profil limbah dan tanah
Post on 12-Apr-2017
96 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pencemaran lingkungan semakin hari semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.Berdasarkan tingkat kepadatan
dan laju pertumbuhan penduduk, limbah domestik dapat menjadi ancaman yang
cukup serius terhadap pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan bila
tidak segera diuraikan. Jika didefinisikan limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (limbah rumah
tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis
atau bersifat merugikan. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate),
rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Salah satu
contoh limbah domestic yaitu limbah bekas cucian piring yang dihasilkan dari
aktivitas rumah tangga.Limbah yang dihasilkan dari bekas cucian piring umumnya
secara langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu,
sehingga hal ini akan berdampak negative bagi lingkungan kita.
Sebenarnya lingkungan itu sendiri memiliki kemampuan untuk mendegradasi
senyawa-senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan
kimiawi. Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara
alami.Oleh karenanya, sebelum dibuang ke lingkungan sebaikanya limbah tersebut
dianalisis terlebih dahulu apakah limbah tersebut dapat dibuang langsung ke
lingkungan atau perlu diolah terlebih dahulu.Selain dapat mencemari lingkungan
perairan, limbah cair rumah tangga juga dapat mencemari tanah.
Seperti yang telah diketahui, tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman danmenyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,
Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
1
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan,industri perkebunan.
Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di
suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat
kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah.
Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun
senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.Pada percobaan ini, jenis tanah yang
dianalisis adalah tanah perkebunan wortel di Daerah Pancasari.
Seperti yang telah diketahui, tanah – tanah yang berada di daerah perkotaan
telah mengalami degradasi kesuburan. Hal ini disebabkan oleh tingginya produksi
limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun industry. Degradasi kesuburan
tanah dicirikan oleh kehilangan bahan organik yang mengakibatkan daya dukung
tanah semakin menurun. Oleh karenanya, pada praktikum ini penulis tertarik untuk
menganalisis sifat kimia tanah perkebunan wortel, meskipun secara teori disebutkan
bahwa tanah perkebunan wortel memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, tetapi perlu
dianalisis kembali.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui secara rinci karakteristik
limbah cair rumah tangga dan karakteristik tanah perkebunan wortel perlu dilakukan
analisis dengan parameter tertentu. Pada analisis limbah cair rumah tangga,
parameter yang diuji adalah bahan organic, kadar klorida, kadar sulfat, dan
kesadahan. Sedangkan pada analisis sifat kimia tanah perkebunan, parameter yang
dianalisis adalah pH tanah, kandungan bahan organic serta kapasitas tukar kation
(KTK).Dari profil ini maka dapat diketahui karakteristik limbah cair rumah tangga
serta kualitas tanah perkebunan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter
bahan organic, kadar klorida, kadar sulfat, dan kesadahan?
2. Bagaimana karakteristik kimia tanah perkebunan wortel ditinjau dari parameter
derajat keasaman, bahan organic serta kapasitas tukar kationnya?
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
tentang:
1. Karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter bahan organic,
kadar klorida, kadar sulfat, dan kesadahan.
2. Karakteristik kimia tanah perkebunan wortel ditinjau dari parameter derajat
keasaman, bahan organic serta kapasitas tukar kationnya.
1.4 Manfaat
Dari percobaan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik limbah cair rumah tangga dan karakteristik tanah perkebunan wortel.
Disamping itu, dengan adanya percobaan ini diharapkan masyarakat menyadari
pentingnya menjaga lingkungan dan tidak lagi membuang limbah secara
sembarangan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari
proses industri maupun domestik (limbah rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai
sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau bersifat merugikan. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni :
limbah adalah sisa proses produksi,
limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian,
limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi.
2.2 Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama (Kepmen 112, 2003).Salah satu contoh limbah
domestic adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga contonya limbah
bekas cucian piring.Limbah cair rumah tangga merupakan sisa dari suatu hasil usaha
atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Limbah cair rumah tangga yang dalam hal ini
limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam limbah cair domestic yang
dikarakterisasikan ke dalam darkgrey water (Nur’arif,2008).
2.3 Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga
Limbah domestic khususnya limbah rumah tangga bekas cucian piring umumnya
mengandung bahan organic yang tinggi, kadar klorida, sulfat, kesadahan serta COD.
a. Kandungan Organik Pada Limbah Rumah Tangga
Pada umumnya, limbah cair rumah tangga khususnya bekas cucian piring
mengandung bahan organic yang cukup tinggi.Bahan – bahan organic tersebut seperti
karbohidrat, minyak dan lemak serta protein tentunya berasal dari sisa makanan yang
terdapat pada air bekas cucian piring.Adapun komposisi limbah cair rumah tangga
yaitu sebagai berikut:
4
Tabel 01. Kandungan bahan organic, anorganik dan sulfat pada limbah rumah
tangga
No Kandungan Total
1 Air 99%
2 Organik 70%
3 Protein 65%
4 Karbohidrat 25%
5 Lemak 10%
6 Anorganik 30%
(Rahmi,2010)
b. Kandungan Klorida Pada Limbah Rumah Tangga
Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, juga diduga
mengandung klorida. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap
sifat – sifat kimia dan biologi perairan.Kation dari garam – garam klorida dalam air
terdapat dalam keadaan mudah larut, sehingga kelebihan garam klorida dapat
menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan
analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan
pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air (Rahmi,2010). Adapun
kandungan klorida dalam limbah domestic dapat dilihat pada table karakteristik air
limbah di bawah ini:
Table 02. Karakteristik Air Limbah Domestik
Parameter Konsentrasi
Kisaran Rata – rata
Padatan:
Terlarut
Tersuspensi
BOD
COD
TOC
250-850
100-350
110-400
250-1000
80-290
500
220
220
500
160
Nitrogen:
Organic 8-35 15
5
NH3 12-50 25
Phospor:
Organic
Anorganik
1-5
3-10
3
5
Klorida
Minyak dan Lemak
Alkalinitas
30-100
50-150
50-200
50
100
100
c. Kandungan Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga
Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, dan juga klorida,
limbah ini diduga mengandung sulfat.Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa
sulfida oleh bakteri.Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan
atau dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah laboratorium.
Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral yang mengandung S,
misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium sulfat anhidrat ( CaSO4). Konsentrasi sulfat
dapat mencapai 1.000 mg/L pada perairan yang menjadi tempat pembuangan limbah
industri (UNESCO/WHO/UNEP dalam Effendi, 2003).Air dikatakan tercemar sulfat
apabila kandungannya melebihi 400 mg/L. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
d. Kesadahan Pada Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga diduga mengandung ion – ion seperti Ca2+, Mg2+ dan
beberapa ion lainnya yang menyebabkan kesadahan. Jika kesadahan air terlalu tinggi
maka akan menyebabkan berbagai kerugian baik itu pada kesehatan maupun
lingkungan. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang standar baku kualitas air bersih sebagai berikut:
6
Tabel 03. Baku mutu kualitas air bersih
Nomor Parameter Kimiawi Satuan Kadar
1 Aluminium mg/L 0,2
2 Besi mg/L 0,3
3 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
4 Klorida mg/L 250
5 Mangan mg/L 0,4
6 pH - 6,5-8,5
2.4 Parameter Yang di Uji Pada Limbah Rumah Tangga
Untuk mengetahui kandungan bahanr organic, klorida, sulfat yang terkandung pada
limbah rumah tangga, COD, serta kesadahan total pada limbah rumah tangga maka dapat
dilakukan experiment dengan menggunakan metode sebagai berikut ini;
Penentuan Bahan Organik Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode
Titrimetri Menggunakan Titrasi Permanganometri
Untuk mengetahui kadar organic pada limbah rumah tangga, maka analisis bahan
organic ini dapat dilakukan secara titrimetric dengan menggunakan titrasi
permanganometri. Titrasi permanganometri adalah titrasi oksidasimetri yang
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4). Prinsip dari titrasi
permanganometri adalah dalam reaksi redoks KMnO4 sebagai oksidator akan mengalami
reaksi reduksi. Reaksi-reaksi reduksi yang dialami oleh ion MnO4- adalah sebagai
berikut:
MnO4-(aq) + 8H+
(aq) + 5e Mn2+(aq) + 4H2O(l)
Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk
mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan (Selamat,dkk,2004).
3Mn2+(aq) + 2MnO4
-(aq) + 2H2O(l) 5 MnO2(s) + 4H+
(aq)
Kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi reduktor, misalnya ion ferro. Reaksi redoks yang terjadi adalah sebagai
berikut:
2 MnO4-(aq) + 16H+ + 5C2O4 (aq) 2 Mn2+
(aq) + 8H2O(l) +10CO2(g)
MnO4-(aq) + 8H+ + 5Fe2+
(aq) Mn2+(aq) + 5Fe3+
(aq) + 4H2O(l)
7
Lebih jauh, dalam anilisis kadar bahan organic dalam sample (limbah bekas cucian
piring) terdapat istilah angka permanganate atau nilai permanganate. Dimana zat organik
sebagai angka permanganat merupakan banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat organik dalam satu liter sampel air dalam keadaan mendidih.
Penentuan Kadar Klorida Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi
Argentometri Yaitu Dengan Metode Mohr
Untuk mengetahui kadar klorida pada limbah rumah tangga dapat ditentukan
dengan cara titrasi argentometri cara Mohr. Titrasi argentometri cara Mohr menggunakan
ion-ion kromat (CrO42-) sebagai indikator. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s)(putih) + NaNO3(aq)
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan dari
Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida ditambahkan indikator
K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 maka akan terjadi
pengendapan bertingkat berikut:
1. Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1,2 x 10-10
2. CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 1,7 x 10-12
Tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral.
Pada kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih
lanjut terurai menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.
2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O
Penentuan Kadar Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode
Turbidimetri Menggunakan Alat Spektrofotometri
Untuk mengetahui kadar sulfat pada limbah rumah tangga dapat dilakukan
metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri. Analisis secara
turbidimetri merupakan analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S) atau kekeruhan
dari suatu suspensi.Prinsip dasar dari analisis ini adalah dengan mereaksikan ion sulfat
yang ada di dalam sampel air dengan larutan BaCl2, sehingga terbentuk suspensi
BaSO4.Kekeruhan yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 420 nm (Hariyadi, 1991).
8
Penentuan Kesadahan Total Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi
Kompleksometri
Untuk mengetahui kesadahan total pada limbah rumah tangga dapat dilakukan
dengan metode titrimetri. Secara prinsip penentuan kesadahan total pada limbah ini
samadengan titrasi komplesometri. Titrasi kompleksometri dikenal sebagai titrasi yang
menghasilkan reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Dalam titrasi ini digunakan EDTA sebagai titran,
karena EDTA merupakan chelating agents dan membentuk ion kompleks yang stabil
dengan Ca2+, Mg2+, dan ion divalen lain yang menyebabkan kesadahan seperti pada
persamaan berikut :
M2+ + EDTA [M . EDTA]compleks
Salah satu indicator yang tepat untuk digunakan adalah Eriochrome Black T
(EBT). EBT jika dilarutkan akan membentuk warna biru kehijauan. Jika sampel yang
akan diuji mengandung ion seperti Ca2+ atau Mg2+, maka reaksinya sebagai berikut:
Mg2+ + EBT → MgEBT + H+
Biru merah anggurKemudian jika sampel dititrasi dengan EDTA, maka ion-ion kalsium dan
magnesium akan membentuk senyawa kompleks (MgEDTA/CaEDTA), molekul
indicator (EBT) terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna
dari merah keunguan menjadi biru (BSN,2004). Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut:
MgEBT + EDTA→MgEDTA + EBT + H+
Merah keunguan Biru.
2.5 Tanah Perkebunan Wortel
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut
dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman. Sifat-sifat tanah itu meliputi
fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar
9
lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur
maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.
Tanah perkebunan wortel biasanya memiliki tekstur tanah yang baik. Jenis tanah
yang cocok untuk membudidayakan wortel yaitu jenis tanah alluvial, andosol, tanah
latosol, tanah regosol yang pada umumnya banyak tersebar di daerah berdataran tinggi.
Derajat keasaman tanah (pH) tanah yang direkomendasikan supaya tumbuh dengan baik
yaitu pH dengan kisaran 5,5-6,5. Tanah dengan topografi kurang dari 30% dapat dianggap
layak untuk budidaya tanaman wortel.
2.6 Karakteristik Tanah Perkebunan wortel
Adapun salah satu karakteristik tanah perkebunan wortel meliputi; mengandung C
organic yang tinggi, mempunyai pH (derajat keasaman) tinggi, serta kapasitas tukar kation
yang tinggi.
a. Kandungan C Organik Pada Tanah Perkebunan wortel
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik
yang terdapat di dalam tanah, termasuk bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,
bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan
organik dalam tanah berasal dari proses dekomposisi/ residu tumbuhan dan binatang yang
telah mati. Tanah perkebunan wortel umumnya mengandung C organic yang tinggi.
Adapun komposisi dan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada tanah perkebunan
khususnya perkebunan wortel adalah sebagai berikut:
Tabel 05. Komposisi unsur-unsur yang terkandung pada tanah perkebunan
wortel
Unsur Parameter Nilai (%)
Kadar air 24,21
Nitrogen 1,11
Karbon organic 18,76
C/N ratio 16,90
Fosfor 1,62
Kalium 7,26
b. Derajat Keasaman (pH)
10
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH
dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukkan serta sifat-sifat tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah
unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah,
air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi
sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah
(Kemas, 2005).
c. Kapasitas Tukar Kation Tanah Peternakan
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat
tanah, dan kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus
maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organic
tanah, semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi
(Mukhlis, 2007). Beberapa sifat kimia tanah disajikan pada table di bawah ini:
Table 06. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia Sangatrendah
Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi
C-organik(%) <1 1-2 2,01-3 3,01-5 >5
N-total (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N < 5 5-10 11-15 16-25 >25P2O5 HCL (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray 1 (ppm) <10 10-20 21-40 41-60 >60
K2O HCl 25% (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK (me/100 g) <5 5-16 17-24 25-40 >40
K (me/100g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (me/100g) <0,1 0,1-0,3 0,44-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100g) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 11-20 >20
11
KB (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70
Kejenuhan Al <10 10-20 21-30 31-60 >60
pH H2OSangatmasam Masam Agak
masam Netral Agakbasa
Kuantitatif pH H2O
<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5
Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003)
2.7 Parameter Yang di Uji Pada Tanah Perkebunan
Untuk mengetahui kandungan C organic, kualitas pH, serta kapasitas tukar kation pada
tanah perkebunan makan dapat dilakukan dengan sebagai berikut;
Penentuan Kandungan C Organik Pada Tanah Perkebunan
Untuk mengetahui kandungan C organic pada sampel tanah perkebunan maka
dilakukan analisis kandungan zat organic pada tanah dengan menggunakan metode
Walkley and Black. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah tahapan antara,
yang artinya kandungan bahan organik ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi
kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu. Prinsip-prinsip yang penting dalam
penetapan kandungan bahan organik tanah adalah sebagai berikut.Pertama, bahan organik
diorganisasi, baik dengan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, maupun melalui pembakaran.
Selanjutnya, kehilangan bahan organik setelah dioksidasi ditetapkan, misalnya dengan
menghitung kelebihan K2Cr2O7 yang tidak tereduksi oleh bahan organik dengan cara titrasi
sampel dengan menggunakan larutan FeSO4 gelap atau dengan menetapkan jumlah gas
CO2 hasil pembakaran. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
(organic) + 2K2Cr2O7 +8H2SO42Cr2(SO4)3 +2K2SO4 + 8H2O+ CO2
Penentuan Derajat Keasaman (pH) Pada Tanah Perkebunan Wortel
Pada penentuan derajat keasaman (pH) pada tanah perkebunan dapat diukur
menggunakan pH meter. Dimana Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau
lebih. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah
mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono,
2003).
Penentuan Kapasitas Tukar Kation Pada Tanah Peternakan
Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan
kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur dan semakin halus maka
12
KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organic tanah,
semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis,
2007). Pada prinsipnya, dalam penentuan kapasitas tukar kation dalam tanah perkebunan
yang diukur adalah pembebasan sejumlah ion amonium yang digunakan pada pengekstrak
basa dengan menggunakan KCl 0,1 N.
13
Tahap persiapan
Tahap Pelaksanaan
Pengambilan dan preparasi Sampel limbah
rumah tangga
Penentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga
Bahan organik Kadar klorida Kadar sulfat Kesadahan Kadar oksigen kimia (KOK)
Pelaporan
Persiapan alat dan bahan
BAB III
METODE
3.1 Jenis PercobaanPada praktikum ini dilakukan dua tahap analisis yaitu analisis limbah cair rumah
tangga dan analisis tanah khususnya yaitu tanah peternakan. Pada analisis limbah parameter
yang diukur adalah kadar bahan organik, klorida, sulfat, kesadahan dan kadar oksigen kimia
(KOK) sedangkan pada analisis tanah yang dianalisis adalah karakteristik tanah yang
meliputi pH tanah, bahan organik tanah dan kapasitas tukar kation (KTK). Secara garis besar
tahapan penelitian ini dapat disajikan dalam rancangan penelitian pada gambar dibawah ini:
14
Persiapan alat dan bahan
Tahap persiapan
Tahap pelaksanaan
Pengambilan dan preparasi Sampel tanah
Penentuan karakteristik tanah
Penentuan pH tanah
Penetuan KTK tanah
Penentuan Bahan Organik
Pelaporan
Diagram 1. Alur Kerja Analisis Limbah Cair Rumah Tangga
Diagram 2. Alur Kerja Analisis Karakteristik Tanah
3.2 Lokasi PercobaanPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Adapun sampel limbah rumah
tangga yang diteliti adalah sampel limbah rumah tangga yang diambil daerah Singaraja
sedangkan sampel tanah perkebunan yang dianalisis adalah tanah perkebunan yang diambil di
daerah Pancasari.
15
3.3 Subjek dan Objek PercobaanSubjek dalam penelitian ini adalah limbah cair rumah tangga bekas cucian piring dan
tanah perkebunan di Daerah Pancasari. Sedangkan objek penelitian adalah kualitas data
kuantitatif berupa kadar dari spesi/fraksi dari masing – masing parameter kualitas limbah dan
karakteristik kimia tanah.
3.4 Teknik Pengumpulan dataPenelitian dalam mengalisis bahan organik, klorida, sulfat, dan kesadahan pada
limbah cair rumah tangga bekas cucian piring ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap
persiapan meliputi: persiapan alat dan bahan dan tahap pelaksanaan penelitian meliputi:
penentuan sampel limbah cair rumah tangga, preparasi sampel limbah cair rumah tangga, dan
analisis kandungan bahan organik, klorida, sulfat, dan kesadahan pada limbah cair rumah
tangga bekas cucian piring.
Penelitian dalam menganalisis kandungan C organik, derajat keasaman (pH), serta
kapasitas tukar kation pada sampel tanah perkebunan ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap
persiapan meliputi : persiapan alat dan bahan, dan tahap pelaksanaan penelitian meliputi:
penentuan sampel tanah, preparasi sampel tanah, penetuan karakteristik tanah, analisis
kandungan C organik, derajat keasaman (pH) serta kapasitas tukar kation pada sampel tanah
peternakan.
3.4.1 Penyediaan Alat dan Bahan
1. Penentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring
Dalam pengujian ini adapun alat yang digunakan dalam penentuan bahan organic,
klorida, sulfat, kesadahan total serta COD pada limbah domestic khususnya limbah rumah
tangga bekas cucian piring adalah gelas kimia, erlenmeyer, buret, statif dan klem, batang
pengaduk, corong, gelas beaker, labu ukur, pipet tetes, neraca analitik, spatula, kaca
arloji, pipet volum, pipet ukur, spektronik 20+, pH meter, pengaduk magnet, pemanas,
kaca arloji, labu dasar bulat, tabung refluks. Bahan-bahan yang digunakan selama
praktikum yaitu sampel limbah cair rumah tangga bekas cucian piring, aquades, AgNO3,
K2CrO4, NaCl, BaCl2.2H2O, Kalium sulfat anhidrat, Asam klorida, HCl, Ag2SO4, H2SO4,
HgSO4, Indikator feroin, K2Cr2O7, Ferro ammonium sulfat, EBT, EDTA, NaOH, H2C2O4,
KMnO4, H2SO4 dan kertas saring
2. Penentuan Karakteristik Tanah Perkebunan Wortel
Dalam pengujian tanah perkebunan adapun alat yang digunakan selama praktikum
yaitu Labu Erlenmeyer, gelas kimia, buret, statif dan klem, pipet tetes, pipet volum, gelas
16
ukur, Labu ukur, kaca arloji, spatula, saringan, batang pengaduk, corong, neraca analitik,
alat shaker, mantel pemanas, labu bulat, labu kondensor. Bahan-bahan yang digunkaan
selama praktikum yaitu sampel tanah peternakan, larutan K2Cr2O7, larutan H2SO4, larutan
H3PO4, larutan FeSO4, larutan NaOH, etanol, indikator penantrolin, indikator Conway,
aquades.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan PercobaanPenentuan Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring
Adapun tahap pelaksanaan dalam penelitian penentuan bahan organic, klorida,
sulfat, kesadahan total serta COD pada limbah domestic khususnya limbah rumah
tangga bekas cucian piring adalah;
1. Penentuan Sampel Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring
Lokasi pengambilan sampel limbah cair rumah tangga untuk keperluan analisis
bahan organic, klorida, sulfat, kesadahan total serta COD adalah di daerah Singaraja.
Sampel limbah cair rumah tangga diambil dari salah satu aktivitas rumah tangga yang
menghasilkan limbah yaitu bekas cucian piring.
2. Preparasi Sampel Limbah Cair Rumah Tangga Bekas Cucian Piring
Sampel limbah cair dibersihkan dari pengotor secara manual.Sampel limbah
cair disaring dengan kertas saring kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
3. Penentuan Karakteristik Limbah Cair
Penentuan Bahan Organik Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode
Titrimetrik Menggunakan Titrasi Permanganometri
Penentuan bahan organic pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara
sampel limbah rumah tangga disaring menggunakan kertas saring, sampel limbah rumah
tangga yang sudah disaring diencerkan sebanyak10 mL (pengenceran dilakukan untuk
menghindari penggunaan KMnO4 dengan jumlah terlalu banyak). Kemudia dipepet
sebanyak 10 mL larutan sample yang telah diencerkan dan sebanyak 0,5 mL H2SO4 pekat
ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi sampel limbah rumah tangga. Larutan
dipanaskan hingga suhunya mencapai +/- 70oC. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
KMnO4 yang telah distandarisasi sampai tetesan terakhir KMnO4 memberikan warna
ungu muda yang bertahan selama 30 detik. Dicatat volume titran yang digunakan. Dalam
hal ini, untuk menentukan kadar zat organic pada limbah rumah tangga yang berasal dari
sisa makanan dan minuman yaitu dengan menggunakan rumus ;
17
V1M1 = V2M2
Penentuan Kadar Klorida Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi
Argentometri Yaitu Dengan Metode Mohr
Penentuan kadar klorida pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara, pertama
dilakukan persiapan sampel limbah rumah tangga, limbah rumah tangga yang sudah
disiapkan disaring menggunakan kertas saring, sebanyak 3mL suspense Al(OH)3
ditambahkan ke dalam sampel limbah yang telah disaring dan diaduk, biarkan sampai
terbentuk endapan. Kemudian sebanyak 1mL H2O2 30% ditambahkan kedalam limbah
yang telah disaring, limbah disaring menggunakan kertas saring, pH sampel limbah dicek
hingga kisaran 7 sampai dengan 10.Kemudian sebanyak 10 mL contoh uji limbah rumah
tangga yang sudah disaring diencerkan dengan menjadi 100 mL. Kemudian sebanyak 100
mL contoh uji digunakan secara duplo, limbah rumah tangga dan larutan blanko
ditambahkan dengan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5%, kemudian dititrasi dengan
larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan
berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Catat volume AgNO3 yang digunakan dan
titrasi diulang sebanyak tiga kali.Dicatat volume titran yang digunakan. Untuk
menentukan kadar klorida dalam limbah bekas cucian rumah tangga, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini:
Kadar Cl- (mg/L) = ( A−B ) X N X 35,450
V
Penentuan Kadar Sulfat Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Metode
Turbidimetri Menggunakan Alat Spektrofotometri
Pada penentuan kadar sulfat pada sampel limbah rumah tangga dilakukan dengan cara
pembuatan kurva kalibrasi. Pembuatan kurva kalibrasi pada sampel limbah rumah tangga
dilakukan dengan cara; limbah rumah tangga bekas cucian piring disaring menggunakan
kertas saring ( penyaringan dilakukan 3 kali untuk mendapatkan limbah yang bening).
Dipipet sebanyak 25mL larutan sampel limbah yang telah disaring. Kemudian pH limbah
rumah tangga dicek menggunakan pH meter hingga pH limbah dalam keadaan asam.
Sebanyak 0.15 gram padatan BaCl2 ditambahkan ke dalam sampel limbah rumah tangga
dan diaduk selama 3 menit, dan dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 420nm. Analisis data yang didapat dari penentuan kadar sulfat pada
18
limbah rumah tangga dengan menggunakan alat spektrofotometer dilakukan dengan
membuat kurva kalibrasi, sehingga didapat persamaan garis lurus y = ax + b.
Penentuan Kesadahan Total Pada Limbah Rumah Tangga Dengan Titrasi
Komplesometri
Penentuan kesadahan total pada limbah rumah tangga dilakukan dengan cara;
limbah rumah tangga bekas cucian piring disaring menggunakan kertas saring, dipipet
sebanyak 25mL larutan sampel limbah yang telah disaring. Kemudian pH sampel limbah
rumah tangga dicek menggunakan pH meter hingga sampel limbah rumah tangga dalam
keadaan basa yaitu dengan pH 10, sebanyak 50mL larutan EDTA dituangkan ke dalam
buret sebagai titran. Setelah itu sebanyak 10mL sampel limbah rumah tangga yang telah
disaring dipipet, kemudian sebanyak 10 mL sampel limbah rumah tangga ditambahkan
dengan sedikit indicator EBT, dan larutan sampel limbah yang sudah ditambahkan
indicator EBT kemudian dititrasi dengan larutan EDTA, titrasi dihentikan sampai warna
larutan sampel limbah berubah warna menjadi biru kehijauan. Dicatat volume titran yang
digunakan.Kesadahan dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini:
Kesadahan total (mg CaCO3/L) = 1000V C .u
x VEDTA(a) x MEDTA X 100
3. Penentuan Karakteristik Tanah Peternakan
A.Penentuan Sampel Tanah
Lokasi pengambilan sampel tanah untuk keperluan analisis karakteristik tanah
adalah areal perkebunan yang terdapat di daerah Denpasar. Metode penarikan sampel
acak berstrata (sratified random sampling) dan pengambilan sampel tanah yang tidak
ternganggu ( undisturbed soil sampling).
B. Preparasi Sampel Tanah
Sampel tanah dibersihkan dari pengotor seperti batu, akar dan daun serta pengotor
lainnya secara manual.Sampel tanah dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
C. Penentuan Karakteristik Tanah
Penentuan C- Organik Pada Tanah Perkebunan dengan Metode Walkley and
Black
Penentuan kadar C-organik pada sampel tanah perkebunan dilakukan dengan cara;
sampel tanah yang akan diuji sebelumnya dihaluskan dan diayak hingga didapat tanah
yang benar – benar halus, kemudian sebanyak 0,5 gram sampel tanah ditimbang dengan
19
menggunakan neraca elektrik, sebanyak 10 mL larutan dikromat ditambahkan ke dalam
sampel tanah. Kemudian sampel tanah yang telah ditambahkan dengan 10 mL larutan
dikromat dikocok hingga tercampur merata.Setelah itu sebanyak 20 mL asam sulfat pekat
ditambahkan secara perlahan lahan ke dalam sampel tanah yang telah dicampur dengan
larutan dikromat.Larutan didiamkan beberapa menit hingga suhu larutan tidak panas
lagi.Setelah suhu larutan tidak panas lagi, ditambahkan 200 mL aquades ke dalam larutan
di atas.Kemudian dilanjutkan dengan penambahan asam fosfat (H3PO4) 85% sebanyak 20
mL, dan larutan dikocok dengan menggunakan shaker selama 10 – 20 menit. Setelah
larutan dikocok selama 20 menit, larutan sampel diambil sebanyak 10 mL, kemudian
diencerkan menjadi 50mL, selanjutnya sebanyak 10 mL larutan sampel yang telah
diencerkan dipipet dan ditempatkan pada labu erlenmeyer, selanjutnya sebanyak 2 tetes
indicator penoltrolin ditambahkan pada sampel tanah yang akan dititrasi dan telah ditetesi
indicator kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan FeSO4 sampai warna larutan
berubah menjadi hijau. untuk menghitung kandungan bahan organic sesuai dengan
metode Walkley and Black, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
%C = Volume blanko−Volume titrasiVolume blanko x berat sampel x 3
% bahan organic (BO) = % C x 1,729
Catatan: 1,729 diasumsikan dalam bahan organic tanah pada 58%.
Penentuan Derajat Keasaman (pH) Pada Tanah Perkebunan
Penentuan derajat keasaman (pH) pada sampel tanah perkebunan dilakukan dengan cara;
sebanyak 5 gram sampel tanah halus ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik
ukuran 100 mL. Selanjutnya 10 mL aquades ditambahkan kemudian dikocok dengan
pengocok elektrik selama 60 menit dan dibiarkan semalam. Setelah pendiaman selama satu
malam, campuran dikocok selama 1 jam. Selanjutnya pH suspensi tanah tersebut diukur
menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7 dan pH 4.
Sebanyak 0,5844 gram NaCl p.a. yang telah dikeringkan pada 1050C selama 2 jam ditimbang.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya
menjadi 100 mL. Nilai DHL ditentukan dari larutan baku NaCl. Sebanyak 10 gram sampel
tanah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam botol kocok, dan ditambahkan 50 mL
aquades. Dikocok dengan pengocok elektrik selama 30 menit. DHL suspensi tanah diukur
dengan konduktometer yang telah dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan baca
20
setelah angka mantap. Nilai DHL diukur dalam satuan dS m-1 menggunakan 3 desimal (1 dS
m-1 = 1 mS cm-1 = 1 mmhos cm-1 = 1000 μS cm-1 = 1000 μmhos cm-1). Nilai DHL dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut.
DHL suspensi tanahDHLlarutan baku NaC l = X
1413 μs
Penentuan Kapasitas Tukar Kation Pada Tanah Perkebunan
Penentuan kapasitas tukar kation pada tanah perkebunan dilakukan dengan cara;
sebanyak 1 gram sampel tanah perkebunan ditimbang menggunakan neraca analitik dan
ditempat kan pada Erlenmeyer 100mL, kemudian sebanyak 10 mL NH-4OAc dengan pH 7
ditambahkan pada sampel tanah perkebunan kemudian di shaker selama 60 menit, dan
disaring menggunakan kertas saring. Proses penambahan NH-4OAc dengan pH 7 pada
sampel tanah serta proses pengadukan (shaker) diulang sebanyak 4 kali. Setelah itu
sebanyak 10mL etanol ditambahkan pada larutan sampel tanah dan dishaker selama 10
menit, proses ini dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan.Setelah itu sampel tanah
perkebunan disaring, dan ditambahkan 10 mL aquades. Selanjutnya larutan sampel tanah
yang telah ditambhakan 10mL aquades dimasukan ke dalam labu destilasi dan
ditambahkan 50 mL aquades, 20 mL NaOH 40 % lalu didestilasi. Hasil destilasi
ditampung menggunakan Erlenmeyer 100mL yang berisi 15 mL H2SO4 0,1 N yang
ditambahkan 3 tetes indikator Conway. Hasil destilasi larutan sampel tanah diencerkan
menjadi 200mL dan sampel tanah yang telah diencerkan dititrasi menggunakan NaOH
yang sudah di standarisasi.Kemudian, KTK tanah dihitung dengan rumus :
KTK(me /100 gram) =
( Vol Blanko - Vol Sampel) x N NaOH x 100Berat Sampel
3.5 Analisis Data
Data kuantitatif berupa karateristik tanah ( pH tanah, bahan organik, kapasitas
tukar kation (KTK)) dan karakteristik limbah cair (kadar sulfat, klorida, bahan organik,
dan kesadahan) Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Hasil percobaan yang diperoleh dalam analisis limbah cair rumah tangga pada masing
– masing parameter dikelompokkan menjadi lima, yaitu dilihat dari kadar bahan organic,
kadar kandungan sulfat, kadar klorida, dan kesadahan. Sedangkan hasil percobaan yang
diperoleh pada analisis karakteristik tanah perkebunan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
derajat keasaman (pH) tanah, bahan organic dan kapasitas tukar kation (KTK). Secara
ringkas, hasil percobaan pada masing – masing uji disajikan pada table berikut:
Table 08. Karakteristik Limbah Cair Rumah Tangga
No Parameter Kadar
1 Bahan organic N
2 Klorida mg/L
3 Sulfat mg/L
4 Kesadahan mg/L
Table 09. Sifat Kimia Tanah Perkebunan
No Sifat Kimia (Karakteristik) Kadar
1 Derajat Keasaman (pH) pH 4 dalam H2O diperoleh pH 6,05, dalam
NaCl diperoleh pH 4,74
2 Bahan organic
3 Kapasitas tukar kation (KTK) me/100 gram
22
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Limbah Cair Rumah Tangga
1. Bahan Organik
Dalam penentuan bahan organic dalam limbah rumah tangga yang berasal dari
bekas cucian piring dapat dilakukan dengan cara titrasi permanganometri. Titrasi
permanganometri adalah titrasi oksidasimetri yang menggunakan larutan standar
kalium permanganat (KMnO4). Dalam reaksi redoks KMnO4 sebagai oksidator akan
mengalami reaksi reduksi.
Prinsip dari penentuan bahan organik dengan titrasi permanganometri adalah
zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan.Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.Titrasi pada praktikum kali ini dilakukan
sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data yang lebih akurat sehingga didapat
volume rata – rata kalium permanganate yang dihabiskan untuk mentitrasi sampel
adalah sebanyak 0,00117mL. lebih lanjut setelah dilakukan perhitungan, dapat
diketahui kadar bahan organic dalam sampel sebagai angka permangnat yaitu
sebesar 0,0117 N.
2. Kadar Klorida
Analisis kadar klorida dalam sampel limbah rumah tangga dilakukan dengan
menggunakan titrasi argentometri secara Mohr. Pada prinsipnya senyawa klorida
dalam sampel limbah cair dapat dititrasi dengan larutan perak nitrat dalam suasana
netral atau sedikit basa (pH 7 sampai dengan pH 10), menggunakan larutan
indikator kalium kromat.Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan
merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion
klorida ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar AgNO3 maka akan terjadi pengendapan bertingkat berikut:
Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1 x 10-10
CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 2 x 10-12
23
(Selamat, 2002)
Kemudian pada praktikum kali kadar klorida dalam limbah cair rumah tangga
adalah sebesar 0.90 mg/L. Kadar klorida dalam limbah cair rumah tangga yang
didapat pada praktikum ini tergolong rendah, karena jika dibandingkan dengan teori
kadar klorida pada limbah cair domestic adalah sebesar 50 mg/L.
3. Kadar Sulfat
Penentuan kadar sulfat dalam sampel limbah cair bekas cucian piring dapat
dilakukan dengan metode turbidimetri dengan menggunakan alat spektronic 20+.
Prinsip kerja dari metode ini bahwa ion sulfat dapat ditentukan kadarnya dengan
cara membentuk endapan BaSO4 dengan adanya penambahan BaCl2 dalam suasana
asam. Dalam hal ini semakin tinggi konsentrasi sulfat dalam sampel yang akan
diuji, maka warna sampelnya akan semakin keruh. Kekeruhan yang terjadi dapat
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Setelah
dilakukan pengukuran turbiditas dengan instrument spektrofotometri, maka kadar
sulfat dapat ditentukan dari persamaan yang diperoleh melalui kurva kalibrasi
hubungan absorbansi terhadap konsentrasi sulfat standar.
Pada praktikum kali ini, kadar sulfat yang teridentifikasi dalam limbah cair
bekas cucian piring rumah tangga adalah sebesar 27,22 mg/L. Kadar sulfat dalam
limbah bekas cucian air piring rumah tangga tergolong cukup rendah dan memenuhi
syarat menurut Peraturan Pemerintah RI PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa nilai ambang batas yang
diperbolehkan adalah 400 mg/L.
4. Kesadahan
Penentuan kesadahan total dalam air limbah secara prinsip sama dengan
titrasi kompleksometri. Dimana digunakan garam dinatrium etilen diamin tetra
asetat (EDTA) sebagai titran dan sampel limbah cucian piring rumah tangga
digunakan sebagai titrat. Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan
bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam sampel limbah
cair bekas cucian piring rumah tangga akan bereaksi dengan indikator Eriochrome
Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA
ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
24
senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi
larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan
didapat kesadahan total (Ca + Mg).
Berdasarkan hasil percobaan, didapat kesadahan total limbah cair bekas
cucian piring rumah tangga adalah sebesar 53 mg/L. Nilai tersebut masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan kesadahan total yang diijinkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku
kualitas air bersih yaitu sebesar 500 mg/L. Kemudian, jika dilihat dari tingkat
kesadahannya sampel yang diuji merupakan air limbah yang tergolong lunak (soft
water) karena nilai kesadahannya berada pada rentang 0 – 75 mg/L.
4.2.2 Analisis Sifat Tanah
1. Bahan organic
Pada praktikum analisis penentuan kandungan bahan organik pada tanah
perkebunan dilakukan berdasarkan jumlah C-organik yang terdapat dalam tanah
tersebut dengan menggunakan metode Walkey and Black. Prinsip dari metode
tersebut adalah C-organik dalam tanah terlebih dahulu dioksidasikan dengan kalium
dikromat, kemudian didesktruksi dengan asam sulfat pekat dan asam fosfat.
Besarnya C yang hilang karena teroksidasi merupakan kadar C-organik dalam
tanah. Dengan adanya penambahan larutan dikromat ke dalam sampel tanah, maka
bahan organic yang terkandung di dalam sampel tanah mereduksi Cr2O7- dalam
larutan dikromat, dimana Cr6+ direduksi menjadi Cr3+. Seperti yang ditunjukkan
pada reaksi berikut:
C-organik + 2K2Cr2O7 + 8H2SO42Cr2(SO4)3 + 2K2SO4 + 8H2O + CO2
Penambahan larutan dikromat dan asam sulfat pekat menyebabkan warna larutan
menjadi coklat kemerahan. Kemudian kelebihan kromat yang tidak dapat tereduksi
oleh bahan organic dalam sampel ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan dengan menggunakan larutan FeSO4.Setelah
mendapat data hasil titrasi, maka kandungan bahan organic dalam tanah perkebunan
dapat dihitung. Setelah dilakukan perhitungan, kandungan bahan organic yang
diperoleh adalah sebesar 12,45%. Angka tersebut tergolong cukup tinggi, karena
secara teori disebutkan bahwa kandungan bahan organic dalam tanah secara umum
yaitu sebesar 2-5 %.Tingginya bahan organic pada tanah perkebunan disebabkan
25
oleh vegetasi dan rumput yang ada pada lahan perkebunan tersebut.Selain vegetasi
dan rumput, selanjutnya adalah suasana aerob dan anaerob, yang mana pada tanah
perkebunan terjadi dalam kondisi aerob.Pada kondisi aerob pelapukan bahan
organik lebih mudah terjadi sehingga aerasinya lebih baik dibandingkan dengan
tanah yang tergenang (anerob). Disamping itu, tingginya bahan organic disebabkan
oleh kadar liat tanah pada tanah perkebunan yang cukup tinggi, sehingga
kandungan bahan organiknya juga tinggi.
2. Derajat keasaman (pH)
Pada praktikum kali ini dilakukan uji sifat kimia tanah yaitu derajat keasaman
(pH) pada tanah perkebunan wortel. Dimana sampel tanah yang akan diuji telah
didiamkan selama 24 jam setelah dilakukan pengocokan. Penentuan nilai pH pada
tanah perkebunan ini dilakukan dengan menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4,00 dan pH 7,00. Pada praktikum kali
ini diperoleh hasil pengukuran buffer yaitu sebesar 3,46, sehingga diperoleh factor
koreksi pH meter sebesar 0,54.
Nilai pH dari sampel tanah perkebunan ini menunjukkan bahwa jenis tanah tersebut
tergolong ke dalam yang bersifat agak asam karena berada dalam rentang pH 4,5-
6,5. Seperti yang telah disebutkan dalam teori, keasaman tanah merupakan salah
satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga
terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukkan serta sifat-sifat
tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah
(Kemas, 2005). Jadi nilai pH yang diperoleh pada praktikum kali ini kemungkinan
mengandung ion H+ lebih banyak daripada ion OH-.
3. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity (CEC)
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid
yang bermuatan negative. Besarnya KTK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe
26
mineral liat tanah, dan kandungan bahan organic. Semakin tinggi kadar liat atau
tekstur semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada
kandungan bahan organic tanah, semakin tinggi bahan oerganik tanah maka KTK
tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007). Pada percobaan kali ini kapasitas tukar
kation yang diperoleh adalah sebesar 29,95me/100 gram. Jika dibandingkan dengan
teori kadar tersebut tergolong tinggi karena berada dalam kisaran 25 – 40 me/100
gram.
Tingginya nilai KTK yang diperoleh pada tanah perkebunan ini kemungkinan
berkaitan dengan pH tanah, kandungan bahan organic tanah dan juga tekstur tanah
itu sendiri. Seperti yang telah dipaparkan pada teori, jika pH tanah tinggi maka
kapasitas tukar kationnya akan tinggi. Hal ini terbukti karena pada percobaan
sebelumnya pada pengukuran pH menunjukkan bahwa pH tanah perkebunan adalah
sebesar 8,34. Tekstur tanah juga mempengaruhi KTK tanah. Semakin halusnya
tekstur pada tanah maka akan meningkatkan KTK karena tanah lebih mampu dalam
menahan air dan unsur hara. Hal ini dapat memudahkan dalam pertukaran kation di
dalam tanah, terutama pada kation yang monovalentPengaruh bahan organik tidak
dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Telah dikemukakan bahwa organik
mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat.Berarti semakin
tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Karakteristik limbah cair rumah tangga ditinjau dari parameter bahan organiknya
adalah sebesar 0,0177 N. Kadar klorida dalam sampel limbah cair rumah tangga
tergolong rendah, yaitu sebesar 0.90 mg/L. Kadar sulfat dalam sampel limbah cair
juga tergolong rendah yaitu sebesar 27,22 mg/L. Kesadahan limbah cair rumah
tangga juga tergolong rendah, yaitu sebesar 53 mg/L. Kebutuhan Oksigen Kimia
(KOK) pada limbah rumah tangga cukup tinggi, yaitu sebesar 432 mg/L O2
bahkan melebihi ambang batas baku mutu air.
2. Karakteristik atau sifat kimia tanah perkebunan dilihat dari kandungan bahan
organiknya tergolong tinggi, yaitu sebesar 12,45%. Derajat keasaman (pH) dari
tanah perkebunan termasuk ke dalam golongan agak alkalis, yaitu sebesar 8,34.
Sedangkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) dari tanah perkebunan juga
tergolong sangat tinggi, sebesar 29,95me/100 gram.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik limbah cair rumah
tangga pada parameter selain yang telah dianalisis pada praktikum kali ini, agar
hasil yang didapat lebih rinci lagi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik tanah peternakan,
parameter yang diukur tidak hanya sifat kimia saja melainkan sifat fisika dari
tanah tersebut juga perlu dianalisis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Kanisius.Yogyakarta. Hal: 278.
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, JakartaHariyadi, S., Suryadiputra dan Bambang W., 1991, Limnologi: Metoda Analisa Kualitas Air.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hal: 124.
Karunia Cahaya Fajar. 2012. Analisis COD (Chemical Oxygen Demand).http://karuniacahayafajar.blogspot.com/2012/11/cod.html. diakses tanggal 10 Mei 2015. 09:38.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf, diakses tanggal : 23 Maret 2015
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf, diakses tanggal : 23 Maret 2015
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering; Collection, Treatment, Disposal. McGraw Hill Inc. New delhi
Muklis.2007. Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press, Medan.Nur’arif, Muhamad. 2008. Pengelolaan Air Limbah
Domestik.Tesis.Tersedia :http://eprints.undip.ac.id/17344, diakses tanggal : 24 Maret 2015
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku kualitas air
Rahmi, Puji. 2010. Laporan Penelitian. Tersedia :https://ml.scribd.com/doc/88576354/Laporan-Penlit-Puji-Rahm, diakses tanggal : 24 Maret 2015
Selamat, I Nyoman, I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja : Jurdik Kimia, IKIP N Singaraja.
29
top related