proposal sosialisasi mpkp - edit final
Post on 04-Jan-2016
588 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL
KEGIATAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN DISKUSI MENGENAI MPKP
(MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL)
PADA PERAWAT RUANG NAKULA DALAM RANGKA
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MANAJEMEN
DI RUANG NAKULA RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 13 AGUSTUS 2015
OLEH: KELOMPOK 2
MADE BAYU OKA WIDIARTA 1302115007
I KETUT PURNAWAN 1302115026
LUH AYU SUARDIANI 1302115004
AGUSTINA MBILIYORA 1302115017
NI PUTU DESTRIANA WARDANI 1302115035
WAYAN ASRI ARDIANI SAPUTRI 1002105023
MINAR AGUSTINA SEVENY 1302115020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
PROPOSAL
KEGIATAN PELAKSANAAN PEMBERIAN SOSIALISASI DAN DISKUSI
MENGENAI MPKP (MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL) PADA
PERAWAT RUANG NAKULA
1. Latar Belakang
Dalam upaya pencapaian visi dan misi rumah sakit melalui penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan tidak terlepas dari peran penting pelayanan
kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien yaitu selama 24
jam per hari dan 7 hari per minggu karenanya perawat memegang posisi kunci dalam
membangun citra Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan berkualitas dapat diberikan
apabila pelayanan tersebut diberikan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi,
bekerja sesuai standar praktik dan etika profesi keperawatan.
Salah satu satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan Model
Praktik Keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui
penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan,
sistem penugasan, dan sistem penghargaan yang memadai.
Model ini diyakini dapat menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas,
yang memungkinkan perawat profesional menata struktur (menentukan jumlah, jenis,
dan standar kebutuhan tenaga) serta menata proses pemberian asuhan keperawatan
melalui hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan sehingga memungkinkan
perawat primer bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Di berbagai RS telah banyak dilakukan kegiatan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui pengembangan MPKP. Keuntungan dari penerapan MPKP adalah
dapat dilihat dari penurunan angka kejadian infeksi pada kateter urin, penurunan jumlah
pasien yang mengalami dekubitus, angka perpindahan perawat menurun, adanya
kepuasan pasien dan kepuasan perawat serta adanya hubungan pasien dan perawat yang
berkesinambungan. Pengembangan MPKP merupakan hal yang sangat penting dalam
mewujudkan kontribusi profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan
6
keperawatan, melalui pengembangan MPKP ini masyarakat dapat melihat dan
merasakan secara konkrit pemberian pelayanan keperawatan yang profesional.
Berdasarkan analisis situasi nyata penampilan kerja perawat di Ruang Nakula RSJ
Provinsi Bali belum sepenuhnya menerapkan konsep MPKP yaitu 4 pilar nilai
profesional pelayanan keperawatan : management approach, compensatory rewad,
profesional relationship, patient care delivery (hasil pengkajian dan analisis data pada
diseminasi awal pada tanggal 3-8 Agustus 2015 di Ruang Diklat RSJ Provinsi Bali).
Perawat di Ruang Nakula belum mendapatkan sosialisasi terkait MPKP, dan hanya satu
orang dari perawat di ruang Nakula yang telah mendapat pelatihan tentang MPKP. Maka
dari itu, perlu diadakannya penyegaran/sosialisasi mengenai konsep MPKP sehingga
perawat dapat benar-benar mengerti dan mampu menerapkannya di ruangan.
2. Tujuan Kegiatan
1) Tujuan Umum
Perawat mampu memahami konsep Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
sesuai dengan standar yang dimiliki RSJ Provinsi Bali dan mampu
mengimplementasikannya di ruangan masing-masing.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti sosialisasi MPKP, perawat diharapkan mampu:
a. Mampu menjelaskan MPKP dan jenis-jenisnya.
b. Mampu memahami penerapan MPKP yang ada di Ruang Nakula RSJ Provinsi Bali.
c. Mampu memberikan feed back (umpan balik/masukan) dalam penerapan MPKP
yang ada di ruangan.
3. Pelaksanaan
Kegiatan Sosialisasi MPKP akan dilaksanakan pada :
Hari/ tanggal : Kamis, 11 Agustus 2015
Waktu : Pkl 10.00 Wita
Lama kegiatan : 30 (tiga puluh) menit
Tempat : Ruang Nakula RSJ Provinsi Bali
7
Denah :
Keterangan:
: Peserta : Penyaji
: Moderator : Fasilitator
: Supervisor
Aspek : Pengetahuan perawat anggota (perawat pelaksana) dalam pemahamannya
mengenai metode MPKP dan penerapannya di ruangan.
4. Struktur Pengorganisasian
1) Penyaji : Luh Ayu Suardiani
2) Moderator : Minar Agustina Seveny
3) Fasilitator:
- Made Bayu Oka Widiarta
- I Ketut Purnawan
- Agustina Mbiliyora
- Ni Putu Destriana Wardani
- Wayan Asri Ardiani Saputri
4) Peserta :
Perawat Ruang Nakula (Kepala Ruangan, Ketua Tim, Perawat Pelaksana)
5) Supervisor :
- Koordinator Clinical Instructor RSJ Provinsi Bali
8
5. Mekanisme Pelaksanaan :
Mekanisme pelaksanaan diskusi MAKP :
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. 2 menit Pembukaan :
- Moderator membuka acara
- Penyaji memberikan salam
- Penyaji memperkenalkan diri
- Penyaji melakukan kontrak topik,
waktu dan tempat
- Peserta mendengarkan
moderator
- Peserta membalas salam
- Peserta mendengarkan penyaji
- Peserta mendengarkan penyaji
2. 15 menit
(9 menit
materi,
6 menit
diskusi)
Penyampaian Materi
- Penyaji menggali sedikit
informasi pada sasaran mengenai
MPKP.
- Penyaji menjelaskan materi
mengenai :
1) Pengertian MPKP
2) Jenis-jenis MPKP
Diskusi
- Penyaji .bediskusi mengenai
MPKP yang sedang diterapkan
di ruangan.
- Sasaran mengeksplorasi apa
yang mereka ketahui tentang
MPKP
- Sasaran memperhatikan
penjelasan dan mencermati
materi.
- Sasaran menyampaikan
MAKP yang diterapkan serta
menjelaskan keunggulan dan
kelemahan metode MAKP
yang diterapkan di ruangan .
3. 2 menit Evaluasi
- Penyaji menanyakan kepada
peserta beberapa pertanyaan
mengenai materi yang telah
disampaikan
-Peserta menjawab pertanyaan
sesuai dengan pemahaman.
9
4. 1 menit Terminasi
- Penyaji menyimpulkan seluruh
materi
- Penyaji mengucapkan terimakasih
- Penyaji menyampaikan salam
Penutup
- Peserta mendengarkan penyaji
- Peserta membalas terimakasih
dari penyaji
- Peserta membalas salam
6. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan diskusi MPKP ini adalah metode diskusi dan
ceramah.
7. Alat / Media
Alat/ media yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :
1) Laptop
2) Hardcopy/handout materi MPKP
8. Kriteria Evaluasi
1) Struktur
a. Proposal sudah disiapkan dan telah dikonsultasikan dengan pembimbing sebelum
kegiatan dilaksanakan.
b. Alat / media lengkap dan siap digunakan
c. Tempat dan waktu sesuai jadwal.
2) Proses
a. Kegiatan dimulai tepat waktu.
b. Peserta mengikuti proses diskusi MPKP dari awal hingga akhir.
c. Kegiatan diskusi MPKP berjalan sesuai dengan tahapan yang direncanakan.
d. Pada saat sesi diskusi diharapkan terjadi interaksi antara penyaji dan sasaran.
3) Hasil
a. Jumlah sasaran yang hadir 75% dari undangan.
b. Sasaran yang hadir 75% mengikuti kegiatan sampai selesai.
10
LAMPIRAN MATERI
MPKP (MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL)
I. Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah salah satu metode pelayanan
keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memfasilitasi
perawat professional, yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam
mengatasi masalah keperawatan dan telah, menghasilkan berbagai jenjang produk
keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan
keperawatan tersebut diberikan (Sitorus & Yulia, 2011).
II. Tujuan dari MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.
III. Metode Tim dalam Penugasan MPKP dalam Keperawatan
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Nursalam, 2014). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi (Sitorus, 2011).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2011) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim
adalah :
1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra.
11
2) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis.
3) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi.
4) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi yang
terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang
merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila didukung oleh kepala ruangan, untuk itu kepala ruangan diharapkan telah :
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan.
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan.
4) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan.
5) Menjadi narasumber bagi ketua tim.
6) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
7) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992) menunjukkan bahwa metode tim jika
dilakukan dengan benar adalah metode pemberian asuhan yang tepat untuk
meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya.
(Sitorus, 2011).
Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus, 2011).
IV. Karakteristik MPKP
1) Penetapan jumlah tenaga keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.
2) Penetapan jenis tenaga keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan
keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat
Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang
bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut.
12
Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat
tanggung jawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
3) Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra)
Standar renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil observasi, penulisan renpra
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar
manusia (Potter & Perry, 1997). Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer.
Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu
orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat
Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam
memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis
pada masa yang akan datang.
V. Langkah-langkah dalam MPKP
1. Tahap Persiapan
Menurut Sitorus,2011 pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan, yaitu.:
a. Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai tempat
proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan
staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi
antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang
koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari
institusi pendidikan (Sitorus, 2011).
b. Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga kepatuhan perawat
terhadap standar yang diniali dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka
infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
c. Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu asuhan kepada
pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada
presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan (Sitorus, 2011).
13
d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat implementasi MPKP,
antara lain (Sitorus, 2011) :
1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini diperlukan
sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang
kerangka kerja MPKP
2) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan 1
ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat
dari ruang rawat lain.
e. Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi
klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan
di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah klien derdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut (Sitorus,
2011).
f. Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode
modifikasi keperawatan primer. Dengan dtemikian, dalam suatu ruang rawat terdapat
beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011).:
1) Kepala ruang rawat
2) Clinical care manager
3) Perawat primer
4) Perawat asosiet
g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis,
sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai
kebutuhan klien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan
berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu
karakteristik pelayanan professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya
terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan (Sitorus, 2011).
14
h. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan adalah
(Sitorus, 2011) :
1) Format pengkajian awal keperawatan
2) Format implementasi tindakan keperawatan
3) Format kardex
4) Format catatan perkembangan
5) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
6) Format laporan pergantian shif
7) Resume perawatan
i. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas yang
dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah
(Sitorus, 2011) :
1) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan
PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali sat melakukan kontrak
dengan klien/keluarga.
2) Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nomor CM klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang
merawat klien.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus, 2011):
a. Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah
ditentukan.
b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal
dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
15
c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
perawat asosiet (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde
ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut
(Sitorus, 2011).
e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara perawat
dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak
diawali dengan pemberian orientasibagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011).
f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang
dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang
ditanganinya secara mendalam (Sitorus, 2011).
g. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP
dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP
dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan
karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur
gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM
tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus,
2011).
h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh
karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
16
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi MPKP oleh
CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan dapat
segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan
dengan (Sitorus, 2011) :
a. Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
4. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan.
Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai
dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba
ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk
menerapkannya (Sitorus, 2011).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula
diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan
sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan
sebagai PP (bukan PP pemula) (Sitorus, 2011).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP
adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu
dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan
berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners
ditingkatkan menjadi ners spesialis (Sitorus, 2011).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen
yang dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan (Sitorus, 2011).
17
VI. MPKP di Rumah Sakit Jiwa
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah
dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3
jenis yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan
SPK, namun Kepala Ruangan dan ketua Tim minimal D3 Keperawatan
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a. MPKP 1
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan Ruangan
(Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan
b. MPKP 2
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 keperawatan dan mayoritas
sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP 3
MPKP advance yang semua tenaga minimal sarjana Ners keperawatan sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa. Dan doctor keperawatan yang
bekerja di area keperawatan jiwa.
VII. Pilar-pilar MPKP
Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek, harian, bulanan
dan tahunan).
b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan daftar
alokasi pasien.
c. Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi, manajemen
waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post conference, dan manajemen
konflik.
18
Pilar 2: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen,
seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Pilar 3: Hubungan profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dalam
penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaannya
hubungan profesional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk
pelayanan kesehatan misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
lain, sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi
dan penerima pelayanan kesehatan.
Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan.
19
PROFESSIONAL VALUE
MANAJEMEN ASKEP• Proses Keperawatan• Pedoman ASKEP• Pedoman Komunikasi• SOP / IK
PROFESSIONAL RELATIONSHIP
PENKES KELUARGA
Fase 1 : Permulaan Hubungan
Fase 2 : Keterampilan Merawat Klien
Fase 3 : Aplikasi Perawatan
Fase 4 : Mempertahankan peran serta keluarga dalam
merawat klien di keluarga /
masyarakat
MANAGEMENT APPROACH
1. Tim Keperawatan • Rapat • Case Conference2. Tim Kesehatan • Rapat • Case Conference
PATIENT CARE DELIVERY SYSTEM
REKRUTMEN1. Orientasi2. Manajemen Kinerja3. Standar Kinerja4. Pengembangan SDM
COMPANSATORY REWARDS
SISTEM MANAJEMEN1. Perencanaan2. Pengorganisasian3. Pengarahan4. Pengendalian
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Praktik Profesi Manajemen
VII. Proses Rekrutan Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Proses perekrutan perawat di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati tingkat MPKP yang akan dipilih,
disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut, dan
diharapkan minimal memilih tingkat MPKP pemula.
b. Setelah tingkat MPKP disepakati, Kepala bidang keperawatan melakukan sosialisasi
pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat struktural yang ada
dirumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.
c. Kepala Ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di ruangan
tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang dibutuhkan dengan
tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala ruangan memotivasi perawat di
ruangannya yang memenuhi kriteria untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir
pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses perekrutan, jumlah perawat yang dibutuhkan harus ditetapkan.
Jenis tenaga perawat terdiri dari: Kepala ruangan (Karu), perawat primer sebagai ketua tim,
dan perawat pelaksana. Berdasarkan pengalaman pada pengembangan MPKP di RSMM
Bogor, perbandingan pasien dan perawat adalah 1:1 atau 1,7:1, ditambah Karu. Kriteria dari
tiap tenaga perawat ditetapkan dan umumnya perawat memiliki latar belakang pendidikan
D3 Keperawatan.
Kriteria perawat yang akan bekerja di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Kepala Ruangan
1. Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika belum ada, diperbolehkan D3
Keperawatan pada MPKP Pemula.
2. Pengalaman menjadi Kepala ruangan minimal 2 tahun, dan bekerja pada area
keperawatan jiwa minimal 2 tahun.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan jiwa
b) Standar asuhan keprawatan jiwa atau audit keperawatan.
c) Terapi modalitas keperawatan jiwa atau terapi aktifitas kelompok (TAK).
d) Komunikasi keperawatan
Praktik Profesi Manajemen
e) Manajemen keperawatan
f) Bimbingan klinik (untuk RS Pendidikan)
5. Lulus tes tulis
6. Lulus wawancara
7. Lulus tes presentasi
b. Perawat Primer/Ketua Tim
1. Pendidikan minimal S1 Keperawatan (Perawat Primer), jika belum ada, D3
Keperawatan diperbolehkan pada MPKP Pemula.
2. Pengalaman kerja di area keperawatan jiwa untuk D3 Kperawatan minimal 2 tahun
dan S1 Keperawatan magang 3 bulan.
3. Sehat jasmani rohani
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan jiwa
b) Standar asuhan keprawatan jiwa atau audit keperawatan.
c) Terapi modalitas keperawatan jiwa atau terapi aktifitas kelompok (TAK).
d) Komunikasi keperawatan
e) Manajemen keperawatan
5. Lulu tes tulis
6. Lulus tes wawancara
c. Perawat Pelaksana (Asosiet)
1. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2. Pengalaman kerja dibagian kesehatan jiwa minimal 1 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat) : asuhan keperawatan jiwa
5. Lulus tes tulis
6. Lulus tes wawancara
Praktik Profesi Manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. EGC : Jakarta.
Nursalam, (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Sitorus, (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat : Sagung Seto : Jakarta.
top related