referat ggn panik
Post on 23-Oct-2015
47 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFERAT
GANGGUAN PANIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Disusun oleh:
Naila Miskiyatun Nisa
Nur Azizah
Yulia Devina
Pembimbing:
dr. Adriesti Herdaetha, Sp.KJ
dr. Maria Rini Indriarti , Sp.KJ, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : 1. Naila Miskiyatun Nisa (01.209.5961)
2. Nur Azizah (01.209.5969)
3. Yulia Devina (01.209.6050)
JUDUL : Gangguan Panik
BAGIAN : Ilmu Kesehatan Jiwa
TINGKAT : Pogram Pendidikan Profesi Dokter
FAKULTAS : Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
PEMBIMBING : dr. Adriesti Herdaetha, Sp.KJ
dr. Maria Rini Indriarti , Sp.KJ, M.Kes
Kepanitraan Klinik
Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Telah diajukan dan disahkan pada Desember 2013
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Adriesti Herdaetha, Sp.KJ dr. Maria Rini Indriarti , Sp.KJ M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang
pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul Gangguan
Panik dalam rangka untuk memenuhi sebagian tugas dan syarat dalam
Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Adriesti Herdaetha, Sp.KJ dan dr. Maria Rini Indriarti , Sp.KJ M.Kes
selaku dosen pembimbing Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
RSJD Surakarta.
2. Teman – teman Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD
Surakarta.
3. Seluruh pihak yang turut serta dalam penyelesaian Referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Referat ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis
berharap agar referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi.............................................................................. 2
1.2. Epidemiologii.................................................................... 3
1.3. Etiologi dan Patofisiologi.................................................. 5
1.4. Gejala Klinik .................................................................... 6
1.5. Diagnosis........................................................................... 8
1.6. Diagnosis banding............................................................. 9
1.7. Perjalanan penyakit dan Prognosis................................... 10
1.8. Penatalaksanaan................................................................ 10
BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan panik merupakan satu gangguan cemas yang ditandai oleh
kecemasan yang spontan, episodic dan hebat. Serangan panik ini biasanya timbul
2 x seminngu dan biasanya berlangsung 20-30 menit dan jarang lebih lama dari
satu jam.
Serangan sering dimulai dengan episode gejala yang meningkat dengan
cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu
perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Pasien sering kali mencoba
untuk meninggalkan situasi dimana ia berada untuk mencari bantuan. Biasanya
pasien datang ke UGD atau praktek dokter dengan keluhan fisik : seperti nyeri
dada, dan rasa mau pingsan.
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala, walaupun pasien tidak
cenderung berbicara tentang gagasan bunuh diri, mereka berada dalam resiko
yang meninggi untuk melakukan bunuh diri. Ketergantungan alkohol dan zat lain
serta gangguan obsesif kompulsif juga dapat berkembang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GANGGUAN PANIK
2.1 Definisi
Panik berasal dari kata Pan yang berati dewa Yunani yang setengah
hantu yang tinggal dipegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit
diduga. Di tahun 1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan
oleh Sigmund Freud dalam kasus agorafobia. Gangguan panik dapat disebut
juga dengan sindrom hiperventilasi, hipokondriasis, psikosomatik ataupun
spasmofilia. Serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan
serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik
berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.
Gangguan panik menurut Kolb dan Brodie merupakan kelainan medis
berupa serangan panik berulang dan sering yang tidak disebabkan oleh
penggunaan zat atau obat atau gangguan jiwa lain dengan puncaknya adalah
peasaan takut, perasaan tidak nyaman dan khawatir berlebihan (Rusminta
Girsang, 2003). Gangguan panik menurut Kaplan dan Saddock disebabkan
oleh respon terhadap bahaya yang mengancam berasal dari dalam dirinya
sendiri yang merupakan dorongan yang tidak terkontrol (H.I Kaplan, B.J
Saddock, 2010).
Menurut DSM-IV, gangguan panik adalah gangguan yang sekurang-
kurangnya terdapat 3 serangan panik dalam waktu 3 minggu dan tidak
2
dalam kondisi berat ataupun dalam situasi yang mengancam kehidupan
(Rusminta Gisang, 2003). Gangguan panik bersifat rekuren dan akan
mengakibatkan terjadinya serangan panik yang tidak diduga-duga dan
mencapai puncaknya kurang dari 10 menit.
Terdapat 3 model fenomenologi gangguan panik, yaitu:
a. Serangan panik akut
Ditandai oleh timbulnya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom
secara mendadak dan spontan disertai peasaan ketakutan. Serangan ini
berakhir 10 – 30 menit dan dapat kembali normal.
b. Antisipasi kecemasan
Ditandai dengan peasaan takut bahwa serangan akan timbul kembali.
Keadaan ini jarang kembali normal karena sesudah serangan biasanya
penderita sudah dalam kondisi kronis dan selalu mengantisipasi
terhadap onset serangan.
c. Menghindari phobia
Adalah kondisi panik yang berkembang menjadi perilaku menghindar
atau fobia. Penderita menjadi ketakutan akan timbulnya serangan
panik sehingga penderita menghindari situasi tersebut.
Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode
kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat (biasanya kurang
dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi
dan takipnea. Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan
3
panik adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu hari sampai hanya
beberapa serangan selama setahun. Di Amerika Serikat, sebagian besar
peneliti dibidang gangguan panik percaya bahwa agoraphobia hampir selalu
berkembang sebagai suatu komplikasi pada pasien yang memiliki gangguan
panik.
2.2 Epidemiologi
Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi seumur hidup
untuk gangguan panik adalah 1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 –
5.6 %. Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600
orang dewasa yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka
prevalensi seumur hidup adalah 3,8 % untuk gangguan panik, 5,6 % untuk
serangan panik, dan 2,2 % untuk serangan panik dengan gejala yang terbatas
yang tidak memenuhi kriteria diagnostik lengkap.
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki,
walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin
berperan dalam distribusi yang tidak sama tersebut. Perbedaan antara
kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit hitam adalah sangat
kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam
perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan
yang belum lama. Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda -
usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25 tahun, tetapi baik gangguan
panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap usia. Sebagai
4
contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan
remaja. dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.
2.3 Etiologi dan Patogenesis
Faktor Biologis
Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah
menghasilkan berbagai temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala
gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam
struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah
menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi system saraf perifer dan
pusat di dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada
beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan
tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang berulang,
dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem
neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan
gamma-aminobutyric acid (GABA).
Faktor Genetika
Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka
prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan
panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko
gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama
pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat
5
pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga
pada kembar monozigot.
Faktor Psikososial
Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan
untuk menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori
kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang
dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses
pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari
pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan
kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan
ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan
gejala somatik. (Wade et.al, 2007)
Penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti bawah sadar
peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik
mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi
psikologis.
2.4 Gejala Klinik
Gangguan panik terutama ditandai dengan adanya serangan panik
yang berulang dan terjadi secara spontan. Kondisi cemas pada gangguan
6
panik terjadi secara tiba-tiba yang dapat meningkat disertai gejala-gejala
mirip gangguan jantung.
DSM IV menekankan bahwa sekurang-kurangnya serangan pertama
harus tidak diperkirakan untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan
panik. Gejala yang ditimbulkan antara lain:
a. Serangan dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat
selama 10 menit.
b. Gejala utama dan khas adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan
ancaman kematian dan kiamat
c. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber
ketakutannya dan mungkin merasa kebingungan dan mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian
d. Tanda-tanda fisik seperti takikardia, sesak napas dan berkeringat.
e. Sekurangnya satu serangan telah terjadi paling sedikit 1 bulan atau
lebih dengan kekhawatiran yang menetap mengalami serangan
tambahan perubahan peilaku bermakna berhubungan dengan serangan
f. Permasalahan somatik akan kematian dai gangguan jantung atau
pernapasan mungkin merupakan perhatian utama selama serangan
panik.
7
Terdapat beberapa kondisi medis yang mempunyai serangan panik,
diantaranya:
a. Hyper/hipothyroid
b. Hyperparatiroid
c. Prolaps mitral
d. Gangguan putus obat
e. Gangguan putus alkohol
f. Hipoglikemia
2.5 Diagnosis
Menurut Research Diagnostic Centre (RDC) mengharuskan adanya
enam serangan panik selama periode enam minggu. International
Classification of Disease revisi ke 10 (IRD-10) mengharuskan adanya tiga
serangan dalam tiga minggu (untuk penyakit sedang) atau empat serangan
dalam empat minggu (untuk penyakit parah), sedangkan DSM III
mengharuskan adanya empat serangan dalam empat minggu.
Untuk DSM IV sendiri kriteria diagnostik untuk gangguan panik adalah
sebagai berikut:
a. Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan.
b. Sekurangnya satu serangan telah terjadi paling sedikit 1 bulan (atau
lebih) dengan kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan
tambahan perubahan perilaku bernakna berhubungan dengan serangan.
c. Tidak terdapat agrofobia.
8
d. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya
obat yang disalahgunakan atau medikasi) serta kondisi medis umum.
e. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain
sepeti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif atau
gangguan stres pasca traumatik.
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai
diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
a. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya.
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situation)
c. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode
diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya
dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi
setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik
adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. Untuk
gangguan medis misalnya infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi, dan
9
feokromositoma. Sedangkan diagnosis banding psikiatri untuk gangguan
panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan spesifik,
gangguan stress pasca traumatik, dan gangguan depresi.
2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja
akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak,
remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan
bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan panic mungkin
berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang
dari satu kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan
panik sulit diinterpretasikan. Namun demikian kira-kira 30-40% pasien
tampaknya bebas dari gejala follow up jangka panjang, kira-kira 50%
memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi kehidupannya
secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang
bermakna.
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 %
dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama
gejala singkat cenderung memiliki prognosis yang baik.
2.8 Penatalaksanaan
Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika
penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis dan
10
psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-
gejalanya. Selain itu, Psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai
pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku
cemas.
Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah
obat anti-depresi dan anti-cemas :
a. Golongan Trisiklik ( Misalnya clomipramine dan imipramin)
b. Monoamin Oxidase Inhibitors ( Misalnya fenelzin)
c. Beberapa penelitian menyatakan MAOI lebih efektif dibandingkan
obat trisiklik.
d. Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs ( Misalnya fluoksetin)
Digunakan terutama pada pasien gangguan panic yang disertai dengan
depresi. SSRIs lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit dan
tidak terlalu menyebabkan ketergantungan fisik.
e. Benzodiazepin
Bekerja lebih cepat daripada anti-depresi, tetapi bisa menyebabkan
ketergantungan fisik dan menimbulkan beberapa efek samping
(Misalnya rasa mengantuk. gangguan koordinasi dan perlambatan
waktu reaksi).
(Evalina dan Hutagalung, 2007)
11
Terapi Kognitif dan Perilaku
Adalah terapi yang efektif untuk gangguan panik. Dua pusat utama
terapi kogmitif untuk gangguan panik adalah instruksi tentang kepercayaan
salah dari pasien dan informasi tentang serangan panic. Instruksi tentang
kepercayaan yang salah berpusat pada kecenderungan pasien untuk keliru
menginterpretasikan sensasi tubuh yang ringan sebagai tanda untuk
ancaman serangan panic, kiamat atau kematian. Informasi tentang serangan
panik adalah termasuk penjelasan bahwa serangan panik jika terjadi tidak
mengancam kehidupan (Sheehan et.al, 2010).
12
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan panik adalah gangguan yang ditandai dengan serangan panik
yang spontan dan tidak diperkirakan, atau periode kecemasan atau ketakutan yang
kuat dan relative singkat ( biasanya kurang dari 1 tahun). yang disertai dengan
gejala somatik.
Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki, gangguan paling
sering berkembang pada dewasa muda.
Faktor yang berperan dalam etiologi dan patofisiologi terjadinya gangguan
panik, diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.
Beberapa golongan obat yang efektif untuk gangguan panic adalah obat
trisiklik dan tetrasiklik, Mono Amine Oksidase Inhibitor (MAOIs), Serotonin
Spesific Inhibitors (RSSI) dan Benzodeazepine.
13
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Rusminta. 2003. Aspek biologis gangguan panik. Indonesian psychiatry
Quarterly. Jakarta
Kaplan H.I ., Saddock B.J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta
Hutagalung, evalina Asnawi, 2007. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi gangguan
Anxietas
V. Sheehan, david & Ray, Ashok, 2010. Decision ree : Anxiety and Avoidance
Behaviour. Departemen of Psychiatry University of south florida College of
Medicine; Excerpta Media
Wade, Carole & Travis, 2007. Psikologi. Edisi kesembilan jilid dua: Erlangga
14
top related