provinsi sumatera utara - sumut.bkkbn.go.id
Post on 25-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA
PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN
NOMOR 24 TAHUN 2019
TENTANG
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015-2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Grand Design
Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang
Hasundutan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan, perlu menetapkan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040 dengan Peraturan Bupati;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2015-2040.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten
Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang
Grand Design Pembangunan Kependudukan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 310).
- 2 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG GRAND DESIGN
PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015-2040.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Bupati adalah Bupati Humbang Hasundutan.
3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.
6. Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten
Humbang Hasundutan yang selanjutnya disebut GDPK adalah arah kebijakan pengendalian pembangunan
kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun
2015-2040 yang dituangkan dalam program lima tahunan pembangunan kependudukan.
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Humbang Hasundutan.
BAB II
ARAH KEBIJAKAN, TUJUAN, STRATEGI
Bagian Kesatu Arah Kebijakan
Pasal 2
(1) GDPK merupakan perumusan visi dan misi berbagai
instansi dan lembaga yang terkait dengan pembangunan kependudukan
(2) GDPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
panduan bagi: a. Perangkat Daerah dalam menyusun Dokumen
Rencana Strategis Perangkat Daerah dan Rencana
Kerja Perangkat Daerah:
b. Pemerintah Daerah dalam menyusun GDPK dan RPJMD.
- 3 -
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
(1) Tujuan utama pelaksanaan GDPK adalah tercapainya
kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa.
(2) Tujuan khusus pelaksanaan GDPK adalah untuk
mewujudkan: a. penduduk tumbuh seimbang;
b. manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,
mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi;
c. keluarga yang berketahanan, sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dan harmonis;
d. keseimbangan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung
lingkungan; dan
e. administrasi kependudukan yang tertib, akurat, dan dapat dipercaya.
Bagian Ketiga Strategi
Pasal 4
Strategi pelaksanaan GDPK dilakukan melalui:
a. pengendalian kuantitas penduduk; b. peningkatan kualitas penduduk;
c. pembangunan keluarga;
d. penataan persebaran dan pengarahan mobilitas
penduduk; dan e. penataan administrasi kependudukan.
BAB III RUANG LINGKUP
Pasal 5
GDPK terdiri dari:
a. BAB I : PENDAHULUAN; b. BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH;
c. BAB III : KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI;
d. BAB IV : KEKUATAN, KENDALA, PELUANG DAN
TANTANGAN; e. BAB V :ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI
KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN; dan
f. BAB VI : PENUTUP.
Pasal 6
GDPK tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini
- 4 -
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 7
(1) Pengendalian GDPK dikoordinasikan oleh Sekretaris
Daerah. (2) Pengendalian GDPK dilaksanakan oleh tim pengendali
yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.
(3) Unsur tim pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari Perangkat Daerah terkait,
lembaga/instansi pemerintah terkait, dan unsur koalisi
Indonesia untuk kependudukan dan pembangunan Daerah.
(4) Tim pengendalian bertugas melakukan sosialisasi,
advokasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan GDPK.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Ditetapkan di Doloksanggul
pada tanggal 22 April 2019
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
DOSMAR BANJARNAHOR
Diundangkan di Doloksanggul
pada tanggal 28 Mei 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN,
TONNY SIHOMBING
BERITA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2019 NOMOR 24.
ttd
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,
SUHUT SILABAN, S.H.
NIP. 19620624 198602 1 001
- 5 -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Setiap program pembangunan baik jangka pendek, menengah, dan
panjang senantiasa memiliki sasaran dan tujuan tertentu. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam konteks Indonesia baik nasional maupun daerah tingkat I dan tingkat II, sasaran utama Pembangunan Jangka
Panjang adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat
Indonesia yang maju dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin,
dalam tata kehidupan masyarakat,bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemajuan terebut, kiranya
terwujud dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba serasi,
selaras, dan berkesinambungan dalam hubungannya antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat dan manusia dengan alam
lingkungannya, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam rangka mencapai sasaran utama tersebut di atas, perlu
diadakan upaya pengembangan dan pembangunan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan
persebaran penduduk serta terwujudnya kualitas keluarga sejahtera
dalam rangka membangun manusia seutuhnya.
Kendati pembangunan manusia dan masyarakat yang berkualitas
dan maju berkaitan dengan pertumbuhan penduduk, akan tetapi bagi
sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap tidak merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain,
pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap sebagai salah satu
hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi
demand yang kemudian harus dipenuhi oleh sektor lainnya, misalnya
penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu papan, pangan dan pakaian. Kekhawatiran banyak orang tentang keamanan pangan misalnya, secara
langsung berhubungan dengan peningkatan jumlah penduduk yang tidak
terkendali.Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya.
Memang hubungan antara keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kompleksitas hubungan, yaitu
teknologi dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan merupakan
aspek penting dalam pembangunan, dan tidak dapat diabaikan.
Dalam konteks Kabupaten Humbang Hasundutan, salah satu isu
strategis yang terkait dengan perkembangan kuantitas penduduk di Kabupaten ini adalah perubahan komposisi penduduk, khususnya
menurut umur. Dengan tren perubahankomposisi penduduk menurut
umur dimasa lalu, diperkirakan KabupatenHumbang Hasundutan pada saat yang akan datang akan menghadapi era bonus Demografi yang
merupakanwindows of opportunity.Hal inimenunjukkan bahwa angka
ketergantungan di Humbang Hasundutan akan semakin membaik artinya
dari setiap 100 penduduk terdapat penduduk usia produktif atau jumlah penduduk yang usia produktif lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk usia non produktif.
Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka
ketergantungan yang semakin rendah dalam perkembangan perubahan
komposisi penduduk menurut umur. Kondisi tersebut disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah
- 6 -
penduduk usia anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia
harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar dapat memasuki tahap selanjutnya yakni dimana kondisi tersebut merupakan kesempatan yang
hanya datang sekali dan harus direspons dengan kebijakan yang
memadai agar opportunity berubah menjadi bonus demografi. Jika tahap ini terjadi dan tidak adaintervensi yang tepat, maka kesempatan tersebut
akan berubah menjadi bencana (disaster).
Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah dan pentahapan pencapaian pembangunan penduduk yang
mampu mendorong terealisasinya tahap bonus demografi tersebut.
Persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi
penduduk, Kabupaten Humbang Hasundutan masih dihadapkan pada
masalah ketimpangan distribusi penduduk antar kecamatan. Demikian juga halnya antara desa dan kota. Persoalan ketimpangan distribusi
penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan persoalan ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak ketimpangan
distribusi penduduk melahirkan persoalan over-population yang ditunjukkan oleh diantaranya adalah kepadatan penduduk dan tekanan
penduduk, dipihak lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam,
khususnya di daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah penduduknya sedikit.
Persoalan kependudukan yang dihadapi Kabupaten Humbang Hasundutan menjadi lebih kompleks karena selain masalah kuantitas
dan mobilitas, juga dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk
(terutama bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). Contoh yang paling jelas adalah masih rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Humbang Hasundutan jika
dibandingkan dengan IPM di kabuapaten/kota lain di Sumatera Utara.
Permasalahan kuantitas dan kualitas penduduk pada akhirnya
bukan hanya menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari
itu, persoalan tersebut merupakan permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan juga dengan pemikiran secara
konseptual bahwa hubungan antara kependudukan dan pembangunan
ekonomi bersifat resiprokal (timbal balik). Dari satu sisi, ketika variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiap intervensi
untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan
memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah pembangunan lainnya.
Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala
internasional, nasional maupun internal, telah menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi dinamika kebijakan kependudukan. Pada skala internasional, kesepakatan internasional, baik hasil dari ICPD di Kairo
tahun 1994, MDG, SDG dan juga kesepakatan internasional lainya, telah
menyebabkan perubahan orientasi kebijakan kependudukan juga. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD yang belum sepenuhnya tertuang
dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi salah satu pertimbangan penting
dilakukannya amandemen UU tersebut yang kemudian menjadi UU No.52 Tahun 2009. Arah kebijakan pembangunan kependudukan dan hasil
ICPD yang menekankan pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah
mewarnai program keluarga berencana paska ICPD dan untuk aktualisasinya dalam kerangka otonomi daerah telah diperkuat dengan
diterbitkannya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
- 7 -
Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action
(PoA) ICPD yang mencakup tujuan penting kebijakan penduduk dan pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam
konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal, anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,
termasuk keluarga berencana dan kesehatan seksual.
Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat. Pertama adalah perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi
daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan komitmen pentingnya
pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah. Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada
pemerintah Kabupaten diharapkan mampu untuk menyusun,
melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya Kabupaten Humbang Hasundutan merumuskan acuan bagi
pembangunan kependudukan di masa mendatang, berupa kebijakan
umum dalam bentuk Rancangan Induk Pembangunan Kependudukan
atau Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). Hal ini merupakan tindak lanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga dan penjabaran dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 dan RPJMD Kabupaten Humbang Hasundutan dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan kependudukan
melalui pembentukan kelompok kerja (working group).
Melalui Keputusan Bupati Humbang HasundutanNomor 339
tanggal 18 September 2018 tentang Pembentukan Tim Koalisi
Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040 telah terbentuk lima kelompok
kerja untukmenyusun GDPK yang masing-masingbertanggung jawab
untuk menyusun rancangan induk atau grand design termasuk roadmap pembangunan kependudukan. Kelima kelompok kerja tersebut
adalahsebagai berikut:
1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok
Kerja I): 2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok
Kerja II):
3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja III: 4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas
Penduduk
5. (Kelompok Kerja IV): 6. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan
(Kelompok Kerja V).
Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan
telah menghasilkan konsep rancangan induk atau grand design. Hasil
dari kelima kelompok kerja tersebut merupakan sumber utama dalam
penyusunan GDPK pembangunan kependudukan ini.
Dengan kata lain, dokumen GDPK ini merupakan integrasi dan
penyerasian hasil kerja dari kelima kelompok kerja. diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan dan acuan bagi perumusan program
atau kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan kependudukan
- 8 -
di Kabupaten Humbang Hasundutan serta mengintegrasikannya dengan
dokumen pembangunan yang lainnya.
GDPK merupakan arahan kegiatan dalam tahapan lima tahunan
pembangunan kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan dengan melihat target pencapaian sampai dengan tahun 2040. Dengan demikian,
dalam dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang berisi kebijakan
yang diperlukan untuk tiaplima tahunan sampai tahun 2040 sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas langkah-langkah yang perlu diambil oleh setiap SKPD/sektoral/lembaga dalam mendukung implementasi
pembangunan kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Selain itu, penyusunan GDPK juga memerhatikan beberapa
dokumen yang telah ada terlebih dulu, misalnya Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Humbang Hasundutan (RPJMD). Diharapkan dengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang dihasilkan
merupakan dokumen yang komprehensif, akomodatif, dan terstruktur.
1.2. Dasar Hukum.
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan
Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28B, pasal 33,
dan pasal 34) 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia
6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan
Kabupaten Nias Selatan ,Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan, di Propinsi Sumatera Utara.
9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam RumahTangga (KDRT) 12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
13. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI
15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan 16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 18. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup 20. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
21. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- 9 -
22. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga 23. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin
24. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perbuhan Kedua
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 25. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
26. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 27. Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design
Pembangunan Kependududkan Nasional
28. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional
29. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang tata
cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah,
tata cara evaluasi rancangan peraturan daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan
jangka menengah daerah serta tata cara perubahan rencana
pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka
menengah daerah dan rencana kerja pemerintah daerah. 31. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2025. 32. Peraturan Gubernur Nomor 32 tahun 2014 tentang Grand Design
Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara Tahun 2011-2035.
33. Peraturan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 2 Tahun 2018 perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Humbang
Hasundutan Nomor 2 Tahun 2016 tentang tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun2016-2021
1.3. Visi Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan :
“Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal
pembangunan untuk mencapai "Mengwujudkan Penduduk Humbang
Hasundutan yang Hebat dan bermentalitas Unggul" dengan Misi sebagai berikut.
1.4. Misi Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan :
1. Meningkatkan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan
kependudukan 2. Meningkatkan Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Meningkatkan Kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik
5. Meningkatkan kedaulatan Pagan dan Ekonomi kerakyatan 6. Meningkatkan ketersediaan Infrastuktur dan pengembangan wilayah
1.5. Arah Kebijakan : 1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak
asasi sebagai prinsip utama.
2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua pemangku kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat.
- 10 -
3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai
titik sentral pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek) maupun penikmat (objek) pembangunan.
4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. 5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan
informasi kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.
1.6. Tujuan.
Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya
kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Hal itu dilakukan melalui pencapaian
tujuan Pembangunan Kependudukan.
Tujuan Pembangunan Kependudukan tersebut dikaitkan dengan isu-
isu strategis daerah adalah adanya penanganan secara komprehensif yang
disesuaikan dengan kondisi dan tipologi masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu diperlukan adanya landasan kerangka
pikir sebagai acuan umum guna mendapatkan permasalahan, isu,
kebijakan dan program kegiatan spesifik kedaerahan dengan tetap sinergis dengan tujuan pembangunan secara umum baik secara nasional maupun
kewilayahan. Berikut ini disajikan landasan kerangka pikir penyusunan
Grand Design Pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan (Gambar
1.1).
Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama Tahun 2015-
2040.
Tahun 2015-2040
Penduduk berkualitas sebagai modal pembangunan untuk
mencapai penduduk Humbang Hasundutan yang hebat dan bermentalitas
unggul, dalam rangka memberi kontribusi terhadap pembangunan masyarakat
Indonesia yang Mandiri, maju, adil dan sejahtera
Peningkatan
Kualitas Penduduk
Pengendalian Kuantitas Penduduk
Penataan Persebaran dan
Pengaturan Mobilitas Penduduk
Pembangunan Keluarga
Pengembangan Sistem Informasi Dan Kependudukan Yang
Berkualitas Dan Terintegrasi
- 11 -
1.7. Sasaran
1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang
berdasarkan pada pendekatan hak asasi untuk meningkatkan
kualitas penduduk dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan.
2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas
penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran, penurunan
angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. 3. Pencapaian kualitas penduduk (terutama bidang pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). D itandai
dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 4. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan
keluarga yang memiliki ciri ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi,
cerdas dan berkarakter serta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal.
5. Pembangunan database kependudukan melalui pengembangan sistem
informasi data kependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan terintegrasi.
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan
Humbang Hasundutan dengan Dokumen Perencanaan Lain.
Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan
Kependudukanadalah suatu dokumen rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun ke
depan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan
parameter kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan yang meliputi pengendalian
kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, pembangunan
keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta
pembangunan managemen database dan informasi kependudukan.
Rancangan IndukatauGrand Design Pembangunan Kependudukan
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan Pembangunan Sumatera Utara. Tujuannya
secara makro ialah tercapainya kondisi kependudukan yang tinggi
sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan masyarakat dan bangsa, khususnya di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Oleh karena itu, Rancanan Induk atau Grand Design Pembangunan
Kependudukan Humbang Hasundutan disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan masyarakat dalam mencapai kesejahteraannya
melalui peningkatan indeks pembangunan manusia yang berlandaskan
pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan
kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan
pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan managemen database dan informasi kependudukan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand design pembangunan kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand design pembangunan kependudukan Sumatera Utara 2011-2035, maka
Rancangan Induk/Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten
Humbang Hasundutan juga disusun dengan memperhatikan dokumen rencana pembangunan lain yang telah ada masih berlaku seperti Rencana
Pembangunan Jangka menengah Daerah Humbang Hasundutan, Rencana
Tata Ruang Wilayah Humbang Hasundutan, dan Rencana Strategi
- 12 -
Humbang Hasundutan dan lain sebagainya yang dipandang berhubungan
dengan pembangunan kependudukan. Secara skematis kerangka pikir perumusan Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan
Kependudukan Humbang Hasundutan tersaji dalam gambar berikut
(Gambar 1.2).
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan
CITA-CITA BANGSA
KESEJAHTERAAN
INDIKATOR
KEBIJAKAN
PROGRAM
1. Pengendalian Kuantitas Penduduk
1. Program
Pengendalian
Kuantitas
Penduduk
2. Peningkatan Kualitas Penduduk
2. Program
Peningkatan
Kualitas
Penduduk
3. Penataan persebaran dan Pengaturan mobilitas penduduk
3. Program
Pembangunan
Keluarga
4. Penataan persebaran dan Pengaturan mobilitas penduduk
4. Program
Penataan
persebaran
dan
Pengaturan
Mobilitas
Penduduk
5. Pembangunan
Managemen
database dan
Informasi
Kependudukan
5. Program
Pembangunan
Managemen
database dan
Informasi
Grand Design
Pembangunan
Kependudukan (GDPK)
IPM
- 13 -
BAB II
KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN
2.1. Kondisi Geografis
Uraian Satuan 2016
(1) (2) (3)
Luas Wilayah Ha 251.795,93
LuasDaratan Ha 250.271,02
LuasDanau Ha 1.494,91
Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 201-20288 Lintang
Utara dan 98010-98058 bintang timur. berbatasan dengan kabupaten Samosir, sebelah Timur dengan kabupaten Tapanuli Utara, dengan
kabupaten Tapanuli Tengah disebelah Selatan berbatasan dengan
kabupaten Pak-Pak Bharat di sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten
Humbang Hasundutan adalah 251.795,93 ha, dengan luas daratan sebesar 250.271,02 ha dan seluas 1.494,91 ha danau, Kecamatan yang paling luas
daerahnya adalah Parlilitan dengan luas 72,77,71 ha atau sekitar 29,08
persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Baktiraja dengan luas 2.231,91 km2 atau sekitar 0,89 persen dari total luas wilayah
Humbang Hasundutan.
38,168.00
22,256.27
1,018.07
20,929.53
18,126.03
4,778.06
2,231.91
32,736.46
72,774.71
24,251.98
Luas (ha)
Pakkat
Onan Ganjang
Sijama Polamg
Dolok Sanggul
Lintong Nihuta
Paranginan
Bakti Raja
Pollung
Parlilitan
Tarabintang
Gambar 2.1. Luas Humbang Hasundutan Berdasarkan Wilayah
- 14 -
2.2. Kondisi Kewilayahan
Adapun Wilayah administrasi Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri
dari 10 Kecamatan dan 153 Desa dan 1 Kelurahan.
No
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Total
1 Pakkat 22 22
2 Onan Ganjang 12 12
3 Sijama Polamg 10 10
4 Dolok Sanggul 27 1 28
5 Lintong Nihuta 22 22
6 Paranginan 11 11
7 Bakti Raja 7 7
8 Pollung 13 13
9 Parlilitan 20 20
10 Tarabintang 9 9
Total 153 1 154
Terdapat dua pulau kecil di Kabupaten Humbang Hasundutan yakni Pulau
Simamora terletak di Kecamatan Baktiraja dengan luas sekitar 10 Ha dan
Pulau Sirungkungon di Kecamatan Baktiraja dengan luas sekitar 14 ha.
2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi
Wilayah Humbang Hasundutan beriklim tropis basah dengan suhu berkisar 170 C-290 C dan rata rata curah hujan yang terjadi setiap bulan
sebesar 208,06 mm dengan rata-rata 17 hari per bulan.
Berdasarkan letak geografisnya, Humbang Hasundutan berada di bagian
tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian antara 330 - 2.075 m diatas permukaan laut.
- 15 -
PETA WILAYAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan
Kecamatan Luas (ha) (1) (2)
1. Pakkat 38 168,00
2. Onan Ganjang 22 256,27 3. Sijamapolang 114 018,07
4. Doloksanggul 20 929,53
5. Lintong Nihuta 18 126,03
6. Paranginan 4 778,06 7. Baktiraja 2 231,91
8. Pollung 32 736,46
9. Parlilitan 72 774,71 10. Tarabintang 24 251,98
LuasDaratan 250 271,02
Luas Danau 1 494,91
Luas Total 251 765,93
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
- 16 -
BAB III
KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI
3.1 Kuantitas Penduduk
Aspek kuantitas penduduk menelusuri tentang semua parameter
yang berhubungan dengan kuantitas penduduk yaitu meliputi Jumlah penduduk, Laju pertumbuhan penduduk, Kepadatan penduduk,
Penduduk menurut jenis kelamin atau sex rasio, penduduk menurut
umur sehingga diketahui angka ketergantungan termasuk
membicarakan tentang Keluarga Berencana.
3.1.1 Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 sebanyak 184.915 jiwa yang terdiri atas 91.789 jiwa penduduk laki-laki
dan 93.126 jiwa penduduk perempuan, sehingga diketahui sex rasio
Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 98,37 atau setiap 100
penduduk perempuan terdapat sebanyak 98-99 penduduk laki-laki, dan terdapat dua kecamatan yang lebih banyak penduduk laki-lakinya yakni
kecamatan Lintong Nihuta dengan sex rasio 101,89 dan kecamatan
Pollung dengan sex rasio 100,48.Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah kecamatan Doloksanggul sebanyak 48.211 jiwa,
dan kecamatan yang paling sedikit jumlah pendudukanya adalah
kecamatan Sijamapolang dengan jumlah penduduk sebanyak 5.397 jiwa.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016
Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Sex
Rasio Laki-Laki Perempuan
No (1) (2) (3) (4) (5)
1. Pakkat 11.868 12.655 24.523 93,78
2. Onan Ganjang 5.142 5.311 10.453 96,82
3. Sijamapolang 2.673 2.724 5.397 98,13
4. Doloksanggul 24.008 24.203 48.211 99,19
5. Lintong Nihuta 15.805 15.512 31.317 101,89
6. Paranginan 6.502 6.660 13.162 97,63
7. Baktiraja 3.576 3.612 7.188 99,00
8. Pollung 9.515 9.470 18.985 100,48
9. Parlilitan 8.920 9.184 18.104 97,13
10. Tarabintang 3.780 3.795 7.575 99,60
Humbang Hasundutan
91.789 93.126 184.915 98,56
Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
- 17 -
3.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015-2016 mengalami laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,05 persen. Sementara itu besarnya laju pertumbuhan antar kecamatan yang bervariatif, yang tertinggi
kecamatan Doloksanggul 1,6 % sedangkan yang terendah adalah
kecamatan Parlilitan 0,6 %.
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Sedangkan rata-rata Anggota rumah tangga di Kabupaten Humbang
Hasundutan pada tahun 2015 ada 4.41 jiwa per rumah tangga.
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan,
2010, 2015, dan 2016
Kecamatan
Jumlah Penduduk Laju
Pertumbuhan
Penduduk per Tahun
2015-2016
2010 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pakkat 23.106 24.308 24.523 0,9
2 Onan Ganjang 9.867 10.364 10.453 0,9
3 Sijamapolang 5.128 5.356 5.397 0,8
4 Doloksanggul 43.446 47.476 48.211 1,6
5 Lintong Nihuta 29.182 30.991 31.317 1,1
6 Paranginan 12.522 13.065 13.162 0,8
7 Baktiraja 6.843 7.136 7.188 0,7
8 Pollung 17.356 17.686 18.787 1,1
9 Parlilitan 17.356 17.992 18.104 0,6
10 Tarabintang 7.190 7.516 7.575 0,8
Humbang Hasundutan
172.326 182.991 184.915 1,1
- 18 -
Tabel. 3.3 Jumlah Penduduk, Rumah tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang
Hasundutan, 2016
Kecamatan Jumlah Rata-rata Anggota
Penduduk
Rumah
tangga
Rumah
tangga
No (1) (2) (3) (4)
1 Pakkat 24.523 5988 4,1
2 Onan Ganjang 10.453 2521 4,15
3 Sijamapolang 5.397 1319 4,09
4 Doloksanggul 48.211 10290 4,69
5 Lintong Nihuta 31.317 6644 4,71
6 Paranginan 13.162 2917 4,51
7 Baktiraja 7.188 1722 4,17
8 Pollung 18.985 4183 4,54
9 Parlilitan 18.104 4561 3,97
10 Tarabintang 7.575 1785 4,24
Humbang Hasundutan
184.915 41930 4,41
Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
Dari jumlah penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 sebanyak 184.915, terdapat penduduk laki-laki sebanyak 91.789 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 93.126 jiwa, dengan sex
rasio sebesar 98,37 yakni setiap seratus orang penduduk perempuan
terdapat 98-99 orang penduduk laki-laki.Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan, maka terdapat
sebanyak 3 kecamatan yang jumlah penduduknya lebih sedikit jenis
kelamin perempuan yakni kecamatan Lintong Nihuta, Pollung. Sementara itu, berdasarkan jumlah penduduk menurut usia di
kabupaten Humbang Hasundutan, terdapat jumlah penduduk yang
berada pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 101,541 jiwa penduduk, sedangkan penduduk berusia non produktif (0-14 dan
65 + tahun) sebanyak 83.374 jiwa penduduk.
- 19 -
Tabel 3.4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016
No Kecamatan Persentase
Penduduk
Kepadatan
Penduduk per km2
(1) (2) (3)
1 Pakkat 13 64
2 Onan Ganjang 6 47
3 Sijamapolang 3 38
4 Doloksanggul 26 227
5 Lintong Nihuta 17 171
6 Paranginan 7 273
7 Baktiraja 4 320
8 Pollung 10 57
9 Parlilitan 10 25
10 Tarabintang 4 31
Humbang Hasundutan 100 73
Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
3.1.3 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 mencapai 73 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah
tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam
dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Baktiraja dengan kepadatan sebesar 320 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan
Parlilitan sebesar 25 jiwa/Km2.
- 20 -
Tabel 3.4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016
No Kecamatan Persentase Penduduk
Kepadatan
Penduduk per
km2
(1) (2) (3)
1 Pakkat 13 64
2 Onan Ganjang 6 47
3 Sijamapolang 3 38
4 Doloksanggul 26 227
5 Lintong Nihuta 17 171
6 Paranginan 7 273
7 Baktiraja 4 320
8 Pollung 10 57
9 Parlilitan 10 25
10 Tarabintang 4 31
Humbang Hasundutan 100 73
Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
3.1.4 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan
antara banyaknya penduduk usia nonproduktif (umur di bawah 15
tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif (penduduk umur 15-64 tahun). Rasio
ketergantungan atau rasio beban tanggungan dalam batasan studi
demografi sering disebut sebagai “age dependency ratio”. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih merupakan perbandingan antara penduduk
muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Meskipun tidak
akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja.
Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk
usia muda dan usia lanjut, dapat diketahui kelompok umur mana yang
berkontribusi paling besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan total.
Data menunjukkan, pada tahun 2016 jumlah penduduk usia
produktif sebanyak 101.541 sedangkan penduduk usia non produktif
sebanyak 83.374 sehingga rasio ketergantungan Humbang Hasundutan sebesar 82,11, ini berarti bahwa tiap 100 penduduk produktif harus
menanggung 82,11 penduduk yang tidak produktif.
- 21 -
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis dan Depedency Ratio Kelamin di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016
Kelompo
k Umur
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-
Laki
Peremp
uan
(1) (2) (3) (4)
0‒4 12.280 11.835 24.115
5‒9 12.505 11.920 24.425
10‒14 11.414 10.581 21.995
15‒19 9.426 8.451 17.877
20-24 4.955 3.653 8.608
25‒29 5.195 4.860 10.055
30‒34 5.640 5.405 11.045
35‒39 5.401 5.165 10.566
40‒44 4.957 4.894 9.851
45‒49 4.498 4.878 9.376
50‒54 3.837 4.642 8.479
55‒59 3.620 4.756 8.376
60‒64 3.200 4.108 7.308
65-69 2.055 3.009 5.064
70-74 1.419 2.137 3.556
75-79 1.387 2.832 4.219
Jumlah 91.789 93.126 184
915
Penduduk Usia Non Produktif 83.374
Penduduk Usia Produktif 101.54
1
Depedency Ratio (DR) 82,11
Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan dalam Angka 2017
Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur umur. atau komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
merupakan komponen penting dalam demografi. Hampir semua
pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan pembahasan komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk
antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk
dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang
lain. Faktor-faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi
struktur umur penduduk lewat ketiga variabel demografi di atas.
- 22 -
Suatu daerah atau negara dikatakan struktur umur muda, apabila
kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar
(lebih dari 35%), sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun ke
atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah atau negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur 15
tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari seluruh
penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15%.
Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata di
Humbang Hasundutan masih tergolong struktur umur muda. Ini
ditunjukkan dari persentase penduduk umur muda (di bawah 15 tahun) sebesar 45 % dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 7 %. Ini
memberikan implikasi bahwa adanya peluang untuk mendapatkan
potensi kelompok umur muda yang akan menghasilkan tenaga-tenaga
trampil, mandiri untuk mengisi peluang-peluang ekonomi yang ada.
Peluang untuk mendapatkan potensi kelompok umur muda sebagai
awal untuk mendapatkan era bonus demografi akan didapatkan jika ada
upaya pencegahan terjadinya migrasi out secara besar-besaran serta terus memperkecil kelompok umur 15 tahun kebawah melalui
penurunan angka kelahiran.
3.1.5 Penduduk Lanjut Usia (Lansia) .
Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia
dengan batasan 60 tahun ke atas, ternyata pada tahun 2016 sebanyak 20.147 jiwa (11 %). Perubahan proporsi usia lanjut disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain tingkat dan kecenderungan yang telah
dicapai sebelumnya, struktur umur penduduk dan determinan lainya. Semakin membaiknya kondisi sosial-ekonomi, fasilitas dan sarana
pelayanan kesehatan serta semakin membaiknya gizi dan kesehatan
lingkungan hidup menunjukkan kematian dapat diturunkan sehingga
usia hidup semakin tinggi dan sebaliknya.
Tabel 3.6. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut
Kabupaten Humbang Hasundutan
Kategori Tahun 2016
Jumlah Penduduk Lansia
(000 jiwa) 20.147
Persentase 11
Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan
menimbulkan masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia lanjut. Untuk mengantisipasi hal tersebut pihak pemerintah atau swasta
agar menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para penduduk usia
kerja sehingga pada akhir usia mereka masih potensil dan produktif dan
memiliki saving untuk jaminan hari tua.
3.1.6 Age Specific Fertility Rate (ASFR) dan Fertilitas
Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat
hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dalam
keluarga berencana. Ukuran yang sering dan umum digunakan dalam
- 23 -
fertilitas adalah angka kelahiran total (Total Fertlity Rate = TFR) dan
angka kelahiran menurut kelompok umur (Age Specific Fertility Rate =
ASFR).
Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total yang dihitung berdasarkan Age Specific Fertility Rate (ASFR) tahun 2010 di kabupaten
Humbang Hasundutan sebesar 4,89 anak dan diperkirakan berdasarkan
hasil proyeksi TFR kabupaten Humbang Hasundutan akan turun menjadi 2,1 anak pada tahun 2040.
Tabel 3.7 Age Specific Fertility Rate (ASFR) dan Fertilitas Kabupaten Humbang Hasundutan dan Proyeksi s.d Tahun 2040
Tahun
ASFR
TFR
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
2015 18,80155 159,63241 250,7476 237,9120 153,8473 55,77191 8,044895 4,4
2020 16,99511 144,29506 226,6560 215,0536 139,0658 50,41339 7,271948 4,0
2025 15,36224 130,43130 204,8791 194,3914 125,7045 45,56971 6,573265 3,5
2030 13,88625 117,89957 185,1945 175,7144 113,6269 41,19141 5,941711 3,1
2035 12,55207 106,57187 167,4011 158,8319 102,7097 37,23377 5,370836 2,6
2040 11,34607 96,332531 151,3174 143,5715 92,84143 33,65638 4,854810 2,1
3.1.7 Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk
membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk
merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia
yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan. Program
Keluarga Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal
mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan
peningkatan kualitas penduduk.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita
melalui status fekunditasnya (kemampuan melahirkan), serta dapat
mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi (PIL, IUD, Kondom,
Suntik, MOP, MOW).
Adapun pengetahuan, sikap, dan praktek KB dari seluruh penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi penduduk seperti
tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah, desa atau kota.
Hasil laporan rutin tahun 2016 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin di Humbang Hasundutan adalah 67
%, atau sebanyak 17.212 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS)
sebanyak 25.867 yang ada.
- 24 -
Cara KB suntikan adalah yang paling umum dipakai yakni sebanyak
3.930 akseptor atau 22,8 % dari total akseptor.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga cukup populer,
seperti IUD digunakan oleh 3.520 akseptor atau sebesar 20,5 %, implant digunakan oleh sebanyak 3.447 atau sebesar 20,0 %, MOW sebanyak
2.187 akseptor atau 12,7 %, sehingga total peserta KB aktif yang
menggunakan MKJP sebanyak 9.225 akseptor atau sebesar 53,8 %.
Tabel 3.8. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi di Kabupagten Humbang Hasundutan 2016
METODE KONTRASEPSI Jumlah %
IUD 3.520 20,5
MOW 2.187 12,7
MOP 101 0,6
KONDOM 1.391 8,1
IMPLAN 3.447 20,0
SUNTIKAN 3.930 22,8
PILL 2.636 15,3
JUMLAH 17.212 100,0
MKJP 9.255 53,8
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Dengan demikian, peningkatan cakupan pemakaian kontrasepsi
melalui revitalisasi program dengan sasaran wanita kawin umur muda
dan paritas rendah merupakan prioritas.
Tabel. 3.9. peserta KB PUS, PA, PA/PUS
Kecamatan PUS (2016) PA %PA/PUS
Pakkat 3.318 2.317 70
Onan Ganjang 1.593 604 38
Sijamapolang 1.033 592 57
Doloksanggul 5.731 3.852 67
Lintong Nihuta 4.195 2.685 64
Paranginan 2.160 1.497 69
Baktiraja 1.432 1.045 73
Pollung 2.637 1.853 70
Parlilitan 2.838 2.086 74
Tarabintang 930 681 73
Humbang
Hasundutan
25.867 17.212 67
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
- 25 -
kontribusi pemakaian alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan
fertilitas sangat dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan
jumlah anak yang telah dimiliki. Pasangan Usia Subur usia muda
dengan jumlah anak sedikit atau disebut Pus Muda Paritas Rendah ( Pusmuparen ) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas
dibandingkan dengan peserta KB dari Pus usia tua paritas tinggi (
Pustuparti ) demikian pula dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas penggunaan
kontrasepsi.
Selanjutnya, pendidikan merupakan variabel yang penting dalam
studi perbedaan fertilitas dan keluarga berencana, karena variabel ini
banyak berpengaruh terhadap perubahan status, sikap dan pandangan
hidup masyarakat pada umumnya, wanita pada khususnya.
Meningkatnya pendidikan wanita dapat merubah pandangan hidup
yang tradisional, dari pandangan bahwa wanita adalah sebagai ibu
rumah tangga yang harus tinggal di rumah mengurus anak dan suami, ke arah pandangan yang lebih maju yang mendorong wanita untuk
bekerja di luar rumah, dan ikut mengambil bagian dalam pengambilan
keputusan dalam rumah tangga.
Dari kenyataan di atas tentu saja akan mendorong wanita lebih
menyukai keluarga kecil yang akan memberi keleluasaan bergerak
kepada mereka dari pada bila memiliki keluarga besar dengan banyak anak. Anggapan tersebut di atas rupa-rupanya dipakai sebagai dasar
dari teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin rendah fertilitasnya, atau dengan kata lain terjadi hubungan yang negatif antara fertilitas dan tingkat pendidikan. Akan tetapi dalam
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia, hasilnya ternyata tidak
selalu konsisten dengan teori di atas. Salah satu bukti dari hasil Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan ternyata menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan dengan fertilitas mempunyai hubungan yang
positip.
Berdasarkan hasil statistik rutin yang ada ternyata tingkat efektifitas pemakaian kontrasepsi di kabupaten Humbang Hasundutan
sangat rendah ditandai dengan jumlah peserta KB yang drop out cukup
tinggi. Pada tahun 2012 jumlah peserta KB aktif sebanyak 15.637 akseptor, sementara itu jumlah peserta KB baru secara komulatif yang
didapatkan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 sebanyak
29.672, namun demikian yang menjadi peserta KB aktif pada tahun 2016 hanya sebanyak 17.212 akseptor. Artinya peseta KB baru selama
empat tahun sebanyak 29.672 hanya berkontribusi meningkatkan
jumlah peserta KB aktif pada tahun 2016 sebanyak 1.575 akseptor saja, sedangkan sisanya sebanyak 28.097 akseptor terjadi droup out, hal ini
menunjukkan ketidak efektifan peserta KB baik peserta aktif maupun
peserta KB baru.
- 26 -
Tabel. 3.10. Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016
Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pakkat 1.962 2.149 2.153 2.179 2.317
Onan Ganjang 954 826 910 925 604
Sijamapolang 455 452 527 571 592
Doloksanggul 3.953 4.068 4.092 3.639 3.852
Lintong Nihuta 2.588 2.692 2.719 2.575 2.685
Paranginan 1.152 1.086 1.132 1.415 1.497
Baktiraja 745 877 908 877 1.045
Pollung 1.560 1.694 1.548 1.756 1.853
Parlilitan 1.843 1.948 1.815 1.975 2.086
Tarabintang 425 395 451 525 681
Humbang Hasundutan
15.637 16.187 16.255 16.437 17.212
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Tabel. 3.11. Jumlah Peserta KB Baru Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pakkat 1.007 593 842 885 506
Onan
Ganjang 592 420 409 671 265
Sijamapolang 407 370 396 308 307
Doloksanggul 1.475 1.562 1.931 1.765 1.421
Lintong
Nihuta 1.219 1.073 1.281 1.161 679
Paranginan 691 521 564 693 438
Baktiraja 439 317 420 322 276
Pollung 680 445 706 712 408
Parlilitan 833 797 911 967 474
Tarabintang 302 220 375 390 372
Humbang
Hasundutan 7.645 6.318 7.835 7.874 5.146
- 27 -
3.1.8 Usia Kawin Pertama
Jika dilihat dari variabel umur pada waktu kawin ternyata juga
memberikan gambaran yang cukup menarik. Umur pada waktu kawin adalah merupakan variabel yang menunjukkan saat dimulainya
hubungan kelamin. Oleh karena itu, variabel ini mempengaruhi
fertilitas secara langsung, di mana pada saat itulah wanita memulai
masa reproduksinya dengan mengabaikan jumlah kelahiran sebelum perkawinan. Di samping itu, umur pada waktu kawin juga menentukan
perpanjangan masa reproduksi wanita.
Dengan mengikuti pemikiran di atas, apabila umur pada waktu kawin bagi wanita-wanita dilakukan seawal mungkin atau dalam umur
muda maka diprediksi akan mempunyai lebih banyak anak dari pada
wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih tua, yang dengan sendirinya lama masa reproduksinya relatip lebih pendek. Bukti
dari Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan menunjukan
bahwa wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih muda dalam hal ini berumur di bawah 15 tahun, mempunyai anak lebih
banyak bila dibandingkan dengan mereka yang memulai perkawinannya
pada umur 21 tahun ke atas. Hal ini berarti ada korelasi yang negatip
antara umur pada waktu kawin dengan fertilitas.
Sebenarnya variabel umur pada waktu kawin ini sangat dipengaruhi
oleh variabel pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang
berpendidikan lebih tinggi yang otomatis status ekonominya tinggi pula akan menunda perkawinannya, karena wanita-wanita tersebut akan
lama menghabiskan waktunya dibangku sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status ekonomi lebih tinggi pula akan
menunda masa perkawinannya, sehingga peluang untuk mempunyai
anak yang lebih banyak akan berkurang dan dengan sendirinya akan
menekan tingkat fertilitas.
Di Humbang Hasundutan median rata-rata kawin pertama umur
22,06 tahun, sedangkan di Sumatera Utara rata-rata umur kawin
pertamanya adalah 21,37 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita
Humbang Hasundutan kawin lebih tua dari pada wanita secara provinsi.
Hal ini sangat berkorelasi dengan tingkat partisipasi sekolah
kelompok umur 7-12 tahun dan 13-16 bagi jenis kelamin perempuan Humbang Hasundutan sebesar 100 %. Semakin tinggi tingkat partisipasi
perempuan dalam setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka
semakin lama penundaan usia kawin pertamanya.
3.1.9 Proyeksi Penduduk Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan selama tiga puluh lima tahun mendatang terus
mengalami peningkatan. Pola kependudukan ke depan di kabupaten
Humbang Hasundutan diwarnai oleh faktor migrasi, baik migrasi masuk maupun ke luar.
Selanjutnya, cukup menarik apabila diperhatikan gambaran piramida
penduduk menurut tahun. Piramida penduduk tahun 2015 menunjukkan pola yang tidak menggembung lagi atau menyerupai
“Candi Borobudur”, tetapi sudah berubah lebih ramping menyerupai
- 28 -
“Candi Prambanan” hingga periode akhir proyeksi. Ini mengindikasikan
bahwa selama periode 2015-2035 penduduk di Kabupaten Humbang
Hasundutan akan diwarnai oleh pola migrasi penduduknya.
Tabel 3.12 Proyeksi Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan 2015-2040
Tahun Jumlah
Laki-laki
Jumlah
Perempuan Total
2015 92.129 91.877 184.048
2020 95180 96596 191776
2025 97733 100588 198321
2030 99107 103528 202635
2035 99458 105457 204915
2040 99124 106644 205768
Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2015
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 12.426 12.104 24.530
5-9 12.371 11.885 24.256
10-14 11.299 10.862 22.161
15-19 9.381 9.101 18.482
20-24 4.900 4.862 9.762
25-29 5.211 5.234 10.445
30-34 5.621 5.751 11.372
35-39 5.370 5.513 10.883
40-44 4.888 5.057 9.945
45-49 4.420 4.656 9.076
50-54 3.760 4.003 7.763
55-59 3.497 3.692 7.189
60-64 2.997 3.198 6.195
65-69 1.915 2.273 4.188
70-74 1.385 1.843 3.228
75+ 1.385 1.843 3.228
Total 92.129 91.877 184.048
- 29 -
Tabel 3.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2020
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 11676 11162 22838
5-9 12482 11950 24432
10-14 11973 11043 23016
15-19 9580 8484 18064
20-24 5101 3655 8756
25-29 5284 4877 10161
30-34 5636 5313 10949
35-39 5493 5234 10727
40-44 5147 5066 10213
45-49 4756 5087 9843
50-54 4131 4969 9100
55-59 3991 5303 9294
60-64 3881 5063 8944
65-69 2784 3880 6664
70-74 1689 2415 4104
75+ 1576 3095 4671
Total 95180 96596 191776
21.00 14.00 7.00 0.00 7.00 14.00 21.00
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Piramida PendudukKabupaten Humbang
Hasundutan 2015
Perempuan Laki-laki
- 30 -
Tabel.3.15 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2025
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 10888 10426 21314
5-9 11662 11178 22840
10-14 11997 11276 23273
15-19 10082 8961 19043
20-24 5163 3684 8847
25-29 5458 4942 10400
30-34 5666 5315 10981
35-39 5459 5177 10636
40-44 5224 5196 10420
45-49 4972 5351 10323
50-54 4418 5285 9703
55-59 4360 5821 10181
60-64 4409 5918 10327
65-69 3593 5110 8703
70-74 2459 3334 5793
75+ 1923 3614 5537
Total 97733 100588 198321
21.00 14.00 7.00 0.00 7.00 14.00
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Piramida PendudukKabupaten Humbang
Hasundutan 2020
Perempuan Laki-laki
- 31 -
Tabel. 3.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2030
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 10216 9798 20014
5-9 10896 10460 21356
10-14 11217 10554 21771
15-19 10107 9159 19266
20-24 5433 3893 9326
25-29 5520 4980 10500
30-34 5856 5391 11247
35-39 5492 5183 10675
40-44 5196 5145 10341
45-49 5053 5495 10548
50-54 4628 5566 10194
55-59 4675 6207 10882
60-64 4836 6515 11351
65-69 4101 5994 10095
70-74 3198 4421 7619
75+ 2683 4767 7450
Total 99107 103528 202635
14.00 7.00 0.00 7.00 14.00
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Piramida PendudukKabupaten Humbang
Hasundutan 2025
Perempuan Laki-laki
- 32 -
Tabel.3.17 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2035
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 9664 9287 18951
5-9 10218 9827 20045
10-14 10474 9867 20341
15-19 9440 8563 18003
20-24 5431 3973 9404
25-29 5797 5247 11044
30-34 5911 5424 11335
35-39 5670 5254 10924
40-44 5227 5147 10374
45-49 5024 5441 10465
50-54 4704 5713 10417
55-59 4901 6534 11435
60-64 5193 6947 12140
65-69 4508 6606 11114
70-74 3668 5207 8875
75+ 3628 6420 10048
Total 99458 105457 204915
18.00 12.00 6.00 0.00 6.00 12.00
75+70-7465-6960-6455-5950-5445-4940-4435-3930-3425-2920-2415-1910-14
5-90-4
Piramida PendudukKabupaten Humbang
Hasundutan 2030
Perempuan Laki-laki
- 33 -
Tabel.3.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2040
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 9329 8982 18311
5-9 9659 9307 18966
10-14 9808 9253 19061
15-19 8791 7987 16778
20-24 5050 3697 8747
25-29 5771 5323 11094
30-34 6183 5696 11879
35-39 5704 5269 10973
40-44 5384 5207 10591
45-49 5041 5436 10477
50-54 4668 5647 10315
55-59 4971 6695 11666
60-64 5437 7306 12743
65-69 4840 7045 11885
70-74 4044 5753 9797
75+ 4444 8041 12485
Total 99124 106644 205768
12.00 6.00 0.00 6.00 12.00
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Piramida PendudukKabupaten Humbang
Hasundutan 2035
Perempuan Laki-laki
- 34 -
3.2. Kualitas Penduduk.
Pembangunan penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Indonesia yang mandiri, maju, adil dan
sejahtera disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan
masyarakat dalam mencapai kesejahteraannya melalui peningkatan
indeks pembangunan manusia yang berlandaskan pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang dilakukan melalui penyerasian
kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan
kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan managemen
database dan informasi kependudukan.
3.2.1 Aspek Pendidikan
Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Parameter angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap
sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk, terutama usia muda
yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan di sektor
pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung disetiap jenjang
sekolah. Dengan demikian, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat
diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan
tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya
15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Piramida Penduduk
Kabupaten Humbang Hasundutan 2040
Perempuan Laki-laki
- 35 -
infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga
partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin
rendah.
Tabel 3.19 Persentase Penduduk Usia 7–24 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah, dan Partisipasi Sekolah
di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015
Jenis Kelamin
dan Kelompok
Umur Sekolah
Partisipasi Sekolah
Tidak/Belum
Pernah
Sekolah
Masih Sekolah
Tidak Sekolah
Lagi
Laki-Laki
7‒12 0,67 99,33
13‒15 97,37 2,63
16‒18 2,05 (20 81,89 6,06
19‒24 16,14 83,86
Perempuan
7‒12 0,68 99,32
13‒15 100
16‒18 2,49 91,63 5,89
19‒24 37,17 62,83
Laki-
laki+Perempuan
7‒12 0,68 99,32
13‒15 98,53 1,47
16‒18 2,28 86,87 10,86
19‒24 24,44 75,56
Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Tingkat
Pendidikan, 2012/2013 – 2016/2017
Tingkat Pendidikan
2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017
TK
Sekolah 9 10 10 9 9
Guru 43 46 47 38 41
Murid 681 809 844 618 642
SD/MI
Sekolah 222 222 222 222 222
Guru 2230 2202 2158 2075 2070
Murid 31018 31142 28854 30775 30365
SMP/MTs
Sekolah 44 45 45 46 46
Guru 930 905 889 889 893
Murid 13473 13862 14708 14706 15075
SMA/MA
Sekolah 17 17 17 15 15
Guru 513 501 490 484 467
Murid 6283 6376 6703 7103 7560
SMK
Sekolah 12 12 13 14 14
Guru 360 372 393 419 385
Murid 4706 4739 4861 4378 5016
Sumber : Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
- 36 -
Angka partisipasi murni (APM) tingkat Paud pada tahun 2016
sebesar 50,69 % naik menjadi 55,38 % pada tahun 2017, SD/MI/Paket
A sebesar 87,95% turun menjadi 87,07 %,SMP/MTs/Paket sebesar
72,49% naik menjadi 73,21% dan angka partisipasi kasar (APK) pada tahun 2016 SD/MI/ paket A mencapai 102,76 % naik menjadi 104,03 %
pada tahun 2017, demikian juga untuk APK tingkat SMP/MTs/ paket B
101,01% naik menjadi 102,29 %.Angka Putus sekolah (APS)pada tahun 2016 SD/MI sebesar 0,03% naik menjadi 0,04 pada tahun 2017,SMP/MTs sebesar 0,20% turun menjadi 0,15% pada tahun 2017.
Tabel 3.20. Indikator Kinerja Kunci (IKK) Kabupaten Humbang Hasundutan
No Indikator kinerja Kunci (IKK) 2016
(%)
2017
(%)
1 Angka partisipasi Murni(APM) PAUD 50,69 55,38
2 Angka partisipasi Murni(APM) SD/MI/Paket A 87,93 87,07
3 Angka partisipasi Murni(APM) SMP/MTs/Paket B 72,49 73,21
4 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,03 0,04
5 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 0,20 0,15
6 Angka Kelulusan (AL) SD/MI 100,00 100,00
7 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 100,00 99,52
8 Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP 99,27 99,32
9 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 102,76 104,03
10 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B 101,01 102,29
11 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 87,64 85,24
12 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)
99,40 99,43
13 Rata-rata lama sekolah 10,17 10,20
Sumber: data Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan 2016
3.2.2. Aspek Kesehatan.
Dari aspek kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan
walaupun masih terus memerlukan pembenahan terutama dilihat dari
sarana dan prasana, telah memiliki Rumah Sakit umum sebanyak 1 Rumah sakit
Berdasarkan Humbang Hasundutan dalam angka tahun 2017 pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 jumlah sarana kesehatan
lainnya yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah cukup
memadai, Puskesmas telah ada sebanyak 12, berarti setiap kecamatan sudah memiliki Puskesmas bahkan ada yang memiliki 2 Puskesmas, dan
ada sebanyak 5 unit klinik/balai pengobatan, puskesmas pembantu
sebanyak 23 pustu serta poskedes sebanyak 167 dan posyandu
sebanyak 249, apotik sebanyak 9, toko obat sebanyak 18, rumah bersalin ada 4 serta adanya balai pengobatan sebanyak 5.
- 37 -
Tabel 3.21. Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya tahun 2012-2016 di Kabupaten Humbang
Hasundutan
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi sarana
pelayanan kesehatan masyarakat di samping masih tertumpu pada Rumah Sakit dan Puskesmas, pelayanan kesehatan sudah dioptimalkan melalui peningkatan peran posyandu.
Tabel. 3.22. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016
Tenaga Kerja Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016
Medis 60 52 47 50 45
Dokter Umum 48 44 40 37 30
Dokter spesialis 2 2 2 7 9
Dokter gigi 10 6 5 6 6
Keperawatan Dan Kebidanan 616 611 603 567 562
Perawat 273 257 255 234 232
Perawat gigi 2 11 10 10 10
Bidan 341 343 338 323 320
Kefarmasian 19 18 19 16 16
Sarjana farmasi dan Apoteker 3 4 4 4 4
Asisten Apoteker 16 14 15 12 12
Lingkungan Dan Kesehatan
Masyarakat 38 37 37 33 34
Sarjana Kesehatan Masyarakat 35 35 35 30 30
Sanitarian 3 2 2 3 4
Tenaga Gizi 16 12 11 12 6
Keterapian fisik 1 1 1 2
Keteknisan Medis 22 26 27 22 12
Analis Kesehatan 6 3
Psikolog 1 1
Jumlah tenaga kesehatan (nakes) 772 756 745 702 681
Jumlah tenaga non kesehatan
(non nakes) 11 11 11 42 27
Jumlah tenaga kerja kesehatan 783 767 756 744 708
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan
Sarana Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016
Rumah sakit umum 1 1 1 1 1
Rumah bersalin 4 4 4 4 4
Pusat kesehatan masyarakat 12 12 12 12 12
Puskesmas pembantu 23 23 23 23 23
Pos kesehatan desa 167 167 167 167 267
Pos pelayanan terpadu 244 262 243 243 249
Balai pengobatan 5 5 5 5 5
Apotik 7 8 9 9 9
Toko obat 18 18 18 18 18
Sumber : Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017
- 38 -
Peningkatan Kesehatan Penduduk akan menghasilkan penurunan
angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka
kematian ini diprioritaskan pada upaya, penurunan angka kematian ibu hamil, penurunan angka kematian ibu melahirkan, penurunan angka
kematian pasca melahirkan, serta penurunan angka kematian bayi dan
anak.
Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya
proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dan norma agama. Di samping itu, upaya penurunan angka
kematian difokuskan pada kesamaan hak reproduksi pasangan suami
istri (pasutri), keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan, pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta
partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.
Tabel. 3.23. Jumlah Kelahiran Hidup menurut Kecamatan Kabupaten Humbang Hasundutan
No. Kecamatan Jumlah Kelahiran Hidup
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 PARLILITAN 408 424 509 411
518
2 TARABINTANG 169 189 228 224 190
3 PAKKAT 510 538 631 559
603
4 ONANGANJANG 196 237 281 143 237
5 SIJAMAPOLANG 152 126 151 120
156
6 DOLOKSANGGUL 997 999 1213 469 1.275
7 POLLUNG 465 426 512 388
502
8 LINTONGNIHUTA 701 699 851 591
793
9 PARANGINAN 315 316 341 263
325
10 BAKTIRAJA 168 166 196 80
198
Humbang Hasundutan 4.081
4.120
4.913
3.248
4.797
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan
- 39 -
Tabel. 3.24. Jumlah Kematian Ibu per-Kecamatan, 2013-2017
Kabupaten Humbang Hasundutan
No. Kecamatan Angka Kematian Ibu
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 PARLILITAN - 1 - - -
2 TARABINTANG - - 1 - 4
3 PAKKAT 1 1 1 - 3
4 ONANGANJANG - 3 - - -
5 SIJAMAPOLANG - - - - -
6 DOLOKSANGGUL 1 1 2 3 1
7 POLLUNG - 1 - 2 -
8 LINTONGNIHUTA 1 2 3 1 -
9 PARANGINAN - 1 1 - -
10 BAKTIRAJA - 1 - - -
Total 3 11 8 6 8
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Humbang Hasundutan
Tabel 3.25.Jumlah Kematian Bayi per-Kecamatan, 2013-2017 Kabupaten Humbang Hasundutan
No. Kecamatan
Jumlah Kematian Bayi
2013 2014 2015 2016 2017
L P Total L P Total L P Total L P Total L P Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 PARLILITAN - - -
-
- -
-
- -
-
-
-
2
- 2
2 TARABINTANG -
1 1
-
- -
2
1 3
1
1
2
2
1 3
3 PAKKAT -
- -
-
- -
4
- 4
2
4
6
5
- 5
4 ONANGANJANG 1
1 2
1
- 1
2
- 2
1
-
1
3
1 4
5 SIJAMAPOLANG -
- -
-
- -
1
1 2
-
-
-
-
- -
6 DOLOKSANGGUL 2
1 3
2
1 3
11
4 15
5
2
7
7
5 12
7 POLLUNG -
- -
-
- -
-
- -
2
3
5
5
- 5
8 LINTONGNIHUTA -
- -
-
1 1
5
3 8
4
4
8
2
1 3
9 PARANGINAN -
- -
-
- -
7
3 10
3
5
8
2
3 5
10 BAKTIRAJA - -
- -
- -
-
-
-
1
- 1
Total 3
3 6
3
2 5
32
12 44
18
19
37
29
11 40
Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Humbang Hasundutan
- 40 -
Tabel. 3.26. Jumlah Gizi Buruk per-Kecamatan, 2015-2017 Kabupaten
Humbang Hasundutan
No. Kecamatan Jumlah Gizi Buruk
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 PARLILITAN 2 1 - - -
2 TARABINTANG 1 1 - - 2
3 PAKKAT - 1 1 - -
4 ONANGANJANG - - - - -
5 SIJAMAPOLANG - - - - -
6 DOLOKSANGGUL 1 3 2 5 5
7 POLLUNG 1 - 2 - -
8 LINTONGNIHUTA 2 1 2 1 1
9 PARANGINAN 1 1 1 - 2
10 BAKTIRAJA 1 1 - - 1
Total 9 9 8 6 11
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan
Pada Tahun 2016 masih terdapat kasus gizi buruk dan gizi kurang di Humbang Hasundutan sebanyak 56 kasus dari jumlah kelahiran bayi
sebanyak 2.458 kelahiran hidup atau sekitar 2,27 %. Kasus tertinggi
berada di kecamatan Doloksanggul sebanyak 5 kasus dan yang terendah
di kecamatan Onanganjang dan Sijamapolang 0 kasus.
Tabel. 3.27. Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur Menurut Kecamatan (persen) di Kabupaten Humbang Hasundutan,
2016
Kecamatan 2016
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik Gizi
Lebih Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pakkat 2 688 690
Onan Ganjang 4 124 128
Sijamapolang 4 121 125
Doloksanggul 5 10 - 15
Lintong Nihuta 1 8 570 579
Paranginan 3 242 245
Baktiraja 3 113 117
Pollung - 7 371 378
Parlilitan 4 173 177
Tarabintang - 5 - 5
Humbang
Hasundutan 6 50 2402 2458
3.2.2. Aspek Ekonomi.
Adapun untuk angka penduduk miskin Kabupaten Humbang
Hasundutan yang berada diatas garis kemiskinan setiap tahun mengalami pluktuatif dan bahkan hampir sama sekali tidak mengalami
perbaikan, dimana pada tahun 2012 sebesar 9,73 %, tahun 2013
sebesar 10,0 %, tahun 2014 sebesar 9,44 %, dan tahun 2015 sebesar 9,85 % dan tahun 2016 menjadi 9,78 %. Secara umum penurunan
tingkat kemiskinan di Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
- 41 -
Tabel. 3.28.Penduduk Miskin di Kabupaten Humbang Hasundutan 2012‒2016
Tahun
Garis Kemiskinan
(rupiah/kapita/
bulan)
Jumlah Penduduk
Miskin
(ribu)
Persentase
Penduduk
Miskin
(1) (2) (3) (4)
2012 238.013 17,2 9,73
2013 247.658 17,9 10
2014 254.633 17,14 9,44
2015 262.317 18,04 9,85
2016 301.663 18,04 9,78
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Menurut data yang ada bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga
konstan di Kabupaten Humbang Hasundutan mencapai Rp. 3.759.315.71 pada tahun 2017 dengan kondisi perkembangan yang
mengalami kemajuan dari sebesar Rp. 3.406.801,70 pada tahun 2015
meningkat menjadi Rp. 3.577.749,06 pada tahun 2016, dengan kontribusi terbesar dari sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar Rp 1.718.714,98 (45,72%).
Pada sektor industri pengolahan yang seharusnya dapat lebih
dikembangkan untuk pengembangan agro bisnis dan agro industri justru masih rendah memberikan kontribusi terhadap PDRB yakni hanya
sebesar Rp. 58.739.48 atau hanya 1,56 %, hal ini dapat dilihat dalam
tabel berikut ini
Sektor PDRB
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2011 (Juta Rupiah)
2011 2012 2013 2014
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
1.349 647.96 1.406.597.72 1477478.96 1530073.11
PertaPertambangan dan
Penggambangan dan Penggalian
14 947.89 16 073.23 17 432 18 645.32
Industri Pengolahan 44 951.85 48 166.49 49 670.16 52 025.05
Pengadaan Listrik dan Gas 2 569.13 2 781.54 2 931.01 3 119.36
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
1 834.59 1 928.95 2 036.52 2 159.20
Konstruksi 349 411.53 372 014.51 397 053.65 434 876.86
Perdagangan Besar dan
Eceran,Reperasi Mobil dan
Speda Motor
371 472.10 403 206.10 433 039.11 463 356.35
Transportasi dan Pergudangan 63 016.59 67 947.89 73 469.07 78 068.55
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
81 722.87 88 189.16 95 423.76 101 205.27
Informasi dan Komunikasi 30 217.28 31 935.74 34 229.87 36 857.01
- 42 -
Jasa Keuangan dan Asuransi 32 470.69 34 599.58 36 014.79 37 446.05
Real Estate 66 661.41 71 754.01 77 257.58 82 601.48
Jasa Perusahaan 3 435.90 3 639.01 3 861.52 4 116.07
Administrasi
Pemerintahan,Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
301 600.72 318 173.64 330 144.63 353 380.96
Jasa Pendidikan 28 108.46 29 622.87 31 809.03 33 635.11
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
sosial
16 374.62 17 618.26 19 165.26 20 146.41
Jasa Lainnya 3.684,56 3.928,19 4 180.69 4 476.64
Jumlah 2.762.128,15 2.918.175,88 3.085.197,62 3.256.188,80
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
Tabel. 3.29. PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2017 (Juta Rupiah)
Sektor PDRB
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah)
2015 2016 2017
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
1599354.67 1653029.35 1718714,98
Perta Pertambangan dan Penggambangan dan Penggalian
19 577.65 21 046.72 22 328.47
Industri Pengolahan 54 182.78 56 471.72 58739,48
Pengadaan Listrik dan Gas 3 372.68 3 437.86 3 511.85
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
2 290.30 2 434.12 2 580.25
Konstruksi 449821.23 482624.12 513 500.47
Perdagangan Besar dan Eceran,Reperasi Mobil dan Speda Motor
485354.87 526712.23 566 892.88
Transportasi dan Pergudangan 82 208.55 87 213.74 93 095.48
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
107142.67 114912.67 122 058.71
Informasi dan Komunikasi 38 534.31 41 097.12 43 378.01
Jasa Keuangan dan Asuransi 39 094.49 41 312.07 42 909.59
Real Estate 86 990.48 95 420.12 102 896.10
Jasa Perusahaan 4 306.07 4 602.02 4 799.28
Administrasi Pemerintahan,Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
373478.77 382 968 395 976.21
Jasa Pendidikan 35 082.11 36 991.10 38 748.05
Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 21 300.41 22 370.10 23 665.33
Jasa Lainnya 4 710.64 5 105.97 5 520.58
Jumlah 3.406.801,70 3.577.749,06 3.759.315,71
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
- 43 -
Tabel. 3.30.Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (1)
15-24 11.754 8.085 19.839
25-30 5.694 5.272 10.966
31-34 4.810 4.810 8.865
35-44 10.133 9.997 20.130
45-54 7.979 8.801 16.780
55-59 3.519 4.140 7.659
60-64 2.083 3.660 5.743
65+ 2.689 4.480 7.169
Jumlah 48.661 48.490 97.151
3.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk.
Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk dan menjadi salah satu faktor
yang mendorong perubahan kondisi sosial ekonomi suatu wilayah.
Mobilitas penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kepadatan
penduduk dialami oleh daerah perkotaan merupakan salah satu potret
yang mencerminkan data jumlah penduduk yang besar menempati luas
daerah yang sangat terbatas.
Fenomena ini merupakan salah satu indikator ketidakmerataan
persebaran penduduk cerminan banyaknya penduduk desa yang pidah ke kota. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada lingkungan
hidup antara lain ketersediaan air bersih, ketersediaan pangan,
ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran
lingkungan dan pendidikan.
Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah
menuju wilayah lain dalam jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas
penduduk adalah orang yang melakukan mobilitas, terdiri dari mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas
penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah
satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam
sektor non pertanian. Mobilitas penduduk horizontal, atau mobilitas
penduduk geografi adalah gerak (movement) penduduk yang melintas
batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu
tertentu.
Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas
penduduk horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (space and time concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif,
- 44 -
misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan
(dusun). BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang
tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan
lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih. Seseorang disebut juga migran walau berada di propinsi tujuan kurang
dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau
tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.
Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga
menggunakan istilah Migrasi Internal, seperti transmigrasi yaitu
perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Sebaliknya urbanisasi, merupakan perpindahan penduduk dari desa ke
kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin
memperoleh pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi desa-kota merupakan perwujudan kebijakan
pembangunan dengan orientasi pada pertumbuhan ekonomi, khususnya
industri dan jasa yang umumnya berlokasi di kota-kota besar.
Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke
wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan.
Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan
sosial lainnya. Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para
pelaku mobilitas sirkuler tidak memberitahukan kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan kedatangan
mereka di daerah tujuan.
3.3.1 Distribusi dan Persebaran Penduduk
Persebaran Penduduk Humbang Hasundutan kurang merata
terutama dibeberapa kecamatan yang padat penduduknya serta aktifitas ekonomi, akses pendidikan dan pelayanan kesehatan yang sudah baik,
diantaranya kecamatan Dolok Sanggul dengan luas wilayah 209,3 km2
atau sekitar 8,4 % dari seluruh luas wilayah kabupaten dihuni oleh
penduduk sebanyak sebanyak 48.211 jiwa atau sekitar 26,07 % dari jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 184.915
jiwa.
- 45 -
Tabel 3.30 Luas Wilayah Dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan 2016
Kecamatan
Luas Wilayah Dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016
LuasWilayah Penduduk
Ha % km2 % Jumlah %
1. Pakkat 38.168 15,25 381,7 15,3 24.523 13,26
2. Onan Ganjang 22.256 8,89 222,6 8,9 10.453 5,65
3. Sijamapolang 14.018 5,6 140,2 5,6 5.397 2,92
4. Doloksanggul 20.930 8,36 209,3 8,4 48.211 26,07
5. Lintong Nihuta 18.126 7,24 181,3 7,2 31.317 16,94
6. Paranginan 4.778 1,91 47,8 1,9 13.162 7,12
7. Baktiraja 2.232 0,89 22,3 0,9 7.188 3,89
8. Pollung 32.736 13,08 327,4 13,1 18.787 10,16
9. Parlilitan 72.775 29,08 727,7 29,1 18.104 9,79
10. Tarabintang 24.252 9,69 242,5 9,7 7.575 4,10
Humbang Hasundutan
250.271 100 2.503 100,0 184.915 100,00
Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017
3.3.2. Migrasi
Banyak faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lainnya, disebabkan adanya beberapa faktor seperti yang lazim disebut dengan faktor pendorong dan faktor penarik
(push and pull factors).
a. Faktor pendorong antara lain makin berkurangnya sumber alam,
menurunnya permintaan atas barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh, menyempitnya lapangan kerja di daerah asal.
b. Faktor penarik antara lain di daerah tujuan adanya kesempatan
untuk memasuki lapangan kerja yang cocok dan adanya aktivitas baru di daerah tujuan seperti munculnya pusat - pusat pertumbuhan
ekonomi.
Berdasarkan data yang ada bahwa pada tahun 2010 terjadi migrasi
masuk sebanyak 8.325 jiwa, sedangkan migrasi keluar adalah sebanyak
4.257 jiwa sehingga migrasi neeto nya sebanyak 4.068 jiwa.
Pada tahun 2015 migrasi masuk sebanyak 2.947 jiwa sedangkan
migrasi keluar sebanyak 5.121 sehingga migrasi nettonya sebanyak minus 2.174 jiwa (-1,18%)
- 46 -
Tabel 3.31 Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Netto Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2010 dan 2015
Tahun
Migrasi
Masuk
Migrasi
Keluar Migrasi Netto
2010 8.325 4.257 4.068
2015 2.947 5.121 -2.174 (-1,18%)
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang
Hasundutan
3.3.4.Pembangunan Keluarga
Pembangunan keluarga ditujukan agar terwujudya keluarga
Indonesia yang berkualitas berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan YME yang meliputi: Keluarga yang bertakwa
kepada Tuhan YME, yaitu keluarga berdasarkan pernikahan yang sah
menurut hukum negara dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak ideal (dua), Keluarga yang berketahanan sosial,
keluarga yang memiliki perencanaan sumber daya keluarga, keluarga
berwawasan nasional, yang mampu mengembangkan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia, Keluarga yang berkontribusi kepada
masyarakat yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan dan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya serta keluarga yang berkontribusi kepada bangsa dan negara serta
berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak, patuh
terhadap peraturan perundangan yang berlaku
Kemampuan keluarga melaksanakan fungsinya menjadi lemah
akibat kecepatan kemajuan dan perubahan perkembangan global baik
dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga dampaknya banyak
terjadi berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan penduduk sebagai sumber daya manusia yang mampu bersaing ditengah penduduk
dunia.
Kondisi tersebut dapat kita perhatikan antara lain; jumlah keluarga pra sejahtera dan KS-1 yang masih cukup banyak sekitar 13.261 atau
32,53 % dari total jumlah keluarga, disamping itu terdapat keluarga yang
termasuk penyandang masalah sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar, kekerasan dalam rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan
narkoba, HIV/AIDS, ekspolaitasi anak, pekerja anak, penduduk
berkebutuhan khusus dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, pembangunan keluarga menjadi sangat penting
sebagai institusi atau unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang
harus dijadikan parameter dan sasaran pembangunan kependudukan
dan sebagai indikator keberhasilannya adalah seberapa besar tingkat
kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.
Salah satu variabel dalam pembangunan keluarga adalah kondisi
keluarga menurut tahapan kesejahteraannya meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra-S), Keluarga Sejahtera 1 (KS-1), Keluarga Sejahtera 2
(KS-2), Keluarga Sejahtera 3 (KS-3) dan Keluarga Sejahterra 3 Plus (KS-
3+). Secara umum kondisi keluarga menurut tahapan kesejahteraannya ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kemampuan keluarga dalam
- 47 -
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) kebutuhan terhadap papan,
sandang, pangan dan berbagai kebutuhan sosial lainnya.
Tabel. 3.32 Jumlah Dan Persentase Keluarga Pra-Sejahtera DAN KS-1
Tahun Jumlah KK Jumlah Keluarga
Pra Sejahtera & KS-1 %
2016 40.767 13.261 32,53
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2017
Dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga di kabupaten Humbang Hasundutan telah diikutsertakan berpartisipasi dalam
Program Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2015 telah diikutsertakan
sebanyak 2.352 keluarga yang masuk pada Program Keluarga Harapan
dengan bantuan pemerintah pusat dan pada tahun 2016 sebanyak 3.322
keluarga.
3.3.4.Manajemen Data Base Kependudukan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Administrasi Pemerintahan dan Administrasi
Negara dalam rangka pemberian perlindungan terhadap hak-hak
individu penduduk, melalui pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen
Akta-akta Catatan Sipil). Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan
secara Nasional dalam menyediakan Data Penduduk (Database
Kependudukan) yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah
mempunyai 3 (tiga) program strategis Nasional, yaitu :
1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan:
2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik.
Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai
jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan menggunakan perangkat lunak, perangkat
keras dan jaringan komunikasi data untuk itu, diperlukan adanya
penataan Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan
Informasi Administrasi Kependudukan.
Untuk mewujudkan database kependudukan yang akurat diperlukan
2 (dua) kegiatan yang paling mendasar yaitu: Kegiatan pelayanan harian
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil termasuk e-KTP yang bertujuan agar semua peristiwa kependudukan akibat LAMPID (Lahir,
Meninggal, Pindah dan Datang) tercatat dalam database kependudukan
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi
Pemerintah Propinsi.
- 48 -
Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan
dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK) online yang didukung dengan perekaman sidik jari dan iris mata
dalam perekaman e-KTP. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Kementrian Dalam Negeri melalui Direktorat
Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pemutakhiran Data
Kependudukan dilaksanakan disemua wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan penerbitan dan Pendistribusian NIK kepada
penduduk per keluarga. Penerbitan NIK yang dilaksanakan secara
bertahap mulai Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2020.
NIK adalah Nomor Induk Kependudukan yang diberikan
Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi pelaksana kepada setiap
Penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata. NIK berlaku seumur hidup, melalui NIK nantinya kegiatan identifikasi jati diri seseorang
dapat dilakukan dengan mudah, termasuk pendataan penduduk untuk
perpajakan Pemilihan Umum, Kriminalitas, penyaluran Bantuan
Langsung Tunai (BLS) dan lainnya.
Ada beberapa kendala dalam penertiban e-KTP sebagai berikut :
1. Peralatan e-KTP rusak.
2. Data tertahan di server kecamatan. 3. Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.
Saat ini sedang dibangun Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)
dalam kerangka Administrasi Kependudukan yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem Pendaftran Penduduk (Dafduk) Pencatatan Biodata penduduk per keluarga
Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan
Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan
Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.
2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)
Pencatatan Kelahiran Pencatatan Lahir Mati
Pencatatan Perkawinan
Pencatatan Pembatalan Perkawinan Pencatatan Perceraian
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pencatatan Kematian Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak
Pencatatan perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan
Pencatatan peristiwa penting.
- 49 -
Tabel .3.33 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Status Cetak KTP
Tabel .3.33
Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Status Cetak KTP-El
No. KECAMATAN
SUDAH CETAK KTP-el
2013 2014 2015 2016 2017
L P % L P % L P % L P % L P %
1 PARLILITAN 2,452 2,224 3,73 2.560 2.324 3,78 4.530 4.701 7,31 5.612 5.819 8,80 5.667 5.808 9,23
2 POLLUNG 2,308 2,182 3,58 2.379 2.243 3,58 4.676 4.974 7,64 5.621 5.962 8,92 5.668 5.976 9,15
3 BAKTIRAJA 1,402 1,496 2,31 1.442 1.553 2,32 1.650 1.799 2,73 2.041 2.200 3,26 2.053 2.134 3,39
4 PARANGINAN 2,057 1,933 3,18 2.183 2.092 3,31 3.167 3.303 5,12 3.799 3.996 6,00 3.950 4.082 6,41
5 LINTONGNIHUTA 5,483 5.470 8,75 5.639 5.634 8,74 7.257 7.768 11,89 8.668 9.179 13,74 8.976 9.237 14,64
6 DOLOKSANGGUL 7.070 6.849 11,12 7.348 7.131 11,22 10.875 11.703 17,87 13.300 14.092 21,09 13.319 14.148 21,77
7 SIJAMAPOLANG 885 851 1,38 904 887 1,38 1.428 1.509 2,32 1.739 1.804 2,72 1.774 1.793 2,85
8 ONANGANJANG 1.304 1.210 2,00 1.349 1.243 2,01 2.602 2.722 4,21 3.253 3.420 5,13 3.163 3.281 5,17
9 PAKKAT 2.904 3.101 4,79 2.980 3.179 4,77 5.839 6.621 9,86 6.946 7.730 11,30 6.753 7.453 11,30
10 TARABINTANG 944 832 1,41 960 856 1,4 1.961 2.047 3,17 2.330 2.375 3,62 2.261 2.331 3,73
T O T A L 13.121 18.321 42,25 27.744 27.142 42,51 43.985 47.147 72,12 53.309 56.577 84,58 53.584 56.243 87,64
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan
Tabel 3.34 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut
Kecamatan dan Cetak Kartu Keluarga (KK)
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan
No. KECAMATAN
SUDAH CETAK KARTU KELUARGA (KK)
2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %
1 PARLILITAN 2079 4,92 2.467 5,68 2.961 6,76 3.608 8,16 3.667 8,00
2 POLLUNG 2206 5,22 2.669 6,14 3.120 7,12 3.536 8,00 3.865 8,00
3 BAKTIRAJA 836 1,98 999 2,30 1.194 2,73 1.254 2,83 1.422 3,00
4 PARANGINAN 1457 3,45 1.696 3,90 2.187 4,99 2.586 5,84 2.722 6,00
5 LINTONGNIHUTA 3709 8,78 4.396 10,12 5.390 12,31 5.294 11,97 6.142 13,00
6 DOLOKSANGGUL 5.917 14,02 6.754 15,55 7.815 17,84 8.032 18,16 9.365 21,00
7 SIJAMAPOLANG 525 1,24 679 1,56 911 2,08 1.089 2,46 1.138 2,00
8 ONANGANJANG 1.364 3,23 1.514 3,48 1.827 4,17 1.883 4,25 2.118 4,00
9 PAKKAT 2.245 5,32 2.607 6,00 3.267 7,46 4.269 9,65 4.232 9,00
10 TARABINTANG 992 2,35 1.195 2,75 1.389 3,17 1.473 3,33 1.519 3,00
T O T A L 21.330 50,51 24.976 57,48 30.061 68,63 33.024 74,65 36.190 77,00
- 50 -
Tabel 3.35 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan dan Cetak Akta Perkawinan
No. KECAMATAN SUDAH CETAK AKTA PERKAWINAN
2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %
1 PARLILITAN 100 3,66 430 5,60 1.142 11,34
2 POLLUNG 66 2,41 742 10,12 1.458 14,48
3 BAKTIRAJA 39 1,42 103 3,71 209 2,07
4 PARANGINAN 37 1,35 257 4,95 621 6,16
5 LINTONGNIHUTA 149 5,45 626 5,24 1.579 15,68
6 DOLOKSANGGUL 207 5,57 1342 7,50 3.018 29,97
7 SIJAMAPOLANG 27 0,98 190 8,27 456 4,52
8 ONANGANJANG 34 1,24 191 4,56 530 5,26
9 PAKKAT 93 3,40 428 4,33 853 8,47
10 TARABINTANG 23 0,84 69 2,19 201 1,99
T O T A L 775 26,32 4378 56,47 10.067 99,94
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan
Tabel. 3.36 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan dan Cetak Akta Kelahiran
No. KECAMATAN SUDAH CETAK AKTA KELAHIRAN
2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %
1 PARLILITAN 1.600 0,83 1.034 0,53 2.673 1,38 3.930 2,02 3.238 1,63
2 POLLUNG 1.422 0,74 1.345 0,69 2.556 1,32 4.309 2,21 3.340 1,68
3 BAKTIRAJA 924 0,45 191 0,10 S 0,30 961 0,49 1.278 0,64
4 PARANGINAN 1.294 0,67 316 0,16 1.207 0,62 1.761 0,90 2.615 1,31
5 LINTONGNIHUTA 1.083 0,56 1.365 0,70 3.737 1,94 5.966 3,06 5.748 2,89
6 DOLOKSANGGUL 1.924 1,00 1.682 0,86 4.671 2,42 7.816 4,01 7.935 4,00
7 SIJAMAPOLANG 2.165 1,13 220 0,11 762 0,39 1.142 0,58 1.023 0,51
8 ONANGANJANG 1.624 0,84 400 0,20 1.231 0,64 1.880 0,96 1.841 0,92
9 PAKKAT 1.424 0,74 460 0,23 1.308 0,68 2.331 1,19 4.045 2,03
10 TARABINTANG 2.175 1,13 274 0,14 920 0,48 1.203 0,61 1.470 0,74
T O T A L
15.635 8,09 7.287 3,72 19.647 10,17 31.299 16,03 32.533 16,35
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan
- 51 -
BAB IV KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG
Pada uraian dalam bab-bab sebelumnya, bahwa berbagai isu pokok di bidang kependudukan yang meliputi indikator pengendalian kuantitas
penduduk, peningkatan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk,
pembangunan keluarga serta penataan data base dan informasi penduduk memperlihatkan masih adanya tingkat kesenjangan yang berbeda antara satu
wilayah dengan wilayah yang lain. Artinya di masa mendatang Kabupaten
Humbang Hasundutan dihadapkan pada persoalan-persoalan untuk
memeratakan hasil-hasil pembangunan.
Oleh sebab itu perlu dikaji dan dianalisa berbagai kondisibaik dari aspe
kfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor eksternal (tantangan, dan peluang) dalam upaya pembangunan kependudukan di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
4.1 Kekuatan
Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini maupun yang akan dating perlu dikaji dan
dipahami kekuatannya antara lain :
1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang berada pada posisi 1,1 % setiap tahunnya, dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain yang masih berada di atas 1,5 % bahkan ada yang
diatas 2 % dan dengan adanya upaya penurunan Total Fertility Rate (
TFR ) sekitar 4,4 anak pada tahun 2015 menjadi 4,0 anak pada tahun 2020, dimana penurunan TFR tersebut merupakan kontribusi dari
meningkatnya jumlah PUS yang ber KB sebanyak 67 % dengan mix
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 53,8 %, disamping itu terjadi peningkatan usia kawin pertama bagi perempuan sebesar 22,3 tahun.
2. Struktur umur penduduk muda yakni adanya penduduk usia dibawah
15 tahun yang cukup besar di atas 45 % yang memberikan peluang untuk mendapatkan potensi akan tersedinya kelompok penduduk usia
muda yang terampil dan mandiri dimasa yang akan datang.
3. Rata-rata lama sekolah berada pada posisi ke enam tertinggi dari 25 kabupaten (diluar kota) se Sumatera Utara yakni 8,9 tahun dibawah
Toba Samosir (10,08 tahun), Karo (9,50 tahun ), Deli Serdang (9,48
tahun), Tapanuli Utara (9,31 tahun ) dan Padang Lawas Utara ( 8,91 )
dan dengan persentase yang cukup tinggi tingkat partisipasi penduduk perempuan usia 7-12 tahun yang bersekolah SD dan usia 13-16 tahun
yang bersekolah di SLTP masing masing sebesar 100 %.
4. Dari segi kualitas kesehatan adanya kondisi yang sudah mulai membaik jika dilihat dari Gizi buruk hanya 6 kasus tahun 2016 dibandingkan
jumlah kelahiran bayi sebanyak 3.248 jiwa pada tahun 2016 dan bayi
yang lahir dengan gizi buruk tersebut langsung dilakukan perawatan. 5. Dari aspek ekonomi penduduk, terdapat penurunan penduduk miskin
dengan persentase dibawah angka dua digit atau dibawah 10 persen
yakni sebesar 9,78 %, dan dengan PDRB atas dasar harga konstan yang setiap tahunnya terus meningkat dari Rp. 325.619.000,- pada tahun
2014 menjadi Rp. 3.57775.000,- pada tahun 2016.
6. Mobilitas penduduk kabupaten Humbang Hasundutan cenderung lebih
banyak yang masuk (migrasi In) dibanding yang keluar (migrasi Out), hal demikian berpotensi mendapatkan penduduk dengan usia produktif, dan
akan menjadi tenaga kerja yang produktif, kecenderungan terjadinya
Migrasi masuk hanya berlangsung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dan mulai tahun 2015 terjadi sebaliknya yakni penduduk
- 52 -
keluar sudah mulai lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang masuk.
7. Dalam bidang Pembangunan Keluarga di Humbang Hasundutan telah
memiliki data mikro keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang telah sejahtera dan yang belum sejahtera. Saat ini terdapat
keluarga yang sejahtera ( KS-II,III dan III+ ) sebanyak 27.506 kk dari
40.767 kk yang ada atau sekitar 67,47 % yang semakin lama semakin meningkat. Keluarga yang memiliki kemampuan menyejahterakan
keluarganya tersebut menjadi potensi yang cukup besar dalam
mengembangkan strategi pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan
keluarga berkulitas. 8. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki
berbagai sumber data baik dari catatan dan statistic administrasi
kependudukan catatan sipil, hasil Sensus Penduduk, SDKI, Susenas, hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara rutin/reguler,
data mikro keluarga (hasil pendataan keluarga), serta hasil sensus,
survey dan data statistik rutin sektor lainnya. 9. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan dukungan
operasional dari semua pihak baik dari legislatif, pihak swasta dan
berbagai lapisan masyarakat, telah memberikan perhatian, dorongan dan dukungan yang sangat besar dalam pembangunan kependudukan di
Humbang Hasundutan dengan dituangkannya kedalam RPJMD. Serta
adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat lini lapangan dan partisipasi masayarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kependudukan seperti PPKBD, Sub PPKBD serta kader PKK, kader KB
dan sebagainya.
4.2 Kelemahan.
Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah memberikan dampak positif tidak
terlepas dari adanya kelemahan yang dihadapi antara lain:
1. Pengendalian jumlah penduduk melalui penurunan fertilitas yang masih cukup tinggi yakni 4,89 anak mengakibatkan lambatnya
kondisi penduduk tumbuh seimbang serta masih lamanya waktu akan
terjadinya bonus demografi di Humbang Hasundutan yang ditandai
dengan terjadinya angka ketergantungan atau depedency ratio yang semakin membaik
2. Tingkat efektifitas kesertaan dari PUS ber KB yang sangat rendah baik
peserta KB Aktif maupun peserta KB Baru sehingga tidak banyak daya ungkitnya untuk menurunkan fertilitas. Hal ini disebabkan
segmentasi sasaran program belum difokuskan kepada PUS Usia
Muda Paritas Rendah (PUS MUPAREN) serta peserta KB baru yang benar benar murni bukan dari peserta KB ganti cara yang dicatat
sebagai peserta KB baru, disamping itu masih ada wanita melakukan
kawinpertama di usia 16-18 tahun. 3. Tingkat pendidikan penduduk yang relative masih rendah 8,9 tahun
menunjukkan masih banyaknya penduduk usia sekolah yang tidak
melanjutkan pendidikan di tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi, serta
masih rendahnya minat dan perhatian untuk mengembangkan pendidikan vokasional yang menciptakan penduduk yang kreatif,
innovatif, trampil dan mandiri dan mampu mengembangkan sektor
industri pengolahan terhadap hasil dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
- 53 -
4. Masih terjadinya angka kelahiranbayi dengan gizi kurang bahkan gizi buruk yang didukung dengan fasilitas dan sarana prasarana
pelayanan kesehatan yang berkualitas, murah dan mudah dijangkau
termasuk Pos Pelayanan Terpadu dan sebagainya. 5. Kesadaran masyarakat yang relatif masih rendah dalam menjaga serta
memelihara kesehatan keluarganya, memeriksakan ibu hamil,
memeriksakan bayi serta pemberian gizi, immunisasi dan lain-lain serta lingkungan yang sehat, merokok di sembarangan tempat
termasuk pengolahan limbah atau sampah.
6. Persebaran penduduk yang tidak merata serta kepadatannya yang
membutuhkan penataan sehingga terciptanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tamping lahan atau
lingkungan.
7. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang relative masih cukup banyak 13.261kk yang perlu mendapatkan perhatian
dari semua pihak untuk dientaskan dan ditingkatkan menjadi
keluarga yang sejahtera 8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam tertib administrasi
kependudukan serta belum sepenuhnya dilakukan pelayanan
administrasi kependudukan yang prima, data dan informasi penduduk yang belum terintegrasi serta pemanfaatannya dalam sistem
pengambilan keputusan pembangunan berwawasan penduduk.
9. Kurangnya terjadi saling bersinergi (Concerted Efforts) terintegrasinya
berbagai kebijakan dan program pembangunan diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan Kependudukan (Pengendalian Kuantitas,
Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas, Pembangunan Keluarga
dan Data Base Penduduk). Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan
kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk
(tenaga lapangan KB, kader KB), aspek kualitas penduduk (tenaga medis, guru), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah administrasi
penduduk dan sebagainya.
4.3 Tantangan
Disamping kekuatan dan kelemahan yang dihadapi, Pembangunan
Kependudukan dikabupaten Humbang Hasundutan, masih menghadapi berbagai tantangan atau ancaman, antara lain:
1. Dalam aspek kuantitas penduduk masih terdapat kelambatan penurunan
fertilitasyang cukup besar 4,89 anak yang disebabkan adanya keinginan yang kuat terhadap pengertian anak ideal yang lebih dari dua anak serta
adanya dukungan budaya dan adat yang berlaku.
2. Dalam bidang kualitas penduduk khususnya pada aspek pendidikan masih belum adanya keserasian dalam pengintegrasian visi, misi serta
kebijakan dan program pembangunan pendidikan nasional dari tingkat
pusat, provinsi dan daerah kabupaten/kota. Demikian pula dalam aspek pembangunan kesehatan serta pembangunan dalam bidang
perekonomian yang belum saling mendukung dan terintegrasi.
3. Pada aspek penataan mobilitas dan penataan kepadatan serta persebaran
penduduk yang belum selaras dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan, adanya kondisi yang dibeberapa kabupaten/kota yang sudah
kurang kondusif terhadap kelayakan penduduk untuk mendapatkan daya
dukung dan daya tampung memadai untuk kesejahteranya sehingga menjadikan kabupaten Humbang Hasundutan sebagai wilayah yang
menarik minat untuk bermigrasi.
- 54 -
4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah kemampuan keluarga dalam menghadapi kecepatan perkembangan dan
kemajuan global sehingga jika tidak diberdayakan secara dini dan baik
akan menjadikan keluarga-keluarga di Humbang Hasundutan semakin rentan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan fungsi keluarganya
serta semakin meningkatnya keluarga yang tidak memiliki tabungan.
5. Kondisi perekonomian dunia yang memburuk serta ketidakmampuan pemerintah pusat mengatasi persoalan persoalan serta dampak ekonomi
global membuat rendahnya daya beli masyarakat sehingga tingkat
kesejahteraan penduduk semakin menurun, lambatnya penurunan angka
kemiskinan. 6. Bervariasinya dukungandan komitmen pemerintah Kabupaten/Kota
tentang pentingnya Program Pembangunan Berwawasan
Kependudukandalamrangkapembangunanberkelanjutan. 7. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi
dewasa ini, serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus semakin
berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap pemenuhan dan hak-
hak penduduk, serta semakin derasnya arus informasi dan globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak
sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam
ketahanan keluarga.
4.4 Peluang
Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang - peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah maka semakin jelas kewenangan serta pembagian urusan serta menjadikan Program Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Nasional menjadi salah satu urusan wajib bagi daerah
kabupaten/kota serta adanya kelembagaan yang mengurusinya. 2. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan
Kependudukan dan KB menjadi bagian dari prioritas nasional maupund
aerah yang dituangkan dalam RPJMN dan RPJMD serta berbaga idokumen perencanaan nasional maupun daerah.
3. Berbagaisumberpembiayaan yang tersediabaik APBN, APBD, DAK,
ADDes serta berbagai sumber keuangan masyarakat yang dapat
menjadikan Program Pengendalian Penduduk, KB dan Pembangunan Keluarga semakin baik.
4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya
mewujudkan keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali peran dan fungsi keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk dan keluarga melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan,
status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi upaya-upaya
pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan keluarga dan
meningkatkan kesejahteraannya, terutama dalam memberikan peran dan kedudukan perempuan sebagai mitra sejajar kaum pria dalam
segala aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi maupun budaya.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
pengembangan dalam memberikan peluang bagi upaya-upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi serta mutu pelayanan pembangunan
kependudukan. Selain itu perkembangan tehnologi informasi juga
memberikan peluang mempermudah penyediaan dan akses data base dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan komunikasi serta
- 55 -
pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro keluarga bersekala nasional. Disamping itu, pengembangan tehnologi tepat guna yang
mampu menyediakan perangkat yang dibutuhkan bagi pembangunan
berwawasan kependudukan. 6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam
mendukung penyelenggraan pembangunan kependudukan serta
sumbangan pemikiran dan kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas Agama dan para Stakeholders
lainnya.
7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam
Pembangunan Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional, yaitu adanya dan disetujuinya oleh Pemerintah Indonesia berbagai komitmen
dan kesepakatan internasional seperti ICPD Cairo tahun 1994, dan
MDGs tahun 2000, yang memberikan dasar kerjasama upaya global untuk meningkatkan kualitas dan hak-hak asasi manusia, terutama
yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kesetaraan
Gender, peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. 8. Adanya peluang bonus demografi (peduduk usia produktif 15-64 tahun
jumlahnya semakin besar) yang puncaknya diperkirakan terjadi diatas
tahun 2040-an yang akan datang, apabila pengelolaan pembangunan kependudukan yang akan datang dapat diarahkan untuk peningkatan
kualitas penduduk, maka penduduk Humbang Hasundutan akan
menjadi kekuatan pembangunan dan jika tidak dapat dikelola dengan baik, maka peluang bonus demografi tersebut akan menjadi malapetaka
bagi penduduk.
- 56 -
BAB V
ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN
Untuk menjamin dan mempercepat proses terwujudnya tujuan
pembangunan di berbagai sektor di kabupaten Humbang Hasundutan, maka pembangunan kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat
penting terutama menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan,
kepadatan, penyebaran, kematian dan kelahiran. Pengetahuan tentang keadaan kependudukan sangat mempengaruhi kebijaksanaan yang akan
ditempuh dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesejahteraan,
kesehatan dan ketenaga kerjaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah pembangunan tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan.
Oleh karena itu, strategi kebijakan pembangunan harus berprinsip kepada
integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.
Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan
pembangunan harus menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan
prinsip tersebut pembangunan kependudukan akan berhasil. Untuk itu strategi pertama yang harus dilakukan adalah melakukan population mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan dengan
mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai
pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus mendasarkan pada pendekatan hak asasi. Untuk itu, langkah pertama adalah
melakukan capacity building untuk seluruh pemangku kepentingan, baik di
tingkat kabupaten, kecamatan bahkan sampai ke tingkat desa/kelurahan.
Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan
kependudukan dengan kebijakan pembangunan lainnya sejak tahap perumusan, implementasi sampai dengan evaluasi dan monitoring. Dengan
memperhatikan bahwa kondisi dari semua aspek di setiap kecamatan bahkan
di desa desa homogen, maka disparitas yang terjadi antar wilayah kecamatan
dan desa harus menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan strategi. Strategi yang ditetapkan tidak harus bersifat tunggal, tetapi disesuaikan
dengan kondisi dan permasalahan di setiap kecamatan, desa dan kelurahan.
Oleh karena itu, dalam menyusun strategi diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara bottom-up dan top-down.
Keadaan jumlah dan pertumbuhan serta persebaran penduduk menurut kecamatan ternyata masih menunjukkan kondisi yang beragam. Tentunya hal
ini disebabkan oleh peranan faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang
memang berbeda-beda di setiap kecamatan, desa/kelurahan.
Peranan ketiga faktor tersebut tentunya juga terkait dengan kebijakan
dan program-program dijakankan pada masing-masing kecamatan,
desa/kelurahan yang telah dijalankan sebagai komitmen dalam upaya pengendalian kuantitas penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, secara otomatis akan menjadi beban pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk kesehatan,
pendidikan, pangan, sandang, papan dan lainnya yang dapat terkait dengan
kebutuhan rakyat. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat jika penduduknya berkualitas, namun jumlah
penduduk yang besar akan menjadi beban pembangunan jika tidak
berkualitas.
- 57 -
Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis
kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan ke depan adalah menyangkut :
1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang
berada pada posisi 1,05 % setiap tahunnya, dapat diturunkan lagi
secara konsisten dengan upaya penurunan Total Fertility Rate ( TFR ) yang signifikan menjadi 2,1 anak pada tahun 2040, disamping upaya
peningkatan usia kawin pertama bagi perempuan sebesar 23
tahundalam mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan penduduk tanpa pertumbuhan pada tahun 2040 sehingga terjadinya
kondisi Depedency Rasio menuju Bonus Demografi.
2. Peningkatan efektifitas kesertaan PUS ber KB untuk menurunkan
fertilitas dengan segmentasi sasaran dipokuskan kepada PUS Usia Muda Paritas Rendah (PUS MUPAREN) serta peserta KB baru yang benar benar
murni bukan dari peserta KB ganti cara yang dicatat sebagai peserta KB
baru, dengan proporsi MKJP yang lebih besar. 3. Peningkatan Advokasi dan KIE serta Promosi tentang adanya keinginan
masyarakat yang kuat terhadap pengertian anak ideal yang lebih dari
dua anak akibat adanya pemahaman terhadap budaya dan adat yang berlaku.
4. Peningkatkan partisipasi penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah SD
dan usia 13-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA masing masing mencapai sebesar 100 % serta membantu penduduk usia 19-24 yang
berpotensi mengikuti pendidikan tinggi.
5. Membangun pendidikan vokasional untuk menciptakan penduduk yang kreatif, innovatif, trampil dan mandiri serta mampu mengembangkan
sektor industri pengolahan terhadap hasil dari sektor pertanian,
perkebunan dan perikanan.
6. Meningkatkan kualitas kesehatan dari kondisi yang sudah mulai membaik saat inikearah yang semakin lebih berkualitas menuju
penduduk yang sehat dan produktif serta menuju penduduk tumbuh
seimbang antara kelahiran dengan kematian, walaupun ada indikasi kenaikan jumlah kematian bayi dan ibu serta gizi kurang.
7. Meningkatkan Kesadaran masyarakat dalam menjaga serta memelihara
kesehatan keluarganya, memeriksakan ibu hamil, memeriksakan bayi serta pemberian gizi, immunisai serta lingkungan yang sehat, merokok
tidak disembarangan tempat, khususnya bagi ibu hamil dan punya
balita termasuk pengolahan air limbah dan sampah. 8. Meningkatkan ekonomi penduduk, dengan menurunkan jumlah
penduduk miskin, meningkatkan PDRB, daya beli, menurunkan jumlah
pengangguran serta meningkatkan pemerataan hasil pembangunan.
9. Menata dan memobilisasi perpindahan, pemerataan dan kepadatan penduduk untuk mencapai keseimbangan antara jumlah penduduk
dengan daya dukung dan daya tampung lahan dan lingkungan.
10. Meningkatkan jumlah keluarga sejahtera dan berkualitas melalui berbagai strategi Pembangunan Keluarga yakni Program Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera, Program Keluarga
Harapan, Program Kelompok Usaha Bersama, Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui berbagai kelompok kegiatan dan Penanggulangan
Penyakit Sosial Masyarakat.
11. Penataan manajemen database dan informasi kependudukan melalui pelayanan prima kepada penduduk yang mengurus administrasi
kependudukan atau catatan sipil, pengintegrasian dan pemanfaatan
database dan informasi penduduk dalam berbagai pengambilan
kebijakan.
- 58 -
12. Membangun jejaring kemitraan untuk mendapatkan dukungan politis
dan dukungan operasional dari semua pihak baik dari legislatif, pihak swasta dan berbagai lapisan masyarakat.
13. Meningkatkan sinergisitas serta terintegrasinya berbagai kebijakan dan
program pembangunan diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan
Kependudukan (Pengendalian Kuantitas, Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas, Pembangunan Keluarga dan Data Base Penduduk).
14. Meningkatkan ketersediaan dan pendayagunaan tenaga Penyelenggara
Pembangunan kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk ( tenaga lapangan KB, kader KB ), aspek kualitas penduduk (
tenaga medis, guru ), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah
administrasi penduduk dan sebagainya. 15. Mengantisipasi berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi serta
tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan demokrasi dan
penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus semakin berkualitas,
akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak
sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam
ketahanan keluarga. 16. Membangun Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam
Pembangunan Kependudukan dari berbagai sumber pembiayaan yang
tersedia baik APBN, APBD, DAK, ADDes serta berbagai sumber keuangan masyarakat.
Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan “Grand Design Pembangunan Kependudukan” yang di desain
untuk menjadi acuan pembangunan kependudukan meliputi pengendalian
kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran
dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan database kependudukan.
Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat diperlukan untuk menghindari terjadinyaledakan penduduk dan masalah kependudukan
lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup besaran-
besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional, untuk setiap periode atau tahapan 5 (lima)
tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-map) yang mencakup tentang
tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program-progrsm pokok yang perlu
dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan kependudukan ke depan. Road-map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta
pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah program dan kegiatan
dalam mendukung upaya pembangunan kependudukan.
Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup
kurun waktu 2015 sampai dengan 2040 dengan periode lima tahunan. Road-map dibuat untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan kependudukan telah dapat dicapai, baik yang mencakup pengendalian
kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran
dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan database kependudukan. Secara garis besar, tujuan road-map,
sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji
pada uraian berikut.
- 59 -
5.1. Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan Pokok-
Pokok Pembangunan.
Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan
adalah tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu
besar. Untuk mencapai kondisi ini jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga penduduk menjadi
stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),
adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau Net Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per
perempuan.
Dalam Grand DesignPembangunan Kependudukan Humbang Hasundutan ini kondisi penduduk tumbuh seimbang, diperkirakan akan
tercapai pada tahun 2040 keatas dimana TFR saat itu diperkirakan
menurun menjadi 2,1 dan NRR menjadi 1 tahun 2040. Kondisi ini akan dipertahankan terus sampai dengan tahun tahun selanjutnya.
Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka
pada jangka panjang penduduk Humbang Hasundutan bisa mengalami
penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per
wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat
rendah akan mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan menyebabkan masalah tersendiri yang tidak
kalah peliknya.
Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi akan terjadi di tanah air pada kurun waktu 10 tahun ke depan atau mulai 2025.
Bonus “ledakan” kaum muda dan angkatan kerja produktif ini sangat
krusial jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas.
Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda
bonus demografi adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen, artinya satu orang penduduk nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang
penduduk usia produktif. Berdasarkan kelompok umur, penduduk dapat
dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun), menengah (15-64 tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang terkait
dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan
menjadi penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif. Penduduk
nonproduktif terdiri dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan penduduk yang berumur 65 tahun. Kelompok penduduk usia produktif
adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun.
Angka beban ketergantungan Humbang Hasundutan saat ini adalah
sebesar 82,11 persen, yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung sekitar 82 penduduk usia non produktif. Diperkirakan defedency ratio akan dicapai dibawah 50% mulai tahun 2035 apabila
jumlah penduduka usia 14 tahun kebawah proporsinya menurun secara
signifikan.
Hasil sensus penduduk 2010 yang diproyeksikan sampai tahun 2040
di Humbang Hasundutan menunjukkan tren yang semakin menurun yang
berarti beban penduduk usia produktif semakin lama semakin kecil
- 60 -
sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami
peningkatan.
Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka
menurunkan angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama
ini telah menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunnya angka kelahiran dan angka kematian dan
disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi
penduduk usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi
penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang
disebut dengan bonus demografi.
Bonus demografi ini merupakan jendela peluang (windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan
ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan
akan terjadi hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima sampai dengan sepuluh tahun dari tahun
2020-2030untuk kondisi nasional berdasarkan proyeksi penduduk
dengan syarat angka kelahiran dapat dikendalikan.
Tidak berbeda dengan keadaan secara umum, maka di Humbang
Hasundutan peluang bonus demografi ke depan kemungkinan juga akan dialami apabila Program Keluarga Berencana benar-benar dapat
diberhasilkan dengan baik dalam kurun waktu sepuluh tahun
mendatang.
Selanjutnya periode dua dekade ke depan adalah momentum yang
harus dijadikan periode investasi besar-besaran dibidang sumber daya
manusia, khususnya dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan momentum tersebut harus dipastikan agar generasi muda memiliki
kompetensi dan menjadi insan yang produktif. Dalam mewujudkan SDM
tangguh dan berkualitas untuk menikmati bonus demografi, peran serta pemerintah daerah sangat penting dan relevan untuk bersinergi dan
bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan SDM
melalui penyediaan akses pendidikan dan keterampilan yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan strategis pembangunan di daerah.
Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2015-2020
ROAD MAP
2021-2025
ROAD MAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
ROADMAP
2036-2040 Terkendali
nya jumlah
dan laju
pertumbuh
an
penduduk
Terkendaliny
a jumlah dan
laju
pertumbuha
n penduduk
Terkendaliny
a jumlah dan
laju
pertumbuha
n penduduk
Tercapainya
kondisi
penurunan
laju
pertumbuhan
duduk menuju
penduduktum
buh seimbang
(PTS)
Tercapainya
kondisi
penduduk
tanpa
pertumbuhan
(PTP)
- 61 -
Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Humbang
Hasundutan 2015-2040
Indikator/ Parameter
Periode Roadmap 2010-2035
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Laju Pertumbuhan Penduduk(%)
1.05 1,05 1,0 1,0 0,5 0,5
Total Fertlity Rate (Rata-rata wanita punya
anak)
4,4 4,0 3,5 3,1 2,6 2,1
Contraception Prevalance Rate
(Persentase Kesertaan KB)
27,8 38,5 44,0 49,5 55,0 62,0
Usia Kawin Pertama bagi
Wanita
22 22 22 23 23 23
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua komponen utama kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan
penurunan mortalitas. Pengaturan fertilitas dilakukan melalui program
KB yang mengatur : 1) usia ideal perkawinan;
2) usia ideal melahirkan;
3) jarak ideal melahirkan; 4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.
Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya
dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan hal
berikut :
(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan; (2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu;
(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan;
(4) peningkatan kesertaan KB pria ; (5) Penurunan jumlah unmet need (Kebutuhan KB yang tidak terlayani);
(6) peningkatan peserta KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang);
(7) promosi pemanfaatan air susu ibu.
Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana
juga dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor pembangunan lainnya;
(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di
semua segmentasi sasaran wilayah; (3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi
Manusia ;
(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan hak-hak reproduksi;
(5) Penyediaan alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur
disediakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
- 62 -
Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka kematian ini diprioritaskan pada upaya (1)
penurunan angka kematian ibu hamil, (2) penurunan angka kematian ibu
melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca melahirkan, serta (4)
penurunan angka kematian bayi dan anak.
Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan
dannorma agama. Di samping itu, upaya penurunan angka kematian
difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan, (3)
pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4)
partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.
Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian
kuantitas penduduk perlu dilakukan adalah mencapai pertumbuhan
penduduk yang terkendali dan pencapaian windows of opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat penting. Untuk itu, diperlukan
revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam melakukan revitalisasi
program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu diubah orientasinya dari supplyke demand side approach. Strategi yang
dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan,
dan pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah penjelasan detailnya.
Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program
pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Sementara itu, desentralisasi dilakukan melalui lima cara. Pertama, memberikan otoritas yang lebih
besar kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam implementasi program
KB, salah satunya adalah dengan memperkuat kelembagaan. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan menghindarkan overlap fungsi dan
peran antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara
memperkuat kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.
Tujuan strategi ini adalah untuk lebih mengembangkan keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan program KB. Kemitraan
tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan lembaga
internasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits.
Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan untuk memperkuat jejaring antarpemangku kepentingan, baik secara
vertikal maupun horizontal, nasional maupun intenasional.
Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan
program KB difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara
memberikan subsidi pelayanan kesehatan reproduksi dan KB. Dalam pelaksanaannya, strategi ini perlu memperhatikan kondisi sosial, budaya,
demografi, dan ekonomi kelompok sasaran.
Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka
menurunkan angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama
ini telah menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut
ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah
- 63 -
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di
bawah lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi
penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara perlahan.
Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini
merupakan jendela peluang (windows of opportunity) yang menjadi
landasan untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja
dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek.
5.2. Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan Pokok-
Pokok Pembangunan.
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,
berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008
Pasal 1 ayat 5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri,
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas penduduk difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan
peningkatan kualitas penduduk : Pertama, dimensi kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan penduduk dalam rangka menurunkan
angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Kedua, dimensi
pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk Humbang Hasundutan melalui pendidikan formal, nonformal
maupun informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan
daerah maupun nasional, mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui peningkatan akses perempuan untuk memperoleh
pendidikan. Ketiga, dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi
penduduk melalui perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran. Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu
usaha untuk menurunkan angka kemiskinan.
Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan kependudukan. Di
samping itu, strategi peningkatan kualitas pendudukmerupakan bagian
integral dari strategi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk merupakan
pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.
Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan
sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan
tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan teknologi, tetapi justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya. Dengantersedianya
sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas,
maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik. Kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu
ditingkatkan agar tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.
- 64 -
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya
"senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan
pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang
sangat terbatas. Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan
dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai.
Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia
SDM
Pembangunan kualitas penduduk Indonesia termasuk daerah
kabupaten Humbang Hasundutan ditentukan oleh tiga hal: pembangunan ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh
karena itu, kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas
penduduk tahun 2040 adalah penduduk yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus dicapai
oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi
penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan.
Hal itu dianggap sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa,
berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak. Penduduk
yang sehat tidak hanya berumur panjang sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan berdaya saing.
Penduduk dengan kualitas seperti itu diharapkan dapat mengatasi arus
pasar global yang semakin menguat. Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut, maka strategi peningkatan kualitas penduduk harus
fokus pada tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak serta kematian maternal. Sebagaimana
diketahui bahwa Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari
penyakit infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif. Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan
treatment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di
samping itu, sejalan dengan meningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai penyebab kematian orang dewasa, maka alokasi
sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan dan
treatment penyakit tersebut. Akan tetapi, dengan memerhatikan
diversitas kondisi kesehatan antar daerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi, tidak dapat bersifat homogen atau
tunggal, tetapi harus merespons kondisi spesifik setiap daerah.
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
Pendidikan
Pembangunan
Kesehatan
- 65 -
Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat
kaitannya dengan program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk pelaksanaan program KB juga akan memberikan kontribusi terhadap
penurunan angka kematian maternal. Hal tersebut harus ditopang
dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal. Dari sisi
pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses yang sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk
miskin, untuk memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal
akses terhadap pelayanan pendidikan juga penting sebagai prioritas, khususnya untuk mengatasi masalah di berbagai daerah yang masih
lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki danperempuannya.
Karena di berbagai provinsi angka melek huruf masih rendah, maka untuk pendidikan nonformal maupun informal perlu memperoleh
prioritas. Dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan
pendidikan juga harus disusun berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDM
di setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI belum sepenuhnya memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai
bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di
setiap koridor. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan tersebut.
Dari sisi ekonomi,salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari
tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan
diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah. Dalam
kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan
dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi,
tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian.
Pembangunan Humbang Hasundutan telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya
kegiatan perekonomian yang didukung oleh makin meningkatnya
ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat,
termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Kabupaten Humbang Hasundutan yang ditunjukkan, baik oleh PDRB nonmigas per
kapita maupun laju pertumbuhannya yang lebih tinggi dari tahun tahun
sebelumnya, maupun taraf kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti angka melek huruf, angka kematian bayi,
- 66 -
dan usia harapan hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan
angka rata-rata tahun-tahun sebelumnya.
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi
ketenagakerjaan di Humbang hasundutan ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivitasnya
relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan
dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai
penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi Humbang
Hasundutan, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Kabupaten Humbang Hasundutan, kondisi tenaga kerja yang tersedia
umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas,
khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Humbang
Hasundutan, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia
yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, memperluas lapangan kerja, dan kesempatan usaha.
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Kabupaten Humbang Hasundutan harus
mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk
mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di wilayah ini. Oleh sebab itu, Humbang Hasunutan dihadapkan pada masalah
untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat
dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan
kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi
sebagai pusat pelayanan.
Gambar 5.3. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2015-2020
ROADMAP
2021-2025
ROADMAP
2026-2030 ROADMAP 2031-2035
ROADMAP 2036-2040
Pencapaian kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi penduduk
yang mapan
Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang mapan yang didukung
terciptanya good
governance
Pencapaian kualitaspenduduk kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kerja
produktif
Peningkatankualitas penduduk kreatif dan inovatif untuk meningkat-kan kerja
produktif
Terwujudnya kualitas penduduk yang beriman, maju, mandiri, mapan dan
berkeadilan di dalam
kebhinekaan
- 67 -
Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas
penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan adalah :
1).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang
beriman yaitu masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat yang mengamalkan ajaran agamanya dengan sepenuh hati, konsisten dan konsekuen, masyarakat yang memiliki sikap yang
kuat untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama
pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar masyarakat Humbang Hasundutan.
2).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang
maju, yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi hukum serta selalu menggunakan nurani dan akal sehat
dalam mengambil keputusan, dapat mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan identitas masyarakat Humbang Hasundutan.
3).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang
mandiri serta percaya diri, yaitu masyarakat yang memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan potensi daerah dan karenanya dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan pembangunan daerah
berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat itu sendiri.
4).Terwujudnya penduduk atau masyarakat HumbangHasundutan yang mapan yaitu masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
secara berimbang jasmani dan rohani, memiliki daya tahan terhadap
pengaruh luar yang bersifat merusak, mampu meningkatkan kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang semakin layak dengan
tingkat kesenjangan yang semakin kecil.
5).Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam kebhinekaan yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban atau
proporsional dalam lingkup masyarakat yang hidup secara harmonis,
sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang merasa terpinggirkan
atau terlupakan.
Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan di
Humbang Hasundutan sebagai berikut :
1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta meningkatnya rata-rata lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan
jenis pendidikan memberikan kesempatan kepada semua penduduk
usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum, kejuruan, keagamaan, maupun pendidikan khusus, serta memberikan keadilan bagi seluruh
lapisan masyarakat dalam meningkatkan pemberian pendidikan dari
wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belar 12 tahun. Demikian pula
perluasan kesempatan belajar bagi Anak luar Biasa (ALB) dan Anak Berkebutuhan khusus (ABK), memperbanyak pendidikan informal
dengan memberdayakan perempuan yang berdaya saing global,
melaksanakan Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang bekualitas di kab/kota serta mengembangkan Pendidikan tinggi sesuai kebutuhan
daerah dan berdaya saing global.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis
dan jenjang pendidikan sehingga memberikan dukungan yang berarti bagi bakal kehidupan peserta didik dimasa depan, baik berkenaan
dengan nilai-nilai budaya dan kearifan local (daerah), budi pekerti,
- 68 -
kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur, iptek, olah raga dan seni,
kesehatan dan lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk
karakter kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan penyiapan berbagai fasilitas, dan melakukan pemetaan dan
kesejahteraan guru mengembangkan dan meningkatkan Sekolah
Menengah Kejuruan(SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah,
nasional maupun internasional.
3. Peningkatan Manajemen pendidikan.
Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program
pembangunan pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang meliputi perbaikan kurikulum, proses
pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru, penyediaan sarana dan
prasarana yang mendukung proses edukasi.
4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik.
Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan
pendidikan lebih partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh terhadap jalur, jenis dan kelembagaan satuan pendidikan. Meningkatkan
pembiayaan dan anggaran serta laporan dan pertanggungjawabannya
secara transparan pada setiap penyelenggaraan satuan pendidikan. Mensinerjikan kebijakan dan mengatur batas-batas kewenangan
penyelenggaraan evaluasi pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten bahkan sampai ke Kecamatan dan UPT Sekolah dan lembaga satuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan informasi
pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.
5. Peningkatan Peranserta Masyarakat, dunia perusahaan, dan stake holders Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung jawab
antara pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai bagian dari subjek pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh inisiatif.
merintis, membangun, dan mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan
lebih bersifat antisipatif kearah peningkatan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan.
Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Kabupaten Humbang
Hasundutan 2015-2040
Indikator/
Parameter
Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Pendidikan Lama sekolah
(tahun)
Angka Partisipasi Sekolah Usia 19-
24 Tahun (%)
8,9
24,5
10,2
26,5
11,4
28,5
12,6
30,5
13,8
32,5
15,0
35,5
- 69 -
Kesehatan
- Angka Kematian Bayi
- Indek Pembangunan
Manusia (IPM)
- Kasus Gizi
Kurang dan
Buruk
24
66,0
3
65
23
69,15
0
22
71,73
0
21
74,31
0
20
76,38
0
20
78,96
0
Ekonomi
- Rata-Rata Pengeluaran (ribu
rupiah perkapita
perbulan)
- PDRB Perkapita
(juta rupiah)
- Gini Rasio
658
18.000
0,266
845
25.000
0,293
1.050.
27.600
0,287
1.250
30.400
0,279
1.350.
33.150
0,272
1.500
36.000
0,265
5.3. Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang Dinginkan
dan Pokok-Pokok Pembangunan.
Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan
adalah terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali. Demikian juga
halnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidak berbondong –
bonding datang keperkotaan yang pada gilirannya menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari bahwa urbanisasi tidak
semata-mata karena perpindahan penduduk dari desa kekota, tetapi juga
karena daerah – daerah dengan kategori urban semakin banyak jumlahnya karena fasilitas dan hasil pembangunan yang merata. Kondisi
persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran penduduk yang
merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi daerahnya.
Tentunya yang diharapkan adalah adanya penataan dan persebaran yang proporsial sesuai daya dukung alam dan lingkungan. Ini berarti
pemerintah harus dapat menata keberadaan penduduk melalui
perpindahan penduduk baik local maupun regional.
Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya
persebaran penduduk yang lebih merata antar kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali maka strategi diperlukan adalah :
- Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis, Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan
(pengungsi), Memberikan kemudahan, perlindungan, dan
pembinaan terhadap para migrant internasional dan keluarganya.
- Menciptakan keserasian, keselarasan, dankeseimbangan daya dukung
dan daya tamping lingkungan.
- Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu.
- 70 -
- Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui
penciptaan wirausaha baru.
- Memperluas kesempatan kerja produktif.
- Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis.
- Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional.
- Menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran.
- Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.
- Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing
wilayah baru, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu
dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut :
1) Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyediakan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan
administrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah
tujuan mobilitas penduduk. 2) Mendorong ketersedianya lahan pemukiman transmigrasi baru yang
legal, clean and clear (C2) agar dikemudian hari warga transmigrasi
mendapat suatu kepastian menuju masa depan. 3) Mengurangi mobilitas penduduk kekota megapolitan, seperti Jakarta
dan supaya hal itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya
penataan wilayah penyangga untuk mengembangkan daerah tujuan transmigrasi yang secara khusus diintegrasikan dengan kota besar
sekitarnya.
4) Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuang penduduk
kewilayah terpencil, tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusi penduduk.
Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan
mobilitas penduduk yakni : 1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah
tujuan baru sehingga penduduk terangsang untuk melakukan
perpindahan secara spontan. 2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan
sasaran menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak
berkualitas berpindah kedaerah lain (mobilitas bukan sekadar pemindahan kemiskinan). Penduduk miskin adalah tanggung jawab
daerah asal/kelahiran.
3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada
kepentingan nasional, misalnya transmigrasi kepulau terdepan, peningkatan kualitas prasarana dan sarana ekonomi, serta
peningkatan akulturasi dan asimilasi cultural antara pendatang dan
penduduk asli.
Penyusunan road-map kebijakan pengarahan mobilitas penduduk
tidak semata-mata atas dasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari
oleh fakta sosiologis dan dinamika lingkungan sosio-kultural dan politik pascareformasi. Berdasarkan pertimbangan ini, maka roadmap
pengarahan mobilitas penduduk secara tegas berbasis pada UU No. 25
Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan pendudukdan Pembangunan Keluarga, dan RPJP Daerah
Sumatera Utara, maupun kabupaten Humbang Hasundutan. Disamping
itu, basis kondisi sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan politik mengamanatkan penyusunan strategi pengerahan mobilitas penduduk
perlu mempertimbangkan berbagai kondisi perkembangan lingkungan
- 71 -
global, nasional, dan daerah. Basis ini pun secara nyata mencermati
sejauh mana komitmen pemerintah provinsi dan kabupaten Humbang Hasundutan terhadap aspek mobilitas penduduk sehingga menjadi bagian
yang integral dan menentukan bagi perkembangan dan keberhasilan
pembangunan penduduk dan pembangunan berkelanjutan di wilayahnya
dalam koridor kepentingan nasional.
Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin
kepastian pelibatan elemen dearah. Fakta yang berkembang
menunjukkan bahwa pengerahan mobilitas penduduk saat ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil
dan pasar. Oleh karena itu, penting untuk mereposisi dan
mengidentifikasi peran yang harus dimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Mereka memiliki kewenangan dan perannya masing-
masing. Demikian juga peran dan kewenangan LSM maupun Civil Society Organization (CSO). Semua elemen harus memiliki peran strategis dalam
pelaksanaan pembangunan kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harus memperhatikan perkembangan–perkembangan spesifik daerah,
misalnya kemungkinan dampak masuknya penduduk kedaerah industri
baru, cara mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan dampak negatif bagi daerah tujuan, dampak bagi keseimbangan penduduk local dan
pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan
demikian, penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespon hal-haltersebut, misalnya melalui perda pengendalian
penduduk.
Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek maupun menengah dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran
pengarahan mobilitas penduduk yang antara lain meliputi hal berikut :
1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara
penduduk pendatang dan penduduk asli 2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa
mengurangi hak hidup pendatang
3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection berdasarkan kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek
politik, dan kelembagaan
4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas) dalam capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas
formal
5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan mobilitas
6. Penguatan kelembagaan keluarga migrant dalam konteks kebijakan
kesehatan reproduksi
7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan pengembangan ekonomi perdesaan sehingga mengurangi minat
penduduk desa melakukan urbanisasi
8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan yang merata sehingga semakin mengurangi distorsi
biaya hidup antar daerah
9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan kesempatan kerja.
10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat
transmigrasi. 11. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk.
12. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.
- 72 -
13. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas
penduduk dan dikaitkan dengan kepentingan daerah (sesuai dengan dokumen perundangan), dengan tujuan pengembangan dan
mengonstruksikan proposisi/teori menengah terkait dengan proses-
proses migrasi yang berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi
masyarakat Sumatera Utara untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk, mengaitkan kebijakan pengerahan
mobilitas penduduk dengan konteks perkembangan ekonomi, politik,
budaya, dan lingkungan fisik migran, baik lokal, regional maupun global, membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkan
untuk menjawab tantangan pengarahan mobilitas penduduk, serta
pengembangan strategi-strategi baru terkait dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internal maupun regional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk
tersebut, maka perlu sejak awal dipastikan bahwa Perda, Perbup dan berbagai aturan pelaksana lainnya telah dapat diselesaikan. Beberapa
peraturan yang dibutuhkan untuk meng implementasikan tujuan itu
adalah sebagai berikut :
a. Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kecamatan dan antar Kabupaten/Kota
b. Kebijakan mobilitas penduduk non permanent
c. Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial harmonis
d. Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah
e. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga
f. Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan
g. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara pengumpulan data, analisis mobilitas, dan persebaran penduduk.
Sementara itu, pada tataran perda, dibutuhkan adanya perda
tentang kebijakan mobilitas penduduk.
Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas
Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2015-2020
ROAD MAP
2021-2025
ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
ROADMAP 2036-2040
Penataan dan
penyebaran penduduk antar daerah
kecamatan
Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kecamatan sesuai dengan daya dukung sosial dan
lingkungan
Penataan persebaran dan Pengarahan
mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah
penyangga
Peningkatan
mobilitas non permanen dengan cara menyedia-kan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan ad ministrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah tujuan
mobilitas
penduduk
Terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar
daerah kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali dan
harmonis
- 73 -
Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk Kabupaten
Humbang Hasundutan 2015-2040
Indikator/ Parameter
Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Laju Pertumbuhan
Penduduk(%)
1.05 1,05 1,0 1,0 0,5 0,5
Migrasi Neto (%) 2,2 1,9 1,6 1,2 0,9 0,5
Pertumbuhan
Penduduk Perkotaan (%)
1,47
2,15
2,70
3,30
3,70
4,0
5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-pokok Pembangunan.
Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah Terwujudnya keluarga Humbang Hasundutan yang berkualitas meliputi :
a) Keluarga yang bertakwa kepadaTuhan YME, yaitu keluarga
Berdasarkan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis
yangBerkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang
ideal (dua).
c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu Keluarga yang Memiliki perencanaan sumberdaya keluarga, keluarga Berwawasan nasional,
keluarga yang berkontribusi kepada Bangsa dan Negara serta
berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
1. Pokok-pokok pembangunan keluarga
a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepadaTuhanYang Maha Esa; b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah;
c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan
gender; d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan
berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara;
e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya keluarga sesuai dengan delapan fungsi keluarga ( Fungsi Agama,
sosial budaya, cinta kasih sayang, perlindungan, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, lingkungan ). 2. Sasaran pembangunan keluarga
a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga
b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan social danekonomi.
c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun
budaya;
d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.
- 74 -
3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga
a) Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,
strategi yang dilakukan adalah melalui:
(a). Pendidikan Agama (etika dan moral )
(b). Pendidikan Sosial Budaya Indikatorkeberhasilannya :
a) Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan
masing- masing dengan baik dan benar b) Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama
c) Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama
4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yangsahadalah dilakukan dengan hal berikut :
a. Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan
b. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga c. Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-
laki dengan perempuan
d. Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan
negara e. Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan
masyarakat
Indikator keberhasilannya : a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan
negara.
b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan perempuan,
c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga
dan masyarakat. d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan
dibuktikan oleh kepemilikan akta nikah.
5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat,
maju, dan Mandiri adalah sebagai berikut : a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender
b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat
fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat lingkungan)
c) Pendidikan dan pengasuhan anak
d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga
e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan
lokal Indikator keberhasilannya sebagai berikut :
a. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)
b. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin,
rumah layak huni, mempunyai tabungan) c. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit,
sehat fisik dan psikhis)
d. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja) e. Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi)
f. Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam
rumah tangga, tidak ada perdagangan manusia, tidak ada kenakalan anak dan remaja)
6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan
sebagai Pelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan Negara adalah melalui :
a) Pendidikan
- 75 -
b) Pembinaan
c) Kebudayaan Indikator keberhasilannya adalah
a) Keluarga berketahanan sosial,
b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),
c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat, bangsa,
dan negara.
7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya Keluarga adalah:
a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.
b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan rumah tangga,
c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.
Indikator keberhasilannya adalah : a. Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.
b.Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.
c.. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.
Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan
Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pembangunan Keluarga Humbang Hasundutan 2015-2040
Indikator/ Parameter
Periode Roadmap 2015-2040
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Persentase penduduk
miskin 9,85 9,35 8,51 7,67 6,84 6,0
Rata-rata banyaknya anak dalam keluarga
4 4 3 3 3 3
ROADMAP 2015-2020
ROAD MAP
2021-2025 ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
ROADMAP 2036-2040
Terciptanya
kondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa
kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Peningkatan dan
bertambahnyakondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan
bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Terciptanya kondisi keluarga yang berkualitas bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal (dua) dalam keharmonisan yang berkeadilan dan berkesetaraan
gender
Peningkatan dan bertambahny
akondisi keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal dua dalam keharmonisan yang berkeadilan dan kesetaran gender
Terwujudnya
keluarga
kecil yang
berkualitas,
berkeadilan
dan
berkesetaraa
n gender
serta
berdaya
saing
- 76 -
Persentase Keluarga Pra
Sejahtera & KS-1 32 27 23 20 17 15
Angka Perceraian 0 0 0 0 0 0
5.4. Roadmap Pembangunan Data Base Kependudukan Diinginkan dan Pokok-
Pokok Pembangunan.
Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan
adalah terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang
integrative, muda diakses oleh para pemangku kepentingan, serta menjadi
bagian dari sistem pendukung keputusaan (Decision Support System).
Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian
sampai dengan tahun 2040 yang akan datang maka ditentukan arah dan
kebijakan pembangunan manajemen database dan informasi kependudukan sebagai berikut :
1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui
pemantapan layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) 2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi
perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,
3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan Nasional yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan
layanan prima administrasi kependudukan,
4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal
dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada, 5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS
(Decision Support System) yang terintegratif.
Selanjutnya, dalam keupayaan kondisi diinginkan maka strategi dan pokok-pokok kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand design pengembangan databse kependudukan nasional adalah meliputi
tahapan :
1. Periode 2015-2020:. Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem
Administrasi Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait
lainnya atau lebih dikenal dengan konsep Government to Government (G2G), layanan SAK untuk masyarakat atau dikenal dengan istilah
Government to Citizen (G2C), layanan SistemAdministrasi
Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan
berbagai fitur yang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan
agar sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2006.
Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal tunggaldengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan
penerapan, baik sisifitur teknologi maupun dari sisi implementasi di
lapangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. 2. Periode 2020-2025.
Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan
prima untukmendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G), hubungan kepadamasyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia
bisnis, atau dikenal denganGoverment to Business (G2B).
Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi acuan bagiperencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia
- 77 -
bisnis, seperti untukkebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya dengan
terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun
perangkat lunak sistem teknologi informasinya.
3. Periode 2026–2030. Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan
Database Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang
berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi kependudukan.
Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi padapemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional.
Pada periode ini Database Kependudukan Daerah telah memiliki tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia
internasional. Kepercayaan yang tinggi terhadap Database
Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan bidang
lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global.
Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya
saing bangsa dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim
masyarakat informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).
4. Periode 2031-2035.
Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada terintegrasi dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan
mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal
dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada. Sistem
ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku kepentingan. 5. Periode 2036-2040.
Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah
terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang terintegratif.
Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian
kondisidiinginkan dengan Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependudukan sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan adalah meliputi :
1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan
(SAK) untuk sesama instansi pemerintah Government to Government (G2G), untuk masyarakatatau Government to Citizen (G2C), serta
Layanan Sistem AdministrasiKependudukan (SAK) untuk dunia bisnis
(G2B), 2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai acuan
bagiperencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,
seperti untukkebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnisberbasis elektronik lainnya
3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama
dalam mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak
sistem teknologi informasinya. 4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia professional yang mendukung
terselenggaranya layanan prima sistem administrasi kependudukan
5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada
tertib administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi
kependudukan.
- 78 -
6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk
dapat memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional
7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah memiliki
tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia
internasional untuk mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidang
perekonomian (international investment), dan bidang lainnya,
sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global.
8. Membangun masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat
informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan
(Knowledge base society). 9. Membangun database dan Informasikependudukan yang terintegrasi
dengan datalain terkait. mengembangkan sistem yang terhubung
dengan data lain yangberasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada agar mudahdiakses oleh pemangku
kepentingan.
10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi, Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI,
Pendataan Keluarga/Mutasi Data Keluarga dan berbagai sensus
maupun survey lainnya.
Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan Diinginkan
ROADMAP 2015-2020
ROAD MAP
2020-2025 ROADMAP 2026-2030
ROADMAP 2031-2035
ROADMAP 2036-2040
Terciptanya tertib administrasi
kependudukan
Terciptanya pelayanan prima administrasi
kependudukan
Tercipta
kondisi masyarakat berbasis database dan Informasi kependuduk-
an
Terciptanya integrasi data dan informasi kependuduk-an dari berbagai sumber dalam suatu database
dan bebas diakses
Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependuduk-an sebagai sistem pendukung
keputusan
- 79 -
Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan 2015-2040
Indikator
Periode Roadmap 2015-2040
2015-
2020
2021-
2025
2026-
2030
2031-
2035
2036-
2040
Indikator Kualitatif
Periode konsolidasi ke dalam
dan tertib administrasi
kependudukan
XXXXX XXXX XXX XX XX
Periode pelayanan prima
administrasi kependudukan
XXXX XXXXX XXXX XXX XX
Periode pengembangan
masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge base society)
XXX XXXX XXXXX XXXX XXX
Periode integrasi data dan
informasi kependudukan dari berbagai sumber ke dalam
suatu database yang dapat
diakses oleh berbagai pihak yang memerlukan
XXX XXXX XXXXX XXXX XXX
Periode peningkatan
pendayagunaan data dan
informasi kependudukan sebagai Sistem Pendukung
Keputusan (Decision Support System)
XXX XXXX XXXX XXXX XXXXX
Indikator Kuantitatif
Persentase penduduk dapat menunjukkan catatan sipil
berupa akte kelahiran
50 60 100 100 100
Persentase penduduk
menguasai akses computer
10 20 40 60 80
- 80 -
BAB VI
PENUTUP
Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen
rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun kedepan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang
kecenderungan parameter kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan
program-program pembangunan kependudukan yang meliputi pengendalian
kuantitas penduduk, pembangunan kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan
database kependudukan.
Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan
sebagai arah bagi kebijakan kependudukan di masa depan dan secara khusus
juga diharapkan dapat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Humbang Hasundutan Dengan arah, kebijakan dan
pokok-pokok pembangunan kependudukan yang tertuang dalam Grand Design
Pembangunan Kependudukan diharapkan terwujudnya kondisi penduduk yang
berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Humbang Hasundutan yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera sebagai upaya mendukung Visi
Pembangunan Kabubaten Humbang Hasundutan, yakni “Mewujudkan Humbang
Hasundutan yang hebat dan bermentalitas unggul .
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
DOSMAR BANJARNAHOR
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
SUHUT SILABAN, S.H.
NIP. 19620624 198602 1 001
top related