profil kemampuan kerjasama siswa dalam …digilib.unila.ac.id/24964/3/skripsi tanpa bab...
Post on 01-Feb-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1
Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1
Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama
danpolakerjasamadalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV dan kelas V SD
Negeri 1 Rajabasa.Sampel penelitian adalah siswa kelas IVb dan Va berjumlah 54
siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif sederhana. Instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi, angket siswa, angket guru dan wawancara guru. Data kualitatif
berupa pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh dari lembar
observasi, data kualitatif berupa kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran
IPA diperoleh darilembar observasi dan angket siswa yang dianalisis dengan
menghitung presentase dan di interpretasikan kedalam tabel kriteria kemampuan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA serta diperkuat dengan angket guru dan
wawancara guru.
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kemampuan kerjasama siswa
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa termasuk dalam kriteria
“sedang”sebesar 56%, dengan aspek kemampuan kerjasama yang tertinggi yaitu
“menerima tanggung jawab” dan “berada dalam tugas”. Sedangkan pola
kerjasama yang terbentuk pada siswa SD Negeri 1 Rajabasa yaitu pola kerjasama
berbeda dan pola kerjasama suplementer. Pola kerjasama yang paling menonjol
yaitu pola kerjasama berbeda yang dilakukan oleh 5 kelompok.
Kata kunci:kemampuan kerjasama, pembelajaran IPA, pola kerjasama
PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV dan V Semester Genap SD Negeri 1
Rajabasa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
NURUL ROFIQOTUS SHOLIHAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang, Jawa Barat pada tanggal 09
September 1994, merupakan anak kedua dari dua bersaudara,
pasangan Bapak H. Moh Tarsidi dengan Ibu Hj. Idoh Faridah.
Penulis beralamatkan di Dsn Krajan Desa Sukahaji RT/RW.
04/02, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
No.Hp penulis 08561222108.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Bungur Jaya (2000-2006),
SMP Negeri 2 Jatisari (2006-2009), SMA Negeri 1 Cikampek (2009-2012). Pada
tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1
Cukuh Balak dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kec. Cukuh Balak,
Kabupaten Tanggamus (Tahun 2015), dan melakukan penelitian pendidikan di SD
Negeri 1 Rajabasa untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2016).
ix
MOTTO
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang”. (Q.S Az-Zumar [39]: 53)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas Alva
Edison)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah” (Abu Bakar Sibli)
x
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan skripsi ini
sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada:
Ayahanda tercinta H. Moh Tarsidi dan Ibunda Hj. Idoh Faridah, yang telah
mendidik dan membesarkanku dengan penuh doa terbaik, kesabaran dan
limpahan kasih sayang yang takkan pernah bisa terbalas.
Kakakku tercinta Muhammad Taufik yang selalu memberikan motivasi,
dukungan dan doa terbaik.
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PROFIL KEMAMPUAN KERJASAMA
SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas IV
dan V Semester Genap SD Negeri 1 Rajabasa Tahun Ajaran 2015/2016)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Berti Yolida, S. Pd., M. Pd., selaku Ketua Program Studi dan sekaligus
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga
skripsi ini dapat selesai;
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas atas saran-saran
perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
xii
6. Kepala sekolah SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung, yang telah
memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
7. Teman satu tim skripsi Evi Yunita Sari, Ferlyn Normatilova, Niki Harfa Julita,
terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya;
8. Para sahabat Ratna Yuningsih, Indri Puspita, Lina Yunita Sari, Lala Barodatul
Fauziah, Dwi Rahmawati, Dwi Mustika, Lia Lestari, Dwi Respita, Dian
Puspita Sari, Farhanah yang selalu memberikan semangat yang luar biasa dan
dukungan yang tiada henti;
9. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2012 yang selalu memberikan dukungan.
Akhir kata, Alhamdulillahirobbil’alamiin skripsi ini telah selesai dengan baik dan
penulis persembahkan karya terbaik penulis ini untuk semuanya, harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 21 Desember 2016
Penulis
Nurul Rofiqotus Sholihah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
F. Kerangka Pikir .................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Kerjasama ...................................................................... 9
B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ................................................... 19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 25
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 25
C. Desain Penelitian ................................................................................ 25
D. Prosedur Penelitian ............................................................................. 26
E. Data Penelitian danTeknik Pengumpulan Data .................................. 28
1. Data Penelitian ................................................................................. 28
2. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 28
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 36
B. Pembahasan ......................................................................................... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61
LAMPIRAN
1. Angket Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran IPA ....... 68
2. Angket Peran Guru dan Ketertarikan Siswa dalam Pembelajaran ....... 70
3. Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama Siswa .............................. 71
4. Keterangan dan Skor Kriteria .............................................................. 73
5. Lembar Observasi Pola Kerjasama Siswa ........................................... 74
6. Rubrik Penilaian Angket Kemampuan Kerjasama .............................. 75
7. Rubrik Penilaian Angket Peran Guru dan Ketertarikan Siswa
Dalam Pembelajaran ............................................................................ 76
8. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kemampuan Kerjasama
Siswa .................................................................................................... 77
9. Wawancara Guru .................................................................................. 79
10. Data Penelitian ..................................................................................... 82
11. Silabus Kelas IV ................................................................................... 91
12. RPP Kelas IV ....................................................................................... 95
13. Silabus Kelas V .................................................................................... 110
14. RPP Kelas V ......................................................................................... 126
15. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 136
16. Surat Balasan Penelitian ....................................................................... 137
17. Foto-foto Penelitian .............................................................................. 138
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kisi-kisi angket siswa tentang kemampuan kerjasama dalam
kelompok .......................................................................................... 29
2. Kisi-kisi angket peran guru dalam pembelajaran dan ketertarikan
siswa dalam pembelajaran ................................................................. 29
3. Kisi-kisi lembar observasi tentang kemampuan kerjasama siswa ....... 29
4. Kisi-kisi lembar observasi tentang pola kerjasama siswa .................. 30
5. Daftar pertanyaan wawancara guru .................................................... 30
6. Kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas
IV dan V .......................................................................................... 33
7. Kriteria penilaian angket siswa ......................................................... 34
8. Kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA ..................... 38
9. Kemampuan kerjasama siswa per indikator ....................................... 38
10. Kemampuan kerjasama menurut pendapat siswa .............................. 40
11. Kemampuan kerjasama menurut pendapat siswa per indikator ........... 41
12. Pola kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA .................................. 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir........................................................................ 8
2. Siswa Bermusyawarah dan Berpartisipasi Mengerjakan Tugas .......... 45
3. Siswa Berkomunikasi Untuk Mengurangi Ketegangan ...................... 46
4. Siswa Mengerjakan Tugas Sebagai Tanggung Jawab ......................... 46
5. Siswa Menerima Tanggung Jawab ..................................................... 48
6. Siswa Selalu Berada dalam Tugas ..................................................... 49
7. Siswa Bertanggung Jawab Terhadap Tugas ....................................... 50
8. Siswa Mengerjakan Tugas Bersama-Sama (Pola Suplementer) .......... 54
9. Siswa Mengerjakan Tugas Secara Masing-Masing (Pola Berbeda) .... 57
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia termasuk Indonesia di abad 21 dihadapkan pada sebuah tuntutan akan
pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu
berkompetisi (Widhy, 2013: 1), salah satunya adalah kemampuan
berkomunikasi dan berkerjasama secara efektif dengan berbagai pihak
(BSNP, 2010: 44). Kerjasama timbul karena adanya kesamaan tujuan yang
akan dicapai, tanpa adanya kerjasama tidak akan ada individu, keluarga,
organisasi, serta sekolah (Soekanto, 2007: 66).
Pada kenyataannya saat ini tindakan kerjasama yang terjadi di masyarakat
sudah banyak mengalami perubahan, salah satu kegiatan kerjasama yang
mengalami perubahan yaitu bentuk kerjasama kerukunan seperti gotong
royong. Pada sebagian kecil masyarakat Indonesia bentuk kegiatan
kerjasama gotong royong sudah mengalami perubahan bentuk yakni
digantikan dengan uang (Anggorowati, 2015: 39). Selain kenyataan
kurangnya kerjasama yang terjadi didalam masyarakat, fakta tentang
kurangnya kerjasama juga terjadi di antara siswa. Hal ini dapat terlihat dari
sebuah berita tentang perkelahian yang melibatkan dua orang siswa sekolah
dasar yang berujung pada kematian di SDN 07 Pagi Kebayoran Lama,
2
menurut penuturan dari kepolisian Jakarta Selatan, perkelahian berawal dari
saling ejek ketika perlombaan menggambar, pelaku diduga memukul bagian
dada dan menendang bagian kepala korban (Aziza dalam Kompas, 2015).
Selain itu, berita tentang perkelahian antara siswa SD juga terjadi di SDN
Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, perkelahian bermula
dari perselisihan antara pelaku dan korban yang merupakan teman sekelas,
perkelahian ini mengakibatkan luka parah pada korban sehingga berujung
pada kematian (Sugiyarto dalam Tribunnews, 2014).
Kondisi yang memperhatinkan di kalangan siswa tersebut sudah jelas
memperlihatkan masih rendahnya kemampuan kerjasama diantara siswa.
Sehingga untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik dan berkarakter
serta yang mempunyai kemampuan kerjasama harus disiapkan melalui
sebuah pendidikan, salah satunya dengan pendidikan IPA. Karena bila IPA
diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, serta bila IPA
diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak,
maka IPA tidak hanya mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka, dan
mata pelajaran IPA mempunyai nilai- nilai pendidikan yang dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 4).
Pada saat ini pendidikan IPA telah mengalami pergeseran yang lebih
menekankan proses belajar mengajar dan metode penelitian yang
menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkontribusi
pengetahuannya (Tawil, 2014: 3). Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
3
proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi karena IPA memiliki
upaya untuk membangkitkan minat manusia serta pemahaman tentang alam
semesta. Pembelajaran IPA pada saat ini dilaksanakan dengan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (critical
thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan
menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi (Widhy, 2013: 11).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru
IPA kelas IV dan kelas V di SD Negeri 1 Rajabasa diketahui bahwa
pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
sudah menggunakan metode diskusi, namun hanya pada materi tertentu saja.
Sehingga dengan kondisi seperti ini sudah dapat memberikan kesempatan
siswa untuk bekerjasama dengan baik dan menumbuhkan interaksi sosial
dengan siswa lainnya, tetapi tidak semua guru kelas V di SD Negeri 1
Rajabasa menggunakan metode diskusi, hanya guru kelas Va saja yang
terkadang menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA.
Banyak penelitian tentang peningkatan kerjasama siswa dalam
pembelajaran, salah satunya penelitian Apriyani (2012) dengan hasil adanya
peningkatan kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran tutor sebaya di SMP Negeri 1 Karangnongko Kelas
VIII A. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang meliputi keterlibatan dalam
kerja kelompok sebelum tindakan 35,29% dan setelah tindakan 70,59%,
tanggung jawab dalam kerja kelompok sebelum tindakan 29,41% setelah
4
tindakan 64, 70%, dan kepercayaan dalam kerja kelompok sebelum tindakan
17,70% dan setelah tindakan 58,82%.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
kerjasama harus ditanamkan dari sejak dini dalam jenjang pendidikan
terutama dalam jenjang pendidikan sekolah dasar. Pada usia siswa sekolah
dasar yaitu 7- 12 tahun masih memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu
yang sangat tinggi dan pada pembelajarannya masih belajar secara tematik,
sehingga dapat membentuk karakter atau kepribadian anak secara
keseluruhan yang salah satunya memiliki kepribadian bekerjasama yang
baik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis perlu melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Profil Kemampuan Kerjasama Siswa
dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Negeri 1 Rajabasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung?
2. Bagaimana pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran
IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung?
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Profil kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran
IPA di SD Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung
2. Pola kerjasama siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SD
Negeri 1 Rajabasa Bandar Lampung
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Dapat memberi wawasan atau gambaran jika kelak menjadi guru untuk
melatih kemampuan kerjasama pada siswa, terlebih melatih
kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPA.
2. Guru
Dapat memberikan wawasan serta informasi untuk melatih
keterampilan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah
dasar.
3. Sekolah
Memberikan informasi dalam perbaikan proses pembelajaran serta
untuk meningkatkan mutu pembelajaran terutama dalam pembelajaran
IPA.
6
E. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kerjasama merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan siswa
untuk saling berbagi ilmu dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
2. Profil kemampuan kerjasama yang diukur meliputi aspek musyawarah
di dalam kelompok,partisipasi dalam kelompok, menerima tanggung
jawab, mengurangi ketegangan, dan berada dalam tugas.
3. Pola kerjasama adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap
anggota kelompok, ciri-ciri untuk melihat pola kerjasama yaitu tidak
ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, anggota harus berkumpul,
tugas dikerjakan secara bersama-sama, adanya pembagian tugas oleh
ketua kelompok, setiap anggota memiliki peran tugasnya masing-
masing, dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang
dibagikan lalu berkumpul untuk mendiskusikan.
4. Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan
mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan
manusia. Materi IPA pada semester genap untuk kelas IV mencakup
gaya; energi panas dan bunyi; energi alternatif; permukaan bumi dan
benda langit; lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan;
sumber daya alam. Sedangkan untuk materi IPA kelas V pada
semester genap mencakup hubungan gaya, gerak dan energi; sifat-sifat
cahaya; tanah dan pembentukkan tanah; struktur bumi; air; dan
sumber daya alam.
7
F. Kerangka Pikir
Keberhasilan proses pembelajaran IPA di kelas banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor pendukung seperti suasana sekolah, suasana kelas, guru,
metode pembelajaran, bahan ajar, serta kurikulum. Suasana sekolah dan
suasana kelas yang kondusif akan berpengaruh kepada kegiatan
pembelajaran IPA di kelas sehingga dapat membentuk peserta didik
berkelakuan baik dan dapat meningkatnya prestasi akademik. Selain itu,
dalam pembelajaran guru memiliki peranan sangat penting seperti dalam
menggunakan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran IPA guru
harus berinovasi mengunakan metode pembelajaran tidak selalu
menggunakan metode konvensional secara terus menerus karena metode
konvensional hanya mengarah pada satu arah, sesekali guru harus
menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
akademik siswa. Oleh karena itu, dalam pencapaian keberhasilan proses
kegiatan pembelajaran guru merupakan faktor pendukung yang memiliki
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar yang digunakan oleh guru juga merupakan faktor terpenting
yang berikutnya dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran IPA, karena
bahan ajar merupakan representasi dari penjelasan guru didepan kelas serta
bahan ajar juga memiliki kedudukan untuk mencapai kompetensi inti yang
dikehendaki. Faktor terakhir yaitu kurikulum, kurikulum merupakan suatu
faktor yang paling pokok dalam kegiatan pembelajaran karena kurikulum
8
merupakan pedoman atau acuan bagi guru dalam melakasanakan proses
pembelajaran.
Apabila semua faktor-faktor yang mendukung suatu kegiatan pembelajaran
IPA sudah dilaksanakan dengan baik maka kegiatan pembelajaran IPA di
kelas akan berhasil. Keberhasilan kegiatan pembelajaran IPA ini nantinya
akan menghasilkan produk siswa yang memiliki kemampuan kerjasama
yang baik .
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Suasana
Sekolah
Suasana
Kelas
Metode
Pembelajaran Bahan Ajar
Kurikulum Kegiatan Pembelajaran IP
Kemampuan Kerjasama
Siswa
Guru
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Kerjasama
Kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang
atau pihak lain yang tercermin dalam satu kegiatan yang menguntungkan
sumua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma
yang mengatur (Zainudin dalam Nasia, 2014: 65). Sementara itu, menurut
Jhonson dalam Fitri (2015: 2) kerjasama merupakan sifat sosial bagian dari
kehidupan masyarakat yang tidak bisa dielakkan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan kerjasama menurut Soekanto (2007: 66)
adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, tanpa adanya kerjasama,
tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.
Bekerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal
daripada jika bekerja sendirian. Sebuah riset yang dilakukan pada bidang
aktivitas dan upaya manusia membuktikan bahwa jika dilakukan dengan
adanya kerjasama secara kelompok maka akan mengarah pada efesiensi dan
efektivitas yang lebih baik (West dalam Nurnawati, 2012: 2).
10
Mengenai manfaat kerjasama bagi manusia sebagai makhluk sosial dalam
melangsungkan kehidupannya, Surminah (2013: 104) menuliskan enam
manfaat kerjasama sebagai berikut:
“Kerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan
peningkatan produktivitas; Kerjasama mendorong berbagai upaya
individu agar dapat bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien;
Kerjasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya
operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan
kemampuan bersaing meningkat; Kerjasama mendorong terciptanya
hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta meningkatkanrasa
kesetiakawanan; Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta
meningkatkan semangat kelompok; Kerjasama mendorong ikut serta
memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga
secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi
yang telah baik”.
Lima karakterisitik suatu kelompok kerjasama menurut Jhonson (dalam
Ihsan, 2014: 7) pertama, adanya ketergantungan antara individu- individu
dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Kedua, adanya interaksi atau tatap
muka diantara anggota kelompok. Ketiga, adanya akuntabilitas dan tanggung
jawab personal dari setiap anggota kelompok. Keempat, adanya keterampilan
komunikasi interpersonal dan kelompok kecil. dan yang kelima adanya
keterampilan kerjasama dalam sebuah kelompok.
Jenis kerjasama berdasarkan kedudukan atau status pelaku dapat dibedakan
menjadi dua menurut Saputra (2005: 42) yakni kerjasama setara dan
kerjasama tak setara. Jenis kerjasama setara terjadi antara dua orang yang
mempunyai kedudukan yang sama, seperti kerjasama anak dengan anak. Serta
kerjasama tak setara, jenis kerjasama ini terjadi antara orang dengan
kedudukan atau posisi berbeda, namun keduanya saling membutuhkan dan
saling menguntungkan. Sedangkan jenis kerjasama berdasarkan proses
11
kerjanya dapat dibedakan menjadi tiga yakni kerjasama berkawan, kerjasama
ini dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menambah kesenangan
dalam rangka melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka.
Kerjasama suplementer, jenis kerjasama ini harus dilakukan secara langsung
dan bersama untuk mencapai tujuan bersama, setiap anggota harus berkumpul
untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara bersama-sama. dan yang
terakhir adalah kerjasama berbeda, kerjasama ini dilakukan melalui
pembagian tugas secara teratur, kegiatan terbagi-bagi dan tidak sama satu
orang dengan yang lainnya.
Kerjasama dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi kerjasama spontan
(spontaneous cooperation) yaitu kerjasama serta merta, tanpa adanya suatu
perintah atau tekanan tertentu. Kerjasama langsung (directed cooperation)
yaitu kerjasama yang berasal dari perintah atasan atau penguasa. Kerjasama
kontrak (contractual cooperation) yaitu kerjasama atas dasar atau perjanjian
tertentu. Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation) yaitu kerjasama
sebagai sistem sosial (Soekanto, 1990). Apabila dilihat dari pelaksanaannya,
kerjasama memiliki bentuk- bentuk seperti kerukunan, yaitu bentuk
kerjasama yang meliputi gotong royong dan tolong menolong. Kerjasama
yang umumnya terjalin di dalam masyarakat merupakan bentuk kerjasama
tradisional seperti gotong royong. Gotong royong merupakan salah satu
budaya khas Indonesia yang sarat akan nilai luhur, dan terus menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai (Anggorowati, dkk.,
2015: 39). Kedua, bargaining yaitu pelaksanaan pertukaran barang dan jasa
antara organisasi atau lebih sesuai perjanjian. Selanjutnya kooptasi (co-
12
optation) yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam organisasi demi kestabilan organisasi yang
bersangkutan. Koalisi (coalition) yaitu perpaduan dua organisasi atau lebih
dengan tujuan yang sama. Serta yang terakhir joint-venture yaitu kerjasama
dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya perfilman, pemboran
minyak, pertambangan, dan perhotelan (Sunaryo, 2004: 267).
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerjasama yaitu:
(a) faktor lingkungan keluarga, dalam faktor lingkungan keluarga terdapat
beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kerjasama seperti status
ekonomi keluarga, apabila perekonomian keluarga baik maka terdapat
peluang untuk mengembangkan kerjasama. Keutuhan keluarga, keluarga yang
lengkap akan memberikan kesempatan lebih baik untuk dapat menjalin
interaksi dalam kehidupan sehari-hari tetapi jika keluarga yang broken home
akan mempengaruhi kemampuan berinteraksi karena ada rasa malu dan
kurang percaya diri, dan hal yang mempengaruhi kemampuan kerjasama yang
terkhir yaitu sikap dan kebiasaan orang tua. (b) faktor dari luar rumah, faktor
ini biasanya meliputi lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah
(Rachmawati, 2010: 15).
Menurut Smith (dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major,
2012: 13) kerjasama dalam pembelajaran bukan hanya sekedar membuat para
pelajar duduk bersama dalam sebuah meja untuk saling berbicara antara satu
dengan yang lain sambil mengerjakan tugas-tugas individual mereka.
Kerjasama lebih luas dari sekedar berdekatan secara fisik dengan pelajar lain,
13
mendiskusikan materi dengan pelajar lain, atau berbagi materi di antara para
pelajar, meskipun semua ini memang penting di dalam pembelajaran.
Menurut Dillenbourg (dalam Santoso, 2013: 16) pembelajaran kolaboratif
adalah suatu situasi di mana dua orang atau lebih belajar atau mencoba
belajar sesuatu secara bersama-sama. Sedangkan menurut Jhonson (dalam
Gillies, 2009: 933) pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
merupakan praktik pedagogis yang telah menarik banyak penelitian selama
tiga dekade terakhir, karena penelitian menunjukkan sebagian besar siswa
baik dalam akademis maupun sosial memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan pembelajaran kolaboratif menurut Sulhan (dalam Funali, 2014: 60-61)
yaitu untuk memaksimalkan proses kerjasama yang terjadi secara alamiah
antar siswa, menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, mendorong eksplorasi bahan pengajaran yang melibatkan
bermacam- macam sudut pandang, menghargai pentingnya konteks sosial,
menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai
diantara siswa ataupun diantara siswa dengan guru, serta membangun
semangat belajar sepanjang hayat.
Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator.
Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan
proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus
14
dilakukan jika siswa mengalami kesulitan, dan membantu mereka belajar
tentang bagaimana caranya belajar (Utomo, 2011: 54).
Langkah- langkah pembelajaran kolaboratif menurut Sulhan dalam Funali
(2012: 61)
a. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas
sendiri-sendiri
b. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis
c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,
mendemontrasikan, meneliti menganalisis, dan memformulasikan
jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang
ditemukan sendiri
d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah,
masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap
e. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas
f. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan elaborasi, inferensi, dan
revisi terhadap laporan yang akan dikumpulkan
g. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah di
kumpulkan disusun perkelompok kolaboratif
h. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada
pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Suatu pembelajaran yang menitikberatkan kerjasama dapat efektif digunakan
apabila terdapat unsur-unsur sebagai berikut: (1) guru menekankan
15
pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru
menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin
menanamkan tutor sebaya atau belajar dengan teman sendiri, (4) guru
menghendaki pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki
kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah (Sanjaya dalam
Rusman, 2015: 206).
1. Pola Kerjasama
Pola kerjasama yang sering terjadi dalam proses pembelajaran, dan memiliki
beberapa karakteristik seperti tim berbagi tugas untuk mencapai tujuan
pembelajaran, diantara anggota tim saling memberi masukan untuk lebih
memahami masalah yang dihadapi, para anggota tim menguasakan kepada
anggota lain untuk berbicara dan memberi masukkan, serta karakteristik yang
terakhir diantara anggota tim ada saling ketergantungan (Ihsan, 2014: 9 ).
Agar pembelajaran yang menitik beratkan pada kerjasama dapat berhasil
dengan baik, penting untuk membentuk kelompok yang efektif,
pembentukkan kelompok yang efektif dapat dilihat dari jenis kelompok, yaitu
kelompok dapat bersifat formal, informal atau dasar. Kemudian dapat dilihat
dari ukuran kelompok, biasanya ukuran kelompok dalam kerja kolaboratif
berkisar antara dua sampai enam siswa. Selanjutnya dapat dilihat dari
keanggotaan kelompok, dalam memilih keanggotaan kelompok dapat
menggunakan banyak cara seperti keanggotaan dapat dipilih secara acak,
dapat dipilih oleh siswa, atau ditentukkan oleh guru (Barkley, E Elizabert., K.
P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 65).
16
Guru menggunakan berbagai strategi untuk pembagian kelompok kecil, salah
satunya yaitu campuran gender. Mencoba untuk menyeimbangkan antara
perempuan dan laki-laki. Tetapi dalam pembentukkan kelompok guru juga
memilih berdasarkan kemampuan, dan persahabatan. Selain itu, ukuran
kelompok untuk empat orang sedapat mungkin anggotanya terdiri dari dua
orang laki-laki dan dua orang perempuan, karena kelompok ini akan bekerja
secara baik dan benar-benar pandai (Gillies, 2009: 935). Sebuah studi pada
interaksi siswa selama pelajaran matematika menurut Web (dalam Gillies,
2009: 935) menemukan bahwa jika jumlah anak laki-laki sedikit dalam
kelompok mereka cenderung berinteraksi dengan lebih satu sama lain dan
mengabaikan teman perempuan pada kelompok. Sebaliknya, jika dalam
kelompok lebih banyak perempuan daripada laki-laki maka anak perempuan
akan menghabiskan waktu lebih untuk melibatkan dalam diskusi. Namun, jika
jumlah laki-laki dan perempuan dalam kelompok seimbang maka akan sama-
sama interaktif dan tidak ada perbedaan dalam pencapaian hasil.
Membagi peran bagi setiap anggota kelompok berrtujuan untuk membuat
siswa bersedia berpartisipasi dengan kelompok. Menurut Millis dan Cotell
(dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major, 2012: 78- 79)
mendefinisikan enam peran umum dalam kelompok, yaitu:
1. Fasilitator berperan sebagai pemimpin diskusi tim, dan membagi setiap
anggota kelompok mengerjakan tugas agar semua anggota kelompok
dapat berpartisipasi serta memiliki kesempatan untuk belajar.
2. Pencatat bertugas untuk mencatat semua kegiatan dan mecatat rangkuman
diskusi, serta melengkapi tugas tertulis untuk dikumpulkan kepada guru
17
3. Pelapor berperan sebagai juru bicara dalam kelompok untuk
menyimpulkan dan merangkum kegiatan- kegiatan kelompok, pelapor
juga membantu pencatat dalam mempersiapkan lembar kerja.
4. Pencatat waktu bertugas untuk selalu menyadari batas waktu yang
dimiliki, menjaga agar semua anggota kelompok berada dalam tugasnya,
bila ada anggota yang tidak hadir maka pencatat waktu dapat
menggantikan peran anggota tersebut.
5. Pemonitor berkas berperan sebagai pengambil berkas, mendistribusikan
semua materi kepada semua anggota kelompok dan mengembalikan
semua lembar tugas kepada semua anggota kelompok.
6. Kartu liar bertugas untuk menggantikan peran dari anggota kelompok
yang tidak hadir.
Beberapa tipe kelas yang memang lebih kondusif bagi kerja kelompok
menurut Silberman (dalam Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H.
Major, 2012: 77) menuliskan tipe kelas sebagai berikut:
a. Auditorium atau aula bangku tetap
Siswa duduk berdekatan membentuk pasangan atau trio. Meski
pasangan dapat membalik tempat dudukunya selama beberapa saat
untuk bekerjasama dengan orang yang duduk dibelakang.
b. Laboratorium
Tempat yang paling banyak memiliki ruang- ruang kerja di mana
kelompok dapat bekerja sama. Kelompok dengan berbagai ukuran dapat
dibentuk dan dibentuk ulang sepanjang sesi kelas bergantung sesi
laboratorium
c. Kursi- kursi yang dapat berpindah
Siswa dapat membentuk pasangan atau kelompok kecil karena siswa
tidak memiliki tempat kerja khusus untuk satu kelompok.
d. Meja- meja yang dapat berpindah
Fleksibilitas yang ditawarkan oleh jenis penataan seperti ini
membuatnya ideal untuk beberapa macam kegiatan kelompok. Meja-
meja dapat ditarik menjadi satu untuk menciptakan sebuah meja
18
konferensi yang besar. Meja- meja dan kursi juga dapat diatur
membentuk pola U.
e. Seminar
Bagi kelas menjadi dua atau tiga tim, satu tim dapat bekerja di bagian
tengah meja, dan tim lainnya dapat bekerja di dua sudut atau ujung
meja lainnya.
2. Profil Kerjasama
Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Desi, 013: 4) terdapat empat profil
kerjasama yaitu : (1) mendengarkan dengan sopan ketika orang lain berbicara
dan memulai berbicara setelah orang lain selesai berbicara. (2) menghormati
dan menghargai ide-ide atau gagasan-gagasan yang diberikan oleh orang lain.
(3) merumuskan dan menangkap ide-ide yang diberikan oleh orang lain
sebelum menyatakan ketidaksetujuan. (4) melakukan intrupsi dengan sopan.
Serta yang terakhir yaitu mendorong setiap orang atau setiap anggotanya
untuk berpartisipasi di dalam kelompok.
Peran yang harus dikembangkan siswa dalam berkelompok adalah: (1)
mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan akan dilaksanakan dan
mengajukkan alternative untuk pemecahan masalah, (2) menerangkan, yaitu
menjelaskan kepada anggota kelompok lain, (3) bertanya, yaitu mengajukkan
pertanyaan untuk mengumpulkan informasi, (4) mengkritik, memberikan
sanggahan dan mempertanyakan gagasan/ide yang diajukkan, (5) penengah,
yaitu meredakan konflik dalam kelompok dan meminimalkan ketegangan
yang terjadi diantara anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus
bertanggung jawab dalam kerja berkelompok yaitu bertanggung jawab
terhadap tugas dan menyelesaikan tepat waktu (Ihsan, 2014: 10).
19
B. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena
IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman
tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap
dan masih bersifat rahasia sehingga sehingga penemuannya dapat
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari (Suhendi, 2012: 228).
Proses belajar dan mengajar IPA di sekolah dasar masih sangat statis, sekedar
mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukan dan siswa
kurang diajak berpartisipasi secara aktif baik secara fisik maupun secara
mental. Dengan situasi pembelajaran yang statis interaksi guru dengan siswa,
serta siswa dengan lingkungan belajarnya menjadi kurang optimal (Medriati,
2011: 51). Menurut Depdiknas (dalam Putrama, 2012: 81) pembelajaran IPA
di SD/ MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah. Menurut Cullingford (dalam Sari, 2010: 87) dalam pembelajaran IPA
anak harus diberikesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu, hal ini
akan mendorong anak untuk mengembangkan cara berfikir logis.
Konteks IPA sesuai dalam hakekat pembelajarannya mengandung tiga hal
yaitu konten atau produk, proses atau metode, dan sikap (Carin dan Sund
20
dalam Astuti, R., W. Sunarno., dan S. Sudarisman, 2012: 52). Hakekat IPA
yang pertama yaitu IPA sebagai proses, proses dari upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam, artinya bahwa diperlukan suatu cara tertentu
yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam
yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk
sudut pandang yang baru tentang obyek yang diamati (Darmodjo, 1992: 5).
Hakekat IPA yang kedua yaitu IPA sebagai produk memiliki komponen yang
terdiri atas hukum dan teori, di dalam hukum dan teori itu terdapat komponen
yang lebih kecil lagi yang disebut konsep, konsep merupakan produk dari
proses ilmiah (Sukowati, 2014: 70). Serta Hakikat IPAyang terakhir yaitu
IPA sebagai sikap, selain ada keterampilan proses yang dimiliki serta produk
yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang muncul setelah proses
tersebut dilalui yaitu: terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan,
bertanggung jawab, bekerjasama, dan lain-lain (Siahaan, 2010: 3).
Tujuan kurikulum KTSP untuk pendidikan dasar adalah untuk meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP, 2006:
10). Tujuan pengembangan kurikulum satuan tingkat pendidikan dalam
cakupan mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri (Karsidi, 2007: 3).
21
Pembelajaran IPA untuk jenjang sekolah dasar dan sederajat menggunakan
metode pembelajaran tematik terintegratif, dalam metode ini materi ajar tidak
disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu namun dalam bentuk tema-
tema yang mengintegrasikan semua mata pelajaran (Anshori, 2014: 42). Ciri-
ciri pembelajaran tematik terintegratif: (a) berpusat pada anak; (b)
memberikan pengalaman langsung pada anak; (c) pemisahan antar muatan
pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam
kegiatan); (d) menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan
lainnya); (e) bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran); (f) hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
(melalui penilaian proses dan hasil belajarnya) (Mawardi, 2014: 110).
Dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik
memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingakat
perkembangan dan kebutuhan anak;
2. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik bertolak
belakang dari minat dan kebutuhan siswa;
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar
dapat bertahan lebih lama;
4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa;
menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
22
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Rusman, 2012:
257-258).
Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan perubahan paradigma
pembelajaran dari pembelajaran konvensional yang hanya dilakukan dikelas
menjadi pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang
disarankan dalam kurikulum 2013 harus menerapkan pendekatan saintifik
(Sani, 2014: 5). Menurut Dyer (dalam Sani, 2014: 53) pendekatan saintifik
(scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses
pembelajaran antara lain mengamati, menanya, mencoba/mengumpulakan
informasi, menalar/ asosiasi, membentuk jejaring.
Pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik antara lain :
a. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana
guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah atau proses
menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan
tentang hasil pemecahan masalah (Darmodjo dalam Pusung, 2012).
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Irjan, 2008).
23
b. Pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah suatu tipe
pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri
dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari
hasil percobaan tersebut (Joolingen dalam Putrayasa, 2014: 3). Model
pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1)
menambah pengalaman siswa dalam belajar, 2) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan sumber pengetahuan selain
buku, 3) menggali kreatifitas siswa, 4) mampu meningkatkan rasa percaya
diri pada siswa, dan 5) meningkatkan kerja sama antar siswa (Putrayasa,
2014: 3).
c. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan
pembelajaran yang inovatif yang menekankan pada kegiatan kompleks
dengan tujuan pemecahan masalah dengan berdasar pada kegiatan inkuiri
(Leviantan dalam Ramadhani, 2013: 5). Pada pembelajaran berbasis
proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam
kelompok yang heterogen. Pembelajaran berbasis proyek memiliki
potensi yang sangat besar untuk melatih proses berpikir siswa yang
mengarah pada keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir
kritis dikembangkan di setiap tahapan pembelajaran model pembelajaran
berbasis proyek, dan pada pembelajaran berbasis proyek guru berperan
sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa (Sastrika, 2013: 3).
d. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap memiliki karakteristik
24
pembelajaran saintifik. Pada pembelajaran berbasis masalah , peserta
didik dituntut aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan
dengan jalan memecahkan masalah, peserta didik akan mengeksplorasi
sendiri konsep-konsep yang harus mereka kuasai, dan peserta didik
diaktifkan untuk bertanya dan beragumentasi melalui diskusi, mengasah
keterampilan investigasi, dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya
(Permana dalam Fauziah, Resti., A. G. Abdullah., dan D. L. Hakim 2013:
168). Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa
kelebihan/keunggulan menurut Margondoller dan Bellisimo dalam
Wasonowati (2014: 68). yaitu: (1) dapat membangun dan meningkatkan
kerjasama dan komunikasi antar siswa, (2) siswa dibiasakan untuk
menemukan serta mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga belajar
akan menjadi lebih bermakna, dan (3) dapat meningkatkanaktivitas siswa,
siswa yang mempunyai rata-rata keterampilan dan pengetahuan yang
rendah akan belajar lebih giat dan aktif .
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 28 Maret sampai dengan 7 April
2016 di SD Negeri 1 Rajabasa Bandarlampung semester genap tahun ajaran
2015/2016.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan kelas V yang
berjumlah 106 siswa. Sampel dalam penelitian yaitu kelas IVb berjumlah 23
siswa dan kelas Va berjumlah 31 siswa yang dipilih melalui teknik purposive
sampling (Margono, 2010: 128). Pemilihan sampel ini didasarkan atas
kriteria-kriteria tertentu yaitu berdasarkan pada penggunaan metode diskusi
yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana
(Sudaryono, 2013: 9). Desain deskriptif sederhana dilakukan untuk
mengambil informasi langsung yang ada dilapangan tentang deskripsi profil
kemampuan kerjasama siswa di kelas IV dan V SD Negeri 1 Rajabasa dalam
pembelajaran IPA.
26
D. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam prosedur penelitian terdiri dari dua tahap,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi kesekolah
tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti yaitu
kelas IV dan kelas V.
c. Melakukan diskusi dengan guru yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
IPA, dan di dapatkan informasi dari guru kelas IV bahwa semua guru
terkadang menggunakan metode diskusi pada pembelajaran IPA pada
materi tertentu , sedangkan guru kelas V hanya satu kelas yang
menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA yaitu guru kelas
V a.
d. Menetapkan sampel penelitian yang berdasarkan penggunaan metode
diskusi yang dilakukan oleh guru yaitu siswa kelas IVb dan Va
e. Membuat instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu
lembar observasi mengenai profil kemapuan kerjasama siswa dalam
kelompok, angket yang diberikan kepada siswa, angket tentang peran
guru dalam pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran,
serta lembar wawancara yang ditujukkan kepada guru guna untuk
27
mempertegas jawaban dari angket yang telah diberikan kepada guru
serta mempertegas jawaban dari angket siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengamatan dikelas pada saat guru melakukan
pembelajaran IPA selama dua kali pertemuan pada masing-masing
kelas.
b. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi dan video terkait dengan profil kemampuan kerjasama dan
pola kerjasama siswa selama pembelajaran kelompok.
c. Memberikan angket kepada guru tentang proses belajar mengajar serta
ketertarikan siswa dalam pembelajaran IPA serta melakukan
wawancara kepada guru yang bertujuan untuk mempertegas jawaban
angket yang telah diberikan.
d. Memberikan angket kepada siswa tentang kemampuan kerjasama
yang dilakukan dalam pembelajaran IPA.
e. Menganalisis hasil observasi siswa dan memberikan skor terkait
dengan kemampuan kerjasama siswa dengan rumus yang sudah dibuat
sebelumnya.
f. Mendeskripsikan profil kemampuan kerjasama siswa menggunakan
kriteria yang sudah dibuat yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat
rendah, dan rendah.
g. Mendeskripsikan pola kerjasama siswa berdasarkan pengamatan
28
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian
ini yaitu berupa profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran
IPA dilihat berdasarkan kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat
rendah, dan rendah. Serta pola kerjasama siswa yang terbentuk pada saat
diskusi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan instrument penelitian sebagai berikut:
a. Angket (Questionnaire)
Pengumpulan data pada penelitian diambil dengan menggunakan
angket (questionnaire) yang mengacu pada Sudaryono (2013: 30).
Angket ini diberikan kepada siswa dan guru, angket yang diberikan
kepada siswa berkaitan dengan kemampuan kerjasama siswa dalam
pembelajaran IPA pada saat diskusi kelompok, yang berisi 19 butir
pertanyaan. Sedangkan angket yang diberikan kepada guru berkaitan
dengan peranan guru dalam proses pembelajaran dan ketertarikan siswa
dalam pembelajaran yang berjumlah 10 butir pertanyaan.
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang Kemampuan Kerjasama
No. Aspek yang diukur Nomor Item
1 Musyawarah dalam kelompok 1,2,3,4,5
2 Partisipasi dalam kelompok 6,7,8,9
3 Menerima tanggung jawab 10,11,12,13
29
4 Mengurangi keteganggan 14,15,16
5 Berada dalam tugas 17,18,19
(Sumber: dimodifikasi dari Apriyani dan Harta, 2013; Maryanah, 2014;
Rusman, 2012; Purnomo, 2008).
Tabel 2. Kisi- Kisi Angket Peranan Guru dalam Pembelajaran dan
Ketertarikan Siswa dalam Pembelajaran
No. Indikator Nomor Item
1 Ukuran kelompok 1
2 Partisipasi guru dalam kelompok 2, 3
3 Penugasan oleh guru 4
4 Partisipasi siswa dalam pembelajaran 5, 6,
5 Ketertarikan siswa dalam pembelajaran 7, 8, 9, 10
(Sumber: BPPTKPU Dinas Pendidikan Jawa Barat 2011)
b. Observasi
Pengumpulan data dalam penelitian diambil menggunakan lembar
observasi (Margono, 2010: 58). Lembar observasi ini digunakan untuk
mendiskripsikan profil kemampuan kerjasama siswa yang terjadi pada
saat pembelajaran IPA dan untuk mendeskripsikan pola kerjasama yang
ditemukan pada setiap kelompok di kelas IV dan V SD Negeri 1
Rajabasa Bandarlampung pada saat diskusi.
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Kemampuan
Kerjasama Siswa
No. Aspek yang diukur Nomor Item
1 Musyawarah dalam kelompok 1, 2, 3, 4, 5
2 Partisipasi dalam kelompok 1, 2, 3, 4
3 Menerima tanggung jawab 1, 2, 3, 4
4 Mengurangi keteganggan 1, 2, 3
5 Berada dalam tugas 1, 2, 3
(Sumber: dimodifikasi dari Apriyani dan Harta, 2013; Maryanah, 2014;
Rusman, 2012; Purnomo, 2008).
30
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Pola Kerjasama
Siswa
Pola kerjasama Ciri-ciri Nomer
item
Kerjasama
Suplementer
Tidak ada pembagian tugas oleh ketua
kelompok 1
Anggota harus berkumpul 2
Tugas dikerjakan secara bersama-sama 3
Kerjasama
Berbeda
Setiap anggota memiliki peran tugasnya
masing-masing 1
Dikerjakan secara individu sesuai dengan
tuas yang dibagikan lalu berkumpul
untuk mendiskusikan
2
(Sumber: Saputra, 2005: 42)
c. Wawancara
Pengumpulan data penelitian diambil menggunakan teknik wawancara
(Sudaryono, 2013: 35). Wawancara ditujukkan kepada guru untuk
mempertegas jawaban angket guru tentang peranan guru dalam
pembelajaran dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran kelompok,
selain itu juga wawancara bertujuan untuk mempertegas jawaban dari
angket siswa tentang profil kemampuan kerjasama dalam pembelajaran
IPA.
Tabel 5. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru
No Pertanyaan
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu membentuk kelompok di dalam
kelas, berdasarkan :
a. Gender (homogen/heterogen)
b. Nilai siswa
c. Absen siswa yang sesuai dengan abjad
d. Urutan nomer absen ganjil atau genap
e. Kemauan siswa sendiri
f. Sikap atau karakteristik siswa
2. Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang Bapak/
Ibu buat?
3. Apakah dalam penilaian kelompok, Bapak/Ibu memperhatikan
31
cara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi?
4. Apakah dalam diskusi Bapak/Ibu mengatur jalannya diskusi
pada masing-masing kelompok?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendorong siswa untuk belajar
dalam kelompok?
6. Bentuk tugas seperti apa yang Bapak/Ibu berikan dalam
diskusi?
7. Apakah Bapak/Ibu mendorong siswa mendengarkan gagasan
dan pikiran siswa lainnya?
8. Bagaimana Bapak/Ibu mengingatkan siswa untuk berperan
aktif dalam diskusi?
9. Apakah siswa menyenangi pembelajaran kelompok?
10 Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajar
dari siswa lain?
11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran
antar sesama mereka?
12. Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPA
secara berkelompok?
d. Dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan proses pembelajaran guna dijadikan alat
ukur. Pengumpulan data penelitian berupa rekaman video dan foto-foto
(Sudaryono, 2013: 41). Selain rekaman video dan foto, pada penelitian
ini juga melampirkan dokumentasi RPP dan silabus yang digunakan
oleh guru yang bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran IPA.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Data penelitian berupa profil kemampuan kerjasama siswa dalam
pembelajaran IPA, yang diperoleh dari hasil lembar observasi, angket yang
diberikan kepada guru dan siswa, serta wawancara yang diberikan kepada
guru bertujuan untuk mempertegas jawaban dari angket guru dan siswa.
Kemudian lembar observasi, dan angket siswa dianalisis dan dideskriptifkan
32
yang berguna untuk menunjang data penelitian. Selain itu, angket guru dan
wawancara dideskriptifkan untuk menunjang penelitian.
A. Analisis kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA dan
pola kerjasama siswa berdasarkan Lembar Observasi
Adapun langkah-langkah analisis lembar observasi pada penelitian ini
sebagai berikut:
a. Memberikan ceklis pada lembar observasi mengenai pola kerjasama
dengan menyesuaikan ciri-ciri/karakteristik yang terlihat dikelompok
dengan ciri-ciri/karakterisitik yang sudah ditentukan, seperti pola
kerjasama suplementer memiliki ciri-ciri (1). Tidak ada pembagian
tugas oleh ketua kelompok, (2). Anggota harus berkumpul, (3). Tugas
dikerjakan secara bersama-sama. Sedangkan pola kerjasama berbeda
memiliki ciri-ciri (1). Adanya pembagian tugas secara teratur oleh ketua
kelompok, (2). Setiap anggota memiliki peran/tugasnya masing-masing,
(3). Dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang diberikan lalu
berkumpul untuk mendiskusikan.
b. Mendeskripsikan secara sederhana pola kerjasama yang diperoleh dari
lembar observasi
c. Mengklasifikasikan skor 0 (kurang), 1 (cukup), dan 2 (baik) yang
diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenai kemampuan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA.
d. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase dengan
menggunakan rumus anlisis deskriptif persentase menurut Ali (2013:
201) sebagai berikut:
33
% = 𝑛
𝑁 × 100
Keterangan :
n = Nilai yang diperoleh responden
N = Nilai yang semestinya diperoleh responden
% = Persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V
e. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan
dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai
berikut:
Tabel 6. Kriteria kemampuan kerjasama siswa dalam
pembelajaran IPA kelas IV dan V
No Kriteria Interval skor (%)
1. Sangat tinggi 81 – 100
2. Tinggi 61 – 80
3. Sedang 41 – 60
4. Rendah 21– 40
5. Sangat rendah 0-20
(Sumber : Riduwan, 2012: 89)
f. Mendeskripsikan secara sederhana data yang diperoleh dari hasil
lembar observasi, langkah ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
tentang profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA.
B. Analisis kemampuan kerjasama siswa berdasarkan Angket Siswa
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis angket siswa pada penelitian
ini sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan skor nilai 1 (Ya) dan skor nilai 0 (Tidak) sedangkan
untuk pertanyaan dengan kalimat negatif mengklasifikasikan skor nilai
1 (Tidak) dan skor nilai 0 (Ya).
34
b. Setelah diberikan skor kemudian menghitung skor dari angket dalam
bentuk presentasi dengan menggunakan rumus analisis deskriptif
presentasi menurut Ali (2013: 201) sebagai berikut:
% = 𝑛
𝑁 × 100
Keterangan:
% = Presentase kemampuan kerjasama kelas IV dan V
N = Jumlah seluruh skor
n = Jumlah skor yang diperoleh
c. Setalah dilakukan analisis perhitungan, data
dikelompokkan kedalam kriteria standar sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria penilaian angket siswa
No Kriteria Interval skor (%)
1. Sangat tinggi 81 – 100
2. Tinggi 61 – 80
3. Sedang 41 – 60
4. Rendah 21– 40
5. Sangat rendah 0-20
(Sumber : Riduwan, 2012: 89)
d. Mendeskripsikan secara sederhana data yang diperoleh dari hasil angket
siswa untuk mendapatkan gambaran tentang profil kemampuan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA.
C. Analisis Angket Guru
Adapun langkah-langkah menganalisis angket guru sebagai berikut:
a. Terdapat 10 pertanyaan tentang peranan guru dalam pemberlajaran dan
ketertarikan siswa dalam pembelajaran
b. Angket ini diisi oleh guru, tidak ada mengklasifikasikan skor pada
angket ini karena tidak dihitung nilai presentasenya, angket ini
35
bertujuan mempertegas atau memperkuat jawaban dari angket siswa
dan memandingkan dengan lembar observasi.
c. Setelah mengetahui isi dari angket guru, lalu kemudian dideskripsikan.
D. Analisis Wawancara Guru
Adapun langkah-langkah melakukan wawancara guru sebagai berikut:
a. Wawancara pada penelitian ini ditujukkan kepada guru mata pelajaran
IPA di kelas IVb dan kelas Va setelah penelitian berakhir
b. Wawancara dilakukan setelah guru mengisi angket yang telah diberikan
sebelumnya
c. Hasil dari wawancara ini tidak dihitung nilai presentasenya hanya
dideskripsikan saja. Lembar wawancara pada penelitian ini hanya
digunakan untuk mempertegas kembali jawaban guru dari angket yang
telah diberikan, selain itu jawaban dari wawancara ini juga dapat
digunakan untuk mempertegas jawaban dari angket siswa.
59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara keseluruhan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA
menunjukan kriteria “sedang” dengan rata-rata sebesar 56% dengan dua
aspek kemampuan kerjasama yang memiliki krtieria “tinggi” yaitu aspek
“menerima tanggung jawab” dan aspek “berada dalam kelompok”. Apabila
dilihat kemampuan kerjasama setiap kelas, kelas IV memiliki kemampuan
kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA berkriteria “sedang” sebesar 50%
dan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas V
memiliki kriteria “tinggi” dengan presentase sebesar 61%.
2. Secara umum terdapat dua pola kerjasama yang terbentuk yaitu pola
kerjasama suplementer yang ditemukan pada 5 kelompok dan kerjasama
berbeda yang ditemukan pada 3 kelompok. Apabila dilihat pola kerjasama
setiap kelas, maka kelas IV yang memiliki pola kerjasama suplementer
dengan ciri-ciri tidak ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, anggota
berkumpul untuk mengerjakan tugas secara bersama-sama terdapat pada
kelompok 2, 3 dan 4 sedangkan pola kerjasama berbeda dengan ciri-ciri
adanya pembagian tugas, setiap anggota memiliki peran/ tugasnya masing-
masing, dan dikerjakan secara individu sesuai dengan tugas yang dibagikan
60
lalu berkumpul untuk mendiskusikan ditemukan pada kelompok 1. Pola
kerjasama suplementer yang terbentuk di kelas V ditemukan di kelompok 3
dan 4 sedangkan pola kerjasama berbeda ditemukan di kelompok 1 dan 2.
B. SARAN
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi guru, penggunaan diskusi kelompok pada siswa siswi sekolah dasar
sebagai salah satu alternatif menyampaikan materi-materi IPA, selain itu
penggunaan diskusi juga dapat menumbuhkan kerjasama, tanggung jawab
serta interaksi sosial diantara siswa.
2. Bagi peneliti berikutnya, jika ingin melakukan penelitian tentang
kemampuan kerjasama siswa agar lebih mempersiapkan instrument-
instrumen yang akan digunakan agar lebih mudah dalam pengambilan data.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ajaja, O.P., dan Eravwoke, U, O. (2010). Effects of 5E Learning Cycle on
Students Achievement in Biology and Chemistry. Cypriot Journal of
Educational Science. Vol. 7, 244-262. (Online). (http://www.world-
education-center.org/inex.php/cjes/article/view/7.3.9, diakses pada tanggal
1 Sepetember 2016; Pukul 19.00 WIB)
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
233 hlm.
Apriyani, Dewi, dan I. Harta. 2012. Upaya Meningkatkan Kerjasama Siswa
Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Tutor
Sebaya (PTK Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Negeri 1
Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi. (Online).
(http://eprints.ums.ac.id/26889/26/NASKAH.pdf, diaskes pada tanggal 4
Desember 2015; Pukul 19.00 WIB).
Anggrowati, Puput., dan Sarmini. 2015. Pelaksanaan Gotong Royong Di Era
Global (Studi Kasus Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten
Lamongan). Vol. 01. No. 03. 15 hlm. (Online).
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
kewarganegaraa/article/view/10766/baca-artikel, diakses pada tanggal 5
Desember 2015; Pukul 19.00 WIB).
Anshori, Sodiq. 2014. Pembelajaran Tematik (Tematik Integrative) Mata
Pelajaran IPS Pada Kurikulum 2013. Jurnal Ilmiah PGSD. Vol. 6, No. 2.
12 hlm. (Online).
(http://jurnal.pgsdunj.org/index.php/pgsd/article/viewFile/122/118, diakses
pada tanggal 16 Januari 2016; Pukul 22.00 WIB).
Astuti, R., W. Sunarno., dan S. Sudarisman. 2012. Pembelajaran IPA Dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen
Bebas Termodifikasi Dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau Dari Sikap
Ilmiah dan Motivasi Belajara Siswa. Jurnal Inkuiri. Vol. 1, No. 1. 9 hlm.
(Online). (https://core.ac.uk/download/files/478/12346061.pdf, diakses
pada tanggal 10 Desember 2015; Pukul 21.20 WIB).
63
Asyari, Muslichah. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam
Pembelajaran Sains Di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat
Ketenagaan.
Aziza, Kurnia Sari. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu
Berujung Kematian. (Online).
(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/17421981/Berawal.dari.
Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diakses
pada tanggal 9 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB).
Badan Standar Nasional Pendidikan . 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Di
Abad-21. BSNP. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
BSNP. Jakarta. 24 hlm.
Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2012. Collaborative
Learning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio.
Bandung. 444 hlm.
BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat.
Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA 2. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Desi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Pada Materi
Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 13/I Muara Bulian. (Online) .
(http://e-
campus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/A12D110025_
429.pdf, diaskes pada tanggal 02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB).
Fauziah, Resti., A. G. Abdullah., dan D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec.
Vol. 9, No. 2. 13 hlm. (Online).
(http://jurnal.upi.edu/file/06._Resti_Fauziah_165-178pdf_.pdf, diakses
pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 14.00 WIB).
Fitri, F., dan D. A. Kusumaningtyas. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran
Tugas Kelompok Sebagai Alternatif Peningkatan Kerjasama Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Fisika, Sains, dan Teknologi. Vol. 01, No. 01. (Online).
(http://omega.uhamka.ac.id/index.php/omega/article/download/8/23,
diakses pada tanggal 14 Desember 2015; Pukul 12.00 WIB).
64
Funali, Mochamad. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi
Pada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4,
No. 1. (Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3266/2314,
diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Gillies, Robyn M dan M. Boyle. 2009. Teacher’s Reflecations On Cooperative
Learning: Issues Of Implementation. Teaching and Teacher Education. 26
(2010). 7 hlm.
Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat
Melalui Pembelajaran Kolaboratif. (Online).
(http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp-
content/uploads/2014/09/Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-
Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari
2016; Pukul 19.24 WIB).
Irjan. 2008. Optimalisasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (Ipa) Pada Sekolah Dasar (Sd) / Madrasah Ibtidaiyah (Mi). Vol. 1,
No.1. 10 hlm. ( Online). (http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/madrasah/article/viewFile/1853/pdf, diakses pada
tanggal 29 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI.
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. 28 hlm.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Maryanah, F. 2014. Penerapan Model Buzz Group Untuk Meningkatkan
Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS. Skripsi.
(Online).
(http://eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN%20SKRIPSI.pdf,
diakses pada tanggal 11 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Medriati, Rosane. 2011. Pengembangan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Aplikasi Konsep (Studi
Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Bidang Sains Di Sekolah
Dasar. Jurnal Excata. Vol. 9, No. 2. (Online).
(http://repository.unib.ac.id/534/1/08.%20Rosane%20Medriati%20Hal.%
2051-58.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2016; Pukul 15.00 WIB).
Mawardi. 2014. Pemberlakuan Kurikulum SD/MI Tahun 2013 Dan Implikasinya
Terhadap Upaya Memperbaiki Proses Pembelajaran Melalui PTK.
65
Scholaria. Vol. 4. No. 3. 16 hlm. (Online).
(http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/96/85, diakses pada
tanggal 22 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Nasia, S., B. Saneba., dan Hasdin. 2014. Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada
Pembelajaran PKn Melalui Value Clarification Technique (VCT) di Kelas
IV GKLB Sabang. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 2 No. 3. 14 hlm.
(Online).
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2932/2012,
dikases pada tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.40 WIB).
Nurhamzah, N. 2012. Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan Konsep
Siswa pada Ssistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum.
Jurnal. 48 hlm. (Online). ( http://a-
research.upi.edu/operator/upload/s_bio_0704339_chapter3.pdf, diakses
pada tanggal 29 Januari 2016, Pukul 21.00 WIB).
Putrayasa, I Made. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 2, No. 1.
(Online).
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/.../256
1, diakses pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul 22.00 WIB).
Pusung, Supit. 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep IPA
Menggunakan Alat IPA Sederhana Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar
Prndidikan Dasar. Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://fipunima.files.wordpress.com/2012/05/program-studi-jurnal-
pgsd.pdf, diakses pada tanggal 12 Januari 2016; Pukul 13.00 WIB).
Purnomo, Heri. 2008. Kemampuan Bekerjasama dan Proses Pembiasaannya
Melalui Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Empat Pilar Penddikan. Tesis.
(Online). (http://lib.unnes.ac.id/16955/1/4001506001.pdf, diakses pada
tanggal 10 Januari 2016; Pukul 18.00 WIB).
Rachmawati, Yeni dan E. Kurniawati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas
Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Prenada Media Group. Jakarta. 202 hlm.
Ramadhani, F., S. Santosa., dan Ngadiman. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Projek (Project Based Learning). Jupe UNS. Vol. 1, No. 1. 12
hlm. (Online). (https://core.ac.uk/download/files/478/12346416.pdf,
diakses pada tanggal 10 Januari 2016; Pukul 17.30 WIB).
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hlm.
66
Rusman. 2012. Model- Model Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
418 hlm.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. PT. Indeks.
Jakarta. 180 hlm.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta. 306 hlm.
Santoso, Singgih. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi
Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA
Negeri Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia.
Vol. 5, No.1. (Online).
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/245/167, diakses
pada tanggal 01 Januari 2016; Pukul 08.00 WIB).
Saputra, Yudha. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk meningkatkan
Ketrampilan Anak TK. Depdiknas. Jakarta.
Sari, Kitri Nur Indah. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui
Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar
Purbalingga. Jurnal Kependidikan Dasar.Vol. 1, No. 1. (Online).
(http://journal.unnes.ac.id › Beranda › Vol 1, No 1 (2010), diakses pada
tanggal 14 Januari 2016; Pukul 21.00 WIB).
Sastrika, I. A. K., I. W. Sadia., dan I. W. Muderawan. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan
Keterampilan Berpikir Kritis. e-Journal Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 3. (Online).
(http://undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIKA
N_2013/PENGARUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASI
S%20PROYEK.pdf, diakses pada tanggal 23 Januari 2016; Pukul 14.50
WIB).
Siahaan, Parsaoran. 2010. Hakikat Sains Dan Pembelajarannya Disampaikan
dalam Pelatihan Guru MIPA Papua Barat tahun 2010. Bandung.
Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI Bandung. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1958030119
80021-PARSAORAN_SIAHAAN/Makalah-
Modul/Pelatihan_Guru_MIPA_Papua_Barat-11-
15_Januari_2010/HAKIKAT_SAINS_DAN_Pembelajaran_IPAx.pdf,
diakses pada tanggal 15 Desember 2015; Pukul 13.00 WIB).
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 327 hlm.
67
Sudaryono., G. Margono., dan W. Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 174 hlm.
Sugiyarto. 2014. Anak SD di Kediri Tewas Berkelahi dengan Teman Kelas.
(Online). (http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/25/anak-sd-di-
kediri-tewas-berkelahi-dengan-teman, diakses pada tanggal 10 Maret
2016; Pukul 19.43 WIB).
Sukowati, Kanti. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi
Gaya Dan Gerak Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
VI A SDN Darungan 01 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 3, No. 4. 9 hlm. (Online).
(http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/986/788, diakses
pada tanggal 18 Februari 2016; Pukul 17.00 WIB).
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.
Surminah, Iin. 2013. Pola Kerjasama Lembaga Litbang Dengan Pengguna Dalam
Manajemen Litbang (Khasus Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan
Serat). Jurnal Bina Praja. Vol 5, No 2. 11 hlm. (Online).
(http://ejurnalbpp.com/ojs/index.php/jbp/article/viewFile/92/89, diakses
pada tanggal 19 Januari 2016; Pukul 15.45 WIB).
Tawil, Muhammad dan Liliasari. 2014. Keterampilan- Keterampilan Sains dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM.
Makassar. 143 hlm.
Utomo, Bendot Tri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Dengan
Asesmen Teman Sejawat Pada Mata Pelajaran Matematika SMP. JP3.
Vol. 1, No. 1. (Online).
(https://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/bendot-tri-utomo.pdf,
diakses pada tanggal 08 Desember 2015; Pukul 13.40 WIB).
Wasonowati, Ratna Rosidah Tri. 2014. Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Pembelajaran Hukum- Hukum Dasar Kimia
Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri
2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 3,
No. 3. (Online).
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/download/4244/2988,
diakses pada tanggal 26 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB).
Widhy, Purwanti. 2013. Langkah Pengembangan Pembelajaran IPA Pada
Implementasi Kurikulum 2013. (Online).
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-
hastuti-spd-mpd/worksheet-integrated-sc.pdf, diaskes pada 5 Desember
2015; Pukul 23.08 WIB).
68
Zuriah, Nurul. 2011. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta. 276 hlm.
top related