posko post 2nd
Post on 30-Mar-2016
257 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
POSKO POST Edisi Kedua. Redaksi: Rochmat Ali Syaefudin. Tata Letak: A5 Design.Alamat: Jl Kusuma Wardani VI/K-17 Semarang 50241 Telp. (024) 8443724 HP. 0888 667 0397e-mail: poskonews@yahoo.comweblog: poskopost.blogspot.com
visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com
2
topik
Sejenak membuka lembaran
sejarah, tahun 1996, beberapa anggota
KSR FKM Undip dan Maladica FK
Undip sepakat membentuk KSR Undip.
Sejak 27 Maret 1996, KSR Undip mulai
mewarnai percaturan dunia relawan
mahasiswa. Sejak saat itu tidak ada yang
berubah, begitu pula dengan keberadaan
KSR FKM dan Maladica. Kedua-duanya
tetap eksis di lingkup masing-masing.
KSR FKM di Kampus FKM dan Maladica
di Kampus Kedokteran.
Maladica yang lebih variatif
dengan kegiatan bertualang di alam lebih
fi ght hingga tetap eksis sampai saat ini.
Bagaimana dengan KSR FKM? Lama
sekali nama KSR FKM tenggelam seiring
makin maju dan berkembangnya KSR
Undip. Kini, dua belas tahun berlalu
sejak KSR Undip hadir, KSR FKM
bangkit kembali.
Rencana kemunculannya
kembali saja sudah menjadi
perbincangan hangat dan mampu
menyedot perhatian. Banyak pendapat
bermunculan seiring kehadirannya
kembali. Ada yang setuju, tak sedikit
pula yang mencibir. Sebagian yang setuju
berpendapat bahwa mahasiswa
FKM memang membutuhkan
‘bekal’ tambahan yaitu kemampuan
pertolongan pertama. Dalam
sebuah kesempatan seminar di
FKM mengenai penanganan korban
gempa di Klaten & Bantul, seorang
mahasiswa FKM berujar, “Saat kami
berada di Klaten, kami bingung.
Mo ngebantu evakuasi takut salah,
akhirnya cuma nongkrong di DU
(Dapur Umum)”.
Yang kurang sepakat
menganggap keberadaan KSR FKM
akan memicu sedikit permasalahan,
terutama karena telah ada KSR
Undip di tingkat universitas yang
dianggap sudah cukup mewakili.
Hingga 2008, hampir semua fakultas
di Undip memiliki mahasiswa yang
merupakan anggota KSR Undip.
Jika KSR FKM berdiri ditakutkan
akan menimbulkan rasa iri bagi
fakultas lain yang hamper sama
materi kuliahnya, PSIK (Prodi
Keperawatan), misalnya.
Dualisme menjadikan
kontroversi kehadiran KSR FKM
bertambah. Hampir separuh anggota
KSR Undip didominasi mahasiswa
FKM, artinya ‘bekal’ yang dimiliki
mahasiswa FKM sebenarnya lebih dari
cukup hanya saja dari sekian banyak
anggota KSR Undip yang berasal dari
FKM, baru sebagian kecil yang konstan
untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang dijadwalkan, terutama latihan.
Justru mahasiswa yang basic-
nya bukan FKM yang kemudian justru
aktif. Sebagian memang alumni PMR
di SMA-nya. Minat setidaknya juga
menjadi masalah. Keberadaan kembali
KSR di FKM-pun seperti euforia masa
silam.
Penulis sendiri berpendapat,
kehadiran KSR FKM dapat dijadikan
media sharing bagi KSR di Semarang,
terutama KSR Undip sendiri. Menilik
hal serupa di Unnes (dengan KSR
PGSD-nya), sepertinya akan menambah
khazanah di dunia pertolongan
pertama, khususnya KSR PT. Hirarki
universitas-fakultas seharusnya juga
sedikit dikesampingkan sehingga tidak
menjadi penghalang di kemudian hari.
Bukan tidak mungkin ada timbal-
balik yang saling menguntungkan bagi
kedua KSR di Undip. Apalagi nama
KSR masih tetap kurang didengar di
kalangan sivitas akademika Undip.
Tanggal 20 April, angkatan
pertama KSR FKM yang baru sudah
menjalani diklat. KSR FKM-pun telah
resmi hadir kembali di Undip. Mari
berharap dualisme tidak menjadi
problema kedepan. Bagaimana
membawa nama Undip jika warga
Undip sendiri berselisih?
*Anggota KSR Undip
Dualisme KSR di UndipOleh: Alie Poedjakusuma*
Sebagian anggota KSR Undip pada sebuah kesempatan berkumpul.
3
salam
Seperti saya katakan sewaktu Edisi Perdana POSKO POST terbit, ini hanyalah proyek pribadi yang makin lama akan hilang tanpa dukungan dari komunitas. Edisi kedua ini merupakan bukti adanya dukungan komunitas, meskipun belum tentu kedepan akan sejalan, bu-kankah hidup selalu menawar-kan perubahan? Kali ini kami akan mengangkat seputar cara-cara peningkatan mutu, kualitas atau apapun namanya bagi sebuah organisasi, terutama organisasi nirlaba. Bukan tidak mungkin
sebenarnya bila organisasi nirlaba justru berlimpah dana dari pe-rusahaan profi t yang sedang mengembang-kan corporate social reponsi-bility. Lalu ke-
napa banyak organisasi nir-laba yang gagal memanfaatkan peluang ini dan merasa keg-iatannya tidak ‘layak jual’? Kami ajak anda menyimak opini agar proses jual diri yang menarik, sesuai kaidah dan menguntung-kan semua pihak. Oia, edisi kali ini tidak melulu isinya tulisan saya, ada
beberapa punggawa yang memban-tu terbitnya edisi kedua ini. Be-berapa lagi amat sayang tidak dapat memenuhi janji dan deadline waktu terbit edisi kedua ini, mungkin di edisi berikutnya. Meski bertambah punggawa, bukan berarti kami menutup pintu bagi yang ingin bergabung. Dalam angan-angan kami, dapatlah me-dia ini berkembang seiring waktu. Tumbuh subur bila musim hujan namun tak layu saat kering keron-tang. Berbagai saran, kritik, masu-kan maupun cacian dan makian akan kami terima sebagai pemban-gun kedepan. Seperti disebutkna, melangkah lebih maju. Kalu me-mang bisa, kenapa tidak? Selamat menikmati.
Salam.
Daftar Isi
Dualisme KSR di Undip Hal. 2Kedisiplinan di KSR Hal. 4REGA Air Rescue Hal. 5
LMT PAB KSR Undip Hal. 6Corporate Identity KSR Hal. 7Mempertanyakan BSMI Hal. 8Sosok Hal. 9Rescuepreneurship PMI Hal. 10Cerita Hal. 12 Redaksi POSKO POST menerima artikel, berita, opini
maupun pertanyaan seputar kepalangmerahan. Reda-ksi berhak menyunting naskah yang masuk seperlu-nya. Disediakan kenang-kenangan bagi naskah yang dimuat. Kirimkan naskah via attach ke alie_podja@yahoo.com dengan subject POSKO POST disertai foto diri yang menarik. Danke.
POSKO POST Edisi Kedua. Redaksi: Rochmat Ali Syaefudin. Tata Letak: A5 Design.Alamat: Jl Kusuma Wardani VI/K-17 Semarang 50241 Telp. (024) 8443724 HP. 0888 667 0397e-mail: poskonews@yahoo.comweblog: poskopost.blogspot.com
visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com
2
topik
Sejenak membuka lembaran
sejarah, tahun 1996, beberapa anggota
KSR FKM Undip dan Maladica FK
Undip sepakat membentuk KSR Undip.
Sejak 27 Maret 1996, KSR Undip mulai
mewarnai percaturan dunia relawan
mahasiswa. Sejak saat itu tidak ada yang
berubah, begitu pula dengan keberadaan
KSR FKM dan Maladica. Kedua-duanya
tetap eksis di lingkup masing-masing.
KSR FKM di Kampus FKM dan Maladica
di Kampus Kedokteran.
Maladica yang lebih variatif
dengan kegiatan bertualang di alam lebih
fight hingga tetap eksis sampai saat ini.
Bagaimana dengan KSR FKM? Lama
sekali nama KSR FKM tenggelam seiring
makin maju dan berkembangnya KSR
Undip. Kini, dua belas tahun berlalu
sejak KSR Undip hadir, KSR FKM
bangkit kembali.
Rencana kemunculannya
kembali saja sudah menjadi
perbincangan hangat dan mampu
menyedot perhatian. Banyak pendapat
bermunculan seiring kehadirannya
kembali. Ada yang setuju, tak sedikit
pula yang mencibir. Sebagian yang setuju
berpendapat bahwa mahasiswa
FKM memang membutuhkan
‘bekal’ tambahan yaitu kemampuan
pertolongan pertama. Dalam
sebuah kesempatan seminar di
FKM mengenai penanganan korban
gempa di Klaten & Bantul, seorang
mahasiswa FKM berujar, “Saat kami
berada di Klaten, kami bingung.
Mo ngebantu evakuasi takut salah,
akhirnya cuma nongkrong di DU
(Dapur Umum)”.
Yang kurang sepakat
menganggap keberadaan KSR FKM
akan memicu sedikit permasalahan,
terutama karena telah ada KSR
Undip di tingkat universitas yang
dianggap sudah cukup mewakili.
Hingga 2008, hampir semua fakultas
di Undip memiliki mahasiswa yang
merupakan anggota KSR Undip.
Jika KSR FKM berdiri ditakutkan
akan menimbulkan rasa iri bagi
fakultas lain yang hamper sama
materi kuliahnya, PSIK (Prodi
Keperawatan), misalnya.
Dualisme menjadikan
kontroversi kehadiran KSR FKM
bertambah. Hampir separuh anggota
KSR Undip didominasi mahasiswa
FKM, artinya ‘bekal’ yang dimiliki
mahasiswa FKM sebenarnya lebih dari
cukup hanya saja dari sekian banyak
anggota KSR Undip yang berasal dari
FKM, baru sebagian kecil yang konstan
untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang dijadwalkan, terutama latihan.
Justru mahasiswa yang basic-
nya bukan FKM yang kemudian justru
aktif. Sebagian memang alumni PMR
di SMA-nya. Minat setidaknya juga
menjadi masalah. Keberadaan kembali
KSR di FKM-pun seperti euforia masa
silam.
Penulis sendiri berpendapat,
kehadiran KSR FKM dapat dijadikan
media sharing bagi KSR di Semarang,
terutama KSR Undip sendiri. Menilik
hal serupa di Unnes (dengan KSR
PGSD-nya), sepertinya akan menambah
khazanah di dunia pertolongan
pertama, khususnya KSR PT. Hirarki
universitas-fakultas seharusnya juga
sedikit dikesampingkan sehingga tidak
menjadi penghalang di kemudian hari.
Bukan tidak mungkin ada timbal-
balik yang saling menguntungkan bagi
kedua KSR di Undip. Apalagi nama
KSR masih tetap kurang didengar di
kalangan sivitas akademika Undip.
Tanggal 20 April, angkatan
pertama KSR FKM yang baru sudah
menjalani diklat. KSR FKM-pun telah
resmi hadir kembali di Undip. Mari
berharap dualisme tidak menjadi
problema kedepan. Bagaimana
membawa nama Undip jika warga
Undip sendiri berselisih?
*Anggota KSR Undip
Dualisme KSR di UndipOleh: Alie Poedjakusuma*
Sebagian anggota KSR Undip pada sebuah kesempatan berkumpul.
3
salam
Seperti saya katakan sewaktu Edisi Perdana POSKO POST terbit, ini hanyalah proyek pribadi yang makin lama akan hilang tanpa dukungan dari komunitas. Edisi kedua ini merupakan bukti adanya dukungan komunitas, meskipun belum tentu kedepan akan sejalan, bu-kankah hidup selalu menawar-kan perubahan? Kali ini kami akan mengangkat seputar cara-cara peningkatan mutu, kualitas atau apapun namanya bagi sebuah organisasi, terutama organisasi nirlaba. Bukan tidak mungkin
sebenarnya bila organisasi nirlaba justru berlimpah dana dari pe-rusahaan profit yang sedang mengembang-kan corporate social reponsi-bility. Lalu ke-
napa banyak organisasi nir-laba yang gagal memanfaatkan peluang ini dan merasa keg-iatannya tidak ‘layak jual’? Kami ajak anda menyimak opini agar proses jual diri yang menarik, sesuai kaidah dan menguntung-kan semua pihak. Oia, edisi kali ini tidak melulu isinya tulisan saya, ada
beberapa punggawa yang memban-tu terbitnya edisi kedua ini. Be-berapa lagi amat sayang tidak dapat memenuhi janji dan deadline waktu terbit edisi kedua ini, mungkin di edisi berikutnya. Meski bertambah punggawa, bukan berarti kami menutup pintu bagi yang ingin bergabung. Dalam angan-angan kami, dapatlah me-dia ini berkembang seiring waktu. Tumbuh subur bila musim hujan namun tak layu saat kering keron-tang. Berbagai saran, kritik, masu-kan maupun cacian dan makian akan kami terima sebagai pemban-gun kedepan. Seperti disebutkna, melangkah lebih maju. Kalu me-mang bisa, kenapa tidak? Selamat menikmati.
Salam.
Daftar Isi
Dualisme KSR di Undip Hal. 2Kedisiplinan di KSR Hal. 4REGA Air Rescue Hal. 5
LMT PAB KSR Undip Hal. 6Corporate Identity KSR Hal. 7Mempertanyakan BSMI Hal. 8Sosok Hal. 9Rescuepreneurship PMI Hal. 10Cerita Hal. 12 Redaksi POSKO POST menerima artikel, berita, opini
maupun pertanyaan seputar kepalangmerahan. Reda-ksi berhak menyunting naskah yang masuk seperlu-nya. Disediakan kenang-kenangan bagi naskah yang dimuat. Kirimkan naskah via attach ke alie_podja@yahoo.com dengan subject POSKO POST disertai foto diri yang menarik. Danke.
Armada Ambulan di darat mungkin teramat sangat biasa. Bagaimana dengan jet ambulan atau heli ambulan? Salah satu keajaiban ini dicip-takan sebuah organisasi di Swiss. REGA, demikian na-manya, menjadi peri terbang legendaris di Eropa, bahkan dunia. Lembaga nirlaba ini mengoperasikan ambulans-ambulans terbang untuk menjemput pasien kritis, menyelamatkan kehidupan. Biasanya, pasien dari negara asing ke Swiss untuk mendapat pengobatan secepatnya. Tahun lalu, lebih dari seribu pasien ditolong oleh REGA. Seperti dilaporkan oleh Reuters, saat REGA melakukan konferensi tahunan 3 April 2008 kemarin. Lembaga yang mengoperasikan 13 helikopter dan 3 jet itu mendemonstrasi-kan kesiapan mereka menjem-put pasien. Para kru juga sigap melakukan perawatan terha-dap pasien kritis di udara.
Reputasi REGA juga sudah teruji sejak didirikan pada 27 April 1952. Menurut Wikipedia, dokter Rudolf Bu-cher mewujudkan mimpinya untuk membentuk organisasi penyelamat khusus untuk lay-anan udara. Apalagi wilayah Swiss bergunung-gunung yang kadang sulit dijangkau lewat darat. Dalam perkembangan berikutnya, area pertolongan itu diperluas ke mana pun di dunia. Meskipun kebanyakan dari negara asing ke Swiss, tapi kerap pula REGA me-nolong pasien dari Swiss ke negara asing. Di dalam pe-sawat Rega, selalu ada dokter dan paramedis lengkap den-gan peralatannya. Yang unik, REGA merupakan singkatan beruru-tan dari bahasa Jerman dan Prancis, yakni Schweizerische Rettungsflugwacht - Garde Aérienne Suisse de Sauvetage. Artinya, garda penyelamat udara Swiss. Pangkalannya di
Legenda Ambulans Udara Eropa
REGA
Swiss Air-Rescue Personnel DepartmentP.O. Box 1414CH-8058 Zurich Airportwww.rega.ch
rekan
bandara Zurich-Kloten. Yang tak terduga, ternyata REGA juga membantu para petani di pegunungan un-tuk menyelamatkan hewan-he-wan piaraan atau membuang hewan-hewan yang mati agar tak jadi penyakit. Tertarik untuk ber-gabung? Baru-baru ini REGA membuka kesempatan bagi lulusan teknik mesin untuk menjadi grounded staf. Meski dibalik layar, fungsinya sama penting dengan rescuer yang mengudara.(a5)
4
forum Menanamkan Kedisiplinan di KSROleh: Elok F. Himmah*
“OKE...besok kita kumpul jam EMPAT sore,” begitulah kali-mat yang sering diucapkan ketika teman-teman KSR akan menga-dakan pertemuan atau berjanji akan bepergian bersama. Secara eksplisit sudah jelas sekali bahwa kalimat tersebut mengandung makna bahwa semuanya harus sudah hadir di lokasi jam empat sore. Namun, seringkali di KSR kalimat tersebut disalahartikan. Yang terjadi adalah jam empat sore barulah teman-teman berang-kat dari kos atau rumahnya mas-ing-masing. Paling cepat setengah jam kemudian dari waktu yang telah ditetapkan semua orang baru bisa berkumpul. Maka sang pemimpin yang tanggap pun harus membuat janji satu atau setengah jam sebelumnya jika ingin mer-eka terkumpul pada waktu yang diinginkan. Hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sungguh merupakan kebiasaan yang sangat tidak patut dilakukan oleh kita sebagai orang yang berpendidikan. Suatu ketika saya mendapat berita sahabat tercinta sedang dalam kondisi koma di rumah sakit. Saya dan teman-te-man berniat menjenguk kesana, tapi sayang kami datang terlam-bat. Belum tiba kami di rumah sakit, sahabat tercinta telah meng-hembuskan nafas terakhirnya. Sungguh kami sangat menyesal atas keterlambatan itu. Karena kesalahan kami yang tidak tepat waktu, kami tak sempat menemui sahabat di saat-saat ter-akhir hidupnya. Kami pun merasa sangat menyesal dengan kejadian itu. Ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa waktu memang sangatlah berharga. Kesempatan tidak datang dua kali, maka jangan sekali-kali kita sia-siakan. Keterlambatan sebagai indikasi ketidakdisiplinan me-mang terkadang dianggap sebagai
suatu hal yang manusiawi, tapi apakah lantas kita memanusiakan” keterlambatan itu, apalagi jika hal itu disebabkan oleh kebiasaan kita yang kurang menghargai waktu. Begitulah sahabat. Satu de-tik saja terlewatkan dengan sia-sia oleh kita, maka sama saja dengan kita melepaskan kesempatan yang seharusnya bisa kita genggam. Tak terhitung seberapa banyak kebaikan yang kita lewatkan akibat ketidakdisiplinan kita. Disiplin dapat diartikan melakukan sesuatu sesuai den-gan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah waktu. Sikap disiplin sebenarnya sudah dita-namkan pada diri kita sejak kecil. Penting sekali bagi kita untuk selalu menerapkan sikap disiplin. Bila kita sadari, banyak sekali kebaikan yang akan kita peroleh dengan disiplin. “Amat rugilah manusia yang tidak me-manfaatkan waktunya untuk ber-bakti” , demikianlah Allah SWT, menekankan pentingnya meman-faatkan waktu dengan sebaik-bai-knya karena sesungguh-nya setiap detik waktu yang kita lewati sangat-lah berharga. Maka orang-orang di negeri se-berang pun amatlah lekat dengan istilah “Time is Money” se-hingga hal itu menjadi salah satu kunci sukses bagi mereka. Begitu pula dalam pendidikan militer disiplin harus benar-benar ditegak-kan, bila tidak maka akan ada konsekue-nsi berupa sanksi yang mau tidak mau harus dijalankan oleh setiap anggota yang melang-garnya. Hal ini berkai-tan dengan fungsi mereka sebagai fungsi ketahanan negara. Namun, untuk menjadi
disiplin kita bukan berarti harus men-jadi mereka melainkan terkadang perlu bagi kita untuk belajar dari mereka. Menjadi disiplin atau tidak adalah sebuah pilihan. Akan tetapi bu-kankah kita memiliki akal pikiran yang sehat sehingga tentu kita akan memilih yang terbaik. Maka dari itu mari kita mulai membenahi diri, tanamkan kedi-siplinan dalam diri setiap anggota KSR dan jangan biarkan image yang buruk tentang KSR yang tidak pernah tepat waktu terus berkembang dan menjalar kemana-mana. Bila berjanji, maka penuhilah janjimu itu. Begitu pun bila telah dis-epakati suatu aturan maka patuhilah aturan itu. Belajarlah untuk memberi lebih dari apa yang diminta. Jika tidak maka usahakanlah semampumu, sesungguhnya setiap usaha dari kita ti-daklah ada yang sia-sia dan itulah yang terbaik bagimu. (Eo)
* Anggota KSR Undip, Mantan Kepala Divisi Litbang 2006
Armada Ambulan di darat mungkin teramat sangat biasa. Bagaimana dengan jet ambulan atau heli ambulan? Salah satu keajaiban ini dicip-takan sebuah organisasi di Swiss. REGA, demikian na-manya, menjadi peri terbang legendaris di Eropa, bahkan dunia. Lembaga nirlaba ini mengoperasikan ambulans-ambulans terbang untuk menjemput pasien kritis, menyelamatkan kehidupan. Biasanya, pasien dari negara asing ke Swiss untuk mendapat pengobatan secepatnya. Tahun lalu, lebih dari seribu pasien ditolong oleh REGA. Seperti dilaporkan oleh Reuters, saat REGA melakukan konferensi tahunan 3 April 2008 kemarin. Lembaga yang mengoperasikan 13 helikopter dan 3 jet itu mendemonstrasi-kan kesiapan mereka menjem-put pasien. Para kru juga sigap melakukan perawatan terha-dap pasien kritis di udara.
Reputasi REGA juga sudah teruji sejak didirikan pada 27 April 1952. Menurut Wikipedia, dokter Rudolf Bu-cher mewujudkan mimpinya untuk membentuk organisasi penyelamat khusus untuk lay-anan udara. Apalagi wilayah Swiss bergunung-gunung yang kadang sulit dijangkau lewat darat. Dalam perkembangan berikutnya, area pertolongan itu diperluas ke mana pun di dunia. Meskipun kebanyakan dari negara asing ke Swiss, tapi kerap pula REGA me-nolong pasien dari Swiss ke negara asing. Di dalam pe-sawat Rega, selalu ada dokter dan paramedis lengkap den-gan peralatannya. Yang unik, REGA merupakan singkatan beruru-tan dari bahasa Jerman dan Prancis, yakni Schweizerische Rettungsflugwacht - Garde Aérienne Suisse de Sauvetage. Artinya, garda penyelamat udara Swiss. Pangkalannya di
Legenda Ambulans Udara Eropa
REGA
Swiss Air-Rescue Personnel DepartmentP.O. Box 1414CH-8058 Zurich Airportwww.rega.ch
rekan
bandara Zurich-Kloten. Yang tak terduga, ternyata REGA juga membantu para petani di pegunungan un-tuk menyelamatkan hewan-he-wan piaraan atau membuang hewan-hewan yang mati agar tak jadi penyakit. Tertarik untuk ber-gabung? Baru-baru ini REGA membuka kesempatan bagi lulusan teknik mesin untuk menjadi grounded staf. Meski dibalik layar, fungsinya sama penting dengan rescuer yang mengudara.(a5)
4
forum Menanamkan Kedisiplinan di KSROleh: Elok F. Himmah*
“OKE...besok kita kumpul jam EMPAT sore,” begitulah kali-mat yang sering diucapkan ketika teman-teman KSR akan menga-dakan pertemuan atau berjanji akan bepergian bersama. Secara eksplisit sudah jelas sekali bahwa kalimat tersebut mengandung makna bahwa semuanya harus sudah hadir di lokasi jam empat sore. Namun, seringkali di KSR kalimat tersebut disalahartikan. Yang terjadi adalah jam empat sore barulah teman-teman berang-kat dari kos atau rumahnya mas-ing-masing. Paling cepat setengah jam kemudian dari waktu yang telah ditetapkan semua orang baru bisa berkumpul. Maka sang pemimpin yang tanggap pun harus membuat janji satu atau setengah jam sebelumnya jika ingin mer-eka terkumpul pada waktu yang diinginkan. Hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sungguh merupakan kebiasaan yang sangat tidak patut dilakukan oleh kita sebagai orang yang berpendidikan. Suatu ketika saya mendapat berita sahabat tercinta sedang dalam kondisi koma di rumah sakit. Saya dan teman-te-man berniat menjenguk kesana, tapi sayang kami datang terlam-bat. Belum tiba kami di rumah sakit, sahabat tercinta telah meng-hembuskan nafas terakhirnya. Sungguh kami sangat menyesal atas keterlambatan itu. Karena kesalahan kami yang tidak tepat waktu, kami tak sempat menemui sahabat di saat-saat ter-akhir hidupnya. Kami pun merasa sangat menyesal dengan kejadian itu. Ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa waktu memang sangatlah berharga. Kesempatan tidak datang dua kali, maka jangan sekali-kali kita sia-siakan. Keterlambatan sebagai indikasi ketidakdisiplinan me-mang terkadang dianggap sebagai
suatu hal yang manusiawi, tapi apakah lantas kita memanusiakan” keterlambatan itu, apalagi jika hal itu disebabkan oleh kebiasaan kita yang kurang menghargai waktu. Begitulah sahabat. Satu de-tik saja terlewatkan dengan sia-sia oleh kita, maka sama saja dengan kita melepaskan kesempatan yang seharusnya bisa kita genggam. Tak terhitung seberapa banyak kebaikan yang kita lewatkan akibat ketidakdisiplinan kita. Disiplin dapat diartikan melakukan sesuatu sesuai den-gan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah waktu. Sikap disiplin sebenarnya sudah dita-namkan pada diri kita sejak kecil. Penting sekali bagi kita untuk selalu menerapkan sikap disiplin. Bila kita sadari, banyak sekali kebaikan yang akan kita peroleh dengan disiplin. “Amat rugilah manusia yang tidak me-manfaatkan waktunya untuk ber-bakti” , demikianlah Allah SWT, menekankan pentingnya meman-faatkan waktu dengan sebaik-bai-knya karena sesungguh-nya setiap detik waktu yang kita lewati sangat-lah berharga. Maka orang-orang di negeri se-berang pun amatlah lekat dengan istilah “Time is Money” se-hingga hal itu menjadi salah satu kunci sukses bagi mereka. Begitu pula dalam pendidikan militer disiplin harus benar-benar ditegak-kan, bila tidak maka akan ada konsekue-nsi berupa sanksi yang mau tidak mau harus dijalankan oleh setiap anggota yang melang-garnya. Hal ini berkai-tan dengan fungsi mereka sebagai fungsi ketahanan negara. Namun, untuk menjadi
disiplin kita bukan berarti harus men-jadi mereka melainkan terkadang perlu bagi kita untuk belajar dari mereka. Menjadi disiplin atau tidak adalah sebuah pilihan. Akan tetapi bu-kankah kita memiliki akal pikiran yang sehat sehingga tentu kita akan memilih yang terbaik. Maka dari itu mari kita mulai membenahi diri, tanamkan kedi-siplinan dalam diri setiap anggota KSR dan jangan biarkan image yang buruk tentang KSR yang tidak pernah tepat waktu terus berkembang dan menjalar kemana-mana. Bila berjanji, maka penuhilah janjimu itu. Begitu pun bila telah dis-epakati suatu aturan maka patuhilah aturan itu. Belajarlah untuk memberi lebih dari apa yang diminta. Jika tidak maka usahakanlah semampumu, sesungguhnya setiap usaha dari kita ti-daklah ada yang sia-sia dan itulah yang terbaik bagimu. (Eo)
* Anggota KSR Undip, Mantan Kepala Divisi Litbang 2006
opini
Komunikasi merupakan
salah satu hal terpenting bagi
manusia. Tanpa manusia lain,
seorang manusia tak akan bisa
hidup, ini adalah doktrin manusia
sebagai makhluk sosial. Agar
dapat berkomunikasi, manusia
memerlukan berbagai cara, termasuk
sosialisasi. Organisasi, sebagai
bagian dari sosialisasi dan aktualisasi
manusia pun tak terkecuali.
Korps Sukarela (KSR)
yang merupakan satu dari
banyak organisasi yang langsung
berhubungan dengan manusia perlu
pula sosialisasi. Keberadaan KSR
sebagai organisasi bersifat sosial
akan dikenal oleh masyarakat awam
melalui penyampaian serta promosi
mempergunakan media komunikasi
yang efi sien.
KSR Perguruan Tinggi (KSR-
PT) yang berintegritas pendidikan
juga perlu mensosialisasikan diri
kepada sivitas akademika dan
masyarakat sehingga mengundang
simpati dan partisipasi aktif terhadap
eksistensi kegiatan KSR-PT.
Sejak 16 Mei 2007, Palang
Merah Indonesia (PMI) mulai
menerapkan corporate identity
(identitas organisasi) terhadap
dirinya. Sebuah langkah berani
ditengah masih carut-marutnya
organisasi di seantero negeri ini. Tak
hanya faktor intern yang mengganjal,
berbagai macam permasalahan
luar juga dihadapi. Penerapan
corporate identity mensejajarkan
PMI dengan organisasi Palang Merah
lain di dunia yang telah banyak
melakukannya terlebih dahulu.
Kelanjutannya berpulang
kepada semua lapisan di tingkat
pusat, daerah, cabang dan ranting.
Menjelang batas waktu 1 tahun
bagi sosialisasi dan penerapannya,
corporate identity PMI belum
sepenuhnya sesuai pedoman, sedikit
terlambat memang.
Corporate identity hanyalah
satu dari berbagai cara meningkatkan
kualitas organisasi. Identitas khas
membuat citra atau kesan terhadap
organisasi yang bersangkutan
tepancar ke publik. Perlakuan
‘istimewa’ citra semacam inilah
yang membuat banyak organisasi,
baik profi t maupun nirlaba menuai
sukses. Ambil contoh Pertamina yang
mengikis kesan birokratis seiring
perubahan besar yang
dilakukan terhadap citra
perusahaan dan produk
melalui corporate identity
di tahun 2000-an.
Apa saja
sebenarnya yang harus
distandarkan melalui
corporate identity?
Pertanyaan bagus
mengawali perubahan
besar. Kekurangan,
hal inilah yang harus
Corporate Identity KSR, Pentingkah?
diutamakan, terutama mengenai
pandangan, citra dan eksistensi
organisasi di depan publik. Tujuan
utama corporate identity adalah re-
arrange organisasi sehingga makin
akrab di mata publik. Mulailah dari
penampilan luar, sesuai tetuah Jawa,
‘ajining raga seko busana’.
Logo merupakan awal
corporate identity sebuah organisasi.
Bagaimana publik harus langsung
tahu ketika logo ditampilkan
maka akan langsung tertuju
kepada organisasi kita. Harus ada
sesuatu yang khas, dan mencirikan
organisasi kita. Jika perubahan logo
hampir mustahil dilakukan, maka
standarisasi bentuk, tampilan, warna
dan ukuran adalah hal mutlak dikaji.
Logo ini akan menjadi modal
sebelum kita melangkah ke tahap
standarisasi content korespondensi
(surat-menyurat), media promosi
dan publikasi (spanduk, brosur,
pamfl et, majalah, presentasi dll),
media pengenal (ID card, seragam
dsb) hingga penunjuk tempat.
PMI sebagai contoh
corporate identity terbaru
menerapkan strategi ini untuk
mencirikan citra voluntarism,
professional, exciting, responsive
dan heroic yang coba dikenalkan ke
publik. Tak buruk bukan? Berminat
berubah dengan mudah? Mulailah
saran da’i kondang Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym), mulailah
dengan yang mudah, mulailah dari
diri sendiri, mulailah sejak hari ini.
(a5)
Oleh: Alie Poedjakusuma*
* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional
Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI
Undip.
berita Kembali menilik rangkaian penerimaan anggota baru (PAB) KSR Undip 2008, kali ini POSKO POST hadirkan liputan even LMT dan tahapan akhir PAB KSR Undip. Selamat Menikmati.
Menempa Mental OrganisasiCalon Anggota Baru
Leadership and Motivation Training 2008
Bermain sambil belajar. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Jateng, mitra KSR Undip sejak dua tahun silam turut pula terlibat. Kali ini materi pembua-tan proposal yang disampaikan. Kantor PKPU Jateng sendiri kini makin dekat dengan Posko KSR Undip karena pindah ke Ngesrep, depan Plaza Hotel tepatnya.
Beberapa pemateri lokal pun tak ketinggalan. M Ari ah-mad, AMd. (Diklat VI) turut me-nyampaikan materi manajemen konfl ik. Wahyu Harum (Diklat VIII), yang akrab disapa Ayu, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip didaulat mengisi materi manajemen organisasi. Terakhir materi teknik persidangan disampaikan Sonia
Keorganisasian merupakan hal mutlak yang dipunyai anggota KSR Undip. Maklumlah, meski ber-gulat dengan kegiatan sosial, jiwa-jiwa organisatoris juga diperlukan untuk mengelola kelangsungan KSR Undip kedepan. PAB merupakan tempat yang tempat untuk mengawali gemblen-gan. Kepemimpinan dan motivasi menjadi penting, sehingga LMT pun tepat jika dimasukkan dalam alur kaderisasi. Sabtu (12/4) bertempat di Ruang Si-dang PKM Tembalang, LMT dilak-sanakan se-bagai bagian PAB 2008. Sebanyak 70-an calon anggota baru turut ambil bagian. Meski intern, bukan berarti main-main. Pem-bicara dari luar pun didatangkan selain mengan-dalkan pemateri dari anggota KSR Undip. Hastaning Sakti, psikolog, menjadi salah satu pembicara. Dosen Psikologi Undip ini memang tak asing karena sering dimintai bantuan KSR Undip mengisi materi, terutama yang berhubungan aspek psikis. Meski tak banyak, materi yang disampaikan mampu membuat calon anggota baru gembira karena diselingi permainan.
Adela (Diklat IX), calon sarjana hukum. Meski ‘lokal’ pemateri disesuaikan dengan kebidangan dan latar belakang masing-mas-ing. Acara LMT pun tak hanya pemberian materi searah. Simu-lasi sidang dan debat terbuka pun digelar agar suasana tidak menjenuhkan. Selain itu, dapat digunakan mengukur keaktifan dan vokalitas calon anggota baru dalam berorganisasi. Ketika berita ini ditu-runkan, rangkaian PAB berlanjut ke latihan rutin, waktunya setelah ujian mid-semester. Tanggal 27 April, akan dilakukan evaluasi akhir sebelum diumumkan siapa saja calon anggota baru yang diterima sebagai anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI tahun 2008.
Jangan ketinggalan un-tuk mendapatkan laporan khusus kami di edisi berikutnya menge-nai Evaluasi Akhir dan Inagurasi (Pelantikan) anggota baru tahun 2008. (a5)
See you next edition. Adios.
visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com
6 7
opini
Komunikasi merupakan
salah satu hal terpenting bagi
manusia. Tanpa manusia lain,
seorang manusia tak akan bisa
hidup, ini adalah doktrin manusia
sebagai makhluk sosial. Agar
dapat berkomunikasi, manusia
memerlukan berbagai cara, termasuk
sosialisasi. Organisasi, sebagai
bagian dari sosialisasi dan aktualisasi
manusia pun tak terkecuali.
Korps Sukarela (KSR)
yang merupakan satu dari
banyak organisasi yang langsung
berhubungan dengan manusia perlu
pula sosialisasi. Keberadaan KSR
sebagai organisasi bersifat sosial
akan dikenal oleh masyarakat awam
melalui penyampaian serta promosi
mempergunakan media komunikasi
yang efisien.
KSR Perguruan Tinggi (KSR-
PT) yang berintegritas pendidikan
juga perlu mensosialisasikan diri
kepada sivitas akademika dan
masyarakat sehingga mengundang
simpati dan partisipasi aktif terhadap
eksistensi kegiatan KSR-PT.
Sejak 16 Mei 2007, Palang
Merah Indonesia (PMI) mulai
menerapkan corporate identity
(identitas organisasi) terhadap
dirinya. Sebuah langkah berani
ditengah masih carut-marutnya
organisasi di seantero negeri ini. Tak
hanya faktor intern yang mengganjal,
berbagai macam permasalahan
luar juga dihadapi. Penerapan
corporate identity mensejajarkan
PMI dengan organisasi Palang Merah
lain di dunia yang telah banyak
melakukannya terlebih dahulu.
Kelanjutannya berpulang
kepada semua lapisan di tingkat
pusat, daerah, cabang dan ranting.
Menjelang batas waktu 1 tahun
bagi sosialisasi dan penerapannya,
corporate identity PMI belum
sepenuhnya sesuai pedoman, sedikit
terlambat memang.
Corporate identity hanyalah
satu dari berbagai cara meningkatkan
kualitas organisasi. Identitas khas
membuat citra atau kesan terhadap
organisasi yang bersangkutan
tepancar ke publik. Perlakuan
‘istimewa’ citra semacam inilah
yang membuat banyak organisasi,
baik profit maupun nirlaba menuai
sukses. Ambil contoh Pertamina yang
mengikis kesan birokratis seiring
perubahan besar yang
dilakukan terhadap citra
perusahaan dan produk
melalui corporate identity
di tahun 2000-an.
Apa saja
sebenarnya yang harus
distandarkan melalui
corporate identity?
Pertanyaan bagus
mengawali perubahan
besar. Kekurangan,
hal inilah yang harus
Corporate Identity KSR, Pentingkah?
diutamakan, terutama mengenai
pandangan, citra dan eksistensi
organisasi di depan publik. Tujuan
utama corporate identity adalah re-
arrange organisasi sehingga makin
akrab di mata publik. Mulailah dari
penampilan luar, sesuai tetuah Jawa,
‘ajining raga seko busana’.
Logo merupakan awal
corporate identity sebuah organisasi.
Bagaimana publik harus langsung
tahu ketika logo ditampilkan
maka akan langsung tertuju
kepada organisasi kita. Harus ada
sesuatu yang khas, dan mencirikan
organisasi kita. Jika perubahan logo
hampir mustahil dilakukan, maka
standarisasi bentuk, tampilan, warna
dan ukuran adalah hal mutlak dikaji.
Logo ini akan menjadi modal
sebelum kita melangkah ke tahap
standarisasi content korespondensi
(surat-menyurat), media promosi
dan publikasi (spanduk, brosur,
pamflet, majalah, presentasi dll),
media pengenal (ID card, seragam
dsb) hingga penunjuk tempat.
PMI sebagai contoh
corporate identity terbaru
menerapkan strategi ini untuk
mencirikan citra voluntarism,
professional, exciting, responsive
dan heroic yang coba dikenalkan ke
publik. Tak buruk bukan? Berminat
berubah dengan mudah? Mulailah
saran da’i kondang Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym), mulailah
dengan yang mudah, mulailah dari
diri sendiri, mulailah sejak hari ini.
(a5)
Oleh: Alie Poedjakusuma*
* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional
Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI
Undip.
berita Kembali menilik rangkaian penerimaan anggota baru (PAB) KSR Undip 2008, kali ini POSKO POST hadirkan liputan even LMT dan tahapan akhir PAB KSR Undip. Selamat Menikmati.
Menempa Mental OrganisasiCalon Anggota Baru
Leadership and Motivation Training 2008
Bermain sambil belajar. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Jateng, mitra KSR Undip sejak dua tahun silam turut pula terlibat. Kali ini materi pembua-tan proposal yang disampaikan. Kantor PKPU Jateng sendiri kini makin dekat dengan Posko KSR Undip karena pindah ke Ngesrep, depan Plaza Hotel tepatnya.
Beberapa pemateri lokal pun tak ketinggalan. M Ari ah-mad, AMd. (Diklat VI) turut me-nyampaikan materi manajemen konflik. Wahyu Harum (Diklat VIII), yang akrab disapa Ayu, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip didaulat mengisi materi manajemen organisasi. Terakhir materi teknik persidangan disampaikan Sonia
Keorganisasian merupakan hal mutlak yang dipunyai anggota KSR Undip. Maklumlah, meski ber-gulat dengan kegiatan sosial, jiwa-jiwa organisatoris juga diperlukan untuk mengelola kelangsungan KSR Undip kedepan. PAB merupakan tempat yang tempat untuk mengawali gemblen-gan. Kepemimpinan dan motivasi menjadi penting, sehingga LMT pun tepat jika dimasukkan dalam alur kaderisasi. Sabtu (12/4) bertempat di Ruang Si-dang PKM Tembalang, LMT dilak-sanakan se-bagai bagian PAB 2008. Sebanyak 70-an calon anggota baru turut ambil bagian. Meski intern, bukan berarti main-main. Pem-bicara dari luar pun didatangkan selain mengan-dalkan pemateri dari anggota KSR Undip. Hastaning Sakti, psikolog, menjadi salah satu pembicara. Dosen Psikologi Undip ini memang tak asing karena sering dimintai bantuan KSR Undip mengisi materi, terutama yang berhubungan aspek psikis. Meski tak banyak, materi yang disampaikan mampu membuat calon anggota baru gembira karena diselingi permainan.
Adela (Diklat IX), calon sarjana hukum. Meski ‘lokal’ pemateri disesuaikan dengan kebidangan dan latar belakang masing-mas-ing. Acara LMT pun tak hanya pemberian materi searah. Simu-lasi sidang dan debat terbuka pun digelar agar suasana tidak menjenuhkan. Selain itu, dapat digunakan mengukur keaktifan dan vokalitas calon anggota baru dalam berorganisasi. Ketika berita ini ditu-runkan, rangkaian PAB berlanjut ke latihan rutin, waktunya setelah ujian mid-semester. Tanggal 27 April, akan dilakukan evaluasi akhir sebelum diumumkan siapa saja calon anggota baru yang diterima sebagai anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI tahun 2008. Jangan ketinggalan un-tuk mendapatkan laporan khusus kami di edisi berikutnya menge-nai Evaluasi Akhir dan Inagurasi (Pelantikan) anggota baru tahun 2008. (a5)
See you next edition. Adios.
visit our weblog!http://poskopost.blogspot.com
6 7
icrc.org
opinitelah digariskan melalui Konvensi Jenewa
1949. Organisasi Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah merupakan sebuah organisasi
kemanusiaan yang bersifat netral dan
bebas terhadap pengaruh ideologi, politik,
dan agama. Gerakan Internasional
ini memiliki tujuh prinsip dasar yaitu
kemanusiaan, kesamaan, kenetralan,
kesatuan, kemandirian, kesemestaan dan
kesukarelaan. Kesemuanya mengacu pada
satu dasar, netralitas.
Penambahan asas keikhlasan
dan amanah pada prinsip dasar BSMI
justru merusak semangat kenetralan yang
dibangun sejak tahun 1863. pencetus
Gerakan Palang Merah, Jean Henry
Dunant membangun organisasi ini dengan
satu prinsip awal, netral.
Aroma politik dan agama kental
melekat dalam pendirian BSMI. Sudah
rahasia umum jika pendirian BSMI
dipelopori oleh beberapa pimpinan partai
politik islam. Lagi-lagi ini menunjukkan
ketidakpahaman dengan prinsip dasar
Gerakan Palang Merah yaitu kenetralan.
Sejak lambang Bulan Sabit
Merah dipakai oleh tenaga medis Dinasti
Ottoman Turki dalam Perang Rusia (1876-
1878), aroma ketidaksepahaman memang
mulai mucul. Lambang PalangMerah saat
itu dianggap mewakili identitas umat
nasrani sehingga umat muslim perlu
mempergunakan lambang tersendiri.
Perdebatan ini diperparah dengan
bersikukuhnya Israel mempergunakan
lambang Bintang Daud Merah (Red Shield
of David) yang dianggap representasi
simbol masyarakat Yahudi.
Banyak negara lain turut serta.
Lambang Obor Merah, Swastika Merah,
Kesatuan. Sebuah kata yang
sepele tersebut merupakan satu dari tujuh
prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional. Secara
implisit, itu berarti di dalam suatu negara
hanya boleh ada satu Perhimpunan
Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
yang terbuka bagi semua orang untuk
melaksanakan tugas kemanusiaan di
seluruh wilayah negara yang bersangkutan
(Umar Mu’in : 1999).
Di Indonesia, keberadaan Bulan
Sabit Merah Indonesia (BSMI) menurut
penulis telah melanggar prinsip-prinsip
dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional. Sejak 1950,
Indonesia telah diakui oleh International
Committee of Red Cross (ICRC) sebagai
negara dengan satu perhimpunan Palang
Merah yaitu Palang Merah Indonesia
(PMI). Syarat-syarat menjadi komponen
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional telah dipenuhi oleh
PMI. Salah satunya adalah bahwa PMI
sebagai satu-satunya perhimpunan Palang
Merah di negaranya (Indonesia). Dalam
hal ini, telah disahkan melalui Keppres No
25 tahun 1950.
Pendirian BSMI pada Agustus
2002 jelas telah melanggar ketentuan
mengenai perhimpunan Palang Merah
di Indonesia. Yang lebih menggelikan,
terhadap keberadaan BSMI, pemerintah
seolah tutup mata. Sementara Indonesia
telah meratifikasi Konvensi Jenewa dan
instrumen pelengkapnya.
Ditengah gonjang-ganjing
mengenai RUU lambang Palang Merah
yang tak kunjung diselesaikan DPR,
kehadiran BSMI justru memperlihatkan
fungsi pemerintah sebagai pengontrol
yang kurang teliti. Pemberian status badan
hukum terhadap BSMI bisa dianggap
sebagai kelalaian fatal pemerintah.
BSMI sendiri amat bertolak
belakang dengan organisasi Bulan Sabit
Merah lainnya yang secara resmi diakui
ICRC. BSMI tidak sesuai dengan ketentuan
mengenai Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional yang
Bintang Merah hingga Masjid Merah
pernah diusulkan untuk dipakai sebagai
identitas masing-masing negara.
Apa lacur, lambang Palang
Merah yang diadopsi dari warna
kebangsaan negara Swiss, negara netral
yang memprakarsai konferensi yang
melahirkan Gerakan Palang Merah
ini malah dianggap sebagai usaha
menyebarkan agama tertentu. Padahal,
pendapat ini amat salah besar.
Pendirian BSMI malah memicu
konflik antar agama yang baru dikalangan
tenaga kemanusiaan. Gerakan Palang
Merah yang netral membuatnya leluasa
bertugas dimanapun. Tidak ada perbedaan
agama, suku, ras atau apapun yang
membuat seorang yang membutuhkan
bantuan harus ditangguhkan. Jika
bersemangat membantu orang lain
dengan ikhlas dan amanah bukankah
dapat menjadi relawan PMI dan bekerja
dengan penuh dedikasi?
P e m b e d a a n - p e m b e d a a n
berdasarkan ideologi, suku, ras, agama
dan kepercayaan merupakan hal yang
harus dijauhkan dari semangat Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Karena netralitas merupakan kunci pokok
gerakan ini untuk membantu manusia
yang membutuhkan.
Penulis masih bertanya-tanya,
apa motivasi pendirian BSMI? Sepertinya
bukan ketidakpuasan atas kinerja PMI
selama ini. Lalu apa sebenarnya yang
mendasari BSMI hadir. Pemerintah
sebagai pengatur tata kenegaraan sudah
sepantasnya mengambil tindakan. Paling
tidak agar reputasi Indonesia dimata
negara-negara anggota gerakan tidak
turun. Atau malah akan seperti Israel yang
‘kekeuh’ dengan Bintang Daud Merah-nya
hingga persaingan justru bukan untuk
menolong sesama hidup, tapi untuk
memenangkan ego pribadi. (a5)
Mempertanyakan BSMI Oleh: Alie Poedjakusuma*
* Mahasiswa Ilmu Hukum Internasional
Fakultas Hukum Undip, Anggota KSR PMI
Undip, Seorang Muslim
8
sosokDanang Amrulloh, SKep.
Semangat Seperti Anggota ‘Baru’
Siapa anggota KSR Undip paling senior yang masih sering non-gol di Posko KSR Undip, PKM Tembalang lantai dua? Sebagian pasti akan menjawab Mas Adhi (Adhi Nugroho, SKed. / K97001). Bukan ia yang dimaksud, ada satu nominasi lagi untuk ini jika akan diberikan semacam penghargaan. Danang Amrulloh, mahasiswa PSIK Undip yang bulan April lalu baru saja diwisuda ini menjadi salah satu saksi silih bergantinya tampuk kepemimpinan dan maju-mundurnya KSR Undip lima tahun terakhir. Sejak bergabung dengan KSR Undip tahun 2002, Mas Danang, begitu ia biasa disapa adik-adiknya telah menjalani kepemimpinan delapan orang Komandan! Dari Komandan Yulianto di tahun 2002,
Rudatin (2003), Farida (2004), Eko Heri ‘Ncang’ (2004), Suparmi ‘Armi’ (2005), Rochmat Ali (2006), Dhani Mahendra (2007) hingga Oktisa ‘Tisa’ Dwi (2008). Beberapa rekan seangkatannya (Diklat VI) juga kadang masih berkunjung ke Posko KSR Undip, sebut saja M. Fuad ‘A Fu’, M. Ari Ahmad, atau Arief ‘Marsu’. Kesibukannya menggarap skripsi acap kali diselingi refreshing bersama adik-adik di KSR Undip. Beberapa even pun kini tak jarang meminta perannya sebagai pembicara. Pada PAB 2008 misalnya, Mas Danang didaulat mengisi Pra-Diklat I untuk materi Anatomi dan Fisiologi (Anfis). Tahun ini, pemuda kelahiran Purwokerto 24 tahun silam ini akan menempuh pendidikan profesi perawat untuk melengkapi gelarnya. Semangat, Mas! (a5)
Oktisa Dwi Pamungkas
Srikandi KSR Undip Generasi Ketiga
Bagi anggota biasa (belum lulus-Red.), nama Oktisa Dwi Pamungkas pastilah tidak asing. Ce-wek kelahiran Purwodadi ini memang tak mudah untuk dilupakan. Easy going, santai dan terkadang penuh ketegasan menjadikannya mudah diingat. Akhir 2007, untuk ketiga kalinya KSR Undip kem-bali dipimpin oleh anggota wanita. Kali ini Tisa, sapaan akrab-nya, terpilih menjadi Komandan KSR Undip tahun 2008. Setahun ke depan, sosoknya akan diandalkan membawa KSR Undip lebih maju. Meski bukan yang pertama, terpilihnya Tisa patut pula disoroti. Sejak berdiri tahun 1996, baru tiga orang wanita yang menjadi Komandan. Pertama, Mba Farida. Sayangnya, karena alasan kesehatan, posisinya kemudian digantikan Eko Heri ‘Ncang’. Setahun berselang, Suparmi ‘Armi’ terpilih menjadi Komndan. Pemimpin wanita kedua. Sekarang, generasi ketiga kembali diwakili Oktisa. Meminjam istilah Ichyak (K05020), KSR Undip dirasuki girl power. Bukan power puff girls ya?! Palang merah memang bukan barang baru bagi Tisa. Sejak SMA-pun ia sudah menjadi anggota PMR. KSR seperti melanjutkan hobi saja. Seorang senior berujar hal ini seperti karir. Bukan hal buruk mengingat nilai luhurnya. Yang mere-potkan Tisa, belakangan makin banyak sentilan ‘ehm, ehm’ dari anggota-anggota pimpinannya. Biasalah, masa Ibu Ko-mandan nggak ada yang mengawal? Kalo yang satu ini, kita kembalikan saja pada hati Ibu Komandan. Ada yang berminat mendaftar? (a5)
Setiap tahunnya Palang Merah Indonesia (PMI) mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tujuannya sederhana, mengumpulkan sum-bangan secara sukarela dari masyarakat untuk kemudian diperbantukan kepada masyarakat. Tidak rumit memang namun tak pula kemudian bebas dari kritik. Bulan dana PMI dilaksanakan oleh semua cabang PMI di seluruh Indonesia. Demikian pula terjadi di Semarang. PMI Ca-bang Semarang sebagai perpanjangan tangan PMI Pusat mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tahun ini, bulan dana berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Agustus silam. Ditengah keadaan ekonomi masyarakat yang masih kembang-kempis, bulan dana PMI terus berlangsung. Tak ayal, acap kali sentimen negatif kerap muncul dari masyarakat yang merasa ’terbebani’ untuk iuran. Misalnya saat pendaftaran ulang siswa baru di sekolah. Banyak orang tua, yang sedang berpikir bagaimana menyekolahkan anaknya agar dapat tetap mengenyam pendidikan di ten-gah apa-apa yang serba mahal mengeluh karena ada titipan bulan dana pada biaya registrasi ulang. Karcis merah muda (di Semarang ta-hun ini stiker) yang nominalnya sebenarnya tidak terlalu besar kemudian dirasakan sebagai sesuatu yang ikut membebani pengeluaran keluarga yang sedang jor-joran. Bukan salah PMI memang, mungkin penempatan ’iuran’ saja
Saatnya PMI Mengembangkan ‘Rescuepreneurship’
yang kurang tepat. Agak bertolak balik dengan Semarang, di Solo, PMI Cabang Surakarta (PMI Solo) jus-tru telah beberapa tahun terakhir meniadakan kegiatan bulan dana PMI. Berbagai alternatif mencari sumber dana dikaji hingga ’urgensi’ bulan dana PMI yang tahunan bisa dihentikan. Penulis sendiri sempat berkunjung ke PMI Solo tahun 2006 dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding KSR Undip ke PMI Solo dan KSR Universitas Negeri Sebelas Maret (KSR UNS). Untuk tetap survive dalam memberi-kan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam tugas kemanusiaannya, pelbagai metode baru ditempuh, misalnya menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan yang ada di Solo. Walhasil, kini PMI Solo memiliki Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Kesehatan hasil kerjasama dengan sebuah lembaga pendidikan swasta. Tak jauh berbeda, bersama PT Telkom, PMI Solo juga menjalin kerjasama menye-diakan pelayanan ambulans gratis 24 jam. Di unit transfusi darahnya, PMI Solo menerbitkan kartu donor plus (yang berfungsi pula sebagai kartu ATM) hasil kerjasama dengan sebuah bank syariah. PMI Solo memang ’unik’. Pada tahun 2004, PMI Solo pernah menurunkan biaya pengganti darah karena permintaan dari kha-layak penggunanya. Biaya yang kerap disalah artikan sebagai harga darah ini menurut ma-syarakat yang membutuhkan saat itu terlalu mahal dan memberatkan bagi keluarga yang membutuhkan. Hal tersebut diatas agaknya layak men-jadi contoh bagi PMI Cabang di daerah lainnya, tak terkecuali Semarang. Apalagi semarang yang notabene sebagai pusat pemerintahan daerah dan disesaki pula bermacam-macam perusahaan di berbagai bidang usaha. Potensi jalinan kerjasama tentu akan makin besar seir-ing dengan besar kota dimana PMI Cabang yang bersangkutan terletak. PMI Solo diharapkan mampu menjadi pioneer bagi perkembangan PMI ke depan, paling tidak di Jawa Tengah. Jumlah 35 PMI Cabang di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah jelas jumlah yang tidak dapat dibilang
sedikit. Dari penggalian dana yang lebih efektif akan menjadikannya alternatif sumber dana operasional PMI selain bulan dana PMI. Keinginan untuk ’bebas’ dari bulan dana pernah dicetuskan almarhum Prof dr Satoto ketika terpilih sebagai Ketua PMI Daerah Jawa Tengah beberapa tahun silam. Beliau mem-punyai pemikiran untuk mencari alternatif pengganti kegiatan bulan dana menjadi model pengembangan donasi yang lebih ’menjanjikan’. Ia juga mengkritisi bulan dana yang hampir selalu mengandalkan figur atau ketoko-han seseorang, misalnya sebagai ketua kegiatan bulan dana PMI. Sebagai contoh, tahun ini bulan dana PMI di Semarang diketuai Kapolwil-tabes Semarang. Menurut Prof Satoto, kegiatan bulan dana dengan metode demikian akan memuncul-kan keraguan keikhlasan penyumbang karena pelaksanaannya selalu ikut (jawa:ndompleng) transaksi lain, pembayaran listrik misalnya. Dalam pandangannya, PMI harus mulai berbenah dan mengembangkan unit bisnis dan berperilaku kewirausahaan. Salah satunya me-lalui pengembangan kerjasama dengan berbagai perusahaan seperti yang dilakukan PMI Solo. Semangat kewirausahaan yang sedang berkembang pesat saat ini di kalangan masyara-kat agaknya pantas dipinjam. Rescuepreneur-ship agaknya dapat dijadikan istilah yang tepat bagi PMI dalam usaha menggalang dana dari sumber baru dan dari unit bisnis-nya. Kini di era bisnis dan teknologi informasi yang makin maju jelas makin banyak celah penggalangan dana untuk kegiatan kemanusiaan. Relevansi bulan dana PMI juga makin berkurang. Apalagi sedang berkembang tren corporate social responsibility (CSR) yang biasanya oleh perusa-haan alokasi dananya difokuskan bagi kegiatan-kegiatan sosial. Seb-agai organisasi yang telah 62 tahun berkecimpung di dunia sosial-kem-anusiaan, nama besar PMI jelas jaminan yang kuat bagi penyaluran CSR.
Oleh: Alie Poedjakusuma
Berbagai cara layak dicoba, sehingga kemandirian sesuai tujuh prinsip gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dapat diwujudkan. Bulan dana memang tidak salah seluruhnya tapi patut dikaji relevansinya kini. Di usianya yang telah menginjak 62 tahun, 17 September lalu, PMI seharusnya berbenah sehingga segala aspek pendukungnya, baik dana maupun SDM makin solid, terlebih lagi bencana seperti tak kenal henti menimpa Indonesia.
* Dimuat di Warta PMI Jateng Edisi Januari 2008
kolom
10 11
Setiap tahunnya Palang Merah Indonesia (PMI) mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tujuannya sederhana, mengumpulkan sum-bangan secara sukarela dari masyarakat untuk kemudian diperbantukan kepada masyarakat. Tidak rumit memang namun tak pula kemudian bebas dari kritik. Bulan dana PMI dilaksanakan oleh semua cabang PMI di seluruh Indonesia. Demikian pula terjadi di Semarang. PMI Ca-bang Semarang sebagai perpanjangan tangan PMI Pusat mengadakan kegiatan bulan dana PMI. Tahun ini, bulan dana berlangsung sejak 1 Juli hingga 31 Agustus silam. Ditengah keadaan ekonomi masyarakat yang masih kembang-kempis, bulan dana PMI terus berlangsung. Tak ayal, acap kali sentimen negatif kerap muncul dari masyarakat yang merasa ’terbebani’ untuk iuran. Misalnya saat pendaftaran ulang siswa baru di sekolah. Banyak orang tua, yang sedang berpikir bagaimana menyekolahkan anaknya agar dapat tetap mengenyam pendidikan di ten-gah apa-apa yang serba mahal mengeluh karena ada titipan bulan dana pada biaya registrasi ulang. Karcis merah muda (di Semarang ta-hun ini stiker) yang nominalnya sebenarnya tidak terlalu besar kemudian dirasakan sebagai sesuatu yang ikut membebani pengeluaran keluarga yang sedang jor-joran. Bukan salah PMI memang, mungkin penempatan ’iuran’ saja
Saatnya PMI Mengembangkan ‘Rescuepreneurship’
yang kurang tepat. Agak bertolak balik dengan Semarang, di Solo, PMI Cabang Surakarta (PMI Solo) jus-tru telah beberapa tahun terakhir meniadakan kegiatan bulan dana PMI. Berbagai alternatif mencari sumber dana dikaji hingga ’urgensi’ bulan dana PMI yang tahunan bisa dihentikan. Penulis sendiri sempat berkunjung ke PMI Solo tahun 2006 dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding KSR Undip ke PMI Solo dan KSR Universitas Negeri Sebelas Maret (KSR UNS). Untuk tetap survive dalam memberi-kan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam tugas kemanusiaannya, pelbagai metode baru ditempuh, misalnya menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan yang ada di Solo. Walhasil, kini PMI Solo memiliki Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Kesehatan hasil kerjasama dengan sebuah lembaga pendidikan swasta. Tak jauh berbeda, bersama PT Telkom, PMI Solo juga menjalin kerjasama menye-diakan pelayanan ambulans gratis 24 jam. Di unit transfusi darahnya, PMI Solo menerbitkan kartu donor plus (yang berfungsi pula sebagai kartu ATM) hasil kerjasama dengan sebuah bank syariah. PMI Solo memang ’unik’. Pada tahun 2004, PMI Solo pernah menurunkan biaya pengganti darah karena permintaan dari kha-layak penggunanya. Biaya yang kerap disalah artikan sebagai harga darah ini menurut ma-syarakat yang membutuhkan saat itu terlalu mahal dan memberatkan bagi keluarga yang membutuhkan. Hal tersebut diatas agaknya layak men-jadi contoh bagi PMI Cabang di daerah lainnya, tak terkecuali Semarang. Apalagi semarang yang notabene sebagai pusat pemerintahan daerah dan disesaki pula bermacam-macam perusahaan di berbagai bidang usaha. Potensi jalinan kerjasama tentu akan makin besar seir-ing dengan besar kota dimana PMI Cabang yang bersangkutan terletak. PMI Solo diharapkan mampu menjadi pioneer bagi perkembangan PMI ke depan, paling tidak di Jawa Tengah. Jumlah 35 PMI Cabang di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah jelas jumlah yang tidak dapat dibilang
sedikit. Dari penggalian dana yang lebih efektif akan menjadikannya alternatif sumber dana operasional PMI selain bulan dana PMI. Keinginan untuk ’bebas’ dari bulan dana pernah dicetuskan almarhum Prof dr Satoto ketika terpilih sebagai Ketua PMI Daerah Jawa Tengah beberapa tahun silam. Beliau mem-punyai pemikiran untuk mencari alternatif pengganti kegiatan bulan dana menjadi model pengembangan donasi yang lebih ’menjanjikan’. Ia juga mengkritisi bulan dana yang hampir selalu mengandalkan figur atau ketoko-han seseorang, misalnya sebagai ketua kegiatan bulan dana PMI. Sebagai contoh, tahun ini bulan dana PMI di Semarang diketuai Kapolwil-tabes Semarang. Menurut Prof Satoto, kegiatan bulan dana dengan metode demikian akan memuncul-kan keraguan keikhlasan penyumbang karena pelaksanaannya selalu ikut (jawa:ndompleng) transaksi lain, pembayaran listrik misalnya. Dalam pandangannya, PMI harus mulai berbenah dan mengembangkan unit bisnis dan berperilaku kewirausahaan. Salah satunya me-lalui pengembangan kerjasama dengan berbagai perusahaan seperti yang dilakukan PMI Solo. Semangat kewirausahaan yang sedang berkembang pesat saat ini di kalangan masyara-kat agaknya pantas dipinjam. Rescuepreneur-ship agaknya dapat dijadikan istilah yang tepat bagi PMI dalam usaha menggalang dana dari sumber baru dan dari unit bisnis-nya. Kini di era bisnis dan teknologi informasi yang makin maju jelas makin banyak celah penggalangan dana untuk kegiatan kemanusiaan. Relevansi bulan dana PMI juga makin berkurang. Apalagi sedang berkembang tren corporate social responsibility (CSR) yang biasanya oleh perusa-haan alokasi dananya difokuskan bagi kegiatan-kegiatan sosial. Seb-agai organisasi yang telah 62 tahun berkecimpung di dunia sosial-kem-anusiaan, nama besar PMI jelas jaminan yang kuat bagi penyaluran CSR.
Oleh: Alie Poedjakusuma
Berbagai cara layak dicoba, sehingga kemandirian sesuai tujuh prinsip gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dapat diwujudkan. Bulan dana memang tidak salah seluruhnya tapi patut dikaji relevansinya kini. Di usianya yang telah menginjak 62 tahun, 17 September lalu, PMI seharusnya berbenah sehingga segala aspek pendukungnya, baik dana maupun SDM makin solid, terlebih lagi bencana seperti tak kenal henti menimpa Indonesia.
* Dimuat di Warta PMI Jateng Edisi Januari 2008
kolom
10 11
cerita
12
Pelantikan Diklat XI KSR Undip
Rekor Baru Tercipta
Lulus. Kata ini begitu berarti bagi se-bagian orang di waktu tertentu. Pelajar atau mahasiswa ketika berhasil melewati suatu ujian, misalnya. Tak terkecuali para calon anggota KSR Undip angkatan Diklat XI yang berharap-harap cemas seusai evaluasi Penerimaan Ang-gota Baru (PAB) KSR Undip 2008.
Setelah hampir dua bulan bergelut dengan begitu banyak kegiatan yang menjadi prasyarat kelulusan PAB, mereka masih harus melewati ujian akhir, evaluasi. Hampir mirip UAN bagi siswa SMP dan SMA. Uniknya, meski berlabel ujian, tanggapan yang muncul khas mahasiswa. Tanpa belajar serius, hanya men-gulang semalam dan berdoa lulus, meski tak semuanya melakukan hal itu.
Evaluasi berlangsung dua bagian. Tes tertulis dan lisan. Dari 50 buah soal tersedia, satu soal amat mudah dijawab. Mau tahu, siapa nama Komandan KSR Undip 2008? Mudah bu-kan. “Keterlaluan kalau sampe yang ini salah,” canda Tisa, sang jawaban.
Dari 121 orang pendaftar, 85-an yang terlibat aktif proses PAB, ‘hanya’ 74 orang yang lulus dan diterima menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI. Jumlah yang amat banyak, terbanyak sepanjang sejarah berdirinya KSR Undip. Sebagai perbandingan, jumlah anggota angkatan Diklat X hanya 47 orang!
Sabtu-Minggu, 3-4 Mei 2008 digelarlah prosesi pelantikan anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI. Sabtu malam, sekitar jam delapan, berlangsung semacam malam keakra-ban antara anggota baru dan para sesepuh-nya. Anak-anak baru dipersilahkan berkreasi dan mengerjai para senior. Disertai ‘pembakaran’ jagung, acara berlangsung meriah dengan se-dikit kantuk mengancam pelaku.
Menjelang tengah malam, posisi ber-ganti. Anggota baru kembali menjadi obyek penderita. Dalam sebuah acara yang di-setting sebagai wahana kesatuan angkatan, Diklat XI
dituntut berpikir, bekerjasama dan memecah-kan masalah bersama-sama. Menjelang subuh, prosesi baru berakhir, namun belum sepenuh-nya. Beberapa masalah sengaja disimpan seb-agai bumbu.
Setelah mentari muncul, pelantikan dilanjutkan. Mengingat banyaknya jumlah ang-gota maka perlu semacam kontrak moral bagi Diklat XI. Dirundingkanlah semacam ‘MoU’ di intern Diklat XI. Tujuannya tak lain agar kesoli-dan angkatan tetap terjaga demi kelangsungan KSR Undip di masa depan. Tanda tangan pun dibubuhkan sebagai tanda kesetujuan. Pelang-garan terhadap ‘MoU’ tak dihukum hanya men-jadi beban moral si pelaku.
Jelang siang, dengan guyuran kembang tujuh rupa dari Staf Ahli Pembantu Rektor III Undip, para calon anggota secara resmi dilantik menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI dengan NTA K08001 sampai K08074. Acara diakhiri pemotongan tumpeng dan dinikmati seluruh punggawa KSR Undip, dari Komandan hingga anggota Diklat XI.
Welcome! Selamat Datang! Angkatan Diklat XI. Semoga dengan bertambahnya ang-gota, makin bertambah pula dedikasi KSR Undip dalam melaksanakan tugas-tugas kema-nusiaannya. (a5)
NB: Karena adanya kendala teknis membuat foto-foto pelantikan dan evaluasi PAB KSR Undip 2008 urung ditampilkan. Semoga dapat dimuat di edisi depan. (Redaksi)
Dapatkan terbitan baru ini dengan mengunjungi situs resmi IFRC http://ifrc.org
cerita
12
Pelantikan Diklat XI KSR Undip
Rekor Baru Tercipta
Lulus. Kata ini begitu berarti bagi se-bagian orang di waktu tertentu. Pelajar atau mahasiswa ketika berhasil melewati suatu ujian, misalnya. Tak terkecuali para calon anggota KSR Undip angkatan Diklat XI yang berharap-harap cemas seusai evaluasi Penerimaan Ang-gota Baru (PAB) KSR Undip 2008.
Setelah hampir dua bulan bergelut dengan begitu banyak kegiatan yang menjadi prasyarat kelulusan PAB, mereka masih harus melewati ujian akhir, evaluasi. Hampir mirip UAN bagi siswa SMP dan SMA. Uniknya, meski berlabel ujian, tanggapan yang muncul khas mahasiswa. Tanpa belajar serius, hanya men-gulang semalam dan berdoa lulus, meski tak semuanya melakukan hal itu.
Evaluasi berlangsung dua bagian. Tes tertulis dan lisan. Dari 50 buah soal tersedia, satu soal amat mudah dijawab. Mau tahu, siapa nama Komandan KSR Undip 2008? Mudah bu-kan. “Keterlaluan kalau sampe yang ini salah,” canda Tisa, sang jawaban.
Dari 121 orang pendaftar, 85-an yang terlibat aktif proses PAB, ‘hanya’ 74 orang yang lulus dan diterima menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI. Jumlah yang amat banyak, terbanyak sepanjang sejarah berdirinya KSR Undip. Sebagai perbandingan, jumlah anggota angkatan Diklat X hanya 47 orang!
Sabtu-Minggu, 3-4 Mei 2008 digelarlah prosesi pelantikan anggota biasa KSR Undip angkatan Diklat XI. Sabtu malam, sekitar jam delapan, berlangsung semacam malam keakra-ban antara anggota baru dan para sesepuh-nya. Anak-anak baru dipersilahkan berkreasi dan mengerjai para senior. Disertai ‘pembakaran’ jagung, acara berlangsung meriah dengan se-dikit kantuk mengancam pelaku.
Menjelang tengah malam, posisi ber-ganti. Anggota baru kembali menjadi obyek penderita. Dalam sebuah acara yang di-setting sebagai wahana kesatuan angkatan, Diklat XI
dituntut berpikir, bekerjasama dan memecah-kan masalah bersama-sama. Menjelang subuh, prosesi baru berakhir, namun belum sepenuh-nya. Beberapa masalah sengaja disimpan seb-agai bumbu.
Setelah mentari muncul, pelantikan dilanjutkan. Mengingat banyaknya jumlah ang-gota maka perlu semacam kontrak moral bagi Diklat XI. Dirundingkanlah semacam ‘MoU’ di intern Diklat XI. Tujuannya tak lain agar kesoli-dan angkatan tetap terjaga demi kelangsungan KSR Undip di masa depan. Tanda tangan pun dibubuhkan sebagai tanda kesetujuan. Pelang-garan terhadap ‘MoU’ tak dihukum hanya men-jadi beban moral si pelaku.
Jelang siang, dengan guyuran kembang tujuh rupa dari Staf Ahli Pembantu Rektor III Undip, para calon anggota secara resmi dilantik menjadi anggota KSR Undip angkatan Diklat XI dengan NTA K08001 sampai K08074. Acara diakhiri pemotongan tumpeng dan dinikmati seluruh punggawa KSR Undip, dari Komandan hingga anggota Diklat XI.
Welcome! Selamat Datang! Angkatan Diklat XI. Semoga dengan bertambahnya ang-gota, makin bertambah pula dedikasi KSR Undip dalam melaksanakan tugas-tugas kema-nusiaannya. (a5)
NB: Karena adanya kendala teknis membuat foto-foto pelantikan dan evaluasi PAB KSR Undip 2008 urung ditampilkan. Semoga dapat dimuat di edisi depan. (Redaksi)
Dapatkan terbitan baru ini dengan mengunjungi situs resmi IFRC http://ifrc.org
top related