rav lap. ekstraksi
Post on 25-Dec-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
E k s t r a k s i |
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam
berupa tumbuhan, hewan dan hasil bumi lainnya yang beraneka
ragam. Dimana, sumber daya alam ini diketahui memiliki potensi
sebagai bahan baku obat utamanya obat-obatan tradisional yang
sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk. cahaya langsung
Preparat farmasi tertentu yang dibuat dengan proses ekstraksi
yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang
diinginkan larut. Bahan mentah obat berasal dari tumbuh-tumbuhan
atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan
dikeringkan.
Dalam banyak hal zat aktif dari tanaman obat yang secara
umum sama tipe sifat kimianya, mempunyai sifat kelarutan yang sama
pula dapat diekstraksi secara stimultan dengan pelarut tunggal atau
campuran.
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Adapun maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengetahui dan memahami cara proses ekstraksi pada sampel daun
jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)
I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk
mengekstraksi suatu sampel daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)
dengan metode soxhletasi
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Umumnya proses
ekstraksi dilakukan sesuai dengan kelarutannya, salah satu
diantaranya dengan cara maserasi (Ditjen POM, 1995).
Sudjadi (1986) juga menyatakan bahwa ekstraksi merupakan
teknik yang sering digunakan bila senyawa organik dilarutkan atau
didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat ditambahkan pada fase
larutan dalam airnya. Larutan organik dan air akan terpisah dan
senyawa organik akan mudah diambil ulang dari lapisan organik
dengan menguapkan pelarutnya (sudjadi, 1986).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin
dan cara panas. Cara dingin yaitu metode maserasi dan perkolasi,
sedangkan cara panas antara lain dengan refluks, soxhlet, digesti,
destilasi uap dan infuse (Kurnia,2010).
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
Ada dua jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan,
yaitu (Ditjen POM, 1986; Tobo, 2001) :
1. Secara panas misalnya refluks dan destilasi uap air. Pada cara ini,
sampel langsung dipanaskan dengan pelarut. Sampel yang
digunakan umumnya sampel yang mempunyai bentuk dan dinding
sel yang tebal.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia
yang mempunyai komponen kimia yan tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji
dan herba.
a. Refluks
Refluks merupakan salah satu cara ekstraksi panas
dimana pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan
dimana cairan penyari secarakontinyu akan menyari zat aktif di
dalam simplisia. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan
cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat
pendingin tegak (kondensor lurus), lalu dipanaskan sampai
mendidih (Ditjen POM, 1986; Tobo, 2001).
b. Destilasi Uap Air
Destilasi uap adalah metode yang populer untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (minyak essensial) dari sampel
tanaman. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu
metodenya yaitu mencampur bahan dengan air lalu dipanaskan
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
hingga mendidih (destilasi dengan air). Uap yang timbul
dikumpulkan dan dibiarkan mengembun, dan minyak terpisah
dari air. Tetapi jika minyak tersebut harus dihindarkan dari
pemanasan yang berlebihan, maka uap dari generator yang
terpisah dapat dibuat melewati sampel tanaman, yang
disuspensikan dalam air tetapi tidak dipanaskan (destilasi uap
air) atau secara langsung melewati sampel tanaman yang
diletakkan dalam jarak yang diatur antara pintu masuk uap dan
kondensor (destilasi uap langsung).
Destilasi uap berpegang pada prinsip fisik yaitu, jika dua
cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak
seolah-olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan
uap. Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama
dengan jumlah tekanan uap parsuial, yaitu tekanan yang
digunakan oleh komponen tunggal. Karena pendidihan yang
dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfir,
titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah dari pada
jika tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM, 1986;
Tobo, 2001).
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
2. Secara dingin misalnya dengan cara maserasi, perkolasi, dan
soxhlet.
a. Maserasi
Istilah maseration berasal dari bahasa latin macerare yang
artinya ’merendam’. Merupakan proses paling tepat dimana obat
yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Arsyad,2001).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
dengan cara merendam serbuk simplesia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk pada
rongga sel yang mengandung zat aktif yang kemudian yang akan
larut karana adanya konsentrasi antara larutan zat aktif yang ada
dalam sel dan luar sel, maka larutan yang terpekat terdesak
keluar.Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan Yang di dalam dan di
luar sel (Arsyad,2001).
b. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya
’melalui’ dan colare yang artinya ’merembes’. Secara umum
dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus,
zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam suatu kolom
(Arsyad,2001).
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut (Basset, 2004).:
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melaluiserbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Alat yang digunakan pada untuk perkolasi disebut
perkolator, cairan yang digunakan untuk penyari disebut cairan
penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari atau perkolat dan sisa setelah
dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi
(Arsyad 2001).
Bentuk perkolator itu ada tiga macam yaitu porkolator
berbentuk tabung, porkolator berbentuk corong, dan porkolator
berbentuk paruh. Pemilihan porkolator tergantung pada jenis
serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina yang
mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat
akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
pembuatan tingtur dan extrak cair, jumlah cairan penyari yang
tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari
yang diperlukan untuk mlarutkan zat aktif. Pada keadaan
tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk
mempercepat proses perkolasi (Arsyad, 2001).
C. Soxhletasi
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara
panas, namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga
metode ini digolongkan dalam metode ekstraksi cara dingin
(Arsyad,2001).
Untuk ektraksi padat cair ini, prosedur yang paling sering
dijumpai adalah ekstraksiu senyawa bentuk sediaan padat seperti
analisis sediaan tablet. Prosedur ini merupakan prosedur yang
sederhana karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan
pelarut yang idealnya akan melarutkan senyawa yang akan dianalisis
secara sempurna dan hanya sedikit melarutkan senyawa lain yang
akan mengganggu analisis lebih lanjut (Rohman, 2009).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut
adalah selektivitas, kapasitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga
pelarut tersebut. Prinsip kelarutan adalah “like dissolve like”, yaitu (1)
pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, demikian juga
sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar, (2)
pelarut organik akan melarutkan senyawa organik (Yunita 2004).
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,
gelas kimia, klonsong, labu alas bulat, timbangan, toples kaca,
water bath.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil,
aquadest, daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.), etanol
75%, kertas saring, label.
III.2 Metode Kerja
Pada percobaan kali ini, metode kerja yang digunakan adalah
metode ekstraksi panas dingin yaitu soxhletasi.
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dihaluskan sampel hingga menjadi serbuk
3. Ditimbang sampel sebanyak 25 mg
4. Dimasukkan kedalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
5. Dimasukkan ke dalam labu alas bulat cairan penyari etanol
sebanyak 500 ml dan ditempatkan di atas water bath.
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
6. Dipasang klonsong pada labu alas bulat.
7. Didiamkan sampai cairan penyari tersirkulasi samapi ekstraksi
berlangsung sempurna.
8. Didapatkan ekstrak
9. Dipekatkan dalam wadah hingga diperoleh ekstrak kental/kering
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
BAB IV
HASIL
IV. 1 Tabel Pengamatan
N
oPengamatan Sampel I
1 Metode ektraksi Soxhletasi
2 Bobot sebelum diekstraksi (g) 25 g
3 Bobot ekstrak kering (g) 12,721 g
4 Persentase ekstrak (%)/rendamen 196,5 %
5 Jumlah cairan penyari (ml) 500 ml
6 Jumlah ekstrak cair (ml) 450 ml
7 Persentase cairan penyari (%) 119,04 %
IV.2 Perhitungan
% ekstrak/rendamen = Bobot sebelumdiekstraksiBobot ekstrak kering
x 100%
= 25 g
12,721g x 100%
= 196,5 %
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
% cairan penyari = Jumlahcairan penyariJumlah ekstrak cair
x 100%
= 500ml450ml
x 100%
= 111,11 %
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
BAB V
PEMBAHASAN
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Umumnya proses
ekstraksi dilakukan sesuai dengan kelarutannya, salah satu diantaranya
dengan melakukan sokletasi
. Metode sokletasi merupakan teknik ekstraksi yang digunakan
untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan tumbuhan
kering dengan menggunakan alat soklet. Metode sokletasi ini
menggunakan panas sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan.
Prinsipnya yaitu penguapan pelarut yang ditempatkan pada labu yang
dipanaskan, kemudian uap tersebut melewati pipa samping alat soklet dan
mengalami pendinginan ketika melewati kondensor. Pelarut yang
terkondensasi akan jatuh pada bagian dalam alat soklet yang berisi
sampel yang telah dibungkus kertas saring, sehingga seluruh senyawa
yang ingin diekstrak dari sampel tersebut akan tertarik dan ditampung
pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-menerus
sampai diperoleh hasil ekstraksi yang diinginkan. Keuntungan metode ini
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
adalah pelarut yang digunakan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
metode maserasi
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah
pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak
dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak
dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan
pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-
bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan
adalah pelarut hexana
Pada praktikum yang dilakukan kali ini yaitu pertama” di timbangan
serbuk sampel sebanyak 25 gram kemudian serbuk dibungkus dengan
menggunakan kertas saring dalam bentuk silinder dan digantung dengan
benang, hal ini berguna agar sampel tidak menyumbat pipa kapiler yang
berada pada alat soklet. Pelarut yang digunakan sebanyak 1 ½ kali
volume ekstraktor. Hal ini berguna agar pada saat pelarut diuapkan, labu
tidak kosong sehingga pengekstraksiaan berjalan sempurna. Proses
sokletasi di hentikan bila warna pelarut pada soklet menjadi bening.
Namun, pada percobaan kali ini pelarut tidak sampai bening karena
membutuhkan waktu yang lama. Hasil sokletasi yang terdapat dalam labu
kemudian dipanaskan kembali, ini berguna untuk memekatkan atau
mengeluarkan pelarutnya agar konsentrasi ekstrak lebih pekat. Ini
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
mempermudah saat pengkoloman dan dari percobaan yang dilakukan
didapatkan nilai % rendemen sebesar 196,5% dan % cairan penyari
sebesar 111,11% dengan susut cairan 50 ml hal ini membuktikan bahwa
metode soxhletasi lebih hemat cairan penyari di banding metode ekstraksi
yang lain.
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum
ekstraksi dengan metode sokletasi yaitu pelarut yang digunakan lebih
hemat.
VI.2 Saran
Diharapkan kepada para asisten untuk selalu membimbing
para praktikan selama praktikum berlangsung.
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
E k s t r a k s i |
DAFTAR PUSTAKA
Amin,Ansi. 2012. “Penuntun Praktikum Farmakognosi 2”. UMI : Makassar
Anonim. 2012. “Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I”. Universitas Muslim Indoseia: Makassar
Ditjem POM. 1997. “Materi Medika Indonesia Jilid I”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Ditjen POM. 1995 .”Farmakope Indonesia, Edisi IV” Departemen Kemerdekaan RI: Jakarta.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London: Chapman & hall.
Kurnia R. 2010. Ekstraksi dengan pelarut. http://www.lordbroken.com [24 Juni 2011]
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.
Yunita FC. 2004. Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edule) dan Uji Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012
top related