referat-berat-badan-lahir-rendah-bblr liza.docx
Post on 05-Feb-2016
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi
yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk
waktu yang lama.(1)
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah daya tahan tubuh
relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum
baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna,
hati, ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden
perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika
dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis,
infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatan.(1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (3).
II.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi
dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa
depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan
analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7% (2,3).
II.3 Klasifikasi
Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500
gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum
mencapai 38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari
42 minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid
yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)
Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal
Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:
- Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
- Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu
- Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus
kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)
Prematuritas murni
Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan intrauterine
dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)
a. Faktor Ibu:
Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)
Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,
penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)
Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor Janin :
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Cacat bawaan
Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)
Insufisiensi plasenta
Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)
c. Faktor Plasenta :
Plasenta previa
Solusio plasenta
Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)
Berat plasenta berkurang atau berongga
Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)
Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : (1)
Umur kehamilan kurang dari 38 minggu
Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
Panjang badan lahir kurang dari 46 cm
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm
Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
Tumit mengilap, telapak kaki halus
Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum
turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk
masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada
Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan kesakitan
menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat hubungan antara
umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.
Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian 11 tanda
fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas neonatus
berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.
Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda “wasting”atau insufisiensi
plasenta (Clifford):
Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium II
Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan
umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang
kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauteri.
Stadium III
Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang berwarna
kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.
2.4 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR (3).
(1) Faktor ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu dengan usia <>
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).
II.5. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah sebagai
berikut2 :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas
permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga
transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam
kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi
plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu
dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih
kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.
Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap
pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada
fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu
rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan
makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan
bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin
dibanding pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi
dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki
insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi
rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan
pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk
berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau keil untuk masa
kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut
dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan
janin berlaku pada semua ras.
II.6. DiagnosisMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan 1 jam setelah lahir, dapat diketahui
dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR (3):
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
8. Obat-obatan yang diminum selama hamil
B. Pemeriksaan Fisik.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:
1. Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain3:
1. Pemeriksaan Skor Ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian dita mbah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung
tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalamparu dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan
artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil
menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
5. USG kepala terutama bayi dengan umur kehamilan <35 minggu, dimulai
pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
II.7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-
10 hari, dan umur 4-6 minggu)
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan
tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa
lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat
berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari
1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan
setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Hitung umur koreksi.
Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
Awasi adanya kelainan bawaan.
Konseling pada saat BBLR pulang
Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
Pemberian ASI eksklusif
Menjaga bayi tetap hangat
Tanda bahaya untuk mencari pertolongan
Timbang BB, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga BB
bayi mencapai 2,5 kg
2.8 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):
HipotermiaPerbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena
kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding
dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
- Kaki teraba dingin
- Kemampuan menghisap lemah / tidak dapat menyusui
- Letargi dan menangis lemah
- Perubahan warna kulit dr pucat dan sianosis mnjdi kutis marmorata atau
pletora
- Takipnea dan takikardi
Manajemen proteksi thermal
1. Persiapkan ruang melahirkan yang hangat;
2. Lakukan pengeringan segera setelah bayi lahir;
3. Lakukan metode kontak kulit dengan kulit;
4. Lakukan pemberian ASI segera atau IMD;
5. Tidak segera memandikan/menimbang bayi;
6. Berilah pakaian dan selimut bayi yang adekuat;
7. Lakukan rawat gabung bersama ibu;
8. Transportasi hangat;
9. Resusitasi hangat.
HipoglikemiaPenyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL.
Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia
terjadi bila kadar gula darah 20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia :
Gemetar
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea Intermiten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitan minum
Terdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
Gagal jantung dan henti jantung
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia
berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika
kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Pada neonatus,ikterus jika bilirubin total serum lbh atau sm dgn 5 gr/dl
Tatalaksana hiperbilirubin indirek :
- ASI &kontak kulit dgn kulit (teratur)
- Meningkatkan asupan dlm volume maupun kalorinya
- Hentikan obat yg mempengaruhi metabolisme bilirubin
- Mengoreksi hipoksia, infeksi, & asidosis
Sindroma gawat nafas
Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat
yang penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang
terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah
lesitin dan mulai terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap
dan mulai berfungsi normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang
lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan
bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium
tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
18
Tanda klinis sindrom gawat nafas :- Pernafasan cepat
- Sianosis perioral
- Merintih sewaktu ekspirasi
- Retraksi substernal dan interkostal
Paten duktus arteriosus
Infeksi
Perdarahan intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,
sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal
epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan
terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
- Kegagalan umum untuk bergerak normal
- Refleks moro menurun atau tidak ada
- Letargi
- Pucat dan sianosis
- Apnea
- Kegagalan menetek dengan baik
- Muntah yang kuat
- Tonus otot menurun
- Tangisan bernada tinggi dan tajam
- Kejang
- Fontanela mayor
Apnea of Prematurity
Anemia
19
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain (3,8):
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan penglihatan (Retinopati)
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronis
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
II.9. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (5)
II.10. Prognosis
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2%-1%.Pada kebanyakan kasus, BBLR
dengan cepat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam 3 bulan pertama, dan
mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia 1 tahun.(7)
20
BAB III
KESIMPULAN
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram.BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem
perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan
lambat).Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta
tumbuh kembang.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF,
New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm.
1. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C. nelson
textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 2007
2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable
from :http://www.digilib.litbang.depkes.go.id.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting
optimal fetal growth. Avaliable from :
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html.
5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains
& Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.
6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable
from :http://www.IDAI.or.id.
7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2004.
8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable
from : http://www.eMedicine.com.
22
23
top related