pupuk, komoditi strategis yang harus diamankan
Post on 12-Nov-2021
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Media Industri dan Perdagangan3
Laporan Utama
PPPPPupuk, Komoditi Strategisupuk, Komoditi Strategisupuk, Komoditi Strategisupuk, Komoditi Strategisupuk, Komoditi StrategisYYYYYang Harus Diamankanang Harus Diamankanang Harus Diamankanang Harus Diamankanang Harus Diamankan
Pupuk merupakan
salah satu komoditi yang
dinilai memiliki peranan
strategis dalam mendu-
kung sektor pertanian dan
dalam upaya meningkat-
kan kesejahteraan petani.
Dengan alasan itu peme-
rintah hingga kini tetap
mengalokasikan subsidi
pupuk bagi petani yang
diberikan melalui subsidi
harga gas kepada industri
pupuk. Subsidi harga gas
kepada industri pupuk
tersebut merupakan upaya
pemerintah untuk menjamin keter-
sediaan pupuk bagi petani dengan
harga yang telah ditetapkan peme-
rintah, yaitu harga eceran tertinggi
(HET) pupuk urea di tingkat petani
Rp 1.050/kg.
Secara hitung-hitungan di
atas kertas, produksi pupuk urea di
dalam negeri seharusnya mampu
memenuhi seluruh kebutuhan
pupuk urea yang ada. Bahkan setiap
tahunnya Indonesia seharusnya
dapat mengekspor pupuk urea
mengingat kemampuan produksi
urea nasional jauh lebih tinggi dari
kebutuhannya.
Saat ini terdapat enam peru-
sahaan industri pupuk di dalam
negeri, yaitu PT Pupuk Iskandar
Muda (PIM) dan PT ASEAN Aceh
Fertilizer (AAF) di propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, PT Pupuk
Sriwidjaja (Pusri) di Sumatera
Selatan, PT Pupuk Kujang di Jawa
Barat, PT Petrokimia Gresik
(Petrogres) di Jawa Timur dan PT
Pupuk Kalimantan Timur
Tbk (PKT) di Kalimantan
Timur.
Total kapasitas pro-
duksi pupuk urea keenam
perusahaan tersebut ada-
lah sebesar 7,5 juta ton per
tahun, sedangkan kalau
dikurangi kapasitas pro-
duksi PT AAF (karena PT
AAF merupakan perusa-
haan patungan negara-
negara ASEAN yang lebih
ditujukan untuk meme-
nuhi kebutuhan pupuk
urea di ASEAN), maka total
kapasitas produksi pupuk urea pril
nasional adalah 5,7 juta ton per
tahun. Sementara itu, kebutuhan
pupuk urea pril nasional (untuk
pertanian, perkebunan dan industri)
rata-rata setiap tahunnya mencapai
5 juta ton. Dengan demikian, masih
terdapat kelebihan produksi sekitar
700.000 ton setiap tahunnya yang
dapat diekspor ke mancanegara
untuk menghasilkan devisa bagi
negara.
Pupuk
Media Industri dan Perdagangan4
Meskipun kapasitas produksi
pupuk urea nasional jauh di atas
kebutuhannya, namun hampir
setiap tahun, khususnya menjelang
musim tanam padi, Indonesia di-
landa isu kelangkaan pupuk di
berbagai daerah.
Isu kelangkaan pupuk yang
hampir terjadi secara berulang
setiap menjelang musim tanam padi
ternyata lebih banyak disebabkan
oleh turunnya produksi pupuk
akibat gangguan pasokan gas bumi
dan adanya gangguan teknis pabrik.
Selain itu, terjadinya peningkatan
kebutuhan pupuk nasional ter-
utama di Pulau Jawa dan adanya
beberapa produsen dan distributor
pupuk yang tidak melaksanakan
Keputusan Menperindag No. 70/
MPP/Kep/2/2003 secara penuh juga
seringkali mengakibatkan muncul-
nya isu kelangkaan pupuk.
Berkurangnya pasokan gas
bumi dari perusahaan pemasok gas
(KPS Pertamina) kepada industri
pupuk, kembali terjadi pada
periode Januari sampai April 2004
lalu, khususnya bagi PT PIM (dan
PT AAF) di NAD yang mengalami
penghentian pasokan gas sama
sekali dan PT Petrogres di Jatim
Laporan Utama
No. PERUSAHAAN KAP(Ton/Th) Operasi Umur (Th)
1. PT. PUPUK SRIWIDJAJA
Pusri – II 552.000 1974 30
Pusri – III 570.000 1976 28
Pusri – IV 570.000 1977 27
Pusri – 1B 570.000 2994 10
Sub Total (1) 2.262.000
2. PT. PETROKIMIA GRESIK 462.000 1995 9
3. PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Kaltim – 1 700.000 1984 20
Kaltim – 2 570.000 1984 20
Kaltim – 3 570.000 1989 15
Kaltim – 4 570.000 2002 2
POPKA 570.000 1999 5
Sub Total (3) 2.980.000
4. PT. PUPUK KUJANG 587.000 1978 25
5. PT. PUPUK ISKANDAR MUDA 627.000 1984 19
6. PT. ASEAN ACEH FERTILIZER 627.000 1983 20
TOTAL 7.545.000
Dalam Pembangunan
1. PIM – 2 570.000 2004**)
2. KUJANG – 1B 570.000 2005
TOTAL PROYEK 1.140.000
PETA KONDISI PABRIK PUPUK NASIONAL
Media Industri dan Perdagangan5
yang mengalami pengurangan
pasokan gas. Berkurangnya pasok-
an gas bumi telah mengakibatkan
terjadinya kehilangan produksi
pupuk urea pada periode tersebut
sebanyak 187.000 ton.
Sementara itu, kasus gang-
guan pabrik dialami pabrik PT Pusri
(Pusri III) pada April 2004 serta
PT Pupuk Kujang dan PT Petrogres
pada awal Mei 2004 dengan total
kehilangan produksi pupuk urea
mencapai 61.000 ton yang mempe-
ngaruhi pasokan pupuk di wilayah
Jawa Barat dan Jawa Timur.
Kondisi tersebut semakin di-
perparah dengan meningkatnya
permintaan pupuk khususnya di
Pulau Jawa akibat terjadinya
pergeseran musim tanam, adanya
perluasan tanam gadu, dan per-
luasan areal tanaman pangan yang
semuanya mendorong peningkatan
penggunaan pupuk urea. Selain itu,
adanya disparitas harga pupuk urea
antara pupuk bersubsidi untuk
petani dengan pupuk untuk per-
kebunan dan industri, terlebih
dengan harga pupuk di pasar ekspor
dikhawatirkan telah mendorong
sejumlah pedagang pengumpul
untuk menjual pupuk urea ber-
subsidi kepada pihak perusahaan
swasta besar (perkebunan atau
industri) atau bahkan menyelun-
dupkannya ke luar negeri.
Menperindag Rini M.S.
Soewandi mengatakan terhentinya
pasokan gas bumi kepada PT AAF
dan PT PIM terjadi karena kontrak
pasokan gas bumi PT AAF telah
habis pada 31 Desember 2002,
sedangkan kontrak pasokan gas
bumi untuk pabrik PIM-1 telah
selesai pada 31 Desember 2003 dan
kontrak untuk PIM-2 hingga kini
belum ada.
Untuk mengatasi masalah
kekurangan gas bumi di NAD, kata
Menperindag, pemerintah melalui
Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Purnomo Yusgiantoro telah
memerintahkan PT Exxon Mobil
Oil Indonesia melalui BP-MIGAS
untuk memasok gas bumi kepada
PT PIM sebanyak 75 MMSCFD.
Namun demikian pasokan gas
bumi yang sudah direalisasikan ke
industri pupuk di NAD dari EMOI
saat ini baru mencapai 57 BBTU (68
MMSCFD) yang digunakan untuk
preservasi PIM-2 sebesar 5-6 BBTU,
untuk listrik PT AAF sebesar 2-3
BBTU dan untuk produksi PIM-1
sebesar 48 BBTU. Dengan pasokan
gas bumi tersebut, pabrik PIM-1
hanya dapat beroperasi pada rate
80%. Namun sayangnya pasokan
gas bumi dari EMOI itu sampai kini
belum ditetapkan dalam bentuk
kontrak, sehingga belum diperoleh
kepastian tentang kelanjutan
pasokan gas bumi itu bisa diper-
tahankan. Sementara itu, di lain
pihak mulai 1 Januari 2005 EMOI
akan mulai melaksanakan per-
panjangan kontrak ekspor LNG-nya
ke Jepang dan Korea melalui Arun-
2 Extention.
Hal yang hampir sama juga
dialami PT Pupuk Kujang, kendati
kondisinya relatif lebih baik, namun
kelanjutan pasokan gas bumi
kepada PT Pupuk Kujang pun
hingga kini belum ada kepastian.
Kontrak pasokan gas bumi untuk
untuk pabrik Kujang-1 telah diper-
panjang pada tahun 2002 dan akan
berakhir pada 31 Desember 2005,
namun belum mendapat kepastian
untuk pasokan berikutnya. Sedang-
kan untuk proyek pabrik Kujang-1B
yang diperkirakan akan mulai
berproduksi pada tahun 2005 baru
mendapat jaminan pasokan dari
Pertamina selama tiga tahun.
Pasokan gas bumi untuk
Kujang-1B (selama tiga tahun)
direncanakan berasal dari sumur
gas Subang, sedangkan selanjutnya
akan dipenuhi setelah selesai
jaringan pipa gas bumi dari
Sumatera Selatan yang diperkira-
kan selesai pada Maret 2006.
Pemerintah sudah beberapa
kali membahas penyelesaian
masalah pasokan gas bumi untuk
PT Pupuk Kujang melalui Rakortas
Perekonomian dan melalui forum
tersebut Menko Perekonomian
telah membentuk Tim Koordinasi
Penyelesaian Masalah Gas Bumi
untuk Pabrik Pupuk Kujang dimana
Deperindag menjadi anggotanya.
Laporan Utama
Media Industri dan Perdagangan6
Perubahan SK Menperindag
Untuk mengatasi masalah
kelangkaan pasokan gas bumi bagi
industri pupuk dalam rangka men-
jamin pemenuhan kebutuhan
pupuk di dalam negeri, Deperindag
mendorong (kalangan industri
pupuk) untuk membuka sumur gas
bumi baru agar pasokan gas bumi
untuk industri pupuk dapat tersedia
sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Menperindag Rini M.S.
Soewandi juga mengakui salah satu
penyebab terjadinya isu kelang-
kaan pupuk adalah masih adanya
kelemahan dalam Keputusan
Menperindag No. 70/MPP/Kep/2/
2003 tentang Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi bagi
Sektor Petanian. Karena itu, untuk
pengamanan pengadaan dan
penyaluran pupuk selanjutnya
Menperindag telah merevisi SK No.
70/2003 itu dengan diterbitkannya
SK Menperindag No. 356/MPP/Kep/
5/2004 yang antara lain mengatur
rayonisasi pemasaran pupuk ber-
dasarkan kemampuan produksi
produsen, kewajiban produsen dan
distributor serta sanksi yang lebih
tegas kepada pihak-pihak yang ber-
kaitan dengan pendistribusian
pupuk bersubsidi.
Perubahan pokok dalam
rayonisasi pemasaran pupuk dalam
SK No. 356/2004 adalah dihapus-
kannya kerjasama operasi (KSO)
dalam pemasaran pupuk dan setiapprodusen pupuk mendapatkan
tanggung jawab penuh atas peng-adaan dan penyaluran pupuk di
wilayah kerja pemasarannya.Dengan perubahan itu, maka
wilayah Jawa Barat yang semulamenjadi tanggung jawab penuh PT
Pupuk Kujang (dan sebagian di-KSO-kan dengan PT Pusri)
menjadi tanggung jawab penuh PTPusri (7 kabupaten) dan PT Pupuk
Kujang (15 kabupaten dan kota),sedangkan wilayah Jawa Timur
yang semula menjadi tanggungjawab penuh PT Petrogres (dan
sebagian di-KSO-kan dengan PTPusri dan PT PKT) kini menjadi
tanggung jawab penuh PT Petrogres(12 kabupaten dan kota) dan PT
PKT (25 kabupaten dan kota).Pemerintah, melalui SK 356,
mewajibkan produsen pupuk untukbertanggung jawab atas pengadaan
dan penyaluran pupuk bersubsidihingga di Lini IV, namun demikian
dalam tahap pengadaannyaprodusen hanya ditugaskan hingga
Lini III.Dalam rangka menanggu-
langi kelangkaan pupuk yangterjadi di lapangan dan untuk men-
jamin harga pupuk sesuai denganHET, maka pemerintah menempuh
sejumlah langkah pengamanan,yaitu menugaskan produsen pupuk
yang mempunyai kelebihan produksiuntuk membantu produsen lain yang
mengalami kekurangan produksi,melakukan peningkatan peng-
awasan dan pengamanan kelang-sungan operasi pabrik dan setiap
produsen diharuskan mempunyaigudang di lini III yang menjadi
wilayah tanggung jawabnya.Selain itu, distributor yang
ditunjuk juga diharuskan mem-punyai gudang dan kantor per-
Laporan Utama
Pupuk sangat berpengaruh terhadap hasil panen
Media Industri dan Perdagangan6
Media Industri dan Perdagangan7
wakilan di kabupaten yang men-
jadi tanggung jawabnya, distributor
diwajibkan mengangkat pengecer
di setiap kecamatan yang menjadi
sentra tanaman pangan dan setiap
pengecer resmi wajib memasang
papan nama dan papan Harga
Eceran Tertinggi.
Diancam Sanksi Hukum Sub-versi Ekonomi
Bagi perusahaan produsen
pupuk yang melanggar ketentuan
pengadaan dan dan penyaluran
pupuk bersubsidi bagi sektor per-
tanian sesuai SK Menperindag No.
356/MPP/Kep/5/2004, maka peme-
rintah dalam SK itu juga me-
netapkan sanksi hukum tindak
subversi ekonomi dan penundaan
pengucuran dana subsidi dari
pemerintah apabila mereka benar-
benar terbukti lalai dalam men-
jalankan kewajibannya memasok
pupuk urea bersubsidi di wilayah
kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
“Inti dari perubahan SK No. 70
itu ada dua, yaitu pertama perubah-
an tentang rayonisasi atau pem-
bagian wilayah pemasaran pupuk
bersubsidi bagi masing-masing
produsen pupuk, dan kedua
mengenai sanksi bagi produsen
pupuk yang tidak memenuhi
tanggungjawabnya dalam melak-
sanakan kewajibannya memasok
pupuk bersubsidi di wilayah kerja-
nya,” kata Menperindag.
Dalam SK Menperindag No.
356/MPP/Kep/5/2004 Deperindag
menggunakan Undang-undang
Subversi Ekonomi untuk menjerat
para produsen pupuk yang memang
terbukti melakukan tindakan-
tindakan yang melawan hukum
sehingga mengakibatkan tidak
tersedianya pupuk di pasar.
“Selain itu, bagi produsen
pupuk yang terbukti tidak me-
menuhi tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan pupuk di
pasar, mereka juga kami reko-
mendasikan kepada Menteri
Keuangan agar dana subsidi pupuk-
nya tidak diberikan dahulu kepada
perusahaan yang bersangkutan,”
tutur Menperindag.
Sanksi penangguhan pem-
bayaran dana subsidi pupuk ter-
sebut, menurut Menperindag, di-
harapkan dapat memberikan
dampak positif kepada perusahaan
produsen pupuk berupa timbulnya
tanggung jawab dan komitmen yang
lebih besar terhadap penyediaan
pupuk bersubsidi bagi petani.
“Sebab kalau pengucuran dana
subsidi ditangguhkan maka per-
usahaan juga akan mengalami
kesulitan keuangan, dan itu men-
jadi tanggung jawab direksi.”
Menurut Rini, sanksi tersebut
memang harus diterapkan meng-
ingat Deperindag tidak memiliki
wewenang untuk menjatuhkan
sanksi secara langsung kepada
perusahaan produsen pupuk, karena
sanksi kepada direksi hanya dapat
dilakukan oleh pemegang saham
(Menneg BUMN-Red.), sedangkan
pengucuran dana subsidi merupa-
kan tanggung jawab pemerintah
melalui APBN. “Mengenai pene-
rapan sanksi berupa penangguhan
pengucuran dana subsidi ini kami
sudah membicarakannya dengan
Menteri Keuangan.”
Laporan Utama
mip
Ketersediaan pupuk sangat diperlukan saat musim panen
Media Industri dan Perdagangan8
Kebijakan
Keputusan Presiden (Keppres)No. 57/2004 dan Keppres No. 58/2004 yang merupakan peraturanpelaksana dari Peraturan Peme-rintah (PP) No. 19/2004 telah mem-berikan legitimasi yang jauh lebihkuat dan mantap kepada Depar-temen Perindustrian dan Perda-gangan (Deperindag) dalam peng-aturan perdagangan komoditi gula.
Demikian diungkapkan DirjenPerdagangan Luar Negeri Deper-indag, Sudar S.A. menanggapikeluarnya tiga produk hukumsecara serentak pada tanggal 26 Juli2004 lalu, yaitu Peraturan Peme-rintah (PP) No. 19 Tahun 2004tentang Perubahan atas PeraturanPemerintah No. 11 Tahun 1962tentang Perdagangan Barang-barang dalam Pengawasan sertaKeppres No. 57 Tahun 2004 tentangPenetapan Gula sebagai Barangdalam Pengawasan dan Keppres No.58 Tahun 2004 tentang PenangananGula yang Diimpor Secara TidakSah
Menurut Sudar, Keppres No.57/2004 tentang Penetapan Gulasebagai Barang dalam Pengawasandan Keppres No. 58/2004 tentangPenanganan Gula yang DiimporSecara Tidak Sah merupakan duaproduk peraturan perundang-
undangan sebagai peraturan pelak-sana dari PP No. 19/2004 yangmemberikan legitimasi yang lebihkuat dan mantap kepada Deper-indag atas pengaturan komoditigula di seluruh wilayah Indonesia.
“Keluarnya Keppres No. 57/2004 dan Keppres No. 58/2004menyusul terbitnya PP No. 19/2004tanggal 26 Juli 2004 lalu merupakancerminan ketegasan sikap peme-rintah sekaligus sebagai payunghukum yang memberikan legitimasisangat kuat dan mantap kepadaDeperindag untuk melaksanakanpengaturan perdagangan gula didalam negeri. Dengan demikian,terjawab sudah suara-suara yangselama ini mempertanyakan ke-kuatan hukum atas berbagai ke-
bijakan pengaturan gula olehDeperindag,” kata Sudar.
Menurut Sudar, Pasal 1 PP No.19/2004 menyebutkan bahwapenunjukan barang-barang dalampengawasan ditetapkan denganKeputusan Presiden (Keppres),sedangkan Pasal 2 PP No. 19/2004menyebutkan Keppres tersebutmengatur tata cara, termasukperizinannya, perdagangan barangdalam pengawasan, tindakan dansanksi administratif yang dapatdikenakan terhadap pelanggarantata cara perdagangan serta hal-hallain yang diperlukan untuk meng-atur perdagangan barang dalampengawasan.
Dalam rangka melaksanakanketentuan tersebut, kata Sudarseraya mengutip Pasal 6 PP No. 19/
PP dan KPP dan KPP dan KPP dan KPP dan Keppres Peppres Peppres Peppres Peppres Perkuat Lerkuat Lerkuat Lerkuat Lerkuat LegitimasiegitimasiegitimasiegitimasiegitimasiPPPPPengaturan Gula oleh Deperindagengaturan Gula oleh Deperindagengaturan Gula oleh Deperindagengaturan Gula oleh Deperindagengaturan Gula oleh Deperindag
Pembakaran gula ilegal di Pulau Laki - Kep. Seribu
Media Industri dan Perdagangan9
Kebijakan
2004, pemerintah dapat meng-gunakan bantuan aparat penegakhukum sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.Dalam Pasal II PP No. 19/2004,tambah Sudar, disebutkan bahwadengan berlakunya PP tersebut,penetapan barang-barang sebagaibarang dalam pengawasan olehMenteri yang bertanggung jawab dibidang perdagangan dan izin yangdiperoleh pihak yang ditunjukuntuk melakukan perdaganganbarang dalam pengawasan tersebutsebelum berlakunya PP tersebutdinyatakan tetap berlaku sepanjangbelum diganti dengan yang baruberdasarkan PP tersebut.
Sudar mengatakan lebih tegaslagi Keppres No. 57/2004 telahmenetapkan gula sebagai barangdalam pengawasan sebagaimanadimaksud dalam Undang-undangNo. 8 Prp Tahun 1962 tentangPerdagangan Barang-Barang dalamPengawasan. Keppres tersebut jugamemberikan wewenang penuh
kepada Menteri Perindustrian danPerdagangan (Menperindag) untukmelakukan pengawasan perdagang-an gula.
“Dalam Keppres No. 57/2004disebutkan bahwa dengan ber-lakunya Keppres tersebut, segalaketentuan yang ada mengenaipengawasan perdagangan guladinyatakan tetap berlaku sepanjangtidak bertentangan dan belumdiganti dengan yang baru berdasar-kan Keppres tersebut,” tutur Sudar.
Dikuasai dan Dimiliki Negara
Lebih lanjut Sudar menga-takan dalam Keppres No. 58/2004pemerintah menegaskan bahwapengadaan impor gula sebagaibarang dalam pengawasan sesuaiKeppres No. 57/2004 dibatasi dangula impor yang tidak sesuai denganketentuan pembatasan impor di-nyatakan sebagai gula yang diimporsecara tidak sah.
“Gula yang diimpor secaratidak sah ditetapkan sebagai barang
yang dilarang untuk diimpor dandinyatakan dikuasai dan dimilikioleh Negara sesuai Pasal 68, Pasal69 huruf c, Pasal 73 ayat (1)Undang-undang No. 10 Tahun 1995tentang Kepabeanan,” tegas Sudarseraya menambahkan terhadapbarang tersebut dilakukan tindakanpelelangan melalui lelang umumyang pelaksanannya dilakukan olehMenperindag.
Mengenai pemanfaatan gulahasil pelelangan, Sudar mengata-kan dalam Keppres No. 58/2004 jugadisebutkan bahwa pemanfaatangula hasil pelelangan tetap diawasiMenperindag khususnya menyang-kut peredarannya setelah mendapatpertimbangan dari menteri terkaitlainnya.
Dengan berlakunya KeppresNo. 58/2004 tersebut, kata Sudar,segala ketentuan yang ada mengenaipenanganan gula yang diimporsecara tidak sah dinyatakan tetapberlaku sepanjang tidak berten-tangan dan belum diganti denganyang baru berdasarkan Kepprestersebut.
Dengan keluarnya keputusanpemerintah yang tertuang dalam PPdan Keppres tersebut maka jelaslahsudah status hukum dari gula ilegalsebanyak 73.820 ton yang selama inimenjadi bahan perdebatan diantaraanggota masyarakat. Sebab melaluiPP dan Keppres tersebut menjadijelaslah sudah bahwa setiap gulayang diimpor secara tidak sahmerupakan barang yang tidak sahPembongkaran gula impor di pelabuhan
Media Industri dan Perdagangan10
(ilegal) dan secara otomatis barangtersebut menjadi barang sitaan dandikuasai/dimiliki negara. Barangtersebut kemudian dapat dilelangsecara umum dan pemanfaatannyadiawasi oleh Menperindag.
Dengan berbekal PP danKeppres tersebut maka diharapkanpemerintah khususnya Deperindagkini tidak perlu sungkan dan ragu-ragu lagi dalam upaya memberantaspenyelundupan gula sesuai dengankewenangan dan instrumen kebi-jakan yang dimilikinya.
Sikap Menperindag Rini M.S.Soewandi yang selama ini tidakpernah mengenal kata kompromidengan para penyelundup akansemakin tegas. Hal itu sudahpernah diperlihatkan Menperindagketika memberantas penyelundup-an 162 kontainer gula ilegal asalThailand (setara dengan 3.450 ton)beberapa waktu lalu. Sikap tegastersebut diwujudkan dengandikeluarkannya keputusan untukmemusnahkan 3.450 ton gula ilegaltersebut dengan cara dibakar diPulau Laki, Kepulauan Seribu.
Walaupun tindakan tegastelah diterapkan kepada parapenyelundup, namun ternyata parapenyelundup gula tidak pernahkapok. Deperindag pun kembaliberhasil membongkar praktekpenyelundupan gula dalam skalayang jauh lebih besar pada bulanMei 2004 lalu, yaitu sebanyak 73.820ton. Dalam kasus penyelundupankali ini, Deperindag bahkan ber-
hasil menelusuri pihak-pihak yangsecara langsung terkait denganjaringan praktek penyelundupangula tersebut dan kemudian menye-rahkan proses penyelidikan lebihlanjut kepada pihak Kepolisian RI.
Sebagai tindak lanjut dariproses penyelidikan kasus penye-lundupan gula putih tersebut, pihakMabes Polri telah memeriksasejumlah pejabat PT PerkebunanNusantara (PTPN) X, IndukKoperasi Unit Desa (Inkud),Phoenix Commodities Pvt. Ltd.,Standard Chartered Bank, PTSucofindo dan sejumlah pejabatDeperindag. Berdasarkan hasilpemeriksaan tersebut pihak MabesPolri telah menemukan adanyatindak pemalsuan dokumen imporyang dilakukan oleh oknum ter-tentu. Berdasarkan hasil pemerik-saan tersebut pihak Polri juga telahmenetapkan sejumlah tersangkadalam tindak pidana penye-lundupan gula putih tersebut.
Kepala Bagian Reserse danKriminal (Kabareskrim) Mabes PolriKomjen Suyitno Landung Sujonomengatakan pihak Mabes Polrisudah melakukan pemeriksaanterhadap sejumlah saksi untuk di-mintai keterangan. Mereka yangdiperiksa adalah, Direktur Impor,Deperindag, Aang Kanaan Adi-kusumah, lima pejabat PT Suco-findo, yaitu Direktur Operasional IRajachmur Akbar, Direktur SBUFinansial, Hidayat Hardian,Warehouse Master, Fackhruuddin
Kadri, Kepala Gudang, Sugiri TeguhWiyono, Kepala Gudang BudiSusilo. Selain itu, juga turut di-periksa Direktur Utama PTPN XDuduh Sadarachmat, DirekturPemasaran PTPN X Irwan Basri,serta Kepala Divisi PerdaganganUmum Inkud Abdul Waris Halid.
Menurut Suyitno, sebenarnyajumlah gula impor yang masukberdasarkan dokumen yang adasebanyak 98.300 ton. Dari jumlahitu, PTPN X hanya mengakui39.920 ton. Sedangkan sisanya,56.000 ton lebih tidak diakui PTPNX. Dirut PTPN X Duduh Sada-rachmat pun, kata Suyitno, meng-aku tidak pernah memberikankuasa impor gula putih kepadapihak manapun termasuk kepadaInkud. “Sekarang sudah jelas PTPNX tidak terlibat. Jadi pemeriksaanselanjutnya hanya difokuskan ke-pada Inkud, Phoenix, dan Konsorsium5 perusahaan,” tutur Suyitno.
Lebih lanjut Suyitno mengata-kan dalam pengurusan dokumenimpor oleh konsorsium, gula importersebut dinyatakan seolah-olahmilik PTPN X. Namun dari kete-rangan dua direksi BUMN tersebutterungkap bahwa dokumen impordan dokumen eigen losing (permo-honan pemindahan barang kegudang di wilayah pabean) adalahpalsu.
Indikasi mengenai adanyadokumen palsu tersebut, kataSuyitno, terlihat dari nomor suratyang dikeluarkan PTPN X yang
Kebijakan
Media Industri dan Perdagangan11
hingga kini belum sampai padaangka “48”. Selain itu, tandatangan yang dibubuhkan dalamdokumen itu juga palsu, karenaPTPN X tidak pernah me-numpuk tanda tangan denganstempel perusahaan. Demikianjuga, angka romawi pada nomorsurat PTPN X biasanya me-nunjukkan bulan pembuatansurat, sedangkan pada doku-men palsu itu angka romawinyamenunjukkan tahun.
“Pemalsuan inilah yangakan kita cari, siapa pelakunya.Kalau (ternyata pemalsunya)dari Inkud, ya Inkud jadi
yang mendanai importasi, yaituStandard Chartered Bank.
Suyitno juga mengatakanpihaknya akan memeriksa tigaaparat Bea dan Cukai yang kini di-nonaktifkan. Secara internal ketigaoknum tersebut memang sudahdiperiksa oleh Bea dan Cukai. Tapi,menurut Suyitno pihaknya jugaakan menjadikan ketiganya sebagaitersangka dalam kasus ini. “Kitajuga akan memasukkan ketigaorang Bea dan Cukai tersebut se-bagai tersangka. Kalau memangkita bisa membuktikan merekabekerjasama dalam pemalsuansurat, maka akan kita lakukanpenyidikan lanjutan,” tegasLandung.
Sementara itu, Ketua UmumInkud Nurdin Halid membantahkalau 56.820 ton gula putih yangdisimpan di gudang Hobros Cakungdan Gudang GBR Kelapa Gadingsebagai gula illegal. Sebab menurut
Nurdin importasi gula tersebutmerupakan bagian dari kerja-sama antara PTPN X danInkud bersama konsorsiumyang diketahui oleh Menper-indag Rini M.S. Soewandi,Dirjen Perdagangan LuarNegeri Deperindag Sudar S.A.dan disaksikan oleh sejumlahanggota Komisi V DPR.
Menurut Nurdin, Inkudsudah mendapatkan izin imporgula putih dari Deperindagmelalui kerjasama denganPTPN X. Izin impor tersebutdiperoleh Inkud sebagai hasildari pertemuan antara Nurdin
Kebijakan
tersangka. Kalau dari konsorsium,ya mereka yang jadi tersangka,”tegas Suyitno seraya menambahkanlima perusahaan yang tergabungdalam konsorsoum dimaksudadalah PT Kencana Gula Manis,CV. Surya Hendra Utama, PTMegaraya Sejahtera, PT Iroda Masdan UD. Gunung Sewu.
Untuk penyidikan selanjutnya,tambah Suyitno, pihak Polri jugatelah memeriksa tujuh pihaklainnya, yaitu lima perwakilanpelayaran yang mengangkut gula,para petugas gudang Hobros (milikPT MSA) di Cakung dan gudangBGR di Kelapa Gading, pelaksanaKonsorsium yang mengurus impor-tasi gula, yaitu Jacktanim, oknumyang membantu pelaksanaan dilapangan (mengurus kepabeanan),yaitu Effendi Kekek, ekspedisipengangkutan gula keluar darigudang, perusahaan yang terlibatdalam kosorsium serta pihak-pihak
dengan Menperindag pada jam20.00 tanggal 19 Nopember 2003 dikawasan Mega Kuningan. Pertemu-an tersebut juga dihadiri olehDirjen Perdagangan Luar NegeriDeperindag, Sudar S.A. dan salahsatu anggota Komisi V DPR RIAkhmadi Noor Supit. Dalam per-temuan itu, Rini mengatakan Inkuddiberi izin untuk mengimpor guladengan menggandeng PTPN X.
Nurdin juga mengatakandalam pelaksanaan importasi gula,secara teknis Inkud tidak pernahterlibat secara langsung karenaseluruh teknis pelaksanaan im-portasi gula dilakukan oleh kon-sorsium lima perusahaan itu.
Direktur Utama Inkud Chae-rudin mengatakan dari 108.000 tonizin impor gula putih PTPN X,hingga saat ini Inkud sudah merea-lisasikan impor gula sebanyak98.317 ton. Dari jumlah itu, se-banyak 50.500 ton sudah dilapor-
Penyimpanan gula di gudang
Media Industri dan Perdagangan12
kan kepada PTPN X denganrincian 38.500 ton dilaporkan padatanggal 31 Maret 2004 dan 12.000ton dilaporkan pada tanggal 15April 2004.
Bantah bertemu
Sementara itu, MenperindagRini M.S. Soewandi membantahpernyataan Ketua Umum InkudNurdin Halid bahwa dirinya pernahmemberikan izin impor gula putihkepada Inkud dalam sebuah per-temuan di kantor pribadinya dikawasan Mega Kuningan padatanggal 19 Nopember 2003.
“Saya tidak kenal denganNurdin Halid, kalau dia seorangKetua Umum PSSI saya tahu, tapikalau mengenal secara pribadi danbertemu di kantor saya, itu tidakbenar,” tegas Rini.
Kendati demikian Rini meng-akui bahwa Nurdin Halid memangpernah ingin bertemu dengandirinya melalui Dirjen PerdaganganLuar Negeri Deperindag, Sudar SAuntuk membicarakan soal izin imporgula. “Tapi sampai sekarang per-temuan saya dengan Ketua UmumInkud itu tidak pernah terealisasimengingat belum ada kesesuaianwaktu,” kata Rini.
Untuk memperjelas dudukpersoalan yang terkait dengankasus penyelundupan gula tersebut,Rini menyatakan kesiapannyauntuk dipanggil pihak kepolisianguna memberikan keteranganberkaitan dengan masuknya gula
impor ilegal sebanyak 56.820 ton ituserta menyatakan kesiapannyauntuk mempertanggungjawabkansemua kebijakan pergulaan yangdikeluarkannya.
“Silahkan aparat kepolisianmemanggil saya untuk dijadikansaksi soal gula ilegal itu dan kalaumemang saya terbukti bersalahharus dihukum, juga kepada pejabatDeperindag jika terbukti bersalahharus dihukum,” tegas Rini.
Ia mengatakan, dirinya sudahmendesak Polri untuk segera me-meriksa dan menuntaskan kasusgula impor ilegal ini mengingatkeberadaannya sudah sangat meng-ganggu dan meresahkan petani tebunasional yang kini sedang meng-alami panen raya tebu.
“Dalam beberapa kali per-temuan dengan Bapak Kapolri, sayaminta agar kasus gula ini segeradiperiksa dan ditangani dan sayabersedia dipanggil sebagai saksi jikamemang dibutuhkan,” tutur Rini.
Menurutnya, gula impor se-banyak 56.820 ton itu dinyatakansebagai gula ilegal karena gulatersebut masuk ke wilayah Indo-nesia dengan tidak dilengkapi izinimpor yang sah dari pemerintah.Selain itu, berdasarkan dokumenimpornya, gula impor itu masuk keIndonesia setelah batas akhir waktupemasukan yang diperkenankan,yaitu tanggal 30 April 2004.
“Batas akhir impor gula kristalputih tanggal 30 April 2004 bukanmerupakan keputusan Deperindag
saja, melainkan merupakan ke-putusan bersama yang ditetapkanDeperindag dengan pihak terkaitseperti kalangan petani (yangdiwakili APTRI), importir terdaftar(IT) serta Dewan Gula Indonesia(DGI),” kata Rini.
Tanggal 30 April 2004 di-tetapkan sebagai batas akhir izinimpor karena sesuai perhitungandan masukan dari kalangan petanibahwa 1 Mei 2004 merupakan awaldari musim panen dan musim gilingtebu oleh pabrik gula. Denganbatas akhir izin impor pada 30April, berarti jika ada gula impormasuk setelah tanggal itu makagula itu ilegal, sekalipun dilakukanoleh IT.
Mengenai penunjukan im-portir oleh IT untuk melakukanimpor, Menperindag mengatakan,Deperindag tidak mengaturnya danmenyerahkan masalah tersebutsepenuhnya kepada IT untuk me-lakukan kerjasama dengan pihakmanapun. Sesuai keputusan Men-perindag No 643/2002, izin impordiberikan kepada IT sehinggaseluruh kewajiban dan tanggung-jawab dalam kegiatan importasigula ada pada pemegang IT.
Ditambahkan Menperindag,dalam SK Menperindag No. 643/2002 juga tidak pernah disebutkanmengenai kerjasama antara ITdengan pihak ketiga sehinggadengan demikian apabila IT akanmelakukan kerjasama denganpihak ketiga maka merupakantanggungjawab IT.
Kebijakan
mip
Media Industri dan Perdagangan13
IT Beras Wajib Memiliki GudangIT Beras Wajib Memiliki GudangIT Beras Wajib Memiliki GudangIT Beras Wajib Memiliki GudangIT Beras Wajib Memiliki Gudangdi Daerah Kurang Berasdi Daerah Kurang Berasdi Daerah Kurang Berasdi Daerah Kurang Berasdi Daerah Kurang Beras
Pemerintah mewajibkan setiap
Importir Terdaftar (IT) Beras untuk
memiliki atau menguasai gudang
beras di daerah-daerah atau
wilayah yang mengalami kekurang-
an beras di tanah air yang pelak-
sanaannya disesuaikan dengan
kebijakan pemerintah dalam rangka
pengadaan dan penyediaan beras.
Demikian salah satu ketentuan
pemerintah yang tertuang dalam
Surat Keputusan Menteri Perin-
dustrian dan Perdagangan (Men-
perindag) No. 357/MPP/Kep/5/2004
tanggal 27 Mei 2004 tentang
Perubahan atas Keputusan Menper-
indag No. 9/MPP/Kep/1/2004
tentang Ketentuan Impor Beras.
Menurut SK Menperindag ter-
sebut gudang beras yang harus
dimiliki IT Beras setidaknya harus
berlokasi di daerah atau wilayah
yang mengalami kekurangan beras
yang mencakup 13 propinsi di tanah
air, yaitu Propinsi Riau, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Banten,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Maluku,
Maluku Utara dan Wilayah Papua.
Untuk dapat ditunjuk sebagai IT
Beras, importir harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri Deper-
indag dan memiliki Surat Izin
Usaha Perdagangan, Tanda Daftar
Perusahaan, Nomor Pokok Wajib
Pajak, Angka Pengenal Importir
Umum (API-U), Nomor Pengenal
Importir Khusus (NPIK) dan harus
dapat membuktikan telah ber-
pengalaman di bidang impor
minimal selama tiga tahun yang di-
tunjukkan dengan Pemberitahuan
Impor Barang (PIB) serta mem-
buktikan kepemilikan atau pengua-
saan gudang yang telah dilengkapi
dengan sertifikat verifikasi atau
pemeriksaan gudang. Penunjukan
sebagai IT Beras berlaku paling lama
satu tahun dan dapat diperpanjang.
Sesuai SK Menperindag No. 9/
MPP/Kep/1/2004 tentang Ketentu-
an Impor Beras, kegiatan impor
beras hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan importir yang sudah
mendapatkan penunjukan sebagai
IT Beras dan perusahaan importir
yang telah mendapat pengakuan
Kebijakan
Kegiatan bongkar muat beras
Media Industri dan Perdagangan14
sebagai Importir Produsen (IP)
Beras dari Dirjen Perdagangan Luar
Negeri Deperindag.
IP Beras adalah industri yang
menggunakan beras sebagai bahan
baku, misalnya industri tepung
beras dan industri bihun, sedangkan
IT Beras adalah importir yang telah
memenuhi persyaratan yang di-
tetapkan sebagai importir terdaftar
untuk melaksanakan impor beras
dalam rangka memenuhi kebutuh-
an masyarakat.
Untuk kegiatan impor beras itu
pemerintah juga mempersyaratkan
dilakukan verifikasi atau penelu-
suran teknis yang dilakukan di
negara muat barang, yang men-
cakup antara lain jenis dan jumlah
barang, kondisi barang, tanggal
pengapalan, pelabuhan muat dan
pelabuhan bongkar dengan tujuan
untuk mencegah impor ilegal,
seperti under-invoicing, penyim-
pangan volume dan penyimpangan
klas i f ikas i barang. Selain itu,
pemerintah juga menentukan pela-
buhan tujuan impor dengan maksud
agar beras impor lebih mudah di-
kontrol baik menyangkut jumlah
maupun jenisnya dengan memprio-
ritaskan daerah-daerah minus.
Selanjutnya dalam SK Men-
perindag No. 357/MPP/Kep/5/2004
ditetapkan bahwa kegiatan impor
b e r a s d i l a r a n g
dalam masa satu
bulan sebe lum
panen raya, selama
panen raya dan
dua bulan setelah
panen raya, se -
dangkan penen-
tuan masa panen
raya padinya sen-
diri dilakukan oleh
Menteri Pertanian.
Masa pela-
rangan impor beras
dapat diperpanjang
atau dipersingkat
sesuai dengan pen-
mip
Kebijakan
capaian produksi padi pada masa
panen raya agar persediaan beras
tetap dapat memenuhi kebutuhan
nasional. Perpanjangan atau pengu-
rangan waktu pelarangan impor
ditentukan oleh Menperindag
dengan memperhatikan pendapat
Menteri Pertanian atau pejabat
yang ditunjuk.
Untuk tahun 2004 Menteri
Pertanian telah menetapkan bahwa
musim panen raya padi berlangsung
pada bulan Februari sampai April
2004. Dengan demikian masa
pelarangan impor beras berlangsung
mulai bulan Januari sampai akhir
Juni 2004. Namun demikian belum
lama ini Menteri Pertanian telah
mengajukan rekomendasi baru
kepada Menteri Perindustrian dan
Perdagangan yang menyatakan
bahwa panen raya padi tahun 2004
melebihi target yang telah di-
tetapkan dan stok beras nasional
cukup aman untuk memenuhi
kebutuhan beras hingga akhir Juli
2004. Dengan terbitnya reko-
mendasi Menteri Pertanian tersebut
Menperindag Rini M.S. Soewandi
telah menerbitkan surat edaran
yang memperpanjang untuk semen-
tara masa pelarangan impor beras
hingga akhir Juli 2004.
Gudang beras pasar induk Cipinang
Media Industri dan Perdagangan15
Kebijakan
Deperindag Siapkan KebijakanTekan Impor Tembakau
Departemen Perindustrian
dan Perdagangan (Deperindag) kini
sedang mempersiapkan kebijakan
baru untuk mengurangi impor
tembakau dengan mendorong posisi
tawar para petani tembakau di
dalam negeri agar mampu meng-
ambil alih pasokan tembakau yang
selama dipenuhi dari impor.
Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Menperindag) Rini
M.S. Soewandi mengatakan volume
impor tembakau Indonesia dewasa
ini terhitung sangat tinggi, padahal
para petani tembakau Indonesia
sendiri sebetulnya mampu memasok
kebutuhan tembakau, khususnya
untuk industri rokok kretek.
“Kita harus jaga agar komoditi
tembakau di dalam negeri tidak
over supply dan penggunaan
tembakau di dalam negeri cukup
sehingga harganya tidak anjlok.
Jadi, kita akan buat agar ada
semacam koordinasi antar kabu-
paten sentra produksi tembakau
dalam memproduksi tembakau
termasuk koordinasi dalam jenis
tembakau yang diproduksi, sebab
jenis tembakau beraneka ragam,”
kata Rini kepada pers di Jakarta,
belum lama ini.
Tujuan dari kebijakan me-
ngenai tembakau adalah untuk
menurunkan impor dengan men-
dorong produksi tembakau di dalam
negeri, sehingga diharapkan pro-
duksi tembakau lokal mampu
mensubstitusi tembakau yang
berasal dari impor.
Untuk mendapatkan masuk-
an mengenai rencana penerbitan
kebijakan baru mengenai tembakau
ini, Deperindag telah menggelar
pertemuan dengan sejumlah
pimpinan pemerintah daerah
(Pemda) yang wilayahnya meru-
pakan sentra produksi tembakau.
Selain mengadakan pertemuan
dengan pimpinan Pemda, Deper-
indag juga mengadakan pertemuan
dengan kalangan petani tembakau,
pengusaha perdagangan tembakau
dan industri pengguna tembakau
seperti industri rokok. Pertemuan
tersebut digelar dengan maksud
untuk memperoleh masukan dari
berbagai kalangan yang terlibat
dalam usaha pertembakauan di
Tembakau hasil petani lokal
Media Industri dan Perdagangan16
dalam negeri. Sementara itu,
Direktur Industri Agro Deperindag,
H.M. Yamin Rachman mengatakan
pimpinan Pemda yang hadir dalam
pertemuan mengenai tembakau
antara lain Gubernur Jawa Timur,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera
Utara dan Nusa Tenggara Barat
bersama 18 Bupati sentra produksi
tembakau, Asosiasi Perkumpulan
Petani Tembakau, ahli tembakau,
lembaga tembakau, petani, pe-
dagang dan asosiasi industri rokok.
“Inti dari pertemuan itu
adalah untuk mencari masukan
mengenai kebijakan pertemba-
kauan dengan tujuan akhir untuk
meningkatkan posisi tawar petani
tembakau melalui kerjasama pe-
masaran antar daerah yang menjadi
sentra produksi tembakau,” tutur
Yamin.
Berdasarkan hasil pertemuan,
Deperindag kini sedang menyusun
peta pertembakauan di dalam
negeri yang antara lain di dalamnya
mencakup peta produksi tembakau
di dalam negeri termasuk wilayah
sentra produksi, volume produksi
masing-masing sentra produksi dan
jenis tembakau yang diproduksi
oleh sentara-sentra produksi itu.
Sementara itu, dari sisi kebutuhan
Kebijakan
juga dipetakan
mengenai volume
kebutuhan se-
tiap tahunnya ter-
masuk juga jenis-
jenis tembakau
yang dibutuhkan
serta jenis-jenis
tembakau apa
saja yang dipro-
duksi di dalam
negeri dan jensi
tembakau apa saja
yang belum atau
tidak tidak di-
produksi di dalam
negeri. Dengan
menggunakan peta pertemba-
kauan tersebut maka dengan
mudah diketahui jenis tembakau
apa saja yang perlu diimpor dengan
volume seberapa besar. Sedangkan
untuk tembakau yang sudah dapat
dipenuhi dari dalam negeri sendiri,
akan diupayakan semaksimal
mungkin untuk menekan impornya.
Data Deperindag menunjuk-
kan volume produksi tembakau
Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir ini cenderung terus
meningkat. Pada tahun 1998 total
produksi tembakau Indonesia
mencapai 105.580 ton, tahun 1999
naik menjadi 135.384 ton, tahun
2000 naik lagi menjadi 204.329 ton.
Pada tahun 2001 produksi tembakau
Indonesia kembali meningkat
menjadi 227.511 ton dan pada tahun
2002 menjadi 226.329 ton.
Sementara itu, volume ekspor
tembakau Indonesia dalam lima
tahun terakhir ini cederung meng-
alami penurunan dengan rata-rata
volume ekspor mencapai 42.250 ton
per tahun, sementara itu impor
tembakau dalam periode lima tahun
terakhir berfluktuasi namun kecen-
derungannya terus meningkat
dengan volume impor rata-rata men-
capai 42.300 ton per tahun. mip
Daya serap tembakau lokal oleh pabrik rokok masih rendah
Media Industri dan Perdagangan17
Kebijakan
Menperindag Terbitkan Larangan EksporMenperindag Terbitkan Larangan EksporMenperindag Terbitkan Larangan EksporMenperindag Terbitkan Larangan EksporMenperindag Terbitkan Larangan EksporRotan Asalan dan Setengah JadiRotan Asalan dan Setengah JadiRotan Asalan dan Setengah JadiRotan Asalan dan Setengah JadiRotan Asalan dan Setengah Jadi
Menteri Perindustrian danPerdagangan (Menperindag) RiniM.S. Soewandi menerbitkan larang-an ekspor rotan asalan dan se-tengah jadi yang berasal dari hutanalam sebagai upaya untuk me-nyediakan bahan baku rotan bagiindustri dan para perajin rotan didalam negeri dalam rangka me-ningkatkan perolehan nilai tambahpengolahan rotan di dalam negeri.
Dirjen Perdagangan LuarNegeri Deperindag, Sudar S.A.mengatakan kebijakan Menper-indag mengenai larangan eksporrotan asalan dan rotan setengahjadi tersebut ditetapkan melalui SKMenperindag No. 355/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentangPengaturan Ekspor Rotan.
“Penerbitan SK MenperindagNo. 355/2004 tersebut ditujukanantara lain untuk mendorong danmengembangkan industri mebeldan kerajinan rotan di dalam negerimelalui upaya penyediaan bahanbaku rotan, sehingga diharapkanindustri dan pengrajin rotan dapattumbuh dan berkembang sertamampu menyediakan lapangankerja yang sangat besar. Dewasa inisaja jumlah tenaga kerja yang se-cara langsung terlibat dalamindustri dan kerajinan rotan men-capai 118.000 orang dan tenagakerja tidak langsung mencapai450.000 orang.
Menurut Sudar, kebijakanlarangan ekspor rotan asalan dansetengah jadi tersebut juga dituju-kan untuk meningkatkan dayasaing produk industri mebel dankerajinan rotan Indonesia yangdalam beberapa tahun terakhir inicenderung mengalami penurunanakibat kelangkaan bahan baku rotandan merosotnya daya saing produkjadi rotan Indonesia di pasar dunia.Kondisi tersebut sangat ironismengingat Indonesia selama inimenjadi penghasil bahan baku rotanutama di dunia yang memasokbahan baku rotan ke negara-negarapesaing seperti China dan Vietnam.
“Karena itu, dengan dilarang-nya ekspor rotan asalan dansetengah jadi diharapkan industridan perajin rotan di dalam negeritidak akan mengalami kelangkaanbahan baku rotan lagi, sebaliknyapasokan bahan baku rotan bagiindustri rotan di luar negeri akanberkurang sehingga pada gilirannyadaya saing produk jadi rotanIndonesia akan meningkat. DalamSK Menperindag No. 355/2004pemerintah tetap memperbolehkanekspor rotan asalan dan setengahjadi yang berasal dari hutan budidaya, termasuk di dalamnya rotanjenis Irit, Sega dan Taman yang kinibanyak dibudidayakan para petanirotan di Kabupaten Katingan danBarito Selatan (Kalimatan Tengah)dan Kabupaten Palu (Sulawesi
Tengah). “Walaupun sekarangekspor rotan asalan dan setengahjadi yang berasal dari hutan budidaya masih diperbolehkan, namunnantinya ekspor jenis rotan ini jugaakan dilarang secara bertahapsetelah industri rotan maupun parapetani rotannya siap. Sebab dewasaini industri rotan di dalam negeribelum mampu menyerap seluruhbahan baku rotan yang ada, demi-kian juga petani rotannya belummampu mengolah rotan asalanmenjadi rotan setengah jadi agardapat diserap oleh industri,” kataSudar seraya menambahkan peme-rintah telah menyiapkan progampembinaan bagi petani rotan agarmereka dapat mengolah rotanasalan menjadi rotan setengah jadi.Bersamaan dengan kunjunganPresiden Megawati Soekarnoputrike Cirebon beberapa waktu lalu,pemerintah juga menyerahkanbantuan berupa mesin pengolahrotan bagi para petani rotan diKabupaten Katingan dan Kabu-paten Barito Selatan (KalimantanTengah) dan di Kabupaten Palu(Sulawesi Selatan). Selain itu, jugaditandatangani MoU tentang peng-usahaan rotan antara BupatiCirebon dengan Bupati Katinganserta kesepakatan kerjasamapeningkatan sumberdaya manusiaantara Asmindo Komda Cirebondengan Asosiasi Petani danPengusaha Rotan KabupatenKatingan. mip
Media Industri dan Perdagangan18
Kebijakan
Impor Garam Dilarang Mulai 1 JuliSampai 31 Desember 2004
Departemen Perindustrian danPerdagangan (Deperindag) me-nerbitkan kebijakan tata niagaimpor garam dengan melarangkegiatan impor garam selama satubulan sebelum musim panen rayagaram rakyat, selama musim panenraya garam rakyat hingga dua bulansetelah musim panen raya garamrakyat yang untuk tahun 2004,larangan impor garam tersebutberlaku efektif mulai 1 Juli sampai31 Desember 2004.
Kebijakan larangan imporgaram itu merupakan bagian dariupaya pemerintah untuk men-dorong perkembangan industrigaram di dalam negeri, khususnyagaram rakyat yang selama inicenderung selalu berada pada posisitawar yang lemah di pasar terutamaketika berlangsungnya musimpanen raya garam rakyat dimanaharga garam rakyat selalu anjlokhingga ke level harga yang sangatrendah.
Kebijakan mengenai Keten-tuan Impor Garam tertuang dalamSurat Keputusan (SK) MenteriPerindustrian dan Perdagangan(Menperindag) No. 360/MPP/Kep/5/2004 tanggal 31 Mei 2004 tentangKetentuan Impor Garam yangdisusul dengan SK MenperindagNo. 368/MPP/Kep/5/2004 tentang
Perubahan Keputusan MenperindagNo. 360/MPP/Kep/5/2004 tanggal 7Juni 2004 tentang Ketentuan ImporGaram dan SK Menperindag No.422/MPP/Kep/6/2004 tanggal 30 Juni2004 tentang Masa Panen RayaGaram Rakyat Tahun 2004.
Menteri Perindustrian danPerdagangan (Menperindag) RiniM.Sumarno Soewandi mengatakankebijakan larangan impor garammerupakan bagian dari paketketentuan tata niaga impor garamyang diterbitkan dalam bentukSurat Keputusan (SK) Menper-indag tentang Pengaturan ImporGaram (SK No. 360/MPP/Kep/5/2004).
Perdagangan (Disperindag) PropinsiJawa Timur, Disperindag KabupatenPamekasan, Disperindag KabupatenSumenep, Asosiasi Petani GaramMadura dan Wakil dari paraProdusen Garam Lokal.
Berdasarkan hasil rapat koor-dinasi itu, Menperindag kemudianmenerbitkan SK No. 422/MPP/Kep/6/2004 tanggal 30 Juni 2004 tentangMasa Panen Raya Garam RakyatTahun 2004 yang menetapkan masapanen raya garam rakyat untuktahun 2004 berlangsung mulai 1Agustus 2004 hingga 31 Oktober2004. Dengan adanya ketentuanlarangan impor garam selama satubulan sebelum musim panen raya
Mengingat musimpanen raya garam terkait eratdengan musim kemarau danmusim hujan yang kadang-kadang tidak selalu samasetiap tahunnya, makaMenperindag juga mene-tapkan waktu musim panenraya garam setelah sebelum-nya Deperindag terlebihdahulu melakukan rapatkoordinasi dengan wakil dariDepartemen Kelautan danPerikanan, Badan Meteoro-logi dan Geofisika, Peme-rintah Kabupaten Cirebon,Dinas Perindustrian dan Petani garam rakyat
Media Industri dan Perdagangan19
Kebijakan
garam rakayat, selama masa panenraya garam rakyat dan dua bulansetelah masa panen raya garamrakyat, maka kebijakan laranganimpor garam untuk tahun 2004berlaku mulai 1 Juli 2004 sampai 31Desember 2004.
Menperindag mengatakanlatar belakang dari ditetapkannyakebijakan tata niaga impor garamitu adalah selalu anjloknya hargagaram pada setiap musim panen rayagaram rakyat, sehingga para petanigaram selalu menderita kerugianpada saat musim panen raya garamtiba. “Harga garam seringkalianjlok hingga di bawah biayaproduksi pada saat musim panenraya,” tutur Rini.
Menurut catatan Media Indag,pada Juni-Agustus 2003 lalu, yaituketika berlangsung musim panenraya garam tahun 2003, harga garamproduksi petani sempat merosot kelevel Rp 150 per kg, padahal biayaproduksi garam ketika itu sudah
mencapai Rp 20.000 per kuintal
atau sekitar Rp 200 per kg.
“Salah satu penyebab anjlok-
nya harga garam produksi petani
garam lokal selama ini adalah
membanjirnya garam impor pada
saat musim panen raya. Karena itu,
untuk mengatasinya kami member-
lakukan kebijakan larangan impor
garam selama satu bulan sebelum
musim panen raya, selama musim
panen raya hingga dua bulan
setelah musim panen raya garam,”
kata Rini.
Menurut Rini, melalui kebi-
jakan tentang Ketentuan Impor
Garam, pemerintah juga menetap-
kan bahwa kegiatan impor garam
(yang hanya boleh dilakukan pada
bulan Januari, Februari, Maret,
April dan Mei) hanya dapat dilaku-
kan oleh importir yang telah men-
dapatkan pengakuan sebagai
Importir Terdaftar Garam (ITG)
dari Deperindag.
Kebutuhan garam di dalamnegeri, kata Rini, rata-rata men-capai 2,3 juta ton per tahun,sedangkan produksi garam rata-ratahanya 1,1 juta ton. Karena itu,setiap tahunnya Indonesia harusmengimpor garam cukup besar. Padatahun 1997 impor garam Indonesiamencapai 748.000 ton, tahun 1999naik menjadi 1,8 juta ton dan padatahun 2001 turun menjadi 1,5 jutaton. Pada tahun 2003 impor garamIndonesia mencapai 1,442 juta tonyang terdiri dari 1,1 juta ton garamindustri dan 342.000 ton garamkonsumsi.
Dewasa ini Indonesia memiliki11 wilayah sentra produksi garam,yaitu Pati, Rembang, Demak(Jateng), Indramayu dan Cirebon(Jabar), Sampang, Pamekasan,Pasuruan (Jatim), Jeneponto(Sulsel), Bima (NTB), Kupang(NTT). Total produksi garamnasional dari ke-11 propinsi sentraproduksi garam tersebut pada tahun2000 mencapai 902.752 ton. Padatahun 2002 produksi garam nasionalnaik menjadi 1,2 juta ton, namundari jumlah itu sekitar 60%-nyamerupakan garam kelas 2 dan 3,sedangkan sisanya merupakankelas 1.
Selama ini, Pemerintah(melalui Deperindag) sebetulnyatelah menetapkan kebijakan tataniaga impor garam dengan hanyamemperbolehkan 10 perusahaanImportir Produsen (IP)Garamuntuk melakukan kegiatan impor
Garam konsumsi
Media Industri dan Perdagangan20
Kebijakan
garam, namun demikian selama inipemerintah tidak pernah melarangimpor garam selama musim panenraya garam rakyat. Ke-10 perusaha-an IP Garam tersebut adalah PTGaram (persero), PT GarindoSejahtera Abadi, PT Sumatraco, PTBoediono, PT Susanti Megah, PTUnichem, PT Sumatera Palm Raya,PT Surya Mandiri Utama, PT GrahaReksa Manunggal dan PT SakindoPerkasa.
Harga Garam Petani MerangkakNaik
Penerbitan Ketentuan ImporGaram yang antara lain memuatketentuan larangan impor garamselama satu bulan sebelum musimpanen raya garam rakyat, selamamusim panen raya garam rakyat dandua bulan setelah musim panen rayagaram rakyat, telah membawadampak positif terhadap perkem-bangan harga garam di dalamnegeri, khususnya garam yang di-hasilkan oleh para petani garamrakyat.
Harga garam berbagai kualitasyang diproduksi petani garam diberbagai daerah sentra produksigaram di dalam negeri dalam duapekan pertama setelah pember-lakukan kebijakan Menperindagtentang Ketentuan Impor Garammulai memperlihatkan kenaikanyang cukup signifikan sehinggamampu memberikan kegairahanbagi para petani garam di dalamnegeri untuk terus meningkatkanproduksinya.
Menurut Dirjen PerdaganganLuar Negeri Deperindag, SudarS.A., harga garam Kualitas 1 (K1)siap muat truk di lahan petani (ditempat pengumpulan atau collectingpoint) dalam dua pekan pertamabulan Juni 2004 sudah mengalamikenaikan antara Rp 30.000/tonsampai Rp 40.000/ton dari Rp80.000/ton menjadi Rp 110.000 ton/ton sampai Rp 120.000/ton atau naik37,5% sampai 50%.
“Harga garam di tingkat petanisudah mengalami kenaikan sejakseminggu sebelum diterbitkannyaSK Menperindag No. 360/MPP/Kep/5/2004 dari Rp 80.000/ton menjadiRp 110.000/ton sampai Rp 120.000/ton. Jadi, rupanya pasar garamsudah bereaksi terhadap rencanapemerintah untuk menerbitkankebijakan mengenai pengaturanimpor garam ini dan setelah SKterbit pun harga garam di tingkatpetani akan terus merangkak naikhingga mencapai level harga yangwajar bagi petani garam,” kataSudar dalam sebuah acara kunjung-an di salah satu sentra produksigaram rakyat di KabupatenPamekasan, Madura, Jawa Timur,belum lama ini.
Menurut Sudar, reaksi positifterhadap kebijakan pengaturanimpor garam juga muncul dari pasargaram di luar negeri (pasar ekspor)berupa munculnya permintaangaram Indonesia dari pasar di luarnegeri yang sebelumnya tidakpernah terjadi. “Permintaan garam
dari pasar ekspor ini merupakanyang pertama kalinya terjadisepanjang sejarah pergaramanIndonesia. Order ekspor garam inidatang dari Taiwan, China danMalaysia dengan permintaanvolume ekspor rata-rata 4.000 tonsekali order.”
Harga ekspor untuk garam asalIndonesia juga relatif lebih baikyaitu rata-rata US$ 22/ton diban-dingkan dengan harga garam yangterjadi di pasar eskpor selama ini,yang berkisar sekitar US$ 20/ton.Namun demikian Sudar juga meng-akui ada sebagian eksportir yangmendapatkan kontrak ekspor garamdengan harga lebih tinggi lagi, yaituUS$ 26/ton. Beberapa eksportirgaram yang sudah mendapatkankontrak ekspor antara lain adalahPT Garam dan PT Garindo.
Sudar mengatakan untukmemenuhi kebutuhan garam didalam negeri yang mencapai 3,2juta ton/tahun, Indonesia masihbanyak melakukan impor berbagaijenis garam dari luar negeri,terutama dari Australia dan India.Impor garam industri pada tahun2003 lalu mencapai 1,2 juta ton,sedangkan impor garam konsumsimencapai 600.000 ton/tahun.Sementara itu, produksi di dalamnegeri memang tidak bisa meme-nuhi seluruh kebutuhan garam didalam negeri. Produksi garam lokalrata-rata hanya mencapai 400.000ton sampai 500.000 ton/tahun untukkualitas K1, sedangkan produksi
Media Industri dan Perdagangan21
Kebijakan
garam kualitas K2 lebih besar yangumumnya diperuntukkan bagigaram konsumsi.
“Ironisnya, walaupun produksigaram di dalam negeri masih jauhlebih rendah dari volume kebutuh-
dapat mengimpor garam adalahperusahaan yang selama ini bahanbakunya bersumber minimal 50%dari petani garam atau yangmelakukan kerjasama dengankelompok tani garam setempat.
dapat terserap oleh industri garamdi dalam negeri dan petani garambisa mendapatkan perbaikanpendapatan dari kenaikan hargagaram. Harga garam kualitas K1 di-
harapkan naik dari Rp 90/kg men-
Impor garam dilarang pada satu
bulan sebelum panen raya, pada
masa panen raya dan dua bulan
setelah panen raya dan impor garam
tetap akan dilarang apabila harga
garam kualitas K1, K2 dan K3
masing-masing berada di bawah Rp
145.000/ton, Rp 100.000/ton dan Rp
70.000/ton di tempat pengumpulan
dalam bentuk curai.
Dengan ditetapkannya ke-
bijakan impor garam, kata Rini,
diharapkan seluruh garam petani mip
an garam yang ada di pasardalam negeri, harga garam
produksi petani selalu
anjlok pada setiap men-
jelang musim panen raya
garam, sehingga penda-
patan dan kesejahteraan
petani garam tidak pernah
meningkat. Karena itu,
pemerintah kemudian me-
netapkan kebijakan peng-
aturan impor garam untuk
mengatasi masalah ter-
sebut,” tutur Sudar.
Menperindag Rini
M.S. Soewandi menam-
bahkan upaya peningkatan
pendapatan petani garam
hingga kini belum tercapai
maksimal karena adanya kendala
masih rendahnya kualitas garampetani yang mengakibatkan lemah-nya daya saing garam petani di-bandingkan dengan garam impor.Karena itu, Deperindag bersamainstansi terkait, para petani garamdan para pelaku industri garamtelah sepakat untuk menata kembalipengaturan impor garam dengan
menerbitkan SK Menperindag No.
360/MPP/Kep/5/2004.
Menurut Rini, dalam SK 360
tersebut ditetapkan importir yang
jadi 145/kg (naik 61%), K2
naik dari Rp 70/kg menjadi
Rp 100/kg (naik 43%) dan
K3 naik dari Rp 50/kg
menjadi Rp 70/kg (naik
40%).
“Penerapan kebija-
kan impor garam ini juga
diharapkan dapat men-
dorong produktivitas dan
mutu garam yang dihasil-
kan petani, sehingga kua-
litas garam yang semula
bertumpu pada kualitas
rendah (K2 dan K3)
dengan komposisi K1 30%,
K2 20% dan K3 50%
menjadi kualitas K1 50%, K2 30%dan K3 20,” tutur Rini.
Masalah kualitas garam,sangat penting dalam mendukungpeningkatan pemasaran dan pen-dapatan petani. Karena itu, tambahRini, pemerintah pimpinan PresidenRI Megawati Soekarnoputri dalamkesempatan tersebut memberikanbantuan 12 paket mesin pencuci,pengering dan mesin iodisasi untukdimanfaatkan oleh 12 kelompoktani garam di 11 kabupaten di enampropinsi.
Garam produksi dalam negeri
Media Industri dan Perdagangan22
Kebijakan
Menanti KebijakanMenanti KebijakanMenanti KebijakanMenanti KebijakanMenanti KebijakanHarmonisasiHarmonisasiHarmonisasiHarmonisasiHarmonisasi TTTTTarif BM Bajaarif BM Bajaarif BM Bajaarif BM Bajaarif BM Baja
Produk baja merupakan salah
satu produk industri yang cukup
penting untuk mendukung proses
pembangunan di dalam negeri.
Namun bagi Indonesia sebagai
negara produsen baja yang sekaligus
juga menjadi importir baja yang
cukup besar, maka kebijakan
proteksi industri baja di dalam
negeri melalui mekanisme tarif Bea
Masuk/BM harus betul-betul di-
selaraskan dengan kebijakan impor-
nya agar upaya pemenuhan kebu-
tuhan baja di dalam negeri, baik
yang bersumber dari baja produksi
dalam negeri maupun baja yang
bersumber dari impor tidak meng-
alami gangguan yang berarti.
Karena itu, diperlukan satu
kebijakan industri dan perdagangan
yang dapat melakukan dua fungsi
sekaligus, yaitu memberikan iklim
usaha yang kondusif guna men-
dorong perkembangan industri baja
nasional dan mempermudah masuk-
nya baja impor yang memang sangat
dibutuhkan di pasar domestik.
Untuk memenuhi persyaratan
tersebut, kebijakan harmonisasi
tarif baja merupakan suatu ke-
harusan agar diperoleh penyele-
saian jalan tengah yang semaksimal
mungkin dapat mengakomodasikan
kepentingan industri di dalam
negeri maupun kepentingan peme-
nuhan kebutuhan baja impor di
pasar domestik.
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Deperindag) sendiri
hingga saat ini masih melakukan
pembahasan masalah harmonisasi
tarif tersebut dengan Tim Teknis
Bea Masuk dan Pungutan Ekspor,
Departemen Keuangan (Depkeu).
Menperindag Rini M.Sumarno
Soewandi mengatakan, rencana
jangka panjang harmonisasi tarif
BM baja dilakukan dalam dua
kelompok, yaitu kelompok produk
baja lembaran/lantaian (flat
product) dan kelompok produk baja
batangan (long product). Untuk
tahap pertama telah diusulkan
harmonisasi tarif BM untuk baja
lembaran dan selanjutnya akan
segera disusul dengan harmonisasi
tarif BM untuk baja batangan.
Produk yang dijadikan sebagai
basis dalam harmonisasi tarif BM
untuk baja lembaran adalah produk
baja lembaran/lantaian canai panas
(hot roll coil/HRC), karena HRC
merupakan produk dasar yang
memiliki keterkaitan yang luas
sehingga keberadaanya sangat
HRC
Media Industri dan Perdagangan23
Kebijakan
menentukan kemandirian industri
nasional berbasis baja.
Ada tiga pertimbangan pokok
dalam melakukan harmonisasi tarif
BM baja ini, Pertama, keseimbang-
an antara harga pokok produksi
(HPP) dalam negeri dengan harga
impor (dalam kondisi normal) dan
tetap melakukan perbandingan
(benchmarking) dengan negara-
negara produsen baja sejenis.
Sedangkan untuk produk-produk
tertentu yang bersifat strategis tetap
memperhatikan kepentingan
nasional sebagaimana dilakukan
oleh negara-negara lain.
Kedua, kemampuan daya saing
industri baja nasional dengan
memperhatikan proses industria-
lisasi dan keunggulan komparatif,
serta perkembangan pola perda-
gangan baik nasional maupun
internasional. Ketiga, tingkat
proteksi efektif (Effective Rate of
Protection/ERP) yang sama dari hulu
ke hilir untuk memberikan tingkat
perlindungan yang sama terhadap
seluruh industri berbasis baja.
Dengan memperhatikan ke-
tiga pertimbangan itu, maka
besaran tarif BM baja lembaran/
lantaian dalam rangka harmonisasi
tarif tersebut adalah tarif BM
produk hulu baja (slab dan billet)
0%, tarif BM produk antara baja
(HRC, plate dan CRC) 7%-14%
asosiasi perusahaan industri lainnya
seperti GAMMA, Gabel, Gapsi,
Gapipa dll. serta menurunnya harga
baja (HRC dan CRC) di pasar
dunia.
Harga HRC dan CRC yang
pada bulan April 2004 sempat
melonjak ke level US$ 670/ton dan
US$ 727/ton, pada awal Juni 2004
sudah mulai turun masing-masing
menjadi US$ 609/ton dan US$ 636/
ton. Penurunan harga terjadi
karena pemerintah China me-
nurunkan target pertumbuhan
ekonominya dari 9,5% menjadi 7-
8% dan mengurangi pengeluaran
pembangunan infrastruktur sebesar
20%. Di samping itu, konsumsi baja
di Eropa, terutama di sektor real
estate, juga mengalami penurunan.
Dengan berbagai pertimbangan itu,
kata Menperindag, Deperindag
mengusulkan kepada Tim Tarif Bea
Masuk dan Pungutan Ekspor
Departemen Keuangan agar dalam
jangka panjang (2004-2010) tarif
bea masuk baja ditetapkan menjadi
0% untuk produk baja hulu (slab
dan billet), 5%-10% untuk produk
baja antara (HRC, plate dan CRC)
serta 15%-20% untuk produk hilir
(pipa, BjLS, Alsintan dll.).
dan tarif BM produk hilir
(pipa, BjLS, Alsintan
dll.) 18%-20%.
Selain ketiga per-
timbangan utama ter-
sebut, masih ada faktor
lain yang juga menjadi
bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam me-
mutuskan kebijakan har-
monisasi tarif BM baja,
yaitu masukan dari dunia
usaha yang tergabung
dalam Kamar Dagang
dan Industri (Kadin)
Indonesia maupun dariWRC mip
Media Industri dan Perdagangan24
Kebijakan
MenperMenperMenperMenperMenperindag Ubah Ketentuanindag Ubah Ketentuanindag Ubah Ketentuanindag Ubah Ketentuanindag Ubah KetentuanPerdagangan Gula Antar PulauPerdagangan Gula Antar PulauPerdagangan Gula Antar PulauPerdagangan Gula Antar PulauPerdagangan Gula Antar Pulau
Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Menperindag) Rini
M.Sumarno Soewandi mengubah
sejumlah klausul dalam ketentuan
tentang perdagangan gula antar
pulau sebagai upaya untuk lebih
mempermudah kegiatan pendistri-
busian gula sesuai dengan peng-
gunaan dan pemanfaatannya.
Pengaturan perdagangan gula antar
pulau ini juga ditujukan untuk
lebih memperketat pengawasan
perdagangan gula di dalam negeri
guna menekan sekecil mungkin
perdagangan gula impor ilegal di
pasar domestik.
Perubahan ketentuan perda-
gangan gula antar pulau tersebut
tertuang dalam SK Menperindag
No. 334/MPP/Kep/5/2004, tanggal 11
Mei 2004 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menperindag No. 61/
MPP/Kep/2/2004 tentang Perda-
gangan Gula Antar Pulau yang
salinannya diterima Media Indag di
Jakarta, pertengahan Mei 2004 lalu.
Melalui SK No. 334/MPP/Kep/5/
2004 Menperindag mengubah
sejumlah pasal dalam SK No. 61/
MPP/Kep/2/2004, yaitu Pasal 2,
Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.
Dengan perubahan tersebut
maka bunyi Pasal 2 berubah menjadi
gula yang diperdagangkan antar
pulau meliputi gula kristal putih
produksi dalam negeri, gula kristal
rafinasi produksi dalam negeri yang
berasal dari tebu, dan gula kristal
rafinasi produksi dalam negeri yang
berasal dari gula kristal mentah/
gula kasar.
“Khusus untuk gula kristal
rafinasi yang berasal dari gula kristal
mentah hanya dapat diantarpulau-
kan langsung kepada industri
makanan, minuman atau farmasi,”
kata Menperindag.
Dalam pasal 2 SK Menper-
indag sebelumnya (No. 61/2004)
disebutkan, gula yang dapat diper-
dagangkan antar pulau meliputi
gula kristal putih produksi dalam
negeri dan impor; dan gula kristal
rafinasi produk dalam negeri yang
berasal dari tebu.
Gula impor tidak boleh di antar pulaukan
Media Industri dan Perdagangan25
Kebijakan
Menperindag juga mengubah
pasal 3 menjadi berbunyi gula yang
dilarang diperdagangkan antar
pulau adalah gula kristal putih
impor, gula kristal rafinasi impor dan
gula kristal mentah/gula kasar.
Dalam pasal 3 SK lama di-
sebutkan, gula yang dilarang untuk
diperdagangkan antar pulau meli-
puti gula kristal rafinasi produksi
dalam negeri yang berasal dari gula
kristal mentah/gula kasar, kecuali
diperdagangkan dari industri rafi-
nasi kepada industri makanan,
minuman dan farmasi; gula kristal
rafinasi impor; serta gula kristal
mentah/gula kasar.
Menperindag juga mengubah
bunyi Pasal 4 menjadi gula kristal
putih produksi dalam negeri dan
gula rafinasi produksi dalam negeri
yang berasal dari tebu hanya dapat
diperdagangkan antar pulau oleh
Pedagang Gula Antar Pulau
Terdaftar (PGAPT).
“Khusus gula rafinasi produksi
dalam negeri yang berasal dari gula
kristal mentah dapat diperdagang-
kan antar pulau oleh industri
rafinasi atau PGAPT,” kata Menper-
indag.
Dalam SK lama Pasal 4 disebut-
kan, gula hanya dapat diperdagang-
kan antar pulau oleh PGAPT dan
PGAPT dapat melakukan perda-
gangan antar pulau dari daerah asal
gula atau dari daerah tujuan gula
atau dari daerah lain.
Sementara dalam SK baru
Pasal 5, Menperindag mengubah
ketentuan menjadi setiap pelak-
sanaan perdagangan gula antar
pulau, PGAPT wajib melampirkan
Surat Persetujuan Perdagangan
Gula Antar Pulau (SPPGAP) dari
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri
Deperindag. SPPGAP harus me-
muat keterangan sekurang-kurang-
nya mengenai jenis, jumlah, daerah
asal, daerah tujuan, PGAPT
pengirim dan distributor penerima.
Untuk memperoleh SPPGAP,
PGAPT wajib melampirkan doku-
men seperti surat rekomendasi
kepala dinas propinsi daerah
pemasok gula yang memuat kete-
rangan kelebihan persediaan
gula di daerahnya. Demikian
juga surat rekomendasi kepala
dinas propinsi daerah penerima
gula yang memuat keterangan
kekurangan gula di daerahnya,
serta surat pernyataan dari
produsen gula/pabrik gula yang
menyatakan gula yang akan
diperdagangkan adalah benar
berasal dari produsen gula/pabrik
gula. mipGula produksi dalam negeri yang siap di antar pulaukan
Media Industri dan Perdagangan26
Ekonomi & Bisnis
Penjualan TeriguSelama 2003 Turun 1,44%
Volume penjualan atau kon-sumsi tepung terigu selama tahun2003 mengalami penurunan se-besar 46.591 ton atau turun sekitar1,44% dari volume konsumsi tepungterigu selama tahun 2002 yangmencapai 3.229.385 ton menjadi3.182.794 ton pada tahun 2003.
Data Asosiasi Produsen TeriguIndonesia (Aptindo) menyebutkanpenurunan penjualan tepung teriguitu terjadi baik pada tepung terigu
ton atau sekitar 89,42% dari totalkonsumsi tepung terigu sebanyak3.182.794 ton. Sedangkan pangsatepung terigu impor di pasardomestik mengalami penurunan dari10,66% pada tahun 2002 menjadi10,58% pada tahun 2003.
Data Aptindo juga menyebut-kan, walaupun volume penjualantepung terigu secara nasional meng-alami penurunan selama tahun2003, namun tidak semua perusa-
sedangkan dua perusahaan lainnya,yaitu PT Berdikari dan PT PanganmasIntipersada justru mengalamipeningkatan volume penjualan.
Menurut data Aptindo ter-sebut, penurunan penjualan tepungterigu terbesar selama tahun 2003dialami oleh PT Indofood SuksesMakmur Bogasari Flour Mill, yaitusebesar 111.894 ton atau 4,87% dari2.295.598 ton pada tahun 2002menjadi 2.183.704 ton pada tahun
yang berasal dari produksidalam negeri maupuntepung terigu yang berasaldari impor.
Menurut catatanAptindo, penjualan te-pung terigu produksidalam negeri turun se-besar 1,35% dari 2.884.995 ton pada tahun 2002menjadi 2.846.029 tonpada tahun 2003. Semen-tara itu, penjualan tepungterigu impor turun sebesar2,21% dari 344.390 ton pada tahun2002 menjadi 336.765 ton padatahun 2003.
Walaupun penjualan tepungterigu produksi lokal mengalamipenurunan, namun selama tahun2003 konsumsi tepung terigunasional masih tetap didominasitepung terigu produksi dalamnegeri, yaitu sebanyak 2.846.029
haan produsen tepung terigu didalam negeri mengalami penurun-an penjualan tepung terigu selamatahun 2003. Dari empat perusahaanprodusen tepung terigu di dalamnegeri, dua perusahaan diantara-nya, yaitu PT Indofood SuksesMakmur Bogasari Flour Mill dan PTSriboga Raturaya mengalami penu-runan penjualan tepung terigu,
2003. Sedangkan PT Sri-boga Raturaya meng-alami penurunan volumepenjualan tepung terigusebesar 2,95% dari 191.500 ton pada tahun 2002menjadi 185.842 ton padatahun 2003.
Sementara itu, PTBerdikari selama tahun2003 berhasil mening-katkan volume penjualantepung terigunya sebesar25,63% dari 263.045 ton
pada tahun 2002 menjadi 330.465ton pada tahun 2003 atau mening-kat sekitar 67.420 ton. SedangkanPT Panganmas Intipersada berhasilmenaikkan volume penjualan te-pung terigu sebesar 8,28% dari134.852 ton pada tahun 2002menjadi 146.018 ton pada tahun2003 atau meningkat sebesar 11.166ton. mip
Terigu
Media Industri dan Perdagangan27
Ekonomi & Bisnis
China dan Vietnam Terkena SanksiDumping Udang di AS,
RI Dapat ImbasnyaPada tanggal 6 Juli 2004 lalu
pemerintah Amerika Serikat (AS)
melalui Departemen Perdagang-
annya (US Commerce Depart-
ment) secara resmi mengumumkan
kebijakan baru mengenai penge-
naan tarif bea masuk anti dumping
sementara (BMADS) terhadap
China dan Vietnam, dua negara
pemasok udang utama ke pasar AS.
Alasannya berdasarkan penye-
l id ikan awal yang d i lakukan
Departemen Perdagangan AS, di-
peroleh indikasi kuat bahwa kedua
negara tersebut selama ini telah
memasok udang ke pasar AS
dengan harga di bawah harga pasar
(harga dumping) sehingga meng-
akibatkan terjadinya kerugian
(injury) bagi para produsen udang
di dalam negerinya.
Melalui kebijakan anti dum-
ping tersebut para pemasok udang
segar, udang beku maupun udang
kaleng dari China dikenakan tarif
BMADS yang berkisar antara 12%
hingga 112%, sedangkan para
pemasok udang dari Vietnam
dikenakan tarif BMADS yang
berkisar antara 8% hingga 93%.
Selain China dan Vietnam, negara
pasar, sedangkan keempat negara
lainnya (India, Thailand, Brazil
dan Ekuador selama ini dianggap
telah menerapkan sistem ekonomi
pasar).
Dengan alasan itu pula, ter-
hadap keempat negara itu peme-
rintah AS diperkirakan tidak akan
menerapkan kebijakan anti dum-
ping sekeras yang diberlakukan
terhadap China dan Vietnam.
Kebijakan pemerintah AS
tersebut telah mendapatkan reaksi
keras dari pemerintah China dan
Vietnam dengan menyatakan
bahwa kebijakan anti dumping itu
merupakan kebijakan proteksi yang
tidak tahu malu. Mereka mem-
lain yang juga akan terkena
kebijakan anti dumping udang di
pasar AS adalah India, Thailand,
Brazil dan Ekuador, namun kepu-
tusan mengenai pengenaan tarif
BMADS bagi keempat negara itu
baru akan diumumkan pada akhir
Juli 2004.
Sejumlah analis mengatakan
kebijakan anti dumping terhadap
ekspor udang dari China dan
Vietnam diumumkan lebih dulu
ketimbang kebijakan anti dumping
terhadap ekspor udang dari India,
Thailand, Brazil dan Ekuador
karena China dan Vietnam di-
anggap merupakan negara yang
tidak menerapkan sistem ekonomi
Udang lokal
Media Industri dan Perdagangan28
Ekonomi & Bisnis
bantah telah melakukan praktek
dumping, sebab para pemasok
(industri) udang di China dan
Vietnam selama ini mampu menjual
udang dengan harga lebih murah
karena mereka dapat beroperasi
jauh lebih efisien ketimbang para
pesaingnya di AS. Vietnam meng-
aku kebijakan anti dumping
pemerintah AS akan sangat me-
mukul sekitar dua juta petambak
dan nelayan udang di negara
tersebut. Sebab selama ini AS men-
jadi negara tujuan ekspor udang
terbesar bagi Vietnam dengan nilai
ekspor mencapai US$ 500 juta per
tahun dan udang merupakan
komoditi ekspor terbesar ketiga bagi
negara bekas jajahan Prancis itu.
Kebijakan anti dumping ter-
sebut merupakan tanggapan peme-
rintah AS terhadap petisi anti
dumping yang diusulkan asosiasi
pengusaha udang AS ‘Southern
Shrimp Alliance’ pada bulan
Desember 2003 lalu yang menyata-
kan bahwa udang impor murah
telah mengakibatkan merosotnya
hasil panen udang AS menjadi US$
550 juta pada tahun 2002 dari US$
1,25 miliar pada tahun 2000.
Walaupun tarif anti dumping
yang ditetapkan pemerintah AS
tidak sebesar tarif anti dumping
yang diusulkan Southern Shrimp
Alliance hingga 200%, namun
ketua asosiasi tersebut, Eddie
Gordon menyatakan cukup puas
dengan kebijakan yang diambil
pemerintah AS mengingat hal itu
akan menghindarkan industri
udang AS dari ancaman pemutusan
hubungan kerja (PHK) besar-
besaran terhadap puluhan ribu
pekerja yang terlibat di industri
tersebut di AS.
Indonesia Dapat Imbas
Dikenakannya kebijakan anti
dumping terhadap komoditi udang
dari China dan Vietnam di pasar AS
ternyata telah membawa dampak
terhadap industri udang di
Indonesia dengan meningkatnya
ekspor udang dari China dan
Vietnam ke Indonesia yang terjadi
dalam beberapa waktu terakhir ini.
Walaupun belum ada data resmi
baik dari Badan Pusat Statistik
(BPS) maupun dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
(Deperindag) mengenai pening-
katan impor udang dari kedua
negara itu, namun setidaknya indi-
kasi itu telah menimbulkan kekha-
watiran kalangan pengusaha
perikanan Indonesia seperti diakui
Wakil Ketua Umum Gabungan
Pengusaha Perikanan Indonesia
(Gappindo), Johannes Kitono
belum lama ini.
Dirjen Kerjasama Industri dan
Perdagangan Internasional (KIPI)
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Deperindag) Pos M.
Hutabarat mengatakan sampai saat
ini Deperindag belum mendapat-
kan pengaduan ataupun keluhan
dari kalangan pengusaha udang di
dalam negeri mengenai membanjir-
nya udang impor asal China ataupun
Vietnam.
“Namun menurut informasi
dari asosiasi pengusaha udang,
impor udang Indonesia saat ini
hanya berkisar antara 2% sampai 3%
dari total konsumsi udang di dalam
negeri. Kalau begitu kondisinya,
maka udang impor yang masuk dari
China atau Vietnam yang kabarnya
harganya lebih murah itu tidak
dapat dikenakan instrument dum-
ping. Karena syarat mutlak yang
harus dipenuhi untuk mengajukan
petisi dumping adalah terjadinya
injury yang dialami pengusaha atau
perusahaan di dalam negeri sebagai
akibat dari meningkatnya impor
produk dimaksud,” kata Pos.
Ya n g m u n g k i n m e n j a d i
masalah bangsa Indonesia sekarang,
kata Pos, adalah apabila Indonesia
dijadikan sebagai tempat tranship-
ment ekspor udang negara lain
(China atau Vietnam) untuk meng-
hindari pembatasan impor di negara
tujuan ekspor yang sesungguhnya
seperti AS atau Uni Eropa. mip
Media Industri dan Perdagangan29
Ekonomi & Bisnis
Ekspor Indonesia ke MalaysiaTumbuh 15,52%
Nilai ekspor Indonesia ke
Malaysia selama tahun 2003 meng-
alami kenaikan sebesar 15,52% dari
US$ 2,55 miliar pada tahun 2002
818,15 juta atau meningkat sekitar
9,29% dibandingkan dengan
perolehan surplus perdagangan
selama tahun 2002 yang mencapai
Kementerian Pariwisata Malaysia,
Malaysian Tourism Promotion
Board dan Atase Perindag RI untuk
Malaysia. Selain diikuti para pe-
menjadi US$ 2,95
miliar pada tahun
2003. Sementara
itu, pada tahun yang
sama impor Indo-
nesia dari Malaysia
mengalami kenaik-
an sebesar 18,11%
dari US$ 1,80 miliar
menjadi US$ 2,12
miliar.
Atase Perin-
dustrian dan Perda-
gangan (Atperindag) RI di Kuala
Lumpur, Nurmaningsih mengatakan
dengan nilai ekspor dan impor se-
besar itu selama tahun 2003
Indonesia mengalami surplus per-
dagangan dengan Malaysia sebesar
US$ 818,15 juta.
“Berdasarkan data Depar-
tement of Statistics Malaysia,
Neraca perdagangan Indonesia
dengan Malaysia selama tahun 2003
mengalami surplus sebesar US$
US$ 748,63 juta,” kata Nurma-
ningsih di sela-sela acara pelun-
curan pameran perdagangan dan
pariwisata ‘1st Indo-Asia Expo 2004’
yang akan diselenggarakan pada 23-
26 September 2004 di Mid Valley
Exhibition Centre, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Penyelenggaraan pameran
‘1st Indo-Asia Expo 2004’ didukung
penuh oleh Wakil Perdana Menteri
Malaysia Dato Seri Mohd. Najib,
serta dari Malaysia
dan Indonesia, pa-
meran ini juga di-
ikuti para peserta
dari Thailand,
Singapura dan
China.
M e n u r u t
N u r m a n i n g s i h ,
neraca perdagang-
a n I n d o n e s i a
dengan Malaysia
terus mengalami
surplus bagi Indonesia, setidaknya
dalam kurun lima tahun terakhir.
Pada tahun 1999 surplus perda-
gangan Indonesia mencapai nilai
US$ 526,23 juta, tahun 2000 naik
menjadi US$ 561,98 juta, tahun
2001 naik menjadi US$ 678,89 juta
dan pada 2002 menjadi US$ 748,63
juta.
Sementara itu, total nilai
perdagangan Indonesia-Malaysia
cenderung terus meningkat dari
Pasar mebel di Malaysia masih menjanjikan
Media Industri dan Perdagangan30
Ekonomi & Bisnis
US$ 2,99 miliar pada tahun 1999
menjadi US$ 3,98 miliar pada tahun
2000 dan sedikit melemah pada
tahun 2001 menjadi US$ 3,81
miliar. Namun pada tahun 2002 nilai
perdagangan Indonesia-Malaysia
kembali naik menjadi US$ 4,36
miliar dan pada tahun 2003 menjadi
US$ 5,08 miliar.
Perdagangan non migas men-
dominasi nilai perdagangan Indo-
nesia-Malaysia. Pada tahun 2003
misalnya nilai perdagangan non
migas mencapai US$ 4,52 miliar
(dari total nilai perdagangan US$
5,08 miliar) atau naik 14,22% di-
bandingkan nilai perdagangan non
migas tahun 2002 yang mencapai
US$ 3,96 miliar. Sedangkan nilai
perdagangan migas selama tahun
2003 mencapai US$ 557,53 juta atau
naik 40,17% dibandingkan nilai
perdagangan migas tahun 2002
yang mencapai US$ 397,75 juta.
Pertumbuhan ekspor non migas
Indonesia ke Malaysia merupakan
yang tertinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekspor ke negara
lainnya di kawasan ASEAN. Pada
kurun waktu tahun 1997-2002 rata-
rata petumbuhan ekspor Indonesia
ke Malaysia mencapai angka 7,7%
per tahun, sedangkan rata-rata
pertumbuhan ekspor Indonesia ke
negara-negara ASEAN pada kurun
waktu tersebut hanya 1,66% per
tahun, yaitu dari US$ 8,17 miliar
pada tahun 1997 menjadi US$ 8,87
miliar pada tahun 2002.
Sebaliknya, perkembangan
impor Indonesia dari negara-negara
ASEAN selama periode 1997-2002
meningkat dengan pertumbuhan
rata-rata 2,63% per tahun, yaitu
dari US$ 3,7 miliar pada tahun 1997
menjadi US$ 4,21 miliar pada tahun
2002. Pertumbuhan impor rata-rata
yang cukup tinggi dilakukan
dengan Kamboja, yaitu sebesar
47,45% per tahun.
Melalui penyelenggaraan
pameran perdagangan dan pari-
wisata ‘1st Indo-Asia Expo 2004’
tersebut diharapkan hubungan
perdagangan kedua negara dapat
lebih meningkat lagi dan semakin
banyak produk dan jasa Indonesia
yang diekspor ke negeri jiran
tersebut.
“Selama ini banyak sekali
kalangan dunia usaha Malaysia
yang berminat menjalin hubungan
dagang dan investasi dengan peng-
usaha Indonesia serta memanfaat-
kan Malaysia sebagai pintu gerbang
ekspor ke negara lain. Sebab mereka
tahu banyak barang Indonesia yang
memiliki kualitas tinggi dan banyak
dicari pembeli di luar negeri.
Mereka juga tahu selama ini banyak
produk Indonesia yang dipasarkan
melalui Singapura, bahkan sebagian
besar barang yang dipasarkan di
Singapura berasal dari Indonesia,”
katanya. mip
Pasar mebel Indonesia mulai tersaingi mebel China
Media Industri dan Perdagangan31
Ekonomi & Bisnis
HarHarHarHarHarggggga Berbaga Berbaga Berbaga Berbaga Berbagai Kai Kai Kai Kai Kebebebebebutuhan Putuhan Putuhan Putuhan Putuhan PokokokokokokokokokokRelatif Stabil Selama PilpresRelatif Stabil Selama PilpresRelatif Stabil Selama PilpresRelatif Stabil Selama PilpresRelatif Stabil Selama Pilpres
Harga berbagai kebutuhanpokok masyarakat tidak mengalamilonjakan selama berlangsungnyakampanye Pemilihan Umum(Pemilu) Presiden dan WakilPresiden hingga pelaksanaanpemilihan Presiden dan WakilPresiden pada 5 Juli 2004 lalu. Halitu menunjukkan bahwa hirukpikuk penyelenggaraan PemiluPresiden dan Wakil Presiden tidakmembawa dampak psikologisberupa gejolak harga barang.
Dirjen Perdagangan DalamNegeri Departemen Perindustriandan Perdagangan (Deperindag)Rifana Erni mengatakan secaraumum harga berbagai kebutuhanpokok di dalam negeri tidakmengalami gejolak selama berlang-sungnya kampanye hingga pelak-sanaan Pemilu Presiden dan WakilPresiden.
“Harga berbagai kebutuhanpokok di dalam negeri tetap stabildan sama sekali tidak terlihat ada-nya gejolak meskipun berlangsungkegiatan kampanye dan Pemilu.Kondisi tersebut menunjukkanbahwa secara psikologis masyarakatkini tidak lagi terpengaruh olehhiruk pikuk kampanye Pemilusehingga tidak ada lagi yang nama-nya panic buying yang seringkalimengakibatkan lonjakan harga
barang di pasar seperti terjadi padawaktu-waktu lalu,” kata Rifana.
Namun demikian, Rifanamengakui dalam beberapa waktuterakhir ini terdapat dua komoditikebutuhan pokok masyarakat yangharganya di pasaran tetap bertahanpada level tinggi. Kedua komoditiyang harganya tetap tinggi tersebutadalah telur ayam dan cabe merah.Harga telur ayam di pasar-pasartradisional di wilayah Jabotabekhingga kini masih tetap relatiftinggi, yaitu Rp 8.000/kg, bahkan disejumlah daerah di luar Jabotabekharga telur ayam tetap bertenggerdi atas Rp 9.000/kg. Tingginyaharga telur ayam, kata Rifana,sudah berlangsung sejak terjadinyaserangan penyakit Avian Influenzaatau Flu Burung yang ternyata diIndonesia penyakir tersebut lebihbanyak menyerang ayam petelurketimbang ayam pedaging.
“Akibat serangan penyakit FluBurung yang lebih banyak menye-rang ayam petelur, produksi telurdari para peternak telur mengalamipenurunan sehingga pasokan telurke pasar dalam negeri pun merosot.Karena itu, harga telur ayam di pasardomestik pun terus meningkat,”tutur Rifana.
Tingginya harga telur ayam didalam negeri akibat kurangnya
pasokan telur ayam dari parapeternak ayam petelur sempatmencuatkan isu masuknya telurayam selundupan dari Malaysia.Namun Rifana membantah, karenasetelah dicek jajarannya ke pela-buhan, ternyata isu tersebut hanya-lah isapan jempol belaka.
Selain telur ayam, komoditilainnya yang harganya di pasardalam negeri tetap bertahan padalevel tinggi adalah cabe merah.Menurut Rifana, harga cabe merahdalam beberapa waktu terakhir initetap bertahan pada level Rp17.000/kg di wilayah Jabotabek.
“Seperti yang terjadi padakasus telur ayam, lonjakan hargacabe merah ini juga terjadi akibatmerosotnya pasokan cabe merah dipasar dalam negeri menyusul ter-jadinya kegagalan panen cabemerah di sejumlah sentra produksikomoditi tersebut khususnya diJawa Timur dan Jawa Tengah,” kataRifana.
Pasar cabe merah di wilayahJabotabek biasanya mendapatkanpasokan cabe merah dari JawaTimur dan Jawa Tengah. Namundengan terjadinya kegagala panencabe merah di kedua wilayah itu,maka pasokan cabe merah ke Jabo-tabek pun merosot sehingga me-micu terjadinya kenaikan harga. mip
Media Industri dan Perdagangan32
Badan Pengawas Perda-
gangan Berjangka Komoditi (Bap-
pebti) Departemen Perindustrian
dan Perdagangan (Deperindag)
menunjuk PT Bank Central Asia
Tbk (BCA) sebagai bank penyimpan
margin, dana jaminan dan dana
kompensasi dalam rangka pelak-
sanaan kegiatan perdagangan ber-
jangka di Indonesia. Penunjukan
itu ditetapkan melalui Surat
Keputusan (SK) Kepala Bappebti
Deperindag.
Kepala Bappebti Ardiansyah
Parman sendiri menyerahkan secara
langsung izin tersebut kepada mana-
jemen PT BCA Tbk yang diwakili
Wakil Presdir PT BCA Aswin
Wirjadi dalam sebuah acara di
Kantor Pusat Departemen Perindus-
trian dan Perdagangan (Deper-
indag), Jakarta, belum lama ini.
“Dengan diterbitkannya izin se-
bagai bank penyimpan margin, dana
penjaminan dan dana kompensasi
kepada PT BCA Tbk, maka kini
terdapat dua bank swasta nasional
yang sudah mendapatkan izin
sebagai bank penyimpan margin,
dana jaminan dan dana kompen-
sasi. PT Bank Niaga sudah lebih
yang rata-rata memiliki rekening di
BCA,” kata Ardiansyah.
Selain menyerahkan izin bagi
PT BCA Tbk, dalam acara tersebut
Bappebti juga menyerahkan izin
pialang berjangka kepada PT Panin
Futures, izin pialang berjangka yang
dapat menawarkan amanat nasabah
untuk transaksi ke luar negeri bagi
PT Topgrowth Futures dan izin
wakil pialang berjangka kepada 26
Bappebti Tunjuk BCA Kelola DanaJaminan dan Margin Berjangka
dahulu men-
dapatkan izin
dari Bappebti,”
kata Ardian-
syah kepada
pers seusai
acara. Menu-
rut Ardian-
syah, penun-
jukan PT BCA
dimaksudkan
untuk mem-
berikan pilih-
an layanan
p e r b a n k a n
kepada para
pelaku pasar
perdagangan
berjangka di
Komoditi
Indonesia dalam menunjang
kegiatan perdagangan berjangkanya.
“PT BCA Tbk sengaja dipilih
karena BCA dinilai memiliki
jaringan layanan yang sangat luas
di Indonesia, termasuk layanan e-
banking-nya yang dapat dilakukan
24 jam penuh sehari dan tujuh hari
per minggu. Penunjukan BCA juga
dilakukan atas saran yang diajukan
oleh para nasabah bursa berjangka
BCA ditunjuk sebagai pengelola dana jaminan dan margin berjangka
Media Industri dan Perdagangan33
profesional yang telah lulus ujian
sebagai wakil pialang berjangka.
Dalam kesempatan itu juga
ditandatangani perjanjian kerja-
sama antara PT Kliring Berjangka
Indonesia dengan PT Bank Central
Asia Tbk serta dilakukan penye-
rahan sertifikat sebagai anggota
kliring berjangka Indonesia kepada
dua perusahaan pialang berjangka,
yaitu PT Panin Futures dan PT
Realtimeforex.
Secara keseluruhan, tambah
Ardiansyah, hingga kini Bappebti
telah menerbitkan berbagai per-
izinan di bidang perdagangan ber-
jangka komoditi kepada para
pelaku perdagangan berjangka yang
meliputi dua bank, yaitu PT Bank
Niaga dan PT Bank Central Asia
Tbk sebagai bank penyimpan
margin, dana kompensasi dan dana
jaminan, 31 perusahaan pialang
berjangka, 10 perusahaan pialang
berjangka sebagai penyalur amanat
nasabah untuk transkasi kontrak
berjangka luar negeri serta 260
tenaga profesional sebagai wakil
pialang berjangka.
Dalam kesempatan itu Ardian-
syah juga mengakui bahwa per-
kembangan kegiatan usaha perda-
gangan berjangka di Indonesia yang
sudah dimulai sejak tanggal 15
Desember 2000 (sebagai pelak-
sanaan dari UU No. 32/1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi
dan peraturan pelaksananya) masih
belum optimal, sehingga kebutuhan
infrastruktur maupun sumber daya
manusia pendukung yang me-
madai sangat penting agar kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan
baik.
Salah satu perangkat pen-
dukung yang sangat penting dalam
industri perdagangan berjangka,
kata Ardiansyah, adalah lembaga
perbankan. Aksesibilitas dan kemu-
dahan terhadap jaringan perbankan
sangat dibutuhkan oleh pelaku
pasar dalam meningkatkan akti-
vitas transaksi. “BCA merupakan
salah satu perbankan yang memiliki
platform teknologi perbankan ter-
depan di industri perbankan, yaitu
Integrated Banking System.
BCA merupakan salah satu
Corporate Banking yang telah ber-
hasil membangun core compe-
tence dengan platform bisnis ber-
standar internasional, termasuk
menerapkan prinsip kehati-hatian
Komoditi
mip
yang telah teruji dan memiliki
jaringan 780 kantor cabang ter-
sebar di seluruh Nusantara.
Beberapa fasilitas yang disediakan
BCA adalah internet banking,
mobile banking serta Klik BCA
Bisnis yang memudahkan nasa-
bah bertransaksi di manapun
nasabah berada. Kemudahan-
kemudahan tersebut merupakan
kebutuhan yang dapat men-
dukung kinerja para pelaku pasar
dalam industri perdagangan ber-
jangka komoditi.Gedung Bank Niaga
Media Industri dan Perdagangan34
Komoditi
Deperindag Tetap PertahankanTarif BM Jagung 0%
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan (Deperindag) me-
mutuskan untuk tetap memper-
tahankan tarif Bea Masuk (BM)
komoditi jagung sebesar 0% kendati
sejumlah kalangan dalam beberapa
waktu terakhir ini telah meng-
usulkan agar pemerintah menaik-
kan tarif BM jagung dari 0% men-
jadi 30%.
Menteri Perindustrian dan
Perdagangan (Menperindag) Rini
M.S. Soewandi mengatakan Deper-
indag menilai pengenaan tarif BM
1.500/kg pada tahun 2004 yang
antara lain disebabkan oleh kebi-
jakan pemerintah China untuk me-
ngurangi ekspor jagungnya, padahal
selama ini kita ketahui bahwa
China merupakan salah satu negara
eksportir jagung terbesar di dunia
saat ini,” kata Menperindag kepada
pers di Jakarta, belum lama ini.
Meski demikian, Menperindag
menyatakan pengenaan tarif BM
jagung dapat dipertimbangkan
apabila program pengembangan
jagung di dalam negeri telah ber-
hasil dan telah mencukupi kebu-
tuhan di dalam negeri, termasuk
untuk pemenuhan industri pakan
ternak. Dalam kondisi tersebut para
petani jagung di dalam negeri perlu
mendapatkan dukungan untuk
pemasaran produknya.
Hingga saat ini, produksi
jagung di dalam negeri belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan yang
ada, termasuk untuk memenuhi
kebutuhan industri pakan ternak
yang hingga kini masih terus
mengimpor jagung dari luar negeri
jagung tidak dibu-
tuhkan lagi, karena
harga komoditi ter-
sebut di pasar do -
mestik kini sudah
meningkat hingga
dapat memberikan
keuntungan yang
cukup memadai bagi
petani jagung di
dalam negeri.
“Saat ini harga
jagung di dalam
negeri menunjukkan
kenaikan dari Rp.
1.000/kg pada tahun
2003 menjadi Rp. Jagung, pertumbuhan dalam negeri meningkat
Media Industri dan Perdagangan35
Komoditi
rata-rata lebih dari 1 juta ton per
tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), produksi jagung
nasional pada tahun 2003 mencapai
10,59 juta ton, sedangkan kebu-
tuhan industri pemakai jagung di
dalam negeri mencapai 4-5 juta ton/
tahun. Namun demikian Indonesia
masih melakukan impor jagung
lebih dari 1 juta ton setiap tahun-
nya. Pada tahun 2001 impor jagung
Indonesia tercatat sebesar 1,03 juta
ton (US$ 125,5 juta), tahun 2002
naik11,7% menjadi 1,15 juta ton
(US$ 137,9 juta) dan pada tahun
2003 naik lagi menjadi 1,27 juta ton
(US$ 155,2 juta).
Menurut Menperindag, untuk
pengembangan produksi jagung
lokal, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya antara lain mening-
katkan produktivitas tanaman
jagung dengan menggunakan
varietas jagung hibrida (jagung
komposit) dan menggunakan pola
pemupukan berimbang. Selain itu,
pemerintah juga telah melakukan
program peningkatan produksi
jagung melalui perluasan areal
tanaman jagung dengan melaku-
kan peningkatan intensitas tanam
melalui pola tanam dan membuka
lahan pertanian baru.
Dengan demikian diharapkan
program pengembangan jagung
dalam negeri dapat memperluas
kesempatan kerja dan meningkat-
kan pendapatan petani yang
akhirnya akan menimbulkan gairah
petani dalam meningkatkan pro-
duksinya,” tutur Menperindag.
Berkaitan dengan program
pengembangan jagung di dalam
negeri, Deperindag bersama
Departemen Pertanian (Deptan)
telah melakukan langkah-
langkah pengembangan tanaman
jagung di 14 kabupaten antara
lain di Kabupaten Kebumen, Pati,
Rembang, Blora, Wonogiri,
Lamongan dan Lampung Tengah
yang beberapa di antaranya telah
berhasil melakukan panen raya
jagung.
“Beberapa hal yang perlu
terus dilakukan adalah program
pembinaan agar produktivitas dan
kualitas jagung yang dihasilkan
dapat ditingkatkan, di samping
harga yang bersaing dan jaminan
kesinambungan pasokannya,” tegas
Menperindag.
Menperindag mengatakan
untuk mendukung usaha tani
jagung dan usaha agribisnis lain-
nya, khususnya menyangkut ke-
giatan angkutan (transportasi)
produk pertanian yang menjadi
bahan baku bagi industri. Pihak
Deperindag kini sedang mengkaji
upaya pendirian AgriPort di daerah
yang potensial seperti Makassar dan
Cirebon bekerja sama dengan
Pemda setempat dalam rangka
memfasilitasi angkutan jagung,
sehingga ongkos angkutnya lebih
murah dan pengirimannya menjadi
lebih cepat. mip
Jagung siap di panen
Media Industri dan Perdagangan36
Penilaian berbagai pihakbahwa pelaku di industri tekstildan produk tekstil bakal kesulitanmendapatkan pasar jika pascakuota dihapuskan, tidak sepenuh-nya benar. Bahkan dugaan berbagaipihak Indonesia akan terlindashabis oleh China di pasar Kanada,Amerika Serikat, maupun kawasanpasar di Eropa Barat (Uni Eropa/UE) juga tak sepenuhnya tepat.Tudingan itu masih perlu diper-tanyakan, karena pada saat ituskenario pasar telah berubah total.Bahkan pada saat itu tidak mustahilposisi Indonesia dan China sama-sama memiliki peluang untuk mela-kukan persaingan secara langsungdi pasar dunia tanpa ada lagibatasan.
Paspor yang dibutuhkan untukbisa masuk ke pasar ekspor secaraleluasa tanpa ada hambatan yangberarti hanyalah bagaimana parapelaku mampu membuat harga jualyang kompetitif dengan para pe-saing, waktu pengiriman yang sesuaidengan jadwal kontrak, mengingatproduk ini sangat terpengaruhiklim, dan yang terakhir adalahmutu produk. Seberapa jauh pro-dusen TPT nasional mampu me-menuhi semua komitmen tersebut.Pertanyaan ini menjadi pentingkarena selama Indonesia mampumemberikan tiga hal itu secarakompetitif, maka peluang pasar
sangat terbuka lebar. Bahkan tidakmustahil kinerja ekspor nonmigastahun 2005 yang ditargetkantumbuh 10 persen, berpeluang besaruntuk diwujudkan. Dengan demi-kian kinerja produk TPT nasionalpada era pasca kuota semakin baikuntuk masuk ke pasar negara-negara yang selama ini merupakannegara kuota, yakni Kanada, UE,AS, dan Jepang.
Paparan di atas semakin mem-berikan pemahaman yang gamblangbahwa kinerja ekspor industri TPTtetap ada kemungkinannya ter-gerus pasarnya oleh para pesaing.Sebaliknya juga demikian, yaknipeluang untuk memperbesar pasarjuga tetap ada. Artinya kondisinyatetap fifty-fifty, tinggal bagaimanapara pelaku, regulator, maupunsektor infrastruktur pendukunglainnya seperti perbankan danoperator lalu lintas barang eksporseperti Pelindo, Bea dan Cukai,serta jasa freight forwading maumemberikan komitmen untukmendukung aktivitas pelaku TPT.Harapannya agar mereka bisamemberikan tiga hal di atas, yakniharga, waktu, dan kualitas. Dengandemikian pelaku ekspor TPT tetapbisa melangkah dengan baik, tanpaada rasa takut dihabisi olehprodusen dari China, Vietnam,Thailand, maupun produsen yang
datang dari AS, Kanada dan UEitu.
Akan tetapi jika kendala yangselama ini dikeluhkan oleh parapelaku TPT, tentang proses biro-krasi di pelabuhan yang demikianbesar, besarnya berbagai biayasiluman, dan belum tersentuhnyasektor perbankan untuk masuk keindustri TPT dalam rangka men-dukung restrukturisasi industri,maka peluang itu akan sulit diraih.Bahkan tidak mustahil targetekspor itu pun bakal terganjal.
Mengingat TPT masih meru-pakan primadona ekspor dan untukmembuktikan itu bukan hal yangsulit. Tengok saja data kinerjaekspor yang dibuat oleh DepartemenPerindustrian dan Perdagangan(Depperindag), yang diolah daridata Badan Pusat Statistik (BPS).Menurut Data itu total nilai eksporTPT terus mengalami fluktuasi,meski demikian posisinya tetap se-bagai salah satu sektor yang mampumemberikan kontribusi besar bagipundi-pundi keuangan negara. Padatahun 1999 nilai ekspor TPT men-capai nilai sebesar 7,16 miliar AS.Setahun kemudian tepatnya tahun2000 perolehan nilai ekspormeningkat menjadi 8,20 miliardollar AS, dan setahun kemudianmengalami sedikit penurunan men-jadi 7,65 miliar dollar AS. KinerjaTPT ini terus mengalami penurunan
Industri TPT, Tetap “Hot” Meski Terus Ditekan
oleh : Fauzi Aziz
Artikel
Media Industri dan Perdagangan37
yang melambat pada tahun 2002kembali dan hanya mampu meraupnilai ekspor sebesar 6,89 miliardollar AS. Tahun 2003 nilai eksporTPT nasional kembali naik, meskiharga sedikit tetapi sudah menun-jukkan trend yang membaik, yaknisebesar 7,03 miliar dollar AS.
Data ini menunjukkan bahwakinerja TPT nasional masih baikdan tetap menjadi primadonaekspor. Realitas itu memberikanharapan positif bahwa TPT masihmenjadi salah satu ujung tombakekspor. Stigma itu semakin kuatketika menilik nilai impor TPTyang jauh lebih rendah dari kinerjaekspornya. Tahun 1999 nilai imporTPT mencapai 1,72 miliar dollarAS, tahun 2002 naik menjadi 1,823miliar dollar AS, dan tahun 2003turun lagi menjadi 1,51 dollar AS.Bandingkan dengan nilai imporproduk besi baja, otomotif, danmesin yang pada tahun 1999 sudahmencapai 2,10 miliar dollar AS,tahun 2000 naik dua kali lipatmenjadi 3,99 miliar dollar AS.Tahun 2001 nilai impornya turun,tetapi tetap sebesar 3,56 miliardollar AS. Akan tetapi pada tahun2003 nilai impornya kembalimeningkat menjadi 3,87 dollar AS.Sementara nilai ekspornya padatahun 1999 hanya mencapai 1,2miliar dollar AS, tahun 2002menjadi 1,25 miliar dollar AS, dantahun 2003 cuma sebesar 1,45 miliardollar AS.
Sekelumit gambaran itu sangatjelas menunjukkan bahwa sektorTPT masih layak ekspor, layak pasar,
layak produksi, dan layak bank.Sektor ini bahkan layak untuk di-jadikan sebagai salah satu maskotbagi Deperindag untuk mewujud-kan target pertumbuhan ekspormereka tahun 2005 sebesar 10persen, sepanjang berbagai per-syaratan mampu dipenuhi. Hal inidiperlukan agar pada saat peng-akhiran masa keemasan kuota awaltahun 2005, sektor ini tidak ter-jerembab dalam persaingan pasaryang tidak fair hanya karenaberbagai pihak kurang memberikandukungan maksimal. Sebab selamaini sektor TPT seolah-olah hanyamenjadi sektor industri yangtanggungjawabnya hanya di tanganDepperindag.
Padahal tidak, banyak sektoryang juga harus terlibat, yakniperbankan di tangan Bank Indo-nesia, Bea dan Cukai di tanganDepartemen Keuangan, kepelabuh-anan di tangan DepartemenPerhubungan, tenaga kerja, listrik,
dan infratstruktur. Oleh sebab itutanpa keterlibatan interdepar-temen, kinerja yang ada sekarangtidak menjadi maksimal. Bahkanpeluang untuk menambah investasidan tenaga kerja bisa berbalik men-jadi petaka pemutusan hubungankerja, jika berbagai kendala yangmelibatkan banyak departementidak di atasi secara bersama.
Karena itu, komitmen menjadikunci mutlak untuk menyelamat-kan sektor ini agar tetap menjadiprimadona. Suka atau tidak sukapenghapusan kuota itu akandipakai sebagai pendidikan awalbagi pelaku TPT bersaing tanpakeistimewaan dari pemerintahnegara tujuan ekspor. Pasar pada 1Januari 2005 akan menjadi satupasar yang begitu besar, siapa punyang siap dan efisien pasti akanmemenangkan pertarungan. Sebab,dengan kebijakan satu pasar duniaitu, maka struktur tarif bea masukimpor yang diatur di bawah aturan
Artikel
Produk pakaian jadi
Media Industri dan Perdagangan38
Organisasi Perdagangan Dunia(World Trade Organization/WTO)akan dirampingkan. Kondisi pasardi negara kuota pun akan meng-alami pola persaingan yang ter-gantung pada derajat persainganglobal, dan faktor-faktor keung-gulan daya saing yang dimiliki olehsetiap negara produsen. Pada saatpasar global itu disatukan, semuapelaku dari negara di dunia ber-peluang penuh memasarkanproduk-produknya ke negara lain.
Oleh sebab itu, untuk men-dukung agar sektor industri bisabertahan lebih kuat dalam upayamemperbesar pangsanya di pasarglobal, harus ada payung kebijakan-kebijakan dan komitmen tegas dariinterdepartemen. Bahkan, kalaumungkin membuat kebijakan Pajakyang lebih probisnis di bidangmanufaktur, menanggulangi imporilegal, penyeludupan, dan mal-praktik yang meningkatkan biayaproduksi yang tak terduga.Kebijakan industri di bidang TPTyang merupakan salah satu bagiandari kebijakan industri yang sedangdi susun oleh Deperindag, diharap-kan dapat menjadi faktor pentinguntuk mrevitalisasi industri TPTnasional, sehingga setelah pascakuota nanti, sektor ini tetapmemiliki daya saing yang memadai.Melihat paparan di atas, tidakbenar jika industri TPT nasionaldikatakan sekarat dan industriyang tak layak bank, karena itu,diharapkan berbagai pihak tidakterjebak dalam pola pikir yangpesimis, bakal terpuruk, dan kalah
bersaing. Hal itu karena funda-mental dan struktur industri TPTnasional tetap memiliki kompetensidan daya saing yang kuat, prospekyang cerah, dan memiliki trackrecord internasional yang bagus,serta diperhitungkan oleh dunia.
Lepas dari setuju atau tidak,primadona ekspor ini tetap harusdipertahankan agar tidak ditekandi pasar lokal maupun ekspor. Halini mengingat di sektor ini adasekitar 1,82 juta tenaga kerjalangsung. Jumlah ini belum ter-masuk mereka yang bekerja di jalurritel, kemasan, dan ekspedisi.Apabila jumlah ini turut diper-hitungkan akan jauh lebih besarlagi. Nilai investasi yang sudahtertanam ke sektor ini pun sudahmencapai puluhan miliar dollar AS,jutaan industri pendukung, sertakontribusi yang tidak kecil. Layakjika sektor industri ini masuk dalamsektor industri yang strategis,mengingat memiliki kaitan risikopolitis, sosial, dan ekonomi yangsangat besar.
Menjelang pasca kuota,kalangan pelaku TPT tetap yakinbisa mengikuti irama permainanpasar. Optimisme itu muncul karena68 persen ekspor Indonesia saat inisudah masuk ke pasar nonkuota.Sementara, daya saing Indonesia dikawasan pasar tradisional (AS, UE,Jepang, serta Kanada) atau negarabekas kuota sekitar 32 persen.Peluang justru semakin bisa diting-katkan karena tak ada lagi pem-batasan pasok.
Tudingan orang bahwa TPTnasional akan digilas oleh China dipasar global, juga tidak sepenuhnyabenar, meski peluang ke arah itutetap ada. Bahkan kalau bolehdibilang, TPT China bukan meru-pakan ancaman bagi Indonesia.Kenapa demikian? Karena segmen-tasinya berbeda dengan produkIndonesia. Justru China bersamaIndonesia yang saat ini menjadipasar terbesar di dunia, jika pelakukedua negara bekerja sama. Dalamposisi itu China maupun Indonesiasaling membutuhkan dan me-lengkapi.
Inilah babak baru bagi pelakuindustri TPT yang perlu diperhati-kan oleh perbankan maupunkalangan pelaku industri danregulasi pemerintah. Mengenaiprinsip kehati-hatian yang diguna-kan pihak perbankan sebagai acuandalam memberikan kreditnya tentudapat dimengerti. Tetapi hendak-nya perlu dipahami bahwa, tidaksemua pelaku usaha yang bergerakdi bidang TPT kinerjanya burukdan tidak layak kredit. Oleh karenaitu, pemerintah terus mendorongagar perbankan tetap memberikanperhatian secara khusus kepadapelaku industri TPT yang kinerja-nya bagus untuk dapat diberikankredit dalam rangka pengem-bangan usahanya untuk men-dukung (restrukturisasi permesinandan modal kerja). Karena, lepasdari semua itu, sampai sekarangkenyataannya sektor industri TPTtetap yang terbaik dalam memburudollar AS.
Artikel
mip
Media Industri dan Perdagangan39
Profil
Ny. Agus Sutarmadji:Memanfaatkan Eceng Gondok MenjadiMemanfaatkan Eceng Gondok MenjadiMemanfaatkan Eceng Gondok MenjadiMemanfaatkan Eceng Gondok MenjadiMemanfaatkan Eceng Gondok Menjadi
Produk Kerajinan yang MenarikProduk Kerajinan yang MenarikProduk Kerajinan yang MenarikProduk Kerajinan yang MenarikProduk Kerajinan yang Menarik
Ny. Agus Sutarmadji, demikiannama pemilik industri kerajinanrumahan di kawasan Suryowijayan,Kecamatan Mantrijeroan, Kelurah-an Kota Yogyakarta yang meman-faatkan tangkai daun eceng gondoksebagai bahan baku utama untukpembuatan berbagai produk kerajin-an seperti tas, box tisu dan karpetyang sangat unik dan menarik.
Pada awalnya, sebelum betul-betul terjun menggeluti industrikerajinan eceng gondok, Ny. AgusSutarmadji memulainya denganmengikuti berbagai pelatihan yangdise lenggarakan o leh DinasPerindustrian dan PerdaganganYogyakarta. Berbagai pelatihanselalu diikutinya sejak tahun 1989setelah usaha sulaman tangan yang
sudah digelutinya sejak tahun 1985mengalami kebuntuan.
“Setelah usaha sulam tangankami anggap tidak berkembangdengan baik, maka pada tahun1989 kami mulai mengalihkanperhatian pada industri kerajinanyang memanfaatkan eceng gondokdan pelepah pisang sebagai bahanbaku utama. Ternyata usaha yangbaru kami geluti ini mendapatkanrespon pasar yang cukup baiksehingga usaha kerajinan ini terusberkembang seiring dengan terusmeningkatnya jumlah pesanan yangkami terima dari tahun ke tahun,”kata Ny. Agus Sutarmadji.
Menurutnya, usaha kerajinaneceng gondok dan pelepah pisang-
nya dapat terus berkembang karenakebutuhan pasar (domestik daninternasional) terhadap barangkerajinan tersebut terus meningkatdi samping ketersediaan bahanbaku yang cukup melimpah danmudah didapat di sekitar Yogya-karta.
Tekad Ny. Agus Sutarmadjiuntuk terus mengembangkanindustri kerajinan eceng gondokdan pelepah pisang menjadi se-makin kuat setelah melihat realitakehidupan anggota masyarakatsekitar yang semakin hari semakinsulit mendapatkan penghidupanyang layak bagi keluarga. Jadisudah terpahat tekad yang kuatdalam hati dan pikiran untuk men-ciptakan lapangan kerja gunamenampung para muda mudipengangguran, remaja putussekolah dan para mantan karyawanyang terkena pemutusan hubungankerja alias PHK.
Dengan kerja keras dan per-juangan tanpa mengenal lelah sertadaya kreasi yang dimilikinya, Ny.Agus Sutarmadji akhirnya mampumembangun usaha industri kerajin-an berbasis eceng gondok danpelepah pisang hingga mampumempekerjakan 17 karyawan yangberasal dari kampung sekitar
Ny. Agus Sutarmadji
Media Industri dan Perdagangan40
Profil
Suryowijayan dan kampung te-tangga Wonosari .
“Selama ini sebagian besarproduk kerajinan yang kami pro-duksi merupakan produk-produkyang kami buat berdasarkan desainyang dipesan oleh pihak pemesanatau pembeli. Namun di luardesain-desain yang dipesan olehpara pemesan atau pembeli ter-sebut, kami juga mengembangkanberbagai desain hasil kreasi kamisendiri,” kata Ny. Agus yakin.
Setiap minggunya pesanandemi pesanan dari pihak pembeliselalu saja mengalir ke bengkelkerja (workshop) miliknya, se -hingga kesibukan dan aktivitaskerja pun selalu terlihat di work-shop Ny. Agus. “Kami merasa sangatbersyukur kepada Tuhan karenaselama ini para karyawan kamitidak pernah menganggur. Bahkankadang-kadang kami terpaksa harusmenolak pesanan dari pembelikarena masih terbatasnya modalkerja yang kami miliki.”
Untuk membantu mengatasimasalah keterbatasan modal kerja,maka untuk setiap pemesananpembuatan barang kerajinan ecenggondok dan pelepah pisang Ny.Agus Sutarmadji selalu menetap-kan pembayaran di muka (downpayment) kepada pihak pemesanyang berkisar antara 30% sampai40%. Sisa pembayaran baru akandilunasi setelah barang selesai di-kerjakan dan siap untuk diserahkankepada pihak pemesan.
“Namun tidak jarang juga adapemesan yang menunggak, bahkan
ada juga yang tidak mau melunasisisa pembayaran barang pesanan-nya. Kasus-kasus seperti itu sering-kali mengakibatkan semakin ke-sulitan modal kerja yang kamihadapi selama ini,” tuturnya.
Untuk memperluas jaringanproduksi dalam rangka mening-katkan kapasitas produksi, Ny.Agus juga menjalin kerjasamakemitraan dengan pengrajin barangkerajinan eceng gondok di KulonProgo dan Bantul Yogyakarta.Kedua pengrajin tersebut selalumendapatkan pembinaan dalamteknik produksi dan desain produkdari Ny. Agus Sutarmadji.
Untuk memenuhi kebutuhanbahan baku, Ny. Agus Sutarmadjimengatakan industrinya selalumendapatkan pasokan bahan bakudari sejumlah pemasok tetap yangkini sudah menjadi langganan.Pasokan bahan baku eceng gondokdan gedebog pisang yang sudah di-keringkan selalu dapat diperolehdengan mudah dari para pemasok
di Ambarawa, Kebumen danCilacap.
Dalam proses pembuatannya,bahan baku utama berupa tangkaidaun eceng gondok dengan ukuranpanjang tertentu dikombinasikandengan bahan lainnya seperti daungebang (agel), daun pandan, kulitatau kayu dibentuk menjadi ber-bagai barang kerajinan yang sangatunik dan menarik. Berbagai bentukbarang kerajinan tersebut antaralain tas wanita, box, kap lampu,karpet, bantal, hiasan gantung danperabotan interior rumah lainnya.
Mengenai pemasaran produkkerajinannya, Ny. Agus mengakutidak mengalami kesulitan karenaselama ini sudah terdapat delapaneksportir yang secara rutin meng-ambil barang-barang kerajinanproduksinya untuk diekspor kemancanegara. Namun demikian diasendiri tidak mengetahui negaramana saja yang selama ini menjaditujuan ekspor barang kerajinanyang dibuatnya itu. mip
Anyaman eceng gondok produksi Ny. Agus Sutarmadji
top related