program kreativitas mahasiswa
Post on 12-Dec-2014
23 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya
kepada kita semua. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi kita
muhamad SAW karena dengan bimbinganya kita telah keluar dari zaman
kegelapan ke zaman terang benderang seperti sekarang ini. Pertama-tama saya
sampaikan ucapkan terima-kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah diberikan
kesempatan guna mengikuti kegiatan program kreativitas mahasiswa ini. Kami
berharap dengan mengikuti program PKM akan menambah dan memacu
pengetahuan kita agar nantinya bisa berguna untuk perguruan tinggi dan
masyarakat sebagi perwujudan dari tri darma perguruan tinggi.
Karya tulis ini disusun syarat untuk mengikuti program kreativitas mahasiswa
(PKM ) yang diadakan oleh direktorat pendidikan tinggi. Sebagai rasa hormat
kami menyebutkan pihak yang sangat membantu dalam penyusunan karya tulis
sebagai berikut:
1. drg Fajar Dwi Anggono selaku pembimbing kegiatan ini. dari beliau kami
mendapatkan banyak masukan akan sebuah karya tulis yang memenuhi
standard. Beliau juga selalu memberikan perhatian kepada kami agar kami
bisa menyelesaikan karya tulis tepat waktu.
2. drg Rosani Wiogo M,Si selaku ketua jurusan Kedokteran Gigi fakultas
kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, yang mana karena beliau kami
diberi kesempatan untuk ikut kegiatan ini.
3. Kepada orang tua mahasiswa tim PKM ini yang selalu mendoakan anak-
anaknya agar kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan
manfaat di kemudian hari.
4. Kepada teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami
guna kelancaran dalam penyusunan karya tulis ini.
Penyusun menyadari dalam karya tulis ini banyak sekali kesalahan dan
kekuranganya, untuk itu penyusun mengharapkan saran yang bersifat
membangun untuk mencapai karya tulis yang labih baik lagi di kemudian
hari.
Purwokerto, 25 Maret 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
A. Judul Program
B. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
D. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
E. Luaran Yang Diharapkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
F. Kegunaan Program. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
G. Tinjauan Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
H. Metodologi Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LAMPIRAN 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LAMPIRAN 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LAMPIRAN 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Susu Kedelai. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Gambar 2. Susu Sapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Gambar 3. Anak dengan Ruam-ruam pada kulit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
Gambar 4. Anak yang sembuh dari alergi susu sapi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Taksonomi Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Tabel 2. Nilai Protein Pada Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Tabel 3. Komponen Protein Susu Sapi . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Tabel 4. Tabel Tingkat Risiko Alergi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
A. JUDUL PROGRAM
“ Alternatif Susu Kedelai untuk Anak yang Alergi Susu Sapi “
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling
sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupannya. Alergi susu sapi adalah
suatu penyakit yang berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat
pemberian susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Alergi
merupakan masalah penting yang tidak harus diremehkan. Reaksi yang
ditimbulkan dapat mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak, sehingga
dapat mengganggu tumbuh kembang anak tersebut.
Hippocrates pertama kali melaporkan adanya reaksi susu sapi sekitar tahun
370 Masehi. Dalam beberapa dekade belakangan ini prevalensi dan perhatian
terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai
penyebab alergi makanan pada anak yang sering terjadi. Beberapa penelitian di
beberapa negara di dunia, prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun
pertama kelahiran sekitar 2%. Kurang lebih pada jumlah 1-7% bayi pada
umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi.
Sedangkan 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan
bahan dasar susu sapi.
Di negara Indonesia sendiri, menurut survey bahwa kejadian alergi susu sapi
adalah sekitar 2-5% atau dari seratus penduduk, 5 anak adalah penderita alergi
susu sapi.
C. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prevalensi anak yang mengalami alergi susu sapi di Indonesia.
2. Bagaimana upaya mengatasi masalah anak yang mengalami alergi susu
sapi di Indonesia.
3. Bagaimana penggunaan zat gizi pengganti terhadap masalah alergi susu
sapi, dalam hal ini adalah susu kedelai.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui prevalensi anak yang mengalami alergi susu sapi di Indonesia.
2. Mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi masalah anak yang mengalami
alergi susu sapi di Indonesia.
3. Mengetahui penggunaan zat gizi pengganti terhadap masalah alergi susu
sapi, dalam hal ini adalah susu kedelai.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1. Agar masyarakat pada umumnya, dan para ibu pada khususnya
mengetahui mekanisme gejala klinis pada anaknya yang mungkin
mengalami alergi susu sapi.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah alergi susu sapi
dan dapat mencari solusi penggunaan zat gizi pengganti dalam upaya
mengatasi masalah alergi susu sapi.
F. KEGUNAAN PROGRAM
1. Teoritis
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang masalah alergi susu sapi
yang menyerang sebagian anak di Indonesia.
2. Praktis
a. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan dan solusi tentang masalah alergi susu
sapi pada bayi dan balita.
b. Bagi FKIK Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal
Soedirman
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia
kesehatan anak.
c. Bagi Peneliti
Bermanfaat untuk menambah pengalaman dan pengetahuan
peneliti terkait dengan upaya mengatasi masalah kesehatan pada
anak yang mengalami alergi susu sapi.
G. TINJAUAN PUSTAKA
Susu Kedelai
Sejak abad ke-2 sebelum masehi susu kedelai sudah dibuat di negeri Cina.
Dari sana kemudian berkembang ke Jepang dan setelah Perang Dunia II masuk ke
Asia Tenggara. Di Indonesia hingga saat ini perkembangannya masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan
Fillipina. Untuk Malaysia dan Fillipina telah mengembangkan produksi susu
kedelai sejak tahun 1952, sedangkan Indonesia baru belakangan ini mulai
mengembangkannya.
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : G. max
Nama Binomial
Glycine max L.
Tabel 1. Taksonomi Kedelai
Gizi susu kedelai tidak kalah dengan susu sapi, karena itu susu kedelai dapat
digunakan sebagai pengganti susu sapi pada penederita alergi susu sapi. Untuk
balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30% kebutuhan protein
sehari. Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino dalam protein susu
kedelai kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein. Tetapi, karena
kandungan asam amino lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai dapat
meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan makanan sereal lainnya.
Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi.
Misalnya, protein efisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3, sedangkan PER
susu sapi 2,5. PER 2,3 artinya, setiap gram protein yang dimakan akan
menghasilkan pertambahan berat badan pada hewan percobaan (tikus putih)
sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku. Susu kedelai tidak mengandung
vitamin B12 dan kandungan mineralnya terutama kalsium lebih sedikit ketimbang
susu sapi. Karena itu dianjurkan penambahan atau fortifikasi mineral dan vitamin
pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar.
Dari seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12 – 14% yang dapat
digunakan tubuh secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari
sukrosa, stakiosa, dan raffinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan
polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut
dalam air dan alkohol, serta tidak dapat dicerna. Secara umum susu kedelai
mempunyai kandungan vitamin B2, B2 niasin, piridoksin, dan golongan vitamin B
yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah
vitamin E dan K.
Nilai Protein Kedelai
Kandungan Asam Amino Esensial (g/100g)
Asam Amino Kacang Kedelai Susu Kedelai
Histidine 0.40 0.60
Isoleucine 0.70 1.10
Leucine 1.20 1.70
Lysine 1.00 1.30
Methionine 0.20 0.30
Phenylalanine 0.80 1.10
Tryptophan 0.20 0.30
Threonine 0.60 0.80
Valine 0.80 1.00
Tabel 2. Nilai protein pada Kedelai
Gambar 1. Susu Kedelai
Susu Sapi
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui
lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya tidak
dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu bernilai gizi tinggi dan
dapat digunakan sebagai makanan manusia segala umur, sehingga susu
merupakan makanan yang dapat dikatakan sempurna. Dewasa ini di negara-
negara yang sudah maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang
(termasuk di Indonesia), sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang
mempunyai nilai gizi tinggi.
Gambar 2. Susu Sapi
Prosedur Pemerahan Susu
a. Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah jumlah
pemerahan setiap hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan.
b. Jumlah pemerahan 3 – 4 kali setiap hari dapat meningkatkan produksi susu
daripada jika hanya diperah dua kali sehari.
c. Pemerahan pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda
komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore hari.
d. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin tidak
memeperlihatkanm perbedaan dalam produksi susu, kualitas atapun
komposisi susu.
Protein Susu
a. Kadar protein didalam air susu rata-rata 3.20% yang terdiri dari: 2.70%
casein (bahan keju), dan 0.50% albumen. Berarti 26.50% dari bahan
kering air susu adalah protein.
b. Didalam air susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein
didalam air susu juga merupalan penentu kualitas air susu sebagai bahan
konsumsi.
c. Albumin ditemukan 5 gram per kg air susu, dalam keadaan larut. Didalam
pembentukan keju, albumin memisah dalam bentuk whey. Beberapa hari
setelah induk sapi melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada air
susu dan normal setelah 7 hari.
d. Pada suhu 640 C albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan
sifat protein pada telur. Akan tetapi karena kadar albumin yang sedikit
maka pada pasteurisasi tidak dapat ditemukan, bahkan pada pemasakan
yang dapat dilihat hanya merupakan titik-titik halus pada dinding dan
dasar panci.
Lemak Susu
a. Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan
asam- asam lemak.
b. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30%
lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak
polyunsaturated.
c. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol,
tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D
Laktosa
a. Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat didalam air susu. Bentuk
ini tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain.
b. Kadar laktosa di dalam air susu adalah 4.60% dan ditemukan dalam
keadaan larut.
c. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa.
Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa
dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa Janis kuman pembentuk asam
susu.
d. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau gangguan-
gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini
disebabkan kurangnya enzim laktase dalam mukosa usus.
Setiap 100 gram susu terkandung panas sebesar 70.5 kilokalori, protein
sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7 gram, mengandung kalsium sebesar 125 miligram,
sementara prosentase penyerapan dalam tubuh sebesar 98% - 100%.
Di dalam susu terkandung vitamin B2 dan vitamin A, selain protein juga terdapat
macam-macam asam amino yang penting untuk pertumbuhan tubuh. Sekarang,
susu sapi dijuluki sebagai bahan makanan dengan kandungan vitamin lengkap,
juga sebagai “darah putih” yang membantu kesehatan tubuh manusia.
Dengan mengkonsumsi minimal segelas setiap hari, maka kita akan mendapatkan
banyak manfaatnya bagi tubuh, antara lain :
a. Kandungan potassiumnya dapat menggerakan dinding pembuluh darah
sehingga mampu menjaganya agar tetap stabil. Sehingga Anda jauh dari
penyakit darah tinggi serta penyakit jantung.
b. Kandungan yodium, seng dan lecitin-nya dapat meningkatkan secara
drastis keefisiensian kerja otak besar.
c. Zat besi, tembaga dan vitamin A dalam susu mempunyai fungsi terhadap
kecantikan, yaitu dapat mempertahankan kulit agar tetap bersinar.
d. Kandungan tyrosine dalam susu dapat mendorong hormon kegembiraan
dan membuat tidur seseorang menjadi lebih nyenyak.
e. Kalsium susu dapat menambah kekuatan tulang, mencegah tulang
menyusut dan patah tulang.
f. Kandungan magnesium dalam susu dapat membuat jantung dan sistem
syaraf tahan terhadap kelelahan.
g. Kandungan Seng pada susu sapi dapat menyembuhkan luka dengan cepat.
h. Kandungan vitamin B2 di dalam susu sapi dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan.
Karakteristik Komponen Protein Susu Sapi
Komponen
Protein
Berat Molekul
(kD)
Persentase Protein
Total
Alerginisitas
β-lactoglobulin 18.3 10 + + +
Casein 20-30 82 + +
α-lactalbumin 14.2 4 + +
Serum Albumin 67 1 +
Immunoglobulin 160 2 +
Tabel 3. Komponen Protein Susu Sapi
Keterangan : + + + (sangat menyebabkan alergi)
+ + (potensi menyebabkan alergi)
+ (tidak menyebabkan alergi)
Alergi Susu Sapi
Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ
dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan
keterlibatan mekanisme sistem imun. Mekanisme reaksi terhadap susu yang
dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas. Sedangkan reaksi simpang makanan yang
tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu. Alergi
terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung
protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem
reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu
sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam
susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.
Mekanisme Terjadinya Gangguan
Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-
spesifik saluran cerna pada bayi yang belum sempurna. Susu sapi adalah protein
asing utama yang diberikan kepada seorang bayi. Harus dibedakan antara alergi
susu sapisuatu reaksi imunologis dan reaksi intoleransi yang bukan berdasarkan
kelainan imunologis seperti efek toksik dari bakteri stafilokokus, defek metabolik
akibat kekurangan enzim laktase, reaksi simpang dari bahan-bahan lain yang
terkandung dalam susu formula.
Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi
hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 40 komponen
protein yang dapat mengganggu respon imun yang menyimpang pada seseorang.
Protein susu sapi terbagi menjadi casein dan whey. Casein yang berupa agian susu
berbentuk kental biasanya didapatkan dalam jumlah 76-80% total protein susu
sapi. Casein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6.
Whey berjumlah 20% total protein susu yang terdiri dari β-lactoglobulin (9% ),
α-lactalbumin (4%), bovine immunoglobulin (2%), bovine serum albumin (1%),
dan sebagian kecil beberapa protein seperti laktoferin, transferin, dan lipases
dengan jumlah total 4%. Dengan pasteurisasi rutin tidak cukup untuk
menghilangkan protein ini tetapi sebaliknya, bahkan dapat meningkatkan sifet
alergenisitas beberapa protein susu seperti β-lactoglobulin.
Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi pada alergi susu sapi secara umum hampir sama dengan
gejala alergi makanan lainnya. Target organ utama reaksi terhadap alergi susu sapi
adalah kulit, saluran cerna dan saluran napas. Reaksi akut jangka pendek yang
sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis. Sedangkan, reaksi kronis jangka
panjang yang terjadi adlah asthma, dermatitis, dan gangguan saluran cerna.
Beberapa manifestasi reaksi simpang karena susu sapi melalui mekanisme IgE
dan non IgE.
Target organ yang sering terkena adalah kulit berupa urticaria dan
angioedema. Pada saluran cerna biasanya yang terganggu adalah sindrom oral
alergi, gastrointestinal anaphylaxis, allergic eosinophilic gastroenteritis.
Sedangkan pada saluran napas yang terjadi adalah asthma, pilek, dan batuk kronis.
Selain target organ yang sering terjadi diatas, manifestasi klinis lainnya berupa
”manifestasi tidak biasa” (unusual manifestation). Diantaranya adalah manifetasi
kulit yang berupa vaskulitis, fixed skin eruption. Sistem saluran napas yang
terganggu adalah chronic pulmonary diseases (Heiner syndrome), hipersensitivity
pneumonitis, hipersekresi bronkus. Sedangkan pada saluran cerna adalah
konstipasi dan gastroesophageal refluk.
Gambar 3. Anak dengan ruam-ruam pada kulit
Gangguan Tumbuh Kembang pada Penderita Alergi
1. Gangguan Pertumbuhan
a. Sering mengalami kesulitan makan, gangguan kenaikan berat
badan terutama setelah usia 4-6 bulan saat setelah pemberian makanan
tambahan baru.
b. Sering mengalami gangguan hormonal tertentu sehingga
mengakibatkan makan berlebihan dan berisiko mengalami kegemukan
atau obesitas.
2. Gangguan Perkembangan
a. Gangguan keseimbangan koordinasi dan motorik, seperti
mengalami keterlambatan duduk, merangkak, dan berjalan. Bila sudah
biasa jalan, sering terjatuh atau menabrak dan jalannya cenderung terburu-
buru.
b. Gangguan Sensoris, cenderung sensitif terhadap suara berfrekuensi
tinggi, cahaya yang menyilaukan, dan sistem perabaannya, yaitu berjalan
jinjit, mudah geli, mudah jijik.
c. Gangguan Oral Motorik, mengalami keterlambatan bicara, bicara
terburu-buru, cadel, gagap. Gangguan mengunyah dan menelan yaitu tidak
bisa makan makanan yang berserat seperti daging, sayuran, dan nasi.
Disertai dengan keterlambatan pertumbuhan gigi.
3. Gangguan Perilaku
a. Gerakan Motorik Berlebihan, mata bayi atau balita sering melihat
keatas, sering menggerakkan kepala ke belakang, dan membentur-
benturkan kepala.
b. Gangguan Tidur Malam, sulit tidur dan cenderung tidak bisa diam,
sering mengigau, dan sering terbangun langsung pada posisi duduk saat
tidur.
c. Gangguan Konsentrasi, cepat bosan terhadap suatu aktivitas,
mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, ceroboh, tidak mau antri,
pelupa, dan sering melamun.
d. Emosi Tinggi, cenderung temperamental, mudah marah, sering
berteriak dan mengamuk, keras kepala.
e. Impulsif, banyak bicara, tertawa berlebihan, dan sering memotong
pembicaraan orang lain.
Pencegahan Alergi Susu Sapi
Pencegahan terjadinya alergi susu sapi harus dilakukan sejak dini. Hal ini
terjadi saat sebelum timbul sifat sensitif terhadap protein susu sapi, yaitu sejak
intrauterin. Penghindaran harus dilakukan dengan pemberian susu sapi yang
dihidrilisis parsial untuk merangsang timbulnya toleransi susu sapi di kemudian
hari. Bila sudah terjadi sifat sensitif terhadap protein susu sapi atau sudah terjadi
manifestasi alergi, maka harus diberikan susu sapi yang dihidrolisis sempurna
atau pengganti susu sapi misalnya susu kedelai.
Alergi susu sapi yang sering timbul dapat memudahkan terjadinya alergi
makanan lain di kemudian hari bila sudah terjadi kerusakan saluran cerna yang
menetap. Pencegahan dan penanganan yang baik dan berkesinambungan sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya alergi makanan yang lebih erat di
kemudian hari. Tindakan pencegahan alergi susu sapi juga hampir sama seperti
yang dilakukan pada alergi lainnya. Secara umum tindakan pencegahan alergi
susu sapi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pemberian ASI eksklusif terbukti dapat mengurangi risiko alergi,
tetapi harus diperhatikan diet ibu saat menyusui. Selain itu juga disertai
tindakan lain misalnya pemberian imunomodulator, Th1-immunoajuvants,
probiotik. Tindakan ini bertujuan mengurangi dominasi sel limfosit Th2,
diharapkan dapat terjadi dalam waktu 6 bulan.
b. Pemberian susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti
susu sapi dan obat pencegahan seperti setirizin dan imunoterapi.
c. Penghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi
sekitar usia 2-3 tahun, sehingga harus diberikan susu pengganti formula
soya (kedelai) atau susu sapi hidrolisat sempurna dan makanan padat
bebas susu sapi dan produk susu sapi.
Gambar 4. Anak yang sembuh dari alergi susu sapi
Cara Pembuatan Susu Kedelai
Bahan :
1. 100 gram kacang kedelai (rendam 10 jam)
2. 700 gram gula pasir
3. 500 ml air
4. 2 lembar daun pandan
Cara membuat :
1. Kacang kedelai yang sudah direndam harus dibersihkan dari kulit arinya
2. Setelah bersih, masukkan ke dalam blender sambil ditambahkan air dan
gula
3. Kacang kedelai yang sudah di blender akan berbentuk seperti bubur halus,
untuk mendapatkan sari kedelai maka harus disaring menggunakan kain
kasa
4. Sari kedelai tersebut lalu dimasukkan ke dalam panci untuk dididihkan
dengan api sedang, dan masukkan daun pandan
5. Setelah mendidih angkat susu kedelai, dan dapat disajikan dalam bentuk
hangat maupun dingin
Susu kedelai sebagai zat gizi pengganti untuk anak yang mengalami alergi
susu sapi sangat mudah untuk dibuat sendiri di rumah, selain itu harganya juga
sangat terjangkau.
H. METODOLOGI PELAKSANAAN
I. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan program ini akan dilakukan di Kalibakal, Pendopo Kelurahan
Berkoh, Kecamatan Purwokerto Kidul. Kunjungan ke lokasi Penyuluhan
akan diadakan sebanyak dua kali.
II. Bentuk Kegiatan
Pelatihan I :
1. Pemberian Kuesioner
Kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk
mengetahui riwayat alergi pada orangtua yang bisa memungkinkan
anak atau bayinya terkena alergi.
2. Penyuluhan
Peserta diberi pemahaman mengenai :
a. Tanda-tanda alergi susu sapi pada anak
Materi diberikan Fadli Ashar
b. Pemberian sample susu kedelai pada anak-anak
Dilakukan oleh seluruh panitia
Materi disajikan dalam bentuk penayangan slide power point, menggunakan
media LCD dan dilengkapi dengan peragaan pembuatan susu kedelai secara
tradisional agar penerapan meminum susu kedelai secara rutin dapat dilakukan
warga secara mandiri.
Pelatihan II
1. Pemberian kuesioner feedback hasil pemberian susu kedelai untuk
menyusun laporan akhir hasil pengaruhnya pada anak.
2. Peragaan cara pembuatan susu kedelai tradisional agar dapat diterapkan
warga secara mandiri.
Evaluasi
Evaluasi kegiatan ini menggunakan metode kuantitatif dan metode
kualitatif. Kuantitatif berupa pendataan hasil perubahan dari pemakaian
susu kedelai pada anak. Sedangkan kualitatif adalah pengamatan berupa
pemahaman dan penerapan warga dalam memanfaatkan susu kedelai dan
membuatnya secara tradisional.
Penyusunan Laporan Akhir
Berdasarkan kuesioner yang telah kami bagikan pada warga, kami akan
menyimpulkan hasilnya dengan menggunakan acuan penilaian adanya
risiko alergi pada anak dengan melihat tabel riwayat risiko alergi pada
kedua orangtuanya.
Keluarga Dinyatakan Diduga Tanpa
Riwayat
NILAI
Ibu
Bapak
Saudara
Kandung
Bayi/Balita
Jumlah Nilai
Tabel. 4 Tabel Tingkat Risiko Alergi
Keterangan :
Nilai Kondisi
2 = jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung bayi atau balita
yang dinyatakan oleh dokter atau secara medis terkena alergi.
1 = jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung bayi atau balita
yang diduga terkena alergi.
0 = jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung bayi atau balita
tanpa riwayat alergi apapun.
Nilai Keluarga yang diprediksi
digunakan untuk menentukan
kemungkinan bayi/balita terkena
alergi
Nilai Keluarga Tingkat Risiko
Terkena Alergi
terhadap
Bayi/Balita
0 Risiko Kecil
(5-15 %)
1-3 Risiko Sedang
(20-40%)
4-6 Risiko Tinggi
(40-60%)
Diadaptasi dari Yadau & Yadau,
Causes & Prevention Allergy, 2005
1 Konfirmasi
ulang
kerjasama
dengan setiap
ketua
√
2 Persiapan
teknis
√
3 Pelatihan 1 √
4 Pelatihan 2 √
5 Evaluasi
kunjungan
√
6 Pelatihan 1 √
BULAN
NO KEGIAT
AN
I II III
MINGGU KE- MINGGU KE- MINGGU KE-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
7 Pelatihan 2 √
8 Evaluasi awal √
9 Evaluasi
tengan
program
√
10 Pelatihan 1
dan 2
√
11 Evaluasi
kunjungan
√
12 Pelatihan 1 √
13 Pelatihan 2 √
14 Penyusunan
lapora akhir
√ √
Anggaran Dana
a. Kesekertariatan
Keras HVS 3 Rim X 30.000 Rp 90.000,00
Cetak naskah laporan 10 x Rp 10.000,00 Rp 100.000,00
Penjilidan cover 10 x Rp 10.000,00 Rp 100.000,00
Tinta hitam dan warna Rp 50.000,00 Rp 50.000,00
Foto copy kuesioner 50 x 2 x Rp 1 000 Rp 100.000,00
b. Peralatan dan Transportasi
Sewa LCD Rp 300.000,00 Rp 300.000,00
Transportasi 3 x 10.000,00 Rp 30.000,00
Akomodasi Tim Rp 100.000 Rp 100.000,00
Konsumsi peserta 100 x Rp 10.000 Rp 1.000.000,00
Dispenser Rp 750.000,00 Rp 750.000,00
Banner penyuluhan 1 x Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
Gelas plastik Rp 25.000,00 Rp 50.000,00
Sewa tempat penyuluhan Rp 300.000,00 Rp 300.000,00
c. Konsumsi
Konsumsi panitia 10 x 10.000,00 Rp 100.000,00
Susu kedelai instant 2x 15 x Rp 50.000,00 Rp 1.500.000,00
Air Galon 3 x Rp 10.000 Rp 30.000,00
Total dana Rp 5.000.000,00
Lampiran 1
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK
1. Ketua Pelaksana
Nama : Fadli Ashar
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 19 April 1990
NIM : G1G 008 001
Fakultas/Jurusan : FKIK/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Waktu untuk kegiatan PKM : 4 jam seminggu
2. Anggota
a. Nama : Dinar Ardhananeswari
Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 11 Januari 1991
NIM : G1G 009 007
Fakultas/Jurusan : FKIK/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Waktu untuk kegiatan PKM : 4 jam seminggu
b. Nama : Cindy Juwita Sari
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Pakning, 7 Maret 1991
NIM : G1G 009 052
Fakultas/Jurusan : FKIK/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Waktu untuk kegiatan PKM : 4 jam seminggu
c. Nama : Fadhlia Nur Aini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1992
NIM : G1G 009 056
Fakultas/Jurusan : FKIK/Kedokteran Gigi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Waktu untuk kegiatan PKM : 4 jam seminggu
Lampiran 2
CONTOH LEMBAR KUESIONER
Lingkarilah salah satu jawaban atas pertanyaan berikut!
1. Apa bapak/ibu mengetahui bahwa susu sapi menyebabkan alergi?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
2. Apa bapak/ibu memiliki riwayat alergi?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
3. Apa tanggapan bapak/Ibu tentang alergi susu sapi?
a. Biasa saja
b. Berbahaya
c. Tidak tahu
4. Sudahkah Bapak/Ibu mengetahui manfaat susu kedelai?
a. Sudah
b. Belum
c. Sering
5. Apakah Bapak/Ibu berminat mengganti penggunaan susu sapi pada anak
dengan susu kedelai apabila anak mengalami alergi?
a. Ya
b. Tidak
c. Ragu-ragu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cindy Juwita Sari G.
NIM : G1G009052
Tempat/tanggal lahir : Sungai Pakning, 7 Maret 1991
Alamat Rumah : Jl. Juanda. Komperta Gunung Simping No. 298,
Cilacap
Riwayat Pendidikan : SD 1 YKPP Dumai
SMP YKPP Dumai
SMAN 1 Cilacap
Jurusan Kedokteran Gigi Unsoed 2009
Agama : Kristen Protestan
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Orang tua
Ayah : Librayana
Ibu : Sri Widayati
Pekerjaan orang tua
Ayah : BUMN
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat orang tua : Jl. Juanda. Komperta Gunung Simping No. 298,
Cilacap\
Pengalaman organisasi : Sekretaris OSIS SMP YKPP Dumai
Pengalaman kepanitiaan : Divisi Agama Kristen
Nama : Dinar Ardhananeswari
NIM : G1G009007
Alamat Rumah : Perum situ gede indah. Jl.kaweni A.156
mangkubumi, Tasikmalaya
Riwayat Pendidikan : SD Gunung pereng 3
SMP : SMPN 2 Tasikmalaya
SMAN : SMAN 1 Tasikmalaya
Jurusan Kedokteran Gigi Unsoed 2009
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Orang tua
Ayah : Darsono Sukma permana
Ibu : Sri Supriatin
Pekerjaan orang tua
Ayah : PNS
Ibu : Ibu Rumah tangga
Alamat orang tua : perum situ gede indah , jl.kaweni A.156
mangkubumi. Tasikmalaya
Pengalaman Berorganisasi : anggota SSG (sanggar seni gerentes )
Pengalaman Kepanitiaan : sie acara pelantikan HMPSKG
Nama :
NIM : G1G0080
Alamat Rumah :
Riwayat Pendidikan : SD
SMP
SMAN
Fakultas Kedokteran Gigi Unsoed 2009
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Orang tua
Ayah :
Ibu :
Pekerjaan orang tua
Ayah :
Ibu :
Alamat orang tua :
Pengalaman Berorganisasi :
Pengalaman Kepanitiaan :
Pengalaman Berorganisasi :
Pengalaman Kepanitiaan :
Nama : Fadhlia Nur Aini
NIM : G1G009056
Alamat Rumah : Jalan Swadaya 1 No.34 Rt 007/Rw 010 Pejaten
Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 13 Pagi Jakarta Selatan
SMP Negeri 87 Jakarta Selatan
SMA Negeri 29 Jakarta Selatan
Fakultas Kedokteran Gigi Unsoed 2009
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Orang tua
Ayah : Agus Sanusi
Ibu : Titin Nurhayati
Pekerjaan orang tua
Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat orang tua : Jalan Swadaya 1 No.34 Rt 007/Rw 010 Pejaten
Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510
Pengalaman Berorganisasi : Rohis SMA Negeri 29 Jakarta
Pengalaman Kepanitiaan : Bendahara Pelantikan Pengurus BEM KG
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Winarno. 1987. Gizi dan Makanan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
top related