program studi sarjana farmasi fakultas farmasi dan …repository.helvetia.ac.id/2235/6/skripsi afri...
Post on 14-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI OBAT LUKA
BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Oleh :
AFRI MANAO
1501196002
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI OBAT LUKA
BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Farmasi Dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Oleh :
AFRI MANAO
1501196002
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji pada tanggal :
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Tetty Noverita Khairani S, S.Si., M.Si
Anggota : 1. Ruth Mayana Rumanti, S.Farm., M.Si., Apt
2. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt
i
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI OBAT LUKA
BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN
AFRI MANAO
1501196002
Program Studi S1 Farmasi
Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki kandungan flavonoid
berupa xanton yang memiliki efek anti inflamasi dengan memicu pembentukan
kolagen yang berperan penting dalam pemeliharaan struktur dan penyembuhan
luka. Selain itu, kulit manggis juga mengandung senyawa saponin, fenol dan tanin
yang memiliki efek luka sehingga mampu mempercepat proses luka bakar pada
tikus putih jantan. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui efek daya sembuh
formulasi sediaan krim kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) Sebagai
obat luka bakar pada tikus putih jantan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
pengambilan data secara deskriptif dan dilanjutkan pengambilan nilai rata-rata
dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan uji homogenitas, uji ONE WAY ANOVA
dan uji LSD (Least Significant Different) dinyatakan signifikan p = (< 0,05) yaitu
p = 0,00. seperti pada hari ke-21 menyatakan signifikan karna p = (< 0,05) yaitu p
= 0,00. terhadap luka bakar pada tikus putih jantan dengan jumlah perlakuan 15
hewan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dari 5 kelompok perlakuan
yang terdiri dari F0 (kontrol negatif) memiliki rerata persentase penyembuhan luka
bakar 27%, F1 (konsentrasi 5%) memiliki rerata persentase penyembuhan luka
bakar 55%, F2 (konsentrasi 10%) memiliki rerata persentase penyembuhan luka
bakar 67%, F3 (konsentrasi 15%) memiliki rerata persentase penyembuhan luka
bakar 83%, sebagai pembanding *Burnazin cream
Disimpulkan bahwa proses percepatan penyembuhan luka bakar
pada tikus putih jantan ditunjukkan pada ekstrak etanol 70% kulit buah manggis
dengan F3 (konsentrasi 15%), dengan nilai rerata persentase penyembuhan luka
bakar 83%. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk memformula ekstrak etanol
kulit buah manggis dalam bentuk sediaan lain.
Kata kunci : Luka bakar, tikus putih jantan, Garcinia mangostan L. krim
ii
iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Identitas
Nama : Afri Manao
Tempat/Tanggal Lahir : Orahili Fau, 11 November 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 6 dari 6 bersaudara
Nama Ayah : Semadi Manao
Nama Ibu : Tasimani wau
2. Pendidikan
Tahun 2003 – 2009 : SD II Negri Santo Paulus Orahili Fau
Tahun 2009 – 2012 : SMPS Bhakti Luhur
Tahun 2012 – 2015 : SMKS Mitra Kasih BKPN Telukdalam
Tahun 2015 – 2019 : Mengikuti Pendidikan S1 Farmasi di
Institut Kesehatan Helvetia Medan
iv
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim
Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostanaL.) Sebagai Obat
Luka Bakar Pada Tikus Putih Jantan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan progam studi S1 Farmasi di Institut
Kesehatan Helvetia.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr.dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, S.E, S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua
Yayasan Helvetia Medan.
3. Bapak Dr. H. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Insititut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Bapak H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Ibu Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Ibu Tetty Noverita Khairani S, S.Si, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I
penulis atas segala bimbingan, pengarahan, tenaga, pikiran serta waktu
yang diluangkan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
7. Ibu Ruth Mayana Rumanti S.Farm., M.Si., Apt sebagai Dosen
Pembimbing II penulis atas segala bimbingan, pengarahan, tenaga, pikiran
serta waktu yang diluangkan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
8. Ibu Hafizhatul Abadi S.Farm., M.Kes., Apt sebagai Dosen Penguji III
penulis yang memberikan masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan
Proposal Penelitian ini.
9. Bapak dan Ibu Staf Dosen Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut
Kesehatan Helvetia Medan atas segala ilmu dan pengetahuan serta
bimbingan selama menempuh pendidikan.
10. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda Semadi Manao dan Ibunda Tasim.
Wau serta kakak Festin, Siati, Tiani, yustin, dan abang Darman atas segala
doa, motivasi, dukungan dan sumber semangat, baik secara moril dan
materil sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
11. Bagi teman-teman penulis: Zending Juniaman Dachi, Neal Veraswantica
Wau dan teman-teman seperjuangan program studi S1 Farmasi angkatan
2015 atas segala dukungan, motivasi, masukan, saran, bantuan, dan
dukungan dalam segala bentuk bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Saran, kritik dan pendapat dari pembaca penulis
harapkan sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam skripsi ini.
Medan , Agustus 2019
Penulis
AFRI MANAO
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Hipotesis ................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ...................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1 Uraian Tumbuhan Manggis (garcinia mangstona .) .............. 6
2.1.1 Klasifikasi tumbuhan ................................................. 6
2.1.2 Morfologi tumbuhan ................................................. 7
2.1.3 Nama daerah tumbuhan ............................................. 7
2.1.4 Manfaat buah manggis .............................................. 7
2.1.5 Kandungan kimia ...................................................... 8
2.2 Simplisia ................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian simplisia .................................................. 8
2.2.2 Tahapan pembuatan simplisia ................................... 9
2.3 Ekstraksi ................................................................................ 12
2.3.1 Pengertian ekstraksi ................................................... 12
2.3.2 Metode ekstraksi ....................................................... 12
2.4 Kulit ....................................................................................... 14
2.4.1 Penegertian kulit ........................................................ 14
2.4.2 Anatomi kulit secara hispatologik ............................. 15
2.4.3 Fungsi kulit ................................................................ 17
2.5 Luka Bakar ............................................................................ 18
2.5.1 Fase luka bakar ........................................................... 18
2.5.2 Mekanisme injurinya .................................................. 19
2.5.3 Penanganan luka bakar .............................................. 20
2.6 Krim ...................................................................................... 21
2.6.1 Pengertian krim ......................................................... 21
2.6.2 Tipe krim ................................................................... 22
2.6.3 Basis krim .................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 24
3.1 Metode Penelitian .................................................................. 24
viii
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 24
3.3 Sampel Penelitian .................................................................. 24
3.4 Alat dan Bahan ...................................................................... 24
3.4.1 Alat yang digunakan .................................................. 24
3.4.2 Bahan yang digunakan .............................................. 25
3.5 Penyiapan Sampel ................................................................. 25
3.5.1 Pengumpulan sampel ................................................. 25
3.5.2 Pengolahan sampel .................................................... 25
3.6 Prosedur Kerja ....................................................................... 25
3.6.1 Pembuatan ekstrak ..................................................... 25
3.6.2 Rancangan formulasi dasar krim ............................... 26
3.6.3 Pembuatan sediaan krim ............................................ 27
3.7 Uji Evaluasi Sediaan ............................................................. 28
3.7.1 Pengujian organoleptik dan homogenitas .................. 28
3.7.2 Pengujian pH ............................................................. 28
3.7.3 Pengujian daya sebar ................................................. 29
3.7.4 Pengujian daya lekat .................................................. 29
3.7.5 Uji luka bakar ............................................................ 29
3.8 Pengukuran Luas Area Luka Bakar ...................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 31
4.1.1 Determinasi tanaman ................................................... 31
4.1.2 Ekstraksi kulit buah manggis ....................................... 31
4.1.3 Hasil evaluasi sediaan krim ......................................... 34
4.1.4 Penentuan tipe emulsi sediaan krim ............................ 36
4.1.5 Proses penyembuhan sediaan krim ekstrak etanol
kulit buah manggis sebagai obat luka bakar pada
tikus putih .................................................................... 37
4.1.6 Pengamatan visual luka bakar ..................................... 38
4.1.7 Hasil pengukuran diameter luka bakar pada tikus
putih jantan .................................................................. 41
4.2 Pembahasan ............................................................................. 46
4.2.1 Uji organoleptis sediaan .............................................. 46
4.2.2 Uji homogenitas sediaan ............................................. 47
4.2.3 Uji pH sediaan ............................................................. 47
4.2.4 Uji daya sebar sediaan ................................................. 47
4.2.5 Uji daya lekat sediaan ................................................. 48
4.2.6 Uji penyembuhan luka bakar dengan ekstrak
Kulit manggis ............................................................. 48
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 53
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 53
5.2 Saran ...................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kerangka pikir penelitian ......................................................... 5
Gambar 2.1. Buah manggis dan pohon manggis (Garcinia mangostana L) . 6
Gambar 2.2. Anatomi kulit ............................................................................ 17
Gambar 4.1. Ekstrak kental kulit buah manggis ............................................. 32
Gambar 4.2. Tahap ekstraksi kulit buah manggis ......................................... 33
Gambar 4.3. Cara mengukur diameter luka bakar pada tikus ....................... 37
Gambar 4.4. Perbandingan luka bakar pada hari 1 dengan hari ke 21 .......... 41
Gambar 4.5. Grafik pengukuran luka bakar .................................................. 43
Gambar 4.6. Grafik persentase penyembuhan luka bakar ............................. 46
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Komposisi formulasi sediaan krim .............................................. 27
Tabel 3.2. Kelompok perlakuan hewan uji luka bakar .................................. 29
Tabel 4.1. Hasil maserasi ekstrak etanol 70% kulit buah manggis .............. 32
Tabel 4.2. Data hasil uji organoleptis sediaan .............................................. 34
Tabel 4.3. Data hasil uji homogenitas sediaan ............................................. 35
Tabel 4.4. Data hasil uji pH sediaan ............................................................. 35
Tabel 4.5. Data hasil uji daya sebar sediaan ................................................. 35
Tabel 4.6. Data hasil uji daya lekat sediaan ................................................. 36
Tabel 4.7. Hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim .................................... 36
Tabel 4.8. Hasil pengamatan visual luka bakar ............................................. 38
Tabel 4.9. Rerata penurunan diameter luka bakar dan persentase
Penyembuhan luka bakar ............................................................. 42
Tabel 4.10. Uji statistik homogenitas ............................................................. 43
Tabel 4.11. Uji statistik one way ANOVA ..................................................... 44
Tabel 4.12. Rata-rata persentase penyembuhan luka bakar pada hari ke- 21 .. 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Surat pengajuan judul skripsi ............................................. 57
Lampiran 2 : Lembar konsultasi proposal pembimbing I ........................ 58
Lampiran 3 : Lembar konsultasi proposal pembimbing II ....................... 59
Lampiran 4 : Lembar persetujuan perbaikan (revisi) proposal ................ 60
Lampiran 5 : Lembar konsultasi skripsi pembimbing I ............................ 61
Lampiran 6 : Lembar konsultasi skripsi pembimbing II ........................... 62
Lampiran 7 : Lembar persetujuan perbaikan (revisi) skripsi ................... 63
Lampiran 8 : Surat identifikasi/determinasi tumbuhan ............................ 64
Lampiran 9 : Surat hasil identifikasi ........................................................ 65
Lampiran 10 : Surat permohonan ijin penelitian ........................................ 66
Lampiran 11 : Surat balasan permohonan ijin penelitian ........................... 67
Lampiran 12 : Surat permohonan ethical clearance ................................... 68
Lampiran 13 : Surat persetujuan komisi etik .............................................. 69
Lampiran 14 : Surat hasil analisis laboratorium ......................................... 70
Lampiran 15 : Surat keterangan pengembangan hewan ............................. 71
Lampiran 16 : Data gambar proses ekstraksi ............................................. 72
Lampiran 17 : Data gambar proses formulasi sediaan krim ....................... 75
Lampiran 18 : Data gambar proses evaluasi sediaan krim ......................... 76
Lampiran 19 : Data gambar proses uji aktivitas luka bakar ........................ 79
Lampiran 20 : Perhintungan rendemen ekstrak etanol 70% kulit manggis . 81
Lampiran 21 : Perhitungan persentase penyembuhan luka bakar .............. 81
Lampiran 22 : Data gambar Luka Bakar Hari ke – 1 .................................. 84
Lampiran 23 : Data gambar Luka Bakar Hari ke – 7 .................................. 85
Lampiran 24 : Data gambar Luka Bakar Hari ke – 14 ............................... 86
Lampiran 25 : Data gambar Luka Bakar Hari ke – 21 ............................... 87
Lampiran 26 : Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka
Bakar Hari ke-7 ................................................................... 88
Lampiran 27 : Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka
Bakar Hari ke-14 ................................................................ 91
Lampiran 28 : Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka
Bakar Hari ke-21 ................................................................ 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan memiliki peran
homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada dewasa sekitar 2,7-3,6kg dan luasnya
sekitar 1,5-1,9 m2. Tebal kulit bervariasi mulai 0,5mm hingga 4mm tergantung
letak, umur, dan jenis kelamin (1).
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena
terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar (2).
Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar dapat terjadi pada kulit, selaput lendir, saluran pernafasan dan saluran cerna.
Gejalanya berupa sakit, bengkak, merah, melepuh karena permeabilitas pembuluh
darah meningkat (3).
Luas dan dalamnya kulit yang terkena, status kesehatan sebelumnya dan
usia pasien menentukan gangguan pada tubuh dan tingkat kematian yang
disebabkan oleh luka bakar. Kulit yang terkena luka bakar akan mengalami
kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan. Hal ini tergantung
faktor penyebab terjadinya luka bakar dan lamanya kulit kontak dengan sumber
panas(4).Pengobatan pada luka bakar menggunakan sediaan topikal lebih banyak
dipilih karena jaringan yang mengeras akibat luka bakar tidak dapat ditembus
dengan pemberian obat dalam bentuk sediaan oral maupun parenteral (5).
2
Manggis dengan nama latin (Garcinia mangostana L). Merupakan jenis
buah tropis asli indonesia Buah ini diperkirakan berasal dari kalimatan, lalu
tersebar diseluruh kepulauan Nusantara. Pohon manggis cukup tinggi antara 7-25
meter. Buah berwarna merah keunguan ketika matang, dengan berbagai varian
warna ada yang lebih tua dan ada yang lebih muda (6).Buah manggis (Garcinia
mangostana Linn.) atau biasa disebut “the quenn of fruits” merupakan salah satu
buah anggota famili Guttiferae. Tanaman buah ini banyak dibudidayakan di
negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Philippines,
Myanmar dan Thailand (7). Kalangan ilmuwan hortikultura dari Indonesia
mengungkapkan sebuah fakta baru: buah manggis yang lebih ini dikenal sebagai
buah asal Malaysia sebenarnya merupakan buah asli Indonesia. Tentu saja ini
bukan asal klaim, seperti yang selama ini sering dilakukan negeri jiran itu (8).
Manggis mendapat julukan “Queen of tropical fruits” merupakan buah
segar terbanyak diekspor Indonesia, sehingga termasuk komoditas ekspor
unggulan dalam beberapa tahun terakhir (9).Sejarah mencatat bahwa buah
manggis menjadi salah satu jenis buah yang mendapat tempat di hati
penggemarnya terutama di luar negeri (10).
Hasil penelitian Kasma Iswari (2005) dan sejumlah penelitian lainnya
menunjukkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah
kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10- 15% dan bijinya
15-20 %. Kandungan xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni
107,76 mg per 100 g kulit buah (11).
Penelitian mengenai aktivitas antioksidan kulit buah manggis
menyebutkan bahwa kulit manggis dapat mempercepat proses pemulihan sel
3
dengan mempercepat proses proliferasi fibroblas (12). Buah manggis dianggap
sangat istimewa, warna kulit manggis merah kehitaman, daging buahnya putih
bersih dan berasa manis, serta senyawa yang menjadi primadona buah itu adalah
xanton, yang merupakan substansi kimia alami yang tergolong polyphenolic, yang
dihasilkan oleh metabolit sekunder (11). Kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
memiliki kandungan flavonoid berupa xanton yang memiliki efek anti inflamasi
dengan memicu pembentukan kolagen yang berperan penting dalam pemeliharaan
struktur dan penyembuhan luka (13). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
bahwa konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% sudah mempunyai efek penyembuhan luka
bakar dalam sediaan gel (14).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwa kulit manggis ternyata banyak
manfaat dan dijadikan sebagai obat tradisional. Berdasarkan literatur dan
pengalaman yang berkembang di masyarakat, kulit buah manggis digunakan
sebagai untuk menyembukan luka bakar. Senyawa utama yang terkandung dalam
kulit buah manggis adaalah xanton. Disamping itu juga terdapat senyawa lainnya
dalam kulit buah manggis yang memiliki aktivitas antiinflamasi, seperti flavonoid,
vitamin B1, B2, C, saponin dan tanin yang terdapat juga dapat penyembuhan luka
(14).
Zat aktif sediaan krim dapat menggunakan bahan kimia maupun bahan
alami (15). Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung
air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim ada dua
tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air
(M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum sediaan
krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang
4
cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan.Keuntungan sediaan krim
ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit, memberikan efek dingin
karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air,serta
pelepasan obat yang baik (16).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti bertujuan untuk
mengetahui secara ilmiah pengaruh sediaan krim ekstrak etanol kulit buah
manggis terhadap sifat fisik dan aktivitas luka bakar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini, yaitu :
1. Apakah formulasi sediaan krim ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dapat digunakan sebagai obat lukar bakar pada tikus
putih jantan?
2. Pada konsentrasi ekstrak berapakah sediaan krim yang paling baik
berdasarkan evaluasi sediaan?
1.3 Hipotesis
Formulasi sediaan krim kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
mempunyai efek daya sembuh terhadap luka bakar pada tikus putih jantan.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efek daya sembuh formulasi sediaan krim kulit buah
manggis(Garcinia mangostana L.) Sebagai obat luka bakar pada tikus
putih jantan.
5
2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang tepat dalam pembuatan krim
yang baik digunakan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
guna dari kulit buah manggis. Selain itu dapat memberikan informasi mengenai
manfaat kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) jika ternyata kulit buah
manggis terbukti dapat diformulasikan dalam sediaan krim obat luka bakar, maka
dapat dianjurkan pemakaiannya kepada masyarakat dan dapat diproduksi.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian
Sediaan krim dari ekstrak
kulit buah
manggis
1. Uji organoleptik
2. Uji homogenitas
3. Uji pH
4. Uji daya sebar
5. Uji daya lekat
6. Uji luka bakar
Formulasi krim
sediaan kulit buah
manggis (Garcinia
mangostana
L.)dengankonsentrasi
5%, 10%, 15%
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Manggis ( Garcinia mangostanaL.)
Uraian mengenai tumbuhan manggis (Garcinia mangostana L.), meliputi
beberapa aspek seperti klasifikasi tumbuhan, morfologi, nama daerah, manfaat
dan kandungannya.
2.1.1 Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo : Malpighiaales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Spesies :Garcinia mangostana L.
Nama lokal : Manggis
Gambar 2.1. Buah manggis (Garcinia mangostana L.),
7
2.1.2 Morfologi tumbuhan
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk salah satu jenis tanaman
tahunan yang hidup dihutan tropis teduh dikawasan Asia Tenggara seperti
Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. secara morfologi, manggis
merupakan tanaman berkayu yang keras dan baru mulai berbuah setelah tanaman
ini berusia 8-10 tahun. Umurnya relatif panjang karena bisa mencapai 150 tahun.
Karena sifat kayunya yang keras, dibeberapa daerah di Indonesia, khususnya
sentra manggis yang tumbuh liar, pohon manggis (Garcinia mangostana L.)
banyak ditebang dan kayunya digunakan untuk bahan bangunan karena memang
sangat kuat (17). Pohon manggis (Garcinia mangostana L.) cukup tinggi, antara
7-25 meter. Buahnya berwarna merah keunguan ketika matang, dengan berbagai
varian warna ada yang lebih tua dan ada yang lebih muda (6).
2.1.3 Nama daerah tumbuhan
Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti
manggoita (Aceh), Manggista (Sumatera Utara), Manggih (Sumatera Barat),
manggu (Jawa Barat), Mangghis (Madura), Kisara (Makasar), Mangustang
(Halmahera) (18).
2.1.4 Manfaat buah manggis
Buah manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh
konsumen karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah dan tekstur daging buah
yang putih halus sehingga manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit.
Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir, dan luka.
8
Kulit buah manggis dimanfaatkan sebagai pewarna, termasuk untuk
tekstil, dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit disentri. Sedangkan di Thailand, kulit buah manggis sudah menjadi
ramuan tradisional turun menurun untuk mengobati infeksi pada kulit, luka dan
diare (19).
2.1.5 Kandungan kimia
Selain buahnya yang dapat dimakan, kulit manggis berkhasiat untuk
mengobati berbagai macam penyakit ataupun untuk menjaga kesehatan. Kulit
mengandung xanthone yang tinggi yang bermanfaat sebagai anti inflamasi,
antikanker, antioksidan, dan antibodi. Kandungan pada kulit manggis ini dapat
menghambat kerja histamine yang berperan dalam peradangan, mengatasi dan
mengurangi risiko penyakit asam urat. Selain xanthone, terdapat juga kalsium dan
protein. Kasium dapat berkhasiat dalam memperkuat tulang sehingga dengan
tulang yang sehat dapat meminimalkan penumpukan kristal asam urat dan
proteinnya dapat menyembuhkan luka dengan cepat (20). Tanaman yang
mengandung antioksidan banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Salah satu
tanaman yang mengandung antioksidan adalah kulit buah manggis dengan
Ekstrak etanol 70% kulit buah manggis (12).
2.2 Simplisia
2.2.1 Pengertian simplisia
Simplisia adalah herbal dalam bentuk asli berupa daun, batang, bunga,
maupun biji-bijian. Ada juga yang berasal dari hewan maupun mineral lainnya.
Simplisia berasal dari kata “simple” yang artinya “sederhana” (21).Simplisia
9
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat dimanfaatkanterutama untuk pembuatan jamu
serbuk, jamu-jamu gendong atau jamu ramuan pribadi yang dikonsumsi dengan
cara diseduh atau direbus (22).
Simplisia terdiri dari 3 macam yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni).
2. Simplisia hewani adalah simplisia yang merupakan hewan utuh, sebagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah dengan cara yang sederhana dan belum
berupa zat kimia murni (23).
2.2.2 Tahapan pembuatan simplisia
Pada umumnya pembuatan simplisia meliputi sebagai berikut :
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen
10
sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah besar.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari simplisia.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah pengotoran lainnya yang
melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya
air dari mata air atau air sumur.
4. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk memperoleh proses
pengeringan, pengempakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau dan alat perajang khusus
sehingga diperoleh rajangan tipis dan ukuran yang dikehendaki. Semakin
tipis bahan yang dikeringkan semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat proses pengeringan simplisia. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya zak khasiat yang mudah
menguap sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang
diinginkan.
5. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Suhu
11
pengeringan tergantung dari bahan simplisia dan cara pengeringannya.
Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-90 ᴼC, tetapi suhu yang
terbaik adalah tidak lebih dari 60 ᴼC. Bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya pada suhu 30-45 ᴼC.
Secara umum pengeringan dapat diakukan pada ruang atau ventilasi yang
baik serta terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan dianggap
cukup dan dapat dihentikan bila simplisia telah kering dan rapuh.
6. Sortasi kering
Sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lainnya yang masih
tertinggal pada simplisia kering. Tahap ini dilakukan sebelum simplisia
dibungkus untuk kemudian disimpan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, berkurang atau berubah mutunya karena berbagai
faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia,
penyerapan air, pengotoran serangga dan kapang. Selama penyimpanan
ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia dan tidak memenuhi
syarat yang ditentukan. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama
adalah air dan kelemahan (24).
12
2.3 Ekstraksi
2.3.1 Pengertian ekstraksi
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan
dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang
digunakan (25).
Ekstraksi adalah suatu proses penyaringan zat aktif dari bagian tanaman
obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian
tanaman obat tersebut. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses pemindahan
masa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia kedalam pelarut
organik yang digunakan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
cara yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan di
ekstraksi dapat berbentuk sampel segar ataupun yang telah dikeringkan (26).
2.3.2 Metodeekstraksi
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, terdiri dri:
a. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
pertama dan seterusnya.
13
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap
perkolasi, sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak). Terus
menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah
bahan.
b. Cara panas
Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik
didih selama waktu tertentudan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
proses ektraksi sempurna.
Dengan alat soxhlet
Dengan alat soxhlet adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
relatif kontan dengan adanya pendingin balik
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50 ᴼC.
14
Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98 ᴼC
selama waktu 15-20 menit di penangas air, berupa bejana infus
tercelup dalam penangas air (27).
Penggunaan metode ekstraksi melalui teknik-teknik baru tersebut,
tentunya membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk melakukannya. Akan
tetapi untuk memudahkan penelitian dengan metode ekstraksi, maka salah satu
alternatif yang diambil adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara
maserasi. Hal ini dikarenakan teknik pengerjaan dan alat yang digunakan
sederhana dan sesuai untuk mengekstrak senyawa yang bersifat tidak tahan panas
(28).
2.4 Kulit
2.4.1 Pengertian kulit
Kulit merupakan organ yang membatasi antara lingkungan luar dengan
tubuh kita, kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam
tubuh dan lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan
beratnya 15% dari berat badan secara keseluruhan. Kulit merupakan organ
terbesar pada tubuh, mencakup 12-15% berat tubuh dan luas permukaannya
mencapai 1-2 meter. Sistem integumen berperan dalam homeostatis, proteksi,
pengaturan suhu,reseptor, sintesis biokimia dan penyerapan zat. Kulit terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis/subdermis (29).
15
2.4.2 Anatomi kulit secara hispatologik
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari 5 lapisan yang tersusun dari bawah ke atas
permukaan kulit yaitu:
a. Lapisan germinatum. Lapisan ini juga disebut lapisan basal. Disusun
oleh sel basal aktif yang terus menerus membelah diri, sel di bagian ini
mempunyai inti berwarna gelap yang sangat penting dalam proses
pembelahan sel, sehingga bagian inilah yang terus menerus membuat
sel-sel kulit baru untuk mengantikan bagian sel-sel yang tua dan rusak,
oleh karena itu sel basal disebut juga sebagai sel induk.
b. Lapisan stratum soinosum. Lapisan ini biasa juga disebut prickle-cell
layer. Yaitu lapisan di atas sel basal yang tersusun dari sel keratinocyt.
Berfungsi melindungi lapisan sel basal yang aktif membelah agar
terhindar dari substansi yang dapat merusak seperti infeksi mikro
organisme dan mengurangi kehilangan kelembaban sel.
c. Lapisan stratum granulosum. Lapisan ini merupakan lapisan sel kulit
mati dan tidak dapat membelah diri yang tersusun dari sel- sel keratin
atau sel yang sudah berisi bahan protein dan mengeras. Karena letak
lapisan ini makin jauh dari pembuluh darah maka sedikit saja aliran
darah yang mengalir sehingga jika karena suatu hal aliran darah
terhambat, maka sel kulit di lapisan ini akan menjadi semakin pipih dan
mati sebelum waktunya.
16
d. Lapisan stratum corneum. Lapisan ini juga disebut lapisan horny atau
lapisan tanduk atau lapisan bersisik. Lapisan ini terbanyak berada pada
telapak tangan dan kaki dan jarang dijumpai dilapisan kulit wajah.
Merupakan lapisan paling atas tersusun dari 5 - 20 lapisan sel, diantara
sel-selnya terdapat lemak yang berfungsi sebagai perekat antara sel-
sel(30).
e. Lapan basal (stratum germinativum) merupakan lapisan epidermis
paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat
melasonit. Melasonit adalah sel yang membentuk melanin yang
berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari (31).
2. Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal. Lapisan ini
elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung saraf,
kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea folikel jaringan rambut dan
pembuluh darah yang juga merupakan penyediaan nutrisi bagi lapisan
dalam dermis. Tersusun atas 2 lapisan:
a. Stratumpapilare : banyak mengandung kapiler dan makrofag,
limfosit,sel mast dan leukosit.
b. Stratumretikulare : merupakan bagian dalam dermis lebih tebal
dibanding stratum papilare, terdapat sel lemak dalam kelompok
besar/kecil.
17
3. Subdermis
Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan
antara lapisan kulit dengan struktur internal seperti otot & tulang. Terdapat
pembuluh darah, saraf & limfe dengan jaringan penyambung yang terdiri
dari sel lemak. Jaringan lemak bekerja sebagai penyekat panas &
menyediakan penyangga bagi lapisan kulit diatasnya (32).
Gambar 2.2. Anatomi kulit (1).
2.4.3 Fungsi kulit
a. Pemeliharaan- kulit melindungi stuktur-stuktur dalam yang lembut. Kulit
yang tidak terluka merupakan benteng yang menahan serangan bakteri.
b. Organ indra- ujung saraf di dalam kulit menerima rangsangan sensorik dan
menghantarkan rangsang suhu, sentuhan dan sakit ke otot.
c. Ekskresi- keringat merupakan salah satu limbah dari tubuh; air yang
mengandung natrium karbonat dikeluarkan dari tubuh melalui kulit tubuh.
Keringat juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
18
d. Minyak yang dihasilkan oleh kulit membasahi dan melembutkan kulit
serta mencegah rambut menjadi kering dan rapuh
e. Ergosterol yang terdapat di dalam kulit ketika terpapar terhadap sinar uv
matahari diubah menjadi vitamin D. Oleh sebab itu, kulit merupakan
sumber vitamin D bagi tubuh
f. Penyerapan- sedikit bahan berminyak jika digosokkan dapat menyerap
kedalam kulit
g. Kuku dan rambut berasal dari kulit (33).
2.5 Luka bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Penanganan penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi pada luka,
memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat
berkembang sehingga dapat menutup permukaan luka (34).
2.5.1 Fase luka bakar
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
Pembagian ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam penanganan luka bakar yang lebih terintegrasi.
a. Fase akut/syok/awal
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di
IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi
19
segera atau beberapa saat setelah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat juga
dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka bakar
adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan keseimbangan sirkulasi
cairan dan elektrolit akibat cedera termal berdampak sitemik hingga syok
hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan hiperdinamik akibat instabilisasi
sirkulasi.
b. Fase subakut/flow/hipermetabolik
Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini
adalah proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan luka, dan
keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol
rawat jalan. Permasalahan pada fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan
parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya
kontraktur (1).
2.5.2 Mekanisme injurinya
Mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka bakar termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak
20
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri
karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat
kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka bakar elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak,tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (35).
2.5.3 Penanganan Lukar Bakar
Penanganan lukar bakar ada 2 yaitu:
1. Penanganan luka bakar ringan
Perawatan klien dengan luka bakar ringan seringkali diberikan dengan
pasien rawat jalan. Dalam membuat keputusan apakah klien dapat
dipulangkan atau tidak adalah dengan memperhatikan antara lain
21
kemampuan klien untuk dapat menjalankan atau mengikuti intruksi-
instruksi dan kemampuan dalam melakukan perawatan secara mandiri
(self care), lingkungan rumah. Apabila klien mampu mengikuti
instruksi dan perawatan diri serta lingkungan di rumah mendukung
terjadinya pemulihan maka klien dapat dipulangkan.
2. Penanganan luka bakar berat
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine;
pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan
laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan
data; dan perawatan luka (35).
2.6 Krim
2.6.1 Pengertian krim
Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang
mengandung air tidak kurang 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
(DepKes RI). Keuntungan penggunaan krim yakni memiliki nilai estetika yang
cukup tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang cukup baik.
Disamping itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat
tidak lengket, memberikan efek melembabkan kulit serta memiliki kemampuan
penyebaran yang baik (18).
22
2.6.2 Tipe Krim
Seperti halnya emulsi, krim terdiri dari dua fase cair dimana salah satu
fase bersifat polar (contoh: air) dan fase lainnya bersifat relatif non polar (contoh:
minyak). Krim dengan sistem emulsi minyak dalam air (m/a) dimana fase minyak
didispersikan sebagai butiran- butiran kedalm fase air yang bertindak sebagai fase
kontinyu. Krim dengan sistem emulsi air dalam minyak (a/m) dimana fase minyak
bertindak sebagai fase kontinyu (36).
2.6.3 Basis krim
Krim mengandung basis atau bahan dasar tertentu. Ada beberapa bahan
dasar yang digunakan dalam pembuatan krim, diantaranya sebagai berikut:
a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam.
Contohnya asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, dan sebagainya.
b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa.
Contohnya, Na tetrabonat (borax, Na biboras), trietanolamin/TEA, NaOH,
KOH, Na2CO3, gliserin, polietilenglikol/PEG, propilenglikol, dan
surfaktan (Na setostearil alcohol, polisorbatum/tween, span, dan
sebagainya).
c. Pengelmulsi. Bahan pengelmulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat. Misalnya,
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol,
trietanolamin stearate, polisorbat atau PEG.
23
d. Pengawet, yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas
sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18% dan propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
e. Pendapar, yaitu bahan yang digunakan untuk mempertahankan pH
sediaan.
f. Antioksidan, yaitu bahan yang digunakan untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
g. Zat berkhasiat (37).
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian seacara eksperimental
laboratorium. Pengumpulan sampel dilakukan sebelum pembuatan ekstrak kulit
buah manggis, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak kulit manggis
secara maserasi, formulasi krim dari ekstrak kulit manggis. Lalu di lanjutkan
Evaluasi Formulasi.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Formulasi Semi Solid dan
Farmakognosi Program Studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juni 2019.
3.3 Sampel penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kulit manggis
(Garcinia mangostana L.), yang diperoleh dari Pasar Buah Brastagi.
3.4 Alat dan bahan
3.4.1 Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah toples, kertas
saring, kertas kajang, pH meter, lumpang, objek gelas, pot plastik, penangas air,
batang pengaduk, pipet tetes,sudip, gunting, silet, spidol, diameter digital, kaca
arloji, ayakan no. 40 mesh dan blender.
25
3.4.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, asam
stearat, trietanolamin, adaps lanae, paraffin liquid, nipagin, nipasol, parfum,
aquadest, 15 tikus putih dan ekstrak etanol kulit buah manggis.
3.5 Penyiapan sampel
3.5.1 Pengumpulan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diperoleh
dari Pasar Buah Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara.
3.5.2 Pengolahan sampel
Kulit buah manggis dipisahkan dari buahnya kemudian dirajang dan
dibersihkan dengan air mengalir. Setelah itu dikeringkan dilemari pengering.
Setelah kering kulit manggis diblender dan diayakkan dengan ayakan no 40 mesh
(12).
3.6 Prosedur kerja
3.6.1 Pembuatan ekstrak
Serbuk kulit buah manggis yang sudah kering diekstraksidengan metode
maserasi, dan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10. Simplisia kemudian
direndam dengan etanol 70% dan diaduk selama beberapa menit dan didiamkan
beberapa hari. Filtrat disaring dan ampas selanjutnya diremaserasi sebanyak 1kali.
26
Filtrat hasil maserasi dijadikan satu kemudian etanol diuapkan dengan rotary
evaporator dan dipekatkan dalam waterbath (12).
3.6.2 Rancangan formulasi dasar krim
Asam stearat 3,6 g
Trietanolamin 0,37 g
Adaps lanae 0,75 g
Paraffin liquid 6,25 g
Nipagin 0,1 g
Nipasol 0,05 g
Parfum 0,1 g
Aquadest ad 25 ml(37).
Dibuat dalam krim sebanyak 100g yang akan digunakan untuk pembuatan
sediaan formulasi krim obat luka bakar. Kulit manggis dengan konsentrasi 5%,
10%, 15%. Masing masing formulasi dibuat sebanyak 25 g
Dengan demikian formula dasar krim yang dibuat sebagai berikut:
Asam stearat 100/25x3,6 g = 14,4 g
Trietanolamin 100/25x0,37 g = 1,48 g
Adaps lanae 100/25x0,75 g = 3 g
Paraffin liquid 100/25x6,25 g = 25 g
Nipagin 100/25x0,1 g = 0,4 g
Nipasol 100/25x0,05 g = 0,2 g
Parfum 100/25x0,1 g = 0,4 g
Aquadest ad 100 ml
27
3.6.3 Pembuatan sediaan krim
Sediaan dibuat dalam 3 konsentrasi ekstrak yaitu : 5%, 10%, 15% dimana
masing-masing sediaan memiliki bobot 25 gram.
Tabel 3.1. Komposisi formulasi sediaan krim ekstrak etanol kulit manggis
Formula KonsentrasiEkstrak
%
Ekstrak
KulitManggis
(g)
Dasar
krim(g)
Totalkrim
(g)
F0
F1
-
5%
-
1,25 g
25 g
23,75 g
25 g
25 g
F2 10% 2,50 g 22,50 g 25 g
F3 15% 3,75 g 21,25 g 25 g
Keterangan:
F0 : Blanko
F1 : Formulasi krim ekstrak etanol kulit manggis dengan konsentrasi 5%
F2 : Formulasi krim ekstrak etanol kulit manggis dengan konsentrasi 10%
F3 : Formulasi krim ekstrak etanol kulit manggis dengan konsentrasi 15%
Cara pembuatan krim:
Setelah ditimbang bahan-bahan yang terdapat dalam formula dasar krim
dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu fase minyak (paraffin, adeps lanae, dan
asam stearat) dan fase air (trietanolamin, nipagin, dan nipasol).
1. Fase minyak (paraffin, adeps lanae dan asam stearat) dimasukkan kedalam
cawan porselen dan dilebur diatas penangas air (massa I).
2. Fase air (trietanolamin, nipagin, nipasol) dilarutkan dengan air panas
didalam beaker gelas diatas penangas air (massa II).
28
3. Dalam lumpang panas masukkan massa I dan gerus homogen, kemudian
tambahkan sedikit demi sedikit massa II, gerus sampai homogen hingga
terbentuk massa krim,
4. Setelah terbentuk massa krim kemudian tambahkan ekstrak kulit manggis
dan gerus hingga homogen.
5. Selanjutnya masukkan kedalam wadah (37).
3.7 Uji evaluasi sediaan
3.7.1 Uji organoleptis
Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik sediaan yang
meliputi bentuk, warna dan bau.
3.7.2 Uji homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek
caranya: sejumlah tertentusediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lainnya yang cocok, sediaan harus menunjukan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (38).
3.7.3 Uji pH
Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Caranya :
alat terlebih dahulu dikalibrasi, Kemudian elektroda dicuci dengan air. Dan
keringkan dengan tissue. Di timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml
aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukan harga pH sampai konstan (39).
29
3.7.4 Uji daya sebar
Timbang 0,5 gram krim, lalu letakan krim tersebut ditengah cawan petri
yang berada dalam posisi terbalik. Beri beban cawan petri yang lain diatas krim
lalu diamkan selama 1 menit. Tambahkan 50 gram dan 100 gram beban lalu ukur
diameternya (38).
3.7.5 Uji daya lekat
Pengujian daya lekat sediaan dilakukan dengan cara krim diletakkan pada
satu sisi kaca objek dengan sisi bawahnya telah dipasangkan tali untuk mengikat
beban. Kemudian ditempelkan pada kaca objek yang lain. Beban yang digunakan
adalah 50 g. Kemudian diamati waktu yang dibutuhkan beban tersebut untuk
memisahkan kedua kaca tersebut (40).
3.7.6 Uji luka bakar
Tikus sebelumnya diadaptasi selama 1 minggu diberi makan dan minum.
Sebanyak 15 ekor tikus putih jantan di bagi menjadi 5 kelompok masing-masing 3
ekor tiap kelompok.
Tabel 3.2. Kelompok perlakuan hewan uji luka bakar
No Kelompok Perlakuan
1. Kelompok I Tikus dicukur, diluka bakarkan, dan dioleskan krim tanpa zat
berkhasiat (blanko)
2. Kelompok II Tikus dicukur, diluka bakarkan dan dioles krim dengan
konsentrasi 5%
3. Kelompok III Tikus dicukur, diluka bakarkan dan dioles krim dengan
konsentrasi 10%
4. Kelompok IV Tikus dicukur, diluka bakarkan dan dioles krim dengan
konsentrasi 15%
5. Kelompok V Tikus dicukur, diluka bakarkan, dioleskan obat Burnazin
cream (sebagai pembanding)
30
Percobaan dilakukan uji pada tikus putih jantan sebanyak 15 ekor. Uji efek
luka bakar dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan masing-masing 3
ekor untuk tiap kelompok formula. Tikus pertama dianastesi dengan obat
lidokain,punggung tikus dicukur dengan memakai silet kemudian logam dibakar
dengan nyala api selama 3 menit, logam tersebut ditempelkan selama 5 detik pada
kulit punggung tikus yang sudah dicukur bulunya. Pada kulit yang melepuh atau
mengalami luka bakar tersebut dioleskan formula krim secara tipis dan merata 3
kali sehari untuk masing-masing formula. Pada pengujian efek ini digunakan
Burnazin cream sebagai pembanding.
3.8 Pengukuran luas area luka bakar
Pengukuran luas area luka dilakukan pada hari 1, hari 7, hari 14 dan 21
hari. Metode pengukuran luas area luka bakar dilakukan dengan menggunakan
diameter digital. Diameter digital ditempatkan diarea luka dan di ukur berapa
diameter luka bakar yang telah dilukai (12)
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas ekstrak kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap proses penyembuhan luka
bakar pada tikus putih. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
preparasi sampel, ekstraksi kulit buah manggis dengan metode maserasi, uji
identifikasi senyawa dan uji aktivitas ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap proses luka bakar pada tikus putih jantan.
4.1.1 Determinasi Tanaman
Penelitian ini menggunakan sampel yaitu kulit buah manggis. Determinasi
tanaman manggis bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan
dalam penelitian adalah benar tanaman yang dimaksud yaitu Garcinia
mangostana L. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran spesies tanaman
yang diteliti.
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Medanense, Pusat Penelitian
Biologi FMIPA USU, Sumatera Utara. Hasil determinasi menyatakan bahwa
tanaman yang digunakan sebagai sampel adalah kulit buah manggis.
4.1.2 Ekstraksi Kulit Buah Manggis
Ekstraksi adalah suatu proses penyaringan zat aktif dari bagian tanaman
obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian
tanaman obat tersebut. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses pemindahan
masa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia kedalam pelarut
32
organik yang digunakan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
cara yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan di
ekstraksi dapat berbentuk sampel segar ataupun yang telah dikeringkan (26).
Gambar 4.1. Ekstrak kental kulit buah manggis
Tabel 4.1 Hasil maserasi ekstrak etanol 70% kulit buah manggis
Pelarut Simplisia Pelarut Marna
ekstrak kental
Berat ekstrak
kental (gram)
Rendemen
(%)
Etanol
70%
500 g 5000 g Coklat pekat 53,26 g 10,65%
Sebanyak 500 g serbuk kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sampai larutan mendekati tidak berwarna.
Filtrat diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporatordan diperoleh
ekstrak kental sejumlah 53,26 gram. Rendemen yang diperoleh sebesar 10,65%.
33
Gambar 4.2. Tahap ekstraksi kulit buah manggis
Penyiapan Bahan Kulit manggis (Garcinia mangostana L.)
Ekstrak kental kulit buah manggis
Residu Filtrat
Penyaringan
Maserasi etanol 70%
Penguapan dengan
Rotary Evaporator
Filtrat
Residu
Penyaringan
Remaserasi etanol 70%
34
4.1.3 Hasil evaluasi sediaan krim
Evaluasi sediaan krim ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar,
uji daya lekat. Hasil evaluasi sediaan krim ekstrak etanol kulit buah manggis
dapat dilihat pada tabelberikut:
4.1.3.1 Uji organoleptis
Data hasil pemeriksaan organoleptis sediaan dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini.
Tabel 4.2. Data hasil uji organoleptis sediaan
Karakteristik
Formula Organoleptik krim
Warna Bentuk sediaan Bau
F0 Putih Semi solid -
F1 Coklat Semi solid Khas kulit manggis
F2 Coklat Semi solid Khas kulit manggis
F3 Coklat tua Semi solid Khas kulit manggis
Berdasarkan hasil data diatas pemeriksaan organoleptis sediaan
menunjukan bahwa sedian F0-F3 memilki tekstur yang cream, dengan warna yang
bervariasi F0 (blanko) berwarna putih, F1 berwarna coklat pucat, F2 berwarna
coklat, F3 berwarna coklat tua serta memiliki aroma khas Garcinia mangostana L.
Secara keseluruhan.
4.1.3.2 Uji homogenitas
Data hasil pemeriksaan homogenitas sediaan krim dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut ini.
35
Tabel 4.3. Data hasil uji homogenitas sediaan
Formula Homogenitas/tidak homegenitas (+/-)
F0 +
F1 +
F2 +
F3 +
Keterangan : + = Homogen
- = Tidak homogen
Berdasarkan data diatas pemeriksaan uji homoenitas sediaan krim
memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir- butir
kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan.
4.1.3.3 Uji pH
Data pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Data hasil uji pH sediaan
Formula Hasil pH
F0 5,8
F1 6,0
F2 6,3
F3 6,5
Berdasarkan hasil pemeriksaan sedian krim tanpa ekstrak kulit manggis
(F0) memiliki pH 5,8. Sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan
ekstrak kulit manggis (F1-F3) memiliki pH 6,0-6,5.
4.1.3.4 Uji daya sebar
Data hasil pemeriksaan daya sebar sediaan dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut ini.
Tabel 4.5. Data hasil uji daya sebar sediaan
Formula Hasil daya sebar (cm)
F0 5,8 cm F1 5,6 cm
F2 5,5 cm
F3 5,3 cm
36
Berdasarkan data diatas pemeriksaan daya sebar sediaan menunjukkan
bahwa sediaan luka bakar yang dibuat dengan F0-F3 memiliki penyebaran
pertambahan luas 5,3-5,8 cm.
4.1.3.5 Uji daya lekat
Data hasil pemeriksaan daya lekat sediaan dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6. Data hasil uji daya lekat sediaan
Hasil perlakuan Lama daya lekat (detik)
F0 7,59 detik
F1 6,73 detik
F2 6,42 detik
F3 5,32 detik
Berdasarkan data diatas pemeriksaan daya lekat sediaan menunjukkan
bahwa sediaan luka bakar yang dibuat dengan formula F0-F3 memiliki daya lekat
yang berlangsung selama 5,32-7,59 detik.
4.1.4 Penentuan tipe emulsi sediaan krim
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan metilen biru
kedalam sediaan. jika larut atau homogen sediaan diaduk, maka emulsi tersebut
adalah tipe minyak dalam air (m/a) dan jika tidak larut atau tidak homogen, maka
emulsi tersebut adalah tipe air dalam minyak (a/m). Hasil penentuan tipe emulsi
krim dapat dilahat pada tabel4.7
Tabel 4.7 Hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim
Formula kelarutan metilen biru dalam sediaan
Tidak Ya
F0
F1
F2
F3
37
Ket : Krim F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit manggis)
Krim F1 : Krim ekstrak kulit manggis 5%
Krim F2 : Krim ekstrak kulit manggis 10%
Krim F3: Krim ekstrak kulit manggis 15%
Hasil pengujian tipe emulsi tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa metilen
biru larut atau terdispersi merata dalam sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa tipe
sediaan krim minyak dalam air (m/a). Tipe m/a dapat disebabkan karna jumlah
fase terdispersi (minyak/lemak) yang digunakan dalam krim lebih kecil dari pada
fase pendispersi (fase air) sehingga fase minyak akan terdispersi merata kedalam
fase air dan membentuk emulsi minyak dalam air dengan bantuan emulgator.
4.1.5 Proses penyembuhan sediaan krim ekstrak etanol kulit buah manggis
sebagai obat luka bakar pada tikus putih
Uji aktivitas ekstrak kulit buah manggis terhadap penyembuhan luka bakar
bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas atau efek terhadap penurunan
diameter luka bakar, persentase penyembuhan luka bakar serta penurunan intesitas
warna pada luka bakar. Uji ini dilakukan secara eksperimental terhadap uji pada
tikus putih jantan (Rattus norvegitus galur wistar).
Luka bakar dibuat dengan menggunakan logam besi dengan ukuran
berdiameter 21,8 mm yang di panaskan dalam api dengan alat kompor gas selama
1 menit kemudian ditempelkan selama 5 detik kepunggung tikus. Sebelum luka
bakar dibuat tikus dianastesi dengan menggunakan lidokain.
38
Gambar 4.3.Cara mengukur diameter luka bakar pada tikus
Pengukuran dilakukan pada hari ke-1, ke-7, ke-14 dan ke-21 hari pada
masing-masing hewan uji. Diameter luka dapat diukur dengan rumus:
Keterangan:
dx = diameter luka hari ke-x
dxa = diameter a
dxb = diameter b
dxc = diameter c
dxd = diameter d
Persentase penyembuhan luka bakar dihitung dengan rumus:
Keterangan :
Px = persentase penyembuhan luka bakar pada hari ke-x
dx1 = diameter luka bakar pada hari pertama
dxn = diameter luka bakar pada hari ke –n (3)
1.1.6 Pengamatan visual luka bakar
Pengamatan luka bakar dilakukan selama 4 dalam rentang waktu 21 hari
yaitu pada hari 1, 7, 14, dan 21, untuk melihat perubahan fisik yang terjadi pada
daerah perlukaan. Tikus uji, diamati perkembangan dalam proses penyembuhan
dalam proses penyembuhan luka bakar secara visualdan dimulai pengamatan dari
hari ke-1 hingga hari ke-21 pada tiap kelompok. Hasil pengamatan visual luka
bakar dapat dilihat pada tabel berikut.
39
Tabel 4.8. Hasil pengamatan visual luka bakar
Formula Tikus Keterangan Pengamatan fisiologis hari ke-
1 7 14 21
F
F0
1
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
2
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - - -
F
F1
1
Warna MK C C M
Terbentuk scab - - √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
2
Warna MK C M MM
Terbentuk scab - - √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
Warna MK C C M
Terbentuk scab - - √ √
Terbentuk kulit baru - - - √
F
F2
1
Warna MK C MM M
Terebentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
2
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
F
F3
1
Warna MK C M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
2
Warna MK C MM MM
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
Warna MK C M P
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
F4
1
Warna MK P M M
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
2 Warna MK P MM P
Terbentuk scab - √ √ √
40
Ket: Merah kecoklatan (MK); Coklat (C); Merah Muda (MM); Putih (P);
Ada(√); tidak ada (-)
Pengamatan secara visual yang diamati meliputi keadaan perubahan warna
luka terbentuknya keropeng (scab) hingga terbentuk kulit baru. Terbentuknya
keropeng pada kelompok uji konsentrasi, kontrol negatif dan kontrol positif rata-
rata dimulai dari hari ke-7, terbentuk kulit baru pada kulit baru pada uji kontrol
positif, kontrol negatif dan uji konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dimulai dari hari
ke 14.
Perubahan warna pada uji masing-masing kelompok terjadi sering mulai
menunjukan mengeringnya luka dan proses penyembuhan luka(41). Pembentukan
keropeng menunjukan proses penyembuhan luka memasuki fase poliferasi tahap
awal (42). Pengamatan secara visual dapat dijadikan sebagai acuan untuk
menunjukan suatu keadaan luka pada awalnya lembab, terlihat terbentuknya
keropeng atau jaringan granulasi mulai kering. Kecepatan terbentuknya keropeng
menunjukan kecepatan penyembuhan luka (41). Kelompok uji konsentrasi
menunjukkan proses penyembuhan luka lebih cepat faktor ini dapat dipengaruhi
kolaborasi antara basil krim dan ekstrak etanol kulit buah manggis yang memiliki
kandungan senyawa kimia atau metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin,
saponin dan lain sebagainya untuk membantu atau mempercepat proses
penyembuhan luka sehingga membentuk jaringan baru (42).
Terbentuk kulit baru - - √ √
3
Warna MK C MM P
Terbentuk scab - √ √ √
Terbentuk kulit baru - - √ √
41
4.1.7 Hasil pengukuran diameter luka bakar pada tikus putih jantan
Hasil pengukuran penurunan luas luka bakar pada kelompok kontrol
positif, kontrol negatif, kelompok uji konsentrasi 5%, kelompok konsentrasi 10%,
kelompok konsentrasi 15% pada hari ke-1 hingga pada hari ke -21 dapat dilihat
dari gambar berikut berikut:
Luka hari 1
F0
F1
F2
F3
F4
Luka hari 21
F0
F1
F2
F3
F4
Gambar 4.4. Perbandingan luka bakar pada hari pertama dengan hari ke 21
Data hasil rata-rata pengukuran diameter luka bakar ditunjukkan pada
tabel 4.9 dalam bentuk data deskriptif. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
42
dimeter luka bakar yaitu dapat ditunjukan pada gambar 4.5 yang menyatakan
bahwa terdapat penurunan diameter luka bakar pada punggung tikus.
Tabel 4.9. Rerata penurunan diameter luka bakar dan persentase penyembuhan
luka bakar
Reratadiameter luka bakar Hasil Rerata
Perlakuan Tikus pada hari ke-(mm)
Penurunan Persentase
Hari luas luka Penyembuhan
1 7 14 21 Bakar Luka (%)
1 21,8 20,6 17,7 14,6 7,2 33%
F0 2 21,8 20,7 18,4 16,4 5,4 24%
3 21,8 21 17,6 16,4 5,4 24%
Rata -rata = 21,8 20,7 17,9 15,8 6 27%
1 21,8 20,5 14,8 10,3 11,5 50%
F1 2 21,8 19,6 14,1 10,6 11,2 51%
3 21,8 18,9 16,4 7,7 14,1 64%
Rata -rata = 21,8 19,6 15,1 9,5 12,2 55%
1 21,8 20,1 12,1 8 13,8 63%
F2 2 21,8 19,9 14,1 7,6 14,6 66%
3 21,8 19,3 16,7 6 15,8 72%
Rata -rata = 21,8 19,7 14,3 7,2 14,7 67%
1 21,8 19,1 13,4 3,7 18,1 83%
F3 2 21,8 20,3 10,6 5,9 15,9 72%
3 21,8 19,8 10,9 1,2 20,6 94%
Rata -rata = 21,8 19,7 11,3 3,6 18,2 83%
1 21,8 17,3 10 ,3 3,6 18,2 83%
F4 2 21,8 19,1 7,9 1,1 20,7 95%
3 21,8 19,1 7,5 3 18,8 86%
Rata -rata = 21,8 18,5 8,5 2,5 19,2 88%
Keterangan:
F0 = Kontrol Negatif
F1 = Konsentrasi 5%
F2 = Konsentrasi 10%
F3 = Konsentrasi 15%
F4 = Kontrol Positif
Jumlah sampel (n) = 3 ekor tikus tiap kelompok perlakuan
Total sampel = 15 ekor tikus
43
Gambar 4.5. Grafik pengukuran luka bakar
Dari hasil gambar 4.5. grafik pengukuran luka bakar pada hari ke-1, hari
ke-7, hari ke-14 dan hari ke-21 menunjukan adanya perbedaan yang nyata atau
dengan kata lain merupakan data yang signifikan karna masing-masing formula
mempunyai proses penyembuhan luka bakar yang berbeda-beda.
Data hasil pengukuran diameter luka bakar yang diperoleh kemudian
diolah secara statistik dengan menggunakanSPSS 17.0. Analisis statistik dari data
pengukuran diameter luka bakar yaitu deskriptiv, uji homogenitas, uji one way
ANOVA dan uji LSD (Least Significanse Different).
Tabel 4.10 Uji statistik homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hari_Ke_7 2.089 4 10 .157
Hari_Ke_14 1.292 4 10 .337
Hari_Ke_21 .676 4 10 .624
0
5
10
15
20
25
1 7 14 21
Dia
mete
r L
uk
a (
mm
)
Hari ke -
Pengukuran Diameter Luka Bakar
Kontrol Positif
Kotrol Negatif
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
44
Tabel 4.11.Uji statistik one way ANOVA
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Hari_Ke_7 Between Groups 7.751 4 1.938 4.206 .030
Within Groups 4.607 10 .461
Total 12.357 14
Hari_Ke_14 Between Groups 155.147 4 38.787 15.006 .000
Within Groups 25.847 10 2.585
Total 180.993 14
Hari_Ke_21 Between Groups 337.123 4 84.281 35.185 .000
Within Groups 23.953 10 2.395
Total 361.076 14
Data pengukuran diameter luka bakar hari ke-7 yang diperoleh diuji
homogenitasnya menggunakan uji levenediketahui hasil pengukuran diameter
luka bakar merupakan data yang homogen dengan nilai (P> 0,05) yaitu sebesar
0,157. Hasil analisis data pengukuran diameter luka bakar dengan uji one way
ANOVA menunjukan nilai signifikan p < 0,05 yaitu sebesar p = 0,030.
Data pengukuran diameter luka bakar hari ke-14 yang diperoleh diuji
homogenitasnya menggunakan uji levene diketahui hasil pengukuran diameter
luka bakar merupakan data yang homogen dengan nilai (P> 0,05) yaitu sebesar
0,337. Hasil analisis data pengukuran diameter luka bakar dengan uji one way
ANOVA menunjukan nilai signifikan p < 0,05 yaitu sebesar p = 0,000.
Data pengukuran diameter luka bakar hari ke-21 yang diperoleh diuji
homogenitasnya menggunakan uji levene diketahui hasil pengukuran diameter
luka bakar merupakan data yang homogen dengan nilai (P> 0,05) yaitu sebesar
0,624. Hasil analisis data pengukuran diameter luka bakar dengan uji one way
45
ANOVA menunjukan nilai signifikan p < 0,05 yaitu sebesar p = 0,000 yang
berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap kelompok perlakuan.
Untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna pada tiap masing-masing
kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).
Data hasil pengukuran diameter luka bakar diubah dalam bentuk
persentase untuk melihat besar penyembuhan luka bakar yang dihasilkan oleh
ekstrak etanol 70% kulit manggis. Berdasarkan pada tabel 4.11 hasil rata-rata
persentase pennyembuhan luka bakar menunjukan bahwa kelompok kontrol
positif memiliki persentase lebih tinggi dan diikuti dengan konsentrasi 15%
memiliki persentase penyembuhan lebih tinggi dari pada konsentrasi 10%,
konsentrasi 5% dan juga blanko.
Tabel 4.12. Rata-rata persentase penyembuhan luka bakar pada hari ke- 21
Kelompok Kontrol
positif
Kontrol
negatif
konsentrasi
5%
Konsentrasi
10%
Konsentrasi
15%
Tikus I 83% 33% 50% 63% 83%
Tikus II 95% 24% 51% 66% 72%
Tikus III 86% 24% 64% 72% 94%
Rata-rata 88% 27% 55% 67% 83%
46
Gambar 4.6. Grafik persentase penyembuhan luka bakar
Data persentase penyembuhan luka bakar pada grafik gambar 4.6 hal ini
menunjukan bahwa kelompok kontrol positif dan konsentrasi 15% memilki
perbedaan yang signifikan terhadap kelompok lainnya dengan nilai persentase
paling tinggi diantara kelompok yang lain. Yang berarti bahwa data persentase
penyembuhan luka bakar pada hari ke- 21 berbeda secara signifikan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Organoleptis Sediaan
Uji organoleptik. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim. Ini dilakukan
untuk mengetahui krim yang dibuat sesuai dengan warna dan bau ekstrak yang
digunakan (16). Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis sediaan krim luka
bakar, sediaan yang dibuat memiliki bentuk krim dan halus, memiliki warna
bervariasi mulai dari Fo yang berwarna putih, F1 berwarna coklat, F2 berwarna
coklat, F3 berwarna coklat tua serta memiliki aroma khas Garcinia mangostana L
yang lembut. Maka, sediaan ini dinyatakan memenuhi syarat uji organoleptis.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 7 14 21
Per
sen
tase
pem
nyem
bu
han
(m
m)
Hari ke-
Persentase Penyembuhan Luka Bakar
Kontrol Negatif
Konsentrasi 5%
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
Kontrol Positif
47
4.2.2 Uji Homogenitas Sediaan
Uji homogenitas. Masing – masing krim yang akan diuji dioleskan pada
kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lainnya untuk diamati
homogenitasnya (43). Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas kaca
objek tersebut maka krim yang diuji homogen. Hasil pemeriksaan homogenitas
sidiaan krim luka bakar menunjukan bahwa sediaan luka bakar yang dibuat
memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak terdapatnya butir-
butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca objek yang transparan.
4.2.3 Uji pH sediaan
Uji pH. pH ini masih masuk pada kisaran pH normal kulit yaitu 4,5-6,5
(Osol, 1975) sehingga diharapkan sediaan krim tersebut tidak mengiritasi (44).
Berdasrkan hasil pemeriksaan pH sediaan krim, formula F0 yang dibuat tanpa
menggunakan ekstrak kulit manggis memiliki pH 5,8. formula F1 yang dibuat
dengan ekstrak kulit manggis 5% memiliki pH 6,0. F2 ekstrak kulit manggis 10%
dengan pH 6,3. F3 ekstrak kulit manggis 15% dengan pH 6,5. pH sediaan krim
luka bakar yang dibuat memilki pH yang berada direntang pH fisiologis kulit. Hal
ini menunjukan bahwa sediaan krim luka bakar yang dibuat aman dan tidak
menyebabkan iritasi pada kulit.
4.2.4 Uji Daya Sebar Sediaan
Evaluasi daya sebar krim dilakukan untuk mengetahui luasnya penyebaran
krim pada saat dioleskan di kulit, sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan
sediaan ke kulit. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya
48
pembebanan ditujukan untuk menggambarkan karakteristik daya sebar. Daya
SebaSyarat uji daya sebar untuk sediaan topikal sekitar 5-7 cm (45).
Timbang 0,5 gram krim, lalu letakan krim tersebut ditengah cawan petri
yang berada dalam posisi terbalik. Beri beban cawan petri yang lain diatas krim
lalu diamkan selama 1 menit. Tambahkan 50 gram dan 100 gram beban lalu ukur
diameternya. Hasil uji daya sebar F0-F3 sediaan memiliki pertambahan luas 5,2-
5,6, dapat disimpulkan bahwa sediaan krim luka bakar yang dibuat memiliki daya
sebar yang baik.
4.2.5 Uji Daya Lekat
Daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
sediaan untuk melekat pada kulit, semakin lama waktu yang dibutuhkan maka
semakin lama daya kerja obat. Syarat waktu daya lekat yang baik untuk sediaan
topikal adalah tidak kurang dari 4 detik (45). Dari data hasil uji daya lekat
dikatakan bahwa sediaan krim luka bakar yang dibuat memiliki daya lekat selang
waktu 5,32 –7,59 detik melekat pada kulit. Maka, dapat disimpulkan bahwa
sediaan krim luka bakar yang dibuat memiliki daya lekat yang baik.
4.2.6 Uji penyembuhan luka bakar dengan ekstrak kulit manggis
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.Prinsip pengobatan luka bakar adalah mengembalikan fungsi dan bentuk
jaringan kulit kembali normal dengan komplikasi lokal seminimal mungkin (13).
Derajat luka bakar terbagi atas 4 yaitu luka bakar derajat I, IIa, IIb, III.
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang sering dialami. Kulit yang
49
terkena luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis. Hal ini
tergantung faktor penyebab terjadinya luka bakar dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas. Kedalaman luka bakar dipengaruhi oleh lamanya kulit
kontak dengan sumber panas. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar yaitu
mencegah infeksi dan memberikan sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup
permukaan luka (4). Derajat IIa memilki kerusakan mengenai bagian dermis .
penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari. Sedangkan derajat
IIb memiliki kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Penyembuhan terjadi lebih
lama, biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.Dalam
penelitian ini untuk luka bakar tergolong luka bakar derajat IIb karna proses
penyembuhan luka bakar hampir 1 bulan.
Perbedaan sifat antara keempat formula yang telah dibuat dari ekstrak
etanlo 70% kulit buah manggis antara lain F0 sebagai blanko, F1 sebagai
konsentrasi 5%, F2 sebagai konsentrasi 10%, F3 sebagai konsentrasi 15%dapat
menimbulkan perbedaan difusi obat sehingga mempengaruhi efek penyembuhan
luka bakar.
Tanaman yang mengandung antioksidan banyak dipakai dalam
pengobatan tradisional. Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan adalah
kulit buah manggis. Penelitian mengenai aktivitas antioksidan kulit buah manggis
menyebutkan bahwa kulit manggis dapat mempercepat proses pemulihan sel
dengan mempercepat proses proliferasi fibroblas (12).
Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki kandungan flavonoid
berupa xanton yang memiliki efek anti inflamasi dengan memicu pembentukan
50
kolagen yang berperan penting dalam pemeliharaan struktur dan penyembuhan
luka (13). Xanton yang merupakan substansi kimia alami yang juga tergolong
polyphenolic, yang dihasilkan oleh metabolit sekunder. Senyawa gamma
mangostin dalam esktrak kulit manggis memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi
dengan penghambatan COX-2 sehingga mempercepat proses penyembuhan luka
pada fase inflamasi. Selain pada fase inflamasi, ekstrak kulit manggis berperan
dalam menyembuhkan luka bakar pada fase proliferasi dimana ekstrak kulit
manggis dapat meningkatkan proses epitelisasi dan mempercepat proliferasi
fibroblas.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mempunyai efek luka bakar yang
memiliki senyawa Tanin, fenol dan saponin. Tanin berfungsi sebagai adstringen
menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan
pendarahan yang ringan sehingga mampu menutupi luka dan mencegah
pendarahan yang biasa timbul pada luka. Fenol memiliki kemampuan sebagai
antiseptik untuk melindungi kulit agar tidak terjadinya infeksi pada kulit.
Mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi yang terjadi pada kosmetik dan
bermanfaat untuk regenerasi jaringan. Saponin memiliki kemampuan pembersih
dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami
infeksi yang berat (46). Dari penelitian diatas kulit manggis juga mempunyai efek
penyembuhan luka bakar karna memiliki senyawa flavonoid, tanin, fenol dan
saponin (47). saponin, tannin, flavonoid, dan fenol yang mempunyai kemampuan
untuk membantu proses penyembuhan luka serta nutrisi yang dibutuhkan untuk
51
penyembuhan luka seperti vitamin A dan vitamin C. Tannin membantu proses
penyembuhan luka melalui peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah
kapiler dan sel-sel fibroblas. Flavonoid dan fenol berperan sebagai antioksidan
yang berfungsi untuk menunda atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal
bebas(48).Penggunaan kulit buah manggis untuk menyembuhkan luka bakar dapat
dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan krim.
Penentuan tipe emulsi dalam sediaan emulsi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan metode pewarnaan. Krim yang dibuat perlu
dibuktikan tipe emulsinya, salah satunya dengan metode pewarnaan. Metode
pewarnaan merupakan metode yang cukup mudah dalam pelaksanaan dan
pengamatannya. Metode pewarnaan dilakukan dengan melarutkan Methylene blue
ke dalam krim yang dibuat. Methylene blue hanya larut dalam fase polar (air).
Seluruh formula krim berwarna biru setelah ditambah Methylene blue(49)
Dari uji pewarnaan yang dilakukan didapatkan bahwa emulsi terwarnai
biru homogen setelah ditambahkan Methylene blue. Dari krim sediaan F0, F1, F2, da
F3diperoleh warna biru yang homogen yang menandakan bahwa methylene blue
terlarut di dalam krim.
Keuntungan sediaan krim antara lain lebih mudah diaplikasikan, lebih
nyaman digunakan pada kulit tidak lengket dan mudah dicuci dengan air. Secara
tradisional krim sudah digunakan ke dalam sediaan setengah padat, sehingga krim
memiliki konsistensi relatif cair yang akan dibuat menjadi emulsi air dalam
minyak (w/o) atau minyak dalam air. Dengan demikian, sediaan emulsi dari kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L) untuk luka bakar. Bentuk sediaan yang
52
dipilih adalah emulsi tipe minyak dalam air (m/a), karena zat aktif yang
digunakan berupa minyak dan pelarut yang digunakan adalah air. Selain itu,
emulsi memiliki penyebaran yang baik dan mudah dibilas dengan air.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ekstrak etanol 70% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memilki
aktivitas terhadap percepatan penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan
yang ditunjukkan pada kelompok konsentrasi 10% dan kelompok
konsentarasi 15%.
b. Konsentrasi dosis optimal ekstrak etanol 70% kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap percepatan penyembuhan luka bakar pada tikus
putih jantan ditunjukkan pada ekstrak etanol 70% kulit buah manggis dengan
konsentrasi 15%.
5.2 Saran
a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformula ekstrak etanol
kulit buah manggis dalam bentuk sediaan lain dan melakukan uji efektifitas
farmakologi yang lain.
b. Dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan metode yang berbeda dan
pelarut yang berbeda agar memperoleh rendemen ekstrak yang lebih banyak.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggowarsito JL. luka bakar sudut pandang dermatologi. Smith Coll Stud
Soc Work. 2014;2(2):115–20.
2. Putri DD, Furqon MT, Perdana RS. Klasifikasi penyakit kulit pada manusia
menggunakan metode binari decision tree support vektor machine
(BDTSVM) (studi kasus: puskesmas dinoyo kota malang). Pengemb
Teknol Inf dan Ilmu Komput [Internet]. 2018;2(5):1912–20. Available
from: http:
3. Waehama A. Formulasi sediaan krim ekstrak etanol daun cocor bebek
(Kalanchoe pinnata L.) sebagai penyembuhan luka bakar pada kelinci.
Jurnal Farmasi dan Farmakologi. 2016.
4. Anggraeni L, Bratadiredja MA. Tanaman obat yang memiliki aktivitas
terhadap luka bakar. Rev Stud Efek Samping Pengguna Isotretionin
Sebagai Obat Jerawat Terhadap Kehamilan. 2018;16(2):51–9.
5. Mardiyanti S, Anwar E, Saputri FC. formulasi serum sebagai penyembuhan
luka bakar berbahan utama serbuk konsentrat ikan gabus (Channa striatus).
JifiFarmasiUnivpancasilaAcId [Internet]. 2016;14(2):181–9. Available
from: http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index.php/jifi/article/view/29
6. Suparni I, Wulandari A. Sehat tanpa obat dengan manggis. 2017.
7. Wulan AJ. Buah manggis ( Garcinia mangostana L .) sebagai alternatif
pelindung memori. 2015;58–63.
8. Yunitasari LiS. Gempur 41 penyakit dengan buah manggis. 2011. p. 5.
9. Safrizal. Pengaruh pemberian hara fosfor terhadap status hara fossor
jaringan, produksi dan kualitas buah manggis ( Garcinia mangostana L.).
2014;9:22–8.
10. Alqadri, Tambing Y, Latarang B. Karakteristik morfologi anatomi tanaman
manggis (Garcinia mangostana L.) didesa batusuya dan labean kabupaten
donggala. 2016;4(5):571–8.
11. Yatman E. Kulit buah manggis mengandung xanton yang berkhasiat tinggi.
Widya [Internet]. 2012;29(324):2–9. Available from: http://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.php/majalah-ilmiah/article/view/23
12. Maulina L, Sugihartini N. Formulasi gel ekstrak etanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan variasi gelling agent sebagai sediaan luka
bakar. Pharmaciana. 2015;5(1):43–52.
13. Aryati YVP, Setiawan I, Ariani NR, Hastuti DD. Pengaruh Gel Kombinasi
Ekstrak Kulit Semangka ( Citrullus Lanatus( Thunb.)) Dan Ekstrak Kulit
Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar
Pada Kelinci. JPSCR J Pharm Sci Clin Res. 2018;3(2):117.
14. Mutmainah, Kusmita L, Puspitaningrum I. Uji aktivitas gel ekstrak etanol
kulit buah manggis (Garcinia mangostan L.) sebagai penyembuhan luka
bakar pada kulit punggung kelinci. 2018;9(1):606–15.
15. Natalia, Sari R, Pratiwi L. formulasi krim anti acne dari ekstrak rimpang
temulawak dengan variasi emulgator span 80 dan tween 80. 2015;1(1):59–
75.
16. Juwita AP, Yamlean PVY, Edy HJ. Formulasi krim ekstrak etanol daun
lamun (Syringodium isoetifolium). PHARMACON J Ilm Farm –
55
UNSRAT. 2013;2(2):8–13.
17. Nurchasanah. Khasiat sakti manggis tumpas berbagai penyakit. 2013. p. 2.
18. Harun D syifa nurmillah. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim
Anti- Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ( Garcinia magostana
L.) dengan Metode DPPH ( 1,1 - Diphenyl-2- Picril Hydrazil ). 2014. 1-93
p.
19. Miryanti, Y.I.P arry Ir. MS, Sapei, Dr. lanny S.T. MS, Budiono K, Stephen
I. Ekstrak antioksidan dari kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L .).
2011;1–52.
20. Aminah MS. Khasiat sakti tanaman obat untuk asam urat. 2013. p. 90.
21. Soeryoko H. 20 tanaman obat terpopuler penurun hipertensi. 2010. p. 45.
22. Rukmi I. Keanekaragaman aspergillus pada berbagai simplisia jamu
tradisional. 2009;17(April):82–9.
23. Utami M, Widiawati Y, Hidayah HA. Keragaman dan pemanfaatan
simplisia nabati yang diperdagangkan di purwokerto. 2013;1–10.
24. Hadijanah S. Uji toksisitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana)
terhadap larva udang (Artemia salina leach) dengan metode Brine shrimp
lethality test (BSLT). 2018. p. 25.
25. Siagian O. formulasi sediaan sabun mandi padat dengan ekstrak etanol
bungan kecombrang. 2017. p. 15.
26. Putra A. Formulasi sediaan kumur dari ekstrak daun sirih hijau (Piper betle
L) dan daun ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan pelarut
etanol 96% dan tambahan peppermint. 2018. p. 12.
27. Sitepu JSG. Pengaruh variasi metode ekstraksi secara maserasi dan dengan
alat soxhlet terhadap kandungan kurkuminoid dan minyak atsiri dalam
ekstrak etanolik kunyit (Curcuma domestica Val.). 2010;1–101.
28. Rahmadani N, Ruslan, Satrimafitrah P. Penerapan metode ekstraksi pelarut
dalam pemisahan minyak atsiri jahe merah (Zingiber officinale
Var.Rubrum). 2018;4(April):74–81.
29. Judha M. Rangkuman sederhana anatomi & fisiologi untuk mahasiswa
kesehatan. 2016.
30. Setiawan AF, Sunaryo, Wijono. Sistem cerdas penghitung sel kulit mati
manusia dengan metode improved counting morphology. 2013;7(1):28–34.
31. Meliartha C. Uji efektifitas sediaan lotion anti nyamuk ekstrak etanol daun
sirih (Piper betle L.) kombinasi minyak bunga kenanga (Cananga odorata).
2018. p. 11.
32. Suroyo, dr.Hj. Razia Begum M.Sc. MK, Fitrian, dr.Hj.Arifah Devi MK.
Anatomi fisiologi untuk paramedis. 2015. p. 172.
33. Dwisang, Evi Luvina SS. Anatomi & Fisiologi untuk perawat dan
paramedis. 2014.
34. Ervianingsih, Razak A. Ekstrak buah tomat (Solanum lycopersicum)
terhadap penyembuhan luka bakar pada hewan uji kelinci (Oryctolagus
cuniculus). 2017;1(2):1–9.
35. Rahayuningsih, Tutik, S.Kep. N. Penatalaksanaan luka bakar (combustio).
2012;8(September):1–13.
36. Iswindari D. Formulasi dan uji aktivitas antioksidan krim rice bran oil.
2014;(September):1–40.
37. Alvianti N. Formulasi sediaan krim anti jerawat ekstrak etanol daun kersen
56
(Muntingia calaburu L.). 2017. p. 19–20.
38. Erawati E, Pratiwi D, Zaky M. Pengembangan formulasi dan evaluasi fisik
sediaan krim ekstrak etanol 70% daun labu siam (Sechium edule
(Jacq.)Swatz). 2015;3(1).
39. Lubis ES, Lubis LS, Reveny J. Pelembab kulit alami dari sari buah jeruk
bali [ Citrus maxima ( Burm .) Osbeck ]. 2012;1(2):104–11.
40. Safitri NA, Puspita OE, Yurina V. Optimasi Formula Sediaan Krim Ekstrak
Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Krim Anti Penuaan. Maj Kesehat
FKUB. 2014;11(4):29.
41. Fitriani N. Uji aktivitas gel etil p-metoksisinamat terhadap penyembuhan
luka terbuka pada tikus putih (rattus norvegicus) jantan galur sprague
dawley. 2016.
42. Agustina DR. Penagaruh pemberian secara topikal kombinasi rebusan daun
sirih merah (piper cf fragile) dan rebusan herba pegagan (Centella asiatica
L.) Urban) terhadap penyembuhan luka pada tikus putih jantan yang dibuat
diabetes. 2011;
43. Rabima, Marshall. Uji stabilitas formulasi sediaan krim antioksidan ekstrak
etanol 70% dari biji melinjo (Gnetum gnemon L.). 2017;2(1):107–21.
44. Yenti R, Afrianti R, Afriani L. Formulasi krim ekstrak etanol daun kirinyuh
( Euphatorium odoratum . L ) untuk penyembuhan luka. 2011;(1):227–30.
45. Azkiya Z, Ariyani H, Nugraha TS. Evaluasi sifat krim ekstrak jahe merah
(Zingiber officinale rosc : var.rubrum) sebagai anti nyeri. 2017;1(1).
46. Aris RW, Latifah, Pratjojo Iw. Formulasi krim ekstrak lidah buaya (Aloe
vera) sebagai alternatif penyembuhan luka bakar. 2013;2(2252).
47. Puspitasari L, D.A S, C.I.A A. Skrining fitokimia ekstrak etanol 95% kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.). 2013;1–5.
48. Negara RFK, Ratnaati R, Sli D dei. Pengaruh perawatan luka bakar derajat
II menggunakan ekstrak etanol daun sirih ( Piper betle Linn.) terhadap
peningkatan ketebalan jaringan granulasi pada tikus putih ( Rattus
norvegicus ) jantan galur wistar. 2014;1:86–94.
49. Putro A, Prasojo S, Mulyani S. Pengaruh lama penyimpanan terhadap
stabilitas fisik dan kimia lotion penumbuh rambut ekstrak biji kemiri
(aleurites molluccanan L.). 2012;17(1):1–7.
57
Lampiran 1. Surat pengajuan judul skripsi
58
Lampiran 2. Lembar konsul proposal dosen pembimbing I
59
Lampiran 3. Lembar konsulproposal dosen pembimbing II
60
Lampiran 4. Lembar persetujuan perbaikan (revisi) Proposal
61
Lampiran 5. Lembar konsul skripsi dosen pembimbing I
62
Lampiran 6. Lembar konsul skripsi dosen pembimbing II
63
Lampiran 7. Lembar persetujuan perbaikan (revisi) Skripsi
64
Lampiran 8. Surat identifikasi/Detrerminasi tumbuhan
65
Lampiran 9. Surat hasil identifikasi
66
Lampiran 10. Surat permohonan ijin penelitian
67
Lampiran 11. Surat balasan permohonan ijin penelitian
68
Lampiran 12. Surat permohonan ethical clearance
69
Lampiran 13. Surat persetujuan komisi etik
70
Lampiran 14. Surat hasil analisis laboratorium
71
Lampiran 15. Surat keterangan pengembangan hewan
72
Lampiran 16. Data gambar proses ekstraksi
Pengambilan sampel Penimbangan kulit buah
manggis segar
Sortasi basah Sortasi kering
73
Lampiran 16. (lanjutan)
Penghalusan simplisia Pengayakkan simplisia
Ekstraksi dengan etanol 70% Penyaringan
74
Lampiran 16. (lanjutan)
Penguapan pelarut dengan alat Ekstrak kulit buah manggis
(53,26 g)rotary evaporator
75
Lampiran 17. Data gambar proses formulasi sediaan krim
Bahan pembuatan krim Penimbangan bahan
Penambahan ekstrak basis krim Sediaan krim
76
Lampiran 18. Data gambar proses evaluasi sediaan krim
Uji organoleptik dan homogenitas Uji pH F0
Uji pH F1 Uji pH F2
F0 F1
F3 F2
77
Lampiran 18. (lanjutan)
Uji pH F3 Uji daya sebar F0
Uji daya sebar F1 Uji daya sebar F2
78
Lampiran 18. (lanjutan)
Uji daya sebar F3 Uji daya lekat F0
Uji daya lekat F1 Uji daya lekat F2
Uji daya lekat F3 Uji tipe emulsi
79
Lampiran 19. Data gambar proses uji aktivitas luka bakar
Adaptasi hewan percobaan Penimbangan hewan
Punggung tikus dicukur Anastesi hewan
80
Lampiran 19. (lanjutan)
Pemberian luka bakar Tikus yang telah diluka bakarkan
Pengukuran diameter luka bakar
81
Lampiran 20. Perhintungan rendemen ekstrak etanol 70% kulit manggis
Diketahui : Berat serbuk simplisia kulit manggis = 500 gram
Berat ekstrak kental kulit manggis = 85,25 gram
= 10,65 gram
Lampiran 21. Perhitungan persentase penyembuhan luka bakar
A. Kelompok kontrol positif
Tikus I
Tikus II
Tikus III
Persen rata-rata = 88%
B. Kelompok kontrol negatif
Tikus I
Tikus II
82
Tikus III
Persen rata-rata = 27%
C. Kelompok konsentrasi 5%
Tikus I
Tikus II
Tikus III
Persen rata-rata = 55%
D. Kelompok konsentrasi 10%
Tikus I
Tikus II
Tikus III
Persen rata-rata = 67%
83
E. Kelompok konsentrasi 15%
Tikus I
Tikus II
Tikus III
Persen rata-rata = 83%
84
Lampiran 22. Data gambar Luka Bakar Hari ke – 1
KELOMPOK
PERLAKUAN TIKUS
I TIKUS
II
TIKUS
III
Kontrol
Negatif
Konsentrasi
5%
Konsentrasi
10%
Konsentrasi
15%
Kontrol
Positif
85
Lampiran 23. Data gambar Luka Bakar Hari ke – 7
KELOMPOK
PERLAKUAN TIKUS
I TIKUS
II
TIKUS
III
Kontrol
Negatif
Konsentrasi
5%
Konsentrasi
10%
Konsentrasi
15%
Kontrol
Positif
86
Lampiran 24. Data gambar Luka Bakar Hari ke – 14
KELOMPOK
PERLAKUAN TIKUS
I TIKUS
II
TIKUS
III
Kontrol
Negatif
Konsentrasi
5%
Konsentrasi
10%
Konsentrasi
15%
Kontrol
Positif
87
Lampiran 25. Data gambar Luka Bakar Hari ke – 21
KELOMPOK
PERLAKUAN TIKUS
I TIKUS
II
TIKUS
III
Kontrol
Negatif
Konsentrasi
5%
Konsentrasi
10%
Konsentrasi
15%
Kontrol
Positif
88
Lampiran 26. Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka Bakar Hari ke-7
A. Uji Descriptives
Tujuan : Untuk mengetahui data nilai rata-rata pengukuran diameter luka bakar
Descriptives
Diameter_luka
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bo und Upper Bound
kontrol negatif 3 20.7667 .20817 .12019 20.2496 21.2838 20.60 21.00
konsentrasi 5% 3 19.6667 .80208 .46308 17.6742 21.6591 18.90 20.50
konsentrasi 10% 3 19.7667 .41633 .24037 18.7324 20.8009 19.30 20.10
konsentrasi 15% 3 19.7333 .60277 .34801 18.2360 21.2307 19.10 20.30
kontrol positif 3 18.5000 1.03923 .60000 15.9184 21.0816 17.30 19.10
Total 15 19.6867 .93950 .24258 19.1664 20.2069 17.30 21.00
B. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui data pengukuran diameter luka bakar
terdistribusi homogen atau tidak
Hipotesis
Ho = Data pengukuran diameter luka bakar terdistribusi homogen
Ha = Data pengukuran diameter luka bakar tidak terdistribusi homogen
Pengambilan Keputusan = Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diterima
= Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
Diameter_luka
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.089 4 10 .157
89
Keterangan
Ho (Diterima) = Data pengukuran luka bakar pada hari ke – 7 terdistribusi
homogen.
Nilai Signifikansi (p > 0,05) yaitu p = 0,157
C. Uji One-Way Anova
Tujuan : Untuk mengetahui data pengukuran eritema diameter luka bakar
secara signifikan pada masing-masing kelompok
Hipotesis
Ho = Data pengukuran eritema diameter luka bakar berbeda secara signifikan
Ha = Data pengukuran eritema diameter luka bakar tidak berbeda secara
signifikan
Pengambilan Keputusan = Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho ditolak
= Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho diterima
ANOVA
Diameter_luka
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 7.751 4 1.938 4.206 .030
Within Groups 4.607 10 .461
Total 12.357 14
Keterangan
Ho (Diterima) = Data pengukuran eritema luka bakar pada hari ke – 7 berbeda
secara signifikan
Nilai Signifikansi (p > 0,05) yaitu p = 0,030
90
D. Uji LSD (Least Significant Different)
Tujuan : Untuk mengetahui adanya perbedaan secara significant data penurunan
eritema luka bakar antar kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Multi Comparisons
Diameter_luka
LSD
91
Lampiran 27.Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka Bakar Hari ke-14
A. Uji Descriptives
Descriptives
diameter_luka
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
kontrol negatif 3 17.9000 .43589 .25166 16.8172 18.9828 17.60 18.40
konsentrasi 5% 3 15.1000 1.17898 .68069 12.1712 18.0288 14.10 16.40
konsentrasi 10% 3 14.3000 2.30651 1.33167 8.5703 20.0297 12.10 16.70
konsentrasi 15% 3 11.3000 1.93132 1.11505 6.5023 16.0977 9.60 13.40
kontrol positif 3 8.5667 1.51438 .87433 4.8047 12.3286 7.50 10.30
Total 15 13.4333 3.59557 .92837 11.4422 15.4245 7.50 18.40
B. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Diameter_luka
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.292 4 10 .337
C. Uji One-Way Anova
ANOVA
diameter_luka
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 155.147 4 38.787 15.006 .000
Within Groups 25.847 10 2.585
Total 180.993 14
92
D. Uji LSD (Least Significant Different)
Multiple Comparisons
Diameter_luka
LSD
(I) kelompok (J) kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kontrol negatif konsentrasi 5% 2.80000 1.31267 .059 -.1248 5.7248
konsentrasi 10% 3.60000* 1.31267 .021 .6752 6.5248
konsentrasi 15% 6.60000* 1.31267 .001 3.6752 9.5248
kontrol positif 9.33333* 1.31267 .000 6.4085 12.2582
konsentrasi 5% kontrol negatif -2.80000 1.31267 .059 -5.7248 .1248
konsentrasi 10% .80000 1.31267 .556 -2.1248 3.7248
konsentrasi 15% 3.80000* 1.31267 .016 .8752 6.7248
kontrol positif 6.53333* 1.31267 .001 3.6085 9.4582
konsentrasi 10% kontrol negatif -3.60000* 1.31267 .021 -6.5248 -.6752
konsentrasi 5% -.80000 1.31267 .556 -3.7248 2.1248
konsentrasi 15% 3.00000* 1.31267 .045 .0752 5.9248
kontrol positif 5.73333* 1.31267 .001 2.8085 8.6582
konsentrasi 15% kontrol negatif -6.60000* 1.31267 .001 -9.5248 -3.6752
konsentrasi 5% -3.80000* 1.31267 .016 -6.7248 -.8752
konsentrasi 10% -3.00000* 1.31267 .045 -5.9248 -.0752
kontrol positif 2.73333 1.31267 .064 -.1915 5.6582
kontrol positif kontrol negatif -9.33333* 1.31267 .000 -12.2582 -6.4085
konsentrasi 5% -6.53333* 1.31267 .001 -9.4582 -3.6085
konsentrasi 10% -5.73333* 1.31267 .001 -8.6582 -2.8085
konsentrasi 15% -2.73333 1.31267 .064 -5.6582 .1915
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
93
Lampiran 28. Data Analisis Statistik Pengukuran Diameter Luka Bakar Hari ke-21
A. Uji Descriptives
Descriptives
diameter_luka
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
kontrol negatif 3 15.8000 1.03923 .60000 13.2184 18.3816 14.60 16.40
konsentrasi 5% 3 9.5333 1.59478 .92075 5.5717 13.4950 7.70 10.60
konsentrasi 10% 3 7.2000 1.05830 .61101 4.5710 9.8290 6.00 8.00
konsentrasi 15% 3 3.6000 2.35160 1.35769 -2.2417 9.4417 1.20 5.90
kontrol positif 3 2.5667 1.30512 .75351 -.6754 5.8088 1.10 3.60
Total 15 7.7400 5.07850 1.31126 4.9276 10.5524 1.10 16.40
B. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Diameter_luka
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.676 4 10 .624
C. Uji One-Way Anova
ANOVA
diameter_luka
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 337.123 4 84.281 35.185 .000
Within Groups 23.953 10 2.395
Total 361.076 14
94
D. Uji LSD (Least Significant Different)
Multiple Comparisons
Diameter_luka
LSD
(I) kelompok (J) kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kontrol negatif konsentrasi 5% 6.26667* 1.26368 .001 3.4510 9.0823
konsentrasi 10% 8.60000* 1.26368 .000 5.7843 11.4157
konsentrasi 15% 12.20000* 1.26368 .000 9.3843 15.0157
kontrol positif 13.23333* 1.26368 .000 10.4177 16.0490
konsentrasi 5% kontrol negatif -6.26667* 1.26368 .001 -9.0823 -3.4510
konsentrasi 10% 2.33333 1.26368 .095 -.4823 5.1490
konsentrasi 15% 5.93333* 1.26368 .001 3.1177 8.7490
kontrol positif 6.96667* 1.26368 .000 4.1510 9.7823
konsentrasi 10% kontrol negatif -8.60000* 1.26368 .000 -11.4157 -5.7843
konsentrasi 5% -2.33333 1.26368 .095 -5.1490 .4823
konsentrasi 15% 3.60000* 1.26368 .017 .7843 6.4157
kontrol positif 4.63333* 1.26368 .004 1.8177 7.4490
konsentrasi 15% kontrol negatif -12.20000* 1.26368 .000 -15.0157 -9.3843
konsentrasi 5% -5.93333* 1.26368 .001 -8.7490 -3.1177
konsentrasi 10% -3.60000* 1.26368 .017 -6.4157 -.7843
kontrol positif 1.03333 1.26368 .433 -1.7823 3.8490
kontrol positif kontrol negatif -13.23333* 1.26368 .000 -16.0490 -10.4177
konsentrasi 5% -6.96667* 1.26368 .000 -9.7823 -4.1510
konsentrasi 10% -4.63333* 1.26368 .004 -7.4490 -1.8177
konsentrasi 15% -1.03333 1.26368 .433 -3.8490 1.7823
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
top related