repo.stkip-pgri-sumbar.ac.idrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/7621/3... · melakukan konversi...
Post on 07-Nov-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
2
3
4
ABSTRAK
Hendra warno (NPM: 11030009). Studi Tentang Konversi Lahan Pertanian
Padi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinalai Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi. Program Studi
Pendidikan GeoghrafI STKIP PGRI Sumatra Barat, Padang 2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan studi tentang
konversi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi
Kenagarian Kinali kecamatan kinali kabupaten pasaman barat di tinjau dari
pendapatan, gaya hidup, dan pengelolaan.
Jenis penelitian kualitatif dan informan dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang melakukan konversi lahan pertanian padi ke perkebunan kelapa
sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman
Barat serta informan kunci dalam penelitian ini Dinas Pertanian. Penelitian ini di
lakukan menggunakan teknik snow ball ( bola salju ).
Hasil penelitian penelitian menunjukan bahwa : 1) Pendapatan lahan
pertanian padi menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi yaitu setelah
melakukan konversi lahan masyarakat di Desa didodadi pendapatannya
mengalami peningkatan sehingga masyarakat sidodadi bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti kebutuhan pokok, pendidikan dan lain sebagainya. 2) Gaya
hidup masyarakat Desa Sidodadi setelah melakukan konversi lahan yaitu gaya
hidup masyarakat Desa Sidodadi setelah konversi lahan mengalami peningkatan
karna bisa di lihat dari bentuk rumahnya, yang dulu permanen dan sekarang sudah
permanen, kemudian sudah memiliki kendaraan lebih dari satu yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari. 3) Pengelolaan lahan yang di lakukan petani
melakukan konversi lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi,
Pengelolaan kebun sawit sama dengan pengelolaan kebun sawit pada umumnya,
yang dipergunakan alat-alat seperti parang, cangkul, sinsaw dan lain-lain, dengan
menggunakan tenaga kerja 2 sampai 3 orang dengan biaya yang di keluarkan ±
Rp. 300.000 perhari
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Studi Tentang Konversi Lahan Pertanian Padi Menjadi Perkebunan Kelapa
Sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat”. Yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata
satu Program Studi Pendidikan geografi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Penulis menyadari penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
segi materi maupun teknik penulisan, berkat doa Kedua orang tua, saudara dan
semua keluarga saya yang telah memberikan dukungan semangat baik secara
moril dan ssecara materi. Kemudian tidak lupa pula penulis ucapakan terima kasih
yang terhormat kepada :
1. Bapak Drs. Edi Suarto, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak
Yuherman, S.P., M.Pd selaku Pembimbing II.
2. Tim dosen penguji, Ibu Rozana Eka Putri, S.Pd., M.Si, Ibu Farida, S.Si.,
M.Sc, dan Momon Dt Tanamir, M.Pd.
3. Bapak Slamet Rianto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
STKIP PGRI Sumatera Barat Padang dan Ibu erna Juita, M.Si selaku
Sekretaris beserta staf pengajar yang memberikan bantuan, dorongan, dan
bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Padang beserta staf dan karyawan.
6
5. UPT Perpustakaan dan kepala Perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat
beserta staf dan karyawan.
6. Bapak Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman Barat dan Wali Nagari
Sidodadi serta staf yang telah memberikan data.
7. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Program studi pendidikan geografi
2011/A serta saudara dan sahabat-sahabatku (Hermanto, Medi, Al, Intan,
Wilza, Sinta, dan Weri) yang terbaik yang telah memberikan masukan dan
semangat dalam penulisan skripsi.
Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah di berikan mendapatkan
balasan yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi pembaca dan yang membutuhkan.
Padang, Oktober 2015
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Fokus Masalah .......................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .............................................................................. 8
1. Konversi Lahan ......................................................................... 8
2. Pendapatan ................................................................................ 11
3. Gaya Hidup ............................................................................... 13
4. Pengelolaan Lahan .................................................................... 14
B. Kajian Relevan .......................................................................... 15
C. Alur Berfikir.............................................................................. 17
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 18
B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 18
8
C. Informan penelitian ................................................................... 18
D. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Pengumpulan Data ............ 19
a. Jenis Data .................................................................................. 19
b. Sumber Data.............................................................................. 19
c. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 20
E. Teknik Analisa Data ................................................................. 22
F. Teknik Menguji Keabsahan ...................................................... 24
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................... 26
B. Temuan khusus penelitian .................................................... 28
C. Pembahasan .......................................................................... 44
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 48
B. Saran .................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA 50
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah penduduk dan mata pencaharian di Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali ................................................................... 27
2. Jumlah sekolah kenagarian Kinali ........................................... 28
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur berfikir ............................................................................................ 17
2. Wawancara dengan Ibu TN tanggal 28 Agustus 2015 ........................... 29
3. Wawancara dengan bapak ZN tanggal 28 Agustus 2015 ....................... 30
4. Wawancara dengan Bapak CR tanggal 28 Agustus 2015 ...................... 31
5. Wawancara dengan bapak SW tanggal 28 Agustus 2015 ...................... 32
6. Wawancara dengan bapakWH tanggal 29 Agustus 2015 ....................... 33
7. Wawancara dengan bapak MR tanggal 29 Agustus 2015 ...................... 34
8. Wawancara dengan bapak MD tanggal 29 Agustus 2015 ...................... 35
9. Wawancara dengan bapak YN tanggal 30 Agustus 2015 ....................... 36
10. Wawancara dengan bapak NM tanggal 30 Agustus 2015 ...................... 37
11. Wawancara dengan Ibu TR tanggal 30 Agustus 2015............................ 38
12. Wawancara dengan bapak SK tanggal 31 Agustus 2015 ....................... 39
13. Wawancara dengan bapak SN tanggal 31 Agustus 2015 ....................... 40
14. Wawancara dengan bapak AL dan bapak ZL serta bapak MZ tanggal 31
Agustus 2015 .......................................................................................... 41
15. Wawancara dengan bapak TN dan bapak SN tanggal
31 Agustus 2015 ..................................................................................... 42
16. Wawancara dengan bapak SS tanggal 31 Agustus 2015. ....................... 43
11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman Wawancara ......................................................................... 52
2. Tabel Reduksi wawancara .................................................................. 57
3. Tabel Rekapitulasi Data ..................................................................... 69
4. Tabel Informan Penelitian .................................................................. 56
5. Lampiran Foto .................................................................................... 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk
Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian
disektor pertanian. Sampai saat ini, sektor pertanian merupakan sektor yang
strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan
kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan terhadap
pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, dan penyediaan pangan
dalam negeri.
Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar
masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka. ”Berbagai
data menunjukkan bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang lebih
75% dari penduduk berada di sektor pertanian dan lebih 50% dari pendapatan
nasional dihasilkan dari sektor pertanian serta hampir seluruh ekspornya
merupakan bahan pertanian” (Ario dalam Bhaskara dkk : 2005).
Beberapa tahun belakangan ini konversi lahan pertanian sawah menjadi
lahan perkebunan menjadi tren belakangan ini. Hal ini tidak bisa di pungkiri,
kerena menjadi petani perkebunan, khususnya kelapa sawit lebih menjanjikan
sekali. Setiap saat harga Tandan Buah Segar (TBS) terus naik, kondisi ini
tentunya sangat menguntungkan petani. Persoalannya tidak hanya di situ,
mahalnya harga pupuk dan banyaknya serangan hama penyakit terhadap
2
sawah petani juga menjadi pemicu semakin sengsaranya masyarakat petani.
Serta pada saat panen harga di pasaran rendah (Suswandi dalam Silvia 2014).
Usaha di bidang pertanian terutama tanaman padi seharusnya
memberikan pemasukan yang sangat besar, karena komoditi padi merupakan
bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Akan tetapi kenyataan
yang ada banyak petani mengalami kerugian jika menanam padi karena
modal yang dikeluarkan (bibit, pupuk, tenaga kerja) tidak sebanding dengan
penghasilan yang didapat. Hal ini berakibat banyak petani yang memilih
untuk beralih ke komoditi lain selain padi.
Luas areal panen merupakan salah satu determinan utama peningkatan
produksi padi nasional di samping tingkat produktifitas tanaman.
Pertumbuhan luas areal menjadi masalah yang sangat serius karena bersaing
dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, indusrialisasi dan
pembanguan infrastruktur publik. Hal ini yang telah mendorong terjadinya
konversi lahan pertanian ke non pertanian.
Faktor-faktor yang menentukan transformasi lahan dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu faktor ekonomi,faktor sosial, dan peraturan pertanahan
yang ada menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor
ekonomi yang menetukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non
pertanian adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun;
(2) respon petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usaha
tani meningkat.
3
Menurut Witjaksono (dalam Bhaskara, 2012) ada lima faktor sosial
yang mempengaruhi alih fungsi lahan, yaitu: perubahan perilaku, hubungan
pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan
apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat.
Pembangunan sektor perkebunan di Kabupaten Pasaman Barat
khususnya komoditas tanaman kelapa sawit merupakan suatu bagian integral
dari pembangunan nasional, yang bertujuan mewujudkan peningkatan
pendapatan petani, selanjutnya usaha pembangunan perkebunan diarahkan
pada pemerataan pembangunan. Pembangunan sektor perkebunan terkait
dengan upaya membuka kesempatan kerja, peningkatan ekspor, pemenuhan
industri dalam negeri, pertumbuhan pembangunan, dan penciptaan pusat
pertumbuhan wilayah ekonomi baru (Devung dalam Bhakara 2005).
Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam membentuk
perekonomian di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Sektor ini memberikan peranan yang sangat besar
dalam pembentukan Pendapatan, kini peranannya semakin berkurang
disebabkan karena menyusutnya lahan pertanian. Berdasarkan observasi awal
peneliti pada tanggal 03 Juni 2015 dalam kurun waktu tahun 2007-2011
terjadi penyusutan lahan sawah, penyusutan luas lahan pertanian berbanding
terbalik dengan peningkatan luas lahan sektor perkebunan yang meningkat.
Transformasi lahan ini berdampak pada perubahan tingkat kesejahteraan
petani yang melakukan transformasi lahan pertanian menjadi perkebunan
kelapa sawit. Adanya perkebunan kelapa sawit yang terdapat Di Desa
4
Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
ternyata mengakibatkan sebagian petani mengalihfungsikan lahan pertanian
yang mereka miliki. Berdasarkan hal tersebut diduga ada beberapa alasan
petani melakukan alih fungsi lahan, antara lain: kebijaksanaan pemerintah
daerah, latar belakang pendidikan, pendapatan rendah, menyempitnya luas
areal, biaya produksi, dan nilai jual. Selain itu, tingkat pendapatan antara
petani padi dan petani kelapa sawit di Kecamatan Kinali relatif berbeda.
Beralihnya mata pencaharian masyarakat dari yang semula petani padi
menjadi petani kelapa sawit merubah pola kehidupan para petani. Salah satu
contoh yang ada pada masyarakat petani Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat yaitu meningkatnya gaya hidup
para petani. Peningkatan jumlah petani tidak diimbangi dengan peningkatan
jumlah keluarga sejahtera, justru sebaliknya mengalami penurunan. Terkait
dengan adanya perubahan mata pencaharian dari petani padi menjadi petani
kelapa sawit menyebabkan pendapatan masyarakat menjadi ikut berubah,
akan tetapi perubahan pendapatan yang diperoleh tidak diimbangi dengan
peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
Kondisi umum masyarakat Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat relatif sama di mana mata
pencaharian penduduknya sebagian besar adalah sebagai petani tanaman padi.
Namun beberapa tahun terakhir akibat terjadi transformasi lahan berubah
menjadi petani kebun kelapa sawit. Hal ini membuat penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Studi Tentang Konversi Lahan Pertanian
5
Padi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Sidodadi Kenagarian
Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat”.
B. Fokos Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan
pada konversi lahan pertanian padi menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa
Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapatan petani padi setelah mengkonversikan lahannya
keperkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat?
2. Bagaimana gaya hidup petani padi setelah mengkonversikan lahan
pertanian padi keperkebunan kelapa sawit Desa Sidodadi Kenagarian
Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat?
3. Bagaimana cara pengelolaan lahan yang dilakukan petani padi dalam
mengkonversikan lahan pertanian padi keperkebunan kelapa sawit di Desa
Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat?
6
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan sebelumnya, peneliti ini bertujuan untuk
mendapatkan data atau informasi dan menganalisis data secara mendalam
tentang:
1. Pendapatan petani padi setelah mengkonversikan lahannya perkebunan
kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat
2. Bagaimana gaya hidup petani padi setelah mengkonversikan lahan
pertanian padi keperkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian
Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
3. Pengelolaan yang dilakukan petani padi dalam mengkonversikan lahan
pertanian padi keperkebunan kelapa sawit di Nagari Desa Sidodadi
Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti sendiri sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana SI di
program studi pendidikan Geografi di STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang transformasi lahan
pertanian padi ke perkebunan kelapa sawit.
3. Sebagai salah satu referensi bagi pemerintah dan swasta dalam mengambil
kebijakan dan pembangunan masyarakat di Desa Sidodadi Kenagarian
7
Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat Sebagai tambahan
informasi dan wawasan bagi peneliti serta membuka peluang bagi peneliti
yang lain untuk menindak lanjuti penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konversi Lahan
Menurut Syailendra dalam Pina (2013) konversi lahan adalah
perubahan lahan dari lahan pertanian ke non pertanian ke pertanian lain.
Sedangkan menurut Fahmudin (2004) konversi lahan suatu proses yang di
sengaja oleh manusia (anthropogenic) bukan proses alami. Konversi lahan
terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari segi
pendapatan maupun biaya yang di keluarkan.
Semua fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi,
palawija, atau holtikultural. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-
lahan pruduktif pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jalan tol,
pemukiman, perkotaan, dan lain-lain. Jika dalam setahun alih fungsi laahn
terdata sekitar 4.000 hektar, dalam lima tahun kedepan lahan produktif yang
beralih fungsi mencapai 20.000 hektar (Suardi 2002 dalam Silvia 2014).
Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagaian atau seluruh
kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang di rencanakan) menjadi
fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan
potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/penyesuaian peruntukan pangunaan, disebabkan oleh faktor-
faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
8
9
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik Menurut Utomo dkk (1992)
dalam kolokiumkpmipb.wordpress.com (2012).
Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses
yang di sengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami.
Kita ketahui bahwa percetakan sawah di lakukan dengan biaya tinggi,
namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit di hindari dan terjadi sistem
produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik. Konversi lahan
merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktifitas dan jumlah
penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya
merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan
menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih
produktif.
Menurut Irawan (2005) Konversi lahan pertanian pada dasarnya
terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dengan
non pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut
muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu:
a) Keterbatasan sumberdaya lahan
b) Pertumbuhan penduduk, dan
c) Pertumbuhan ekonomi
10
Sihaloho (2004) dalam kolokiumkpmipb.wordpress.com, membagi
konversi lahan kedalam tujuan pola atau tipologi, antara lain:
1. Konversi gradual berpola sporadis di pengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi
pelaku konversi.
2. Konversi sistematik berpola „enclave‟; dikarenakan lahan kurang
produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk
meningkatkan nilai tambah.
3. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population
growth driven land conversion); lebih lanjut disebut konversi adaptasi
demografi, dimana dengan meningkatkan pertumbuhan penduduk,
lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.
4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven
land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan
ekonomi dan perubahan kesejahteraan.
5. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk
smengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar
dari kampung.
6. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi
dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan
meningkatkan hasil pertanian.
11
7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk ; konversi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,
sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak jelas
dijelaskan dalam konversi demografi.
Berdasarkan fakta impiris penelitian,yaitu penelitian ini tergolong
pada konversi lahan multi karena proses perubahan konversi lahan pertanian
menjadi institusi lembaga pendidikan.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan penerimaan bersih. Pendaptan kotor atau
penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara
keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi ( Rahim, dkk :2007).
Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh
Milton Friedman yang menyatakan bahwa pendapatan masyarakat
dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent
income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari
pendapatan permanen adalah pendapatan yang selalu diterima pada
setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya
pendapatan dari gaji, upah dan pendapatan yang diperoleh dari semua
faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan
kekayaan). Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya
mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka
12
dengan kesempatan konsumsi permanen atau jangka panjang, dan
bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang (Dornbusch
and Fisher, dalam Arsad Ragandhi 2004). Pendapatan menurut ilmu
ekonomi merupakan nilai maksimum yangh dapat di konsumsi oleh
seorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama
pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluartan terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang di peroleh
selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi (Rustam dalam
Irwan,2013).
Menurut Rosjidi dalam Irawan (2013) menyatakan bahwa
pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah
kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang
dan jasa atau aktivitas usaha lainnya, dalam suatu periode yang dapat
diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum.
Pengertian yang dikemukakan oleh Rosjidi bermaksud bahwa,
penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang
berhubungan secara langsung dengan kegiatan untuk memperoleh laba
usaha yang dapat mempengaruhi terhadap jumlah pemilik.
Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang kondisi
ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau
kekayaan keluarga dan dipakai dalam membagi pendapatan dalam tiga
13
kelompok yaitu; pendapatan tinggi, pendapatan sedang, dan pendapatan
rendah. Pendapatan berupa uang adalah segala pendapatan yang
diterima biasanya sebagai balas jasa dari majikan (Bastian,2011).
3. Gaya Hidup
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan
semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan
kotor atau penerimaan total dan penerimaan bersih. Pendaptan kotor
atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara
keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi ( Rahim, dkk :2007).
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah
terukur dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian Untuk
memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan
program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang
(Listyorini, 2012).
Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini
memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup
khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen
kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta
kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang,
pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, dan
seterusnya dipandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa
gaya dari pemilik atau konsumen (Fatherstone dalam Sudarwati, 2007)
Weber dalam Hastuti (2007) mengemukakan bahwa persamaan status
dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini
14
dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang
statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut
Weber dalam Hastuti (2007) kelompok status ditandai pula oleh adanya
berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal
maupun material. Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gaya hidup
yang tercermin dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa
kelompok status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan
melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
4. Pengelolaan Lahan
Pengertian pengelolaan menurut soekanto adalah suatu proses
yang dimulai dari proses perencanaan, pengaturan, pengawasan,
pergerakan sampai dengan proses terwujudnya tujuan. Pengertian
pengelolaan menurut prajudi ialah pengedalian dan pemanfaatan semua
faktor sumber daya yang menurut suatu perencanaan di perlukan untuk
penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Pengertian penggelolaan
menurut balderton yaitu menggerakan, mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif
material dan faselitas untuk mencapai suatu tujuan.
Pengolahan lahan dalam usaha budidaya pertanian bertujuan
untuk menciptakan keadaan tanah yang siap tanam baik secara fisis,
kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan
tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki
secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung
(Redyprasdianata : 2013).
15
Menurut Hermon (2006) pengolahan tanah pada dasarnya adalah
setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Disamping untuk menggemburkan tanah, pengolahan lahan juga
dimaksudkan pula untuk membalik tanah agar sisa-sisa tanaman
terbenam sehingga tidak menimbulkan kompetisi terhadap tanaman
yang dibudidayakan, namun dapat bermanfaat sebagai pupuk.
Suripin (2004), pengolahan tanah adalah setiap manipulasi
terhadap tanah dengan tujuan menyiapkan tempat tumbuh bagi benih,
menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah
sehingga tanaman terbenam kedalam tanah dan memberantas gulma.
Bila ditinjau dari sudut fisik tanah, pengolahan lahan bertujuan
untuk mengurangi kekuatan tanah serta mendapatkan struktur tata yang
baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Pengolahan tanah yang dimaksud disini adalah pengolahan tanah
kering. Kita ketahui bahwa tanah yang gembur pada umumnya terbuka
bagi erosi, sedangkan penggemburan tanah terjadi akibat pengolahan-
pengolahan yang kurang memakai pertimbangan.
B. Kajian Relevan
Kajian penelitian yang relevan ini merupakan bagian penguraian
tentang beberapa pendapat atau hasil penelitian yang terdahulu yang berkaitan
dengan permasalahan yang di teliti. Di bawah ini akan di kemukakan hasil-
hasil studi yang yang di rasa perlu dan relevan dalam penelitian antara lain:
16
Pina (2013) meneliti tentang “Konversi lahan tanaman ke kelapa
sawit di Kenagarian Inderapura Timur Kecamatan Pancung Soal Kabupaten
Pesisir Selatan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa:
(1) Biaya produksi penyebab terjadinya konversi lahan tanaman karet ke
tanaman sawit, karena luas lahan tanaman karet lebih kecil di bandingkan
tanaman sawit tetapi dari segi daya produksi, tanaman karet lebihkecil di
bandingkan tanaman sawit, (2) Produksi menyebab terjadinya konversi lahan
tanman karet menjadi tanman kelapa sawit di kenagarian indrapura timur.
Produksi yang di tinggi menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan dan
(3) Pemasaran tidak menyebabkan terjadinya konversi lahan tanaman karet
menjdai tanaman sawit di kenagarian indrapura timur, dilihat dari cara
memasarkan dan pembeli.
Adhi Yudha Bhaskara, Marhadi Slamet Kistiyanto, Juarti (2012).
Meneliti tentang pengaruh transformasi lahan pertanian menjadi perkebunan
kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur, dengan hasil
penelitian dapat dilihat bahwa luas lahan pertanian responden mengalami
peningkatan, hal ini terbukti setelah transformasi lahan responden yang
memiliki lahan kurang dari 2500 m2 dari 23% menjadi 10% serta setelah
transformasi lahan sebagian besar responden memiliki luas lahan antara 5000
m2 - < 7500 m2 sebesar 31% meningkat dari awalnya sebesar 27% sebelum
adanya transformasi lahan, selain itu juga terjadi peningkatan rata-rata luas
lahan yang dimiliki yaitu dari rata-rata 5412,5 m2 meningkat menjadi 9750
17
m2. Sejalan dengan temuan dari Baiq (2008:65) yang menemukan bahwa
setelah alih fungsi lahan hutan, responden yang tidak memiliki lahan dari
62% turun menjadi 6%.
C. Alur Berpikir
Berdasarkan alur berpikir ini peneliti menggambarkan bagaimana
proses penelitian yang akan dilaksanakan, seperti tergambar sebagai berikut:
Gambar.II.I. Alur Berpikir
Studi Tentang Konversi
Lahan Pertanian Padi Menjadi
Perkebunan Kelapa Sawit di
Desa Sidodadi.
Pendapatan
Petani Gaya Hidup Pengelolaan
lahan
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang di teliti maka penelitian ini
digolongkan kedalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Kuswana (2002),
penelitian kualitatif adalah metode jenis penelitian yang di gunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trangulasi
(gabungan), data analisis data bersifat induktif.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat dan waktu penelitian ini bulan
agustus
C. Informan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian maka yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan konversi lahan pertanian padi ke
perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat dan yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini
adalah Dinas pertanian. Penelitian ini di lakukan menggunakan teknik snow ball
Sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya
sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini di lakukan karna dari jumlah sumber
data yang sedikit belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka
18
19
mencari orang lain lagi yang dapat di gunakan sebagai sumber data. Dengan
demikian jumlah sumber data akan semakin besar seperti bola salju yang
mengelinding lama-lama menjadi besar yang berlangsung secara terus menerus
sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai dengan kebutuhan ( Sugiono
; 2011).
D. Jenis Data, Sumber Data, Teknik dan Alat pengumpulan data
1. Jenis Data
Data merupakan sejumlah keterangan informasi yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian hendak di capai maka
yang akan dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder.
2. Sumber Data
Sesuai dengan tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini, maka
data di peroleh dari:
a. Data Primer
Data primer merupakan data utama yang di peroleh
langsung dari informan melalui wawancara yang peneliti lakukan
terhadap petani yang melakukan konversi lahan pertanian pada
pertani padi ke perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi
Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
Adapun sumber data primer adalah informan penelitian dimana
diperoleh melalui wawancara dan observasi di lapangan terhadap
petani yang melakukan konversi lahan pertanian padi ke
20
perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang di peroleh penelitian
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan di
catat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalan arsip ( data
dokumenter) data sekunder pada penelitian ini adalah data yang di
peroleh dari kantor kenagian kinali dan kecamatan kinali
kabupaten pasaman barat.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan data
a. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wanwancara pada penelitian kualitatif merupakan salah
satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi
(Patilina,2007). Wawancara yang dilakukan berjutuan untuk
memperoleh data yang tidak didapatkan melalui pengamatan,
yaitu berupa data verbal yang di peroleh secara lasung dari
subjeknya. Wawancara yang dipakai adalah wawancara bebas
tanpa struktur tapi terfokus. Untuk itu wawancara di perlukan
pedoman wawancara untuk pemandu jalanya wawancara.
21
Tujuan dilakukan wawancara agar peneliti mengertahui apa
yang terkandung dalam pikiran dan hati informan serta hal-hal
yang luput dari pengamatan, yaitu dengan bertanya lasung
(Bungin,2002).
Wawancara pada penelitian ini terjadi antara wawancara
dan narasumber. Pewawancara yaitu penelitian sendiri yang
menanyakan tentang cara pengelolaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi petani yang melakukan konversi lahan
pertanian padi ke perkebunan sawit di Desa Sidodadi
Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman
Barat.sedangkan narasumber pada penelitian ini adalah
beberapa orang petani yang melakukan konversi lahan
pertanian padi ke perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi
Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman
Barat.
2. Pengamatan (observasi)
Observasi yang dilakukan untuk penelitian ini adalah
observasi langsung maksudnya penelitian sendiri mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu petani
ang melakukan konversi lahan pertanian padi ke perkebunan
kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
22
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.
Dokumentasi pada penelitian ini adalah berupa foto petani
yang melakukan konversi lahan pertanian padi ke perkebunan
kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Yang di ambil dengan
menggunakan kamera digital. Foto merupakan salah satu
bahan dokumentasi. Foto-foto bermanfaat sebagai sumber
informasi karena foto mampu mengambarkan peristiwa yang
terjadi.
b. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini adalah pedoman wawancara berupa rumusan-rumusan
pertanyaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan lembaran
observasi, catatan dan kamera digital.
E. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian.
Tersebut sampai diperoleh suatu kesimpulan. Analisi data penelitian ini
dilakukan secara dan dilakukan sepanjang penelitian. Teknik analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Miles and
Huberman dalam Sugiono (2011).
23
1. Proses Pengumpulan Data
Dalam penelitian kuantitatif, proses pengumpulan data bergerak dari
lapangan empiris dalam upaya membangun teori dan data. Proses
pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan men cari informasi
tentang petani yang melakukan konversi lahan pertanian padi ke
perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat di kantor terkait seperti wali nagari dan
camat.
2. Reduksi Data
Setelah proses melakukan pengumpulan data, data yang di peroleh
akan di kumpulkan dan jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit jika peneliti sering melakukan pengumpulan data ke lapangan.
Reduksi data bertujuan untuk memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian. Sehingga penelitian tentang petani yang melakukan
konversi lahan pertanian padi ke perkebunan kelapa sawit di Desa
Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
akan lebih berfokus sehingga jawaban atas pertanyaan penelitian bisa
terjawab.
3. Penyajian Data
Setelah data penelitian direduksi, dilakukan penyajian data.
Penyajian data dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk uraian
teks yang bersifat. Dalam penyajian data dapat menggambarkan
keseluruhan dari sekelompok data di peroleh agar mudah dibaca secara
24
menyeluruh. Dengan adanya penyajian data, maka dengan adanya
penelitian ini, pembaca dapat mengetahui tentang konversi lahan pertanian
padi ke perkebunan kelapa sawit terhadap tinggkat kesejahteraan petani di
Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman
Barat.
4. Penarikan Kesimpulan
Data yang di peroleh melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi terhadap petani yang melakukan konversi lahan pertanian
padi ke perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat lalu di olah dan di
simpulkan. Kesimpulan pada awalnya masih longgar namun kemudian
meningkat lebih rinci dan mendalam dengan bertambahnya data yang
akhirnya kesimpulan merupakan suatu konfiguasi yang utuh.
F. Teknik Menguji Keabsahan
Menurut Maleong (2010:326) keabsahan data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan Teknik
menguji keabsahan data yang diperoleh dilakukan dengan beberapa cara antara
lain:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam penelitian ini, penelitian berfungsi sebagai instrument
artinya kaitan serta penelitian pada objek yang ditelitinya. Hal ini
dimaksudnya supaya data di peroleh betul-betul dapat di percaya karena
sudah berulang kali diamati.
25
2. Ketekunan Pengamatan.
Ketekunan pengamatan bertujuan menumukan cirri-ciri dalam
situasi yang sedang dicari dan kemudian memusat dari pada masalah
penelitian.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah untuk memeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu keabsahan data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data yang di peroleh.
a. Triangulasi Sumber
Dilakukan pengecekan dan berdasarkan sumber-sumber
tertentu.
b. Triangulasi Teknik
Mengecek data pada sumber data yang sama dengan teknik
yang berbeda, misalnya dengan wawancara kemudian dicetak
dengan observasi dan dokumentasi.
4. Pemeriksaan Teman Sejawat Dengan Diskusi
Teknik ini di lakukan dengan cara mengekspor hasil sementara atau
hasil akhir yang di peroleh dalam bentuk diskusi rekan-rekan sejawat.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Temuan umum daerah penelitian ini dapat dilihat melalui kondisi fisik dan
kondisi sosial.
1. Kondisi Geografis
a. Letak Astronomis dan Batas-Batas Wilayah Penelitian
Jika ditinjau dari jaraknya dengan pusat kota kabupaten Pasaman
Barat ditempuh dengan motor lebih kurang 15 menit. Kenagarian Kinali
terletak pada Astronomis berada diantara garis 99°44‟39”BT -
100°2‟38”BT dan 0°3‟29” LS - 0°10‟17”LS.
Adapun daerah-daerah yang berbatasan dengan Nagari Kinali
adalah:
1. Utara berbatas dengan Kecamatan Luhak Nan Tigo Dan Sasak
2. Selatan berbatas dengan Kabupaten Agam
3. Barat berbatas dengan Nagari Katiagan
4. Timur berbatas dengan Kabupaten Pasaman Timur.
b. Luas
Secara keseluruhan luas Nagari Kinali adalah 48.978,97 Ha.
c. Bentangan Alam
Kanagarian Kinali merupakan wilayah yang termasuk dataran
tinggi dan terdapat beberapa sungai yang berhulu di Gunung Pasaman
dan Daerah dataran rendah dan rawa-rawa, Daerah pemukiman, Daerah
26
27
perbukitan, dan pegunungan.beberapa sungai yang berhulu dari Gunung
Pasaman.
d. Air Bersih
Ketersediaan air di Kecamatan Kinali cukup banyak. Sumber air
bersih di Nagari Kinali adalah air PDAM, mata air, sungai, sumur, danau,
bendungan, PAMSIMAS, PAM Perdesaan.
e. Transportasi
Sarana dan prasarana tranportasi yang ada di Nagari Kinali di nilai
baik, karena sudah banyak bus umum, truck umum, angkutan perdesaan,
ojek, dan becak.
2. Kondisi Demografi
a. Penduduk
Jumlah penduduk di Nagari Kinali tercatat 63.389 jiwa. Lebih jelas
dapat di lihat pada tabel IV. 1. Dibwah ini.
Tabel IV.1 jumlah penduduk dan mata pencarian
Jumlah
Penduduk
Jenis Kelamin Mata Pencarian
Laki-laki Perempuan
63.489 31.593 31.796
Petani
Wiraswasta
Sumber : kantor Wali Nagari Kinali (2014)
b. Pendidikan
Faktor pendidikan masih memegang peranan penting untuk
menghasilkan manusia yang cerdas dan berkualitas. Untuk itu penduduk
perlu dibekali dengan modal pendidikan yang memadai, sehingga
menghasilkan kualitas SDM yang mampu mempercepat proses laju
28
pembangunan khususnya di Nagari Kinali. Pada saat ini di Nagari Kinali
telah terdapat beberapa sekolah, seperti yang di jelaskan pada tabel di
bawah ini. (Kantor Wali Nagari Kinali)
Tabel IV.2 Jumlah sekolah di Kenagarian Kinali
Nama sekolah Jumlah Status kepemilikan
Pemerintah Swasta
Play Group 3 - 3
TK 4 - 4
SD 42 42 -
SMP 9 9 -
SMA 4 4 -
Sumber : Kantor Wali Nagari Kinali,2014
B. Temuan Khusus Penelitian
1. Pendapatan Petani Padi Setelah Mengkonversikan Lahanya
Keperkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan maka dapatlah hasil
pengolahan data tentang persepsi masyarakat tentang proses pembangunan
pabrik sebagai berikut :
Wawancara dengan Ibu TN (48 Tahun) pada tanggal 28 Agustus
2015 tentang pendapatan petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
29
Gambar IV.1 : wawancara dengan ibu TN 48 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 28 Agustus 2015)
” Kalau untuak panghasilan nan ibuk dapek sasudah pindah lahan
kakabun sawit tantunyo maningkek, tagantuang laweh kabun sawit tu.
Alhamdulillah ibuk punyo kabun sawit kurang labiah 2 Ha. Kalau dari
hasil kabun sawit, alhamdulillah cukuik untuik hiduik sahari-hari, tapi
ado juo biaya untuak kabutuhan lain bantuak biaya panen, biaya pupuak
paliang biaya yang dikaluan untuak sakali panen tagantuang jo hasil
panen biasonyo. Biaya nan diparaluan sabanyak Rp 300.000/ton sawit.
Kalau untuak biaya pandidikan anak, alhamdulillah cukuik karano biaya
pandidikan anak ibuk alun mambutuhan biaya banyak, kalau
dibandingan jo hasil padi sawah memang hasil kabun sawit labiah
gadang”.
Artinya :
“Kalau masalah pendapatan yang ibu peroleh setelah melakukan konversi
ke perkebunan kelapa sawit tentunya meningkat, itu pun tergantung
kepada luas perkebunan kelapa sawit. Alhamdulillah ibu memiliki kebun
sawit kurang lebih 2 Ha. Kalau dari hasil perkebunan kelapa sawit
alhamdulillah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, namun ada juga
untuk kebutuhan lainnya seperti biaya panen, biaya pupuk, palingan
biaya yang dikeluarkan untuk sekali panen tergantung kepada hasil panen
biasanya di bayar Rp 300.000/ton sawit. Kalau untuk biaya pendidikan
anak alhamdulillah tercukupi, karena pendidikan anak ibu masih belum
mengeluarkan biaya yang banyak. Kalau dibandingkan dengan hasil padi
sawah memang hasil perkebunan kelapa sawit lebih besar.”
30
Selanjutnya wawancara dengan Bapak Zn (42 Tahun) padang tanggal
28 Agustus 2015 menyatakan sebagai berikut :
Gambar IV.2 : wawancara dengan bapak ZN 42 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 28 Agustus 2015)
” Untuak panghasilan sasudah mamindahan lahan padi menjadi kabun
sawit, alhamdulillah dapek maningkekan panghasilan bapak untuak
mamanuhi kabutuhan keluarga walaupun ado kabutuhan lain nan harus
dikaluan salain kebutuhan keluarga. Palingan ado biaya khusus nan
bapak sadioan untuak biaya parawatan sawit dan biaya panen. Biaso
biaya nan bapak kaluan untuk parawatan dan skali panen labiah kurang
Rp 1juta. Kalau biaya pandidikan anak pasti di nomor satuan walau baa
caronyo”
Artinya :
“Untuk pendapatan setelah melakukan konversi lahan padi menjadi sawit
alhamdulillah dapat meningkatkan penghasilan bapak yang pastinya
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sudah terpenuhi walaupun ada
kebutuhan lain yang harus dikeluarkan selain untuk kebutuhan keluarga.
Palingan ada biaya khusus yang bapak sediakan untuk biaya perawatan
sawit dan biaya panen. Biasanya biaya yang bapak keluarkan untuk
perawatan dan sekali panen lebih kurang 1.000.000. Kalau biaya
pendidikan anak pasti dinomor 1 kan walau bagaimanapun”.
31
Selanjutnya wawancara dengan Bapak CR (46 Tahun), Ibu SR (40
Tahun), dan Ibu ST (32 Tahun) pada tanggal 28 Agustus 2015 juga
mengungkapkan hal yang serupa tentang pendapatan petani setelah
melakukan konversi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit
sebagai berikut :
Gambar IV.3 : wawancara dengan bapak CR 46 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 28 Agustus 2015)
“Nek teko segi penghasilan yo uwes di omongke rodok apeklah, nek
karo-karo seng urong-uronge, pas urong pindah teko pari tros tak
dakdekne sawet ki, nek go keluerga yo iso di omongke cukoplah go
kebuth sedino-dino ne, bapk yo due sawet gor 1 ha, nek pak yo ora
ngetokne upah panen ne, lawong bapak iki sawet te di panen dewe,
paleng yo seng pak etone gor biaya gopupue ae, gor sekitar Rp. 500.000
kurango yo Rp. 600.000, nek go sekolah anake yo uwes cukuplah”
Artinya
“Kalau segi pendapatan sudah bisa dikatakan baik jika dibandingkan
sebelum melakukan perpindahan lahan padi menjadi perkebunan kelapa
sawit. Kalau untuk kebutuhan keluarga sudah bisa dikatakan cukup untuk
kebutuhan sehari-sehari karena lahan sawit yang miliki hanya 1 Ha,
Bapak tidak ada mengeluarkan biaya panen karena bapak panen sendiri
32
sawit yang bapak miliki palingan biaya lain yang harus dikeluarkan
adalah biaya pupuknya saja, itu berkisar kira-kira Rp 500.000-600.000.
untuk biaya pendidikan anak sudah terpenuhi.
Selanjutnya wawancara dengan Bapak SW ( 55 Tahun) pada tanggal
28 Agustus 2015
Gambar IV.4 : wawancara dengan bapak SW 55 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 28 Agustus 2015)
“Uwes no wes cukop pas bar pindah lahan pari tak pindah ke neg sawet
ki, pas wes pindah lahan yo wes lumayan meningkatlah, karo sak
durung-durunge pas urong di pindah ne ki, nek pak yo panen sawet go
wong kerjo ngono upahne ngono, yo gor wong loro paleng, di gajeh
sekitar Rp 250.000,, tros go bayar utangan mobel, yowes alhamdulilak
sapek sakiki yo ijek tercukupilah, yo utung sawet no hasil le,
Artinya :
“Sudah bisa mencukupi semenjak lahan kami di pindahkan ke sawit,
setelah melakukan perpindahan lahan sudah meningkat dari pada
pendapatan sebelum melakukan perpindahan, kalau bapak untuk
memanen sawit menggunakan tenaga kerja paling tidak 2 orang itu di
gajih sekitar Rp 250.000, untuk membayar cicilan mobil, sudah sampek
sekang masih terpenuhi dengan baik, oh lebih besar tanaman sawit
33
Selanjutnya wawancara dengan Bapak WH ( 43 Tahun) pada tanggal
30 Agustus 2015 sebagai berikut :
Gambar IV.5 : wawancara dengan bapak WH 43 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 29 Agustus 2015)
“Yo mendenglah wes meningkat pirang persen yo paleng yo gor 50%lah
teko biasanelah, uwes yo neg ngolah sawet ki gampang nek di padaken
pari ki, dadi yo saya panene dewe waelah, dadi saya ora metu duek opo
biaya ngonolah, ora enek yo jek go kebutuhan keluargane, nek go
sekolah anak yo alahmdulilah teko sak iki lebih meningkatlah di abndeng
sedurung-durunge, nek go pendapatan yo lebih naek sawt ke timbange
pariki”
Artinya :
“Ya lumayan meningkat sekitar 50% dari biasanya, sudah karana
pengelolaan sawit ini lebih mudah dari pada padi, jadi saya bisa
melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya
panen sendiri jadi saya tidak mengeluarga biaya terlalu banyak, gak ada
jadi masih memenuhi kebutuhan keluarga saja masih belum maksimal,
untuk biaya pendidikan anak-anak saya sampai sekarang alhamdulilah
masih terpenuhi, untuk pendapatan lebih meningkat kelapa sawit dari
pada sawah”
34
2. Gaya Hidup Petani Padi Setelah Mengkonversikan Lahanya Pertanian
Padi Keperkebunan Kelapa Sawit Di Nagari Sidodadi Kecamatan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
Wawancara dengan Bapak MR (53 Tahun) pada tanggal 29 Agustus
2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.6 : wawancara dengan bapak MR 53 tahun
(Dokumentasi pada tanggal 29 Agustus 2015)
“Yo kalau dipiki-pikian kahidupan kaluarga apak sasudah malakuan
pamindahan lahan padi manjadi kabun sawit ko alah samakin
maningkek walaupun saketek. Kalau sabalum malkukan pamindahan
rumah apaak semi permanennyo, kini bisa dicaliak surang kondisi rumah
apak sadang dibangun walaupun alun salasai tapi alah permanen,
walaupun saketek demi saketek kalau untuk baju indak terlalu ado
parubahannyo doh tapi nan pantiang satiok rayo harus bali baju
tarutamo untuak anak-anak. Kalau untuak makanan sabalum dan
sasudah malakuan pamindahan lahan masih samo jo nan dulu yang
pantiang dalam saminggu tu ado makan lauak atou ayam. Kalau
kendaraan nan apak punyo dulu yo honda bakeh tapi itu alah dipakai
pulo untuak panen, kini apak lah bisa mambali honda baru untuak pae.”
Artinya :
“Ya kalau dipikir-pikir kehidupan keluarga bapak setelah melakukan
pemindahan lahan padi menjadi kelapa sawit sudah mengalami
peningkatan walaupun sedikit. Kalau sebelum melakukan pemindahan
35
rumah yang bapak miliki masih semi permanen, sekarang bisa dilihat
sendiri kondisi rumah bapak yang sedang dibangun walaupun belum
selesai tapi jenis rumah sudah permanen, meskipun hanya bisa
merubahnya sedikit demi sedikit. Kalau untuk pakaian tidak terlalu ada
perubahan yang penting setiap lebaran harus beli baju terutama untuk
anak-anak. Kalau untuk makanan sebelum dan sesudah melakukan
pemindahan lahan, untuk makanan masih sama, yang jelas dalam 1x
seminggu masih makan ikan atau ayam. Kendaraan yang bapak miliki
awalnya hanya motor bekas tapi sudah dipakai untuk panen sekarang
bapak sudah bisa membeli motor baru untuk bepergian sehari-sehari.
Wawancara dengan Bapak MD (48 Tahun) pada tanggal 29 Agustus
2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.7 : wawancara dengan bapak MD 48 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 29 Agustus 2015)
“Go urep nek sak iki yo pas ladang saya tak pindahne ladang pari teko
sawet uwes titi sennenglah, yo omah e bapak yo biyen rodok cilik
ngonolah, nek sak iki yo uwes tak dandani trus tak gawe kamar mandi,
nek biyen yo pas due pari yo gor 1 tahun sekalilah, tapi nek sak iki pas
bapak wes pindah ladang yo, iso di omong serenglah kadang-kadang,
nek biyek sak durunge bapak pindah pari neg saqwet yo jarang mangan
sehat-sehat ngonolah, tapi nek sak iki yo uwes eneklah mangan seng
sehat-sehat ngono, nek onda seng bapak due yo podolah karo biyen kae,
tapi yo nek sak iki yo due onda lorolah”
36
Artinya :
“Untuk hidup sekarang setelah melakukan konversi lahan padi menjadi
kelapa sawit sudah sedikit senang. Rumah bapak dulunya kecil, sekarang
sudah diperbasar dan dilengkapi dengan kamar mandi. Dulu ketika ada
sawah membeli baju hanya 1x setahun sekarang semenjak sudah
mengkonversikan lahan padi ke kelapa sawit bisa dikatakan sering untuk
membeli pakaian. Dulu ketika masih mimiliki sawah jarang kami yang
memakan makanan empat sehat sempurna tapi sekarang setelah
melakukan pemindahan lahan kami sudah bisa untuk mencukupi
kebutuhan empat sehat lima sempurna. Kendaraan yang bapak miliki
masih sama dari dulu sampai sekarang yaitu motor, paling tidak sekarang
bapak sudah memiliki dua motor dirumah”.
Wawancara dengan Ibuk YN (44 Tahun) pada tanggal 29 September
2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.8 : wawancara dengan bapak YN 44 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 30 Agustus 2015)
“Kalau untuak kahidupan samo se nyo nak, cuman ado lah saketek
parubahan kalau untuak umah tu masih samo jo nan dulunyo masih
semi parmanen cuman dulu ndak punyo kamar mandi jo wc doh.
Sabalum pindah lahan ka kabun sawit untuak mambali baju tu paliang 6
37
bulan sakali, kalau alah malkuan pamindahan ko lai lah sakali 3 bulan.
Kalau sawit maha kabutuhan makan bisa tapanuhi cuman kalau sawit
murah tu apo ado nyo se nyo. Kalau kendaraan daulu lai ado duo kini
alah ado tambahnyo ”
Artinya :
“Ya kalau untuk kehidupan itu sama saja cuma ada sedikit mengalami
peningkatan. Kalau untuk rumah masih semi parmanen, rumah yang
dulunya belum memiliki kamar mandi dan WC sekarang sudah ada
kamar mandi dan WC dalam rumah. Sebelum berpindah lahan dari ke
kelapa sawit untuk membeli pakaian hanya 6 bulan sekali, setelah
melakukan pemindahan lahan ini 3 bulan sekali bisa untuk membeli
pakaian. Kalau sawit mahal kebutuhan makan bisa terpenuhi dan kalau
sawit murah Cuma makan seadanya. Sebelumnya kendaraan Ibuk Cuma
dua tapi sekarang sudah bertambah.
Wawancara dengan Bapak NM (43 Tahun) pada tanggal 29
September 2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi
lahan padi menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.9 : wawancara dengan bapak NM 43 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 30 Agustus 2015)
“Nek keluarga saya urong terpenuhilah pas urong pindah ladang sawet
iki, tapi yo pas tak pindah ladang alhamdulialhlah urep saya uwes
apiklah toko sak durung-durunge kae, nek oamh yo teko biyen sampek
sak iki yo podo waelah, nek go tuku kelambi yo pas urong pindah ladang
yo go 1 tahun 1 kalilah, tapi sak iki yo rodo gayalah 2 x kadang yo 3 x
38
lah teko seminggu kui, nek teko panganan yo podo wae kek saya due pari
karo sawet ki, yo nek butuh makanan yo pas biyek karo sak iki yo
alhmdulilah cukuplah, nek onda yo biyen due siji, nek sak iki yo nambah
siji meneh no”
Artinya :
“Kehidupan keluarga saya masih kurang terpenuhi sebelum melakukan
perpindahan lahan sawit, setelah melakukan perpindahan alhamdulilah
kehidupan saya lebih baik dari sebelumnya, kalau segi rumah sebelum
dan sesudah melakukan perpindahan masih sama, kalau untuk mebeli
baju biasanya sebelum melakukan perpindahan lahan 1 tahun 1 x, tapi
sekarang setelah melakukan pindah lahan bisa 2 x atau 3 x dalam 1
tahun, ya kalau untuk kebutuhan makan sebelum dan sesudah selalu
terpenuhi 4 sehat 5 sempurna, motor sebelum pindah ke lahan sawit saya
mempunyai 1 motor, tapi setelah pindah ke lahan sawit nambah 1 motor
lagi”
Wawancara dengan Ibuk TR (40 Tahun) pada tanggal 30 September
2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.10 : wawancara dengan ibu TR 40 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 30 Agustus 2015)
“Nek go urep keluarga saya sebelum pindah sawet yo biasa-biasa ae no,
tapi nek wes tak pindah neg ladang sawet yo lebih sejahterahlah teko
sedurung-durunge, nek omah yo ket biyen pas uwes opo urong pindah
ladang sawet yo uwes permanen lah, yo biasane go 2 x setahun nek tuku
kelabi nek pas urong pindah ladang, neh pas wes pindah ladang yo 4 x
39
setahunhlah, nek go butuh e makann yo selalu cukoplah 4 sehat 5
sempurna kui ne, biyen yo due onda tapi nek sak iki yo lagi cicil mobel”
Artinya :
“Untuk kehidupan keluarga saya sebelum melakukan perpindahan masih
biasa-biasa saja, dan setelah melakukan perpindahan lebih terpenuhi dan
tergolong sejahtera, rumah saya sebelum dan sesudah melakukan pindah
lahan memang sudah permanen, biasanya membeli pakaian sebelum
melakukan pindah lahan cuman 2 x setahun, dan setelah pindah lahan ke
sawit saya bisa membeli sekitar 4 x setahun, untuk kebutuhan makanan
selalu memenuhi standar kesehatan 4 sehat 5 sempurna, sebelumnya saya
punya motor sekarang saya sudah bisa mencicil mobil”
2. Cara pengolaan lahan yang dilakukan petani padi dalam
mengkonversikan lahan pertanian padi keperkebunan kelapa sawit di
Nagari Sidodadi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat ?
Wawancara dengan Bapak SK (65 Tahun) pada tanggal 30 september
2015 tentang gaya hidup petani setelah melakukan konversi lahan padi
menjadi perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
Gambar IV.11 : wawancara dengan bapak SK 65 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 31 Agustus 2015)
“Nek go ngolah ladang sawet podo karo ngolah ladang sawet lione opo
umumme ngonolah,nek ngolah ladang sawet yo di olah karo dewe wae
tros yo karo nganggo alat tradisional, alesanne yo urong due alat-alat
seng apek opo canggihlah, nek keluhan karo kendalaya yo alhamdulilah
40
teko sak iki yo ora eneklah, nek duek seng tak tokke yo ngolah sawet
palengan gor lebeh kurange yo go Rp. 200.000 kro luase gor loro
hektar”
Artinya :
“Untuk pengelolaan kebun sawit sama dengan pengelolaan kebun sawit
pada umumnya, ada pembibitan, pembuatan lobang, membuat saluran
irigasi. Dalam pengelolaan kebun sawit bapak sendiri yang ngelola dan
masih menggunakan alat yang tradisional karena bapak belum
mempunyai alat modern. Kalau masalah kendala dalam pengelolaan
kebun sawit itu sudah pasti ada, karena dalam pengelolaan bapak masih
menggunakan alat yang tradisional dan itu membutuhkan waktu yang
lama. Masalah biaya yang dikeluarkan tergantung luas lahan sawit yang
dimiliki”.
Wawancara dengan Bapak SN (50 Tahun) pada tanggal 30 september
2015 tentang cara pengelolaan perkebunan sawit :
Gambar IV.12 : wawancara dengan Bapak SN 50 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 31 Agustus 2015)
”Kalau pangolahan sawit nan apak karajoan mambuek lubang sawit jarak
8-9 meter, sudah mambuek lubang baru bisa ditanam bibit sawit, dalam
pangolahan apak mangarajoan surang paliang ado urang karajo agak
duo urang. Kalau alaik nan apak pakai masih manggunoan alaik
tradisonalnyo. Kalau kendalanyo palingan dalam mambuek lubang sabaok
dalam mabuek lubang tu kadang-kadang tanahnyo ado batu payah untuak
digali. Kalau masalah biaya nan apak kaluan indaklah banyak do. Kiro-”
41
Artinya :
“Kalau pengelolaan perkebunan sawit yang bapak lakukan itu membuat
lobang sawit dengan jarak 8-9 M, setelah pembuatan lubang kemudian
pemberian pupuk pada lubang setelah itu baru bisa di tanam bibit sawit.
Dalam pengelolaan bapak mengelola sendiri di bantu dengan tenaga kerja
2 orang. Kalau masalah alat yang digunakan bapak masih menggunakan
alat yang tradisional, kendala yang ditemukan palingan dalam pembuatan
lobang, karena dalam pembuatan lobang kadang-kadang tanahnya
berbatu sehingga sulit untuk digali. Kalau soal biaya yang bapak
keluarkan tidak terlalu banyak, sekitar Rp. ± 300.000, itu udah termasuk
upah 2 orang tenaga kerjanya”.
Selanjutnya wawancara dengan Bapak AL (48 Tahun), Bapak ZL (58
Tahun), dan Bapak MZ (44 Tahun), juga menuturkan hal yang serupa
mengenai pengolahan lahan sawit sebagai berikut :
Gambar IV.13 : wawancara dengan bapak AL, 48 tahun ZL 58 tahun
dan MZ 44 tahun (Dokumentasi pada tanggal 31 Agustus 2015)
“Nek seng bapak olah yokaro carane di resek-resek disek panggone seng
uwes enek kui sek, tro di kei jara go nandor sawet kui sekitar 9 x 10 m,
yo pasti enek tujanne la nek ini sawet wes gede yo ora di ganggu ureppe,
la nek kebunne bapak iki ra terlalu luas, dadi bapak ngerjanek dewe
wae, alat seng bapak gunakne ngango alat singso, ladan kebun ne bapak
ki neg rawa makakne bapak jugakl kanggo alat tradisional go cangkol
42
jugakl go gawe irigasi opo kalenan ngono, yoben tanduran sawetki iso
cepet kembangn ngono, panglingan kendala sek bapak temui gor hama,
la sak iki rego pupok yo lumayan larang sak iki, biasane bapk apek
ngona yo jileh duek karo toke sawet, tapi sak iki kan rego sawet anjlok
mrdok, dadi ra wani jeleh koyo biasane”
Artinya :
“Pengelolaan sawit yang bapak lakukan dengan cara membersihkan
lahan yang sudah ada terlebih dahulu, jarak tanam antar pohon 9 x 10m
tujuannya supaya nanti setelah sawit ini besar tidak terganggu
pertumbuhannya. Perkebunan sawit yang bapak miliki tidak terlalu luas
dan bapak memutuskan untuk mengelola sendiri kebun sawit bapak.
Untuk pengelolaan sawit bapak sudah menggunakan sinso, lahan
perkebunan sawit terdapat didaerah rawa maka jadi bapak juga
menggunakan alat tradisional seperti cangkul untuk pembuatan irigasi
agar tanaman sawit mudah berkembang dengan cepat. Kendala yang
sering bapak temui dalam pengelolaan sawit yaitu banyaknya hama,
harga pupuk mahal. Biasanya untuk keperluan pengelolaan sawit bapak
meminjam uang kepada pembeli sawit tetapi karena harga sawit yang
murah saat ini, pembeli sawit tidak bisa meminjamkan uang seperti
biasanya”.
Selanjutnya wawancara dengan Bapak TN (40 Tahun), Bapak SN (40
Tahun), juga menuturkan hal yang serupa mengenai pengolahan lahan sawit
sebagai berikut :
Gambar IV.14 : wawancara dengan bapak TN 40 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 31 Agustus 2015)
“Pangolahan lahan nan apak karajoan biasonyo pambibitan sawit,
mambuek lubang tu baru ditanam. Sawit nan apak punyo labiah dari duo
tumpak tu apak ndak talok mangalolanyo surang makonyo apak
43
mangarajoan urang untuak pangolahannyo. Waktu pengolahan sawit tu
alaik nan apaak pakai masin babat untuak manabang rumpuik supayo sawit
ko ndak taganggu dalam partumbuhannyo. Kalau kendala dalam
pengelolaan sawit ko palingan mancari urang untuak namuach karajo tu
nan payah. Karano urang tu alah banyak karajo ka pabrik, nyo ingin karajo
nan tatap supao bisa manuhi kabutuhan hidupnyo, kalau harago tu
tagantuang bibit sawit nan apak punyo.
Artinya :
“Pengelolaan lahan yang bapak lakukan biasanya terlebih dahulu
dilakukan dengan cara pembibitan sawit, pembuatan lobang dan baru
menanami bibit yang sudah layak ditanami. Karena sawit yang bapak miliki
melebihi dua titik jadi bapak tidak sanggup untuk mengelolanya sendiri
maka dari itu bapak butuh karyawan untuk pengelolaannya. Dalam
pengelolaan sawit bapak menggunakan mesin babat untuk membabat
rumput agar tanaman sawit tidak terganggu pertumbuhannya dan. Kendala
yang bapak temui dalam pengelolaan sawit diantaranya sulitnya mencari
tenaga kerja untuk menggelola sawit, dengan bannyaknya masyarakat yang
sudah beralih pekerjaannya ke Perusahaan karena masyarakat tersebut ingin
mencari pekerjaan yang tetap agar kebutuhannya terpenuhinya. Kalau untuk
biaya pengelolaan sawit tergantung harga bibit sawit yang bapak
inginkan,”.
Selanjutnya wawancara dengan Ibuk SS (48 Tahun), menuturkan hal
tentang pengolahan lahan sawit sebagai berikut :
Gambar IV.14 : wawancara dengan Ibuk SS 48 tahun (Dokumentasi
pada tanggal 31 Agustus 2015)
“Nek go pengelolaan seng bapak lakukne yo teko mulai pembibitan sawet
te, tros ngeresik e ladange kui, tros di tandor, tros gek dipopok, nek
pengolahan iki bapak dewe seng ngolah e, teko mulai nandur sampek panen
kui bpak dewe, yo tapi kadang-kadang bapak golek wong kerjo,alat seng
44
bapak enggo yo berupa sabet, cangkul, parang teng go nyemprot hama, nek
masalh yo palengan go kurang modal opo duek ngonolah dan ijek karo alat
seng sederhana wae”
Artinya :
“Pengelolaan lahan yang bapak lakukan dimulai dari pembibitan sawit,
pembersihan lahan, penanaman, pemupukan. Untuk pengelolaan sawit,
bapak lakukan sendiri mulai dari perawatan sampai panen tapi kadang-
kadang bapak upahkan kepada orang lain sebagai pekerja di kebun sawit
bapak. Alat yang bapak gunakan berupa sabit, cangkul, parang, teng untuk
pemberantasan hama. Kendala yang yang ditemukan dalam pengelolaan
sawit kurangnya modal, dan masih dengan alat yang sederhana”.
3. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan dibahas hasil penelitian Studi Tentang
Konversi Lahan Pertanian Padi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Desa
Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Pertama, Pendapatan petani padi sawah setelah melakukan konversi
lahan padi menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi yaitu setelah
melakukan konversi lahan masyarakat Sidodadi pendapatannya mengalami
peningkatan sehingga masyarakat sidodadi bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti kebutuhan pokok, pendidikan dan lain sebagainya.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau
dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan
total dan penerimaan bersih. Pendaptan kotor atau penerimaan total adalah
nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi ( Rahim, dkk :2007).
Menurut Rosjidi dalam Irawan (2013) menyatakan bahwa
pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah
45
kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang dan
jasa atau aktivitas usaha lainnya, dalam suatu periode yang dapat diakui dan
diukur berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum. Pengertian yang
dikemukakan oleh Rosjidi bermaksud bahwa, penyerahan barang atau jasa
atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang berhubungan secara langsung
dengan kegiatan untuk memperoleh laba usaha yang dapat mempengaruhi
terhadap jumlah pemilik.
Kedua, Gaya hidup masyarakat sidodadi setelah melakukan
konversi lahan yaitu gaya hidup masyarakat sidodadi setelah konversi lahan
mengalami peningkatan karna bisa di lihat dari bentuk rumahnya, yang dulu
permanen dan sekarang sudah permanen, kemudian sudah memiliki
kendaraan lebih dari satu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau
dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan
total dan penerimaan bersih. Pendaptan kotor atau penerimaan total adalah
nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi ( Rahim, dkk :2007).
Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini
memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup khas
dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer
istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang
semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan
minuman, rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, dan seterusnya dipandang
46
sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau
konsumen (Fatherstone dalam Sudarwati, 2007).
Ketiga, Pengelolaan lahan yang di lakukan petani melakukan
konversi lahan perkebunan kelapa sawit di desa sidodadi, Pengelolaan
kebun sawit sama dengan pengelolaan kebun sawit pada umumnya, yang
dipergunakan alat-alat seperti parang, cangkul, singso dan lain-lain, dengan
menggunakan tenaga kerja 2 sampai 3 orang dengan biaya yang di
keluarkan ± Rp. 300.000 perhari.
Menurut Hermon (2006) pengolahan tanah pada dasarnya adalah
setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Disamping untuk menggemburkan tanah, pengolahan lahan juga
dimaksudkan pula untuk membalik tanah agar sisa-sisa tanaman terbenam
sehingga tidak menimbulkan kompetisi terhadap tanaman yang
dibudidayakan, namun dapat bermanfaat sebagai pupuk.
Pengertian pengelolaan menurut soekanto adalah suatu proses yang
dimulai dari proses perencanaan, pengaturan, pengawasan, pergerakan
sampai dengan proses terwujudnya tujuan. Pengertian pengelolaan menurut
prajudi ialah pengedalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang
menurut suatu perencanaan di perlukan untuk penyelesaian suatu tujuan
kerja tertentu. Pengertian penggelolaan menurut balderton yaitu
menggerakan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk
47
memanfaatkan secara efektif material dan faselitas untuk mencapai suatu
tujuan.
48
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian terhadap Studi Tentang Konversi Lahan
Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Sidodadi Kenagarian
Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat :
1. Pendapan petani setelah melakukan konversi lahan pertanian padi
menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Sidodadi yaitu setelah
melakukan konversi lahan masyarakat Sidodadi pendapatannya
mengalami peningkatan sehingga masyarakat Sidodadi bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan pokok,
pendidikan dan lain sebagainya.
2. Gaya hidup masyarakat Sidodadi setelah melakukan konversi lahan
yaitu gaya hidup masyarakat Sidodadi setelah konversi lahan
mengalami peningkatan karna bisa di lihat dari bentuk rumahnya,
yang dulu permanen dan sekarang sudah permanen, kemudian sudah
memiliki kendaraan lebih dari satu yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
3. Pengelolaan lahan yang di lakukan petani melakukan konversi lahan
perkebunan kelapa sawit di nagari Sidodadi, pengelolaan kebun sawit
sama dengan pengelolaan kebun sawit pada umumnya, yang
dipergunakan alat-alat seperti parang, cangkul, sinsaw dan lain-lain,
49
dengan menggunakan tenaga kerja 2 sampai 3 orang dengan biaya
yang di keluarkan ± Rp. 300.000 perhari
B. Saran
Adapun saran yang penulisan kekukakan dalam penelitian adalah:
1. Diharapkan pada petani dapat meperdulikan pendapatan untuk
kebutuhan keluarga dan anaknya
2. Diharapkan pada penulis agar dapat membantu dalam memberi
informasi kepada petani padi sawah yang mengkonversikan lahan
pertanian padi menjadi perkebunan kelapa sawit
3. Sebagai acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang
selanjutnya
50
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, panji. 2009 . Psikologi kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Bastian, Leli. 2011. Studi Tentang Petani Karet di Desa IV Koto Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya. Skripsi : STKIP PGRI sumatra barat.
Bhaskara, Adhi Yudha, dkk. 2005. Pengaruh Transformasi lahan Pertanian
Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Petani Di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal. Hlm. 1.
Bungin, Burhan. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja
Garfindo. Persada.
Fahmuddin, Agus. 2004. Konversi lahan dan Hilangnya Multifungsi lahan sawah.
http: // fahmud. Wordpress .com diakses tanggal 20 april 2015
Febriani, Trina.2014. Skripsi: Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Air Pacah Kecamatan Koto Tangah
Kota Padang. STKIP PGRI SUMATERA BARAT.
Hastuti, Sri. 2007. Gaya hidup remaja pedesaan (studi di Desa Sukaraya
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Derli Serdang Sumatera Utara). Jurnal
Vol 1 No 2. Universitas Sumatera Utara
Hermon, Dedi. 2006. Geografi Tanah. Padang : UNP Pres.
http//redyprasdianata.blogspot.com/2013/pengolahan-tanah- secara mekanis.
Html. Diakses pada 25 pebruari 2015
Kuardinto, Dedi. 2009 . Alih fungsi lahan pertanian sawah ke tanaman kelapa
sawit. Jurnal : Universitas Gadja Mada.
Kuswana. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Pustaka Setia
Listyorini, Sari, 2012. Analisis faktor-faktor gaya hidup dan pengaruhnya
terhadap rumah pembelian sederhana. Jurnal Vol 1 No 1. Universitas
Brawijaya Malang.
Maleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT
Remaja Prosdakarya.
48
51
Pina, Idel Yelmi.2013. Konversi Lahan Tanaman Karet Ke Tanaman Kelapa
Sawit Di Kenagarian Inderapura Timur Kecamatan Pancung Soal
Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi Jurusan Geografi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Ptilima, Hamid. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Suripin, M. Eng . 2004. Pelestarian sumber daya tanah Dan air. Yogyakarta:
Andi
Silvia, Voni. 2014. Konversi lahan pertaniaan padi sawah ke perkebunan sawit di
kenegariaan tigo koto silungkang kecamatan palembayan kabupaten
agam. Skripsi. STKIP PGRI sumbar
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta
52
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
STUDI TENTANG KONVERSI LAHAN PERTANIAN PADI
MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA SIDODADI
KENAGARIAN KINALI KECAMATAN KINALI KEBUPATEN
PASAMAN BARAT
A. Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Terlebih dahulu saya mendoakan semoga Bapak/Ibuk selalu berada
dalam keadaan sehat wal „afiat dan selalu dilindungi Allah SWT, sehingga
Bapak/Ibuk dapat bermurah hati memberikan informasi secara jujur dan
dengan kerelaan hati yang sesungguhnya.
Bapak/Ibuk sekalian, saya sangat mengharapkan ketersedian dan kerja
sama Bapak/Ibuk untuk meluangkan waktu, kiranya Bapak/Ibuk bersedia
menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan dalam wawancara ini.
Pertanyaan tersebut berhubungan dengan penelitian saya sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di Program Pendidikan Geografi Strata I
(S1) dengan judul “Studi tentang konversi lahan pertanian padi menjadi
perkebunan kelapa sawit Di Desa Sidodadi Kenagarian Kinali Kecamatan
Kinali Kabupaten Pasaman Barat”. Atas kemurahan dan bantuan
bapak/ibuk/saudara/i untuk di wawancarai, peneliti mengucapkan terima
kasih.
53
B. Indentitas Responden
Nama :………………………………………
Umur :………………………………………
Jenis Kelamin :………………………………………
Alamat :………………………………………
C. Pertanyaan Penalitian
a) Pendapatan
1. Berapakah pendapatan yang bapak/ibu/saudara/i peroleh setelah
melakukan konversi lahan padi sawah menjadi perkebunan sawit ?
2. Apakah setelah melakukan konversi lahan padi sawah menjadi
perkebunan sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga
bapak/ibu/saudara/i ?
3. Berapakah biaya yang bapak/ibu/saudara/i keluarkan setelah
mengkonversikan lahan padi sawah ke perkebunan kelapa sawit
dalam sekali panen?
4. Apakah dari penghasilan bapak/ibu/saudara/i peroleh setelah
mengkonversikan lahan padi sawah ke perkebunan kelapa sawit
ada kebutuhan lain yang harus di penuhi selain kebutuhan
keluarga?
5. Apakah biaya pendidikan anak bapak/ibu/saudara/i sudah terpenuhi
setelah melakukan konversi lahan padi sawah menjadi perkebunan
kelapa sawit ?
54
6. Jika dibandingkan manakah yang lebih besar pendapatan yang
bapak/ibu/saudara/i peroleh setelah menglakukan konversi ahan
padi sawah ke perkebunan kelapa sawit dari hasil padi sawah atau
perkebunan kelapa sawit ?
b) Gaya Hidup
1. Bagaimana kehidupan keluarga bapak/ibu/saudara/i sebelum
dan setelah melakukan konversi lahan pertanian padi sawah ke
perkebunan kelapa sawit ?
2. Bagaimana jenis rumah yang bapak/ibu/saudara/i miliki
sebelum dan setelah melakukan konversi lahan pertanian padi
sawah menjadi perkebunan kelapa sawit ?
3. Berapa kali bapak/ibu/saudara/i membeli pakaian sebelum dan
setelah melakukan konversi lahan pertanian padi sawah ke
perkebunan kelapa sawit ?
4. Apakah setelah melakukan konversi lahan pertanian padi
sawah menjadi perkebunan kelapa sawit kebutuhan makanan
bapak/ibu/saudara/i selalum memenuhi 4 sehat 5 sempurna ?
5. Apa jenis kendaraan yang bapak/ibu gunakan sebelum dan
setelah melakukan konversi lahan pertanian padi sawah ke
perkebunan kelapa sawit ?
55
c) Cara Pengelolaan
1. Bagaimana cara pengelolaan perkebunan sawit yang
bapak/ibu/saudara/i gunakan ?
2. Siapakah yang mengelola perkebunan sawit yang
bapak/ibu/saudara/i miliki ?
3. Dalam pengelolaan perkebunan sawit alat jenis apa yang
bapak/ibuk gunakan. Apa alasan bapak/ibuk memilih alat
tersebut?
4. Apa kendala/kesusahan yang bapak/ibuk temui dalam
pengelolaan perkebunan sawit ?
5. Berapa banyak biaya yang bapak/ibu/saudara/i butuhkan dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit ?
56
Lampiran 2
Informan Penelitian
NO Nama Umur
1 TN 48 tahun
2 ZN 42 tahun
3 CR 46 tahun
4 SR 55 tahun
5 ST 32 tahun
6 SW 55 tahun
7 WH 43 tahun
8 MR 53 tahun
9 MD 48 tahun
10 YN 44 tahun
11 NM 43 tahun
12 TR 40 tahun
13 SK 65 tahun
14 SN 50 tahun
15 AL 48 tahun
16 ZL 40 tahun
17 MZ 44 tahun
18 TY 40 tahun
19 SY 40 tahun
20 SS 48 tahun
57
Lampiran 3
REDUKSI DATA WAWANCARA KONVERSI LAHAN PERTANIAN
PADI MENJADI PERKEBUNAN KELAP SAWIT DI DESA SIDODADI
NO NAMA
INISIAL HASIL WAWANCARA ARTINYA
1 TN
”kalau untuak panghasilan yang ibuk
dapek sasudah pindah lahan
kakabun sawit tantunyo
maningkek, tagantuang laweh
kabun sawit tu. Alhamdulillah
ibuk punyo kabun sawit
kurang labiah 2 Ha. Kalau
dari hasil kabun sawit,
alhamdulillah cukuik untuak
iduik sahari-hari, tapi ado juo
biaya untuak kabutuhan lain
kayak biaya panen, biaya
pupuk, paliang biaya yang
dikaluan untuak sakali panen
tagantuang jo hasil panen
biasonyo biaya yang dikaluan
sabanyak RP 300.000/ton
sawit. Kalau untuak biaya
pendidikan anak,
alhamdulillah cukuik karano
biaya pendidikan anak ibuk
alun mambutuahan biaya
banyak. Kalau dibandiangan
jo hasil padi sawah memang
hasil kabun sawit labiah
gadang”
“kalau masalah
pendapatan yang ibu
peroleh setelah melakukan
konversi ke perkebunan
kelapa sawit tentunya
meningkat, itu pun
tergantung kepada luas
perkebunan kelapa sawit.
Alhamdulillah ibu memiliki
kebun sawit kurang lebih 2
Ha. Kalau dari hasil
perkebunan kelapa sawit
alhamdulillah mencukupi
untuk kebutuhan sehari-
hari, namun ada juga untuk
kebutuhan lainnya seperti
biaya panen, biaya pupuk,
palingan biaya yang
dikeluarkan untuk sekali
panen tergantung kepada
hasil panen biasanya di
bayar Rp 300.000/ton
sawit. Kalau untuk biaya
pendidikan anak
alhamdulillah tercukupi,
karena pendidikan anak ibu
masih belum mengeluarkan
biaya yang banyak. Kalau
dibandingkan dengan hasil
padi sawah memang hasil
perkebunan kelapa sawit
58
lebih besar.”
2 ZN
”Untuak panghasilan sasudah
mamindahan lahan padi
manjadi kabun sawit,
alhamdulillah dapek
maningkekan panghasilan
bapak untuak mamanuahi
kabutuhan keluarga walaupun
ado kabutuhan lain yang harus
dikaluan salain kebutuhan
keluarga. Paliangan ado biaya
khusus yang bapak sadion
untuak biaya perawatan sawit
dan biaya panen. Biasonyo
biaya yang bapak kaluan
untuak parawatan dan sakali
panen labiah kurang Rp
1.000.000. Kalau biaya
pendidikan anak pasti dinomor
satuan walau baa pun
caronyo”
“Untuk pendapatan setelah
melakukan konversi lahan
padi menjadi sawit
alhamdulillah dapat
meningkatkan penghasilan
bapak yang pastinya untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga sudah terpenuhi
walaupun ada kebutuhan
lain yang harus
dikeluarkan selain untuk
kebutuhan keluarga.
Palingan ada biaya khusus
yang bapak sediakan untuk
biaya perawatan sawit dan
biaya panen. Biasanya
biaya yang bapak
keluarkan untuk perawatan
dan sekali panen lebih
kurang 1.000.000. Kalau
biaya pendidikan anak
pasti dinomor 1 kan walau
bagaimanapun”.
3 CR,SR,ST
“Nek teko segi penghasilan yo
uwes di omongke rodok
apeklah, nek karo-karo seng
urong-uronge, pas urong
pindah teko pari tros tak
dakdekne sawet ki, nek go
keluerga yo iso di omongke
cukoplah go kebuth sedino-
dino ne, bapk yo due sawet
gor 1 ha, nek pak yo ora
ngetokne upah panen ne,
“kalau segi pendapatan
sudah bisa dikatakan baik
jika dibandingkan sebelum
melakukan perpindahan
lahan padi menjadi
perkebunan kelapa sawit.
Kalau untuk kebutuhan
keluarga sudah bisa
dikatakan cukup untuk
kebutuhan sehari-sehari
karena lahan sawit yang
59
lawong bapak iki sawet te di
panen dewe, paleng yo seng
pak etone gor biaya gopupue
ae, gor sekitar Rp. 500.000
kurango yo Rp. 600.000, nek
go sekolah anake yo uwes
cukuplah”
miliki hanya 1 Ha, Bapak
tidak ada mengeluarkan
biaya panen karena bapak
panen sendiri sawit yang
bapak miliki palingan
biaya lain yang harus
dikeluarkan adalah biaya
pupuknya saja, itu berkisar
kira-kira Rp 500.000-
600.000. untuk biaya
pendidikan anak sudah
terpenuhi.
4 SW
“Uwes no wes cukop pas bar
pindah lahan pari tak pindah
ke neg sawet ki, pas wes
pindah lahan yo wes lumayan
meningkatlah, karo sak
durung-durunge pas urong di
pindah ne ki, nek pak yo
panen sawet go wong kerjo
ngono upahne ngono, yo gor
wong loro paleng, di gajeh
sekitar Rp 250.000,, tros go
bayar utangan mobel, yowes
alhamdulilak sapek sakiki yo
ijek tercukupilah, yo utung
sawet no hasil le,
“sudah bisa mencukupi
semenjak lahan kami di
pindahkan ke sawit,
setelah melakukan
perpindahan lahan sudah
meningkat dari pada
pendapatan sebelum
melakukan perpindahan,
kalau bapak untuk
memanen sawit
menggunakan tenaga kerja
paling tidak 2 orang itu di
gajih sekitar Rp 250.000,
untuk membayar cicilan
mobil, sudah sampek
sekang masih terpenuhi
dengan baik, oh lebih besar
tanaman sawit
5 WH
“yo mendenglah wes
meningkat pirang persen yo
paleng yo gor 50%lah teko
biasanelah, uwes yo neg
ngolah sawet ki gampang nek
“ya lumayan meningkat
sekitar 50% dari biasanya,
sudah karana pengelolaan
sawit ini lebih mudah dari
pada padi, jadi saya bisa
60
di padaken pari ki, dadi yo
saya panene dewe waelah,
dadi saya ora metu duek opo
biaya ngonolah, ora enek yo
jek go kebutuhan keluargane,
nek go sekolah anak yo
alahmdulilah teko sak iki lebih
meningkatlah di abndeng
sedurung-durunge, nek go
pendapatan yo lebih naek sawt
ke timbange pariki”
melakukan kerja
sampingan untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga, saya panen
sendiri jadi saya tidak
mengeluarga biaya terlalu
banyak, gak ada jadi masih
memenuhi kebutuhan
keluarga saja masih belum
maksimal, untuk biaya
pendidikan anak-anak saya
sampai sekarang
alhamdulilah masih
terpenuhi, untuk
pendapatan lebih
meningkat kelapa sawit
dari pada sawah”
6 MR
“Yo kalau dipikia-pikian kehidupan
keluarga apak sasudah
malakuan pamindahan lahan
padi manjadi kabun sawit ko
alah samakin maningkek
walaupun saketek. Kalau
sabalun malakukan
pamindahan rumah apak semi
permanennyo, kini bisa di
caliak surang kondisi rumah
apak sadang dibangun
walaupun alun salasai tapi
alaj permanen, walaupun
saketek demi saketek. Kalau
untuak baju indak talalu ado
parubahannyo doh tapi yang
pantiang satiok rayo harus
balai baju tarutamo untuak
anak-anak. Kalau untuak
makanan sabalun jo sasudah
malakuan pamindahan lahan
masih samo jo nan dulu, yang
pantiang dalam saminggu tu
masih ado makan lauak atau
“ya kalau dipikir-pikir
kehidupan keluarga bapak
setelah melakukan
pemindahan lahan padi
menjadi kelapa sawit sudah
mengalami peningkatan
walaupun sedikit. Kalau
sebelum melakukan
pemindahan rumah yang
bapak miliki masih semi
permanen, sekarang bisa
dilihat sendiri kondisi
rumah bapak yang sedang
dibangun walaupun belum
selesai tapi jenis rumah
sudah permanen, meskipun
hanya bisa merubahnya
sedikit demi sedikit. Kalau
untuk pakaian tidak terlalu
ada perubahan yang
penting setiap lebaran
61
ayam. Kalau kendaraan nan
apak punyo dulu yo honda
bakek tapi tu alah di pakai lo
untuak panen kini apak alah
bisa mambali honda baru
untuak pai-pai.
harus beli baju terutama
untuk anak-anak. Kalau
untuk makanan sebelum
dan sesudah melakukan
pemindahan lahan, untuk
makanan masih sama, yang
jelas dalam 1x seminggu
masih makan ikan atau
ayam. Kendaraan yang
bapak miliki awalnya
hanya motor bekas tapi
sudah dipakai untuk panen
sekarang bapak sudah bisa
membeli motor baru untuk
bepergian sehari-sehari.
7 MD
“Go urep nek sak iki yo pas
ladang saya tak pindahne
ladang pari teko sawet uwes
titi sennenglah, yo omah e
bapak yo biyen rodok cilik
ngonolah, nek sak iki yo uwes
tak dandani trus tak gawe
kamar mandi, nek biyen yo
pas due pari yo gor 1 tahun
sekalilah, tapi nek sak iki pas
bapak wes pindah ladang yo,
iso di omong serenglah
kadang-kadang, nek biyek sak
durunge bapak pindah pari
neg saqwet yo jarang mangan
sehat-sehat ngonolah, tapi nek
sak iki yo uwes eneklah
mangan seng sehat-sehat
ngono, nek onda seng bapak
due yo podolah karo biyen
kae, tapi yo nek sak iki yo due
onda lorolah”
“untuk hidup sekarang
setelah melakukan konversi
lahan padi menjadi kelapa
sawit sudah sedikit senang.
Rumah bapak dulunya
kecil, sekarang sudah
diperbasar dan dilengkapi
dengan kamar mandi. Dulu
ketika ada sawah membeli
baju hanya 1x setahun
sekarang semenjak sudah
mengkonversikan lahan
padi ke kelapa sawit bisa
dikatakan sering untuk
membeli pakaian. Dulu
ketika masih mimiliki
sawah jarang kami yang
memakan makanan empat
sehat sempurna tapi
sekarang setelah
melakukan pemindahan
lahan kami sudah bisa
untuk mencukupi
62
kebutuhan empat sehat
lima sempurna. Kendaraan
yang bapak miliki masih
sama dari dulu sampai
sekarang yaitu motor,
paling tidak sekarang
bapak sudah memiliki dua
motor dirumah”.
8 YN
“yo kalau untuak kahidupan
itu samo se nyo nak cuman
adolah saketek parubahan.
Kalau untuak umah tu masih
samo jo nan dulu nyo masih
semi permanen, cuman dulu
ndak punyo kamar mandi jo
wc doh. Sabalun pindah
lahan ka kabun sawit untuak
mambali baju tu paliang 6
bulan sakali, kalau alah
malakuan pamindahan ko lai
lah sakali 3 bulan. Kalau
sawit maha kabutuahan
makan bisa tapanuahi cuman
kalau sawit murah tu apo ado
e se nyo.kalau kendaraan dlu
lai ado 2 tapi kini alah ado
tambahnyo”
“ya kalau untuk kehidupan
itu sama saja cuma ada
sedikit mengalami
peningkatan. Kalau untuk
rumah masih semi
parmanen, rumah yang
dulunya belum memiliki
kamar mandi dan WC
sekarang sudah ada kamar
mandi dan WC dalam
rumah. Sebelum berpindah
lahan dari ke kelapa sawit
untuk membeli pakaian
hanya 6 bulan sekali,
setelah melakukan
pemindahan lahan ini 3
bulan sekali bisa untuk
membeli pakaian. Kalau
sawit mahal kebutuhan
makan bisa terpenuhi dan
kalau sawit murah Cuma
makan seadanya.
Sebelumnya kendaraan
Ibuk Cuma dua tapi
sekarang sudah bertambah.
9 NM “Nek keluarga saya urong
terpenuhilah pas urong
“kehidupan keluarga saya
masih kurang terpenuhi
63
pindah ladang sawet iki, tapi
yo pas tak pindah ladang
alhamdulialhlah urep saya
uwes apiklah toko sak durung-
durunge kae, nek oamh yo
teko biyen sampek sak iki yo
podo waelah, nek go tuku
kelambi yo pas urong pindah
ladang yo go 1 tahun 1
kalilah, tapi sak iki yo rodo
gayalah 2 x kadang yo 3 x lah
teko seminggu kui, nek teko
panganan yo podo wae kek
saya due pari karo sawet ki,
yo nek butuh makanan yo pas
biyek karo sak iki yo
alhmdulilah cukuplah, nek
onda yo biyen due siji, nek sak
iki yo nambah siji meneh no”
sebelum melakukan
perpindahan lahan sawit,
setelah melakukan
perpindahan alhamdulilah
kehidupan saya lebih baik
dari sebelumnya, kalau
segi rumah sebelum dan
sesudah melakukan
perpindahan masih sama,
kalau untuk mebeli baju
biasanya sebelum
melakukan perpindahan
lahan 1 tahun 1 x, tapi
sekarang setelah
melakukan pindah lahan
bisa 2 x atau 3 x dalam 1
tahun, ya kalau untuk
kebutuhan makan sebelum
dan sesudah selalu
terpenuhi 4 sehat 5
sempurna, motor sebelum
pindah ke lahan sawit saya
mempunyai 1 motor, tapi
setelah pindah ke lahan
sawit nambah 1 motor
lagi”
10 TR
“Nek go urep keluarga saya
sebelum pindah sawet yo
biasa-biasa ae no, tapi nek
wes tak pindah neg ladang
sawet yo lebih sejahterahlah
teko sedurung-durunge, nek
omah yo ket biyen pas uwes
opo urong pindah ladang
sawet yo uwes permanen lah,
yo biasane go 2 x setahun nek
tuku kelabi nek pas urong
“untuk kehidupan keluarga
saya sebelum melakukan
perpindahan masih biasa-
biasa saja, dan setelah
melakukan perpindahan
lebih terpenuhi dan
tergolong sejahtera, rumah
saya sebelum dan sesudah
melakukan pindah lahan
memang sudah permanen,
biasanya membeli pakaian
64
pindah ladang, neh pas wes
pindah ladang yo 4 x
setahunhlah, nek go butuh e
makann yo selalu cukoplah 4
sehat 5 sempurna kui ne, biyen
yo due onda tapi nek sak iki yo
lagi cicil mobel”
sebelum melakukan pindah
lahan cuman 2 x setahun,
dan setelah pindah lahan
ke sawit saya bisa membeli
sekitar 4 x setahun, untuk
kebutuhan makanan selalu
memenuhi standar
kesehatan 4 sehat 5
sempurna, sebelumnya
saya punya motor
sekarang saya sudah bisa
mencicil mobil”
11 SK
“Nek go ngolah ladang sawet
podo karo ngolah ladang
sawet lione opo umumme
ngonolah,nek ngolah ladang
sawet yo di olah karo dewe
wae tros yo karo nganggo alat
tradisional, alesanne yo urong
due alat-alat seng apek opo
canggihlah, nek keluhan karo
kendalaya yo alhamdulilah
teko sak iki yo ora eneklah,
nek duek seng tak tokke yo
ngolah sawet palengan gor
lebeh kurange yo go Rp.
200.000 kro luase gor loro
hektar”
“untuk pengelolaan kebun
sawit sama dengan
pengelolaan kebun sawit
pada umumnya, ada
pembibitan, pembuatan
lobang, membuat saluran
irigasi. Dalam pengelolaan
kebun sawit bapak sendiri
yang ngelola dan masih
menggunakan alat yang
tradisional karena bapak
belum mempunyai alat
modern. Kalau masalah
kendala dalam pengelolaan
kebun sawit itu sudah pasti
ada, karena dalam
pengelolaan bapak masih
menggunakan alat yang
tradisional dan itu
membutuhkan waktu yang
lama. Masalah biaya yang
dikeluarkan tergantung
luas lahan sawit yang
dimiliki”.
65
12 SN
”kalau pangolahan kabun
sawit yang apak karajoan
mambuek lubang sawit jarak
8-9 M, sudah mambuek
lubang maagiah pupuak ka
lubah tu baru bisa di tanam
bibit sawit. Dalam
pengelolaan apak
mangarajoan surang paliang
ado urang karajo agak 2
urang. Kalau alaik yang apak
pakai masih manggunoan
alaik yang tradisionalnyo,
kalau kendalanyo paliangsan
dalam mambuek lubang,
sabaok dalam mambuek
lubang tu kadang-kadang
tanahnyo ado batu tu payah
untuak digali. Kalau masalah
biaya nan apak kaluaan indak
lo banyak do kiri-kiro 300.000
lah, tu alah tamasuak upah
untuak 2 urang karajo.”
“kalau pengelolaan
perkebunan sawit yang
bapak lakukan itu membuat
lobang sawit dengan jarak
8-9 M, setelah pembuatan
lubang kemudian
pemberian pupuk pada
lubang setelah itu baru
bisa di tanam bibit sawit.
Dalam pengelolaan bapak
mengelola sendiri di bantu
dengan tenaga kerja 2
orang. Kalau masalah alat
yang digunakan bapak
masih menggunakan alat
yang tradisional, kendala
yang ditemukan palingan
dalam pembuatan lobang,
karena dalam pembuatan
lobang kadang-kadang
tanahnya berbatu sehingga
sulit untuk digali. Kalau
soal biaya yang bapak
keluarkan tidak terlalu
banyak, sekitar Rp. ±
300.000, itu udah termasuk
upah 2 orang tenaga
kerjanya”.
13 AL
“nek seng bapak olah yokaro
carane di resek-resek disek
panggone seng uwes enek kui
sek, tro di kei jara go nandor
sawet kui sekitar 9 x 10 m, yo
pasti enek tujanne la nek ini
sawet wes gede yo ora di
“pengelolaan sawit yang
bapak lakukan dengan cara
membersihkan lahan yang
sudah ada terlebih dahulu,
jarak tanam antar pohon 9
x 10m tujuannya supaya
nanti setelah sawit ini
66
ganggu ureppe, la nek
kebunne bapak iki ra terlalu
luas, dadi bapak ngerjanek
dewe wae, alat seng bapak
gunakne ngango alat singso,
ladan kebun ne bapak ki neg
rawa makakne bapak jugakl
kanggo alat tradisional go
cangkol jugakl go gawe irigasi
opo kalenan ngono, yoben
tanduran sawetki iso cepet
kembangn ngono, panglingan
kendala sek bapak temui gor
hama, la sak iki rego pupok yo
lumayan larang sak iki,
biasane bapk apek ngona yo
jileh duek karo toke sawet, tapi
sak iki kan rego sawet anjlok
mrdok, dadi ra wani jeleh koyo
biasane”
besar tidak terganggu
pertumbuhannya.
Perkebunan sawit yang
bapak miliki tidak terlalu
luas dan bapak
memutuskan untuk
mengelola sendiri kebun
sawit bapak. Untuk
pengelolaan sawit bapak
sudah menggunakan sinso,
lahan perkebunan sawit
terdapat didaerah rawa
maka jadi bapak juga
menggunakan alat
tradisional seperti cangkul
untuk pembuatan irigasi
agar tanaman sawit mudah
berkembang dengan cepat.
Kendala yang sering bapak
temui dalam pengelolaan
sawit yaitu banyaknya
hama, harga pupuk mahal.
Biasanya untuk keperluan
pengelolaan sawit bapak
meminjam uang kepada
pembeli sawit tetapi karena
harga sawit yang murah
saat ini, pembeli sawit tidak
bisa meminjamkan uang
seperti biasanya”.
14 TY
“pangolahan lahan yang apak
karajoan biasonyo pembibitan
sawit, mambuek lubang tu baru
ditanam. Sawit nan apak punyo
labiah dari 2 lahan tu apak
ndak talok mengelolanyo
surang mangkonyo apak
mangarajoan urang untuk
pengolahannyo. Waktu
“pengelolaan lahan yang
bapak lakukan biasanya
terlebih dahulu dilakukan
dengan cara pembibitan
sawit, pembuatan lobang
dan baru menanami bibit
yang sudah layak ditanami.
Karena sawit yang bapak
67
pengolahan sawit tu alaik yang
apak pakai masin babat untuak
manabang rumpuik supayo
sawit ko ndak taganggu dalam
pertumbuhannyo kalau kendala
dalam pengelolaan sawit ko
paliangan mancarai urang
untuak amuah karajo tu nan
payah, karano urang tu alah
banyak karajo ka pabrik nyo
ingin karajo nan tatouk supayo
bisa mamanuahi kebutuhan
hiduiknyo. Kalau harago tu
tagangtuang bibit sawit nan
apak nio,”
miliki melebihi dua titik
jadi bapak tidak sanggup
untuk mengelolanya sendiri
maka dari itu bapak butuh
karyawan untuk
pengelolaannya. Dalam
pengelolaan sawit bapak
menggunakan mesin babat
untuk membabat rumput
agar tanaman sawit tidak
terganggu pertumbuhannya
dan. Kendala yang bapak
temui dalam pengelolaan
sawit diantaranya sulitnya
mencari tenaga kerja untuk
menggelola sawit, dengan
bannyaknya masyarakat
yang sudah beralih
pekerjaannya ke
Perusahaan karena
masyarakat tersebut ingin
mencari pekerjaan yang
tetap agar kebutuhannya
terpenuhinya. Kalau untuk
biaya pengelolaan sawit
tergantung harga bibit
sawit yang bapak
inginkan,”.
15 SS
“nek go pengelolaan seng
bapak lakukne yo teko mulai
pembibitan sawet te, tros
ngeresik e ladange kui, tros di
tandor, tros gek dipopok, nek
pengolahan iki bapak dewe
seng ngolah e, teko mulai
nandur sampek panen kui bpak
dewe, yo tapi kadang-kadang
bapak golek wong kerjo,alat
seng bapak enggo yo berupa
“pengelolaan lahan
yang bapak lakukan
dimulai dari
pembibitan sawit,
pembersihan lahan,
penanaman,
pemupukan. Untuk
pengelolaan sawit,
bapak lakukan sendiri
mulai dari perawatan
sampai panen tapi
68
sabet, cangkul, parang teng go
nyemprot hama, nek masalh yo
palengan go kurang modal opo
duek ngonolah dan ijek karo
alat seng sederhana wae”
kadang-kadang
bapak upahkan
kepada orang lain
sebagai pekerja di
kebun sawit bapak.
Alat yang bapak
gunakan berupa
sabit, cangkul,
parang, teng untuk
pemberantasan hama.
Kendala yang yang
ditemukan dalam
pengelolaan sawit
kurangnya modal,
dan masih dengan
alat yang
sederhana”.
69
Lampiran 4
REKAPITULASI DATA PENELITIAN STUDI TENTANG KONVERSI
LAHAN PERTANIAN PADI MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
DI DESA SIDODADI
N
O
NAMA
INISIAL
HASIL
WAWANCARA ARTINYA
Kesimpulan
1 TN
kalau untuak
panghasilan nan ibuk
dapek sasudah pindah
lahan kakabun sawit
tantunyo maningkek,
tagantuang laweh
kabun sawit tu.
Alhamdulillah ibuk
punyo kabun sawit
kurang labiah 2 Ha.
Kalau dari hasil
kabun sawit,
alhamdulillah cukuik
untuik hiduik sahari-
hari, tapi ado juo
biaya untuak
kabutuhan lain
bantuak biaya panen,
biaya pupuak paliang
biaya yang dikaluan
untuak sakali panen
tagantuang jo hasil
panen biasonyo.
Biaya nan diparaluan
sabanyak Rp
300.000/ton sawit.
Kalau untuak biaya
pandidikan anak,
alhamdulillah cukuik
“kalau masalah
pendapatan yang
ibu peroleh setelah
melakukan
konversi ke
perkebunan kelapa
sawit tentunya
meningkat, itu pun
tergantung kepada
luas perkebunan
kelapa sawit.
Alhamdulillah ibu
memiliki kebun
sawit kurang lebih
2 Ha. Kalau dari
hasil perkebunan
kelapa sawit
alhamdulillah
mencukupi untuk
kebutuhan sehari-
hari, namun ada
juga untuk
kebutuhan lainnya
seperti biaya
panen, biaya
pupuk, palingan
biaya yang
dikeluarkan untuk
sekali panen
1. Setelah
melakukan
konversi lahan
masyarakat
Sidoddadi
pendapatannya
mengalami
peningkatan
sehingga
masyarakat
Sidodadi bisa
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
seperti
kebutuhan
pokok
pendidikan dan
lain
sebagainya.
2. Gaya hidup
masyarakat
sidodadi
setelah
konversi lahan
mengalami
peningkatan
karena bisa
70
karano biaya
pandidikan anak ibuk
alun mambutuhan
biaya banyak, kalau
dibandingan jo hasil
padi sawah memang
hasil kabun sawit
labiah gadang
tergantung kepada
hasil panen
biasanya di bayar
Rp 300.000/ton
sawit. Kalau untuk
biaya pendidikan
anak alhamdulillah
tercukupi, karena
pendidikan anak
ibu masih belum
mengeluarkan
biaya yang banyak.
Kalau
dibandingkan
dengan hasil padi
sawah memang
hasil perkebunan
kelapa sawit lebih
besar.”
dilihat dari
bentuk
rumahnya yang
dulu semi
permanen
sekarang sudah
permanen dan
sudah memiliki
kendaraan
lebih dari satu
yang
digunakan
untuk
keperluan
sehari-hari.
3. Pengelolaan
kebun sawit
sama dengan
pengelolaan
kebun sawit
pada umunya
yang
diperlukan
alat-alat
seperti parang
, cangkul,
sinsaw, dll,
serta
menggunakan
tenaga kerja 2-
3 orang
dengan biaya
yang
dikeluarkan Rp
300.000 per
hari.
2 ZN
untuak panghasilan
sasudah mamindahan
lahan padi menjadi
kabun sawit,
alhamdulillah dapek
maningkekan
panghasilan bapak
untuak mamanuhi
kabutuhan keluarga
walaupun ado
kabutuhan lain nan
harus dikaluan salain
kebutuhan keluarga.
Palingan ado biaya
khusus nan bapak
sadioan untuak biaya
parawatan sawit dan
biaya panen. Biaso
“Untuk
pendapatan setelah
melakukan
konversi lahan
padi menjadi sawit
alhamdulillah
dapat
meningkatkan
penghasilan bapak
yang pastinya
untuk memenuhi
kebutuhan
keluarga sudah
terpenuhi
walaupun ada
kebutuhan lain
yang harus
dikeluarkan selain
71
biaya nan bapak
kaluan untuk
parawatan dan skali
panen labiah kurang
Rp 1juta. Kalau biaya
pandidikan anak pasti
di nomor satuan
walau baa caronyo
untuk kebutuhan
keluarga. Palingan
ada biaya khusus
yang bapak
sediakan untuk
biaya perawatan
sawit dan biaya
panen. Biasanya
biaya yang bapak
keluarkan untuk
perawatan dan
sekali panen lebih
kurang 1.000.000.
Kalau biaya
pendidikan anak
pasti dinomor 1
kan walau
bagaimanapun”.
3 CR,SR,ST
“Nek teko segi
penghasilan yo uwes
di omongke rodok
apeklah, nek karo-
karo seng urong-
uronge, pas urong
pindah teko pari tros
tak dakdekne sawet ki,
nek go keluerga yo iso
di omongke cukoplah
go kebuth sedino-dino
ne, bapk yo due sawet
gor 1 ha, nek pak yo
ora ngetokne upah
panen ne, lawong
bapak iki sawet te di
panen dewe, paleng
yo seng pak etone gor
biaya gopupue ae, gor
sekitar Rp. 500.000
“kalau segi
pendapatan sudah
bisa dikatakan baik
jika dibandingkan
sebelum melakukan
perpindahan lahan
padi menjadi
perkebunan kelapa
sawit. Kalau untuk
kebutuhan
keluarga sudah
bisa dikatakan
cukup untuk
kebutuhan sehari-
sehari karena
lahan sawit yang
miliki hanya 1 Ha,
Bapak tidak ada
mengeluarkan
biaya panen
72
kurango yo Rp.
600.000, nek go
sekolah anake yo
uwes cukuplah”
karena bapak
panen sendiri sawit
yang bapak miliki
palingan biaya lain
yang harus
dikeluarkan adalah
biaya pupuknya
saja, itu berkisar
kira-kira Rp
500.000-600.000.
untuk biaya
pendidikan anak
sudah terpenuhi.
4 SW
“Uwes no wes cukop
pas bar pindah lahan
pari tak pindah ke neg
sawet ki, pas wes
pindah lahan yo wes
lumayan
meningkatlah, karo
sak durung-durunge
pas urong di pindah
ne ki, nek pak yo
panen sawet go wong
kerjo ngono upahne
ngono, yo gor wong
loro paleng, di gajeh
sekitar Rp 250.000,,
tros go bayar utangan
mobel, yowes
alhamdulilak sapek
sakiki yo ijek
tercukupilah, yo utung
sawet no hasil le,
“sudah bisa
mencukupi
semenjak lahan
kami di pindahkan
ke sawit, setelah
melakukan
perpindahan lahan
sudah meningkat
dari pada
pendapatan
sebelum melakukan
perpindahan, kalau
bapak untuk
memanen sawit
menggunakan
tenaga kerja paling
tidak 2 orang itu di
gajih sekitar Rp
250.000, untuk
membayar cicilan
mobil, sudah
sampek sekang
masih terpenuhi
dengan baik, oh
73
lebih besar
tanaman sawit
5 WH
“yo mendenglah wes
meningkat pirang
persen yo paleng yo
gor 50%lah teko
biasanelah, uwes yo
neg ngolah sawet ki
gampang nek di
padaken pari ki, dadi
yo saya panene dewe
waelah, dadi saya ora
metu duek opo biaya
ngonolah, ora enek yo
jek go kebutuhan
keluargane, nek go
sekolah anak yo
alahmdulilah teko sak
iki lebih meningkatlah
di abndeng sedurung-
durunge, nek go
pendapatan yo lebih
naek sawt ke
timbange pariki”
“ya lumayan
meningkat sekitar
50% dari biasanya,
sudah karana
pengelolaan sawit
ini lebih mudah
dari pada padi,
jadi saya bisa
melakukan kerja
sampingan untuk
memenuhi
kebutuhan
keluarga, saya
panen sendiri jadi
saya tidak
mengeluarga biaya
terlalu banyak, gak
ada jadi masih
memenuhi
kebutuhan
keluarga saja
masih belum
maksimal, untuk
biaya pendidikan
anak-anak saya
sampai sekarang
alhamdulilah
masih terpenuhi,
untuk pendapatan
lebih meningkat
kelapa sawit dari
pada sawah”
6 MR yo kalau dipiki-pikian “ya kalau dipikir-
74
kahidupan kaluarga
apak sasudah
malakuan
pamindahan lahan
padi manjadi kabun
sawit ko alah samakin
maningkek walaupun
saketek. Kalau
sabalum malkukan
pamindahan rumah
apaak semi
permanennyo, kini
bisa dicaliak surang
kondisi rumah apak
sadang dibangun
walaupun alun
salasai tapi alah
permanen, walaupun
saketek demi saketek
kalau untuk baju
indak terlalu ado
parubahannyo doh
tapi nan pantiang
satiok rayo harus bali
baju tarutamo untuak
anak-anak. Kalau
untuak makanan
sabalum dan sasudah
malakuan
pamindahan lahan
masih samo jo nan
dulu yang pantiang
dalam saminggu tu
ado makan lauak atou
ayam. Kalau
kendaraan nan apak
punyo dulu yo honda
bakeh tapi itu alah
dipakai pulo untuak
panen, kini apak lah
pikir kehidupan
keluarga bapak
setelah melakukan
pemindahan lahan
padi menjadi
kelapa sawit sudah
mengalami
peningkatan
walaupun sedikit.
Kalau sebelum
melakukan
pemindahan rumah
yang bapak miliki
masih semi
permanen,
sekarang bisa
dilihat sendiri
kondisi rumah
bapak yang sedang
dibangun
walaupun belum
selesai tapi jenis
rumah sudah
permanen,
meskipun hanya
bisa merubahnya
sedikit demi
sedikit. Kalau
untuk pakaian
tidak terlalu ada
perubahan yang
penting setiap
lebaran harus beli
baju terutama
untuk anak-anak.
Kalau untuk
makanan sebelum
dan sesudah
melakukan
pemindahan lahan,
75
bisa mambali honda
baru untuak pae.
untuk makanan
masih sama, yang
jelas dalam 1x
seminggu masih
makan ikan atau
ayam. Kendaraan
yang bapak miliki
awalnya hanya
motor bekas tapi
sudah dipakai
untuk panen
sekarang bapak
sudah bisa
membeli motor
baru untuk
bepergian sehari-
sehari.
7 MD
“Go urep nek sak iki
yo pas ladang saya
tak pindahne ladang
pari teko sawet uwes
titi sennenglah, yo
omah e bapak yo
biyen rodok cilik
ngonolah, nek sak iki
yo uwes tak dandani
trus tak gawe kamar
mandi, nek biyen yo
pas due pari yo gor 1
tahun sekalilah, tapi
nek sak iki pas bapak
wes pindah ladang yo,
iso di omong
serenglah kadang-
kadang, nek biyek sak
durunge bapak
pindah pari neg
saqwet yo jarang
“untuk hidup
sekarang setelah
melakukan
konversi lahan
padi menjadi
kelapa sawit sudah
sedikit senang.
Rumah bapak
dulunya kecil,
sekarang sudah
diperbasar dan
dilengkapi dengan
kamar mandi. Dulu
ketika ada sawah
membeli baju
hanya 1x setahun
sekarang semenjak
sudah
mengkonversikan
lahan padi ke
kelapa sawit bisa
76
mangan sehat-sehat
ngonolah, tapi nek
sak iki yo uwes
eneklah mangan seng
sehat-sehat ngono,
nek onda seng bapak
due yo podolah karo
biyen kae, tapi yo nek
sak iki yo due onda
lorolah”
dikatakan sering
untuk membeli
pakaian. Dulu
ketika masih
mimiliki sawah
jarang kami yang
memakan makanan
empat sehat
sempurna tapi
sekarang setelah
melakukan
pemindahan lahan
kami sudah bisa
untuk mencukupi
kebutuhan empat
sehat lima
sempurna.
Kendaraan yang
bapak miliki masih
sama dari dulu
sampai sekarang
yaitu motor, paling
tidak sekarang
bapak sudah
memiliki dua motor
dirumah”.
8 YN
“yo kalau untuak
kahidupan itu samo
se nyo nak cuman
adolah saketek
parubahan. Kalau
untuak umah tu
masih samo jo nan
dulu nyo masih semi
permanen, cuman
dulu ndak punyo
kamar mandi jo wc
doh. Sabalun pindah
lahan ka kabun sawit
“ya kalau untuk
kehidupan itu sama
saja cuma ada
sedikit mengalami
peningkatan.
Kalau untuk rumah
masih semi
parmanen, rumah
yang dulunya
belum memiliki
kamar mandi dan
WC sekarang
77
untuak mambali baju
tu paliang 6 bulan
sakali, kalau alah
malakuan
pamindahan ko lai
lah sakali 3 bulan.
Kalau sawit maha
kabutuahan makan
bisa tapanuahi
cuman kalau sawit
murah tu apo ado e
se nyo.kalau
kendaraan dlu lai
ado 2 tapi kini alah
ado tambahnyo”
sudah ada kamar
mandi dan WC
dalam rumah.
Sebelum berpindah
lahan dari ke
kelapa sawit untuk
membeli pakaian
hanya 6 bulan
sekali, setelah
melakukan
pemindahan lahan
ini 3 bulan sekali
bisa untuk membeli
pakaian. Kalau
sawit mahal
kebutuhan makan
bisa terpenuhi dan
kalau sawit murah
Cuma makan
seadanya.
Sebelumnya
kendaraan Ibuk
Cuma dua tapi
sekarang sudah
bertambah.
9 NM
“Nek keluarga saya
urong terpenuhilah
pas urong pindah
ladang sawet iki, tapi
yo pas tak pindah
ladang
alhamdulialhlah urep
saya uwes apiklah
toko sak durung-
durunge kae, nek
oamh yo teko biyen
sampek sak iki yo
“kehidupan
keluarga saya
masih kurang
terpenuhi sebelum
melakukan
perpindahan lahan
sawit, setelah
melakukan
perpindahan
alhamdulilah
kehidupan saya
lebih baik dari
78
podo waelah, nek go
tuku kelambi yo pas
urong pindah ladang
yo go 1 tahun 1
kalilah, tapi sak iki yo
rodo gayalah 2 x
kadang yo 3 x lah teko
seminggu kui, nek
teko panganan yo
podo wae kek saya
due pari karo sawet
ki, yo nek butuh
makanan yo pas biyek
karo sak iki yo
alhmdulilah cukuplah,
nek onda yo biyen due
siji, nek sak iki yo
nambah siji meneh
no”
sebelumnya, kalau
segi rumah
sebelum dan
sesudah melakukan
perpindahan masih
sama, kalau untuk
mebeli baju
biasanya sebelum
melakukan
perpindahan lahan
1 tahun 1 x, tapi
sekarang setelah
melakukan pindah
lahan bisa 2 x atau
3 x dalam 1 tahun,
ya kalau untuk
kebutuhan makan
sebelum dan
sesudah selalu
terpenuhi 4 sehat 5
sempurna, motor
sebelum pindah ke
lahan sawit saya
mempunyai 1
motor, tapi setelah
pindah ke lahan
sawit nambah 1
motor lagi”
10 TR
“Nek go urep
keluarga saya
sebelum pindah sawet
yo biasa-biasa ae no,
tapi nek wes tak
pindah neg ladang
sawet yo lebih
sejahterahlah teko
sedurung-durunge,
“untuk kehidupan
keluarga saya
sebelum melakukan
perpindahan masih
biasa-biasa saja,
dan setelah
melakukan
perpindahan lebih
terpenuhi dan
79
nek omah yo ket biyen
pas uwes opo urong
pindah ladang sawet
yo uwes permanen
lah, yo biasane go 2 x
setahun nek tuku
kelabi nek pas urong
pindah ladang, neh
pas wes pindah
ladang yo 4 x
setahunhlah, nek go
butuh e makann yo
selalu cukoplah 4
sehat 5 sempurna kui
ne, biyen yo due onda
tapi nek sak iki yo lagi
cicil mobel”
tergolong
sejahtera, rumah
saya sebelum dan
sesudah melakukan
pindah lahan
memang sudah
permanen,
biasanya membeli
pakaian sebelum
melakukan pindah
lahan cuman 2 x
setahun, dan
setelah pindah
lahan ke sawit saya
bisa membeli
sekitar 4 x setahun,
untuk kebutuhan
makanan selalu
memenuhi standar
kesehatan 4 sehat 5
sempurna,
sebelumnya saya
punya motor
sekarang saya
sudah bisa
mencicil mobil”
11 SK
“Nek go ngolah
ladang sawet podo
karo ngolah ladang
sawet lione opo
umumme
ngonolah,nek ngolah
ladang sawet yo di
olah karo dewe wae
tros yo karo nganggo
alat tradisional,
alesanne yo urong
“untuk
pengelolaan kebun
sawit sama dengan
pengelolaan kebun
sawit pada
umumnya, ada
pembibitan,
pembuatan lobang,
membuat saluran
irigasi. Dalam
pengelolaan kebun
80
due alat-alat seng
apek opo canggihlah,
nek keluhan karo
kendalaya yo
alhamdulilah teko sak
iki yo ora eneklah,
nek duek seng tak
tokke yo ngolah sawet
palengan gor lebeh
kurange yo go Rp.
200.000 kro luase gor
loro hektar”
sawit bapak sendiri
yang ngelola dan
masih
menggunakan alat
yang tradisional
karena bapak
belum mempunyai
alat modern. Kalau
masalah kendala
dalam pengelolaan
kebun sawit itu
sudah pasti ada,
karena dalam
pengelolaan bapak
masih
menggunakan alat
yang tradisional
dan itu
membutuhkan
waktu yang lama.
Masalah biaya
yang dikeluarkan
tergantung luas
lahan sawit yang
dimiliki”.
12 SN
kalau pangolahan
kabun sawit yang
apak karajoan
mambuek lubang
sawit jarak 8-9 M,
sudah mambuek
lubang maagiah
pupuak ka lubah tu
baru bisa di tanam
bibit sawit. Dalam
pengelolaan apak
mangarajoan surang
paliang ado urang
“kalau
pengelolaan
perkebunan sawit
yang bapak
lakukan itu
membuat lobang
sawit dengan jarak
8-9 M, setelah
pembuatan lubang
kemudian
pemberian pupuk
pada lubang
setelah itu baru
81
karajo agak 2 urang.
Kalau alaik yang
apak pakai masih
manggunoan alaik
yang tradisionalnyo,
kalau kendalanyo
paliangsan dalam
mambuek lubang,
sabaok dalam
mambuek lubang tu
kadang-kadang
tanahnyo ado batu tu
payah untuak digali.
Kalau masalah biaya
nan apak kaluaan
indak lo banyak do
kiri-kiro 300.000 lah,
tu alah tamasuak
upah untuak 2 urang
karajo
bisa di tanam bibit
sawit. Dalam
pengelolaan bapak
mengelola sendiri
di bantu dengan
tenaga kerja 2
orang. Kalau
masalah alat yang
digunakan bapak
masih
menggunakan alat
yang tradisional,
kendala yang
ditemukan
palingan dalam
pembuatan lobang,
karena dalam
pembuatan lobang
kadang-kadang
tanahnya berbatu
sehingga sulit
untuk digali. Kalau
soal biaya yang
bapak keluarkan
tidak terlalu
banyak, sekitar Rp.
± 300.000, itu udah
termasuk upah 2
orang tenaga
kerjanya”.
13 AL
“nek seng bapak olah
yokaro carane di
resek-resek disek
panggone seng uwes
enek kui sek, tro di kei
jara go nandor sawet
kui sekitar 9 x 10 m,
“pengelolaan sawit
yang bapak
lakukan dengan
cara membersihkan
lahan yang sudah
ada terlebih
dahulu, jarak
82
yo pasti enek tujanne
la nek ini sawet wes
gede yo ora di ganggu
ureppe, la nek
kebunne bapak iki ra
terlalu luas, dadi
bapak ngerjanek dewe
wae, alat seng bapak
gunakne ngango alat
singso, ladan kebun
ne bapak ki neg rawa
makakne bapak jugakl
kanggo alat
tradisional go cangkol
jugakl go gawe irigasi
opo kalenan ngono,
yoben tanduran
sawetki iso cepet
kembangn ngono,
panglingan kendala
sek bapak temui gor
hama, la sak iki rego
pupok yo lumayan
larang sak iki, biasane
bapk apek ngona yo
jileh duek karo toke
sawet, tapi sak iki kan
rego sawet anjlok
mrdok, dadi ra wani
jeleh koyo biasane”
tanam antar pohon
9 x 10m tujuannya
supaya nanti
setelah sawit ini
besar tidak
terganggu
pertumbuhannya.
Perkebunan sawit
yang bapak miliki
tidak terlalu luas
dan bapak
memutuskan untuk
mengelola sendiri
kebun sawit bapak.
Untuk pengelolaan
sawit bapak sudah
menggunakan
sinso, lahan
perkebunan sawit
terdapat didaerah
rawa maka jadi
bapak juga
menggunakan alat
tradisional seperti
cangkul untuk
pembuatan irigasi
agar tanaman
sawit mudah
berkembang
dengan cepat.
Kendala yang
sering bapak temui
dalam pengelolaan
sawit yaitu
banyaknya hama,
harga pupuk
mahal. Biasanya
untuk keperluan
pengelolaan sawit
bapak meminjam
83
uang kepada
pembeli sawit
tetapi karena harga
sawit yang murah
saat ini, pembeli
sawit tidak bisa
meminjamkan uang
seperti biasanya”.
14 TY
“pangolahan lahan
yang apak karajoan
biasonyo pembibitan
sawit, mambuek
lubang tu baru
ditanam. Sawit nan
apak punyo labiah dari
2 lahan tu apak ndak
talok mengelolanyo
surang mangkonyo
apak mangarajoan
urang untuk
pengolahannyo. Waktu
pengolahan sawit tu
alaik yang apak pakai
masin babat untuak
manabang rumpuik
supayo sawit ko ndak
taganggu dalam
pertumbuhannyo kalau
kendala dalam
pengelolaan sawit ko
paliangan mancarai
urang untuak amuah
karajo tu nan payah,
karano urang tu alah
banyak karajo ka
pabrik nyo ingin
karajo nan tatouk
supayo bisa
mamanuahi kebutuhan
hiduiknyo. Kalau
harago tu tagangtuang
bibit sawit nan apak
“pengelolaan
lahan yang bapak
lakukan biasanya
terlebih dahulu
dilakukan dengan
cara pembibitan
sawit, pembuatan
lobang dan baru
menanami bibit
yang sudah layak
ditanami. Karena
sawit yang bapak
miliki melebihi dua
titik jadi bapak
tidak sanggup
untuk
mengelolanya
sendiri maka dari
itu bapak butuh
karyawan untuk
pengelolaannya.
Dalam
pengelolaan sawit
bapak
menggunakan
mesin babat untuk
membabat rumput
agar tanaman
sawit tidak
terganggu
84
nio,”
pertumbuhannya
dan. Kendala yang
bapak temui dalam
pengelolaan sawit
diantaranya
sulitnya mencari
tenaga kerja untuk
menggelola sawit,
dengan
bannyaknya
masyarakat yang
sudah beralih
pekerjaannya ke
Perusahaan karena
masyarakat
tersebut ingin
mencari pekerjaan
yang tetap agar
kebutuhannya
terpenuhinya.
Kalau untuk biaya
pengelolaan sawit
tergantung harga
bibit sawit yang
bapak inginkan,”.
15 SS
“nek go
pengelolaan
seng bapak
lakukne yo teko
mulai
pembibitan
sawet te, tros
ngeresik e
ladange kui, tros
di tandor, tros
gek dipopok, nek
pengolahan iki
bapak dewe
seng ngolah e,
“pengelolaan
lahan yang
bapak
lakukan
dimulai dari
pembibitan
sawit,
pembersihan
lahan,
penanaman,
pemupukan.
Untuk
pengelolaan
sawit, bapak
85
teko mulai
nandur sampek
panen kui bpak
dewe, yo tapi
kadang-kadang
bapak golek
wong kerjo,alat
seng bapak
enggo yo berupa
sabet, cangkul,
parang teng go
nyemprot hama,
nek masalh yo
palengan go
kurang modal
opo duek
ngonolah dan
ijek karo alat
seng sederhana
wae”
lakukan
sendiri mulai
dari
perawatan
sampai panen
tapi kadang-
kadang
bapak
upahkan
kepada orang
lain sebagai
pekerja di
kebun sawit
bapak. Alat
yang bapak
gunakan
berupa sabit,
cangkul,
parang, teng
untuk
pemberantas
an hama.
Kendala yang
yang
ditemukan
dalam
pengelolaan
sawit
kurangnya
modal, dan
masih dengan
alat yang
sederhana”.
86
Lampiran 5
Foto 1. Saat pengambilan data di dinas pertanian kecamatan kinali
kabupaten pasamn barat (dokumen penelitian)
87
Foto 2. Foto penelitian denagn bapak misran yang mengkonversikan
lahannya (dokumentasi penelitian)
88
Foto 3. Foto penelitian dengan ibu yatmi petani yang mengkopnversikan
lahanya (dokumen penelitian)
89
Foto 4. Foto penelitian Denagn salah satu petani sawit (dokumen penelitian)
90
Foto 5. Dengan petani yang mengkonvesikan lahannya (dokumen penelitian)
91
Foto 6. Foto buah sawit yang sudah di panen (dokumentasi penelitian)
92
Foto 7. Foto penelitian kebun sawit dari kejauh han (dokumentasi
penelitian)
93
Foto 8. Foto pengambilan data ke 2 (dokumentasi penelitian)
94
Foto 9. Foto kebun sawit dari kejauhan,dari atas (dokumentasi penelitian)
1
2
3
4
5
6
top related