preskas meningitis (1)
Post on 16-Feb-2016
11 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 29 tahun
Alamat : Karangan Indah Tangerang
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Tanggal pemeriksaan : 7 oktober 2015
II. ANAMNESIS (autoanamnesis & alloanamnesis 31 Agustus 2015)
Keluhan Utama : Nyeri kepala berat sejak ±3 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Demam (+), mual (+), muntah (+) setiap diisi makanan, kelemahan
pada anggota gerak (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar keluarganya dan petugas Lapas
dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 3 hari SMRS. Nyeri kepala dirasakan tiba-tiba, dan
nyeri tidak membaik walaupun diistirahatkan. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian
kepala, menetap, dan rasanya kepala seperti akan pecah. Nyeri dirasakan sepanjang hari
terutama saat menggerakkan kepala. Nyeri terasa seperti kram sampai ke leher belakang.
Keluhan disertai demam cukup tinggi, buang air besar cair semenjak 3 hari SMRS, mual dan
1
muntah setiap kali diisi makanan. Keluhan tidak disertai dengan kejang dan penurunan
kesadaran.
Pasien mengaku memiliki riwayat memakai obat narkotika seperti heroin sekitar ±5
tahun yang lalu dan telah berhenti pada 1 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat
darah tinggi, kencing manis dan penyakit jantung dan keluhan yang sama disangkal oleh
pasien.
Pada saat datang ke IGD RSUD Arjawinangun, pasien menyangkal adanya kejang,
lemas anggota gerak dan penurunan kesadaran.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
- Riwayat memakai obat-obat narkotik seperti heroin 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Pasien
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4 M6 V5
2
- Tanda vital :Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38,3˚C
- Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya
langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+, pupil isokor+/+
- Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-) , kaku kuduk (+),
Brudzinski 1(+)
- Thoraks
o Jantung : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
o Pulmo : vesikuler bronchial sounds kanan sama dengan kiri, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen : datar - lembut, Nyeri tekan (-), bising usus (+)
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
B. Status Neurologis
Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak lansung + +
Tanda Rangsang Meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk +
3
Brudzinski I + -
Laseque >70° >70°
Kernig >135° >135°
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -
Saraf Kranial
Kanan Kiri
N. I (olfactorius) - -
N. II (opticus)
Visus
Lapang pandang
Warna
Funduskopi
Konfrontasi
RCL
Baik
Baik
Baik
Tidakdilakukan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik
Baik
N. III (occulomotorius)
Ptosis - -
N. IV (troclearis) Baik Baik
N. V (trigeminus)
Mengunyah
Sensibilitas wajah
Reflek kornea
simetris
kanan=kiri
Kanan=kiri
Tidak dilakukan
N. VI (abdusen) Baik Baik
N. VI (abdusen) Baik Baik
N. VII (facialis)
Mencucurkan bibir
Kerut dahi
Tersenyum
Simetris
Simetris
Simetris
4
Perasa lidah
Angkat alis
Tidak dinilai
Kanan=kiri
N.VIII(vestibulococlearis)
Tes rhinne
Tes weber
Tes swabach
- -
N. IX (glossofaringeus)
Posisi uvula
Reflek muntah
Ditengah
Dinilai
N. X (vagus) + +
N. XI (assesorius)
Menoleh
Mengangkat bahu
Baik
Baik
Baik
Baik
N. XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah
Tremor
Atrofi lidah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
5
5
5
5
Refleks fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
++++
++++
Refleks patologis
Hoffman
Tromner
Babinski
+
+
+
+
+
+
5
Chaddok
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Gonda
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keseimbangan dan Koordinasi
Kanan Kiri
Romberg - -
Disdiadokokinesis - -
finger to nose - -
Heel to knee - -
Rebound phenomen - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (03 – 10 – 2015 j: 12.45)
LAB RESULT UNIT NORMALWBC 3,5 10^3/ 3,0 – 10,6LYM 17,6 10^3/ 1.0-5.0MON 6,3 10^3/ 0.1-1.0EOS 0 % 0-3BASO 0 % 0-1RBC 4,19 10^6/ 4.0-6.20HGB 11,1 g/dl 11.0-17.0HCT 30,5 % 35.0-55.0MCV 72,8 80.0-100.0MCH 26,5 Pg 26.0-34.0MCHC 36,4 g/dl 31.0-35.0RDW 14,4 % 10.0-16.0PLT 296 10^3/ 150.0-400.0MPV 7,2 7.0-11.0PCT 0,317 % 0.200-0.50Gula darah sewaktu 86 Mg/dL 70-140
6
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK(05 – 10 - 2015)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN IMMUNOLOGI
HIV (antibody) 26,68 <0,25CD 4 10 400 - 1800
KIMIA KLINIKUreum 15,4 Mg/dL 10 - 45 Kreatinin 0,47 Mg/dL 0,50 – 1,10Asam urat 2,34 Mg/dL 3,4 – 7,2
ELEKTROLITNatrium 133 Mmol/l 135-155Kalium 3,4 Mmol/l 3,5-5,5
Chloride 98 Mmol/l 95-105Calcium 1,10 Mmol/l 1,91-2,45
V. RESUME
Subyekti f
Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar keluarganya dan petugas Lapas
dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 3 hari SMRS. Nyeri kepala dirasakan tiba-tiba, nyeri
tidak membaik walaupun diistirahatkan. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala,
menetap, dan rasanya kepala seperti akan pecah. Nyeri dirasakan sepanjang hari terutama saat
menggerakkan kepala. Nyeri terasa seperti kram. Keluhan disertai demam cukup tinggi,
buang air besar cair semenjak 3 hari SMRS, mual dan muntah setiap kali diisi makanan.
Keluhan tidak disertai dengan kejang dan penurunan kesadaran.
Pasien memiliki riwayat penggunaan obat narkotika seperti heroin ±5 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan keluhan yang sama
sebelumnya disangkal oleh pasien.
7
Obyektif
Pemeriksaan fisik :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 38,30C
Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Brudzinski 1 (+)
Kekuatan motorik : 5 5 Sensorik + +
+ +
Reflek fisiologis + + Reflek patologis - -
+ + + + (Babinski)
VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Nyeri kepala berat, mual, muntah, demam, kaku kuduk,
Brudzinski Test 1,
2. Diagnosis Topis : Meningen
3. Diagnosis Etiologis : Neisseria Meningitidis
VII. DIAGNOSA BANDING
Encephalitis
VIII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 16 tetes per menit
- Paracetamol 3x1
- Manitol 3 x 500 cc
- Dexamethason 4 x 1amp
- Ranitidin 3 x 1 amp
- Ceftriaxone 2x1gr
8
55
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad functionam : ad malam
Quo ad sanationam : ad malam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih
ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis dibagi
menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadipada cairan otak yaitu
meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah
sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab
yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis danvirus.Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifatakut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakterispesifik
maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang
paling sering terjadi. Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan
bersin dan cairantenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama
pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui
pertukaran udaradari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara
hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak
diri di dalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.
10
2.2. Infectious Agent Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai
kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus paling banyak
disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes. Golongan
umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae, Meningococcus dan
Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae,
Neisseria meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20
tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus
dan Listeria.
Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman
Tuberculosis dan virus.Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis
yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus
yang paling sering ditemukan yaitu Mumps virus, Echovirus, dan Coxsackie virus ,
sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan Enterovirus jarang menjadi
penyebab meningitis aseptic (viral).
2.3. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
11
2.3.1. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak,
sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.Durameter
terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak
(periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak
untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2.3.2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan
otakyang meliputi seluruh susunan saraf pusat.Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah
bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.
2.3.3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darahkecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekaterat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara
arachnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi
sel radang.Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang
belakang.
2.4. Patofisiologi Meningitis
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar secara hematogen sampai
keselaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
12
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus cavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak.Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan
sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
neuron.Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
2.5. Gejala Klinis Meningitis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. Meningitis karena virus ditandai dengan
cairan serebrospinal yang jernih sertarasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada
umumnya, meningitis yang disebabkan oleh Mumps virus ditandai dengan gejala
anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum
13
invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echo
virus ditandai dengan keluhan sakit kepala,muntah, sakit tenggorok, nyeri otot,
demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah
wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi
vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan
berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung. Meningitis
bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal.
Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengangejala panas tinggi, mual,
muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makanberkurang, dehidrasi dan
konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang
dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh
Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi
Meningococcus.
Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri
kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung.Cairan serebrospinal tampak
kabur, keruh atau purulen. Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu
stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan
nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat
subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat
badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan
gangguan kesadaran berupa apatis.Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang
timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangat gelisah.
14
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III
atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu
bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
2.6. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
2.6.1. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi
dan rotasi kepala.Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2.6.2. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri.Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135°(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikutirasa nyeri.
2.6.3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.Tanda Brudzinski I positif (+) bila
15
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
2.6.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
2.7. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
2.7.1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
proteincairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekananintrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
2.7.2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
2.7.3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT-Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
16
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
2.8 Epidemilogi Meningitis
2.8.1. Distribusi Frekuensi Meningitis
a. Orang/ Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.
Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara
berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat
terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin
untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus
meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun. Insidens Rate padausia< 5
tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Insidens
Rate menjadi 2,2 per 100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi
rendah, dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang
sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi di
daerah yang disebut dengan the AfricanMeningitis belt, yang luas wilayahnya
membentang dari Senegal sampai ke Ethiopiameliputi 21 negara.Kejadian penyakit
ini terjadi secara sporadis dengan Insidens. Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan
diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun
2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40
per 100.000 penduduk.
17
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
sedangkan di daerah SubSahara puncaknya terjadi pada musim kering. Meningitis
karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika seringterjadi selama musim
panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Di
Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virussebesar 10,9 per
100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada musim panas.
2.8.2. Determinan Meningitis
a. Host/ Pejamu
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerangbayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit
putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi
lebihsering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia
dibawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi.
Diagnosa pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala
meningitis setelah beberapa hari mendapat suntikan BCG.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofareni(1997-2000) di RSUP H. Adam
Malik, menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk
menderita meningitis Tuberculosis sebesar 0,2.32 Penelitian yang dilakukan oleh
Ainur Rofiq(2000) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengenai daya
lindung vaksin TBC terhadap meningitis Tuberculosis pada anak menunjukkan
penurunan resiko terjadinya meningitis TB pada anak sebanyak 0,72 kali bila
18
penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak pernah diberikan BCG.
Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang anak-anak
dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita
campak, Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mump
svirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang
laki-laki daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan di Korea, menunjukkan
resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih besar dibanding perempuan.
b. Agent
Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis
purulenta paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan
Haemophilus influenzae sedangkan meningitis serosa disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah salah satu
penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal akibat
meningitishanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang
lanjut usia. Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji
dandapat menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup
A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita.
Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama
sedangkan diAfrika dan Asia penyebabnya adalah grup A.17 Wabah meningitis
Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000
menunjukkan bahwa 64%merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini
merupakan wabah meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia yang
disebabkan oleh serogroupW135. Secara epidemiologi serogrup A,B,dan C paling
banyak menimbulkan penyakit.
19
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit
flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB
Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada
orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33%
kasus meningitis aseptik, Echovirus dan Enterovirus merupakan penyebab dari 50%
kasus. Resiko untuk terkena aseptik meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering
dibanding perempuan.
c. Lingkungan
Faktor Lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya
meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b adalah
lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup
serumah dengan penderita infeksi saluran pernafasan. Pada umumnya frekuensi
Mycobacterium tuberculosa selalu sebanding dengan frekuensi infeksi Tuberculosa
paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Penyakit
ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengankeadaan sosial ekonomi rendah,
lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat imunisasi. Meningitis karena virus
berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama musim panas karena
pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Lebih sering dijumpai
pada anak-anak daripada orang dewasa. Kebanyakan kasus dijumpai setelah infeksi
saluran pernafasan bagian atas.
2.9. Prognosis Meningitis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus,
anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat
20
menimbulkan cacat berat dan kematian. Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat
menurunkan mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat
akan mengalami sequelle (akibatsisa). Lima puluh persen meningitis purulenta
mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan
perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada
umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua.Angka kematian meningitis
TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu. Penderita meningitis karena
virus biasanya menunjukkan gejala klinis yanglebih ringan, penurunan kesadaran
jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian
penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dandengan pengobatan yang tepat
penyembuhan total bisa terjadi.
2.10. Pencegahan Meningitis
a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan
pola hidup sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat
diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate
vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal
conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella). Imunisasi Hib
Conjugate vaccine (Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat
digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.
Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis
21
Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh
WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12
bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup
diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di
bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi. Meningitis
Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis(antibiotik) kepada
orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita.
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.
Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m²/orang),
ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga
dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan penderita dan
mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan dilingkungan seperti
barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara
meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan
dan setelah dari toilet.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal,
saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas
kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.Dalam mendiagnosa
penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak,
pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen)
22
paru. Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga
penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan
penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu:
b.1. Meningitis Purulenta
b.1.1. Haemophilus influenzae b: ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,
seftriakson.
b.1.2. Streptococcus pneumonia: kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,
seftriakson.
b.1.3. Neisseria meningitidies: penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan
seftriakson.
b.2. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang
beratdapat ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa
prednisone digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan
intrakranial danmengobati edema otak.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan
lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan
ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan
membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang
tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis
jangka panjang.
23
TINJAUAN PUSTAKA
1. Raka S, A.A, dkk. Infeksi pada Sistem Saraf Pusat. Penerbit Pusat Penerbitan dan
Percetakan UNAIR. Bandung. 2011. Hal: 63.
2. Pola penyakit saraf pada penderita HIV/AIDS di RSUP dr. Kariadi Semarang.
Semarang. 2010. Available from: http://eprints.undip.ac.id/23633/1/Nurul_E.pdf
3. Raka S, A.A, dkk. Infeksi pada Sistem Saraf Pusat. Penerbit Pusat Penerbitan dan
Percetakan UNAIR. Bandung. 2011. Hal: 67-71.
4. National Institute of neurogical disorders and Stroke. Neurogical complication of
AIDS fact sheet [online]. Upadate: 2006. Available from:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/aids/detail_aids.htm
5. Khan, Ali N. imaging in CNS toxoplasmosis [online]. [cite on:] Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/344706-overview
24
top related