qbd 3 hipersensitivitas
Post on 12-Apr-2017
512 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 31
C3 Hipersensitivitas
Topik : Hipersensitivitas
Tutor : Prof. dr. Agus Syahrurachman, SpMK (K), PhD
A. Pengertian Hipersensitivitas
Hipersensitivitas merupakan meningkatnya suatu reaksi
akibat adanya antigen yang dipanjankan atau telah dikenal
sebelumnya.1 Intinya, hipersensitivitas ini merupakan
meningkatnya respon sensitivitas. Hipersensitivitas ini dapat
diakibatkan oleh autoimun, reaksi terhadap mikroba dan reaksi
terhadap paparan terhadap antigen lingkungan.2
Berdasarkan waktu timbulnya reaksi dari setelah paparan
antigen, maka hipersensitivitas dapat dibedekan menjadi tiga,
antara lain :
1. Reaksi Cepat1
- Dalam hitungan detik dan menghilang dalam waktu dua
jam
- Terjadi akibat ikatan silang antara IgE pada permukaan sel
Mast dengan antigen
- Selanjutnya sel Mast akan melepaskan mediator vasoaktif
- Manifestasi dari reaksi ini antara lain adalah anafilaksis
sistemik dan anafilaksis lokal
2. Reaksi Intermediet1
- Terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam waktu
24 jam
- Terjadi akibat terbentuknya kompleks imun IgG yang
diinduksi oleh aktivasi komplemen dan atau aktivasi sel NK
dan ADCC
- Manifestasi penyakitnya antara lain adalah reaksi transfusi
darah, eritroblastosis fetalis, dan anemia hemolitik
autoimun
- Selain itu, manifestasi lainnya antara lain adalah reaksi
Arthus yang anatara lain adalah serum sickness, vaskulitis
nekrosis, artritis rheumatoid, LES, dan glomerulonefritik
3. Reaksi Lambat1
- Terjadi sekitar 48 jam setelah adanya pajanan antigen
- Terjadi aktivasi sel T helper, pada DTH, sitokin yang
dilepaskan T helper akan mengaktivasi makrofag untuk
merusak jaringan
- Contoh reaksi lambat antara lain reaksi M. tuberculosis,
reaksi penolakan tandur, dan dermatitis kontak
B. Macam-Macam Hipersensitivitas dan Penyakitnya
Menurut Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963), reaksi
hipersensitivitas ini dapat diketahui ada empat macam yang
antara lain tipe I sampai tipe IV.1 Di mana tipe I-III merupakan
reaksi humoral sementara reaksi tipe IV merupakan reaksi
seluler.1 Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, terjadi
modifikasi klasifikasi yang dibuat oleh Gell dan Coombs yang
membagi lagi tipe IV menjadi subtipe reaksi lain.1 Berikut reaksi-
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 32
C3 Hipersensitivitas
reaksi hipersensitivitas yang dapat dilihat secara garis besar dalam
tabel berikut :
Tabel 3.1 Macam-Macam Reaksi Hipersensitivitas2
Tipe Sistem Imun yang
Berperan
Mekanisme Jaringan Luka dan
Penayakit
I IgE Sel mast sekresi mediator (amin
vasoaktif, mediator lipid, dan sitokin)
II IgM, IgG Opsonisasi dan fagositosis; Aktivasi
leukosit serta rekrutmen sistem
komplemen dan sel termediasi reseptor
Fc; dan fungsi seluler yang abnormal
II Kompleks imun dari
antigen bersirkulasi
dan IgM atau IgG
Aktivasi leukosit serta rekrutmen sistem
komplemen dan sel termediasi reseptor
Fc
IV CD4+ dan CD8+ Rekrutmen dan aktivasi leukosit serta
inflamasi dimediasi sitokin
Kemudian, berikut adalah penjelasan yang lebih jelas
mengenai macam-macam reaksi hipersensitivitas berdasarkan
jenisnya serta penyakit-penyakit yang dapat timbul :
1. Hipersensitivitas Tipe I
Terjadi reaksi cepat dan merupakan reaksi alergi atau
atopik (kondisi untuk mensekresi IgE lebih banyak)
Komponen yang berperan antara lain adalah sel mast,
basofil, dan eosinofil
Di mana aktivasi sel mast akan diinduksi oleh Th2
(mengeluarkan sitokin seperti IL-4, IL-5, dan IL-13)
sehingga mengakibatkan sel mast akan melakukan
degranulasi, pembentukan mediator lipid, dan
mensekresikan sitokin
Berikut skema reaksi hipersensitivitas tipe I : 3
Gambar 3.1 Mekanisme Reaksi Hipersensitivitas Tipe I3
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 33
C3 Hipersensitivitas
Secara utuh, reaksi hipersensitivitas tipe I dapat diurutkan
menjadi tiga tahap, antara lain : 1
Fase Sensitasi
Melakukan produksi IgE untuk diikat silang oleh
reseptor spesfik Fcε-R pada permukaan sel mast dan
basofil.
Fase Aktivasi
Terjadi perubahan di membran sel mast di mana
terjadi influks Ca2+ yang menyebabkan aktivasi
fosfolipase.
Fase Efektor
Terjadi respon anafiaksis akibat mediator yang dilepas
sel mast atau basofil.
Berikut macam-macam hasil yang dikeluarkan sel mast
atau basofil setelah terjadi ikatan silang dengan IgE serta
alergen :1
a) Degranulasi
Granul dalam basofil atau sel mast berisikan
histamin
Degranulasi dipicu oleh tingginya kadar cGMP
akibat adanya aktivasi enzim fosfolipase oleh
influks Ca2+ ke dalam sel
Selain cGMP, degranulasi juga dipengaruhi oleh
anafilatoksin yang merupakan komponen
komplemen yaitu C3a dan C5a
Histamin memiliki empat reseptor dengan
perbedaan distribusi ke jaringan mana sesuai
dengan jenisnya. Macam-macam reseptor
histamin antara lain :
o H1 (peningkatan permeabilitas vaskular,
vasodilatasi, dan kontraksi otot polos)
o H2 (sekresi mukosa gaster dan aritmia
jantung)
Gambar 3.2 Fase-Fase pada Reaksi Hipersensitivitas
Tipe I 1
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 34
C3 Hipersensitivitas
o H3 (regulator sistem saraf pusat)
o H4 (aktivasi eosinofil)
b) Mediator Lipid
Dalam inflamasi, mediator lipid yang berperan
adalah prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT)
Dua mediator lipid tersebut dihasilkan dari
metabolisme asam arakidonat (asam lemak tak
jenuh)
Mediator lipid ini merupakan mediator sekunder di
mana juga dipengaruhi oleh fosfolipase A2
Efek biologisnya lebih lambat tapi lebih hebat serta
lebih lama dibanding histamin
Di mana leukotrien berperan dalam peningkatan
premeabilitas kapiler, bronkokonstriksi, serta
produksi mukus
Sementara untuk prostaglandin E2 berperan
dalam bronkokonstriksi, vasodilatasi, kontraksi
otot polos pada paru-paru, kemotaksis neutrofil,
agregasi trombosit, dan lain-lain
Berikut proses metabolisme asam arakidonat :
c) Sitokin
Dilepaskan oleh sel mast dan basofil
Contoh sitokin yang dilepaskan antara lain adalah
IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IL-13, TNF-α, dan GM-CSF
Sitokin menjadi kemotaksin bagi neutrofil serta
eosinofil
Gambar 3.3 Metabolisme Asam Arakidonat3
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 35
C3 Hipersensitivitas
Yang menyebabkan terjadinya syok anafilaksis
adalah kadara TNF-α yang tinggi
Manifestasi klinis dari alergi dapat terjadi secara lokal
(jaringan atau salah satu organ spesifik saja), sistemik
(seluruh tubuh sehingga dalam hitungan menit dapat
menyebabkan kematian), dan reaksi pseudoalergi atau
anafilaktoid (reaksi sistemik di mana sel mast melepaskan
mediator tanpa perantara IgE)1
Berikut beberapa penyakit yang diakibakan oleh
hipersensitivitas tipe I, antara lain :2
a) Anafilaksis Sistemik
Gejala utamanya :
o Tiba-tiba
o Adanya edema di banyak jaringan
o Penurunan tekanan darah
o Adanya vasodilatasi
o Bronkokonstriksi
o Edema di bagian laring
o Hipermotilitas pada jaringan di organ pencernaan
o Lesi utrtikaria pada kulit
Penyebab utamanya :
o Introduksi antigen melalui injeksi
o Racun serangga dan polen
Gambar 3.4 Efek Degranulasi Sel Mast, Basofil, dan Eosinofil2
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 36
C3 Hipersensitivitas
o Absorpsi melalui permukaan epitel
o Makanan dan spora jamur
Ditangani dengan :
o Injeksi epinefrin
o Injeksi antihistamin
b) Asma Bronkial
o Penyakit inflamasi akibat hipersensitiv diulang dan
reaksi alergi fase lambat
o Beberapa manifestasi klinis asma bronkial antara
lain adalah :
Obstruksi pernapasan secara reversibel
Inflamasi kronik pada bronkus akibat eosinofil
Hipertrofi sel otot polos bronkus
Hipereaktivitas bronkokonstriksi
o Untuk asma dapat digunakan obat kromolin dan
kortikosteroid namun jangan menggunakan aspirin
o Kromolin akan menghambat sitokin LTC4, LTD4,
LTE4, dan PAF yang menyebabkan bronkokonstriksi
Gambar 3.5 Mediator dan Pengobatan Asma2
Gambar 3.6 Manifestasi Klinis
pada Asma Bronkial2
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 37
C3 Hipersensitivitas
c) Alergi Makanan
o Respon hipersensitivitas cepat
o Terjadi setelah menelan makanan tertentu
sehingga terjadi pelepasan mediator dari mukosa
intestin dan sel mast submukosa dari saluran
gastrointestinal termasuk orofaring
o Manifestasi klinisnya :
Pruritis (gatal-gatal pada kulit)
Edema jaringan
Peningkatan kerja peristaltik
Pembengkakan pada orofaring
Muntah-muntah dan diare
o Alergi makanan ini bisa pada alergi kacang, kerang,
ikan, dan lain sebagainya
d) Dermatitis Atopi (Ekzem)
o Bagian dari triad atopik (dermatitis atopik, allergi
rhinitis, dan asma)
o Kelaianan pada kulit yang diakibatkan oleh reaksi
lambat dari alergen kulit
o Terjadi inflamasi yang diakibatkan oleh TNF, IL-4,
dan sitokin lain yang dihasilkan oleh sel mast dan
Th2
o Tidak dapat menggunakan anti histamin untuk
mengurangi defek ini namun digunakan
kortikosteroid yang menghambat sekresi sitokin
e) Urtikaria
o Reaksi alergi pada kulit
o Terjadi bentol pada kulit (wheal and flare acute)
o Alergen beredar di sirkulasi darah
o Dapat digunakan anti-histamin untuk meredakan
gejala ini
o Terjadi selama beberapa jam atau berhari-hari
2. Hipersensitivitas Tipe II
Diakibatkan oleh IgG dan IgM Yang akan mengaktivasi
sistem komplemen
Akan terjadi rekrutmen sel inflamasi
Mirip dengan tipe III namun bedanya jika tipe III akan
terjadi deposisi (pengendapan)
Mekanisme yang dapat terjadi dalam hipersensitivitas tipe
II adalah sebagai berikut :
Opsonisasi dan fagositosis
Inflamasi dimediasi komplemen dan reseptor Fc
Respon fisiologis abnormal tanpa adanya sel atau
jaringan yang cedera
Aktivasi neutrofil dan makrofag
Selain bantuan komplemen juga ada ADCC
Manifestasi klinis dari reaksi tipe II ini antara lain : Gambar 3.7
Mekanisme Hipersensitivitas tipe II2
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 38
C3 Hipersensitivitas
o Eryhtoblastosis fetalis
Terjadi akibat adanya pernikahan antara
wanita Rh negatif dengan pria Rh positif, di mana
pada kehamilan pertama ibu akan membentuk
antibodi terhadap Rh positif kemudian pada
kehamilan kedua karena sudah ada antibodi,
maka sel darah anak akan diserang sehingga
terjadi perusakan janin.
o Reaksi transfusi
Tiap macam-macam sel darah merah memiliki
antigen seperti golongan darah A memiliki antigen
A sementara golongan darah B memiliki antigen B
maka jika seseorang bergolongan A ditransfusi
dengan golongan darah B maka akan terjadi
aglutinasi.
o Myasthenia gravis
Antibodi berikatan ke nicotinic receptor
sehingga menghambat asetilkolin berikatan ke
nicotinic receptor. Akibatnya akan terjadi paralisis.
o Penyakit Graves (Hipertiroidisme)
Antibodi berikatan pada reseptor TSH sehingga
terjadi peningkatan produksi TSH. Respon akhirnya
adalah nefritis.
3. Hipersensitivitas Tipe III
Untuk hipersensitivitas tipe III ini akan terjadi sama akibat
adanya IgM dan IgG
Namun akan terjadi deposisi antibodi
Berikut mekanisme deposisi pada hipersensitivitas tipe III:
Gambar 3.8 Deposisi Antibodi2
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 39
C3 Hipersensitivitas
Dalam hipersensitivitas tipe III biasanya akan terjadi
vaskulitis
Berikut bermacam-macam penyakit akibat reaksi
hipersensitivitas tipe III :
Reaksi Arthus
Dilakukan oleh Arthus dengan menyuntikan serum
kuda ke dalam kelinci secara intradermal berkali-kali.
Kemudian pada suntikan ke 5-6 akan menimbulkan
perdarahan dan nekrosis yang sulit disembuhkan.
Diakibatkan oleh antibodi yang terpresipitasi. Sehingga
terjadi kerusakan jaringan lokal, kerusakan vaskular,
edema, dan eritema serta nekrosis.
Serum Sickness
Terjadi reaksi setelah memberikan pengobatan
kepada penyakit infeksi kronik. Respon yang terjadi
antara lain adalah inflamasi serta vaskulitis.
Lupus Erythematosus Systemic
Merupakan salah satu penyakit autoimun di mana
neutrofil dianggap benda asing. Akan terjadi nefritis,
vaskulitis, artritis, pleuritis, dan peradangan di seluruh
tubuh.
Poliarteritis Nodosa
Terjadi akibat antigen permukaan pada virus hepatitis
B yang menyebabkan adanya vaskulitis.
Infeksi malaria, virus, lepra, dan Trypanasoma
Terjadi endapan kompleks imun di berbagai tempat
akibat adanya antigen mikroba.
4. Hipersensitivitas Tipe IV
Dilakukan oleh CD4+ (TH1 dan TH17) dan sel T sitotoksik
Mekanisme yang terjadi adalah inflamasi dimediasi sitokin
dan pembunuhan sel target secara langsung
Berikut mekanismenya :
Gambar 3.10 Reaksi
Hipersensitivitas Tipe IV2
Gambar 3.9 Deposisi Neutrofil3
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 40
C3 Hipersensitivitas
Berikut berbagai macam penyakit akibat hipersensitivitas
tipe IV, antara lain :
Gambar 3.11 Penyakit Akibat Hipersensitivitas
Tipe IV3
C. Uji Diagnositik Hipersensitivitas Tipe I4
1. Prick-test
- Bagian kulit diteteskan larutan yang mengandung alergen
- Jika ada kemerahan dan gatal maka positif alergi
2. Intradermal test
- Menginjeksikan larutan alergen ke kulit
- Tes ini lebih sensitif dibanding prick-test
- Tapi dapat positif padahal seseorang tersebut tidak alergi
3. Skin Patch Test
- Dilakukan pemberian larutan alergen pada satu kotak yang
dibentuk di atas kulit
- Ditunggu sekitar 24-72 jam
- Dilakukan untuk deteksi alergi pada kulit yang disebut
dermatitis atopik
D. Prinsip Pengelolaan Hipersensitivitas Tipe I
Dalam pengelolaan hipersensitivitas tipe I dapat digunakan
beberapa macam obat dan terapi, antara lain :
1. Agen Anti-inflamasi
Biasanya obat yang digunakan adalah kortikosteroid. Dengan
adanya kortikosteroid ini akan menghambat produksi sitokin
dan mediator inflamasi lain serta mengurangi inflamasi
dengan respon imun patologi.
2. Terapi Anti-Sitokin
Memasukin antagonis terhadap sitokin dan reseptor inflamasi
agar tidak terjadi inflamasi. Mekanismenya adalah obat akan
memblok kostimulasi, menghinhibit kalsineurin, JAK, dan
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 41
C3 Hipersensitivitas
kinase lain sehingga tertahannya sinyal, memblok reseptor
sitokin untuk proliferasi sel T, dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
1. Garna. KB, Renggana I. Imunologi dasar. 10th Ed. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012
2. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular
immunology. 7th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012.
3. Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic of
Disease. 8th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
4. Allergy Tests [Internet]. WebMD. 2016 [cited 19 April 2016].
Available from: http://www.webmd.com/allergies/allergy-tests
top related