proposal torsi kidz jan 2011
Post on 01-Jul-2015
401 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman. Kondisi tanah yang
dijadikan lahan pertanian sangat berpengaruh langsung pada hasil akhir suatu
usaha budidaya pertanian, karena pada kondisi fisik, khemis, dan biologis tanah
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman itu sendiri. Tanah harus memiliki kondisi yang sesuai dengan tanaman
yang akan ditanam.
Untuk memulai kegiatan budidaya pertanian, diawali dengan kegiatan
pengolahan tanah untuk menciptakan tanah yang siap tanam yaitu media
pertumbuhan yang baik untuik tanaman. Pengolahan tanah dapat dipandang
sebagai suatu usaha menusia untuk mengubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah
sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia. Di dalam usaha pertanian,
pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik,
khemis, dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai
untuk pertumbuhan tanaman.
Penggunaan alat mesin pertanian telah secara nyata memberikan sumbangan
terhadap peningkatan produksi pertanian. Pengolahan tanah merupakan bagian
proses terberat dari keseluruhan proses budidaya. Penggunaan alat mesin
pertanian dapat menanggulangi keterbatasan waktu serta tenaga dalam kegiatan
pengolahan tanah. Untuk itu, kegiatan pengolahan tanah membutuhkan alat
pengolah tanah yang sesuai dengan kondisi tanah bersangkutan. Secara garis
besarnya alat pengolah tanah dibedakan menjadi dua yaitu alat pengolah tanah
pertama berupa bajak dan alat pengolah tanah kedua berupa garu. Alat pengolah
tanah yang lazim digunakan di Indonesia adalah bajak singkal, bajak piringan,
bajak rotari, dan garu. Bajak rotari merupakan bajak yang digunakan untuk
mencacah tanah dengan gerakan berputar secara vertikal. Biasanya di Indonesia,
1
bajak ini digunakan pada pengolahan tanah kedua menggantikan
penggaruan,disesuaikan dengan kondisi tanah.
Pada penggunaan bajak rotari dalam pengolahan tanah, terjadi berbagai
macam gerakan pada tanah, salah satunya adalah torsi. Torsi adalah momen putar
yang bekerja pada bidang tegak lurus sumbu bajak. Torsi ini terjadi akibat gerakan
putar bajak rotari terhadap tanah. Pada tanah, torsi dapat diukur dengan soil
penetrometer SR-2.
Torsi spesifik tanah merupakan besarnya torsi untuk memotong tanah
setiap satu satuan luas potongan tanah. Satuan dari torsi spesifik tanah adalah
kg.m/cm2. Parameter torsi spesifik tanah ini dipakai untuk perhitungan daya
potong alat pengolah tanah yang berputar, misalnya rotavator (rotary tiller, bajak
putar). Besarnya daya pemotongan tanah dengan rotavator bergantung pada torsi
spesifik tanah, kedalaman pengolahan tanah, lebar kerja pengolahan tanah, dan
kecepatan putar (RPM) poros rotavator.
Torsi spesifik sangat berpengaruh terhadap hasil olahan tanah. Tanah hasil
olahan dari alat pengolah tanah yang berputar hasilnya berupa cacahan tanah.
Dengan mengetahui besar nilai torsi spesifik pembajakan pada kondisi tanah
tertentu, dapat membantu untuk menentukan kebutuhan daya yang tepat untuk
melakukan pencacahan tanah agar pengolahan tanah bisa lebih efektif. Untuk itu
diperlukan suatu penelitian untuk menentukan hubungan torsi pembajakan
dengan 2 parameter kondisi tanah, yaitu pemadatan dan kadar air tanah.
Penelitian ini diperlukan untuk mencari hubungan torsi spesifik pembajakan
dengan kondisi tanah. Untuk mengukur nilai torsi spesifik pembajakan yang
kaitannya dengan kepadatan dan kadar air tanah, dilakukan pengujian
laboratorium dengan menggunakan alat bernama soil penetrometer SR-2. Dengan
kondisi tanah yang sudah dikondisikan seperti aslinya di lahan dengan variasi
pemadatan dan kadar air tanah.
2
I.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara besarnya
kepadatan dan kadar air tanah terhadap harga torsi spesifik pembajakan dengan
menggunakan alat Soil Penetrometer SR-2 pada jenis tanah ringan.
I.3. Manfaat
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui pengaruh nilai kepadatan
dan kadar air tanah terhadap besarnya torsi spesifik pembajakan untuk jenis tanah
ringan. Dapat digunakan sebagai acuan perhitungan daya traktor dan alat untuk
pengolahan tanah tipe putar yang digunakan pada lahan dengan tanah ringan.
I.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan harga torsi spesifik pembajakan
dengan menggunakan alat Soil Penetrometer SR-2. Parameter yang digunakan
adalah variasi kepadatan dan kadar air tanah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan
manusia untuk memperbaiki kondisi fisik, khemis, dan biologis tanahsampai
kedalaman tertentu sehingga tanah tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman
(Ciptohadijoyo, 2003).
Clinton (1983) dalam Kisbyantoro (1999) menyebutkan bahwa pengolahan
tanah berdasarkan tahapan kegiatannya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Pengolahan tanah
pertama merupakan proses pemotongan dan pembalikan tanah dengan kedalaman
yang relatif besar. Inti dari pengolahan tanah adalah menghancurkan tanah pada
daerah perakaran. Pengolahan tanah kedua dilakukan dengan kedalaman yang
lebih rendah, berkisar antara 5 sampai 15 cm.
Menurut Mc Kibben (1968), inti dari pengolahan tanah kedua adalah
menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah yang telah dihancurkan pada
pengolahan tanah pertama. Secara umum tujuan pengolahan tanah adalah:
1. Memperbaiki kondisi tanah
Pengolahan tanah ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang
gembur, dan berstruktur lepas (granuler) dengan maksud untuk menciptakan
kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipotong
dan digemburkan juga memungkinkan kapasitas serta laju infiltrasi
meningkat, serta air tanah
2. Mengontrol gulma, seresah, dan sisa-sisa tanaman
Pengolahan tanah dapat digunakan untuk mengontrol pertumbuhan
gulma. Selain itu dengan pengolahan tanah, seresah dan sisa-sisa tanaman
akan dibalik dan dibenamkan kedalam tanah sehingga akan dapat diuraikan
oleh mikroorganisme menjadi bahan organik.
4
3. Pembentukan kondisi tanah
Pada penanaman, pembuatan saluran irigasi dan drainase tanah
seringkali diolah untuk mendapatkan suatu kondisi tanah serta permukaan
tanah tertentu. Sebagai contohnya adalah perataan tanah untuk pembuatan
saluran irigasi dan drainase.
4. Memasukkan material lain kedalam tanah
Pupuk, seresah tanaman, dan material-material lain dapat dimasukkan
kedalam tanah melalui pengolahan tanah. Kadang-kadang material-material
tersebut perlu dimasukkan kedalam tanah dengan variasi distribusi tertentu,
sehingga desain alat pengolah tanah juga bervariasi.
5. Pemisahan material
Pengolahan tanah dapat digunakan untuk mengubah keadaan tanah dari
satu keadaan ke keadaan yang lain, serta memindahkan material tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain. Sebagai contohnya adalah membentuk gumpalan-
gumpalan tanah dan menempatkan gumpalan-gumpalan tersebut diatas
permukaan tanah dengan usaha mengurangi besarnya erosi angin.
Pembersihan beberapa material yang tidak diinginkan dari dalam tanah
termasuk dalam kegiatan ini, misalnya mencukil batu dari dalam tanah.
6. Mencampur material tertentu dengan tanah
Selain memasukkan material kedalam tanah, pengolahan tanah juga
dapat digunakan untuk mencampur material yang dimasukkan tersebut dengan
tanah. Pencampuran ini seringkali diperlukan. Misalnya mencampur lengas
tanah, pupuk, dan lain sebagainya.
7. Pemadatan tanah
Pada beberapa kasus, seperti pada pembuatan konstruksi pondasi,
kekuatan tanah perlu ditingkatkan dengan jalan pemadatan.pemadatan dapat
digunakan untuk mengurangi daya permeabilitas tanah terhadap air.
Manipulasi tanah yang berupa pemadatan tanah dengan menggunakan roller
atau tamper (cangkul) termasuk kegiatan pengolahan tanah.
Alat pengolah tanah merupakan perlengkapan mekanis untuk menerapkan
gaya pada tanah yang mengakibatkan gejala seperti pemecahan, pemotongan,
5
pembalikan atau gerakan tanah. Besarnya gaya berhubungan erat dengan sifat
mekanis tanah (Koolen dan Kuipers, 1983).
Reaksi tanah terhadap gaya yang diberikan alat pengolah tanah selama proses
pengolahan dipengaruhi oleh tahanan tanah terhadap tekanan, tahan geser, tahan
adhesi, dan tahan gesek. Cara gerakan tanah juga mempengaruhi gejala dinamik
ini (Gill dan Vanden Berg, 1968).
II.2. Sifat-sifat Tanah
1. Kadar Air
Das (1993) menyatakan bahwa kadar air tanah didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diselidiki. Menurut Hardjowigeno (1987), kadar air sangat berkaitan dengan
kelas drainase tanah, yaitu mudah tidaknya air hilang dari dalam tanah. Air
terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau keadaan drainase yang kurang baik.
Untuk menghitung besarnya kadar air (%) yang terkandung dalam tanah,
digunakan persamaan gravimetrik (Hillel, 1982):
KA=(x− y )
yx100 %..............................................................................(1)
keterangan:
x = berat contoh tanah sebelum dioven, setelah dikurangi berat ring (gr)
y = berat contoh tanah setelah dioven, setelah dikurangi berat ring (gr)
Pengukuran kadar air tanah bertujuan untuk mendapatkan besarnya
persentase kadar air tanah yang dikandung tanah yang diuji. Nilai tersebut
akan dijadikan sebagai acuan hubungan antara besarnya kadar air dengan
besarnya harga draft pengolahan tanah pada tanah uji.
2. Tekstur Tanah
Menurut Hardiyatmo (1992), tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara
butir primer pasir, debu dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada di dalam tanah.
6
Penentuan jenis tekstur tanah dapat dilakukan berdasarkan perbandingan
masing-masing partikel tanah.
3. Kerapatan Isi Tanah
Menurut Davies et al. (1993) dalam Azmi (2006), metode pengukuran
kerapatan isi tanah tergantung dari massa suatu tanah yang sudah diketahui
volumenya terlebih dahulu. Kerapatan isi tanah menunjukkan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori
tanah. Kerapatan isi tanah menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat sutau
tanah maka semakin tinggi kerapatan isinya, yang berarti semakin sulit
meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman.
4. Struktur Tanah
Das (1993) menyatakan struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butiran-butiran tanah. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemampuan (ketahanan) yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur tanah di antaranya adalah bentuk, ukuran, dan
komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat fisik dan komposisi air tanah.
Tanah yang berstruktur baik (granular atau remah) mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
5. Tahanan Penetrasi Tanah
Menurut Mandang dan Nishimura (1991), kekuatan tanah adalah kemampuan
dari suatu tanah untuk melawan gaya yang bekerja, atau dikatakan juga
sebagai kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi
atau regangan. Tahanan penetrasi dapat dijadikan ukuran untuk
menggambarkan besarnya kemampuan tanah yang diperlukan oleh peralatan
pertanian untuk bekerja atau akar tanaman untuk menembus tanah. Nilai
tahanan penetrasi diukur dengan menggunakan penetrometer dengan
parameter cone index (indeks kerucut), yaitu suatu indeks untuk menyatakan
kemampuan tanah melawan atau menahan gaya penetrasi dari suatu kerucut.
Indeks kerucut tanah menunjukkan tingkat kekerasan tanah dan untuk
mengetahui ada tidaknya lapisan kedap pada kedalaman tertentu. Faktor yang
mempengaruhi nilai cone index adalah kerapatan isi, kadar air dan jenis tanah.
7
Davies et al. (1993) dalam Azmi (2006) menyatakan bahwa tahanan penetrasi
tanah sangat tergantung pada kadar air tanah dan biasanya digunakan sebagai
pembanding antara tempat-tempat yang berbeda pada areal lahan yang sama
pada hari yang sama.
II.3. Torsi Pembajakan dan Soil Penetrometer
Torsi spesifik tanah merupakan besarnya torsi untuk memotong tanah
(dengan alat yang berputar pada porosnya) setiap satu satuan luas potongan
tanah. Satuan dari torsi spesifik tanah adalah kg.m/cm2. Parameter torsi
spesifik tanah ini dipakai untuk perhitungan daya potong alat pengolah tanah
yang berputar, misalnya rotavator (rotary tiller, bajak putar). Besarnya daya
pemotongan tanah dengan rotavator bergantung pada torsi spesifik tanah,
kedalaman pengolahan tanah, lebar kerja pengolahan tanah, dan putaran poros
rotavator. Torsi spesifik pembajakan dipengaruhi oleh kondisi tanah yanh
diolah. Kondisi yang paling berpengaruh adalah tingkat jenis tanah, kekerasan
tanah (kepadatan), kadar air dalam tanah, dan tahanan tanah. (Santosa, 2005).
Alat pengolah tanah merupakan perlengkapan mekanis untuk
menerapkan gaya pada tanah yang mengakibatkan gejala seperti pemecahan,
pemotongan, pembalikan atau gerakan tanah. Besarnya gaya berhubungan erat
dengan sifat mekanis tanah (Koolen dan Kuipers, 1983). Reaksi tanah
terhadap gaya yang diberikan alat pengolah tanah selama proses pengolahan
dipengaruhi oleh tahanan tanah terhadap tekanan, tahan geser, tahan adhesi,
dan tahan gesek. Cara gerakan tanah juga mempengaruhi gejala dinamik ini
(Gill dan Vanden Berg, 1968).
Menurut Goryachkin (1972) dalam Santosa (1993), ada tiga komponen
hambatan total pada bajak yaitu:
1. Hambatan berupa gaya gesek alat pengolah tanah terhadapa alur.
Hambatan ini nilainya tidak bergantung pada kedalaman pengolahan tanah
serta kecepatan pengolahan tanah, tetapi bergantung pada berat alat
pengolah tanah tersebut.
8
2. Hambatan deformasi (deformation) irisan tanah yang sebanding dengan
luas penampang lintang irisan tanah. Hambatan ini tidak bergantung pada
kecepatan pengolahan tanah.
3. Hambatan berupa perubahan energi kinetik medium (tanah). Proses
pelemparan tanah kearah samping memerlukan energi kinetik.
Menurut Wesley (1977), dengan menekan atau memukul berbagai
macam alat kedalam tanah, dan mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan
yang diperlukan, kita dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan yang
berbeda, dan mendapatkan indikasi mengenai kekuatannya. Penyelidikan
semacam ini disebut percobaan penetrasi, dan alat yang dipakai adalah
penetrometer. Penetrometer dapat dibagi menjadi 2 macam:
1. Penetrometer statis
Ujungnya ditekan kedalam tanah pada kecepatan tertentu, dan gaya
perlawanannya diukur (dalam kg/cm2 misalnya).
2. Penetrometer dinamis
Ujungnya dimasukkan kedalam tanah dengan pukulan yang dilakukan
dengan menjatuhkan beban. Beban dijatuhkan dari tinggi jatuh tertentu,
dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk mendorong ujung tersebut
menembus jarak tertentu diukur pula (misalnya dalam satuan pukulan
meter).
Percobaan yang disebut vane test adalah suatu cara untuk mengukur
kekuatan geser setempat pada tanah yang berbutir halus. Alat vane dipasang
pada ujung stang bor dan ditekan supaya masuk ke dalam tanah pada dasar
lubang bor. Setelah dimasukkan, vane diputar sehingga terjadi pergeseran
pada suatu bidang tanah berbentuk silinder. Dengan alat pengukur ini kita
dapat menentukan momen torsi yang bekerja pada saat terjadi keruntuhan.
Momen torsi dapat ditentukan dengan menghitung momen perlawanan dari
kekuatan geser tanah, yaitu:
T=Su π D2
2[1+ r
3 L] ……………………………………………………. (1)
T = momen torsi
9
Su = kekuatan geser
D = Diameter vane
L = panjang vane secara vertikal
r = jari-jari dalam vane
Gambar cara kerja pengukuran torsi dengan vane test
Penetrometer yang umum digunakan di Indonesia adalah alat sondir yang
disebut juga Dutch Penetrometer. Dengan alat ini ujungnya ditekan secara
langsung ke dalam tanah. Ujung alat berupa konis (kerucut) dan dihubungkan
dengan rangkaian stang bor yang dinamai pipa sondir ditekan masuk ke dalam
tanah dengan pertolongan ongkel dan dongkrak yang ditambatkan pada lat di
permukaan tanah. Ujung penetrometer ini ada 2 macam(Soetoto & Aryono, 1980):
1. Konis biasa (tipe standar)
Pada tipe standar yang diukur hanya perlawanan ujung yang dilakukan
hanya dengan menekan stang bagian dalamnya saja. Seluruh bagian
tabung luar dalam keadaan diam (statis). Gaya yang dibutuhkan untuk
menekan kerucut ke bawah dibaca pada alat pengukur.
2. Bikonis
Pada tipe bikonis, yang diukur adalah baik nilai konis maupun hambatan
pelekat. Caranya dengan menekan stang dalam yang menekan konis ke
bawah dan dalam keadaan ini hanya nilai konis yang diukur. Bila konis
10
telah ditekan ke bawah 4 cm maka dengan sendirinya akan mengkait
friction sleeve dan ikut membawanya ke bawah bersama-sama sedalam 4
cm juga.
Gambar Soil Penetrometer SR-2
Pada penetrometer, ring geser atau plat geser dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat dihasilkan tegangan normal dan geser yang relatif merata pada
bidang patahan tanah, yang akan terjadi pada bagian bawah dari sirip geser. Torsi
maksimum yang diperoleh dari putaran ring geser merupakan fungsi gaya geser
dan jari-jari ring, sehingga dapat dituliskan (Rozaq, 1993):
Tm = (CA+Ntanθ)r …………………………………………………… (2)
Dimana:
A = luasan bidang ring (cm2)
r = jari-jari rerata ring (cm)
N = Tegangan normal (N)
C = Kohesi, bagian dari kekuatan yang independen dari tekanan normal
(pascal)
Θ = sudut geser dakhil (dalam) material]
Gaya horizontal maksimum pada plat geser, Fm dapat dinyatakan :
Fm = CA+Ntanθ
A = luasan plat horizontal
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
III.2. Alat dan Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1) Sampel tanah ringan (regosol)
2) Box kayu (10 buah)
Alat-alat yng digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Timbangan, roll meter,
2) Seperangkat Soil penetrometer SR-2
3) Strain gauge Kyowa KFG2-120-CL
4) Strain Amplifier Kyowa DPM6H
5) Converter
6) Bridge Box
7) Laptop
III.3. Prosedur Pelaksanaan
Penelitian dikenakan terhadap suatu media tanah yang dipersiapkan di
laboratorium. Data yang di ambil merupakan hubungan antara besarnya torsi
pembajakan pada tanah dengan variasi kepadatan dan kadar air . Sebelumnya,
media tanah dilumpurkan dan dikembalikan pada kondisi asli (tak terusik) pada
suatu soil-bin. Data yang didapatkan berupa gaya putar secara horizontal dengan
perlakuan variasi kadar air dan kepadatan dalam tanah. Besarnya torsi ini diukur
dengan bantuan alat Soil penetrometer SR-2 yang dirangkaikan dengan strain
12
gauge agar data yang didapat lebih akurat dan berbentuk digital . Langkah-
langkah pengambilan data secara terperinci adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan nilai torsi tanah di lapangan
Sebelum melakukan pengamatan, dilakukan pengukuran nilai torsi
spesifik di kondisi lahan yang asli untuk digunakan sebagai pembanding,
dengan kondisi tanah sampel.
b. Penyiapan media tanah
Pengujian dilakukan pada tanah regosol yang diambil dari tanah
sawah. Tanah dikembalikan seperti kondisi semula (mendekati kondisi
semula) dengan cara dilumpurkan terlebih dahulu di dalam soil-bin.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk membuat tanah menjadi homogen
sehingga variasi gaya yang dihasilkan tidak terlalu dipengaruhi oleh
kondisi tanah. Tanah dimasukkan kedalam 10 kotak tanah dan diberi
perlakuan tertentu. 5 kotak diberi variasi kadar air yang berbeda dan 5
kotak diberi kepadatan yang berbeda. Tanah lalu dikondisikan hingga
mencapai nilai kadar air dan kepadatan yang yang diinginkan.
c. Pembuatan batang putar untuk penetrometer
Karena untuk memasang strain gauge pada batang penetrometer
diperlukan pengamplasan bahan yang akan merusak lapisan bajanya, maka
perlu dibuat tiruan batang putar yang mirip dengan aslinya. Batang dibuat
dari bahan semi baja yang elastis hingga mampu menahan beban hingga 2
kg.
d. Pemasangan strain gauge dan rangkaiannya
Setelah batang putar dibuat, permukaan batang diamplas hingga
permukaannya halus dan tidak ada karat. Lalu ditempeli strain gauge pada
tengah batang dengan jarak 13 cm. Strain gauge lalu dirangkai dengan
bridge box dan amplifier untuk pembacaan data tegangan yang terjadi saat
batang diberi beban. Untuk mengubah pembacaan menjadi digital,
amplifier dirangkaikan dengan converter yang dihubungkan ke laptop agar
tegangan yang terbaca dapat disimpan secara digital.
13
e. Kaliberasi penetrometer SR-2 dan batang putar
Sebelum digunakan, penetrometer harus dikaliberasi untuk menyamakan 1
kg terbaca di penetrometer dengan 1 kg yang sebenarnya. Kaliberasi
dilakukan untk mengkonversi sinyal tegangan yang dihasilkan ke satuan
gaya. Kaliberasi dengan mengukur tegangan yang terbaca pada setiap
pembebanan dari 0, 200, 400, 600, …. , sampai dengan 2000 gram. Hasil
pembacaan diplotkan pada suatu grafik secara statistik (regresi linier)
ditentukan persamaannya. Dengan demikian maka akan didapatkan
persamaan linear dari kalibrasi strain gauge sebagai berikut :
y = a x + b ................................(3)
dengan :
x = tegangan listrik (tercatat dalam digit)
y = gaya alat (kg)
f. Pengambilan data nilai torsi spesifik dengan penetrometer SR-2
Dengan penetrometer SR-2, tanah yang akan diuji ditekan hingga
vane penetrometer masuk ke dalam tanah. Lalu setelah masuk, stang putar
pada pegangan penetrometer diputar hingga tanah runtuh. Dari situ bisa
diliat pada nilai gaya geser yang terjadi. Kemudian untuk mencari nilai
torsi dari tanah yang diukur, nilai gaya geser yang didapat dikali dengan
diameter vane penetrometer yang masuk ke dalam tanah.
g. Pengolahan data
Setelah nilai torsi dari semua tanah yang diuji telah didapat
dengan penetrometer secara analog dan digital, dibandingkan nilai-
nilainya untuk tiap kadar air dan kepadatan. Dari nilai-nilai tersebut bisa
dibuat grafik perbandingan perubahan torsi terhadap nilai kadar air dan
kepadatan tanah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Asyidda Mushoffa. 2006. Disain Ditcher Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering. http://ditcher-sugarcane.blogspot.com/2009/07/disain-ditcher-untuk-saluran-drainase.html
Ciptohadijoyo, Sunarto. 2003. Bahan Ajar Mesin Produksi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Das, B.M. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardiyatmo, H.C. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hillel, Daniel. 1982. Introduction to Soil Physics. Academic Press Inc. Orlando
Florida.
Kisbyantoro, Agung. 1999. Studi Kinerja Bajak Singkal dengan Sistem Penggandengan Berkontrol Pegas (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mandang, T. dan I. Nishimura. 1991. Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. JICA-DGHE-IPB PROJECT/ADAET. Bogor.
Mc. Kibben, E. G. 1968. Agricultural Hand Book 316. U.S.A. Department of Agriculture. U.S.A.
Rozaq, Abdul. 1993. Teknik Tanah. Fakultas Pasca Sarjana Teknologi Pertanian
UGM.
Santosa. 1993. Kajian Nilai Draft Spesifik Tanah Bajak Singkal dengan Pendekatan Analisis Dimensi (Tesis). Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003 dalam Bidang Teknik dan Pertanian. Yogyakarta. Andi.
Soetoto dan Aryono. 1980. Mekanika Tanah (Geologi). Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
Wesley, L.D. 1977. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.
15
16
RANCANGAN DAFTAR ISI LAPORAN PENELITIAN
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan
I.3. Manfaat
I.4. Batasan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengolahan Tanah
II.2. Sifat-sifat Tanah
II.3. Torsi Pembajakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat Penelitian
III.2. Bahan Penelitian
III.3. Alat
III.4. Prosedur Pelaksanaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
IV.2. Analisa Data
IV.3. Pembahasan
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
17
BLANGKO PENGAMATAN
Tabel 1. Nilai Torsi pembajakan pada tanah ringan di lapangan
No Torsi pembajakan
(kg.cm)
1
2
3
4
5
Tabel 2. Kalibrasi Strain Gauge dengan Berbagai Beban
No (Y) gaya atau beban (N) (x) tegangan (digit angka, mV)
1
2
3
4
5
Tabel 3. Data Pembacaan torsi pembajakan pada tanah ringan di dalam Soil Bin dengan variasi kadar air
Ulangan Ke-Pembacaan torsi pembajakan Pada Berbagai Variasi Kadar Air
Box I Box II Box III Box IV Box V1 2 3
18
Tabel 4. Data Pembacaan torsi pembajakan pada tanah ringan di dalam Soil Bin dengan variasi kepadatan
Ulangan Ke-Pembacaan torsi pembajakan Pada Berbagai Variasi kepadatan
Box I Box II Box III Box IV Box V1 2 3
19
top related