proposal al-islam dan kemuhammadiyahan (paik)
Post on 04-Apr-2022
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PROPOSAL AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (PAIK)
PERAN SATUAN KERJA AUDIT INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD
PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Tim Pengusul:
Rito (NIDN. 0325087503/ Ketua)
Mulyaning Wulan (NIDN. 0429117803/Anggota 1)
Adityo Ari Wibowo (NIDN. 0325117707/Anggota II)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2019
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Audit Internal atau disebut juga Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) di perbankan
Syariah diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan berjalan sesuai dengan Peraturan
Perbakan juga standar operasional yang dimiliki oleh masing-masing perbankan.
Berdasarkan International Standard for the Profesional Practice of Internal Auditing
(Standards), audit internal memiliki peran konsultasi dan assurance. Oleh karena itu, audit
internal harus memiliki kecakapan, professional, independen dan objektif dalam
menjalankannya perannya Sebagai salah satu peran assurance, audit internal dapat
mendeteksi fraud. Fraud merupakan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh
banyak kalangan, mulai dari karyawan sampai top management yang dapat merugikan para
stakeholder. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fraud, yaitu arogansi,
kompetensi, kesempatan, tekanan dan rasionalisasi. Jenis fraud yang dapat terjadi adalah
korupsi, penyalahgunaan asset, manipulasi laporan keuangan serta cybercrime.
Kata kunci: fraud, International Standard for the Profesional Practice of Internal Auditing
(Standards), konsultasi dan assurance
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, berkat rahmat dan hidayah Nya, kami selaku tim
proposal berhasil menyelesaikan proposal ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah bagi Baginda Rasulullah Muhammad SAW dan keluarganya,
manusia teladan yang telah membimbing dari zaman kegelapan ke zaman terang
benderang. Kami menyadari bahwa banyak kekurangan selama penyelesaian
proposal ini. Oleh karena itu, kami menghaturkan banyak terima kasih terhadap
bantuan dari beberapa pihak, yang diantaranya adalah:
1. Ketua Lemlitbang Universitas Prof. DR. Hamka, Prof. DR. Suswandari, M. Pd
selaku Pimpinan Lemlitbang yang tidak pernah berhenti memotivasi,
mengarahkan dan mendukung tim untuk menghasilkan karya terbaik.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Nuryadi Wijiharjono, SE., M.M, selaku
Pimpinan Fakultas yang juga turut berpartisipasi dalam mendukung tim.
3. Bapak Daram Heriansyah, SE., M.Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi yang senantiasa memberikan pengarahan terhadap penulisan proposal
yang baik.
4. Rekan Dosen dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
senantiasa mendukung tim senantiasa semangat menyelesaikan proposal.
Akhir kata, kami berharap Allah Subhanahuwata’ala berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian proposal ini.
Semoga proposal ini dapat diterima dan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan Lemlitbang Universitas Prof. DR. Hamka dan ilmu pegetahuan.
Jakarta, Juli 2019
Tim Penyusun
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..…
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...
SURAT PERJANJIAN …………………………………………………….
ABSTRAK………………………………………………..............................
KATA PENGANTAR……………………………………………………....
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
A. Latar Belakang….……………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………...……………....
C. Tujuan Penelitian……………………………………………....
D. Urgensi Penelitian………………………………………….......
E. Luaran Penelitian……………………………………………….
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………..
A. Pengertian Internal Audit………………………………............
B. Independensi Audit Internal Yang Efektif……………….........
C. Pengertian Fraud…………………………………………….....
D. Penyebab Fraud Berdasarkan Crowe’s Fraud
Pentagon Theory…....................................................……….....
E. Peran Satuan Kerja Audit Internal Dalam
mendeteksi Fraud Di Perbankan………………………….........
F. Penelitian Terdahulu ………………………………………........
G. Kerangka Pemikiran …………………………………...............
H. Hipotesis Penelitian…………………………………….............
I. Roadmap Penelitian………………………………….................
i
ii
iii
v
vi
vii
viii
ix
x
1
3
3
3
3
4
4
4
5
6
8
10
12
12
12
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………...............
A. Jenis Penelitian……………………………………………….....
B. Jenis Data…………………………………………....................
C. Merode Pengumpulan Data…………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN……………………… ........................................
A. Umum ........................................................................................
B. Bank Syariah .............................................................................
1. Bank Muamalat ................................................................
2. Bank Panin Syariah...........................................................
3. Bank BCA Syariah ...........................................................
4. Bank Mega Syariah ..........................................................
5. Maybank Syariah ..............................................................
6. Bank BNI Syariah .............................................................
7. Bank BRI Syariah .............................................................
8. Bank Syariah Mandiri .......................................................
9. Bank Bukopin Syariah ......................................................
10. Bank BJB Syariah .............................................................
11. BTPN Syariah ...................................................................
12. Bank Victoria Syariah ......................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………… ....................................
A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
14
14
14
14
15
15
17
17
25
30
31
39
41
51
52
60
63
65
68
77
77
77
78
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penelitian Terdahulu……………………………………………… Tabel 2 Peran Auditor Internal dalam Mendeteksi Fraud di Perbankan Syariah …………………....................……………………………
10
73
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Industry of Victim Organization ................................................... Gambar 2 The Crowe’s Fraud Phentagon Theory ......................................... Gambar 3 Kerangka Pemikiran……………………………………………... Gambar 4 Roadmap Penelitian……………………………………………... Gambar 5 Struktur Organisasi SKAI Bank Muamalat……………………... Gambar 6 Struktur Internal Audit Division PT Bank BNI ......…………... Gambar 7 Struktur Internal Audit Division PT Bank Syariah Mandiri....... Gambar 8 Struktur Internal Audit Division PT Bank Victoria Syariah......
2 6 12 13 23 45 57 71
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Artikel ilmiah (draft dan status submission).................................
81
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan sebuah entitas yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan maupun kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 terkait perbankan. Saat ini di Indonesia
dikenal dengan dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Perbedaan
mendasar dari kedua jenis bank ini adalah prinsip yang menjadi aturan kinerjanya. Bank
Konvensional dengan cara konvensional, sedangkan Bank Syariah berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan syariah memiliki resiko
yang besar dalam menjalankan operasional usahanya. Resiko dalam konteks perbankan
merupakan suatu kejadian potensial yang dapat memberikan pengaruh negatif. Adapun
resiko yang dapat terjadi adalah terjadinya fraud. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/28/DPNP tentang penerapan strategi anti fraud bagi bank umum, yang dimaksud
dengan fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang disengaja untuk
mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di
lingkungan bank, nasabah atau pihak lain dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan
keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Fenomena fraud terbesar pernah terjadi pada salah satu bank kovensional di
Indonesia pada sepuluh tahun yang lalu, yaitu di Bank Century. Kasus ini bermula dari
kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang mengucurkan bailout sebesar Rp 6,7 triliun
untuk Bank Century pada 2008. Setelah dilakukan investigasi, diketahui bahwa terjadi
fraud management di bank tersebut,
Survei yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud Examiners)
terkait Global Study on Occupational Fraud and Abusues pada tahun 2018, membuktikan
2
50545862
7579838687
96104
149184
201338
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Arts, entertainment, and recreationServices (profesional)
Religious, charitable, or social servicesTechnology
Food servie and hospitalityTransportation and warehousing
ConstructionEnergy
InsuranceEducation
ReatilHealth care
Government and public administrationManufacturing
Banking and financial services
bahwa bank memiliki peringkat tertinggi dalam hal terjadinya fraud. ACFE merupakan
asosiasi penyedia pelatihan dan pendidikan anti fraud yang berada di beberapa negara,
termasuk Indonesia.
Gambar 1. Industry of Victim Organization
Sumber: diolah dari Global Study on Occupational Fraud and Abuse, ACFE 2018
Perkembangan zaman menyebabkan adanya perbandingan lurus dengan
perkembangan teknologi yang ada, hingga pada akhirnya banyak cara yang dilakukan
untuk melakukan fraud. Salah satu contoh fenomena yang banyak terjadi saat ini adalah
cyber crime. Jenis fraud ini yang paling canggih, karena berhubungan dengan dunia maya
dan hanya dilakukan oleh pihak yang memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh
pihak lain. Berbagai modus yang paling tren saat ini, yakni malware (sinkronisasi token,
sistem di bank baik-baik saja, tetapi yang diserang adalah device media komunikasi yang
kerap digunakan pengguna), phising (upaya pencurian informasi nasabah berupa user id
maupun password kredit), serta diskimming (tindak pencurian data nasabah dengan
menggunakan alat perekam data) (Yenita, 2015).
Auditor internal dalam perbankan disebut dengan Satuan Kerja Audi Internal
(SKAI). SKAI memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena
bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah kinerja operasional perusahaan
dengan mengukur serta mengevaluasi kecukupan kontrol serta efesiensi dan efektifitas
kinerja perusahaan. Auditor internal (SKAI) hanya mengusulkan suatu metode alternatif
3
untuk memperbaiki kondisi sedangkan memilih tindakan koreksi merupakan
tanggungjawab manajemen. Audit internal merupakan interaksi antara auditor internal,
manajer, dan lingkungan audit yang baru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan aktivitas
perusahaan tergantung pada sikap manajemen senior, demikian pula dengan aktivitas audit
internal (Yusriwarti, 2017).
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan telah menjadi bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut yang berjudul “Peran Satuan Kerja Audit
Internal Dalam Mendeteksi Fraud Pada Perbankan Syariah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, inilah yang menjadi inti permasalahan dan
penelitian yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana peran
Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) dalam mendeteksi fraud pada perbankan Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, inilah yang menjadi inti permasalahan dan
penelitian yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu : untuk mengetahui
yaitu bagaimana peran Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) dalam mendeteksi fraud pada
perbankan Syariah?
D. Urgensi Penelitian
Adapun urgensi penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan dalam penelitian dan
menjadi sarana dalam membuat karya ilmiah yang dapat dipublikasikan. Sehingga dapat
menambah wawasan bagi banyak pihak baik praktisi maupun akademisi. Selain itu
diharapkan bermanfaat bagi proses pembelajaran dan kajian lebih lanjut khususnya yang
berkenaan dengan ilmu auditing, manajemen dan perbankan syariah.
E. Luaran Penelitian
Artikel ilmiah jurnal tidak terakreditasi atau prosiding pada ilmiah seminar nasional.
4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Internal Audit
Audit internal is an independent and objective assurance and counsulting
activity that is quided by a philosophy of adding value to improve the operations
of the organization. It assists organization in accomplishing its objectives by
bringing a systematic and diciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of the organization’s governance, risk management, internal
control (IIA, Model Internal Audit Activity Charter, 2013).
Dalam SAS (Statement on Auditing Standards) No.99 mendefinisikan bahwa
fraud merupakan tindakan yang disengaja yang menghasilkan pernyataan yang
salah di laporan keuangan.
Menurut Sukrisno Agoes (2012) definisi dari audit internal adalah pemeriksaaan
yang dilakukan oleh bagian audit internal perusahaan terhadap laporan
keuaangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap
peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal,
lingkungan hidup, perbankan, perindustrian dan lain-lain.
Internal audit is an independent examination of the financial statements and
those financial information related to specified financial entity, regardless of its
size and legal form, is directed to examination of the level functionality and
financial performance of the company. (Assist. Prof. Blagica Koleva, 2015)
B. Independensi Audit Internal Yang Efektif
Sebagai pekerja, auditor internal mendapatkan penghasilan dari organisasi di
mana dia bekerja. Dalam hal ini berarti auditor internal sangat bergantung
kepada organisasinya sebagai pemberi pekerja. Di lain pihak, auditor internal
dituntut untuk tetap independen sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik dan profesinya (Yulinartati, 2016). Auditor internal harus independen
dan juga objektivitas dalam menjalankan tugasnya. Independensi adalah kondisi
bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan aktivitas auditor internal
untuk dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara tidak memihak, sedangkan
objektivitas adalah suatu sikap mental tidak memihak yang memungkinkan
5
auditor internal melaksanakan tugas sedemikian rupa sehingga mereka memiliki
keyakinan terhadap hasil kerja mereka dan tanpa kompromi dalam mutu (IIA,
Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal (Standar), 2016).
Aktivitas audit internal akan tetap bebas dari berbagai gangguan oleh elemen
apapun dalam organisasi, termasuk terkait pemilihan audit, ruang lingkup,
prosedur, frekuensi, waktu, atau konten laporan yang memungkinkan dalam
menjaga keindependenan dan objektivitas.
C. Pengertian Fraud
Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang disengaja untuk
mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang
terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank sehingga
mengakibatkan kerugian bank, nasabah atau pihak lain dan/atau pelaku fraud
memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung
(BI, 2011).
Menurut ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) (2018),
“Occupational fraud is defined as the use of one’s occupation for personal
enrichment through the deliberate misuse or misapplication of the employing
organization’s resources or assets”
Dalam kutipan ISA (International Standard on Auditing) 240 terkait The
Auditor’s Responsibilities Relating to Fraud in an Audit Financial Statements,
menyebutkan bahwa
“fraud is an intentional act by one or more individuals among management,
those charge with governance, employees, or third parties involving the use of
deception to obtain an unjust or illegal advantage.”
6
D. Penyebab Fraud berdasarkan Crowe’s Fraud Pentagon Theory
Gambar 2. The Crowe’s Fraud Phentagon Theory
Sumber: PPT about The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key Behavioral
and Environmental Elements by Jonathan Marks
Teori pentagon fraud merupakan pengembangan dari teori fraud triangle dengan
menambahkan dua elemen baru. Secara lengkap, elemen-elemen Crowe’s fraud
pentagon theory dijabarkan oleh Marks (2012) sebagai berikut:
1. Arogansi (arrogance), diidentifikasikan sebagai sikap superioritas dan
merasa berhak atau keserakahan sebagai bagian dari seseorang yang percaya
bahwa pengendalian internal tidak berlaku terhadap pribadinya sehingga
membuat dirinya merasa berhak untuk melakukan fraud. Sifat ini muncul
karena adanya sifat mementingkan diri sendiri (self interest) yang besar di
dalam diri manajemen yang membuat sikap arogansinya semakin besar, sifat
ini yang akan menjadi pemicu timbulnya keyakinan bahwa dirinya tidak
akan diketahui apabila fraud telah terjadi dan sanksi yang ada tidak
menimpa dirinya.
2. Kompetensi (competence), adalah kemampuan karyawan untuk
mengesampingkan pengendalian internal, dengan mengembangkan strategi
penyimpangan yang canggih dan untuk mengendalikan situasi sosial demi
keuntungannya dengan cara menjualnya kepada orang lain. Dengan kata
lain, kompetensi berarti kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan fraud. Keterkaitannya dengan teori keagenan adalah kemampuan
yang dimiliki oleh manajemen perusahaan ditimbulkan karena adanya
kepentingan dari diri manajemen untuk mendapatkan banyak keuntungan
7
untuk dirinya sendiri, sehingga manajemen tidak bertindak untuk prinsipal
lagi. (Aprilia, 2017).
3. Kesempatan (opportunity), pengendalian yang lemah menyediakan
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan fraud. Dalam hal ini, keadaan
ini akan digunakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan fraud
secara diam-diam agar tidak diketahui oleh orang banyak (risk overse).
Fraud tidak akan tercipta apabila hanya ada peuang tanpa diikuti oleh
lemahnya pengendalian diri manajemen.
4. Tekanan (pressure), terdapat motivasi untuk melakukan fraud. Suatu
keadaan yang membuat pelaku dapat melakukan fraud. Adanya motivasi
dalam diri manajemen untuk melakukan fraud, misalnya kurangnya
penghasilan yang diperoleh, kebutuhan hidup yang lebih besar, hal tersebut
menjadi pemicu bagi manajemen untuk bertindak atas kepentingan diri
sendiri.
5. Rasionalisasi (rationalization), pembenaran atas fraudyang sudah terjadi.
Pemikiran ini akan muncul karena pelaku kecurangan tidak ingin
perbuatannya diketahui sehingga pelaku membenarkan manipulasi yang
telah dilakukan. Pembenaran ini muncul karena adanya keinginan dalam diri
pelaku untuk tetap aman dan terbebas dalam hukuman (adanya unsur risk
overse untuk terbebas dari risiko jeratan hukuman).
Menurut Marks (2012) adanya tambahan dua elemen ini karena mengingat para
pelaku fraud pada masa sekarang dianggap memiliki pola pikir yang
independen, informasi yang lebih memadai dan akses yang lebih leluasa
terhadap aset di perusahaan dibanding dengan triangle fraud. Perusahaan saat ini
memiliki busaya yang mengedepankan kesejahteraan dan kepopuleran, yang
mendorong karyawan untuk memperoleh gaji yang lumayan dan pengakuan
yang lebih besar dengan cara apapun. Kompetensi dan arogansi dianggap
memainkan peranan penting apakah seorang karyawan saat ini memiliki apa
yang diperlukan untuk melakukan fraud (Danuta, 2017).
8
E. Peran Satuan Kerja Audit Internal dalam Mendeteksi Fraud di Perbankan
Berdasarkan model piagam aktivitas audit internal yang di terbitkan oleh IIA
pada tahun 2013, menyatakan bahwa kegiatan audit internal ditetapkan oleh
Dewan Direksi, Komite Audit atau tingkat tertinggi dalam perusahaan (yang
selanjutnya disebut sebagai Dewan). Audit internal diselenggarakan pada
berbagai lingkungan hukum dan budaya, untuk berbagai organisasi yang
memiliki beraneka ragam tujuan, ukuran, kompleksitas, dan struktur, dan oleh
berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar organisasi. Walaupun perbedaan
dapat mempengaruhi praktik audit internal pada setiap lingkungannya,
kesesuaian terhadap standar merupakan hal yang esensial dalam pemenuhan
tanggungjawab audit internal dan aktivitas audit internal.
Standar, bersama dengan Kode Etik, merupakan unsur-unsur wajib dari
Kerangka Praktik Profesional Internasional. Seluruh individu auditor internal
bertanggung jawab untuk mematuhi standar terkait dengan tanggungjawab
individu dalam hal objektivitas, profesiensi (kecakapan), kehati-hatian yang
professional dan standar yang terkait dengan kinerja dan tanggungjawab
pekerjaannya (IIA, Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal
(Standar), 2016).
Berdasarkan standar, terdapat dua jenis jasa audit internal dalam suatu
organisasi, termasuk perbankan syariah. yaitu, Assurance/Asuran dan
Consulting/Konsultasi. Jasa assurance merupakan kegiatan penilaian bukti
obyektif oleh auditor internal untuk memberikan pendapat atau simpulan
mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau subjek lainnya. Jasa
assurance yang dilakukan oleh audit internal berupa penilaian terhadap aktivitas
operasi perbankan. Jasa consulting adalah jasa yang bersifat pemberian nasihat
yang pada umumnya diselenggarakan berdasarkan permintaan spesifik dari
klien. Jenis jasa yang dilakukan oleh auditor internal iniakan memberikan nilai
tambah bagi stakeholder.
Menurut Amrizal (2004), beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen
agar fungsi auditor internal bisa efektif dalam mendeteksi fraud di perbankan
syariah, yaitu:
9
1. Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan. Dalam arti, tidak boleh terlibat kegiatan operasional
perusahaan dan bertanggung jawab kepada atau melaporkan kegiatannya
kepada manajemen puncak.
2. Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis sehingga
dapat mengetahui dengan jelas mengenai tugas, wewenang, dan
tanggungjawab yang dimiliki.
3. Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan pemahaman
proses manual.
4. Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak kepada auditor
internal, dapat berupa penempatan auditor internal dalam posisi yang
independen.
5. Auditor internal harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa
bersifat obyektif dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.
6. Auditor internal harus bisa bekerja sama dengan akuntan public, maka audit
fee yang harus dibayar kepada Kantor Akuntan Publik bisa ditekan menjadi
lebih rendah.
7. Menciptakan struktur penggajian yang wajar dan pantas.
8. Mengadakan rotasi dan pengaturan hak cuti karyawan.
9. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan fraud dan berikan
penghargaan kepada yang berprestasi.
10. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan
baik dalam hal keuangan maupun non keuangan.
11. Menetapkan kebijakan pemberian dari luar.
12. Menyediakan sumber tertentu dalam rangka mendeteksi fraud karena sulit
ditemukan.
13. Menyediakan saluran untuk melaporkan telah terjadinya fraud hendaknya
diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar.
10
F. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan gambaran penelitian terdahulu yang tersaji dalam tabel
penelitian terdahulu:
Tabel 1 Tabel Penelitian Terdahulu
No. Judul, Penulis,
Tahun
Variab
el
Metode dan Hasil
1.
Determinants of
Audit Delay in
Nigerian Companies
: Empirical Evidence
Prince Kennedy
Modugu, Emmanuel
Penggunaan variabel Audit
Delay sebagai variabel
dependen.
Penggunaan variabel debt
equity ratio, size of the
company, profitability,
subsidiaries of Multinational
Metode : Regresi Berganda
Hasil : subsidiary of
multinational company, log of
total aset dan audit fee memiliki
pengaruh terhadap audit delay.
Sedangkan profitability, industry
type, audit firm size, debt equity
Eragbhe dan
Ohiorenuan Jude
Ikhatua, (2012)
Companies, audit firm size,
audit fees, and industry type
sebagai variabel independen.
ratio tidak memiliki pengaruh
terhadap audit delay
2. Audit Report Lag : A
Study of the
Bangladeshi Listed
Companies
Alim Al Ayub
Ahmed dan Md.
Shakawat Hossain,
(2010)
Variabel Dependen : Audit
Report Lag.
Penggunaan variabel
profitability, leverage, type of
auditor, auditor change, type of
auditor report, industry
clasification, extraordinary
items, and company size
sebagai variabel independen.
Metode : OLS Regression
Hasil : Audit report lag memiliki
hubungan negatif dengan tipe
auditor (Big 4), financial
company, profitabilitas, dan size.
Sedangkan leverage dan
qualified opinion memiliki
hubungan positif terhadap audit
report lag.
11
3. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Audit
Report Lag
Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia dan
Malaysia
Rosmawati Endang
Indriyani dan
Supriyati, (2012)
Penggunaan variabel Audit
Report Lag sebagai variabel
dependen.
Penggunaan variabel
Profitabilitas, debt to equity
ratio, ukuran perusahaan dan
laba/rugi perusahaan sebagai
variabel independen.
Metode : Analisis regresi
berganda
Hasil : Audit report lag di
Indonesia dan Malaysia secara
simultan dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan, profitabilitas,
laba rugi perusahaan dan debt to
equity ratio. Ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap audit report
lag di Indonesia dan Malaysia.
Debt to equity ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
audit report lag di Indonesia.
Sumber: Diolah oleh Penulis(2018)
12
G. Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan gambaran kerangka penelitian :
Sumber : Data diolah (2019)
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Penelitian
Berikut hipotesis penelitian :
Satuan Kerja Audit Internal Berperan Dalam Mendeteksi Fraud Pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
I. Roadmap Penelitian
Penelitian ini fokus pada peran audit internal terhadap fraud perbankan syariah di
Indonesia.
Pendeteksian
SKAI
Fraud Perbankan
13
Pengajuan melalui
SIMAKIP
Pembuatan dan
pengajuan proposal
penelitian
1
Tahap 1
Jan
Tahap Penelitian yang akan Dilaksanakan
1 3
Analisis Hasil
Pengolahan Data dan
Penyelesaian Laporan
Pengumpulan Data
Penelitian
Tahap 4
Agustus
Tahap 1
Maret
Tahap 3
Juni sd Juli
Tahap 2
April sd
Mei
Gambar 4. Roadmap Penelitian Tahap Penelitian yang sudah Dilaksanakan
1. Data penelitian
berasal dari website
BEI atau OJK
2. Jumlah data adalah
sebanyak 12 Bank
Syariah
2
Pengolahan Data
Penelitian
1. Data yang
terkumpul diolah
secara kualitatif
4
Pembuatan artikel dan
publikasi ke Jurnal yang
disarankan SIMAKIP
1. Pembuatan artikel
(jurnal ilmiah)
2. Pengajuan untuk
publikasi jurnal sesuai
yang disarankan
SIMAKIP
1. Analisis data
2. Proses monev dari
SMAKIP
3. Penyelesaian
Laporan
4. Upload Laporan ke
SIMAKIP
14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
menggunakan data studi literatur pustaka (library research), yaitu teknik
pengumpulan data dan informasi dengan cara mengumpulkan dan mempelajari
literatur-literatur yang ada seperti buku, undang-undang, internet dan lainnya.
(Sugiyono, 2005)
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi
(Suryani & Hendryadi, 2015). Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini
berupa laporan tahunan pelaksanaan GCG perbankan Syariah yang di dapat dari
OJK.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sanusi (2014), teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode
dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan
data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan.
15
IV. PEMBAHASAN
A. UMUM
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) oleh sebuah bank,
termasuk bank syariah paling tidak harus diwujudkan dalam: 1) Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan Dewan Direksi; 2)
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan
fungsi pengendalian intern bank; 3) Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan
auditor eksternal; 4) Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern; 5)
Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar; 6) Rencana strategis
bank; 7) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
Penerapan prinsip-prinsip GCG menjadi suatu keharusan bagi sebuah institusi,
termasuk di dalamnya institusi bank syariah. Hal ini lebih ditujukan kepada adanya
tanggung jawab public (public accountability) berkaitan dengan kegiatan operasional bank
yang diharapkan benar-benar mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam
hukum positif. Di samping itu juga berkaitan dengan kepatuhan bank syariah terhadap
prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah digariskan dalam al-Quran, Hadis, dan
Ijmak para ulama.
GCG pada perbankan syariah dikenal adanya prinsip-prinsip syariah yang
mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG dimaksud, yakni keharusan bagi subjek
hukum termasuk bank untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada
masyarakat (tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan secara profesional
(fathanah). Shiddiq berartimemastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan dana
masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara yang diperkenankan (halal)
serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang
(haram). Tabligh berarti secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsipprinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam
melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah
semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi
pengguna jasa perbankan syariah. Amanah berarti menjaga dengan ketat prinsip kehati-
16
hatian dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul
maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelola
dana investasi (mudharib) . Sedangkan Fathanah berarti memastikan bahwa pengelolaan
bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan
maksimum dalam tingkat risiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah
pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa
Aldira Maradita : Karakteristik Good 195 tanggung jawab (mas’uliyah).
Penerapan GCG pada bank syariah diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan
publik kepada bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan Islam dan stabilitas
sistem keuangan secara keseluruhan akan senantiasa terpelihara, dan keberhasilan industri
jasa keuangan Islam dalam menerapkan GCG akan menempatkan lembaga keuangan Islam
sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya.
Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk pembentukan GCG pada bank
syariah antara lain: sistem pengendalian internal, manajemen risiko, transparansi bank,
sistem akuntansi, pemurnian dan audit syariah, dan audit ekstern.
Kegiatan bank yang umumnya berhubungan dengan uang dalam jumlah yang
sangat besar dapat menimbulkan resiko yang tinggi yang nantinya dapat mengakibatkan
kerugian bagi bank. Maka, dalam melaksanakan kegiatannya bank perlu memperhatikan
sistem pengendalian atau kontrol yang dimulai dari diri bank itu sendiri. Kontrol Internal
dibutuhkan untuk mengakui dan menilai resiko, mendeteksi permasalahan dalam lembaga,
serta mengoreksi kelemahan internal. Untuk dapat meyakinkan bahwa telah ada
pengendalian diri tersebut perlu adanya suatu ukuran dan penilaian dari pihak yang tidak
terkait dengan kegiatan tersebut (independen).
Yang dimaksud independen disini ialah pelaksanaan tugas dilakukan secara
obyektif dan bebas dari tekanan dan kepentingan pihak manapun. Pelaksanaan tugas yang
independen ini dilakukan oleh seorang auditor, auditor disini bertujuan untuk menentukan
apakah kegiatan yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan undang-undang
tertentu. Karena yang diperiksa merupakan kegiatan internal bank maka auditor ini disebut
dengan auditor Internal.
Audit internal ini meliputi: a) Bagian Pengawasan Data, bagian ini sering juga
disebut sebagai verificator, yaitu pemeriksa seluruh transaksi yang terjadi, dimana salah
17
satu produknya adalah program zero defect, yaitu suatu program audit yang memberikan
peringatan kepada pelaksana atas kesalahan-kesalahan pembukuan yang terjadi; b) Auditor
Wilayah (Resident Auditor) dan Inspektur Pengawasan. Kedua pengawas ini berfungsi
melakukan operasional audit, di samping audit keuangan. Titik berat audit yang dilakukan
adalah pengujian secara menyeluruh atas berjalannya SPIN (Sistem Pengendalian Intern)
yang antara lain meliputi: aspek organisasi, memadai tidaknya sumber daya insani, praktik
bank yang sehat, dan unsur SPI lainnya.
Hasil dari auditor ini berupa evaluasi/gambaran atas kondisi yang ada di lapangan
dan praktik sehari-hari yang berlangsung dalam kegiatan bank. Auditor juga memberi
masukan kepada manajemen dalam hal diperlukannya pembenahan, perbaikan, koreksi,
baik yang menyangkut sumber daya insani, sistem prosedur, maupun aspek manajerial.
Dalam kegiatannya sehari-hari, semua unsur pengawasan tetap tunduk dan patuh serta
menjalankan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPAIB).
Untuk menghindari terjadinya fraud, perbankan syariah di Indonesia menerapkan
berbagai kebijakan. Berbagai kebijakan diimplementasikan dalam struktur maupun
pelaksanaan pekerjaan bagi terciptanya proses bisnis yang baik dan akuntabel. Berikut
implementasi kebijakan masing-masing perbankan syariah untuk menghindari fraud.
B. Bank Syariah
1. Bank Muamalat
PT Bank Muamalat dalam laporan GCG tahun 2018 dijelaskan bahwa untuk
menjaga transparansi dan mencegah terjadinya fraud dengan membentuk Komite
Audit. Komite audit ini dimaksudkan untuk membantu Dewan Komisaris dalam
melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dan pemantauan atas tindak lanjut
hasil audit guna menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan Bank.
Dasar Pembentukan Komite Audit ada pada peraturan-peraturan sebagai berikut:
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
18
2) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 perihal
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tanggal 29 Desember
2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
4) Anggaran Dasar Bank tentang tugas dan wewenang Dewan Komisaris.
Piagam Komite Audit
Komite Audit Bank Muamalat telah memiliki Piagam yang mengatur struktur
dan keanggotaan, persyaratan keanggotaan, tugas dan tanggung jawab, wewenang,
rapat, masa tugas, waktu kerja dan pelaporan. Piagam Komite Audit terakhir dikinikan
pada tanggal 02 Mei 2017 dan akan diperbaharui sesuai dengan perkembangan
regulasi yang berlaku serta kondisi terkini dari Bank.
Masa Tugas Komite Audit
Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan
Dewan Komisaris sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan dapat dipilih
kembali hanya untuk satu periode berikutnya.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Tugas Komite Audit sesuai Piagam Komite Audit antara lain :
1) Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai kecukupan
pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.
2) Menunjuk, menetapkan fungsi-fungsi dan standar Auditor Eksternal (KAP).
3) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi
audit intern, yang meliputi perencanaan audit, ruang lingkup audit, proses audit
dan pelaporan hasil audit, serta memastikan independensi fungsi audit intern.
4) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil
temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor ekstern,
guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
19
5) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Bank
kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan
laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Bank.
6) Melakukan penelaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan kegiatan Bank.
7) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
8) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan
Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee.
9) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan Bank.
10) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya
potensi benturan kepentingan Bank.
Wewenang Komite Audit
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Audit memiliki wewenang sebagaimana
diatur dalam Piagam Komite Audit sebagai berikut:
1) Mengakses dokumen, data, dan informasi Bank tentang karyawan, dana, aset, dan
sumber daya perusahaan yang diperlukan.
2) Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang
menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan Akuntan terkait tugas
dan tanggung jawab Komite Audit.
3) Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan
untuk membantu pelaksanaan tugasnya.
4) Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.
Persyaratan Keanggotaan Komite Audit
Persyaratan keanggotaan Komite Audit yang berasal dari Komisaris Independen
dan Pihak Independen sebagaimana diatur dalam Piagam Komite Audit antara lain
adalah:
1) Wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.
20
2) Wajib memiliki kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang
pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
3) Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait
dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Bank, proses audit, manajemen risiko,
dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
4) Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Bank.
5) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan
dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan.
6) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah.
7) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan
Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance,
jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
8) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Bank dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali Komisaris Independen.
9) Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Bank.
10) Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, atau Pemegang Saham Utama Bank Muamalat.
11) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Bank Muamalat.
Struktur dan Keanggotaan Komite Audit
Sesuai pasal 36 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari:
1) Seorang Komisaris Independen;
2) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan;
3) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah.
21
Pada periode tahun 2018, terdapat perubahan struktur dan keanggotaan Komite Audit
yang sebelumnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Direksi Nomor 003/B/DIR-
KPTS/II/2018 tanggal 1 Februari 2018 tentang Komite Audit PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Sehubungan dengan penggantian anggota Dewan Komisaris, Dewan
Komisaris menyesuaikan keanggotaan Komite Audit dan telah ditetapkan melalui
Surat Keputusan Direksi Nomor 023/B/DIR-KPTS/VIII/2018 tanggal 9 Agustus 2018
tentang Komite Audit PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Perubahan keanggotaan
Komite Audit tersebut tetap sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tanggal 29 Desember 2015 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Independensi Komite Audit
Seluruh anggota Komite Audit yang berasal dari Pihak Independen tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali
atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya bertindak
independen.
Rapat Komite Audit
Selama tahun 2018, Komite Audit telah menyelenggarakan 10 (sepuluh) kali
rapat dengan minimal satu agenda rapat untuk setiap kali rapat termasuk pembahasan
mengenai risalah rapat, serta hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dari rapat sebelumnya
dan beberapa pembahasan lainnya.
Laporan Pelaksanaan Tugas Komite Audit
Selama tahun 2018 Komite Audit telah melaksanakan beberapa aktivitas dalam
rangka menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya, sebagai berikut:
1) Review Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Bank
22
2) Review Aktivitas Fungsi Internal Audit
3) Pengawasan terhadap Pelaksanaan Audit Eksternal
4) Review Penyajian Laporan Keuangan Publikasi.
5) Realisasi Rapat Komite Audit selama tahun 2018
Audit Internal
Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan
konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis,
dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian intern, dan proses tata kelola perusahaan.
Bank Muamalat Indonesia memiliki Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam
menjalankan mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh berbagai lini perusahaan.
Dalam SPI telah terkandung sistem dan prosedur yang jelas serta telah ditetapkan oleh
Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan SPI ini dilakukan oleh 3 (tiga) lini pertahanan (three line of defense),
yaitu Manajemen Bank dan Operation Control sebagai lini pertahanan pertama (first
line of defense), Unit Kerja Kepatuhan dan Unit Kerja Manajemen Risiko sebagai lini
pertahanan kedua (second line of defense) dan Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
sebagai lini pertahanan ketiga (third line of defense).
Dasar Hukum Penunjukkan
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dibentuk sesuai dengan Peraturan Bank
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum Indonesia (PBI) No.
1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan
Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum. Kepala SKAI
ditunjuk oleh Direktur Utama sesuai Surat Keputusan Direksi No.
321/DIR/KPTS/VIII/2015 tanggal 03 Agustus 2015/18 Syawal 1426 H yang telah
mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris sesuai surat No.
033/BMI/KOM/VII/2015 tanggal 29 Juli 2015 serta telah dilaporkan kepada Otoritas
Jasa Keuangan dengan surat No.500/BMI/DIR/VIII/2015 tanggal 13 Agustus 2015.
23
Struktur dan kedudukan SKAI
SKAI dipimpin oleh Kepala SKAI yang bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Utama dan dapat berkomunikasi dengan Dewan Komisaris secara langsung
atau melalui Komite Audit untuk menginformasikan berbagai hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan audit dan dalam menjalankan fungsi pengawasan untuk
mewujudkan visi dan misi Bank. Kepala SKAI diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur Utama Bank dengan persetujuan Dewan Komisaris dan kemudian dilaporkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bank juga telah memiliki Piagam Audit Intern yang berisi tentang struktur dan
kedudukan SKAI, tugas dan tanggung jawab, wewenang, kode etik audit intern,
persyaratan auditor intern dan pertanggungjawaban SKAI. Berikut merupakan
struktur Organisasi SKAI per bulan Agustus 2018:
Gambar 5. Struktur Organisasi SKAI Bank Muamalat
Sumber : Annual Report PT Bank Muamal, 2018
Tugas dan Tanggung Jawab SKAI
Tugas dan tanggung jawab SKAI tercantum dalam Piagam Audit Intern dan
sesuai dengan Anggaran Dasar Bank Muamalat Indonesia yaitu:
1) Melakukan audit semua bidang kegiatan Bank secara berkala berdasarkan skala
prioritas dan tingkat risiko.
24
2) Audit dilakukan berdasarkan rencana tahunan yang disusun berdasarkan Risk
Based Audit (RBA) yang telah disetujui oleh Direktur Utama dan Komisaris
Utama serta mendapat masukan dari pihak-pihak terkait.
3) Melaksanakan audit dengan mengacu pedoman yang berlaku umum, seperti
SPFAIB, Pedoman Audit Intern Bank Muamalat Indonesia (Audit Charter).
4) Melaksanakan audit secara reguler pada unit Kantor Pusat dan Kantor Cabang
berdasarkan skala prioritas dan tingkat risiko yang telah diperhitungkan
sebelumnya sesuai rencana.
5) Bekerja sama dengan unit Kepatuhan dalam hal audit kepatuhan terhadap aturan
dan perundang-undangan yang berlaku, termasuk pemenuhan aspek syariah.
6) Membuat Laporan Hasil Audit dan menyampaikannya kepada Direktur Utama
dan Dewan Komisaris melalui Komite Audit dengan tembusan kepada Direktur
Kepatuhan dan Direktur terkait.
7) Mengadakan pertemuan rutin dengan Komite Audit untuk mengevaluasi hasil
temuan audit serta membahas temuan dan follow up temuan.
8) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkat manajemen.
9) Melakukan monitoring pelaksanaan tindak lanjut (follow up) temuan hasil audit.
10) Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang
dilakukannya.
11) Menyiapkan laporan dari Direktur Utama dan Dewan Komisaris berupa Laporan
Pokok-Pokok Hasil Audit untuk disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan laporan lainnya sesuai kebutuhan.
12) Menyiapkan laporan tentang follow up temuan OJK dan Bank Indonesia (BI).
13) melakukan audit khusus apabila diperlukan.
Kualifikasi dan Sertifikasi
Sampai dengan akhir tahun 2018, auditor yang telah memperoleh Sertifikasi
Internal Auditor Bank Level Supervisor dari Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan
(LSPP) adalah sebanyak 13 (tiga belas) orang, 3 (tiga) orang BSMR Level 3, 1 (satu)
orang BSMR Level 4, termasuk kualifikasi ketrampilan lainnya dengan mengundang
25
beberapa narasumber eksternal berupa inhouse training. Program sertifikasi keahlian
ini akan terus dilanjutkan pada tahun 2019 baik sertifikasi bertaraf nasional maupun
internasional seperti Qualified Internal Auditor (QIA), Certified Internal Auditor
(CIA) dan Sertifikasi Manajemen Risiko level 1, 2 dan 3 sesuai peraturan yang
berlaku.
Sedangkan program pelatihan yang telah dilakukan pada tahun 2018 adalah
Audit Grading dan Audit Report, inhouse training Financing Audit, Treasury Audit
dan Trade Finance Audit. Selain itu SKAI juga telah menyelenggarakan knowledge
sharing setiap minggu dengan mengundang narasumber baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan. Karyawan SKAI juga telah secara aktif mengikuti pelatihan-pelatihan
yang dilaksanakan oleh Human Capital Learning, seperti analisa pembiayaan ritel,
operasional cabang, dll.
Pelaksanaan Audit Intern
Selama tahun 2018, SKAI telah melakukan 18 audit reguler/umum (yaitu audit
yang direncanakan di dalam RKAT 2017) dan 21 audit khusus (yaitu audit di luar
RKAT 2017 atau audit karena adanya permintaan oleh Direksi, Komite Audit,
Regulator, dll.). Dengan demikian, secara keseluruhan SKAI telah melakukan
penugasan audit sebanyak 39 audit (195%).
2. Bank Panin Syariah
PT. Bank Panin Syariah tahun 2018 menerapkan GCG dalam menjaga
kepercayaan publiknya yaitu dengan membentuk Komite Audit sesuai Surat
Keputusan Direksi Nomor 028/SK/DIR/17 tanggal 13 Juli 2017 perihal Pembentukan
Komite Audit PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. Keanggotaan Komite Audit telah
memenuhi ketentuan yang berlaku, diantaranya diketuai oleh Komisaris Independen
Bank. Pembentukan Komite Audit telah memenuhi dan memperhatikan syarat dan
kompetensi yang berlaku sesuai prinsip-prinsip GCG. Tugas dan wewenang Komite
Audit berdasarkan Surat Keputusan Direksi nomor 028/SK/DIR/17 tanggal 13 Juli
2017 adalah :
1. Memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit serta memantau
26
tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian internal
termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.
2. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan kepada publik dan/atau pihak otoritas lain laporan keuangan,
proyeksi, dan laporan lainnya dengan informasi keuangan perusahaan.
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi.
4. Memberikan rekomendasi penunjukan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan
Komisaris yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan dan fee.
5. Memberikan Pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikan.
6. Melakukan penelaahan terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan.
7. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Wewenang Komite Audit
1. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang karyawan, dana, aset
dan sumber daya perusahaan yang diperlukan.
2. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang
menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko dan Akuntan terkait tugas
dan tanggung jawab Komite Audit.
3. Melibatkan pihak independen diluar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk
membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan).
Selama tahun 2018, Komite Audit telah mengadakan rapat sebanyak 5 (lima) kali.
Selama tahun 2018, Komite Audit telah memberikan rekomendasi kepada Dewan
Komisaris antara lain sebagai berikut:
1. Terhadap proses appraisal yang telah dilakukan oleh KJPP rekanan, sebagai
mitigasi risiko harus tetap dilakukan proses appraisal oleh internal Bank untuk
memastikan hasil taksasi agunan adalah wajar dan tidak terjadi mark-up.
2. Monitoring terhadap nasabah pembiayaan harus dilakukan secara berkala/sesuai
SOP oleh Account Officer (AO).
27
3. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan pembiayaan yang diberikan, Bank
perlu mengkaji ulang Kebijakan Pembiayaan dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku. Bank harus menuangkan di dalam SOP ketentuan tentang
dana pencairan pembiayaan nasabah harus di transfer ke rekening pihak ketiga
(supplier, penjual, kontraktor, dll) yang terkait dengan proyek atau usaha yang
dibiayai dengan nilai/jumlah sesuai yang diperjanjikan.
4. Pelaksanaan tindak lanjut temuan audit internal yang dilakukan oleh
Cabang/Divisi agar dijadikan faktor Key Performance Indicator (KPI) Kepala
Cabang/Divisi.
5. Pembiayaan kepada nasabah dalam bentuk CV sebaiknya dibatasi limit plafond
nya bahkan jika perlu tidak diberikan lagi karena bukan badan hukum.
Penerapan Fungsi Audit Intern
Audit Intern merupakan elemen strategis bank yang berfungsi membantu tugas
Direktur Utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan untuk kemudian
memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif pada semua tingkatan
manajemen serta mendukung terciptanya pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan
(sustainable growth) dan penerapan tatakelola perusahaan (GoodCorporate
Governance).
Visi Internal Audit adalah menjadi strategic partner dalam hal layanan audit
intern berbasis risiko dengan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (Good
Corporate Governance).
Misi Internal Audit adalah membantu Direktur Utama dan Dewan Komisaris
dalam fungsi pengendalian intern untuk mewujudkan bank yang sehat dan
berkembang secara wajar.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan tersebut, Audit Intern mengacu pada
Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang
Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum serta POJK 56/POJK.04/2015 tentang
Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal.
28
Dalam rangka menjaga integritas dan independensi Audit Internal, Bank telah
menetapkan bahwa secara struktural Audit Internalberada langsung di bawah Direktur
Utama dan dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris (Komite Audit)
serta Dewan Pengawas Syariah (DPS), sebagaimana telah dinyatakan dalam Piagam
Audit Intern (Internal Audit Charter).
Pelaksanaan Kegiatan Audit Internal
Selama tahun 2018, SKAI Bank telah melaksanakan fungsi pokok audit intern,
antara lain:
1. Berperan aktif dalam menunjang terciptanya sistem pengendalian intern yang baik
di Bank dan pelaksanaan pengawasan GCG, antara lain bersinergi dengan Unit
Kerja Internal Control (IC) yang ditempatkan di cabang-cabang sebagai bagian
dari pilar early warning system.
2. Menyelenggarakan Rapat Komite Audit secara rutin (sesuai ketentuan) untuk
menyampaikan rencana dan realisasi pelaksanaan audit, pokok-pokok hasil
temuan audit, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan aktivitas audit.
3. Bekerjasama dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengawasi
penerapan kepatuhan syariah pada operasional bank dengan cara melaporkan dan
mendiskusikan temuan-temuan audit yang berkaitan dengan syariah.
4. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada pegawai tentang penguatan sistem
pengendalian intern dan anti-fraud awareness melalui forum training, sosialisasi
maupun pada saat pembahasan hasil audit (exit meeting audit). Dalam hal ini
Internal Auditmenerapkan peran consultative kepada auditee melalui komunikasi
yang efektif dalam membahas temuan audit, sehingga auditee dapat memahami
tentang risiko-risiko atas penyimpangan yang terjadi.
5. Pelaksanaan Audit
6. Audit dan Independent Review Bidang Teknologi Informasi melaksanakan audit
dan memberikan independent review di bidang Teknologi Informasi sebagaimana
yang telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
38/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan
Teknologi Informasi Oleh Bank Umum.
29
7. Melakukan post audit monitoring untuk memastikan bahwa semua komitmen
Bank atas temuan hasil audit internal dan Kantor Akuntan Publik (KAP) telah
dipenuhi sesuai komitmen.
8. Melakukan post audit monitoring atas temuan Internal Audit serta
menyampaikannya ke Auditee (Unit kerja) untuk segera ditindaklanjuti sesuai
komitmen.
9. Menjadi fasilitator (liason officer) dalam pelaksanaan audit yang dilakukan oleh
Auditor Eksternal.
10. Melakukan penyempurnaan atas Internal Audit Rating (IAR) sebagai bahan
penilaian (scoring) atas hasil audit yang telah dilakukan oleh Internal Audit
terhadapUnit Kerja Bisnis (Cabang) maupun Unit Kerja Non Bisnis (Group).
11. Melakukan otomasi audit dengan mengembangkan dan menggunakan aplikasi
Audit Management System (AMS) dalam rangka menunjang kinerja dan
mempermudah proses Audit serta berguna bagi auditor.
12. AMS bagi Auditor, mempermudah aktivitas audit menjadi lebih efektif dan
efisien karena mengotomasi alur kerja audit (audit flow work), mulai dari
perencanaan audit, penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit,
pelaporan hasil audit, hingga tindak lanjut hasil audit.
13. AMS bagi Auditee, mempermudah dalam memberikan tanggapan/penjelasan
maupun dalam rangka menyampaikan tindak lanjut temuan audit.
14. AMS bagi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris serta Komite Audit, dapat
memudahkan melihat kondisi dan status temuan. AMS di desain dengan
dashboard sehingga dapat dijadikan salah satu bahan untuk pengambilan
keputusan dengan cepat oleh Direksi dan/atau Komisarisdari sudut pandang audit.
Kaji Ulang Pelaksanaan Audit Internal
Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur
Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Intern Bank Umum (SPFAIB), Internal Audit Bank diharuskan menyampaikan
laporan hasil kaji ulang (review) pihak independen yang memuat pendapat tentang
hasil kerja Internal Audit dan kepatuhannya terhadap SPFAIB.
30
Bank telah melakukan kaji ulang secara berkala atas efektifitas pelaksanaan
kerja Internal Audit dan kepatuhannya terhadap Sistem Pengendalian dan Fungsi
Audit Internal oleh pihak eksternal (KAP Suparman, Bambang & Ghanis) dan telah
dilaporkan ke OJK No.153/DIR/EXT/OJK/XI/17 tanggal 09 November 2017.
Bank terus mengembangkan pelaksanaan fungsi audit intern dengan melibatkan
peran komite audit untuk melakukan review pelaksanaan tugas dari internal audit
Bank secara berkala dan meningkatkan kualitas auditor dalam melaksanakan fungsi
audit serta pemberian rekomendasi atas proses audit yang dilakukan.
3. Bank BCA Syariah
Proses pencegahan fraud, juga dilakukan oleh PT. Bank BCA Syariah. Dalam
GCG tahun 2017, PT. Bank BCA Syariah membentuk Komite Audit. Komite Audit
beranggotakan 3 (tiga) orang yang terdiri dari ketua komite yang berasal dari
Komisaris Independen dan 2 (dua) orang anggota komite yang memiliki pengalaman
dan kompetensi yang memadai dibidangnya.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris
dalam melaksanakan fungsi pengawasan.
Penerapan Fungsi Audit Intern
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan memberikan nilai tambah pada
proses manajemen risiko maka perlu adanya satuan kerja yang menjalankan fungsi
audit intern. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999
perihal Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum (SPFAIB). BCA SYariah telah
membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) yang bertugas membantu Dewan
Komisaris dan Presiden Direktur untuk melakukan fungsi control (pengendalian
risiko) sehingga dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasional BCA
Syariah melalui kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting) yang
independen dan objektif.
Dalam mekanisme control (pengendalian umum) di BCA Syariah, tanggung
jawab akhir pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris yang antara lain dengan
melakukan evaluasi hasil temuan SKAI dan meminta Direksi untuk menindaklanjuti
31
hasil temuan tersebut.
Untuk melaksanakan fungsinya, SKAI berpedoman pada Piagam Audit Intern
(Internal Audit Charter) dan Pedoman Kerja Pelaksanaan Audit BCA Syariah. SKAI
menyusun rencana audit intern setiap tahun dan rencana tersebut dievaluasi oleh
Komite Audit serta disetujui oleh Dewan Komisaris.
SKAI sebagai bagian dari struktur pengendalian intern dalam penerapan fungsi
audit intern telah melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan fungsi pengawasan secara independen dengan cakupan tugas yang
memadai dan sesuai dengan rencana, pelaksanaan maupun pemantauan hasil
audit.
b. Melaksanakan tugas sekurang-kurangnya meliputi penilaian :
c. Melaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memantau, menganalisis dan melaporkan perkembangan tindak lanjut perbaikan
yang dilakukan auditee.
e. Menyusun dan mengkinikan pedoman serta system dan prosedur kerja secara
berkala sesuai ketentuan dan perundangan yang berlaku.
Kaji ulang atas efektivitas pelaksanaan kerja SKAI dan kepatuhannya terhadap sistem
pengendalian dan fungsi audit intern oleh pihak eksternal telah dilakukan setiap 3
(tiga) tahun.
4. Bank Mega Syariah
PT. Bank Mega Syariah tahun 2017 menjunjung komitmen dalam menjaga
kepercayaan nasabahnya dengan membentuk Komite Audit. Dasar Hukum
Pembentukan Komite adalah :
Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan
Anggaran Dasar PT Bank Mega Syariah
32
Notulen Rapat Dewan Komisaris No.NOT.006/KOM-VI/16 tanggal 20 Juni 2016
Surat Keputusan Direksi PT Bank Mega Syariah No.KEP.006/DIRBMS/16
tertanggal 1 Juli 2016 tentang Komite Audit PT Bank Mega Syariah
Notulen Rapat Dewan Komisaris No.NOT.010/KOM-IX/17 tanggal 20
September 2017
Surat Keputusan Direksi PT Bank Mega Syariah No.KEP.006/DIRBMS/17
tertanggal 13 Oktober 2017 tentang Komite Audit PT Bank Mega Syariah
Jumlah, Komposisi, Independensi dan Transparansi Komite Audit
Komite Audit Bank Mega Syariah beranggotakan 3 (tiga) orang dengan
komposisi terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Independen sebagai Ketua dan 2 (dua)
orang anggota dari pihak Independen yang ahli dibidang keuangan dan ahli dibidang
perbankan syariah.
Komite Audit bukan merupakan anggota Direksi Bank yang sama maupun Bank
lain. Seluruh pihak Independen anggota komite tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Pemegang
Saham Pengendali, anggota Dewan Komisaris, dan/atau anggota Direksi atau
hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan Bank yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Komite Audit Bank Mega Syariah secara umum telah melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemberian jasa audit atas informasi
keuangan historis tahunan oleh Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik.
2. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan
dan melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka
efektifitas pelaksanaan audit ekstern.
3. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris. (PBI No.11/33/PBI/2009 pasal 42.3 &
33
SEOJK No.10/SEOJK.03/2014 lampiran II 3.B.1)
4. Melakukan review.
Rapat Komite Audit
Komite Audit Bank Mega Syariah pada tahun 2017 telah melaksanakan rapat
sebanyak 5 (lima) kali yaitu sebanyak 3 (tiga) kali oleh pengurus lama dan sebanyak 2
(dua) kali oleh pengurus baru yang dihadiri oleh seluruh anggota Komite Audit. Hal
ini telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan
bahwa rapat Komite Audit dihadiri paling kurang 51% (lima puluh satu persen) dari
jumlah anggota termasuk Komisaris Independen dan Pihak Independen. Jumlah Rapat
5 (lima) kali dan hasil keputusan rapat Komite Audit telah dituangkan dalam risalah
rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Penerapan Fungsi Audit Intern
Fungsi Audit Intern di Bank Mega Syariah dilaksanakan dengan mengacu pada
ketentuan PBI No.1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan
Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
Struktur Audit Intern
Untuk mendukung terlaksananya kegiatan internal audit yang independen, Bank
Mega Syariah telah memiliki struktur organisasi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
yang bertindak secara independen terhadap satuan kerja operasional dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama sebagaimana tercantum pada struktur
organisasi Bank sesuai SK Direksi nomor KEP 004/DIR-BMS/17 tertanggal 31 Mei
2017 tentang Organisasi Kantor Pusat dan Distribusi Pemasaran Bank Mega Syariah.
Dalam melaksanakan tugasnya, SKAI menyampaikan laporan kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris, dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan. Kepala
SKAI diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan persetujuan Dewan
Komisaris.
Satuan Kerja Audit Intern Bank Mega Syariah dipimpin oleh lnternal Audit &
Control Division Head yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
34
persetujuan Dewan Komisaris dan telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Satuan Kerja Audit Intern bertugas dan bertanggung jawab untuk :
1. Membantu tugas Direktur Utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan
pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik perencanaan,
pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit.
2. Membuat analisis dan penilaian dibidang keuangan, akuntansi, operasional dan
kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak
langsung.
3. Mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumberdaya dan dana.
4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
5. Menyusun dan melaksanakan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT)
SKAI, termasuk tujuan / sasaran audit, program kerja audit, dan pengembangan
sumber daya manusia.
6. Melakukan kaji ulang terhadap realisasi RKAT SKAI serta efektivitas
pelaksanaannya dan melaporkannya kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris, dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan.
7. Menyusun serta melakukan pengkinian terhadap pedoman kerja audit, yang
sekurang-kurangnya mencakup standar baku prosedur pemeriksaan, kertas kerja,
pelaporan hasil pemeriksaan, dan pengarsipan dokumen pemeriksaan.
8. Menyusun serta melakukan pengkinian terhadap standar kinerja Auditor Intern
guna menjamin peningkatan mutu audit.
9. Mengevaluasi mutu kegiatan audit dengan melakukan Supervisi pekerjaan
Auditor Intern secara berkesinambungan dan sesuai SPFAIB, kualitas operasi
Internal Audit harus direview oleh Lembaga Audit Ekstern (KAP) yang memiliki
kompetensi, independensi dan tidak memiliki conflict of interest sekurang
kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.
10. Menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris, dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan serta Direktur terkait.
35
11. Menyiapkan laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit yang
ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama dan disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap semester.
12. Menyiapkan laporan atas setiap temuan audit yang diperkirakan dapat
mengganggu kelangsungan usaha Bank yang harus dilaporkan kepada Otoritas
Jasa Keuangan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama.
13. Melakukan monitoring tindak lanjut hasil audit untuk memastikan bahwa
tindakan korektif atas hasil temuan telah dilakukan oleh unit kerja yang diperiksa,
serta melakukan pengecekan lebih lanjut apabila terdapat kesulitan atau hambatan
yang menyebabkan tindak lanjut perbaikan tidak dapat dilakukan sebagaimana
mestinya.
14. Melakukan investigasi/penugasan khusus untuk suatu objek pemeriksaan, apabila
diperlukan.
15. Memberikan saran dan pandangan dari aspek pengendalian dalam hal
pengembangan/penyempurnaan dan peluncuran produk dan aktivitas baru untuk
memastikan bahwa semua risiko-risiko yang berhubungan dengan
produk/aktivitas baru tersebut, telah teridentifikasi dengan baik sejak tahap awal.
16. Melaksanakan pengkajian ulang serta penilaian terhadap sistem manajemen
risiko, pengendalian intern, dan tata kelola dalam semua aktivitas usaha dan
melaporkan setiap terjadinya ketidakefektifan, ketidakakuratan atau temuan
penting lainnya atas hasil kaji ulang tersebut kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris, dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan dan Direktur terkait
sehingga tindakan perbaikan dapat segera dilaksanakan.
17. Memberikan saran / rekomendasi kepada Manajemen mengenai kualitas dan
efektivitas penerapan manajemen risiko, pengendalian intern dan tata kelola yang
perlu diterapkan atau tindak perbaikan yang perlu dilakukan.
18. Mengkoordinasikan kegiatan Internal Audit dengan Eksternal Audit sehingga
dapat dicapai hasil audit yang komprehensif dan optimal.
19. Mewakili Bank (person incharge) apabila Bank sedang diperiksa oleh Otoritas
Jasa Keuangan/Bank Indonesia.
36
Satuan Kerja Audit Intern memiliki kewenangan sebagai berikut :
a. Melakukan akses yang tidak terbatas ke semua fungsi, catatan, kekayaan, dan
pegawai PT Bank Mega Syariah sesuai penugasan yang dilakukan.
b. Mendapatkan informasi lengkap mengenai pengembangan/penyempurnaan dan
peluncuran produk dan/atau aktivitas baru untuk memastikan bahwa semua risiko-
risiko yang berhubungan dengan produk dan/atau aktivitas baru tersebut telah
teridentifikasi dengan baik sejak tahap awal.
c. Melaporkan secara langsung kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris
dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan, atas setiap usaha yang
menghambat akses kepada sumber-sumber daya Bank ataupun campur tangan
terhadap setiap aktivitas audit intern.
d. Melaporkan secara langsung kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris
dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan, atas hasil audit dan
permasalahannya, baik yang telah terjadi maupun yang akan/dapat terjadi.
e. Mengalokasikan sumber daya secara ekonomis, effektif dan effisien dengan
mempertimbangkan frekuensi pemeriksaan yang optimal, memilih dan
menentukan objek pemeriksaan/ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan dasar
pemeriksaan berbasis risiko dan menerapkan metode/cara/teknik pemeriksaan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
f. Mendapatkan dukungan penuh dari pegawai dan/atau eks pegawai di unit-unit
kerja yang dilakukan audit dan jasa khusus lainnya di luar PT Bank Mega Syariah
apabila diperlukan.
g. Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap indikasi fraud di unit
kerja yang dilakukan audit, termasuk melakukan koordinasi tindakan investigasi
dengan unit kerja lain apabila diperlukan.
h. Menindaklanjuti laporan yang berasal dari sumber-sumber tertentu (whistle
blower) dan tidak memberikan asal sumber informasi tersebut diperoleh.
Untuk menjaga independensi atas hasil pemeriksaan, Auditor Intern yang
semula berasal dari unit kerja tertentu tidak dapat memiliki kewenangan melakukan
pemeriksaan di unit kerja tersebut sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sejak pindah
37
dari unit kerja tersebut.
Ruang lingkup kegiatan audit meliputi penilaian terhadap sistem manajemen
risiko, pengendalian intern dan tata kelola pada seluruh aktivitas/produk/jasa dalam
seluruh entitas usaha Bank Mega Syariah serta kualitas kinerja Manajemen dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tidak satupun aktivitas/ produk/jasa
maupun entitas Bank Mega Syariah, termasuk aktivitas cabang dan aktivitas
outsourcing, yang dapat dikecualikan dari ruang lingkup pemeriksaan audit. Ruang
lingkup pekerjaan dan kegiatan yang akan dan harus diaudit dapat merupakan
masukkan dari Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Mega Syariah selama periode tahun 2017
sebagai berikut :
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Mega Syariah telah menyusun Piagam Audit
Intern (Internal Audit Charter) dan telah disetujui oleh Direktur Utama dan Dewan
Komisaris sebagaimana tercantum pada Surat Keputusan Direksi Bank Mega Syariah
nomor KEP.027/DIRBMS/15 tertanggal 2 November 2015 tentang Internal Audit
Charter yang antara lain memuat misi, wewenang, tanggung jawab, kedudukan, dan
ruang lingkup SKAI, serta pernyataan bahwa auditor intern tidak boleh mempunyai
wewenang atau tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatankegiatan operasional
dari auditee.
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Mega Syariah juga telah menyusun
Panduan Audit Intern sebagai berikut :
1. Kebijakan Audit Intern sebagaimana tercantum pada SE.030/DIRBMS/17
tertanggal 12 April 2017.
2. Kebijakan Umum Audit Intern Teknologi Informasi sebagaimana tercantum pada
SE.035/DIRBMS/17 tertanggal 21 April 2017.
3. Kebijakan Umum Audit Intern Teknologi Informasi BI-RTGS sebagaimana
tercantum pada SE.071/DIRBMS/17 tertanggal 16 Agustus 2017.
4. Kebijakan Umum Audit Intern Teknologi Informasi SKNBI sebagaimana
tercantum pada SE.072/DIRBMS/17 tertanggal 16 Agustus 2017.
38
5. Pedoman Security Audit Teknologi Sistem Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
(APMK) yang tercantum pada SE.055/DIRBMS/17 tertanggal 22 Juni 2017.
6. Pedoman Risk Rating Cabang sebagaimana tercantum pada Skep
002/DIRBMS/16 tertanggal 26 Januari 2016.
Fungsi Audit Intern telah dilaksanakan dengan memperhatikan program audit
yang telah mencakup obyek atau unit kerja yang dalam pelaksanaannya
mempertimbangkan tingkat risiko pada masing-masing unit kerja serta telah
memenuhi prinsip-prinsip SPFAIB yang meliputi unsur independensi, obyektivitas,
tidak ada pembatasan dalam cakupan dan ruang lingkup audit intern serta
terpenuhinya jumlah dan kualitas auditor intern.
Sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran SKAI tahun 2017 yang telah
mendapat persetujuan dari Direktur Utama dan telah disampaikan kepada Dewan
Komisaris, telah dilaksanakan kegiatan audit sebanyak 146 (seratus empat puluh
enam) obyek audit atau mencapai 103% dari rencana audit. Berdasarkan hasil
penilaian yang dilakukan selama tahun 2017, internal audit berpendapat bahwa secara
umum aspek pengendalian internal, manajemen risiko, dan tata kelola perusahaan
telah memadai dan berjalan dengan efektif.
Kegiatan monitoring terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan internal audit
dimaksudkan untuk mengetahui dan meyakini bahwa tindak lanjut atas hasil audit baik
oleh auditee maupun pihak terkait lainnya telah dilakukan sesuai dengan batas waktu
yang telah disepakati pada saat exit meeting antara auditor dengan auditee. Divisi
Internal Audit & Control melakukan reminder terhadap temuan audit yang akan jatuh
tempo 1 (satu) bulan sebelumnya. Berdasarkan hasil monitoring tindak lanjut posisi 31
Desember 2017, dari total sebanyak 268 (dua ratus enam puluh delapan) temuan, telah
ditindaklanjuti sebanyak 243 (dua ratus empat puluh tiga) temuan atau mencapai 91%,
dan sisanya masih dalam proses tindak lanjut oleh auditee.
Terkait dengan penerapan fungsi Audit Intern sebagaimana tersebut di atas,
Bank Mega Syariah telah menyampaikan laporan kegiatan pelaksanaan fungsi Audit
Intern Bank kepada Direksi untuk disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) secara tahunan.
39
5. Maybank Syariah
Dalam upaya menjaga trust nasabah, PT. Maybank Syariah dalam laporan GCG tahun
2018 membentuk Komite Audit dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan;
dan
2) Melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka efektivitas
pelaksanaan audit ekstern.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya Komite Audit paling kurang melakukan
evaluasi terhadap:
1) pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern (SKAI);
2) kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan standar
audit yang berlaku;
3) kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku;
4) pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit dan/atau
rekomendasi dari hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, auditor intern,
Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor ekstern, guna memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
Komite Audit juga memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris. Selama periode tahun 2018
Komite Audit telah melakukan 6 (enam) kali rapat.
Penerapan Fungsi Audit Intern
Pelaksanaan fungsi audit intern pada Bank dilakukan oleh Satuan Kerja Audit
Intern (“SKAI”) atau Internal Audit Department (“IAD”). Ruang lingkup pemeriksaan
mencakup seluruh aspek dan kegiatan Bank yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaannya. Audit intern dilaksanakan
secara independen untuk menilai efektivitas dan struktur pengendalian intern, kualitas
pelaksana dari manajemen risiko, sistem pengendalian internal, kepatuhan terhadap
40
peraturan dan proses tata kelola. Fungsi audit intern dilaksanakan dengan
menggunakan metode risk-based audit.
Untuk melaksanakan fungsinya SKAI berpedoman pada Piagam Audit Intern
(Internal Audit Charter) dan pedoman audit internal. SKAI menyusun Rencana Audit
Internal setiap tahun. Rencana Audit Internal tersebut dievaluasi dan disetujui oleh
Komite Audit (Audit Committee of the Board/”ACB”) untuk memastikan kedalaman
rencana dan ruang lingkup pemeriksaan.
Pelaksanaan audit internal oleh SKAI dilakukan berdasarkan pada:
Ketentuan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang
dituangkan dalam Pedoman Audit Internal yang ada.
Rencana kerja dan strategi bisnis Bank tahun 2018.
Rencana Kerja SKAI tahun 2018.
Perubahan dan dinamika bisnis seperti adanya bisnis/transaksi/produk baru,
penugasan khusus dari manajemen dan kejadian-kejadian luar biasa yang
membutuhkan penelusuran lebih lanjut.
Selama periode tahun 2018, SKAI telah melaksanakan/merealisasikan
sepenuhnya Rencana Audit Internal 2018 (100%). SKAI memantau, menganalisis dan
melaporkan perkembangan tindak lanjut perbaikan yang dilakukan oleh auditee secara
bulanan. Sampai dengan posisi Desember 2018, jumlah temuan yang telah
diperbaiki/diselesaikan adalah sebanyak 229 temuan dari total 236 temuan audit
(97%), yang terdiri dari hasil pemeriksaan Otoritas Jasa Keuangan, Audit Internal,
Audit Eksternal, dan Grup/Bank Induk.
6. Bank BNI Syariah
Sebagai salah satu bank syariah terbesar, Bank BNI Syariah sangat menekankan
kesungguhan menjaga nasabahnya (Laporan GCG Tahun 2018). Upaya untuk
mencegah terjadinya fraud dilakukan dengan membentuk komite audit. Dasar
pembentukan Komite Audit dengan berpedoman antara lain pada Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan SE
15/15/DPNP tanggal 29 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
41
Piagam Komite Audit
Dewan Komisaris BNI Syariah telah menyusun Piagam Komite Audit yang
mengatur fungsi, tugas dan tanggung jawab Komite Audit sesuai kebutuhan BNI
Syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta sebagai panduan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara transparan, kompeten, objektif
dan independen sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh semua
pihak yang berkepentingan. Piagam Komite Audit dievaluasi secara berkala dan
apabila diperlukan dilakukan amandemen untuk memastikan kepatuhan BNI Syariah
terhadap ketentuan OJK dan peraturan terkait lainnya. Revisi terakhir Piagam Komite
Audit dilakukan pada tahun 2014 dan telah ditetapkan dengan keputusan Dewan
Komisaris nomor KEP/01/DK/2014 tanggal 10 September 2014.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Sesuai dengan Piagam Komite Audit, tugas dan tanggung jawab Komite Audit
adalah sebagai berikut :
1. Komite Audit memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit
serta memantau tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan
pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.
2. Komite Audit melakukan review terhadap pelaksanaan tugas Unit kerja pengelola
audit internal (Satuan Pengawas Internal), kesesuaian pelaksanaan audit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan standar audit yang berlaku, kesesuaian
laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku, dan pelaksanaan tindak
lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Unit kerja pengelola audit internal, Akuntan
Publik, auditor eksternal, hasil pengawasan OJK dan/atau hasil pengawasan
Dewan Pengawas Syariah.
3. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan KAP
sebagai usulan Dewan Komisaris di RUPS Tahunan.
4. Melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka efektivitas
pelaksanaan audit ekstern
5. Meminta Direksi untuk menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan Unit kerja
pengelola audit internal.
42
6. Menyetujui Internal Audit Charter, menanggapi rencana Audit Internal dan
masalah yang ditemukan oleh Auditor Internal serta menentukan pemeriksaan
khusus oleh Unit kerja pengelola audit internal, apabila terdapat dugaan terjadinya
kecurangan, penyimpangan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
7. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal auditee tidak
menindaklanjuti laporan Unit kerja pengelola audit internal.
8. Memastikan bahwa laporan yang disampaikan kepada OJK serta instansi lain
telah dilakukan dengan benar dan tepat waktu dan memastikan bahwa Bank
mematuhi semua ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
9. Memastikan bahwa manajemen menjamin baik Auditor Ekstern maupun Intern
dapat bekerja sesuai dengan Standar Auditing yang berlaku.
10. Memastikan independensi dan obyektifitas akuntan publik.
11. Memastikan kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk
memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan.
12. Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai dengan
prinsip pengelolaan Bank secara sehat.
13. Menilai efektifitas pelaksanaan fungsi Unit kerja pengelola audit internal.
14. Menaati peraturan-peraturan yang tercantum dalam Standars Pelaksanaan Fungsi
Audit Intern Bank (SPFAIB) ataupun perundang-undangan terkait lainnya.
15. Mengevaluasi masalah pajak dan hukum yang membutuhkan penanganan khusus.
16. Menelaah laporan pelaksanaan Good Corporate Governance Bank.
Struktur Keanggotaan Komite Audit
Komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya
merupakan Komite Independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite
Audit, dan lainnya adalah seorang yang ahli dalam akuntansi keuangan dan seorang
lainnya ahli dalam perbankan syariah.
Anggota Komite Audit dapat diberhentikan apabila yang bersangkutan berakhir
masa jabatan keanggotaannya dan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris, serta
diberhentikan karena tidak memenuhi kinerja yang telah ditetapkan dan/atau tidak
kompeten dalam menjalankan tugasnya.
43
Independensi Komite Audit
Seluruh anggota komite audit telah memenuhi semua kriteria independensi dan
mampu menjalankan tugasnya secara independen, menjunjung tinggi kepentingan
Perusahaan dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun.
Rapat Komite Audit
Selama tahun 2018, Komite Audit telah mengadakan rapat sebanyak 15 kali.
Rekomendasi Komite Audit Kepada Dewan Komisaris
Salah satu tugas Komite Audit adalah memberikan rekomendasi kepada Dewan
komisaris terkait dengan kontrol terhadap organisasi internal Bank. Sepanjang tahun
2018, rekomendasi yang diberikan Komite Audit.
Pengembangan Kompetensi Komite Audit
Untuk menunjang pelaksanaan tugasnya, anggota Komite Audit mengikuti
Program Pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi anggota Komite Audit
yang dilaksanakan baik secara formal maupun secara informal. Pada tahun 2018,
anggota Komite Audit telah menghadiri dan berpartisipasi dalam berbagai pelatihan,
workshop, konferensi, dan seminar.
Penilaian Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Komite Audit
Dewan Komisaris menilai Komite Audit telah menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya pada tahun 2018 dengan baik. Kriteria yang menjadi penilaian Dewan
Komisaris :
1. Tingkat kehadiran anggota Komite Audit dalam rapat cukup baik.
2. Komite Audit telah menyampaikan laporan kerja secara tepat waktu.
3. Komite Audit telah menyampaikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris terkait
hasil pemantauan dan review terkait beberapa aspek operasional Perseroan.
4. Komite Audit menyusun dan menyampaikan Program Kerja Komite Audit 2018.
44
Internal Audit
Internal Audit adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan
obyektif untuk memberikan nilai tambah dan perbaikan terhadap kegiatan
organisasi/perusahaan dengan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
melakukan evaluasi dan memperbaiki efektivitas risk management, control,
governance processes dan ketaatan terhadap ketentuan Syariah.
Internal Audit berperan dalam mengevaluasi kecukupan dan efektivitas
pengendalian intern yang dilakukan oleh manajemen. Konsep dasar pengendalian
intern adalah:
1. Merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen
secara keseluruhan, sehingga manajemen memikul tanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan pengendalian intern.
2. Merupakan bagian yang terintegrasi dalam sistem dan prosedur setiap kegiatan di
unit kerja,sehingga setiap terjadi penyimpangan dapat diketahui secara dini dan
dapat dilakukan langkah perbaikan oleh unit kerja ybs.
3. Merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus.
4. Pengendalian intern hanya dapat diharapkan memberikan reasonable assurance
bukan absolute assurance, sehingga apabila pengendalian intern telah berjalan
baik bukan berarti kemungkinan terjadi penyimpangan menjadi nihil.
5. Efektivitas pengendalian intern sangat tergantung pada orang yang melaksanakan.
Internal Audit Division (IAD) berupaya untuk dapat lebih banyak memberikan
rekomendasi pada issue-issue yang lebih spesifik dan strategis, dengan cara
mengalokasikan sumber daya untuk pelaksanaan audit sbb :
1. Audit Tematik, yang mengakomodasi masukan dan kebutuhan manajemen.
2. Audit Pendalaman Laporan Wistleblowing System (WBS)
3. Audit Pendalaman
Selain melaksanakan pendekatan audit tersebut, Internal Audit Division juga
melaksanakan audit yang bersifat rutin, yaitu audit umum kantor Cabang, Kantor
Pusat, audit IT, serta audit SKNBI RTGS dan APU PPT yang bersifat mandatory
dalam rangka memenuhi ketentuan regulator.
45
Struktur Organisasi dan Kedudukan Internal Audit
Fungsi Audit Internal dijalankan oleh Internal Audit Division (IAD), sebuah unit
setingkat divisi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan
memiliki jalur komunikasi langsung dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit.
Untuk mendukung peran IAD agar dapat memberikan data/informasi yang independen
untuk menilai dan mengevaluasi berbagai kegiatan bisnis dan operasional serta
mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan secara cepat, IAD juga
membawahi Internal Controller yang ditugaskan di Divisi dan kantor Cabang.
Berdasarkan Ketetapan Organisasi No.ORG/09/VII/2018 tanggal 09 Juli 2018,
struktur dan kedudukan Internal Audit Division PT Bank BNI Syariah sebagai berikut:
Gambar 6 Struktur Internal Audit Division PT Bank BNI
46
Pengangkatan dan Pemberhentian Internal Audit Division Head
IAD dipimpin oleh seorang Division Head, yang diangkat dan diberhentikan
oleh Direktur Utama atas persetujuan Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada
Otoritas Jasa Keuangan. Pegawai IAD bertanggung jawab kepada IAD Head sesuai
dengan struktur organisasi IAD. IAD memiliki garis komunikasi langsung dengan
Dewan Komisaris melalui Komite Audit sehingga dapat berkomunikasi langsung
dengan Komite Audit untuk melakukan konsultasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan audit.
Internal Audit Charter
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, IAD berpedoman pada
Internal AuditCharter yang disetujui oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris No.
KP/207/DIR tanggal 10 Agustus 2010 dan diperbaharui dalam Surat Keputusan
Direksi No. KP/002/DIR/R Tanggal 2 Juni 2014 dan No. KP/021/DIR/R tanggal 23
Maret 2018. Internal Audit Charter dibuat sebagai pedoman mengenai tujuan,
wewenang, tanggung jawab dan ruang lingkup pekerjaan IAD. Internal Audit Charter
terdiri dari Visi dan Misi IAD, Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan IAD, Struktur
dan Kedudukan IAD, Tugas dan Tanggung Jawab IAD, Wewenang IAD, Kode Etik
Internal Audit, Pelaporan dan Dokumentasi, Perlindungan Hukum, Larangan, dan
Sanksi.
Komposisi Personil IAD dan Kualifikasi Internal Auditor di Tahun 2018
Internal Audit Division didukung oleh 119 pegawai yang tersebar di Kantor
Pusat dan di 68 Cabang. Hingga akhir tahun 2018, IAD dipimpin oleh Sdr. Dade
Dermawan sebagai Pemimpin Divisi.
Partisipasi dalam Perhimpunan Profesi Audit Intern
Dalam rangka memperluas wawasan dan kompetensi profesional auditor intern,
IAD telah berpartisipasi mengikutsertakan auditor dalam perhimpunan profesi Audit
Intern yaitu Ikatan Auditor Intern Bank (IAIB). Salah satu bentuk keaktifan IAD
dalam perhimpunan profesi Audit Intern adalah ditunjuknya satu pegawai IAD
47
sebagai Dewan Pengurus IAIB Periode 2017 – 2020 sebagai anggota Bidang
Pengembangan Syariah.
Branch Internal Controller dan Head Office Internal Controller
Branch Internal Controller dan Head Office Internal Controller memiliki fungsi
untuk melakukan pemeriksaan harian sesuai prosedur yang berlaku atas kesesuaian
pelaksanaan proses bisnis dan operasional di kantor cabang dan kantor pusat. Hasil
pemeriksaan Internal Controller selanjutnya menjadi salah satu acuan bagi
pelaksanaan audit dan perbaikan oleh unit terkait baik bisnis maupun operasional.
Selain itu Internal Controller juga dilibatkan dalam proses investigasi kejadian fraud
dan tindak lanjut penyelesaian temuan audit.
Independensi dan Objektivitas
IAD dan masing-masing anggotanya memiliki independensi dan objektivitas
dalam melakukan audit dan konsultasi dengan mengungkapkan pandangan atau
pemikirannya sesuai profesi dan standar audit yang berlaku. Independensi dan
objektivitas IAD dan masing-masing anggotanya telah diatur dalam Piagam Internal
Audit yang ditandatangani oleh Dewan Komisaris dan Direktur Utama serta
disosialisasikan ke segenap unit di BNI Syariah.
Ruang Lingkup, Tugas dan Tanggung Jawab Internal Audit
Kegiatan yang dilakukan Internal Audit Division bertujuan untuk memberikan
rekomendasi perbaikan terhadap kecukupan dan efektivitas internal control dan
governance process serta kualitas dan efektivitas risk management Bank BNI Syariah.
Ruang lingkup kegiatan Internal Audit Division mencakup pelaksanaan assurance dan
konsultasi terhadap seluruh aktivitas perbankan dan semua tingkatan manajemen dan
operasional BNI Syariah.
Tugas Pokok IAD :
1. Melakukan audit sesuai dengan Rencana Audit Tahunan yang telah direview oleh
Dewan Komisaris dan disetujui oleh Direktur Utama atas aktivitas/unit/sumber
48
daya BNI Syariah, termasuk perusahaan/organisasi lain yang terafiliasi secara
langsung/tidak langsung dengan BNI Syariah berdasarkan persetujuan/permintaan
pihak perusahaan/organisasi yang memiliki kewenangan sesuai dengan undang-
undang atau aturan yang berlaku dan disetujui oleh Direktur Utama.
2. Melaksanakan audit sesuai permintaan Direksi, Komisaris atau sebagai tindak
lanjut hasil audit umum terhadap suatu obyek atau peristiwa yang diduga
mengandung indikasi terjadinya fraud.
Memberikan jasa konsultasi kepada pihak intern BNI Syariah untuk memberikan nilai
tambah dan perbaikan terhadap kualitas pengendalian, pengelolaan, risiko dan tata
kelola perusahaan sepanjang tidak mempengaruhi indepedensi dan objektivitas IAD
serta tersedia sumber daya yang memadai.
Berdasarkan Piagam Audit IAD, tugas dan tanggung jawab IAD antara lain
mencakup:
1. Menyusun Rencana Audit dan Konsultasi periodik.
2. Melaksanakan kegiatan audit dan konsultasi sesuai dengan Rencana Audit dan
Konsultasi.
3. Melaporkan realisasi Rencana Audit dan Konsultasi Tahunan setiap semester
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada Direktur
yang membawahi Kepatuhan.
4. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada Direktur yang
membawahi Kepatuhan.
5. Menyampaikan laporan hasil audit yang terkait dengan pemenuhan Prinsip
Syariah kepada Dewan Pengawas Syariah.
6. Memberikan jasa konsultasi kepada pihak intern BNI Syariah untuk memberikan
nilai tambah dan perbaikan terhadap internal kontrol, governance process dan risk
management.
7. Melakukan audit investigasi dan/atau audit forensic apabila diperlukan atau jika
terjadi dugaan kecurangan dan penyalahgunaan wewenang.
49
8. Melaksanakan pemantauan tindak lanjut audit dan melaporkan kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris setiap triwulan.
9. Melaporkan segera setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu
kelangsungan usaha bank kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
10. Menyiapkan Laporan Pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit dan
menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan melalui Direksi.
11. Mengajukan Anggaran Tahunan untuk tahun yang berikutnya dan melaporkan
realisasinya kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris setiap semester dengan
tembusan kepada Direktur yang membawahi Kepatuhan.
12. Menyusun kebijakan dan prosedur tertulis sebagai pedoman bagi pegawai IAD
dalam melaksanakan tugasnya.
13. Menyusun program untuk mengevaluasi dan menjamin mutu kegiatan audit yang
dilakukan.
14. Melaksanakan pendidikan secara berkelanjutan bagi segenap pegawai IAD sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pegawai IAD.
15. Bekerja sama dengan Komite Audit dalam melaksanakan fungsi audit internal dan
pelaksanaan audit eksternal.
Rencana Kerja dan Realisasi Audit Internal
IAD melaksanakan audit terhadap ruang lingkup yang tercantum dalam Rencana
Audit Tahunan yang telah disetujui oleh Direktur Utama dan Dewan komisaris, yang
meliputi :
1. Audit Umum Kantor Cabang
2. Audit Umum Kantor Pusat
3. Audit Pendalaman
4. Audit Pendalaman Whistleblowing System
5. Audit Tematik
6. Audit IT
Penetapan rencana audit berdasarkan pada :
1. Ketersediaan hari audit (mandays) berdasarkan formasi auditor IAD.
50
2. Faktor-faktor lain
3. Rencana pelaksanaan Audit Pendalaman, Audit Pendalaman WBS, Audit
Tematik, dan Audit IT ditetapkan berdasarkan pelaksanaan audit tahun-tahun
sebelumnya.
Hasil Audit Tahun 2018
Selama 2018, Internal Audit BNI Syariah mempunyai rencana kerja dan
realisasi hasil audit secara rata-rata sebesar 97,4%.
Transformasi Pendekatan Audit di Tahun 2018
1. Implementasi Offsite Audit
2. Impementasi Rating Audit Kantor Cabang. Internal Audit Division menerapkan
metode rating terhadap hasil audit Kantor cabang, sehingga memudahkan
manajemen mengukur tingkat risiko terhadap hasil audit di semua kantor cabang.
3. Risk Assesment yang Berbasis Risiko
Konsistensi Menjaga Kualitas
Untuk senantiasa menjaga kualitas pemeriksaan auditor dan internal controller,
IAD secara berkala melakukan review atas metodologi dan prosedur kerja, serta hasil
kerja auditor dan internal controller. Review senantiasa dilakukan untuk
mengimbangi perkembangan kebutuhan teknis pemeriksaan dengan menerapkan
konsep best practice dalam pemeriksaan.
Sementara control atas pemantauan hasil kerja auditor dan internal controller
dilakukan melalui lembar evaluasi kinerja auditor dan internal controller yang diisi
oleh auditee. Selain itu, setiap ketua tim juga bertugas untuk mengisi lembar review
atas anggotanya setelah penugasan selesai.
Untuk memastikan bahwa hasil audit IAD telah ditindaklanjuti sesuai dengan
rekomendasi auditor, IAD melakukan pemantauan melalui aplikasi Enterprise Audit
Syariah (EASY) agar hasil audit tidak terabaikan dan menjadi issue sesaat, melainkan
menjadi salah satu konsentrasi auditee dalam mempertahankan performance tanpa
mengabaikan kualitas, sekaligus sarana bagi auditor untuk memantau tindak lanjut
hasil temuan Divisi/Cabang.
51
7. Bank BRI Syariah
PT. Bank BRI Syariah, sebagai bank syariah terbesar juga komit terhadap mutu
pelayanan dan transparan. Salah satunya dengan membentuk Komite Audit. Dalam
Laporan GCG tahun 2018, Komite Audit secara umum telah melaksanakan tugasnya
sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu membantu Dewan Komisaris dalam
melaksanakan fungsi pengawasan, yang meliputi :
1. Memberikan pendapat dan rekomendasi bila diperlukan kepada Dewan Komisaris
terhadap Kebijakan Pengendalian Internal dan Audit Bank serta pelaksanaannya
2. Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan yang
berkaitan dengan pengendalian intern, termasuk kecukupan proses pelaporan
keuangan.
3. Laporan Keuangan.
4. Pengaduan.
5. Menyiapkan laporan semesteran Dewan Komisaris tentang pengawasan rencana
bisnis Bank kepada OJK. Laporan dimaksud sudah disiapkan paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum batas waktu penyampaian ke OJK berakhir.
6. Mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas terhadap seluruh data dan
informasi berupa catatan, karyawan, dana, asset serta sumber daya lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.
7. Dalam melaksanakan kewenangan tersebut diatas, Komite Audit berkoordinasi
dengan Satuan Kerja Audit Intern Bank (SKAI), Unit kerja Manajemen Risiko,
Unit Kerja Compliance serta Audit Eksternal bila diperlukan.
Pemeriksaan Khusus. Jika diperlukan atas dasar penugasan Dewan Komisaris, Komite
Audit dapat melakukan pendalaman informasi dengan meminta pelaksanaan audit
khusus tersebut dilakukan oleh Audit Internal, Eksternal Auditor, konsultan atau pihak
lain yang ditunjuk.
Fungsi Audit Intern
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern di BRIs untuk mendukung terlaksananya tata
kelola perusahaan yang baik antara lain meliputi :
52
1. Melakukan pemeriksaan baik langsung maupun tidak langsung secara rutin pada
setiap unit kerja, serta memberikan rekomendasi bila terjadi penyimpangan
terhadap peraturan yang berlaku dan atau kelemahan-kelemahan yang memiliki
potensi risiko, (lampiran 6)
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Direktur utama, Komite Audit, Direktur
Kepatuhan dan unit kerja terkait, serta secara berkala (setiap semester) dan
menyampaikan pokok-pokok hasil audit kepada Otoritas Jasa Keuangan;
3. Melakukan monitoring terhadap tindak lanjut temuan audit sesuai dengan arahan
Direksi dan atau Komite Audit.
4. Menyusun pedoman audit dan program atau rencana kerja tahunan sehingga
pelaksanaan audit dapat berjalan efektif dan efisien serta tepat sasaran;
5. Memiliki tenaga-tenagan yang professional dan berpengalaman dibidang
perbankan Syariah, Teknologi, Sumber Daya Manusia, Treasury, dan Akuntansi
sesuai dengan perkembangan bisnis dan organisasi.
6. Meningkatkan kualitas aparat Audit intern secara berkelanjutan melalui pelatihan-
pelatihan yang bersertifikasi maupun non-sertifikasi.
7. Melakukan pelaporan kepada DPS terkait pelanggaran prinsip syariah.
8. Sebagai unit Anti Fraud yang melakukan investigasi atas fraud yang terjadi.
8. Bank Syariah Mandiri
Dalam rangka menjaga nilai untuk nasabahnya, PT. Bank Syariah Mandiri tahun
2018 membentuk Komite Audit. Melalui Peraturan Bank Indonesia
No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, antara lain telah pula
mengatur kegiatan Komite Audit. Ketentuan-ketentuan tersebut telah dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Komite Audit untuk mendukung efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
Pembentukan Komite Audit di PT Bank Syariah Mandiri dilengkapi dengan
pengesahan Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter) PT Bank Syariah
Mandiri pada tanggal 20 Mei 2005 yang menjadi pedoman utama dan acuan
pelaksanaan kerja bagi para anggota Komite Audit, yang mana telah diperbaharui pada
53
tanggal 08 Februari 2011, dan terakhir diperbaharui tanggal 4 Desember 2014 dan
ditetapkan dalam SKB Dewan Komisaris dan Direksi No.17/001-SKB/KOM.DIR
tanggal 09 Maret 2015 mengenai Penetapan Revisi Pedoman dan Tata Tertib Komite
Audit dan Komite Pemantau Risiko PT Bank Syariah Mandiri.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan
Komisaris PT Bank Syariah Mandiri No. 18/002-SKB/KOM.DIR tanggal 1 November
2016 telah ditetapkan Revisi Pedoman dan Tata Tertib (Charter) Komite Audit,
sebagai acuan Komite Audit dalam melaksanakan tugasnya membantu Dewan
Komisaris melakukan pengawasan Bank, terutama dalam menjalankan tugas dan
fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, sistem
pengendalian intern (Internal Control System), efektivitas pemeriksaan oleh intern dan
ekstern auditor, efektifitas pelaksanaan manajemen risiko (bersama-sama dengan
Komite Pemantau Risiko), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.
Dewan Komisaris membentuk Komite Audit agar dapat membantu dan
memfasilitasi Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan atas
hal-hal yang berterkaitan dengan informasi keuangan, sistem pengendalian intern
efektifitas atas pemeriksaan auditor eksternal dan internal, efektifitas pemeriksaan
oleh auditor eksternal dan internal, efektifitas pelaksanaan manajemen risiko sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai salah satu pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Komite Audit,
dengan ini disampaikan Laporan Komite Audit PT Bank Syariah Mandiri selama
periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018.
Independensi Anggota Komite Audit
Untuk menjaga dan meningkatkan independensi pelaksanaan tugas dan pemberi
pendapat, rekomendasi maupun saran kepada Dewan Komisaris. Seluruh anggota
Komite Audit yang berasal dari pihak independen tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan
Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan
Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuan bertindak independen.
54
Untuk menjamin kualitas pelaksanaan tugas dan pemberian saran, seluruh
anggota Komite Audit memiliki latar belakang keuangan dan/atau akuntansi. Dengan
demikian seluruh persyaratan independensi anggota Komite Audit yang sesuai dengan
peraturan dan kaidah praktik terbaik GCG telah dipenuhi
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Komite Audit sebagaimana
diatur dalam Charter Komite Audit dimaksud, selama Tahun 2018 Komite Audit telah
secara proaktif menyelenggarakan rapat-rapat Komite Audit dengan berbagai tema
pembahasan terkait kegiatan bisnis dan/atau operasional Bank maupun melakukan
kajian on site/observasi ke lapangan untuk melihat langsung kegiatan bisnis dan/atau
operasional di Cabang-Cabang, serta menghadiri Rapat Dewan Komisaris & Direksi
& DPS (Rakomdir/Ragab), Rapat Komite Pemantau Risiko dan Rapat Komite
Remunerasi & Nominasi.
Sesuai Charter Komite Audit yang disusun dengan mengacu pada PBI No.
11/33/PBI/2009, Komite Audit mempunyai tugas dan tanggung jawab, sebagai
berikut:
1) Melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dan ekstern
dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern (internal control system)
termasuk kecukupan dalam proses pembuatan laporan keuangan. Dalam rangka
melaksanakan tugas tersebut, Komite juga melakukan evaluasi.
2) Melakukan pemantauan dan evaluasi atas efektivitas pelaksanaan audit oleh
fungsi/unit audit intern terhadap penerapan sistem pengendalian intern pada setiap
jenjang, unit kerja, produk, aktivitas dan/atau transaksi sesuai best practices
dan/atau ketentuan yang berlaku.
3) Mempelajari dan memastikan bahwa proses pemilihan Kantor Akuntan Publik
telah dilaksanakan sesuai prosedur dan/atau ketentuan yang berlaku.
4) Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.
5) Melakukan koordinasi dengan pihak intern Bank dan ekstern, termasuk Kantor
Akuntan Publik dalam rangka mengevaluasi efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
55
6) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Dewan Komisaris atas pengaduan
yang berkaitan dengan perusahaan.
7) Menelaah laporan pelaksanaan Good Corporate Governance Bank.
Laporan Kerja Komite Audit
Selama Tahun 2018, Komite Audit telah melakukan tugas sesuai ketentuan yang
berlaku, mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Tingkat Kehadiran Rapat Komite Audit
2) Rapat Dengan Dewan Komisaris dan RakomDir, Rapat Komite Pemantau Risiko
3) Rapat Komite Remunerasi.
4) Pengembangan Kompetensi Komite Audit.
Pelaksanaan Audit Intern
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) merupakan bagian dari struktur pengendalian
internal dan merupakan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan audit dan
pelaporan hasil audit mengenai terselenggaranya struktur pengendalian dalam setiap
tindakan manajemen Bank. Fungsi Internal Audit di dalam organisasi berada pada
level Direktorat dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
SKAI merupakan mitra bisnis seluruh unit kerja yang berfungsi memberikan
consulting yang independen dan obyektif dalam memberikan rekomendasi yang
bernilai tambah dan memperbaiki operasional organisasi. SKAI membantu organisasi
dalam mencapai tujuannya dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian intern dan proses tata kelola.
SKAI telah menetapkan kerja dan ruang lingkup tugas antara lain sebagai
berikut:
1. Mengevaluasi efektifitas Sistem Pengendalian Intern secara berkesinambungan
berkaitan dengan pelaksanakan operasional bank
2. Berperan aktif dalam meningkatkan efektifitas penerapaan Sistem Pengendalian
Intern sesuai sasaran yang telah ditetapkan bank
3. Melaksanakan audit berbasis risiko (risk based audit) secara independen dan
objektif.
56
Ruang lingkup pelaksanaan audit mencakup semua area operasional untuk
menentukan kecukupan kualitas internal control, penerapan risk management, dan
governance process.
Dalam melaksanakan tersebut Internal Audit membuat analisa dan memberikan
rekomendasi melalui pemberian jasa assurance dan consulting. Sebagai strategic
partner, Internal Audit Group (IAG) berupaya untuk dapat memberikan “adding value
and improving organization’s operations”, yang tidak hanya membantu management
untuk menilai efisiensi dan keefektifan pelaksanaan pengendalian internal perusahaan,
namun juga ikut berperan mengawal pencapaian target-target Bank yang sudah
dituangkan dalam inisiatif strategis lima tahun ke depan.
Struktur Organisasi dan Kedudukan Internal Audit
Internal Audit merupakan bagian dari struktur pengendalian internal serta
memiliki tugas untuk mengevaluasi dan berperan aktif dalam peningkatan efektivitas
Sistem Pengendalian Intern secara berkesinambungan berkaitan dengan pelaksanaan
operasional Bank yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam pencapaian sasaran
yang telah ditetapkan oleh manajemen bank.
Internal Audit membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada Direktur yang
membawahi Kepatuhan. IAG telah secara konsisten bertindak obyektif
mengemukakan temuan berdasarkan bukti-bukti atau fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan karena kedudukan IAG yang independen dari Unit Kerja
Operasional maupun dari Unit Kerja second line of defense. Internal Audit dipimpin
oleh seorang Group Head dan sesuai POJK No.1/POJK.03/2019 tanggal 28 Januari
2019 tentang fungsi Audit Intern pada Bank Umum, organisasi Satuan Kerja Audit
Intern berada pada level Direktorat dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Utama dan dapat berkomunikasi dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit,.
Group Head IAG diangkat dan diberhentikan langsung oleh Direktur Utama atas
persetujuan Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit dan selanjutnya dilaporkan
kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun Struktur organisasi Internal Audit
sebagai berikut:
57
Gambar 7 Struktur Internal Audit Division PT Bank Syariah Mandiri
Pelaksanaan Kegiatan Unit Internal Audit
Pelaksanaan audit menggunakan pendekatan Risk Based Audit (RBA), didasari
dengan pemilihan top risk untuk audit rutin maupun audit tematik. Seluruh
perencanaan audit diarahkan untuk dapat mengawal tercapainya Program Kerja dan
Prioritas Utama Bank tahun 2018. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, audit
terhadap unit kerja tahun 2018 difokuskan pada 4 (empat) area utama yang sejalan
dengan strategi bisnis bank, yaitu: Evaluasi Produk, Review Fungsi Pendukung Bisnis,
Evaluasi Branching Strategy dan Audit Operasional atas Business Unit. Pelaksanaan
audit secara lengkap sebagai berikut:
a. Audit Rutin
b. Audit Tematik
c. Audit Khusus
58
Dilakukan terhadap isu-isu tertentu yang signifikan maupun tindakan
penyelewengan atau penyimpangan yang menimbulkan kerugian terealisasi dengan
indikasi kecurangan (fraudulence) dan atau hal-hal yang terkait dengan pelanggaran
terhadap Code of Conduct, Peraturan Perusahaan, atau Prinsip Good Corporate
Governance (GCG).
Hasil Audit atas pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern telah dipergunakan
sebagai salah satu bahan evaluasi perbaikan dari sisi kebijakan, infrastruktur, maupun
pengelolaan Sumber Daya Manusia. Pemantauan terhadap tindak lanjut perbaikan atas
hasil audit dimonitor secara ketat, untuk meyakini bahwa seluruh permasalahan telah
diselesaikan dan risiko telah dikendalikan. Pada tahun 2018 seluruh temuan hasil audit
yang jatuh tempo sd Desember 2018, telah ditindaklanjuti 100%.
Bank telah memiliki ketentuan pengendalian intern yang diatur dalam:
1. Kebijakan Pengendalian Internal Audit BSM, No.KBP/02-2016, tanggal berlaku
31 Maret 2016.
2. Kebijakan Sistem Pengendalian Internal BSM, No.KBP/02-2018, tanggal berlaku
05 April 2018.
3. Kebijakan Anti Fraud BSM, 14/002/UMM, tanggal 22 Mei 2012, tanggal berlaku
22 Mei 2012.
4. Standar Prosedur Pengendalian Internal Audit, No.SPP/07-2016, tanggal berlaku
30 November 2017.
5. Petunjuk Teknis Pengendalian Audit Management System (AMS) tahun 2017.
6. Petunjuk Teknis Operasional DMTL Online (DONE) tahun 2017.
7. Petunjuk Teknis Operasional Continuous Monitoring tahun 2018.
8. Petunjuk Teknis Pengendalian Audit Investigasi tahun 2018.
9. Petunjuk Teknis Pengendalian Quality Assurance and Improvement Program
(QAIP) tahun 2018.
Ketentuan-ketentuan tersebut bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman mengenai Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada
lingkungan Bank.
59
2. Membangun persepsi yang sama dalam menerapkan Sistem Pengendalian Intern.
3. Memberikan acuan bagi unit kerja yang melaksanakan fungsi pengawasan serta
pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai Sistem Pengendalian Intern.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab dan berkepentingan terhadap
terselenggaranya Sistem Pengendalian Intern, sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
2. Direksi
3. Komite Audit
4. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
5. Pejabat dan Pegawai Bank
6. Pihak-pihak Ekstern
Sumber Daya Manusia dan Kegiatan Pengembangan
Kebutuhan sumber daya manusia auditor IAG relatif sudah dipenuhi baik dari
sisi kuantitas maupunkualitas. Bank berupaya sungguh-sungguh menyelenggarakan
pengelolaan sumber daya secara profesional. Pengembangan kompetensi auditor
dilaksanakan antara lain melalui program sertifikasi baik level Nasional maupun
Internasional dari tingkat Group Head sampai dengan Auditor untuk meningkatkan
kompetensi, efisiensi, efektivitas dan kualitas audit. IAG secara rutin telah
mengikutsertakan pegawai dalam konferensi untuk peningkatan kompetensi. Dalam
menjalankan fungsinya IAG didukung oleh 54 personil dengan rincian pengembangan
sebagai berikut:
a. Auditor bersertifikasi Bankir Nasional – USMR Level I – IV s.d. 2018 sejumlah
54 orang
b. Auditor bersertifikasi Profesi Nasional – CBIA Level Auditor sejumlah 54 orang
c. Auditor bersertifikasi Profesi Nasional – CBIA Level Supervisorr sejumlah 26
orang
d. Auditor bersertifikasi Profesi Internasional – CFE sejumlah 2 orang
e. Aktivitas Pendukung lainnya:
60
1) People - Internal Audit Training Plan yaitu selama tahun 2018, pelatihan/
workshop yang diikuti oleh pegawai IAG sebanyak 22 pelatihan/workshop.
2) Technology – Early Warning System (EWS).
3) Metodology yaitu Quality Assurance and Improvement Program (QAIP),
Standardized Audit Program, Program strategi Anti Fraud, dan Integrated
Assurance Second Line & Third Line.
4) Process: Review Ketentuan (sisdur)
Jumlah Penyimpangan (Internal Fraud) dan Upaya Penyelesaian oleh Bank
Syariah Mandiri
Internal fraud adalah tindakan fraud yang dilakukan oleh pengurus, pegawai
BSM maupun pegawai tidak tetap (outsourcing) untuk kepentingan pribadi yang
mempengaruhi kondisi keuangan BSM secara signifikan. Selama tahun 2018, jumlah
internal fraud yang terjadi adalah sebanyak 14 kasus.
Adapun upaya penyelesaian kejadian fraud dilakukan oleh BSM dengan segera
memberikan sanksi kepada para pelaku, pegawai terlibat dan terkait. Para pelaku juga
diminta untuk mengembalikan kerugian Bank sebagai bentuk recovery. Untuk
menimbulkan efek jera, BSM juga telah memproses para pelaku ke jalur hukum.
Mitigasi yang dilakukan Bank guna mencegah terulangnya kejadian fraud dengan
perbaikan design control dan penguatan internal control di unit kerja tempat kejadian
dilakukan agar kasus serupa tidak terulang dimasa mendatang.
9. Bank Bukopin Syariah
Faktor menjaga amanah merupakan salah satu komitmen dari PT. Bank Bukipin
Syariah. Dalam laporan GCG tahun 2018, pihak Bank Syariah telah membentuk
Komite Audit berdasarkan hasil Keputusan Rapat Dewan Komisaris dan Direksi
tanggal 15 Mei 2018 yang melahirkan Surat Keputusan Direksi No.102/SKEP-
DIR/BSB-JKT/V/2018. Susunan Komite Audit per 31 Desember 2018. Komite audit
beranggotakan orang-orang yang kredibel di bidangnya.
Independensi Anggota Komite Audit
61
Perseroan memastikan Komite Audit menjalankan peran secara profesional dan
independen, serta tidak menerima/melakukan intervensi dari/kepada pihak lainnya.
Komite Audit yang berasal dari luar Perseroan, tidak memiliki
kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif dan
benturan kepentingan dengan Perseroan.
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Sesuai dengan Piagam GCG Perseroan Bab II Poin C, tugas dan tanggung jawab
Komite Audit adalah melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)
dalam rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern. Komite Audit memberikan
rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
kepada Dewan Komisaris.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Komite Audit
melakukan evaluasi, meliputi:
1. Pelaksanaan tugas yang dilaksanakan fungsi audit intern.
2. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit dan/atau
rekomendasi dari hasil pengawasan OJK, Auditor Intern, DPS, dan/atau Auditor
Ekstern guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
3. Kesesuaian pelaksanaan audit oleh KAP dengan standar audit yang berlaku.
4. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.
5. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan SKAI, Akuntan Publik
dan hasil pengawasan OJK.
Laporan Pelaksanaan Tugas Komite Audit
Sepanjang tahun 2018, dalam pertemuan komite dilakukan penelaahan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan pengendalian internal. Pertemuan tersebut dilakukan
setiap bulan dan hasilnya diberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
Unit Audit Intern
Fungsi Internal Audit Perseroan dilaksanakan oleh SKAI yang bersifat
independen dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama, serta memiliki
62
jalur komunikasi langsung kepada Dewan Komisaris melaluiKomite Audit. SKAI
memeriksa efektivitas system pengendalian Intern, termasuk kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, kecukupan proses tata kelola, manajemen risiko,
dan sistem pengendalian Internal Perseroan, serta memberikan rekomendasi untuk
perbaikan.
Dalam pelaksanaan tugas, Internal Audit berpedoman pada Piagam Internal
Audit dan mengacu kepada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank
(SPFAIB) dan Kebijakan Audit Intern Bank Syariah Bukopin. Dalam rangka
meningkatkan mutu audit, Internal Audit senantiasa mengembangkan metodologi
audit dan menyempurnakan audit programnya agar sesuai dengan perkembangan
proses bisnis yang ada serta best practices antara lain The Institute of Internal
Auditors (IIA) dan Information System Audit and Control Association (ISACA).
Piagam Audit Internal
Dalam melaksanakan tugasnya, SKAI telah memiliki Piagam Audit Internal dan
Pedoman Pelaksanaan Audit.
1. Piagam Audit Internal
2. Pedoman Pelaksanaan Audit
Pihak Yang Mengangkat dan Memberhentikan Ketua Unit Audit Internal
Sesuai dengan PBI no 1/6/1999, Kepala SKAI PT Bank Syariah Bukopin
diangkat dan diberhentikan oleh Direksi Utama Perseroan dengan persetujuan Dewan
Komisaris dan dilaporkan kepada OJK.
Struktur dan Personil Audit Intern
Dalam Struktur Organisasi Perseroan, SKAI merupakan Satuan Kerja Pelaksana
pengawasan dan pemeriksaan yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama, dengan
uraian sebagai berikut:
- SKAI berada langsung di bawah Direktur Utama.
- SKAI dipimpin oleh seorang Kepala.
63
- Kepala SKAI diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
persetujuan dari Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada OJK.
- Kepala SKAI bertanggungjawab kepada Direktur Utama, dan dapat
berkomunikasi dengan Dewan Komisaris.
- Kepala SKAI dibantu oleh Auditor Intern yang jumlahnya disesuaikan dengan
besaran dan kompleksitas Perseroan.
- Auditor Intern dalam SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
SKAI.
Pelatihan Audit Intern 2018
Perseroan memberikan pelatihan kepada para Auditor Intern untuk
meningkatkan pemahaman terhadap perbankan syariah dan pembiayaan pada bidang
usaha yang menjadi target Perseroan. Rincian pelaksanaan pelatihan yang melibatkan
personil SKAI pada tahun 2018.
Pelaksanaan tugas Unit Audit Internal 2018
Selain menjalankan fungsi Assurance dengan melaksanakan audit dalam rangka
menilai kecukupan dan efektifitas pengendalian intern terhadap aktivitas kegiatan
operasional atau unit kerja tertentu, SKAI juga melakukan hal – hal lain sebagai
berikut :
1. Pemberian Jasa Assurance lainnya (Rekomendasi dan Pembinaan)
2. Pemberian Jasa Consulting
3. Pemberian Jasa Investigasi
10. Bank BJB Syariah
PT. Bank BJB Syariah, membentuk Susunan Komite Audit berdasarkan Surat
Keputusan Direksi Nomor 066/SK/DIR-SDI/2018 tanggal 05 Maret 2018 tentang
Susunan Komite Audit Bank Jabar Banten Syariah. Terakhir terjadi perubahan
susunan Komite Audit berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 524/SK/DIR-
SDI/2018 tanggal 30 Agustus 2018 tentang Susunan Komite Audit Bank Jabar Banten
Syariah.
64
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Audit selalu berpedoman pada rencana
kerja yang telah disusun. Adapun tugas dan tanggungjawab Komite Audit adalah :
1. Memastikan bahwa laporan keuangan Bank telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan, transparan dan dapat diandalkan.
2. Menilai bahwa hasil audit internal dan eksternal telah memenuhi standar
pemeriksaan.
3. Melakukan evaluasi kebijakan Bank yang berhubungan dengan kepatuhan
terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
4. Melakukan evaluasi Rencana Kerja Divisi Audit Internal, pelaporan dan temuan
yang signifikan.
5. Melalui Dewan Komisaris memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan
system pengendalian internal Bank.
6. Memastikan semua rekomendasi Dewan Komisaris berkaitan dengan hasil audit,
baik yang dilakukan oleh satuan kerja audit intern maupun pihak ekstern telah
dilaksanakan oleh Direksi.
Penerapan Fungsi Internal Audit
Fungsi Internal Audit Bank dilaksanakan oleh Divisi Audit Internal (SKAI)
mengacu pada PBI No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan
Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank Umum (SSPFAIB).
Dalam rangka menjaga integritas dan independensi SKAI, Bank telah
menetapkan bahwa secara structural SKAI berada langsung di bawah Direktur Utama
dan dapat berkoordinasi dengan Dewan Komisaris (Komite Audit) serta Dewan
Pengawas Syariah (DPS) setelah mendapat ijin dari Direksi, sebagaimana telah
dinyatakan dalam Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter).
Adapun pelaksanaan tugas audit selama Tahun 2018 adalah :
a. Melakukan fungsi pengawasan secara independen dengan cakupan tugas yang
memadai dan sesuai dengan rencana, pelaksanaan serta pemantauan hasil audit.
b. elaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam
Laporan Hasil Audit (LHA) sesuai dengan ketentuan.
65
c. Memantau, menganalisis, dan melaporkan perkembangan tindak lanjut perbaikan
yang dilakukan terhadap seluruh temuan audit kepada Direksi.
d. Pengembangan kompetensi sumber daya auditor yang dilakukan melalui
pelaksanaan program pelatihan.
e. Menjadi fasilitator pelaksanaan audit eksternal oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Dalam hal ini tugas utama SKAI adalah mengkoordinasikan pemenuhan
data audit sesuai permintaan pihak auditor ekstern, memfasilitasi komunikasi
antara Manajemen dengan pihak auditor ekstern serta memantau (monitoring)
tindak lanjut penyelesaian temuan audit ekstern sesuai dengan komitmen Bank.
11. BTPN Syariah
PT. BTPN Syariah, dalam mengawasi operasionalnya agar tidak terjadi
penyimpangan dengan membentuk Komite Audit yang beranggotakan 3 orang
independen, yang diangkat oleh Direksi berdasarkan keputusan Rapat Dewan
Komisaris.
Menyangkut Komite Audit adalah :
1) Tugas dan tanggung jawab
a) Membuat rencana kegiatan tahunan yang disetujui oleh Dewan
Komisaris,
b) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Emiten atau Perusahaan Publik kepada public dan/atau pihak otoritas
antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait
dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
c) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundangan
yang berhubungan dengan kegiatan usaha Bank.
d) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat
antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
e) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukkan Kantor Akuntan Publik yang didasarkan pada independensi,
ruang lingkup penugasan dan fee.
66
f) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal.
g) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan Bank.
h) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Bank.
i) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Bank.
2) Monitoring dan laporan
a) Komite bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris atas pelaksanaan
tugasnya secara berkala sekurang-kurangnya 3 bulan sekali (triwulanan)
atau atas permintaan Dewan Komisaris melaporkan hasil kerjanya
kepada Dewan Komisaris.
b) Komite membuat Laporan Komite Audit yang dimuat pada Laporan
Tahunan, yang antara lain memuat kinerja Komite, Pelanggaran yang
dilakukan oleh Bank terhadap ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku (jika ada), kekeliruan/kesalahan dalam penyiapan laporan
keuangan, pengendalian internal dan independensi akuntan public (jika
ada).
Internal Audit merupakan unit independen dengan tugas utama melakukan
pengawasan dan konsultasi melalui evaluasi atas Manajemen Risiko, efektivitas
Pengendalian Internal, dan Tata Kelola pada seluruh aspek kegiatan Bank.
Internal Audit melalui fungsi pengawasan dan konsultasi merupakan mitra
strategis yang memelihara dan mengawasi aktivitas bank untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah dibentuk.
Dalam melaksanakan tugasnya, Internal Audit berpedoman pada Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank yang telah ditetapkan pada Intern Audit
Charter (Piagam Audit Intern) dan Rencana Audit.
Internal Audit bertanggungjawab kepada Direktur Utama dan secara
fungsional kepada Dewan Komisaris melalui Komite Audit. Internal Audit secara
67
berkala menyampaikan ikhtisar hasil kegiatan audit kepada Direktur Utama dan
Dewan Komisaris melalui Komite Audit, dengan tembusan kepada Direktur
Kepatuhan.
Pengangkatan dan Penggantian dan Pemberhentian Kepala Internal Audit
a. Internal Audit diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
persetujuan Dewan Komisaris;
b. Setiap pengangkatan, penggantian, atau pemberhentian kepala Internal Audit,
harus dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan atau lembaga lain sesuai
ketentuan yang berlaku;
c. Disertai pertimbangan dan alasan pengangkatan, penggantian atau
pemberhentian.
Pelaksanaan Audit dilakukan berdasarkan pendekatan yang berbasis risiko,
baik dalam perencanaan tahunan maupun pada saat pelaksanaan pemeriksaan,
yang dilakukan dengan mempertimbangkan key strategic Initiatives, implementasi
Manajemen Risiko, kontrol intern dan tata kelola perusahaan.
Fungsi Utama
a. Pemeriksa
b. Audit Planning & Support
Kerangka Kerja Internal Audit
a. Direksi bertanggung jawab memastikan dibentuknya secara formal Satuan
Kerja Audit Intern (SKAI) dengan wewenang yang jelas sehingga dapat
menjamin independensi fungsi tersebut;
b. SKAI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Utama dan
Dewan Komisaris dengan tembusan kepada Komite Audit dan Direktur
Kepatuhan;
c. SKAI wajib memiliki Piagam Audit Intern (Intern Audit Charter) sebagai
68
pedoman kerja serta menyusun panduan audit internal;
d. Kedudukan kepala SKAI dalam organisasi harus ditetapkan sedemikian rupa
sehingga mampu mengungkapkan pandangan dan pemikirannya tanpa
pengaruh ataupun tekanan dari Manajemen ataupun pihak lain yang terkait
dengan Bank;
e. Direksi wajib memastikan bahwa SKAI memiliki kebebasan dalam
menetapkan metode, cara, teknik dan pendekatan audit yang akan dilakukan;
f. Pengangkatan dan pemberhentian kepala SKAI dilakukan oleh Direktur
Utama dengan persetujuan Dewan Komisaris.
Memeriksa Dan Mengoreksi Kekurangan (Reviews And Correcting
Deficiencies)
a. Untuk memastikan perbaikan pengendalian intern yang berkelanjutan,
Direksi bertanggung jawab memastikan setiap temuan dari Audit Internal,
Audit Eksternal, Otoritas Pengawas dan pihak lainnya yang berwenang
ditindaklanjuti;
b. Direksi bertanggung jawab memastikan terdapatnya hubungan kerja dan
koordinasi yang baik diantara fungsi satuan kerja manajemen risiko dan
satuan kerja kepatuhan, sehingga masing-masing satuan kerja tersebut
memberikan masukan sesuai tanggung jawabnya masing-masing dalam
rangka perbaikan proses pengendalian intern secara berkelanjutan.
12. Bank Victoria Syariah
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan (penyimpangan), PT. Bank Victoria
Syariah membentuk Komite Audit dengan operasional sebagai berikut :
a. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris
terhadap laporan-laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada
Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas
Dewan Komisaris, antara lain :
69
1) Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan
keuangan.
2) Melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka
efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
3) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh
fungsi audit intern.
4) Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit dan
atau/rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern,
Dewan Pengawas syariah dan/atau audit ekstern, guna memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
5) Memberikan rekomendasi mengenai penunjukkan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.
6) Memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-
hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris,
mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris dan
melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris,
antara lain melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan Bank, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi
keuangan lainnya.
b. Struktur Komite Audit
Komite Audit Bank mempunyai struktur keanggotaan, sebagai berikut :
1) Anggota Komite
2) Anggota komite audit wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang
baik.
3) Komite audit diketuai oleh komisaris independen
4) Mantan anggota Direksi tidak dapat menjadi pihak independen sebelum
menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang 6 (enam) bulan kecuali
mantan anggota Direksi yang melakukan fungsi pengawasan dan/atau
kepatuhan
5) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota komite
70
6) Mayoritas anggota komisaris yang menjadi anggota komite harus merupakan
komisaris independen
7) Anggota komisaris yang bukan komisaris harus bukan berasal dari bank.
Pegawai bank dapat menjadi anggota komite tanpa hak suara (non voting
member)
8) Jangka waktu keanggotaan komite adalah sama dengan jangka waktu
keanggotaan Dewan Komisaris, namun Dewan Komisaris dapat mengusulkan
kepada Direksi untuk memberhentikan anggota komite sewaktu-waktu karena
suatu alasan tertentu.
9) Salah satu dari anggota yang berasal dari Dewan Komisaris bertindak sebagai
ketua komite. Apabila ketua komite berhenti sebelum masa tugasnya sebagai
komisaris berakhir, maka ketua komite digantikan oleh anggota komisaris
lainnya.
10) Anggota komite yang berasal dari pihak eksternal harus syarat-syarat.
11) Komite audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
c. Struktur, Komposisi, Keahlian dan Independensi Komite
Dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi pada tanggal 25 September
2018 No. 055/DIR-SK/JKT/IX/2018. Susunan, komposisi, keahlian dan
independensi anggota Komite Audit Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan.
Komite Audit telah memiliki Pedoman Pelaksanaan Kerja yang akan terus
diperbaharui apabila ada perubahan peraturan perundang-undangan.
Susunan, komposisi, keahlian dan independensi anggota Komite Audit
Bank mengacu/sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
d. Rapat Komite
Selama tahun 2018, Komite Audit telah melaksanakan rapat yang dihadiri
oleh mayoritas anggota komite, sebanyak 15 (lima belas) kali rapat.
Fungsi Audit Intern
Terpenuhinya secara baik kepentingan bank dan masyarakat penyimpan dana
merupakan bagian dari misi Audit intern bank. Hal ini perlu dikemukakan karena
71
sebagai badan usaha, di dalam bank terdapat berbagai macam kepentingan dari pihak-
pihak terkait, seperti pemilik, manajemen, pegawai dan nasabah.
Walaupun terdapat perbedaan kepentingan diantara pihak-pihak terkait tersebut,
namun pada hakekatnya kepentingan tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu
tercapainya bank yang sehat dan mampu berkembang secara wajar.
Dalam kaitan ini, audit intern bank berfungsi untuk memastikan terwujudnya
bank yang sehat, berkembang secara wajar dan dapat menunjang perekonomian
nasional.
Agar misi tersebut dapat terlaksana dengan baik, diperlukan mekanisme
pengendalian umum. Selanjutnya, perlu dilakukan penataan dan penegasan peranan
Dewan Komisaris dalam hubungannya dengan fungsi audit intern bank.
Dalam rangka pelaksanaan manajemen risiko yang baik, pengendalian intern
yang tepat serta tata kelola perusahaan yang baik, maka diperlukan suatu fungsi yang
dapat melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang telah dilakukan oleh bank. Divisi
internal audit yang melaksanakan fungsi satuan kerja audit intern (SKAI) sebagai
organisasi yang independen menjalankan kegiatan audit intern bank.
Tujuan dan Cakupan Audit
1. Tujuan Audit
2. Cakupan Audit
Struktur Organisasi Satuan Kerja Audit Intern
Gambar 8 Struktur Internal Audit Division PT Bank Victoria Syariah
72
Program Kerja Selama Tahun 2018 Dan Realisasinya
Program kerja SKAI selama tahun 2018 telah mendapat persetujuan dari
Direktur Utama dan realisasi pelaksanaan audit selama tahun 2018.
Fungsi Auditor Independen
Auditor eksternal memiliki peran penting dalam kerangka kerja Good Corporate
Governance (GCG). Direksi menyadari bahwa tugas yang dilaksanakan oleh para
auditor eksternal untuk mendukung kelancaran tugas manajemen bank.
Direksi telah menunjuk KAP Mirawati Sensi Idris sebagai akuntan publik untuk
melakukan audit umum atas Laporan Keuangan PT. Bank Victoria Syariah tahun
2018.
Laporan keuangan bank tahun 2018 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Mirawati Sensi Idris dan Surat Komentar (Management Letter) atas hasil audit laporan
keuangan yang diterima dari auditor independen telah menjadi perhatian manajemen
untuk ditindaklanjuti.
KAP Mirawati Sensi Idris melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Pengungkapan informasi (disclosure) kepada masyarakat luas melalui OJK dan
atau Bank Indonesia, Media Cetak, YLKI, IBI, Lembaga Pemeringkat dan Lembaga
Penelitian di Bidang ekonomi, serta ditampilkan pada home page atau website
perusahaan dengan alamat www.bankvictoriasyariah.co.id.
73
73
Berdasarkan hipotesis penelitian peran satuan kerja audit internal dalam mendeteksi fraud pada perbankan syariah di Indonesia sesuai
penjelasan di atas secara garis besar terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2 Peran Auditor Internal dalam Mendeteksi Fraud di Perbankan Syariah
Indikator Peran Internal Audit pada Perbankan Syariah
1. mengevaluasi risk exposure yang berkaitan
dengan pencapaian tujuan organisasi yang
strategis
- Melakukan pemeriksaan rutin.
- Sebagai strategic partner
- memberikan adding value dan improving organization’s operations
- melaporkannya kepada Ketua Komite Audit yang merangkap sebagai
Anggota pada Komite Pemantau Risiko
- melaporkannya kepada Direktur Utama
2. mengevaluasi keandalan dan intergritas
informasi dan cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi,
dan melaporkan informasi tersebut
- Membuat laporan hasil audit secara periodik
- menyampaikannya kepada Direktur Utama, Dewan Komisaris dan OJK
3. mengevaluasi penyediaan sistem untuk
memastikan kepatuhan dengan kebijakan-
kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan
peraturan yang dapat memiliki dampak
signifikan pada organisasi
- Melakukan pemeriksaan operasional bank diantarannya Sistem Pengendalian
Internal, Good Corporate Governance (GCG) Serta kepatuhan terhadap
perundang-undangan yang berlaku
74
4. mengevaluasi sarana pengamanan aset dan jika
perlu memverifikasi keberadaan aset tersebut
- Melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan fisik maupun administrasi
keuangan
- peran investigasi, jika ada indikasi terjadinya fraud
5. mengevaluasi efektivitas dan efesiensi sumber
daya yang digunakan
- Memantau dan mengevaluasi atas efektivitas penerapan Sistem Pengendalian
Internal pada setiap jenjang, unit kerja, produk, ektivitas dan/atau transaksi
sesuai best practice dan/atau ketentuan yang berlaku
6. mengevaluasi operasi atau program untuk
memastikan apakah hasilnya konsisten dengan
tujuan yang dibuat serta sasaran dan apakah
operasi ataau program yang sedang dilakukan
telah sesuai sebagaimana yang rencanakan
- Melaporkan secara periodik atas seluruh kegiatan operasional bank dalam
bentuk laporan hasil audit
7. memantau dan mengevaluasi proses tata kelola - Audit internal memberikan rekomendasi yang sesuai dengan permasalahan
dalam audit finding sebagai acuan perbaikan
8. memantau dan mengevaluasi efektifitas
manajemen risiko organisasi proses
- Melakukan audit dalam rangka memenuhi ketentuan regulator (mandatory
audit), direncanakan secara sistematis di awal tahun berjalan dan penetapan
pprioritasnya dilakukan melalui proses risk assessment yang ditentukan
melalui metodologi Risk Based Audit (RBA)
9. mengevaluasi kualitas kinerja auditor eksternal - Audit internal melakukan pemeriksaan operasional maupun pemeriksaan
75
dan tingkat koordinasi dengan audit internal keuangan dan diantaranya terdapat audit rutin dan audit khusus
10. melakukan konsultasi dan jasa konsultasi
terkait dengan tata kelola, manajemen risiko,
dan kontrol yang sesuai untuk organisasi
- Audit internal membuat analisa dan memberikan rekomendasi melalui
pemberian jasa assurance dan consulting guna mengawal jalannya bisnis agar
tetap dalam koridor pengendalian internal yang efektif dan efesien,
pengelolaan risiko yang kuat dan tata kelola perusahaan yang baik
11. membuat laporan berkala pada aktivitas audit
internal tentang tujuan, wewenang,
tanggungjawab, dan kinerja relatif terhadap
rencananya
- Membuat/menyusun laporan secara periodikdan melaporakannya kepada
pihak internal
12. membuat laporan signifikan risk exposure dan
masalah pengendalian, termasuk risiko
kecurangan, isu-isu pemerintah, dan hal-hal
lain yang diperlukan atau diminta oleh dewan
- Melakukan audit khusus diantaranya penugasan direksi terkait hal-hal yang
bersifat insidentil
13. Mengevaluasi operasi tertentu atas permintaan
dewan atau manajemen.
- Melakukan tugas-tugas dalam bidangnya yang diberikan oleh direktur
termasuk audit khusus
Sumber: Hasil Olahan Data
76
Setiap perbankan syariah memiliki SKAI tersendiri, sebagai strategi operasionalnya.
Dari tabel 3.1 menjelaskan bahwa peran auditor di perbankan syariah dalam melaksanakan
perannya sudah sesuai indikator, yaitu melakukan evaluasi, memantau, serta membuat
laporan yang berkaitan hal-hal yang dapat menimbulkan fraud di perbankan syariah.
Standar untuk auditor internal meliputi ketaatan pada standar, kecakapan dalam
hubungan manusia dan komunikasi (Pua, 2017) serta pendidikan profesional yang
berkelanjutan. Dengan standar pelaksaan kinerja audit yaitu perencanaan, komunikasi dan
persetujuan, pengelolaan sumber daya, kebijakan dan prosedur, koordinasi dan
penyandaran, lalu pelaporan kepada manajemen senior dan dewan.
Berdasarkan dari tabel tersebut peran audit internal yang berkaitan dengan
pendeteksian fraud pada perbankan syariah, diketahui bahwa sudah banyak kegiatan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor Internal sebagai salah satu bagian yang berperan
dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal. Kegiataan pemeriksaan yang dilakukan
dapat mengurangi hal-hal yang tidak dinginkan dan dapat mendeteksi fraud secara dini,
yaitu dengan adanya pemeriksaan secara rutin yang dapat memberikan tanda warning bagi
mereka yang secara sadar atau tidak yang mencoba untuk melakukan tindakan fraud.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusar Sagara pada tahun 2012 menyebutkan
bahwa auditor internal dituntut memiliki sifat profesionalisme (berkaitan dengan keahlian,
prinsip-prinsip moral dan etika profesi) hingga akhirnya ketika auditor internal mendeteksi
fraud yang terjadi, maka dengan berani dapat mengungkapkannya dalam bentuk
whistleblowing, tidak terhambat oleh ancaman dari pihak manajemen ataupun pihak
lainnya. Eko Ferry (2014) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendeteksian
fraud dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh positif
akan pendeteksian fraud, yaitu pengalaman kerja, skeptisme profesional dan tekanan
waktu.
Oleh karena itu, peran audit internal sangat dibutuhkan dalam perbankan syariah
guna dalam mendeteksi fraud sehingga para pihak manajemen dapat mengambil tindakan
atas kemungkinan dampak negatif dari fraud tersebut
77
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dalam hal menjaga berbagai kemungkinan dari penyimpangan (fraud),
perbankan syariah telah membentuk komite audit yang membawahi internal audit
yang salah satu tugasnya adalah mencegah terjadinya fraud.
Upaya tersebut insentif dilakukan oleh perbankan syariah dengan melakukan
audit rutin yang ditindaklanjuti dengan rapat evaluasi temuan serta penyelesaian dari
temuan termasuk dengan melibatkan eksternal audit.
B. SARAN
Berhubung bahwa kejahatan mengenai fraud semakin canggih, sebaiknya
internal auditor terus melakukan update pengetahuan disertai dengan pelatihan yang
cukup juga perbankan syariah harus menerapkan zero fraud dengan terus menerus
memperbaiki celah terjadinya penyimpangan.
78
DAFTAR PUSTAKA
(ACFE), T. A. (2016). Report to the Nations, on accupational fraud and abuse. ACFE.
ACFE. (2016). Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse. United State:
Association of Certified Fraud Examiners.
ACFE. (2018). Report to the Nations, 2018 Global Study on Occupational Fraud and
Abuse. ACFE.
Alfian, N. (2016). Nilai-nilai Islam dalam Upaya Pencegahan Fraud. Aktiva Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol 1, No. 2, November 2016 , 210-211.
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. bpkp.
Anggriawan, E. F. (2014). Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional dan
Tekanan Waktu terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY). Jurnal Nominal, Volume III Nomor
2, tahun 2014 , 102.
Anggriawan, E. F. (2014). Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional dan
Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY). Jurnal Nominal, Volume III Nomo
2 Tahun 2014 , 105.
Aprilia. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan Menggunakan Beneich Model pada Perusahaan yang Meneraokan
Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal Akuntansi Riset , 3-4.
Ardi, M. (2017). Peran Audit Internal terhadap Pelaksanaan Good Governance di
Perbankan Syariah. Jurnal Syariah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 2,
Desember 2017 : 169-176 , 174.
Assist. Prof. Blagica Koleva, A. P.-T. (2015). Effectiveness of Internal Audit in the
Banking Sector in Macedonia. International Journal of Sciences: Basic and
Applied Research (IJSBAR)(2015): ISSN 2307-4531, Volume 23, No. 1, pp.276-
282 , 276.
Basuki, A. W. (2016). Studi Financial Statement Fraud pada Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Tahun XXVI, No. 2 Agustus
2016, 189.
79
Danuta, K. S. (2017). Crowe's Fraud Pentagon Theory dalam Pencegahan Fraud pada
Proses Pengadaan Melalui E-Procurement. Jurnal Kajian Akuntansi , 164.
Dr. Gatot Trihargo, C. (2017). Survai Fraud Indonesia 2016. Jakarta: ACFE INDONESIA
CHAPTER.
Dr. Tulus Suryanto, S. d. (2016). Konsep Pencegahan Kecurangan (Fraud) Akuntansi
dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Itaran.
Drs. Sudarmo, M. T. (2008). Fraud Auditing. Bogor: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengawasan BPKP.
Drs. Zainul Arifin, M. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Fadila, I. (2016, April). Finansial. Diambil kembali dari bisnis website: m.bisnis.com
Fitrawansyah. (2014). Fraud & Auditing. Jakarta: Mitra Wacana Media.
IIA. (2013). Model Internal Audit Activity Charter. The Institute of Internal Auditors.
IIA. (2016). Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal (Standar). The
Institute of Internal Auditors.
Ikhtisar. (2016, April). Fraud, Efek pada Diri Sendiri dan Perusahaan Anda. Diambil
kembali dari ikhtisar: ikhtisar.com
Islands, P. a. Statement of Guidance, Internal Audit-Banks. Cayman Islands Monetary
Authority.
Karyono. (2013). Forencik Fraud. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Moeller, R. R. (2009). Brink's Modern Internal Audit, a Common Body of Knowledge.
Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Nugroho, D. A. (2017). Pengaruh Pajak Penghasilan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis UMP , 9.
Pua, d. B. (2017). Evaluasi Fungsi Auditor Internal dalam Pendeteksian dan Pencegahan
Fraud pada PDAM AIRMADIDI. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2),
2017, 452-469 , 467.
Rini, H. N. (2016). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Bank Syariah. Paper, 13.
80
Saputro, T. S. (2016). Konsep Pencegahan Kecurangan (Fraud) Akuntansi dalam
Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran.
Setitik Nila di Perbankan Syariah. (2013, November monday). Diambil kembali dari
Stabilitas: stabilitas.co.id/home/detail/setitik-nila-di-perbankan-syaiah
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tuanakotta, T. M. (2015). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
UU Nomor 21 tahun 2008. (2008, July). Jakarta, Jakarta, Indonesia.
Yenita. (2015, Juni Wedenesday). Perbankan. Diambil kembali dari Perbankan:
Financial.bisnis.com
Yulinartati, G. A. (2016). Pengaruh Audit Internal terhadap Kepatuhan Manajemen (Studi
Kasus di PT. Mitratanu Dua Tujuh Jember). Balance Vol. XIII No.2, Juli 2016 , 147.
Yuniarti, R. D. (2017). The Effect of Internal Control and anti-fraud awareness on fraud
prevention (A Suervey on Inter-Governmental Organization). Journal of
Economics, Business, and Accuntancy Ventura Vol. 20, No. 1, April-July 2017,
Pages 113-124 , 122.
Yusriwarti, S. M. (2017). Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan
Kecurangan pada Perusahaan Perbankan di Pekanbaru. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 6, No.2, Juli-Desember 2017 , 1.
81
LAMPIRAN 1. Artikel ilmiah (draft dan status submission)
PERAN SATUAN KERJA AUDIT INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD
PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Rito1, Mulyaning Wulan2, Adityo Ari Wibowo3
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
ABSTRAK
Perbankan Syariah di Indonesia secara terus menerus berupaya menjaga
transparansi dan mencegah penyimpangan. Komite Audit yang meruapakan alat bagi
dewan komisioner untuk membantu menjaga profesionalitas usaha bank. Juga Audit
Internal atau disebut juga Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) di perbankan Syariah
diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan berjalan sesuai dengan Peraturan
Perbakan juga standar operasional yang dimiliki oleh masing-masing perbankan.
Berdasarkan International Standard for the Profesional Practice of Internal Auditing, audit
internal memiliki peran konsultasi dan assurance. Oleh karena itu, audit internal harus
memiliki kecakapan, professional, independen dan objektif dalam menjalankannya
perannya Sebagai salah satu peran assurance, audit internal dapat mendeteksi fraud. Fraud
merupakan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh banyak kalangan, mulai dari
karyawan sampai top management yang dapat merugikan para stakeholder. Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya fraud, yaitu arogansi, kompetensi, kesempatan,
tekanan dan rasionalisasi. Jenis fraud yang dapat terjadi adalah korupsi, penyalahgunaan
asset, manipulasi laporan keuangan serta cybercrime.
Kata kunci: Penyimpangan, Standar Internasional untuk Praktik Profesional Internal
Audit, Konsultasi dan jaminan
ABSTRACT
Sharia Banking in Indonesia continues to strive to be able to maintain transparency and prevent
fraud. The audit committee is a tool for the board of commissioners to help maintain the
professionalism of the bank. Also Internal Audit or Unit of Work of Internal Audit (SKAI) in
Sharia banking is needed to ensure that the company is operating in accordance with the Bank's
Regulations and operational standards owned by each bank. Based on the International Standards
for the Professional Practice of Internal Auditing, internal audit has a consulting and assurance
role. Therefore, internal audit must have the skills, professional, independent and objective in
carrying out its role. As one of the roles of assurance, internal audit can detect fraud. Fraud is an
act of cheating that can be done by many groups, ranging from employees to top management that
can harm the stakeholders. Several factors cause fraud, namely arrogance, competence,
opportunity, pressure and rationalization. Types of fraud that can occur are corruption, misuse of
assets, manipulation of financial statements and cybercrime.
82
Keywords:: Fraud, International Standard for the Profesional Practice of Internal Auditing
(Standards), Consultation and assurance
PENDAHULUAN
Bank merupakan sebuah entitas yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan maupun kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 terkait perbankan. Saat ini di Indonesia
dikenal dengan dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Perbedaan
mendasar dari kedua jenis bank ini adalah prinsip yang menjadi aturan kinerjanya. Bank
Konvensional dengan cara konvensional, sedangkan Bank Syariah berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan syariah memiliki resiko
yang besar dalam menjalankan operasional usahanya. Resiko dalam konteks perbankan
merupakan suatu kejadian potensial yang dapat memberikan pengaruh negatif. Adapun
resiko yang dapat terjadi adalah terjadinya fraud. Fenomena fraud terbesar pernah terjadi
pada salah satu bank kovensional di Indonesia pada sepuluh tahun yang lalu, yaitu di Bank
Century. Kasus ini bermula dari kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang
mengucurkan bailout sebesar Rp 6,7 triliun untuk Bank Century pada 2008. Setelah
dilakukan investigasi, diketahui bahwa terjadi fraud management di bank tersebut,
Survei yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud Examiners)
terkait Global Study on Occupational Fraud and Abusues pada tahun 2018, membuktikan
bahwa bank memiliki peringkat tertinggi dalam hal terjadinya fraud.
Gambar Industry of Victim Organization
50
54
58
62
75
79
83
86
87
96
104
149
184
201
338
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Arts, entertainment, and recreation
Services (profesional)
Religious, charitable, or social …
Technology
Food servie and hospitality
Transportation and warehousing
Construction
Energy
Insurance
Education
Reatil
Health care
Government and public administration
Manufacturing
Banking and financial services
83
Sumber: diolah dari Global Study on Occupational Fraud and Abuse, ACFE 2018
Perkembangan zaman menyebabkan adanya perbandingan lurus dengan
perkembangan teknologi yang ada, hingga pada akhirnya banyak cara yang dilakukan
untuk melakukan fraud. Salah satu contoh fenomena yang banyak terjadi saat ini adalah
cyber crime. Jenis fraud ini yang paling canggih, karena berhubungan dengan dunia maya
dan hanya dilakukan oleh pihak yang memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh
pihak lain. Berbagai modus yang paling tren saat ini, yakni malware (sinkronisasi token,
sistem di bank baik-baik saja, tetapi yang diserang adalah device media komunikasi yang
kerap digunakan pengguna), phising (upaya pencurian informasi nasabah berupa user id
maupun password kredit), serta diskimming (tindak pencurian data nasabah dengan
menggunakan alat perekam data) (Yenita, 2015).
Auditor internal dalam perbankan disebut dengan Satuan Kerja Audi Internal
(SKAI). SKAI memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena
bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah kinerja operasional perusahaan
dengan mengukur serta mengevaluasi kecukupan kontrol serta efesiensi dan efektifitas
kinerja perusahaan. Auditor internal (SKAI) hanya mengusulkan suatu metode alternatif
untuk memperbaiki kondisi sedangkan memilih tindakan koreksi merupakan
tanggungjawab manajemen. Audit internal merupakan interaksi antara auditor internal,
manajer, dan lingkungan audit yang baru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan aktivitas
perusahaan tergantung pada sikap manajemen senior, demikian pula dengan aktivitas audit
internal (Yusriwarti, 2017).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan
data studi literatur pustaka (library research), yaitu teknik pengumpulan data dan
informasi dengan cara mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang ada seperti
buku, undang-undang, internet dan lainnya. (Sugiyono, 2005).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,
84
biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Suryani & Hendryadi, 2015). Data sekunder yang
dimaksud berupa laporan pelaksanaan GCG perbankan Syariah yang di dapat dari OJK.
PEMBAHASAN
Upaya menjaga transparansi dan mencegah terjadinya penyimpangan (fraud), secara
terus menerus dilakukan perbankan syariah. Upaya ini dilakukan untuk menjaga
kepercayaan para nasabahnya.
Secara umum, perbankan syariah di Indonesia telah membentuk alat-alat untuk dapat
mengendalikan internal perusahaannya. Pembentukannya menggunakan aturan Bank
Indonesia dan pihak perbankan menyesuaikan dengan kebijakan masing-masing bank
syariah. Diperlukan persyaratan yang ketat agar terjamin hasilnya serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam perbankan syariah, secara struktural ada 2 (dua) pihak yang didorong untuk
mempunyai alat kontrol yaitu dewan komisaris dan direksi. Dewan komisaris membentuk
komite audit yang pengangkatannya untuk membantu dewan komisaris dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan. Begitu juga dengan direksi, bahwa untuk menjaga
sekaligus membantu jalannya perusahaan agar selalu on the track dilengkapi dengan
internal audit (SKAI=Satuan Kerja Audit Internal). Bahkan setiap tahun, perbankan
syariah melakukan audit dengan menunjuk pihak eksternal yang dianggap kredibel.
Secara garis besar, perbankan syariah di Indonesia telah melengkapi dirinya dengan
hal-hal berikut (√ = Ada) :
Dewan Komisaris Direksi
Komite Audit SKAI Eksternal Audit
Bank Muamalat
Panin Syariah
BCA Syariah
Mega Syariah
Maybank Syariah
BNI Syariah
BRI Syariah
Syariah Mandiri
Bukopin Syariah
BJB Syariah
BTPN Syariah
Victoria Syariah
Pengendalian Internal
Bank Lainnya
85
Sumber: Hasil Olahan Data
Peran satuan kerja audit internal dalam mendeteksi fraud pada perbankan syariah di
Indonesia secara garis besar terlihat dalam tabel berikut :
Indikator Peran Internal Audit pada Perbankan
Syariah
14. Mengevaluasi risk exposure yang
berkaitan dengan pencapaian
tujuan organisasi yang strategis.
- Melakukan pemeriksaan rutin.
- Sebagai strategic partner.
- Memberikan adding value dan improving
organization’s operations.
- Melaporkannya kepada Ketua Komite Audit
yang merangkap sebagai Anggota pada Komite
Pemantau Risiko.
- Melaporkannya kepada Direktur Utama.
15. Mengevaluasi keandalan dan
intergritas informasi dan cara
yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan
informasi tersebut.
- Membuat laporan hasil audit secara periodik
- Menyampaikannya kepada Direktur Utama,
Dewan Komisaris dan OJK.
16. Mengevaluasi penyediaan sistem
untuk memastikan kepatuhan
dengan kebijakan-kebijakan,
rencana, prosedur, hukum, dan
peraturan yang dapat memiliki
dampak signifikan pada
organisasi.
- Melakukan pemeriksaan operasional bank
diantarannya Sistem Pengendalian Internal,
Good Corporate Governance (GCG) Serta
kepatuhan terhadap perundang-undangan yang
berlaku.
17. Mengevaluasi sarana pengamanan
aset dan jika perlu memverifikasi
keberadaan aset tersebut.
- Melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan
fisik maupun administrasi keuangan.
- Peran investigasi, jika ada indikasi terjadinya
fraud.
86
18. Mengevaluasi efektivitas dan
efesiensi sumber daya yang
digunakan.
- Memantau dan mengevaluasi atas efektivitas
penerapan Sistem Pengendalian Internal pada
setiap jenjang, unit kerja, produk, ektivitas
dan/atau transaksi sesuai best practice dan/atau
ketentuan yang berlaku.
19. Mengevaluasi operasi atau
program untuk memastikan
apakah hasilnya konsisten dengan
tujuan yang dibuat serta sasaran
dan apakah operasi ataau program
yang sedang dilakukan telah
sesuai sebagaimana yang
rencanakan.
- Melaporkan secara periodik atas seluruh
kegiatan operasional bank dalam bentuk
laporan hasil audit.
20. Memantau dan mengevaluasi
proses tata kelola.
- Audit internal memberikan rekomendasi yang
sesuai dengan permasalahan dalam audit
finding sebagai acuan perbaikan.
21. Memantau dan mengevaluasi
efektifitas manajemen risiko
organisasi proses.
- Melakukan audit dalam rangka memenuhi
ketentuan regulator (mandatory audit),
direncanakan secara sistematis di awal tahun
berjalan dan penetapan pprioritasnya dilakukan
melalui proses risk assessment yang ditentukan
melalui metodologi Risk Based Audit (RBA).
22. Mengevaluasi kualitas kinerja
auditor eksternal dan tingkat
koordinasi dengan audit internal.
- Audit internal melakukan pemeriksaan
operasional maupun pemeriksaan keuangan
dan diantaranya terdapat audit rutin dan audit
khusus.
23. Melakukan konsultasi dan jasa
konsultasi terkait dengan tata
kelola, manajemen risiko, dan
kontrol yang sesuai untuk
organisasi.
- Audit internal membuat analisa dan
memberikan rekomendasi melalui pemberian
jasa assurance dan consulting guna mengawal
jalannya bisnis agar tetap dalam koridor
pengendalian internal yang efektif dan efesien,
87
pengelolaan risiko yang kuat dan tata kelola
perusahaan yang baik.
24. Membuat laporan berkala pada
aktivitas audit internal tentang
tujuan, wewenang,
tanggungjawab, dan kinerja relatif
terhadap rencananya.
- Membuat/menyusun laporan secara
periodikdan melaporakannya kepada pihak
internal.
25. Membuat laporan signifikan risk
exposure dan masalah
pengendalian, termasuk risiko
kecurangan, isu-isu pemerintah,
dan hal-hal lain yang diperlukan
atau diminta oleh dewan.
- Melakukan audit khusus diantaranya
penugasan direksi terkait hal-hal yang bersifat
insidentil.
26. Mengevaluasi operasi tertentu
atas permintaan dewan atau
manajemen.
- Melakukan tugas-tugas dalam bidangnya yang
diberikan oleh direktur termasuk audit khusus.
Sumber: Hasil Olahan Data
KESIMPULAN
Dalam hal menjaga berbagai kemungkinan dari penyimpangan (fraud), perbankan
syariah telah membentuk komite audit yang membawahi internal audit yang salah satu
tugasnya adalah mencegah terjadinya fraud.
Upaya tersebut insentif dilakukan oleh perbankan syariah dengan melakukan audit
rutin yang ditindaklanjuti dengan rapat evaluasi temuan serta penyelesaian dari temuan
termasuk dengan melibatkan eksternal audit.
DAFTAR PUSTAKA
(ACFE), T. A. (2016). Report to the Nations, on accupational fraud and abuse. ACFE.
ACFE. (2016). Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse. United State:
Association of Certified Fraud Examiners.
ACFE. (2018). Report to the Nations, 2018 Global Study on Occupational Fraud and
Abuse. ACFE.
88
Alfian, N. (2016). Nilai-nilai Islam dalam Upaya Pencegahan Fraud. Aktiva Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol 1, No. 2, November 2016 , 210-211.
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. bpkp.
Anggriawan, E. F. (2014). Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional dan
Tekanan Waktu terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY). Jurnal Nominal, Volume III Nomor
2, tahun 2014 , 102.
Anggriawan, E. F. (2014). Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional dan
Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY). Jurnal Nominal, Volume III Nomo
2 Tahun 2014 , 105.
Aprilia. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan Menggunakan Beneich Model pada Perusahaan yang Meneraokan
Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal Akuntansi Riset , 3-4.
Ardi, M. (2017). Peran Audit Internal terhadap Pelaksanaan Good Governance di
Perbankan Syariah. Jurnal Syariah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 2,
Desember 2017 : 169-176 , 174.
Assist. Prof. Blagica Koleva, A. P.-T. (2015). Effectiveness of Internal Audit in the
Banking Sector in Macedonia. International Journal of Sciences: Basic and
Applied Research (IJSBAR)(2015): ISSN 2307-4531, Volume 23, No. 1, pp.276-
282 , 276.
Basuki, A. W. (2016). Studi Financial Statement Fraud pada Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Tahun XXVI, No. 2 Agustus
2016, 189.
Danuta, K. S. (2017). Crowe's Fraud Pentagon Theory dalam Pencegahan Fraud pada
Proses Pengadaan Melalui E-Procurement. Jurnal Kajian Akuntansi , 164.
Dr. Gatot Trihargo, C. (2017). Survai Fraud Indonesia 2016. Jakarta: ACFE INDONESIA
CHAPTER.
Dr. Tulus Suryanto, S. d. (2016). Konsep Pencegahan Kecurangan (Fraud) Akuntansi
dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Itaran.
89
Drs. Sudarmo, M. T. (2008). Fraud Auditing. Bogor: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengawasan BPKP.
Drs. Zainul Arifin, M. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Fadila, I. (2016, April). Finansial. Diambil kembali dari bisnis website: m.bisnis.com
Fitrawansyah. (2014). Fraud & Auditing. Jakarta: Mitra Wacana Media.
IIA. (2013). Model Internal Audit Activity Charter. The Institute of Internal Auditors.
IIA. (2016). Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal (Standar). The
Institute of Internal Auditors.
Ikhtisar. (2016, April). Fraud, Efek pada Diri Sendiri dan Perusahaan Anda. Diambil
kembali dari ikhtisar: ikhtisar.com
Islands, P. a. Statement of Guidance, Internal Audit-Banks. Cayman Islands Monetary
Authority.
Karyono. (2013). Forencik Fraud. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Moeller, R. R. (2009). Brink's Modern Internal Audit, a Common Body of Knowledge.
Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Nugroho, D. A. (2017). Pengaruh Pajak Penghasilan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis UMP , 9.
Pua, d. B. (2017). Evaluasi Fungsi Auditor Internal dalam Pendeteksian dan Pencegahan
Fraud pada PDAM AIRMADIDI. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2),
2017, 452-469 , 467.
Rini, H. N. (2016). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Bank Syariah. Paper, 13.
Saputro, T. S. (2016). Konsep Pencegahan Kecurangan (Fraud) Akuntansi dalam
Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran.
Setitik Nila di Perbankan Syariah. (2013, November monday). Diambil kembali dari
Stabilitas: stabilitas.co.id/home/detail/setitik-nila-di-perbankan-syaiah
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
90
Tuanakotta, T. M. (2015). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
UU Nomor 21 tahun 2008. (2008, July). Jakarta, Jakarta, Indonesia.
Yenita. (2015, Juni Wedenesday). Perbankan. Diambil kembali dari Perbankan:
Financial.bisnis.com
Yulinartati, G. A. (2016). Pengaruh Audit Internal terhadap Kepatuhan Manajemen (Studi
Kasus di PT. Mitratanu Dua Tujuh Jember). Balance Vol. XIII No.2, Juli 2016 , 147.
Yuniarti, R. D. (2017). The Effect of Internal Control and anti-fraud awareness on fraud
prevention (A Suervey on Inter-Governmental Organization). Journal of
Economics, Business, and Accuntancy Ventura Vol. 20, No. 1, April-July 2017,
Pages 113-124 , 122.
Yusriwarti, S. M. (2017). Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan
Kecurangan pada Perusahaan Perbankan di Pekanbaru. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 6, No.2, Juli-Desember 2017 , 1.
91
Lampiran Submit Jurnal Al Urban
top related