refrat kulit kortikosteroid

Post on 14-Jul-2016

72 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

kortikosteroid

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID DALAM BIDANG DERMATOVENEROLOGI

Pembimbing : dr. H. Sofwan S. Rahman, Sp.KK

Presentan : Alvin Johan 2014-061-047

LATAR BELAKANG

• Kortikosteroid tetap merupakan pilihan utama untuk

menangani penyakit inflamasi primer pada kulit ataupun kondisi inflamasi sistemik yang menimbulkan gangguan sekunder pada kulit.

• Karena penggunaannya yang luas, maka diperlukan pemahaman yang baik mengenai sifat farmakologis, cara kerja, indikasi, dan kontraindikasi penggunaan kortikosteroid sebagai terapi dalam bidang dermatologi untuk menghindari munculnya efek samping yang tidak diinginkan.

2.1 DEFINISI KORTIKOSTEROID Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.

2.2 FARMAKOKINETIK

Kortikosteroid memiliki struktur dasar yang terdiri atas 17 atom karbon yang tersusun dalam tiga gugus heksana dan satu gugus pentana

• Regulasi fungsi kardiovaskular, pertumbuhan dan imunitas

• Waktu paruh 60-90 menit.

• 20% kortisol dikonversikan menjadi kortison

• 90% berikatan dengan corticosteroid binding globulin

• Sisanya dalam bentuk bebas dalam plasma

• Mengikuti ritme sirkadian; diatur oleh ACTH

• 10-20mg/hari

SINTESIS PEREDARAN

DALAM PLASMA

EFEK

FISIOLOGIS

WAKTU PARUH

KORTISOL

2.3 FARMAKODINAMIK

Kortikosteroid bekerja melalui reseptor intraselular

yang disebut reseptor glukokortikoid.

Secara garis besar mekanisme kerja kortikosteroid

dapat dibagi menjadi 3 :

1. Efek langsung terhadap ekspresi gen

2. Efek tidak langsung terhadap ekspresi gen (melalui

interaksi dengan faktor transkripsi lain)

3. Efek terhadap second messenger cascade

Mekanisme kerja kortikosteroid

EFEK KERJA KORTIKOSTEROID (yang penting dalam terapi)

Kortikosteroid

ANTI

INFLAMASI

IMUNO-

SUPRESIF

ANTI

PROLIFERATIF

VASO-

KONSTRIKSI

EFEK ANTI INFLAMASI KORTIKOSTEROID

EFEK IMUNOSUPRESIF KORTIKOSTEROID

• Inhibisi migrasi leukosit ke lokasi inflamasi

• Deplesi sel mast dari kulit • Inhibisi kemampuan

kemotaksis neutrofil dan APC

• Menurunkan jumlah sel langerhans

• Menurunkan tingkat Proliferasi Sel T

EFEK ANTI PROLIFERATIF KORTIKOSTEROID

Inhibisi sintesis DNA

Menurunkan proliferasi keratinosit

Menurunkan aktivitas fibroblas

Inhibisi pembentkan

kolagen

EFEK VASOKONSTRIKSI KORTIKOSTEROID

Diduga karena inhibisi vasodilator alami

Vasokonstriksi pembuluh kapiler

pada lapisan dermis

Mengurangi

eritema

2.4 KLASIFIKASI KORTIKOSTEROID

•SISTEMIK

•TOPIKAL

Berdasarkan Cara

pemberiannya

KLASIFIKASi KORTIKOSTEROID SISTEMIK (KS)

Dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan masa kerjanya

Kortikosteroid Dosis

ekuivalen (mg)

Potensi WPP

(menit)

Durasi

kerja(jam) Glukokortikoid Mineralkortikoid

Short-acting

Kortison

25

0,8

1

90

8-12

Kortisol

(hidrokortison)

20 1 0.8 30 8-12

Intermediate-acting

Prednison

Prednisolon

5

5

4

4

0.25

0.25

60

200

16-36

12-36

Metilprednisolon 4 5 0 180 12-36

Triamsinolon 4 5 0 300 12-36

Long-acting

Deksametason 0.75 25 0 200 36-54

*WPP= waktu paruh plasma

KLASIFIKASI KORTIKOSTEROID TOPIKAL (KT)

Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan vasokonstriksi

2.5 Penggunaan terapi kortikosteroid sistemik (KS)

Cara Pemberian

Lesi Oral

Intra Lesi Intra

Muskular

Intra Vena

Oral

• Prednison yang paling sering digunakan

• Tersedia dalam berbagai sediaan

Intra Lesi

• Akses langsung

• Lesi yang sedikit

• Lesi yang resisten terhadap terapi lain

Intra Muskular

• Kurang disukai

• Absorbsinya tidak menentu

• Sulit mengontrol dosis

Intra Vena

• Penyakit kulit parah yang perlu kontral segera

• Efek samping serius seperti kejang, reaksi anafilaktik, aritmia

LAMA PEMBERIAN

Jangka Pendek

< 4 minggu

Biasanya belum terjadi supresi HPA-

axis

Jangka Panjang

≥ 4 minggu

Perlu evaluasi dan monitoring efek

samping

Tapering-off jika keluhan membaik

Terapi jangka pendek Terapi jangka panjang

Dermatitis atopik Dermatomyositis

Behcet’s disease Epidermolisis bullosa akuisata

Dermatitis kontak Hemangioma

Vaskulitis kutaneus Linear IgA bullous dermatosis

Reaksi obat Lupus erythematosus

Eritroderma Pemfigoid

Herpes zoster Pemfigus

Kerion Sarcoidosis

Lichen Planus Systemic sclerosis

Photodermatitis Systemic vasculitis sydnromes

Post herpetic neuralgia

Pyoderma gangrenosum

SJS/TEN

Urtikaria/angiodeema

Acute febrile neutrophilic dermatosis

Tabel 3 . Kondisi dermatologis yang merupakan indikasi terapi glukokortikoid sistemik.5

*Biasanya gejala akut segera menghilang sesudah pemberian terapi KS, akan tetapi beberapa penyakit rentan relaps ketika KS dihentikan.

KONTRAINDIKASI PEMBERIAN KORTIKOSTEROID SISTEMIK

Infeksi jamur

Riwayat hipersensitivitas

Kondisi medis lain

(Tuberkulosis, ulkus peptikum, psikosis)

!

2.5.2 PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL (KT)

Cara Pemberian

Perhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhiabsorpsi sistemik obat

Lokasi Penggunaan

• Berdasarkan ketebalan stratum korneum

• Supply pembuluh darah pada daerah tersebut

Vehikulum

• Ointment

• Krim

• Lotion

• Gel

• Solution

Jenis Lesi

• Akut

• Subakut

• Kronis

PRINSIP PEMAKAIAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL (KT)

KT poten sebaiknya tidak diberikan pada

bayi dan anak

KT poten sebaiknya tidak digunakan > 2

minggu

Pada daerah lipat tubuh dan wajah

sebaiknya gunakan KT potensi rendah

Gunakan KT dengan potensi serendah

mungkin untuk mengontrol penyakit

Kortikosteroid bukan obat mujarab unuk semua dermatosis. Jangan digunakan jika diagnosis masih

tidak jelas (dapat mengaburkan efloresensi khas suatu dermatosis)

INDIKASI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL(KT)

Sangat responsif Cukup responsif Tidak terlalu responsif

Psoriasis (intertriginosa) Psoriasis Psoriasis (palmoplantar)

Dernatitis atopik (anak) Dermatitis atopik (dewasa) Psoriasis kuku

Dermatitis seboroik Dermatitis numularis Lupus erythematosus

Dermatitis intertriginosa Dermatitis iritan Pemphigus

Urtikaria Lichen planus

Parapsoriasis Granuloma annulare

Lichen simpleks chronicus Sarcoidosis

Dermatitis kontak

alergi (fase akut)

Insect bite

Tabel 4. Respons berbagai dermatosis terhadap terapi kortikosteroid topikal. 2

• Kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.

• Respons penyakit terhadap terapi kortikosterpid topikal berbeda-beda

KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL (KT)

Infeksi kulit

(Kontraindikasi utama)

Jerawat

Dermatitis perioral Rosasea

!

2.6.1 Efek Samping Terapi Kortikosteroid Sistemik

Lokasi Macam Efek Samping

HPA Axis Krisis adrenal (atrofi korteks adrenal)

Metabolisme Hiperglikemia, hyperlipidemia, perlemakan

hati, katabolisme protein

Kardiovaskular Kenaikan tekanan darah, gagal jantung

Tulang dan Sendi Gangguan pertumbuhan pada anak,

osteoporosis, scoliosis, nekrosis avascular

Saluran cerna Tukak lambung, hipersekresi asam lambung,

pankreatitis, kolitis ulseratif

Otot Miopati panggul/bahu, hipotrofi, fibrosis

Kulit Strie atrofise, hirstutisme, hipotrofi, erupsi

akneiformis, purpura, telangiektasis

Mata Katarak, glaucoma

Darah Kenaikan Hb, eritrosis, leukosit dan limfosit

Sistem Imunitas Tuberkulosis dan herpes simpeks, keganasan

Lain-lain Sindrom Cushing, gangguan menstruasi, sakit

kepala, impotensi, hyperhidrosis, perubahan

kepribadian, nafsu makan bertambah, retensi

natrium, hypokalemia

Efek Samping Kortikosteroid Sistemik (KS)

• Pada umumnya, efek samping penggunaan KS meningkat sesuai dengan dosis, lama terapi, dan frekuensi penggunaan.

• Ketika KS digunakan selama < 2 minggu, biasanya tidak ditemukan efek samping serius meskipun diberikan dalam dosis yang cukup besar.

• Sehubungan dengan berbagai efek samping tersebut, maka penggunaan KS jangka panjang harus disertai dengan monitor yang ketat. Pasien dianjurkan untuk mendapat diet rendah kalori, rendah lemak, rendah garam, tinggi protein, tinggi kalsium, dan tinggi kalsium.

2.6.2 Efek samping penggunaan kortikosteroid topikal (KT)

Sistemik

• Lebih jarang terjadi daripada efeksamping lokal

• Berupa gangguan pada mata, HPA-axis, dan gangguan metabolisme

Lokal

• Atrofi kulit

• Erupsi Akneformis

• Hipertriksois

• Telangiektasis

• Rentan terkena Infeksi

• Reaksi Alergi

• Pemberian KT pada ulkus malah akan memghambat penyembuhan ulkus.

• Kulit yang mendapat terapi KT juga menjadi mudah terkena infeksi dan jika sudah ada infeksi sebelumnya menjadi lebih mudah meluas.

• Gambaran klinis penyakit infeksi yang mendapat terapi KT menjadi kabur dan tidak khas karena efek anti-inflamasi dari kortikosteroid

• Biasanya reaksi alergi muncul bukan karena reaksi terhadap bahan aktif kortikosteroid, tetapi bereaksi terhadap vesikulum yang digunakan

Efek samping penggunaan kortikosteroid topikal (KT)

TERIMA KASIH

top related