prospek pengembangan desa di indonesia -...
Post on 03-Feb-2018
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROSPEK PENGEMBANGAN DESADI INDONESIA
PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS
Oktober 2009
A. PENDAHULUAN
1. Masalah mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan desadisebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural :
a) kurang kuatnya keberpihakan Pemerintah Pusat kepadaDesa dan masyarakat Desa;
b) kedudukan organisasional yang ambivalen antaraorganisasi pemerintah formal dengan lembagakemasyarakatan;
c) ketidakjelasan status kepegawaian perangkat desa;d) pembagian kewenangan yg tidak jelas.
2. Peranan hukum adat yg mengikat desa sebagai kesatuanmasyarakat hukum sudah mulai pudar digantikan oleh hukumnasional yg tertulis.
3. Dilihat dari asal-usul penduduknya, desa dapat dikelompokkanmenjadi tiga macam :a. desa geneologis ( > 75% penduduk asli);b. desa campuran ( +/- 50% penduduk asli, selebihnya pendatang);c. desa teritorial (> 75% penduduk pendatang).
4. Desa geneologis hukum adat masih berlakuDesa campuran hukum adat mulai surutDesa teritorial - hukum adat praktis tidak berlaku lagi.
5. Sejak dari jaman Hindia Belanda sampai sekarang masihdigunakan sistem “memerintah secara tidak langsung” (indirect rule) terhadap masyarakat desa. Sistem ini menempatkan desadengan pemerintahannya pada posisi marginal.
Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang (sd tahun 2025), jumlahpenduduk yang tinggal di daerah perdesaan akan lebih sedikitdibanding yang tinggal di daerah perkotaan. Organisasipemerintah seharusnya menyesuaikan bentuknya sesuaiperkembangan masyarakatnya.
6. Secara sosiologis, desa dipandang sebagai tempat dengan nilai
-nilai tradisional yg menggambarkan keterbelakangan.
7. Secara administratif pemerintahan, desa lebih diposisikansebagai obyek kekuasaan.
8. Dari sistem pemerintahan negara Indonesia, pemerintahandesa merupakan subsistem yang terlemah.Kata bijak I : Kecepatan rombongan karavan akan ditentukan
oleh kecepatan gerobak yang paling lambat.Kata bijak II : Kekuatan rantai terletak pada mata rantainya
yang terlemah.9. Secara politis selama ini desa hanya dijadikan tempat
pengumpulan suara pada waktu PEMILU, setelah itudilupakan.
10. Secara ekonomis, desa dipandang sebagai sumber bahan bakudan tenaga kerja yg murah.
Sebagian besar Desa di Indonesia sampai sekarang
masih merupakan kesatuan masyarakat hukum asli, yang
berlandaskan pada hukum adat disamping hukum nasional.
Pemerintah desa selama ini menjalankan tiga peran
utamanya yaitu :
1) sebagai Struktur Perantara;
2) sebagai Pelayan Masyarakat;
3) sebagai Agen Pembaharuan.
B. KEBIJAKAN POLITIS PENGEMBANGAN DESA DI INDONESIA
1. Mengingat masalah yang dihadapi oleh Desa bersifat struktural,
maka cara mengatasinya harus didasarkan pada kebijakan
politik yang strategis dan bersinambungan, tidak bersifat
tambal sulam.
2. Strategi jangka panjang adalah menetapkan secara tegas
kedudukan organisasional pemerintah desa. Secara politis hal
ini sudah mulai nampak dalam TAP MPR RI No.IV/MPR/2000
yang berbeda dengan isi pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Isi pasal iniyaitu sbb : “ Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnyasepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”.
Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi nomor 7 dikemukakan mengenai kemungkinan adanya otonomibertingkat propinsi, kabupaten/kota serta desa. Kebijakanpolitik tersebut perlu ditindaklanjuti dengan peraturanperundang-undangan tentang pemerintahan daerah dan desa. Isinya yaitu sbb :
“Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dankesetaraan hubungan pusat dan daerah diperlukan upayaperintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifatmendasar terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Revisi dimaksud dilakukan sebagai upaya penyesuaianterhadap Pasal 18 UUD 1945, termasuk PEMBERIAN otonomibertingkat terhadap Propinsi, Kabupaten/Kota sertaDesa/Nagari/Marga, dan sebagainya.”
PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG DESA ANTARA UUD 1945 (Amandemen) Dengan TAP MPR NO
IV/MPR/2000 REKOMENDASI NOMOR 7
ASPEK YANG DIBANDINGKAN
UUD 1945 Arah TAP MPR NO IV/MPR/2000
Filosofi otonominya Pengakuan Pemberian
Sifat otonominya Tradisional Rasional
Bentuk kelembagaannya Self governing community (lembagakemasyarakatan)
Self local government (Lembaga pemerintahdaerah skala lokal)
Status kepegawaiannya Bukan PNS PNS
Sumber keuangannya Pungutan dan Bantuan Bagian dari APBN danAPBD
Hak memungut pajakdan retribusi atas namaDesa
Tidak ada Ada sesuai peraturanperundang-undangan
GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURANTENTANG DESA
OTONOMI PENGAKUAN
- ADD
- Sekdes diisi PNS
- Urusan Kab/Kota yg
MASA TRANSISI pengaturannya
diserahkan kpd Desa.
- Perdes ada dalam tata
urut per UU an
- Tugas Pembantuan kepada
Desa –Perencanaan Desa.
OTONOMI PEMBERIAN
GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURANTENTANG DESA
OTONOMI PENGAKUAN
ARAH PERKEMBANGANNYA ???
OTONOMI PEMBERIAN
PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN
Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa hanyamemiliki sumber-sumber keuangan tradisional yang diaturberdasarkan hukum adat setempat dan dipelihara secara turuntemurun.
Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum adatnyasemakin memudar, sehingga ikatan-ikatan sosial masyarakatdesa digantikan oleh ikatan-ikatan ekonomi. Penghargaan sosialkepada pejabat desa sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomiberupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang mengalamikekurangan sumber keuangan desa.
Untuk mengatasinya, pemerintah supradesa memberikanBANTUAN KEUANGAN. (lihat UU Nomor 22 Tahun 1999).
Karena bentuknya bantuan, maka jumlahnya tergantung padapihak yang memberi. Pengalaman empiris yang adamenunjukkan bahwa banyak desa di berbagai kabupaten tidakmenerima bantuan keuangan, atau hanya menerima bantuansekadarnya.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri dari :a. pendapatan asli desa;b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerahKabupaten/kota.c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota.d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
(Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004).
Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang miripseperti dana perimbangan keuangan antara pemerintah dengandaerah otonom sebagaimana diatur dalam UU Nomor 33 Tahun2004. ADD diatur dalam Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal68 ayat (1).
Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes(Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur miripseperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk kewajibandiaudit oleh akuntan negara yang ditunjuk.
Dalam hal keuangan memang ada ambivalensi, pada satu sisiPemerintah desa tidak secara resmi disebut sebagai lembagapemerintah, tetapi pengelolaan keuangannya menggunakansistem yang sama dengan pengelolaan keuangan lembagapemerintah yang resmi.
SEKRETARIS DESA
1. Dari berbagai peraturan perundang-undangan tentangpemerintahan daerah yang telah ada di Indonesia, UU Nomor32 Tahun 2004 memiliki kekhususan pengaturan tentangSekretaris Desa.
2. Pada pasal 202 ayat (3) dikemukakan bahwa : “ Sekretaris Desasebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai NegeriSipil yang memenuhi persyaratan.
3. Pada penjelasan pasal 202 ayat (3) UU tsb dikemukakan bahwa: “ Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan PNS secarabertahap diangkat menjadi PNS sesuai peraturan perundang-undangan”.
* Pengisian jabatan Sekretaris Desa oleh PNS dilatarbelakangioleh adanya Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentangRekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan OtonomiDaerah, khususnya rekomendasi Nomor 7, yang bermaksudmengubah otonomi desa dari PENGAKUAN menjadiPEMBERIAN.
* Untuk mempersiapkan otonomi pemberian dari pemerintahpusat tersebut, maka organisasi pemerintah desa harusdiperkuat terlebih dahulu. Kelemahan utama organisasipemerintah desa saat ini adalah status kepegawaian paraperangkatnya yang tidak jelas. Tetapi apabila seluruhperangkat Desa diangkat menjadi PNS, sudah pastimemberatkan keuangan negara. Oleh karena itu, yang diangkat PNS hanya Sekretaris Desa, dengan alasanSekretaris Desa menjadi otaknya proses manajemen danadministrasi di kantor pemerintah desa. Melaluipengangkatan Sekdes sebagai PNS dimulai prosesmodernisasi organisasi pemerintah desa, sampai padakondisi siap untuk menerima pemberian otonomidari pemerintah pusat.
# Kelebihan dan Kelemahan Pengisian Sekdes oleh PNS
A. Kelebihan
1. Sekdes memiliki kepastian kedudukan kepegawaian, penghasilan serta karier, sehingga dapat memberikanmotivasi utk berprestasi.
2. Adanya aktor penggerak perubahan di bidang manajemen danadministrasi pemerintahan untuk tingkat desa.
3. Adanya aktor penghubung yang dapat menjadi perantarakebijakan perubahan yang datang dari pemerintah supradesa.
B. Kelemahan :
1. Menimbulkan kecemburuan bagi Kades dan perangkat desalainnya, terutama pada desa-desa yang tidak memiliki sumberkeuangan yang cukup untuk memberi imbalan bagiperangkat desanya. Kecemburuan ini dapat menimbulkansuasana kerja yang kontraproduktif.
2. Rawan manipulasi dalam proses pengisian jabatan Sekdes, sehingga dapat menimbulkan konflik.
3. Intervensi pemerintah supradesa terhadap desa menjadi lebihbesar melalui tangan-tangan Sekdes.
4. Terbuka peluang terjadinya konflik antara Kepala Desadengan Sekdes dalam hal hubungan kerja, apabilatatakerjanya tidak diatur dengan rinci dan dilaksanakansecara konsisten, karena adanya duplikasi komando terhadapSekdes.
URUSAN PEMERINTAHAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DESA
* UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 mengaturkewenangan Desa secara berbeda dengan berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa:
“ Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desamencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal
usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/
kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada Desa.
Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintahtelah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dariPENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isibutir (b) dan (c).
Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA, bukandesentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugaspembantuan. ( PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN).
Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan daripemerintah supradesa.
Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkankerancuan dalam sistem dalam implementasi pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentangTata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari PemerintahKabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundangkontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negaraunitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusatbaik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasinonpemerintah maupun organisasi semi otonom.
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desatelah dianggap sebagai daerah otonom.
KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM TATA URUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Secara umum dapat dikatakan bahwa ISI OTONOMI mencakuppada empat hal yakni :
a. Hak untuk memilih pemimpinnya sendiri secara bebas;
b. Hak untuk memiliki dan mengelola kekayaannya sendiri
secara bebas;
c. Hak untuk membuat aturan hukumnya sendiri secara bebas;
d. Penggunaan hak kepegawaiannya sendiri secara bebas.
• Kebebasan menggunakan hak tidak bersifat mutlak, melainkandibatasi oleh :
a. Peraturan Per-UU-an yang lebih tinggi tingkatannya;
b. Asas Kepatutan;
c. Asas Kepentingan Umum (SALUS POPULIS SUPREMA LEX).
22
Pada pasal 7 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2004 disebutkantata urutan peraturan perundang-undangan sebagaiberikut :
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Daerah. (Pasal 7 ayat 1).
(Perda Propinsi, Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan Desa)
(Pasal 7 ayat 2).
c. PERDA dalam Tata Urutan Perundangan
Pada pasal 7 ayat (2) disebutkan bahwa Peraturan Daerah meliputi :
a. Peraturan Daerah Provinsi;
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
c. PERATURAN DESA.
24
Jenis Peratuan Perundang-undangan selainsebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakuikeberadaannya dan mempunyai kekuatan hukummengikat sepanjang diperintahkan oleh PeraturanPerundang-undangan yang lebih tinggi.
Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undanganadalah sesuai dengan hierarki sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
(Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang No.10 tahun 2004)
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA
STRATEGI JANGKA PANJANG
1. Melakukan Amandemen UUD 1945 , khususnya Bab VI tentangPemerintahan Daerah, termasuk pasal 18, 18A dan 18B, denganmengubah filosofi otonomi desa dari pengakuan menjadiotonomi pemberian.
2. Menyusun UU tentang Desa.
3. Melakukan ujicoba pembentukan satu desa otonom padasetiap provinsi guna diketahui efektivitas perubahannya. Setelah berjalan lima tahun dilakukan evaluasi kebijakannya.
4. Melakukan perbaikan kebijakan berdasarkan hasil evaluasi.
5. Melakukan perubahan secara menyeluruh serta melakukanujia coba satu desa untuk setiap kabupaten selama lima tahun.
6. Membuka peluang desa untuk memilih antara menjadi desaotonom tingkat bawah atau tetap menjadi desa tradisional.
POLA PENGEMBANGAN DESA DALAM JANGKA PANJANG
UU DESA
1 PROVINSI = 1
DESA PERCON-
TOHAN (5 THN)
I KAB/KOTA =
1 DESA PERCON-
TOHAN (5 THN)
KEPUTUSAN POLITIK TTG
PENGGUNAAN MODEL
DESA OTONOM TRADISIONAL
DESA OTONOM RASIONAL
STRATEGI JANGKA MENENGAH
Strategi jangka menengah yang dapat dilakukan oleh pemerintahpropinsi dan kabupaten/kota adalah :
a. Secara bertahap dan alamiah melakukan proses amalgamasi(penggabungan) desa-desa sesuai dengan karakteristik ekonomidan budaya, sehingga nantinya dapat menjadi satu kesatuanmasyarakat hukum yang relatif kuat di bidang ekonomi danbudaya.
b. Menyusun tipologi desa berdasarkan kemampuan keuangannya,sehingga dapat diketahui peta kekuatannya.
c. Memberikan bantuan pengadaan sumber-sumber keuangan desasesuai dgn tipologinya.
d. Secara bertahap membangun birokrasi desa menjadi lebihprofesional melalui pemberian status kepegawaian yang jelasserta program pemberdayaan dan diklat.
e. Menyiapkan sistem administrasi pemerintahan desa
yang lebih baik melalui program pembangunan
berkelanjutan.
f. Memberdayakan pemerintah desa dengan lebih banyak
memberikan kewenangan utk melayani langsung pada
masyarakat melalui asas tugas pembantuan.
g. Memberikan alokasi pembiayaan sesuai peraturan
perundang-undangan yg berlaku. (perimbangan keuangan
antara Pemda Kabupaten dengan Pemerintah desa).
Strategi Jangka Pendek
1. Memfasilitasi agar implementasi UU Nomor 32 Tahun 2004beserta peraturan pelaksanaan lainnya dapat berjalan dgn baik,karena perubahan yang terjadi bersifat rawan konflik.
2. Mendorong terbangunnya hubungan kerja yang harmonis danegaliter antara Pem. Desa dengan BPD sbg embrio terbentuknyapemerintahan desa yang demokratis.
3. Memberi bantuan keuangan bagi perangkat desa utk menjagaagar sistem yang telah ada dapat tetap dipertahankan.
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATANBERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)
Bupati/
Walikota
Camat
Desa
Desa
DesaDesa
Otonom
(baru)
KecamatanUrusan2
Pemerintahan yg
dijalankan oleh desa
Proses amalgamasi
(Vide Tap MPR No. IV/2000
Rekomendasi no. 7)
Isi otonominya bersifat
pemberian dari Pemerintah
1.Luas mencakup beberapa desa
lama.
2. Otonomi Rasional (DO Tk III)
Konsekuensi
dihapus
Hak cipta model : Sadu Wasistiono
PENGATURAN TEKNIS MENGENAI KEUANGAN DESA
Isyu strategis yang seringkali menjadi sumber ketegangan hubunganantara pemerintah desa dengan pemerintahan supradesa adalahmengenai sumber-sumber keuangan desa, terutama bagi desa-desayang selama ini telah memiliki sumber keuangan yang cukup memadai.
Seiring dengan kebijakan nasional untuk melakukan tertibadministrasi keuangan negara (dalam arti luas), maka berbagai praktekpengelolaan keuangan yang selama ini masih dikelola secaratradisional, secara bertahap dibenahi. Berbagai “rekening liar”, dana-dana yayasan milik departemen yang selama ini dikelola di luaranggaran negara, sekarang harus dimasukkan dulu ke dalam anggarannegara untuk kemudian digunakan kembali melalui mekanisme APBN maupun APBD.
Secara bertahap sistem akuntasi pemerintahan distandarisasimelalui Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diaturberdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan.
Begitu pula dengan dana-dana nonbudgetair maupun danataktis, yang selama ini sepertinya “tidak tersentuh”, sekarangsecara bertahap mulai ditertibkan. Semua keuangan negara, baik dana APBN, dana BUMN, dana APBD dan dana BUMD menjadi obyek audit BPK, sebagai satu-satunya auditor negara. Sedangkan APBDes sampai saat ini belum termasuk obyek audit BPK. Auditnya dapat dilakukan oleh BPKP, dan/atau InspektoratKabupaten/Kota maupun Provinsi.
Secara bertahap, pengelolaan aset negara yang selama ini“amburadul” juga mulai ditertibkan penggunaannya danpencatatannya.
Perubahan kebijakan pengelolaan keuangan di tingkat nasional, mengubah pula pengelolaan keuangan pemerintah desa, karenapemerintahan desa merupakan sub-sub sistem dari sistempemerintahan negara.
Pengaturan mengenai kedudukan keuangan Kepala desa danPerangkat Desa, diatur pada Pasal 27 dan 28 PP Nomor 72 Tahun2005. Pada Psal 27 ayat (1) PP ini disebutkan bahwa : “ Kepala Desadan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulandan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuankeuangan desa.
Jadi ada dua jenis penghasilan kepala desa dan perangkat desayaitu :
a. Penghasilan tetap setiap bulan; dan/atau
b. Tunjangan lainnya.
Pasal ini menunjukkan bahwa pengaturan mengenai kedudukankepala desa dan perangkat desa mengikuti pola pengaturan yang sama pada organisasi pemerintah lainnya. Sedangkan kalimat “ sesuai dengan kemampuan keuangan desa” memungkinkanmasing-masing desa memberikan penghasilan di atas standaryang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. ( Modelnya sama seperti Pemda, gaji pokok dan tunjanganjabatan sama untuk seluruh Indonesia, tetapi masing-masingdaerah dapat memberikan tunjangan kinerja yang berbeda-beda).
Perda tentang kedudukan keuangan kepala desa dan perangkatdesa sebaiknya mengakomodasi hukum adat yang masih berlakupada masing-masing desa.
Selanjutnya pada Pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa : “ Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya yang diterimaKepala Desa dan Perangkat Desa ….. ditetapkan setiap tahundalam APBDes.
Pengaturan ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan desaharus dibuat transparan dan akuntabel, karena pada dasarnyauang yang dikelola oleh Pemerintah Desa adalah uang rakyatjuga, darimanapun sumbernya. Pola-pola penggunaan danasecara langsung seperti yang biasa terjadi pada pengelolaankeuangan secara tradisional, secara bertahap ditinggalkan. Sebagai contoh pengelolaan tanah kas desa yang biasanya diolahlangsung oleh kepala desa dan perangkat desa, serta hasilnyalangsung masuk dimasukkan ke “kantong” mereka, sekarangharus masuk ke mekanisme APBDesa terlebih dahulu, sehinggasemua rakyat mengetahui penggunaannya.
Pada Pasal 27 ayat (3) PP Nomor 72 Tahun 2005, ditetapkan standarminimal penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desaPALING SEDIKIT SAMA DENGAN UPAH MINIMUM REGIONAL KABUPATEN/KOTA.
Pada Pasal 28 ayat (1) ditegaskan bahwa : “ Ketentuan lebih lanjutmengenai kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat DesaDIATUR DENGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/ KOTA. Pasal ini memberikan kebebasan bagi daerah untuk mengaturbesaran dan jenis penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnyaSESUAI KARAKTERISTIK MASING-MASING DAERAH KABUPATEN/KOTA, serta sesuai hukum adat yang masih berlaku.
Untuk penghasilan tetap, dibuat standar yang sama untuk semuadesa dalam satu kabupaten, sedangkan tunjangan lainnya dibuatberbeda-beda untuk masing-masing desa, sesuai kemampuankeuangan desa.
Pada Pasal 28 ayat (2) disebutkan bahwa Peraturan Daerah tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desasekurang-kurangnya memuat :
a. rincian jenis penghasilan.
b. rincian jenis tunjangan.
c. penentuan besarnya dan pembebanan pemberian penghasilan
dan/atau tunjangan.
* Agar Perda tersebut memenuhi syarat Perda yang baik, sebaiknya dalam proses penyusunannya melibatkan parapemangku kepentingan serta dilakukan konsultasi publiksebelum ditetapkan. Sebab Perda yang tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat dapat di judicial review ke MahkamahAgung.
Pedoman pengelolaan keuangan desa telah diatur secara rincidalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Asas dan struktur serta mekanisme pengelolaan APBDesa, miripdengan pengelolaan APBN dan APBD. Hal ini menunjukkan arahyang semakin jelas bahwa desa akan didorong menjadi bagiandari birokrasi negara.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA
top related