profil kesehatan kota singkawang tahun 2013 · (skn) 2009. meskipun harus diakui bahwa sistem...
Post on 09-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROFIL KESEHATAN
KOTA SINGKAWANG
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Di era desentralisasi saat ini, dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pemerintah pusat memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah tetap
memper-hatikan aspek demokratisasi, keadilan, pemerataan serta
potensi dan keanekaragaman daerah yang pelaksanaannya didasarkan
pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Oleh karena itu
kewenangan yang diberikan kepada daerah mencakup kewenangan
yang menyeluruh dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang
kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi. Walaupun demikian hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah maupun antar daerah tetap harus terjamin.
Dalam upaya melaksanakan dan terus meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, melalui kewenangan wajib yang diberikan kepada
daerah kabupatan/kota, maka ukuran yang digunakan adalah
tercapainya urusan wajib bidang kesehatan yang tercantum dalam
Standar Pelayanan Minimal yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 004 tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota dan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 828 tahun 2008 mengenai
petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya yang telah dilakukan
oleh Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan urusan wajib bidang
kesehatan ini, maka perlu ditunjang oleh sistem informasi kesehatan
yang handal,
1
seperti yang diisyaratkan dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) 2009. Meskipun harus diakui bahwa sistem informasi kesehatan
yang dilaksanakan di Kota Singkawang ini belum memadai dan masih
harus terus dikembangkan, namun upaya untuk memenuhi
ketersedian informasi berbasis data terus dilakukan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah
bertanggungjawab atas ketersediaan akses informasi, edukasi dan dan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168
menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya efektif dan
efesien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem
informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lanjut
akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan pada pasal 169
disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu keluaran dari penyelenggaran sistem informasi
kesehatan di Kota Singkawang yaitu upaya penyampaian informasi
berdasarkan data hasil kegiatan dalam bentuk Profil Kesehatan Kota
Singkawang.
Penyusunan Profil Kesehatan Kota Singkawang tahun 2013
merupakan salah satu mata rantai pelaksanaan Sistem Informasi
Kesehatan di Kota Singkawang dalam rangka menyediakan data dan
informasi di bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kota Singkawang
disusun untuk memberikan gambaran status kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan yang telah dilaksanakan serta sumber daya
pendukung kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di Kota
Singkawang. Adapun Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota
Singkawang tahun 2013 adalah sebagai berikut:
2
Bab I : Pendahuluan
Merupakan penjelasan tentang maksud dan tujuan
disusunnya Profil Kesehatan Kota Singkawang dan sistematika
penulisannya.
Bab II : Geografi dan demografi
Diuraikan mengenai keadaan geografis dan demografis Kota
Singkawang, terutama hal-hal yang memungkinkan menjadi
determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat
Bab III: Status kesehatan masyarakat
Menguraikan mengenai status derajat kesehatan masyarakat
yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi
masyarakat.
Bab IV : Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan
Menguraikan tentang situasi upaya kesehatan yang meliputi
palayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan
penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi
masya-rakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, serta
pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
3
BAB II GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
A. GEOGRAFI
Kota Singkawang merupakan salah satu bentuk pemerintahan
kota di Kalimantan Barat setelah pemerintahan Kota Pontianak terletak
diantara Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang. Letak
geografis Kota Singkawang pada 0° 44' 55,85” - 01° 01' 21,51” Lintang
Utara dan 108° 51' 47,6” - 01° 01' 21,51”. Batas - batas wilayah Kota
Singkawang selengkapnya adalah :
Sebelah Utara : Kab. Sambas Sebelah Selatan : Kab. Bengkayang
Sebelah Timur : Kab. Bengkayang Sebelah Barat : Laut Natuna
Kota Singkawang mempunyai luas wilayah 50.400 ha dan
terbagi menjadi 5 kecamatan, yaitu Singkawang Selatan, Singkawang
Utara, Singkawang Tengah, Singkawang Timur dan Singkawang
Barat. Kelurahan yang ada berjumlah 26. Kecamatan dengan luas
wilayah terbesar adalah kecamatan Singkawang Selatan dengan luas
22.448 ha (44,54%), dan yang terkecil adalah kecamatan Singkawang
Barat yang mempunyai luas 1.806 ha (3,58%).
4
Luas Wilayah Dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan
Di Kota Singkawang Tahun 2013
Kecamatan Luas (ha) Kelurahan
Singkawang Selatan 22.448 4
Singkawang Utara 6.665 7
Singkawang Tengah 2.855 5
Singkawang Barat 1.806 5
Singkawang Timur 16.626 5
Kota Singkawang 50.400 26 Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS Kota Singkawang
Kota Singkawang merupakan kota pantai sekaligus perbukitan
dengan kemiringan antara 0 – 8%, dan mempu-nyai banyak aliran
sungai. Curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan.
Jumlah rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari
hujan / bulan. Keadaan iklim mikro Kota Singkawang dapat dikatakan
tidak menentu dengan suhu udara berkisar antara 21,80 sampai 320 C,
dan masih dipengaruhi oleh angin muson dan perubahan iklim laut.
Perubahan cuaca yang tidak menentu ini dapat berpengaruh terhadap
status kesehatan masyarakat, seperti ditunjukkan oleh penyakit infeksi
saluran pernafasan akut yang selalu menjadi penyakit terbanyak bagi
semua golongan umur.
Luas lahan yang memungkinkan menjadi breeding places, seperti
hutan belantara, hutan belukar, hutan bakau, danau, rawa dan semak-
semak mencapai 31% dari keseluruhan luas wilayah Kota Singkawang.
Bila keadaan alam ini tidak ditata dengan baik dan ditambah dengan
perilaku hidup sehat yang kurang menunjang, maka akan besar
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat kota
Singkawang, seperti penyakit malaria dan penyakit demam berdarah.
5
B. DEMOGRAFI
Penduduk Kota Singkawang tahun 2013 diperkirakan berjumlah
198.921 jiwa, dengan penduduk laki-laki berjumlah 101.740 jiwa
(51,15%) dan penduduk perempuan 97.181 jiwa (48,85%). Penduduk
berusia di bawah 5 tahun (balita) berjumlah 20.863 jiwa, dan 4.098
orang di antaranya adalah bayi. Penduduk berusia lanjut yang terdiri
dari pra-usila (45 – 64 tahun) berjumlah 31.362 jiwa dan usia lanjut (
65 tahun ke atas) berjumlah 9.492 jiwa.
Penduduk usia produktif (15 s/d 64 tahun )berjumlah 125.693
jiwa. Angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk usia
produktif adalah 58, ini berarti tiap 100 orang yang produktif harus
menanggung 58 orang yang tidak produktif. Angka ini sama
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 58 orang. Hal ini juga
menunjukkan bahwa komposisi penduduk berdasarkan kelompok
umur tidak mengalami perubahan. Makin tinggi angka beban
tanggungan ini, maka makin besar beban ekonomi yang harus
ditanggung oleh penduduk usia produktif dan akan berpengaruh pada
pembiayaan kesehatan keluarga.
6
Distribusi Penduduk, Kepala Keluarga, Kepadatan Penduduk per Km2 dan
Rata – Rata Jiwa Per KK Menurut Kecamatan Di Kota Singkawang Tahun 2013
Kecamatan
Jumlah
penduduk Jumlah
KK
Kepadatan
pddk/km2 Rata-Rata jiwa/KK
Singkawang Selatan 46.148 9.260 2,06 4,98
Singkawang Utara 23.575 5.283 3,54 4,46
Singkawang Tengah 60.551 13.410 21,21 4,52
Singkawang Timur 20.481 4.309 1,23 4,75
Singkawang Barat 48.166 10.888 26,67 4,42
Kota Singkawang 198.921 43.150 3,95 4,61
Sumber : Kantor Statistik Kota Singkawang.
Kota Singkawang menghadapi masalah kesehatan yang cukup
kompleks, yaitu masalah kesehatan perkotaan dan masalah kesehatan
pedesaan. Data penduduk miskin pada tahun 2013 yaitu berjumlah
49,676 jiwa atau 24,97% dari jumlah penduduk , penduduk miskin
pada tahun 2012 yaitu berjumlah 63,899 jiwa atau 32,87% dari jumlah
penduduk yang ada jumlah tersebut juga merupakan kuota peserta
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diberikan oleh
Kementerian kesehatan.
7
Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Menurut Kecamatan
(sesuai dengan kuota peserta Jamkesmas) Di Kota Singkawang tahun 2013
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Penduduk miskin
Jumlah %
Singkawang Selatan 46.148 13.861 30,03
Singkawang Utara 23.575 8.413 35,68
Singkawang Tengah 60.551 10.907 18,01
Singkawang Timur 20.481 11.220 54,78
Singkawang Barat 48.166 5.275 10,95
Kota Singkawang 198.921 49.676 25,03
( Sumber Seksi Jamkesda Dinas Kesehatan Kota Singkawang)
Data mengenai tingkat pendidikan penduduk tahun 2013 tidak
ada data, tahun 2012 berdasarkan Estimasi BPS penduduk laki-laki
berumur 10 tahun keatas yang melek huruf 40,71% sedangkan
penduduk perempuan berumur 10 tahun keatas yang melek huruf
48,25 %. Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh pada status
kesehatan, karena kedua hal tersebut saling melengkapi. Pendidikan
yang baik akan meningkatkan status kesehatan, dan status kesehatan
yang baik akan meningkatkan tingkat pendidikan.
Data kependudukan yang dibutuhkan oleh sektor kesehatan
masih belum memadai, oleh sebab itu dalam pelaksanaan salah satu
strategi pencapaian Visi dan misi, maka pihak Dinas Kesehatan perlu
sering memberikan informasi kepada sektor lain dalam kerangka kerja
sama lintas sektor.
8
BAB III STATUS KESEHATAN MASYARAKAT
Gambaran status kesehatan masyarakat kota Singkawang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, seperti pada tabel berikut ini :
Indikator
Target ( 2013 ) 2009 2010 2011 2012 2013 Trend
Umur harapan hidup (tahun)
Rata-rata 67,9
Mortalitas
Angka kematian bayi (per 1.000) 40/1.000
Kasus kematian neonatus turun 29 19 21 15 20 ▲
Angka kematian balita (per 1.000) 58/1.000 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d. t.a.d. t.a.d.
Angka kematian ibu (per 100.000) 150/100.0
00 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d. t.a.d. t.a.d.
Kasus kematian ibu turun 3 2 3 7 4 ▼
Angka kematian kasar (per 1.000) 7/1.000 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d. t.a.d. t.a.d. Morbiditas dan mortalitas
Penyakit menular
1 DBD
Angka kesakitan (per 1.000 pddk) 0,02 5,12 0,5 0,18 0,47 19,6 ▲
CFR (%) 10 1,06 3,19 0 0 9,1 ▲
Angka kesakitan balita(per 1.000 pddk balita) 0,02 13,41 1,7 0,09 1,7 0,91 ▲
CFR balita (%) 10 2,11 5,5 0 0 2,6 ▲
2 TB Paru BTA +
Prevalensi (per 1.000 pddk) 1,3 0,95 0,95 1,06 0,99 1,03 ▲
CFR (%) 0 1,16 8,38 3 2,6 2,7 ▼
3 ISPA
Angka kesakitan non pneumonia (per 1.000 pddk) 1 184,89 188 162 147,19 159,57 ▲
Angka kesakitan pneumonia (per 1.000pddk) 1 1,33 1,77 0,74 0,68 0,73 ▲
Angka kesakitan pneumonia balita (per 1.000 pddk balita) 11,15 15,43 6,89 5,83 6,95 ▲
CFR pneumonia balita (%) 0 0 0 0 0
4 Diare
Angka kesakitan semua umur (per 1.000 pddk) 3 33,33 37,97 37,92 34,68 30,40 ▼
CFR semua umur (%) 1 0 0 0 0 0
Angka kesakitan balita (per 1.000 pddk balita) 126,82 148,27 160,18
129
CFR balita (%)
0 0 0
0
9
Indikator
Target ( 2012 ) 2009 2010 2011 2012
2013 Trend
5 Malaria
Angka kesakitan malaria (per 1.000 pddk) 15 24,09 20.1 1,07 0,63 16,18 ▲
6 Campak
Angka kesakitan balita (per 1.000 pddk balita) 1,13 0,8 0,58 1,36
7 Kusta
Prevalensi (per 1.000 pddk) 0 0 0,11 0
Penyakit non menular (per 1.000 pddk)
Gangguan sistem otot & jaringan 104 89,9 98,6 72,96 74,60 ▲
Gigi dan mulut 68,6 60,4 71,8 75,50 78,62 ▲
Tekanan darah tinggi 66 67,8 83,7 80,34 80,15 ▼
Kulit 107 64,9 81,1 75,27 76,87 ▲
Kecacingan 6,73 9,08 7,72 11,10 11,17 ▲
Gizi
Status gizi balita (%)
* Buruk < 1 4,38 4,37 2,48 3,47 3,16 ▼
* Kurang < 20 14,75 12,07 10,11 12,25 11,74 ▼
* Baik
57,63 76,13 63,41 81,14 82,52 ▲
* Lebih 1 18,68 4,28 24 3,14 2,58 ▼
KEP total (%) <15 19,13 16,45 12,59 15,72 14,90 ▼
KEP nyata (%) <1 4,38 4,37 2,48 3,47 3,16 ▼
BBLR (%) 1,29 4,27 2,39 3,3 3,9 ▲
A. KESAKITAN
Sejak tahun 2010, sistim pencatatan dan pelaporan penyakit di
puskesmas mengalami perubahan dari dari format ICD 9 menjadi ICD
10, sehingga laporan jenis penyakit lebih rinci dibanding dengan
sebelumnya. Dari data yang bersumber dari Laporan Bulanan
Kesakitan (LB1) puskesmas, penyakit terbanyak untuk semua golongan
umur pada tahun 2013 masih didominasi oleh penyakit pada saluran
pernafasan, Influensa, batuk, demam tidak diketahui penyebabnya, dan
diare serta juga oleh penyakit degeneratif seperti penyakit hypertensi
10
primer, rematisme. Penyakit-penyakit ini lebih banyak diakibatkan oleh
perilaku hidup dan lingkungan hidup yang kurang sehat.
Penyakit Terbanyak Pada Semua Kelompok Umur Di Kota Singkawang pada tahun 2012 dan 2013
Penyakit Proporsi (%)
2012 2013
Infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik 13.26 (1) 13.18 (1)
Hipertensi Primer ( esensial ) 6.57 (3) 6.39 (3)
Influensa 5.24 (4) 5.15 (4)
Batuk 4.23 (6) 4.21 (6)
Rematisme 2.77 (11) 2.75 (11)
Gejala dan tanda umum lainnya 7.69 (2) 7.88 (2)
Demam yg tidak diketahui sebabnya 5.08 (5) 5.03 (5)
Gastroduodenitis tidak Spesifik 1.99 (14) 2.00 (14)
Sakit kepala 3.10 (9) 3.18 (9)
Infeksi saluran pernafasan atas lainnya 1.22 (25)
1.21 (25)
Diare dan gastro enteritis tidak dpt dikelompok ke dlm
A00-A08 3.25 (8) 3.20 (8)
Sumber : LB1 SP2TP, Angka dalam kurung = peringkat
Penyakit Terbanyak Pada Semua Kelompok Umur Di Kota Singkawang pada tahun 2005 s/d 2009
Penyakit Proporsi (%)
2005 2006
2007 2008 2009
ISPA 17,11 (1) 19,11 (1) 20,20 (1) 20,69 (1) 16,74 (1)
Peny. sistim otot & 11,02 (2) 10,24 (2) 9,52 (2) 10,64 (2) 10,09 (2)
jaringan
Peny.lain sal.pernf.bag atas 4,24 (6) 6,43 (4) 5,33 (4) 3,52 (7) 4,58 (5)
Peny.tek.darah tinggi 8,53 (3) 7,85 (3) 7,74 (3) 6,77 (3) 6,73 (3)
Peny.mata lain-lain 2,65 (10) 2,05 (9) 2,15 (9) 2,07 (10) 2,34 (9)
Peny. kulit infeksi 4,73 (5) 5,22 (5) 4,51 (5) 5,69 (4) 3,38 (7)
Peny.kulit alergi 4,76 (4) 4,34 (6) 3,74 (6) 5,24 (5) 4,99 (4)
Peny.lain dr 3,74 (7) 1,75 (11) 1,60 (12) 3,08 (9) 2,21 (10)
sal.pernf.bawah
Diare 3,54 (8) 3,83 (7) 3,45 (7) 3,20 (8) 3,27 (8)
Peny. pulpa & jar. 2,79 (9) 3,26 (8) 3,44 (8) 4,49 (6) 3,47 (6)
periapikal
Sumber : LB1 Angka dalam kurung = peringkat pada tahun yang bersangkutan
11
6.76.89
6.576.39
2010 2011 2012 2013
Dari tahun 2005 sampai dengan 2009 Penyakit tekanan darah
tinggi kasusnya masih tetap di urutan ketiga terbanyak bahkan setelah mengalami perubahan sistem pencatatan dan pelaporan dari format
ICD 9 menjadi ICD 10, penyakit darah tinggi secara spesifik yaitu
penyakit Hypertensi primer (essensial) pada tahun 2013 masih berkisar
urutan ketiga yaitu 6,39% menurun sedikit dibandingkan pada tahun
2012 yang menduduki urutan ketiga yaitu 6,57 % sedangkan pada
tahun 2011 yaitu 6,91%.
Secara umum ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit
darah tinggi ini masih tetap tinggi. Pertama, ada kesadaran dari
penderita untuk segera memeriksakan penyakit begitu terasa mulai
mengganggu. Kedua, ada keinginan masyarakat untuk lebih
menggunakan puskesmas sebagai sarana pertama yang didatangi
untuk mengobati penyakitnya. Ketiga, ada kecendrungan makin
bertambahnya penderita penyakit ini. Untuk hal yang ketiga, maka
yang diperlukan adalah pola hidup sehat yang lebih baik, termasuk
lebih sering melakukan olahraga dan mengkonsumsi makanan dengan
gizi berimbang.
Program Upaya Kesehatan Usia Lanjut Puskesmas (Upaya Kesehatan
Pengembangan) berupa Posyandu untuk usia lanjut merupakan salah
satu wadah yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam upaya mencegah dan mengontrol
penyakit ini. Perkembangan jumlah kasus yang diperiksa di puskesmas
dari tahun 2010 sampai dengan 2013, tampak pada grafik di bawah ini.
Jumlah Kasus Penyakit Hypertensi primer (essensial) Di Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2010 – 2013
Sumber: LB1 tahun 2010, 2011,2012, 2013
12
Jumlah Kasus Penyakit Tekanan darah Tinggi Di Puskesmas
Di Kota Singkawang Tahun 2005 – 2009
Sumber: LB1 tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009.
Penyakit kulit infeksi merupakan salah satu akibat dari perilaku
hidup yang kurang menunjang kesehatan. Penyakit ini juga selalu
masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Pada tahun 2009 terjadi
penurunan proporsi pada kelompok umur di bawah 5 tahun dibanding
tahun 2008, demikian juga pada kelompok usia sekolah. Sementara
pada kelompok usia produktif terjadi peningkatan pada kelompok umur
15 – 19 tahun dan sedikit menurun pada kelompok usia 20 – 54 tahun.
Kelompok usila, sejak pada tahun 2006 – 2008 terus terjadi
peningkatan.
Proporsi yang fluktuatif pada kelompok usia muda ini perlu
mendapat perhatian, karena menggambarkan bahwa belum tercapainya
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia muda, sehingga di
kemudian hari dapat menjadi manusia yang mempunyai perilaku hidup
sehat yang baik. Oleh karena itu pendidikan kesehatan sejak usia dini
perlu dilakukan secara intensif untuk mengurangi permasalahan di
kemudian hari, terutama dalam upaya pembangunan manusia yang
berkualitas.
Pada tahun 2010, 2011 dan 2013 pencatatan pelaporan format
ICD 10 untuk penyakit kulit infeksi sudah terbagi lebih rinci sehingga
tidak biasa dikelompokkan dalam pelaporan seperti pelaporan tahun
sebelumnya.
13
< 5 th 5 - 14 th 15 - 44 th 45 - 54 th 55 - 64 th > 65 th
2011 19.93 24.52 29.95 11.67 8.01 5.92
2012 23.6 24 32.06 10.82 5.76 3.76
2013 23.6 24 32.06 10.82 5.76 3.76
Proporsi kasus penyakit kulit infeksi berdasarkan kelompok umur
di Kota Singkawang tahun 2005 - 2009
Sumber: LB1 tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009
Proporsi kasus penyakit kulit infeksi berdasarkan kelompok umur di Kota Singkawang tahun 2011 - 2013
Sumber: LB1 tahun 2011, 2012, 2013.
Pada tahun 2013 penyakit diare mengalami penurunan yaitu
3,20% dibandingkan dengan tahun 2012 penyakit diare yaitu 3,25%
tahun 2011 yaitu 3.84%. Tetapi penyakit diare masih masuk dalam
katagori dalam 10 besar penyakit terbanyak dengan posisi diperingkat
delapan. Bila diperhatikan lebih lanjut, ternyata kelompok umur yang
menjadi penderita terbanyak adalah kelompok umur balita. Ini berarti
peran orang tua terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebersihan anaknya, harus sangat ditingkatkan. Salah satu wadah
untuk meningkatkan perhatian orang
14
11.23
32.29
56.48
14.89
30.85
54.26
11.64
32.87
55.48
< 1 tahun 1 - 4 tahun > 5 tahun
2011 2012 2013
tua mengenai masalah ini adalah posyandu. Perlu ada kegiatan
penyuluhan tentang penyakit diare kepada orang tua di Posyandu
Proporsi Kasus Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur di Kota Singkawang Tahun 2006 – 2009
Sumber: LB1 tahun 2006, 2007, 2008, 2009.
Proporsi Kasus Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur di Kota Singkawang Tahun 2011 – 2013
Sumber: LB1 tahun 2011, 2012, 2013
Sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 trend penyakit malaria
terus mengalami penurunan hal ini tergambar pada indikator Annual
Paralysis Incidence (API). Gambaran API per wilayah kerja puskesmas
seperti pada tabel di bawah ini :
15
Annual Paralysis Incidence (API) di Kota
Singkawang tahun 2009 – 2013
No Puskesmas 2009 2010 2011 2012 2013
API API API API API
(‰) (‰) (‰) (‰) (‰)
1 Skw Selatan 4,31 1,19 1,69 1,15 1,32
2 Skw Utara 5,51 5,84 1,33 0,74 0,17
3 Skw Tengah 3,88 1,81 0,48 0,10 0,07
4 Skw Timur 6,79 3,34 1,89 0,90 0,63
5 Skw Barat 3,92 0,96 0,28 0,04 0,00
Kota 4,47 2,07 0,07 0,63 0,48
Singkawang
Sumber : Laporan malaria Puskesmas
Penurunan API pada tahun 2013 terjadi pada Puskesmas
Singkawang Timur (0,63‰), Puskesmas Singkawang Utara (0,17‰),
Tengah (0,07‰) dan Barat (0,00‰).sedangkan pada Puskesmas
Singkawang Selatan terjadi sedikit kenaikan (1,32‰) API tertinggi
terjadi di Puskesmas Selatan (1,32‰) kemudian diikuti Puskesmas
Singkawang Timur (0,63‰), Puskesmas Singkawang Utara (0,17‰),
Tengah (0,07‰) dan Barat (0,00‰). Terjadinya penurunan API di
wilayah Kecamatan di Kota Singkawang mungkin disebabkan adanya
meningkatan kesadaran masyarakat tentang kepedulian terhadap
kebersihan lingkungan, namun hal ini masih juga perlu pengakajian
lebih mendalam.
Penyakit menular lain yang menjadi masalah besar di Kota
Singkawang adalah penyakit demam berdarah dengue. Jumlah sejak
tahun 2007 sampai dengan 2011 penderitanya terus mengalami
penurunan secara drastis namun di tahun 2012 terjadi sedikit
peningkatan dibanding tahun 2011, adapun tahun 2009 terjadi
lonjakan jumlah penderita sehingga menjadi KLB. Gambaran Penderita
DBD pada tahun 2007 sampai dengan 2013 per kecamatan tergambar
seperti pada tabel di bawah ini:
16
Jumlah Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Singkawang Tahun 2008 s/d 2013
Kecamatan Jumlah Penderita DBD
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Singkawang Selatan 18 208 15 9 25 11
Singkawang Utara 13 90 14 3 15 3
Singkawang Tengah 79 295 33 11 18 16
Singkawang Timur 5 57 4 2 3 1
Singkawang Barat 35 292 28 11 31 3
Kota Singkawang 150 942 94 36 92 39
Sumber: Bidang P2PL
Penurunan penderita DBD pada tahun 2013 tersebut juga terjadi
pada hampir semua kecamatan di Kota Singkawang, jumlah penderita
DBD yang paing sedikit kasusnya terjadi pada Kecamatan Singkawang
Timur 1 (satu) kasus, dan terbanyak pada Kecamatan Singkawang
Tengah 16 (enam belas) kasus, Singkawang Selatan 11 (sebelas)
kasus, Singkawang Barat 3 (tiga) kasus dan Utara 3 (tiga) kasus.
Dilihat dari pola penyebaran penyakit hampir merata diseluruh
kelurahan maka upaya pencegahan seharusnya dilakukan
penanggulangan secara menyeluruh di seluruh kecamatan sehingga
diharapkan dapat terjadi penurunan penderita. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada peta distribusi kasus DBD berdasarkan kelurahan
dibawah ini :
17
54
231
536
121
7 29 41 176 12 14 411 24 48911 24 48
9
0 - 1 th > 1 - 5 th > 5 - 15 th > 15 th
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah penderita demam berdarah dengue menurut kelompok
umur di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013
Sumber: Bidang P2PL
Jumlah penderita terbanyak adalah pada kelompok usia sekolah
(5 – 15 tahun) yaitu 17 penderita (43,58%) dan kemudian pada
kelompok balita sebanyak 14 penderita (35,89%). Mengingat kejadian
penyakit ini juga pada waktu mereka berada di sekolah, maka
lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dalam upaya PSN
(Pembersihan Sarang Nyamuk) selain rumah tangga dan tempat –
tempat umum agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
Aedes Aegypti.
Pada tahun 2013 terjadi penurunan dibanding tahun 2012
terdapat 1 (satu) orang meninggal, tahun 2011 tidak ada penderita
DBD yang meninggal, seperti tahun 2010, terdapat 3 kematian
penderita DBD yang terjadi pada kelompok umur balita (>1-5 th) 2
orang dan kelompok anak sekolah (>5-15 th) 1 orang. Angka kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR) dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 tampak pada tabel di bawah ini:
18
Jumlah penderita dan kematian penyakit DBD di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013
Jumlah IR CFR
Tahun Penderita Mati ( 0/00 ) (0/0)
2008 150 2 0,83 1,33
2009 942 10 515,5 1,06
2010 94 3 50,5 3,19
2011 36 0 18,9 0
2012 92 0 47,3 0
2013 39 1 19.6 9,1
Sumber: Laporan DBD puskesmas dan RS
Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang upaya
penanggulangannya dilakukan secara lebih intensif dan mendapatkan
dana khusus dari Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM). Untuk menanggulangi penyakit ini, maka diperlukan upaya
pencarian penderita secara aktif selektif (selective active case finding).
Dengan metode ini, diharapkan makin banyak penderita yang
ditemukan dan kemudian diobati. Secara statistik, diperkirakan
penderita TB paru di suatu daerah ada 2,1 di antara 1.000 penduduk
sementara target penemuan penderita baru seiap tahunnya adalah
sebanyak 75% dari perkiraan tersebut.
Pada tahun 2013 di Kota Singkawang ditemukan 203 penderita
baru TB tahun 2012 ditemukan 190 penderita baru TB sedangkan
pada tahun 2011 jumlah penderita TB baru sebanyak 202. Angka
penemuan penderita baru TBC Paru BTA Positif (Case Detection
Rate=CDR) pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun
2012 yaitu 48,56% pada tahun 2012 mengalami penurunan dibanding
tahun 2011 yaitu 46,57% pada tahun 2012 dan 47,57% pada tahun
2011. CDR penyakit ini dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
adalah sebagai berikut:
19
45.3544.47
50.63
46.57
48.56
2009 2010 2011 2012 2013
92.4 92.44
93.1
91.58
91.05
2009 2010 2011 2012 2013
Penemuan Penderita Baru TBC Paru BTA (+) = Case Detection Rate (CDR)
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: Laporan TB Puskesmas (diolah)
Hasil pengobatan penderita baru TBC Paru BTA Postif (Cure Rate
= CR) tahun 2013 angka kesembuhannya adalah 89,5% terjadi
penurunan dibandingkan capaian pada tahun 2012 angka
kesembuhannya adalah 90,1% terjadi penurunan dibandingkan capaian
pada tahun 2011 yaitu 93,1% namun angka ini masih melebihi target
angka kesembuhan minimal adalah 85%. Angka kesembuhan penyakit
ini dari tahun 2008 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut :
Proporsi Hasil Pengobatan Penderita Baru TBC Paru BTA (+) = Cure Rate (CR)
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: Laporan TB Puskesmas (diolah)
20
2009 2010 2011 2012 2013
66
5788
85 86
Penderita HIV/AIDS di Kota Singkawang menunjukkan
kecenderungan masih tinggi. Seperti juga TB Paru, meningkatnya
jumlah penderita ini terutama karena dilakukannya upaya pencarian
yang intensif. Jumlah penderita yang sebenarnya, mungkin jauh lebih
besar, seperti yang dikenal dengan istilah fenomena gunung es, namun
penderita HIV tersebut belum mengetahui bahwa dirinya mengidap
penyakit. Oleh sebab itu, upaya pencarian penderita melalui prosedur
yang benar seperti yang dilakukan oleh Klinik Mawar dari RSUD
Dr.Abdul Aziz Singkawang, perlu mendapat dukungan baik moril
maupun materil.
Pada tahun 2008, penderita HIV/AIDS berjumlah 82 orang sedikit
menurun menjadi 66 orang pada tahun 2009 kemudian menurun
kembali menjadi 66 orang pada tahun 2010 menjadi 57 orang.
Penderita pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu berjumlah 88
orang, pada tahun 2012 mengalami penurunan yaitu berjumlah 85
orang. Penderita pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu
berjumlah 86 orang.Jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun 2008
sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut :
Penderita HIV/AIDS di Kota Singkawang
Tahun 2009 – 2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
21
10 0 0 0
20
29
16
0 0 0 01
2322
11
0
2 2
01
29
32
22
2
4
1 10
39
26
12
01 1
0
3
27
38
16
< 1 th 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th 15 - 19 th 20 - 29 th 30 - 39 th > 40 th
2009
2010
2011
2012
2013
Proporsi Penderita laki-laki lebih banyak dari pada penderita
perempuan. Penduduk usia produktif antara 20 – 29 tahun dan 30 – 40
tahun adalah penderita terbanyak. Jumlah penderita HIV/AIDS
menurut jenis kelamin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
adalah sebagai berikut :
Penderita HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin di Kota Singkawang tahun 2009– 2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
Penderita HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur Di Kota Singkawang Tahun 2008 – 2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
22
5751
41
6153
45
25
15 16
2732
41
2008 2009 2010 2011 2012 2013
laki-laki
perempuan
Homo1%
Hetero91%
IDU6%
PMTCT2%
Transf0%
Penyebab diperolehnya penyakit ini terutama karena hubungan
hetero-seksual yang tidak aman, Tranfusi, ). Preventing Mother To
Child Transmision (PMTCT) Homo dan penggunaan narkoba secara
suntikan/ Injection Drug Users (IDU) Khusus mengenai hal ini,
kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu
diperlukan upaya penanggulangan yang lebih holistik, dan upaya
tersebut menjadi tanggung jawab semua sektor. Proporsi penderita
HIV/AIDS menurut faktor resiko sebagai berikut :
Proporsi Penderita HIV/AIDS Menurut Faktor Resiko di Kota Singkawang Tahun 2013
Sumber: Surveilens HIV/AIDS Bidang P2PL Dinkes Kota Singkawang
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) selalu merupakan
penyakit terbanyak selama bertahun-tahun. Tahun 2003 kasus ISPA
non pneumonia pada balita mencapai 19,24% dari kasus ISPA pada
semua golongan umur, 2004 mencapai 16,89%, 2005 mencapai 17,11%,
2006 mencapai 19,11% dan pada tahun 2007 mencapai 20,20% dan
pada tahun 2008 mencapai 20,69% dan tahun 2009 mencapai 16,74%,
tahun 2010 mencapai 12,83%, tahun 2011 mencapai 13,03%, tahun
2012 mencapai 13,26% , tahun 2013 mencapai 13,18%
23
Kasus ISPA non pneumonia pada balita tahun 2013 paling
banyak terjadi di wilayah kecamatan Singkawang Timur (33,27%) dan
yang paling sedikit di kecamatan Singkawang Barat (8,55%).
Penderita pneumonia di puskesmas dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2013, sebagian besar adalah penderita dari golongan
umur di bawah 5 tahun (balita). Pada tahun 2012 dari penderita
sebanyak 133 kasus, 120 penderita (90,23%) di antaranya terjadi pada
balita dan penderita balita terbanyak berasal dari kecamatan
Singkawang Selatan 52 penderita (39,10%) Selanjutnya Singkawang
Tengah 49 penderita (36,84%). Angka kesakitan pneumonia pada balita
pada tahun 2012 mencapai 5,8 per 1000 balita terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun 2011 mencapai 6,9 per 1.000 balita, tahun
2010 yang mencapai 16,77 per 1.000 balita, tahun 2009 yang mencapai
11,15 per 1.000 balita, dan tahun 2008 yang mencapai 11,73 per 1.000
balita.
Penderita Penumonia Pada Balita Dan Semua Penderita Menurut Kecamatan
Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013
Jumlah Penderita Pneumonia
No Puskesmas 2009 2010 2011 2012 2013 < 5
Semua < 5 Semua < 5
Semua < 5 Semua < 5
Semua
th
th
th
th
th
1 Skw Selatan 7 9 4 4 47 48 52 65 58 58
2 Skw Utara 9 12 122 122 12 12 1 1 45 45
3 Skw Tengah 181 181 203 203 80 80 49 49 30 30
4 Skw Timur 30 30 7 14 0 0 18 18 12 12
5 Skw Barat 10 13 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Singkawang 237 245 336 343 139 140 120 133 145 145
Sumber: Laporan penemuan dan pengobatan penderita ISPA Puskesmas
24
Upaya pencegahan penyakit campak melalui imunisasi pada bayi
untuk selalu dilakukan setiap tahun, namun masih terjadi kasus
penyakit ini, baik pada balita maupun pada kelompok umur lain. tahun
2013 belum ada feed back hasil sample yang di kirim ke provinsi Pada
tahun 2012, ada 28 kasus campak pada balita atau 0,01 % dari seluruh
kasus yang terjadi pada semua kelompok umur. Terjadi penurunan
kasus dibanding dengan tahun 2011 ada 32 kasus atau 0,02%, tahun
2010, ada 51 kasus campak pada balita atau 0,02% dari seluruh kasus
pada semua kelompok umur. Pada tahun 2009 ada 71 kasus campak
pada balita atau 0,04% dari seluruh kasus yang terjadi pada semua
kelompok umur dan tahun 2008 dengan 27 kasus mencapai 0,01%.
Angka kesakitan campak pada balita tahun 2012 sebanyak 1,36 per
1.000 balita terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011
sebanyak 1,59 per 1.000 balita dan tahun 2010 sebanyak 2,39 per
1.000 balita. Pada tahun 2009 Angka kesakita campak pada balita
sebanyak 1,25 per 1.000 balita
Kasus campak pada balita pada tahun 2012 yang tidak ada kasus
di Kecamatan Singkawang Utara, kasus tertinggi di Kecamatan
Singkawang Tengah 13 kasus. Di Kecamatan Singkawang Selatan 10
kasus, Barat 3 kasus dan Timur 1 kasus, Secara kumulatif terjadi
penurunan kasus campak pada balita di Kota Singkawang pada tahun
2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010. Kasus campak pada balita
yang terendah pada tahun 2011 terjadi di Kecamatan Singkawang
Timur (1 kasus) dan tertinggi di Kecamatan Singkawang Tengah (11
kasus). Di Kecamatan Singkawang Selatan 9 kasus, Barat 7 kasus dan
Utara 4 kasus. Secara kumulatif terjadi penurunan kasus campak pada
balita di Kota Singkawang pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan
tahun 2010. Tahun 2010 terjadi di Kecamatan Singkawang Utara (2
kasus) dan tertinggi di Kecamatan singkawang Tengah (18 kasus). Di
Kec Singkawang Selatan 13 kasus, Timur 12 kasus dan Barat 6 kasus.
25
Angka Kesakitan Campak Pada Balita Menurut Kecamatan
di kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Angka kesakitan per 1.000 pddk
No Puskesmas balita
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 0.98 5.82 1.96 0.48
2 Skw Utara 1.04 1.68 1.67 0
3 Skw Tengah 0.77 5.86 1.79 0.63
4 Skw Timur 0.98 11.55 0.48 0.09
5 Skw Barat 0.11 2.37 1.4 0.14
Kota 1,25 3.88 1.58 1.36
Singkawang
Sumber: LB1 Puskesmas
Penyakit kecacingan berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat. Bila penyakit ini terjadi pada masa pertumbuhan,
maka akan berakibat tumbuhnya manusia yang kurang berkualitas
karena asupan gizi yang diperlukan terganggu oleh adanya cacing.
Di Kota Singkawang penyakit ini memang tidak termasuk dalam 10
penyakit terbanyak, karena poroporsinya dibandingkan dengan semua
penyakit hanya mencapai 0,89% saja dan menduduki peringkat 29 dari
217 penyakit yang tercatat.
Namun bila dilihat kejadiannya pada tahun 2013 maka tampak bahwa
penderita yang terbanyak adalah pada kelompok umur 5 – 14 tahun
dengan 38,84% , selanjutnya diikuti balita (di bawah 5 tahun) yaitu
31,50%, kelompok usia produktif (15-44 tahun) dengan 22,23% .
Keadaan ini selalu sama sejak tahun 2007 sehingga tampak bahwa
penderita berada pada masa awal pertumbuhan yang memerlukan
asupan gizi yang baik. Selain itu kelompok usia produktif (15-44 tahun)
yang proporsinya selalu pada urutan ketiga menimbulkan pertanyaan,
apakah kebersihan diri sudah kurang mendapat perhatian?
26
A. KEMATIAN
Kejadian kematian umumnya diukur dengan angka kematian.
Ada beberapa angka kematian yang biasa dipergunakan, yaitu Angka
Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup (AKB), Angka Kematian Ibu
per 100.000 kelahiran hidup (AKI) dan Angka Kematian Balita per 1.000
kelahiran hidup (AKABA). Secara statistik kesehatan, masih banyak lagi
indikator kematian yang digunakan, namun ketiga indikator di atas
merupakan yang paling umum digunakan sebagai indikator mortalitas
dalam menilai derajat kesehatan. Indikator-indikator ini merupakan
indikator hasil akhir (impact).
Perhitungan angka kematian bukan sekedar hitungan matematik
biasa, artinya ada pembilang, penyebut dan konstanta, kemudian
dimasukkan kedalam rumus, lalu diperolehlah angka kematian. Cara
seperti itu tidak menggambarkan keadaan sebenarnya karena antara
lain data yang ada dari kegiatan rutin (facility-based) tidak dapat
mewakili gambaran keadaan di masyarakat. Konstanta yang digunakan
pun, bila dilihat dengan seksama, berbeda dengan konstanta pada
umumnya. Angka 1.000 atau 100.000 yang digunakan mempunyai
maksud tertentu, apalagi dibelakangnya masih terdapat kata-kata
kelahiran hidup. Oleh karena itu, maka angka kematian ibu, bayi
maupun balita sebaiknya diperoleh dari masyarakat langsung dengan
melalui survey (community-based). Bila tidak ada data yang berasal dari
survei, maka lebih baik digambarkan keadaan absolut saja. Yang jauh
lebih penting dari sekedar mengetahui angka kematian, adalah
mengetahui jawaban dari mengapa yang bersangkutan meninggal
dunia, sebab bila diketahui penyebab kematian secara lebih pasti. maka
dapat dilakukan upaya pencegahan sejauh yang dapat dilakukan oleh
manusia sehingga kejadian kematian dapat dikurangi.
27
2009 2010 2011 2012 2013
eklamsia 2 0 1 0 1
pendarahan 1 1 1 0 2
lain - lain 2 3 5 7 1
Kematian yang seperti itu disebut preventable death. Dari sudut
pandang program pembangunan kesehatan, hal ini akan sangat berarti
dalam upaya penurunan angka kematian.
Pada tahun 2013, belum ada data angka kematian berdasarkan
hasil survei seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Jumlah ibu yang
meninggal ada 4 orang . Jumlah ibu yang meninggal tahun ini
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 Jumlah ibu yang
meninggal ada 7 orang . Laporan Indikator Database 2004 (kerjasama
BPS dengan UNFPA, Jakarta, April 2005), menyebutkan bahwa AKI Kota
Singkawang untuk tahun 2004 sudah menurun menjadi 306 per
100.000 kelahiran hidup dari 332 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2003
Jumlah dan penyebab kematian ibu melahirkan di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: Laporan AMP
Bayi baru lahir (neonatal) yang meninggal pada tahun 2013
berdasarkan laporan kegiatan rutin adalah 20 orang dan penyebab
terbanyak adalah karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 6
orang, asfiksia 6 orang dan lain-lain 8 orang adapun jumlah kematian
neonatal pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2012 adalah 15 orang dan penyebab terbanyak adalah
karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 2 orang, asfiksia 9
orang, sepsis 1 orang, kelainan congenital 1 orang dan lain-lain 2 orang
adapun jumlah kematian neonatal pada tahun 2012 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 21 orang dan
28
2009 2010 2011 2012 2013
BBLR 14 12 10 2 6
Asfiksia 4 2 5 9 6
Sepsis 0 0 1 1 0
lain-lain 11 10 5 3 8
penyebab terbanyak adalah karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 10 orang, Asfiksia 5 orang dan penyebab lainnya adalah 6
orang, Belum ada data mengenai angka kematian bayi untuk tahun
2013. Untuk tahun 2004, angka kematian bayi adalah 42,58 untuk laki-
laki dan 31,72 untuk perempuan per 1.000 kelahiran hidup (Laporan
Indikator Database 2004, kerjasama BPS dengan UNFPA, Jakarta, April
2005). Untuk kematian balita tahun 2013 ada 1 orang.
Jumlah dan penyebab kematian Neonatal di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: Laporan AMP
Kematian neonatal secara umum berhubungan erat dengan cakupan
deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, semakin rendah cakupan deteksi
dini resiko tinggi ibu hamil, maka diperkirakan kematian neonatal akan
semakin meningkat, demikian juga sebaliknya. Perbandingan kedua hal
tersebut adalah sebagai berikut
29
29
2421
15
24
46.26
65.76
26.5
50.3
54.3
2009 2010 2011 2012 2013
Kematian Neonatal
Bumil Risti
Perbandingan antara cakupan bumil resti dan kematian neonatal
di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013 Sumber: Laporan AMP
C. Status Gizi
Pemantauan Status Gizi (PSG) balita yang dilakukan setiap
tahun, dapat menggambarkan status gizi balita karena data yang
dikumpulkan bersifat community-based. Pemantauan Status Gizi balita
merupakan sebuah upaya pemantauan yang dilakukan dengan cara
survei dengan sampel yang proporsional untuk tiap kelurahan. Upaya
ini harus dilakukan setiap tahun untuk memperoleh data status gizi
balita, sebagai bahan penilaian dari kegiatan yang telah dilaksanakan
dan untuk perencanaan kegiatan tahun berikutnya. Status gizi balita
digambarkan dalam indikator Kurang Energi Protein (KEP) Total, yaitu
gabungan antara gizi buruk dan gizi kurang. Gambaran ini
dipergunakan untuk mengetahui besarnya permasalahan gizi balita
yang terjadi. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, KEP Total
cenderung meningkat, walaupun masih dibawah 20%. Pada tahun 2008 KEP total adalah 17,48%, meningkat menjadi 19,13% pada tahun 2009,
menurun lagi menjadi pada Tahun 2010 menjadi 16,45%, menurun
menjadi 12,59% pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 15,72% pada
tahun 2012. Serta menurun kembali menjadi 14,90% pada tahun 2013
30
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2008
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total
(%)
buruk kurang baik lebih
Singkawang Selatan 2,16 10,61 46,10 41,13 12,77
Singkawang Utara 0,80 17,16 80,97 1,07 17,96
ingkawang Tengah 1,74 17,57 68,55 12,15 19,31
Singkawang Barat 2,62 11,55 70,08 15,75 14,17
Singkawang Timur 3,93 19,90 71,73 4,45 23,82
Kota Singkawang 2,23 15,25 66,63 15,88 17,48
Sumber: PSG 2008
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2009
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total (%)
buruk kurang baik lebih
Singkawang Selatan 7,71 20,81 55,11 16,38 28,52
Singkawang Utara 1,82 10,93 48,09 20,95 12,75
Singkawang Tengah 4,08 15,31 67,35 13,27 19,39
Singkawang Barat 3,97 9,83 63,18 23,01 13,81
Singkawang Timur 4,37 19,05 57,94 18,65 23,41
Kota Singkawang 4,38 14,75 57,63 18,68 19,13
Sumber: PSG 2009
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2010
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total
(%)
buruk kurang baik lebih
Singkawang Selatan 3.25 9.02 83.88 14.32 12.28
Singkawang Utara 7.06 22.32 64.41 3.85 29.38
Singkawang Tengah 2.93 7.58 80.44 9.05 10.51
Singkawang Barat 4.84 10.32 70.53 3.56 15.16
Singkawang Timur 4.98 16.01 75.44 6.21 21
Kota Singkawang 4.37 12.07 76.13 7.42 16.45
Sumber: PSG 2010
31
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2011
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total (%)
buruk kurang baik lebih Singkawang Selatan 0.2 10.62 77.56 8.3 14.03
Singkawang Utara 2.11 12.47 65.96 18.9 14.58
Singkawang Tengah 0.41 4.07 33.4 66.01 4.88
Singkawang Barat 0.33 14.33 73.29 9.03 14.58
Singkawang Timur 3.24 11.34 77.33 7.87 17.91
Kota Singkawang 1.09 10.11 63.41 25.12 12.59
Sumber: PSG 2011
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2012
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total
(%)
buruk kurang baik lebih
Singkawang Selatan 3.26 11.63 82.56 2.56 14.89
Singkawang Utara 3.66 11.18 83.23 1.94 14.84
Singkawang Tengah 2.12 8.70 83.44 5.73 10.82
Singkawang Barat 2.14 9.83 85.90 2.14 11.97
Singkawang Timur 5.27 17.89 74.01 2.82 23.16
Kota Singkawang 3.47 12.25 81.14 3.14 15.72
Sumber: PSG 2012
Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Kota Singkawang Tahun 2013
Kecamatan
Status gizi (%) KEP total
(%)
buruk kurang baik lebih
Singkawang Selatan 3.96 13.44 80.40 2.20 17,40
Singkawang Utara 2.78 14.68 82.03 0.51 17,46
Singkawang Tengah 1.44 8.05 89.08 1.44 9,49
Singkawang Barat 2.24 11.21 80.49 6.05 13,45
Singkawang Timur 6.25 10.16 81.64 1.95 16,41
Kota Singkawang 3.16 11.74 82.52 2.58 14,90
Sumber: PSG 2013
32
KEP Total Balita per kecamatan di Kota Singkawang
Tahun 2008 s/d 2013
Kecamatan
KEP Total (%) Trend
2009 2010 2011 2012 2013
(%)
Singkawang Selatan 28,52 15,16 14,03 14,89 17,40 ▲
Singkawang Utara 12,75 12,28 14,58 14,84 17,46 ▲
Singkawang Tengah 19,39 10,51 4,88 10,82 9,49 ▼
Singkawang Barat 13,81 21,00 14,58 11,97 13,45 ▲
Singkawang Timur 23,41 29,38 17,91 23,16 16,41 ▼
Kota Singkawang 19,13 16,45 12,58 15,72 14,90 ▼
Sumber: PSG 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(SPM-BK) yang digunakan untuk menilai status gizi pada balita adalah
Kecamatan Bebas Rawan Gizi, yaitu bila di kecamatan tersebut KEP
total balita berada di bawah 15%.
Dari tabel di atas, tampak bahwa Kota Singkawang pada tahun
2013 masih ada kecamatan dengan masalah rawan gizi yaitu
kecamatan Singkawang Utara dengan KEP Total (17,46%). kecamatan
Singkawang Selatan dengan KEP Total (17,40%). Serta kecamatan
Singkawang Timur dengan KEP Total (16,41%). Melihat tabel tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi ini lebih baik dari pada tahun
sebelumnya, namun selalu ada kemungkinan timbulnya rawan gizi, bila
tidak dilakukan intervensi program secara cermat. Dari tabel hasil PSG
2007 sampai dengan 2013, di setiap kecamatan balita dengan gizi
buruk masih mempunyai kecenderungan menurun dan kembali naik
pada tahun 2009 dan turun kembali pada tahun 2010. Belum jelas apa
yang menyebabkan turun dan demikian juga sebaliknya.
Kabupaten/Kota dikatakan bebas dari masalah gizi bila KEP nyata ini
berada di bawah 1% (Buku Panduan Pengelolaan Program Perbaikan
Gizi Kabupaten/Kota, DepKes RI, 2000)
33
Bayi lahir dangan berat badan kurang dari 2500 gram atau bayi
berat lahir rendah (BBLR) pada tahun 2013 berjumlah 151 Bayi atau
3,90 % pada pada tahun 2012 berjumlah 131 bayi atau 3.30 % tahun
2011 berjumlah 90 bayi atau, 2,39% tahun 2010 berjumlah 164 bayi
atau 3,8% dari seluruh bayi lahir hidup. BBLR terbanyak adalah di
wilayah kerja Puskesmas Singkawang Tengah yaitu 77 bayi (5,93%) dari
seluruh BBLR yang ada, sementara kunjungan K4 ibu hamilnya 95,83
%. Jadi pemeriksaan kehamilan yang dilakukan sudah berdampak
dapat memperbaiki kondisi ibu hamil menjadi lebih baik. Jumlah BBLR di Kota Singkawang dapat dilihat pada tabel berikut :
Persentase BBLR per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013
Puskesmas
Persentase BBLR Trend
2009 2010 2011 2012 2013
Skw Selatan 0.86 0.77 1.52 2.38 1.26 ▼
Skw Utara 2.49 2.91 4.17 4.18 2.80 ▼
Skw Tengah 1.03 4.08 2.99 3.50 5.93 ▲
Skw Timur 3.41 2.13 1.1 1.90 4.33 ▲
Skw Barat 0.58 5.65 2.11 4.11 3.91 ▼
Kota Singkawang 1.29 3.85 2.39 3.30 3.90 ▲
Sumber: Laporan AMP Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
D.UMUR HARAPAN HIDUP
Berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 sebagai hasil
kerjasama BPS dengan UNFPA, yang dikeluarkan pada bulan
Januari 2006, umur harapan hidup penduduk kota Singkawang
mencapai 69,94 tahun untuk perempuan dan 65,94 tahun untuk
laki-laki. Untuk penduduk provinsi Kalimantan Barat rata-rata umur
harapan hidup perempuan adalah 68,35 tahun dan untuk laki-laki
64,12 tahun. Untuk tahun 2013, belum ada data mengenai hal ini.
34
94.67 93.2 94.1 92.9
105.2
91.06 87.382.1 86.7
95.8
2009 2010 2011 2012 2013
K 1 K 4
2012
BAB IV
PENYELENGGARAAN UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
A. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu jenis
pelayanan kesehatan yang harus dilakukan setiap fasilitas
kesehatan, karena merupakan bagian dari urusan wajib
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar.
a) Pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan kesehatan ibu merupakan upaya meningkatkan
kesehatan ibu dan menurunkan kematian. Cakupan K1 pada
tahun 2013 mencapai 105,2% dan Cakupan K4 mencapai 95,8%.
Hasil Cakupan K1 mengalami peningkatan sedangkan K4 tahun
2013 mengalami peningkatan juga jika dibandingkan dengan
tahun 2012 yaitu Cakupan K1 mencapai 92,9% dan cakupan K4
mencapai 86,7%. tahun 2011 yaitu Cakupan K1 mencapai 94,1%
dan cakupan K4 mencapai 82,1%. dan hasil Cakupan K1 pada
tahun 2010 mencapai 93,20% dan cakupan K4 mencapai 87,30%
Cakupan persentase K1 dan K4 tahun
2009 s/d 2013 di Kota Singkawang
Sumber: PWS KIA
35
93.9 97.2
125.1
106
94.585.8
92.7
115.5
85.1 86.6
Skw Selatan Skw Utara Skw Tengah Skw Timur Skw Barat
K i K 4
Capaian K1 di puskesmas Singkawang Selatan yaitu (93,9%)
puskesmas Singkawang Utara (97,2%). Puskesmas Singkawang
Tengah yaitu (125,1%) puskesmas Singkawang Timur (106%) dan
puskesmas Singkawang Barat (94,5%) Sedangkan cakupan K4
puskesmas Singkawang Selatan yaitu (85,8%) puskesmas
Singkawang Utara (92,7%) puskesmas Singkawang Tengah (115,5%)
puskesmas Singkawang Timur (85,1%). puskesmas Singkawang
Barat (86,6%).
Hasil cakupan per puskesmas pada tahun 2013, tampak seperti
pada grafik di bawah ini.
Cakupan persentase K1 dan K4 ibu hamil per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2013
Sumber: PWS KIA
Cakupan K1 dan K4 ibu hamil di puskesmas di
Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Cakupan (%)
No Puskesmas
K1 K4
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 95.51 82.2 78.9 87.1 93.9 97.87 75.9 68.1 73.8 85.8
2 Skw Utara 91.79 78.6 90.9 89.4 97.2 85.26 74.5 83 87.0 92.7
3 Skw Tengah 99.92 99.1 101.8 101.0 125.1 89.2 89.3 90.2 95.1 115.5
4 Skw Timur 81.74 92.6 80,8 91,3 106 84.79 88.5 80.4 86.4 85.1
5 Skw Barat 95.23 100.0 105.5 90.5 94.5 93.09 97.4 85.2 88.6 86.6
Kota Singkawang 95,81 78,53 94.67 94.1 105.2 94.1 79,49 91.06 82.1 95.8
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas tahun 2009,2010,2011,2012, 2013
36
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA seharusnya dapat
digunakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan ini, namun tampak-nya belum dimanfaatkan sebaik-
baiknya, sehingga permasalahan yang ada dan dimana
permasalahan tersebut terjadi, belum dapat ditanggulangi
sebagaimana mestinya. Ini juga menunjukkan bahwa manajemen
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak
masih harus terus diperbaiki.
Salah satu indikator untuk melihat apakah pelayanan tersebut
sudah cukup berkualitas atau belum adalah dengan melihat
kesenjangan antara K1 dan K4. Kesenjangan antara K1 dan K4 pada
tahun 2013 sebesar 9,4% sedangkan pada tahun 2012 sebesar 6,2%
tahun 2011 sebesar 12%. Batas toleransi kesenjangan K1 dan K4
adalah 10%. Secara keseluruhan Kota Singkawang kesenjangan
masih dibawah 10%.
Pada tahun 2013 terjadi kenaikan cakupan K1 serta K4 di
Kota Singkawang dibanding tahun 2012 terjadi penurunan cakupan
K1 sedangkan K4 di Kota Singkawang dibanding tahun 2011,
namun hasil ini masih memenuhi target, upaya untuk
mempertahankan maupun meningkatkan cakupan ini terus
didorong guna mencapai tujuan pemeriksaan ibu hamil, yaitu
Persalinan Yang Aman (MPS = Making Pregnancy Safer).
Kesenjangan K1 dan K4 per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2008 – 2013
No Kecamatan Kesenjangan K1 - K4 (%)
2009
2010 2011 2012
2013
1 Skw Selatan -2.36 6.3 10.81 14.3 8.
2 Skw Utara 6.53 4.1 7.91 2.4 4.5
3 Skw Tengah 10.72 9.8 11.59 5.6 9.4
4 Skw Timur -3.05 4.1 0.4 4.9 20.9
5 Skw Barat 2.14 2.6 20.29 1. 9 7.8
Kota Singkawang 3.61 5.9 12 6,2 9.3
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas , 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
37
Untuk mencegah terjadinya kematian bayi karena tetanus
pada waktu melahirkan, ibu mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) dalam masa kehamilan. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
ini merupakan bagian dari program pemberian imunisasi TT pada
Wanita Usia Subur (WUS), yaitu wanita berumur 15 – 39 tahun
termasuk ibu hamil dan calon pengantin (catin).
Pemberian imunisasi TT pada WUS merupakan program
jangka panjang yaitu pemberian imunisasi TT 5 dosis untuk
memberikan kekebalan seumur hidup kepada WUS terhadap
penyakit tetanus. Imunisasi TT akan memberikan perlindungan
optimal bila jarak pemberian dosis tidak terlalu dekat, dengan
memperhatikan jarak minimal yang dipantau dengan menggunakan
kartu TT seumur hidup (Long Life Card / LLC).
Jarak pemberian imunisasi TT1 dengan TT2 adalah 1 bulan (4
minggu), dari TT2 ke TT3 adalah 6 bulan, dari TT3 ke TT4 adalah 1
tahun atau lebih dan dari TT4 ke TT5 adalah 1 tahun atau lebih.
Adapun cakupan pemberian imunisasi TT 5 dosis pada WUS ibu
hamil dan WUS tidak hamil tahun 2013 seperti pada tabel-tabel
dibawah ini.
38
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 pada ibu hamil per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2013
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 ibu hamil (%)
No Puskesmas Ibu TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Hamil Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Skw Selatan 1,045 66 63 79 7.6 53 5.1 27 2.6 11 1.1
2 Skw Utara 535 4 0.7 29 5.4 56 10.5 27 5.0 17 3.2
3 Skw Tengah 1,373 305 22.2 478 34.8 0 0 0 0 443 32.3
4 Skw Timur 464 77 16.6 75 16.2 35 7.5 17 3.7 29 6.3
5 Skw Barat 1,091 985 90.3 885 81.1 0 0 0 0 384 35.2
Kota 4,508 1,437 31.9 1.546 34.3 144 3.2 71 1.6 884 19.6
Singkawang
Sumber : Laporan Immunisasi Puskesmas 2013
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil merupakan salah satu
bagian dari pelayanan 7T (ibu hamil di Timbang berat badannya,
diperiksa Tekanan darahnya, diperiksa Tinggi fundusnya, diberi
Tablet penambah darah, diberi imunisasi TT, diperiksa Tes terhadap
penyakit menular seksual, dan dilakukan Temuwicara dalam rangka
persiapan rujukan).
Mengingat pelayanan ante natal bertujuan agar ibu dapat
melahirkan dengan aman dan bayinya juga lahir dengan selamat,
maka manajemen ante natal care ini perlu mendapat perhatian
seksama dan dilakukan dengan sebaik-baiknya serta bukan hanya
sekedar pemeriksaan rutin semata
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 pada WUS Tidak Hamil Menurut
Puskesmas di Kota Singkawang Tahun 2013
Cakupan imunisasi TT1 – TT5 WUS tidak hamil (%)
No Puskesmas WUS TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
(Tdk
Hamil) Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Skw Selatan 8,272 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0
2 Skw Utara 509 3 0.6 31 6.1 8 1.6 11 2.2 2 0.4
3 Skw Tengah 10.852 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0
4 Skw Timur 3.671 10 0.3 3 0.1 3 0.1 0 0 3 0.1
5 Skw Barat 8.633 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Singkawang 31,937 13 0.0 34 0.1 11 0.0 11 0.0 5 0.0
Sumber: Laporan imunisasi Puskesmas 2013
39
ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT 5 dosis secara lengkap
sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. Selain itu sistem
pencatatan yang baik melalui kartu TT seumur hidup (Long Life Card
/ LLC) pada setiap WUS sangat diperlukan agar pemberiannya tepat.
Tablet Fe (zat besi) diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90
tablet selama masa kehamilannya. Upaya ini dimaksudkan untuk
menanggulangi masalah anemia pada ibu hamil. Cakupan
pemberian tablet Fe3 pada tahun 2013 mencapai 95,85% sementara
target yang ditetapkan Departemen Kesehatan adalah 90%.
Pencapaian tahun 2013 mengalami kenaikanan bila
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 86,72%. Cakupan ini
hampir seimbang dengan cakupan K4 yaitu 95,83% atau hanya
selisih – 0.02% saja.
Cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2009– 2013
CAKUPAN ( % )
No Kecamatan Fe 1 Fe 3
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 112.4 67.78 177.9 87.14 93.88 95.61 63.77 121.2 73.75 85.84
2 Skw Utara 92.84 79.32 151.5 89.38 97.20 87.79 75.9 130.8 86.99 92.90
3 Skw Tengah 116.5 110.4 35.24 101 125 101.3 99.44 32.17 95.12 115.5
4 Skw Timur 72.21 92.59 80.85 91.32 106 59.43 88.48 80.44 86.39 85.13
5 Skw Barat 108.8 128.1 105.5 90.48 94.5 123.4 124.7 85.19 88.63 86.62
Kota Singkawang 105.6 99.87 103.4 92.86 105.1 92.86 93.98 82.09 86.72 95.85
Sumber: LB3 puskesmas Keterengan: Fe1 = pemberian 30 tablet Fe; Fe3 = pemberian 90 tablet Fe
40
Kesenjangan antara K4 dan Fe3 ibu hamil per puskesmas di
Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Kecamatan Kesenjangan K4 - Fe 3 (%)
2009 2010 2011 2012
2013
1 Skw Selatan 2.81 12.2 53.02 0.05 0.04
2 Skw Utara -2.53 -0,4 -47.80 0.01 0.20
3 Skw Tengah -12.11 -10,1 58.01 -0.02 0.00
4 Skw Timur 25.36 0.00 0.00 0.01 0.03
5 Skw Barat -30.28 -27,3 0.00 -0.03 0.02
Kota Singkawang -7.82 -6,7 -0.01 -0.02 0.05
Sumber: PWSKIA dan LB3 (diolah)
,Dari tabel kesenjangan antara K4 dan Fe3 di atas,
memperlihatkan bahwa angka kesenjangan makin kecil sejak tahun
2009 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2013 angka
kesenjangan tinggal 0,05%, angka ini masih dibawah batas toleransi
yaitu 10%. Ini memperlihatkan bahwa sudah mulai ada keterkaitan
antara kedua bentuk pelayanan yang ada.
Pembinaan dari Dinas Kesehatan terhadap puskesmas yang
selama ini dilakukan, harus lebih lebih dipertajam dengan
menggunakan data yang ada (evidence-based).
b) Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan merupakan salah satu indikator
yang digunakan dalam Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Sebagai salah satu urusan wajib, maka
pelaksanaan pelayanan ini harus menjadi prioritas dan harus selalu
ditingkatkan, baik akses maupun mutunya.
41
Cakupan persentase Persalinan ditolong oleh tenaga Kesehatan di
Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
Sumber: PWSKIA puskesmas
Pada tahun 2013, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas mencapai 87,5%. Cakupan yang diperoleh
puskesmas, sudah termasuk hasil kegiatan yang dilakukan oleh
bidan berpraktik swasta. Terjadi kenaikan capaian dibandikan
dengan tahun 2012 mencapai 82,9%. Perkiraan target untuk tahun
2013 target yang ditetapkan Departemen Kesehatan adalah 90%.
Tidak tercapainya target disebabkan antara lain karena
terlalu tingginya angka target yang ditetapkan dibandingkan dengan
kondisi riil jumlah Bumil yang ada.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
di puskesmas dan rumah sakit Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Kecamatan Cakupan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 81,76 92.6 77.6 81.7 84.6
2 Skw Utara 79,04 99.8 82.5 84.1 90.6
3 Skw Tengah 91,35 96.4 81.7 80.2 93.1
4 Skw Timur 99,27 99.5 77 75.2 88.9
5 Skw Barat 95,08 99.9 83.7 90.1 81.0
Kota Singkawang 89,72 97.6 80.9 82.9 87.5
Sumber: PWSKIA puskesmas, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 (diolah)
42
89.7297.6
80.9 82.8787.47
2009 2010 2011 2012 2013
90.13
87.4
76.1
89.2290.5
2009 2010 2011 2012 2013
c) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (0 – 28 hari)
Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
neonatal, paling sedikit 2 kali, yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1
kali pada umur 8-28 hari, di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal
dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI
dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, kulit, dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K,
manajemen terpadu bayi muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan
neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
Untuk mendapatkan data yang benar maka pencatatannya
harus dalam bentuk kohort, agar hasil cakupan dapat dihitung
berdasarkan bayi baru lahir yang datang dan bukan berasal dari
banyaknya kunjungan (frekuensi kunjungan), karena pelayanan ini
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan bayi baru lahir, bukan
sekedar men-dapatkan angka cakupan saja
Cakupan persentase Kunjungan Neonatus
di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
Sumber: Laporan PWSKIA
43
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (neonatus) pada tahun 2013
mencapai 90,5% terjadi kenaikan dibandingkan pada tahun 2012
mencapai 89,2%. tahun 2011 mencapai 76,10%. Departemen
Kesehatan telah menetapkan target sebesar 90%. Cakupan ini belum
mencapai target yang ditentukan.
Cakupan puskesmas yang masih dibawah target yang
ditentukan, yaitu Puskesmas Singkawang Selatan mencapai 81,8%,
Puskesmas Singkawang Tengah mencapai 87,1%.
Yang perlu menjadi perhatian adalah apakah data yang
dilaporkan sudah sesuai dengan definisi operasional yang telah
ditentukan oleh Departemen Kesehatan, seperti yang tercantum
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Cakupan kunjungan neonatus per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2009– 2013
No Kecamatan Cakupan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 81,49 70,00 52,98 82,9 81,8
2 Skw Utara 93,13 98,80 99,78 99,6 98,9
3 Skw Tengah 90,57 85,10 73,79 85,1 87,1
4 Skw Timur 90,78 100 100 86 90,6
5 Skw Barat 94,19 90,60 79,22 95,9 100
Kota Singkawang 90,13 87,40 76,10 89,2 90,5
Sumber: Laporan PWSKIA Puskesmas,2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013.
d) Pelayanan kesehatan bayi
Pelayanan kesehatan bayi diukur dengan cakupan kunjungan
bayi yang definisi operasionalnya adalah cakupan bayi yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
bayi, paling sedikit 4 kali, yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali
pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada
umur 9-12 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
44
Cakupan persentase Kunjungan Bayi di Kota Singkawang
tahun 2009 s/d 2013
Sumber : LB3 Puskesmas
Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Singkawang pada
tahun 2013 mencapai 59,2% terjadi penurunan dibandingkan
pada tahun 2012 yang mencapai 80,7% pada tahun 2011
mencapai 86,8% terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun
2010 yang mencapai 36,8% dan masih belum memenuhi target
yang ditentukan yaitu sebanyak 90%. Tidak terpemenuhinya
target yang ditentukan ini perlu kajian khusus penyebabnya.
Cakupan kunjungan bayi per
puskesmas di Kota Singkawang
tahun 2009 – 2013
No Kecamatan Cakupan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 63.09 81.7 90 76 48
2 Skw Utara 69.95 45.4 100 96,4 72,2
3 Skw Tengah 78,51 11,8 99,5 84,2 54,0
4 Skw Timur 85.75 44.9 82 102,8 117,3
5 Skw Barat 85.2 32.5 63,7 63,5 45,2
Kota Singkawang 76.79 36.8 86,8 80,7 59,2
Sumber : LB3 Puskesmas 2009, 2009, 2011, 2012, 2013
45
76.7
36.8
86.880.7
59.2
2009 2010 2011 2012 2013
2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah Dan
Remaja
Pelayanan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja lebih
banyak dilaksanakan melalui posyandu dan program Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS). Pelayanan kesehatan minimal yang harus
dilakukan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan adalah deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan
pra sekolah, penjaringan Pelayanan kesehatan pada UKS adalah
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD
dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap siswa kelas 1
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan dokter kecil
secara berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil,
penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan). Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa kelas 1 SD
dan setingkat yang diperiksa kesehatan-nya oleh tenaga kesehatan
atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada tahun 2013, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa Sekolah
Dasar dan yang setingkat sudah mencapai 92,6% terjadi peningkatan
sedikit dibandingkan tahun 2012, cakupan pemeriksaan kesehatan
siswa Sekolah Dasar dan yang setingkat sudah mencapai 92,4%
terjadi penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 93,3%. Bila di
lihat dari persebaran per-kecamatan kegiatan ini terjadi pada semua
kecamatan yang capaiannya belum memenuhi target yang ditetapkan
Departemen Kesehatan melalui SPM yaitu sebesar 100%. Capaian
kecamatan Singkawang Selatan 92% Capaian kecamatan Singkawang
Utara 100%, kecamatan tengah 98% Singkawang Timur 87% dan
kecamatan Singkawang barat 89%.
Cakupan pemeriksaan siswa kelas 1 SD dan setingkat ini masih
belum memenuhi dari target yang ditetapkan.
46
87.28
16.33
93.3 92.4 92.6
2009 2010 2011 2012 2013
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
Sumber : LB3 Puskesmas 2013
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Per Puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
No Kecamatan Cakupan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 100 20.71 100 92 92
2 Skw Utara 100 16.57 97 76 100
3 Skw Tengah 100 13.3 99 99 98
4 Skw Timur 100 16.65 100 91 87
5 Skw Barat 58.53 15.1 80 95 89
Kota Singkawang 87.28 16.33 93.3 92.4 92.6
Sumber : LB3 Puskesmas 2012
47
3. Pelayanan kesehatan usia subur dan keluarga berencana
Cakupan peserta aktif keluarga berencana merupakan salah satu
indikator dalam Standar Pelayanan Minimal. Pelayanan KB antara
lain bertujuan untuk mengurangi masalah 4T (terlalu muda, terlalu
tua, terlalu banyak dan terlalu sering) pada pasangan usia subur
terutama pada keluarga miskin, yang besar kemungkinannya me-
nyebabkan kematian pada ibu. Berdasarkan data dari Bidang
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Singkawang, cakupan
peserta KB aktif pada tahun 2013 mencapai 52,3% dan peserta KB
baru mencapai 9,8%. Pada tahun 2012 cakupan peserta KB aktif
mencapai 71,1% dan peserta KB baru mencapai 20,1%.
Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru Menuru Kecamatan
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
CAKUPAN ( % )
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013 Aktif Baru Baru Aktif Baru Aktif Baru Aktif Baru Aktif
1 Skw Selatan 15,86 79,03 14.4 67.1 18 81.3 18.7 71.1 7.9 49.9 2 Skw Utara 22,84 91,51 14.8 64 18.1 76.8 16.4 70.5 19.4 59.9 3 Skw Tengah 15,19 71,43 24.6 80.5 28.7 70 22.0 71.4 7.7 3.1 4 Skw Timur 22,96 97,13 15.5 77.4 13.1 84.2 18.5 70.4 9.2 41.1 5 Skw Barat 14,95 73,07 14.9 77.7 22.9 75.1 21.4 71.3 9.7 92.3
Kota Singkawang 17,22 79,24 17 73.3 19.8 77.8 20.1 71.1 9.8 52.3
Sumber: BPMPKB Kota Singkawang
Jenis kontrasepsi yang digunakan oleh para peserta KB aktif
maupun baru adalah sebagai berikut:
48
IUD, 1.80%MOP/MOW, 0.30%
IMPLAN, 1.80%
Suntik, 58.50%
PIL, 35.80%
Kondom, 1.80%
Aktif
IUD, 5.80%MOP/MOW, 0.60%
IMPLAN, 4.80%
Suntik, 54.30%
PIL, 33.30%
Kondom, 1.20%
Baru
Proporsi Peserta KB Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan
di Kota Singkawang tahun 2013
Sumber : BPMPKB Kota Singkawang
4. Pelayanan imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh dan harus dilaksanakan
secara terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai
penularan. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi
Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu,
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan
untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat
menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Imunisasi yang harus diberikan pada
bayi adalah imunisasi dasar lengkap.
49
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT,
4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi pada tahun 2013 mencapai 75,8%. Cakupan ini
menurun dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 80,7%. dan tahun
2011 mencapai 90, 7% dan tahun 2010 mencapai 82,57%.
Cakupan imunisasi dasar pada bayi
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Jenis Target Cakupan (%)
Imunisasi 2013 (%)
2009 2010 2011 2012 2013
BCG 95 122,34 92.7 5.1 97.1 89.1
DPT 1 – HB 1 95 109,61 87.7 85.7 85 78.7
DPT 2 – HB 2 90 102,38 82.0 82.2 81.6 72.6
DPT 3 – HB 3 90 103,20 81.3 81.8 80 71.4
Polio 1 90 150,71 119.7 115.7 116.1 98.1
Polio 2 90 108,86 87.7 87.2 89 78.6
Polio 3 90 105,53 86.9 85.1 83.5 74.9
Polio 4 90 10,71 81.7 84.8 80.2 70.4
Campak 90 105,06 82.6 86.3 83.5 75.8
HB 0 80 109,61 84.8 89.3 91 97,4
Sumber: Laporan Imunisasi Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Berdasarkan tabel di atas cakupan imunisasi dasar pada bayi pada tahun
2013 secara keseluruhan trendnya menurun. Namun indikator imunisasi
dasar lengkap pada bayi saja tidak cukup, karena dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, maka setiap desa harus mencapai Universal Child
Immunization (UCI) untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Target
desa/kelurahan UCI yang ditetapkan
50
Departemen Kesehatan tahun 2013 harus mencapai 100%. Kelurahan
yang telah mencapai UCI di Kota Singkawang pada tahun 2013
mencapai 15 kelurahan (57,7%) dari 26 kelurahan yang ada. Capaian
kelurahan UCI menurun dibanding dengan tahun 2012 yaitu 18
kelurahan. Target yang akan dicapai pada tahun 2013 sebesar 100%
kelurahan harus sudah mencapai UCI. Secara keseluruhan kelurahan
yang mencapai UCI masih perlu ditingkatkan.
Kelurahan yang telah mencapai UCI di Kota Singkawang
tahun 2009– 2013
Puskesmas Jlh Kelurahan UCI % kelurahan UCI
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
Skw Selatan 4 3 3 2 2 100 75 75 50 50
Skw Utara 4 7 7 6 5 57.14 100 100 86 71
Skw Tengah 6 5 6 5 3 100 38 100 83 50
Skw Timur 4 5 4 3 4 80 10 80 60 80
Skw Barat 0 0 0 2 1 0 0 0 50 25
Kota 18 20 20 18 18 69.23 77 76,9 69,2 57,7
Singkawang
Sumber: Laporan imunisasi puskesmas tahun 2009, 2010, 2011,2012, 2013
Di samping imunisasi rutin dan kegiatan-kegiatan di atas, biasanya
juga telah dilakukan imunisasi pada anak sekolah khususnya anak
sekolah tingkat dasar (SD/MI) setingkat baik sekolah negeri
maupun swasta kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 yang disebut Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Pada kegiatan ini diberikan
imunisasi DT dan campak pada seluruh siswa kelas 1 dan imunisasi
TT pada seluruh siswa kelas 2 dan kelas 3 dengan target minimal
95%. Tujuan pelaksanaan BIAS DT, TT dan campak adalah untuk
memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit
Tetanus, termasuk Tetanus Neonatorum, Difteri danCampak.
Kegiatan BIAS DT, TT dan Campak tahun 2013 tidak dilakukan
sehingga hasil cakupan kegiatan BIAS tidak ada.
51
5. Pelayanan pengobatan/perawatan
a) Pelayanan pengobatan/perawatan umum
Pelayanan pengobatan rawat jalan merupakan salah satu
indikator dalam pelaksanaan kewenangan wajib bidang kesehatan.
Sesuai dengan petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota dari Departemen Kesehatan RI, yang
dimaksud dalam indikator ini adalah kunjungan penderita rawat jalan
baru dibagi dengan jumlah penduduk pada kurun waktu yang sama.
Target yang ingin dicapai pada tahun 2013 adalah 15%, artinya
tidak lebih dari 15% penduduk yang sakit yang harus mendapatkan
pelayanan rawat jalan. Tidak lebih dari 15% berarti jumlah penduduk
yang sakit diharapkan setiap tahun akan makin berkurang dan untuk
itu perlu digalakkan upaya promotif dan preventif, sehingga masyarakat
dapat melakukan pencegahan terjadinya penyakit dengan mening-
katnya perilaku dan lingkungan yang sehat.
Hasil yang lebih rendah dapat juga berarti bahwa penduduk tidak mau
memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah (pusksesmas dan rumah
sakit) maupun swasta (rumah sakit) yang ada di Kota Singkawang,
tetapi lebih suka menggunakan pelayanan swasta lain berupa praktek
dokter, yang datanya sementara ini belum dapat terjangkau oleh sistem
informasi kesehatan yang berlaku. Bila ini yang terjadi, maka
pertanyaannya adalah apakah kualitas pelayanan fasilitas kesehatan
tersebut tidak seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Belum ada survei yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan
tersebut, karena tidak ada dana yang tersedia untuk itu, sementara
dana yang tersedia untuk pelaksanaan program rutin lainnya saja,
masih di bawah dari yang diperlukan, ini berarti pemanfaatan dana
yang terbatas tersebut harus benar-benar efisien.
52
Pelayanan kesehatan gratis sekalipun belum tentu dapat
menjawab persoalan apakah tidak atau kurang dimanfaatkannya
fasilitas kesehatan pemerintah yang ada karena terbentur tidak ada
dana dari masyarakat. Sebenarnya masih banyak jenis survei yang
harus dilakukan untuk mengetahui permasalahan kesehatan lain, yang
datanya tidak dapat diperoleh dari sistem informasi kesehatan yang
berlaku sekarang.
Pelayanan pengobatan rawat jalan pada tahun 2013 mencapai
201,5% dari penduduk kota Singkawang terjadi peningkatan dibanding
tahun 2012 mencapai 162,3% pada tahun 2011 mencapai 156,6% dari
penduduk kota Singkawang.
Dibandingkan dengan tahun 2012 cakupan rawat jalan di
puskesmas Meningkat sedikit tapi masih diatas target yang ditoleransi
yaitu tidak lebih dari 15% penduduk yang sakit yang harus
mendapatkan pelayanan rawat jalan. Sedangkan cakupan rawat jalan di
rumah sakit mengalami peningkatan.
Hal ini mungkin disebabkan karena sejak akhir tahun 2006
pelayanan kesehatan di puskesmas tidak mengambil biaya dari
masyarakat tapi disubsidi oleh pemerintah Kota Singkawang sedangkan
di Rumah Sakit mungkin disebabkan karena meningkatnya penduduk
miskin yang berakibat meningkatnya pasien Jamkesmas serta adanya
program Jamkesda yang mensubsidi penduduk miskin yang diluar
kuaota Jamkesmas tidak dipungut biaya bila berobat di RS Pemerintah
di kelas III.
53
Cakupan Rawat Jalan Menurut Fasilitas Pelayanan di
Kota Singkawang tahun 2008 – 2012
Fasilitas kesehatan Cakupan (% terhadap penduduk Kota)
2009 2010 2011 2012 2013
Puskesmas
Skw Selatan 12,13 12.89 26.5 35,29 36,67
Skw utara 10,87 8.59 7.38 4,43 21,91
Skw Tengah 55,32 49.43 58.02 34,51 36,46
Skw Timur 17,82 3.70 13.18 21,46 32,04
Skw Barat 11,44 7.71 7.46 8,58 16,71
Rumah sakit
Dr.Abdul Aziz 16.23 14.81 18.96 22,57 23,66
Harapan Bersama 6.28 4.02 15.77 20,58 20,22
Vincentius 5.95 8.55 2.54 7,15 4,27
Kusta Alverno 0.51 0.36 0.43 0.49 0.49
Jiwa 2.41 2.37 2.85 3,09 4,27
Rumkit Tk.IV 4.47 3.6 3.53 3,58 4,88
Kota Singkawang 143.5 116 156.63 162,3 201,5
Sumber: Laporan RL1 – SPRS, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
Indikator lain yang diperlukan dalam penilaian pelaksanaan
urusan wajib bidang kesehatan, untuk menilai kinerja pelayanan
pengobatan adalah pelayanan pengobatan rawat inap. Pada tahun 2013,
untuk rawat inap yang dilakukan di semua rumah sakit di Kota
Singkawang, mendapat kunjungan sebanyak 28.934 pasien atau 14,55%
dari seluruh penduduk kota Singkawang.
Cakupan ini meningkat sedikit dibandingkan pada tahun 2012,
sebanyak 26.164 pasien atau 13,45% dari seluruh penduduk kota
Singkawang, tahun 2011 dengan kunjungan sebanayak 30.008 pasien
atau 15,77%. Target tahun 2013, diharapkan tidak lebih dari 15%
penduduk saja yang harus dirawat di rumah sakit. Pelayanan rumah
sakit umum yang ada di Kota Singkawang pada tahun 2013 dapat
dilihat dari indikator-indikator di bawah ini :
54
Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit
Di Kota Singkawang Tahun 2013
RSUD RSU RSU
RS
Indikator Abdul Harapan Tingkat Standard
Vincentius
Aziz Bersama IV
Tempat tidur 205 132 105 44 tad
Kunj. pasien 5.235 2.454 tad
Rawat Inap 9.255 9.167
BOR (%) 48,4 75,9 35,9 43,2 tad
ALOS (hari) 3.9 4,0 3,1 0,6 tad
TOI (hari ) 4,1 1,3 5,5 0,8 tad
GDR (%) 4,3 2,1 4,3 0,3 tad
NDR (%) 1,7 0.6 1,3 0,3 tad
Sumber: Laporan RL2A dan RL2B Rumah Sakit
b) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terutama adalah
berupa pelayanan dasar kesehatan gigi, yang terdiri dari pencabutan
dan penambalan, serta upaya preventif dan promotif pada murid
sekolah dasar. Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan ini
adalah rasio penambalan dan pencabutan gigi (rasio T/C), yang pada
tahun 2013 ditargetkan mencapai 1, artinya 1 gigi dicabut diimbangi
oleh 1 gigi yang ditambal
Rasio penambalan dan pencabutan gigi per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Kecamatan Rasio Tambal/Cabut (TC)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 0.07 0.1 0.05 2,6 0,2
2 Skw Utara 0,00 0,00 0,00 0,1 0,0
3 Skw Tengah 0.06 0.1 0.08 0.1 0.1
4 Skw Timur 0.01 0.2 0.51 0.7 0.5
5 Skw Barat 0.1 0.2 0.28 22.9 0,3
Kota Singkawang 0.04 0.1 0.11 0.9 0.1
Sumber: LB4 Puskesmas 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
55
Dari tabel di atas tampak bahwa pelayanan kesehatan gigi yang
dilakukan di puskesmas masih lebih banyak berupa pencabutan gigi.
Sementara penyakit gigi yang diderita oleh masyarakat cukup banyak
dengan masuknya penyakit ini dalam kelompok 10 besar penyakit
seperti yang telah diuraikan pada bab III.
Bila pelayanan yang diberikan lebih banyak berupa pencabutan
gigi, maka penduduk kota Singkawang akan banyak yang mengalami
kesulitan pengunyahan. Meskipun pencabutan gigi untuk suatu saat
dapat menghilangkan gejala rasa sakit, namun akan menimbulkan
permasalahan kesehatan lain, karena fungsi pengunyahan sudah
sangat berkurang. Keadaan ini menunjukkan masih sangat
diperlukan pemberian informasi kepada pasien/masyarakat tentang
manfaat penambalan gigi dan kerugian hilangnya gigi terhadap
kesehatan pada umum-nya.
Di samping itu, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
menunjang terlaksananya pelayanan penambalan dan upaya
pencegahan di puskesmas serta biaya operasional untuk pelayanan di
tingkat sarana pelayanan harus selalu tersedia. Penghambat
pelayanan penambalan gigi di puskesmas selama ini adalah karena
kurang lengkapnya bahan dan peralatan dasar yang sangat
dibutuhkan untuk hal tersebut.
Penambalan gigi tidak akan mungkin dilaksanakan hanya
dengan menyediakan satu atau dua bahan saja, karena pelayanan ter-
sebut merupakan sebuah rangkaian pekerjaan berdasarkan standar
yang berlaku.
Upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas
adalah pada murid sekolah dasar melalui kegiatan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS). Hasil cakupan UKGS tahun 2009 - 2013 adalah
sebagai berikut
56
Cakupan UKGS (promotif dan preventif) pada murid SD Per Puskesmas di Kota Singkawang th 2009 – 2013
Cakupan (%)
No Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013
Diperiksa Dirawat Diperiksa Dirawat Diperiksa Dirawat Diperiksa Dirawat Diperiksa Dirawat
1 Skw Selatan 100 100 100 100 100 100 tad tad 35.5
2 Skw Utara 100 100 100 100 97 100 72.6 100 100
3 Skw Tengah 100 97.06 100 100 99.1 100 20.74 100 98.0
4 Skw Timur 100 100 0 0 100 100 tad tad 38.0
5 Skw Barat 58.53 58.53 0 0 80.4 100 tad tad 90.7
Kota Singkawang 87.28 97.94 100 100 98.9 100 tad tad 57.6
Sumber: LB4 Puskesmas 2009, 2010, 2011. 2012, 2013
Cakupan UKGS (promotif dan preventif) pada murid SD dilakukan oleh
semua Puskesmas di Kota Singkawang Kemampuan puskesmas untuk
memeriksa kesehatan gigi siswa sekolah dasar cukup tinggi yaitu 100%,
namun semua siswa yang diperiksa dan memerlukan perawatan sudah
dirawat semua. Hal ini antara lain karena semua puskesmas telah
mempunyai tenaga kesehatan gigi, tetapi pengaturan jadwal kegiatan
dan dana operasional untuk UKGS dapat menjadi hambatan
menurunnya pemeriksaan siswa sekolah dasar
6. Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa terutama dilaksanakan di rumah sakit jiwa
Singkawang, tetapi untuk pelayanan kesehatan tingkat dasar dimulai
dari tingkat puskesmas. Dari 429.990 kunjungan ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada di Kota Singkawang, 2,48% di antaranya mendapat
pelayanan kesehatan jiwa. Pada tahun 2011, pelayanan kesehatan jiwa
mencapai 2,35% sedangkan pada tahun 2010 mencapai 2,62%, dan
tahun 2009, mencapai 1,92% dari seluruh jumlah kunjungan baru ke
fasilitas kesehatan di kota Singkawang. Kunjungan pelayanan kesehatan
jiwa trendnya dari tahun ke-tahun semakin meningkat, hal ini
memerlukan kajian secara khusus untuk mengetahui penyebabnya.
Target yang ingin dicapai pada tahun 2013 adalah sebanyak 15%.
57
1.92
2.62
2.35
2.77
2.45
2009 2010 2011 2012 2013
Cakupan kunjungan pelaykesehatan jiwa di Kota
Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: LB4 Puskesmas
B. PENYELENGGARAAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1. Pemantauan pertumbuhan balita
Pemantauan pertumbuhan balita terutama dilakukan dengan
penimbangan rutin minimal 4 kali dalam setahun di posyandu.
Indikator yang digunakan adalah D/S, yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada dalam
suatu kurun waktu tertentu. . Cakupan balita yang ditimbang
pada tahun 2013 mencapai 31,5%. Angka ini meningkat
dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 26,7%. Angka ini
menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 31,68%.
Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Per Puskesmas
Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013
No Puskesmas Cakupan Balita di timbang D/S ( %)
2009 2010 2011 2012 2012
1 Skw Selatan 45.04 27.65 23.96 24,1 28,9
2 Skw Utara 45.03 62.61 61.39 55,7 54,5
3 Skw Tengah 56.51 20.26 23.64 21,3 30,0
4 Skw Timur 45.12 31.66 31.81 28,4 40,1
5 Skw Barat 50.15 23.36 34.42 21,2 21,0
Kota Singkawang 49.96 28.36 31.68 26,7 31,5
Sumber: Laporan SKD puskesms
58
Indikator lain yang digunakan adalah jumlah balita yang berat
badannya naik dibandingkan dengan jumlah balita yang ditimbang
(N/D). Persentase balita yang naik berat badannya pada tahun 2013
mencapai 59,8%. Angka menurun dibandingkan dengan cakupan pada
tahun 2012 mencapai 66,9 tahun 2011 mencapai 59,65%. Gambaran
cakupan balita yang naik berat badannya per-puskesmas sebagai
berikut :
Cakupan balita yang naik berat badannya (N/D) Menurut Kecamatan
dan Puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Puskesmas Cakupan Balita di timbang N/D ( %)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 77.17 74.00 51.23 70,4 65,6
2 Skw Utara 71.83 75.45 67.26 73,6 74,4
3 Skw Tengah 74.7 77.26 54.55 54,5 56,9
4 Skw Timur 75.21 69.76 59.46 55,3 47,4
5 Skw Barat 90.68 90.52 62.95 76,5 48,6
Kota Singkawang 78.11 78.30 59.65 66,9 59,8
Sumber: Laporan SKDN puskesmas
Data balita dengan BGM masih sangat tidak stabil karena terjadi
peningkatan dan penurunan yang kisarannya sangat besar. Oleh karena
itu masih sukar untuk ditarik kesimpulan mengenai permasa-lahan
yang berkaitan dengan keadaan gizi balita ini. dalam pelaporan
puskesmas ke Dinas Kesehatan berkaitan dengan kegiatan ini,
mengakibatkan munculnya angka-angka yang berkaitan dengan berapa
seringnya (frekuensi) balita ditimbang dan keadaan yang ditemukan
pada saat ditimbang, tetapi tidak dapat menggambarkan berapa banyak
balita (jumlah orangnya) yang ditimbang dengan gambaran keadaannya
(berat badan naik atau turun, BGM atau tidak dll). Laporan bulanan
hanya dapat menggam-barkan keadaan dan jumlah balita pada bulan
itu saja, tetapi bila direkapitulasikan menjadi hasil tahunan, maka
orang yang sama akan terhitung berulang-ulang. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka puskesmas harus memiliki database kondisi setiap balita
yang ditimbang sehingga yang dilaporkan
59
adalah jumlah balita (orangnya) yang memenuhi syarat variabel
pembilang dari indikator yang digunakan dan bukan hasil rekapi-tulasi
kunjungan setiap bulan. Selain itu, puskesmas harus memiliki data
dasar kondisi orang tua balita BGM, hal ini berguna untuk mengetahui
penyebab terjadinya BGM pada balita sebab pola asupan gizi pada balita
ditentukan oleh kondisi orang tua balita tersebut. Apakah orang tua
balita BGM tersebut tergolong keluarga miskin, atau mungkin orang tua
tidak miskin tetapi pola pemberian makanan yang tidak tepat, dan lain
sebagainya perlu untuk diketahui. Bila data tersebut tidak didapat
melalui pelaporan rutin data tersebut bisa didapat dengan melakukan
survei. Berikut ini gambaran presentase balita dengan BGM per
puskesmas di kota Singkawang dari tahun 2009 s/d 2013, sebagai
berikut :
Persentase balita dengan BGM per puskesmas di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Puskesmas Cakupan Balita dengan BGM ( %)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 7.99 12.47 6.3 2.95 5.0
2 Skw Utara 11.96 8.77 5.19 11.98 13.4
3 Skw Tengah 9.63 14.66 8.75 5.68 7.4
4 Skw Timur 33.03 21.69 3.78 2.33 8.4
5 Skw Barat 2.6 3.56 1.81 1.04 2.4
Kota Singkawang 10.72 11.43 5.14 5.41 7.4
Sumber: Laporan SKDN Puskesmas
Pada tahun 2013, ada 7,4% dari yang ditimbang mempunyai berat
badan di bawah garis merah (BGM), sedang pada tahun tahun 2012,
5,41% dari yang ditimbang mempunyai berat badan di bawah garis
merah (BGM), sedang pada tahun 2011, ada 5,14% pada tahun 2010
ada 11,43% pada tahun 2009 ada 10,72% Balita dengan BGM
terbanyak ada di wilayah kerja puskesmas Singkawang Utara yaitu
sebanyak 181 balita atau 13,4% dari jumlah balita yang ditimbang (D),
kemudian Puskesmas Singkawang Tengah dengan 141 balita atau 7,4%,
dan Puskesmas Timur yaitu 72 balita atau 8,4%. Secara persentase
jumlah balita BGM terendah adalah Puskesmas Singkawang Barat 2, 4%
atau 25 balita BGM dari balita yang ditimbang. 60
83 84
58.48
77.06 75.66
2009 2010 2011 2012 2013
2. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi yang wajib dilak-sanakan sesuai dengan urusan wajib
dalam bidang kesehatan (SPM) adalah pemberian kapsul vitamin A
kepada balita sebanyak 2 kali dalam setahun, pemberian tablet zat besi
(Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilannya,
pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi BGM terutama dari
keluarga miskin, dan perawatan balita yang menderita gizi buruk.
Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6 – 11
bulan mendapat kapsul vitamin A 1 kali dan anak umur 12 – 59 bulan
mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Target yang ditetapkan Departemen
Kesehatan untuk tahun 2013 harus mencapai 90%.
Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita pada tahun 2013
di Kota Singkawang mencapai 75,66% terjadi penurunan dibandingkan
dengan tahun 2012 mencapai 76,06%. tahun 2011 mencapai 58,48%.
Cakupan ini masih belum mencapai target yang ditentukan untuk Kota
Singkawang yaitu 85%. Wilayah kecamatan pada tahun 2013 yang
cakupan pemberian vitamin A yang sudah melebihi target 85% hanya
Kecamatan Singkawang Utara yaitu 85,36%, sedangkan empat
kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Singkawang Selatan, Kecamatan
Singkawang Tengah, Kecamatan Singkawang Timur dan Kecamatan
Singkawang Barat capainnya masih dibawah 85%.
Cakupan pemberian vitamin A balita di
Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Sumber: Laporan distribusi vitamin A puskesmas
61
Pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama
masa kehamilannya, telah diuraikan pada bagian A nomor 1 mengenai
pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) pada bayi yang berada di
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin, merupakan urusan
wajib yang harus dilakukan sebagai salah satu pelayanan kesehatan
terhadap keluarga miskin. Cakupan pemberian makanan pendamping
ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP ASI
dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari. Pada tahun 2010 bayi
BGM dari keluarga miskin yang mendapat MP ASI sebanyak 13 orang.
Di samping itu, urusan wajib lainnya adalah cakupan perawatan
terhadap balita dengan gizi buruk. Balita gizi buruk mendapat
perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana kesehatan
sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Pada tahun 2013 terdapat 6 balita dengan gizi buruk, semua
balita tersebut telah mendapatkan perawatan sesuai standar
C. PENYELENGGARAAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
Penyelenggaraan kesehatan rujukan dan penunjang dalam petunjuk
teknis SPM dari Departemen Kesehatan, meliputi akses terhadap
ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani
rujukan bumil dan neonatus, bumil resiko tinggi/komplikasi yang
tertangani dan neonatus risti/komplikasi yang tertangani.
Pada tahun 2013, ibu hamil dengan resiko tinggi ini yang ditemukan
sejumlah 490 orang (54,3%) dari perkiraan/estimasi ibu hamil resiko
tinggi. Perkiraan ini berdasarkan perhitungan 20% dari jumlah 4.508
orang ibu hamil yaitu 902 orang (Depkes), sedang tahun 2012
ditemukan 495 orang (50,3%), sedang tahun 2011 ditemukan 255 orang
(32,51%), tahun 2010 ditemukan sejumlah 368 orang
(59%), tahun 2009 ditemukan sejumlah 380 orang (46,26%), dan tahun
2008 ditemukan sebanyak 257 orang (25,89%). Angka tahun 2013
menurun dibandingkan dengan tahun 2012. Target 2013 adalah 80%
62
ibu hamil resiko tinggi terdeteksi dan ditangani agar upaya pencegahan
resiko yang lebih besar dapat segera diatasi.
Cakupan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi per puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2013
Jumlah
Bumil Bumil
Bumil Risti
Risti/Komplikasi Risti/Komplikasi
Jumlah Ibu (Perkiraan =
No Kecamatan Yang Ditemukan Yang Ditangani
Hamil 20% dari
Jumlah Ibu
Jumlah % Jumlah %
Hamil)
1 Skw Selatan 1.045 209 167 79,9 41 28,7
2 Skw Utara 535 107 75 70,1 21 28,8
3 Skw Tengah 1.373 275 153 55,7 78 41,7
4 Skw Timur 464 93 52 56,0 23 36.5
5 Skw Barat 1.091 218 43 19,7 24 16,1
Kota Singkawang 4.508 902 490 54,3 187 30,4
Laporan PWSKIA Puskesmas
Semua ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi yang ditemukan telah
ditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013. Target yang ingin
dicapai adalah 80% ibu hamil resiko tinggi terdeteksi dan ditangani agar
upaya pencegahan resiko yang lebih besar dapat segera diatasi. Jumlah
neonatal resiko tinggi yang ditemukan pada tahun 2013 sebanyak
187orang. tahun 2012 sebanyak 149 orang Sedangkan pada tahun 2011
tidak ada data. D. PENYELENGGARAAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
1. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan gizi buruk
Pada tahun 2013 tidak terjadi KLB seperti hal nya pada tahun 2009
yaitu terjadi KLB penyakit Demam Berdarah Dengue. Peningkatan
jumlah penderita DBD sebanyak 6 kali lipat dibanding pada kasus
tahun 2008. Penanganan balita dengan gizi buruk pada tahun 2013
sebanyak 6 orang seperti telah diuraikan pada bagian B 2
63
mengenai pelayanan gizi di atas. Di empat wilayah puskesmas masih
ditemukan penderita gizi buruk. Jumlah penderita gizi buruk
tertinggi di Puskesmas Singkawang Selatan 2 orang dan Timur
sebanyak 2 orang, Puskesmas Singkawang Utara 1 orang dan Barat
sebanyak 1 orang, disamping hal-hal di atas, survei-lans juga
dilakukan terus menerus secara aktif, baik di rumah sakit maupun
di puskesmas, yang hasil-nya dilaporkan melalui formulir W2.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus Acute Flacid Paralysis
(AFP) hal ini lebih menurun bilan dibandingkan dengan tahun 2012
ada 3 (tiga) kasus penderita penyakit Acute Flacid Paralysis (AFP)
tahun 2011 ditemukan 1 (satu) penderita penyakit Acute Flacid
Paralysis (AFP) di kecamatan Singkawang Timur, dan pada tahun
2010 ditemukan 5 (lima) penderita, yaitu 2 (dua) di Singkawang
Selatan dan 3 (tiga ) di Singkawang Utara, Kejadian ini merupakan
hasil upaya pencarian penderita AFP secara rutin yangdilaksanakan
melalui surveilans aktif baik di wilayah kerja puskesmas maupun di
rumah sakit selama 52 minggu. Namun hasil konfirmasi
laboratorium menyatakan bahwa kasus tersebut bukan disebabkan
oleh virus polio.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC
Dalam upaya menurunkan prevalensi penyakit TBC, telah
dilaksanakan berbagai kegiatan untuk menjaring (menemukan dan
mengobati) penderita baru TB Paru BTA positif. Selain dilakukan
penyuluhan bagi masyarakat, juga dilakukan on the job training bagi
petugas puskesmas kelurahan sehingga lebih diharapkan akan
mampu melakukan penjaringan suspect dalam bentuk promosi dan
pemeriksaan sputum (fiksasi saja) dan lebih aktif mencari penderita.
Di samping itu dilakukan juga sosia-lisasi kepada pihak pelayanan
swasta yang selama ini belum tersentuh dengan program penang-
gulangan TBC dengan strategi DOTS. Hasil penemuan penderita
64
baru TB Paru BTA+ pada tahun 2013 sebanyak 203 orang. Angka
penemuan penderita baru TB Paru BTA+ atau Case Detection Rate
pada tahun 2013 sebanyak 48,56% sementara CDR yang ditargetkan
adalah 75% dari perkiraan penderita yang ada (2,1 per 1000
penduduk). Angka ini sedikit menurun bila dibandingkan dengan
tahun 2012 yaitu 46,57%. Hasil pengobatan terhadap penderita yang
ditemukan pada tahun 2012 (190) orang, dan dinyatakan sembuh
adalah sebanyak 170 penderita (89,47%), angka kesembuhan ini
menurun dibanding dengan th 2012 yaitu 182 penderita (90,1%).
Penderita TB Paru BTA + yang ditemukan dan diobati
di kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Penderita TB Paru BTA + yang ditemukan dan diobati
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013
Jml CDR
Jml CDR
Jml CDR
Jml CDR
Jml CDR
% % % % %
1 Skw Selatan 16 19,3 18 4.6 8 8.79 12 12,63 13 13,40
2 Skw Utara 37 80,7 25 6.4 12 25.5 25 52,08 25 50.0
3 Skw Tengah 46 52.4 64 16.4 71 58.7 45 36,29 83 65,35
4 Skw Timur 27 67 19 4.9 15 36.6 21 50,00 14 32,56
5 Skw Barat 48 45 48 12.3 96 97 87 87,88 68 67,33
Kota Singkawang 2183 45 2184 45 202 50.6 190 46,57 203 48,56
Sumber: Laporan TB puskesmas
Hasil pengobatan Penderita Baru TB Paru BTA +
di kota Singkawang tahun 2009 – 2012
Penderita Baru TB Paru BTA Positif yang sembuh
No Sarana Pelayanan 2009 2010 2011 2012
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Pusk. Skw Selatan 10 62.5 14 77,78 7 87,50 8 66,67
2 Pusk.Skw Utara 34 94.4 24 96 12 100 22 88
3 Pusk.Skw Tengah 44 95.7 61 95,31 65 91,55 42 93,33
4 Pusk.Skw Timur 25 92.6 17 89,47 13 86,67 20 95,24
5 Pusk.Skw Barat
6 RSU
46 97.9 46 95,83 85 88,54 78 89,66
St.Vincentius
Kota Singkawang 159 92.4 162 93,10 182 90,10 182 89,47
Sumber: Laporan TB puskesmas
65
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare dilakukan
pengobatan kepada seluruh penderita datang untuk mencari
pengobatan dan juga dengan melakukan pelacakan kasus
(surveillance), dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan
akan terjadinya KLB (outbreak) diare.
5. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue
Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit demam berdarah
dengue (DBD), telah dilakukan kegiatan PE (penyelidikan
epidemiologis) dan fogging focus di lokasi kejadian. Di samping itu
juga dilakukan penyuluhan mengenai upaya-upaya pencegahan
penyakit ini pada seluruh kelurahan / desa yang ada serta abatisasi
selektif pada lokasi-lokasi yang terdapat jentik nyamuk Aedes
Aegypti.
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta, upaya
yang dilakukan yaitu melakukan kegiatan chase survey dan school
survey. Pada tahun 2013 kegiatan ini secara khusus tidak dilakukan
berhubung keterbatasan anggaran dinas kesehatan.
7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan IMS dan
HIV/AIDS adalah: Sero survey dengan sasaran kelompok resiko
tinggi dan yang dijangkau adalah kelompok PSK dan pramuria
karaoke.
66
Pengobatanselektif diberikan kepada para penderita penyakit
kelamin (sifilis danGO) dari hasil sero survey dan dilakukan
penyuluhan kepada semua PSK dan pramuria karaoke. Kegiatan lain
berupa penyuluhan dan promosi kondom kepada kelompok resiko
tinggi, serta sosialisasi kepada stakeholder (dinas/instansi terkait,
tokoh masyarakat dan tokoh agama).
8. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kecacingan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan siswa
sehingga dapat mengikuti proses belajar dengan lebih baik. Upaya
seperti ini harus dilakukan setiap tahun agar siswa selalu berada
dalam tingkat kesehatan yang baik. Agar terbebas dari cacingan,
perlu pemeriksaan tinja berkala di laboratorium. Bila ada telur
cacing, baru minum obat cacing. Kebersihan diri juga perlu
ditingkatkan oleh masing-masing siswa, orang masih bisa cacingan
lagi bila tidak menjaga kebersihan diri, makanan, maupun
lingkungan-nya, atau tanpa sengaja makan makanan atau minuman
yang tercemar telur cacing. Meski cacingan tidak mematikan, dalam
jangka panjang dapat menurunkan derajat kesehatan.
E. PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI
DASAR 1. Pelayanan kesehatan lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan sebuah upaya
pencegahan terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui air,
keadaan rawan air bersih, keadaan lingkungan hidup serta keadaan
sosial ekonomi. Pelayanan kesehatan lingkungan yang telah
dilaksanakan adalah pembinaan terhadap institusi sarana
kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana perkantoran
67
dan sarana umum lainnya. Di samping itu juga dilakukan
pemeriksaan kualitas air bersih dalam bentuk pemeriksaan
bakteriologis dan kualitas kimia air bersih. Untuk pembinaan
kesehatan lingkungan institusi, telah dilakukan terhadap sarana
kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sedang untuk sarana
perkantoran dan sarana umum lainnya belum dapat dilakukan
pembinaan karena tidak adanya dana operasional.
Institusi yang ada dan dibina kesehatan lingkungannya di kota Singkawang tahun 2013
Jumlah Institusi yang
dibina
No Kecamatan Institusi
yang ada Jumlah %
1 Skw Selatan 149 50 33,6
2 Skw Utara 74 12 16,2
3 Skw Tengah 140 34 24,3
4 Skw Timur 95 28 29,5
5 Skw Barat 213 69 32,4
Kota Singkawang 671 193 28,8
Sumber : Seksi PL
Institusi : Sarana Kesehatan, Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah, Perkantoran.
Persentase institusi dibina sarana kesehatan lingkungannya per wilayah kerja puskesmas
di kota Singkawang tahun 2009 – 2013
No Kecamatan Cakupan (%)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Skw Selatan 64.9 49.30 74.50 62,43 33,56
2 Skw Utara 66.67 85.51 100. 52,17 16,22
3 Skw Tengah 39.85 39.67 39.10 28,57 24,29
4 Skw Timur 57.27 67.29 36.36 37,37 29,47
5 Skw Barat 49.74 49.07 69.59 66,51 32,39
Kota Singkawang 56.01 54.21 62.82 52,71 28,76
Sumber: Seksi PL
68
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan lain, adalah pembinaan
kesehatan lingkungan perumahan. Data yang dikumpulkan
berkaitan dengan hal ini adalah mengenai adanya jamban ,
pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah. Pada
tahun 2013, diharapkan 80% rumah sudah memenuhi syarat
kesehatan
Rumah yang ada, diperiksa dan Kategori Rumah Sehat
di kota Singkawang tahun 2013
Rumah
No Kecamatan Jumlah Diperiksa
% Sehat
%
diperiksa Sehat
1 Skw Selatan 9.793 331 3,4 154 46,5
2 Skw Utara 5.099 145 2,8 127 87,6
3 Skw Tengah 12441 105 0,8 97 92,4
4 Skw Timur 4990 296 5,9 183 61,8
5 Skw Barat 9270 286 3,1 274 95,8
Kota Singkawang 41593 1163 2,8 835 71,8
Sumber: Seksi PL
Persentase Rumah Sehat Per Wilayah Kerja Puskesmas Di Kota Singkawang Tahun 2009 – 2013
Cakupan (%)
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013 Diperi Diperi Diperi Diperi Diperi
ksa Sehat ksa Sehat ksa Sehat ksa Sehat ksa Sehat
Skw
1 Selatan 3.59 24.33 4.79 3.25 0 0 2,53 61,74 3,38 46,53
2 Skw Utara 12.09 37.7 3.12 44.23 6.51 55.38 3,08 64,38 2,84 87,59
Skw
3 Tengah 0.88 76 0.40 87.23 0.23 85.19 0,61 93,75 0,84 92,38
4 Skw Timur 5.51 44.98 3.25 38.56 2.81 48.87 6,14 58,85 5,93 61,82
5 Skw Barat 11.99 99.34 6.69 98.32 6.13 99.82 0,47 68,00 3,09 95,80
Kota Singkawang 6.39 70.83 3.49 56.77 2.64 78.83 1,84 65,00 2,80 71,80
Sumber: Laporan kesling puskesmas
Pada tahun 2013 persentase rumah sehat di Kota Singkawang adalah
71,80% dan meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 yaitu 65,00%. Tahun 2011 yaitu 78,83%. Pada th 2013 ditargetkan
80% rumah yang diperiksa sudah memenuhi syarat kesehatan
69
2. Pelayanan Pengendalian Vektor
Pelayanan pengendalian vektor dilaksanakan dengan melakukan
pemantauan angka bebas jentik di rumah-rumah penduduk,
sekolah dan tempat-tempat umum. Kegiatan ini tidak dapat
dilaksanakan pada seluruh rumah penduduk, sekolah dan tempat-
tempat umum karena memerlukan dana yang cukup besar. Sesuai
dengan standar, pemeriksaan jentik nyamuk harus dilakukan
sebanyak 4 cycle pada tempat/rumah yang menjadi sampel. Jadi
tidak hanya 1 kali saja, karena tidak akan menghasilkan gambaran
keadaan yang sebenarnya. Target yang ditetapkan Departemen
Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 95% rumah bebas jentik
nyamuk. Dari data tahun-tahun sebelumnya, tampak masih
rendahnya angka bebas jentik di Kota Singkawang, sehingga
tidaklah mengherankan bila penyakit demam berdarah dengue
masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab
itu, seharusnya dana operasional untuk melakukan pembinaan dan
pemeriksaan selalu tersedia. Tersedianya dana bukan berarti bahwa
penyakit DBD akan langsung hilang, karena menjaga kebersihan
rumah merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri, dan pihak
kesehatan menolong memperlihatkan keadaan yang mungkin
menjadi masalah dengan melakukan pemeriksaan jentik nyamuk,
serta menyediakan abate yang manfaat penggunaannya sangat
tergantung dari disiplin dan cara pemakaian yang tepat oleh
masyarakat. Pada tahun 2013, kegiatan pemantauan jentik
dilakukan pada sebagian rumah penduduk, untuk sekolah dan
tempat-tempat umum tidak ada laporan dari Puskesmas. Angka
bebas jentik (ABJ) ) pada tahun 2013 untuk rumah adalah 53,8%
sekolah dan tempat-tempat umum tidak ada data. Angka ini
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 dimana ABJ rumah
adalah 75,2%. Akan tetapi bila kita bandingkan cakupan ABJ
dengan kasus DBD, maka agak sedikit menurun dimana tahun
2013 kasus DBD sebanyak 39 kasus dan tahun 2012 sebanyak 92
kasus dan tahun 2011 sebanyak 36 kasus.
70
Hasil kegiatan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti
per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang tahun 2013
Rumah Sekolah TTU
No Kecamatan Jumlah Diperiksa %
Bebas ABJ ABJ (%)
ABJ
Jentik (%) (%)
1 Skw Selatan 9.793 400 4,1 298 74,5 tad tad
2 Skw Utara 5.099 700 13,7 212 30,3 tad tad
3 Skw Tengah 12.411 600 4,8 600 100 tad tad
4 Skw Timur 4.990 500 10 248 49,6 tad tad
5 Skw Barat 9.270 400 4,3 40 10 tad tad
Kota Singkawang 41.593 2.600 6,3 1.398 53,8 tad tad
Sumber: Seksi PL
Hasil kegiatan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti di lingkungan rumah per wilayah kerja puskesmas di Kota
Singkawang tahun 2009 – 2013
Cakupan (%)
No Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013
Diperi Bebas Diperi Bebas Diperi Bebas Diperi
Bebas Diperi Bebas
ksa Jentik ksa Jentik ksa Jentik ksa Jentik ksa Jentik
1 Skw Selatan 41.57 62.04 4.79 62.75 41.33 62.04 4,0 79,1 4,1 74,5
2 Skw Utara 22.34 23.75 8.71 66.44 6.71 13.73 5,6 76,1 13,7 30,3
3 Skw Tengah 45.98 35.08 8.18 22.04 19.33 72.65 17,7 69,5 4,8 100
4 Skw Timur 20.6 81.72 4.24 88.50 21.14 79.40 21,1 79. 0 10,0 49,6
5 Skw Barat 38.43 65.07 6.35 52.57 6.35 52.57 4,5 91,8 4,3 10
Kota Singkawang 37.33 52.11 6.62 47.85 19.71 64.69 10,6 75,2 6,3 53,8
Sumber: Seksi PL
3. Pelayanan higiene sanitasi tempat-tempat umum
Tempat-tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti hotel, terminal, pasar,
pertokoan, depot air isi ulang, bioskop, jasa boga, tempat wisata,
kolam renang, tempat ibadah, restoran dan lain lain. Pelayanan
higiene sanitasi dilakukan dalam bentuk pembinaan dan
71
pemeriksaan oleh petugas puskesmas untuk mengetahui dan
menginformasikan apakah higiene sanitasinya memenuhi syarat
kesehatan. Tempat umum yang memenuhi syarat adalah
terpenuhinya akses sanitasi dasar (air, jamban, limbah, sampah),
terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan
minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria,
persyaratan dan atau standar kesehatan. Kemampuan puskesmas
dalam melakukan pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) dan
tempat pengolahan makanan (TPM), serta kondisi kesehatan
tempat-tempat tersebut pada tahun 2009 sampai dengan 2012,
tergambar pada tabel berikut ini :
Cakupan pemeriksaan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) danproporsi yang memenuhi syarat kesehatan per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang tahun 2010 – 2013
Cakupan (%)
No Kecamatan 2010 2011 2012 2013
Diperiksa Sehat Diperiksa Sehat Diperiksa Sehat Diperiksa Sehat
1 Skw Selatan 4.83 70 17.74 42.05 tad tad 47,26 81,05
2 Skw Utara 25.00 100 43.03 79.41 tad tad 54,48 85,88
3 Skw Tengah 2.07 100 25.56 97.6 tad tad 54,80 73,2
4 Skw Timur 66.66 36 31.17 37.73 tad tad 22,00 50
5 Skw Barat 25.24 75 35.76 97.08 tad tad 24,80 70,97
Kota Singkawang 16.21 67.3 28.34 81.3 tad tad 43,54 76,97
Sumber: Laporan kesling puskesmas
F. PENYELENGGARAAN PROMOSI KESEHATAN
Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari
bermacam indikator. Salah satunya adalah indikator perilaku dan
peran serta masyarakat. Indikator ini dapat diukur melalui antara lain
dari persentase posyandu purnama dan mandiri. Posyandu purnama
th 2013 ada 8,70 %, tahun 2012 ada 11,59 % tahun 2011 ada 8,2 %
72
Target yang ditetapkan Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah
25% posyandu purnama dari seluruh posyandu yang ada. Pada tahun 2013
posyandu mandiri 2,90%, pada tahun2012, ada 0,72 % serta tahun 2011
yaitu 1,49%.
Keadaan ini perlu mejadi perhatian khusus, karena kegiatan Posyandu
merupakan representasi dari peran serta masyarakat di bidang kesehatan.
Oleh karena itu, harus tetap dipacu dan dimotivasi dengan melibatkan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengembalikan peran
serta masyarakat tersebut melalui kegiatan Posyandu. Hal ini selaras
dengan program pemerintah pusat melalui Kementrian Kesehatan yang
sejak tahun 2009 telah mencanangkan gerakan “Ayo Kembali ke
Posyandu”.
Tingkat perkembangan posyandu
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
73
Pratama3%
Madya77%
Purnama20%
Mandiri0%
2009
Pratama9%
Madya77%
Purnama13%
Mandiri1%
2010
Sumber : Laporan PSM Puskesmas
74
Pratama8%
Madya82%
Purnama8%
Mandiri2%
2011
Pratama7%
Madya80%
Purnama12%
Mandiri1%
2012
Pratama3%
Madya85%
Purnama9%
Mandiri3%
2013
Persentase posyandu purnama dan mandiri per wilayah kerja puskesmas di Kota Singkawang th 2010 – 2013
2010 2011 2012 2013
No Puskesmas Purna
ma Mandiri Purnama Mandiri
Purnama Mandiri
Purnama Mandiri
1 Skw Selatan 21 0 0.00 3.45 16,67 3.33 13.33 3.33
2 Skw Utara 32 0 30.43 0.00 30.43 0.00 30.43 0.00
3 Skw Tengah 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 Skw Timur 10 0 10.53 0.00 10.00 0.00 0.00 15.00
5 Skw Barat 14 4.5 9.39 4.55 9.09 0,00 4.55 0,00
Kota Singkawang 13 0.7 8.21 1.49 11,59 0,72 8.70 2.90
Sumber: Laporan PSM puskesmas
Indikator perilaku hidup sehat lain yang digunakan dalam Standard
Pelayanan Minimal adalah desa/kelurahan yang mengkonsumsi garam
beryodium. Pada tahun 2009, telah dilakukan survey pada
desa/keluarahan yang mengkonsumsi garam beryodium di 25
desa/kelurahan, dengan hasil 10 desa/kelurahan telah mengkonsumsi
garam beryodium baik (40%) sejak tahun 2010 s/d 2013 tidak pernah
dilakukan survey sehingga tidak ada data tentang cakupan masyarakat
yang mengkonsumsi garam beryodium. Tidak dilakukan survey ini
disebabkan keterbatasan anggaran yang ada. Indikator perilaku sehat lain yang digunakan dalam Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan adalah indikator rumah tangga berperilaku
hidup bersih dan sehat. Untuk mendapatkan gambaran mengenai rumah
tangga sehat ini dilakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Survei ini di Kota Singkawang dilaksanakan pada tahun 2005, tahun
2006 survei tidak dilakukan, tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu
dilaksanakan. Tahun 2009 berdasarkan hasil survei terhadap 1.050 rumah
tangga, 103 rumah tangga (9,81%) berada pada klasifikasi IV atau telah
menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator
yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif,
ikut serta dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat atau
asuransi kesehatan, tidak ada anggota keluarga yang merokok, melakukan
aktifitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari,
75
menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, mempu-nyai
sumber air bersih, ada kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan
lantai rumah bukan dari tanah. Pada tahun 2011 berdasarkan hasil survei
terhadap 1.050 rumah tangga, 255 rumah tangga (24,3%) berada pada
klasifikasi IV atau telah menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat yang
meliputi 10 indikator. Untuk tahun 2010 tidak dilakukan survey. Target
Departemen Kese-hatan tahun 2011 adalah 65%, jadi Kota Singkawang
masih belum mendekati target yang ditentukan.
Perilaku hidup sehat juga dapat dilihat dari pemberian ASI eksklusif pada
bayi. ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai
bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain. Target
pemberian ASI eksklusif dari Departemen Kesehatan untuk tahun 2013 adalah 80% artinya 80% dari bayi yang
berumur sampai dengan 6 bulan menerima ASI saja. Dengan demikian bayi
yang umurnya masih di bawah 6 bulan, meskipun hanya memperoleh ASI
saja, belum dapat dimasukkan dalam perhitungan indikator ini. Pada
tahun 2013 pemberian ASI eksklusif mencapai 23,4%. Capaian ini
meningkat dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 6,4%, Capaian tahun 2013
masih jauh dari target yang ditetapkan. Upaya pemberian ASI eksklusif ini masih harus terus digalakkan agar bayi
mempunyai kekebalan tubuh yang baik terhadap berbagai penyakit dan
dapat tumbuh kembang dengan baik
G. PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF
(P3NAPZA).
Indikator untuk penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan NAPZA
dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah dengan
melakukan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan NAPZA dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak tahun 2006 - 2013, tidak ada data tentang kegiatan penyuluhan pencegahan dan
penanggungan NAPZA.
76
H. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
Ada 3 (tiga) indikator minimal yang digunakan untuk melihat penyeleng-
garaan pelayanan penyediaan obat yaitu ketersediaan obat sesuai
kebutuhan, ketersediaan obat esensial dan ketersediaan obat generik
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan adalah ketersediaan obat pelayanan
kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan
Kabupaten /Kota di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Ketersediaan obat pada tahun 2013 mencapai 84,15% terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai 88,31% tahun 2011
mencapai 90,34% dari kebutuhan. Pengadaan obat esensial adalah
pengadaan obat yang paling banyak diperlukan oleh suatu populasi,
untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan. Pengadaan obat generik adalah pengadaan item
obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya, untuk pelayanan kesehatan
dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Kabupaten/Kota. Ketersediaan obat generik pada tahun 2013 mencapai
89%, terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 mencapai
91,25%Ketersediaan tahun 2011 mencapai 92,59%. Penurunan capaian
tersebut juga berkaitan dengan masalah anggaran.
Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar
di Kota Singkawang tahun 2009 – 2013
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan 99,24 101,82 90.34 88.31 84.15
Pengadaan obat esensial 100 100 99 90.72 91
Pengadaan obat generik 98,57 98,91 92.59 91.25 89
Sumber: LPLPO puskesmas (diolah)
77
I. PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI
BENCANA
Tahun 2013, tidak ada bencana yang melanda Kota Singkawang baik
dalam bentuk banjir, tanah longsor, gempa bumi maupun bencana
alam lainnya.
J. PELAYANAN BAGI MASYARAKAT MISKIN
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat miskin meliputi
pelayanan kesehatan dasar seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak,
pelayanan pengobatan yang dilakukan di rumah sakit, puskesmas,
maupun di posyandu, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut di
rumah sakit. Pada tahun 2013 terdapat 49.676 jiwa orang yang
mendapat kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dan
telah memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di Puskesmas
dan rawat inap di puskesmas perawatan.
Sedangkan bayi BGM dari keluarga miskin yang telah mendapatkan
MP-ASI ada 204 orang. Data terperinci mengenai jenis pelayanan yang
diberikan, seperti antara lain jenis penyakit yang diderita oleh keluarga
miskin, keadaan kesehatan lingkungan dimana mereka tinggal dan
sebagainya, belum tersedia. Oleh sebab itu perlu dibuat register
khusus di puskesmas yang mencatat semua keadaan morbiditas dan
mortalitas keluarga miskin, sehingga dapat dilakukan intervensi yang
tepat.
K. PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat pekerja, baik berupa kegiatan
peningkatan/ promotif kesehatan kerja, pencegahan/ preventif dan
penyembuhan/kuratif penyakit akibat kerja (PAK) dan atau penyakit
akibat hubungan kerja (PAHK), serta pemulihan/rehabilitatif penyakit
PAK dan PAHK yang dilakukan oleh institusi pelayan kesehatan di satu
wilayah kerja tertentu. Pekerja formal adalah tenaga kerja yang
melakukan pekerjaannya pada suatu instansi/unit usaha yang
78
mempunyai izin dan terstruktur seperti karyawan, pemerintah / BUMN / TNI / Kepolisian, karyawan perusahaan baik berskala besar,
menengah, dan kecil yang mempunyai izin usaha.
Cakupan pelayanan kesehatan kerja adalah pekerja formal yang
memperoleh pelayanan kesehatan kerja baik kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai standar di satu wiayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 tidak ada data
pelayanan kesehatan pada pekerja formal. Tidak adanya data
pencapaian ini perlu dipengkajian lebih dalam dikarena format SP2TP
sudah mengakomudir untuk mencatat hasil kegiatan pelayanan
kesehatan pada pekaerja, walaupun masih terbatas pada pelayanan
yang bersifat umum. Pada tahun 2009 untuk program kesehatan kerja
dikembangkan pelayanan kesehatan pada pekerja informal. Pekerja
informal adalah mereka yang bekerja di sektor informal, yang menurut
penafsiran terhadap UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah mereka yang bekerja di luar hubungan kerja,
yang berarti tidak ada perjanjian kerja yang mengatur unsur
pekerjaan, upah, dan perintah. Pekerja sektor ini seperti, buruh,
pekerja di industri rumah tangga, pedagang kecil, dll. Pengembangan
kesehatan kerja pada pekerja informal bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada pekerja yang biasanya tidak mendapat
jaminan pelayanan kesehatan apabila menderita sakit.
Pada tahun 2013, sudah dibentuk 19 Pos Usaha Kesehatan Kerja (Pos UKK) di lokasi industri kecil di Kota Singkawang. Berlokasi Puskesmas Puskesmas Singkawang Tengah sebanyak 6 Pos UKK, Puskesmas Singkawang Barat 3 pos UKK, Puskesmas Singkawang Selatan 4 Pos
UKK, Puskesmas Singkawang Timur 4 Pos UKK dan Puskesmas
Singkawang Utara 5 Pos UKK. Kesemua Pos UKK ini langsung dibina
oleh petugas Puskesmas masing-masing yang telah dilatih program Upaya Kesehatan Kerja (UKK). Agar pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan sesuai standar dan
meliputi semua baik pekerja formal maupun informal, maka harus
dilakukan pengembangan Upaya Kesehatan Kerja (UKK) terhadap
79
puskesmas, lintas sektor terkait (Perindustrian, Tenaga Kerja,
Pertanian, Kelautan dll) dan terhadap pengusaha/pemilik usaha dan
wakil pekerja formal dan informal
L. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
Pra usia lanjut adalah seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun
dan usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan penduduk usia lanjut
(usila), telah dilakukan melalui 17 buah posyandu usila. Kegiatan
tersebut selain dilaksanakan oleh puskesmas, juga dibantu oleh
mahasiswa Akademi Perawat Singkawang. Cakupan pelayanan
kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut adalah pra usia lanjut dan
usia lanjut yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar yang
ada pada pedoman, di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pra usila dan usila yang dapat dilayani pada tahun 2012 mencapai
10,63% untuk pra usila dan 28,43% untuk usila Secara keseluruhan
mencapai 32,80%. Dibandingkan dengan tahun 2011 mencapai
10,63% untuk pra usila dan 28,43% untuk usila Secara keseluruhan
mencapai 32,80%. Target yang ditentukan Departemen Kesehatan
untuk tahun 2013 adalah 80%.
80
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
Pemanfaatan sumber daya kesehatan secara efektif dan efisien
merupakan keharusan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Adanya keterbatasan sumber daya, sedang tuntutan untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat - secara kuantitatif maupun
kualitatif membuat perencanaan sumber daya menjadi sangat penting.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan informasi yang akurat untuk dapat
melakukan perencanaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
pengembangan sumber daya secara optimal.
Sumber daya merupakan input bagi terselenggaranya proses
pelayanan kesehatan menuju tercapainya output dan outcome yang
diharapkan. Gambaran sumber daya kesehatan yang ada di Kota
Singkawang pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
A. TENAGA KESEHATAN
Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di Kabupaten
dan Kota sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan
peran aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan tersebut.
Pengelolaan SDM Kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan harus sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di
lapangan, serta berorientasi pada jangka panjang.
Yang dimaksud dengan SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia
Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun
tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Sedangkan Tenaga Kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
81
Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta
mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu
melaksanakan pembangunan kesehatan.
Pemantauan mengenai tenaga kesehatan yang ada merupakan
hal yang mutlak untukdilaksanakan, sehingga dapat diketahui jenis
tenaga yang jumlahnya cukup tapi penyebarannya tidak merata, atau
jenis tenaga yang jumlahnya tidak mencukupi. Kegiatan seperti ini
sesuai dengan jiwa desentralisasi, dimana daerah diharapkan mampu
untuk melakukan analisis masalah tenaga kesehatan dan mengambil
tindakan sesegera mungkin untuk mengatasinya. Salah satu yang
menentukan kualitas rencana kebutuhan SDM adalah dukungan
informasi tenaga yang akurat.
Indikator di bawah ini dapat memberikan gambaran makro untuk
mengetahui cukup atau tidaknya tenaga kesehatan yang tersedia dalam
menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan. Metoda yang digunakan
adalah “ratio method”, yaitu dengan membandingkan jenis tenaga
tertentu terhadap penduduk.
1. Tenaga medis
Tenaga medis meliputi dokter ahli, dokter umum dan dokter gigi.
Rasio seluruh tenaga medis per 100.000 penduduk pada tahun
2013 adalah 45,7. Keadaan ini menurun dibandingkan dengan
tahun 2012 adalah 46,30. Keadaan tahun 2011 adalah 49,94 dan
tahun 2010 dimana rasionya mencapai 45,09. Untuk dokter ahli
rasio per 100.000 penduduk adalah 11,6, keadaan ini meningkat
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 11,3. Target tahun 2013
adalah 6 per 100,000 penduduk berarti rasio dokter ahli di Kota
Singkawang sudah melampaui target, Namun yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan jenis spesilalisasi yang ada
karena RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
82
merupakan rumah sakit tipe B yang melayani rujukan dari
Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Untuk dokter umum rasionya
mencapai 34,2 sedangkan tahun 2012 mencapai 35,0 sedangkan
tahun 2011 mencapai 35,75, Target tahun 2013 adalah 40 per
100,000 penduduk, berarti rasio dokter umum di Kota Singkawang
masih belum mencapai target. Rasio dokter gigi terhadap 100.000
penduduk adalah 2,5 terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 Berarti pada tahun 2013 ada penurunan ketersediaan dokter
gigi, sementara prevalensi penyakit gigi dan mulut menunjukkan
adanya peningkatan (lihat bab II mengenai penyakit gigi dan mulut).
Target tahun 2013 adalah 11 per 100,000 penduduk, berarti rasio
dokter gigi di Kota Singkawang masih jauh dari target. Oleh karena
itu pemikiran yang serius untuk benar-benar menambah dokter gigi
dari jalur penerimaan CPNS maupun penerimaan tenaga PTT
ataupun sejenisnya seperti tenaga dokter gigi kontrak dengan honor
yang tinggi harus menjadi pertimbangan guna memenuhi tenaga di
fasilitas pelayanan kesehatan seperti di puskesmas untuk
mengantisipasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi.
2. Tenaga farmasi
Tenaga farmasi yang ada di Kota Singkawang terdiri dari
apoteker dan sarjana farmasi (19 orang), dan tenaga berpendidikan
D III farmasi dan asisten apoteker (49) orang.
Rasio keseluruhan tenaga farmasi terhadap 100.000 penduduk
adalah 34,18 terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai 30 hal ini sebenarnya terjadi karena
penambahan jumlah penduduk sedangkan jumlah tenaga farmasi
juga berkurang.
83
3. Tenaga perawat
Pada tabel 75 bagian lampiran dinyatakan bahwa tenaga perawat
hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sarjana
keperawatan, dan perawat yang meliputi (DI & DIII keperawatan
dan lulusan SPK, dengan kata lain perawat gigi diklasifikasikan
pada kategori perawat baik dengan jenjang setingkat DIII
maupun setingkat SPK/SMA. Perawat yang ada di Kota
Singkawang tahun 2013 berjumlah 575 orang. tahun 2012
berjumlah 595 orang. Pada tahun 2011 jumlah perawat adalah
583 orang, tahun 2010 jumlah perawat adalah 439 orang dan
pada tahun 2009 adalah 378 orang. Rasio perawat per 100.000
penduduk adalah 305 terjadi penurunan dibandingkan dengan
tahun 2011 yaitu 306,48. Namun target tahun 2013 adalah
117,5 per 100,000 penduduk, berarti rasio tenaga perawat di
Kota Singkawang sudah melewati target. Tenaga perawat terdiri
dari sarjana keperawatan (43 orang atau 7,22%), perawat D I, D
III dan perawat lulusan SPK (552 orang atau 92,77%,. Dengan
jumlah perawat yang ada, maka setiap perawat harus melayani
sekitar 328 orang, terjadi peningkatan beban kerja dibandingkan
tahun 2011 yang harus melayani 326 orang. Peningkatan ini
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Kota Singkawang.
4. Tenaga bidan
Tenaga bidan yang ada pada tahun 2013 berjumlah 162 sama
dengan tahun sebelumnya pada tahun 2012 berjumlah 162
orang, rasionya terhadap 100.000 penduduk adalah 84 tahun
2011 berjumlah 155 orang, dengan rasio 81,48, tahun 2010
berjumlah 137 orang, dengan rasio 73,53 dan tahun 2009
rasionya mencapai 65,14. Rasio bidan terhadap penduduk tahun
2013 ditargetkan adalah 100, berarti masih belum mencapai
target yang ditetapkan. Bidan yang berpendidikan D III berjumlah
94 orang (57,66%) dari seluruh bidan yang ada, sedang sisanya
adalah lulusan sekolah bidan atau perawat bidan.
84
Rasio bidan terhadap jumlah ibu hamil yang harus dilayani pada
tahun 2013 adalah 3,59 per 100 ibu hamil. Rasio bidan terhadap
jumlah ibu hamil yang harus dilayani pada tahun 2012 adalah
3,31 per 100 ibu hamil, tahun 2010 yaitu 2,91 dan tahun 2009
yaitu 2,26 Beban ini menurun, namun beban kerja tersebut
masih ditambah dengan pekerjaan rutin lain seperti pemeriksaan
bayi sehat maupun sakit
5. Tenaga gizi
Tenaga gizi yang bekerja di Kota Singkawang pada tahun 2013
berjumlah 45 orang, pada tahun 2012 berjumlah 43 orang, tahun
2011 berjumlah 44 orang, tahun 2010 yang berjumlah 46 orang
dan tahun 2009 yang berjumlah 40 orang. Tenaga gizi tersebut
terdiri dari tenaga berpendidikan S1 gizi sebanyak 1 orang, D I
dan D III sebanyak 44 orang. Tenaga gizi yang bekerja di
puskesmas berjumlah 20 orang yang menyebar di semua
puskesmas dengan minimal 3 orang tenaga gizi, bahkan
puskesmas Singkawang Selatan dan puskesmas singkawang
Utara berjumlah 5 orang tenaga gizi. Rasio tenaga gizi terhadap
100.000 penduduk adalah 22,62 dan keadaan ini lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2012 Rasio tenaga gizi terhadap
100.000 penduduk adalah 22 dan keadaan ini lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 23,13. Target
tahun 2013 adalah 20 per 100,000 penduduk, berarti rasio
tenaga gizi di Kota Singkawang sudah memenuhi target yang
diharapkan
85
6. Tenaga sanitasi
Tenaga sanitasi yang bertugas di Kota Singkawang pada tahun
2013 berjumlah 8 orang terjadi penurunan dibandingkan dengan
tahun 2012 berjumlah 10 orang, tahun 2011 berjumlah 11
orang, tahun 2010 berjumlah 34 orang. Penurunan tenaga ini
diakibatkan ada tenaga yang pindah ke kabupaten/kota lain.
Rasio tenaga sanitasi per 100.000 penduduk adalah 4,02 tahun
2012 adalah 5,1 ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2011 yaitu 5,78. Sedangkan target tahun 2013 adalah 40, berarti
masih belum mencapai target yang diharapkan.
Rasio tenaga sanitasi yang bekerja di puskesmas (5 orang)
terhadap jumlah rumah yang harus dilayani adalah 1,16 per
10.000 rumah. Tahun 2012 rasio tenaga sanitasi yang bekerja di
puskesmas (7 orang) terhadap jumlah rumah yang harus dilayani
adalah 1,65 per 10.000 rumah, Dari perbandingan keadaan
tahun 2012, tampak bahwa sebenarnya beban tenaga masih
tinggi. Belum lagi faktor kurangnya biaya operasional untuk
kesehatan lingkungan atau pemanfaatan tenaga sanitasi yang
tidak sesuai dengan keahliannya. Di lain pihak, keadaan
kesehatan lingkungan di Kota Singkawang masih berada dalam
taraf yang belum memadai.
7. Tenaga kesehatan masyarakat
Kota Singkawang memiliki 50 orang tenaga kesehatan
masyarakat, Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000
penduduk adalah 19,1. Dibandingkan dengan tahun 2012 Kota
Singkawang memiliki 46 orang tenaga kesehatan masyarakat,
Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk
adalah 19,0. tahun 2011 adalah 16,8 . Target tahun 2013 adalah
40 per 100,000 penduduk, berarti rasio tenaga kesehatan
masyarakat di Kota Singkawang masih belum mencapai target
yang diharapkan.
86
8. Tenaga teknisi medis
Tenaga teknisi medis berjumlah 65 orang yang terdiri dari tenaga
analisis laboratorium (49 orang), TEM dan penata rontgen (14
orang), penata anestesi (2 orang) dan fisioterapis (6 orang). Rasio
tenaga teknisi medis per 100.000 penduduk adalah 32, 7. Dari 65
orang tersebut, 51 0rang (78,46%) di antaranya bekerja pada
institusi kesehatan pemerintah dan sebanyak 14 orang (21,54%)
bekerja di rumah sakit swasta.
Semua puskesmas telah mempunyai analis laboratorium, namun
kinerjanya masih harus terus ditingkatkan dengan dengan
didukung oleh sarana dan manajemen yang memadai. Secara
keseluruhan, dibandingkan dengan tahun 2012, tenaga teknisi
medis meningkat jumlahnya. Pada tahun 2012, tenaga teknisi
medis berjumlah berjumlah 61 orang yang terdiri dari tenaga
analisis laboratorium (41 orang), TEM dan penata rontgen (13
orang), penata anestesi (1 orang) dan fisioterapis (6orang) dan
rasionya 28,3 per 100.000 penduduk
9. Proporsi tenaga menurut katagori
Proporsi tiap jenis tenaga dibandingkan dengan seluruh tenaga
yang bekerja di Puskesmas dan rasionya terhadap 100.000
penduduk di Kota Singkawang pada tahun 2010 sampai dengan
2013 adalah sebagai berikut :
87
Proporsi dan rasio terhadap 100.000 penduduk
dari tiap jenis tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas
di Kota Singkawang tahun 2010 – 2013
Jenis tenaga Proporsi Rasio per 100.000 pddk
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
Dokter umum 7,21 6.53 6.10 6.50 32.74 35.7 35. 34.2
Dokter gigi 1,06 0.86 0.79 0.48 4.83 3.7 2.6 2.5
Perawat 51,89 55.95 27.58 54.97 235.6 305 305. 312
Bidan 16,19 14.88 23.07 15.49 73.53 80. 84. 81
Sanitasi 4,02 1.06 6.10 0.76 18.25 5.3 5.1 4.0
Gizi 5,44 4.22 5.57 4.30 24.69 22. 22. 22
Kefarmasian 7,09 6.33 7.15 6.50 32.21 33. 30. 33
Teknisi Medis 4,61 6.33 3.71 6.21 19.32 31. 28.3 32.7
Kesehatan masyarakat 1,30 3.84 1.85 4.78 9.66 16.8 19. 19.1
Sumber: Bagian Umum Dinas Kesehatan Kota Singkawang (diolah)
B. SARANA KESEHATAN
Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu
syarat untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat Sarana yang telah ada harus tetap dipelihara sehingga
dapat beroperasi dengan baik, agar program pembangunan
kesehatan masyarakat dapat terus dilaksanakan. Apabila aset ini
hilang, maka mungkin sulit untuk membangunnya kembali dalam
waktu singkat, dan sebagai akibatnya pelayanan kesehatan pada
masyarakat dapat terganggu. Dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi, maka Daerah harus benar-benar dapat mengatasi
permasalahan yang berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan
ini dan untuk ini diperlukan adanya informasi yang rinci dan
akurat untuk setiap sarana kesehatan yang ada.
88
1. Puskesmas, puskesmas kelurahan dan puskesmas keliling
Puskesmas yang ada di Kota Singkawang berjumlah 5 buah,
puskesmas kelurahan berjumlah 21 buah, puskesmas keliling
roda empat berjumlah 7 buah. Untuk menilai kuantitas dan
pemerataan fasilitas-fasilitas tersebut di atas bagi kepentingan
masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat dari indikator di
bawah ini:
Proporsi puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling terhadap penduduk di Kota Singkawang tahun 2010 s/d 2013
Indikator Rasio Rasio Rasio Rasio
2010 2011 2012 2013
Puskesmas/Kecamatan 1 1 1 1
Puskesmas Kelurahan/Puskesmas 4,20 4,21 4,20 4,20
Puskesmas keliling/Puskesmas 1 1.4 1.4 1.4
Puskesmas/100.000 penduduk 2.68 2.62 2.57 2.51
Puskesmas Kelurahan/100.000 11.27 11.03 10.80 10.55
penduduk
Sumber: Subbagian umum Dinkes Singkawang (diolah)
Dari tabel di atas, tampak bahwa pada tahun 2013 rata-rata
kecamatan telah mem-punyai 1 buah puskesmas dan setiap
puskesmas dibantu oleh lebih dari 4 puskesmas kelurahan.
Setiap puskesmas harus memberikan pelayanan pada rata-rata
39,784 penduduk, sedang 1 puskesmas kelurahan harus
melayani rata-rata 9,472 penduduk.
2. Rumah sakit
Kuantitas dan pemerataan fasilitas rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus yang ada di Kota Singkawang pada tahun
2013 adalah sebagai berikut: 89
Kuantitas dan pemerataan fasilitas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus di Kota Singkawang tahun 2009 s/d 2013
Indikator
Nilai
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah rumah sakit umum 4 4 4 4 4
Jumlah tempat tidur RSU 407 417 449 401 486
Rasio tempat tidur RSU/100.000
penduduk 223 223 236
206
244
Jumlah rumah sakit khusus (RSK) 2 2 2 2 2
Jumlah tempat tidur RSK 505 472 505 505 700
Rasio tempat tidur RSK/100.000
penduduk 276 253 265
259
352
Sumber: Subbagian umum Dinas Kesehatan Kota Singkawang (diolah)
Dari tabel di atas, Pada tahun 2013, terdapat 4 buah rumah sakit
umum dengan jumlah tempat tidur sebanyak 486. Jumlah
rumah sakit khusus terdapat 2 buah dengan jumlah tempat tidur
700.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan pembangunan kesehatan Kota Singkawang tahun
2013 berasal dari dana pemerintah dan bantuan luar negeri.
Anggaran yang bersumber dari pemerintah berasal dari APBN
dan APBD Kota Singkawang, sedang, bantuan luar negeri
diperoleh melalui dana GFATM (Global Fund for AIDS,
Tuberculosis and Malaria), dari United Nation Population Fund
(UNFPA) untuk kesehatan reproduksi. Jumlah keseluruhan
anggaran ini adalah Rp 63.805.635.141,- Terjadi penurunan
anggaran bila dibangdingkan dengan tahun 2012 sejumlah Rp
89.214.809.422,-
Bila dibandingkan dengan total APBD Kota Singkawang,
dengan anggaran kesehatan dari berbagai sumber ini mempunyai
proporsi sebesar 8,75%. Terjadi penurunanan bila dibandingkan
dengan tahun 2012 mempunyai proporsi sebesar 13,6 %.
90
APBD95%
APBD Prov0%
APBN4%
PHLN1%
Proporsi anggaran kesehatan Kota Singkawang tahun 2013 berdasarkan sumber anggaran
Sumber: Subbagian keuangan DinKes Singkawang (diolah)
Sumber anggaran kesehatan di Kota Singkawang tahun 2013
Sumber Jumlah (Rp) Proporsi
(%)
APBD Kota 60.673.000.641 95,09
APBD Provinsi 0 0,00
APBN
2.692.450.000 4,22
- Jamkesmas ( Bansos ) 1.254.250.000 1,97
- Jampersal ( Bansos ) 830.000.000 1,30
- BOK ( Bantuan
0,95
Operasional Kesehatan ) 608.200.000
APBNP 0
0,00
PINJAMAN/HIBAH LUAR
NEGERI (PHLN)
HIV-AIDS/UNFPA/GAVI/TB 440.184.500 0,69
PARU
Jumlah 63.805.635.141 100
TOTAL APBD KAB/KOTA 729.176.683.168
% APBD kes thd total APBD 8.32
% total anggaran kesehatan 8,75
terhadap APBD
Sumber: Subbagian keuangan DinKes Singkawang (diolah)
91
BAB VI
PENUTUP
Kesehatan bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segala hal
menjadi tidak ada artinya. Pada saat kita sakit, rasanya kita tidak
menginginkan apa pun, kecuali kesembuhan atau kesehatan.
Pengalaman menderita sakit adalah pengalaman yang tidak
menyenangkan karena itu untuk menjadi sehat diperlukan banyak
upaya, bukan hanya sekedar sembuh dari sakit.
Paradigma lama dalam pembangunan kesehatan yang
berorientasi kepada sakit dan upaya-upaya untuk menyembuhkan
orang sakit tidak dapat lagi dipertahankan karena mahal. Paradigma
pembangunan kesehatan harus diubah menjadi Paradigma Sehat, yaitu
paradigma yang berorientasi kepada sehat dan upaya-upaya untuk
menjaga agar orang tetap sehat.
Pada bab-bab terdahulu, telah diuraikan keadaan kesehatan
masyarakat Kota Singkawang dan berbagai upaya yang telah dilakukan
untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Banyak keadaan telah
menjadi lebih baik dan banyak hasil yang telah dicapai, tetapi juga
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Kekurangan-
kekurangan yang ada dan upaya meningkatkannya merupakan
tanggungjawab bersama. Bukankah kesehatan itu urusan bersama
pemerintah dan masyarakat.
Kendala yang ada tidak perlu membuat ragu atau bahkan untuk
takut melangkah maju. Mengenali kendala yang menghadang berarti
sudah menyelesaikan separuh perjalanan dan berupaya untuk
memperbaiki keadaan yang belum memadai akan membuat kita
bergerak terus menuju tujuan yang ingin dicapai.
92
Semoga gambaran mengenai situasi kesehatan masyarakat di
Kota Singkawang pada tahun 2013 yang telah diuraikan pada bab –
bab sebelumnya, dapat menjadi inspirasi dalam upaya meningkatkan
status kesehatan masyarakat secara lebih lebih terarah dan
berkesinambungan, sehingga pada gilirannya dapat lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Singkawang.
93
TABEL 24
KOTA SINGKAWANG
TAHUN 2013
MALARIA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 SINGKAWANG SELATAN SINGKAWANG SELATAN 0 0 0 61 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0
2 SINGKAWANG UTARA SINGKAWANG UTARA 0 0 0 4 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0
3 SINGKAWANG TENGAH SINGKAWANG TENGAH 0 0 0 17 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0
4 SINGKAWANG TIMUR SINGKAWANG TIMUR 5 0 5 13 0 0 0 0.0 #DIV/0! 0.0
5 SINGKAWANG BARAT SINGKAWANG BARAT 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 0 5 0 0 95 0 0 0 0.0 #DIV/0! 0.0
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 0.0 0.0 0.48
Sumber: P2 PL
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PENDERITA
DENGAN PEMERIKSAAN
SEDIAAN DARAH
TANPA PEMERIKSAAN
SEDIAAN DARAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS CFRMENINGGAL
top related