rancangan juknis dak 2016
Post on 20-Feb-2018
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 1/98
iRancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2016
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 2/98
ii Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 3/98
1Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR .... TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANAALOKASI KHUSUS
BIDANG KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2016
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam
rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin
bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan
laki-laki (responsif gender).
Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 2 dan
3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, perlu adanya pembiayaan kesehatan,
yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah
satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan
berkualitas. Pasal 108 ayat 1 dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 menyebutkan
Dana Deskonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran
kementerian negara/lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut
peraturan perundang–undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi
Dana Alokasi Khusus.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 4/98
2 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 298 ayat 7
menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan sik dan dapat digunakan
untuk kegiatan nonsik.
Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Pusat memberikan anggaran pada daerah
untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan
bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan
kesehatan nasional tahun 2016 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2016.
RKP Tahun 2016 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015,
merupakan acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah
Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam
pelaksanaan program pembangunan.
DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 terbagi menjadi kegiatan sik dan non sik. Untuk kegiatan
sik meliputi DAK Kesehatan Reguler yang terdiri dari Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar;
Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan; Subbidang Pelayanan Kefarmasian dan Pengalihan
Tugas Pembantuan menjadi DAK Kesehatan yang terdiri dari Subbidang Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan. Untuk kegiatan non sik meliputiBantuan Operasional Kesehatan (BOK); Jaminan Persalinan (Jampersal) serta Akreditasi
Puskesmas dan Akreditasi Rumah Sakit.
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 berisi penjelasan rinci
pemanfaatan DAK, dilengkapi informasi dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di daerah
dan merupakan menjadi pedoman pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.
B. Arah Kebijakan
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan
serta pelayanan kefarmasian dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat (Paradigma
Sehat, Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional) untuk meningkatkan derajat
kesehatan serta status gizi masyarakat dan meningkatkan pemeratan pelayanan kesehatan,
terutama di daerah tertinggal/terpencil/sangat terpencil/perbatasan/kepulauan.
C. Tujuan
1. Tahun 2016:
Membantu mendanai kegiatan sik dan non sik bidang kesehatan yang merupakan
urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional yang tertuang
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015.
2. Jangka Menengah Tahun 2016-2019:
Mendukung percepatan pencapaian post MDGs yang terkait dengan kesehatan, upaya
preventif promotif, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui kegiatan Dana
Alokasi Khusus Bidang Kesehatan yang meliputi kegiatan sik dan non sik, terutama
bagi penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dankepulauan.
D. Ruang Lingkup
DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 diarahkan untuk kegiatan:
1. DAK Bidang Kesehatan Fisik
a. DAK Bidang Kesehatan Reguler
1) Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar meliputi:
a) Pembangunan puskesmas baru/rehabilitasi sedang dan berat bangunan
puskesmas/peningkatan dan pengembangan puskesmas;
b) Penyediaan alat kesehatan/penunjang di puskesmas;
c) Penyediaan puskesmas keliling perairan/roda 4/roda 2 dan ambulans
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 5/98
3Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan meliputi:
a) Pemenuhan sarana prasarana dan peralatan Rumah Sakit Daerah sesuai
dengan standar kelas rumah sakit;
b) Ambulans;
c) IPAL/Pengolahan Limbah Padat rumah sakit
3) Subbidang Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a) Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
untuk puskesmas;
b) Pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau pengadaan sarana pendukung
Instalasi Farmasi (IF) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
b. Pengalihan Tugas Pembantuan menjadi DAK
1) Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar;
a) Pembangunan puskesmas baru/rehabilitasi sedang dan berat bangunan
puskesmas/peningkatan dan pengembangan puskesmas;
b) Penyediaan alat kesehatan/penunjang di puskesmas;
c) Penyediaan puskesmas keliling perairan/roda 4/roda 2 dan ambulans
2) Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan.
a) Pembangunan RS Pratama;
b) Penguatan Pelayanan RS Rujukan Provinsi /Regional;
c) Penguatan Pelayanan RS Rujukan Nasional.
2. DAK Bidang Kesehatan Non Fisik
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
b. Akreditasi Puskesmas dan Akreditasi Rumah Sakit
c. Jaminan Persalinan (Jampersal)
E. Penyaluran DAK
Penyaluran DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2016 disalurkan melalui mekanisme
transfer sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
1. DAK Fisik Bidang Kesehatan Reguler
a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota,
disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Sarana Prasarana Pelayanan
Kefarmasian untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sedangkan penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian
untuk Provinsi, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Penyediaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan
Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus Provinsi/
Kabupaten/Kota.
2. Pengalihan Tugas Pembantuan menjadi DAK Fisik Bidang Kesehatan
a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota,
disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan lampiran
dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.
b. Penyediaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan
Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Rujukan Nasional/Rujukan Provinsi/
Rujukan Regional sesuai dengan lampiran dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK
Bidang Kesehatan Tahun 2016.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 6/98
4 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
c. Pembangunan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Rumah Sakit
Pratama disalurkan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. DAK Non Fisik Bidang Kesehatan
a. Bantuan Operasional Kesehatan disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Jaminan Persalinan disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Akreditasi Puskesmas disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang dipergunakan untuk akreditasi puskesmas sesuai lampiran dalam Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.
d. Akreditasi Rumah Sakit disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit sesuai dengan
lampiran dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 7/98
5Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB II
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS
DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016
A. Perencanaan
Dalam rangka menjaga sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
kesehatan Kabupaten/Kota dengan Provinsi, SKPD yang memperoleh alokasi DAK Bidang
Kesehatan agar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi.
Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu kepada Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.
B. Pelaksanaan Teknis
1. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 harus mengacu pada Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA 2016. Ruang lingkup kegiatan DAK dalam
juknis ini sifatnya pilihan sesuai dengan subbidang masing-masing dan disesuaikan
dengan prioritas nasional.
2. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 yang tidak sesuai dengan
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2016 menjadi tanggung jawab
Kepala Daerah dan SKPD yang bersangkutan.
3. Tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antara DAK Fisik maupun
DAK Non Fisik; antara DAK Reguler maupun Pengalihan Tugas Pembantuan menjadiDAK Kesehatan; antar subbidang; antara BOK, Jampersal serta akreditasi Pukesmas dan
akreditasi RS, karena besaran alokasi mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2016 dan Peraturan Presiden
Nomor ...... Tahun 2015 tentang Rincian APBN TA 2016.
4. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan anggaran transfer daerah termasuk
DAK Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri.
5. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang menerima DAK Bidang Kesehatan bertanggung
jawab menyediakan anggaran diluar DAK untuk mendanai administrasi kegiatan,
penyiapan kegiatan sik, penelitian, pelatihan, perjalanan dinas, biaya operasional, biaya
pemeliharaan/perawatan dan biaya konsultan/jasa/tenaga pelaksana ataupun aspeklainnya sebagai akibat pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan.
6. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi/Kabupaten/Kota
melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik dan Non Fisik Bidang Kesehatan meliputi
jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi sik kepada Dinas
Kesehatan Provinsi, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September,
Desember).
7. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang
Kesehatan di wilayah kerjanya, kemudian hasil kompilasi meliputi jenis kegiatan, lokasi
kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi sik tersebut dikirimkan ke Menteri Kesehatan
melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, paling lambat 14
hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 8/98
6 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
8. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang Kesehatan tidak boleh
duplikasi dengan sumber pembiayaan APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya.
9. Proses penyediaan Alat Kesehatan dapat mengacu pada harga e-catalog alkes. Apabila
harga tidak tercantum dalam e-catalog alkes, maka dapat digunakan mekanisme
peraturan yang berlaku.
10. Perbedaan DAK Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan antara DAKReguler dan DAK untuk RS Rujukan Regional/Provinsi/Nasional.
a. Kriteria secara teknis lebih difokuskan kepada perbedaan antar Alokasi dan Lokus
DAK untuk RS Daerah (DAK regular) dan DAK untuk RS Rujukan Regional/Provinsi/
Nasional milik Pemerintah Daerah.
b. DAK Rujukan Reguler diperuntukan sebagai pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
dan alat sesuai dengan kelasnya/ penguatan pemenuhan standar sesuai klasikasi
rumah sakit saat pengajuan (tidak untuk peningkatan kelas, pembangunan atau
relokasi rumah sakit baru)
c. DAK RS Rujukan Regional/Provinsi/Nasional sebagai pemenuhan kebutuhan sarana
prasarana dan alat guna mendukung pencapaian peningkatan kelas B (bagi RS
Rujukan yang belum memenuhi kelas B)
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 9/98
7Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB III
DAK BIDANG KESEHATAN REGULER DAN
PENGALIHAN TP KE DAK
SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR
A. Pembangunan Puskesmas Baru/Rehabilitasi Sedang dan Berat Bangunan Puskesmas/Peningkatan dan Pengembangan Puskesmas
1. Pembangunan Baru Puskesmas
Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Pembangunan baru Puskesmas harussesuai dengan standar yang ada pada Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, yaitu persyaratan lokasi, persyaratan bangunan, persyaratan
prasarana dan persyaratan peralatan Puskesmas. Pembangunan baru Puskesmas tersebut
termasuk pembangunan pagar, pengadaan mebeulair , pengadaan sarana prasarana
penunjang kegiatan Puskesmas (peralatan kesehatan, peralatan laboratorium, kendaraan
Puskesmas Keliling, Ambulans, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), pembuangan sampah, air, listrik serta pembangunan
rumah dinas petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan lainnya). Yang
termasuk baru pembangunan adalah : Puskesmas dan Puskesmas relokasi.
a. Persyaratan Umum
1) Adanya telaahan yang memuat penjelasan dan analisa kebutuhan Puskesmas
yang diketahui oleh dinas kesehatan provinsi, antara lain:
a) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.
b) Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk
per Kecamatan dan atau wilayah kerja sangat luas.
c) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
d) Puskesmas relokasi, dengan kriteria Puskesmas yang berada di daerah
rawan bencana alam, konik, adanya jalur hijau, perubahan tata ruang
wilayah, terjadinya masalah hukum pada lokasi sik bangunan.
e) Puskesmas relokasi bukan merupakan penambahan unit Puskesmas dan
tidak merubah nomor registrasi.
2) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan :
a) Didirikan pada area yang mudah terjangkau, baik dari segi jarak maupun
sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya.
b) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.
c) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.
d) Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
3) Persyaratan Lain:
a) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan surat
pernyataan Kepala daerah setempat atau surat lain yang dapat membuktikan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 10/98
8 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
keabsahan dari kepemilikan lahan.
b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
daerah untuk memenuhi ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta
ketersediaan air bersih mengalir dan sumber listrik dengan bersumber
pada dana APBD murni.
c) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasantanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana
dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan dan
pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.
d) Adanya study kelayakan yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK. Study kelayakan minimal
meliputi: kondisi lahan yang akan dibangun, dampak pembangunan
Puskesmas terhadap lingkungan sekitar.
b. Persyaratan Teknis:
1) Luas Lahan dan Bangunan
Luas lahan, jumlah dan luas ruangan sesuai standar pelayanan kesehatan,
sehingga Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender
dan usia lanjut.
2) Denah Tata Ruang
Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
3) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan
sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.4) Peralatan Kesehatan
Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan
Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas.
5) Setiap pembangunan Puskesmas baru harus dilengkapi dengan dokumen
lingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
2. Rehabilitasi Rusak Sedang dan Berat Bangunan Puskesmas termasuk Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan
Guna menunjang serta meningkatkan mutu pelayanan secara optimal, perlu adanya
rehabilitasi sik pada bangunan Puskesmas yang mengalami kerusakan. RehabilitasiPuskesmas juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti Puskesmas yang rusak akibat
bencana alam, relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya perubahan tata ruang
wilayah, dan lain-lain. Rehabilitasi Puskesmas tersebut termasuk rehabilitasi rumah dinas
petugas kesehatan (dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengadaan
sarana prasarana penunjang kegiatan Puskesmas bila diperlukan (peralatan kesehatan,
peralatan laboratorium, Puskesmas Keliling, Ambulans). Pelaksanaan rehabilitasi sik
Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum:
1) Puskesmas dengan kondisi rusak sedang atau berat.
2) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 11/98
9Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangai oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan direhabilitasi.
b. Persyaratan Teknis:
1) Luas Lahan dan Bangunan
Setiap perbaikan/rehabilitasi Puskesmas perlu memperhatikan ruang
penyimpanan obat, ruang laboratorium dan tersedia ruang laktasi/pojok ASI.
2) Denah Tata Ruang
Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
3) Puskesmas dalam kondisi rusak sedang/berat dengan bukti pernyataan Dinas
Pekerjaan Umum (PU) setempat tentang kondisi bangunan rusak sedang/berat
sehingga perlu diperbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada
APBD diluar DAK.
4) Tidak dilakukan registrasi baru pada bangunan Puskesmas yang diperbaiki/
direhabilitasi sedang atau berat.
5) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah
setempat, mengacu pada persyaratan bangunan yang terdapat di Kepmenkes
Nomor 1428 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas.
6) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen lingkungan
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
7) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan
tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola kegiatan,konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan
lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.
3. Peningkatan dan Pengembangan Puskesmas
a. Peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu) menjadi Puskesmas
Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas terutama di DTPK ditujukan untuk
peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
di daerah terpencil/sangat terpencil. Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas tersebut
termasuk pembangunan pagar, pengadaan meubelair , pengadaan sarana prasarana
penunjang kegiatan Puskesmas (peralatan kesehatan, peralatan laboratorium,
kendaraan Puskesmas Keliling, Ambulans, SPAL dan IPAL, pembuangan sampah,
air, listrik) serta pembangunan rumah dinas petugas kesehatan (dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan lainnya).
1) Persyaratan Umum
a) Adanya telaahan yang memuat penjelasan dan
analisa kebutuhan Puskesmas, antara lain:
(1) Pustu di daerah terpencil, perbatasan dengan negara tetangga atau
pulau-pulau kecil terluar berpenduduk dan daerah kepulauan.
(2) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.
(3) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 12/98
10 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan:
(1) Didirikan pada area yang mudah terjangkau, baik dari segi jarak
maupun sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya.
(2) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.
(3) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.Pertimbangan lainnya
yang ditetapkan oleh daerah.
c) Persyaratan Lain:
(1) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan surat
pernyataan kepala daerah setempat atau surat lain yang dapat
membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.
(2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan
kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan, biaya operasional
Puskesmas serta ketersediaan air bersih mengalir dan sumber listrik.
(3) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan
tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola
kegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunanserta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh
APBD di luar anggaran DAK.
2) Persyaratan Teknis
a) Luas Lahan dan Bangunan
Luas lahan, jumlah dan luas ruangan tergantung jenis pelayanan
kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang
optimal dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan gender dan usia lanjut.
b) Denah Tata Ruang
Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:
(1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
c) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan
sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.
d) Peralatan Kesehatan
Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan
pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas.
e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumenlingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
b. Peningkatan Puskesmas Non Rawat Inap menjadi Puskesmas Rawat Inap
Peningkatan Puskesmas Non Rawat Inap menjadi Puskesmas Rawat Inap ditujukan
untuk meningkatkan jangkauan masyarakat di daerah terpencil/sangat terpencil
terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat pada pelayanan rawat inap. Sasaran utama Puskesmas Non Rawat Inap
yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang berada
di perbatasan dengan negara tetangga atau pulau-pulau kecil terluar berpenduduk
(daftar terlampir) dan Puskesmas yang berada di daerah terpencil/sangat terpencil
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 13/98
11Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
sesuai Surat Keputusan Bupati/Walikota, karena akses daerah yang sulit melakukan
rujukan. Peningkatan Puskesmas Non Perawatan menjadi Puskesmas Perawatan
tersebut termasuk pengadaan meubelair, pembangunan rumah dinas petugas
kesehatan Puskesmas dan sarana prasarana penunjang kegiatan Puskesmas
(peralatan kesehatan, peralatan laboratorium, Puskesmas Keliling, Ambulans).
1) Persyaratan Umum
a) Adanya telaahan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memuat
penjelasan dan analisa kebutuhan akan adanya Puskesmas Rawat Inap
yang diketahui Dinas Kesehatan Provinsi, antara lain karena:
(1) Puskesmas di wilayah terpencil, sangat terpencil, tertinggal, perbatasan
dengan negara tetangga, kepulauan khususnya di pulau-pulau kecil
terluar berpenduduk sesuai yang tercantum dalam SK Bupati/Walikota
tentang Penetapan Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil dengan
kriteria sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 tahun 2013.
(2) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah Sakit.
b) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan:(1) Di lokasi strategis yang mudah dijangkau.
(2) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dari sarana rujukan terdekat dengan
menggunakan sarana transportasi yang tersedia.
(3) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.
(4) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.
c) Persyaratan Puskesmas Rawat Inap di DTPK:
(1) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan
surat pernyataan Kepala Daerah setempat atau surat yang dapat
membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.
(2) Kesanggupan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memenuhi
ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta ketersediaan air bersih
mengalir dan sumber listrik, yang dinyatakan dengan surat pernyataan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
(4) Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat
Inap.
(5) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan
tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelolakegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan
serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh
APBD di luar anggaran DAK.
2) Persyaratan Teknis
a) Luas Lahan dan Bangunan
Luas lahan, jumlah dan luas ruangan sesuai standar pelayanan kesehatan
sehingga Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
gender dan usia lanjut
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 14/98
12 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b) Denah Tata Ruang
Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:
(1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
c) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan
sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.
d) Peralatan Kesehatan
Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan
pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas.
e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen
lingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
c. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED
Dalam rangka mendekatkan akses penanganan gawat darurat obstetri dan neonanal,
Puskesmas Rawat Inap perlu dilengkapi dengan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar). Pengembangan Puskesmas mampu PONED tersebut termasuk
meubelair , peralatan kesehatan dan rumah dinas petugas kesehatan, penyediaan
sarana dan peralatan PONED.
1) Persyaratan Umum:
Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap mampu PONED
harus mempertimbangkan persyaratan antara lain:
a) Lokasi Puskesmas Perawatan mampu PONED:
(1) Terletak strategis dengan Puskesmas lain dan Rumah Sakit atau
ketentuan khusus.
(2) Berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 jam ke Rumah Sakit.
(3) Dapat dilalui oleh sarana trasportasi umum.
b) Persyaratan Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED:
(1) Dilakukan pada Puskesmas yang sudah menjadi Puskesmas Rawat
Inap.
(2) Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas mampu PONED dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan
surat pernyataan Kepala Daerah setempat atau surat yang dapat
membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.
(4) Kesanggupan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memenuhi
ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta ketersediaan air bersih
mengalir dan sumber listrik, yang dinyatakan dengan surat pernyataan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(5) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
(6) Kesanggupan RS PONEK untuk melakukan pembinaan kepada
Puskesmas mampu PONED dalam bentuk surat pernyataan
kesanggupan dari direktur Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah.
(7) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan
tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 15/98
13Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
kegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan
serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh
APBD di luar anggaran DAK.
2) Persyaratan Teknis:
a) Luas Lahan dan Bangunan
Jumlah sarana dan ruangan sesuai standar pelayanan yang dilaksanakan,
dengan luas sesuai ketentuan. Pembangunan Puskesmas Perawatan
Mampu PONED, rumah dinas dokter dan rumah dinas petugas kesehatan
harus berada dalam satu lokasi.
b) Denah Tata Ruang
Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan. Setiap Puskesmas Rawat Inap harus
dilengkapi dengan dapur gizi dan peralatannya serta UGD yang dapat
memberikan pelayanan PONED. Pelayanan PONED mengacu pada buku
acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
c) Sarana penunjang yang harus diperhatikan seperti SPAL dan IPAL, pagar,
listrik, air bersih mengalir dan selasar.
d) Peralatan Kesehatan
Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan
pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas.
Dalam rangka mengembangkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) dimungkinkan untuk pengadaan Pusling/Ambulans bagi
Puskesmas.
e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen
lingkungan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup.
d. Penambahan Ruangan Puskesmas
Penambahan ruangan Puskesmas dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Pelaksanaan penambahan ruangan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Umum
a) Adanya telaahan penjelasan dan analisa kebutuhan penambahan ruangan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota yang diketahui oleh dinas kesehatan
provinsi.
b) Penambahan ruangan Puskesmas yang diusulkan mempunyai jumlahruangan Puskesmas lebih sedikit dari yang tercantum dalam Permenkes
75 Tahun 2014
c) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
d) Tersedia surat keputusan yang ditandatangai oleh Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten/kota tentang nama Puskesmas yang akan diberikan penambahan
ruangan.
2) Persyaratan Teknis
a) Denah Tata Ruang
(1) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 16/98
14 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
b) Tidak dilakukan registrasi baru pada bangunan Puskesmas yang ditambah
ruangan.
c) Penambahan ruangan dapat menggunakan bahan bangunan yang
dihasilkan oleh wilayah setempat, mengacu pada persyaratan bangunan yang terdapat di Kepmenkes Nomor 1428 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
d) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan Dokumen
lingkungan sesuai dengan Permen Lingkungan Hidup no. 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
3) Penanggungjawab
Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah,
sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana dan konsultan
pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang
dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.
B. Penyediaan Alat Kesehatan/Penunjang di Puskesmas
1. Penyediaan Peralatan Kesehatan dalam Mendukung UKM
Penyediaan peralatan kesehatan digunakan untuk Puskesmas yang belum memiliki alat,
kekurangan alat atau mengganti alat rusak berat antara lain: (1) Set Promosi kesehatan
(Promkes); (2) Set Imunisasi; (3) Set ASI; (4) Kit Imunisasi; (5) Kit UKGS; (6) Kit UKS; (7) Kit
Bidan; (8) Kit Posyandu; (9) Kit Kesehatan Lingkungan; (10) Kit Posbindu PTM (Tensimeter
digital, Alat ukur tinggi badan, Alat ukur lingkar perut, Bodyfat analyzer, Alat pemeriksaan
kadar gula darah digital, Alat pemeriksaan kolesterol total digital, Food Model) ; (11) Kit
Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi (Kit Posbindu, Alat pemeriksaan kadar alkohol dalam
darah, Alat pemeriksaan amphetamine)
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a. Persyaratan Umum:
Kebutuhan akan adanya peralatan kesehatan diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal sebagi berikut:
1) Diperuntukan bagi Puskesmas yang belum memiliki peralatan kesehatan, dan
atau sudah memiliki tetapi belum lengkap. Puskesmas yang berfungsi sebagai
penapis/gatekeeper dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
Puskesmas lain yang dianggap memerlukan.
2) Tersedia sarana penunjang, antara lain: sumber listrik, air bersih mengalir,
ruang penunjang.
3) Pengadaan alat kesehatan harus mempertimbangkan kemudahan dalam
mekanisme pencacatan BMD/Barang Milik Daerah.
4) Tersedia surat keputusan Bupati/Walikota tentang nama Puskesmas yang akan
menerima alat kesehatan.
5) Tersedia surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan tentang tenaga yang mampu
mengoperasionalkan alat kesehatan.
6) Khusus daerah terpencil dan sangat terpencil, perbatasan, dan kepulauan
diperkenankan menggunakan alat kesehatan seperti : USG, Rontgen , EKG yang
disesuaikan dengan sumber daya yang ada.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 17/98
15Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Persyaratan Teknis:
Peralatan Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2. Penyediaan Peralatan Kesehatan dalam Mendukung UKP
Penyediaan peralatan kesehatan digunakan untuk Puskesmas yang belum memliki alat,kekurangan alat atau mengganti alat yang rusak berat terdiri dari (1) Set Pemeriksaan
Kesehatan Ibu; (2) Set Pemeriksaan Kesehatan Anak; (3) Set Pelayanan KB; (4) Set Obstetri
dan Ginekologi; (5) Set Resusitasi Bayi; (6) Set Perawatan Pasca Persalinan; (7) Set Insersi
dan Ekstraksi AKDR; (8) Pemeriksaan Umum; (9) Set Tindakan Medis/Gawat Darurat;
(10) Set Kesehatan Gigi dan Mulut; (11) Set Laboratorium; (12) Set Farmasi; (13) Set
Rawat Inap; (14) Set Sterilisasi; 15) Set Alat Pengendalian PTM Terpadu (Peakow meter,
Nebulyzer, EKG, Krioterapi, IVA Kit)
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a. Persyaratan Umum:
Kebutuhan akan adanya peralatan kesehatan diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal sebagi berikut:
1) Diperuntukan bagi Puskesmas yang belum memiliki peralatan kesehatan, dan
atau sudah memiliki tetapi belum lengkap.
2) Tersedia sarana penunjang antara lain: sumber listrik, air bersih mengalir,
ruangan penunjang.
3) Pengadaan alat kesehatan harus mempertimbangkan kemudahan dalam
mekanisme pencacatan BMD (Barang Milik Daerah)
4) Tersedia surat keputusan Bupati/Walikota tentang nama Puskesmas yang akan
menerima alat kesehatan.
5) Tersedia surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan tentang tenaga yang mampu
mengoperasionalkan alat kesehatan.
6) Khusus daerah terpencil dan sangat terpencil, perbatasan, dan kepulauan
diperkenankan menggunakan alat kesehatan seperti : USG, Rontgen , EKG yang
disesuaikan dengan sumber daya yang ada.
b. Persyaratan Teknis:
Peralatan kesehatan mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
3. Alat Penunjang Puskesmas
Penyediaan Sarana Penunjang Lain, antara lain: (1) Solar Cell; (2) Generator; (3) Radio
Komunikasi; (4) Cold Chain ; (5) Instalasi Pengolah Limbah (IPAL); (6) Pengolahan Limbah
Padat; (7) Peralatan Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota; (8) Alat Kalibrasi.a Solar Cell /Panel Surya
Solar Cell atau Panel Surya merupakan energi alternatif setelah PLN/Generator Set
(Genset) untuk Puskesmas yang berada di daerah yang sulit mendapatkan bahan
bakar. Selain menghasilkan energi listrik, solar cell tidak menimbulkan polusi udara
dan juga tidak menghasilkan gas buang yang dapat menghasilkan efek gas buang
rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet
bumi kita.
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai energi alternatif lain seperti Genset,
atau sudah mempunyai solar cell tetapi tidak dapat berfungsi.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 18/98
16 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b) Pengadaan kebutuhan solar cell dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan
dengan mempertimbangkan kondisi daerah Puskesmas tersebut, dan
dengan mempertimbangkan operasional dan pemeliharaan.
c) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.
d) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan
solar cell bagi petugas Puskesmas.
e) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Standar Minimal Pemeliharaan (SMP) dalam bahasa Indonesia.
f) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin-ijin apabila diperlukan.
2) Persyaratan Khusus
a) Puskesmas menyampaikann usulan secara tertulis berdasarkan analisa
kebutuhan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Puskesmas harus menyediakan lahan atau tempat dimana solar cell
tersebut diletakkan.
c) Solar cell hanya menyuplai kebutuhan listrik di lingkungan/komplek
Puskesmas dan dilarang pemanfaatannya di luar lingkungan Puskesmas.
d) Kapasitas solar cell disesuaikan dengan kebutuhan Puskesmas.
e) Puskesmas membuat RAB dan TOR yang telah disetujui oleh bagian teknis.
f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai operasional dan
pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui
oleh Bupati/ Walikota.
g) Rencana peletakan solar cell agar memperhatikan denah tata ruang di
Puskesmas agar memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan
solar cell .
b. Generator Set (Genset)
Fungsi genset adalah untuk memberikan suplai daya listrik pengganti/alternatif
untuk alat-alat yang membutuhkan listrik sebagai sumber powernya, saat listrik
PLN padam.
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai genset atau sudah mempunyai
genset tapi tidak dapat berfungsi.
b) Menyediakan lahan dan rumah genset guna menempatkan genset tersebut.
c) Pengadaan kebutuhan genset dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan
dengan mempertimbangan operasional serta pemeliharaan.
d) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.
e) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan
genset bagi petugas Puskesmas.
f) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Standar Minimal Pemeliharan (SMP) dalam bahasa Indonesia.
g) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin-ijin apabila diperlukan.
2) Persyaratan Khusus
a) Apabila memilih genset type non silent maka Puskesmas harus menyediakan
rumah atau bangunan untuk genset dilengkapi dengan peredam suara dan
ventilasi.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 19/98
17Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b) Apabila memilih genset silent type maka Puskesmas harus memastikan
keamanan dari gangguan pencurian.
c) Genset hanya menyuplai kebutuhan listrik di lingkungan/komplek
Puskesmas dan dilarang dimanfaatkan oleh lingkungan di luar Puskesmas.
d) Kapasitas genset untuk Puskemas minimal 60 persen dari kebutuhan listrik
Puskesmas.
e) Dalam pengajuan kebutuhan genset, Puskemas harus membuat RAB dan
TOR disertai dengan gambar existing peletakan genset di Puskesmas dengan
konsultasi dengan teknis.
f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai pelaksanaan
operasional dan pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
c. Radio Komunikasi
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai Radio Komunikasi atau sudah
mempunyai Radio Komunikasi tapi tidak dapat berfungsi.
b) Pengadaan kebutuhan Radio Komunikasi dilakukan berdasarkan analisa
kebutuhan dengan mempertimbangan operasional serta pemeliharaan.
c) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.
d) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan
Radio Komunikasi bagi petugas Puskesmas.
e) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Standar Minimal Pemeliharan (SMP) dalam bahasa Indonesia.
f) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin operasional Radio
Komunikasi ke instansi yang terkait.
2) Persyaratan Khusus
a) Spesikasi Radio Komunikasi disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing.
b) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan
Operasional dan Pemeliharaan.
3) Jaringan hubungan Radio Komunikasi diantaranya:
a) Jaringan pelayanan masyarakat, antara instansi dan masyarakat.
b) Jaringan dinas, antar intansi kesehatan yang mempunyai fasilitas radio.
c) Jaringan khusus, antara instansi kesehatan dengan non kesehatan dengan
kesepakatan khusus contoh: polisi, dinas kebakaran dan antar instansilainnya.
d. Cold Chain
Suatu prosedur (tata cara) dan peralatan yang digunakan dalam pengiriman atau
penyimpanan vaksin dari pabrik pembuat vaksin sampai pada sasaran.
1) Jenis Peralatan Rantai Vaksin (Cold Chaín ):
a) Alat Penyimpan Vaksin
(1) Cold room adalah ruangan dingin dengan suhu +2oC s/d +8oC yang
digunakan untuk menyimpan vaksin BCG, DPT/HB, DT, TT, HB-PID,
Td, IPV dan Campak pada tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.
(2) Freezer room adalah ruangan beku dengan suhu -15oC s/d -25oC yang
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 20/98
18 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
digunakan untuk menyimpan vaksin POLIO oral (OPV) pada tingkat
Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 20 juta.
(3) Lemari es vaksin
Lemari es untuk menyimpan vaksin menggunakan sistem pintu buka
atas sehingga suhu vaksin stabil antara +2oC s/d +8oC.
(4) Freezer
Freezer hanya digunakan untuk penyimpanan vaksin polio pada
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
(5) Ice Lining Refrigerator (ILR)
(6) Solar Refrigerator (lemari es tenaga surya)
Digunakan pada wilayah yang tidak mempunyai aliran listrik sama
sekali.
b) Alat Transportasi Vaksin
(1) Cool box.
(2) Reusable cool box.
(3) Disposable cool box.
(4) Vaccine carrier.
c) Alat Penahan Dingin
(1) Cool pack.
(2) Cold pack.
d) Alat Pemantau Suhu
(1) Termometer pada setiap tempat penyimpanan vaksin.
(2) Thermograph pada setiap kamar dingin/kamar beku.
(3) Alat pemantau suhu panas pada setiap vial vaksin
(4) Alat pemantau suhu dingin pada pendistribusian dan penyimpanan
vaksin.
(5) Alarm suhu pada setiap kamar dingin/kamar beku.
e) Peralatan Pendukung:
(1) Voltage Stabilizer pada setiap lemari es/ freezer .
(2) Standby generator .
(3) Suku cadang kamar dingin, kamar beku, lemari es dan freezer .
2) Penyediaan sarana penunjang cold chain mengacu pada Permenkes RI Nomor
42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
e. Pembangunan Instalasi Pengolah Limbah (IPL)
Instalasi Pengolahan Limbah berfungsi untuk mengolah air buangan dan mengolah
limbah padat yang berasal dari kegiatan yang ada di Puskesmas agar memenuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peralatan pendukung adalah peralatan
yang berfungsi mendukung dan memperlancar proses pengolahan air buangan baik
pengolahan secara sik, biologis maupun kimiawi, alat pendukung lainnya pengolah
limbah padat.
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai Intalasi pengolahan Limbah atau
sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah tapi tidak dapat berfungsi.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 21/98
19Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai
sertikat tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan
tanah.
c) Perhitungan pengadaan Instalasi Pengolahan Limbah dilakukan
berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi
dan letak geogras/topogra daerah.
d) Pengelolaan limbah Puskesmas harus memenuhi persyaratan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
e) Garansi Instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.
f) Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.
g) Penyedia jasa wajib melakukan Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan
IPL bagi petugas Puskesmas.
h) Penyedia jasa wajib Memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Standar Minimal Pemeliharan (SMP) Instalasi Pengolahan Limbah dalam
bahasa Indonesia.
i) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin
pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
j) Puskesmas yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang
mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai
ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL).
2) Persyaratan Khusus
a) Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang
di butuhkan Puskesmas yang didapat dari data pemakaian rata-rata air
bersih per hari.
b) Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari
jumlah pemakaian air bersih di Puskesmas tiap harinya.
c) Puskesmas membuat Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL
dan jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas
dengan rekomendasi Dinas PU Pemda setempat diketahui oleh Bupati/
Walikota.
d) Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL dan jaringannya serta
RAB tersebut dibiayai dari APBD Kabupaten/Kota diluar DAK dan Dana
Pendamping DAK.
e) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan
Operasional dan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
dan diketahui oleh Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan
dimulai.
f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium
lingkungan terhadap inuen dan euen air limbah yang masuk dan keluar
dari IPAL yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas selama minimal 3
bulan sekali dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Tembusan kepada Bupati/Walikota.
g) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar euen air limbah
yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau peraturan daerah setempat, yang
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Gubernur/
Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 22/98
20 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
h) Rencana peletakan Instalasi Pengolahan Limbah agar memperhatikan denah
tata ruang di Puskesmas agar memudahkan operasional, pemeliharaan,
dan keamanan IPL.
i) Semua air limbah Puskesmas dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari
ruang laboratorium, laundry dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan
pengolahan pendahuluan ( pre treatment ) terlebih dahulu sebelum dialirkan
ke IPAL.
j) Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi:
(1) Pekerjaan persiapan: bouplank , direksi kit , mobilisasi.
(2) Pekerjaan struktur pondasi.
(3) Pekerjaan konstruksi IPAL.
(4) Plester, acian IPAL dan water proong.
(5) Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower dan ruang operator.
(6) Finishing IPAL.
(7) Pekerjaan equipment, mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan
blower dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas dayaminimal serta pemasangan peralatan listrik lainnya.
(8) Pagar Pelindung lokasi IPAL.
(9) Jaringan Air Limbah dan Bak Pengumpul.
k) Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
harus memperhatikan:
(1) Kekuatan konstruksi bangunan.
(2) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti euen (keluaran)
air limbah hasil pengolahannya telah memenuhi Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau Peraturan Daerah
Setempat.
(3) Disarankan pihak Puskesmas mencari referensi dengan peninjauan ke
Puskesmas yang telah memakai produk teknologi IPAL yang terbukti
minimal 3 tahun efuentnya masih memenuhi Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 atau peraturan daerah
setempat dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium lingkungan
(yang terakreditasi) terhadap inuent dan efuent air limbah.
(4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan
pemeliharaannya.
(5) Mudah mencari suku cadangnya.
(6) Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat)disediakan oleh Pemerintah Daerah diluar DAK dan dana pendamping
DAK.
(7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi
rendah maupun konsentrasi tinggi.
(8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.
(9) IPAL tahan terhadap uktuasi jumlah air limbah maupun uktuasi
konsentrasi.
l) Harus dipasang alat pengukur debit pada inuent dan euent IPAL untuk
mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
m) Pemerintah Daerah dan pihak Puskesmas harus menyediakan dana untuk
tenaga operator dan biaya operasional lainnya.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 23/98
21Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
f. Instalasi Pengolah Limbah Padat, antara lain:
1) Persyaratan Khusus Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya
a) Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringe nya.
b) Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di
Kementerian Kesehatan.
c) Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik)
d) Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya
300 buah/jam.
2) Persyaratan Khusus Incinerator
a) Lokasi incinerator merupakan daerah bebas banjir dan jarak aman antara
lokasi incinerator dan fasiltas rumah sakit lainnya.
b) Memiliki sistem penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan
mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi incinerator dan
tempat penyimpanan limbah padat medis sementara.
c) Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan
sistem untuk mengawasi keluar masuk orang.
d) Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan
tulisan “Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan
penyimpanan, serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk”
yang ditempatkan di setiap pintu masuk ke dalam instalasi.
e) Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.
f) Tersedianya sistem pemadam kebakaran.
g) Incinerator mempunyai minimal dua ruang bakar.
h) Spesikasi incinerator , sekurang-kurangnya memuat informasi antara lain:
(1) Nama pabrik pembuat dan nomor model.
(2) Jenis incinerator .
(3) Dimensi internal dari unit incinerator termasuk luas penampang.
(4) zona/ruang proses pembakaran.
(5) Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).
(6) Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan).
(7) Spesikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner.
(8) Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.
(9) Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.
(10) Kapasitas blower.
(11) Tinggi dan diameter cerobong.
(12) Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan.
(13) Pemantauan emisi cerobong (stack/chimney).
(14) Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan
alat-alat pengontrol lain.
(15) Deskripsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis.
(16) Esiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan Esiensi
Pembakaran (EP).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 24/98
22 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(17) Daftar suku cadang incinerator untuk garansi 1 tahun.
(18) Gambar desain dan tata letak incinerator.
(19) Perhitungan volume ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 incinerator.
i) Esiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99, 95% (Sembilan puluh
Sembilan koma sembilan puluh lima per seratus);
j) Memiliki dua ruang bakar, dengan ketentuan: temperature pada ruang
bakar utama ( primary chamber ) sekurang-kurangnya 800oC (delapan ratus
derajat celsius); dan temperature pada ruang bakar kedua (secondary
chamber ) sekurang kurangnya1050oC (seribu lima puluh derajat celsius)
dengan waktu tinggal sekurang-kurangnya 2 (dua) detik;
k) Ketinggian cerobong minimal:
(1) 20 m (dua puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan
tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih
dari 20m (dua puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari
incinerator, untuk incinerator yang mengolah limbah B3 dari kegiatan
sendiri; atau
(2) 30 m (tiga puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan
tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih
dari 30 m (dua puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter)
dari incinerator , bila incinerator yang mengolah limbah B3 sebagai jasa;
(3) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wetscrubber
atau sejenis; dan memenuhi baku mutu emisi.
(4) Pengolahan limbah material sitotoksik (genotoksik) secara termal wajib
dilakukan pada temperatur sekurang-kurangnya1200oC (seribu dua
ratus derajat celsius).
(5) Kapasitas dan volume ruang bakar pertama disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit, melihat jumlah limbah padat medis yangdihasilkan tiap harinya.
(6) Tersedia minimal 2 (dua) thermocuple untuk mengetahui temperatur di
ruang bakar pertama dan ruang bakar kedua.
(7) Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar kedua minimum
2 detik.
(8) Alat incinerator yang ditawarkan sudah termasuk pelindung incinerator
sesuai dengan yang dipersyaratkan pabrikan incinerator.
(9) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium
lingkungan terhadap emisi incinerator yang ditandatangani oleh
Direktur rumah sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota
minimal 1 tahun sekali dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.
(10) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar emisi incinerator
memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang
ditandatangani oleh RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota
sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.
3) Persyaratan Khusus Autoklaf
a) Autoklaf Tipe Gravity Flow
(1) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua
puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 25/98
23Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
squareinch ) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu
tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit;
(2) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga
puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound
squareinch ) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu
tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima)
menit; atau temperatur lebih besar dari atau sama dengan 149oC
(seratus empat puluh sembilan derajat celsius) dan tekanan 52 psi
(lima puluh dua pound squareinch ) atau 3,54 atm (tiga koma lima puluh
empat atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam Autoklaf sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
b) Autoklaf tipe Vacuum
(1) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua
puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound
squareinch ) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu
tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima)
menit; atau
(2) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan135oC (seratus tiga
puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound
squareinch ) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu
tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
(3) Peralatan Autoklaf harus mampu membunuh spora dalam uji validasi
yang dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada
konsentrasi 1x104 (satu kali sepuluh pangkat empat) spora per milli
liter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora (spore strips ).
(4) Peralatan Autoklaf dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan
kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk
yang tidak memenuhi spesikasi, limbah patologis dan jaringananatomi, limbah radioaktif limbah farmasi; dan limbah material
sitotoksik (genotoksik).
4) Persyaratan Khusus Microwave
a) Dilakukan pada temperature 100oC (seratus derajat celsius) dengan waktu
tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
b) Harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang dilakukan
terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1x101 (satu
kali sepuluh pangkat satu) spora per mili liter yang ditempatkan dalam vial
atau lembaran spora (spore strips ).
c) Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan
kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, limbah patologis dan
jaringan anatomi; limbah radioaktif; limbah farmasi; limbah material
sitotoksik (genotoksik); dan limbah logam.
5) Persyaratan Khusus Enkapsulasi
a) Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidikasi terhadap limbah
untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah dan menghilangkan
risiko limbah diakses oleh organisme pemulung (scavengers ).
b) Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari
volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 26/98
24 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi
dapat berupa gabus plastik, pasir bituminus, dan/atau semen.
c) Wadah yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE)
atau drum logam. Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa
limbah benda tajam, limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum
akhirnya hasil enkapsulasi tersebut ditimbun di landll.
6) Persyaratan Khusus Inertisasi
a) Inertisasi merupakan proses solidikasi limbah menggunakan semen dan
material lainnya sebelum limbah ditimbun di landll .
b) Inertisasi dapat dilakukan terhadap limbah farmasi dan/atau limbah
bahan kimia dimana limbah tersebut dikeluarkan dari wadahnya untuk
selanjunya dilakukan solidikasi dengan air, kapur dan semen. Proses
inertisasi dilakukan dengan cara:
(1) Limbah dicampur dengan pasir dan semen menggunakan sekop dengan
perbandingan limbah, pasir dan semen portland 3:1:2.
(2) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakandengan ukuran dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm,
setelah cetakan tersebut sebelumnya telah dilapisi dengan plastik
sehingga dapat mengungkung campuran limbah. Hasil pencampuran
didiamkan selama 5 (lima) hari untuk penyempurnaan proses
solidikasi.
7) Persyaratan Khusus Needle Pit
a) Needle pit digunakan untuk menampung limbah jarum yang terpisah
dengan spuitnya dengan menggunakan needle cutter.
b) Dapat dibuat dari bahan buis beton atau pipa PVC diameter minimal 6
inchies dengan tinggi maksimal 2 meter.
c) Pit harus kedap air, baik bagian dasar maupun dindingnya.
d) Tertutup pada bagian atasnya.
e) Tersedia lubang untuk memasukkan jarum ke dalam pit tersebut.
f) Dapat dikubur sebagian ke dalam tanah.
g. Penyediaan Peralatan Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota
2) Penyediaan peralatan sistem informasi kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota
(1) Peralatan LAN Puskesmas(2) Peralatan LAN Dinkes Kabupaten/Kota
(3) Peralatan koneksi wireless antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
b) Pen yediaan software aplikasi SIKDA Kabupaten/Kota mencakup:
(1) Aplikasi sistem informasi Puskesmas
(2) Aplikasi sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3) Persyaratan Umum
a) Pengadaan peralatan SIKDA dilakukan secara bertahap sesuai dengan:
(1) Kemampuan pendanaan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 27/98
25Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(2) Kesiapan daerah dalam hal ketersediaan dan kemampuan tenaga
yang akan mengoperasikan dan mengelola peralatan sistem informasi
kesehatan.
(3) Kondisi geogras wilayah setempat.
b) Pengadaan peralatan sistem informasi kesehatan di Puskesmas
diprioritaskan untuk Puskesmas yang mempunyai infrastruktur dan SDM yang baik.
c) Pengadaan peralatan sistem informasi kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
4) Persyaratan Teknis
a) Pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota
(1) Paket Peralatan LAN Puskesmas terdiri dari:
(a) PC Server (min 1 unit)
(b) PC Client (min 5 unit)
(c) Wireless Router (min 1 unit)
(d) UPS Server (min 1 unit)(e) UPS Client (min 5 unit)
(f) Rack Server (min 1 unit)
(g) Instalasi (1 paket)
(2) Paket Peralatan LAN Dinkes Kabupaten/Kota terdiri dari:
(a) PC Server (min 1 unit)
(b) Wireless Router (min 1 unit)
(c) UPS Server (min 1 unit)
(d) Rack Server (min 1 unit)
(e) Instalasi (1 paket)
(3) Paket peralatan koneksi wireless antara Puskesmas dengan DinkesKabupaten/Kota terdiri dari:
(a) Wireless Access Point Out Door (Radio dan Antene)
(b) Tower
(c) Instalasi (1 paket)
b) Bila pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota dilakukan
secara bertahap maka diprioritaskan dimulai dari pengadaan peralatan
LAN Puskesmas (nomor 1) dan seterusnya.
c) Penyediaan software aplikasi SIKDA Kabupaten/Kota mencakup:
(1) Aplikasi sistem informasi Puskesmas
(a) Modul manajemen klien/pasien
(b) Modul manajemen program/wilayah(c) Modul manajemen unit/institusi
(2) Aplikasi sistem informasi Modul manajemen klien/pasien
(a) Modul integrasi data dan bank data
(b) Modul komunikasi data
(c) Modul penyajian data/informasi
d) Untuk aplikasi sistem informasi Puskesmas (nomor 1) dapat menggunakan
aplikasi yang disediakan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan yaitu aplikasi SIKDAGenerik modul Puskesmas, sedangkan untuk
aplikasi sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (nomor 2) wajib
menggunakan aplikasi yang disediakan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan yaitu aplikasi SIKDAGenerik
modul Dinas Kesehatan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 28/98
26 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
e) Spesikasi teknis disesuaikan dengan kebutuhan wilayah kerja setempat,
setelah mengadakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten.
f) Usulan anggaran harus didukung APBD untuk pelatihan tenaga, sosialisasi,
dan pemeliharaan jaringan dan komputer.
5) Acuan
a) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan.
c) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837/Menkes/VII/2007 tentang
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Online.
d) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 192/Menkes/SK/VI/2012 tentang
Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia.
h. Peralatan Kalibrasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Penyediaan peralatan kalibrasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk
mendukung pemenuhan persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakaisuatu peralatan medis yang berada di fasyankes, baik Rumah Sakit maupun Puskesmas,
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Sehubungan dengan masih terbatasnya cakupan dan ketepatan waktu pelayanan
kalibrasi peralatan kesehatan oleh BPFK dan institusi penguji lainnya, maka Kementerian
Kesehatan secara bertahap akan meningkatkan kemampuan tenaga teknisi Rumah
Sakit dan Dinas Kesehatan untuk melakukan pengujian dan kalibrasi internal, dengan
pembinaan teknis oleh BPFK.
a. Persyaratan Umum
1) Dinas Kesehatan memiliki tenaga teknisi elektromedis sekurang-kurangnya 2
(dua) orang.
2) Dinas Kesehatan memiliki penanggung jawab/koordinator peralatan kesehatanminimal D3 Teknik Elektromedik.
3) Dinas Kesehatan belum memiliki alat kalibrasi yang sama seperti yang diminta
kecuali rusak.
4) Dinas Kesehatan memiliki anggaran pemeliharaan alat kesehatan.
5) Dinas Kesehatan membuat pernyataan sanggup untuk melakukan kalibrasi
berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta.
6) Dinas Kesehatan memiliki tempat penyimpanan alat kesehatan dan suku
cadang.
7) Penyedia wajib memberikan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan alat
kalibrasi kepada petugas pengelola peralatan kesehatan di Dinas KesehatanProvinsi.
8) Garansi alat kalibrasi minimal 1 tahun.
9) Garansi purna jual minimal 5 tahun.
10) Penyedia wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar
Pemeliharaan (SMP) alat kalibrasi.
11) Penyedia wajib memberikan metode kerja kalibrasi yang berlaku.
12) Garansi memfasilitasi untuk kalibrasi alat kalibrasi.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 29/98
27Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Persyaratan Khusus
1) Membuat surat pernyataan bahwa peralatan pengujian dan kalibrasi yang
dimiliki hanya digunakan untuk kebutuhan pelayanan pengujian dan kalibrasi
internal.
2) Membuat surat pernyataan bersedia melaksanakan standar mutu pengujian
dan kalibrasi dibawah pembinaan dan pengawasan BPFK.
3) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran peningkatan kapabilitas dan
kompetensi tenaga/teknisi pengujian dan kalibrasi.
4) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran pemeliharaan dan rekalibrasi
peralatan pengujian dan kalibrasi.
5) Melengkapi dokumen inventaris alat kesehatan, alat pengujian dan kalibrasi
yang dimiliki.
6) Dinas Kesehatan membuat pernyataan sanggup untuk melakukan kalibrasi
berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta
c. Jenis peralatan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan sebagai berikut:
1) ECG Simulator
2) Digital Caliper
3) Digital Pressure Meter
4) Digital Tachometer
5) Electro Safety Analyzer
6) Vital Sign Simulator
7) Alat Kerja Elektronik (Electronic Tools Complete)
8) Alat kerja Mekanik (Mechanic Tools Complete )
9) Perlengkapan workshop
(Pedoman Manajemen Alat Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2015)
i. Penyehatan Lingkungan (PL)
1) Penyediaan Air Minum Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAMSTBM)
Kegiatan PAMSTBM merupakan kegiatan penyediaan air minum masyarakat dengan
menggunakan pendekatan STBM yang lingkup pelaksanaannya ditingkat desa di 85
kabupaten.
Persyaratan Umum kriteria desa:
a) Angka penyakit yang berkaitan dengan air tinggib) Akses masyarakat terhadap sarana air minum dan sanitasi rendah
c) Tidak ada kegiatan sejenis pada saat yang bersamaan
d) Kesediaan masyarakat untuk menyediakan kontribusi untuk operasional dan
pemeliharaan sarana
Ospi Sarana Air Minum:
a) Sarana Rehabilitasi yang diperbolehkan adalah Jaringan Perpipaan, bukan
sarana dari hasil paska intervensi kegiatan/proyek sejenis, kecuali masa
pakai lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan sarana tersebut sudah diserah Surat
Pernyataan Hibah Tanah
b) Pemilihan opsi harus mempertimbangkan: topogra, ketersediaan potensi air,
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 30/98
28 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
biaya konstruksi, ketersediaan lahan untuk konstruksi, kemampuan untuk
mengoperasikan dan memelihara termasuk biayanya. Selain itu perlu juga
dipertimbangkan keadaan aspek lingkungan (alam dan budaya) yang akan
dipengaruhi oleh pembangunan sarana tersebut, seperti misalnya kemungkinan
pencemaran lingkungan.
2) Penyediaan Sanitasi di Sekolah dan Pondok Pesantren
Penyediaan Sanitasi di Sekolah dan Pondok Pesantren dilaksanakan melalui
pembangunan sarana sanitasi, bangunan gedung, dan perubahan perilaku di 95
kabupaten/kota.
Kriteria Pondok Pesantren
a) Memiliki unsur-unsur pontren;
(1) Pengasuh pesantren (Kiai, Tuan Guru atau sebutan lainnya)
(2) Santri
(3) Asrama
(4) Tempat ibadah (musholla/masjid)
(5) Pengajaran kitab kuning
b) Ada layanan pendidikan
c) Memiliki jumlah santri mukim/menginap = minimal 75 orang
d) Memiliki ijin operasional dari Kementerian Agama
e) Memiliki akses yang rendah terhadap sarana air dan sanitasi yang layak
f) Memiliki sarana higiene sanitasi bangunan yang tidak layak
g) Tingginya angka kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor
risiko lingkungan
h) Lokasi pontren adalah bukan lokasi desa yang mendapatkan program sejenis
(penyediaan air sanitasi dan higiene)
Kriteria Sekolah
a) Sekolah Dasar Negeri Inti yang telah mengikuti Bimbingan Teknis Sekolah Dasar
Bersih dan Sehat yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar, Ditjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b) Sekolah Dasar Negeri Inti yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota
c) Madrasah Ibtida’iyah Negeri (MIN) yang diusulkan Kantor Kemenag Kabupaten/
Kota
d) Memiliki akses yang rendah terhadap sarana air dan sanitasi yang layak
e) Memiliki sarana higiene sanitasi bangunan yang tidak layak
f) Tingginya angka kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor
risiko lingkungan
g) SDN/MIN sasaran adalah bukan SDN/MIN yang sedang mendapatkan program
sejenis (penyediaan air sanitasi dan higiene)
Opsi Sarana Sanitasi
Pemilihan opsi harus memperhatikan lima aspek penting yaitu teknis, sosial,
kelembagaan, nansial, dan lingkungan, yang dijabarkan sebagai berikut;
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 31/98
29Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
a) Pembuatan Rencana Rincian Kegiatan (RRK) pontren
b) Rencana Kegiatan (RK)
c) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
d) Desain sarana dan denah
e) Jadwal pelaksanaan kegiatan masyarakat pontren/masyarakat sekolahf) Rencana monitoring dan evaluasi oleh Tim Kerja Masyarakat dan petugas
kesehatan kabupaten/kota serta petugas kesehatan puskesmas/sanitarian
Opsi pokok:
a) Sarana air bersih.
b) Sarana jamban yang sehat
Opsi pengembangan:
a) Sarana cuci tangan dan sabun
b) Sarana pembuangan sampah
c) Sarana pembuangan air limbah
d) Tata ruang dan bangunan yang memadai
e) Tempat wudhu
3) Penyediaan Sarana Sanitasi Sentra Jajanan Makanan
Kegiatan penyediaan sarana higiene sanitasi Sentra Jajanan Makanan dilakukan
di 15 kabupaten/kota masing-masing kabupaten kota mendapatkan penyediaan
sarana di 2 sentra jajanan makanan
Kriteria Lokasi :
Sentra pangan jajanan siap saji yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan
atau sesuai kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota dengan pelaksanaan
mengacu kepada Permendagri No.41 Tahun 2012 dan seluruh penanggung jawab
dan penjamah makanan telah memiliki sertikat kursus peningkatan HSP
Sarana Sanita:
a) Pembangunan pencucian piring komunal lengkap
b) Fasilitas sarana air bersih
c) Pengelolaan limbah cair sehat,
d) Penyimpanan makanan komunal sehat
e) Fasilitas pencucian tangan komunal
f) Paket dukungan operasional higiene sanitasi
C. Penyediaan Puskesmas Keliling (Pusling) Perairan/Pusling Roda Empat Double Gardan/Pusling Roda Empat Biasa/Ambulans Transportasi dan Kendaraan Bermotor Roda Dua.
Dalam rangka peningkatan pemerataan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta menunjang pelaksanaan rujukan medis dan
kesehatan, perlu dilaksanakan upaya penyediaan prasarana penunjang pelayanan kesehatan
diantaranya Puskesmas Keliling (Pusling) baik Roda Empat maupun Perairan serta Ambulans
Transportasi. Penyediaan Pusling maupun Ambulans diutamakan untuk pembangunan
Puskesmas baru atau Puskesmas yang belum memiliki Pusling maupun Ambulans.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 32/98
30 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
1. Pusling Perairan
a. Persyaratan Umum
1) Kebutuhan akan adanya Pusling Perairan diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya sebagian besar hanya
bisa dijangkau dengan transportasi air.
b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien serta
peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program
Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar.
c) Sarana transportasi rujukan pasien.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk memenuhi antara lain:
a) Biaya operasional Pusling Perairan (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan)
dan lain-lain.
b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Perairan menjadi kendaraan penumpang/
pribadi.
c) Tersedia tenaga yang mampu mengoperasionalkan Pusling Perairan.
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Perairan.
4) Penyediaan Pusling Perairan dapat merupakan rehabilitasi Pusling Perairan
yang mengalami kerusakan.
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi
serta perlengkapan keselamatan.
2) Kendaraan Pusling Perairan harus memenuhi fungsi transportasi petugas,
rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhan
dan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.
3) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan
Puskesmas Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.
2. Pusling Roda Empat Double Gardan
a. Persyaratan Umum
1) Kebutuhan akan adanya Pusling Roda Empat Double Gardan diharapkan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi
medan jalan sulit (seperti berlumpur, pegunungan).
b) Pusling berfungsi sebagai sarana Transportasiasi petugas dan pasien
serta peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program
Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan
penyelidikan KLB.
c) Sarana transportasi rujukan pasien.
d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan dan promosi kesehatan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 33/98
31Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk memenuhi antara lain:
a) Biaya operasional Pusling Roda Empat Double Gardan (biaya bahan bakar,
biaya pemeliharaan) dan lain-lain.
b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Roda Empat Double Gardan menjadi
kendaraan penumpang/pribadi.
c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling Roda
Empat Double Gardan .
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Roda Empat Double Gardan .
4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Pusling Roda Empat Double Gardan.
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota dan dapat menjangkau
masyarakat di lokasi tertentu khususnya di daerah terpencil dan sangat terpencil
yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta media
penyuluh dan promosi kesehatan.
2) Kendaraan Pusling Roda Empat harus memenuhi fungsi transportasi petugas,
rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhan
dan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.
3) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan
Puskesmas Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.
3. Pusling Roda Empat Biasa
a. Persyaratan Umum
1) Kebutuhan akan adanya Pusling Roda Empat Biasa diharapkan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi
medan jalan yang tidak sulit.
b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien serta
peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program
Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan
penyelidikan KLB.
c) Sarana transportasi rujukan pasien.
d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan dan promosi kesehatan.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk memenuhi antara lain:
a) Kesanggupan untuk biaya operasional Pusling Roda Empat Biasa (biaya
bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.
b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Roda Empat Biasa menjadi kendaraan
penumpang/pribadi.
c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling Roda
Empat Biasa.
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Roda Empat Biasa.
4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Pusling Roda Empat Biasa.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 34/98
32 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota dan dapat menjangkau
masyarakat di lokasi tertentu yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan,
peralatan komunikasi serta media penyuluh dan promosi kesehatan.
2) Kendaraan Pusling Roda Empat harus memenuhi fungsi Transportasi petugas,
rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhandan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.
3) Peralatan Kesehatan mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan Puskesmas
Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.
4. Ambulans Transportasi
Ambulans transport ( patient transport ambulance ) adalah ambulans yang dilengkapi
dengan peralatan untuk bantuan hidup/life support , dengan kru yang memiliki kualikasi.
Dalam keadaan tertentu ada Fly car/respons unit/quick response vehicle , seorang petugas
Ambulans dengan kendaraan yang akan melakukan penanganan di lokasi dan tidak
membawa orang lain selain pasien dan petugas.
a. Persyaratan Umum
1) Kebutuhan akan adanya Ambulans Transportasi diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang memerlukan prasarana penunjang
Ambulans Transportasi.
b) Ambulans Transportasi berfungsi sebagai sarana transportasi rujukan
pasien dari lokasi kejadian ke sarana pelayanan kesehatan dengan
pengawasan medik khusus.
c) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada Kepmenkes Nomor 882
Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk memenuhi antara lain:
a) Biaya operasional Ambulans (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan
lain-lain.
b) Tidak mengalihfungsikan Ambulans menjadi kendaraan penumpang/
pribadi.
c) Tersedia tenaga yang mampu mengoperasionalkan Ambulans.
d) Bagi petugas medis dan tenaga kesehatan memiliki sertikasi minimal
basic life support atau pelatihan penanggulangan gawat darurat.
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentangnama Puskesmas yang akan menerima Ambulans Transportasi.
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi rujukan bagi
masyarakat yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan dan peralatan
komunikasi.
2) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada Kepmenkes Nomor 882 Tahun
2009 tentang Pedoman Penangan Evakuasi Medik.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 35/98
33Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
5. Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail
a. Persyaratan Umum
1) Kebutuhan akan adanya Kendaraan Roda Dua diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Diperuntukan bagi Puskesmas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
program.
b) Kendaraan berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dalam
melaksanakan program Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan
dasar serta melakukan penyelidikan KLB.
c) Kendaraan Roda Dua Biasa di peruntukan bagi Puskesmas daerah Pedesaan
dan Perkotaan sedangkan Kendaraan Roda Dua Trail diperuntukkan bagi
Puskesmas di DTPK.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan
untuk memenuhi antara lain:
a) Biaya operasional Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail (biaya bahan
bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.
b) Tidak mengalihfungsikan Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail menjadi
kendaraan penumpang/pribadi.
3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang
nama Puskesmas yang akan menerima Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau
Trail.
4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail.
b. PersyaratanTeknis
1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhanKabupaten/Kota dan dapat menjangkau
masyarakat di lokasi tertentu yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan serta
media penyuluh dan promosi kesehatan.
2) Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail harus memenuhi fungsi transportasi
petugas, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas dan penyuluhan
kesehatan mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan Puskesmas Keliling,
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 36/98
34 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 37/98
35Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB IV
DAK BIDANG KESEHATAN REGULERSUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
A. Kriteria Kegiatan DAK Pelayanan Kesehatan Rujukan
1. Kriteria Umum
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pelaksanaan pengelolaan DAK Bidang Kesehatan
Rujukan maka perlu ditetapkan kriteria rumah sakit yang mendapatkan alokasi anggaran
DAK sebagai berikut :
a. Diperuntukan bagi Rumah Sakit Daerah selain Rumah Sakit Rujukan Nasional,
Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional.
b. Rumah Sakit telah melakukan registrasi di Kementerian Kesehatan, memiliki izin
operasional yang masih berlaku dan memiliki klasikasi yang ditetapkan sesuai
ketentuan.
c. Pengajuan proposal yang ditetapkan oleh kepala daerah setempat dan dilengkapi
TOR, RAB dan prol rumah sakit terkini.
d. Telah melakukan pengisian data melalui Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
(ASPAK) atau Bagi Rumah Sakit yang belum mengisi data ASPAK agar dapat
melampirkan surat pernyataan kesanggupan mengisi data ASPAK yang ditandatangani
oleh Direktur Rumah Sakit .
e. Usulan DAK diperuntukan untuk penguatan dan pemenuhan standar sesuaiklasikasi rumah sakit saat pengajuan, tidak diperuntukan bagi pembangunan/
relokasi rumah sakit baru.
f. Pembangunan gedung baru dilokasi yang sama harus memiliki lahan yang
bersertikat/ bukti kepemilikan lahan oleh rumah sakit atau pemerintah daerah.
2. Kriteria Teknis
a. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Ruang Pelayanan Intensive).
2) Pelayanan Out Patient (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,
Rehab Medik).3) Pelayanan In Patient (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care , Kemoterapi,
Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).
4) Penunjang medis dan non medis (Laboratorium, Radiologi, Laundry , Central
Sterile Supply Department (CSSD), Kitchen , Pemulasaraan Jenazah, Rekam
Medik, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).
5) Ambulans, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen, Vacum Medis, Udara
Tekan).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 38/98
36 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Pemenuhan Peralatan Kesehatan dan Kedokteran
1) Prioritas 1
a) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b) Kamar Operasi (OK)
c) High Care Unit (HCU)
d) Intesive Care Unit (ICU)
e) Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
f) Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
g) Peralatan Rawat Jalan
h) Peralatan Rawat Inap
i) Kebidanan dan Neonatus
j) Radiologi
k) Laboratorium
2) Prioritas 2
a) CSSD
b) Peralatan IPSRS
c) Peralatan Pelayanan Unggulan
d) Peralatan Laundry e) Peralatan Kitchen
f) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)
B. Persyaratan Umum
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kriteria teknis, maka harus
memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
1. Pengusulan Peralatan harus disesuaikan dengan ketersediaan SDM terutama tenaga
medis.
2. Rumah sakit harus memenuhi standar alat kesehatan prioritas 1 terlebih dahulu sebelum
mengambil prioritas 2.
3. Tersedianya bangunan yang standar untuk penempatan alat kesehatan.
4. Gedung dan Peralatan Rawat Inap untuk kelas I, Kelas II dan Kelas III, diutamakan kelas
III dengan pemenuhan minimal 30 % dari jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah
sakit.
5. Gedung dan peralatan Intensive Care minimal harus dipenuhi 5 % dari jumlah tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit.
6. Pengembangan pelayanan unggulan harus di tetapkan denganSurat Keputusan Direktur
Rumah Sakit.
C. Acuan
1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
a. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan
oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Saranan Kesehatan Tahun
2012.
b. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
c. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan
oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
d. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistm Instalasi Gas Medik dan Vakum
Medik yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Tahun 2012.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 39/98
37Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
e. Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012 ( Khusus bagi RS yang telah
ditetapkan klasikasi sebagai kelas B).
f. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Tahun 2012.
g. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
h. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
i. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang Infeksi TB yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Tahun 2014.
(Pedoman teknis dapat di download di website aspak.buk.depkes.go.id)
2. Peralatan Kesehatan dan Peralatan Penunjang
Kebutuhan peralatan kesehatan dan peralatan penunjang rumah sakit disesuaikan
dengan kelas Rumah Sakit Daerah pengusul dengan mengacu pada:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan
Rumah Sakit.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Instensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
f. Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit kelas A, B,
dan C Direktorat Instalasi Medik Tahun 1992. (Pedoman teknis dapat di download di
website aspak.buk.depkes.go.id)
3. Ambulans
a. Pengadaan Alat Transportasi (Ambulans) mendukung Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S) mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi
Medik.
b. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
D. Unit Tranfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS)
1. Teknis Bangunan UTD di RS
No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan
1 Gedung Permanen
2 Kondisi udara untuk laboratorium menggunakan exhaust serta Air
Conditioner untuk menjaga suhu 20-24oC
3 Penerangan (lampu) Minimal 5 watt/m2
4 Air mengalir, bersih 50 L/pekerja/hari
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 40/98
38 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan
5 Daya listrik Minimal 1700 W
6 Tata ruang (Alur tata ruang harus
sesuai dengan alur kegiatan yang
memenuhi standar kualitas)
Luas ruangan (m2)
Luas keseluruhan = 200
a. Ruang pelayanan donor
• Ruang tunggu donor 10
• Ruang seleksi donor 6
• Ruang pemeriksaan oleh
dokter
6
• Ruang pengambilan darah 2 kursi donor
• Ruang konseling 4
• Ruang pemulihan dan
snack donor
8
• Pantry 6
b. Ruang laboratorium
• Ruang laboratorium uji
saring
20
• Ruang uji silang serasi 12
• Ruang produksi
komponen
20
c. Ruang penyimpanan darah
• Ruang penyimpanan
darah
8
• Ruang penyimpanan
darah karantina
4
d. Distribusi
• Ruang tunggu permintaan
darah
9
e. Administrasi
• Ruang kepala UTD 9
• Ruang staf administrasi 15
• Gudang logistik
(perkantoran dan bahan
habis pakai)
6
f. Ruang pertemuan
(khusus untuk UTD di RS,
ruangan ini dapat bergabung
dengan ruang pertemuan
rumah sakit)
35
g. Kamar mandi/WC 8
7 Fasilitas Pembuangan Limbah
a. Tempat penampungan/
pengolahan sederhana limbah
cair (limbah biologis) /padat
Insinerator
b. Sistem pembuangan limbah Tersedia Standar Prosedur Operasional
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 41/98
39Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2. Teknis Peralatan dan Bahan Habis Pakai
No Jenis Kelengkapan Jumlah
1
1.1
1.2
1.3
Perlengkapan seleksi donor Di GedungUTD
Mobile Unit
Peralatan: Timbangan badanBeaker glass ukuran 30 ml dan wadah CuSO4
Tempat kapas Stainles steel Termos, wadah untuk menyimpan antiseraWadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius
Tensimeter untuk dokter
Bahan Habis Pakai (BHP):Blood lancetPipet kapilerDesinfektan kulit dengan spray Kaca obyek sekali pakaiKapas sterilIce pack untuk reagen termos
Kantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksiusSabun desinfektan untuk cuci tangan
Reagensia:Larutan CuSO4 BJ 1.052Anti sera anti A, anti B monoklonalAnti D monoklonal IgM
1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah
SecukupnyaSecukupnya1 botolSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnya1 botol
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah
SecukupnyaSecukupnya1 botolSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnya1 botol
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
2 Perlengkapan pengambilan darah Di GedungUTD
Mobile Unit
2.1 Peralatan: Tempat tidur statis Tempat tidur lipat TensimeterKlem/peanPinsetHand sealer Gunting
Tempat gunting & pean Tempat pinset Tempat kassa Tempat kapas sterilRak tabung reaksi 24 lubangElectric sealer Wadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius
Tempat limbah padat infeksius (tajam)
2 buah-2 buah4 buah2 buah1 buah2 buah2 buah2 buah1 buah2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah
-2 buah2 buah4 buah2 buah1 buah2 buah2 buah2 buah1 buah2 buah1 buah-1 buah1 buah1 buah
2.2 Bahan Habis Pakai:Kantong darah 350 ml single, double, triple Kantong darah pediatricSarung tangan ukuran S,M,L Desinfektan kulitKassa steril
Tabung reaksi dengan tutup ulir untukcontoh darahPlester medisKantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksiusDesinfektan peralatan
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 42/98
40 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Jenis Kelengkapan Jumlah
3 Perlengkapan penyimpanan darah:Blood bank refrigerator karantina uk 100L Blood bank refrigerator darah siap pakaiukuran 100 L
Peti pendingin darah/cool box untuk mobileunit (25 – 50 kantong)Peti pendingin darah/cool box untuk ruangan(2 – 5 kantong)
Termometer kontrol
1 buah1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
4
4.1
4.2
Perlengkapan Laboratorium Pra TransfusiPeralatan:Serological centrifuge untuk tube 12 x 75 mmMedical refrigeratorMikroskop
Tabung reaksi kaca yang dilapisi silikonatau sekali pakai ukuran 12x75 mm dan raktabungnyaBlood grouping plate Pipet Pasteur uk 1 mlAdjustable micropipet uk 5-50ulLabu semprotTimer Wadah bilas pipet PasteurGuntingKaca objekEmber kecil untuk limbah cairWadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius
Bahan Habis Pakai:Kantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksius
Kertas saring TissueParalmYellow TipSarung tangan uk S,M,L Desinfektan instrumen
1 buah1 buah1 buahSecukupnya
Secukupnyasecukupnyasecukupnya1 buah2 buah2 buah2 buahSecukupnya2 buahSecukupnyaSecukupnya
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
1 rollSecukupnyaSecukupnya
Secukupnya
4.3 Reagensia:Antisera A, B, D IgM monoklonal @10 mlBovine Albumin 22% @ 10 mlAnti Human Globulin @ 10 mlAnti D IgG @ 10 ml
Test Sel Standar A, B, O (Dibuat sendiri)NaCl 0,9 %Reagen sel panel untuk skrining allo antibodi
donor
SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
Secukupnya5
5.1
Pengolahan Komponen DarahPeralatan :Hand Sealer
Timbangan darahBalance Refrigerated Centrifuge Plasma Extractor KlemGuntingPlatelet Incubator dan Agitator
Tempat sampah infeksius Tempat sampah non infeksius
1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah2 buah2 buah1 buah1 buah1 buah
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 43/98
41Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Jenis Kelengkapan Jumlah
5.2 Bahan dan alat habis pakai:Pipet kapilerKapasAlkohol 70%
NaCl 0,9%
secukupnyasecukupnyasecukupnya
secukupnya6
6.1
Peralatan Laboratorium PemeriksaanUji Saring IMLTD (Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah
Metode Rapid Test: Tabung Reaksi uk. 12x75 mmRak Tabung reaksi 40 lubangKit anti HIV, HbsAg, anti HCV, anti Silis
secukupnyasecukupnyasecukupnya
7 Peralatan Penunjang:Mobil donor darah (dengan 4 kursi donor) 1 buah
8
8.1.
8.2.
8.3.
Peralatan Pengembangan UTDPeralatan pengambilan darah
Haemoscale electric (dgn mixer function)
Peralatan laboratorium pra transfusiDry incubator
Peralatan Laboratorium PemeriksaanUji Saring IMLTD (Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah)Metode Immuno Assay :Alat Immuno assay setKit anti HIV, HbsAg, anti HCV, anti Silis
Tip kuning Tip biru Tabung Reaksi uk. 12x75 mm
Rak Tabung reaksi 40 lubangMikropipet ukuran 5-50 ulMikropipet ukuran 50-200 ulMikropipet ukuran 200-1000 ulDry IncubatorTimer
2 buah (di gedung UTD)2 buah (Mobile Unit )1 buah
1 buahSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya
Secukupnya2 buah2 buah2 buah2 buah2 buah
Mengingat pelayanan darah mempunyai risiko cukup tinggi, maka peralatan UTD harus
memiliki kualitas tinggi dengan jaminan purna jual minimal 3 tahun.
Kriteria peralatan yang dapat diusulkan:
a. Bagi UTD yang telah operasional :
(1) Peralatan yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas, sedangkanbahan habis pakai dan reagensia tidak dapat diusulkan karena merupakan
bagian dari operasional UTD.
(2) Peralatan pengolahan komponen darah diprioritaskan bagi UTD yang telah
memiliki SDM yang kompeten dan adanya permintaan komponen darah dari
klinisi.
(3) Peralatan uji saring IMLTD metode Immuno Assay hanya bagi UTD yang telah
memiliki infrastruktur dan SDM yang kompeten (minimal memiliki dokter
spesialis Patologi Klinik)
b. Bagi UTD yang belum operasional: pemenuhan peralatan, bahan habis pakai dan
reagensia yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 44/98
42 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
E. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Sejalan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan dalam peningkatan kualitas dan akses
pelayanan darah, BDRS berperan dalam menjamin terlaksananya sistem pelayanan darah
tertutup di Rumah Sakit. BDRS sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan
berperan sebagai pelaksana dan penanggung jawab pemenuhan kebutuhan darah di rumah
sakit melalui jalinan kerjasama dengan UTD setempat sebagai pemasok darah yang aman.
1. Persyaratan Umum
Pembangunan fasilitas BDRS mengacu pada persyaratan umum sebagai berikut:
a. Terdapat UTD yang dapat memasok kebutuhan darah aman di Kabupaten/Kota
setempat.
b. Terdapat Rumah Sakit Pemerintah di Kabupaten/Kota setempat.
c. Ada komitmen daerah untuk membantu operasionalisasi dan pemeliharaan BDRS
melalui APBD.
2. Persyaratan Teknis
a. Bangunan dan prasarana
No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan
1 Gedung Permanen
2 VentilasiSuhu
1/3 x luas lantai20 -24° C
3 Penerangan (lampu) 5 watt/m2
4 Air mengalir, bersih 50 L/pekerja/hari
5 Daya listrik 1300 W Jaminan supply listrik 24 jam dengan alat back up (Generator)
6 Tata ruanga. Ruang Administrasi
l Loket permintaanl Loket penerimaan dan
pendistribusian darahl Ruang petugas (ruang
kepala, ruang staff)
b. Ruang Laboratoriuml Laboratoriuml Penyimpanan
Luas = 20 m2
Luas = 20 m2
7 Fasilitas Pembuangan Limbaha. Tempat penampungan/
pengolahan sederhanalimbah cair/padat
b. Sistem pembuanganlimbah
Sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan tentangkesehatan lingkungan diRumah Sakit.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 45/98
43Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Peralatan BDRS
No Jenis Peralatan Jumlah Minimal
1 Peralatan Utama dan Bahan HabisPakaia. Penyimpanan
1) Blood Bank 100-280 liter(tergantung kebutuhan)
2) Medical refrigerator3) Platelet agitator dengan
inkubatorb. Pemeriksaan pra transfusi
1) Golongan darah ABO danRhesus pada resipien dandonor (metode pemeriksaancell typing dan serum typing ).Metode pemeriksaangolongan darah:a) Blood grouping plate ataub) Tabung reaksi ukuran
12x75mm
1 buah
1 buah1 buah
c) Reagen anti ABO danRhesus (yang sudahdirekomendasi olehinstansi yang berwenang)
2) Uji silang serasia) Minimal metode Tabung
Bovine Albumin:- Dry incubator- Serofuge (dengan 2
macam rotorà tabungkecil ukuran 12x75mm dan besar ukuran5 ml)
- Microscope binoculer
b) Reagen Bovine Albumin,coombs serum
c. Distribusi1) Cool box dengan fasilitas 2-5
kantong2) Cool box untuk transportasi
dengan fasilitas minimal 20kantong (untuk kebutuhandiluar pengiriman rutin dariUTD)
Sesuai kebutuhanSesuai kebutuhanSesuai kebutuhan
1 buah1 buah
1 buah
Secukupnya
5-10 buah
1 buah
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 46/98
44 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Jenis Peralatan Jumlah Minimal
2 Peralatan Penunjang dan Bahan HabisPakaiRak tabungGuntingPasteur pipette plastik
Object glass Timer Labu SemprotBaskom stainless steel
Jas Laboratorium
Masker sekali pakaiWadah infeksius
Termometer pengukur suhu untukkalibrasi alat rutinDesinfektan kulitDesinfektan peralatanSarung tangan sekali pakai
NaCl 0,9 %
5 buah2 buah2 buah
3 box2 buah4 buah4 buah2 x jumlah petugas
1 box1 buahSesuai kebutuhanSecukupnya
SecukupnyaSesuai kebutuhan
Secukupnya3 Peralatan penunjang untuk
pengembangan pelayanan BDRSBlood plasma freezer dengan suhupenyimpanan maksimal -30 oC (RS tipeA dan B pendidikan)Alat gel testGel card (bahan habis pakai untuk alatgel test)Plasma thawer Sterile connecting device Mesin apheresis (untuk keperluanterapetik)Mesin imunohematologi otomatis
1 buah
1 buahSecukupnya
1 buah1 buah1 buah
1 buah
F. Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit
1. Persyaratan Umum
Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit, dengan mempertimbangkan data sebagai
berikut:
a. Ada Penanggungjawab Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit.
b. Tersedia lahan untuk pembangunan pengolah limbah.
Menu Instalasi Pengolahan Limbah yang diusulkan untuk mendapatkan Dana Alokasi
Khusus meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan limbah
padat.
Penyediaan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) dan pengadaan peralatan pendukungnyadi Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota dari Dana Alokasi Khusus dimaksudkan
untuk menjamin keamanan kualitas lingkungan khususnya limbah/buangan (dan
termasuk limbah cair yang sudah dilakukan pre treatment ) dan limbah padat dari
hasil kegiatan rumah sakit terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk
melindungi kualitas lingkungan sekitar dari kegiatan rumah sakit agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air
limbah/buangan (dan termasuk limbah cair yang sudah dilakukan pre treatment) yang
berasal dari kegiatan yang ada di rumah sakit agar memenuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Instalasi pengolahan limbah padat berfungsi untuk mengolah
limbah padat yang memiliki sifat infeksius. Sebagai persyaratan umum meliputi:
a. Rumah sakit tersebut belum mempunyai intalasi pengolahan limbah atau sudah
mempunyai instalasi pengolahan limbah tapi tidak dapat berfungsi.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 47/98
45Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Setiap pembangunan rumah sakit harus dilengkapi dengan Dokumen lingkungan,
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
c. Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai sertikat
tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan tanah.
d. Perhitungan pengadaan instalasi pengolahan limbah dilakukan berdasarkan analisakebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geogras/topogra
daerah.
e. Adanya Penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit yang memiliki
kualikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang
lingkungan untuk rumah sakit kelas C atau D, dan serendah-rendahnya berijazah
sarjana (S1) di bidang lingkungan untuk RS kelas A atau B.
f. Adanya dukungan semua pihak rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah
rumah sakit baik limbah cair maupun limbah padat.
g. Pengelolaan limbah rumah sakit harus memenuhi persyaratan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan RS.1) Garansi instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.
2) Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.
3) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan IPL
bagi petugas rumah sakit.
4) Penyedia jasa wajib MemberikanStandar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar
Pemeliharan (SMP) instalasi pengolahan limbah dalam bahasa Indonesia.
5) Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin
pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
6) Pengelolaan limbah padat harus dilengkapi dengan tempat sampah medis(limbah tajam dan non tajam), dan non medis tertutup, Alat Pelindung Diri
(APD) bagi petugas pengelolaan limbah, Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
limbah berizin, dan pengolahan limbah berizin, serta Prosedur Operasional
Standar.
7) Pengolahan limbah padat dapat menggunakanincinerator / Autoklaf /microwave /
enkapsulasi/inertisasi/needle pit .
8) Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional incinerator /
Autoklaf/microwave ke Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9) Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang
mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai
ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL/incinerator) .
2. Persyaratan Khusus Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
a. Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang dibutuhkan
rumah sakit yang didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari.
b. Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari jumlah
pemakaian air bersih di rumah sakit tiap harinya. Bila tidak mempunyai dokumentasi
pemakaian air bersih di rumah sakit dapat menggunakan asumsi bahwa tiap tempat
tidur rumah sakit memakai air bersih minimal sebanyak 500 liter per hari.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 48/98
46 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
c. Rumah sakit membuat Perencanaan Detail Engineering Design (DED) IPAL dan
jaringannya serta RAB, unit cost yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan
rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah setempat diketahui oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.
d. Perencanaan DED IPAL dan jaringannya serta RAB tersebut dibiayai dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
e. Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai pelaksanaan operasional dan
pemeliharaan yang ditandatangani oleh direktur RS dan diketahui oleh Gubernur/
Bupati/Walikota sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.
f. Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium lingkungan
terhadap inuent dan efuent air limbah yang masuk dan keluar dari IPAL yang
ditandatangani oleh direktur rumah sakit selama minimal 3 bulan sekali dan
melaporkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
g. Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agarefuent air limbah yang keluar
dari instalasi tersebut memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV: Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau peraturan
daerah setempat, yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit dan diketahui oleh
Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.
h. Rencana peletakan instalasi pengolahan limbah agar memperhatikan denah tata
ruang di rumah sakit untuk memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan
IPL.
i. Semua air limbah rumah sakit dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari ruang
laboratorium, laundry dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan
pendahuluan (pre treatment) terlebih dahulu sebelum dialirkan ke IPAL.
j. Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Pembangunan
Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi:1) Pekerjaan persiapan: bouplank, direksi kit, mobilisasi.
2) Pekerjaan struktur pondasi.
3) Pekerjaan konstruksi IPAL.
4) Plester, acian IPAL dan water proong.
5) Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower dan ruang operator.
6) Finishing IPAL.
7) Pekerjaan equipment , mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan blower
dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas daya minimal serta
pemasangan peralatan listrik lainnya.
8) Pagar Pelindung lokasi IPAL.
9) Jaringan air limbah dan bak pengumpul.
k. Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus
memperhatikan:
1) Kekuatan konstruksi bangunan.
2) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti efuent (keluaran) air limbah
hasil pengolahannya telah memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV: Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atau Peraturan Daerah Setempat.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 49/98
47Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
3) Disarankan pihak RS mencari referensi dengan peninjauan ke RS yang telah
memakai produk teknologi IPAL yang terbukti minimal 3 tahun efuent nya
masih memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV : Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau peraturan
daerah setempat dengan dibuktikan oleh hasil uji laboratorium lingkungan
(yang terakreditasi) terhadap inuent dan efuent air limbah.
4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan
pemeliharaannya.
5) Mudah mencari suku cadangnya.
6) Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat) dari APBD
diluar dana DAK.
7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah
maupun konsentrasi tinggi.
8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.
9) IPAL tahan terhadap uktuasi jumlah air limbah maupun uktuasi konsentrasi.
l. Harus dipasang alat pengukur debit pada inuent dan efuent IPAL untuk mengetahui
debit harian limbah yang dihasilkan.
m. Pemerintah Daerah dan pihak rumah sakit harus menyediakan dana untuk tenaga
operator dan biaya operasional lainnya.
3. Persyaratan Khusus Pengolahan Limbah Padat
a. Persyaratan Khusus Incinerator
1) Lokasi incinerator merupakan daerah bebas banjir dan jarak aman antara lokasi
incinerator dan fasiltas rumah sakit lainnya.
2) Memiliki sistem penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan mencegah
orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi incinerator dan tempatpenyimpanan limbah padat medis sementara.
3) Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan suatu
sistem untuk mengawasi keluar masuk orang.
4) Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan tulisan
“Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan penyimpanan,
serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk” yang ditempatkan di
setiap pintu masuk ke dalam instalasi
5) Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.
6) Tersedianya sistem pemadam kebakaran.
7) Incinerator mempunyai minimal dua ruang bakar.
8) Spesikasi incinerator , sekurang-kurangnya memuat informasi antara lain:
a) Nama pabrik pembuat dan nomor model.
b) Jenis incinerator .
c) Kapasitas pembakaran (kg/jam atau m3/jam)
d) Dimensi internal dari unit incinerator termasuk luas penampang.
e) zona/ruang proses pembakaran.
f) Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).
g) Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan).
h) Spesikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 50/98
48 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
i) Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.
j) Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.
k) Kapasitas blower.
l) Tinggi dan diameter cerobong.
m) Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan.n) Pemantauan emisi cerobong (stack/chimney).
o) Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan alat-alat
pengontrol lain.
p) Deskripsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis.
q) Esiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan Esiensi Pembakaran
(EP).
r) Daftar suku cadang incinerator untuk garansi 1 tahun.
s) Gambar desain dan tata letak incinerator.
t) Perhitungan volume ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 incinerator.9) Esiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% (Sembilan puluh Sembilan
koma sembilan puluh lima per seratus);
10) Memiliki dua ruang bakar, dengan ketentuan: temperature pada ruang bakar
utama ( primary chamber ) sekurang-kurangnya 800oC (delapan ratus derajat
celsius); dan temperature pada ruang bakar kedua (secondary chamber )
sekurang- kurangnya 1050oC (seribu lima puluh derajat celsius) dengan waktu
tinggal sekurang-kurangnya 2 (dua) detik;
11) Ketinggian cerobong minimal:
a) 20 m (dua puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi
apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 20 m (dua
puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari incinerator , untukincinerator yang mengolah limbah B3 dari kegiatan sendiri; atau
b) 30 m (tiga puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi
apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 30 m (tiga
puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari incinerator , bila
incinerator yang mengolah limbah B3 sebagai jasa;
12) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wetscrubber atau sejenis;
dan memenuhi baku mutu emisi.
13) Pengolahan limbah material sitotoksik (genotoksik) secara termal wajib dilakukan
pada temperatur sekurang-kurangnya 1200oC (seribu dua ratus derajat celsius).
14) Kapasitas volume ruang bakar pertama disesuaikan dengan kebutuhan rumahsakit, melihat jumlah limbah padat medis yang dihasilkan tiap harinya.
15) Tersedia minimal 2 (dua) thermocuple untuk mengetahui temperatur di ruang
bakar pertama dan ruang bakar kedua.
16) Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar kedua minimum 2 detik.
17) Alat incinerator yang ditawarkan sudah termasuk pelindung incinerator sesuai
dengan yang dipersyaratkan pabrikan incinerator.
18) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium
lingkungan terhadap emisi incinerator yang ditandatangani oleh direktur rumah
sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota minimal 1 tahun sekali
dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 51/98
49Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
19) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar emisi incinerator
memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang ditandatangani oleh
Direktur RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan
pembangunan dimulai.
b. Persyaratan Khusus Alat Penghancur Jarum Suntik dan Syringe nya
1) Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringe nya.
2) Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di Kementerian
Kesehatan.
3) Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik).
4) Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya 300
buah/jam.
c. Persyaratan Khusus Autoklaf
1) Autoklaf tipe gravity flow a) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan121oC (seratus dua puluh
satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound squareinch ) atau
1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam
autoklaf sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit;
b) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga puluh
lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound squareinch )
atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di
dalam autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) menit; atau
temperature lebih besar dari atau sama dengan 149oC (seratus empat
puluh sembilan derajat celsius) dan tekanan 52 psi (lima puluh dua pound
squareinch ) atau 3,54 atm (tiga koma lima puluh empat atmosfer) dengan
waktu tinggal di dalam autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
2) Autoklaf tipe vacuum
a) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua puluh
satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound squareinch ) atau
1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam
autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) menit; atau
b) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga puluh
lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound squareinch )
atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam
autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
c) Peralatan autoklaf harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang
dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi
1x104 (satu kali sepuluh pangkat empat) spora per milli liter yang
ditempatkan dalam vial atau lembaran spora (spore strips ).
d) Peralatan autoklaf dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan
kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang
tidak memenuhi spesikasi, limbah patologis dan jaringan anatomi, limbah
radioaktif limbah farmasi; dan limbah material sitotoksik (genotoksik).
d. Microwave
1) Dilakukan pada temperature 100oC (seratus derajat celsius) dengan waktu
tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 52/98
50 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang dilakukan terhadap
spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1x101 (satu kali sepuluh
pangkat satu) spora per milli liter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran
spora (spore strips ).
3) Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan
kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, limbah patologis dan
jaringan anatomi; limbah radioaktif; limbah farmasi; limbah material sitotoksik
(genotoksik); dan limbah logam.
e. Enkapsulasi
1) Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidikasi terhadap limbah
untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah dan menghilangkan
risiko limbah diakses oleh organisme pemulung (scavengers ).
2) Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari
volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai
penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi dapat
berupa gabus plastik, pasir bituminus, dan/atau semen.
3) Wadah yang digunakan dapat berupa High Density Polyethylene (HDPE) atau
drum logam. Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda
tajam, limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum akhirnya hasil
enkapsulasi tersebut ditimbun di landll .
f. Inertisasi
1) Inertisasi merupakan proses solidikasi limbah menggunakan semen dan
material lainnya sebelum limbah ditimbun di landll .
2) Inertisasi dapat dilakukan terhadap limbah farmasi dan/atau limbah bahan
kimia dimana limbah tersebut dikeluarkan dari wadahnya untuk selanjunya
dilakukan solidikasi dengan air, kapur dan semen. Proses inertisasi dilakukan
dengan cara:
a) Limbah dicampur dengan pasir dan semen menggunakan sekop dengan
perbandingan limbah, pasir dan semen portland 3:1:2.
b) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakan dengan
ukuran dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm, setelah
cetakan tersebut sebelumnya telah dilapisi dengan plastik sehingga dapat
mengungkung campuran limbah. Hasil pencampuran didiamkan selama 5
(lima) hari untuk penyempurnaan proses solidikasi.
g. Needle Pit 1) Needle pit digunakan untuk menampung limbah jarum yang terpisah dengan
spuitnya dengan menggunakan needle cutter .
2) Dapat dibuat dari bahan buis beton atau pipa PVC diameter minimal 6 inchies
dengan tinggi maksimal 2 meter.
3) Pit harus kedap air, baik bagian dasar maupun dindingnya.
4) Tertutup pada bagian atasnya.
5) Tersedia lubang untuk memasukkan jarum ke dalam pit tersebut.
6) Dapat dikubur sebagian ke dalam tanah.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 53/98
51Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
G. Peralatan Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
Pengadaan peralatan IPSRS disesuaikan dengan kebutuhan minimal untuk pemeliharaan
peralatan rumah sakit dan sesuai dengan kelas rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki
tenaga teknisi yang menggunakan peralatan IPSRS dengan melampirkan surat keputusan
direktur penunjukan petugas penanggung jawab IPSRS. Adapun peralatan IPSRS mengacu
pada Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kelas A, B dan
C, Direktorat Instalasi Medik Tahun 1992 (Pedoman teknis dapat didownload di website aspak.buk.depkes.go.id)
H. Peralatan Kalibrasi di Rumah Sakit
Peralatan kalibrasi hanya diperuntukan bagi rumah sakit kelas B, dan memiliki tenaga
kompeten untuk mengoperasionalkan alat kalibrasi, adapun peralatan kalibrasi sebagai
berikut:
No Alat Kalibrasi
1 Digital Pressure Meter
2 ECG Simulator
3 Digital Calipper
4 Electro Safety Analyzer
5 Incubator Analyzer
6 Anak Timbangan M (1, 2, 2,5, 10 Kg)
7 Tachometer
8 Gas Flow Analyzer
9 Infusion Device Analyzer
10 Luxmeter 11 Foetal Simulator
12 Radiometer
13 Tachometer
14 Thermometer
15 Thermometer Digital Ketidakpastian 0,04 ̊ C, Waterbath
16 Luxmeter
Acuan
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi AlatKesehatan.
2. Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Direktorat
Instalasi Medik Tahun 1992.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 54/98
52 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 55/98
53Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB V
DAK BIDANG KESEHATAN REGULERSUBBIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN
Penyediaan dan pengelolaan obat terutama Obat Generik dan Perbekalan Kesehatan
adalah bagian dari upaya untuk peningkatan akses dan kualitas Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan status
gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular dan tidak menular terutama untuk Provinsi dan
Kabupaten/Kota Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016.
Menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kefarmasian
Tahun 2016 ditujukan untuk mendukung pencapaian ketersediaan obat terutama obat generik
dan vaksin.
A. Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis pakai (BMHP)
1. Persyaratan Umum
a. Besaran alokasi DAK untuk Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan biaya minimal
obat perkapita penduduk di Kabupaten/Kota dan kondisi biaya obat perkapita bagi
seluruh penduduk Kabupaten/Kota dengan memperhatikan jumlah kunjungan
Puskesmas.
b. Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan realisasi anggaran penyediaan
obat dalam tiga tahun terakhir dan diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Penyediaan Obat dan BMHP dari DAK terutama obat generik, vaksin, reagensiadan BMHP yang digunakan untuk Puskesmas. DAK dapat juga digunakan untuk
mendukung pembiayaan APBN Kementerian Kesehatan dalam rangka memenuhi
kekurangan obat, vaksin, reagensia dan BMHP. Program Prioritas Kementerian
Kesehatan pada saat terjadi bencana/Kejadian Luar Biasa (KLB).
d. Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016 diutamakan untuk
Penyediaan Obat dan BMHP. Selain itu diperkenankan untuk pembangunan baru/
rehabilitasi serta pengadaan sarana IFK jika ketersediaan obat di Kabupaten/Kota
sudah terpenuhi minimal 18 bulan dan Kabupaten/Kota mengusulkan rekomendasi
pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.
e. Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016
sebagaimana dimaksud dalam butir (c) harus dengan persetujuan Menteri Kesehatancq Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan dengan batasan
masih dalam satu subbidang Pelayanan Kefarmasian.
f. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota harus menyediakan anggaran dari APBD
Kabupaten/Kota di luar DAK antara lain untuk pengadaan Obat dan BMHP,
biaya operasional, biaya distribusi Obat dan BMHP serta biaya lain terkait proses
pengadaan Obat dan BMHP di Kabupaten/Kota.
2. Persyaratan Teknis
a. Penyediaan obat terutama Obat Generik dan BMHP di Kabupaten/Kota dilakukan
setelah melalui penelaahan terhadap tingkat kesakitan (morbidity), tingkat kematian
(mortality) akibat penyakit serta metode konsumsi untuk mengetahui jenis Obat dan
BMHP yang paling dibutuhkan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 56/98
54 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Penyediaan Obat dan BMHP hanya dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas dan jaringannya.
c. Kabupaten/Kota menyusun rencana kebutuhan Obat dan BMHP sesuai Daftar Obat
Essensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional (Fornas) dan Kompendium Alat
Kesehatan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
diketahui oleh Bupati/Walikota.
d. Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui
oleh Bupati/Walikota.
e. Pemilihan jenis obat dan vaksin mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN), Formularium Nasional (Fornas) sedangkan BMHP mengacu pada Daftar Alat
Kesehatan Non Elektromedik pada Kompedium Alat Kesehatan serta pedoman teknis
yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan. Pemilihan obat,
vaksin dan BMHP (termasuk Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka)
selain dari daftar acuan tersebut dapat dilakukan bila Kepala Puskesmas mengajukan
usulan kebutuhan BMHP dengan mendapatkan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
f. Proses penyediaan Obat dan BMHP untuk kebutuhan Obat dan BMHP di Puskesmasdilaksanakan dengan mengacu pada peraturan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku melalui mekanisme e-purchasing yang sudah tersedia.
g. Proses penyediaan Obat dan BMHP yang belum termuat dalam e-catalogue dapat
dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
h. Tata cara pengajuan Permohonan Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang
Pelayanan Kefarmasian Tahun 2016 adalah dengan mengirimkan Surat Permohonan
Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun
2016 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
persetujuan Bupati/Walikota, ditujukan kepada Menteri Kesehatan cq Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (formulir 1) dengan melampirkan
dokumen pendukung sebagai berikut:1) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.
2) Tingkat Ketersediaan Obat selama 18 Bulan (formulir 2).
3) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan/atau Penyediaan sarana pendukung IFK.
4) Persyaratan teknis setiap menu sebagaimana diatur dalam peraturan ini.
B. Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan Sarana Pendukung InstalasiFarmasi Kabupaten/Kota (IFK)
1. Persyaratan Umum
a. Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) diperuntukan bagi:
1) Kabupaten/Kota yang belum memiliki IFK, termasuk di dalamnya Kabupaten/Kota hasil pemekaran/ bentukan baru dan atau IF satelit sesuai kondisi
geogras wilayah kerjanya.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan merelokasi Instalasi Farmasi
yang sudah ada, termasuk relokasi karena keterbatasan lahan dengan tujuan
perluasan.
Apabila salah satu kondisi tersebut telah terpenuhi, maka Pemerintah Kabupaten/
Kota harus menyediakan lahan siap bangun milik Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Rehabilitasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK)Rehabilitasi IFK diperuntukan
bagi IFK yang:
1) Mengalami kerusakan berat dan spesikasinya telah ditentukan oleh instansi
berwenang (Dinas PU setempat).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 57/98
55Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP
yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah), sehingga dapat dilakukan perluasan.
3) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP.
4) Lahan dan bangunan IFK sudah merupakan aset Pemerintah Daerah.
c. Penyediaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK).Penyediaan Sarana Pendukung IFK hanya diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut.
2) Sarana pendukung yang ada telah rusak berat.
3) Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil dari
kebutuhan).
Pengadaan sarana pendukung IFK dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan,
pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geogras/topogra daerah.
d. Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah,
sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola kegiatan, konsultan
perencana dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan
dan pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.
e. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan biaya operasional dan biaya
pemeliharaan IFK di luar anggaran DAK.
2. Persyaratan Teknis
a. Pembangunan Baru IFK
1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, berupa volume
obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal memiliki ruang penerimaan,
ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan,
ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IFK).
2) Kabupaten/Kota membuat usulan pembangunan dengan melampirkan master
plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing
daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat dan ditandatangani
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/
Walikota setempat.
3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan realisasi anggaran tiga
tahun terakhir untuk pembangunan Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan
Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan diketahui oleh Bupati/Walikota.5) Kabupaten/Kota menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF
Kabupaten/Kota melalui Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian (APIF).
6) Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-
undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
7) Denah tata ruang
Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana
penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar
Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota dan/
atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri
Kesehatan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 58/98
56 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
b. Rehabilitasi IFK
1) Rehabilitasi bangunan IFK disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota
berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.
2) Kabupaten/Kota membuat usulan rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFK
dengan melampirkan master plan , gambar/block plan , unit cost (per m²) dan
RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan UmumPemerintah Daerah setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/
Kota serta diketahui oleh Bupati/Walikota.
3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan realisasi penyerapan anggaran tiga
tahun terakhir untuk rehabilitasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan
Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
5) Kabupaten/Kota menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF
Kabupaten/Kota.
6) Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada
peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya
yang berlaku.
7) Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFK agar memperhatikan
fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada
Standar Sarana Dan Prasarana Di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/
Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan
Menteri Kesehatan.
c. Pengadaan Sarana Pendukung IFK Kabupaten/Kota
1) Sarana pendukung IFK hanya diperbolehkan untuk:
a) Sarana penyimpanan
(1) Sarana penyimpanan vaksin (suhu -15oC s/d -25oC dan +2 oC s/d +8oC)
(2) Refrigerator
(3) Generator set
(4) AC split
(5) Alat pengangkut pallet
(6) Exhaust fan
(7) Palet
(8) Tangga
(9) Rak obat dan BMHP
(10) Lemari Narkotika dan Psikotropika
(11) Trolley
b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP
(1) Mobil Box Roda Empat
(2) Sarana Distribusi Roda Dua (spesikasi terlampir)
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan
kesanggupan untuk memenuhi antara lain:
(1) Menyediakan biaya operasional Sarana Distribusi Obat (biaya
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 59/98
57Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.
(2) Tidak mengalihfungsikan Sarana Distribusi Obat menjadi
kendaraan penumpang/pribadi.
(3) Spesikasi memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian
geogras wilayah.
c) Sarana Pengamanan(1) Alarm Kebakaran
(2) CCTV
(3) Tabung Pemadam Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
(4) Pagar
(5) Teralis
d) Sarana Pengolah Data
(1) Komputer (PC)
(2) Printer
(3) Uninteruptable Power Supply (UPS)
e) Sarana Telekomunikasi
(1) Mesin Faksimili
(2) Perangkat konektivitas jaringan internet
f) Sarana Penunjang
(1) Meja kerja
(2) Kursi kerja
(3) Lemari arsip
2) Kabupaten/Kota membuat usulan pengadaan sarana pendukung IFK dengan
melampirkan RAB dan unit cost yang ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan realisasi penyerapan anggaran tiga
tahun terakhir untuk pengadaan sarana dan prasarana Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan
Pengadaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
5) Kabupaten/Kota menyampaikan foto kondisi terakhir sarana dan prasarana IF
Kabupaten/Kota.
6) Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan
serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
7) Pengadaan sarana pendukung IFK disesuaikan dengan kebutuhan sertamengacu pada Standar Sarana Dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/
Keputusan Menteri Kesehatan.
C. Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan Sarana Pendukung InstalasiFarmasi Provinsi (IFP)
1. Persyaratan Umum
a. Pembangunan Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)
1) Provinsi yang belum memiliki Instalasi Farmasi Provinsi, termasuk didalamnya
Provinsi hasil pemekaran/bentukan baru.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 60/98
58 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Dinas Kesehatan Provinsi yang akan merelokasi Instalasi Farmasi yang sudah
ada, termasuk relokasi karena keterbatasan lahan dengan tujuan perluasan.
b. Rehabilitasi Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)
Rehabilitasi Instalasi Farmasi Provinsi diperuntukan bagi IFP yang :
1) Mengalami kerusakan berat dan spesikasinya telah ditentukan oleh instansi
berwenang (Dinas PU setempat).
2) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP
yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah), sehingga dapat dilakukan perluasan.
3) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP.
4) Lahan dan bangunan IFP sudah merupakan asset Pemerintah Daerah.
c. Penyediaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Provinsi (IFP).
Sarana pendukung IFP hanya diperuntukan bagi Provinsi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut.
2) Sarana pendukung yang telah rusak berat.
3) Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil darikebutuhan).
d. Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah, sertikat
tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana dan konsultan pengawas
bangunan serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh
APBD di luar anggaran DAK.
e. Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016 pada Instalasi Farmasi
Provinsi untuk pembangunan baru/rehabilitasi serta pengadaan sarana pendukung.
Sebelum pelaksanaan kegiatan, Dinkes Provinsi menyampaikan rencana pelaksanaan
kegiatan kepada Menteri Kesehatan c.q Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dengan melampirkan:
1) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.2) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi Instalasi
Farmasi Provinsi (IFP) dan/atau Penyediaan sarana pendukung IFP.
3) Master plan , gambar/block plan , unit cost (per m²)
f. Pemerintah Daerah Provinsi menyediakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan
IFP di luar DAK.
2. Persyaratan Teknis
a. Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)
1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berupa
volume obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal ruang penerimaan,ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan,
ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IF).
2) Provinsi membuat rencana pembangunan IFP yang terdiri dari master plan,
gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing daerah
ditetapkan oleh Dinas PU setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur setempat.
3) Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh
Gubernur.
4) Provinsi menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF Provinsi.
5) Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-
undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 61/98
59Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
6) Denah Tata Ruang
Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana
penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar
Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota dan/
atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri
Kesehatan.
b. Rehabilitasi dan Perluasaan IFP
1) Rehabilitasi dan Perluasan bangunan IFP disesuaikan dengan kebutuhan
Provinsi berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.
2) Provinsi membuat rencana rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFP yang
terdiri dari master plan , gambar/block plan , unit cost (per m²) dan RAB. Unit
cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas PU Pemda setempat dan
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta diketahui oleh
Gubernur.
3) Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh
Gubernur.
4) Provinsi menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF Provinsi.
5) Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada
peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya
yang berlaku.
6) Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFP agar memperhatikan
fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada
Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/
Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan
Menteri Kesehatan.
c. Pengadaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Provinsi (IFP).
1) Sarana pendukung IFP hanya diperbolehkan untuk:
a) Sarana penyimpanan
(1) Sarana penyimpanan vaksin (suhu -15oC s/d -25oC dan +2 oC s/d +8oC)
(2) Refrigerator
(3) Generator set
(4) AC split
(5) Alat pengangkut pallet
(6) Exhaust fan
(7) Palet
(8) Tangga
(9) Rak obat dan BMHP
(10) Lemari Narkotika dan Psikotropika
(11) Trolley
b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP yaitu Mobil Box Roda Empat/Enam.
Dinas Kesehatan Provinsi membuat surat pernyataan kesanggupan untuk
memenuhi antara lain:
(1) Menyediakan biaya operasional Sarana Distribusi Obat (biaya bahan
bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.
(2) Tidak mengalihfungsikan Sarana Distribusi Obat menjadi kendaraan
penumpang/pribadi.
(3) Spesikasi memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian
geogras wilayah.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 62/98
60 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
c) Sarana Pengamanan
(1) Alarm Kebakaran
(2) CCTV
(3) Tabung Pemadam Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
(4) Pagar
(5) Teralis
d) Sarana Pengolah Data
(1) Komputer (PC)
(2) Printer dan Uninteruptable Power Supply (UPS)
e) Sarana Telekomunikasi
(1) Mesin Faksimili
(2) Perangkat konektivitas jaringan internet
f) Sarana penunjang
(1) Meja kerja
(2) Kursi kerja
(3) Lemari arsip
2) Provinsi membuat rencana pengadaan sarana pendukung IFP yang terdiri dari:
RAB dan unit cost yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dan diketahui oleh Gubernur.
3) Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pengadaan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh
Gubernur.
4) Provinsi menyampaikan data foto kondisi terakhir saran dan prasarana IF
Provinsi.
5) Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan
serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
6) Pengadaan sarana pendukung IFP disesuaikan dengan kebutuhan serta
mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/
Keputusan Menteri Kesehatan.
3. Acuan
a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang berlaku.
c. Formularium Nasional (Fornas) yang berlaku.
d. Kompendium Alat Kesehatan yang berlaku.e. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang harga Serum dan Vaksin Program Imunisasi
yang berlaku.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat
berdasarkan Katalog Elektronik (E – catalogue).
g. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang
Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (E – catalogue).
h. Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang berlaku.
i. Peraturan Perundang-undangan tentang Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka yang berlaku.
j. Pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 63/98
61Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB VI
PENGALIHAN TP KE DAK BIDANG KESEHATANSUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
A. Rumah Sakit Pratama
1. Persyaratan Umum
a. Berdasarkan Wilayah
Merupakan wilayah yang menjadi prioritas Kementerian Kesehatan meliputi daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan, terpencil serta daerah prioritas lainnya, yang
memenuhi minimal salah satu criteria daerah seperti tersebut dibawah ini :
1) 187 Kab/Kota yang memiliki fasilitas Kesehatan Terpencil
2) 48 Kabupaten Perbatasan Prioritas
3) 148 Kabupaten/Kota Kepulauan.
4) 122 Kabupaten Tertinggal
5) 149 Kab/Kota Prioritas Kementerian Kesehatan
6) 64 Kab/Kota MDGs atau
7) Daerah otonomi baru (pemekaran Kab/Kota) yang belum memiliki Rumah Sakit
Daerah
b. Berdasarkan Lokasi
1) Pemerintah Daerah telah melakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan
pelayanann kesehatan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
bangunan dan ingkungan daerah setempat.
2) Mudah diakses masyarakat dan memiliki transportasi umum.
3) Dapat mencakup rujukan paling sedikit 3 (tiga) fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
c. Berdasarkan Lahan
1) Kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah dengan dibuktikan sertikat atau
bukti proses sertikat kepemilikan lahan di BPN dan Pembebasan dari hak
tanah adat (Budaya Lokal).2) Kondisi lahan bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor dan tidak berdekatan
atau tidak berdampingan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum,
fasilitas pendidikan, daerah industry dan area limbah pabrik.
3) Luas lahan minimal 1 (satu) ha untuk Rumah Sakit Pratama 10 TT dan 3 (tiga)
ha untuk Rumah Sakit Pratama 50 TT, sesuai dengan usulan die-planning ditjen
BUK tahun 2016
d. Administrasi
1) Kabupaten/Kota yang mengusulkan telah terdata di e-planning 2016 Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan dan memenuhi kriteria
wilayah yang telah ditentukan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 64/98
62 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
2) Surat Pernyataan bermaterai dari Bupati/Walikota yang meliputi:
a) Menyediakan lahan dengan kondisi dan luas yang dipersyaratkan.
b) Menyediakan Sumber Daya Manusia bidang kesehatan dan non kesehatan
untuk operasional Rumah Sakit Pratama.
c) Bersedia menganggarkan Biaya Operasional RUmah Sakit Pratama dari
APBD.
d) Bersedia mengalokasi anggaran dari APBD untuk elengkapi kebutuhan
peralatan yang tidak teranggarkan dari APBN.
e) Bersedia memnuhi sarana prasarana lainnya berupa rumah dinas dokter
dan tenaga kesehatan lainnya, listrik, air bersih dan komunikasi.
3) Sertikat kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah atau bukti proses
pengurusan sertikat lahan di BPN.
4) Foto-foto denah rencana lahan lokasi pembangunan RS Pratama beserta batas-
batas sepadan lahan tersebut.
5) Surat analisa harga bangunan dengan luas bangunan minimal 110 m2 untuk
10 TT atau 2000 m2 untuk 50 TT dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah setempat
atau Kementerian Pekerjaan Umum.
2. Persyaratan Teknis
a. Bangunan dan peralatan kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 24 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit Kelas D Pratama .
b. Pengadaan bangunan dan peralatan kesehatan merupakan satu kesatuan fungsi
untuk pelayanan Rumah Sakit Pratama, mekanisme pengadaan mengacu pada
peraturan pemerintah mengenai pengadaan barang jasa dan untuk peralatan
kesehatan diutamakan menggunakan e-catalog .
c. Peralatan pendukung operasional rumah sakit lainnya yaitu:
a Meubeulair
1 Meja untuk pelayanan kesehatan
2 Kursi untuk pelayanan kesehatan
3 Lemari untuk pelayanan kesehatan
4 Kursi tunggu
b Pengolahan Limbah Rumah Sakit
1 IPAL/limbah cair
2 Limbah Padat (Incinerator)
c Genset 50kVA-100kVA
B. Penguatan Rumah Sakit Rujukan Regional/Provinsi/Nasional
1. Kegiatan meliputi:
a. Pemenuhan Sarana dan Prasarana
1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Intensive).
2) Pelayanan Out Patient (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,
Rehab Medik).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 65/98
63Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
3) Pelayanan In Patient (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care, Kemoterapi,
Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).
4) Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Laundry, CSSD, Kitchen, Pemulasaraan
Jenazah, Rekam Medik, IPSRS, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).
5) Ambulance, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen, Vacum Medis, Udara
Tekan).
b. Pemenuhan Peralatan Kesehatan dan Kedokteran
1) Prioritas 1
a) IGD
b) Kamar Operasi
c) PICU
d) NICU
e) HCU
f) ICCU
g) ICU
h) Radiologii) Laboratorium
j) CSSD
2) Prioritas 2
a) Peralatan Rawat Jalan
b) Kebidanan dan Neonatus
c) Peralatan Pelayanan Unggulan
d) Peralatan IPS
e) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)
f) Peralatan Laundry
g) Peralatan Kitchen
2. Kriteria Umum
a. Rumah Sakit yang mendapatkan anggaran DAK Rumah Sakit Rujukan Regional,
Provinsi dan Nasional adalah RS milik Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan
dengan SK Menkes Nomor HK.02.02/Menkes/390/2014 tentang Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Nasional dan SK Dirjen BUK Nomor HK.02.03/I/0363/2015 tentang
Penetapan Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional.
b. Pemenuhan sarana prasarana dan peralatan kesehatan dari sisi jumlah dan jenis
mengacu pada data yang ada di ASPAK.
c. Melakukan pengisian pendataan riil kondisi rumah sakit tentang aspek administrasi,
SDM, pelayanan, sarana prasarana dan peralatan melalui website Kementerian
Kesehatan (www.buk.depkes.go.id).
d. Rumah sakit diperbolehkan mengusulkan sesuai urutan prioritas.
e. Rumah sakit yang klasikasinya C dan D belum dapat mengusulkan program
kalibrasi.
f. Studi kelayakan/business plan pelayanan unggulan yang ditandatangani Direktur
RS.
g. Roadmap/masterplan kebutuhan pengembangan RS sampai tahun 2019 disesuaikan
dengan peningkatan jenjang kelas RS secara bertahap.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 66/98
64 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
3. Kriteria Khusus
a. Pengusulan Sarana Prasarana harus memiliki master plan /blok plan yang masih
berlaku.
b. Pengusulan sarana prasarana harus mempunyai sertikat tanah.
c. Pengusulan sarana prasarana harus mempunyai analisa harga dari PU setempat.
d. Pengusulan sarana prasarana untuk rehab harus melampirkan izin penghapusan
gedung.
e. Pengusulan sarana prasarana harus mengikuti persyaratan teknis sesuai pedoman
teknis bangunan dan prasarana rumah sakit kelas B.
f. Pengusulan peralatan harus disesuaikan dengan ketersediaan SDM.
g. Rumah Sakit Rujukan Regional harus memenuhi standar alat kesehatan prioritas 1
terlebih dahulu sebelum mengambil prioritas 2.
h. Jumlah dan jenis peralatan IPSRS mengacu pada Pedoman Penyelenggaraan Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kelas A, B, C, Direktorat Instalasi Medik Tahun
1992 (Pedoman teknis dapat di download di website aspak.buk.depkes.go.id).
i. Peralatan Kesehatan di RS mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan Pedoman Peralatan
Kesehatan di Rumah Sakit yang dikeluarkan Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarkes tahun 2015.
4. Sasaran
1. Rumah Sakit Rujukan Regional dan Provinsi milik Pemerintah Daerah
2. Rumah Sakit Rujukan Nasional milik Pemerintah Daerah
5. Persyaratan Teknis
a. Sarana dan Prasarana Kesehatan1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Intensive ).
a) Persyaratan Ruang IGD mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
b) Persyaratan Ruang OK mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
c) Persyaratan Ruang Intesive mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
2) Pelayanan Out Patient (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,
Rehab Medik).
a) Persyaratan Ruang Rawat Jalan mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
b) Persyaratan Ruang Hemodialisa mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
c) Persyaratan Ruang Transfusi Darah mengacu pada Pedoman Teknis Rumah
Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 67/98
65Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
d) Persyaratan Ruang Diagnostik mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit
Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2012.
e) Persyaratan Ruang Rehab Medik mengacu pada Pedoman Teknis Ruang
Rehabilitasi Medik yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
3) Pelayanan In Patient (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care , Kemoterapi,
Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).
a) Persyaratan Ruang Rawat Inap mengacu pada Pedoman Teknis Ruang
Rawat Inap yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
b) Persyaratan Ruang Kebidanan mengacu pada Pedoman Teknis Ruang
Kebidanan dan Neonatus yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
c) Persyaratan Ruang One Day Care mengacu pada Pedoman Teknis Rumah
Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
d) Persyaratan Ruang Kemoterapi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah
Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
e) Persyaratan Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara
mengacu pada pedoman teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang
Insfeksi TB yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
4) Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Laundry , CSSD, Kitchen , Pemulasaraan
Jenazah, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).
a) Persyaratan Ruang Laboratorium mengacu pada Pedoman Teknis Rumah
Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
b) Persyaratan Ruang Radiologi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit
Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2012.
c) Persyaratan Ruang Laundry mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit
Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2012.
d) Persyaratan Ruang CSSD mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang dikeluarkan Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
e) Persyaratan Ruang Dapur (Kitchen ) mengacu pada Pedoman Teknis Rumah
Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
f) Persyaratan Teknis Pemulasaraan Jenazah mengacu pada Pedoman
Teknis Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
g) Persyaratan Teknis Farmasi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit
Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2012.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 68/98
66 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
h) Persyaratan Teknis Sanitasi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit
Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2012.
5) Ambulans, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen, Vacum Medis, Udara
Tekan).
a) Persyaratan Teknis Ambulans mengacu pada Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Tahun 2012.
b) Persyaratan Teknis Genset mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan
Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
c) Persyaratan Teknis Gas Medis Sentral mengacu pada Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit Sistem Instalasi Gas Medik dan Vacum Medik
yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Tahun 2012.
(Pedoman teknis dapat di download di www.aspak.buk.dekkes.go.id)
b. Peralatan Kesehatan
Peralatan
1) Prioritas 1
a) IGD
b) Kamar Operasi
Peralatan IGD dan kamar Operasi mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.
c) Pengusulan peralatan ICU/NICU/PICU/ICCU/HCU/OK dengan syarat:
(1) Terdapat SDM sesuai rasio tempat tidur RS dan jumlah pasien ICU/NICU/PICU/ICCU/HCU/OK
(2) Memiliki ruangan pelayanan dan jumlah sesuai dengan tempat tidur
yang tersedia.
(3) Terdapat teknisi pemeliharaan.
(4) Terdapat listrik, sentral gas dan tata udara yang memenuhi syarat.
d) PICU
(1) Bedside monitor/Bed pasien monitor/Pasien monitor
(2) ECG/EKG/Electrocardiograph
(3) ICU Bed Electric (4) Infusion pump
(5) Lampu Periksa/Examination Lamp/Light/Hanging lamp
(6) Nebulyzer
(7) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi
(8) Phototherapy unit / Neonatal phototherapy unit/Blue light therapy /
Spot light theraphy
(9) Syringe Pump
(10) Ventilator
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 69/98
67Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
e) NICU
(1) Bedside monitor/Bed pasien monitor / Pasien monitor
(2) Syringe Pump
(3) CPAP (Continuous Positive Airway Pressure )
(4) ECG/EKG/Electrocardiograph (5) Emergency trolley (Resucitation Crash Cart )
(6) Infant/Baby Warmer
(7) Infant Ventilator
(8) Infusion pump
(9) Inkubator bayi
(10) Lampu Periksa/Examination Lamp/Light/Hanging lamp
(11) Nebulyzer
(12) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi
(13) Oxygen Concentrator
(14) Phototherapy unit/Neonatal phototherapy unit/Blue light Resusitator
Bayi/Infant Resusitator
(15) Suction pump baby
(16) Therapy/Spot light theraphy
f) HCU
(1) Bed side monitor/Bed patient monitor/Patient monitor / Patient monitor
7 Parameter
(2) Debrilator
(3) ECG/EKG/Electrocardiograph
(4) Film Viewer
(5) ICU Bed
(6) Infusion pump
(7) Infusion warmer /Blood and plasma warming device /Alat memanaskan
darah dan plasma
(8) Matras Dekubitus
(9) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi
(10) Resucitation set (11) Stetoskop
(12) Suction pump portable/Aspirator/Vacuum
(13) Syringe Pump
(14) Tensimeter/Sphygmomanometer
g) ICCU
(1) Bed side monitor/Bed patient monitor/Patient monitor /Patient monitor 7
Parameter
(2) Debrilator
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 70/98
68 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(3) IABP Machine
(4) Pericard Sintesis Set
(5) ECG/EKG/Electrocardiograph
(6) Echo cardiography
(7) Phonocardiography (8) Ventilator
(9) Holter monitor
(10) Cardiac massage unit/ CPR Machine
h) ICU
(1) Bed side monitor/Bed patient monitor/Patient monitor / Patient monitor
7 Parameter
(2) Debrilator
(3) ECG/EKG/Electrocardiograph
(4) Emergency trolley (Resucitation Crash Cart)
(5) ICU Bed Electric
(6) Infusion Pump
(7) Lampu Periksa/Examination Lamp/Light/Hanging lamp
(8) Nebulyzer
(9) Oxygen Concentrator
(10) Suction pump
(11) Syringe Pump
(12) Tensimeter/Sphygmomanometer
(13) Ventilator
i) Radiologi
j) Laboratorium
(1) Patologi Anatomi
(2) Patologi Klinik
(3) Mikrobiologi
Peralatan Radiologi dan Laboratorium mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan
Rumah Sakit.k) CSSD
Pengusulan Peralatan CSSD dengan syarat:
(1) Terdapat SDM yang mengoperasionalkan
(2) Terdapat teknisi pemeliharaan
(3) Terdapat Ruangan yang memenuhi syarat
(4) Terdapat suplai listrik, uap yang dihasilkan dari boiler
(5) Menggunakan teknologi sesuai dengan beban kerja
(6) Menggunakan teknologi mutakhir (pertimbangan esien, sterilitas dan
proses)
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 71/98
69Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(7) Terdapat mekanisme pengendalian mutu pada saat sebelum dan
sesudah proses sterilisasi.
(8) Terdapat moda transportasi dari dan ke CSSD yang terpisah (steril dan
non steril)
Peralatan CSSD:
(1) Sink Double Bowl
(2) Sink Working Table
(3) Spray Gun Rinser
(4) Desinfektan Washer
(5) Packing Table
(6) Table trolley
(7) Roll dispenser with cutter
(8) Auto Sealer Machine
(9) Label Aplicator(10) Shelve/Rak
(11) Packing table linen
(12) Shelve/Rak
(13) Tape dispenser double
(14) Steam Sterilizer I
(15) Steam Sterilizer II
(16) Low Temperature Steam Sterilizer
(17) Adjustable Perforated Shelving
(18) Closed Distribution Trolley
(19) RO System for CSSD
2) Prioritas 2
a) Peralatan Rawat Jalan
b) Peralatan Kebidanan dan Neonatus
c) Peralatan Pelayanan Unggulan
Sesuai kebutuhan dengan masing – masing Rumah Sakit, mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014, dibuktikan dengan
SK Direktur Rumah Sakit dan master plan rumah sakit.
d) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)
Peralatan Kalibrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) Persyaratan umumnya:
(a) Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
kelas B.
(b) Rumah Sakit memiliki penanggung jawab/ koordinator peralatan
kesehatan minimal D3 Teknik Elektromedik.
(c) Memiliki SDM berijazah Diploma 3 (D3) di bidang teknik
elektromedik minimal 3 orang.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 72/98
70 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
(d) Memiliki ruangan khusus untuk pelayanan pengujian dan
kalibrasi ukuran minimal 3x3 m² dan memenuhi persyaratan
sebagai ruangan kalibrasi.
(e) Rumah Sakit memiliki tempat penyimpanan alat kesehatan dan
suku cadang.
(f) Memiliki struktur/pejabat penanggung jawab keteknisian.
(g) Rumah Sakit belum memiliki alat kalibrasi yang sama seperti yang
diminta kecuali rusak.
(h) Rumah Sakit memiliki daftar alat kesehatan wajib kalibrasi
(i) Rumah Sakit memiliki dan melaksanakan jadwal pemeliharaan
alat kesehatan.
(j) Penyedia wajib memberikan pelatihan pengoperasian dan
pemeliharaan alat kalibrasi kepada petugas pengelola peralatan
kesehatan di Rumah Sakit.
(k) Garansi Alat Kalibrasi minimal 1 Tahun.
(l) Garansi purna jual minimal 5 Tahun
(m) Penyedia wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan Standar Pemeliharaan (SMP) Alat Kalibrasi.
(n) Penyedia wajib memberikan Metode Kerja kalibrasi yang berlaku.
(o) Garansi memfasilitasi untuk kalibrasi alat kalibrasi.
(2) Persyaratan khususnya:
(a) Membuat surat pernyataan bahwa peralatan pengujian dan
kalibrasi yang dimiliki hanya digunakan untuk kebutuhan
pelayanan pengujian dan kalibrasi internal.
(b) Membuat surat pernyataan bersedia melaksanakan standar mutu
pengujian dan kalibrasi dibawah pembinaan dan pengawasan
BPFK.
(c) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran peningkatan
kapabilitas dan kompetensi tenaga/teknisi pengujian dan
kalibrasi.
(d) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran pemeliharaan
dan rekalibrasi peralatan pengujian dan kalibrasi.
(e) Melengkapi dokumen inventaris alat kesehatan, alat pengujian
dan kalibrasi yang dimiliki.
(f) Rumah Sakit membuat pernyataan sanggup untuk melakukankalibrasi berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta
(3) Jumlah dan jenis peralatan kalibrasi (mengacu pada DAK Reguler
Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2016)
e) Peralatan Laundry
f) Peralatan Kitchen
Peralatan Laundry dan Kitchen mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan
Rumah Sakit.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 73/98
71Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB VII
BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
1 Upaya
Kesehatan Ibu
1 Antenatal Care/ANC 1 Pelayanan Antenatal Transport Petugas,
Transport Kader,
Penyediaan bahan
PMT Penyuluhan
dan PMT Pemulihan,
Penggandaan Media
Promosi, konsumsi
2 Pemeriksaan kehamilan
3 PMT Bumil KEK
4 Pelaksanaan Program
Perencanaan Pencegahan
Persalinan dan Komplikasi
(P4K)5 Deteksi dini risiko tinggi
6 Pemantauan bumil risiko tinggi
7 Promosi Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif, Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dan lainnya
8 Pelaksanaan kelas ibu
9 Kemitraan bidan dukun
10 Kunjungan rumah PUS yang
tidak ber-KB atau drop out
11 Promosi Persalinan di Fasilitas
Kesehatan2 Persalinan Kunjungan rumah pada trimester III
menjelang persalinan
Transport Petugas ke
rumah, konsumsi
3 Pelayanan Ibu Nifas 1 Pelayanan nifas termasuk
promosi KB
Transport Petugas,
Transport Kader,
Penggandaan Media
Promosi,2 Promosi ASI Eksklusif, MP-ASI
3 Kunjungan rumah (termasuk
yang drop out)
4 Pemantauan ibu nifas risiko
tinggi
2 Upaya
Kesehatan
Neonatus danBayi
4 Pelayanan Kesehatan
Neonatus
1 Kunjungan neonatus Transport Petugas,
Transport Kader,
Penggandaan/Fotocopy Form MTBM
2 Pendataan Bayi dan Neonatus
3 Pemantauan kesehatan
neonatus termasuk neonatus
risiko tinggi
4 Kunjungan rumah tindak
lanjut Screening Hipothyroid
Kongenital (SHK)
5 Rujukan bayi positif
Hypothyroid Kongenital ke
Rumah Sakit
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 74/98
72 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
5 Pelayanan Kesehatan
Bayi
1 Pemantauan Kesehatan Bayi
(pengukuran pertumbuh,
pemantauan perkembangan,
pemberian vitamin A, imunisasi
dasar lengkap)
Transport Petugas
ke rumah dan/atau
posyandu, Transport
kader ke puskesmas,
Penyediaan bahanMPASI, Penyediaan
bahan PMT
Penyuluhan dan/atau
pemulihan
2 Penyuluhan ASI Ekslusif dan
MP ASI
3 Kunjungan rumah/
pendampingan untuk anak gizi
kurang/gizi buruk
4 Pemberian PMT Penyuluhan/
PMT Pemulihan
5 Kunjungan rumah (termasuk
yang drop out)
6 Deteksi dini risiko tinggi
3 Upaya
Kesehatan Anak
Balita dan Pra
Sekolah
6 Pelayanan Kesehatan
Anak Balita dan Pra
sekolah
1 Pemantauan Kesehatan
Anak Balita dan Pra sekolah
(pengukuran pertumbuh,
pemantauan perkembangan,
pemberian vitamin A,
imunisasi)
Transport Petugas ke
rumah, Panti, PAUD,
rumah singgah anak
jalanan, Transport
Kader, Pembelian
bahan makanan untuk
PMT Penyuluhan/
pemulihan dan bahan
bakar memasak PMT
2 Kunjungan rumah pelayanan
kesehatan anak balita dan Pra
sekolah berisiko tinggi
3 Pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak balita dan
Pra sekolah di PAUD, panti
maupun rumah singgah anak
jalanan4 Pembinaan pada keluarga dan
kader dalam mempraktekan
pesan-pesan dalam buku KIA
5 Orientasi kader kesehatan
6 Kunjungan petugas untuk
pelayanan anak berkebutuhan
khusus (Panti)
7 Surveilance dan pelacakan Gizi
Buruk
8 Kunjungan rumah untuk anak
gizi kurang atau gizi buruk
9 Pemberian PMT Penyuluhan/PMT Pemulihan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 75/98
73Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
4 Upaya
Kesehatan Anak
Sekolah
7 Pelayanan Kesehatan
anak Sekolah
1 Pembinaan UKS/dokter kecil Transport Petugas,
Transport Kader,
Penggandaan media
KIE, Konsumsi
2 Penjaringan peserta didik (kelas
I, 7, 10)
3 Pemeriksaan berkala pesertadidik
4 Pemantauan penggunaan buku
raport kesehatanku
5 Promosi Kesehatan di
Sekolah (KIE kesehatan dan
peningkatan partisipasi dokter
kecil/pramuka/UKS/PMR dll)
6 Penyuluhan Pedoman Gizi
Seimbang
7 Pemberian TTD untuk remaja
putri
8 Bulan Imunisasi Anak Sekolah5 Upaya
Kesehatan
Remaja dan
usia Produktif
8 Pelayanan Kesehatan
Remaja
1 Promosi kesehatan pada remaja Transport Petugas,
Penggandaan media
KIE,2 Pemantauan kepatuhan minum
obat
3 Pembinaan kesehatan di Panti/
LKSA/Karang taruna/remaja di
tempat ibadah
4 KIE kesehatan dan peningkatan
partisipasi konselor sebaya
5 Penemuan dan tata laksana
kasus
9 Pelayanan Kesehatan
Usia Produktif
1 Penyuluhan penggunaan
kontrasepsi
Transport Petugas,
Penggandaan mediaKIE, Konsumsi,
Pembelian APD
(masker dan
handscoon) bagi
petugas
2 KIE kesehatan Reproduksi bagi
Catin
3 Konseling dan pencegahan
transmisi penularan penyakit
4 Kunjungan dalam rangka
penyuluhan atau pembinaan
kebugaran jasmani masyarakat
5 Kunjungan dalam rangka
penyuluhan atau pembinaan
kesehatan di tempat kerja
formal
6 Kunjungan dalam rangkapenyuluhan atau pembinaan
kesehatan di tempat kerja
informal
7 Kunjungan dalam rangka
penyuluhan atau pembinaan
kesehatan bagi kelompok
pekerja rentan (nelayan, TKI,
Pekerja Perempuan)
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 76/98
74 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
6 Upaya
Kesehatan
Lingkungan
10 Kesehatan Lingkungan 1 Inspeksi Kesehatan Lingkungan
untuk Tempat-tempat Umum,
Tempat Pengelolaan Makanan,
Sarana Air Minum.
Biaya Transport,
penggandaan/fotocopy
form inspeksi kesling,
biaya pengiriman
sampel (biaya pos),biaya pemeriksaan
sampel, konsumsi,
penggandaan, ATK,
pembelian bahan
pemicuan.
2 Pemeriksaan Kualitas Air
Minum, Makanan, Udara,
Bangunan. Pemeriksaan terdiri
dari pengambil sampel
3 Orientasi natural leader STBM,
penjamah makanan, kader
kesling lainnya.
4 Pemberdayaan masyarakat
melalui pemicuan STBM,
Implementasi HSP di Rumah
Tangga dan Sekolah, Rencana
Pengamanan Air Minum di
Komunal, MPAPHAST dikomunitas pasar rakyat,
sekolah dan hotel serta bentuk
pemberdayaan masyarakat
lainnya
5 Pembinaan pasca
pemberdayaan termasuk
verikasi desa yang
melaksanakan STBM, desa SBS
dan TTU, TPM yang memenuhi
syarat.
6 Kewaspadaan Dini dan
Penanggulangan KLB
Keracunan Pangan, bencanadan event-event khusus
7 Tenaga Kontrak Sanitarian di
Puskesmas
7 Upaya
Kesehatan Usila
11 Pelayanan Kesehatan
Usila
1 Pendataan Pra lansia dan
lansia
Biaya Transport
Petugas dan Kader
2 Pelayanan di Posyandu Usila
3 Kunjungan rumah pra lansia
dan lansia
8 Upaya
Kesehatan
Masyarakat
12 Kesehatan Masyarakat 1 Penggerakan Kadarzi (Keluarga
Sadar Gizi)
Biaya Transport
Petugas, Konsumsi,
ATK2 Pembinaan Promosi Kesehatan
untuk pemberdayaan
masyarakat oleh Petugas
Puskesmas
3 Survei Mawas Diri
4 Penyusunan dan Pelaksanaan
Intervensi Promosi Kesehatan
dalam Program Terpadu
5 Monitoring Pelakasanaan
Intervensi Promosi Kesehatan
6 Pendampingan penyusunan
rencana kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 77/98
75Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
7 Pemicuan stop buang air besar
sembarangan (pemberdayaan
masyarakat)
8 Pemantauan kualitas air bersihdan air minum
9 Dukungan
Manajemen
13 Kegiatan pendukung 1 Penyelenggaraan Minilokakarya ATK, Penggandaan,
Transport Petugas,
Kader, konsumsi,
biaya pengiriman
laporan
2 Pencatatan dan Pelaporan
3 Otopsi Verbal kematian ibu dan
anak
4 Pelacakan kasus kematian
maternal perinatal
5 Surveilans kematian ibu dan
anak
6 Orientasi Kader tentang tanda
bahaya kehamilan
7 Konsultasi atau menghadiriundangan dan keperluan lain
ke Kabupaten/kota
8 Pengiriman laporan
9 Refreshing atau orientasi Kader
Promosi kesehatan
10 Kunjungan untuk menggalang
kemitraan dengan faskes
swasta, dunia usaha dan
ormas dalam kegiatan promotif-
preventif
11 Pembinaan/supervisi kegiatan
ke lapangan12 Pembinaan Ormas
13 Pembinaan TOGA/TOMA/
Kader Promkes
14 Musyawarah desa terkait
bidang kesehatan
10
Promosi
Kesehatan
1 Refreshing atau
Orientasi Kader oleh
Petugas Puskesmas
Refreshing atau Orientasi Kader
oleh Petugas Puskesmas
Bahan pelatihan:
ATK, Penggandaan , dll
Honor pelatih
Akomodasi Pelatih
Transport Peserta
Transport Pelatih
Uang Harian PesertaUang Harian Pelatih
2
Promosi Kesehatan
untuk Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang
Kesehatan
1 Pembinaan oleh Petugas
Puskesmas
Transport Petugas
Puskesmas
2 Pertemuan Desa Transport Petugas
Puskesmas
3 Survei Mawas Diri Transport Petugas
Puskesmas, Transport
Kader
4 Musyawarah Masyarakat Desa
Penyusunan dan Pelaksanaan
Intervensi Promosi Kesehatan
dalam Program Terpadu
Transport Peserta
Transport Petugas
Puskesmas
Akomodasi: Konsumsi,bahan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 78/98
76 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
5 Pelaksanaan Monitoring Transport Petugas
(Perangkat Desa)
Transport Petugas
Puskesmas
Pengolahan dan
Analisa Data Hasil
Monitoring
Konsumsi, bahan
3
Advokasi kepada
Kepala Desa/Lurah
untuk penggunaan
Dana Desa untuk BOK
1 Pertemuan dengan Kelurahan
dan jajarannya
Transport Petugas
Puskesmas
Konsumsi, bahan
2 Pendampingan untuk
penyusunan menu/
perencanaan kesehatan
aggaran Dana Desa
Transport Petugas
Puskesmas
Konsumsi, bahan
4
Penggalangan
Kemitraan denganDunia Usaha dan
Ormas Potensial di
Tingkat Kecamatan
1 Identikasi Mitra Potensial Konsumsi, bahan
Transport Peserta2 Pertemuan Penggalangan Mitra
Potensial Tingkat Kecamatan
Transport Petugas
Puskesmas
Konsumsi, bahan
3 Penyusunan MoU dan
Perjanjian Kerjasama
Bahan paket
penyusunan MoU dan
PKS
4 Rapat Koordinasi Pelaksanaan
Kerjasama
Transport Petugas
Puskesmas
Transport Peserta
5 Monev Pelaksanaan Kerjasama
dan Capaian
Transport Petugas
Puskesmas
6 Pembinaan Ormas Transport PetugasPuskesmas
5
Model Intervensi
Promkes Spesik Lokal
1 Identikasi Masalah dan
Potensial Kecamatan
Bahan paket
penyusunan prol
kecamatan
2 Rapat Koordinasi Tingkat
Kecamatan
Transport Petugas
Puskesmas
3 Monev Model Intervensi Desa Transport Petugas
Puskesmas
4 Pengolahan dan Analisis Data
Hasil Monitoring
Konsumsi, bahan
6 Pembinaan Toga/
Toma/Kader dalamPromkes
Transport Petugas
Puskesmas
Tranport Kader, Kepala
Desa/Toga/ Toma
Konsumsi, bahan
7 Pelaksanaan
Kampanye Hidup
Sehat ke Sekolah
Transport Petugas
Puskesmas Bahan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 79/98
77Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
8 Pembinaan UKS/
dokter kecil
Transport Petugas
Puskesmas Bahan
9 Ketenagaan Petugas
Promosi KesehatanPuskesmas/Kader
Honor Petugas
Promkes Puskesmastidak tetap
(Tenaga/Fasilitator
PenggerakMasyarakat)
11 Penyediaan
Peralatan
Sistem
Informasi
Kesehatan di
Kabupaten/
Kota
Paket peralatan koneksi
wireless antara Puskesmas
dengan Dinkes Kabupaten/
Kota
Sewa paket data/
koneksi internet
12
Imunisasi
Imunisasi Dasar
Bayi 0-11 Bulan
Imunisasi dasar lengkap
termasuk introduksi vaksin
baru, penggantian vaksin
tOPV menjadi bOPV
1 Penyediaan data dasar dan
analisis situasi
Sasaran: Bayi 0-11
bulan
a Penyediaan data dasar dananalisis situasi
b Rekapitulasi data sasaran
c Analisis situasi dan
perencanaan kegiatan
d Pelaksanaan Surveilans
KIPI
e Validasi hasil cakupan
imunisasi
2 Peningkatan kapasitas SDM
(kesehatan dan non kesehatan)
Sasaran: Pengelola
Program Imunisasi,
Tenaga Kesehatan,
Kader, Lintas
Program serta
Lintas Sektor
terkait.
a Peningkatan kapasitaspengelola imunisasi:
introduksi vaksin baru,
EVM (Effective Vaccine
Management), Data
Quality Self Assessment
(DQS), Manajemen data
program (pencatatan dan
pelaporan), Surveilans/
Investigasi KIPI,
manajemen program,
strategi komunikasi, dan
lain-lain sesuai kebutuhan
di lapangan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 80/98
78 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
b Peningkatan kapasitas
petugas imunisasi:
introduksi vaksin baru,
EVM (Effective Vaccine
Management), DataQuality Self Assessment
(DQS), Manajemen data
program (pencatatan dan
pelaporan), Surveilans/
Investigasi KIPI, teknis
pelayanan imunisasi,
strategi komunikasi, dan
lain-lain sesuai kebutuhan
di lapangan.
c Peningkatan kapasitas
kader imunisasi:
Peningkatan
kapasitas kader dalamberkomunikasi dengan
kelompok sasaran,
pelaksanaan imunisasi,
sistem pencatatan dan
pelaporan, dan lain-lain
sesuai kebutuhan di
lapangan
3 Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama, LS/
LP, orgaisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,swasta, kader,
masyarakat, dll
a Advokasi/Sosialisasasi/
lokakarya dengan lintas
program dan lintas sektor
terkait program imunisasi
dasar
b Rapat koordinasi (internal
program dan dengan lintas
program maupun lintas
sektor)
4 KIE
Media KIE: pencetakan leaet,
poster, yer, spanduk, banner,
backdrof, billboard, tv spot,
radio spot, billboard, dll
(termasuk biaya distribusi dan
pemasangan jika diperlukan)
Sasaran: Masyarakat
5 Pemberdayaan masyarakat
Forum komunikasi imunisasi
dan masyarakat peduli
imunisasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama, LS/
LP, organisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,
swasta, kader,
masyarakat, dll
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 81/98
79Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
6 Pelayanan Imunisasi
Pelaksanaan pelayanan
imunisasi dasar di Pos
Pelayanan Imunisasi
(Posyandu, Puskesmas,Poskesdes, Polindes, Pos
Pelayanan lainnya yang
ditentukan) dan kunjungan
rumah jika diperlukan
termasuk sweeping dan DOFU
(Drop Out Follow-Up)
Sasaran: Bayi 0-11
bulan
7 Sarana dan Prasarana
Pelayanan Imunisasi
Sasaran: Bayi 0-11
bulan
a Distribusi vaksin, ADS dan
safety box
b Pengadaan Vaccine Carrier
2
Imunisasi LanjutanDPT-HB-Hib, Campak,
BIAS (Campak, DT, Td)
dan TT
1 Penyediaan data dasar dananalisis situasi
Sasaran: Batita, AnakUsia Sekolah dan WUS
a Rekapitulasi data sasaran
b Analisis situasi dan
perencanaan kegiatan
2 Peningkatan kapasitas SDM
(kesehatan dan non kesehatan)
Sasaran: Pengelola
Program Imunisasi,
Tenaga Kesehatan,
Kader, Lintas
Program serta
Lintas Sektor
terkait.
a Peningkatan kapasitas
pengelola imunisasi: crash
program, PIN, manajemen
data program (pencatatan
dan pelaporan), dan lain-
lain sesuai kebutuhan dilapangan
b Peningkatan kapasitas
petugas imunisasi: crash
program, PIN, manajemen
data program (pencatatan
dan pelaporan), dan lain-
lain sesuai kebutuhan di
lapangan
c Peningkatan kapasitas
kader imunisasi: crash
program, PIN, manajemen
data program (pencatatan
dan pelaporan), dan lain-lain sesuai kebutuhan di
lapangan
3 Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama,
LS/LP, orgaisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,
swasta, kader,
masyarakat, dll
a Advokasi/Sosialisasasi/
lokakarya dengan lintas
program dan lintas sektor
terkait program imunisasi
lanjutan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 82/98
80 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
b Rapat koordinasi (internal
program dan dengan lintas
program maupun lintas
sektor)
4 KIE
Media KIE: pencetakan leaet,
poster, yer, spanduk, banner,
backdrof, billboard, tv spot,
radio spot, billboard, dll
(termasuk biaya distribusi dan
pemasangan jika diperlukan)
Sasaran: Masyarakat
5 Pemberdayaan masyarakat
Forum komunikasi imunisasi
dan masyarakat peduli
imunisasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama, LS/
LP, orgaisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,
swasta, kader,
masyarakat, dll
6 Pelayanan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi dasar
di Pos Pelayanan Imunisasi
(Posyandu, Puskesmas,
Poskesdes, Polindes, sekolah,
Pos Pelayanan lainnya yang
ditentukan, dan kunjungan
rumah jika diperlukan)
Sasaran: Batita, Anak
Usia Sekolah dan WUS
7 Sarana dan Prasarana
Pelayanan Imunisasi
Sasaran: Batita, Anak
Usia Sekolah
a Distribusi vaksin, ADS dansafety box
b Pengadaan Vaccine Carrier
(Jika diperlukan)
3
Pelaksanaan Pekan
Imunisasi Nasional
(PIN), Crash Program,
Casklog Fighting,
dan imunisasi
dalam rangka
penanganan KLB
(Outbreak Respons
Immunization/ORI)
1
Penyediaan data dasar dan
analisis situasi
Sasaran: Bayi 0-11
bulan, Batita, Anak
Usia Sekolah dan WUS
a Rekapitulasi data sasaran
b Analisis situasi dan
perencanaan kegiatan
2
Peningkatan kapasitas SDM
(kesehatan dan non kesehatan)
Sasaran: Pengelola
Program Imunisasi,
Tenaga Kesehatan,
Kader, Lintas Program
serta Lintas Sektor
terkait.
a Peningkatan kapasitas
pengelola imunisasi:
dalam rangka mendukung
kegiatan imunisasi
tambahan, dalam hal
ini PIN, Crash Program
Campak, ORI, dll
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 83/98
81Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Upaya
Kesehatan
Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas
yang dibiayai BOK
b Peningkatan kapasitas
petugas imunisasi: dalam
rangka mendukung
kegiatan imunisasi
tambahan, dalam halini PIN, Crash Program
Campak, ORI, dll
c Peningkatan kapasitas
kader imunisasi: dalam
rangka mendukung
kegiatan imunisasi
tambahan, dalam hal
ini PIN, Crash Program
Campak, ORI, dll
3 Advokasi, Sosialisasi dan
Koordinasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama, LS/
LP, orgaisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,
swasta, kader,
masyarakat, dll
a Advokasi/Sosialisasasi/lokakarya dengan lintas
program dan lintas sektor
terkait program imunisasi
tambahan
b Rapat koordinasi (internal
program dan dengan lintas
program maupun lintas
sektor)
4 KIE
Media KIE: pencetakan leaet,
poster, yer, spanduk, banner,
backdrof, billboard, tv spot,
radio spot, billboard, dll(termasuk biaya distribusi dan
pemasangan jika diperlukan)
Sasaran: Masyarakat
5 Pemberdayaan masyarakat
Forum komunikasi imunisasi
dan masyarakat peduli
imunisasi
Sasaran: Tokoh
masyarakat,
tokoh agama, LS/
LP, orgaisasi
profesi, organisasi
kemasyarakatan,
swasta, kader,
masyarakat, dll
6 Pelayanan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi
tambahan di Pos PelayananImunisasi (Posyandu,
Puskesmas, Poskesdes,
Polindes, sekolah, Pos
Pelayanan lainnya yang
ditentukan, dan kunjungan
rumah jika diperlukan),
khususnya untuk kegiatan
Pekan Imunisasi Nasional Polio
dan Crash Program Campak
Tahun 2016
Sasaran: Bayi 0-11
bulan, Batita, Anak
Usia Sekolah dan WUS
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 84/98
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 85/98
83Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB VIIIAKREDITASI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
A. Akreditasi Puskesmas
1. Akreditasi Puskesmas meliputi kegiatan:
a. Pendampingan Akreditasi Puskesmas
Pendampingan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pendamping Akreditasi
Puskesmas/FKTP yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
anggota yang berasal dari jajaran fungsional atau struktural Dinkes dan/atau
pihak ketiga yang ditetapkan dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Komponen pendampingan Akreditasi Puskesmas yang dibiayai melalui DAK NonFisik Tahun 2016, yaitu:
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
1. Workshoppenggalangankomitmen
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 1hari, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan:
- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@2
jam)
Belanja perjadin biasa:
- Transport tim pendamping
2. Pemahamanstandar daninstrumenakreditasi
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 2hari, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan:
- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:
- Honor tim pendamping (@ 2 jam/hari)
Belanja perjadin biasa:
- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping
(tentatif)
3. Self Assessment dan penyusunanPoA akreditasi diPuskesmas
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 1hari, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan:- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi- Honor tim pendamping (@ 2
jam/hari)
Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping
(tentatif)
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 86/98
84 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
4. Pendampinganpenyusunandokumen
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 3-5 kali @2 hari, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan:- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:
- Honor tim pendamping (@ 2 jam/hari)
Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping
(tentatif)
5. Pendampinganimplementasidokumen
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 4 kali, @ 2 hari, dalam 3-4bulan, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@ 2
jam/hari)
Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping
(tentatif)
6. Pre assessment survei akreditasi
Puskesmas yang diusulkanakreditasi
Dilaksanakan 1 kali @2 hari, jumlah pesertamenyesuaikan
Belanja bahan:- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@ 2
jam/hari)
Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping
(tentatif)
Pelaksanaan kegiatan pendampingan memerlukan waktu kurang lebih 6 sd 8 bulan,
bagi Kabupaten/Kota yang mengusulkan menu pendampingan akreditasi Puskesmas
harus mempertimbangkan waktu pelaksanaan tersebut, sehingga tidak melewati
waktu penggunaan anggaran.
b. Survei Akreditasi Puskesmas
Survei Akreditasi Puskesmas merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur
tingkat kesesuaian terhadap standar akreditasi yang ditetapkan Kementerian
Kesehatan. Proses penilaian tersebut dilakukan oleh tim surveior yang ditetapkanoleh lembaga independen penyelenggara akreditasi FKTP yang diberi kewenangan
oleh Kementerian Kesehatan sebagai penyelenggara akreditasi FKTP.
Komponen pendampingan akreditasi Puskesmas yang dibiayai melalui DAK Non
Fisik Tahun 2016, yaitu:
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 87/98
85Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No KegiatanLokasi
KegiatanRincian Komponen Belanja
1. SurveiAkreditasiPuskesmas
Puskesmas yangdiusulkanakreditasi
Dilaksanakan 5hari (termasukkedatangan dankepulangan surveior
ke lokasi), apabilalokasi di daerah
T/ST jumlah haridapat lebih panjang,dengan jumlah hariefektif survei diluarkedatangan danpulang selama 3 hari
Yang ditanggung olehDinas Kesehatantermasuk :
- Biaya transport
surveyor (daritempat asalsurveyor, selamasurvei dan pulangkembali ke tempatasal)
- Biaya penginapan- Uang harian- Honor
Belanja jasa profesi:
- Honor surveior
Belanja perjadin paketmeeting dalam kota:
- Transport lokal (untuktim pendamping)
Belanja perjalanan dinasbiasa:
- Uang harian surveior- Transport surveior- Penginanapan surveior
2. Persyaratan Umum
Kabupaten/Kota yang berhak mendapatkan dana DAK non Fisik tahun 2016 untuk
kegiatan akreditasi Puskesmas harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
a. Mengusulkan kegiatan DAK Non Fisik Tahun 2016, dibuktikan dengan surat usulan
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk mendapatkan alokasi
DAK Non Fisik yang dibuktikan dengan surat rekomendasi Dinkes Provinsi yang
ditandatangi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
c. Adanya Roadmap pelaksanaan akreditasi Puskesmas tahun 2015 – 2019
d. Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten tentang
pemanfaatan DAK sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam Juknis.
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkanalokasi DAK Non Fisik Tahun 2016, sebagai berikut:
a. Menu Pendampingan Akreditasi Puskesmas
1) Adanya telaahan yang memuat penjelasan, pemetaan dan analisa Puskesmas
yang akan di akreditasi dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
2) Diutamakan pada Puskesmas yang telah diusulkan untuk akreditasi tahun
2016 ke Pemerintah Pusat.
3) Adanya tim pendamping akreditasi Puskesmas sesuai kriteria yang tercantum
di Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik, dan
Tempat Praktik Mandiri dokter dan dokter gigi, dibuktikan dengan SK Kadinkes.
Diutamakan bagi Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Tenaga Pendamping
bersertikat Pendamping Akreditasi FKTP
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 88/98
86 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
4) Adanya pola perencanaan pendampingan (jadwal dan PoA) akreditasi pada
Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.
b. Menu Survey Akreditasi Puskesmas
1) Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang
Puskesmas yang akan diusulkan survey pada tahun 2016 dan tidak akan
mengusulkan kembali pada tahun 2017 bila tidak terlaksana.
2) Adanya pola perencanaan survey akreditasi (jadwal pelaksanaan) pada
Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.
B. Akreditasi Rumah Sakit, meliputi kegiatan:
1. Workshop Persiapan Akreditasi Rumah Sakit:
a. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan
membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan
memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi
terkait PPI, Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat serta Rumah Sakit Umum Daerah terkait.
b. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan
membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan
memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan kegiatan Bantuan
Hidup Dasar (Basic Life Support ) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali
di 150 RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi
profesi, Kementerian Kesehatan,Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat serta RSUD terkait.
c. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Keselamatan Pasien (SKP)
Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan
membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan
memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Keselamatan
Pasien di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150 RSUD yang akan
melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi, Kementerian
Kesehatan,Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
serta RSUD terkait.
d. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Manajemen Pengelolaan Obat (MPO)
Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan
membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan
memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Manajemen
Pengelolaan Obat (MPO) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150
RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi,
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota setempat serta RSUD terkait.
e. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 89/98
87Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan
memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150
RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi,
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota setempat serta RSUD terkait, dengan Rincian sebagai berikut :
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
1. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitPencegahan danPengendalianInfeksi
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Materi dilaksanakanselama 2 hari
- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang
@5 jam)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
2. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitBantuan HidupDasar (BHD)
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Materi dilaksanakanselama 2 hari
- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 hari
kepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber
(Narasumber (4 orang @5 jam)
Belanja perjadin biasa:
- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
3. WorkshopPersiapanAkreditasiTerkait StandarKeselamatanPasien (SKP)
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Materi dilaksanakanselama 2 hari
- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 hari
kedatangan dan 1 harikepulangan).
- Peserta dari RSUD yangakan melaksanakanakreditasi
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang
@5 jam)
Belanja perjadin biasa:
- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 90/98
88 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
4. WorkshopPersiapanAkreditasi Terkait StandarManajemen
Pengelolaan Obat(MPO)
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Materi dilaksanakanselama 2 hari
- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapat
menggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:
- Honor Narasumber (4 orang @5 jam)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
5. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitKesehatan dan
KeselamatanKerja (K3)
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Materi dilaksanakanselama 2 hari
- Untuk RS daerah yang
sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).
- Peserta dari RSUD yangakan melaksanakanakreditasi
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang
@5 jam)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
2. Bimbingan Teknis dan Survei Akreditasi Rumah Sakit
a. Bimbingan Teknis Akreditasi
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam
pelaksanaan standar akreditasi di Rumah Sakit. Kegiatan berupa bimbingan secara
teknis 15 Bab standar akreditasi serta implementasi di unit kerja dalam rumah sakit.
Bimbingan ini dilaksanakan dua kali di 150 RSUD Provinsi, Kabupaten/Kota yang
sudah memulai proses persiapan akreditasi rumah sakit berupa:
1) Pendahuluan berupa transformasi budaya menuju akreditasi
2) Pengenalan standar
3) Penyusunan regulasi rumah sakit
4) Sosialisasi kebijakan
5) Pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
6) Pengenalan metode telusur
Pembimbing teknis dalam kegiatan ini dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
melalui Kementerian Kesehatan.
b. Survei Simulasi Akreditasi
Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui kesiapan rumah sakit dalam
menghadapi survei akreditasi yang dilakukan oleh KARS. Hasil survei simulasi ini
juga sebagai evaluasi terakhir sejauh mana rumah sakit dalam menghadapi survei
akreditasi, hasil dari kegiatan ini sebagai tolak ukur untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang masih didapatkan sebelum pelaksanaan survei akreditasi.
Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150 RSUD Provinsi, Kabupaten/Kota yang
sudah siap melaksanakan survei akreditasi dari KARS.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 91/98
89Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
Survei simulasi dilaksanakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan
KARS.
c. Survei Akreditasi Rumah Sakit
Survei akreditasi rumah sakit adalah penilaian terhadap rumah sakit untuk
mendapatkan sertikat akreditasi nasional yang dilakukan oleh KARS kepada RSUD
yang telah mengajukan permohonan survei akreditasi kepada KARS.
Kegiatan ini dilakukan di 150 RSUD pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Survei akreditasi dilakukan oleh KARS, dengan rincian sebagai berikut:
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
1. Bimbingan TeknisAkreditasi
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Dilaksanakan 2x
- Pelaksanaan Bimbinganselama 2 hari materi.
- Untuk RS daerah yang
sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
- Pelaksanaan materisecara simultan oleh 4orang Narasumber
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
(disesuaikan jumlahpeserta dan NS)
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang @6 jam x Rp 900.000,-)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
2. Survei SimulasiAkreditasi
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Pelaksanaan SurveiSimulasi selama 3 haripenilaian.
- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 5 hari(3 hari penilaian & 1hari kedatangan dan 1hari kepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
- Pelaksanaan penilaiansecara simultan oleh 4orang Narasumber
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
(disesuaikan jumlahpeserta dan NS)
Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang
@6 jam x Rp 900.000,-)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 92/98
90 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja
3. Survei AkreditasiRumah Sakit
RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi
- Pelaksanaan SurveiSimulasi selama 3 haripenilaian.
- Untuk RS daerah yang
sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 5 hari(3 hari penilaian & 1hari kedatangan dan 1hari kepulangan).
- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi
- Pelaksanaan penilaiansecara simultan oleh 4orang Narasumber
Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat
Belanja jasa profesi:
- Honor Narasumber (4 orang @6 jam x Rp 900.000,-)
Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber
3. Persyaratan Umum
a. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kotamadya.
b. Rumah sakit memiliki izin operasional dan teregistrasi di Kementerian Kesehatan RI
c. Rumah sakit dikepalai oleh seorang tenaga medis sesuai dengan UU Noor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
4. Persyaratan Khusus
a. Belum terakreditasi versi 2012.
b. Merupakan rumah sakit rujukan provinsi, regional dan menjadi target indikator
pemerintah kabupaten/kota.
c. Membuat pernyataan komitmen melaksanakan akreditasi pada tahun berjalan dari
pemilik rumah sakit dan pimpinan rumah sakit.
d. Membuat surat pernyataan pelaporan progress persiapan akreditasi secara berkala
3 bulan sekali melalui Dinas Kesehatan Provinsi.
e. Melampirkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakan
akreditasi pada tahun berjalan.
5. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan agar membuat laporan secara terinci yang ditujukan kepada:
a. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
b. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan c.q. Direktur Bina
Upaya Kesehatan Rujukan Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097
Jakarta 12950
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 93/98
91Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB IXJAMINAN PERSALINAN
Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan upaya untuk mendekatkan akses dan mencegah
terjadinya keterlambatan penanganan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi dengan mendorong
pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pada daerah yang memiliki keterbatasan akses karena
kendala geogra, transportasi maka perlu di dukung dengan penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran
(RTK).
Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang dapat digunakan sebagai
tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun/keluarga),selama beberapa hari sampai menunggu persalinan tiba dan setelah bersalin.
1. Persyaratan Umum :
Rumah Tunggu Kelahiran pembentukannya bukan membangun bangunan baru, tetapi
memanfaatkan bangunan yang sudah ada baik secara dipinjamkan/disewakan/hibahkan/
memanfaatkan bagunan Pemerintah seperti kantor Desa, Puskesmas dll, dengan persyaratan:
a. Fasilitas kesehatan yang menjadi rujukan adalah fasilitas yang memiliki kemampuan
pemeriksaan ANC, menolong persalinan dan pemeriksaan nifas sesuai kebutuhan ibu.
b. Rumah yang akan digunakan sebagai rumah tunggu kelahiran dekat (10 menit berjalan
kaki) dengan fasilitas pelayanan yang akan dipakai dalam memperoleh pelayanan
kesehatan Ibu.
2. Persyaratan Teknis/Khusus
Untuk mendekatkan ibu untuk mendekatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan melalui
Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) dengan persyaratan:
a. Rumah yang digunakan sebagai Rumah Tunggu Kesehatan merupakan rumah dengan
fasilitas:
1) Memiliki kamar tidur
2) Memiliki kamar mandi dengan closet
3) Memiliki ruang dapur
4) Tersedia sarana listrik, air bersih
b. Komponen yang dibiayai berupa:
1) Biaya sewa rumah selama 1 tahun (12 bulan) untuk dipakai sebagai Rumah Tunggu
Kelahiran.
2) Biaya transportasi rujukan dari rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (PP)
3) Biaya operasional rumah tunggu kelahiran (listrik, air, dll) selama 1 tahun (12 bulan)
4) Biaya konsumsi ibu dan pendampingnya (1 orang) selama 5 hari.
c. Penggunaan biaya dapat disesuaikan dengan jenis komponen biaya yang dibutuhkan.
d. Pengelolaan Rumah Tunggu Kelahiran dapat dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
yang menjadi tujuan rujukan.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 94/98
92 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
e. Waktu tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) 2 hari sebelum persalinan dan 3 hari
setelah persalinan.
Dalam penyelenggaraan rumah tunggu kelahiran dapat disusun dukungan manajemen
baik ditingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas dan jaringannya.
3. Acuan Acuan Rumah Tunggu Kelahiran mengacu pada Pedoman Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 95/98
93Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB XPEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN
A. Pemantauan Dan Evaluasi
1. Tujuan Pemantauan dan Evaluasi
a. Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota tepat
waktu dan tepat sasaran sesuai dengan penetapan alokasi DAK Bidang Kesehatan
TA 2016 dan Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.
b. Mengidentikasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan DAK Bidang
Kesehatan TA 2016, yang nantinya digunakan untuk perbaikan perencanaan danpelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2017.
c. Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan bermanfaat bagi masyarakat di
Provinsi/Kabupaten/Kota mengacu pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional.
d. Meberikan masukan untuk penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan DAK Bidang
Kesehatan yang meliputi aspek perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan
pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan ke depan.
2. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi
a. Kesesuaian antara kegiatan DAK Bidang Kesehatan dengan usulan kegiatan yang
ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
b. Kesesuaian pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran – Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan petunjuk teknis dan
pelaksanaan di lapangan.
c. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan dengan perencanaan.
d. Evaluasi pencapaian sasaran kegiatan DAK berdasarkan input , proses, output sejauh
mana bila memungkinkan sampai outcome dan impact .
e. Pencapaian manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan.
f. Dampak (impact) yang ditimbulkan dalam pelaksanaan DAK.
3. Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi
a. Review atas laporan triwulan/laporan akhir yang disampaikan oleh Gubernur/
Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap akhir triwulan sesuai dengan
format laporan.
b. Kunjungan lapangan atau studi evaluasi.
c. Forum koordinasi untuk menindaklanjuti hasil review laporan dan atau kunjungan
lapangan.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Organisasi Pelaksana dan atau Tim Koordinasi
di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota sesuai dengan petunjuk teknis dalam
Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,
dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 96/98
94 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
B. Pelaporan
Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan DAK kepada:
1. Menteri Kesehatan
2. Menteri Dalam Negeri
3. Menteri Keuangan
Penyampaian laporan triwulan pada kegiatan DAK Bidang Kesehatan dilakukan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir (Maret, Juni,
September dan Desember).
Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan triwulanan dapat dijadikan pertimbangan
dalam pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan.
1. Jenis Pelaporan
Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan terdiri:
a. Laporan triwulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan,
realisasi sik dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK, yang disampaikan
selambat-lambatnya 14 hari setelah akhir triwulan berakhir.
b. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri Keuangan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Trasfer Ke Daerah yang berlaku.
2. Alur Pelaporan
a. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan
selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Bupati/
Walikota menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan,
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).
2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Kabupaten/Kota)
menyampaikan laporan triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi laporan
pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota kepada Menteri
Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan
Anggaran.
b. Pelaksanaan di Provinsi
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan
selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Gubernur
menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan, MenteriDalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).
2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Provinsi dan RS Provinsi) menyampaikan laporan
triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya Dinas Kesehatan
Provinsi menyampaikan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan
di Provinsi kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala
Biro Perencanaan dan Anggaran.
c. Laporan Triwulanan disampaikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
triwulan yang bersangkutan berakhir. (Maret, Juni, September dan Desember).
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 97/98
95Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016
BAB XI
PENUTUP
Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA
2016 dan dimungkinkan untuk dapat digunakan sebagai acuan DAK Bidang Kesehatan pada
tahun selanjutnya yang diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota terutama daerah dengan
derajat kesehatan yang belum optimal sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pelayanan
kesehatan bermutu.
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2016 ini merupakan pilihan kegiatan
bagi tiap jenis dan tiap subbidangnya. Dimana tiap kegiatan DAK Fisik baik untuk Reguler maupun
Pengalihan Tugas Pembantuan Menjadi DAK dan DAK Non Fisik masing–masing mempunyai
beberapa pilihan kegiatan dan tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antara
DAK Fisik maupun DAK Non Fisik; antara DAK Reguler maupun Pengalihan Tugas Pembantuan
menjadi DAK Kesehatan; antar subbidang; antara BOK, Jampersal serta akreditasi Pukesmas dan
akreditasi RS, karena besaran alokasi mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2016.
Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari DAK Bidang Kesehatan 2016 ini sebagaimana
diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan. Kepala Daerah bisa memilih satu atau lebih kegiatan
sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Bidang kesehatan seharusnya merupakan bagian
program jangka menengah sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis
Daerah.
Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatannya agar disinergikan dan tidak duplikasi dengan
kegiatan yang bersumber dari pendanaan lainnya (seperti dana Tugas Pembantuan, APBD Provinsi/
Kabupaten/kota dan sumber pembiayaan lainnya) sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016
http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 98/98
top related