rencana strategis - pompom.go.id/ppid/2015/rbalai/manado.pdf · 2015. 9. 16. · iv rencana...
Post on 30-Dec-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2015 - 2019
Balai Besar POM
di Manado
Rencana Strategis
ii
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
KATA PENGANTAR
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan
bahwa setiap kementerian dan lembaga perlu menyusun Rencana Strategis
(Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019
tanggal 8 Januari 2015 serta telah ditetapkannya Renstra 2015 - 2019
Badan Pengawas Obat dan Makanan maka Balai Besar POM di Manado
menyusun Renstra Tahun 2015-2019.
Renstra Balai Besar POM di Manado disusun dengan mengacu pada Renstra Badan
POM dengan mempertimbangkan lingkungan strategis yang ada. Renstra merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Manado dan menjadi acuan dalam
penyusunan perencanaan tahunan. Renstra Balai Besar POM di Manado tahun 2015 – 2019
ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan dalam kurun waktu 2015 – 2019.
Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Manado dilaksanakan melalui pendekatan
teknokratis, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down) dan bawah-atas (bottom-up). Rencana
Strategis Balai Besar POM di Manado Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan dalam
kurun waktu 2015-2019.
Akhir kata, semoga Renstra Balai Besar POM di Manado tahun 2015-2019 dapat
bermanfaat bagi masyarakat di Sulawesi Utara pada khususnya dan bangsa Indonesia pada
umumnya.
Manado, 24 April 2015
Kepala Balai Besar POM
Di Manado
Dra. Susan Gracia Arpan, Apt, M.Si
NIP. 19650713 199103 2 001
iii
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI MANADO
NOMOR : HK.06.02.103.04.15.953
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI MANADO
TAHUN 2015 – 2019
KEPALA BALAI BESAR POM DI MANADO
Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (RENSTRA K/L) 2015
– 2019.
b. bahwa dengan telah ditetapkannya Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015 – 2019, setiap instansi pemerintah harus menyusun
Rencana Strategis Kementrian/Lembaga;
c. bahwa agar pembangunan dapat berjalan dengan efektif, efisien dan
bersasaran diperlukan adanya dokumen rencana pembangunan;
d. bahwa Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan telah
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun 2015 - 2019;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
5. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
BAPENNAS Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra-KL) 2015 –
2019;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor. HK.00.05.21.3546 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM.
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No 2 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015 -
2019
iv
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Memperhatikan : 1. Surat Kepala Badan POM RI Nomor OR.01.02.1.21.04.15.1783 April 2015
tentang Penetapan Renstra BPOM 2015 - 2019;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI MANADO TENTANG
RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI MANADO TAHUN
2015 - 2019.
PERTAMA : Rencana Strategis Balai Besar POM di Manado tahun 2010-2014 yang
selanjutnya dalam keputusan ini disingkat Renstra Balai Besar POM di Manado
Tahun 2015 – 2019 yang berisi gambaran umum pembangunan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku
Utara, yang meliputi aspek-aspek pengawasan keamanan makanan dan bahan
berbahaya; pengawasan keamanan, manfaat dan mutu produk terapetik/obat dan
perbekalan rumah tangga; pengawasan keamanan, manfaat dan mutu obat
tradisional, suplemen makanan dan kosmetik; pengetatan pengawasan narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif/rokok; pemberdayaan
konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan; peningkatan kapasitas
manajemen; perangkat hukum dan profesionalisme sumber daya manusia serta
sarana; penyidikan dan penegakan hukum di bidang Obat dan Makanan;
penguatan kapasitas laboratorium pengawasan Obat dan Makanan nasional; serta
pemantapan jejaring lintas sektor;
KEDUA : Rencana Strategis Balai Besar POM di Manado menjadi landasan dalam
melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di
Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku Utara untuk masa tahun 2015–
2019;
KETIGA : Rencana Strategis Balai Besar POM di Manado tahun 2015 – 2019 sebagaimana
tersebut dalam lampiran Keputusan ini;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Manado
Pada tanggal : 24 April 2015
Kepala Balai Besar POM di Manado
Dra. Susan Gracia Arpan, Apt, M.Si
NIP. 19650713 199103 2 001
1
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, memberikan amanat bahwa pererncanaan pembangunan disusun secara periodik
meliputi rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20
tahun, rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta rencana pembangunan
tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki maksud untuk memberikan arah
sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi
menjadi empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), salah
satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN
2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk
lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan
keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-
program prioritas Pemerintah, Balai Besar POM di Manado sesuai kewenangan, tugas pokok
dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Manado untuk periode
2015-2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Manado ini berpedoman pada RPJMN
Periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di Manado periode 2015-
2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil
evaluasi pencapaian kinerja periode 2010-2014 serta melibatkan pemangku kepentingan yang
menjadi mitra BPOM. Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Manado periode 2015-2019
2
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Balai Besar POM di Manado dibandingkan dengan
pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Manado pada saat ini berdasarkan peran,
tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
A. Peran Balai Besar POM berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Balai Besar POM di Manado adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI, sesuai
Keputusan Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tahun 2001 dengan perubahan
terakhir Nomor HK.00.05.21.3546 tahun 2009 mempunyai Tugas Pokok untuk
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplimen, keamanan pangan dan
bahan berbahaya.
Badan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang
bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi, dan kewenangan Badan POM diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen
yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketujuh Atas Keppres 103 Tahun 2001.
Balai Besar POM di Manado menyelenggarakan fungsi: (1) Penyusunan rencana dan
program pengawasan obat dan makanan; (2) Pelaksanaan pemeriksaan secara
laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan
berbahaya; (3) Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk secara mikrobiologi; (4) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh
dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi; (5) Pelaksanaan penyelidikan dan
penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; (6) Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana
produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan; (7) Pelaksanaan
kegiatan layanan informasi konsumen; (8) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian
obat dan makanan; (9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; (10)
Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan bidang
tugasnya
Badan POM mempunyai 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga Badan POM, yakni:
(1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan sebelum beredar (pre-market)
melalui: a) Peningkatan registrasi/penilaian Obat dan MakananObat dan Makanan yang
3
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
diselesaikan tepat waktu; b) Perkuatan standar, regulasi dan pedoman pengawasan obat
Obat dan Makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha untuk pemenuhan
standar dan ketentuan yang berlaku; c) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan
distribusi Obat dan Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing
Practices (GMP) dan Good Distribution Practice (GDP) terkini; d) Penguatan kapasitas
laboratorium Badan POM. (2)Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di
masyarakat (post-market) melalui: a) Pengambilan sampel dan pengujian; b)Peningkatan
cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di seluruh
Indonesia oleh 33 BB/BPOM, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi
awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan di Pusat dan Balai.
(3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka
meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai melalui: a)
Public Warning; b) Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS), peningkatan kegiatan Badan POM Sahabat Ibu, dan advokasi kepada masyarakat.
Tugas dan fungsi tersebut, melekat pada Badan POM sebagai lembaga pemerintah
yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Badan POM
idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerak
ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Dengan luas wilayah darat Indonesia yang
mencapai 1.922.570 km² merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi Badan
POM melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Negara Indonesia ini
berbentuk kepulauan yang tentu saja terdapat banyak pintu masuk bagi berbagai Obat dan
Makanan ke Indonesia. Namun hal ini, tidak menjadi hambatan dan justru menjadi
tantangan tersendiri bagi Badan POM untuk melakukan revitalisasi tehadap kinerjanya
dalam hal mengawasi Obat dan Makanan produksi dalam negeri maupun impor yang
beredar di masyarakat. Di sisi lain, perkembangan modernisasi suatu bangsa akan
berpengaruh pada pola hidup masyarakat. Dengan perkembangan modernisasi atau pola
hidup tersebut menjadikan sulit bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup,
terutama pemenuhan standar kesehatan.
B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala
BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala
BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai
4
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Besar/ Balai POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor
05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.
Wilayah kerja Balai Besar POM di Manado telah mengalami perubahan, dengan
berdirinya Balai POM di Sofifi pada tahun 2014 berdasarkan Surat Keputusan No. 14
tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Laksana UPT di
Lingkungan Badan POM RI, Wilayah kerja Balai Besar POM di Manado, hingga tahun
2014 meliputi Sulawesi Utara dan Maluku Utara, dengan berdirinya Balai POM di Sofifi,
maka ada pembagian wilayah kerja yaitu Balai Besar POM di Manado untuk Wilayah
Sulawesi Utara dan Balai POM Sofifi untuk Wilayah Maluku Utara. Dengan berdirinya
Balai POM di Sofifi, maka akan berpengaruh terhadap perencanaan dan program
pengawasan Balai Besar POM di Manado. Perencanaan tersebut dituangkan dalam
Lampiran II.1 - II.3 dimulai pada tahun 2016 Balai Besar POM di Manado dan Balai
POM di Sofifi memiliki program masing- masing yang dituangkan dalam RENSTRA.
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada Gambar 1.1,
5
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Manado sesuai dengan peran dan
fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang dimiliki dengan kompetensi yang baik. Jumlah
SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Manado untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 85 orang, yang
tersebar di unit kerja. Dengan berdirinya Balai POM di Sofifi, maka jumlah pegawai
Balai Besar POM di Manado yang bertugas di POS POM Sofifi dialihkan menjadi Balai
POM di Sofifi sehingga jumlah pegawai di Balai Besar POM di Manado berjumlah 75
orang. Adapun jumlah pegawai Balai Besar POM di Manado berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Profil Pegawai Balai Besar POM di Manado Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
No Unit Kerja
Pendidikan Juml per Bid/Sub
S2 Apt S1 D3 SMF/ SMAK
SLTA SD
1 Kepala 1
1
2 Subbag TU
2 6 4 3 1 1 17
3 Bid.Pemeriksaan dan Penyidikan
1 6 5
4 1
17
4 Bid Pengujian Pangan & Bahan Berbahaya
4 2 1 1
8
5 Bid. Pengujian Mikrobiologi
1 2 1 1 2
7
6 Bid. Pengujian Prod terapetik, OT, Kosmetik & prod komplemen
11 1 2
14
7 Bid. Sertifikasi dan LIK 2 6 2
1
11
8 POS POM Sofifi 1 6 3
10
Jumlah per Pendidikan/ Total
6 37 20 8 10 3 1 85
Gambar 1.2 Profil Proyeksi Kebutuhan Pegawai Balai Besar POM di Manado Tahun 2015 - 2019
6
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Tabel tersebut menggambarkan kebutuhan pegawai untuk Balai Besar POM di
Manado dan Balai POM Sofifi. Data tersebut memisahkan kebutuhan pegawai Balai
Besar POM di Manado dan Balai Sofifi dikarenakan telah resmi berdirinya Balai Besar
POM di Sofifi pada 17 Oktober 2014. Data tersebut mengasumsikan bahwa selama 2016
– 2019 dilakukan renumerisasi sehingga tidak ada penambahan jumlah pegawai.
Berdasarkan tabel 1.1 dan gambar 1.2 diatas dirasakan bahwa untuk menghadapi
perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan
strategis eksternal maka perlu dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM
agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa
mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.
C. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Manado periode 2010-2014
Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai Besar POM di
Manado tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai
sasaran strategis pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2 Capaian Kinerja Balai Besar POM di Manado Periode 2010-2014
NO Indikator
T*)
Tahun 2014 Tahun
2013
Tahun
2012
Tahun
2011
Tahun
2010
2014 R
**)(%)
%C***)
R (%) R (%) R (%) R (%)
thd 2014
1 Persentase kenaikan Obat
yang memenuhi standar 0,4 5,16 1290 4,44 5,64 5,65 Baseline
2 Persentase kenaikan Obat
tradisional yang memenuhi
standar
0,4 24,48 6120 24,70 19,92 24,68 Baseline
3 Persentase kenaikan
kosmetik yang memenuhi
standar
0,4 4,61 1152,5 4,51 4,52 4,55 Baseline
4 Persentase kenaikan
suplemen makanan yang
memenuhi standar
0,4 4,90 1225 4,70 4,80 4,90 Baseline
5 Persentase kenaikan
makanan yang memenuhi
standar
8 20,07 250,875 12,63 15,36 8,10 Baseline
6 Proporsi obat yang
memenuhi standard (aman,
manfaat, dan mutu)
99,84 99,26 99,42 98,74 99,84 99,75 94,00
7 Proporsi obat tradisional
yang mengandung Bahan
Kimia Obat (BKO)
0,55 0,42 100,13 0 4,88 0,22 75
7
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
8 Proporsi kosmetik yang
mengandung bahan
berbahaya
0,28 0,29 99,99 0,19 0,28 0,35 95
9 Proporsi suplemen
makanan yang tidak
memenuhi syarat keamanan
4,4 0 104,60 0 0 0 95
10 Proporsi makanan yang
memenuhi syarat 85,3 96,17 112,74 88,93 91,56 84,20 76
Sebagaimana tabel 1.2 terkait pencapaian kinerja pada Renstra tahun 2010-2014
tersebut di atas, kinerja BBPOM di Manado telah menunjukkan perbaikan yang semakin
signifikan. Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja BBPOM di Manado sesuai dengan
tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan Makanan. Adapun penjelasan
pencapaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: Untuk indikator
kinerja Obat yang beredar telah memenuhi syarat tercapai sebesar 99,84%, sedangkan
Obat Tradisional beredar telah tercapai memenuhi syarat 99,58%. Untuk kinerja
Kosmetik beredar telah memenuhi syarat sebesar 98,71%, dan kinerja Suplemen
Makanan tercapai sebesar 100%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar
96,17%. Capaian yang tinggi (>100%) tidak dapat disimpulkan bahwa kinerja BBPOM di
Manado telah luar biasa. Justru ini menunjukan keterbatasan BBPOM di Manado dalam
perencanaan dan penetapan target. Oleh
karena itu hal ini akan menjadi fokus
perbaikan dalam Renstra 2015-2019 ke
depan, yaitu dalam menetapkan baseline
data dan laju kenaikan tiap tahunnya.
Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan
Obat dan Makanan tetap menjadi
mainstreaming di Renstra 2015-2019. Di
bawah ini pada gambar 1.3 dapat dilihat
secara grafik pencapaian kinerja BBPOM
di Manado dari tahun 2010-2014.
Dari Gambar 1.3a sampai 1.3e dapat
dilihat hasil pengawasan Obat dan
Makanan selama tahun 2010-2014.
Persentase/proporsi Obat dan Makanan
yang memenuhi syarat pada tahun 2014
Gambar 1.3a. Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS)
Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.3b. Profil Obat Tradisional yang Memenuhi
Syarat (MS) Tahun 2010 - 2014
8
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
cenderung mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Namun, jika dibandingkan
terhadap tahun 2011 Persentase/proporsi Obat dan Makanan yang memenuhi syarat pada
tahun 2014 cenderung mengalami penurunan. Di sisi lain, saat ini masih dijumpai produk
Obat dan Makanan
illegal/palsu/substandar. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa pengawasan Obat
dan Makanan yang dilakukan oleh Badan
POM selama ini harus terus ditingkatkan.
Perkuatan pengawasan post market
merupakan hal yang tak dapat dielakkan
lagi.
Pencapaian selama 2010 – 2014
relative tinggi, namun untuk lima tahun ke
depan, tantangan akan Harmonisasi
ASEAN serta Perdagangan Bebas ASEAN
akan memicu lalulintas barang masuk ke
Indonesia akan mengalami peningkatan.
Tidak terkecuali produk berupa obat-
obatan, kosmetik, obat tradisonal,
suplemen makanan serta makanan yang
menjadi ruang lingkup kerja BBPOM di
Manado. Terlebih dari sisi geografis
Sulawesi utara yang berbatasan dengan
Negara Filipina tak terelakan aka nada
lalulintas barang yang cukup besar. Hal ini
menjadi tantangan bagi BBPOM di
Manado untuk melindungi masyarakat dari produk obat, kosmetik, obat tradisional,
suplemen makanan serta makanan yang berbahaya bagi kesehatan.
Gambar 1.3c. Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat
(MS) Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.3d. Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi
Syarat (MS) Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.3e. Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat
(MS) Tahun 2010 - 2014
9
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global,
permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Arus
besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan
jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan
arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai
sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change),
ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit,
mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh BPOM. Hal ini menuntut
peningkatan peran dan kapasitas instansi BPOM dalam mengawasi peredaran produk
Obat dan Makanan.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi oleh
BPOM terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan
yang akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan
bebas, komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut
saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi
peran BPOM baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:
1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa
Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem
kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang
dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan
sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan
tersebut.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak
(pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk
10
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan
peran serta masyarakat melalui Posyandu.
Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan
pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau BPOM untuk
makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam melakukan pengawasan
yang lebih komprehensif.
Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin
mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan masyarakat
tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat.
Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal ini merupakan tantangan ke depan
yang akan dihadapi oleh BPOM dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan
bermutu.
Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa
permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu
obat adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan mutu obat
yang beredar seperti Kemenkes, Dinkes, BKKBN termasuk industri farmasi dalam
hal tingkat kematangannya dalam penerapan CPOB. Terkait meluasnya penggunaan
jamu dan obat-¬obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masya¬rakat
diperlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.
Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu
pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali.
Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya
perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan
kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan
gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.
Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi BPOM untuk
dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang
beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, BPOM selama
ini melakukan kontrol dalam bentuk penilaian sebelum produk beredar di pasar dan
pengawasan secara ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat.
Selain itu, BPOM juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat
mengenai produk obat yang aman, bermutu dan berkhasiat.
11
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar
setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju
terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
Program JKN diatur dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Dalam JKN juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang
merupakan bagian tak terpisahkan dalan penyelenggaraan pembangunan Kesehatan.
Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung
terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya
jumlah permohonan pendaftaran produk obat, baik dari dalam maupun luar negeri
karena perusahaan/industri obat akan berusaha menjadi supplier obat untuk program
pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis
obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya peningkatan demand
terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak
langsungnya diasumsikan adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat, baik jumlah
maupun jenisnya. Dampak lain adalah banyak industri farmasi yang akan
melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan
perluasan sarana yang dimiliki. Adanya peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut,
maka akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Dalam hal ini peran BPOM akan semakin besar, antara lain adalah
peningkatan pengawasan pre-market melalui sertifikasi CPOB dan post-market
melalui intensifikasi pengawasan obat pasca beredar.
Dengan penerapan JKN, maka akan banyak industri farmasi yang harus
melakukan resertifikasi CPOB yang berlaku 5 (lima) tahun. Sampai dengan tahun
2014, industri farmasi yang melakukan sertifikasi CPOB baru sekitar 207 sarana.
Dari sisi penyediaanb (Supply Siade) JKN, kapasitas dan kapabilitas
laboratorium pengujian BPOM harus terus diperkuat. Begitu pula dengan
pengembangan dan pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan
(Penguji, evaluator, maupun inspektur), serta kuantitas SDM yang harus terus
ditingkatkan sesuai dengan beban kerja.
3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)
Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs)
pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan MDGs sebagai pendorong
tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan
12
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
masyarakat. Khusunya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini
disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 Goals. Dalam
bidang kesehatan, faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan
daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam
pembangunan masyarakatnya.
Terkait Goal 2. End Hunger , achieve food security and improved nutrition, and
promote sustainable agriculture, selain ketahanan pangan, kondisi yang harus
diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin, kelompok rentan termasuk bayio
memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang aman, bergizi dengan jumlah
yang cukup sesuai kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi ini adalah tersedianya
pangan dengan nilai gizi yang cukup, misalnya pangan diet khusu mengandung
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien diabetes, garam dan terigu
difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula bayi dan lansia.
Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan yang telah dinspeksi dan
dibina BPOM/Standar Nasional Indonesia/Standar Internasional. Tantangan bagi
BPOM ke depan adalah penyusunan kebijakan teknis terkini tentang standar gizi
pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat dan keamanan pangan olahan serta KIE
kepada masyarakat
Terkait Goal 3. Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages,
salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di
dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan
bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan dan
menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif dan bermutu untuk upaya
kesehatan preventif, promotif maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat
meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi inni adalah ketersediaan obat yang
aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai
hanya jika Industri Farmasi yang telah diintervensi (diawasi dan dibina BPOM)
mempraktekan GMP dalam produksi Obat yang aman, berkhasiat dan bermutu dan
PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution Practices untuk
mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi BPOM ke depan adalah intensifikasi
pengawasan pre-market dan post-market, serta pembinaan pelaku usaha agar secara
mandiri menjamin mutu produknya.
13
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
4. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang
mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya,
teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya
teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini
dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era
globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan
kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga
mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.
Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut
telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,
khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas
(Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-
China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership
(AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free
Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan negara-negara tersebut
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan
daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN
sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka
peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan
sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran
domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut.
Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun
2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan
dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar
negeri.
Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional
khususnya di sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan
harus ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita
dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan
negara-negara lain tersebut.
14
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah
obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain,
merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan
bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari
luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi.
Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam
mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.
Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi
saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah
yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan
semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses kesehatan
yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di
pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk
mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas sehingga menyebabkan harga
obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain, secara nasional jumlah apotek yang ada juga
masih kurang, dimana belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek.
Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi.
Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-obat
yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal
ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World Health
Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan
mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tentunya hal ini
menjadi tantangan yang sangat serius bagi BPOM sebagai lembaga negara yang
bertanggungjawab terkait dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang
beredar di masyarakat.
Menurut data BPOM tahun 2014, jumlah perusahaan farmasi di Indonesia
mencapai 207 perusahaan, sebanyak 34 di antaranya merupakan perusahaan
multinasional. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh 12-13%
setiap tahun dan lebih dari 70% total pasar obat di Indonesia merupakan perusahaan
nasional. Namun, ketergantungan impor bahan baku obat masih sangat tinggi,
bahkan 95-96% diimpor dari China, India dan Eropa.
15
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Produksi domestik untuk bahan baku obat juga masih sangat kecil. Meskipun
Indonesia mampu memproduksinya, sampai saat ini kebanyakan masih belum dapat
bersaing dengan produk impor. Jumlah industri farmasi nasional cukup besar
dengan kapasitas produksi sebesar 3% dari kapasitas total dunia. Namun, disisi lain,
pasar farmasi Indonesia relatif kecil yaitu sekitar 0,2% dari total pasar dunia
(Kardono, 2004). Apabila terjadi kenaikan drastis harga obat yang berakibat
menurunnya daya beli masyarakat, hal ini akan membuat masyarakat lebih sulit
untuk mendapatkan obat, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesehatan
masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain produsen farmasi, Indonesia juga memiliki pasar pengobatan tradisional
yang cukup besar. Saat ini terdapat sekitar 900 industri skala kecil dan 130 industri
skala menengah obat tradisional, namun baru 69 yang memiliki sertifikat Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Padahal Indonesia memiliki sekitar 9.600
tumbuhan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan obat. Setidaknya terdapat
sekitar 300 jenis tumbuhan yang telah digunakan sebagai bahan dasar industri obat.
Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka
pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri farmasi di Indonesia.
Dengan adanya Free Trade Area (FTA), maka pemerintah harus mengembangkan
kesiapan industri farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan dan
ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing
dengan produk obat dari luar negeri.
5. Perubahan Iklim
Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian
khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat,
bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri
makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting
sebagai pemasok pangan dunia.
Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor makanan,
minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari karet
terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari BPOM untuk
mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi produk makanan dari hulu
hingga hilir. Selain produk makanan yang termasuk didalamnya, terdapat industri
obat-obatan, yakni obat kimia, maupun suplemen yang berbahan baku dari herbal.
16
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Ekonom Faisal Basri dalam Kompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa
industri makanan dan minuman berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-impor produk makanan dan minuman
serta peringkat pertumbuhan industri. Namun hasil peningkatan ini masih perlu
didukung dengan peran teknologi (inovasi produk, kemasan dan lainnya),
infrastruktur (logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan yang terkait industri
makanan dan minuman), health and primary education (sumber daya manusia
Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari BPOM akan semakin berat dan sangat
dibutuhkan dalam upaya mencegah Obat dan Makanan mengandung bahan
berbahaya bagi tubuh.
Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya
bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut
diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan
mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.
Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for
Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan
kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim,
Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang
perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya
Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia, terdapat
tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan
perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare.
Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak
ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan
(ISPA) dan penyakit batu ginjal.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim,
diperlukan peranan dari BPOM dalam mengawasi peredaran varian produk obat
yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri,
maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga
diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling
banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari BPOM melakukan
pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.
17
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
6. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat
Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi,
yakni pendapatan perkapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan diproyeksikan pada
tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012) dan telah menjadi 10
(sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Indikator ini
menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakat Indonesia. Secara teori
dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi
masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.
Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan masyarakat Indonesia pada
Gambar 1. 5, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi obat
modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun
2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%.
Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia
justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih
lama.
Gambar 1.4 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional
Sumber: Susenas BPS 2009-2012
Sementara Untuk Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, pola konsumsi Obat, Obat
Tradisional dan Lainnya seperti tertera pada gambar
91,63% 90,76% 90,96% 91,40%
22,24% 27,57%
23,63% 24,33%
0,00%
30,00%
60,00%
90,00%
2009 2010 2011 2012
Obat Modern
Obat Tradisional
18
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 1.5 Persentase Penduduk Prov Sulawesi Utara yang Mengkonsumsi Obat Modern dan
Tradisional
Data BPS – RI Susenas 2009 - 2012
Dengan melihat pola konsumsi obat, obat tradisional yang demikian, maka Balai
Besar POM di Manado memiliki tantangan yang berat untuk mengawasi produk
obat dan makanan yang beredar di Sulawesi utara agar aman untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.
7. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk
tahun 2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49%
pertahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari gambar 1. 6 di bawah
ini, dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur
remaja 15-19 tahun, namun menunjukan tren penurunan. Sementara usia produktif
antara 30-54 tahun justru menunjukan tren meningkat dari waktu ke waktu.
Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan tren yang
meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan
hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat.
Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni 9,079
juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta (BPS Proyeksi
Penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban penyakit untuk kaum
lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan kesehatan pada
jangka panjang yang lebih berkualitas.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
2009 2010 2011 2012 2013
93,14 92,73 90,62 91,88 91,88
12,82 17,81 17,94 17,27 17,27
Obat Modern
Obat Tradisional
Lainnya
19
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 1.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun
2009-2013
Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013
Untuk wilayah Sulawei Utara, berdasarkan”Proyeksi Penduduk Indonesia tahun
2010 – 2035 memiliki profile sebagai berikut.
Gambar 1.7 Piramida Penduduk Sulawesi Utara
Tahun 2010
Tahun 2020
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
jum
lah
pe
nd
ud
uk
(dal
am
00
0)
Kelompok Umur
2009
2010
2011
2012
2013
20
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Tahun 2035
Sumber BPS 2015 : http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/16
Dari data proyeksi kependudukan pada tahu 2010 -2035, maka dapat dilihat di
wilayah Sulawesi Utara didominasi pada usia produktif dan anak-anak. Pada
kelompok usia produktif dan anak-anak, maka diperkirakan konsumsi obat farmasi
maupun herbal serta makanan akan meningkat, karena pola hidup dan orientasi
konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan jangka panjang dan juga penampilan.
Oleh karena itu, pengawasan peredaran obat dan makanan yang berkualitas dan
aman menjadi tugas Balai Besar POM di Manado.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk Obat
dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat
dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran dari produk Obat dan Makanan
juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan
Makanan baik lokal maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi
maupun variasinya. Bertambahnya jumlah volume produksi dan variasi Obat dan
Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnya peran BPOM dalam proses
penilaian dan pengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing
Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan
BPOM dalam melakukan pengawasan.
Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi
berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu dengan adanya
bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah
untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan
21
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar
juga dalam APBN.
Berdasarkan peta demografi, penduduk Indonesia dalam usia produktif telah
mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan
kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun
2040. Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class atau
consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45
juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan pada tahun
2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi
pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup masyarakat Indonesia.
Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan
mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan implementasinya di
tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a) Peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat termasuk jaminan mutu Obat; b) Peningkatan kualitas dan
kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi
yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar, serta keterbukaan
perdagangan dan tabungan nasional.
Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus mulai
dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca berakhirnya masa Bonus
Demografi, dimana jumlah lansia meningkat.
8. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan
sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan
perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan
kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan.
Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan
sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat.
Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula
sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan
menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat
dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundang-
undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini berdampak pada
pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal
22
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line command (satu
komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi
syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.
Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama
dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat
dan Makanan belum optimal.
Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi BPOM berjalan dengan baik, diperlukan
komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (sound
governance). Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang
kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat dan daerah, antara
pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang
dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi BPOM untuk menyiapkan
Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke daerah.
9. Perkembangan Teknologi
Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun
penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari
kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai
efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan
baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, BPOM
dapat mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku
obat dalam negeri.
Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.
Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa
pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi
Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak
pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan
distribusi Obat dan Makanan ke tempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin
cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya.
Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan iklim
juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan
23
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum
teruji. Hal ini harus menjadi perhatian dan antisipasi BPOM dalam menghadapi hal
tersebut.
Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi BPOM
untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan
jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain, teknologi
informasi juga dapat menjadi tantangan bagi BPOM terkait tren pemasaran dan
transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu
mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.
10. Implementasi Program Fortifikasi Pangan
Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan
Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui Peningkatan
peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman
dan bergizi diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien penting.
Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan
tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah
menetapkan fortifikasi garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya
masalah gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi
harus diiringi dengan pengawasan oleh BPOM. Hasil pengawasan garam beryodium
dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2010 – 2013) menunjukkan jumlah sampel
yang TMS mengalami kenaikan, yaitu berkisar 295 – 43%. Hasil pengawasan
menunjukkan bahwa jumlah sample yang TMS juga mengalami kenaiakan, yaitu
berkisar 4% - 23%.
Untuk mengawal program ini, BPOM mendapatkan mandat strategis baik dalam
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi (RAD-PG), utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan Keamanan
Pangan. Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung
terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka
pemenuhan persyaratan (compleince) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya
tersebut dilakukan memlalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik (CPPOB), baik penerapan CPPOB pada produsen pangan dan
penerapan Cara Ritel Pangan yang Baik di sarana peredaran. Selain itu juga
dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di
sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang
24
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter kemanan dan mutu pangan dan
gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap
keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.
11. Jejaring Kerja
BPOM menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat menjadi
single player. Untuk itu BPOM mengembangkan kerjasama dengan lembaga –
lembaga, baik di pusat, daerah maupun internasional. Jaringan yang luas ini sangat
strategis posisinya dalam mendukung tugas-tugas BPOM maupun pemangku
kepentingan. Beberpa jejaring kerja yang sudah dimiliki BPOM yaitu Jejaring
Keamanan Pangan Nasional/Daerah, indoensia Rapid Alert System for Food and
Feed (INFRASFF), Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI),
Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan Derah), Indonesia
Criminal Justice System (ICJS). Di tingkat regional maupun internasional BPOM
memiliki Jejaring Kerja dengan ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed
(ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex Alimentarius Commission,
Forum Kerjasama Asia Pasifik dalam harmonisasi regulasi bidang obat (RHSC),
ASEAN Referrences Laboratories (AFL), Pharmaceutical Inspection Convention
and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S), International Crime
Police Organization Interpol. Peluang Kerjasama ini terbuka tentunya citra BPON
yang baik di internasional.
Jejaring kerjasama ini perlu penguatan karena belum semuanya berjalan efektif.
Sebagai contoh adanya INRASFF akan mendukung pengawasan secara cepat
tanggap terhadap adanya outbreak dan resiko pada pangan. Namun, ada beberapa
hal yang masih menjadi tantangan yaitu : (i) Upstream notification masih belum
optimal, (ii) Asesmen risiko keamanan pangan impor masih belum optimal, (iii)
Tindak lanjut notifikasi di Competent Contact Point (CCP) belum cepat, dan (iv)
Sistem traceability di rantai suplai pangan masih lemah. Untuk itu, ke depan akan
dilakukan Local Competent Contact Point (LCCP) di 5 Propinsi ; Medan, Lampung,
Surabaya, Denpasar dan Manado, serta Pengembangan Pusat Kewaspadaan dan
Respon Keamanan Pangan Nasional, yang juga akan dikembangkan untuk Obat,
Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan.
Contoh lain Indonesia Risk Assessment Centre (INA-RAC). Sejak pencanangan
oleh Menteri KESEHATAN pada 20 November 2014, masih menghadapi beberapa
kendala, seperti ketersediaan data nasional kajian risiko keamanan pangan yang
25
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
minim dan belum terintegrasi. Tantangan ke depan adalah meningkatnya jumlah
kajian risiko keamanan pangan Nasional di sepanjang rantai pangan; (iii)
Pembentukan pool of expert database untuk komite Ilmiah dan Panel Pakar; serta
(iii) Melaksanakan National Capacity Building untuk Risk Assessment.
12. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM melaksanakan
reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design RB
2010 – 2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit
dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB
a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki Instansi vertika atau
UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung
pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan
daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki POS
POM. Peran BB/Balai POM dan POS POM perlu dilakukan penataan dan
penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM,
sarana dan prasaranan, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan
secara lebih optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan kajian,
penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.
b. Penataan Tatalaksana.
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen
untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap
kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta
memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen
BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan
ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau
perolehan Quality Management Syatem ISO 9001:2008; Akreditasi
Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality System Requirement for
Pharmaceutical Inspectorate (PI 2003), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013
Information Security Management System; WHO Quality System Reqiurement
for National GMP Onspectorat (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Persyaratan
26
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan
pengembangan (KNAPPP02:2007).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan
juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi
informasi di lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan, obat,
obat tradisional) dan berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan
lainnya yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan informasi publik
bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-government yang
meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai
dengan ruang lingkup nya agar pelaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.
c. Penataan Peraturan Perundang-undangan den Penegakan Hukum.
Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi
landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-
undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas
pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap
pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga
sering terjadi kasus berulang.
Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan deapat mendukung
pencapaian tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka
Regulasi. Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah
pelaksanaan RPJMN/RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi
Peraturan Perundang-undangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu
mengambil kesempatan ini dengan mngusulkan peraturan perundang-undangan
yang akan masuk dalam prolegnas setiap tahunnya bersamaan dengan
penyusunan rencana kerja. Selain itu sesuai dengan kerangka regulasi, untuk
memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan diratifikasi memberikan
manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit anlysis.
Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu dilakukan
regulatory impat assessment.
Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain
ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa peraturan ?SK
Gubernur dan ditindak lanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.
27
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Perlu level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang
jelas acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar
mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
Ketersediaan peratutan perundangan sampai pedoman teknis yang dilegalkan
dalam bentuk Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan
hukum.
Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan
hukum seperti kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan
persepsi dengan kepolisian, kejaksaan dan instansi terkait, menggeser ke area
preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area. Upaya ini pun
perlu diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara
secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.
d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
BPOM telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi
KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh nilai B.
Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP
menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM.
Namun, BPOM masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan
manajemen pemerintah (Keuangan dan BMN) dalam mewujudkan
pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab ekspektasi
masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi pengawasan, BPOM
telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap opini laporan
keuangan BPOM dari BPK.
e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Melalui
upaya pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan Negara di lingkungan BPOM
serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.
Pengawasan yang dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan
penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
28
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
(SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing
system, penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang
dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan
pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran
APIP dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant
yang melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan dan pentaatan
dengan sukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta
berfokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi
kesalahan yang mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan
dapat menimbulkan kerugian negara.
f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur.
Penataan system manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh system rekrutmen
dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperolehh gaji
dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 20014 tentang Aparaut Sipil Negara (ASN). Perencanaan
kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
proses penerimaan pegawai dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel,
dan bebas KKN serta promosi jabatan dilakukan secara terbuka.
Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang
selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar
untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan
disiplin dank ode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen
SDM tersebut didukung oleh system informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas memadai, namun dari sisi
kuantitas SDM BPOM belum mencukup kebutuhan untuk menjalankan tugas
dan fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah
menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level
individu. Untuk saat ini, system manajemen kinerja belum optimal diterapkan,
sehingga perlu dilakukan penerapan system manajemen kinerja yang lebih
29
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap petaa dan
kelas jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan system informasi kepegawaian
yang telah dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen SDM BPOM.
g. Manajemen Perubahan.
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan
konsisten dari system dan mekanisme kerja organisasi serta pola piker dan
budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai
dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam
melakukan perubahan, BPOM telah membentuk agent of change sebagai role
model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang
dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai BPOm
secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam
perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan
timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara
reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan
dilakukan, ternasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum
pembelajaran atau inovasi.
13. Analisa Terhadap Lingkungan Strategis
Potensi dan permasalahan di atas dapat dipetakan dan dianalisis sehingga dapat
digunakan untuk melihat secara utuh lingkungan strategis badan POM baik kondisi
internal ataupun eksternal. Dengan menggunakan analisa SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunities and Threats), maka kita dapat memetakan kondisi yang
menjadi lebih jelas.
1. Strenght
BPOM saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat memadai, khususnya
tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan pengujian/penilaian dan
pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada. Di samping itu, BPOM juga
telah memiliki hasil penilaian atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui
secara Nasional. Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena
dampak pelayanan yang diberikan oleh BPOM terhadap penilaian/pengujian
Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh masyarakat.
30
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Sebagai lembaga setingkat Kementerian, BPOM sendiri juga memiliki jaringan
(networking) yang kuat dengan lembaga-lembaga, baik di pusat, daerah, bahkan
internasional. Jaringan yang kuat dan luas ini sangat strategis posisinya dalam
mendukung tugas-tugas pokok BPOM. Di sisi lain, BPOM telah memiliki
Pedoman Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan atas Obat dan
Makanan, sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki standar
baku, baik untuk Obat dan Makanan, juga faktor-faktor mutu lainnya, seperti
standar produksi dari industri farmasi, standar distribusi dan standar produk
pangan lainnya.
Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi BPOM, komitmen pimpinan
menjadi mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan
dari peran BPOM dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan
masyarakat.
2. Weakness
Saat ini SDM BPOM sudah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi
kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas
dan fungsi sebagai BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem
manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat
organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja
belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem
manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan sarana
dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk mengimbangi peredaran
Obat dan Makanan yang semakin canggih. Untuk itu, penyiapan sarana dan
prasarana yang memadai tersebut menjadi mutlak dilakukan dalam mendukung
tugas pokok dan fungsi BPOM. Di samping itu, untuk mendukung pelaku usaha
dalam melakukan pendaftaran (registrasi) dan penyebarluasan informasi
mengenai Obat dan Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi yang
memadai. Peran dan kewenangan BPOM juga harus didukung oleh struktur
organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau beban
kerja masih belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan
kelembagaan ke depannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip structur follow
function follow strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi)
dapat mewujudkan tujuan organisasi.
31
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
3. Opprtunities
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat
dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN merupakan
tantangan atau peluang bagi BPOM dalam mendorong upaya kesehatan
masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola prilaku dan lingkungan
sehat khususnya obat dan makanan.
Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat dan makanan,
BPOM dapat mendorong pelaku usaha baik industri kecil maupun besar untuk
mengoptimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri sehingga menjadi
tantang dan peluang yang harus dihadapi BPOM.
Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit maka
kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat. Hal ini mendorong
pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan Makanan secara pesat. Hal ini
menjadi peluang dan tantangan BPOM dalam mengawasi Obat dan Makanan
yang semakin banyak variannya.
Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar
upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan
instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi pengawasan Obat dan
makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun instansi
terkait lainnya.
Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum
dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting.
4. Threats
Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan pangan di
Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Adanya gagal panen di sejumlah
daerah di Indonesia dapat mengancam ketersediaan pangan. Dengan demikian,
perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang
berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif sehingga
permintaan akan produk pangan semakin meningkat. Hal ini akan sulit
32
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
mengimbangi dan mengawasi distribusi barang yang masuk yang sesuai dengan
standardisasi kesehatan.
Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar, mengakibatkan adanya
produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi kualifikasi standar yang
dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam peredaran Obat dan Makanan.
Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini
mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan penegakan
hukum harus lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut.
Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia akan mempengaruhi
perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunya dalam mengkonsumsi
Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi masyarakat apabila
pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi dengan pemberian informasi,
komunikasi dan edukasi atas penggunaan Obat dan Makanan tersebut. Sisi lain,
globalisasi yang mendorong lahirnya area perdagangan bebas (free trade area)
menjadikan peredaran Obat dan Makanan juga semakin sulit untuk dikontrol.
Dengan masuknya berbagai produk Obat dan Makanan dari negara lain
merupakan persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera. Realitas
menunjukan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan
Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan kualitasnya
untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan
rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat dan Makanan tersebut.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk
tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49%
pertahun). Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukkan tren
meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65
tahun menunjukan tren yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda.
Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat
juga semakin meningkat. Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat,
jika tidak ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Di bawah ini, Tabel 3.1 Rangkuman Analisis SWOT sesuai dengan
pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
Kekuatan
(Strengths)
1. Kualitas SDM
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional
33
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
3. Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga pusat/daerah/internasional
4. Pedoman Pengawasan yang jelas
5. Komitmen Pimpinan
Kelemahan
(Weaknesses)
1. Masih terbatasnya jumlah SDM
2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja
3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama
4. Masih kurangnya dukungan IT
5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja
Peluang
(Opportunities)
1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)
2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat
3. Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat
4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait
5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Tantangan
(Threats)
1. Perubahan iklim dunia
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Perubahan pola hidup masyarakat
4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area)
5 Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi BPOM tersebut di atas telah
diupayakan secara optimal
sesuai dengan target hasil
pencapaian kinerjanya. Namun
demikian, upaya tersebut masih
menyisakan permasalahan yang
belum sepenuhnya sesuai
dengan harapan masyarakat,
antara lain: (1) belum
sepenuhnya tercapai penapisan
produk dalam rangka
pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market), (2) belum optimalnya
pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) dan (3) belum
efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam
rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Dari permasalahan-
Gambar 1.8. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis,
kondisi saat ini dan dampaknya
34
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial
dan strategis bagi peran BPOM dalam melakukan pembenahan di masa mendatang,
sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada
gambar 1.4 terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu
strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan BPOM sebagai berikut:
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BBPOM di Manado
sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan penguatan,
baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar
pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya
proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu
serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi BPOM
sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu terus diperkuat
dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut:
1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi
dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan
kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,
3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan sumber daya.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BPOM perlu terus
melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan regulasi,
khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan
fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang
sangat cepat, menuntut BPOM dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam
pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan
etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan nasional.
Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan
kewenangan BPOM sebagai lembaga yang mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan
35
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
penguatan peran dan kewenangan BPOM sesuai dengan bisnis proses BPOM untuk periode
2015-2019 sebagaimana pada Tabel 1.7 di bawah ini:
Gambar 1.9: Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan
Gambar 1.10 Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM
Tabel 1.9 Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019
Penguatan Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
• Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan Makanan (NSPK)
• Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan Obat dan Makanan
• Pengawasan (penilaian) Obat dan Makanan sesuai standar
• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar
• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar
• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan
• Penyidikan dan penegakan hokum
Kerjasama,
Komunikasi, Informasi
dan Edukasi Publik
• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha
• melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik
• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan
• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak sesuai
dengan standar
• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi standard
Berdasarkan penjelasan potensi dan permasalahan diatas, BBPOM di Manado sebagai
Unit Pelaksana Teknis di wilayah Sulawesi Utara memiliki potensi dan permasalahan yang
tidak jauh berbeda. Koordinasi dan kerjasama dalam pengawasan obat dan makanan perlu
36
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
ditingkatkan. Karena obat dan makanan bukan barang yang beredar secara lokal, namun
bersifat nasional atau bahkan beredar antar bangsa, terlebih mengingat letak provinsi
Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Negara Filiphina. Temuan dari pengawasan
obat dan makanan yang dilakukan di wilayah Sulawesi utara, bukan hanya ditujukan bagi
produsen atau distributor ditingkat lokal saja, namun juga ditujukan kepada produsen dari
daerah lain yang memasarkan obat dan makanan di wilayah Sulawesi utara. Hal ini yang
menjadi perbedaan antara pengawasan obat di daerah dengan di pusat. Bila produsen telah
taat terhadap pemenuhan Good Manufacturing Practice maka secara signifikan akan menekan
peredaran obat dan makanan yang di bawah standar.
37
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN BALAI BESAR POM di MANADO
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan
sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai Besar POM di Manado sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM dituntut untuk dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu,
visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai Besar POM Di Manado sesuai dengan dan misi
serta tujuan dan sasaran Badan POM. Namun karena kedudukan Balai Besar POM di Manado
sebagai Unit Pelaksana Teknis maka Indikator Kinerja bagi Balai Besar POM di Manado
tidak sama dengan Indikator Kinerja BPOM.
Gambar 2.1
A. VISI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BPOM harus memberikan kontribusi yang
signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui
38
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
penyusunan rencana strategis dan rencana tahunan (Renja K/L) yang berkualitas serta
optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat
dan Makanan secara efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari
pemerintah.
Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas kebijakan dalam
penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan Makanan; 2)
Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan Komunikasi Publik
dalam mendorong peran serta masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan
Makanan sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti
BPOM telah mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan
visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode
2014-2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara
sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
berlandaskan Gotong Royong”
Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum,
3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim,
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera,
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, dan
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
39
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih
dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka BPOM sesuai dengan tugas dan
kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan
Makanan menetapkan Visi BPOM 2015-2019 adalah sebagai berikut:
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan
Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk
menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka
pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan
telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang mungkin masih
timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan
saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat
Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya
terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi
standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya
kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi di masa depan.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan
penguatan peran BPOM sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I. Misi BPOM
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full spectrum)
standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan
distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari
kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam melindungi masyarakat dari produk
yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing,
40
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu
sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara
sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam
penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya
didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber
daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat
dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),
pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat
dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan yang mampu
memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap pelaku
usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik.
BPOM harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan
produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara
berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk
Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan
Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman dan tembakau
memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara
Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin
2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun
2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya
merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih
pesat.
Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing
di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih
besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar
negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya
dengan industri makanan, dimana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah
penduduk Indonesia sangat potensial. Industri kosmetik, obat tradisional dan
41
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
suplemen kesehatan pun mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat
dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan
regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM berkomitmen untuk
mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat dan
mutu Obat dan Makanan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat
strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada sisi
demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat
diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness)
untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi
kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat
berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan
berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
mendukung pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan
Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat , serta
kemitraan dengan pihak lain.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak
memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan
masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan
menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal
untuk menjual produk yang murah namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan sendiri,
sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era
otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam
menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan
Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini
tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena
kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah.
Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi
dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien dalam upaya mencapai tujuan.
42
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan
sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal
ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang
kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka
BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada
akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting
untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah untuk
melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure),
namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing), dan
pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan
fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan
nilai organisasi.
Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-marketyang berstandar internasional
diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi.
Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi
standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu
melindungi masyarakat dengan optimal.
BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja
sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya yang merupakan
potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat
yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan
yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari
produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning
organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu untuk memperkuat
koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling
bertukar informasi (knowledge sharing).
43
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
C. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai
luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh
anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan
komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
D. TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi.
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan;
44
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
pengawasan Obat dan Makanan.
E. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM,
dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur
yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan
diharapkan BPOM akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM
merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full spectrum, mencakup
pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu terdiri dari: pertama,
standardisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan
terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Kedua, penilaian (pre-market
evaluation) yang merupakan evaluasi produk sebelum memperoleh nomor ijin edar
dan akhirnya dapat diproduksi dan diedarkan kepada konsumen. Ketiga, adalah
pengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan dengan melakukan
sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi Obat dan Makanan. Keempat, pengujian laboratorium. Produk yang
disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui
apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat
dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai
dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan kemudian akan
ditarik dari peredaran. Kelima, adalah penegakan hukum di bidang pengawasan Obat
dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan
yang besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu diperlukan
adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan
Makanan.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat pada tahun 2019 mencapai
94,00 %,
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat pada tahun 2019
mencapai 84,00 %,
45
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat pada tahun 2019 mencapai
93,00 %,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat meningkat pada tahun
2019 mencapai 93,00 %,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat pada tahun 2019 mencapai
90,10 %
2. Meningkatnya Kemandirian Pelaku Usaha, Kemitraan dengan Pemangku
Kepentingan, dan Partisipasi Masyarakat.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan
banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu
kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh BPOM selama ini lebih banyak dengan
unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan belum dilakukan dengan
program yang terukur dan sistematis. Padahal pelibatan berbagai pihak termasuk
masyarakat sangat urgen dan strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan
Makanan yang menjadi mandat BPOM. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama
yang lebih sistematis bisa dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap
lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor private dan kelompok masyarakat
terhadap tugas pokok dan fungsi BPOM. Setelah itu, mengidentifikasi sumber daya
apa yang telah dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut dalam mendukung tugas
yang menjadi mandat BPOM, lalu menentukan indikator bersama atas keberhasilan
program yang (akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan
dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM)
yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan tujuan
dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan” program-
program yang ada di BPOM kepada lembaga/ kelompok masyarakat sipil yang
memiliki program yang sejalan dengan BPOM dengan mendukung pembiayaan
program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan
dengan baik dan berkelanjutan, maka harus diikat dengan sebuah kesepakatan (MoU)
yang mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah
disepakati. Di sisi lain, juga harus disepakati adanya mekanisme dan sistem
monitoring dan evaluasi yang terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil
kerjasama ini juga bisa diakses dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas.
46
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai
konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran
(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat
harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang
aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, BPOM harus memberikan kegiatan
pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi
(KIE).
Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku usaha
baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh pelaku usaha
sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah produk beredar,
salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan Makanan di sarana produksi dan
sarana distribusi. Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk
Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu)
melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, BPOM
bertugas dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
Paradigma BPOM sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku usaha
selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang dilakukan BPOM dalam
menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa
meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM berupaya memberikan dukungan
kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya. Salah satunya
melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan, melalui pendampingan
regulatory (regulatory assistance). Masing-masing kedeputian di BPOM mempunyai
upaya yang berbeda dalam memberikan dukungan regulatory, sesuai dengan bidang
lingkupnya.
Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukung
pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan. Pelaku
usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan
perdagangan bebas. Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory
(sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan
faktor lain yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha,
adalah daya saing.
47
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat
indikatornya sebagai berikut:
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan
pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran
pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat tercapainya
sasaran strategis BPOM. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara
konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas,
efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. BPOM
telah melaksanakan Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk
menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga
kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)
merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait
dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan
sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu
mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung
terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya,
pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
BPOM untuk melaksanakan tugas masih memerlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan
fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan
nilai organisasi.
Untuk memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan serta meningkatkan
kualitas pembinaan BPOM perlu memperkuat kapasitas SDM dalam pengawasan
Obat dan Makanan untuk menjawab tantangan yang terjadi (emerging issus). Dalam
hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang
dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir,
pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v)
promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.
48
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat
indikatornya adalah:
1. Nilai SAKIP BBPOM di Manado dari Badan POM,
Berdasarkan uraian diatas, maka Balai Besar POM di Manado memiliki Visi,
Misi, Tujuan, Sasaran Strategis yang sama, sedangkan pada indicator kinerja, peran
Balai Besar POM di Manado sebagai Unit Pelaksana Teknis. Adapun Tabel 5 akan
menjelaskan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM dan
Balai Besar POM di Manado periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas,
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Manado periode
2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA BBPOM di
MANADO
Ob
at
da
n M
ak
an
an
Am
an
Men
ing
ka
tka
n K
ese
ha
tan
Ma
sya
rak
at
da
n
Da
ya
Sa
ing
Ba
ng
sa
Meningkatkan sistem
pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi
masyarakat
Meningkatnya
jaminan produk
Obat dan Makanan aman
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan
Persentase obat yang memenuhi
syarat*);
Persentase obat Tradisional yang
memenuhi syarat*);
Persentase Kosmetik yang memenuhi
syarat*);
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat*);
Persentase makanan yang memenuhi
syarat*).
Mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan
Makanan serta memperkuat kemitraan
dengan pemangku
kepentingan.
Meningkatnya
daya saing Obat
dan Makanan di pasar lokal dan
global dengan
menjamin mutu dan mendukung
inovasi
Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan
dengan pemangku kepentingan, dan
partisipasi masyarakat.
Indeks Kepuasan Masyarakat*);
Jumlah Kabupaten/Kota yang
memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan
Makanan.
Meningkatkan kapasitas
kelembagaan BPOM
Meningkatnya
Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM Manado dari
BPOM.
*) Indikator Kinerja Utama
Dari Tabel tersebut, maka indikator kinerja utama Balai Besar POM di Manado yaitu :
1. Persentase Obat yang Memenuhi Syarat;
2. Persentase Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat;
3. Persentase Kosmetik yang Memenuhi Syarat;
4. Persentase Suplemen Kesehatan yang Memenuhi Syarat;
5. Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat;
6. Indeks Kepuasan Masyarakat;
49
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019 pada Bab
II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah
satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas
pembangunan yang disebut NAWA CITA, sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam kerjasama global dan
regional),
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan terpercaya
(membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah),
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok
ekonomi masyarakat),
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya (pemberantasan narkotika dan
psikotropika),
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan khususnya
pelaksanaan program Indonesia sehat),
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (peningkatan
kapasitas inovasi dan teknologi),
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis
ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
50
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9 (Sembilan) yang akan
menjadi tugas dan tanggung jawab BPOM pada periode 2015-2019 adalah sebagaimana
Tabel dibawah ini.
Tabel 3.1: 9 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaan lapangan
pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan hak-hak dasar
warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut,
pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta
berdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa
Indonesia. Kualitas SDM tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
penduduk, yang menjadi komponen inti Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
Indonesia terus mengalami peningkatan dari 71,8 pada tahun 2009 menjadi 73,8 pada
tahun 2013.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan Revolusi
Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku setiap orang, yang
berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehinga Indonesia menjadi bangsa besar
dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Revolusi Mental
mengandung nilai-nilai esensial yang harus dinternalisasi baik pada setiap individu
51
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat
hukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan
gotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
Mengkrucut pada pembangunan kesehatan dan SDM, tantangan ke depan adalah
meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanan kesehatan ibu
anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan penyakit menular maupun
tidak menular, meningkatkan pengawasan obat dan makanan, serta meningkatkan akses
dan mutu pelayanan kesehatan.
Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di bidang kesehatan dan
gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan pada beberapa tantangan.
Beberapa permasalahan dan Isu Strategis terkait pengawasan Obat dan Makanan tercakup
dalam Permasalahan dan Isu Strategis ke-5: Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan. Saat ini persentase obat yang telah
memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan baru mencapai 92 persen. Pada tahun
2014 industri farmasi yang memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini
baru mencapai 83,66 persen.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan ibu dan
anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya pengendalian penyakit menular
dan tidak menular, serta meningkatnya penyehatan lingkungan, meningkatnya pemerataan
akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya perlindungan finansial,
meningkatnya ketersediaan, persebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan, serta
memastikan ketersediaan obat dan mutu Obat dan Makanan. Sasaran pokok tersebut
antara lain tercermin dari indikator yang terkait BBPOM di Manado sebagai berikut:
No Indikator Status Awal Target 2019
1 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,00 94,00
2 Persentase makanan yang memenuhi syarat 88.10 90.10
(Sumber: RPJMN 2015-2019)
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi
Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di bidang
Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan BBPOM di Manado adalah
“Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui:
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan pemangku kepentingan;
52
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh
masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong
peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
Pengawasan Obat dan Makanan terkait dengan 1 (satu) dari 5 (lima) strategi
pembangunan ekonomi, subbidang UMKM dan koperasi, yaitu dalam hal peningkatan
nilai tambah produk melalui peningkatan penerapan standardisasi produk dan sertifikasi
halal, keamanan pangan dan obat. Pada Matriks Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan
Kehidupan Beragama, terdapa 3 (tiga) program lintas di bawah koordinasi Menko
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang melibatkan BPOM, yaitu :
Program Lintas Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat, terdiri atas 12 Program di
11 K/L termasuk Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan
melalui 3 (tiga) kegiatan dan diukur dengan ukuran 1 (satu) indicator kinerja
Program dan 5 (lima) indicator kinerja kegiatan (IKK).
Program Lintas Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pengendalian Penyakit terdiri
atas program dukungan Manajemen Kemenkes, P2PL, Kepemudaan dan Olahraga,
serta Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan melalui 9
(Sembilan) kegiatan dengan ukuran 1 (satu) IKP dan 19 IKK.
Program Lintas Peningkatan Perlindungan Sosial Penduduk melalui Kartu Indonesia
Sehat terdiri atas Program Penguatan Pelaksanaan JKN, Program Pembinaan Upaya
Kesehatan, Program PSDMK, dan Pengawasan Obat dan Makanan yang
dilaksanakan melalui 6 (enam) kegiatan dengan 1 (satu) IKP dan 11 IKK.
Untuk membangun agenda ke-3 membangun dari pinggiran, BPOM mengantisipasi
terhadap pertumbuhan daerah baru yang berdampak pada perlunya peningkatan
pengawasan obat dan makanan. Untuk itu selama 2015 – 2019, BPOM akan
memperkuat BB/Balai POM termasuk Pos POM yang merupakan kepanjangan tangan
dari BB/Balai POM. Saat ini terdapat 33 BB/Balai POM dan 10 Pos POM di Seluruh
Indonesia.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019, adalah:
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
53
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat
dan Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan
Obat dan Makanan
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang
kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai
dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi
kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah
secara lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam
mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas
sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil). Mengingat
begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal
seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut
penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan
BPOM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di
BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan
54
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi
Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke
depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level organisasi dan
kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang
bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan
kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting yang harus
diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah
lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem pengawasan, manajemen
kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode
2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai
berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan
Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam
pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian
kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai
standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana
distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum,
serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas
BPOM, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);
2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
55
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui
penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.
4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan
dan Bahan Berbahaya;
5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya
laboratorium Obat dan Makanan;
7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain
regulatory science, life science;
9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan
Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan
Hubungan Masyarakat.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran strategis
BPOM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan
berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model penjabaran terhadap sasaran
program dan kegiatan sesuai dengan unit organisasi di lingkungan BPOM adalah
sebagai berikut :
56
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 3.2. Logframe Kedeputian
Tabel 3.1: Program, Sasaran Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan, dan Indikator di Lingkungan
Kedeputian
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Penyusunan Standar Obat dan Makanan
Tersusunnya standar Obat dan Makanan dalam rangka menjamin Obat dan Makanan yang beredar aman, berkhasiat dan bermutu
Jumlah standar Obat dan Makanan yang disusun
Dit. Standardisasi Obat dan Makanan
Penilaian Obat dan Makanan
Tersedianya Obat dan Makanan memenuhi standar
Persentase Keputusan Penilaian Obat dan Makanan yang diselesaikan
Dit. Penilaian Obat dan Makanan Pengawasan Produksi
Obat
Meningkatnya mutu sarana produksi produk terapetik sesuai CPOB terkini
1. Persentase hasil inspeksi dengan
temuan kritikal yang
ditindaklanjuti
Dit. Was. Produksi obat
Pengawasan Distribusi Obat
Meningkatnya mutu sarana distribusi dan keamanan obat beredar
1. Persentase peningkatan PBF yang
memenuhi CDOB 2. Jumlah kajian farmakovigilans obat
beredar yang dikomunikasikan
Ditwas Distribusi Produk terapetik
Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Menurunnya jumlah sarana pengelola narkotika, psikotropika dan prekursor yang berpotensi melakukan diversi narkotika, psikotropika dan prekursor,
1. Prosentase penyelesaian pemberian
sanksi tindak lanjut tepat waktu
terhadap sarana pengelola NPP yang
tidak memenuhi ketentuan 2. Persentase permohonan
rekomendasi Analisa Hasil
Pengawasan (AHP) untuk
impor/ekspor narkotika,
psikotropika dan prekursor yang
diselesaikan tepat waktu
Dit. Was NAPZA
Meningkatnya label dan iklan produk tembakau yang memenuhi ketentuan
1. Persentase label dan iklan produk
tembakau yang memenuhi
ketentuan
57
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Inspeksi dan sertifikasi OT, Kosmetik, dan SK
Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi OT, Kosmetik, dan SK sesuai GMP dan GDP
1. Persentase hasil inspeksi sarana
produksi dan distribusi OT,
Kosmetik, dan SK yang memerlukan
pendalaman mutu dan atau
diverifikasi 2. Persentase OT, Kosmetik, dan SK
dan produk kuasi TMS yang
dianalisis dan ditindaklanjuti 3. Jumlah penandaan dan iklan obat
tradisional, kosmetik, dan suplemen
kesehatan yang dianalisis dan
ditindaklanjuti 4. Persentase berkas permohonan
sertifikasi OT, Kosmetik, dan SK dan
produk kuasi yang mendapatkan
keputusan tepat waktu
Dit. Inspeksi dan sertifikasi OT, Kosmetik, dan SK
Inspeksi dan sertifikasi Pangan
Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi pangan
1. Persentase hasil inspeksi sarana
produksi dan distribusi pangan yang
memerlukan pendalaman mutu dan
sertifikasi 2. Persentase penyelesaian tindaklanjut
pengawasan mutu dan keamanan
produk pangan 3. Persentase berkas permohonan
sertifikasi pangan yang
mendapatkan keputusan tepat
waktu
Dit. Inspeksi dan sertifikasi Pangan
Pengawasan Produk dan BB
Menurunnya bahan berbahaya yang disalahgunakan dan migran berbahaya dalam pangan
1. Persentase sarana distribusi yang
menyalurkan BB sesuai ketentuan 2. Persentase kemasan pangan yang
memenuhi syarat keamanan 3. Jumlah pasar yang diintervensi
menjadi pasar aman dari BB
Dit. Pengawasan Produk dan BB
Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Meningkatnya intervensi hasil pengawasan keamanan pangan dan penguatan rapid alert sysitem keamanan pangan
1. Jumlah hasil kajian profil risiko
keamanan pangan 2. Jumlah Kab/Kota yang sudah
menerapkan Peraturan Kepala
BPOM tentang IRTP 3. Jumlah desa pangan aman yang
menerima intervensi pengawasan
keamanan pangan
Dit. Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Pengembangan Obat Asli Indonesia
Meningkatnya ketersediaan informasi, pengembangan OAI untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dengan pihak terkait.
1. Jumlah pedoman/publikasi
informasi keamanan,
kemanfaatan/khasiat dan mutu
hasil pengembangan OAI
Dit. Obat Asli Indonesia
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat
Pelaku usaha menjamin mutu obat
1. Jumlah industri farmasi yang
meningkat tingkat kemandiriannya
Dit Was Produksi Obat
Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
Pelaku usaha menjamin mutu produk OT, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
1. Jumlah industri obat tradisional
(IOT) yang memiliki sertfikat CPOTB 2. Jumlah industri kosmetika yang
mandiri dalam pemenuhan
ketentuan
Dit. Inspeksi dan sertifikasi OT, Kosmetik, dan SK
Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha pangan olahan
Pelaku usaha menjamin mutu produk Pangan Olahan
1. Persentase industri pangan olahan
yang mandiri dalam rangka
menjamin keamanan pangan
Dit Insert Pangan
58
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 3.3. Logframe Pusat-Pusat
Tabel 3.2: Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan, Indikator Di Lingkungan
Pusat-Pusat
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium POM
Meningkatnya kemampuan uji laboratorium POM sesuai standar
1.Persentase pemenuhan
Laboratorium Balai
Besar/Balai POM yang sesuai
persyaratan Good Laboratorium
Practices (GLP) 2.Persentase sampel uji yang
ditindaklanjuti tepat waktu
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional
Riset Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat dan Makanan
Meningkatnya hasil riset dibidang pengawasan obat dan makanan
Jumlah riset laboratorium dan kajian yang dimanfaatkan
Pusat Riset Obat dan Makanan
Investigasi Awal dan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan Makanan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas investigasi awal dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan
1.Jumlah intervensi ke
BB/BPOM dalam pelaksanaan
Investigasi Awal dan
Penyidikan tindak pidana di
bidang obat dan makanan 2.Jumlah Perkara tindak
Pidana di Bidang Obat dan
Makanan yang ditangani
Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
Pusat Penyidikan Obat dan Makanan
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan Teknologi Informasi
Meningkatnya pelayanan pengelolaan data, informasi dan teknologi Informasi
1.Jumlah informasi obat dan
makanan yang up to date
sesuai lingkungan strategis
pengawasan obat dan
makanan
PIOM
Berfungsinya sistem informasi yang terintegrasi secara online dan up to date untuk pengawasan Obat dan Makanan
2.Persentase infrastruktur TIK
yang dikembangkan untuk
optimalisasi e-gov bisnis
proses BPOM
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan
Terselenggaranya pengawasan internal yang efektif dan efisien
Jumlah laporan hasil pengawasan yang disusun tepat waktu
Inspektorat
59
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 3.4 Logframe Sekretariat Utama
Tabel 3.3: Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan, Indikator Di Lingkungan
Kesektamaan
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM
Menguatnya Kualitas Produk Hukum
Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Tersusunnya rancangan peraturan perundang-undangan terkait Pengawasan Obat dan Makanan
1. Jumlah
rancangan
peraturan
perundang-
undangan
yang disusun
Biro Hukmas
Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama
Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Meningkatnya kualitas layanan komunikasi, informasi, dan edukasi Obat dan Makanan
1. Jumlah informasi
obat dan
makanan yang
dipublikasikan 2. Jumlah layanan
pengaduan dan
informasi
konsumen yang
ditindaklanjuti
Biro Hukmas
Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri BPOM
Terselenggaranya Koordinasi Kerjasama dan Kemitraan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan
Jumlah pengembangan kerjasama dan atau kerjasama internasional di bidang Obat dan Makanan
KSLN
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Terselenggaranya Pertimbangan/opini hukum, penyuluhan hukum dan layanan bantuan hukum
3. Jumlah
bantuan
hukum yang
diberikan
Biro Hukmas
60
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan
Dihasilkannya dokumen perencanaan, penganggaran, laporan keuangan, dan hasil evaluasi yang terintegrasi
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan monitoring evaluasi yang dihasilkan
Biro Perencanaan dan Keuangan
Tersusunnya kajian Organisasi, Tata Laksana dan RB
Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan RB
Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM
Terselenggaranya pengembangan tenaga dan manajemen pengawasan Obat dan Makanan serta penyelenggaraan operasional perkantoran
1. Persentase Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang
ditingkatkan kualitasnya
melalui pendidikan S1, S2,
S3 2. Jumlah pengembangan
Human Capital Management 3. Persentase pegawai yang
memenuhi standar
kompetensi 4. Persentase SDM Aparatur
BPOM yang memiliki kinerja
berkriteria baik
Biro Umum
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM
Terselenggaranya perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana penunjang di BPOM serta pembinaannya
1. Persentase pemenuhan
ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang
kinerja sesuai standar 2. Persentase satker yang
mampu mengelola BMN
dengan baik
Biro Umum
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM
Terselenggaranya pengadaan sarana dan prasarana aparatur BPOM
Jumlah dukungan teknis
pengadaan barang dan jasa
Biro Perencanaan dan Keuangan
Gambar 3.5. Log Frame Balai Daerah
61
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Tabel 3.4: Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
2. Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar
3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
4. Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan
1. Jumlah sample yang
diuji menggunakan
parameter kritis 2. Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi Obat dan
Makanan 3. Pemenuhan target
sampling produk Obat di
sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan
Makanan 5. Jumlah Perkara di
bidang obat dan
makanan
Balai Besar/Balai POM
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Meningkat nya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
6. Jumlah layanan
publik BB/BPOM 7. Jumlah komunitas
yang diberdayakan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai BPOM
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Terkait Pengawasan Obat dan Makanan
2. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
8. Persentase pemenuhan
sarana dan prasarana
sesuai standar 9. Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan
evaluasi yang dilaporkan
tepat waktu
C. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI MANADO
Balai Besar POM di Manado sebagai UPT dalam menetapkan arah kebijakan dan
strategi perlu memperhatikan arah dan kebijakan BPOM sebagai organisasi induk.
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, arah kebijakan dan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019, adalah:
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi
masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan
Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat
dan Makanan
62
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang
kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai
dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi
kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk
mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah secara
lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam
mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam Strategi eksternal Balai Besar POM di Manado tidak bisa melepaskan diri
dalam interaksi dengan lintas sector. Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek
kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan
kelompok masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di
atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme
internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Balai Besar POM di Manado sebagai
ujung tombak dalam berinteraksi dengan berbagai lintas sector di daerah berupaya
memberikan masukan yang konstruktif guna meningkatkan pengawasan obat dan
makanan.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan
kelembagaan serta sumber daya pegawai Balai Besar POM di Manado sendiri.
Pembenahan internal organisasi dilaksanakan bersama dengan Badan POM. Karena
sebagai ornganisasi induk, wewenang penetuan standar baik SDM pegawai maupun
Sarana Prasarana Balai tidak dapat menyusun masing-masing. Peran Balai memonitor
„gap‟ yang terjadi antara kondisi di lapangan dengan standar yang ditetapkan. Poin
63
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci
keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem
pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan
akuntabel, peningkatan kualitas.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode
2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai
berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan
Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan
mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan
penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar,
pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi,
sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta
pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas
BPOM, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);
2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui
penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.
4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana
pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan
Berbahaya;
5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
64
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium
Obat dan Makanan;
7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain
regulatory science, life science;
9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dari kegiatan yang diuraikan diatas, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Balai
Besar POM di Manado, maka kegiatan utama yang dilakukan oleh Balai Besar POM
di Manado yaitu Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar
melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan
penandaan; Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi
Pangan dan Bahan Berbahaya; Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif; Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung ):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan ;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana
dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan
Hubungan Masyarakat.
Balai Besar POM di Manado sebagai UPT menjalankan seluruh kegiatan program
generic tersebut dengan BPOM sebagai organisasi induk. Hal ini dilakukan dengan
supervisi dari BPOM sebagai organisasi induk.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran strategis
BPOM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan berdasarkan
logic model perencanaan. Balai Besar POM di Manado sebagai kepanjangan tangan dari
BPOM, maka untuk mencapai sasaran tersebut, perlu menurunkan program BPOM
65
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
menjadi Program Balai Besar POM di Manado dengan menggunakan log frame Balai
Daerah sebagai berikut :
Gambar 3.5. Log Frame Balai Daerah
Tabel 3.4 : Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai Besar
POM di manado
PROGRAM
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PIC
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
2. Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar
3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
4. Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan
1. Jumlah sample yang
diuji menggunakan
parameter kritis 2. Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi Obat dan
Makanan 3. Pemenuhan target
sampling produk Obat
di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan
Makanan 5. Jumlah Perkara di
bidang obat dan
makanan
Balai Besar/Balai POM
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Meningkat nya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
6. Jumlah layanan
publik
BB/BPOM 7. Jumlah komunitas
yang diberdayakan
66
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai BPOM
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Terkait Pengawasan Obat dan Makanan
2. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
8. Persentase pemenuhan
sarana dan prasarana
sesuai standar 9. Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan
evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
D. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkan adanya
regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah
Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang
bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat
adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan
yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan
banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu
dirancang sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan.
Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpai
kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Seperti di
daerah, Balai Besar/Balai POM melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan seperti Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan
Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi
kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut
kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan
dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain
di bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang
sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan
Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada
pengurangan jumlah pengangguran.
Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa mempunyai
beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal ini adalah dengan
Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak
langsung akan membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan
67
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan
rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat menurunkan tingkat
risiko kematian akibat penyakit yang tidak berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan
obat yang bermutu.
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal,
maka Balai Besar POM di Manado perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh Balai Besar
POM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:
1. Beberapa Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah
serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal ini
BPOM perlu meningkatkan advokasi tentang peranan pemerintah daerah dalam
pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu Peraturan tersebut juga mengikat pelaku
usaha oleh karena itu perlu sosialisasi agar peraturan tersebut dapat menjamin
keamanan produk yang dihasilkan serta memperkuat daya saing. Salah satu
diantaranya peraturan kepala Badan POM tentang PIRT, karena melibatkan PEMDA
dalam perizinan dan pengawasan. Oleh karena itu, perlu diinisiasi agar Peraturan
Kepala Badan dapat diakomodir dalam PERDA.
2. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan
di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau.
Letak Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina dan geografis berupa
kepulauan, maka perlu didukung kerjasama dengan kepala daerah agar dapat
menunjang kinerja pengawasan obat dan makanan. Selain itu dengan isu Masyarakat
Ekonomi ASEAN juga jelas akan meningkatkan lalulintas barang di area perbatasan.
Oleh karena itu perlu digagas usulan kerjasama dengan otoritas negara yang
berbatasan dengan Sulawesi utara.
3. Pembentukan Tim SATGAS Early Warning System termasuk untuk kasus KLB
sudah terbentuk, misal untuk kasus keracunan, namun agar lebih efektif maka perlu
didorong untuk disusun Surat Keputusan oleh Kepala Daerah bagi lembaga yang
terlibat dalam SATGAS, agar posisi, tugas dan fungsi lebih mengikat lembaga yang
terlibat.
68
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
E. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam
melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan
kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Badan POM (organisasi
induk) maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas
instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan
utama. Balai Besar POM di Manado sebaga UPT dari BPOM maka akan terlibat dalam
review dan kajian terhadap struktur kelembagaan.
Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan agar
lebih efisien dan efektif adalah:
1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar POM di Manado
sesuai dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019
Balai Besar POM di manado sebagai UPT (Unit Pelaksana Teknis) akan
melaksanakan penataan kelembagaan dilakukan dengan berpegang pada Peraturan
Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit
Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dengan
langkah penataan sebagai berikut :
a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi Badan
POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan operasional,
sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan layanan teknis dan
administratif yang telah didelegasikan dari Badan POM;
b. Review kinerja kelambagaan Balai Besar POM di Manado bersama dengan Badan
POM dalam penataan ulang criteria dan klasifikasi UPT berdasarkan usnur pokok
dan unsur penunjang.
Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan
dituangkan pada Gambar 13. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak bahwa
dalam pelaksanaan mandatnya BPOM menyelenggarakan fungsi produce, provide,
manage, dan apply.
69
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Gambar 3.6 : Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM
Balai Besar POM di Manado sebagai UPT, tidak menjalankan semua komponen
dari tiap fungsi. Fungsi produce yang dapat dijalankan yaitu sebagai penyedia layanan
public (Executing), fasilitasi, pengembangan kapasitas (empowering). Fungsi provide,
merupakan menyediakan keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh mitra atau
pengguna akhir. Untuk fungsi manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya
organsiasi agar dapat dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan
operasional Balai POM di Manado. Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam
penciptaan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat.
Dalam hal kerangka kelembagaan, maka Balai Besar POM di Manado sebagai
UPT berfokus untuk meningkatkan fungsinya yaitu pengawasan terhadap obat dan
makanan. Sedangkan struktur dan fungsi kelembagaan disusun dan dievaluasi
bersama dengan BPOM terkait dengan :
1. Penetapan Standar Kompetensi dan Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil
Negara.
2. Penetapan Standar Laboratorium dan Sarana Prasarana bagi Balai Besar/Balai
POM maupun Pos POM di daerah.
3. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan oleh
Balai Besar POM di Manado baik ISO 9001 maupun ISO 17025 memastikan
bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan,
evaluasi serta manajemen yang efektif dan efisien.
70
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
maka target Balai Besar POM di Manado sesuai dengan indicator masing-masing dapat
dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1 : Sasaran Strategis. Indikatror Kinerja Utama dan Target 2015 - 2019
Sasaran Staregi Indikator Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat*) 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat*)
80,00 81,00 82,00 83,00 84,00
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat*)
89,00 90,00 91,00 92,00 93,00
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat*)
89,00 90,00 91,00 92,00 93,00
Persentase makanan yang memenuhi syarat*) 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Indeks Kepuasan Masyarakat*) 70,00 71,00 72,00 73,00 74,00
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
3 6k) 9k) 12k) 15k)
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM B B B B B
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan, Balai Besar POM di Manado melaksanakan Program Pengawasan Obat dan
Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Pengawasan Sarana Produksi Obat
2. Pengawasan Sarana Distribusi Obat
3. Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
4. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
5. Surveilan dan Promosi Keamanan Pangan
6. Pengawasan Obat dan Makanan di 33 BB/Balai POM
7. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan, Manfaat dan
Mutu Obat dan Makanan, serta Pembinaan Laboratorium POM
8. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan Makanan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
71
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-
Kegiatan:
1. Pengawasan Sarana Produksi Obat/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat
2. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat Tradisional, Kosmetik dan
Suplemen Kesehatan
3. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Pangan
Olahan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan
BPOM, Balai Besar POM di Manado sebagai UPT melaksanakan:
(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPOM serta
melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan,
Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen, dan Hubungan Masyarakat
2. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembagan Organisasi, Penyusunan
Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan
3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara
4. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM
5. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan Teknologi
Informasi
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM, melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM
2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Penunjang Aparatur BPOM
B. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka
kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Balai
Besar POM di Manado periode 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 4.2.
72
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
Tabel 4.2 : Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran Staregi Indikator Alokasi dalam Juta Rupiah
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat
2420,8 2395,7 2635,9 2899,1 3189,6
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Persentase makanan yang memenuhi syarat
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Indeks Kepuasan Masyarakat
3315.4 3646.9 4011.6 4412.8 4854.0
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
21048,2 9581,6 9094,7 9384,2 9702,6
Dalam kerangka pendanaan di buku II RPJMN terkait dengan kesehatan dan gizi
masyarakat, pemerintah dimandatkan untuk meningkatkan pendanaan dan peningkatan
efektivitas pendanaan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat antara lain melalui
peningkatan dukungan dana publik (pemerintah), termasuk peningkatan peran dan
tanggungjawab pemerintah daerah dan juga peningkatan peran dan dukungan masyarakat
dan dunia usaha/swasta melalui public private partnership (PPP) dan corporate social
responsibility (CSR).
Peningkatan kerjasama, peran serta tanggungjawab pemerintah daerah dalam
mendukung pengawasan peredaran Obat dan Makanan yang aman dalam rangka
peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat adalah salah satu hal yang penting untuk
digarap secara serius oleh BPOM, utamanya untuk memastikan keterlibatan pemerintah
daerah dalam mendukung mandat BPOM tersebut. Dalam hal ini peran Balai Besar POM
di Manado bertindak sebagai ujung tombak dalam menjalin kerjasama dengan pemerintah
daerah guna meningkatkan pengawasan obat dan makanan di wilayah Sulawesi Utara.
Sementara itu guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan obat dan
makanan perlu dibentuk aturan main yang jelas. Karena satu sisi Balai Besar POM di
Manado sebagai kepanjangan tangan BPOM bertindak sebagai regulatory yang harus
bebas dari kepentingan pihak tertentu. Sedangkan pada sisi lainnya Balai Besar POM di
Manado memerlukan partisipasi masyarakat dalam mengawasi peredaran obat dan
makanan. Oleh karena itu jelas diperlukan peraturan yang mengatur partisipasi
masyarakat dalam pengawasan obat dan makanan tanpa mengurangi independecy dari
Balai Besar POM di Manado.
73
Rencana Strategis 2015 - 2019
Balai Besar POM di Manado
BAB V
PENUTUP
Balai Besar POM di Manado sebagai UPT dalam menyusun RENSTRA tidak dapat lepas
dari RENSTRA BPOM. RENSTRA BPOM Tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi BPOM untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan
Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan,
SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf BPOM. Selain itu,
untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, setiap tahun akan
dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra
BPOM, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BPOM yaitu meningkatkan kinerja lembaga dan
pegawai dengan mengacu kepada RPJMN 2015-2019.
Renstra BPOM Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit-unit kerja di
lingkungan di BPOM sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, termasuk
Balai Besar POM di Manado sebagai UPT di wilayah Sulawesi Utara. Dengan disusunnya
Renstra Balai Besar POM di Manado ini, maka pelaksanaan program dan kegiatan
diharapkan dapat dilaksanakan dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada
peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.
Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan Pemerintah
No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS). Selain sebagai bahan
evaluasi seperti tersebut di atas,Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan
Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden
tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai Besar POM di Manado Tahun 2015-
2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Badan POM yang
bermuara pada visi, misi dan program Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-
2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”.
LAMPIRAN I.I
RENCANA STRATEGIS DAN PENDANAAN BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 – 2019
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana
K/L-N-B-NS-BS 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Manado
SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
2420.8 2395.7 2635.9 2899.1 3189.6
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat
92.00 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00
1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
80.00 80.00 81.00 82.00 83.00 84.00
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
89.00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00
1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
89.00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
88.10 88.10 88.60 89.10 89.60 90.10
SS 2
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
3315.4 3646.9 4011.6 4412.8 4854.0
2.1 Indeks Kepuasan Masyarakat 70.00 70.00 71.00 72.00 73.00 74.00
2.2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
N/A 3 6k) 9 k) 12 k) 15 k)
SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
21048.2 9581.6 9094.7 9384.2 9702.6
3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
B B B B B B
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
74
LAMPIRAN I.II
RENCANA STRATEGIS DAN PENDANAAN BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 – 2019
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Baseline Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BS 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar PO di Manado
SK 1 Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
3.000,00 3.000 2.500 2.500 2.500 2.500 1456,0 1334,6 1468,1 1614,9 1776,4
SK 2 Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standard
3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
16,49 16,49 16,49 16,49 16,49 16,49 63,5 69,8 76,8 84,5 92,9
SK 3 Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 1)
80,00 100 100 100 100 100
4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
21,80 21,80 22,19 22,58 22,97 23,36 671,7 738,8 812,7 894,0 983,4
SK 4 Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan
6 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan 6,00 6,00 5,00 5,00 5,00 5,00 229,7 252,4 278,3 305,7 336,9
SK 5 Meningkatnya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
7 Jumlah layanan publik BB/BPOM 550 550 550 550 560 560 1815,4 1996,9 2196,6 2416,3 2657,9
8 Jumlah Komunitas yang diberdayakan 10 13 16k) 19k) 22k) 25k) 1500,0 1650,0 1815,0 1996,5 2196,2
SK 6 Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Terkait Pengawasan Obat dan Makanan
9 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
67,49 67,50 67,75 68,00 68,25 68,50 19580,9 7967,6 7319,3 7431,2 7554,4
SK 7 Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
10 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
8,00 10,00 9,00 10,00 9,00 10,00 1467,3 1614,0 1775,4 1953,0 2148,3
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
75
LAMPIRAN II
MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 – 2019
No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi
Urgensi Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting,
Kajian dan penelitian
Unit Penanggung
Jawab
Unit
Terkait/Institusi
1 Beberapa Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi
dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan
efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah.
Diantaranya terkait Peraturan Kepala Badan tentang PIRT
Perka terkait PIRT belum dapat diakomodir dalam Peraturan
Daerah, kemudian ada rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Pangan serta RPP Label dan Iklan
Pangan terkait UU no 18 tahun 2012 tentang Pangan. Rancangan
tersebut dapat berimbas dalam tata laksana perizinan dan registrasi
PIRT
Balai
Biro Hukum dan Humas
Kemenkumhan
Kemenkes
Kemendagri
Kemenperin
2 Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem
pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Free Trade
Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau
Letak Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Negara
Filiphina sehingga terdapat lalulintas barang antar Negara, isu
MEA juga dapat menjadi factor yang meningkatkan lalulintas
barang dalam skala yang lebih besar. oleh karena itu perlu dibentu
MoU tidak hanya antara kepala balai dengan bupati pada daerah
perbatasan, bila memungkinkan dapat dibuat MoU antara BPOM
dan otoritas pengawas obat dan makanan pada Negara yang
berbatasan dengan Indonesia
Balai
Biro Hukum dan Humas
Walikota/Bupati
Otoritas pengawas
Obat dan makanan
Negara yang
berbatasan dengan
Indonesia
3 Pembuatan Surat Keputusan Oleh Bupati/Walikota atau
Gubernur untuk SATGAS yang bertugas dalam Early
Warning System
Pembuatan Surat Keputusan Untuk memperkuat kedudukan dan
tugas pokok serta fungsi lembaga-lembaga yang berada dalam
SATGAS. Diharapkan dengan adanya Surat Keputusan tersebut,
dapat lebih efektif dan efisien.
Balai Gubernur
Walikota/Bupati
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
76
LAMPIRAN II.1
MATRIKS KAMUS INDIKITOR BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 - 2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA
RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
1 Persentase obat yang memenuhi syarat
a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM. b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT) c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji laboratorium. d. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
SBD 2012 terkoreksi dengan survei produk beredar
Untuk pengumpulan data baseline: - Survey Lanjutan Baseline Data (SBD) - Survei produk beredar Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Survei produk beredar tahun berjalan apabila dilakukan - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk - sampel lain-lain harus berdasarkan kajian risiko Obat: 20% sampel. Dari 20% tersebut maks. 2% untuk sampel obat lain-lain
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran Untuk survei produk beredar dilakukan setiap 2 tahun Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
(Produk Obat MS pada tahun berjalan/Jumlah seluruh obat yang diuji (Sample uang diuji) pada tahun berjalan)*100%
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Untuk pengumpulan data tiap tahun dilakukan oleh Kedeputian I dan 33 BB/BPOM Untuk survei produk beredar dilakukan oleh Kedeputian I Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
2 Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat
a. Obat Tradisional yang mendapatkan NIE dari Badan POM. b. Obat Tradisional (OT) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori Obat Tradisional yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
LAKIP Dit. Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran. Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBDtahun 2017
(Jumlah OT yang memenuhi syarat pada tahun berjalan/(total OT yang diuji pada Tahun berjalan(n)))*100%
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
3 Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
a. Kosmetik yang mendapatkan notifikasi dari BPOM b. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori kosmetik yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
LAKIP Dit. Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran. Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
(Jumlah Kosmetik yang memenuhi syarat pada tahun berjalan)/(Total Kosmetik yang diuji pada tahun berjalan (n))*100%
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
77
LAMPIRAN II.2
MATRIKS KAMUS INDIKITOR BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 - 2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA
RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
4 Persentase Suplemen kesehatan yang memenuhi syarat
a. Suplemen Kesehatan (SK) yang mendapatkan NIE dari BPOM. b.Suplemen Kesehatan (SK) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori suplemen kesehatan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit. Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
(Jumlah SK yang memenuhi syarat pada tahun berjalan)/Total yang diuji pada tahun berjalan (n))*100%
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
5 Persentase makanan yang memenuhi syarat
a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.c. Kategori pangan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit. Insert Pangan 2014
Untuk pengumpulan data capaian:- Laporan Hasil Uji (LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data- Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran.Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
(Makanan yang MS pada tahun berjalan)/(Jumlah seluruh sampel makanan yang diuji pada tahun berjalan)*100%
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian III dan 33 BB/BPOM
6 Tingkat Kepuasan Masyarakat
a.Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat. b. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman yang disiapkan Inspektorat BPOM mengacu pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 16 tahun 2014) c. Target dinyatakan dalam angka
Laporan Survei Kepuasan Masyarakat 2014
Survei lapangan satu kali setahun Hasil Survei lapangan
Ya. Indikator Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Rancangan Renstra Balai
Balai
7 Jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi yang dipimpin oleh Bupati/ Kota. Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk melakukan pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan, pembentukan tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan. Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
N/A Pengisian matriks pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk Pengawasan Obat dan Makanan
Setiap tahun Dihitung dari hasil rekapitulasi matriks pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk Pengawasan Obat dan Makanan
Ya. Indikator Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
Balai
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
78
LAMPIRAN II.3
MATRIKS KAMUS INDIKITOR BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 - 2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA
RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
8 Nilai SAKIP BPOM Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Laporan Hasil Evaluasi APIP Badan POM
Laporan Kinerja Balai Setiap tahun Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra Balai.
Balai
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
a. Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat sebagai penentu terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji b. Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling Obat dan Makanan (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji)
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai Setiap triwulan dan akhir tahun. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi Kabupaten)
a.Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan dengan target sampel yang harus disampling di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai. b. Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan dalam Pedoman Sampling.
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai Rencana sampling produk Obat di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai disampaikan ke Dit. Pengawasan Produksi PT PKRT
Setiap triwulan dan akhir tahun. (Jumlah Sample yang diambil pada IFK dan gudang alokan KB/Target sample yang harus disampling di IFK dan gudang alokan KB)*100%
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, Industri Rokok, Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, dan Industri Rumah Tangga Pangan. b. Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan. c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang diperiksa dibandingkan dengan jumlah sarana produksi yang ada di wilayah tersebut d. Untuk penetapan target sarana produksi pangan MD dan IRTP yang diperiksa mengikuti ketentuan: - untuk balai yang memiliki sarana produksi MD <51, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 100%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP - untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 90%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP - untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP - untuk balai yang memiliki sarana produksi MD >150, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 70%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP
Laporan SIPT a. Database jumlah sarana Industri Farmasi dari Ditwas Produksi PT dan PKRT. b. Database jumlah Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika,dari Dit Penilaian OT, SM, dan Kos. c. Database jumlah sarana produksi Rokok dari Dit. Was NAPZA d. Database jumlah Industri pangan Olahan dari Dit. Insert Pangan. e. Database IRTP tiap balai diperoleh dari Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. f. Pengumpulan data kinerja diperoleh dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.
triwulanan dan setiap akhir tahun (Jumlah Sarana produksi yang diperiksa/Jumlah sarana produksi yang terdapat di wilayah tersebut)*100%
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
79
3
LAMPIRAN II.4
MATRIKS KAMUS INDIKITOR BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 - 2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA
RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
a. Sarana Distribusi Obat dan Makanan terdiri atas: Jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas), klinik kecantikan, spa, salon, pengobat tradisional, toko jamu, depot jamu, stokis MLM, Toko Modern (Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket), Toko Grosir, Toko Tradisional (Toko P & D dan Kios), Importir (termasuk importir terdaftar bahan berbahaya), distributor dan pengecer yang memiliki SIUP-B2, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang. b. Sarana yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Distribusi Obat dan Makanan serta Pedoman Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. c. Jumlah Sarana distribusi yang diperiksa adalah sarana distribusi yang diperiksa dalam rangka pemeriksaan rutin.
Laporan SIPT a. Pengumpulan database sarana distribusi tiap balai diperoleh dari Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Terkait. b. Pengumpulan data kinerja diperoleh dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.
triwulanan dan setiap akhir tahun Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
5 Jumlah perkara di bidang obat dan makanan
a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro justitia berdasarkan hasil gelar kasus. b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan melalui Korwas PPNS
LAPTAH Balai dan PUSDIK 2014
Jumlah Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang telah diterbitkan
setiap tahun Diukur berdasarkan jumlah perkara yang ditangani dan telah diterbitkan SPDP
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
6 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
a. Standar yang dimaksud adalah standar sarana prasarana kerja dan standar alat laboratorium (sesuai GLP) b. Pemenuhan sarana dan prasarana kerja dihitung dari sarana dan prasarana kerja yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. c. Standar Sarana dan Prasarana kerja meliputi standar Luas bangunan, Meubelair, dan Alat Pengolah Data (APD) d. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja e. Pemenuhan standar alat laboratorium dihitung dari jumlah dan jenis alat laboratorium utama sesuai Keputusan Kepala BPOM No.04.1.71.07.14.4437 Tahun 2014 tentang Standar Minimal Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM yang telah ditetapkan untuk masing-masing balai.
Laporan BMN Akhir Tahun dan LAPTAH PPOMN
a. Untuk pemenuhan sarana prasarana kerja dari Laporan BMN per SATKER dari hasil Rekonsiliasi dengan KPKNL b. Untuk pemenuhan alat laboratorium dari Laporan BB/BPOM
Setiap tahun a. Persentase pemenuhan sarana prasarana kerja (X1) = (Sarana dan Prasarana yang dimiliki)/(Standar yang ditetapkan)x100% b. Persentase pemenuhan alat laboratorium (X2) = (Alat Laboratorium yang dimiliki)/(Standar yang ditetapkan) x 100% c. Persentase pemenuhan sarana prasarana balai = (X1 + X2)/2
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
80
3
LAMPIRAN II.5
MATRIKS KAMUS INDIKITOR BALAI BESAR POM DI MANADO 2015 – 2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA
RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
7 Jumlah layanan publik BB/BPOM
a. Layanan publik terdiri dari Layanan informasi, Layanan Sertifikasi, dan layanan pengujian pihak ketiga b. Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media cetak/elektronik. c. Jenis layanan Informasi antara lain: Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber, d. Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi targetnya frekuensi Untuk tindaklanjut pengaduan targetnya jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti e. Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas permintaan pelaku usaha industri pangan MD; audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi halal, pemenuhan pendirian PBF, IKOT, UMOT, Kosmetik; SKI/SKE yang diterbitkan f. Layanan pengujian sampel pihak ketiga dihitung dari Laporan Hasil Uji sampel pihak ketiga
N/A a. Untuk Layanan Informasi dan pengaduan dari Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai b. Untuk layanan sertifikasi dari Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai
Triwulan dan setiap akhir tahun Jumlah layanan publik BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
8 Jumlah Komunitas yang diberdayakan
a. Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar yang diberdayakan Program Pengawasan Obat dan Makanan. b. Satu desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar dihitung sebagai satu komunitas c. Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis terkait. Ctt: Untuk komunitas pasar: - Target komunitas pasar (Kumulatif) : 2016 (108); 2017 (139) ; 2018 (170); 2019 (201) - Baseline 2013 (62); 2014 (77); 2015 (77) - Target komunitas desa kumulatif
- Untuk komunitas pasar dari Laporan kinerja Dit. Was Produk dan BB 2014 dan Lap. Kin Dit. SPKP Tahun 2014
- Untuk komunitas pasar dari laporan pelaksanaan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya setiap balai dan Laporan kinerja Dit. Was Produk dan BB - Untuk komunitas desa aman dari Laporan Kinerja Balai dan Dit. SPKP - Untuk Komunitas lainnya dari Laporan Kinerja Balai
Triwulan dan setiap akhir tahun Dihitung dari jumlah kumulatif komunitas yang diberdayakan. Target komunitas kumulatif dari tahun sebelumya.
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan dan harus dilaporkan Balai, meliputi dokumen berikut: - Renstra/review renstra,*) - Perjanjian Kinerja tahun berjalan (n), - RKAKL/DIPA tahun n+1 - Laporan Kinerja tahun n-1, - Laporan triwulanan I - Laporan triwulanan II - Laporan triwulanan III - Laptah tahun n-1, - Laporan keuangan tahun n-1, - Laporan Keuangan Semester 1 tahun n, Ket: *) hanya menjadi target pada tahun 2015, 2017, dan 2019 Renstra: 2015 Review Renstra: 2017 dan 2019
Laporan Kinerja Balai 2014
Laporan Kinerja triwulanan dan setiap akhir tahun diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan dan dilaporkan Balai
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
66
Ba
la
i B
esa
r P
OM
d
i M
an
ad
o
81
3
Re
nc
an
a S
tra
te
gis 2
01
5 - 2
01
9
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI MANADO JL. RAYA MANADO TOMOHON KM. 7 PINELENG SULAWESI UTARA
TERL. (0431) 824686. 824327 FAX (0431) 824210
top related