praktik jual beli karet di desa cugung langu …repository.iainbengkulu.ac.id/416/1/iki rona...
Post on 25-Oct-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PRAKTIK JUAL BELI KARET DI DESA CUGUNG
LANGU KECAMATAN SEMIDANG ALAS
KABUPATEN SELUMA DALAM PANDANGAN
EKONOMI ISLAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Serjana Ekonomi Islam (S.E.I)
OLEH:
IKI RONA IRAWAN
NIM 212 313 8401
PRODI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
BENGKULU 2016
2
3
4
MOTTO
﴾١٣٩ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين ﴿
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman”. (QS. Al-Imran (3) Ayat (139)
iv
5
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahakan kepada :
1. Bapakku (Masdi) dan Ibuku (Artini) sungguh amat terima
kasih atas segala penggorbanan dan jasamu untukku, terima
kasih untuk tiap tetesan air mata dan keringat yang kalian
curahkan untukku, terima kasih buat do’a dan bimbingan
yang selalu kalian panjatkan kepada-Nya hingga akhirnya ia
ridho atas semua keberhasilanku.
2. Adikku yang tercinta Heri Mardoni (Alm), Yoga
Mahendra yang telah memberikan dukungan dan
semengatnya.
3. Sanak-pamilih yang terus memberikan- ku semangat dan
kebersamaannya.
4. Teman dekatku Eet Parida, teman-teman clup Newbe fc
dan anak Ekis C tahun 2012 seperjuangkan, terima kasih
atas motivasi dan dukungannya.
5. Masyarakat desa Cugung Langu, terima kasih atas
dukungan dan semangatnya yang di berikan selama ini.
6. Almamater yang telah menempahku.
v
6
7
ABSTRAK
Praktik Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma Dalam Pandangan Ekonomi Islam oleh Iki Rona Irawan NIM
2123138401.
Adapun latar belakang permasalahan dalam penelitian ini adalah karena pihak
pembeli melakukan kecurangan seperti mengurangi timbangan karet yang
menyebabkan kerugikan pihak penjual, padahal sudah jelas dalam ekonomi Islam
melarang adanya kecurangan, penipuan dan penindasan, maka dari penjelasan
tersebut skripsi ini mengkaji dua persoalan yaitu: (1) Bagaimana pelaksanaan
praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma, (2) Bagaimana pandangan Ekonomi Islam terhadap praktik
jual beli karet yang ada di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui
praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten seluma dan Untuk mengetahui pandangan Ekonomi Islam terhadap
praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma. Untuk menganggat persoalan tersebut secara mendalam dan
menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode lapangan (field research) yang
bersifat kualitatif yang bermanfaat untuk memberikan informasi, fakta dan data
Praktik Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas
Kabupaten Seluma Dalam Pandangan Ekonomi Islam. Kemudian data tersebut
diuraikan, dianalisis dan dibahas untuk menjawab permasalahan tersebut. Dari
penelitian ini ditemukan kesimpulan bahwa (1) Pelaksanaan praktik jual beli
karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma
masih ada unsur penipuan, ketidak jujuran dan kecurangan dari kedua belah
pihak, dimana pihak pembeli melakukan kecurangan dalam pengurangan
timbangan dan penetapan harga secara sepihak, sedangkan pihak penjual
melakukan kecurangan dengan menambah berat karet dengan cara memasukan
kulit batang karet kedalam karet yang mau dijual, dengan alasan untuk
menambah berat timbangan. (2) Menurut pandangan ekonomi Islam praktik jual
beli karet di desa Cugung Langu tersebut masih jauh dari sistem yang diajarkan
dalam ekonomi Islam mengenai tata cara jual beli yang baik dan benar, karena
dalam sistem ekonomi Islam mengajarkan tentang kejujuran, dan akhlak dalam
perdagangan antara penjual dan pembeli supaya tidak terjadi kecurang/penipuan
(gharar) antara keduanya seperti mengurangi timbangan, menetapkan harga
secara sepihak dan menambah berat timbangan dengan jalan yang tidak benar
supaya timbul kerelaan antara kedua belah pihak dalam aqad jual beli yang
sesuai dengan ekonomi Islam.
Kata Kunci: Jual Beli Karet, Ekonomi Islam
vii
8
KATA PENGANTAR
م اا اازز ن اازز يم
Segalah puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Praktik Jual
Beli Karet Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma Dalam Pandangan Ekonomi Islam”,
Selawat dan salam untuk Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
berjuang untuk menyampaikan ajaran Islam sehingga umat islam
mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus baik di dunia maupun akhirat.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
guna untuk memperoleh gelar Serjana Ekonomi Islam (S.E.I) pada program
studi Ekonomi Syari‟ah jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agam Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses
penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Dengan demikian penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag, M.H, selaku rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
2. Dr. Asnaini, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
3. Desi Isnaini, MA, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam
viii
9
4. Drs. Nurul Hak, MA, selaku pembimbing I, yang telah memberikan
semangat serta motivasi dan arahan yang baik.
5. Erniwati, S, Ag, M. Hum, selaku pembimbing II, yang telah memberikan
ilmu, semangat, motivasi serta arahan yang baik dengan penuh
kesabaran.
6. Orang tua yang telah membesarkan, mendidik dan selalu mendo‟akan
penulis sehingga menjadi seperti sekarang ini.
7. Bapak/ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah mendidik dan memberikan
ilmunya kepada penulis dengan penuh kesabaran.
8. Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah memberikan pelayanan dengan
baik dalam hal adminitrasi.
9. Teman dekat Eet Parida dan Newbe fc (Asep Muharam, Ari Fernando,
Perjuangan Prima SR, Melky Goslow, Iwan Stiadi, Muzzayin Azhar,
Zeki Furnando, Ilham dan Masyuni) dan anak Ekis C sebagai
penyamangat dan pemberi saran dalam pembuatan skripsi ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan banyak
kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangaun demi
kesempurnaan skripsi ini ke depan.
ااح اا ب اا ل ين
ix
10
Bengkulu, 02 Mie 2016
Iki Rona Rawan
NIM 212 313 8401
x
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 6
E. Riset Terdahulu .................................................................................. 7
F. Metode Penelitian............................................................................. 10
G. Sitematiaka Penulisan ...................................................................... 16
BAB II KAJIAN TEORI
A. Depenisi Oprasional ......................................................................... 17
B. Landasan Hukum Jual Beli .............................................................. 22
C. Rukun Jual Beli ................................................................................ 25
D. Syarat Sah Jual Beli ......................................................................... 29
E. Etika Jual Beli (Perdagangan) .......................................................... 31
F. Ahlak Dalam Jual Beli (Perdagangan) ............................................. 33
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejara Desa Cugung Langu .............................................................. 39
B. Keadaan Alam .................................................................................. 43
xi
12
C. Keadaan Penduduk ........................................................................... 43
D. Kehidupan Keagamaan .................................................................... 45
E. Mata Pencarian ................................................................................. 45
F. Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat ............................................... 47
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanan Praktik Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma ............................... 50
B. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Praktik Jual Beli Karet Yang
Ada Di Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma .............................................................................................. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 76
B. Saran ................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rincian Jumlah Penduduk Desa Cugung Langu Meneurut Tingkat
Usia, 2015/2016 .................................................................................... 44
Tabel 3.2. Rincian Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan, 2015/2016 ... 44
Tabel 3.3. Jumlah Prosentase Penduduk Desa Cugung Langu Menurut
Kelompok Mata Pencarian, 2015/2016 ................................................. 46
Tabel 3.4. Prosentase Hasil Pertanian Yang Diperoleh Desa Cugung Langu,
2015/2016 .............................................................................................. 46
Tabel 3.5. Tanaman Yang Diperdagangkan .................................................... 47
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dekomntasi Hasil Wawancara
Lampiran 2. Slip Pengajuan Judul
Lampiran 3. Halaman Pengesahan Proposal
Lampiran 4. Surat Penujukan Pembimbing
Lampiran 5. Halaman Pengesahan SK Penelitian
Lampiran 6. Pedoman Wawancara
Lampiran 7. Rekomendasi Dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bengkulu
Lampiran 8. Rekomendasi Dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kabupaten Seluma
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian/Survey Dari Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten seluma
Lampiran 10. Surat Keterangan Selesai Izin Penelitian Dari Kepala Desa
Cugung Langu
Lampiran 11. Catatan Perbaikan Skripsi
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT
kemuka bumi untuk menjadi Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh
alam), Islam tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah seseorang hamba
kepada Tuhan-Nya, tetapi juga mampu menjawab berbagai macam bentuk
tantangan pada setiap zaman, termasuk dalam persoalan ekonomi, yang
dikenal pada saat ini dengan istilah ekonomi Islam. Kemunculan ekonomi
Islam dipandang sebagai sebuah gerakan baru yang disertai dengan misi
dekonstrutif atas kegagalan sistem ekonomi dunia dominan selama ini.
Ekonomi Islam diikat oleh seperangkat nilai iman, akhlak dan moral
etik bagi setiap aktivitas ekonominya baik dalam posisinya sebagai
konsumen, produsen, distributor dan lain-lain dalam melakukan usahanya
serta menciptakan hartanya.1Etika yaitu sebuah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya2
Aktivitas perdagangan merupakan salah satu aspek kehidupan yang
bersifat horizontal (Hablum Minannas), yang juga mendapatkan penekanan
khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan
1Abd. Shomad, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syari‟ah Dalam Hukum
Indonesia), (Jakarta: Kencana Prenadea Media Grup, 2010), h 71 2 Burhanudin Slam. Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia,(Jakarta:
Rineka cipta, 1997), h 1
1
2
sektor rill, sistem ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil.
Dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan
keterkaitan kedua sektor tersebut. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar-
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai sukarela diantara kedua
belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan
disepakati.3
Sistem ekonomi Islam adalah suatu cara yang dilakukan berdasarkan
hukum-hukum yang berlaku didalam Islam. Dalam sistem ekonomi Islam
yang menekankan pada sektor riil seperti ini, pertumbuhan bukanlah
merupakan ukuran utama dalam melihat perkembangan ekonomi yang
terjadi, tetapi lebih pada aspek pemerataan dan pengurangan jumlah
kemiskinan, kondisi seperti ini lebih memungkinkan dengan pengembangan
setor riil yang dapat menyerap tenaga kerja. Kemudian melalui pemerataan,
kekayaan suatu negara tidak akan terkonsentrasi atau dikuasai oleh
sekelompok orang tertentu, tetapi terdisribusikan secara lebih merata pada
anggota masyarakat yang lebih luas.4
Dalam aktivitas perdagangan atau dikenal dalam istilah berbisnis
pada era modern ini, mencari keuntungan merupakan tujuan utamanya, serta
praktik-praktik haram, kerap kali dilakukan untuk mendapatkan tujuan
tersebut, seperti mengurangi timbangan, penjualan dua kali lipat dari harga
3Hendi Suhendi, Figh Muamalah, (Jakarta: Rajagrafindo persada, 2008), h 68-69
4Hendi Suhedi, fiqh Muamalah..., h. 70
3
aslinya yang jatuhnya adalah riba. Tujuan dan semua praktik-praktik tersebut
dalam ekonomi Islam adalah suatu hal yang dilarang. Dalam etika binis juga
menyebutkan bahwa yang paling diutamakan dalam berbisnis adalah prinsip
otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak berbuat jahat, prinsip keadilan, dan
prinsip hormat kepada diri sendiri5. Ekonomi Islam memandang mencari
keuntungan adalah suatu hal yang fitrah, yang dapat menimbulkan semangat
berinovasi, dan bersaing. Perhatian utama ekonomi Islam adalah upaya
bagaimana manusia meningkatkan kesejahtraan materialnya yang sekaligus
akan meningkatkan kesejahtraan spiritualnya, karena aspek spiritual harus
hadir bersamaan dengan target material, maka diperlukan sarana penopang
utama, yaitu moralitas pelaku ekonomi.
Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
oleh manusia yang tidak dapat ditinggalkan, dan yang sering dilakukan,
karena dengan melakukan transaksi jual beli itulah manusia dapat memenuhi
kebutuhannya. Kegiatan jual beli adalah suatu kegiatan yang memiliki etika,
rukun dan syarat tertentu.6Padahal banyak masyarakat yang sudah
mengetahui akan hukum jual beli yang telah disyaria‟tkan Islam namun
mereka masih berusaha melanggarnya, ada juga masyarakat yang memang
belum tahu sama sekali tentang sistem jual beli dalam Islam.
5A. Sonny Keraf-Robert Haryono Imam, Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai
Propesi Luhur, ( Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI), 1991), h 73
6Muhimmatul Husna, ”Etika Jual Beli Dalam Islam,”
Majelispenulis.blogspot.co.id/2013/10/etika-jual-beli-dalam-islam.html?m=1 (di akses
Mingu 29 Nov 2015 jam 10:31
4
Berdasarkan observasi awal yang sudah dilakukan kepada petani
karet, mereka mengatakan bahwa hampir setiap minggu mereka menjual
karet kepada pihak pembeli, tetapi menurut mereka bahwa dalam transaksi
jual beli karet tersebut mereka sangat dirugikan oleh pihak pembeli
dikarenakan pihak pembeli mengurangi timbangan. Padahal sudah jelas
dalam Islam melarang yang adanya unsur gharar yaitu penipuan.
Gharar menurut etemologi bermakna kekewatiran atau resiko, dan
gharar juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian, dan/atau
kebinasaan.7Sedangkan arti lain Gharar adalah khida‟; penipuan. Dari segi
termonologi: penipuan dan tidak mengetahui sesuatu yang diakadkan yang
didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.8 Sedangkan dalam
penjelasan lain Gharar adalah kesamaran, keraguan-raguan, dan
spekulatif.9Larangan untuk berdagang prinsipnya tidak dilarang kecuali
yang mempunyai unsur-unsur kezaliman, penipuan dan penindasan dan
mengarah kepada yang dilarang Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam QS.
Al-An‟am :152 dan QS. Al Isra: 35, dibawah ini:
لا نكلبف نف ا إلاز وس ها ال وأوفوا ٱاكيل وٱا يزان Artinya
7Nurul Huda dan Muhamad Heykel, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis Dan
Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h 196
8Hanan Wihasto, “Transansaksi Islam Harus Terbebas Dari Unsur MAGHRIB,” hanan-
wihsto.blogspot.com/2014/04/maisir-gharar-dan-riba.html?m=1 (Minggu 03 januari 2016,
jam 13:40) 9Abu Ahmadi dan Drs. Abdullah, Kamus Pintar Agama Islam, (Solo: CV. Aneka,
1991), h 83
5
“Penuhilah takaran dan timbangan dan jujur; karena Kami tidak memberi
beban kepada seseorang melainkan menurut kemampuannya”........(QS. Al-
An‟am :152)
ا يي ر وأ ن ت و ي و نوا ال اا ٱا تليم وأوفوا ٱاكيل إ ا كلتم ) ٣٥( Artinya
”Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.(QS. Al Isra .35)
Praktik jual beli karet yang dilakukan oleh petani keret dan pembeli
karet di desa Cugung Langu terjadi sistem pengurangan timbangan dan
pengurangan harga yang dilakukan oleh si pembeli, pengurangan timbangan
tersebut dilakukan dengan alasan karena menurt si pembeli, karet yang dijual
akan mengalami penurunan timbangan setelah lama kelamaan. Dan apabila
karet yang dijual oleh si petani itu masih dalam keadaan kurang kering maka
karet tersebut akan dikurangin timbangan dan harganya. Sedangkan di dalam
sistem jual beli menurut agama Islam, pengurangan timbangan dan
pengurangan harga merupakan salah satu hal yang dilarang dalam
melakukan praktik jual beli. Islam melarang adanya sistem pengurangan
timbang dan harga didalam praktik jual beli dikarenakan hal tersebut dapat
merugikan pihak penjual yang melaksanakan praktik jual beli tersebut.
Jadi, dari penjelasan yang telah penulis paparkan diatas. Penulis
tertarik untuk meneliti mengenai “Praktik Jual Beli Karet Di Desa
Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma Dalam
6
Pandangan Ekonomi Islam”. Karena dari pandangan Ekonomi Islam,
praktik jual beli yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma tersebut melanggar praktik
jual beli yang telah ditetapkan oleh hukum ekonomi Islam, namun
masyarakat desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma masih saja melakukan praktik jual beli tersebut.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas
penulis dapat merumuskan pokok masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan praktik jual beli karet di desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma?
2. Bagaimana pandangan Ekonomi Islam terhadap praktik jual beli karet
yang ada di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukanya penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang:
1. Untuk mengetahui praktik jual beli karet di desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten seluma
2. Untuk mengetahui pandangan Ekonomi Islam terhadap praktik jual beli
karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis/akademis
7
Penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran tentang
praktik jual beli karet yang terjadi di tengah masyarakat desa Cugung
Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma, selain itu
diharapkan dapat menjadi suatu rujukan akan suatu perbaikan terhadap
praktik jual beli dalam pandangan ekonomi Islam serta dapat menjadi
bahan rujukan bagi penelitian yang sejenis dikemudian hari sebagai
penelitian lanjutan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi masyarakat khusunya masyarakat desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma dapat menjadi
pemahaman dan rujukan tentang batasan-batasan melakukan praktik
jual beli berdasarkan pandangan ekonomi Islam.
b. Bagi pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Seluma
Kecamatan Semidang Alas dapat merumuskan suatu kebijakan atau
aturan yang akan diterapkan kepada masyarakat yang melakukan
praktik jual beli yang melanggar hukum ekonomi Islam.
E. Penelitian Terdahulu
Peneliti mengambil bahan rujukan terkait penelitian yang akan
diteliti guna memperkuat penelitian, hal ini juga dilakukan untuk
menghindari unsur plagiat/ penjiplakan yang telah ada, dalam hal ini
terdapat beberapa rujukan dari penelitian terdahulu yang masih berkaitan
dengan penelitian yang berkaitan berkaitan dengan pemanfaatan suatu
barang.
8
1. Penelitian yang dilakukan oleh Marisa Farhana pada tahun 2009 yang
berjudul “Praktek Jual Beli Karet Di Kecamatan Gelumbang Kabupaten
Muara Enim Ditinjau Dari Hukum Islam” yang menggunakan jenis
penelitian lapangan menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat di
kecamatan Gelumbang tentang lelang secara umum dan lelang dalam
Islam sudah ada bahkan mayoritas telah memahami, bahkan secara
kuantitatif ada 60% dari keseluruhan responden 90 orang. Pelaksanaan
lelang dalam jual beli karet ini didasari oleh perbandingan yang sangat
signifikan terhadap patokan harga yang dahulu didasarkan oleh
kebijakan tengkulak atau pembeli lokal sedangkan sekarang ditentukan
berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pabrik.10
Penelitian yang dilakukan oleh Marisa Farhana berbeda dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu membehas tentang praktik jual beli
karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma dalam pandangan Ekonomi Islam sedangkan yang dilakukan
oleh Marisa Farhana yaitu tentang pandangan hukum Islam terhadap
jual beli lelang Yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Gelumbang
dan kesamaannya adalah sama-sama membahas tentang sistem praktik
jual beli karet yang dilakukan oleh masyarakat ditempat penelitian.
2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah pada tahun 2010
tentang “ Pelaksanaan Zakat Karet Perspektif Hukum Islam (Study
10Marisa Farhana,”Praktek Jual Beli Karet Di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim Ditinjau Dari Hukum Islam,”http://digilib.uinsuka.ac.id/2368/1/BAB%20I,%20V,
%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf (sabtu 12 November 2015, jam 8:27)
9
Kasus Di Desa Lubuk Karet Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan)” yang menggunakan metode penelitian lapangan
menyimpulkan bahwa menurut masyarakat desa Lubuk Karet, zakat
hasil karet adalah sesuai dengan hukum Islam, dan pelaksanaan zakat
karet byang dilakukan oleh penduduk desa Lubuk Karet sudah sesuai
dengan hukum Islam baik dari pelaksanaanya, status dan cara penentuan
nisabnya.11
Penelitian ini nanti juga akan berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ardiansyah baik dari segi objek dan study kasusnya.
Ardiansyah membahas tentang zakat karet yang dilakukan oleh
masyarakat Lubuk Karet sedangkan penelitian yang akan dilakukan
yaitu tentang praktik jual beli karet di desa Cugung Langu kecamatan
Semidang Alas kabupaten Seluma dalam pandangan ekonomi Islam
sedangkan kesamaan keduanya adalah sama- sama membahas yang ada
di lingkup jual beli karet.
3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mahmuddin pada tahun 1998
tentang “Jual Beli Karet Study Kasus Diperkebunan Karet Masyarakat
Pekai Ketahun” yang menggunakan metode penelitian case study yaitu
dengan jalan mengambil elemaen-elemen yang berhubungan kemudian
diselidiki secra mendalam menyimpulkan bahwa sistem jual beli karet
dengan memberikan harga lebih dahulu sebagaimana yang berlaku di
11Ardiansyah, “Pelaksanaan Zakat Karet Perspektif Hukum Islam (Study Kasus Di Desa
Lubuk Karet Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan),”http://digilib.uinsuka.ac.id/10731/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf (Sabtu12 november 2015, jam 8:29)
10
masyarakat Pekai adalah termasuk transaksi jual beli salam dalam
pelaksanaanya mengandung unsur riba dan haram.12
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mahmuddin baik dari segi study kasus dan objeknya. Mahmuddin
membahas tentang jual beli karet yang menyimpulkan bahwa praktik
jual beli karet yang dilakukan diperkebunan karet masyarakat Pekai
Ketahun adalah jual beli salam sedangkan penelitian yang akan
dilakukan yaitu tentang Praktek Jual Beli Karet Di Desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma Dalam Pandangan
Ekonomi Islam dan membahas tentang kecurangan timbangan,
sedangkan kesamaanya adalah membahas tentang praktik jual beli yang
dilakukan masyarakat.
F. Metode Penelitian
1) Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitin lapangan yang bersifat
kualitatif. Maksud dari penelitian lapangan (field research) yakni
penelitian yang datanya, penuis peroleh dari lapangan, baik berupa data
lisan maupun data tertulis (dokumen) atau dapat dikatakan studi terhadap
realitas kehidupan sosial masyarakat secara langsung.13
Sedangkan
maksud kualitatif adalah penelitian ini lebih bersifat untuk
mengembangkan teori, dengan mengembangkan analisis pada proses
12
Mahmuddin,“Jual Beli Karet Study Kasus Di Perkebunan Karet Masyarakat Pekai
Kecamatan Ketahun,” (fakultas Syari‟ah STAIN Bengkulu: 1998), h 66.
13Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 21.
11
penyimpulan deduktif serta analisis terhadap dinamika hubungan masalah
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.14
2) Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan pada desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma , waktu penelitian dari 12
November 2015 sampai selsai, alasan mengambil judul ini dikarenakan
ada kejanggalan antara praktik jual beli karet yang ada di desa Cugung
Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma dengan teori
Ekonomi Islam.
3) Subjek/Informan Penelitian
Teknik pemilihan subjek/informan adalah menggunakan teori
Arikunto yaitu penentuan pengambilan sampel itu adalah apabila kurang
diambil 100 informan maka sebaiknya diambil keseluruhan sehinggah
penelitianya merupakan penelitian populasi akan tetapi apabila subjeknya
lebih besar maka diambil 10-15% atau 20-25%.15
Jadi dalam penelitian
ini peneliti menggunakan penelitian sampel karena jumlah informan lebih
dari 100, yaitu 190:10% maka jumlahnya adalah 19 informan.
4) Sumber Data
Sumber data dalam penelitan in terbagi ke dalam dua jenis sumber
data dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
14
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5. 15
Murni zayetra sari, Sistem Pembayaran Upa Karyawan Honorer Dikantor Camat
Kecamatan Luas Kabupaten Kaur Persefektif Etika Bisnis Islam,” (Skripsi, Syari‟ah dan
Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri, Bengkulu, 2015), h 49-50
12
Yakni sumber yang dapat memberikan informasi secara langsung
yang memiliki hubungan dengan masalah pokok peneltian sebagai
bahan informasi yang dicari.16
Dalam penelitian ini yang masuk
kedalam sumber data primer adalah hasil wawancara dengan petani
karet dan pembeli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang
Alas Kabupaten Seluma
b. Sumber Data Sekunder
Yakni sumber-sumber yang menjadi bahan penunjang dan
melengkapi dalam melakukan suatu analisis yang selanjutnya data ini
disebut juga dengan tidak langsung atau data tidak asli. Sumber data
sekunder dalam penellitian ini meliputi sumber-sumber yang dapat
memberikan data pendukung seperti buku, dokumentasi maupun
arsip.17
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan
dengan teori ekonomi Islam dalam praktik jual beli karet.
5) Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat kegiatan yang dilakukan. Misalnya melihat kegiatan praktik
16
Joko Subagyo, Metoda Penelitiann Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 87
17
Joko Subagyo, Metoda Penelitiann Dalam Teori dan Praktek...h. 88
13
jual beli yang di lakukan petani karet di desa Cugung Langu
Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma.
b. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab
langsung kepada responden. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seorang responden.18
Dalam menggunakan metode ini diharapkan dalam wawancara yang
dilakukan terhadap responden yang ditanyai dapat diperoleh jawaban
secara langsung, jujur, dan benar serta keterangan lengkap
sehubungan dengan obyek penelitian, sehingga dapat memperoleh
informasi yang valid dikarenakan bertanya secara langsung kepada
informan.19
Dalam wawancara penulis mengacu pada pedoman
wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode dengan mencari data
mengenai hal-hal yang berupa dokumen resmi, arsip, ataupun catatan
yang berhubungan dengan informasi yang diperlukan untuk
melengkapi data-data yang diperlukan20
. Misalnya, data mengenai
praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang
Alas Kabupaten Seluma.
18
Hendri Tanjung & Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam,
(Jakarta:Gramata Publishing, 2010), h 83
19
Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2005),h 42
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2002), h 206
14
6) Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah
tahap analisis data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa
sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Metode analisi data yang sesuai dengan penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan tujuan untuk
mengetahui secara tepat, sistematis, faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-
sifat individu atau kelompok tertentu atau daerah tertentu.21
Sehingga data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang benar
berdasarkan fakta. Analisis data kualitatif secara umum dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Proses Reduksi
Proses reduksi adalah proses,mengolah data dari data yang belum
diolah atau data yang masih awal didapat dari data yang dikumpulkan.
Proses reduksi bertujuan untuk mengelola data yang diperoleh melalui
pengumpulan data agar menjadi data yang dapat dipahami dan tersusun
secara sistematis. Hasil dari proses reduksi adalah data yang tersusun
menjadi Bab II dan Bab III.
2) Proses Interpretasi (penafsiran)
21
Soejono &Abdurahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta:
Rineka Cipta dan Bina Adiaraksa, 2005),h 22
15
Setelah data selesai disusun secara sistematis, tahap berikutnya
yang harus ditempuh adalah tahap analisa. Ini adalah tahap yang
penting dan menentukan. Pada tahap ini data yang berkaitan dengan
permasalahan yang diajukan ditafsirkan atau dianalisis sedemikian rupa
sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat
dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam
penelitian.
Adapun metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode
analisis data deskriptif kualitatif. Maksudnya adalah proses analisis
yang akan didasarkan pada kaidah deskriptif dan kualitatif. Kaidah
deskriptif adalah bahwahsanya proses analisis dilakukan terhadap
seluruh data yang telah didapatkan dan diolah dan kemudian hasil
analisis tersebut disajikan secara keseluruhan. Sedangkan kaidah
kualitatif adalah bahwasanya proses analisis tersebut ditujukan untuk
mengembangkan perbandingan dengan tujuan untuk menemukan
kesenjangan antara teori dan praktik yang berlaku dilapangan.
Maksudnya adalah data-data lapangan akan dianalisis dengan membuat
perbandingan antara data lapangan dengan teori ekonomi Islam tentang
praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan Semidang
Alas Kabupaten Seluma
Jadi, proses analisis data yang digunakan secara umum memiliki
tujuan untuk mencari jawaban permasalahan yang diajukan berdasarkan
data yang didapat dari lapangan yang telah diolah.
16
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 BAB, dengan sistematis sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TIORI
Dalam bab ini diuraikan landasan teori yang nantinya akan sangat
membantudalam analisis hasil-hasil penelitian, kerangka pemikiran dan
hipotesis. Dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang jual beli,
pengertian jual beli dan lain-lain.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan secara gambaran umum tentang profil tempat
penelitian yang akan di lakukan sihingga memberikan informasi yang jelas
dan berhubungan dengan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai proses analisis penulisan mengenai
cara masyarakat Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma dalam melakukan praktik jual beli karet.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran
hasil penelitian yang ditujukan kepada berbagai pihak.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Depenisi Oprasional
1 Penegertian Praktik
Praktik/prak·tik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut
dalam teori: teorinya mudah, tetapi-nya sukar;atau perbuatan menerapkan
teori (keyakinan dan sebagainya); pelaksanaan: aturan itu menemui
kesukaran dalam-nya. 22
2 Penegertian Pandangan
Pandangan dapat diartikan sebagai pertimbangan, pendapat yang
diperoleh dari hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah
dalam waktu dimana tempat hidupnya yang dapat digunakan sebagai
petunjuk hidup di dunia.23
Sedangkan meneurut KBBI kata Pandangan
adalah Pan.Dang.An Nomina (kata benda)yaitu :24
a) Hasil perbuatan memandang (memperhatikan, melihat, dan
sebagainya) : laporan pandangan mata
b) Benda atau orang yang dipandang (disegani, dihormati, dan
sebagainya) : hanya dialah pandangan orang di kampungku
22
“Budidaya Karet,”http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16589/4/Chapter%
20II.pdf.(Senen 21 Desember 2015, Jam 11:20)
23“Pengertian Pandangan Hidup Menurut Para Ahli,” http://www.pakmono.com
/2015/03/pengertian-pandangan-hidup-menurut-para-ahli.html. (Senen 21 Desember 2015,
jam 11:10) 24“Arti Kata Pandangan Menurut KBBI.”http://kamus.cektkp.com/pandangan/ (Senen
21 desember 2015, jam 11:22)
17
18
c) Kiasan pengetahuan: meluaskan pandangannya
d) Kiasan pendapat: menurut pandangan saya, gagasan itu realistis
Jadi pandangan adalah hasil perbuatan memandang sesuatu yang
berdasarkan pengalaman yang telah dilewati pada masa lalu.
3 Pengertian Karet
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang
lurus atau dengan kata lain, karet adalah produk dari proses
penggumpalan getah tanaman karet .25
4 Jual Beli (Perdagangan) secara umum
Pada masyarakat sederhana, masing-masing orang atau,keluarga
akan berusaha mencukupi kebutuhan sendiri. Misalnya untuk mnecukupui
kebutuhan makanan, seperti bercocok tanam, atau mencari hewan buruan.
Mereka menghasilkan sekedar untuk mencukupi kebutuhan diri dan
keluarganya. Pada masyarakat demikian, proses menghasilkan (produksi)
dan proses untuk menggunakan (konsumen) berada dalam lingkungan
mereka yang terbatas. Mereka berada pada tingkat subsistence
ecnconomy atau masih dalam suatu perekonomian tertutup. Dalam
masyarakat semacam ini jual beli, tukar menukar atau perdagangan masih
terbatas.
Pada golongan masyarakat modern, kebutuhan akan barang dan
jasa telah meningkat sedemikian rupa sehinggah mereka tidak mampu
25Wanda Ade. “Pengertian Tanaman Karet,”https://www.academia.edu/ 10198236/
Pengertian_Tanaman_Karet (diakses selasa 22 desember 2015, jam 09:50)
19
mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Namun bersamaan dengan itu,
barang yang dihasilkan semakin banyak dan alat teknologi semakin maju,
sehingga hasil produksi dapat dilipat gandakan. Dalam tingkat ini orang
tidak lagi untuk kebutuhannya sendiri tetapi melaikan untuk berproduksi
di pasaran. Dalam hal ini muncullah peran dari jual beli atau
perdagangan.26
5 Jual Beli Dalam Ekonomi
Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu
“jual dan beli”. sebernya kata “jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu
sama alainya bertolak belakang.
Kata jual menunjukan bahwa adanya perbuatan manjual,
sedangkan beli adalah adanya perbuatan pembeli. Dengan demikian
perkatan jual beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu
peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan di pihak lain membeli, maka
dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli.27
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli itu
terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran.
Menurut pngertian Syari‟at yang dimaksud dengan jual beli adalah :
“pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau : memindahkan milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah,
26
Arief Furqan, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, (Jakarta, 2002),h 55-56 27
Arief Furqan, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi...56-57
20
pen).28
Fungsi perdagangan adalah menyampaikan barang dari produsen
kepada konsumen. Kegiatan perdagangan telah menepatkan sektor ini
sebagai sektor kegiatan ekonomi yang penting, baik sebagai sektor
penghasil jasa maupun sebagai lapangan kerja. Kegiatan perdagangan
merupakan kegiatan ekonomi yang telah berkembang jauh sebelum
Islam.29
Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli
adalah sebagai berikut:30
a) Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
jalan melepaskan hak milik dari satu kepada yang lain atas dasar
saling merelakan.
b) “pemilik harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan
aturan syara‟
c) “saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelolah (tasharruf)
dengan ijab dan qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara‟
d) Tukar-menukar bendea dengan benda lain dengan cara yang
khusus(dibolehkan)
e) “Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara
yang dibolehkan”.
f) “Aqad yang tegak atas penukaran harta dengan harta, maka jadilah
penukaran hak milik secara tetap”.
28Chairuman Pasaribu, Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dealam Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1994), h 33
29
Arief Furqan, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi..., h 57
30Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h 67
21
Dari beberapa defenisi diatas dapat dipahami bahwa inti jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.
Jual beli dalam arti kihusus yaitu ikatan tukar menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan dan bukan pulah kelezatan yang mempunyai
daya tarik, penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya
dapat direalisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan
utang baik barang itu ada di depan si pembeli maupun tidak barang yang
sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.31
Hal
ini dapat diamati dari petunjuk-petunjuk ayat al-Qur‟an sebagai berikut:
أن ل إلاز اكم ينكم اب عن تي اضض أ يها ٱازذ ن ءامنوا لا ت كلوا أمو تكون ت )٢٩( إنز ٱالزه كان كم ي ا ولا تيلتيلوا أنف كم مبنكم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu”[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu)QS. An-NissA‟ (4) :.29)
B. Landasan Hukum Jual Beli
31
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah... h. 69-70
22
Adapun hukum disyariatkannya jual beli dapat dijumpai dalam Al-
Qur‟an, Hadits dan Ijma‟ diantaranya adalah sebaga berikut:32
1 Landasan Al-Qur‟an
ل أ ز فوا ٱاكيل وٱا يزان وأوۥولا تل وا مال ٱايتيم إلاز ازت أ ن تز يبي ف ع اوا واو كان ا ي وإ ا يلتم نكلبف نف ا إلاز وس ها لا ال
اكم فوا و ه ٱالزه أو ) ١٥٢( تذكز ون ا لزكمۦ و ز كم ه “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu) dan
penuhilah janji Alla. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat.(QS. Al-An‟am (6): 152)
)١٨١(أوفوا ٱاكيل ولا تكونوا من ٱا خ ن ۞ “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang
yang merugikan”(QS. Al-syu‟ara (26):181)
)١٨٢(و نوا ال اا ٱا تليم “Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.”(QS. Al-syu‟ara
(26):182)
)١٨٣( ولا تي ثيوا ف ٱلأ ض مف ن ء م ولا تيبخ وا ٱانزاا أ يا“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan;”(QS. Al-syu‟ara (26):183)
)٨( ألاز ت غوا ف ٱا يزان
32
Danu Winoto, “Analisis Hukum islam Tehadap Praktek Jual Beli sofware Komputer
Dikota Semarang,”library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/87/jtptiain-gdl-danuwinoto-
4315-1-skripsi-p.pdf (Senen 21 Desember 2015, Jam 11:00)
23
“Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu”.(QS. Al-
Rahman (55):8)
)٩(وأ ي وا ٱاو ن ال ولا تخ وا ٱا يزان “Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu”.(QS. Al-Rahman (55):9)
ل إلاز كلو يها ٱازذ ن ءامنوا لا ت نكم اب اكم ييي عن ا أمو أن تكون ت (٢٩) إنز ٱالزه كان كم ي ا ا أنف كم ولا تيلتيلو تي اضض مبنكم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu(QS. An-Nisaa‟(4) : 29)
Dari ayat tersebut diatas, telah memberikan pengertian bahwa
Allah telah menghalalkan jual beli kepada hambanya dengan baik dan
dilarang mengadakan jual beli yang mengandung unsur riba, atau
merugikan oranglain. Firman Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat 29.
Dari penjelasan ayat diatas bahwa jelaslah sudah bahwa
diharamkannya kepada kita harta dengan jalan batil, baik itu dengan cara
mencuri, menipu, merampok, merampas maupun dengan jalan yang lain
yang tidak dibenarkan Allah, kecuali dengan .jalan perniagaan atau jual
beli yang didasarkan atas suka sama suka dan saling menguntungkan.
2 Landasan Hadist
نيه سول االزه ل اا عليه وسلم عن ييع ): وعن أ ي ر اا عنه ال ( ر ر اه ه س ل م )وعن ييع ااغ , ااح ا
“Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan
24
jual-beli gharar (yang belum jelas harga, barang, waktu dan tempatnya)”.
Riwayat Muslim33
أ ااك ب : عن فاع ن افعض ر اا عنه أنز اانزب ز ل اا عليه وسلم س ل و ض , ع ل اا ز ل ي ): ال ? أ يب وا اابيززا و حزحه ااحاكم (وكل ييعض مبي
“Dari Rafiah bin Rafi r.a (katanya); sesungguhnya nabiMuhammad SAW
pernah ditanyai, manakah usaha yang paling baik? Beliau menjawab:
ialah amal usaha seseorang dengantangannya sendiri dan semua jual beli
yang bersih.” (HR. Al-Bazzar, dan dinilai sahih oleh al-Hakim).34
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa usaha yang paling baik
adalah usaha sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain dan setiap
jual beli yang dilakukan dengan kejujuran tanpa ada kecurangan.
3 Landasan Ijma‟
Ulama Islam sepakat bahwa jual beli dan penerapannya sudah
berlaku sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini. Dengan demikian
tidak diperselisihkan bolehnya di kalangan kaum muslimin, hanya saja
dalam perkembangannya mengalami beberapa bentuk atau model jual beli
yang membutuhkan pemikiran atau ijtihad di kalangan umat Islam.Allah
SWT telah menjadikan manusia masing-masing berhajat kepada yang lain,
agar diantara mereka terjadi kerjasama yang saling menguntungkan.
Interaksi horisontal ini dilakukan karena tidak mungkin manusia mampu
mencukupi hidupnya sendiri, dan dimaksudkan agar manusia itu saling
33 Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01. http://myfice-online.Blogspot.com. Hadis
ke-616 34
Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01..., Hadis ke- 606
25
menolong dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik
melalui jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam atau usaha lain.
C. Rukun Jual Beli (Perdagangan)
Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang
berakad (penjual dan pembeli), dan ma‟kub alaih (objek akad). Akad ialah
ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah
sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab kabul menunjukan kerelaan
(keridhaan).35
1. Penjual dan Pembeli
Syartnya adalah:
a. Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya.
b. Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa). Keterangannya yaitu atas
suka sama suka.
c. Tidak mubazir (pemboros), sebab harta yang mubazir itu di tangan
walinya.
d. Balig (berumur 15 tahun keatas/dewasa). Anak kecil tidak sah jual
belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai
umur dewasa, menurut pendapat sebagian ulama, mereka diperbolehkan
jual beli barang yang kecil-kecil; karena kalau tidak diperbolehkan,
sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam
35
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), h 279-281
26
sekali-kali tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan
kesulitan kepada pemeluknya.
2. Uang dan Benda Yang Dibeli
Syaratnya adalah:36
a. Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.
ه ا-وعن ا ن عب االزه أنزه س ع سول االزه ل اا عليه ; - ر االزه عني, واا يت , إنز االزه و سواه زم ييع ااخ ): و و كز , وسلم يلول عام اافت
فإنزه ت ل ها , أ أ حوم اا يت ! ا سول االزه : والأ نام فليل , وااخنز ثمز ال , لا و امر : فيلال ? و ت ب ها اانزاا , وت ن ها اا لوو , اا فن
إنز االزه ا زا زم , اتل االزه ااييهوو : سول االزه ل اا عليه وسلم عن ا متيزف ر عليه (ف كلوا ث نه , ثمز اعو , عليهم حومها لو
“Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda di Mekkah pada
tahun penaklukan kota itu: "Sesungguhnya Allah melarang jual-beli
minuman keras, bangkai, babi dan berhala." Ada orang bertanya: Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak bangkai karena
ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang
menggunakannya untuk menyalakan lampu?. Beliau bersabda: "Tidak,
ia haram." Kemudian setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika
Allah mengharamkan atas mereka (jual-beli) lemak bangkai mereka
memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan hasilnya."
Muttafaq Alaihi.”37
b. Adanya manfaat. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya. Dilarang pula mengambil tukarannya karena hal ini
termasuk dalam arti menyia-nyiakan (memboroskan) harta yang
terlarang dalam kitab suci.
36Sulaiman rasjid, fiqh islam...h 2781-282
37Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01..., Hadis ke- 601
27
c. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang
dapat diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut, barang
rampasan yang berada ditangan yang merampasnya, barang yang
sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya (kecohan).
d. Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan yang
diwakilinya, atau yang mengusahakannya.
e. Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan pembeli;zat, bentuk, kadar
(ukuran), dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara keduanya tidak akan
menjadi kecoh-mengecoh. Yang wajib diketahui zatnya-kalau barang
itu tertentu-ialah kadarnya, umpamanya sukatan atau timbanganya.
f. Barang yang akan diakadkan ditangan
Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum
ditangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) dialarang sebab bisa
jadi barang tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana
telah diperjanjikan. Adapun dasar hukum tentang hal ini dapat dilihat
dalam hadits yang riwayatkan Ahmad, Al-Baihaqie, dan Ibnu Hibban
dengan senad yang hasan. Hakim Bin Hizam berkata, “Wahai
Rasulullah, sesunggunya aku membeli jualan, apakah yang halal adan
apa pulah yang haram dari padanya untukku? “Rasulullah bersabda,
“Jika kamu telah membeli sesuatu, maka janganlah kamu sebelum ada
tanganmu.”38
3. Lafaz Ijab dan Kabul
38Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta; Sinar Grafika, 2000),hlm 135
28
Ijab adalah perkataan penjual, sedangkan kabul adalah ucapan si
pembeli. meneurut ulama yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkan
memenuhi beberapa syarat:
a. Keadaan ijab dan kabul berhubungan
b. Makna keduanya hendak mufakat (sama) walaupun lafaz keduanya
berlainan.
c. Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain.
d. Tidak berwaktu
Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak
mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab kabul dengan surat
menyurat yang mengandung arti ijab kabul.Adanya kerelahan tidak dapat
dilihat sebab kerelaan berhungan dengan hati,kerelaan dapat diketahui
melalui tanda-tanda lahirnya, tanda yang jelas menunjukan kerelaan
adalah ijab kabul.39
رواهابن حبان...انز ااابييع عن تي اص
“sesunggunya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka” (Riwayat
Ibnu Hibban)40
Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu yang
menjadi kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan kabul, ini
adalah pendapat jumhur. Menurut fatwa Ulama Syafi‟iyah, jual beli
39 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam...h 281-282
40 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam...h 282
29
barang-barang yang kecil pun harus ijab dan kabul, tetapi menurut Imam
Al-Nawawi dan Ulama Muta‟akhirin Syafi‟iyah berpendirian bahwa
boleh jual beli barang-barang yang kecil dengan tidak ijab kabul seperti
membeli sebungkus rokok.
D. Syarat-Syarat Sah Jual Beli
1. Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual
menyatakan ijab dan kabul.
2. Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
3. Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda
tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual hambanya yang beragama
islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan
derajat yang beragama islam kepada pembeli yang tidak beragama islam,
sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan derajat
yang beragama islam, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin
memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin., firman-
Nya:
ف ن عل ٱا ؤمنين سبيي .......... )١٤١(وان ل ٱالزه الك Dan Alah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang kafir untuk
menghiina orang mukmin (Al-Nisa: 141)
Rukun jual beli yang ketiga adalah benda-benda atau barang yang
menjadi diperjual belikan (ma‟kud‟ alaih). Syarat-syarat benda yang
menjadi objek-objek akad ialah sebagai berikut:41
41Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah... h, 71-73.
30
a) Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-
benda najis seperti anjing, babi, yang lainya.
b) Memberi manfaat menurut hukum syara‟, maka dilarang jual beli
benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara‟,
seperti menjual babi, kala, cicak dan lain-lainya.
c) Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti jika ayahku pergi, kujaual motor ini padamu.
d) Tidak dibatasi waktu, seperi perkataan kujual motor ini kepada tuan
selama satu tahun.
e) Dapat disahkan dengan capat maupun lambat tidaklah sah menjual
binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi.
f) Milik sendiri, tidak lah sah menjual barang orang lain dengan se-izin
pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
Dalam Qawl Qadim, imam al-Syafi‟i berpendapat bahwa keabsahan
transaksi jual beli tersebut tergantung pada pemilik benda; apabila
pemiliknya mengizinkan, berarti transaksi tersebut sah; sebalinya,
transaksi jual beli tersebut tidak sah apabila pemiliknya tidak
mengizinkan.42
g) Deketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui
banyaknya, beratnya, takaranya, atau ukuran-ukuran yang lainya, maka
tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
42Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h
241
31
E. Etika Jual Beli (Perdagangan)
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya
perilaku manusia. Karena itu etika dalam arti ini sering disebut juga “filsafat
praktis”.43
Antara etika dan hukum bisnis syaria‟ah tidak bisa dipisahkan
kerena mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya saling
melengkapi satu dengan yang lainya, adapun arti lain dari etika adalah
mengetahui bagaimana orang seharusnya bertindak, sedangkan hukum
mengatur bagaimana orang seharusnya bertindak44
, sedangkan etika atau
norma yang harus ada dalam jiwa pengusaha adalah:45
1 Kejujuran
Seorang pedagang harus selalu bersikap jujur baik dalam bicara
maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap
apa yang dilakukan. Tampa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak
percaya konsumen atau mitra kerjanya. Prinsip ini merupakan sendi ahlak
karimah. Macam-macam prinsip ekonomi syari‟ah yaitu:46
a. Prinsip transaksi yang meragukan dilarang, karena akad harus tegas,
jelas dan pasti.
b. Prinsip tansaksi yang merugikan dilarang, karena setiap transakasi
yang merugikan diri sendiri dan pihak lain atau ketiga pihak dilarang.
43
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius. 2000), h 35 44
A. Kadir, Hukum Bisnis Syari‟ah Dalam Alquran, (Jakarta: Amzah. 2010),h 47
45
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h 25-26 46
Abd. Shomat, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syari‟ah Dalam Hukum
Indonesia,...h 77-78
32
c. Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. Prinsip ini menekankan
pentingnya kepentingan bersama yang harus didahulukan tampa
menyebabkan kerugian individu.
d. Prinsip manfaat. Objek transaksi harus memiliki manfaat.
e. Prinsip transaksi yang mengandung riba dilarang.
f. Prinsip suka sama suka (saling rela)
g. Prinsip tiada paksaan
2 Bertanggung jawab
Pedagang harus bertanggung jawab segala kegiatan yang dilakukan
dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera
diselasaikan.
3 Menepati janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal
pembayaran, penegiriman barang atau penggantian.
4 Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan usahanya.
5 Taat hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan mentaati hukum yang berlaku
baik berhunguan dengan masyarakat ataupun pemerintah.
6 Suka membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak
yang memerlukan bantuan.
33
7 Komitmen dan menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan
menghormati dengan pihak-pihak lain.
F. Ahlak Dalam Jual Beli (Perdagangan)
Didalam jual beli/perdagangan pada umumnya dikenal adanya
aturan penerimaan, baik berupa aturan tertulis maupun yang tidak tertulis
tujuan dari aturan penerimaan tersebut adalah agar dalam jual beli atau
perdagangan itu tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Aturan
penerimaan itu dapat merupakan aturan permainan yang berkembang di
masyarakat itu sendiri, dapat juga merupakan peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.47
Ahlak dalam perdagangan atau jual beli yaitu:
1) Jual beli atas dasar suka sama suka
Yaitu dimana pihak penjual dan pembeli tidak merasa dirugikan
dan jual beli tersebut di lakukan secara sadar dan suka sama suka tidak
ada pemaksaan.
2) Khiar (pilihan positif)
Dalam melakukan jual beli atau perdagangan kita diberi hak untuk
mengadakan khiar (pilihan untuk meneruskan dan membatalkan
transaksi). Dengan hak khiar itu ada jaminan bahwa orang akan membeli
barang sebagaimana dimaksudkan. Sehinggah pembeli puas tentang
harga dan kualitas barang yang dibelinya.
47
Arief Furqan, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi... h 58-62
34
): أنز اانزب ز ل اا عليه وسلم ال ; عن ب , عن أ يه , وعن ع و ن يبض ولا حل اه أن يفا ه , إلاز أن تكون فل يا ض , اابائع واا بتاع ااخيا تز يتيف ز ا
وا ن , وا ن ز , واا زا ن , وا ااخ إلاز ا ن ما ه ( شي أن تليله (حرتى ي رت رفررىقرا لنس ركرانللمرا ): وف وا ض . اا ا وو
“Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Penjual dan
pembeli mempunyai hak khiyar sebelum keduanya berpisah, kecuali
telah ditetapkan khiyar dan masing-masing pihak tidak diperbolehkan
pergi karena takut jual-beli dibatalkan." Riwayat Imam Lima kecuali
Ibnu Majah, Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu al-Jarus. Dalam
suatu riwayat: "Hingga keduanya meninggalkan tempat mereka."48
3) Menyempurnakan takaran dan timbangan
Dalam mengadakan jual beli dilarang melakukan kecurangan
dengan mengurangi takaran, timbangan, ataupun menyembunyikan cacat
pada barang. Dalam dunia bisnis banyak tantangannya apa lagi bila tidak
dapat menegendalikan hawa nafsu duniawinya, manusia dapat terjebak
ke dalam perbuatan curang. Rasulullah saw mengingatkan bahwa
pedagang yang curang termasuk golongan pendurhaka, dan pedagang
yang mencoba menyembunyikan ciri-artibut barang dagangannya maka
akan dihapus berkahnya.49
Dalam beberapa hadis rasulullah
mengingatkan sebagai berikut:
امض ف و ل فيها فيناا - ل اا عليه وسلم-نز سول االزه ا م ز عل بي. ال أ ا يته اا ز اء ا سول االزه . «ما ذا ا ا ب اا ز ام » أ ا ه يلي فيلال
« أفي لته فيوق اا ز ام ك ي ا اانزاا من غشز فيليس منب » ال
48Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01..., Hadis ke- 646
49 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 234
35
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk
makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian
tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya,
“Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab,
“Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia
dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari
golongan kami.” (HR. Muslim no. 102).50
اابيييب ان ااخيا ما ام يتيف ز ا فإن ا و يييزنا و ك اه ا ف يي ه ا وإن كذ ا وكت ا محل ي ك يي ه ا
“Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar
(membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan
mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta
dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan
hilang,” (Muttafaqun „alaih)51
Ayat Al-Qur‟an yang menyatakan bahwa mengurangi timbangan
adalah perbuatan haram yaitu:
وإ ا كااو م)٢( ٱازذ ن إ ا ٱكتااوا عل ٱانزاا تيوفون )١( ابل فبفين و ل وثون )٣( خ ون أو وز نو م )٥( اييومض عظيم(٤) ألا ظن أوا أنيزهم مزبي
ل ين )٦( يوم يلوم ٱانزاا ا ب ٱا “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari
(ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?(QS. Al-
Muthafiffin (83) 1-6)
4) Perikatan Diadakan Secara Tertulis Atau Dengan Dua Orang Saksi
50Muhammad Abduh Tuasikal, Bentuk Jual Beli yang Terlarang (3), https://rumaysho
.com/2410-bentuk-jual-beli-yang-terlarang-3.html (aksses, jum‟at, 27, mei 2016, 23:04)
51 9 Dari 10 Pintu Rezeki Di Perdagangan?, https://pengusahamuslim.com/2043-9-dari-
10-pintu-rezeki-di-perdagangan.html (aksses, jum‟at, 27, mei 2016, 23:04)
36
Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan tunai dapat
pulah dilakukan dengan pembayaran dibelakang. Al-Qur‟an memberikan
petunjuk yang berkenaan dengan jual beli secara tunai ini. Dalam Al-
Qur‟an memberikan pedoman bahwa jual beli atau perikatan yang tidak
tunai itu dilaksanakan secara tertulis.
نكم أ لض م م ف كتبو يها ٱازذ ن ءامنوا إ ا ت ا ينتم نض إا وايكتب يزيياكم ............. ا ل كاتب وأون أ ألاز عن ٱالزه وأ يوم الشزه ...........تي تا وا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar.................... Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu”.................(QS. Al-baqarah (2) : 282)
5) Jual Beli Gharar
Jual beli gharar atau jual beli ijon, yaitu kesepakatan melakukan
jual beli dalam kondisi barang yang diperjual belikan belum tentu benar.
Jual beli seperti ini mengandung unsur judi. Cara jual beli semacam ini
dapat merugikan pembeli, kalau barang yang dibelinya tidak dapat
,menjadi kenyataan. Sebaliknya juga dapat merugikan penjual, karen
pembeli cenderung akan membelinya dengan harga lebih renda daripada
apabilah barang-barang itu telah nampak seperti buah-buahan yang sudah
masak. Islam melarang jual beli tersebut.
نيه سول االزه ل اا عليه وسلم عن ييع ): وعن أ ي ر اا عنه ال وا م لمر (وعن ييع ااغ , ااح ا
“Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan
37
jual-beli gharar (yang belum jelas harga, barang, waktu dan
tempatnya)”. ( Riwayat Muslim)52
6) Larangan Menimbun
Pada sitem perdagangan, termasuk pula dalamnya pergudangan.
Pergudangan ini terjadi karena adanya pemutusan arus distribusi atau
berdagangan, baik karena perpindahan sistem angkutan maupun karena
perpindahan hak. Disamping itu ada pergudangan yang sengaja untuk
menahan barang, dengan tujuan agar barang langka dipasar. Dengan
demikian penimbun dapat memainkan harga dalam rangka mendapatkan
keuntungan besar.
Menimbun barang, khususnya bahan makanan, yang memang
sangat perlukan oleh umat atau masyarakat, merupakan perbuatan yang
sangat tercela. Nabi bersabda :
لا ): وعن م ن عب االزه ر اا عنه عن سول االزه ل اا عليه وسلم ال وا م لمر ( حتك إلاز ا ئر
“Dari Ma'mar Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan menimbun
(barang) kecuali orang yang berdosa." (Riwayat Muslim)”53
52Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01..., Hadis ke- 616
53Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01..., Hadis ke- 633
38
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma
Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar wilayah Indonesia
adalah beriklim tropis, yakni tergolong beriklim panas, yang terbagai dalam
dua musim, lebih kurang enam bulan musim hujan dan enam bulan musim
kemarau. Begitu juga halnya dengan daerah desa Cugung Langu, secara
giografis termasuk daratan tinggi.
Desa Cugung Langu ada pada tahun 1914 dan waktu itu masih
jalan setapak, dari desa Talang Durian melewati sungai Alas, yaitu sungai
terbesar dikecamatan Semidang Alas, waktu itu siapa saja yang mau kedesa
Cugung Langu harus menyeberangi Sungai Alas dengan menggunakan rakit
bambu dan batang pisang hutan. Pada waktu itu masih pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang, oleh sebab itulah orang-orang dahulu (nenek moyang)
mencari daratan tinggi dan kemudian menemukan suatu daratan yang
memang letaknya lebih tinggi, orang zaman dahulu (nenek moyang)
menyebutnya “Cugung”, dan kebetulan di Cugung tersebut ada sebuh pohon
besar yang disebut “Langu”. Maka karena adanya itu, daratan tinggi tersebut
dinamakan desa Cugung Langu.54
54 Kantor kepala desa Cugung Langu
39
39
Alasan orang-orang zaman dahulu (nenek moyang) mencari
daratan tinggi tersebut supaya para penjajah susah menemukan mereka,
sehingga sebelum para penjajah tersebut menemukan mereka, para penjajah
tersebut telah terjebak dalam tumpukan batu yang digantung yang sengaja
mereka buat untuk mencegah para penjajah sampai kelokasi desa Cugung
Langu.
Orang-orang dahulu memakan ubi singkong, pisang rawas, pisang
hutan, padi dan tebu untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Dan mereka
masih menggunakan Batu Penekil (potongan besi, daun kering yang
dihancurkan, kemudian batu digesekan ke potongan besi) untuk
menghidupkan api, karena susahnya menghidupkan api jadi mereka
membiarkan api tersebut tetap hidup dengan membuat api unggun dan api
tersebut tidak perna dimatikan kecuali kehujanan.
Pemerintah desa pada masa itu yaitu Depati. Depati pertama kali di
desa Cugung Langu yaitu SENAMAT. Sedangkan pejabat atau pemerintah
yang kedudukannya lebih tinggi daripada Depati yaitu Margat. Pada tahun
1930 penduduk desa Cugung Langu banyak yang merasa kecewa karen
kekejaman tentara Jepang. Sehingga pada masa itu penduduk desa Cugung
Langu banyak yang kekurangan bahan makan pokok dan menderita karena
kekejaman para tentara Jepang tersebut. Menurut cerita dari orang tua, orang-
orang dahulu punya pepata (luak jepang mintak tanah) artinya para tentara
Jepan dahulu selalu merampas apa yang seharusnya menjadi milik penduduk
desa Cugung Langu pada masa itu dan keadaan tersebut berlangsung hingga
40
tahun 1940, keadaan penduduk semakin menderita. Dan sampai pada tahun
1945 hingga Indonesia merdeka. Diumumkan secara nasional oleh Soekarno
dan M. Hatta, sehingga seluruh masyarakat merasa bebas dan mulai membuat
berbagai macam usaha, sebagian dari masyarakat meneruskan berkebun kopi,
padi, tebu,dan pisang. Dan Depati pada waktu itu yaitu ABAS.
Pada tahun 1955 dusun Cugung Langu dipimpin oleh Depati yang
bernama MUIS, waktu itu masyarakat kembali merasa gelisah dan ketakutan
karena GASTAPU (G30SPKI). Gerombolan pecah sehingga tentara
gerombolan menyebar sampai kedesa Cugung Langu. Pada waktu itu ada dua
orang warga dari dusun tetangga yang datang kedusun Cugung Langu yang
bermaksud untuk mengajak kerumah mereka karena ada Nyamu (syukuran).
Dua orang tersebut ditangkap oleh tentara gerombolan lalu disembelih.
Dan pada tahun 1975 Depati dusun Cugung Langu digantikan
dengan RETAM, pada masa itu sudah terbentuk kecamatan Talo dan kantor
camatnya terletak didesa Masmambang, Kabupaten Bengkulu Selatan dan
kator Bupatinya terletak di Manna. Waktu itu penduduk dusun Cugung Langu
mulai membuka tempat belajar yaitu sekolah dasar (SD). Namun tempat
sekolah tersebut masih menumpang dibawah rumah warga, dan waktu itu
anak-anak sekolah masih memakai Kirat Batu dan alat tulisnya
bernamaKerip(batu dan napal ) sebagai alat tulis mereka. Guru yang mengajar
waktu itu yaitu ZAINAL dari Lintang, TAWAM DARI Cugung Langu,
ATAM dari Talang Durian.
41
Hingga pada tahun 1980 mulai adanya pencalonan kepala desa
yang dipilih oleh seluruh masyarakat atau penduduk desa Cugung Langu.
Dan kepala desa Cugung Langu yang terpilih waktu itu yaitu TAWAM.
Setelah enam bulan berjalan TAWAM mengundurkan diri lalu digantikan
oleh SEBANI, mulai saat itulah dusunCugung Langu beruba menjadi Desa
Cugung Langu dan selama beliau menjabat desa Cugung Langu mendapatkan
pasilitas desa yaitu:
1. Gedung Sekolah Dasar (SD) 2 unit
2. Jalan yang bisa dilewati kendaraan roda empat
3. Jembatan gantung sungi Alas sepanjang 80 M
4. Poskesmas pembantu
Pada tahun 1995 kembali diadakan pemilihan kepala desa yang
terpilih bernama NUPIN, pada tahun 2010 yang terpilih YAHAM, pada tahun
2012 yang terpilih SIHAN dan hingga sekarang pada tahun 2015 yang
menjadi kepala desa Cugung Langu yaitu TOZON.
Apabilah melihat keadaan letak desa Cugung Langu dapatlah
dikatakan bahwa desa Cugung Langu termasuk daerah yang mempunyai
wilayah yang luasnya lebih kurang 4 (empat) hektar yang berbatasan dengan
wilayah desa-desa lainya nya yaitu:
1) Sebelah utara berbatasan dengan desa Tran SP 3
2) Sebelah selatan berbatasan dengan desa Talang Durian
3) Sebelah barat berbatasan dengan desa Air Melancar
4) Sebelah timur berbatasan dengan desa Gunung Megang
42
B. Keadaan Alam
Wilayah ini dapat dikatogorikan sebagai daerah agraris yang cocok
untuk usaha pertanian, keadaan tanah yang terdiri hutan-hutan yang lebat dan
hutan-hutan belukar, rawa-rawa, pembukitan dan hutan perkebunan dan curah
hujan yang cukup. Jadi keadaan iklim di desa Cugung Langu ini dapat
digolongkan kepada daerah tropis yang menyuburkan tanah dan tanaman
pertanian serta produktifitas hutan yang lainya.55
C. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang potensial apabila
mempunyai kualitas yang tinggi. Permasalahan penduduk perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintahan untuk bisa memberikan dorongan kepada
masyarakat supaya bisa lebih meningkatkan hasil pertanian yang lebih banyak
lagi.
Penduduk desa Cugung Langu terdiri dari penduduk asli dan
penduduk pendatang dari berbagai daerah. Penduduk desa Cugung Langu
berpenduduk sebanyak 350 orang yang terdiri dari warga negara Indonesia
semuanya untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk desa Cugung
Langu dapat dilihat tabel yang terterah dibawah ini56
:
55 Kantor kepala desa Cugung Langu
56 Kantor kepala desa Cugung Langu
43
TABEL 3.1
PERINCIAN JUMLAH PENDUDUK DESA CUGUNG LANGU
MENURUT TINGKAT USIA, 2015/ 2016
Status Jumlah penduduk
Anak-anak 81
Remaja 29
Dewasa 240
Sumber Data: Kantor kepala desa Cugung Langu
Dari tabel tersebut diatas dapat kita lihat pula bahwa penduduk
desa Cugung Langu adalah 81 orang berada dalam usia anak-anak, sedangkan
29 orang adalah usia remaja, sedangkan 240 orang berada dalam usia dewasa.
Selanjutnya dari data diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan
bahwa desa Cugung Langu, apabila dilihat dari segi jumlah penduduk maka
merupakan daerah yang produktif
TABEL 3.2
PERINCIAN JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN PENDIDIKAN,
2015/2016
Pendidikan Jumlah(orang)
Belum Tamat SD 88
SD 184
SMP 48
SMA 28
S1 2
Sumber Data: kantor kepala desa Cugung Langu.
44
Dari tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pada umumnya
penduduk desa Cugung Langu ini memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar
(SD). Dengan demikian faktor ini sangat memungkinkan menjadi salah satu
penyebab kurang mengertiannya terhadap dunia jual beli dengan baik dan
benar.
D. Kehidupan Keagamaan
Sementara agama yang dianut oleh penduduk desa Cugung Langu
kecamatan Semidang Alas kabupaten Seluma semuanya beragama Islam.
Untuk melaksanakan peribadatan agama tersebut penduduk desa Cugung
Langu dibangun rumah ibadah yang didirikan oleh pemerintah daerah
setempat yang disebut masjid. Jumlah masjid atau tempat peribadatan di desa
Cugung Langu hanya ada satu masjid.57
E. Mata Pencarian
Mata pencarian masyarakat desa Cugung Langu pada umumnya
adalah pertanian , dimana hampir setiap kepala keluarga memiliki kebun
terutama kebun karet dan kebun kopi. Disamping itu juga ada yang sebagai
pedagang dan pegawai. Untuk lebih jelasnya menegenai hal itu dapat dilihat
sebagaimana yang dimuat dalam tabel berikut ini, menurutr jenis mata
pencarian masyarakat yang bermukim didesa Cugung Langu :
57 Kantor kepala desa Cugung Langu
45
TABEL 3.3
JUMLAH PROSENTASE PENDUDUK DESA CUGUNG LANGU
MENURUT KELOMPOK MATA PENCARIAN, 2015/2016
Sumber Data: kantor kepala desa Cugung Langu.
Dari data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa mata pencairan
penduduk desa Cugung Lnagu yang terbanyak adalah petani/pekebun yaitu
sebanyak 242 orang. Selain daripada itu mata pencairan penduduk lainya
yaitu pedagang sebanyak 3 orang, pegawai sebanyak 1 orang dan tidak
bekerja 104.
Adapun hasil-hasil yang pertanian yang telah dihasilkan penduduk
desa Cugung Langu adalah sebagai berikut :
TABEL 3.4
PROSENTASE HASIL PERTANIAN YANG DI PEROLEH DI DESA
CUGUNG LANGU, 2015/2016
Jenis hasil pertanian Jumlah
Karet 2000kg/bulan
Kopi 5000kg/musim
Sawit 15000kg/bulan
Padi 700 kg/musim
Jenis pekerjaan Jumlah (orang)
Tidak bekerja 104 orang
Petani/pekebun 242 orang
Pedagang 3 orang
Pegawai 1 orang
46
Pinang 500kg/bulan
Cabe 50kg/bulan
Sumber Data: kantor kepala desa Cugung Langu.
Dari tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian
yang diperoleh di desa Cugung Langu ada bermacam-macam, diantaranya
yaitu : hasil pertanian karet sebanyak 2000 kg/bulan, kopi sebanyak 5000
kg/musim, sawit sebanyak15000 kg/bulan, padi sebanyak 700 kg/musim,
pinang sebanyak 500 kg/bulan, dan cabe sebanyak 50 bkg/bulan.
Berikut ini merupakan gambaran dari hasil-hasil pertanian yang
diperdagangkan oleh penduduk desa Cugung Langu adalah sebagai berikut:
TABEL 3.5
TANAMAN YANG DIPERDAGANGKAN
Jenis pertanian Jumlah/bulan (kg)
Karet 2000
Sawit 15000
Pinang 500
Sumber Data: kantor kepala desa Cugung Langu.
Dari tabel data diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian
yang diperdagangkan oleh penduduk desa Cugung Langu yaitu: perdagangan
karet sebanyak 2000 kg/bulan, sawit sebanyak 15000 kg/bulan dan pinang
500 kg/bulan
F. Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat
Dilihat dari sudut etnis, sebagaian besara masyarakat desa Cugung
Langu terdiri dari suku Serawaiselebihnya itu suku Jawa. Komposisi
47
penduduk Serawai ini membuat adat- istiadat serawai selalu mewarnai
suasana kehidupan sehari-hari yang memang telah berkembang dan bertahan
sejak lama.
Pelaksanaan adat-istiadat Serawai ini, terlihat dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan, sosial budaya, dan keagamaan seperti upacara
perkawinan, selamatan, kerja bakti, dan tata krama lainya. Namun demikian
menurut keterangan dari sesepuh masyarakat atau pemuka adat setempat
penerapan adat-istiadat serawai di desa Cugung Langu menunjukan gejala
penurunan dan pergeseran dari adat-istiadat yang semestinya.58
Kemudian dalam bidang kesenian tradisional didesa Cugung
Langu juga terdapat berbagai jenis dan ragam, diantaranya:
1. Zikir
Adalah seni keagamaan ini biasanya dipergunakan pada upacara
pernikahan dan pencukuran anak-anak.
2. Silek (Silat)
Adalah kesenian ini biasanya dipergunakan pada upacara
pernikahan.
3. Tari Memanyo (Andun)
Adalah kesenin ini biasanya juga digunakan pada upacara
pernikahan dan syukuran.
58Kantor kepala desa Cugung Langu
48
4. Anyaman
Merupakan seni kerajinan yang sudah berkembang sejak dulu.
Tradisi kerajinan anyaman ini dimulai dengan usaha sampingan untuk
digunakan sendiri. Bambu dan rotan adalah bahan utama untuk
menghasilkan benda-benda anyaman seperti bakul, keranjang, tikar,
sangkik, kambu, dan sebagainya.
5. Arsitektur Tradisional
Adalah bangunan kayu dengan konstruksi panggung; yaitu rumah
yang dibangun diatas tiang dengan kolong dibawah lantai, bahan bangunan
ini kebanyakan adalah jenis kayu yang tahan lama seperti; kayu tembesu
tenam/seru biasanya dipakai untuk tiang, dinidng, dan lain sebagainya.
Mengenai kehidupan beragama, termasuk suasana kerukunan antar
umat beragama dan antar umat seagama selama ini dapat dikatagorikan
berjalan normal, stabil, dan berkembang positif.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan praktek jual beli karet di Desa Cugung Langu Kecamatan
Semidang Alas Kabupaten Seluma.
1. Pelaksanaan praktik jual beli karet menurut Pandangan petani penjual
karet di desa Cugung Langu berdasarkan hasil wawaancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan penjual yaitu pak
Memorianto Zoni Rajab salah satu penyebab mereka masih menjual karet
tersebut dengan pembeli yang berada didesa Cugung Langu itu sendiri
dikarenakan tidak ada penjual lain, selain itu juga pak Zony mengatakan
bahwa praktek jual beli karet didesa Cugung Langu Kecamatan Semidang
Alas Kabupaten Seluma tersebut belum benar di karenakan dalam
penetapan harga hanya dilakukan secara sepihak saja oleh pembeli tanpa
ada pemberitahuan terdahulu kepada pak Zony, kecuali pak Zony
mempunyai karet yang lebih banyak. Sedangkan dalam pengurangan
timbangan yang dilakukukan oleh pembeli, menurut pak Zony alasan
pembeli mengurangi timbangan adalah karena karet pak Zony masih basah
dan adanya penyusutan jika dijual dikemudian hari, tetapi meneurut pak
Zony terkadang karet yang dijualnya sudah kering dan tidak layak
dikurangi timbangannya lagi., dan lebih parahnya lagi menurut pak Zony
dalam pengurangan timbangan dan penetapan harga, pembeli sering tidak
memberikan penjelasan kenapa harga dan timbangan bisa dikurangi,
50
50
sedangkan menurutnya dalam ekonomi Islam itu adanya kejujuran. Pak
Zony juga mengatakan bahwa dalam pelaksanaan praktek jual beli karet
yang dilakukan selama ini membuatnya merasa dirugikan karena hasil
karetnya sangat sedikit dan itu pun harus dikurangi timbangan dan harga.59
Menurut Juhan yang juga merupakan salah satu penjual karet
didesa Cugung Langu menyatakan dengan terang-terang bahwa dalam
praktek jual beli karet tersebut bisa dikatakan belum benar, karena
menurut pak Juhan pelaksanaan jual beli karet tersebut belum ada unsur
kejujuran dalam hal ini pak Juhan merasa dirugikan dikarenakan pihak
pembeli mengurangi timbangan karetnya dan pengurangan timbangan
tersebut pihak pembeli tidak memberitahu bahwa timbangan karet tersebut
sudah dikurangi/atau tanpa sepengetahuan penjual. Pak Juhan juga
mengatakan cara untuk mengetahui bahwa pembeli mengurangi timbangan
karetnya dengan cara menimbang keret terlebih dahulu dengan
timbanganya sendiri. Sedangkan dalam penetapan harga hanya dilakukan
oleh pihak pembeli saja tampa adanya tawar menawar kedua belah pihak
kecuali mempunyai karet yang lebih banyak. Pak Juhan juga mengatakan
alasannya tidak menjual karet dengan pembeli lainya adalah dikarenakan
jarak antara desa Cugung Langu dengan pembeli yang berada di desa
lainya cukup jauh, dan itu membuatnya terpaksa menjual karet tersebut
dengan pembeli yang berada didesa Cugung Langu, akan tetapi jika
memang terjadi menjual karet dengan pembeli dari luar desa makapembeli
59Memorianto Zoni Rajab,Wawancara, 24 Februari 2016
51
yang ada didesa Cugung Langu tidak mau lagi memberikan pertolongan
jika dia mau berhutang untuk biaya tiba-tiba, atau pembeli yang dari luar
tersebut dihadang ditengah jalan dan tidak diperbolehkan untuk masuk
kedesa lagi.60
Berdasarkan hasil wawancara dengan Yasan salah seorang penjual
karet di desa Cugung Langu. Pak Yasan mengatakan bahwa sitem dalam
praktek jual beli karet tersebut belum benar, karena menurutnya bahwa
dalam praktek jual beli karet tersebut tidak ada kejelasan dan kejujuran
dalam pengurangan timbangan kerena pihak pembeli tidak memberi tahu
kenapa timbangan karetnya dikurangi.61
Berdasarkan hasil wawancara dari penjual karet diatas bahwa
mereka berharap dalam praktek jual beli karet tersebut jangan ada lagi
kecurangan-kecurangan dari berbagai pihak baik pembeli maupun penjual
dan dalam praktek tersebut harus sesuai dengan ekonomi Islam seharusnya
tanpa adanya pengurangan timbangaan yang dilakukan oleh pihak
pembeli. Dan jika memang adanya pengurangan timbangan dan harga
maka pihak pembeli wajib memberikan penjelasan kepada penjual, supaya
pihak penjual tidak merasa dirugikan.
Sedangkan pendapat dari penjual karet desa Cugung Langu
kecamatan Semidang Alas kabupaten Seluma yang bernama Oki Haji
Herman Jaya menyatakan bahwa praktek jual beli karet tersebut belum
60Juhan ,Wawancara, 24 Februari 2016
61Yasan, Wawancara, 24 Februari 2016
52
benar dikarenakan pihak pembeli masih sering mengurangi timbangan, pak
Oki juga mengatakan alasan pembeli mengurangi timbangan adalah karena
karet yang dijualnya masih basah dan jika dijual dikemudian hari akan
terjadi penyusutan timbangan, sedangkan menurut pak Oki karetnya sudah
kering dan itu tidak layak untuk dikurangi timbangannya. Sedangkan
menurutnya dalam penetapan harga pak Oki tidak bisa menentukan harga
kerena harga hanya ditentukan oleh pihak pembeli saja kecuali karetnya
lebih banyak.62
Begitu juga dengan pendapat Tahuan mengatakan bahwasanya
sistem paraktek jual beli karet tersebut dilakukan hampir setiap minggu
dikarenakan mata pencariannnya hanya terpaku kepada karet. Menurut pak
Tahuan praktek jual beli karet tersebut belum benar karena pihak pembeli
mengurangi timbangan, pak Tahuan juga mengatakan bahwa dalam
pengurangan timbangan itu sering kali dilakukan oleh pihak pembeli, dan
alasan pembeli mengurangi timbangan barbagai macam cara, misalnya
karet yang dijualnya masih basah, dan karet tersebut tidak bersih dan lain
sebagainya. Menurutnya dalam pengurangan timbangan tersebut pak
Tahuan merasa dirugikan, akan tetapi menurutnya walaupun sering merasa
dirugikan dia tetap manjual karet tersebut kepada penjual yang berada di
dalam desa karena pembeli yang lainya jaraknya sangat jauh dari desa, dan
jika ada pembeli lain yang datang ke desa Cugung Langu maka pembeli
62Oki Haji Herman Jaya, Wawancara, 24 februari 2016
53
tersebut langsung diusir dan tidak boleh masuk kedesa lagi atau penjualnya
akan dibenci oleh pembeli yang ada dalam desa.63
Demikan juga menurut Bastan yang merupakan penjual karet di
desa Cugung Langu menjelaskan bahwa sistem dalam praktek jual beli
karet tersebut pihak penjual langsung mengantarkan karetnya kepada
pembeli, dan pihak pembeli langsung menimbanganya dan membayarnya,
tanpa ada akad di dalaamnya. Menurut pak Bastan bahwa dalam praktek
jual beli beli karet tersebut, pihak pembeli mengurangi timbangan,
alasannya pihak pembeli mengurangi timbangan adalah karena karet yang
dijualnya masih basah atau belum kering. Akan tetapi menurut pak Bastan
bahwa karet yang dijualnya itu sudah kering dan tidak layak untuk
dikurangi berat timbangannya. Menurut pak Bastan bahwa jual beli karet
di desa Cugung Langu tidak benar karena tidak ada kejujuran dan
keadilan.64
Dari ketiga hasil wawancara diatas rata-rata mengatakan bahwa
dalam praktek jual beli karet di desa Cugung Langu belum benar, karena
pihak pembeli mengurangi timbangan yang hanya untuk keuntungan
sendiri tanpa mementingkan keadilan kepada orang lain. Jadi menurut
mereka bahwa pihak pembeli harus sesuai dengan nilai keadilan dan nilai
kejujuran yang ada dalam ekonomi Islam.
63Tahuan, Wawancara, 24 februari 2016
64Bastan, Wawancara, 24 februari 2016
54
Berdasarkan keterangan salah satu penjual karet didesa Cugung
Langu yang bernama Lijo mengatakan bahwa dalam sistem jual beli karet
tersebut pihak penjual tidak bisa menentukan harga kecuali pak Lijo
mempunyai karet yang banyak sekitaran 500-1000 kg itu bisa menentukan
harga. Tetapi menurutnya jangankan 1000 Kg, 200 Kg saja pak Lijo susah
untuk mencarinya, menurutnya bahwa dalam praktek jual beli yang sudah
berjalan selama ini belum berjalan dengan benar. Karena menurutnya
pihak pembeli masih sering mengurangi timbangannya dan alasan yang
sering dikatakan pembeli dalam pengurangan timbangan yaitu karena karet
yang dijual pak Lijo masih belum kering, tetapi menurut pak Lijo karet
yang di jualnya itu sudah kering dan tidak layak dikurangi timbangan lagi.
Pak Lijo juga mengatakan bahwa sistem yang seperti itu masih jauh dari
sistem kebenaran, karena menurut pak Lijo masih adanya unsur
kecurangan sedangkan dalam jual beli harus mengutamakan nilai kejujuran
dan keadilan antara penjual dan pembeli.65
Begitu juga menurut salah satu penjual karet yang bernama Linsan
bahwa dalam pelaksanaannya praktek jual beli karet di Desa Cugung
Langu kecamatan Semidang Alas kabupaten Seluma belum benar karena
menurutnya dalam penentuan harga pembeli masih pilih kasih, misalnya
jika pak Linsan mempunyai karet yang cuman sedikit maka pak Linsan
tidak bisa menetukan harga, dan jika ada orang lain yang mempunyai karet
yang lebih banyak dari pada pak Linsan maka orang yang mempunyai
65Lijo, Wawancara, 24 februari 2016
55
karet yang yang lebih banyaklah yang bisa menentukan harga, karena
hanya pihak pembeli dan orang yang mempunyai karet yang banyaklah
yang mempunyai hak untuk penentuan harga. Pak Linsan juga mengatakan
bahwa dalam jual beli karet pihak pembeli sering juga mengurangi
timbangan dengan alasan karet yang jual masih belum kering atau dengan
alasan mengatakan karet yang dijual tidak bersih akan tetapi menurut pak
Linsan bahwa karet yang dijualnya sudah kering dan bersih. Pak Linsan
juga mengatakan bahwa dalam pelaksanaan jual beli tersebut belum
benar.66
Sedangkan menurut pendapat salah satu penjual karet, yang
bernama Mahuan yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan jual beli
karet tersebut dinilai belum benar, karena pihak pembeli masih sering
mengurangi timbangan dengan berbagai alasan, salah satu alasan pembeli
mengurangi timbangan adalah karena karet yang di jual pak Mahuan
belum kering sedangkan menurut pak Mahuan karet yang dijualnya sudah
kering. Pak Mahuan juga mengatakan bahwa bukan saja kecurangan
pengurangan timbangan yang di lakukan pembeli tetapi dalam penetapan
harga juga pembeli melakukan kecurangan seperti pihak penjual tidak bisa
ikut campur dalam penetapan harga kecuali karet yang akan dijual
jumlahnya berkisar 500-700 kg dan harga tersebut tidak sama dengan
harga pembeli dari luar desa. Menurut pak Mahuan dalam pelaksanaan jual
beli karet, pak Mahuan harus menjual karetnya kepada pembeli yang
66Linsan, Wawancara, 25 februari 2016
56
berada didalam desa dan jika pak Mahuan menjual hasil karetnya kepada
pembeli dari luar desa maka itu akan menjadi masalah. Pembeli dari dalam
desa akan merasa tidak senang kepada pak Mahuan dan pemebli dari luar
desa.67
Praktek jual beli karet yang sudah berjalan selama ini di desa
Cugung Langu tidak sesuai dengan ekonomi Islam karena pihak penjual
tidak bebas menjual hasil karet mereka kepada siapa saja, dikarenakan
adanya tekanan dari pihak pembeli dan juga dikarenakan karet mereka
sedikit.
Selanjutnya menurut Agus Siputra mengatakan bahwa praktek jual
beli karet di desa Cugung Langu belum benar sepenunya. Namun pak
Agus Siputra juga mengatakan wajar jika pembeli mengurangi timbangan
karena pihak penjual juga sering melakukan kecurangan seperti
mamasukan batu dan kulit batang karet kedalam getah karet, oleh karena
itu pihak pembeli terpaksa mengurangi timbangan dan harga karet
tersebut, tetapi pak Agus juga mengatakan bahwa pak Agus tidak bisa
menjual hasil karetnya kepada pembeli dari luar desa, karena dalam
praktek jual beli karet tersebut adanya sistem kekeluargaan, jadi pak Agus
sebaiknya menjual hasil karetnya kepada keluarganya dari pada menjual
kepada orang lain walaupun orang lain tersebut membeli dengan harga
yang lebih mahal.
67Mahuan, Wawancara, 25 Februari 2016
57
Demikian juga menurut penjual karet lain yang bernama Eko
Saputra, mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya jual beli karet tersebut
tidak benar, karena menurut pandangan pak Eko, baik dari segi harga
maupun timbangan pihak pembeli masih melakukan kecurangan seperti
mengurangi timbangan, bahkan menurut pak Eko tujuan dari pengurangan
timbangan itu adalah untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dan pak
Eko juga mengatakan bahwa walaupun merasa dirugikan, pak Eko masih
tetap menjual hasil karetnya kepada pembeli yang ada didalam desa.
Karena pak Eko tidak bisa menjual kepada pembeli lain, sebab pembeli
dari luar desa sangat jauh dan tidak mungkin mengantarkan karet yang
sedikit untuk keluar desa, jadi pak Eko menjual hasil karetnya kepada
pembeli yang berada didalam desa. Jadi menurut pak Eko praktek jual beli
karet didesa Cugung Langu yang sudah berjalan selama ini belum benar,
karena masih adanya kecurangan yang bertujuan untuk keuntungan diri
sendiri.68
Berdasarkan keterangan dari salah satu penjual karet yang
bertempat tinggal didesa Cugung Langu kecamatan Semidang Alas
kabupaten Seluma yang bernama Misran, pak Misran mengatakan secara
terang-terangan bahwa pihak pembeli melakukan kecurangan yang sangat
merugikan penjual karena menurut pak Misran pihak pembeli mengurangi
harga dan timbangan tanpa menjelaskan alasan mengapa pembeli
mengurangi timbangan dan harga karet tersebut. padahal menurut pak
68Eko Saputra, Wawancara, 25 februari 2016
58
Misran karet yang dijualnya tersebut sudah kering, tetapi tetap saja
pembeli mengurangi timbangan karet yang dijual oleh pak misran, begitu
pula dengan harganya, pembeli juga melakukan pengurangan harga
dengan alasan karet yang dijual oleh pak misran tidak bersih dan
jumlahnya sedikit. Jadi menurut pak Misran praktek jual beli karet yang
dilaksanakan di desa Cugung Langu belum sepenunya benar. Karena tidak
adanya kejelasan dan kejujuran dalam melaksanakan praktek jual beli
karet tersebut.69
ل إلاز كلو أ يها ٱازذ ن ءامنوا لا ت اكم ينكم اب عن ا أمو أن تكون ت (٢٩) ي ا إنز ٱالزه كان كم ا أنف كم ولا تلتيلو مبنكم تي اض
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu"(QS, An-Nisa, 29)
Jadi kesimpulan dari ketiga hasil wawancara bahwa praktik jual beli karet
yang dilaksnakan di desa Cugung Langu selama ini tidak sesuai dengan
ekonomi Islam, karena dalam pelaksanaan praktik jual beli karet masih
adanya unsur kecurangan dan saling merugikan antara penjual dan pembeli
atau tidak ada kejelasan dan ketidak jujuran antara kedua bela pihak.
Selanjutnya menurut salah satu penjual karet yang bernama Dadang
mengatakan bahwa pihak pembeli sering mengurangi timbangan yang
menyebab kanpak Dadang mengalami kerugian, pak Dadang juga
mengatakan bahwa pak Dadang langsung mengantar hasil karetnya
69Misran, Wawancara, 25 februari 2016
59
kerumah pembeli dan karet yang pak Dadang jual dalam keadaan kering
dan bersih, namun hasil karet pak Dadang masih saja dikurangi timbangan
dan harganya oleh pembeli di ada didalam desa. Oleh karena itula pak
Dadang lebih memilih menjual hasil karetnya kepada pembeli di desa lain
dabandingkan pembeli didalam desa apabila hasil karetnya banyak, karena
menurut pak Dadang pembeli di desa lain lebih jujur dan tidak mengurangi
timbangan terhadap karet yang dijual oleh pak Dadang. Pak Dadang juga
menambahkan bahwa jika pak Dadang menjual hasil karetnya kepada
pembeli didesa lain, harga hasil karet yang pak Dadang jual juga lebih
mahal dibandingkan dengan pembeli di dalam desa. Jadi menurut pak
Dadang, praktik jual beli karet yang dilaksanakan di desa Cugung Langu
belum benar.70
Selanjutnya menurut salah satu penjual yang bernama Rihom
mengatakan bahwa dalam pelaksanan jual beli karet tersebut, pihak
penjual langsung datang ke rumah pembeli dan setelah selsai ditimbang
maka uangnya akan langsung dikasihkan jika tidak mempunyai hutang,
alasan pak Rihom tidak menjual kepada pembeli yang yang berada di luar
desa adalah bahwa pembeli tersebut jauh dan susah untuk dijangkau apa
lagi karet yang mau dijual cuman sedikit, dan yang menentukan harga
dalam jual beli tersebut cuman pembeli jika hanya mempunyai sedikit
karet tetapi jika mempunyai banyak karet maka bisa harganya dinaikan
lebih besar dari harga yang standar diperbelakukan. Pak Rihom juga
70Dadang,Wawancara, 26 februari 2016
60
mengatakan bahwa menurutnya yang membuatnya menjadi rugi adalah
bahwa harga karet yang diperbelakukan sangat murah dibanding dengan
daerah yang lainya. Karena menurut pak Rihom jika pembeli mengurangi
timbangan maka itu wajar karena karet yang pak Rihom jual masih basah
dan pak Rihom tidak merasa dirugikan, walaupun kadang-kadang sering
terjdi pengurangan timbangan, menurutnya praktik jual beli yang
dilakukan selama ini bisa dikatakan belum sepenunya benar karena
didalamnya masih banyak kecurangan dan nepotisme/kekeluargaan.71
Demikian juga menurut Nasirwan jual beli karet tersebut
dilaksanakan dengan cara, penjual mengantarkan langsung karet nya
kepada pembeli lalu kemudian pembeli langsung menimbang dan
membayar karet tersebut. Namun praktik jual beli yang dilakukan itu
belum sepenunya benar, karena praktik jual beli yang terjadi didesa
Cugung Langu ini masih adanya sistem pengurangan timbangan yang
dapat merugikan pihak penjual dan pengurangan timbangan itupun
dialaskan karena karet yang dijual oleh penjual belum kering dan tidak
bersih, padahal menurut pak Nasirwan karet yang mereka jual itu sudah
kering dan sudah bersih. Harga penjualan karet pun tidak stabil, kadang
turun dan naik, hingga saat ini harga penjualan karet turun drastis.
Pengurangan yang dilakukan oleh pembeli tersebut terkadang dikarenakan
karena penjual karet tersebut punya hutang kepada pembeli. Namun pak
Nasirwan masih saja menjual karetnya kepada pembeli yang berada didesa
71Rihom, Wawancara, 27 februari 2016
61
Cugung Langu dikarenakan terkendala oleh jarak yang jauh untuk keluar
dari desa tersebut dan karet yang dijualpun sedikit. Sebagai petani
sekaligus penjual karet yang terus menjual karet kepada pembeli yang ada
di desa Cugung Langu, merasa dirugikan karena dari hasil penjualan karet
yang sangat sedikit padahal menurut pak Nasirwn hasil penjualan karet itu
yang memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya anak mereka
sekolah.72
Begitupula menurut Awan salah seorang penjual karet didesa
Cugung Langu, pak Awan mengatakan bahwa pak Awan langsung
mengatarkan hasil karet mereka kepada pembeli untuk dijual. Namun
praktik jual beli karet yang terjadi di desa Cugung Langu saat ini
menurutnya sistem yang dilakukan dalam jual beli karet belum benar a,
karena masih adanya unsur yang belum jelas didalam praktik jual beli
karet tersebut. Pihak pembeli dapat mengurangi timbangan pada karet
tersebut dengan berbagai alasan, belum kering, tidak bersih dan bahkan
karena karet yang dijual tersebut jumlahnya sedikit. Sehingga para penjual
karet sangat dirugikan oleh hal ini, namun penjual masih saja menjual
karet kepada pembeli yang ada didesa Cugung Langu tersebut,
dikarenakan lokasi desa Cugung Langu dengan desa yang lain berjauhan
dan karet yang pak Awan jual juga sedikit. Oleh karenanya pak Awan
meresa dirugikan oleh praktik jual beli karet yang dilakukan oleh pembeli,
karena hampir seluruh penghasilan masyarakat desa Cugung Langu itu
72Nasirwan, Wawancara, 27 februari 2016
62
berasal dari karet. Jadi harga karet yang naik, turun sangat mempengaruhi
tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat desa Cugung Langu. Jadi
menurut pak Awan praktek yang saat ini tengah terjadi didesa Cugung
Langu belum bisa dikatakan sebagai praktik jual beli yang benar dan
sesuai dengan apa yang ditetapkan ekonomi Islam.73
Jadi praktik jual beli karet yang dilaksanakan di desa Cugung
Langu saat ini tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh praktek jual
beli dalam ekonomi Islam karena dalam pelasanaan praktik jual beli karet
tersebut adanya unsur keterpakasaan, ketidak jelasan, dan tidak jujur,
karena adanya pengurangan timbangan dan pengurangan harga yang
dilakukan oleh pembeli tanpa menjelaskan alasan yang jelas terhadap
pengurangan harga dan timbangan tersebut. Sebagian pembeli mengatakan
bahwa penguranagn timbangan dan harga tersebut dilakukan karena karet
yang dijual oleh penjual tidak kering dan tidak bersih, sedangkan penjual
menjelskan bahwa hasil karet yang mereka jual dalam keadaan kering dan
bersih, sehingga penjual merasa dirugikan dengan adanya pengurangan
timbangan dan pengurangan harga yang dilakukan oleh pembeli. Dan
dalam praktek jual beli karet yang dilakukan di desa Cugung Langu itu
pun adanya unsur kekeluargaan, dimana penjual harus menjual hasil karet
mereka kepada keluarga mereka yang membeli hasil karet para petani
karet, selain adanya unsur kekeluargaan, praktek jual beli karet yang
dilakukan di desa Cugung Langu ini pun ada unsur keterpaksaan, dimana
73Awan, Wawancara, 28 februari 2016
63
penjual harus menjual hasuil karetnya kepada pembeli tersebut apabila
pihak penjual mempunyai hutang kepada pembeli tersebut, dan penjualan
hasil karet itupun dikurangi harga dan timbangannya.
2. Pelaksanaan praktik jual beli karet menurut Pandangan pembeli karet di
desa Cugung Langu berdasarkan hasil wawaancara
Berbeda dengan pendapat para penjual, menurut salah satu pembeli
karet didesa Cugung Langu yang bernama Oktori. Pak Oktori mengatakan
bahwa alasannya sering mengurangi timbangan adalah karena karet yang
dijual oleh penjual masih basah dan banyak tatal (kulit pohon karet) dan
sering juga pihak penjual meletakkan batu atau bahan-bahan lain yang bisa
menambah berat keret yang dijual, pak Oktori juga mengatakan bahwa
dalam prakteknya belum sepenunya benar, karena pihak penjual sering
melakukan kecurangan, yang bertujuan untuk keuntungan sendiri tampa
mempertimbangkan pihak lain, dalam pelaksanaannya pak Oktori merasa
tidak perna memaksa para penjual untuk menjual karet kepadanya ataupun
melarang pembeli lain untuk masuk kedesa Cugung Langu.74
Selanjutnya pembeli yang bernama Haitom mengatakan bahwa
alasan mengurangi timbangan dan harga adalah karena karet yang di jual
oleh penjual karet masih basah/belum kering, pak Haitom juga
mengatakan bahwa pak Haitom tidak perna mersa memaksa peenjual
untuk menjual karet kepada pak Haitom, karena pak Hitom dirinya hanya
dirumah tanpah datang kerumah penjual untuk mengambil karet dan
74Oktori, Wawancara, 26 februari 2016
64
penjual karetlah yang datang kerumahnya, sedangkan pak Haitom juga
mengatakan bahwa penjuallah yang melakukan kecurangan seperti
memasukan tatal (kulit pohon karet) kedalam karet supaya timbangan
karet menjadi lebih berat. Jadi menurutnya bahwa sistem jual beli karet
yang selama ini dilakukan belum benar karena dalam jual beli karet
tersebut belum ada kejujuran dan penipuan.75
Demikian juga menurut salah satu pembeli yang bernama
Baharudin yang mengatakan dengan jelas bahwa dalam praktik jual beli
karet ini belum benar, karena masih banyak kecurangan-kecurangan yang
terjadi di jual beli karet seperti pihak penjual memberikan bahan tambahan
kedalam karet untuk mendapatkan timbangan yang lebih berat, pak
Baharudin juga mengakui bahwa dirinya mengurangi timbangan karena
karet yang dijual oleh pihak penjual tidak bersih dan belum kering dan
nanti bila akan dijual akan terjadi penyusutan, dan menurutnya
pengurangan timbangan itu wajar karena pak Baharudin juga mau untung,
dan pak Baharudin juga mengatakan bahwa dirinya tidak perna merasa
memaksa penjual untuk menjual karet kepadanya sebab pak Baharudin
hanya menunggu penjual yang datang kerumahnya saja.76
Jadi menurut dari beberapa pendapat dari pihak pembeli
mengatakan bahwa praktek jual beli di desa Cugung Langu belum benar
karena masih banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pihak
75Haitom, Wawancara, 26 februari 2016
76Baharudin, Wawancara, 26 februari 2016
65
penjual, pihak pembeli juga mengakui bahwa mereka melakukan
pengurangan timbangan karena karet yang dijual oleh pihak penjual masih
basah atau belum kering dan karet yang dijual oleh penjual juga tidak
bersih karena mengandung kotoran batang karet yang sengaja dimasukan
oleh penjual untuk menambah berat timbangan pada saat jual beli
berlangsung. Jadi menurut pembeli jika tidak dikurangi, pihak pembeli
akan menjadi rugi jika dijual dikemudian hari karena timbangan karet yang
jual menjadi lebih menurun timbanganya dan pembeli tidak mendapakan
keuntungan.
Jadi berdasarkan hasil wawancara dari pihak penjual/petani dan
pihak pembeli dapat dianalis bahwa praktik jual beli karet yang
dilaksanakan di desa Cugung Langu tidak sesuai dengan praktek jual beli
dalam ekonomi Islam, karena palaksanaan praktek jual beli ini
mengandung unsur ketidak jelsan, tidak jujur dan saling memburukan
antara kedua belah pihak. Dimana pembeli memburukan penjual dan
penjual memburukan pembeli.
B. Pandangan Ekonomi Islam terhadap praktik jual beli karet yang ada di
desa Cugung Langu Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma
Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki
tanggungan untuk “bekerja”. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok
yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk
memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah SWT melapangkan
bumi serta menyediakan baerbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan
66
manusia untuk mencari rizki. Disamping untuk anjuran untuk mencari rizki,
Islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi
perolehan maupun pendayagunaan (pengelolahan dan pembelanjaaan).
Sejalan dengan kaidah ushul “al-uslu fi al at-taqayyud bi hukmi asy-syar‟i”,
yang berarti bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum
syara‟;wajib, sunnah, mubah, mahruh, atau haram, maka pelaksanaan bisnis
harus tetap berpegang pada ketentuan syariat. Dengan kata lain, syariat
merupakan nilai utama yang menjadi payung strategis maupun teknis
organisasi bisnis.77
Dari penjelasan diatas bahwa Islam itu melarang adanya kecurang
ataupun ketidak halalan harta yang dimiliki manusia, misalnya kecurangan
yang terjadi dalam jual beli yaitu pengurangan timbangan, perbuatan
tersebut termasuk pencuri, penghianatan, serta memakan harta orang lain
dengan secra batil. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata bahwa “wailun” kata wail
desebutkan dalam Al-qur‟an dengan berulang-ulang. Menurut pendapat yang
paling benar, kata ini berarti ancaman. Allah mengancam orang yang
menyelisihi perintah-Nya atau melanggar larangan-Nya.78
Jual beli tidak jelas “gharar” menurut Abdullah Abdul Husain at-
Tariqi merupuakan jenis benda yang ditransaksikan tanpa ada kejelasan
ukuran dan sifatnya ketika transaksi berlangsung. Jual beli ini mengandung
unsur bahaya dan resiko. Kerelaan sebagai unsur penting dalam jual beli
77Muhammad Ismail Yussanto Dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas
Bisnis Islam, (Jakarta; Gema Insani, 2002). Hlm 17-18 78
Abu Abdirrahman Adil, Syarah Al-Kabair, (Solo; PT Aqwam Media Profetika,
2009). Hlm 443- 444
67
tidak terdapat dalam transaksi ini.79
Dikarenakan kerelaan dalam transaksi
gharar tidak akan dapat tercapai, maka transaksi jual beli ini tidak
diperbolehkan.
Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa transaksi jual beli itu tidak
diperbolehkan apabila pada transaksi atau praktek jual beli itu terdapat unsur
ketidak jelasan dan tidak relaan antara salah satu pihak, jadi dari penjelasan
diatas dapat dipahami bahwa praktik atau transaksi jual beli yang dilakukan
di desa Cugung Langu tersebut tidak diperbolehkan oleh ekonomi Islam,
karena praktik jual beli yang dilakukan tersebut mengandung unsur ketidak
jelasan dalam pengurangan timbangan yang dilakukan oleh si pembeli karet
terhadap penjual karet. Dan karena tidak adanya kejelasan itu, penjual
merasa dirugikan dan tidak rela dengan adanya pengurangan timbangan
yang dilakukan oleh pembeli.
Tingkah laku yang harus diperhatikan dalam melaksanakan praktik
jual beli dalam islam yaitu harus berperilaku benar, menepati amanat, dan
jujur.
a. Benar adalah ruh keimanan, ciri utama orang mukmin, bahkan ciri para
nabi. Tanpa kebenaran, agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil.
Sebaliknya, bohong dan dusta adalah bagian dari pada sikap orang
munafik. Bencana terbesar didalam pasar saat ini adalah meluasnya
tindakan dusta dan batil, mislanya berbohong mempromosikan barang
79Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip Dasar Dan Tujuan,
(Yogyakarta; Magista Syibly, 2014). Hlm 185-186
68
dan menetapkan harga. olah sebab itu, salah satu karakter pedagang
yang terpenting dan diridahai oleh Allah ialah benar.
b. Menepati amanat adalah moral yang mulai. Allah menggambarkan
orang mukmin yang beruntung dengan perkataannya: “dan orang-orang
yang mememlihara amanat-amanat (yang dipikulnya dan janjinya).
Maksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya,
tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak
orang lain, baik berupa harga ataupun upah. Dalam berdagang, dikenal
istilah “menjual dengan amanat” seperti menjual murabahah.
Maksudnya, penjual menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang
dagangan kepada pemebeli tanpa melebih-lebihkan.
c. Jujur, selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus
berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan
kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia menginginkannya dengan
cara menjelskan cacat barang dagangan yang dia ketahui dan yang tidak
terlihat oleh pembeli.
Dalam islam juga melarang menyembunyikan cacat barang yang
akan dijual, berdasarkan prinsip nilai kejujuran yang harus dianut oleh
setiap penjual, maka wajib baginya menjelaskan apa kekeurangan dari
barang yang dijualnya, agar pembeli tidak mengerutu atau sakit hati
setelah membeli. Jika terjadi demikian maka pembeli mumpunyai hak
khiyar, yaitu hak mengembalikan barang itu dan mintah ganti rugi
dengan barang lain yang lebih baik. menyembunyikan cacat barang
69
dengan sengaja termasuk kepada penipuan dan kecurangan.80
Dalam
sebuah hadist diterangkan yaitu:
{ ا أصمر}لا حل لأ ض أن بيع ي ا إلاز ييزن مافليه “Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu, melainkan hendaklah dia
menerangkan kekurangan (cacad) yang ada pada barang itu”. (H.R.
Ahmad)81
غشز فيليس منب { ا }أفي لته فيوق اا ز ا م ك ي ا اانزاا؟ مني
“Mengapa engkau tidak taruh dan perlihatkan yang basah itu di sebelah
atas, supaya orang-orang dapat melihatnya? Barang siapa menipu
maka ia bukan dari golonganku” (H.R. Muslim)82
Dalam ekonomi Islam mempunyai dasar-dasar ekonomi yang
menganjurkan para pelaku ekonomi untuk tidak berbuat curang, contohnya
landasan etika dan moral ekonomi Islam yang terletak sifat yang tidak
mengompermasikan antara yang diperbolehkan (halal) dengan yang dilarang
(haram). Etika ekonomi, sebagaimana diajarkan Islam akan memperbolekan
hal-hal yang baik dan melarang hal-hal yang buruk.83
Al-Qur‟an
menyatakan.
ن يل ۥٱازذ ن يتزب ون ٱا زسول ٱانزب ز ٱلأمب ز ٱازذ ونه مكتو ا عن م ف ٱاتيزو ى وٱل ث و ضع هم عن ٱا نك و حل اهم ٱا زيبب و ح بم عليهم ٱاخب ه ي م م ا وف و يني
80Muslim Nurdin, et al., Moral Dan Kognisi Islam, ( Bandung; CV. Alfabeta, 1995),
hlm 176 81
Muslim Nurdin, et al., Moral Dan Kognisi Islam..., h 176 82
Muslim Nurdin, et al., Moral Dan Kognisi Islam..., h 176-177 83
Muhammad A. Al-Buraey, ISLAM: Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan,
(Jakarta; CV Rajawalii, 1986). Hlm 194-195
70
ل ٱازت كان عليهم هم إ م وٱلأغل وعزز و ون و وٱتيزبي وا ۦ ف ازذ ن ءامنوا ه عني (١٥٧) أوا م ٱا فلحون ۥ أنزل م ه ٱانو ٱازذ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma´ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS.Al-A‟Raaf (7):(157).
Dalam ekonomi Islam juga melarang merugikan diri sendiri apalagi
merugikan orang lain seperti mengurangi timbangan, diantara keadilan yang
diwajibkan oleh Allah adalah memenuhi takaran dan timbangan secara
adil.84
Perintah in berulang-ulang dalam Al-Qur‟an. Didalam wasiat yang
kesepulu dari surat al-An‟am disebutkan
ل أ ز وأوفوا ٱاكيل وٱا يزان ۥولا تيل وا مال ٱايتيم إلاز ازت أ ن تز يبي و ه ٱالزه وإ ا يلتم ف ع اوا واو كان ا ي لا نكلبف نيف ا إلاز وس ها ال
اكم و ز كم ه أوفوا (١٥٢) ا لزكم تذكز ون ۦ “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,
maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat”. (QS. al-An‟am (6) (152)
Allah juga memperingatkan dalam Al-Qur‟an tentang merugikan
hak-hak orang lain. Tindakan ini merupakan salah satu “cacat” pasar yang
senatiasa didominasi oleh induvidualisme dan kedzaliman.
84Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta; Robbani
Press, 2001).h 314
71
Ia menganggap kecurangan dan merugikan orang lain termasuk
perbuatan yang merusak dimuka bumi. Berkata Imam al-Qurthubi: al-Bakhu
adalah pengurangan85
. Didalam soal barang dagangan biasanya dengan
membuat cacat barang dagangan, mencela dan melecehkannya atau
memanipulasi harga dan siasat untuk menambah dan mengurangi
timbangannya.86
Semua itu adalah termasuk dari memakan harta orang lain
secara batil, da terlarang dalam umat-umat terdahulu melalui lisan para
Rasul.
إا هض وا ٱالزه ما اكم مبن م ٱع ال لو ا ن أ ا م وإا م ۞ أ اف وإنب أ ى كم خ إنب ميزان ال وٱل م ولا تنل وا ٱلۥ غ
ميزان ال وٱل م فوا ٱل م أو و لو)٨٤( محي م عذا و كم عل ض أ ا ف ٱل ثو ولا تع ء م ا وا ٱانزاا أش ولا تب ط س ل )٨٥(س ن مف
“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka,
Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan
bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan adzab hari yang
membinasakan (kiamat)".Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah
takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia
terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka
bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud (11): (84-85)
Allah juga melarang meyembunyikan harga kini, karena sifat tersebut
tidak jauh dari sifat curang ialah menyembunyikan harga kini. Seyogyanya,
pedagang bersikap jujur dalam menetapkan harga kini dan tidak
menyembunyikannya, meneurut Imam Ghazali pelarang ini menunjukan
85 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam..., .h 315
86Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam..., hlm 315
72
bahwa para pembeli dan penjual tidak boleh menyembunyikan harga pasar.87
Dalam hadist mengatakan bahwa :
لا تيللزوا ) ال سول االزه ل اا عليه وسلم : وعن أ ي ر اا عنه ال وا م لمر (فإ ا أت سيب اا وق فيهو ااخيا , اا لب ف ن تيللب فا ت منه
“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah menghadang barang dagangan dari
luar kota. Barangsiapa di hadang, kemudian sebagian barangnya dibeli,
maka jika pemilik barang telah datang ke pasar, ia boleh memilih (antara
membatalkan atau tidak)." Riwayat Muslim.88
Dari penjelasan-penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa islam
sangaat memperhatikan norma ataupun tingkah laku dalam melaksanakan
praktek jual beli, yaitu baik penjual maupun pembeli harus berlaku benar,
memegang amanat, dan jujur. Karena ketiga perilaku ini sangat penting
dalam pelaksanaan praktek jual beli. Jika salah satu praktek tersebut tidak
dilaksanakan dengan benar maka jual beli tersebut haram. Praktek jual beli
yang dilakukan di desa Cugung Langu masih mengandung unsur-unsur yang
dilarang oleh ekonomi islam. Seperti, pembeli mengurangi timbangan
terhadap karet yang dijual oleh penjual dengan alasan bahwa kualitas karet
yang dijual belum cukup baik atau belum kering. Sedangkan menurut
penjual, pembeli mengurangi timbangan terhadap penjualan karet yang
dijual penjual tanpa menjelaskan alasan yang jelas terhadap pengurangan
timbangan yang dilakukan. Jadi dalam hal ini terjadi ketidak benaran dan
kejujuran antara pembeli dan penjual, dan juaga terjadi sikap saling
87Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta; Gema Insani Press,
1997), hlm 180 88
Dani Hidayat, Bulughul Maram versi 3.01...,Hadis ke-628
73
menjelek-jelekan antara salah satu pihak. Jadi praktek jual beli yang
dilakukan merupakan salah satu praktek jual beli yang dilarang oleh
ekonomi Islam.
Menurut Imam Al-Ghazali ada enam sifat atau perilaku yang terpuji
yang harus dilakukan dalam perdagangan yaitu:89
a. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam didunia
dagang. Jika dipikirkan perilaku demikian ini, maka dapat dipetik
hikmahnya, yaitu menjual barang lebih murah dari saingan ataupun
sama dengan pedagang lain yang sejenis.
b. Membayar harga agak lebih mahal kepada penjual yang miskin, ini
adalah amal yang baik dari pada sedekah biasa. Artinya jika anda
membeli barang dari seorang penjual, dan penjualnya itu seorang
miskin, atau seseorang yang perlu dibantu, maka lebihkanlah
pembayarannya dari harga semestinya.
c. Memurahkan harga atau memberi korting kepada pembeli yang miskin.
d. Bila membayar utang, pembayarannya dipercepat dari waktu yang telah
ditentukan. Jika yang diutang berupa barang, maka usahakan dibayar
dengan barang yang lebih baik.
e. Membatalkan jual beli, Jika pihak pembeli menginginkannya. Karena
pembeli adalah raja, jadi apa kemauannya perlu diikuti, sebab penjual
harus tetap menjaga hati langganannya, sampai langganan menjadi puas.
89Muslim Nurdin, et al., Moral Dan Kognisi Islam...,hlm 177
74
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa Islam telah
mengajarkan tentang bagaimana melaksanakan praktek jual beli yang baik
dan benar menurut ekonomi Islam, dan apa yang telah diajarkan oleh Islam
sangat la tidak mempersulit dan banyak membawa keuntungan baik bagi
pembeli maupun penjual. Tapi pada kenyataannya masi banyak para
pedagang maupun pembeli yang tidak melaksanakan tata cara melaksanakan
praktek jual beli yang baik dan benar berdasarkan ekonomi Islam, contohnya
saja praktek jual beli yang tengah terjadi di desa Cugung Langu yang masih
melakukan pengurangan timbangan dan pengurangan harga tanpa adanya
unsur kejelasan terhadap pengurangan timbangan dan pengurangan harga
tersebut.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Larangan untuk berdagang/jual beli pada prinsipnya tidak ada dilarang
kecuali yang mempunyai unsur-unsur kezaliman, penipuan dan penindasan
dan mengarah kepada yang dilarang ekonomi Islam, seperti yang di jelakan
oleh ayat Al-Qur‟an dan Hadits di bawah ini:
ل أ ز وأوفوا ٱاكيل وٱا يزان ۥولا تيل وا مال ٱايتيم إلاز ازت أ ن تز يبي و ه ٱالزه وإ ا يلتم ف ع اوا واو كان ا ي لا نكلبف نيف ا إلاز وس ها ال
اكم و ز كم ه أوفوا (١٥٢) ا لزكم تذكز ون ۦ “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,
maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat”. (QS. al-An‟am (6) (152)
{ ا أصمر}لا حل لأ ض أن بيع ي ا إلاز ييزن مافليه “Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu, melainkan hendaklah dia
menerangkan kekurangan (cacad) yang ada pada barang itu”. (H.R.
Ahmad)90
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dibahas, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil skripsi ini menjadi beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pelaksanaan praktik jual beli karet di desa Cugung Langu Kecamatan
Semidang Alas Kabupaten Seluma masih ada unsur penipuan, ketidak
90 Muslim Nurdin, et al., Moral Dan Kognisi Islam..., h 176
76
76
jujuran dan kecurangan dari kedua belah pihak, dimana pihak pembeli
melakukan kecurangan dalam pengurangan timbangan dan penetapan
harga secara sepihak, sedangkan pihak penjual melakukan kecurangan
dengan menambah berat karet dengan cara memasukan kulit batang karet
kedalam karet yang mau dijual, dengan alasan untuk menambah berat
timbangan.
2. Menurut pandangan ekonomi Islam praktik jual beli karet di desa
Cugung Langu tersebut masih jauh dari sistem yang diajarkan dalam
ekonomi Islam mengenai tata cara jual beli yang baik dan benar, karena
dalam sistem ekonomi Islam mengajarkan tentang kejujuran, dan akhlak
dalam perdagangan antara penjual dan pembeli supaya tidak terjadi
kecurang/penipuan (gharar) antara keduanya seperti mengurangi
timbangan, menetapkan harga secara sepihak dan menambah berat
timbangan dengan jalan yang tidak benar supaya timbul kerelaan antara
kedua belah pihak dalam aqad jual beli yang sesuai dengan ekonomi
Islam.
B. Saran
Saran yang hendak peneliti sampaikan kepada subyek penelitian
adalah:
1. Bagi penjual hendaknya bersikap jujur kepada pembeli, memberiakan
informasi yang jelas mengenai karet yang mau dijual, jangan ada
kecurang-kecurang yang terjadi dalm praktek jual beli karet
memperberat timbangan, karena hal itu menyebabkan keraguan
77
kepada pembeli dan membuat pembeli tidak percaya lagi kepada
penjual yang lainya sehinggah menyebabkan pembeli melakukan
kecurangan juga.
2. Bagi pihak pembeli hendaknya bersikap jujur dan adil kepada penjual.
Memberikan informasi yang jelas mengenai harga karet, sebelum
melakukan penimbangan karet, pembeli dan penjual harus sama-sama
melihat berapa jumlah berat karet yang ditimbang tersebut, dan
sebelum terjadi pembayaran pembeli pun harus memberitahu alasan
pengurangan kepada penjual supay penjual tidak merasa dirugikan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Wanda. “Pengertian Tanaman Karet”. https://www.academia.edu/
10198236/Pengertian_Tanaman_Karet(diakses selasa 22 desember 2015,
jam 09:50)
Adil, Abu Abdirrahman, Syarah Al-Kabair, Solo; Pt Aqwam Media Profetika.
2009.
Ahmadi, Abu dan Drs. Abdullah. Kamus Pintar Agama Islam. Solo: CV.
Aneka. 1991
Al-Buraey, Muhammad A., Islam: Landasan Alternatif Administrasi
Pembangunan, Jakarta; CV Rajawalii. 1986
Ardiansyah. “Pelaksanaan Zakat Karet Perspektif Hukum Islam (Study Kasus Di
Desa Lubuk Karet Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan).”http://digilib.uinsuka.ac.id/10731/1/BAB%20I,%20V,%20DAF
TAR%20PUST Ka.pdf (akses sabtu 12 November 2015. 8:29)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 2002
Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1997
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009
At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain, Ekonomi Islam Prinsip Dasar Dan Tujuan,
Yogyakarta; Magista Syibly. 2014
a.Mahali, Mudjab. Konsepsi Manusia Paripurn., Jakarta: Pustaka Al
Husna. 1987.
A. Kadir. Hukum Bisnis Syari‟ah Dalam Alquran, Jakarta: Amzah. 2010
A. Keraf, Sonny -Robert Haryono Imam. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis
Sebagai Propesi Luhur. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). 1991
“Arti Kata Pandangan Menurut KBBI.” http://kamus.cektkp.com/pandangan/
(akses senen 21 Desember 2015, Jam 11:22)
Brannen, Julia. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2005
“Budidaya Karet.”http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16589/4/ Cha
pter %20I I.pdf. ( akses senen 21 Desember 2015, Jam 11: 20)
79
Farhana, Marisa.”Praktek Jual Beli Karet Di Kecamatan Gelumbang Kabupaten
Muara Enim Ditinjau Dari Hukum Islam.” http://digilib.uinsuka.ac.id
/2368/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20pustaka.pdf (akses sabtu 12
November 2015. 8: 25)
Furqan, Arief. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi.Jakarta. 2002
Hasan, Ali. Manajemen Bisnis Syari‟ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009
Hidayat , Dani, Bulughul Maram versi 3.01. http://myfice-online.Blogspot.com
Huda, Nurul dan Muhamad Heykel. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoretis Dan Praktis. jakarta: Kencana. 2010
Husna, Muhimmatul. “Etika Jual Beli Dalam Islam.”Majelispenulis.blogspot.
co.id/2013/10/etika-jual-beli-dalam-islam.html?m=1 (akses minggu 29
November 2015 jam 10:31)
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers. 2013
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius. 2000
Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta; Sinar Grafika. 2000.
Mahmuddin. Jual Beli Karet Study Kasus Di Perkebunan Karet Masyarakat
Pekai Kecamatan Ketahun. STAIN Bengkulu: Jurusan Ekonomi Syari‟ah
. 1998.
Mardani. Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syari‟ah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2011
Mubarok, Jaih. Modifikasi Hukum Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2002
Nurdin, Muslim, et al., Moral Dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta. 1995
Pasaribu, Chairuman dan Suhrawadi K. Lubis. Hukum Perjanjian Dealam Islam.
Jakarta: Sinar Grafika. 1994.
“Pengertian Pandangan Hidup Menurut Para Ahli.” http://www.pakmono.com/
2015/03/pengertian-pandangan-hidup-menurut-para-ahli.html (akses
senen 21 Desember 2015, Jam 11:10)
Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta;
Robbani Press. 200
80
Qardhawi, Yusuf , Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta; Gema Insani Press.
1997
Sari, Murni zayetra, Sistem Pembayaran Upa Karyawan Honorer Dikantor
Camat Kecamatan Luas Kabupaten Kaur Persefektif Etika Bisnis Islam,”
(Skripsi, Syari‟ah dan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri,
Bengkulu, 2015
Shomad, Abd. Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syari‟ah Dalam Hukum
Indonesia), Jakarta: Kencana Prenadea Media Grup. 2010
Slam, Burhanudin. Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.
Jakarta: Rineka cipta. 1997
Suhendi, Hendi. Figh Muamalah. Jakarta: Rajagrafindo persada. 2008
Subagyo, Joko. Metoda Penelitiann Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006
Soejono & Abdurahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan.
Jakarta; Rineka Cipta dan Bina Adiaraksa. 2005
Sulaiman, Rasjid. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2014
Tanjung, Hendri& Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta:
Gramata Publishing. 2010
Tuasika, Muhammad Abduh l, Bentuk Jual Beli yang Terlarang (3), https://rum
aysho .com/2410-bentuk-jual-beli-yang-terlarang-3.html (aksses, jum‟at,
27, mei 2016, 23:04)
Winoto, Danu. “Analisis Hukum islam Tehadap Praktek Jual Beli sofware
Komputer Dikota Semarang”. library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/
87/jtptiain-gdl-danuwinoto-4315-1-skripsi-p.pdf (akses Senen 21
Desember 2015, Jam 11:00)
Wihasto Hanan. “Transansaksi Islam Harus Terbebas Dari Unsur MAGHRIB.”
Hanan-wihsto.blogspot.com/2014/04/maisir-gharar-dan-riba.html?m=1
(Diakses Minggu 03 januari 2016, jam 13:40)
Yussanto, Muhammad Ismail Dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,
Menggagas Bisnis Islam, Jakarta; Gema Insani. 2002 9 Dari 10 Pintu Rezeki Di Perdagangan?, https://pengusahamuslim.com/2043-9-dari-
10-pintu-rezeki-di-perdagangan.html (aksses, jum‟at, 27, mei 2016, 23:04
81
82
Dokomentasi Hasil Wawancara
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
top related