proses analisis kebijakan publik
Post on 16-Oct-2015
163 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
PROSES ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
Proses kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar
bahwa adanya situasi permasalahan, yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan
atau kekecewaan dalam perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan( Ackoff
dalam Dunn,2000:121). Dunn (2000-21) berpendapat bahwa metodologi analisis
kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam
pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi, dan
evaluasi. Dalam analisis kebijakan prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-
nama khusus, yakni:
-
1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai
apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu
publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para
aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn
(1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik
tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah
tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
2.Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
-
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung.
Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat
baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir
pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-
simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
5. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu
kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap
akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Dalam analisis kebijakan publik paling tidak meliputi tujuh langkah dasar. Ke
tujuh langkah tersebut adalah:
Formulasi Masalah Kebijakan
Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi
dan metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga
identifikasi masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi
policy question yang diangkat dari policy issues tertentu. Teori dan metode yang
diperlukan dalam tahapan ini adalah metode penelitian termasuk evaluation
research, metode kuantitatif, dan teori-teori yang relevan dengan substansi
persoalan yang dihadapi, serta informasi mengenai permasalahan yang sedang
dilakukan studi.
-
Formulasi Tujuan
Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah
publik. Analis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara
jelas, realistis dan terukur. Jelas, maksudnya mudah dipahami, realistis
maksudnya sesuai dengan nilai-nilai filsafat dan terukur maksudnya sejauh
mungkin bisa diperhitungkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran
atau satuan-satuan tertentu.
Penentuan Kriteria
Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai
alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti
ekonomi (efisiensi, dsb) politik (konsensus antar stakeholders, dsb), administratif
( kemungkinan efektivitas, dsb) namun tidak kalah penting juga hal-hal yang
menyangkut nilai-nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah
(equity, equality, dsb)
Penyusunan Model
Model adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai
gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model
dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut:
Skematik model ( contoh: flow chart), fisikal model (contoh: miniatur), game
model (contoh: latihan pemadam kebakaran), simbolik model (contoh: rumus
matematik). Manfaat model dalam analisis kebijakan publik adalah
mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan
prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya perubahan-perubahan
dalam faktor penyebab.
-
Pengembangan Alternatif
Alternatif adalah sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan
untuk mencapai, langsung ataupun tak langsung sejumlah tujuan yang telah
ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang
karena beberapa hal: (1) Berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah
ada. (2) Dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu
bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, (3)
merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu.
Penilaian Alternatif
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana
yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian adalah mendapatkan
gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan fisibilitas tiap alternatif
dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif
mana yang paling layak , efektif dan efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa,
mungkin suatu alternatif secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi
bisa dilaksanakan tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan
mempunyai dampak negatif kepada lingkungan. Maka untuk gejala seperti ini
perlu penilaian etika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin
diperlukan untuk bisa menilai secara lebih obyektif.
Rekomendasi kebijakan
Penilaian atas alternatif-alternatif akan memberikan gambaran tentang
sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk mencapai tujuan-kebijakan publik.
Tugas analis kebijakan publik pada langkah terakhir ini adalah merumuskan
rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan dapat mencapai tujuan
secara optimum. Rekomendasi dapat satu atau beberapa alternatif, dengan
argumentasi yang lengkap dari berbagai faktor penilaian tersebut. Dalam
rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan dari alternatif
kebijakan yang yang disodorkan kepada pembuat kebijakan publik.
-
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PUBLIK
Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam
serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal
dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya
suatu standar pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa
pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa
persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat
pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima
layanan. Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik pada
administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah proses pengambilan
keputusan sampai dengan evaluasi dan pengawasan termasuk pelaksanaannya.
Dengan mengambil fokus ini tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan
kekuatan politik atau budaya politik sebagai variabel bebas dalam upaya
menjelaskan kebijakan publik tertentu sebagai variabel terikat.
ISU KEBIJAKAN PUBLIK
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu
publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para
aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn, isu
kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang
rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu.
Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
-
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik
menurut Kimber, Salesbury, Sandbach, Hogwood dan Gunn, diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;
3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat
manusia) dan mendapat dukungan media massa
4. menjangkau dampak yang amat luas
5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi
mudah dirasakan kehadirannya)
Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan
masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya ditunda untuk waktu lama. Ilustrasi : Legislator negara dan
kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang mengirimkan ke Komisi
Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. Rancangan berhenti
di komite dan tidak terpilih. Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan
berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder.
Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan
keterlibatan stakeholder. Formulasi kebijakan Masalah yang sudah masuk dalam
agenda kebijakan kemudia dibahas oleh para pembuat kebijakan.
Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif
atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah
untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-
masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan Tujuan legitimasi
adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara
-
akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa
tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung
berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah
yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat
dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini
orang belaja untuk mendukung pemerintah.
PENILAIAN/ EVALUASI KEBIJAKAN
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu
kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap
akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah- masalah
kebijakan, rogram- program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Pada situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga
bisa berlangsung karena adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama
dipersepsikan sebagai "belum pernah tersentuh" oleh pemerintah atau
ditanggulangi lewat kebijakan pemerintah. Pada titik ini kemudian mulai
membangkitkan tingkat perhatian tertentu. (Wahab : 2001:35) Jadi, pada intinya
isu kebijakan (policy issues) lazimnya muncul karena telah terjadi silang pendapat
di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu sendiri.
Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian
atas suatu masalah tertentu (Dunn, 1990). Pada sisi lain, isu bukan hanya
mengandung makna adanya masalah atau ancaman, tetapi juga peluang-peluang
-
bagi tindakan positif tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang
dipersepsikan sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan (Hogwood dan
Gunn, 1996).
Dipahami seperti itu, maka isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan
alternatif (alternative policies) atau suatu proses yang dimaksudkan untuk
menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan
tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka (Alford dan Friedland, 1990:
104). Singkatnya, timbulnya isu kebijakan publik terutama karena telah terjadi
konflik atau "perbedaan persepsional" di antara para aktor atas suatu situasi
problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu.
Sebagai sebuah konsep, makna persepsi (perception) tidak lain adalah
proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan
makna tertentu atas pentingnya sesuatu peristiwa atau stimulus tertentu yang
berasal dari luar dirinya. Singkatnya, persepsi adalah "lensa konseptual"
(conceptual lense) yang pada diri individu berfungsi sebagai kerangka analisis
untuk memahami suatu masalah (Allison, 1971).
Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman, dan tentu
saja perumusan atas suatu isu sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dilihat dari
sudut pandang ini, maka besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok
atau pihak-pihak tertentu dalam sistem politik yang berkepentingan atas sesuatu
isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan bagaimana merumuskannya.
Persepsi ini, pada gilirannya juga akan mempengaruhi terhadap penilaian
mengenai status peringkat yang terkait pada sesuatu isu.
Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan
dapat dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu
fungsional, dan isu minor (Dunn, 1990). Kategorisasi ini menjelaskan bahwa
makna penting yang melekat pada suatu isu akan ditentukan oleh peringkat yang
dimilikinya. Artinya, makin tinggi status peringkat yang diberikan atas sesuatu
isu, maka biasanya makin strategis pula posisinya secara politis
-
http://dinamikakebijakanpublik.blogspot.com/2011/10/tahap-tahap-pembuatan-
kebijakan-publik.html
-
RESUME ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
WILLIAM N. DUNN
TUGAS I
MATA KULIAH : Kebijakan Pelayanan Publik
Dosen : Dr. HAMKA, MA
DISUSUN OLEH :
ADE SAPUTRA
1013000420
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDY MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
2012
top related