position paper kesehatan gratis di ksb
Post on 26-Jul-2015
83 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 11
Position Papers
URGENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN PELAYANAN
KESEHATAN GRATIS YANG BERKUALITAS DAN
BERKELANJUTAN
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Penulis: Syahrul Mustofa
Dwi Arie Santo
Deni Wanputra
LEGITIMID KSB
Atas Dukungan TIFA FOUNDATION JAKARTA
TAHUN
2011
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 12
Position Papers
Menuju Pelayanan Kesehatan Gratis Yang Berkualitas dan
Berkelanjutan di Kabupaten Sumbawa Barat1
Oleh :
Syahrul Mustofa,
Deni Wanputra, dan Dewi Arie Santo2
Position papers ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal
tentang fakta dilapangan bagaimana impelementasi Perbup Nomor 9 Tahun
2006 tentang pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan
Jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
serta mencoba mengidentifikasi beberapa permasalahan atau kelemahan- yang
ada dalam perbup—sebagai bahan pijakan awal diskursus untuk menemukan
model kebijakan kesehatan gratis yang efektif, dan menjamin adanya
peningkatan kualitas dan berkelanjutan dimasa mendatang. Tulisan ini
mengungkap secara singkat temuan-temuan yang ada dilapangan, harapan dan
tututan yang muncul dilapangan.
A. Permasalahan dan Tantangan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan
Program Kesehatan Gratis
1). Penerima Program Kesehatan Gratis Terbatas
Jika beranjak dari Perbup Nomor 9 tahun 2006, dalam pasal, Pasal 3 ayat (1)
menyebutkan bahwa “sasaran pelayanan kesehatan/pengobatan gratis di
Kabupaten Sumbawa Barat adalah semua penduduk Kabupaten Sumbawa
Barat yang belum memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yakni
masyarakat yang tidak ditanggung oleh PJPK-MM, PT. ASKES, JAMSOSTEK,
dan Jaminan Asuransi lainnya”.
Beranjak dari pasal tersebut maka jelas bahwa sesungguhnya kelompok
penerima sasaran dari program layanan kesehatan gratis adalah terbatas pada
penduduk KSB yang tidak/belum memiliki asuransi kesehatan. Artinga
pula tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam memberikan pembiayaan
kesehatan gratis terbatas, kepada penduduk KSB, tidak semua pendudukan
dapat menerima pelayanan kesehatan gratis. Yang berhak menerima program
ini hanya pendidikan yang belum memiliki asuransi kesehatan.
1 Position papers ini ditulis sebagai bahan pertimbangan Pemda dan DPRD untuk melakukan
perubahan kebijakan program pelayanan kesehatan gratis serta sebagai bahan diskusi dengan kelompok strategis untuk mendorong lahirnya kebijakan pendidikan gratis yang berkualitas dan berkelanjutan di masa mendatang
2 Penulis adalah peneliti pada Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa (LEGITIMID) Kabupaten Sumbawa Barat NTB, email:legitimid_sumbawabarat@yahoo.com atau syahrulmustofa@yahoo.com
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 13
Persoalannya kemudian adalah apakah Pemerintah Daerah memiliki
data dan informasi yang valid, siapa sajakah penduduk KSB yang belum
memiliki jaminan asuransi kesehatan tersebut? Atau data mengenai siapa
sajakah penduduk yang telah memiliki asuransi. Data dan informasi mengenai
penduduk “berasuransi” kesehatan patut kita ragukan tersedia di daerah.
Pasalnya problem kependudukan selama ini menjadi persoalan klasik.
Jangankan data yang seperti itu, data penduduk miskin atau data pemilih saja—
selama ini selalui menjadi masalah dan tidak pernah berakhir.
Ketentuan ini sangat sulit untuk dapat dilaksanakan jika hanya
mengandalkan data dari Puskemas dan jaringannya. Karena disamping bukan
merupakan tugas dari para petugas kesehatan—mereka dihadapkan dengan
banyaknya warga yang meminta pelayanan ksehatan—terlebih lagi sejak
diberlakukannya program kesehatan gratis. Seluruh pelayanan kesehatan di
masing-masing Puskesmas dan jaringannya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Masyarakat saat ini, sedikit saja kena “pilek” atau flu ringan sudah
datang ke puskemas untuk berobat. Perilaku ini tidak salah—bahkan, sangat
baik karena masyarakat semakin menyadari dan rasional terhadap kesehatan.
Jika sebelumnya, masyarakat mendahulukan dukun sebagai pertolongan
pertama jika menderita sakit, sekarang dokter menjadi pilihan pertama mereka.
Persoalannya kemudian adalah jumlah tenaga kesehatan yang ada saat
ini masih sangat terbatas, dengan meningkatnya jumlah pasien—para petugas
kesehatan semakin terbebani—karena volume pekerjaan yang meningkat.
Sementara disisilain, tunjangan dan pendapatan para petugas kesehatan
menurun. Inilah salah satu yang menyebabkan banyaknya para petugas
kesehatan yang mengeluh dengan adanya program kesehatan gratis. Bahkan,
banyak diantara mereka yang menginginkan—agar kebijakan kesehatan
dikembalikan seperti semula (membayar).
Dalam presfektif yang lain muncul wacana agar sasaran program
pelayanan kesehatan gratis, dibatasi hanya kepada kelompok masyarakat miskin
saja, tidak seluruh warga KSB. Dengan kebijakan pembatasan ini—diharapkan
dapat dilakukan realokasi anggaran kesehatan untuk peningkatan mutu
sekaligus menjamin ketersediaan anggaran untuk keberlanjutan program.
Pada dasarnya, secara konseptual pembatasan kelompok sasaran
program sebagaimana tertuang dalam Perbup sudah relative baik. Persoalan
sekatang adalah bagaimana Pemerintah memfasilitasi dan memperbaiki system
data kependudukan—karena persoalan ini berangkat dari buruknya system
kependudukan. Dilapangan masih banyak warga masyarakat yang memiliki KTP
ganda, tidak memiliki KTP dan sebagainya. Untuk itu, maka Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil seyogyanya—berperan aktif dalam melakukan
pendataan penduduk, khususnya terkait dengan persyaratan kepesertaan
pelayanan kesehatan gratis. Dinas Kesehatan akan sulit untuk dapat
melaksanakan kebijakan pelayanan kesehatan gratis yang bersifat terbatas. Jika
system data kependudukan masih buruk.
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 14
Rekomendasi Perubahan
Beranjak dari permasalahan di atas, maka, kedepan apabila pemerintah
daerah tetap memberlakukan pelayanan kesehatan gratis, hanya untuk
penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, maka beberapa
persyaratan yang perlu dipenuhi pemerintah daerah; pertama, pemerintah
daerah perlu melakukan pendataan penduduk dan membangun sistem
informasi tentang data warga yang belum memiliki asuransi, pemerintah daerah
untuk itu dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintahan Desa/Kelurahan
setempat melalui program SIOS (Sistem Infomrasi Orang Susah) dalam PBRT
(Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga) Pemerintah Daerah dapat
memasukkan atau mengintegrasikan kegiatan tersebut kedalam PBRT.
Kedua, pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi dan kerjasama
kepada perusahaan swasta/negara asuransi atau dinas terkait yang telah
menyediakan jasa asuransi, atau kepada perusahaan-perusahaan yang
menjalankan program Jamsostek. Data dan informasi dari perusahaan tersebut
menjadi data dan informasi yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah,
khususnya para petugas medis di masing-masing puskesmas dan jaringannya
untuk melakukan pengecekan dan validasi data pemegang asuransi yang
berkunjung ke masing-masing puskesmas dan jaringannya.
Ketiga, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih, dan
memudahkan pengawasan, puskesmas dan jaringannya yang memberikan
program pelayanan kesehatan gratis mengumumkan secara terbuka, misalnya
memasang daftar nama pemegang asuransi di papan informasi yang ada di
masing-masing puskemas, sehingga publik dapat mengetahui pula, siapa
sajakah yang telah memiliki asuransi.
Keempat, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya manipulasi
data yang dikarenakan perilaku “nakal” atau penyalahgunaan kekuasaan para
petugas medis di puskesmas dan jaringannya dan atau instansi terkait lainnya,
maka pemerintah daerah dapat memberilakukan adanya sanksi administratif
maupun sanksi pidana kepada para petugas medis yang tidak menjalankan
aturan tersebut. Disisilain, harus pula dibarengi dengan adanya pemberian
reward bagi mereka yang berperilaku dan berprestasi kerja baik.
Persoalan pendataan dan validasi data, memang tidak semudah yang
dibayangkan, untuk mendukung program ini, maka pemerintah daerah perlu
melibatkan para stakeholders, khususnyaadalah mereka yang ada di
desa/kelurahan, lebih khusus adalah para Ketua RT. Peran pemerintah adalah
pas aspek supervisi, seperti ; menyusun pedoman pelaksanaan dan pedoman
teknis, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para ketua RT dan
para petugas pendata dan lain sebagainya.
Data-data yang telah terkumpul dari masing-masing desa (RT) wajib
diolah oleh Pemerintah Daerah, instansi terkait, sebagai bahan untuk sistem
informasi dan database penerima layanan kesehatan gratis. Apabila data dan
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 15
informasi ini sudah dimiliki dan dikembangkan oleh pemerintah daerah, maka
pemerintah daerah dapat dengan mudah untuk menghitung, misalnya berapa
jumlah penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, berapa kali
rata-rata mereka ke Puskesmas dan jaringannya, dan pada akhirnya pemerintah
daerah dapat menghitung berapa jumlah pembiayaan ideal untuk pelayanan
kesehatan gratis/orang bagi penduduk KSB yang belum memiliki asuransi.
2). Perbaikan Mekanisme dan Prosedur Persyaratan Pelayanan
Kesehatan Gratus
Sesuai dengan materi Perbup No 9 Tahun 2006, maka untuk dapat
memperoleh pelayanan program kesehatan gratis, maka Penduduk KSB yang
belum memiliki asuransi kesehatan tersebut diberikan Kartu Tanda Pengobatan
Gratis atau disingkat dengan KTPG. Kartu tersebut diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan, dan selama ini baru dua kali diterbitkan, yakni pada tahun 2006-
20073. Setelah itu, tidak ada lagi dan setiap orang kemudian dapat memperoleh
pelayanan kesehatan gratis, karena untuk memperoleh pelayanan kesehatan
gratis di Puskesmas dan jaringannya hanya dengan bukti KTP KSB, bahkan di
sejumlah Puskesmas dan jaringannya, beberapa petugas medis, tidak
melakukan pendataan dan pengecekan pasien yang berkunjung di puskesmas
dan jaringannya.
Kelemahan dari Perbup Nomor 9 Tahun 2006, terkait dengan
persyaratan ini adalah karena di dalam Perbup tersebut tidak diatur secara jelas
dan rinci, apasajakah syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap penduduk KSB
yang belum memiliki asuransi kesehatan untuk dapat memperoleh KTPG.
Permasalahan lainnya adalah mengenai kartu yang dijadikan dasar untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan gratis yang simpang siur, tidak tegas dan
inkonsisten. Jika memang, pemerintah daerah memberlakukan KTPG sebagai
basis untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan
jaringannya, maka terhadap penduduk yang tidak memiliki KTPG, seyogyanya
tidak diberikan layanan kesehatan gratis.
Rekomendasi Perubahan
Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada beberapa materi perbup
yang perlu disempurnakan. Pertama, pemerintah daerah perlu untuk
memperjelas dan merinci, mengenai persyaratan untuk dapat menerima KTPG,
karena dalam Perbup tidak diatur, rujukan untuk dapat diterbitkannya KTPG
hanya terbatas pada lingkup persyaratan Penduduk KSB dan belum memiliki
asuransi kesehatan. Kedua, perlu diatur mengenai jenis dan bentuk KTPG,
termasuk masa berlakunya KTPG. Ketiga, mekanisme pengelolaan KTPG,
termasuk instansi yang memiliki otoritas untuk menerbitkan KTPG. Keempat,
untuk memberikan kepastian terhadap pelayanan kesehatan, maka pemerintah
3 Dinas kesehatan tidak lagi meneribitkan KTPG setelah terjadi banjir tahun 2007
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 16
daerah untuk memastikan dan memutuskan identitas persyaratan manakah
yang digunakan bagi setiap penduduk yang akan menerima pelayanan
kesehatan gratis. Dalam konteks inipula, penting untuk memastikan masa
transisi, berapa lama penggunaan KTP, Sertifikat GSP, dan identitas lainnya
dapat digunakan sepanjang belum diterbitkannya KTPG, termasuk
mempertegas, apabila KTPG telah diterbitkan, maka identitas lainnya untuk
dinyatakan tidak berlaku atau digunakan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan gratis.
3). Pentingnya peningkatan mutu/kualitas dan keberlanjutan
pelayanan kesehatan gratis.
Secara umum tujuan pelayanan kesehatan/pengobatan gratis adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan pada seluruh masyarakat
Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan secara khusus adalah ; pertama,
meningkatkan akses kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat
untuk pelayanan kesehatan dasar; kedua, meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dasar; ketiga, mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke
Puskesmas4.
Dalam perbup No.9 Tahun 2006, titik tekan dari tujuan program
pelayanan kesehatan gratis adalah peningkatan akses pelayanan kesehatan
dasar serta mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke Puskesmas.
Meskipun dicantumkan pula mengenai peningkatan mutu pelayanan kesehatan
dasar. Akan tetapi, selama kurun waktu 2006 s.d. 2011, alokasi anggaran
kesehatan dalam APBD masih terbatas pada bagaimana masyarakat dapat
memperoleh akses. Tujuan penyelenggaraan kesehatan gratis jika merujuk pada
pencapain akses semata, maka dapat dikatakan pemerintah daerah berhasil.
Masalah yang berkembang saat ini dan mendatang adalah bagaimana pelayanan
kesehatan gratis, tidak sekedar untuk dapat memenuhi akses pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, tetapi bagaimana pemerintah daerah dan instansi
terkait yang memberikan layanan kesehatan gratis dapat menjamin adanya
pelayanan yang bermutu dan berkualitas, serta berkelanjutan.
Rekomendasi Perubahan
Beranjak dari permasalahan diatas, maka perlu ada perubahan. Perubahan
tersebut diarahkan pada; pertama, orientasi tujuan penyelenggaran
pelayananan kesehatan gratis, dari penyediaan akses menuju pada akses yang
bermutu/berkualitas serta berkelanjutan. Kedua, untuk menjamin adanya
keberlanjutan program pelayanan kesehatan gratis, maka dibutuhkan adanya
komitmen politik dari lembaga legislatif dan eksekutif yang dituangkan dalam
peraturan daerah. Saat ini, secara politik dan hukum, keberlanjutan
penyelenggaraan kesehatan gratis, kondisi masih berada dalam “ancaman”
4 Pasal 2
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 17
karena dasar penyelenggaraan program yang hanya didasarkan pada peraturan
bupati. Sehingga dikhawatirkan, setelah masa jabatan bupati berakhir, berakhir
pula program pelayanan kesehatan gratis. Hadirnya peraturan daerah tentang
pelayanan kesehatan gratis, selain menyempurnakan berbagai materi yang ada
dalam Perbup No.9 tahun 2006, juga dimaksudkan untuk memperkokoh
landasan pelaksanaan program pelayanan kesehatan gratis di masa mendatang.
4). Keterbatasan obat-obatan dan rendahnya kualitas obat
Persoalan keterbatasan ketersediaan obat dan mutu obat yang
berkualitas adalah perosalan yang paling banyak disoroti dan dikeluhkan
masyarakat, mutu kualitas obat dinilai masyarakat masih sangat rendah.
Sementara disisi lain, jika, masyarakat ingin mendapatkan obat yang
bermutu/berkualitas, dapat diperoleh dari resep dokter atau apotik yang
ditunjuk dokter, dan untuk mendapatkan obat tersebut, meraka harus
membayar mahal. Oleh karena tidak mampu, terpaksa mereka tetap bertahan
dengan obat generik yang telah disediakan oleh pemerintah daerah secara
gratis, meskipun obat tersebut tidak mujarab, untuk menyebuhkan penyakit
yang dideritanya. Daripada membeli obat yang berkualitas namun mahal, lebih
baik menggunakan obat generik gratis yang diberikan meskipun tidak memiliki
dampak atau pengaruh atas kesembuhan pasien.
Atas dasar itu, maka, dimasa mendatang Pemerintah Daerah perlu
untuk memberikan subsidi untuk penyediaan obat-obatan yang
bermutu/berkalitas, khususnya bagi pasien warga miskin.
5). Jenis Pelayanan Yang Banyak dikeluhkan masyarakat
5.1. Pelayanan Gawat Darurat dan Operasi Minor
Pertama; sebagian besar masyarakat menilai unit pelayanan gawat
darurat yang diberikan petugas medis di masing-masing kecamatan masih
rendah, beberapa kasus yang membutuhkan penanganan cepat, seperti korban
kecelakaan lalu lintas lamban untuk direspons. Salah satu penyebabnya adalah
karena terbatasnya jumlah dokter di masing-masing kecamatan, dan terkadang
dokter atau petugas medis di Puskesmas tersebut pada saat penanganan korban
kecelakaan tidak berada di tempat.
Kedua; terbatasnya sarana dan prasarana pendukung, termasuk
kendaraan operasional untuk pasien (ambulance) ditambah dengan kelakuakn
sejumlah “oknum” di puskesmas yang menggunakan kendaraan dinas
operasional ambulance untuk kegiatan lainnya. Ketiga, keterbatasan SDM, di
beberapa Puskesmas, seperti Puskesmas Taliwang sarana dan prasarana,
khsusunya alat-alat kesehatan yang bertekhnologi tinggi yang disediakan Pemda
, ternyata tidak mampu untuk dioperasionalisasikan secara optimal, sehingga
penanganan pasien tetap melalui rujuk ke RSUD Sumbawa atau RSUD Mataram
dan atau Rumah sakit lainnya.
5.2. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap Tingkat Pertama
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 18
Permasalahan yang dihadapi atau dikeluhkan masyarakat, khususnya
pasien/keluarga yang mendampingi pasien, adalah menyangkut ketersediaan
petugas media yang sangat terbatas, khususnya adalah dokter yang merawat
pasien, umumnya adalah Dokter umum, dan seringkali mereka tidak berada
ditempat,
Beberapa fakta lapangan ditemukan, antara lain ; pelayanan kesehatan
pada pasien rawat inap umumnya dilakukan oleh perawat, sementara dokter
yang memiliki kompetensi, tidak berada ditempat, karena sejumlah Dokter yang
bertugas di Puskesmas, jua membuka praktek di rumah atau tempat praktek,
sebagian besar praktek tersebut dilakukan pada malam hari, sehingga pasien
yang membutuhkan pertolongan, tidak langsung dapat memperoleh pelayanan,
mereka harus menunggu hingga praktek dokter selesai.
Oleh karena pelayanan kesehatan/pengobatan diberikan oleh Perawat,
yang belum memiliki kompetensi atau kapasitas memadai, maka potensi untuk
terjadinya mal-praktek pun potensial terjadi. Sejumlah kasus, terjadi pasien
meninggal dalam perjalanan menuju RSUD, salah satunya adalah kasus Ibu
melahirkan yang terjadi di Puskesmas Taliwang. Diduga, kasus ini terjadi
karena kesalam perawat dalam melakukan diagnosis penyangkit dan
keterlambatan dalam penanganan pasien. Disamping itu, terkait dengan
pelayanan rawat inap, tantangan yang dihadapi adalah menyangkut
keterbatasan keresediaan ruangan untuk rawat inap pasien yang terjadi
dibeberapa puskesmas.
Rekomendasi Perubahan
Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada 4 (empat) agenda utama yang
perlu dilakukan perbaikan terkait dengan perbaikan pelayanan kesehatan bagi
pasien rawat inap. Pertama, pemerintah daerah perlu melakukan menyediaan
dan penambahan jumlah dokter, khususnya dokter sepesialis di masing-masing
kecamatan. Kedua, perlu ada upaya peningkatan kapasitas,khususnya bagi
para perawat puskesmas yang menangani pasien rawat inap. Ketiga, perlu
adanya sanksi yang tegas terhadap para dokter yang membolos atai
meninggalkan jadwal waktu pekerjaannya di Puskesmas. Perlu, dibutuhkan
adanya upaya peningkatan sarana dan prasarana, khususnya adalah ruang
wawat inap di masing-masing puskesmas.
6. Pelayanan Rujukan dari Puskesmas ke RSUD mendorong biaya
kesehatan yang tinggi
Rujuk Pasien ke RSUD Sumbawa, RSUD Mataram dan Rumah Sakit lainnya
sebagai “lahan” bisnis. Praktek rujuk merujuk, banyak sekali terjadi dan terus
meningkat, alasan rujuk dari masing-masing puskesmas sangat beragam, mulai
dari persoalan ketersediaan, dokter, peralatan kesehatan, hingga alasan di
puskemas A lebih baik daripada puskemas B.
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 19
Jika merujuk pada semangat dan tujuan rujuk, adalah untuk
memudahkan pasien. Pelayanan rujuk, antara lain meliputi; rujuk dari
Desa ke Puskesmas, dan antar Puskesmas dalam wilayah Kabupaten
Sumbawa Barat. Sedangkan, rujuk ke RSUD Sumbawa, seperti; RSUD
Mataram atau RSUD Sumbawa, atau Rumah Sakit lainnya tidak diatur
dalam Perbup, dan biasanya dibebankan atau ditanggung sendiri oleh
pasien.
Persoalan sekaligus tantangan sekarang adalah tingginya angkat
rujuk ke RSUD mataram dan Sumbawa, karena daerah KSB belum
memiliki RSUD sendiri. Tingginya jumlah pasie yang dirujuk, telah
menimbulkan reaksi dari masyarakat, biaya tinggi, waktu, jarak tempuh
dan sebagainya menjadi pemicu utamanya. Kondisi ini sangat
memberatkan masyarakat, khususnya mereka yang tidak mampu.
Misalnya saja, biaya pengangkutan pasien dari Puskesmas Induk ke
RSUD Sumbawa atau RSUD Mataram, untuk biaya sewa ambulance,
jika dari Puskesmas Sekongkang ke Sumbawa mencapai
Rp.1.000.000,00 s/d Rp.1.500.000,-. Belum lagi biaya di RSUD,
penginapan, dan sebagainya. Sehingga jauh lebih tinggi biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien dan keluarganya.
7. Korupsi dan Penyimpangan
Untuk mengatasi masalah kesulitan biaya kesehatan yang dialami
oleh pasien yang tidak mampu, maka Pemerintah Daerah telah
mengambil kebijaksanaan dengan menyediakan alokasi anggaran
khusus atau bantuan sosial kesehatan bagi warga miskin yang tidak
mampu yang dirujuk ke RSUD Mataram maupun RSUD Sumbawa,
namun, sejauh ini langkah tersebut belum cukup efektif dalam
mengatasi masalah yang dihadapi penduduk miskin KSB.
Beberapa warga (pasien) yang pernah dirujuk ke RSUD Sumbawa,
khususnya pasien warga miskin, ternyata belum mendapat perlakuan
pelayanan yang optimal, terlebih lagi yang berkualitas. Warga miskin
yang menggunakan Jamkesda, akses untuk mendapatkan obat secara
gratis, ternyata dibatasi, hanya memperoleh jenis obat-obatan tertentu
saja, disamping itu pelayanan yang diberikan para medis pun sangat
buruk.
Bantuan keluarga miskin, yang dihajatkan untuk membantu para
pasien kurang mampu, ternyata belum mampu dikelola Pemerintah
Daerah c.q. melalui Setda-Kesra KSB, ternyata banyak bantuan sosial
tersebut yang tidak sesuai sasaran. Hal ini dikarenakan kurangnya
transparansi dan akuntabilitas, khususnya mengenai sosialiasi atau
informasi bantuan sosial, kepada para keluarga miskin.
kelemahan : (a) kurangnya ketersediaan informasi/akses informasi
warga miskin, khususnya terkait dengan mekanisme pengajuan dan
pencairan dana bantuan sosial; (b) proses pengajuan dan pencairan
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 20
bantuan memerlukan waktu yang relative lama dan prosesnya terkesan
masih birokratif. Disisilain, pada tingkat masyarakat—ada pula
masyarakat yang memanfaatkan dana ini untuk kepentingan lainnya
atau melakukan manipulasi data, misalnya, dana yang seyogya untuk
biaya kesehatan tetapi digunakan untuk keperluan/kebutuhan yang lain.
8. Manajemen Pengelolaan Program Yang Lemah
Dari aspek perencaan program dan kegiatan pelayanan
kesehatan, keterlibatan stakeholders dalam perencanaan program sangat
minim, bahkan Puskesmas dan jaringannya yang merupakan unsur
terdepan dalam pelayanan kesehatan gratis tidak dilibatkan Dinas
Kesehatan dalam penyusunan program/kegiatan dan anggaran tahunan
daerah. Pada aspek Pengendalian dan Pengawasan, program pelayanan
kesehatan dan pengobatan gratis dilakukan oleh Tim Pengawasan yang
terdiri dari; unsur inspektorat dan dinas yang meliputi Kepala
BAPPEDA, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala BPM, Tim di ketuai
langsung oleh Sekretaris Daerah. Tugas utama Tim Pengawasan adalah ;
Pertama, menerima laporan dan menindaklanjuti laporan dari
masyarakat. Kedua, melakukan penngawasan terhadap pelaksanaan
pelayanan kesehatan gratis kepada para petugas medis Puskesmas dan
jaringannya.
Tim Pengawasan, ternyata belum dapat berjalan efektif, karena
masing-masing personil maupun dinas/instansi terkait memiliki tupoksi
dan beban masing-masing, keberadaan Tim Pengawasan tidak diketahui
masyarakat, termasuk peran dan tugas Tim tersebut. Sementara
disisilain, Tim Pengawasan bersifat pasif, hanya menunggu laporan
keluhan dari Petugas Puskesmas. Meskipun, dalam rangka pengawasan
tersebut, para petugas telah diwajibkan untuk membuat laporan dan
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan pelayanan
kesehatan gratis, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan,
laporan dan evaluasi tersebut meliputi; (a) Laporan pelaksanaan. (b)
Laporan pengawasan, dan (c) Laporan pengaduan. Namun kegiatan
tersebut memiliki banyak kelemahan seperti dalam evaluasi, proses
evaluasi pelayanan kesehatan/pengobatan gratis tidak melibatkan
partisipasi masyarakat, sehingga pemerintah daerah kurang
memperoleh feedback langsung dari pengguna layanan kesehatan
masyarakat. Padahal, masukan, saran maupun ktitik dari pengguna
layanan kepada pemda sangat diperlukan untuk mengetahui dan
memastikan permasalahan yang berkembang dilapangan sekaligus
bahan untuk melakukan perbaikan kebijakan dimasa mendatang.
Begitupun dengan pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis,
selama ini tidak pernah dipublikasikan secara kepada publik. Laporan
program dibuat oleh masing-masing Puskesmas dan jaringannya dan
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 21
dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan sebagai bahan evaluasi,
laporan tersebut, meliputi antara lain; laporan jumlah dan jenis
pelayanan kesehatan, jenis penyakit, Laporan tentang Kesehatan Ibu
dan Anak, Laporan pemakaian obat, laporan jumlah rujukan dan
kebutuhan peralatan kesehatan.
Publikasi laporan kesehatan penting bagi masyarakat, misalnya terkait
dengan laporan mengenai jumlah dan jenis penyakit, jika dapat
diketahui oleh masyarakat, dapat memahami ancaman penyakit yang
berada dilingkungganya, diharapkan kemudian masyarakat dapat
tergugah dan berpartisipasi untuk melakukan pencegahan dan
pengobatan penyakit tersebut.
9. Sistem Informasi Kesehatan Yang Terbatas
Sistem Informasi Kesehatan Daerah bertujuan untuk
meningkatkan akses informasi dan peningkatan pelayanan kesehatan,
khususnya terkait ketersediaan database penerima layanan kesehatan
gratis, melalui sistem informasi diharapkan Puskemas dan jaringannya
dapat mempercepat pelayanan, memperbaiki validitas peserta layanan
kesehatan dan sebagainya.
Namun, sistem informasi manajemen kesehatan daerah disingkat
SIM belum dapat berjalan optimal, beberapa kendala yang dihadapi ;
tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung, seperti ; hardware
perangkat computer, SDM pengelola, dan sebagian besar Puskesmas dan
jaringannya belum memiliki jaringan koneksi yang dapat
menghubungan pelayanan antar Puskesmas dan jaringannya
(networking internet). SIM baru dapat dilaksanakan di di Puskesmas
Taliwang, sedangkan 7 Puskesmas lainnya masih mengunakan sistem
manual.
10. Mekanisme Komplain Di Atas Kertas
Dari sisi semangat dalam Perbup Nomor 9 tahun 2006 telah
mengatur mekanisme pengaduan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan gratis. Tujuan diaturnya mekanisme ini adalah sebagai
umpan balik (feedback) bagi semua pihak yang terkait dalam upaya
mensukseskan kegiatan Pelayanan Kesehatan/Pengobatan Gratis,
sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat mencapai tujuan dan
memberikan manfaat sebaik-baiknya. Namun, pengaturannya belum
dijabarkan secara terperinci, dintaranya misalnya ; materi pengaduan,
lembaga yang menangani pengaduan, dan sebagainya.Meskipun, dalam
Perbup mengharuskan setiap pengaduan masyarakat harus memperoleh
penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang
secepatnya diselesaikan, namun, dalam impelementasinya penanganan
pengaduan berlarut-larut, dan tidak adan batas waktu penyelesainnya .
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 22
Dalam rangka menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat,
sesuai pasal Perbup No.9 Tahun 2006, dibentuk Unit/Forum
penyelesaian pengaduan, keberadaanya mulai dari Tingkat Desa,
Kecamatan dan Kabupaten dengan tugas sebagai berikut;
a. Mengumpulkan, menerima dan mencatat pengaduan;
b. Mempublikasikan alamat penyampaian pengaduan, atau cara-
cara penyampaian pengaduan;
c. Pengumpulan dilakukan secara pasif maupun proaktif;
d. Pengaduan dicatat secara tertib, mencakup seluruh informasi;
dan
e. Menyelesaikan pengaduan.
Sedangkan Mekanisme penyelesaian pengaduan sebagaimana
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penyelesaian dilakukan sesegera mungkin, sejak diketahui
terjadinya keluhan;
b. Pengaduan diselesaikan atau ditangani terlebih dahulu oleh
unit/Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terdekat
dengan sumber pengaduan;
c. Jika ditemui kesulitan menangani dan menyelesaikan pengaduan
pada tingkat terdekat, masalah yang dikeluhkan dapat dirujuk ke
tingkat yang lebih tinggi;
d. Pengaduan akan disampaikan kepada pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat melalui Sekretariat Tim Program Pengobatan
Gratis.
Forum di atas sifatnya ad-hoc, sejak diberlakukannya Perbup ternyata
forum ini belum terbentuk, dan tidak ada tidak ada petunjuk pelaksana
maupun pentunjuk teknis sebagai pedoman untuk menyelesaikan
pengaduan, rencana kerja dan sebagainya.
Rekomendasi Perubahan
Beranjak dari permasalahan di atas, maka kedepan perlu ada
penyempurnaan peraturan terkait dengan forum/unit penyelesaian
pengaduan masyarakat, antara lain adalah meliputi ; (1) pengaturan
kelembagaan dan tata kerja forum. (2) penetapan keanggotaan anggota
forum. (3). Penyusunan standar operasional prosedur penanganan
pengaduan masyarakat. (4). Tatacara pengaduan masyarakat dan
lainnya. Keberadaan forum ini harus dipublikasikan secara luas kepada
masyarakat agar masyarakat dapat mengentahuinya. Pemerintah
daerah berkewajiban untuk melakukan supervisi kepada forum,
termasuk menyediakan anggaran khusus untuk penanganan
pengaduan masyarakat.
11. Tingkat Kepuasaan Masyarakat
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 23
Dari hasil penelitian terakhir, LEGITIMID tahun 2011, tentang Indeks
Kepuasaan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan kesehatan gratis
yang dilakukan pada 8 Puskemas Kecamatan di Sumbawa Barat5,
ditemukan hasil sebagai berikut :
a. Prosedur Pelayanan.
Nilai rata rata dari unsur Prosedur layanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )
artinya secara umum responden menyatakan bahwa prosedur
pelayanan pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada
ketiga unit layanan ialah Prosedurnya mudah (jawaban C).
b. Persyaratan Pelayanan
Nilai rata rata dari unsur persyaratan pelayanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,82 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,00 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,94. ( Mutu Pelayanan C )
Jadi Nilai yang diberikan oleh responden pada ketiga unit layanan
adalah Secara umum responden menilai bahwa terdapat kesesuaian
antara persyaratan pelayanan yang ditetapkan puskesmas di
Kabupaten Sumbawa Barat terhadap masing-masing jenis pelayanan
dengan persyaratan yang harus di berikan oleh para pasien kepada
petugas layanan.
c. Kejelasan Petugas Pelayanan
Nilai rata-rata dari unsur kejelasan petugas layanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,8 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93.( Mutu Pelayanan C )
Para responden secara umum menyatakan bahwa mereka dapat
secara jelas dalam mengetahui identitas para karyawan pada
Puskesmas di kabupaten Sumbawa Barat, baik nama maupun
jabatan mereka sebagai dokter, bidan, perawat ataupun yang lainnya
(Jawaban C). .
d. Kedisiplinan Petugas Pelayanan
Berkaitan dengan kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan yaitu kedisplinan petugas layanan, nilainya adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
5 jumlah responden keseluruhan penelitian sebanyak 390 responden, 130 orang
responden untuk unit layanan rawat jalan, 130 responden untuk unit layanan gawat darurat dan 130 responden untuk unit layanan rawat inap, dengan komposisi responden 200 orang perempuan dan 190 laki-laki. Penentuan jumlah sampel dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat mengacu pada KEPMENPAN NO: KEP/25/2/M.PAN/2004. Komponen pembiayaan/biaya tidak dimasukkan dalam survey ini karena pelayanan kesehatan tidak dipungut biaya (gratis). Pada athun 2010, LEGITIMI telah melakukan IKM dan hasil IKM tahun 2011, tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan hasil sebelumnya.
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 24
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93( Mutu Pelayanan C )
Berdasarkan nilai IKM diatas, dapat kita lihat pada tiga unit layanan
terkait penilaian yang berkaitan dengan konsistensi waktu kerja
apakah sesuai ketentuan yang berlaku yang menjadi point dalam
melihat kedisiplinan petugas pelayanan, para responden
memberikan nilai rata rata menyatakan bahwa kedisplinan petugas
layanan sesuai dengan ketentuan waktu yang berlaku pada
Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat (jawaban C).
e. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
Nilai rata-rata unsur tanggung jawab petugas layanan yang diberikan
responden adalah :
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,98.( Mutu Pelayanan C )
yang berarti mereka melihat adanya kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan pada ketiga unit layanan (jawaban C).
f. Kemampuan Petugas Pelayanan
Nilai rata rata unsur kemampuan petugas layanan yang berkaitan
tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat yang
diberikan responden adalah :
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,9.( Mutu Pelayanan C )
g. Kecepatan Pelayanan
Nilai rata rata unsur kecepatan pelayanan yang berkaitan target
waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan adalah :
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,7 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 2,8.( Mutu Pelayanan C )
Para responden secara umum di tiga unit pelayanan menyatakan
bahwa pelayanan dilaksanakan dengan cepat (Jawaban C). .
h. Keadilan Mendapatkan Pelayanan
Nilai rata rata unsur keadilan mendapatkan pelayanan yaitu yang
berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani pada tiga
unit layanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 3,0.( Mutu Pelayanan C )
Para responden secara umum menjawab bahwa pelayanan
kesehatan pada Puskesmas di Kabupeten Sumbawa Barat berjalan
dengan adil (Jawaban C).
i. Kesopanan dan Keramahan Petugas
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 25
Nilai rata rata unsur kesopanan dan keramahan petugas pelayanan
kesehatan pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada
ketiga unit layanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,05.( Mutu Pelayanan C )
Unsur yang berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati tersebut pada ketiga unit
layanan dijawab dengan pernyataan responden bahwa petugas
pelayanan melayani dengan sopan dan ramah (Jawaban C).
j. Kepastian Jadwal Pelayanan
Nilai rata rata unsur Kepastian jadwal pelayanan yaitu yang
berkenaan dengan pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,7 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )
dimana para responden lebih banyak menjawab bahwa jadwal
pelayanan sering tepat (Jawaban C)
k. Kenyamanan Lingkungan
Nilai rata rata unsur kenyamanan lingkungan pada Puskesmas di
kabupaten Sumbawa Barat adalah
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,65 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )
rata rata responden menjawab dengan nilai C pada ketiga unit
layanan.
l. Keamanan Pelayanan
Nilai rata rata unsur keamanan pelayanan adalah pada ketiga unit
layanan adalah:
Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 3,0 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )
Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,0.( Mutu Pelayanan C )
Pada ketiga unit layanan rata rata responden menjawab dengan
jawaban C dimana mereka menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
pada Puskesmas di kabupaten Sumbawa Barat berjalan dalam
kondisi aman.
12. Tingkat Utilisasi Pelayanan Dasar di KSB
Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan/pengobatan gratis pada tahun
pertama (2006) program kesehatan gratis dilaksanakan, pasie yang
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 26
berkunjung sebanyak 82,042 atau 6,837/bulan, sebelumnya pada tahun
2005, ketika pelayanan kesehatan masih membayar, jumlah kunjungan
pasien 41.861 atau 3.488/bulan6. Namun, ketika pelayanan kesehatan
gratis diberlakukan pada tahun 2006 jumlah pasien meningkat dua kali
lipat.
Tahun 2007, jumlah pasien yang berkunjung 74,595 atau 6,216/bulan,
mengalami penurunan 7.477 atau turun 10% dari sebelumnya. Tahun
2008, jumlah kunjungan 62,218 atau 5,185/bulan atau mengalami
penurunan sebanyak 20%. Penurunan jumlah pasien terutama pada unit
pelayanan rawat jalan puskesmas dan unit pelayanan rawat jalan Pustu.
Sedangkan unit pelayanan rawat jalan Puskel, Rawat Inap dan
Poskesdes, mengalami peningkatan jumlah kunjungan.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah penurunan jumlah
mengindikasikan perbaikan kualitas/derajat kesehatan masyarakat
akibat dari program pelayanan kesehatan/pengobatan gratis ataukah
karena adanya “kekecewaan” masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
gratis.
13. Motivasi dan Etos Kerja Petugas Kesehatan Menurun
Sejak diberlakukannya pelayanan kesehatan gratis, jumlah pasien
meningkat bila dibandingkan dengan jumlah pasien sebelum
diberlakukannya pelayanan kesehatan gratis, beban kerja petugas medis
meningkat, karena jumlah pasien meningkat 2-3 kali lipat dari
sebelumnya. Sementara itu, jumlah petugas medis masih sangat
terbatas, dan jumlah pendapatan atau tingkat kesejahteraan bagi para
petugas kesehatan mengalami penurunan, sebelum pelayanan kesehatan
digratiskan, para petugas kesehatan menerima honorarium (uang jasa
layanan) langsung dari pasien (cash), setelah pelayanan kesehatan gratis
uang tersebut tidak lagi diteroma. Motivasi kerja dan prestasi kerja para
petugas medis cenderung menurun, karena rendahnya penghargaan atas
jasa layanan yang diberikan.
Harapan petugas kesehatan, kompensasi jasa layanan medis,
sesungguhnya bukan hanya dalam bentuk finansial, dapat pula
kompensasi non finansial yaitu berupa, misalnya rumah dinas,
kendaraan dinas , peluang melanjutkan pendidikan atas biaya
pemerintah, peluang mengikuti diklat, peluang mendapat kenaikan
pangkat istimewa untuk PNS, peluang untuk diangkat menjadi pegawai
negeri bagi PTT dan sebagainya. Karena pada dasarnya seseorang yang
bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya,
karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka timbul pula
rasa gairah kerja yang semakin baik.
6 Pasien dimaksud adalah pasien yang menerima pelayanan dasar ; Rawat Jalan Puskesmas,
Rawat Jalan Pustu, Rawat Jalan Puskel, Rawat Inap dan Poskesdes.
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 27
Selama ini, kompensasi yang diterima kurang sebanding dengan beban
kerja petugas medis, dan uang kompensasi dari pelayanan kesehatan
gratis diberikan pemda diberikan, setiap tiga bulan sekali, karena itu
bagi petugas medis kebijakan pelayanan kesehatan dasar ungguh tidak
menyenangkan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan
perubahan kebijakan terkait dengan perbaikan kesejahteraan petugas
medis di Puskesmas dan jaringannya. Beberapa alasan perbaikan
kebijakan ini ; pertama, setelah kebijakan pelayanan kesehatan gratis,
pasien yang dirawat mengalami peningkatan dua kali lipat,
dibandingkan sebelumnya. Kedua, motivasi kerja petugas puskesmas,
khsusnya pelayanan dasar rawat inap menurun, karena rendahnya
pemberian insentif dan kompensasi atas jasa layanan yang diberikan,
hanya sebesar Rp.3500/malam, uang tersebut hanya dapat untuk
membeli “obat nyamuk”.
Pemerintah daerah KSB, khususnya kepada petugas puskesmas rawat
inap hendaknya di berikan kompensasi material dan non material dalam
hal ini diberikan kesempatan meningkatkan SDM dengan bantuan
tunjangan tugas belajar, diberikan kemudahan dalam kenaikan pangkat,
serta bagi pegawai yang masih berstatus PTT/honorer agar di
prioritaskan untuk dapat diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh.
Kebijakan Bupati tentang Pelayanan/Pengobata gratis di KSB bisa
diteruskan dengan membuat suatu modifikasi kebijakan yaitu bagi
masyarakat miskin dan yang kurang mampu silahkan untuk diberikan
pelayanan gratis tetapi bagi masyarakat yang mampu di sediakan jenis
pelayanan yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang
mereka miliki yaitu dengan pola pelayanan prabayar.
14. Orang Miskin Merasa Dirugikan
Diberlakukanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis pada
seluruh warga Kabupaten Sumbawa Barat, sesungguhnya merugikan
hak-hak fakir miskin, mereka yang semestinya dapat menerima layanan
kesehatan dasar gratis yang berkualitas dan berkelanjutan, akhirnya
menerima pelayanan dasar kesehatan yang serba terbatas, karena
anggaran atau pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut dinimkati pula
oleh warga yang mampu atau mapan (ekonomi atas), yang seharusnya
membayar pelayanan kesehatan, jika masyarakat ekonomi atas
membayar kesehatan dasar, maka mereka sesungguhnya membantu
masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis yang
bermutu dan berkelanjutan, karena anggaran yang dipakai oleh
kelompok masyarakat atas dari biaya kesehatan gratis tersebut dapat
direlokasi untuk dialokasikan pada penambahan mutu atau kualitas
pelayanan bagi warga miskin.
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________
LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 28
Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan penyempurnaan
terhadap Perbup terkait dengan kelompok sasaran penerima pelayanan
kesehatan gratis untuk difokuskan atau diarahkan pada kelompok
masyarakat miskin, agar ; (1). Beban pembiayaan anggaran pelayanan
kesehatan gratis tidak terlalu besar bagi daerah (2). Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan gratis yang berkualitas bagi warga
miskin. (3) adanya keadilan pembangunan dengan adanya sistem subsidi
silang antara di kaya dan dimiskin. (4). mencegah berkurangnya porsi
pembangunan kesehatan bagi masyarakat miskin di masa mendatang.
Penutup
Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat menjadi bahan
pertimbangan para pemegang kebijakan—untuk melakukan perubahan
kebijakan program kesehatan gratis yang lebih berkualitas dan
berkelanjutan.
Team Penulis
top related