reformasi perizinan di bidang pertambangan mineral dan batubara pasca berlakunya uu no. 23/2014
Post on 16-Apr-2017
3.175 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFORMASI PERIZINAN DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA BERLAKUNYA UU NO. 23 TAHUN 2014
Sony Heru Prasetyo, S.H.,S.Hum.,M.H. Kasubag Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Jakarta, 3 Februari 2016
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
REGULASI & ARAH KEBIJAKAN BIDANG MINERBA TERKAIT TATA KELOLA PERIZINAN
Dalam kurun waktu tahun 2012 s.d tahun 2016,
kebijakan dan regulasi terkait tata kelola perizinan
pertambangan mineral dan batubara diwarnai dengan
beberapa isu penting, yaitu:
1. Kebijakan Penetapan WP dan Moratorium
Penerbitan IUP Baru
2. Penataan IUP (Kebijakan Clear and Clean IUP)
3. Penyesuaian dengan UU Nomor 23 Tahun 2014
4. Reformasi Perizinan Pertambangan Minerba
MORATORIUM PERIZINAN PERTAMBANGAN SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 4 TAHUN 2009
Sejak diterbitkannya UU Nomor 4 Tahun 2009,
Pemerintah (Direktorat Jenderal Minerba) telah
menerbitkan 2 (dua) Surat Edaran terkait
Moratorium Penerbitan IUP Baru sbb:
1. Surat Edaran DJMBP No. 03 tentang Perizinan
Pertambangan Sebelum Terbitnya Peraturan
Pemerintah Sebagai Pelaksanaan UU No. 4 Tahun
2009
2. Surat Edaran DJMB No. 08 Tahun 2012 tentang
Penghentian Sementara Penerbitan IUP Baru
Sampai Ditetapkannya Wilayah Pertambangan
SURAT EDARAN DJMBP NO. 03.E/31/DJB/2009
SURAT EDARAN DJMB NO. 08.E/30/DJB/2012
Moratorium Penerbitan IUP Baru
disebabkan karena belum adanya
penetapan Wilayah Pertambangan dari
Pemerintah
Meskipun Kepmen ESDM Tentang
Penetapan WP telah terbit pada tahun
2013 dan 2014, namun hingga saat ini
Menteri belum juga menetapkan satu
wilayah pun menjadi Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) mineral logam dan
batubara sebagai dasar dilakukannya
pelelangan wilayah dan penerbitan IUP
baru (mineral logam dan batubara)
MORATORIUM PENERBITAN IUP BARU UNTUK LOGAM DAN BATUBARA MASIH
BERLAKU EFEKTIF HINGGA SAAT INI
KONDISI OBYEKTIF PERLUNYA MORATORIUM PENERBITAN IUP BARU
1. Penataan IUP Belum Sepenuhnya selesai
2. Kebijakan Pengendalian Produksi
3. Masih Terbatasnya Tenaga Fungsional
Inspektur Tambang
4. Terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
II. PENATAAN IUP
Pemerintah sejak tahun 2011 mulai melakukan penataan IUP yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah(dalam rangka pembinaan dan pengawasan), diawali dengan adanya Rekonsiliasi IUP Nasional pada bulan Mei 2011
Kebijakan IUP Clear and Clean dan Sertifikat Clear and Clean menjadi salah satu bagian dari upaya penataan IUP yang saat ini masih dijalankan oleh Pemerintah dan Pemerintah Provinsi
Moratorium penerbitan IUP baru diharapkan dapat mengakselerasi pelaksanaan penataan IUP existing
II. PENATAAN IUP
Keterangan : 1. Setiap perubahan jumlah IUP merupakan usulan penambahan, penciutan dan peningkatan tahap dari Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. 2. Daftar Korsup KPK di 12 Provinsi : Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Maluku Utara, Sulawesi Tanggara dan Sulawesi Selatan 3. Daftar Korsup KPK di 19 Provnsi : Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Banten, Maluku, Papua, Papua Barat, Jabar, Jateng, Jatim,
DIY, NTT, NTB, Sulut, Sulbar dan Gorontalo
STATUS PENATAAN IUP
STATUS MINERAL BATUBARA
JUMLAH EKS OP EKS OP
C&C 1,491 2,422 1,298 1,159 6,370
NON C&C 1,143 1,680 822 315 3,960
SUB
TOTAL 2,634 4,102 2,120 1,474
10,320
TOTAL 6,736 3,594
Status: 21 Januari 2016
Keterangan: Data IUP didasarkan atas penyampaian SK pencabutan, masa berlaku habis dan peningkatan tahap oleh Pemerintah Daerah.
TINDAK LANJUT PENATAAN IUP Kementerian ESDM telah mengeluarkan Permen ESDM No. 43
Tahun 2015 tentang Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Minerba dalam rangka percepatan evaluasi C&C kepada Gubernur paling lambat 90 hari kerja.
Beberapa hal yang diatur dalam Permen ESDM No. 43/2015:
1. Penyelesaian evaluasi C&C oleh Gubernur dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kerja (paling lambat 12 Mei 2016)
2. Menteri/Gubernur melakukan pemberian sanksi administratif kepada pemegang IUP yang tidak memenuhi kriteria administratif, kewilayahan, teknis, lingkungan, dan finansial, termasuk melakukan pencabutan IUP
3. Menteri mengumukan IUP C&C dan Sertifikat C&C kepada pemegang IUP yang memenuhi kriteria administratif, kewilayahan, teknis, lingkungan, dan finansial
III. UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Pada tanggal 2 Oktober 2014 terbit UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 23/2014 membawa perubahan paradigma penyelenggaraan kewenangan pemerintahan terkait pengelolaan SDA, termasuk di bidang pertambangan minerba
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi (Pasal 14 ayat 1)
UU No. 4 Tahun 2009 dan seluruh peraturan turunannya (PP, Permen, dll) wajib menyesuaikan diri dengan UU No. 23/2014
Wilayah
Kerja
Kab/Kota dan
lintas Kab/Kota
Wilayah
Kerja
lintas Provinsi
PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH
GUBERNUR
PEMERINTAH
LOKAL DAN
REGIONAL
NASIONAL
GUBERNUR
PEMERINTAH
12
(Pasal 37 dan Pasal 48 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba Jo UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)
PEMBAGIAN URUSAN DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(PASAL 15 AYAT (1) JO. LAMPIRAN HURUF CC ANGKA 2)
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
1. Penetapan WP sebagai bagian dari tata ruang wilayah nasional, yang terdiri atas wilayah usaha pertambangan, wilayah pertambangan rakyat, dan wilayah pencadangan negara serta wilayah usaha pertambangan khusus
2. Penetapan WIUP mineral logam dan batubara serta wilayah izin usaha pertambangan khsusus
3. Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan lintas Daerah provinsi dan wilayah laut lebih dari 12 mil
Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu) Daerah provinsi dan wilayah laut s.d 12 mil
4. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan batuan pada: a. Wilayah izin usaha pertambangan yang
berada pada wilayah lintas Daerah provinsi;
b. Wilayah izin usaha pertambangan yang berbatasan langsung dengan negara lain;
c. Wilayah laut lebih dari 12 mil.
a. Penerbitan IUP mineral logam dan batubara dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
b. Penerbitan IUP mineral bukan logam dan batuan dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
5. Penerbitan izin usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal asing
6. Pemberian izin usaha pertambangan khusus mineral dan batubara
7. Pemberian registrasi izin usaha pertambangan dan penetapan jumlah produksi setiap Daerah provinsi untuk komoditas mineral logam dan batubara
8. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang komoditas tambangnya berasal dari Daerah provinsi lain di luar lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian, atau impor serta dalam rangka penanaman modal asing
Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu) Daerah provinsi
9. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing yang kegiatan usahanya di seluruh wilayah Indonesia
Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi
10. Penetapan harga patoka mineral logam dan batubara Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan
11. Pengelolaan inspektur tambang dan pejabat pengawas pertambangan
12. Penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan batuan dalam wilayah pertambangan rakyat
Lanjutan
KEWAJIBAN PEMDA DALAM PELAYANAN PERIZINAN Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur
pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah (Ps. 349)
Pemda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik
Kepala Daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ps. 350)
Dalam memberikan pelayanan perizinan Daerah membentuk Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kepala Daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi administratif, dan Menteri dapat mengambil alih pemberian izin yang menjadi kewenangan Pemda
Kepala Daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sebagaimana Ps. 350 dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-udangan apabila pelanggarannya bersifat pidana
Pasal 402, mengatur bahwa:
a. Izin yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014, tetap berlaku sampai dengan habis berlakunya izin;
b. BUMD yang telah ada sebelum berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014, wajib menyesuaiakan dengan ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak UU Nomor 23 Tahun 2014 diundangkan (paling lambat 2 Oktober 2017).
KETENTUAN PERALIHAN
UU NO. 23/2014
IV. PENYEDERHANAAN PERIZINAN SEKTOR MINERBA
IV. REFORMASI PERIZINAN SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PENYEDERHANAAN PERIZINAN SEKTOR MINERBA Penyederhanaan perizinan sektor minerba, diharapkan
dapat menjamin hal sbb: a) Perizinan yang tidak tumpang tindih (melakukan
justifikasi, rasionalisasi, sinkronisasi perizinan eksisiting dengan tuntutan dunia usaha yang relatif dinamis);
b) Pengurangan persyaratan perizinan (menghindari adanya duplikasi dan pengulangan persyaratan perizinan);
c) Tata kelola waktu perizinan yang jelas (menyesuaikan SOP dan Standar Pelayanan Minimal yang sudah ditetapkan);
d) Biaya perizinan yang jelas (harus ada maklumat pelayanan yang memuat biaya menjamin aspek akuntabilitas);
e) Kemudahan tempat perizinan (menjadikan ruang RPIIT sebagai role model PTSP);
f) Proses otomasi perizinan (mengutamakan pelayanan perizinan secara online untuk memberi kemudahan kepada dunia usaha dan mengurangi inefisiensi dari sisi waktu).
20
WP
WUP
WPN
WPR
WIUP
WIUPK
IPR
IUPK
IUP Lelang
Lelang
Permohonan
Lelang
Lelang
Mineral Batubara Min Non logam Batuan
Permohonan
Permohonan Permohonan Permohonan
Permohonan
IZIN USAHA PERTAMBANGAN (BAB I Pasal 3, 4 - BAB II Pasal 6,7,8,10,11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 – BAB III 47, 48 - BAB IV 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60,
62, 63, 64, 65, 66, 67, PP No. 23 Tahun 2010)
IUP/K EKSPLORASI &
OPERASI PRODUKSI
KP PU
KP EKSPLORASI
KP EKSPLOITASI
KP ANGKUT-JUAL
KP OLAH-MURNI
UU No. 11 Thn 1967
Usaha pertambangan dilakukan
berdasakan IUP, IUPK atau IPR dan
terletak pada WP
Dalam 1 WUP/K dapat terdiri atas 1 atau lebih WIUP
Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 WIUP/K
Bagi yang terbuka (go public) dapat lebih dari 1
WIUP
IUP EKSPLORASI
IUP OPERASI PRODUKSI
MINERAL PU EXPL
FS
LUAS KONST PROD LUAS
LOGAM
1 3 + (2X1) 1+(1) Max. 100.000
Min. 5.000
2 20 + (2x10) Max. 25.000
BATUBARA 1 2 + (2X1) 2 Max. 50.000
Min. 5.000
2 20 + (2x10) Max. 15.000
BUKAN LOGAM
1
Jenis
ttn
1
1
Jenis tertentu
3 + (1X1)
1
Jenis tertentu
1+(1)
Max. 25.000
Min. 500
3 10 + (2x5)
Jenis tertentu
20 +(2x10)
Max. 5.000
BATUAN 1 1 1 Max. 5.000
Min. 5
1 5 + (2x5) Max.1000
RADIO AKTIF
1 3+(1x1) 1 Tergantung Penugasan
Tergantung Penugasan
Tergantung Penugasan
: Sudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi
PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN MINERBA KE BKPM Menteri ESDM telah menerbitkan Permen ESDM No. 25 Tahun 2015
tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal
Kewenangan pemberian perizinan di bidang pertambangan yang didelegasikan kepada BKPM, meliputi:
1. IUP Ekslorasi
2. IUP Operasi Produksi
3. Pengakhiran IUP karena pengembalian
4. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan
5. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian
6. Izin Sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan
7. IUP Operasi Produksi untuk penjualan
8. Izin Prinsip pengolahand dan/atau pemurnian
9. Izin Usaha Jasa Pertambangan
PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN MINERBA KE BKPM Dalam rangka pendelegasian pemberian perizinan di bidang
pertambangan yang didelegasikan kepada Kepala BKPM termasuk pemberian persetujuan terhadap:
1. Perubahan status dari perusahaan PMDN menjadi perusahaan PMA
2. Perubahan status dari perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN
3. Persetujuan perubahan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan terkait:
a) Penyesuaian kerjasama
b) Penambahan kerjsasama
c) Peningkatan jumlah kapasitas
d) Penyesuaian IUP Operasi Produksi untuk penjualan
Dalam rangka pemberian perizinan, Menteri ESDM menunjuk pejabat/pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Minerba dengan status penugasan sebagai perwakilan KESDM untuk ditempatkan di BKPM
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
28
TIMELINE KERJA PTSP PUSAT
Peluncuran perizinan
online BKPM
Desember 2014
Januari 2015
2016
Peluncuran PTSP Pusat
(26 Jan)
PTSP Daerah 24 Provinsi – 120 Kabupaten/Kota
( Feb- Desember)
PTSP Daerah 34 provinsi
561 kab/kota
TUJUAN PTSP PUSAT: Tercapainya proses perizinan yang cepat, sederhana, transparan dan terintegrasi KONSEP PTSP PUSAT • Investor cukup datang ke BKPM sebagai penyelenggara PTSP Pusat untuk
mengurus perizinan investasi, tidak perlu lagi berkeliling kantor Kementerian/Lembaga
• Investor dapat memonitor proses perizinan secara online • Investor memperoleh kepastian mengenai tenggat waktu perizinan
Uji Coba PTSP
Pusat ( 15 Jan)
Sosialisasi PTSP Pusat
( Jan- Maret)
Percepatan dan Penyederhanaan
Perizinan ( Feb-April)
Februari- Desember
TERIMA KASIH
top related