan : a. Identifikasi
kemiskinan b. Kesepakatan
kriteria miskin
c. Merumuskan masalah & penyebab kemiskinan
Pemetaan RTM Partisipatif : a. Pencatatan
KK miskin b. Merumus-
kan kebutuhan
Kegiatan Sarana Prasarana
Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Kecamatan Bringin dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Tersedianya data-data yang mendukung kelancaran peneliti dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan.
b. Lokasinya mudah dijangkau.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Penelitian in akan dimulai pada bulan Februari 2010 sampai dengan
terselesainya laporan ini.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan
suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk
penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang
disajikan. Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif.
Menurut Winarno Surakhmad (2004: 132) :
Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya adalah penelitian yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan survey, teknik test, studi kasus, studi komparatif, dan studi opersional.
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2006:9)
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila dihadapkan pada kenyataan jamak.
b) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
c) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Lebih lanjut Moleong (2006: 34) mengemukakan bahwa “Penelitian
kualitatif itu cenderung untuk mencari dan menemukan dan menyimpulkan
hipotesis; hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentatif, berkembang, dan
didasarkan pada sesuatu studi tertentu”. Menurut Bodgan dan Taylor seperti
dikutip Moleong (2006: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai “Prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.
Sedangkan Menurut Nana Syaodih (2008: 60) mengatakan bahwa
“Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.”
Sehingga dapat disimpulkan penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu
pendekatan yang digunakan dalam meneliti suatu peristiwa pada masa sekarang
yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
diamati.
2. Strategi Penelitian
Setiap penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal dengan
menggunakan strategi penelitian. Strategi penelitian merupakan teknik
pengumpulan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
serta sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut H.B Sutopo (2006: 139)
menjelaskan bahwa “Bentuk strategi penelitian dalam penelitian kualitatif bisa
berupa studi kasus tunggal atau studi kasus ganda dan secara khusus dibedakan
adanya jenis penelitian terpancang maupun holistik penuh”. Dalam penelitian
kualitatif tingkatan penelitian dibagi dua yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. Studi kasus terpancang (embedded research), yaitu penelitian yang sudah
terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam
penelitian
b. Studi kasus tidak terpancang (penjelajahan/grounded reseach) yaitu
penelitian yang sejak awal penelitinya tidak menyusun pertanyaan yang
mengarah ke fokus tertentu, karena sasaran penelitiannya dengan beragam
masalahnya belum diketahui atau sama sekali asing baginya.
Dari penjelasan di atas jenis penelitian kualitatif di bagi dua macam yaitu:
a. Studi kasus tunggal, yaitu: bilamana penelitian tersebut terarah pada satu
sasaran karakteristik.
b. Studi kasus ganda, yaitu: bilamana penelitian tersebut memiliki lebih dari
satu sasaran yang memiliki perbedaan karakteristik.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang.
Di mana peneliti hanya mengkaji satu masalah saja. Tunggal dalam arti hanya
satu ruang lingkup lokasi penelitian yaitu UPK Kecamatan Bringin. Sedangkan
terpancang pada tujuan penelitian maksudnya bahwa penelitian ini hanya terfokus
untuk mengetahui bagaimana implementasi pemberian kredit PNPM Mandiri
Perdesaan dalam meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di
Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi tahun 2009.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber di mana data dapat diperoleh peneliti.
Dalam memilih sumber data, peneliti harus benar-benar berfikir mengenai
kemungkinan kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan juga validitasnya.
Menurut H.B Sutopo (2006: 56), ”Pemahaman mengenai berbagai macam sumber
data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan
memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan
kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi pemberian
kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam meningkatkan pendapatan pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
golongan ekonomi lemah, sehingga peneliti menggunakan sumber data antara
lain:
1. Informan
Informan memberikan data yang berupa kata-kata. Berdasarkan kata-
kata tersebut kemudian dianalisa dan hasil akhirnya ditarik kesimpulan
kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Agar mendapatkan data yang valid
maka diadakan cross chek data antara informan satu dengan yang lain.
Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
a. Ketua UPK Kecamatan Bringin, yang memberikan ijin penelitian serta
mampu memberikan informasi tentang data-data yang dibutuhkan
khususnya kredit PNPM-MP dan data pedagang golongan ekonomi lemah.
b. Fasilitator Kecamatan Bringin, yang mengetahui perkembangan simpan
pinjam perempuan dan yang memberikan pengarahan kepada pedagang.
c. Ketua TPK di Tingkat Kelurahan, yang mengetahui tentang perkembangan
anggota disetiap kelurahan dibawah tanggung jawabnya.
d. Pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin, merupakan
objek penelitian yang diteliti.
2. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan
peristiwa atau aktivitas tertentu. Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang
digunakan adalah segala bentuk dokumen dan arsip yang mempunyai
hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data ini
kebanyakan berupa rekaman tertulis. Dokumen dan arsip yang berhubungan
dengan permasalahan ini sangat diperlukan berupa arsip laporan, catatan, dan
dokumen/arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan program PNPM
Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bringin. Misalnya kegiatan pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,
pelestarian, dan data semua anggota khususnya para pedagang di UPK
Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling atau teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus
atau proses bagi pemusatan sumber data dalam penelitian yang mengarah pada
seleksi. Menurut Bodgan & Biklen seperti yang dikutip H.B Sutopo (2006: 63)
menjelaskan ada dua jenis cuplikan yaitu cuplikan dalam penelitian kualitatif dan
cuplikan dalam penelitian kuantitatif. Cuplikan dalam penelitian kualitatif sering
juga dinyatakan sebagai internal sampling yang berlawanan dengan sifat cuplikan
dalam penelitian kuantitatif, yang dinyatakan sebagai external sampling. Dalam
cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya
bukan populasinya, dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak perlu
ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa
saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar daripada
informasi yang diperoleh dari jumlah nara sumber yang lebih banyak, yang
mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya.
Menurut Lexy J Moleong (2006:224) “Pada penelitian kualitatif tidak ada
sampel acak tetapi sampel bertujuan (purposive sample)”. Sampel bertujuan dapat
diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul: sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik
terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan: tujuan memperoleh variasi sebanyak-
banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan
jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel dapat
sama kegunaannya. Namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk
maka, sampel semakin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: pada sampel bertujuan
seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan
informasi yang diperlukan. Jika tidak ada informasi yang dapat dijaring, maka
penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi jika sudah terjadi
pengulangan informasi maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Suharsimi Arikunto (2005: 97) menjelaskan bahwa “Sampel bertujuan
dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasar strata, random atau
daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu”.
Peneliti hanya memilih informan yang benar-benar menguasai
permasalahan yang dikaji, peneliti hanya mengamati kondisi lokasi penelitian
yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. informan dapat bertambah atau
berganti sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Informan tersebut dapat
menunjuk informan lain yang dipandang lebih tahu tentang permasalahan yang
diteliti. Teknik penentuan informan seperti ini disebut teknik bola salju atau
snowball sampling. Dalam H.B. Sutopo (2006:65) teknik snowball sampling
adalah peneliti dapat mengumpulkan data tanpa rencana, semakin lama semakin
menemukan informan yang paling mengetahui informasi pada akhirnya akan
menggali informasi secara lengkap dan mendalam. Jadi penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dengan menggunakan alat-alat tertentu.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk
percakapan antara dua orang atau lebih. Menurut Moleong (2006: 186)
menyatakan bahwa “Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewes) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu”. Adapun jenis wawancara menurut Patton seperti
yang dikutip Moleong (2006: 187) adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Wawancara pembicaraan informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada
pewawancara itu sendiri, jadi tergantung pada spontanitas dalam mengajukan
pertanyaan.
b. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Secara
umum langkah-langkah dalam menyusun pedoman wawancara adalah
membuat Lay-out, memilih pertanyaan yang relevan, mencobakan (try-out),
dan membuat pedoman (guide sheet) wawancara yang siap digunakan.
c. Wawancara baku terbuka
Merupakan wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan pertanyaan, kata-kata, dan cara penyajiannya sama untuk semua
informan.
Dalam melaksanakan wawancara, melibatkan beberapa tahapan yang
tidak harus linear, tetapi memerlukan perhatian karena tidak jarang hal itu perlu
dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan kebutuhan perlengkapan dan
pendalaman data yang diperoleh. Tahapan tersebut menurut H. B Sutopo
(2006:70-72) meliputi :
a. Penentuan siapa yang akan diwawancarai
Informasi atau data baik kelengkapan dan juga kedalamannya, adalah
sangat penting artinya bagi kualitas simpulan hasil penelitian. Oleh karena itu
dalam hal pengumpulan informasi lewat wawancara mendalam, peneliti harus
bisa mendapatkan narasumber atau informan yang tepat. Informan yang
dipilih dalam penelitian ini adalah
1) Ketua UPK Kecamatan Bringin
2) Fasilitator Kecamatan Bringin
3) Ketua TPK di Tingkat Kelurahan
4) Pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Persiapan wawancara
Setelah penentuan informan, peneliti perlu mempersiapkan diri untuk
memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga bila perlu
peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan posisi informannya
agar tidak terjadi kesan yang mungkin kurang tepat sehingga bisa berakibat
hanya mendapatkan informasi yang kurang sesuai dengan yang sebenarnya
diharapkan.
c. Langkah awal
Pada saat melakukan pertemuan dengan nara sumber, peneliti perlu benar-
benar memahami konteksnya agar proses wawancara disesuaikan dengan
kondisinya dan bisa berjalan lancar.
d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif
Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap terasa santai tetapi lancar. Peneliti
jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar yang
baik tetapi harus berusaha bersikap kritis.
e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan
Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan
produktivitasnya. Bila peneliti menangkap gejala kelelahan baik pada
informan maupun pada peneliti sendiri, maka ia wajib berpikir apakah sudah
waktunya peneliti menghentikan wawancara tersebut, dan sudah menarik
simpulan dari semua informasi yang telah diperolehnya.
2. Dokumentasi
Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki
posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen bisa memilki beragam
bentuk, yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dengan kompleks, dan
bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau.
Menurut Moleong (2006: 216) mendifinisikan “Dokumen adalah setiap
bahan tertulis maupun film yang digunakan sebagai sumber data yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramal”. Teknik ini
juga digunakan untuk pertimbangan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Dokumen dapat digunakan sebagai nara sumber data sebab datanya stabil dan
kaya akan informasi.
b. Lebih mudah didapatkan.
c. Lebih mudah dalam kajian isi karena tidak bersifat reaktif.
d. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam pengujian.
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara untuk mendukung kebenaran data tersebut yang disebut
validitas data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data dilakukan dengan
cara trianggulasi. Menurut H.B Sutopo (2006: 92) mengatakan bahwa “Pada
dasarnya trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi
yang bersifat multi perspektif” artinya untuk menarik simpulan yang mantap,
diperlukan tidak hanya satu cara pandang saja tetapi juga melihat dari sudut
pandang lain. Sehingga dapat dipetimbangkan beragam fenomena yang muncul,
dan selanjutnya bisa ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan diterima
kebenarannya.
Menurut Patton yang telah dikutip oleh H.B Sutopo (2006: 93-98)
menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi yaitu :
1. Trianggulasi sumber (data)
Teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia.
Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Trianggulasi metode
Teknik trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Trianggulasi peneliti
Trianggulasi peneliti merupakan hasil penelitian baik data ataupun simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti yang lain.
4. Trianggulasi teori
Trianggulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif
lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber
atau data dan trianggulasi metode. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berupa wawancara dengan sumber yang berbeda. Sehingga kesamaan
informasi atau data yang diberikan dari sumber yang berbeda kemudian ditarik
suatu kesimpulan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
pengurus UPK dan TPK, serta pedagang golongan ekonomi lemah.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses yang dilakukan peneliti setelah semua
data terkumpul dibaca dan kemudian diolah dengan mengorganisir data kedalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Menurut Moleong (2006: 163)
mengatakan bahwa “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data”. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah interactive model of analysis, yang
menggunakan tiga komponen analisis yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan selama data yang dibutuhkan belum memadai,
dan akan dihentikan apabila data-data yang diperlukan telah memadai untuk
mengambil keputusan. Data kualitatif terutama terdiri dari kata-kata, bukan
angka-angka. Data yang diperoleh dari wawancara, observasi maupun
dokumentasi tersebut dikumpulkan menjadi satu untuk diproses lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan
terperinci. Laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum, dan dipilah-pilah hal
yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola atau temanya.
Jadi laporan lapangan sebagai bahan disingkatkan, direduksi, disusun lebih
sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, sehingga lebih mudah
dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam, juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan.
3. Penyajian data
Data yang tertumpuk, akan sukar untuk ditangani, sukar mencari hubungan
antara data yang satu dengan yang lain dan sukar pula melihat gambaran
keseluruhan untuk mengambil kesimpulan. Oleh karena itu, agar dapat melihat
gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian perlu dibuat
penyajian data.
4. Penarikan simpulan atau verifikasi
Sejak semula peneliti berusaha mencari data yang dikumpulkan, kemudian
mencari pola, tema hubungan, persamaan hal-hal yang sering muncul dan
sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh kemudian dibuat suatu kesimpulan.
Kesimpulan mula-mula bersifat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan
bertambahnya data, kesimpulan itu akan lebih mantap yaitu pernyataan yang
telah memiliki landasan kuat dari proses analisis data yang dilakukan. Data
yang diperoleh dari wawancara dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan
yang bersifat sementara, sehungga diperoleh kesimpulan yang mantap.
Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti sajikan skema model analisis
interaktif:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(1) (2)
(3)
Gambar 5. Model Analisis Interaktif (Sumber : Sutopo (2006: 120))
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langkah penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dari awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian
ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini kegiatannya adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian, dimulai dengan pengajuan judul penelitian,
pembuatan proposal dan mengurus perijinan untuk memperlancar jalannya
penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Setelah semua persiapan matang kemudian peneliti terjun kelapangan untuk
mengumpulkan data yang diperoleh dengan menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yaitu pengamatan (observasi), wawancara, dan
dokumentasi. Dengan data-data yang terkumpul dari ketiga teknik
pengumpulan data tersebut bisa saling melengkapi sehingga data dapat
dikatakan valid.
3. Tahap Analisis Data Awal
Analisi data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga dapat
Penarikan simpulan/verifikasi
Sajian data
Reduksi data
Pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
diketahui mana data yang diperlukan dan tidak diperlukan agar data yang
sangat diperlukan dapat terpisah dari data yang tidak diperlukan.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini merupakan data yang sudah diseleksi dan
dianggap penting dalam penelitian sehingga merupakan data yang valid.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah data selesai dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan tentang
permasalahan yang sedang diteliti. Penarikan kesimpulan harus sesuai dengan
tujuan penelitian yang didukung oleh data yang valid, sehingga hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
Dalam tahap ini semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan
hasil yang dicapai ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan bentuk laporan harus sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 6. Prosedur Penelitian
Pembuatan Proposal
Penelitian dan Perijinan
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data Awal
Analisis Data Akhir
Penarikan Kesimpulan
Pembuatan dan Penggandaan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak dan Kondisi Geografis Kecamatan Bringin
Kecamatan Bringin merupakan salah satu wilayah kecamatan yang
berada di Kabupaten Ngawi. Kecamatan Bringin mempunyai batas-batas sebagai
berikut:
1) Sebelah utara Kabupaten Bojonegoro
2) Sebelah timur Kecamatan Karangjati
3) Sebelah selatan Kecamatan Karangjati dan Pangkur
4) Sebelah barat Kecamatan Padas
Luas Kecamatan Bringin adalah 221.837,77 Ha, terdiri dari 10 desa,
yaitu desa Lego Wetan, Dero, Krompol, Mojo, Sumber Bening, Bringin, Dumpit,
Suruh, Gandong, dan Kenongo Rejo. Terdiri dari 49 dusun, 49 Rukun Warga
(RW), dan 206 Rukun Tetangga (RT).
Jumlah penduduk kecamatan Bringin adalah 32.410 jiwa (L: 15.446 dan
P: 16.996) yang mayoritasnya beragama Islam yaitu 32.062 jiwa dan minoritas
beragama Khatolik 349 jiwa. Jumlah penduduk menurut pendidikannya yaitu
belum sekolah 5.017 jiwa, tidak tamat sekolah dasar 4.658 jiwa, tamat SD 13.329
jiwa, tamat SLTP 597 jiwa, tamat SLTA 26 jiwa.
Kecamatan Bringin terdiri atas luas tanah sawah sebesar 216.525 Ha
yaitu sawah irigasi teknis 64.507 Ha, sawah irigasi setengah teknis 84.551 Ha, dan
67.467 Ha. Luas tanah kering sebesar 1.333,67 Ha terdiri dari pekarangan 591,21
Ha dan Tegal 197, 46 Ha. Luas tanah basah yang berupa kolam sebesar 0,50 Ha,
luas tanah hutan konservasi 3.907,60 Ha dan luas tanah keperluan fasilitas umum
yang berupa lapangan olah raga 60 Ha dan pemakaman 11 Ha. Luas dan produksi
utama perdagangan terdiri dari padi 2.952 Ha, jagung 587 Ha, ketela pohon 384
Ha, kacang tanah 1.574 Ha, kedelai 1.612 Ha, dan kacang hijau 19 Ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kecamatan Bringin
Penduduk Kecamatan Bringin mempunyai mata pencaharian yang
beragam. Adapun data mata pencaharian penduduk Kecamatan Bringin adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Bringin
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 25.427
2. Pengusaha Sedang/Besar 46
3. Pengrajin/Industri Kecil 40
4. Buruh Industri 89
5. Pedagang 4.019
6. Pengangkutan 16
7. Pegawai Negeri Sipil 63
8. ABRI 19
9. Pensiunan (ABRI/PNS) 98
10. Peternak 2.245
Jumlah 32.062
Sumber : Monografi Kecamatan Bringin, Desember 2009
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mata pencaharian
penduduk sebagai petani menduduki jumlah terbesar di Kecamatan Bringin yaitu
sebesar 25.427 orang atau sekitar 79,3 %. Sedangkan mata pencaharian sebagai
pedagang merupakan jumlah terbesar kedua setelah petani yaitu sebesar 4.019
orang atau sekitar 12,53 %. Untuk mata pencaharian sebagai ABRI menduduki
peringkat terendah yaitu sebesar 19 orang atau sekitar 0,06 %.
Adapun data sarana perekonomian di kecamatan Bringin adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 2. Sarana Perekonomian di Kecamatan Bringin
No Jenis Sarana Jumlah
1. Koperasi 14
2. Pasar Umum 6
3. Pasar Bangunan Permanen 3
4. Pasar tanpa bangunan semi permanen 1
5. Jumlah Toko/Kios/Warung 415
Sumber : Monografi Kecamatan Bringin, Desember 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana perekonomian di
desa-desa Kecamatan Bringin sudah berjalan, terbukti dengan adanya
toko/kios/warung sebesar 415 buah. Dengan semakin banyaknya
toko/kios/warung tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi disuatu desa
semakin beragam. Untuk pasar umum sebanyak 6 buah, pasar bangunan
permanent 3 buah, pasar tanpa bangunan semi permanen 1 buah dan terdapat
koperasi sebanyak 14 buah. Dengan adanya sarana yang mendukung kegiatan
ekonomi tersebut diharapkan usaha produktif yang dijalankan penduduk
kecamatan Bringin dapat terjamin kelangsungannya.
c. Profil Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di Kecamatan Bringin
UPK di Kecamatan Bringin bernama UPK PNPM-MP Kecamatan
Bringin yang beralamat di Desa Mojo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi.
UPK ini berdiri sejak tahun 1998. Visi UPK yaitu membantu terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. Peran dari UPK adalah sebagai unit pengelola dan
operasional pelaksanaan kegiatan antar desa. Untuk pengurus UPK sekurang-
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Adapun
pengelola/pengurus UPK di Kecamatan Bringin adalah :
1) Ketua : Ali Mustofa, S.Kom
2) Sekretaris : Sri Andayani
3) Bendahara : Kristina PA
Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh desa
berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
antar desa. UPK mendapatkan penugasan MAD/ BKAD untuk menjalankan tugas
pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran.
2. Gambaran Umum Implementasi Pemberian Kredit
PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bringin
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Kecamatan Bringin sudah berjalan 12 tahun sejak adanya Program
Pengembangan Kecamatan (PPK). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-
Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) ini merupakan pemberian bantuan langsung
kepada masyarakat (BLM) salah satunya dalam bentuk pinjaman/ kredit modal
usaha kepada masyarakat. Jenis kegiatan yang memanfaatkan pinjaman ini
diantaranya adalah simpan pinjam perempuan (SPP) yang anggotanya terdiri dari
para pedagang golongan ekonomi lemah, usaha ternak, usaha pertanian,dll.
Adapun jumlah kelompok peminjam SPP adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Kelompok Penerima Bantuan Kredit untuk kelompok SPP
No Desa Jumlah Kelompok
1. Lego Wetan 35
2. Dero 44
3. Krompol 23
4. Mojo 40
5. Sumber Bening 31
6. Bringin 19
7. Dumpit 9
8. Suruh 8
9. Gandong 4
10. Kenongo Rejo 16
Total 229
Sumber : Laporan Bulanan UPK pada 30 Desember 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok
penerima bantuan kredit PNPM-MP di Kecamatan Bringin sebanyak 229
kelompok dan tersebar di 10 desa. Desa Dero merupakan desa yang paling banyak
jumlah kelompoknya yaitu 44 kelompok. Sedangkan desa yang paling sedikit
kelompoknya adalah Desa Gandong yaitu 4 kelompok. Kredit PNPM-MP ini
sudah dimanfaatkan oleh seluruh desa di Kecamatan Bringin, terbukti dengan
sudah adanya kelompok di setiap desa.
Pengguna kredit PNPM-MP sebagian besar adalah usaha kecil dan usaha
mikro. Tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat yang mempunyai industri
besar juga memanfaatkan pinjaman ini, terbukti dengan adanya pinjaman untuk
kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Usaha kecil/mikro yang
menggunakan pinjaman ini antara lain usaha warung nasi, jualan jajanan pasar,
toko, jualan polowijo, blantik, dan usaha lainnya yang tidak banyak menyerap
tenaga kerja. Untuk kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini tidak ada jaminan berupa
sertifikat atau barang berharga lainnya yang dapat mempersulit masyarakat dalam
mengajukan kredit. Tetapi jaminan yang diberikan adalah berupa jaminan
tanggung renteng.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Berdasarkan data atau informasi yang dikumpulkan maka untuk langkah
selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data-data tersebut guna
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan sejak awal
penelitian. Proses analisis data dimulai dari pengumpulan data, dalam penelitian
ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti secara
langsung observasi mendatangi informan untuk melakukan wawancara. Seluruh
data yang terkumpul dari berbagai sumber tersebut dibaca , dipelajari dan
ditelaah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua minggu,
setelah data dianggap cukup sesuai yang diinginkan maka pengumpulan data
diberhentikan.
Setelah semua data terkumpul yang berupa catatan lapangan,
dokumentasi berupa foto, dokumentasi dari UPK tentang pedagang golongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
ekonomi lemah tahap selanjutnya yaitu reduksi data. Data yang sudah terkumpul
dilakukan proses pemilihan, penyederhanaan, mengarahkan, dan membuang data
yang dianggap tidak perlu dari catatan-catatan lapangan (field note). Tahap
selanjutnya dari analisis data yaitu penyajian data. Sejalan dengan permasalahan
yang peneliti kaji yaitu tentang implementasi pemberian kredit PNPM Mandiri
Perdesaan dalam meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di
Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi tahun 2009, maka untuk memberikan
gambaran mengenai data yang berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat
dilihat dari prosedur pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam
meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah, kendala yang
dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam proses pemberian kredit,
kendala yang dihadapi UPK dalam proses pemberian kredit, upaya yang
dilakukan pedagang dan UPK untuk mengatasi kendala tersebut, dan pendapatan
pedagang sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan. Mengenai gambaran data tersebut dikemukakan sebagai berikut:
1. Prosedur Pemberian Kredit Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
Prosedur pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan
Bringin melewati tahapan-tahapan seperti prosedur perkreditan pada umumnya.
Adapun prosedur pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan
Bringin adalah sebagai berikut:
a. Permohonan Kredit
Kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini diberikan bukan secara perorangan
tetapi secara berkelompok. Masyarakat yang ingin mengajukan permohonan
kredit harus membentuk kelompok terlebih dahulu agar bisa mendapat dana
bantuan PNPM Mandiri Perdesaan . Pembentukan kelompok sepenuhnya
diserahkan pada masyarakat yang ditunjuk sebagai kelompok sasaran. Namun
biasanya masyarakat yang akan mengajukan kredit PNPM Mandiri Perdesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
harus sudah mempunyai kelompok minimal berumur 1 tahun. Hal itu
diungkapkan oleh Bapak Arif selaku Fasilitator Kecamatan (FK) sebagai berikut :
Syarat yang harus dipenuhi masyarakat supaya dapat meminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan ini adalah mempunyai kelompok yang sudah berumur minimal 1 tahun, mempunyai kas atau pembukuan yang jelas, mengumpulkan KTP masih aktif, serta anggota kelompok itu mempunyai usaha yang produktif.
(Wawancara: AY, 27 Sepetember 2010).
Penuturan bapak Arif tersebut sesuai dengan penuturan Ibu Kartini
sebagai berikut:
Membuat kelompok dulu mbak, saya ikut kelompok RT IV dengan ibu-ibu lingkungan sini membuat buku proposal diajukan ke TPK. Setelah satu minggu ada orang dari kecamatan tanya tentang usaha saya, kalau disetujui dapat cair.
(Wawancara: KT, 28 September 2010).
Pembentukan kelompok tersebut diserahkan penuh kepada kelompok
sasaran, karena dianggap lebih efektif. Sedangkan untuk pemilihan pengurus
seperti ketua, sekretaris, bendahara harus bertanggung jawab terhadap penyetoran
angsuran dari anggota. Selain itu ketua merupakan orang pertama yang akan
mendapat teguran bila ada hal-hal yang menyimpang dari anggotanya.
Setelah terbentuk kelompok, maka kelompok usaha tersebut mengajukan
permohonan dana kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Dalam pengajuan dana
ini setiap kelompok harus membuat proposal pengajuan dana yang dilampiri foto
copy KTP setiap anggota.
b. Penyidikan dan Analisa Kredit
PNPM Mandiri Perdesaan tidak memberikan persyaratan atau jaminan
yang berat kepada masyarakat untuk bisa meminjam dana bantuan PNPM Mandiri
Perdesaan ini. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang adalah setiap
anggota harus mempunyai kelompok dan harus mempunyai usaha yang produktif.
Untuk mengajukan permohonan dana mereka harus membuat proposal yang
dilampiri dengan fotocopy KTP yang masih aktif. Hal itu diungkapkan oleh
Bapak Didik selaku PJOK sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Masyarakat harus mempunyai kelompok dahulu bisa kelompok arisan atau sinoman yang penting sudah lebih dari 1 tahun, kemudian setiap anggota harus yang mempunyai usaha yang produktif.
(Wawancara DB, 27 September 2010)
Penuturan Bapak Didik tersebut didukung oleh penuturan Ibu Puji sebagai
berikut:
Persyaratan yang harus dipenuhi biasanya KTP yang masih hidup, terus mempunyai kelompok, dan mempunyai usaha yang produktif
(Wawancawa PJ, 26 September 2010)
Persyaratan-persyaratan untuk bisa meminjam dana bantuan PNPM
Mandiri Perdesaan yang dijelaskan oleh Bapak Didik dan Ibu Karpilah juga sama
dengan penuturan informan yang lainnya yaitu setiap masyarakat harus
mempunyai kelompok terlebih dahulu, bisa kelompok arisan atau sinoman. Setiap
anggota harus mempunyai usaha yang produktif salah satunya berdagang. Agar
dana bantuan dapat cair para pedagang harus membuat proposal yang disertai
lampiran fotocopy KTP yang masih aktif.
Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh para pedagang, pihak PNPM
Mandiri Perdesaan melakukan penyidikan dan analisa kredit melalui tim verifikasi
dari kecamatan. Mengenai survey studi kelayakan usaha tersebut seperti ungkapan
Ibu Karpilah sebagai berikut:
Prosedurnya saya mengumpulkan KTP ke kelompok, dari kelompok mengajukan proposal pinjaman dana lalu diperiksa, ditanya saya bapak dari kecamatan tentang usaha saya mbak, tinggal nunggu bisa cair apa tidak.
(Wawancara KP, 30 September 2010).
Penuturan diatas didukung oleh penuturan Bapak Didik selaku PJOK di
Kecamatan Bringin sebagai berikut:
Setelah kelompok mengajukan proposal pengajuan kredit dari kecamatan yaitu Tim Verifikasi datang kekelompok untuk memeriksa antara lain persyaratan kelompok, kondisi kegiatan anggota kelompok mulai dari permodalan, jenis usaha sampai pendapatan anggota.
(Wawancara DB, ST, 27 September 2010)
Studi kelayakan usaha tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
kesesuaian antara permohonan dana dan usaha yang dijalankan. Dengan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
diharapkan dapat mempermudah proses pemberian kredit PNPM Mandiri
Perdesaan.
c. Keputusan atas Permohonan Kredit
Keputusan atas permohonan kredit masyarakat dapat cair atau tidak
tergantung apakah persyaratan yang diajukan bisa dipenuhi para pedagang atau
tidak. Untuk di Kecamatan Bringin mayoritas para pedagang sudah memenuhi
persyaratan yang diajukan PNPM Mandiri Perdesaan. Hal itu seperti diungkapkan
oleh Bapak Didik berikut ini, “Rata-rata memang sudah memenuhi persyaratan
tersebut. Kalau misalkan ada yang tidak memenuhi syarat tersebut berarti dana
tidak cair”. (Wawancara DB, 27 September 2010).
Penuturan tersebut didukung oleh Ibu Nurul, “Sudah, buktinya saya
selalu mendapatkan pinjaman”. (Wawancara NL, 27 September 2010). Dari hasil
penelitian juga diungkapkan oleh semua informan pedagang bahwa mereka sudah
memenuhi persyaratan yang diberikan PNPM Mandiri Perdesaan.
d. Penolakan/Persetujuan Kredit
Persyaratan yang diberikan PNPM Mandiri Perdesaan sangat mudah
sehingga mayoritas pedagang bisa memenuhi persyaratan tersebut. Oleh karena
itu pengajuan pinjaman dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang dibuat oleh
para pedagang dengan bentuk proposal selalu disetujui oleh pihak UPK. Hal ini
berdasarkan penuturan semua informan dari hasil penelitian bahwa rata-rata
mereka mengatakan pengajuan dana pinjaman selalu disetujui karena sudah
memenuhi persyaratan.
e. Pencairan dana
Pencairan dana dilakukan setelah adanya analisa pinjaman dari Tim
verifikasi. Tim verifikasi bertugas menganalisa, merangkum dan merekap serta
menyusun rekomendasi atas hasil kunjungan lapangan. Apabila kelompok yang
dianalisa dinyatakan “layak” maka pengurus UPK menginformasikan kepada
kelompok berupa paling tidak persetujuan atau ditolak, besarnya pinjaman, waktu
pencairan, dan tempat pencairan pinjaman.
Dalam pelayanan pinjaman tidak dikenakan biaya sama sekali kecuali
penggantian materai, penggantian pengetikan/rental yang besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
disesuaikan/realitas dan telah disepakati kelompok. Dana yang cair kepada para
pedagang golongan ekonomi lemah sangat tergantung pada survey study
kelayakan yang dilakukan tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan. Memang
untuk pengajuan pertama dana yang turun tidak sesuai dengan permohonan yang
diajukan. Dana yang tidak sesuai ajuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu besarnya dana daerah yang bersangkutan, kondisi/jenis usaha, kemampuan
kelompok sasaran dalam membayar angsuran, dan penilaian khusus rencana
kegiatan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Didik B.M, ST selaku PJOK
berikut ini, “Kecamatan Bringin ini kan terdiri dari 10 desa yang setiap desa
mempunyai jumlah kelompok, jadi anggotanya banyak. Tidak semua jumlah
pengajuan pinjaman sesuai dengan ajuan dari kelompok, karena uangnya juga
diratakan keanggota lainnya mbak biar kebagian semua”. (Wawancara DB, 27
September 2010).
Pada awal program turun dana yang sebagian besar tidak sesuai dengan
permintaan, karena dianggap besarnya pengajuan tidak sesuai dengan usaha yang
dijalankan anggota. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Nurul berikut ini,
“Pertama dulu saya mengajukan pinjaman Rp 3.000.000,00 tapi cuma dikasih
Rp.2.000.000,00 karena usaha saya dulu masih kecil mbak”. (Wawancara NL, 27
September 2010).
Untuk pengajuan dana yang kedua dan tahun berikutnya masyarakat bisa
bernafas lega karena dana yang mereka ajukan sudah sesuai dengan besarnya
ajuan yang mereka inginkan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Harmi berikut ini
“Sekarang sudah sesuai dengan ajuan mbak, tapi dulu pertama kali saya
meminjam saya mengajukan Rp 2.000.000,00 cuma dikasih Rp 1.000.000,00”.
(Wawancara HR, 30 September 2010).
Pada tahap pencairan dana, pelayanan pada kelompok sasaran terkesan
mudah dan tidak berbelit-belit terbukti dengan tidak adanya keluhan dalam hal
pencairan. Sebelum pencairan dana pengurus UPK mempersiapkan berkas-berkas
pencairan yang meliputi:
1) Surat perjanjian pinjaman/kredit (SPK) minimal rangkap 2 dan bermaterai
secukupnya. Berkas yang bermaterai yang ditandatangani oleh pengurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kelompok disimpan oleh UPK dan satu salinan berkas yang tidak bermaterai
diserahkan kepada pengurus kelompok.
2) Kartu pinjaman rangakap 2 beda warna, satu untuk kelompok dan satunya lagi
disimpan UPK.
3) Penandatanganan SPK dilakukan langsung antara UPK (yang mewakili)
dengan pengurus kelompok, yang diketahui oleh TPK
4) Surat perjanjian pinjaman/kredit (SPK) dan dokumen lain diarsipkan dengan
tertib.
f. Pelunasan Fasilitas Kredit
Tanggal pengembalian angsuran untuk setiap kelompok berbeda-beda
tergantung kesepakatan awal saat mengajukan kredit dan tanggal pencairan kredit.
Menurut kesepakatan bersama kelompok sasaran dan tim pengelola, angsuran
dikumpulkan pada ketua kelompok masing-masing dan ketua kelompok mewakili
anggotanya untuk menyetorkan ke TPK setiap tanggal angsuran, dari TPK baru
diserahkan ke UPK. Seperti yang diungkapkan Ibu Narti berikut ini, “Saya
membayar angsuran ke ketua, kemudian disetor ke TPK, baru bendaharanya setor
ke UPK”. (Wawancara NR, 29 September 2010).
Angsuran yang diwakilkan kepada ketua kelompok dirasakan lebih
efektif karena tim pengelola dari UPK lebih mudah dalam melakukan koordinasi.
Dengan terwakili pada waktu angsuran, tim pengelola hanya menanyakan kepada
ketua kelompok mengenai keadaan anggotanya juga hal-hal yang berkaitan
dengan pengelolaan dana itu sendiri. Sehingga bila ada hal-hal yang memerlukan
penanganan langsung dari UPK bisa secepatnya diatasi.
Angsuran yang disetorkan ke UPK selain pokok pinjaman juga
dikenakan bunga/jasa 1,5% per bulan. Bunga ini nanti pada akhir pelunasan
pinjaman akan diberikan ke masyarakat desa untuk pelestarian desa. Dari hasil
penelitian mayoritas masyarakat membayar angsuran tepat pada tanggal
pembayaran. Jika ada itupun sangat sedikit sekali. Untuk anggota yang terlambat
membayar angsuran akan dikenakan sanksi Rp 5.000,00 per hari setelah hari yang
seharusnya membayar angsuran. Seperti yang diungkapkan Ibu Narti berikut ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
“Saya pernah telat membayar angsuran, dulu itu saya harus bayar 5.000/hari, jadi
kalau telat 2 hari ya 10.000 ribu”. (Wawancara NR, 29 September 2010).
Penuturan di atas diperkuat oleh bapak Darmaji selaku ketua TPK
sebagai berikut, “Kalau ada anggota yang telat membayar saya datangi
kerumahnya mbak, saya kasih tahu dapat denda 5.000 per harinya”. (Wawancara
DJ, 28 September 2010). Jika kelompok peminjam di suatu desa tidak melunasi
pinjaman pada jangka waktu yang sudah ditentukan maka kelompok tersebut bisa
tidak akan mendapat lagi dana perguliran. Bagi kelompok yang membayar dengan
tepat waktu dan tepat jumlahnya dari jatuh tempo pembayaran setiap bulannya,
maka kelompok akan diberikan insentif pembayaran tepat waktu (IPTW) sebesar
satu kali jasa pada angsuran terakhir (bebas jasa angsuran terakhir).
Dari uraian data di atas dapat diambil kesimpulan, dalam implementasi
pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan prosedur yang harus dilakukan oleh
pedagang golongan ekonomi lemah sebagai berikut:
1) Permohonan kredit dilakukan dengan cara pedagang membentuk kelompok
terlebih dahulu agar dapat meminjam dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan.
2) Penyidikan dan analisa kredit oleh PNPM Mandiri Perdesaan dilihat dari
kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang yaitu setiap
anggota yang ikut harus memiliki usaha yang produktif, mempunyai
kelompok, dan membuat proposal pengajuan dana ke Unit Pengelola Kegiatan
(UPK).
3) Keputusan atas permohonan kredit tergantung dari kelengkapan persyaratan
yang harus dipenuhi para pedagang. Untuk pedagang di Kecamatan Bringin
sebagian besar sudah memenuhi persyaratan tersebut.
4) Sebagian besar pedagang di Kecamatan Bringin sudah memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan sehingga permohonan
kredit yang mereka ajukan rata-rata disetujui.
5) Pencairan dana dilakukan setelah tim verifikasi mengadakan studi kelayakan
usaha, sehingga besar dana yang cair ke para pedagang tergantung dari hasil
tim verivikasi. Tempat dan waktu pencairan dana dilakukan dari kesepakatan
koordinasi antara pengelola UPK dengan TPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6) Pelunasan kredit PNPM mandiri Perdesaan dilakukan dengan cara setiap
pedagang membayar ke ketua kelompok masing-masing pada tanggal yang
telah disepakati bersama.
2. Kendala Pedagang Golongan Ekonomi Lemah dalam Proses
Pelunasan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam proses pelunasan kredit tidak selamanya berjalan lancar.
Beberapa hambatan dialami oleh para pedagang. Sebenarnya untuk kecamatan
Bringin tidak ditemukan kredit macet, hanya sedikit sekali anggota yang telat
membayar. Masalah pengembalian pinjaman dirasakan sulit oleh para pedagang
adalah ketika usaha mereka sedang mengalami hambatan. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Warti yang setiap harinya berjualan sayur keliling berikut
ini, “Susahnya kalau dagangan saya masih banyak mbak, jadi g laku, susah
mengumpulkan uang buat angsuran”. (Wawancara WR, 29 September 2010). Hal
itu juga sama dialami oleh Ibu Nurul yang berjualan polowijo di pasar sebagai
berikut, “Polowijo kan tanaman musiman mbak, jadi kalau tidak musimnya tidak
ada barang, tidak ada mungkin orang membeli tiap hari jadi pendapatan saya tidak
ada”. (Wawancara NL, 27 September 2010). Setiap orang berdagang pasti ada
waktunya dagangan mereka laris terjual, tetapi terkadang juga sepi. Pedagang
mengalami kendala kesulitan membayar angsuran hanya ketika dagangan mereka
sepi pembeli.
Dari uraian di atas, terdapat berbagai permasalahan dalam hal angsuran.
Pada umumnya hal itu disebabkan karena sepinya usaha yang sedang mereka
jalankan bukan karena beban bunga yang diberikan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan.
3. Kendala Unit Pengelola Kegiatan dalam Proses Penarikan
Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam proses penarikan kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini pihak UPK
menuturkan tidak ada kendala sama sekali. Karena dalam prosesnya pihak UPK
juga dibantu dari tim pengelola kegiatan (TPK). Misalnya pada saat terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
anggota yang belum bisa membayar angsuran tepat pada tanggal kesepakatan
anggota KPMD membantu UPK mengatasi permasalahan tersebut dengan
mendatangi rumah anggota tersebut, sehingga UPK tidak perlu datang langsung.
Namun jika permasalahannya sudah rumit misalnya sampai kredit macet,
pengelola turun langsung menengani permasalahan tersebut agar cepat selesai.
4. Upaya yang dilakukan untuk Menghadapi Kendala dalam Proses
Pelunasan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Pedagang harus bisa menghadapi kendala dalam proses pelunasan kredit
PNPM Mandiri Perdesaan tersebut agar masih dapat menggunakan bantuan kredit
PNPM Mandiri Perdesaan. Berbagai macam upaya yang pedagang lakukan dalam
menghadapi kendala dalam proses pelunasan kredit yaitu kendala dalam hal
membayar angsuran pada saat usaha mereka sepi pembeli. Seperti ungkapan Ibu
Puji berikut ini, “Biasanya untuk menghadapinya keuntungan yang saya peroleh
dari berdagang tersebut sebagian saya tabung agar dapat membayar anguran”.
(Wawancara PJ, 26 September 2010). Sama halnya dengan Ibu Narti yang
berusaha menabung uang hasil keuntungan berdagang agar waktu mengangsur
tidak merasa keberatan. Berikut penuturan Ibu Narti, “Pas waktu bayar angsuran
sebelum tanggal itu saya sudah mengumpulkan uang dahulu”. (Wawancara NR,
29 September 2010).
Pendapat lain yang berbeda diungkapkan oleh Ibu Mariyam berikut ini,
dulu dari pada “Kebutuhan saya kan banyak mbak, kadang untung dari jualan buat
bayar uang sekolah anak saya. Jika pas waktu tanggal bayar tidak ada uang sama
sekali saya menjual ayam ternak kepasar saya didenda”. (Wawancara MY, 27
September 2010).
Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menghadapi
kendala yang dihadapi pedagang dalam proses pelunasan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan yaitu dalam hal pembayaran angsuran, maka segala upaya telah
dilakukan oleh pedagang. Salah satunya dengan mengumpulkan uang sedikit-
sedikit dari hasil keuntungan berdagang setiap hari, sehingga pada saat waktunya
tanggal pembayaran angsuran pedagang bisa membayar. Upaya lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dilakukan pedagang yaitu dengan menjual binatang ternak yang dimiliki mereka
supaya bisa membayar angsuran.
5. Pendapatan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah Setelah Mendapat
Bantuan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Sebelum adanya bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini usaha
yang dimiliki masyarakat hanya usaha kecil yang mempunyai modal yang minim
sekali. Setelah adanya bantuan kredit ini usaha masyarkat bertambah maju, barang
dagangan semakin banyak.
Tabel 4. Peningkatan Modal Pedagang setelah Menerima Kredit PNPM-MP
No Nama Modal awal
(Rupiah)
Modal setelah kredit
PNPM-MP
(Rupiah)
Prosentase
peningkatan
modal (%)
1. Wagiyem 1.000.000 3.000.000 200
2. Sri Martini 3.000.000 5.000.000 66,67
3. Puji 300.000 1.300.000 333,33
4. Remi 2.000.000 4.000.000 100
5. Murni 500.000 1.500.000 200
6. Mariyam 5.000.000 9.000.000 80
7. Nurul 2.000.000 5.000.000 150
8. Kartini 500.000 2.500.000 400
9. Martini 1.000.000 3.500.000 250
10. Warti 500.000 2.000.000 300
11. Narti 2.000.000 6.000.000 200
12. Lugiyem 500.000 1.500.000 200
13. Harmi 500.000 2.500.000 400
14. Karpilah 5.000.000 7.000.000 50
Jumlah 23.800.000 53.800.000 126,05
Rata-rata 1.700.000 3.842.867,1 126,05
Sumber: Hasil wawancara dengan informan yang telah diolah (September 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum menerima
kredit PNPM Mandiri Perdesaan modal pedagang golongan ekonomi lemah rata-
rata sedikit, tetapi setelah menerima kredit PNPM Mandiri Perdesaan modal
menjadi bertambah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata prosentase peningkatan
modal yaitu sebesar 126,05% dengan prosentase peningkatan modal terendah 50%
dan prosentase peningkatan modal tertinggi 333,34%.
Kredit PNPM Mandiri Perdesaan tersebut digunakan oleh pedagang
untuk menambah modal usaha mereka agar pendapatan mereka dapat meningkat.
Sebelum mendapat kredit PNPM Mandiri Perdesaan pendapatan para pedagang
tersebut biasa-biasa saja tapi setelah mendapat kredit PNPM Mandiri Perdesaan
pendapatan mereka rata-rata mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 5. Peningkatan Pendapatan Pedagang setelah Menerima Kredit PNPM-MP
No Nama Pendapatan
sebelum kredit
(Rupiah)
Pendapatan
setelah kredit
(Rupiah)
Prosentase
peningkatan
pendapatan
(%)
1. Wagiyem 80.000 100.000 25
2. Sri Martini 30.000 50.000 66,67
3. Puji 40.000 50.000 25
4. Remi 100.000 180.000 80
5. Murni 20.000 35.000 75
6. Mariyam 20.000 30.000 50
7. Nurul 15.000 25.000 40
8. Kartini 30.000 55.000 71,43
9. Martini 130.000 200.000 53,85
10. Warti 30.000 50.000 66,67
11. Narti 55.000 85.000 72,73
12. Lugiyem 20.000 30.000 50
13. Harmi 20.000 35.000 75
14. Karpilah 60.000 75.000 25
Jumlah 650.000 970.000 49,23
Sumber: Hasil wawancara dengan informan yang telah diolah (September 2010)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa setelah menerima kredit
PNPM Mandiri Perdesaan rata-rata peningkatan pendapatam masyarakat naik
sebesar 49,23%. Hal ini dapat di lihat prosentase peningkatan pendapatan tertinggi
yaitu 72,73% dan prosentase peningkatan pendapatan terendah sebesar 25%.
C. Temuan Studi yang dihubungkan dengan Teori
Berdasarkan permasalahan penilitian yang dikemukakan dimuka, temuan
study yang dihubungkan dengan teori yaitu mengenai :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Prosedur Pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Untuk memperoleh suatu kredit, seorang nasabah (debitur) harus melalui
prosedur perkreditan, begitu juga bagi kreditur harus melalui prosedur-prosedur
tertentu dapat memberikan kredit. Menurut Thomas Suyatno et al (2003:69)
menyatakan bahwa,”Prosedur perkreditan meliputi tahap-tahap permohonan
kredit, penyelidikan dan analisis kredit, penolakan atas permohonan kredit,
persetujuan atas permohonan kredit, pencarian fasilitas kredit dan pelunasan
fasilitas kredit”.
Adapun tahapan dalam proses pemberian kredit PNPM Mandiri
Perdesaan di Kecamatan Bringin adalah sebagai berikut:
a. Permohonan Kredit
Untuk mendapat dana bantuan kredit PNPM Mandiri perdesaan
masyarakat khususnya para pedagang harus mengajukan permohonan kredit
terlebih dahulu kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Permohonan kredit dapat
dilakukan dengan mengajukan proposal pengajuan dana pinjaman yang telah di
buat setiap anggota dengan kelompok mereka masing-masing. Proposal pengajuan
dana pinjaman disertai nama setiap anggota, jenis usaha mereka, besar jumlah
dana yang dipinjam, dan dilampiri foto copy KTP setiap anggota yang masih
aktif. Proposal pengajuan dana dapat menentukan layak atau tidaknya pedagang
mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan.
b. Penyidikan dan Analisa Kredit
Pembentukan kelompok dilakukan untuk memenuhi syarat agar bisa
menjadi peminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan. Pembentukan kelompok
sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Untuk menjadi peminjam dana PNPM
Mandiri Perdesaan ini usia kelompok minimal 1 tahun. Setelah kelompok
dibentuk harus ditentukan pengurus kelompok antara lain ketua, bendahara dan
sekretaris. Selain mempunyai kelompok syarat lainnya yaitu setiap anggota
simpan pinjam perempuan (SPP) harus mempunyai usaha yang produktif. Di
kecamatan Bringin sendiri jenis usaha yang ikut menggunakan dana PNPM
Mandiri Perdesaan antara lain usaha warung, toko, dagang jajanan pasar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mrancang, menjual ayam potong, dll. Selain itu kelompok harus memiliki
administrasi pembukuan yang sederhana akan tetapi tertib dan teratur.
c. Keputusan atas Permohonan Kredit
Keputusan atas permohonan kredit masyarakat dapat cair atau tidak
tergantung apakah persyaratan yang diajukan bisa dipenuhi para pedagang atau
tidak. Untuk di Kecamatan Bringin mayoritas para pedagang sudah memenuhi
persyaratan yang diajukan PNPM Mandiri Perdesaan.
d. Penolakan atau Persetujuan Kredit
Penolakan atau persetujuan kredit ditentukan oleh persyaratan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat. Persyaratan yang diberikan PNPM Mandiri
Perdesaan sangat mudah sehingga mayoritas pedagang bisa memenuhi
persyaratan tersebut. Oleh karena itu pengajuan pinjaman dana bantuan PNPM
Mandiri Perdesaan yang dibuat oleh para pedagang dengan bentuk proposal selalu
disetujui oleh pihak UPK. Hal ini berdasarkan penuturan semua informan dari
hasil penelitian bahwa rata-rata mereka mengatakan pengajuan dana pinjaman
selalu disetujui karena sudah memenuhi persyaratan.
e. Pencairan Fasilitas Kredit
Pencairan dana dilaksanakan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang
langsung mendatangi kelompok yang mengajukan pinjaman, sedangkan waktu
dan tempat pencairan dana dikoordinasikan dengan pihak TPK. Pencairan dana
dilakukan setelah adanya hasil analisa studi kelayakan usaha terhadap kelompok
yang diakukan oleh tim verifikasi. Sehingga besarnya dana yang cair dan
pegajuan proposal itu layak atau tidak tergantung analisa dari tim verifikasi.
Sebelum proses pencairan dana kekelompok, bendahara UPK mempersiapkan
Surat Perjanjian Kredit (SPK) rangkap dua untuk ditandatangani oleh seluruh
anggota kelompok yang mengajukan dana pinjaman.
f. Pengembalian (Pembayaran Angsuran)
Tanggal pengembalian angsuran setiap kelompok berbeda-beda
tergantung tanggal pengajuan dan pencairan dana. Berdasarkan kesepakatan
antara anggota dengan pengelola, angsuran dibayarkan ke setiap ketua kelompok
pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah itu ketua membayarkan ke bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
TPK dan kemudian ke kantor UPK. Pengelola UPK bisa menanyakan langsung ke
ketua kelompok pada saat membayar angsuran tentang keadaan anggotanya.
Jumlah bunga yang harus dibayar anggota setiap bulannya yaitu 1,5% per bulan.
Bunga ini nanti pada akhir pelunasan pinjaman akan diserahkan ke masyarakat
desa untuk pelestarian desa.
2. Kendala yang dihadapi oleh Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
dalam Pelunasan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam proses pelunasan kredit PNPM Mandiri Perdesaan tidak
selamanya berjalan lancar. Pedagang juga mengalami beberapa kendala,
diantaranya adalah kesulitan membayar angsuran. Masalah pengembalian
pinjaman dirasakan sulit oleh pedagang ketika usaha mereka mengalami
penurunan. Selain itu ada juga pedagang yang mengalami kesulitan pada saat
membayar angsuran karena uang yang seharusnya untuk membayar angsuran
dipakai untuk memenuhi kebutuhan lain.
3. Kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam Proses
Penarikan Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam proses penarikan kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini pihak UPK
menuturkan tidak ada kendala sama sekali. Karena dalam prosesnya pihak UPK
juga dibantu dari tim pengelola kegiatan (TPK). Misalnya pada saat terdapat
anggota yang belum bisa membayar angsuran tepat pada tanggal kesepakatan
anggota KPMD membantu UPK mengatasi permasalahan tersebut dengan
mendatangi rumah anggota tersebut, sehingga UPK tidak perlu datang langsung.
Namun jika permasalahannya sudah rumit misalnya sampai kredit macet,
pengelola turun langsung menangani permasalahan tersebut agar cepat selesai.
4. Upaya yang dilakukan pedagang dan UPK untuk Menghadapi
Kendala dalam Proses Pelunasan Kredit PNPM-MP
Kredit diberikan kepada nasabah atas dasar kepercayaan, dengan
demikian pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai waktu dan syarat-syarat
yang disepakati.
Dari hasil penelitian upaya yang dilakukan oleh pedagang untuk
mengatasi kendala yang dialami dalam proses pelunasan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan antara lain sebelum tanggal pembayaran angsuran para pedagang
menabung setiap hari dari hasil keuntungan berdagang. Selain itu jika terpaksa
benar-benar tidak mempunyai uang, pedagang terpaksa menjual binatang ternak
yang dimiliki supaya bisa membayar angsuran. Untuk UPK selama penarikan
kredit tidak mengalami hambatan sama sekali, sehingga pihak UPK sendiri
tinggal bekerjasama dengan pengelola UPK agar proses pemberian kredit berjalan
lancar dan tidak terjadi kredit macet.
5. Pendapatan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah Setelah Menerima
Kredit PNPM Mandiri Perdesaan
Adanya kredit PNPM Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk
meningkatkan perluasan usaha dan peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil
penelitian di Kecamatan Bringin, rata-rata pendapatan pedagang golongan
ekonomi lemah masih rendah. Namun dengan adanya bantuan kredit PNPM
Mandiri Perdesaan usaha para pedagang golongan ekonomi lemah semakin
meningkat. Sebagian besar dana bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan
digunakan untuk membeli barang dagangan, tetapi ada juga yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari hasil pengamatan dengan adanya bantuan
kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini rata-rata pendapatan pedagang golongan
ekonomi lemah di Kecamatan Bringin meningkat. Peningkatan pendapatan setiap
pedagang berbeda-beda, tergantung kondisi, keadaan dan kebutuhan pedagang itu
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penanggulangan kemiskinan dengan menitik beratkan pada
pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional, merupakan wujud
komitmen pemerintah dalam merealisasikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)
merupakan wujud nyata dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia.
Kecamatan Bringin melaksanakan program pemberdayaan mulai dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 1997. Kecamatan Bringin mampu
menyerap dana tebesar dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Ngawi.
Pelaksanaan pemberian kredit di Kecamatan Bringin telah menunjukkan
perkembangan yang cukup berarti. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan
dana yang cenderung meningkat. Peningkatan saldo tersebut bisa menunjukkan
adanya indikator keberhasilan dalam pengelolaan dana PNPM Mandiri Perdesaan.
Dari pelaksanaan implementasi pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam
meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan
Bringin dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam meningkatkan
pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah, meliputi:
a. Permohonan Kredit
Untuk mendapat dana bantuan kredit PNPM Mandiri perdesaan
masyarakat khususnya para pedagang harus mengajukan permohonan
kredit terlebih dahulu kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK).
Permohonan kredit dapat dilakukan dengan mengajukan proposal
pengajuan dana pinjaman yang telah di buat setiap anggota dengan
kelompok mereka masing-masing. Proposal pengajuan dana pinjaman
disertai nama setiap anggota, jenis usaha mereka, besar jumlah dana yang
dipinjam, dan dilampiri foto copy KTP setiap anggota yang masih aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Proposal pengajuan dana dapat menentukan layak atau tidaknya pedagang
mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan.
b. Penyidikan dan Analisa Kredit
Pembentukan kelompok dilakukan untuk memenuhi syarat agar bisa
menjadi peminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan. Pembentukan
kelompok sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Untuk menjadi
peminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan ini usia kelompok minimal 1
tahun. Setelah kelompok dibentuk harus ditentukan pengurus kelompok
antara lain ketua, bendahara dan sekretaris. Selain mempunyai kelompok
syarat lainnya yaitu setiap anggota simpan pinjam perempuan (SPP) harus
mempunyai usaha yang produktif. Di Kecamatan Bringin sendiri jenis
usaha yang ikut menggunakan dana PNPM Mandiri Perdesaan antara lain
usaha warung, toko, dagang jajanan pasar, mrancang, menjual ayam
potong, dll. Selain itu kelompok harus memiliki administrasi pembukuan
yang sederhana akan tetapi tertib dan teratur.
c. Keputusan atas Permohonan Kredit
Keputusan atas permohonan kredit masyarakat dapat cair atau tidak
tergantung apakah persyaratan yang diajukan bisa dipenuhi para pedagang
atau tidak. Untuk di Kecamatan Bringin mayoritas para pedagang sudah
memenuhi persyaratan yang diajukan PNPM Mandiri Perdesaan.
d. Penolakan/persetujuan Kredit
Penolakan atau persetujuan kredit ditentukan oleh persyaratan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat. Persyaratan yang diberikan PNPM Mandiri
Perdesaan sangat mudah sehingga mayoritas pedagang bisa memenuhi
persyaratan tersebut. Oleh karena itu pengajuan pinjaman dana bantuan
PNPM Mandiri Perdesaan yang dibuat oleh para pedagang dengan bentuk
proposal selalu disetujui oleh pihak UPK.
e. Pencairan fasilitas kredit
Pencairan dana dilaksanakan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang
langsung mendatangi kelompok yang mengajukan pinjaman, sedangkan
waktu dan tempat pencairan dana dikoordinasikan dengan pihak TPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pencairan dana dilakukan setelah adanya hasil analisa studi kelayakan
usaha terhadap kelompok yang diakukan oleh tim verifikasi. Sehingga
besarnya dana yang cair dan pegajuan proposal itu layak atau tidak
tergantung analisa dari tim verifikasi. Sebelum proses pencairan dana
kekelompok, bendahara UPK mempersiapkan Surat Perjanjian Kredit
(SPK) rangkap dua untuk ditandatangani oleh seluruh anggota kelompok
yang mengajukan dana pinjaman.
f. Tahap pembayaran angsuran
Tanggal pengembalian angsuran setiap kelompok berbeda-beda tergantung
tanggal pengajuan dan pencairan dana. Berdasarkan kesepakatan antara
anggota dengan pengelola, angsuran dibayarkan ke setiap ketua kelompok
pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah itu ketua membayarkan ke
bagian TPK dan kemudian ke kantor UPK. Pengelola UPK bisa
menanyakan langsung ke ketua kelompok pada saat membayar angsuran
tentang keadaan anggotanya. Jumlah bunga yang harus dibayar anggota
setiap bulannya yaitu 1,5% per bulan. Bunga ini nanti pada akhir
pelunasan pinjaman akan diserahkan ke masyarakat desa untuk pelestarian
desa.
2. Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam proses
pelunasan kredit PNPM Mandiri Perdesaan adalah kesulitan mengangsur
pinjaman. Sebenarnya untuk Kecamatan Bringin tidak ditemukan kredit
macet, memang terdapat anggota yang kadang terlambat membayar angsuran
tetapi tidak sampai menimbulkan kredi macet. Masalah pengembalian
pinjaman dirasakan sulit oleh para pedagang golongan ekonomi lemah ketika
usaha mereka sepi. Ada kalanya usaha mereka mengalami kemajuan tetapi ada
kalanya mengalami penurunan. Pada saat mengalami penurunan pada
umumnya disebabkan oleh sepinya usaha mereka jalankan. Untuk peminjam
yang tidak bisa membayar angsuran pinjaman, UPK memberikan sanksi denda
Rp 5.000,00 per hari setelah hari jatuh tempo membayar angsuran. Selain itu
jika kelompok itu mengajukan pinjaman lagi tidak akan dikabulkan oleh UPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3. Kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam penarikan
kredit PNPM Mandiri Perdesaan sebenarnya tidak ada. Hal ini dikarenakan
adanya kerjasama yang baik antara pihak UPK, tim pengelola kegiatan (TPK)
serta para pedagang golongan ekonomi lemah terjadi kendala apabila
mengalami kredit macet.
4. Upaya yang dilakukan pedagang untuk menghadapi kendala tersebut adalah
kelompok pengguna jauh-jauh hari sebelum tanggal pengembalian angsuran
berusaha mengumpulkan uang tersebut dari hasil keuntungan yang diperoleh
setiap berdagang. Ini dimaksudkan agar pengembalian angsuran tidak
memberatkan mereka dan bisa membayar tepat waktu.
5. Pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah menerima kredit
PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bringin yaitu sebelum adanya kredit
PNPM Mandiri Perdesaan usaha para pedagang masih kecil dan modalnya
sangat minim. Namun dengan adanya bantuan kredit PNPM Mandiri
Perdesaan usaha para pedagang golongan ekonomi lemah semakin meningkat.
Sebagian besar dana bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan digunakan untuk
membeli barang dagangan, tetapi ada juga yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dari hasil pengamatan dengan adanya bantuan kredit
PNPM Mandiri Perdesaan ini rata-rata pendapatan pedagang golongan
ekonomi lemah di Kecamatan Bringin meningkat. Peningkatan pendapatan
setiap pedagang berbeda-beda, tergantung kondisi, keadaan dan kebutuhan
pedagang itu sendiri.
B. Implikasi
Bertitik tolak dari kesimpulan dalam penelitian, maka dapat dikaji
suatu implikasi teoritas dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain dalam
menunjang kajian teori dan pengembangan materi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai sarana memperdalam mata kuliah manajemen
perbankan.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi
pengelola unit pengelola kegiatan (UPK) dalam menentukan kebijakan-
kebijakan yang menyangkut tentang pelaksanaan pemberian kredit PNPM
Mandiri Perdesaan.
b. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit dapat meningkatkan
pemerataan pendapatan. Pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dapat
membantu pedagang golongan ekonomi lemah untuk memperluas usaha
sehingga pendapatan mereka dapat bertambah.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Saran untuk pengelola UPK dan TPK
a. Pengelola UPK diupayakan memberikan sanksi kepada pedagang dengan
mengembalikan proposal yang tidak sesuai dengan persyaratan sesuai
dengan prosedur yang ada, sehingga pedagang terbiasa disiplin sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengelola UPK diupayakan mengadakan monitoring kepada pedagang
golongan ekonomi lemah dengan melakukan pertemuan secara rutin
setiap bulannya yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan dana
PNPM-MP yang telah diterima pedagang. Sehingga diharapkan pedagang
golongan ekonomi lemah mempunyai kesadaran untuk mempergunakan
dana pinjaman sesuai dengan tujuan kredit dan kesulitan yang dihadapi
oleh para pedagang dapat diatasi.
c. Pengelola UPK diupayakan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
dengan cara pihak UPK bekerjasama dengan TPK mendatangi langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kekelompok pedagang sehingga terjalin koordinasi yang baik dengan
pedagang dan dapat meminimalisir kendala yang dihadapi.
2. Saran untuk pedagang golongan ekonomi lemah kecamatan Bringin selaku
kelompok sasaran.
a. Diharapkan agar pedagang giat mengikuti kegiatan pengembangan
kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) seperti pelatihan manajemen,
pelatihan ketrampilan, dan pelatihan pemasaran yang bertujuan agar usaha
para pedagang lebih meningkat dan kendala yang dihadapi bisa
diminimalisir.
b. Diharapkan pedagang aktif berpartisipasi dengan ikut berdiskusi saat
diadakan musyawarah desa dengan pengurus Unit Pengelola Kegiatan
(UPK) sehingga kesulitan melunasi kredit dapat dicari solusi yang tepat
bagi permasalahan yang dihadapi.
c. Diharapkan pedagang mempergunakan dana bantuan yang diperoleh dari
PNPM-MP untuk menambah modal usaha mereka bukan untuk kebutuhan
yang lain agar diperoleh hasil yang maksimal yaitu peningkatan
pendapatan yang berdampak pada kondisi kesejahteraan mereka.
top related