respon masyarakat sekitar kampus al-mubarok … · 2014-03-28 · respon masyarakat sekitar kampus...
Post on 07-Feb-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RESPON MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA BARAT
TERHADAP AHMADIYAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk
Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
FATA MAHMUDI
101032221696
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
RESPON MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS AL-MUBAROK
PARUNG BOGOR JAWA BARAT TERHADAP AHMADIYAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk
Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial
Oleh
FATA MAHMUDI
NIM 101032221696
Di bawah bimbingan,
DR. M. Amin Nurdin, MA
NIP. 150 232 919
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul RESPON MASYARAKAT SEKITAR
KAMPUS AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA BARAT
TERHADAP AHMADIYAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16
Juni 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Sosiologi Agama.
Jakarta, 19 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap Penguji I, Sekretaris,
Dr. Masri Mansoer, MA Joharotul Jamilah, S.Ag, M. Si
NIP. 150 244 493 NIP. 150 282 401
Anggota:
Penguji 1I Pembimbing
Ahmad Abrori, M.A Dr. M. Amin Nurdin, MA
NIP. 150 368 736 NIP. 150 232 919
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBNG………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………... iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………... v
A. BAB I PENDAHULUAN
1
B. BAB II KAJIAN TEORI
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV MASYARAKAT DAN AHMADIYAH
C. BAB V PENUTUP
D. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
61
ABSTRAKSI
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sebagai makhluk sosial, menghendaki mereka untuk hidup
berdampingan dengan manusia lainnya. Saling membutuhkan dan saling
menggantungkan menjadikan manusia selalu hidup berkelompok. Lalu kemudian
timbullah solidaritas.
Istilah lain yang juga memiliki arti yang sama dengan solidaritas adalah
“asabiah” dalam karakteristik tertentu konsep asabiah sering diartikan juga
sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan atau grupnya dan
berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap
prinsip-prinsipnya. Sedangkan T. Kemiri menerangkan bahwa konsep asabiah itu
merupakan konsep nasionalisme dalam arti yang luas, sementara itu konsep
asabiah tersebut oleh Mukti Ali diterjemahkan sebagai solidaritas sosial.
Dalam kajian sosiologi, dari semua faktor sosial yang ditunjuk dan
didiskusikan oleh Durkheim, tak satu pun yang sedemikian sentralnya seperti
konsep solidaritas sosial. Dalam satu atau lain bentuk, solidaritas sosial
membawahi semua karya utamanya. Istilah yang berhubungan erat dengan itu
misalnya integrasi sosial dan kekompakan sosial singkatnya, solidaritas menunjuk
kepada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang
didasarkan kepada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar dari
pada hubungan kontarktual yang dibuat atas persetujuan rasional karena
hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat
atau derajat konsensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak
itu.
Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat dimana
keteraturan dan keseimbangan hidup setiap individu masyarakat telah terjalin.
Dilihat dari struktur masyarakatnya, dalam kajian tentang solidaritas sosial,
Durkheim menggunakan istilah solidarits mekanik dan solidaritas organik.
Solidaritas mekanik, indikator yang paling jelas untuk tipe solidaritas mekanik ini
adalah hukum yang berlaku bersifat represif (menekan). Hukum represif
mengungkapkan kemarahan kolektif sebagai dasar keteraturan sosial.
Ajaran-Ajaran Islam Tentang Solidaritas
Kehidupan dunia, denngan seluruh apa yang ada di dalamnya, berupa
shalat dan amal dunia, dengan segala bentuk larangan dan perkenan; merupakan
jalan satu-satunya menuju akhirat, baik yang akan berujung pada surga maupun
neraka; siksa maupun mardhatillah.
Ia merupakan kesatuan yang diyakini oleh Islam dalam alam semesta dan
kehidupan, antara hidup dan kehidupan, antara masyarakat dan individu, antara
dorongan dan pelaksanaan dalam dirinya, dan pada tingkat paling tinggi antara
agama dan keduniawian serta antara bumi dan langit.
Ia tidak meyakininya berdasar kehendak individu maupun masyarakat,
atau berdasar kepentingan golongan yang satu dari golongan yang lain, atau bagi
generasi yang satu atas generasi yang lainnya. Masing-masing mereka mempunyai
hak dan kewajiban sendiri-sendiri berdasar keadilan dan persamaan.
Individu dan masyarakat, suku dan bangsa, generasi yang satu dengan
generasi yang lainnya, semuanya diatur dengan hukum yang satu dan mempunyai
tujuan yang satu pula, yaitu menggerakkan karya individu dan masyarakat tanpa
adanya pertentangan, dan agar masing-masing generasi bekerja untuk
menumbuhkan dan membangun kehidupan serta mengarahkannya menuju
Pencipta segala kehidupan ini.
Islam adalah agama kesatuan antara seluruh kekuatan alam, dan tidak
diragukan lagi bahwa ia adalah agama tauhid; pengesaan Tuhan, pengesaan
seluruh agama dalam agama Allah, dan pengesaan Rasul dalam menyebarkan
agama yang satu pula semenjak munculnya fajar kehidupan.
� أ���� أ��� وا��ة وأ� ر��� ����ون� .إن� ه
Artinya: Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama
yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (QS, 21:92)
Islam adalah agama kesatuan antara ibadah dan mu’amalah, antara akidah
dan perbuatan, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan nilai-nilai moral,
dunia dan akhirat, bumi dan langit.
Dari kesatuan besar ini muncullah ketentuan dan ketetapannya, pengaturan
harta kekayaan, pembagian harta rampasan dan utang piutang, dan dalam hak dan
kewajiban. Dalam prinsip raksasa inilah terkandung seluruh bagian-bagian dan
rincian-rinciannya.
Selanjutnya, kehidupan dalam pandangan Islam, merupakan kasih sayang,
persaudaraan, tolong-menolong dan tenggang-menenggang, dalam asas yang jelas
batasnya dan system yang jelas ketentuannya, baik antara seluruh umat Islam
khususnya dan antara individu-individu manusia pada umumnya. 1
� �.-�. و$*� +%*( ا$)�'ن �! &%$� �! #"!)%/0 � 1 � . �4 23ار ��"!1+%*( ا$(�.-� �%*� �:%*( ا$/%*� 78�� �:%*( ا789$� 6�� ��'5�
.ا$/6م $@9 1 � أ�?<�� +%* ءا+2 ���رك ا$%�; أ�'! ا$:$*"!
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS, 23: 12 – 14).
Berulangkali alQuran menetapkan pengertian ini diberbagai tempat, untuk
menetapkan bahwa manusia ini memiliki asal dan sumber kejadian yang satu:
semuanya berasal dari tanah, dan setiap inidividu, tidak ada kecualinya, semuanya
berasal dari sperma yang hina, dan Rasulullah SAW pun menetapkan arti
semacam ini pula dalam berbagai hadisnya, antara lain: “Kamu sekalian adalah
anak cucu adam, dan adam berasal dari tanah”.
Jika sudah tidak ada kelebihan seorang individu dari individu yang
lainnya, maka tidak ada pula kelebihan antara satu suku dari suku yang lainnya,
satu bangsa dari bangsa lainnya, yang sumber dan unsure-unsur lainnya lebih
utama dari yang lain, sebagaimana yang sampai saat ini masih didengung-
dengungkan oleh sementara bangsa: tidak sekali-kali tidak.
Dan bukanlah diciptakannya suku-suku itu untuk saling bertentangan dan
bermusuhan, melainkan agar supaya mereka saling mengenal dan bersahabat. Di
sisi Allah semuanya sama sederajat, tidak ada sedikitpun kelebihan yang satu dari
1 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), h. 32-35
yang lain kecuali karena ketakwaannya. Itu merupakan satu permasalahan lain
yang tidak ada kaitannya dengan asal dan pertumbuhan manusia, yaitu
bahwasannya manusia ini semuanya sama tidak ada kelebihan antara yang satu
dengan yang lain kecuali karena takwanya.2
Arti persamaan antara manusia dan rasa tanggung jawab pribadi yang
keduanya memainkan dari hati nurani dan dari sikap iman kepada Tuhan yang
Transenden, dapat menyebabkan timbulnya suatu masyarakat yang sangat
individualis yang “menolak solidaritas dalam artinya masehi sekarang dan
menolak rasa sayang yang terarah”.
Keadilan itu menilai dan memberi ganjaran dan hukuman, menurut
perbuatan. Rasa kasihan memberi menurut kebutuhan, tanpa perhitunga. Keadilan
digambarkan seabagai seorang wanita memegang timbangan dengan mata
tertutup, merasa kasihan mungkin merupakan saudara perempuannya, yang juga
tidak melihat tapi keduanya tanggannya membuka lebar. Rasa sayang mungkin
melukiskan permulaan keadilan dan sebaliknya keadilan menjadi hasil dari rasa
sayang yang benar-benar.3
Solidaritas bisa juga berarti belas kasihan (charity). Dimana setiap
manusia mengesampingkan lebih dari warna kulit, agama, suku, atau golongan
atas nama belas kasihan kepada sesama. Sehingga tidak ada perbedaan di antara
manusia.
Prinsip persamaan, ukuran dan proporsi mendorong kepada keindahan
dalam alam dan kepada kebaikan budi dalam manusia.menurut doktrin Islam,
keadilan sekaligus menunjukkan dasar dan tujuan dari segala wahyu Tuhan.
2 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, h. 66 - 67
3 Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 133 -
134
Keadilan itu dapat diekspresikan dalam dua tingkat: keadilan Tuhan terhadap
makhluk-nya dan keadilan antara manusia dan manusia lain.
Sifat pengampunan Tuhan tidak melemahkan sifat Adil-Nya. Sifat tersebut
bahkan menonjolkan sifat manusia yang tidak adil. Rahmat Tuhan tidak hanya
sifat tambahan, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eguity
(keadilan). Persamaan pandangan ini berarti bahwa ajaran-ajaran moral atau
perintah-perintah formal seperti cinta dan menolong tetangga, memeberi nafkah
kepada kerabatnya, orang miskin dan orang-orang asing, bukannya tidak terdapat
dalam Islam.
Rasa kasih sayang dan baik hati adalah kaidah yang harus dijunjung tinggi,
tetapi hal-hal tersebut bukan ide yang abstrak dan ideal. Peraturan sama artinya
dengan keseimbangan dan kebenaran, kesatuan dan keadilan. Kita harus
menempatkan ide-ide tersebut dalam konteks ini, oleh karena agama memberikan
ajaran moral perorangan dan dasar-dasar lembaga sosial. Perintah kepada
perorangan untuk adil, ditambah dengan kasih sayang dan murah hati, dalam
rangka kolektif menjelma menjadi altruisme yang timbul dari konsep solidaritas
yang sangat perlu bagi masyarakat manusia menurut doktrin Islam. Ini adalah
gerakan keluar yang menentang egoisme, tanpa menghilangkan individualisme
atau utilitarisme. Dalam Islam, keadilan adalah motivasi keagamaan yang esensial
dan altruisme adalah dasar moral yang pokok bagi suatu susunan sosial.4
Kehidupan akademis yang sering terlihat di perguran tinggi, merupakan
perpaduan dari berbagai etnis dan bahkan ras. Mereka berasal dari berbagai
daerah yang ada di Indonesia dan juga negara tetangga.
4 Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, h. 139 - 142
Di sekitar kampus, sering dijumpai organisasi-organisasi kedaerahan,
dimana anggotanya adalah mereka yang berasal dari satu daerah. Misalnya, IMT
(Ikatan Mahasiswa Tegal), KMM (Komunitas Mahasiswa Minang), HMB
(Himpunan Mahasiswa Banten), HIMATA (Himpunan Mahasiswa Tangerang),
SIMAHARAJA (Silaturrahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta), Formala (Forum
Mahasiswa Lamongan), dan lain sebagainya.
Namun benarkah organisasi tersebut menjadi ajang silaturrahmi untuk
mempererat rasa persaudaraan karena berasal dari daerah yang sama? Apa yang
melatarbelakangi solidaritas di antara mereka? Atau justru organisasi-organisasi
kedaerahan ntersebut menjurus ke arah fanatisme kesukuan yang kemudian
mengesampingkan semangat nasionalisme?
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengadakan penelitian
dengan judul “Solidaritas dalam Organisasi Primordial (Studi Kasus Organisasi-
organisasi Primordial di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka untuk menghindari
pembahasan yang meluas, penulis membatasi penelitian ini pada:
1. Organisasi primordial dalam pembahasan ini adalah organisasi
kedaerahan.
2. Solidaritas yang dimaksud adalah sebagai keketatan hubungan
seseorang dengan golongan atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga
untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya
Selanjutnya pembahasan tersebut penulis rumuskan dalam pertanyaan:
Apa yang melatarbelakangi solidaritas pada organisasi-organisasi primordial di
sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran singkat mengenai organisasi-organisasi
kedaerahan yang ada di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk menelusuri solidaritas yang ada di organisasi primordial.
3. Untuk mengetahu dampak yang timbul akibat semangat kedaerahan yang
ada di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak tentang hal-hal yang melatar
belakangi solidaritas dalam organisasi primordial.
2. Sebagai informasi bagi semua pihak tentang dampak positif dan negatif
dari semangat kedaerahan.
3. Agar menjadi perhatian bagi seluruh pihak yang terkait dengan kehidupan
multikultural untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dalam
masyarakat.
4. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di sekitar kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan, satu bulan
pertama untuk penelusuran dan naskan yang terkait dengan masalah yang
dibahas. Satu bulan berikutnya untuk penelitian lapangan, penulis
memperkirakan penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2007.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sejumlah massa (manusia atau bukan) yang terdapat
dalam kawasan tertentu dalam satu unit kesatuan.5 Adapun subjek penelitian
ini adalah anggota dari organisasi primordial yang ada di sekitar kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari seluruh populasi yang ada, penulis
menargetkan minimal 30 orang sebagai sampel.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan
pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang
diselidiki.6 Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan untuk
memperoleh data berkenaan dengan fokus penelitian.
b. Wawancara
5 Aminudin Rasyad, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987), h. 62 6 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), h. 83
Suatu wawancara dapat disifatkan sebagai suatu proses interaksi
dan komunikasi dalam mana sejumlah variabel memainkan peranan yang
penting karena kemungkinan untuk mempengaruhi dan menentukan hasil
wawancara.7
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan mengajukan
pertanyaan kepada masyarakat sebagai objek yang diwawancarai, yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.8
c. Angket
Angket ini merupakan daftar pertanyaan mengenai suatu hal untuk
mendapatkan jawaban dari responden. Adapun respondennya adalah
sampel yang terdiri dari anggota organisasi primordial yang ada di sekitar
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan menyangkut pencarian dan pendalaman
bahan-bahan pustaka yang mengkaji perilaku keberagamaan, sejarah
telepon seluler, Islam dan teknologi. Dan yang paling penting adalah teori-
teori sosiologi yang membahas tentang dinamika perilaku keberagamaan
remaja.
5. Metode Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan
dianalisa dengan tahapan editing yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh
dari lapangan. Kemudian coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para
7 J. Vredenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1984),
h. 88 - 89 8 Lexy Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3
responden dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode
tertentu. Dengan begitu dapat mengungkapkan pokok masalah yang diteliti,
sehingga dapat diperoleh kesimpulan.
Dalam teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis,
karena data yang diperoleh penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka
dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak
menganalisis.
Dalam melakukannya, dipakai metode analisa data sebagai berikut:
1. Analisa kualitatif
Data kualitatif dikemukakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan
kategori pendidikan sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan. Yang
dianalisa adalah data tentang penggunaan media komputer di dalam
kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari hasil observasi, wawancara
dan angket.
2. Analisa kuantitatif
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan
cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukam perhitungan
dengan menggunakan statistic sederhana untuk memperoleh hasil
penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan
prosentase dari hasil angket.
Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuesni kontribusi dan
prosentase dengan rumus:
F
P = N X 100 %
Keterangan:
P = Angka prosentase yang akan dicari
F = Frekuensi/jumlah yang mengisi
N = Jumlah responden/sampel
% = Bilangan tetap (konstanta)
No Presentase Penafsiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
100 %
90 – 99 %
60 – 89 %
51 – 59 %
50 %
40 – 49 %
20 39 %
10 – 19 %
01 – 09 %
0 %
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagian besar
Lebih dari setengahnya
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Sedikit
Sedikit sekali
Tidak ada sama sekali
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab. Masing-masing bab
memaparkan informasi sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, membahas pengertian solidaritas, faktor-faktor
yang membentuk solidaritas, pengertian primordial, Islam dan
solidaritas, sejarah organisasi primordial kedaerahan di Indonesia
BAB III Gambaran umum lokasi penelitian, membahas tentang sejarah
singkat organisasi primordial di sekitar kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, struktur organisasi, hubungan sosial dengan
masyarakat
Bab IV Solidaritas dalam organisasi primordial, membahas tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan solidaritas dalam
organisasi primordial, kegiatan-kegiatan organisasi primordial,
hubungan antar anggota organisasi primordial
BAB V Penutup yaitu kesimpulan dan saran. Selain uraian substansi di
atas, pada bagian akhir skripsi ini disusun daftar kepustakaan dan
sejumlah lampiran yang dianggap relevan.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Quthb, Sayyid, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984)
Boisard, Marcel A., Humanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)
Rasyad, Aminudin, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987)
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999)
J. Vredenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,
1984)
Lexy Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segenap perasaan yang tulus ikhlas, penulis
mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan penuh perjuangan dan
rintangan. Mengingat waktu yang dibutuhkan sangat berliku untuk menyelesaikan
ini, penulis begitu bersyukur akhirnya selesai.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi
Muhammad SAW, nabi akhir zaman, seorang revolusioner sejati, yang membuat
begitu banyak perubahan, sehingga umat manusia tercerahkan hidupnya. Semoga
kita termasuk umatnya di hari akhir kelak, amin.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan, sangat berharga
dalam penyusunan tugas akhir ini penulis dapatkan. Maka, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. DR. M. Amin Nurdin, MA (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing skripsi penulis)
2. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA (ketua Jurusan Sosiologi Agama) dan Dra.
Joharatul Jamilah, M. Si., (sekretaris Jurusan)
3. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan
dan bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literatur.
4. Bapak dan ibu petugas perpustakaan fakultas, serta adik-adik peserta PKL
yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ayahanda penulis, Sarnomo, BA, yang tidak pernah bosan-bosannya
selalu memberikan wejangan dan kuliah subuh kepada penulis untuk
sesegera mungkin menyelesaikan kuliah. Terima kasih bapak, semoga
penulis menjadi anak yang sholeh. Untuk ibunda penulis, Sumarmi, yang
begitu sabar dan penuh kasih sayang memberikan segala perhatian kepada
penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Untukmu ibunda,
skripsi ini penulis persembahkan.
6. Kakak-kakak penulis, Mas Fat, Mbak Saliz, Mas Iyar, Mas Aris, Mbak
Ida, Mbak Ifa, Mbak Lilik, Mas Hari, yang selalu memberikan dukungan
dan bantuan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
7. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama angkatan 2001: Babe Ali, Asep
Enha, Asep Ahong, Dayat, Yudi, Supri, Mpok Mamay, Bu Kiki, Soleh,
dan seluruh teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Khususnya teman-teman Sos B dan anggota KKS Bogor 2004.
8. Masyarakat Desa Pondok Udik yang bersedia penulis wawancarai, terima
kasih atas kerja samanya. Juga kepada segenap pegawai kelurahan, yang
memberikan data-data yang penulis perlukan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang
diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain
itu, semoga segala aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi
nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih, thank you, kamsia, syukron,
vielen danken, matur nuwun.
Jakarta, 29 Mei 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah
Kebebasan beragama di Indonesia dijamin oleh undang-undang. Setiap
warga negara Indonesia berhak untuk memeluk agama yang diyakininya dan
berhak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya tersebut.
Agama yang diakui oleh negara berjumlah 6, yaitu Islam, Katholik, Protestan,
Hindu, Budha, Konghuchu. Selain enam agama tersebut, juga terdapat beberapa
aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat.9
Sejak awal Orde Baru hingga sekarang, dialog antar umat beragama, yang
diprakarsai pemerintah memang sudah cukup intens dilakukan. Secara kuantitatif,
paling tidak dalam kurun 1972-1977, tercatat paling sedikit 21 kali dialog yang
dilakukan di 21 kota. Seperti telah diketahui, dalam rangka membina dan
memelihara kerukunan antar umat beragama di Indonesia, pemerintah berupaya
mencarikan jalan keluar bagi kebuntuan hubungan umat beragama ini dengan
memfungsikan pranata-pranata agama sebagai media penyalur gagasan dan ide.
Salah satu pranata agama yang selama ini diandalkan adalah peran tokoh-tokoh
agama. Harus diakui bahwa tokoh-tokoh agama ini mempunyai kedudukan dan
9 Di Negara Indonesia hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945:
1. UUD 1945 Pasal 28E, ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, ayat (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
2. UUD pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
3. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 22 ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Pasal 22 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
pengaruh besar di tengah-tengah masyarakatnya, karena mereka mempunyai
beberapa kelebihan yang dimiliki, baik dalam ilmu pengetahuan, jabatan,
keturunan dan lain sebagainya. Tokoh agama juga merupakan pemimpin informal
dalam masyarakatnya, dan secara umum mereka tidak diangkat oleh pemerintah,
tetapi ditunjuk atas kehendak dan persetujuan dari masyarakat setempat.10
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki bermacam-macam
aliran yang awal mulanya berasal dari suasana politis saat terjadi peristiwa
arbitrase antara Ali dan Mu’awiyah. Hingga kini, berbagai aliran yang ada di
Indoenesia tumbuh dan memiliki pengikut di daerah-daerah. Salah satu aliran
dalam Islam yang ada di Indonesia adalah Jamaah Ahmadiyah yang kemudian
mendapat fatwa sesat oleh MUI (Majlis Ulama Indonesia).
Faktor yang menjadi latar belakang berdirinya jemaat Ahmadiyah adalah
keadaan dunia menjelang lahirnya Ahmadiyah diliputi berbagai keburukan,
immoralitas dan mementingkan urusan keduniawian dari pada agama. Tujuan
Ahmadiyah didirikan untuk memperbaiki kehidupan agama orang-orang Islam
dan mempersatukan umat Islam.11
Menyebabkan orang-orang Ahmadiyah itu begitu rusak akhlaknya
disebabkan dua hal:
1. Karena akidahnya rusak
2. Terlalu mencintai dunia
10
M. Amin Nurdin, Strategi Kerukunan Antarumat Beragama Berbasis Teknologi
Informasi, artikel dipresentasikan pada Rapat Koordinator Menko Kesra RI, Februari 2008 11
M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah & Pembajakan al-Qur’an (Jakarta: LPPI, 2005),
Cet. Ke-6, h. 195
Karena dua hal inilah sehingga timbul pergaduhan sesama mereka, saling
mengumpat, saling curiga mencurigai, saling hasud dan iri hati dan saling mau
cari publisitas dan pengaruh.12
Ajaran Ahmadiyah yang menyimpang terutama 3 hal:
1. Penyaliban Nabi Isa
2. Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di akhir zaman
3. Penghapusan kewajiban berjihad
Ahmadiyah berpendapat bahwa Nabi Isa tidak meninggal di kayu salib,
melainkan setelah kebangkitannya kembali ia hijrah ke Kasymir untuk
mengajarkan Injil. Di sini dia meninggal dalam usia 120 tahun dan makamnya
hingga sekarang menurut mereka, masih di Srinagar.13
Pro kontra pelarangan Ahmadiyah terus bergulir. Setelah diberi kesempatan
selama 3 bulan, ternyata tidak ada yang berubah dari Ahmadiyah. Ahmadiyah
dinilai tidak konsisten dengan 12 butir pernyataan yang sebelumnya disepakati
Ahmadiyah. Akhirnya Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan
Masyarakat (Bakor Pakem) Kejaksaan Agung merekomendasikan Ahmadiyah
untuk menghentikan aktivitas.
Pihak yang pro terhadap pelarangan Ahmadiyah sebagian besar berpijak
pada HAM, terutama kebebasan berkeyakinan dan beragama. Beberapa
argumentasi pembela Ahmadiyah tentu saja perlu dikritisi.
Pertama, melarang Ahmadiyah dianggap telah melanggar HAM dan UUD
1945. Dalam UUD 1945 kebebasan berkeyakinan ini dijamin konstitusi. Menurut
12
Ahmad Hariadi, Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qodiyan (Singapura:
PERIPENSIS, 1987), Cet. Ke-1, h. 24 13
Sir Muhammad Iqbal, Islam dan Ahmadiya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1,
h. vii
konstitusi, kebebasan meyakini kepercayaan sesuai hati nurani adalah merupakan
hak asasi manusia. Ia juga merupakan hak konstitusional warga, yang harus
dilindungi dan dibela negara. Namun, hak itulah yang sekarang dicopot negara
dari warga Ahmadiyah dengan cara menghentikan aktivitas Ahmadiyah. Sebuah
perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai melanggar HAM dan juga konstitusi.
Argumentasi di atas seakan-akan benar. Namun yang terkesan dilupakan
bahwa dalam Bab XA tentang HAK ASASI MANUSIA pasal 28 J point 2
tertulis: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan utnuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis. Hal yang sama dijelaskan dalam pasal 29 Duham, pasal 18 ICCPR.
Artinya, pelaksanaan HAM bukanlah tanpa batas. Negara bisa melakukan
intervensi atau melarang dengan pertimbangan nilai-nilai agama. Karena masalah
Ahmadiyah adalah persoalan agama Islam, maka pertimbangan nilai-nilai agama
Islam patut diperhatikan dan dijadikan rujukan oleh negara. Dalam pertimbangan
Islam, perkara Ahmadiyah ini sudah jelas, merupakan paham kufur yang
menyimpang dari Islam.
Penting juga dibedakan antara kebebasan beragama dengan kebebasan
menodai agama. Untuk perkara yang pertama, negara memang sudah seharusnya
memberikan jaminan. Namun bukan pula berarti memberikan jaminan terhadap
kebebasan menodai dan menghina agama.
Antara kebebasan beragama dan kebebasan menodai agama tidak
dibedakan atas nama HAM. Sangat mungkin dengan mengatasnamakan
keyakinannya sekelompok orang salat bukan menghadap kiblat, tapi ke arah
Monas, salat dengan dua bahasa. Kalau berdasarkan keyakinan berarti tidak bisa
dilarang, sungguh mengerikan. Kalau logika di atas diikuti apa yang dilakukan
oleh Wilders, Salman Rushdie, yang menghina Islam tidak bisa disalahkan.
Muncul anggapan kalau Ahmadiyah dilarang oleh negara, berarti negara
telah mengadopsi penafsiran tunggal, dengan kata lain negara melakukan
monopoli penafsiran. Hal ini patut dipertanyakan, sebab dalam banyak hal, negara
memang melakukan monopoli. Dalam logika demokrasi, monopoli negara ini sah-
sah saja, jika hal tersebut merupakan aspirasi masyarakat banyak yang kemudian
ditetapkan oleh undang-undang.
MUI juga bukan sendiri, kesesatan Ahmadiyah telah ditetapkan oleh
Rabithah Alam Islamy. Referensi utama Islam (mu’tabar) dalam kitab tafsir, fiqh,
aqidah maupun syariah yang menjadi rujukan di pesantren-pesantren tidak
satupun yang membenarkan penilaian Ahmadiyah bahwa Mirza Gulam Ahmad
adalah Nabi dan ada nabi baru setelah Muhammad saw. Pandangan ini hanyalah
pandangan pendukung Ahmadiyah saja. Jadi keliru kalau ini dikatakan monopoli
penafsiran MUI.
Larangan terhadap Ahmadiyah baik oleh MUI atau Negara telah
menyebabkan kekerasan terhadap komunitas Ahmadiyah. Logika ini seperti ini
mengabaikan fakta bahwa terjadinya kekerasan justru karena negara tidak
bersikap tegas terhadap Ahmadiyah yang menyebabkan sebagian masyarakat
tidak sabar . Di sinilah letak penting negara harus segera melarang Ahmadiyah.
Justru untuk menghindari tindakan kekerasan.
Ada anggapan apa yang diyakini oleh Ahmadiyah tidak berbahaya, karena
tidak pernah merusak secara fisik dan melakukan tindakan kriminalitas.
Berbahaya tidaknya sesuatu tidaklah selalu ditunjukkan oleh tindakan fisik.
Melakukan fitnah, menghina, bukanlah kekerasan fisik, tapi tindakan tersebut
sangat berbahaya dan juga dianggap tindakan kriminal.
Dalam pandangan Islam, masalah Ahmadiyah ini adalah persoalan aqidah.
Sementara masalah aqidah adalah masalah yang paling pokok dalam Islam.
Pengakuan nabi Palsu jelas akan merusak aqidah umat Islam. Termasuk menghina
Rosulullah, menghina Al Qur’an adalah perkara penting karena berhubungan
dengan aqidah. Karena sudah seharusnya pemerintah bertindak tegas, kalau tidak
apa yang dikhawatirkan seperti konflik horizontal akan semakin membesar dan
berlarut-larut.14
Sebagai aliran keagamaan yang mendapatkan label sesat dari MUI,
Jamaah Ahmadiyah tetap saja masih mempunyai pengikut setia. Keberadaan
aliran ini meskipun membuat resah sebagian masyarakat, tetapi masih
mendapatkan simpati dari sebagian masyarakat yang lain. Lantas, bagaimana
dengan masyarakat yang berada di sekitar kampus Al-Mubarok Parung, yang
menjadi pusat kegiatan Jemaah Ahmadiyah? Apakah masyarakat merasa
terganggu dan terpengaruh keagamaan mereka dengan adanya Jemaah
Ahmadiyah?
Dari pemaparan tersebut di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “RESPON MASYARAKAT
SEKITAR KAMPUS AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA
BARAT TERHADAP AHMADIYAH.
F. Batasan dan Rumusan Masalah
14
Munarman, Menyoal Logika Ham Pembela Ahmadiyah, artikel diakses tanggal 20
Agustus 2008 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/02/menyoal-logika-ham-pembela-ahmadiyah/
Mengingat begitu kompleks dan sensitifnya permasalahan yang dihadapi,
penulis dalam melakukan penelitian serta waktu yang dimiliki terbatas, maka
penelitian ini dibatasi hanya pada:
1. Ahmadiyah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jemaah
Ahmadiyah yang berpusat di Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa
Barat.
2. Sosial yang dimaksud di sini adalah kehidupan sosial masyarakat sehari-
hari, yang meliputi solidaritas sosial, interaksi sosial.
3. Keagamaan yang dimaksud adalah dimensi keyakinan dan praktik yang
meliputi keyakinan masyarakat serta ibadah mereka sehari-hari.
4. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat.
Dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah penulis buat
sebelumnya, maka penulis rumuskan batasan masalah tersebut dalam bentuk
pertanyaan:
Bagaimana respon masyarakat di sekitar Kampus Al-Mubarok di Parung
Bogor Jawa Barat terhadap Ahmadiyah?
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah singkat jemaah Ahmadiyah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui respon masyarakat sekitar kampus Al-Mubarok
terhadap keberadaan jemaah Ahmadiyah.
Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Sebagai informasi bagi masyarakat pada umumnya tentang sejarah
Ahmadiyah di Indonesia.
2. Sebagai bahan informasi bagi ulama dan pemerintah yang berwenang, agar
dapat melakukan langkah-langkah yang dapat mengatasi berbagai
persoalan yang timbul akibat dari munculnya berbagai aliran yang dapat
meresahkan masyarakat..
3. Untuk memperkaya khazanah keilmuan, khususnya di bidang sosial
keagamaan.
H. Metodologi Penelitian.
Untuk memberikan kemudahan kepada penulis dalam penelitian ini,
penulis melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Metode dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian penelitian lapangan
(field research).
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini diklasifikasikan pada sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer, yaitu sumber data yang
memberikan data langsung dari lapangan. Data primer penulis peroleh dari
hasil wawancara dengan para informan yang berasal dari Desa Pondok Udik,
dengan jumlah 20 orang. Sedangkan sumber data sekunder, yaitu data yang
mendukung akan tertulisnya laporan ini yang beradal dari buku, makalah,
jurnal, koran, maupun website. Kemudian yang menjadi sasaran (subjek) dari
penelitian ini adalah masyarakat Pondok Udik, desa di mana Kampus Al-
Mubarok tempat kegiatan Jemaah Ahmadiyah berada.
3. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa langkah dalam teknik pengumpulan data, antara
lain:
a. Observasi
Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan
pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang
diselidiki.15
Lebih jauh observasi adalah mengamati dan mendengar dalam
rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena
sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda-benda dan
simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu. Hal yang dilakukan dalam
teknik ini adalah mencatat, merekam kemudian memotret fenomena
tersebut guna mendapatkan keabsahan.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi partisipatoris
terhadap masyarakat yang berada di sekitar kampus Jemaah Ahmadiyah
Al-Mubarok Parung Bogor. Dalam observasi tersebut, penulis berinteraksi
dengan masyarakat guna mendapatkan gambaran yang penulis inginkan
untuk penyusunan penelitian ini.
b. Wawancara (interview)
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan tokoh
masyarakat yang ada di sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa
Barat. Selain itu juga penulis mewawancarai pemerintah setempat, baik itu
15
Imam Suprayogo dan Tobroni, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama
(Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet ke-1, h. 167.
dari pihak kelurahan maupun RT/RW setempat untuk mencari informasi
yang diperlukan dalam penelitian.
4. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di
sekitar kampus Jemaah Ahmadiyah Al-Mubarok Parung Bogor. Adapun
dalam penelitian ini penulis mengambil 20 orang sebagai informan, untuk
mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang valid, sehingga menjadi sebuah
laporan penelitian, penulis akan memilih data yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan
yang penulis jadikan pedoman wawancara, kemudian diajukan ke
informan dengan melakukan wawancara, akan dianalisa dengan
menggunakan analisis kualitatif. Data-data yang penulis peroleh, akan
penulis analisa dengan menggunakan kerangka teori yang penulis
cantumkan di bab II.
6. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
karangan Hamid Nasuhi et.al. yang diterbitkan oleh CeQDA tahun 2007.
I. Sistematika Penulisan
Laporan penulisan penelitianini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teori, yang membahas tentang pengertian respon, teori
interaksi, dan masyarakat yang terdiri dari pengertian masyarakat
dan tipe-tipe masyarakat.
Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, yang membahas tentang
kondisi geografis desa, kondisi sosial demografis yang terdiri dari:
kondisi ekonomi, kondisi pendidikan, kondisi sosial keagamaan,
Bab IV Ahmadiyah dan Masyarakat, yang membahas tentang sejarah
singkat Ahmadiyah, respon masyarakat terhadap Ahmadiyah,
respon masyarakat terhadap tindakan anarkis pada Ahmadiyah,
respon masyarakat terhadap keputusan MUI mengenai pelarangan,
keberadaan Jamaah Ahmadiyah dan keagamaan masyarakat
Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran
pendukung.
J. BAB II
K. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Respon
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa “Respon adalah
reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat
otonomis seperti refelks dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat
terkendali”.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Respon adalah
tangapan, rekasi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi, misal:
...masyarakat terhadap rencana perbaikan kampung sangat baik.17
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon
adalah tanggapan atau; reaksi.18
Menurut Poerwadarminta, respon diartikan
sebagai tanggapan reaksi dan jawaban.19
Respon akan muncul dari penerimaan
pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.
Sedangkan menurut Ahmad Subandi, ia mengemukakan bahwa respon
sama dengan umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang
besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.20
16
Save, D. Dogun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964 17
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 838 18
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Englis Modern
Press, 1991), h. 1268 19
Poerwadarminta, Psikologi Komunikas,( Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h. 43 20 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-11, h. 50
Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang
didapat (yang tertinggal) dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah
gambaran ingatan dari pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi, Abu Ahmadi
menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut: “Tanggapan sebagai salah satu fungsi
jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan
dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu
pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti, hanya kesannya saja.
Perinstiwa itu disebut sebagai “tanggapan”.21
Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.
Komunikasi menampakkan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga
proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur di
dalamnya terdapat keteraturan.22
Dengan demikian, respon sangat membantu dalam berkomunikasi. Dengan
adanya respon, terjadi timbal balik yang kemudian tercipta komunikasi dari satu
orang ke orang lain.
B. Teori Interaksi
Mengutip penjelasan Hazan Zaman, sebagaimana yang dikutip oleh
Ahmad Abrori, bahwa interaksi yang terjadi antara mayoritas-minoritas adalah
karena ada relasi kuasa timpang yang ditandai dengan penindasan, diskriminasi
21
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-3, h. 64 22
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya,
1999), Cet. Ke-12, h. 18
dan segregasi. Karena itu ia mengajukan beberapa tipe interaksi mayoritas-
minoritas yakni, asimetris, resiprokal, dan simetris.
Asimetris berarti mayoritas sangat mempengaruhi survival kelompok
minoritas. Biasanya ditandai dengan kekerasan fisik dan non-fisik antara
kelompok mayoritas terhadap minoritas. Resiprokal berarti saling member
masukan satu sama lain antara mayoritas dan minoritas. Dalam tipe ini muncul
biasanya interaksi yang relatf tidak bermasalah karena masing-masing mengakui
eksistensi satu sama lain, meskipun gesekan kecil-kecilan bisa saja terjadi.
Sementara simetris berarti satu sama lain hidup sendiri-sendiri, tidak ada saling
mempengaruhi dan interaksi yang terjadi tidak member keuntungan atau kerugian
antara yang satu terhadap yang lain.23
C. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait
oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan
hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri dari individu-individu
yang secara berkelompok.24
Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok
manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk mencapai
tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita saling melihat dengan jelas
23
Ahmad Abrori, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang, Refleksi, Vol.
VIII, No. I, 2006 24
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001), Cet. Ke-1, hal. 34
proyeksi individu sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan
masyarakat sebagai hasil dari proyeksi tersebut.
Secara sosiologis, masyarakat atau society dapat diartikan sebagai
kumpulan atau kelompok individu yang memiliki beberapa persamaan atau
kepentingan dan tujuan. Sementara proses menjadinya bentuk masyarakat
merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh individu-individu sebagai
anggotanya. Dalam interaksi tersebut akan terbentuk suatu sistem sosial yang
berdasarkan pada norma-norma yang disepakati oleh para anggota
masyarakat yang bersangkutan. Perilaku sosial tersebut dilakukan secara
berpola oleh seluruh invididu, sehingga melahirkan suatu kebudayaan yang
menjadi pedoman masyarakat pendukungnya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.25
Beberapa orang sarjana berusaha memberikan definisi masyarakat, di
antaranya:
a. Mac Iver dan Page, yang menyatakan bahwa, masyarakat adalah suatu
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama
antara berbagai kelompok penggolongan dari pengawasan tingkah laku
serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah
ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan
sosial.
b. Ralp Linton, mengatakan bahwa masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri dan menganggap diri mereka
25
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,
2000), Cet. Ke-19, hal. 25
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.
c. Selo Soemardjan, menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.26
Walaupun uraian definisi di atas berlainan, tetapi pada dasarnya isinya
sama, yaitu bahwa masyarakat memiiki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup ersama. Di dalam ilmu-ilmu sosial, tidak ada suatu
ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada.
b. Bergaul atau bercampur dalam waktu yang cukup lama.
c. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu
kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan besama
menimbulkan kebudayaan oleh setiap anggota kelompok merasa dirinya
terikat satu dengan yang lainnya.27
Adapun dalam pengelompokan masyarakat, menurut F. Tonnies,
seorang ahli sosiologi, sebagaimana yang dikutip oleh Koentjaraningrat,
membedakan dua macam masyarakat berdasarkan azas hubungannya, yaitu
Gemeinschaft dan Gessellschaft.28
Yang dimaksud Gemeinschaft (paguyuban)
adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh
26
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998),
Cet. Ke-25, hal. 26 27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hal. 26 28
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru, 1980), Cet. Ke-2,
hal. 171
hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
Sedangkan Gesselschaft (patembayan) merupakan ikatan lahir yang bersifat
pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai bentuk fikiran
belaka (imaginary).29
2. Tipologi Masyarakat
Banyak para ahli mendefinisikan masyarakat berdasarkan kekhususan
ilmu yang mereka tekuni, misalnya para ahli sosiologi dan antropologi.
Dengan berbagai argumentasi mereka mendefinisikan masyarakat
berdasarkan versi mereka masing-masing. Sehingga pengertian masyarakat
sampai saat ini belum mendapatkan pengertian yang diterima oleh semua
pihak. Tetapi jika dipahami secara mendalam, pada dasarnya pendapat yang
mereka kemukakan tidak menimbulkan permaslahan yang cukup berarti,
karena pengertian tersebut hampir kesemuanya memberikan gambaran yang
sama mengenai pengertian masyarakat.
Dari uraian di atas, para ahli mencoba mengklasifikasi masyarakat
berdasarkan penelitian-penelitian yang mereka jalani. Sehingga setidaknya
bahwa masyarakat terbentuk berdasarkan kriteria tersebut.
Atas dasar ini penulis mencoba memberikan beberapa uraian
mengenai tipologi masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli di bidangnya
masing-masing.
Elizabeth K. Nothingham membedakan 3 (tiga) tipe masyarakat, yakni
masyarakat yang terbelakang dari nilai-nilai sakral, masyarakat pra-industri
yang sedang berkembang dan masyarakat industri-sekuler.
29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hal. 144
Masyarakat yang memiliki tipe pertama adalah masyarakat yang kecil,
terisolasi dan terbelakang. Setiap anggota tipe masyarakat ini bersama-sama
menganut agama yangs ama, oleh karena itu keanggotannya mereka dalam
masyarakat dan kelompok keagamaan adalah sama. Masyarakat tipe kedua,
tidak lagi terisolasi, dapat berubah dengan cepat, lebih luas daerahnya dan
lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan
teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat tipe pertama. Suatu
organisasi keagamaan yang biasanya menghimpun semua anggota memberi
ciri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi
formal yang terpisah dan berbeda, serta punya tenaga profesional sendiri.
Sedangkan masyarakat tipe ketiga adalah masyarakat yang terbuka, dinamika
masyarakat tinggi, perkembangan teknologi sangat maju dan berpengaruh
bagi kehidupan.30
30
Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama
(Jakarta: Rajawali Press, 1994), Cet. Ke-5, hal. 51-62
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Kondisi Geografis Desa
Desa Pondok Udik adalah merupakan salah satu desa yang berada di
wilayah kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Desa ini memiliki luas
323,4 Ha, dan berada di atas ketinggian 300 M di atas permukaan laut, serta curah
hujan rata-rata 2,314mm/tahun.
Desa Pondok Udik secara struktur wilayah terbagi dalam tiga (3) dusun, 7
Rukun Warga (RW), dan 21 Rukun Tetangga (RT) dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Jampang
2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tonjong
3. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Kemang
4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Tegal
Untuk jarak tempuh desa Pondok Udik dengan instansi-instansi
pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat sebagai berikut:
1. Ibu kota kecamatan Kemang 4 km
2. Ibu kota kabupaten Bogor 16 km
3. Ibukota propinsi Jawa Barat 120 km
4. Ibukota Negara Republik Indonesia 60 km31
Untuk memanfaatkan lahan atau tanah yang ada di desa Pondok Udik
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sebagai berikut:
31 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
1. Pengembangan perumbahan 102,5 Ha
2. Pemukian dan pekarangan penduduk 160,2 Ha
3. Sawah dan empang 10 Ha
4. Ladang Huma 22 Ha
5. Jalan 3,4 Ha
6. Pemakaman 3,5 Ha
7. Perkantoran 15,6 Ha
8. Lapangan olah raga 1,5 Ha
9. Sarana pendidikan 3,5 Ha
10. Sarana peribadatan 1,3 Ha32
B. Kondisi Sosial Demografis
Penduduk desa Pondok Udik secara demografis tercatat berjumlah 7.404
jiwa dengan komposisi yaitu laki-laki sebanyak 3.733 jiwa, perempuan 3.671
jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.957 KK. Adapun
kepadatan penduduk di desa Pondok Udik yaitu rata-rata 69 jiwa per-km.
Mengenai rentang usia penduduk desa Pondok Udik adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Rentang Usia Penduduk Desa Pondok Udik
No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase
1 0 – 1 79 74 153 2
32 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
2 1 – 5 237 191 425 6
3 5 – 6 374 305 697 9
4 7 – 12 493 382 875 12
5 13 – 15 327 237 564 7.5
6 16 – 21 351 334 685 9
7 22 – 59 1.749 1.994 3.743 50,5
8 60 > atas 123 154 277 4
Jumlah 3.733 3.671 7.404 100
1. Kondisi Ekonomi
Berkenaan dengan keadaan ekonomi penduduk, tidak terlepas dari
mata pencaharian penduduk yang bersangkutan. Berikut ini adalah mata
pencaharian penduduk desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor Jawa Barat:33
Tabel 2
Mata Pencaharian Penduduk Desa Pondok Udik
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1 Petani 234
2 Pedagang 543
3 Pegawai Negeri 21
4 TNI/Polri 8
33 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
5 Pensiunan/Prunawirawan 35
6 Pegawai Swasta 564
7 Buruh pabrik 687
8 Wiraswastawan/pengusaha 53
9 Buruh harian lepas 397
10 Pengrajin 25
11 Tukang bangunan 40
12 Penjahit 4
13 Tukang Las 6
14 Tukang ojek 35
15 Bengkel 8
16 Sopir/pengemudi 29
17 Lain-lain 186
2. Kondisi Pendidikan
Berikut ini adalah tingkat pendidikan penduduk desa Pondok Udik
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat:34
Tabel 3
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pondok Udik
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
1 Tidak tamat SD/sederajat 2.493 35,5
34 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
2 Tamat SD/sederajat 2.157 30,5
3 Tamat SLTP/sederajat 1.131 16
4 Tamat SLTA/sederajat 1.145 16,2
5 Tamat akademi/sarjana muda 83 1,2
6 Tamat perguruan tinggi/S1 12 0,01
7 Tamat perguruan tinggi/S2 7 0,09
8 Tamat perguruan tinggi/S3 4 0,05
3. Kondisi Sosial Keagamaan
Secara umum kondisi social politik serta ketentraman dan ketertiban
wilayah desa Pondok Udik cukup terkencali, dalam hal ini politik warga
masyarakat dapat tersalurkan sesuai dengan aspirasinya, seiring dengan
bergulirnya reformasi dan banyaknya partai politik yang berkembang di masa
sekarang.
Adapun hasil pemilihan kepada daerah yang dilaksanakan pada tahun
2008 yaitu:35
a. Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat
1) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 4.841
2) Jumlah hak pilih yang melaksanakan pemilihan : 3.067
3) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 1.774
b. Pemilihan bupati Bogor putaran ke 1 dan ke 2 sebagai berikut:
1) Pemilihan bupati Bogor putaran ke-1
35 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
a) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 5.271
b) Jumlah hak pilih yang melaksanakan pemilihan : 3.283
c) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 1.988
2) Pemilihan bupati Bogor putaran ke-2
a) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 5.396
b) Jumlah hak pilih yang melakukan pemilihan : 3.027
c) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 2.369
Secara kelembagaan, lembaga-lembaga yang ada di desa Pondok Udik
dan telah disyahkan berdasarkan Surat Keputusan Desa Pondok Udik antara
lain, Lembaga Pertahanan dan Keamanan (LINMAS), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Pemberdayaan dan
Kesejahteraan (PKK), dan Lembaga Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Adapun mengenai kehidupan beragama di desa Pondok Udik, selama
ini tidak terjadi masalah yang mengakibatkan gesekan sosial. Keberadaan
Ahmadiyah di desa ini pun, sebelum kasus perusakan kampus al-Mubarak,
juga tidak ada kejadian yang meresahkan masyarakat.
Berikut ini adalah jumlah penduduk desa Pondok Udik Kecamatan
Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat berdasarkan agama yang dianut:36
Tabel 4
Jumlah Penduduk Desa Pondok Udik berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Prosentase
1 Islam 6.398 87,7
36 Data Monografi Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, 2008
2 Khatolik 192 2,6
3 Protestan 311 4,2
4 Budha 196 2,6
5 Hindu 141 2
6 Konghucu 71 0,9
BAB IV
MASYARAKAT DAN AHMADIYAH
37
Dasar-dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia 38
A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah (Jakarta: Rakyat Merdeka Books,
2006), h. 15
39
Muslih Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiah dalam Perspektif (Jakarta:
Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2, h. 51 40 M. Mujeeb, the Indian Muslim (London: George Allah & Unwin Ltd, 1967), h. 225
41
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 167 42
Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah, h. 51 43
H.A.R. Gib, Aliran-Aliran Modern dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), h. 105
44
Masykur Hakm Kenapa Ahmadiyah Dihujat...? Jakarta: SDM Bina Utama, 2005), h.
18-19 45 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 16-17
46
A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 17 47
Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat..?, h. 38 48
Mirza Bashir Ahmad, Silsilah Ahmadiyah, terj. Abdul Muhid H.A. (Kemang: tp, 1997),
h. 71
49 Mirza Bashir, Silsilah Ahamadiyah, h. 71
50 A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 25
51
A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 26 52 Penjelasan Jemaat Ahmadiyah, (Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2005), h. 3
53
Penjelasan Jemaat Ahmadiyah, h. 2 54
A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 26 55 A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 27
56
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), h.
103 57 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 104
58
Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat...?, h. 65-66 59
Wienata Sirin, Tempat dan Peran Yesus di Hari Kiamat, Menurut Ajaran Islam, h. 43 60
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, h. 105 61 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, h. 84
62
Masykur Hakim, Kenapa Ahmadiyah Dihujat (Jakarta: SDM Bina Utama, 2005), h. 31 63 Malfuzhat I, Kutipan Sabda-sabda Hz. Mirza Ghulam Ahmad, terj. MI 1992-1997
64
Asep Burhanuddin, Ghulam Ahmad Jihad tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS, 2005),
h. 105-106
65
Jamaluddin Syams (ed), Malfhuzat, (Bogor: Jemaat Islam Indonesia, 2000), III, h. 89 66 Asep Burhanuddin, Mirza Ghulam Ahmad Jihad tanpa Kekerasan, h. 121-122
67
Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat?..h. 94-95 68 Marzanamah, Penjelasan dan Pembuktian Akidah Ahmaadiyah, h. 163
69
Wawancara Pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009 70 Wawancara pribadi dengan informan Dede Setiawan, Bogor tanggal 14 April 2009
71
Wawancar a pribadi dengan informan Mufidz, Bogor tanggal 12 April 2009 72 Wawancara pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009
73
Wawancara pribadi dengan informan Burhan, Bogor tanggal 14 April 2009 74 Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009
75
Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009 76 Wawancara pribadi dengan informan Dede Setiawan, Bogor tanggal 14 April 2009
77
Wawancara pribadi dengan informan Juma’an, Bogor tanggal 12 April 2009 78 Wawancara pribadi dengan informan Hartanto, Bogor tanggal 12 April 2009
79 Wawancara pribadi dengan informan Burhan, Bogor tanggal 14 April 2009
80
Wawancara pribadi dengan informan Ujang Nurhohman, Bogor tanggal 12 April 2009 81 Wawancara pribadi dengan informan Endang Subana, Bogor tanggal 12 April 2009
82
Ahmad Abrori, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang, Refleksi, Vol.
VIII, No. I, 2006 83 Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009
84 Wawancara pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009
85
Wawancar a pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009 86 Wawancara pribadi dengan informan DS, Bogor tanggal 14 April 2009
87
Wawancara pribadi dengan informan B, Bogor tanggal 14 April 2009 88
Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009 89 Wawancara pribadi dengan informan Mufidz, Bogor tanggal 14 April 2009
90
Wawancara pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009 91 Wawancara pribadi dengan informan Burhan, Bogor tanggal 14 April 2009
92 Wawancara pribadi dengan informan Juma’an, Bogor tanggal 12 April 2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa
persepsi masyarakat Desa Pondok Udik mengenai keberadaan Jemaah Ahmadiyah
tentang interaksi sosial di antara mereka ternyata baik-baik saja. Dengan kata lain,
bahwa interaksi yang terjadi antara masyarakat Pondok Udik, di Kampus Al-
Mubarok berada, dengan anggota Jemaah Ahmadiyah berlangsung tanpa ada
perselisihan yang berart. Anggota Jemaah Ahmadiyah terbiasa berbaur dan
berinteraksi dengan masyarakat. Tidak ada perselisihan antara masyarakat Desa
Udik dan anggota Jemaah Ahmadiyah. Begitu juga saat terjadi perusakan Kampus
Al-Mubarok, masyarakat Desa Udik tidak terlibat dalam perusakan tersebut,
namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak. Interaksi ini tercipta karena adanya
sikap saling menghargai antara satu komunitas dengan yang lainya.
Sebagai bagian dari sikap saling hormat-menghormati, demikianlah yang
terjadi pada masyarakat Pondok Udik, di mana kampus Al-Mubarok berada.
Masyarakat menghormati anggota Jemaah Ahmadiyah, dengan tidak mengganggu
atau mencampuri urusan mereka, terutama dalam soal ajaran keagamaan.
Demikian juga sebaliknya, Jemaah Ahmadiyah juga tidak memaksa masyarakat
Pondok Udik untuk menerima doktrin ajaran mereka.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan masyarakat
dengan anggota Jemaah Ahmadiyah.
2. Bagi pemerintah, hendaknya memperhatikan masalah-masalah yang
berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat, namun dengan tidak
mencampur-adukkan masalah pribadi dengan masalah Negara.
3. Perlunya peningkatan sikap toleransi di antara masyarakat, baik antar-
agama maupun intra-agama demi terciptanya kondisi masyarakat yang
rukun dan dinamis, sehingga dapat mencegah timbulnya berbagai konflik
yang diakibatkan oleh sikap intoleran di dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abrori, Ahmad, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang,
Refleksi, Vol. VIII, No. I, 2006
Ahmad, Mirza Bashir, Silsilah Ahmadiyah, terj. Abdul Muhid H.A. (Kemang: tp, 1997)
Burhanuddin, Asep, Ghulam Ahmad Jihad tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS,
2005)
Dasar-dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Djamaluddin, M. Amin, Ahmadiyah & Pembajakan al-Qur’an, (Jakarta: LPPI,
2005), Cet. Ke-6
Djamaluddin, Muhammad, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi
(Yogyakarta: UGM Press, 1995)
Fathoni, Muslih, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiah dalam Perspektif (Jakarta:
Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2
Gerakan Ahmadiyah Indonesia Minta Dibedakan Dengan JAI, artikel diakses
dari 2008 Agustus 20 tanggal -indonesia-ahmadiyah-gerakan/15/1/2008/arc/id.co.antara.www://http
/jai-dengan-dibedakan-minta
Gibb, H.A.R., Aliran-Aliran Modern dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998)
Hakim, Masykur, Kenapa Ahmadiyah Dihujat...? Jakarta: SDM Bina Utama,
2005)
Hariadi, Ahmad, Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qodiyan, (Singapura:
PERIPENSIS, 1987), Cet. Ke-1
Iqbal, Sir Muhammad, Islam dan Ahmadiyah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet.
Ke-1
Johnson, Dyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gremedia, 1984
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000)
Kurniawan, A. Fajar, Teologi Kenabian Ahmadiyah (Jakarta: Rakyat Merdeka
Books, 2006)
Mujeeb, M., the Indian Muslim (London: George Allah & Unwin Ltd, 1967)
Munarman, Menyoal Logika Ham Pembela Ahmadiyah, artikel diakses tanggal 20 Agustus 2008 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/02/menyoal-logika-
ham-pembela-ahmadiyah/
Malfuzhat I, Kutipan Sabda-sabda Hz. Mirza Ghulam Ahmad, terj. MI 1992-1997
Nurdin, M. Amin, Strategi Kerukunan Antarumat Beragama Berbasis Teknologi
Informasi, artikel tidak diterbitkan
Penjelasan Jemaat Ahmadiyah, (Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2005),
Puspito, Hendro, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2000), Cet. Ke-16
Robertson, Roland, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta:
PT Rajawali Press, 1988)
artikel diakses dari , SKB Ahamdiyah Sebaiknya Dikaji Ulang
1260=id_news&view_news=menu&id=lang?php.page/id.or.nu.www//:http
52009 Januari 12 tanggal
Smart, Ninian, The World’s Religions (United Kingdom: Cambridge University Press, 1998), Cet. Ke-2
Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1993)
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama,
(Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet ke-1
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004)
Syams, Jamaluddin, (ed), Malfhuzat, (Bogor: Jemaat Islam Indonesia, 2000), III
Zulkarnain, Iskandar, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS,
2005)
Wawancara:
Wawancara pribadi dengan informan Asep
Wawancara pribadi dengan informan Burhan
Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat
Wawancara pribadi dengan informan Dede Setiawan
Wawancara pribadi dengan informan Endang Subana
Wawancara pribadi dengan informan Hartanto
Wawancara pribadi dengan informan Juma’an
Wawancara pribadi dengan informan Mufidz
Wawancara pribadi dengan informan Ujang Nurohman
Hasil wawancara
Nama informan : Asep
Tanggal wawancara : 12 April 2009
1. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Ya, saya asli orang sini.
2. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Ya, saya tahu. Tapi kalau masuk ke dalamnya belum pernah. Dan saya tidak
terlalu memiliki keinginan untuk masuk ke dalamnya
3. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau saya sih biasa-biasa saja sama mereka. Kita mah hidup sewajarnya,
selayaknya manusia bertetangga.
4. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Terkadang saja.
5. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Tidak ada yang aneh. Yah seperti mas kalau hidup bertetangga.
6. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Kalau masalah agama mah, mereka sendiri-sendiri aja. Kami tidak pernah
diundang dalam acara-acara keagamaan mereka, atau melakukan ibadah di
tempat ibadah mereka. Demikian juga sebaliknya, anggota Jemaah
Ahmadiyah juga tidak pernah saya lihat shalat di masjid kampung. Saat kami
mengadakan pengajian memperingati hari-hari besar Islam, lalu mengundang
Jemaah Ahmadiyah untuk hadir, mereka tidak pernah hadir
7. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Sering juga masyarakat sini mengundang mereka dalam merayakan hari-hari
besar Islam, seperti maulid nabi, isra’ mi’raj dan lain sebagainya. Lebih
seringnya mereka nggak datang. Mungkin sudah ada acara sendiri.
8. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Nggak pernah.
9. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada
10. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Biasa saja. Mereka tidak terlihat mengucilkan diri dari masyarakat sekitar.
Mereka juga berbaur kok.
11. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Menurut saya, Jemaah Ahmadiyah itu tidak mengganggu keberadaan kami.
Setahu saya, mereka tidak banyak bergaul dengan masyarakat. Mereka
cenderung hanya bergaul dengan kelompok mereka sendiri. Jarang sekali
saya lihat mereka berbincang-bincang dengan masyarakat di sekitar sini.
Paling-paling mereka hanya lewat saja kalau ada keperluan di luar kampus
12. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau perhatian dari pemerintah sih ada. Lha itu, MUI mengeluarkan fatwa
pelarangan penyebaran ajaran Ahmadiyah, kan sudah merupakan bentuk
perhatian pemerintah mengenai keberadaan Jemaah Ahmadiyah. Kalau dari
masyarakat sih, karena tidak ada pengaruh yang negatif dari keberadaan
mereka, masyarakat di sini tidak pernah usil atau pun berusaha untuk ikut
campur urusan mereka. Buktinya, waktu pengrusakan kampus Al-Mubarok,
masyarakat di sini tidak ada yang ikut. Mereka hanya diam saja
13. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Kurang tahu ya. Kalau saya boleh ngasih saran, pemerintah nggak usah lah
ngurusin masalah agama. Itu kan sudah menjadi urusan pribadi masing-
masing, asal tidak mengganggu dan meresahkan orang lain, biarin saja. Lebih
baik pemerintah mengurusi hal-hal yang menyangkut kebutuhan rakyat
banyak, seperti kemiskinan dan kebutuhan bahan pokok. Mas tau sendiri kan,
kalau harga sembako paling gampang naiknya, tapi turunnya susah banget.
Kita kan semakin susah jadinya. Eh.. ini malah direpotin masalah
kepercayaan
14. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Kalau lihat berita di tv fatwanya bahwa Ahmadiyah adalah golongan yang
sesat, yang tidak boleh ada di Indonesia.
15. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Kami memperlakukan mereka dengan baik. Saat terjadi perusakan pun saya
tidak ikut-ikutan. Tapi tidak juga bisa nolong mereka.
16. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Tetap sama, seperti sebelum terjadinya perusakan.
17. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Masyarakat kita masih belum bisa hidup berdampingan dengan orang yang
beda golongan. Menurut saya, masing-masing orang punya hak untuk
memilih suatu ajara. Selama tidak mengganggu orang lain, kenapa kita juga
harus mengganggu mereka.
18. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Ya itu tadi. Sebagai masyarakat yang hidup dengan orang lain, kita harus
saling menghargai segala perbedaan.
19. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Mereka juga manusia, yang patut mendapatkan perlakuan yang sama
sebagaiman orang pada umumnya. Kalau akidah atau ajaran mereka sesat, itu
kan urusan mereka, bukan urusan kita.
Hasil Wawancara
Nama informan : Burhan
Tanggal Wawancara : 14 April 2009
20. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Ya, saya lahir di desa ini.
21. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Tahu
22. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau menurut saya mah, orang Ahmadiyah sebenarnya baik-baik saja kok.
Mereka tidak suka usil dengan kehidupan kita, apalagi mencampuri urusan
masyarakat di sini. Hanya saja memang mereka sedikit tertutup jika
berkenaan dengan masalah akidah. Yah, saya nggak terlalu mengerti
bagaimana akidah itu. Mungkin saya hanya tahu sedikit dari nonton berita di
TV kalau akidah mereka itu tidak sesuai dengan akidah kebanyakan pemeluk
agama di Indonesia
23. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Ya, sering kami ngobrol masalah sehari-hari atau topik-topik yang sering
diberitakan di tv. Kami jarang sekali membahas masalah agama atau akidah.
Yah, seperti orang-orang pada umumnya lah.
24. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Tidak ada yang aneh. Wajar-wajar saja.
25. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Yah kalau dalam hal agama mah kita masing-masing aja. Dulu kami sering
kalau lagi ada tahlilan atau selamatan mengundang mereka, tapi pada nggak
datang. Ya udah, pas kami ada acara tahlilan atau selamatan kami jarang
mengundang mereka
26. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Tidak, saya belum pernah datang ke dalam perayaan hari-hari besar yang
diadakan oleh mereka. Selain karena tidak diundang, juga jarang saya dengar
mereka mengadakan perayaan hari-hari besar Islam.
27. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Tidak pernah.
28. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada.
29. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Masih normal-normal saja. Tidak ada yang melenceng, atau tidak sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Mereka bersikap baik dengan
masyarakat.
30. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Tidak pernah saya menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka. Kalau disuruh menyebutkan contohnya ya saya tidak tahu, kan belum
pernah menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan mereka.
31. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Setahu saya tidak pernah ada. Yang ada juga itu, pemberian fatwa dari MUI
yang menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah ajaran sesat dan dilarang di
Indonesia. Selain itu saya tidak pernah dengar.
32. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Saya tahu kalau Ahmadiyah itu dilarang oleh MUI dari TV. Tahunya sih
nggak lama ini mas. Ya… pas terjadi kerusuhan di Monas itu. Kan habis itu
TV banyak memberitakan masalah tersebut, dan salah satunya ya mengenai
fatwa MUI tentang pelajaran Ahmadiyah itu
33. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Ya itu tadi, Ahmadiya adalah aliran sesat, dan tidak boleh tumbuh dan
berkembang di Indonesia.
34. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Saat terjadi perusakaan kampus Al-Mubarok, saya diam saja di rumah. Saya
tidak ikut merusak, tetapi di sisi yang lain saya juga tidak bisa mencegah
orang-orang itu merusak kampus. Menurut saya apa yang dilakukan orang-
orang yang merusak kampus tersebut merupakan tindakan yang melanggar
hak-hak orang lain. Alangkah lebih baik, kalau kita saling menghargai,
meskipun dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita
35. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Saya masih menghormati mereka. Karena bagi saya, meskipun ajaran yang
mereka percayai menurut MUI adalah sesat, tapi bagi saya, sebagai manusia,
tetap harus menghormati keberadaan orang lain. Dengan yang beda agama
saja saya hormat, apalagi dengan orang yang masih Islam, meskipun mereka
berbeda kepercayaan dalam beberapa hal.
36. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Setelah terjadinya perusakan kampus Ahmadiyah, sebenarnya saya sedih.
Karena Indonesia, sebagai salah satu Negara yang mempunyai penduduk
muslim terbesar di dunia, masih belum bisa menerapkan sikap saling
menghormati dengan aliran atau agama lain. Kita sering kali menggunakan
cara-cara kekerasan untuk menunjukkan ketidaksukaan kita terhadap
kelompok lain.
37. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Hidup rukun menurut saya sebagai sesama warga Negara adalah hidup
berdampingan dengan damai dan sentosa, tidak perlu ada pertengkaran atau
pun perselisihan yang didasarkan atas perbedaan keyakinan dan agama.
Negara kita kan Negara yang mengakui agama-agama lain selain agama
Islam. Jadi ya harus menghormati keberadaan mereka. Jangan suka menang
sendiri, mentang-mentang jumlah kita paling banyak. Bayangkan kalau
seandainya kita tinggal di suatu daerah di mana jumlah kita sedikit.
38. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Demikian juga dengan Ahmadiyah. Mengenai kesesatan ajaran mereka, saya
rasa saya tidak berhak untuk menentukannya. Maklum, saya kan bukan orang
pinter atau sarjana yang bisa menilai ini sesat, itu tidak sesat. Bagi saya, yang
penting adalah hidup rukun. Hidup sudah susah kok malah dipersulit dengan
adanya perselisihan karena perbedaan ajaran dan keyakinan.
Hasil wawancara
Nama Informan : Cecep Hidayat
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
39. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Bukan, saya bukan asli penduduk desa pondok Udik. Saya dari Bogor, tapi
sudah sekitar 10 tahun saya tinggal di desa ini.
40. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Tahu, tapi tidak begitu banyak. Yang saya tahu bahwa di desa ini ada kampus
yang digunakan untuk kegiatan Jemaah Ahmadiyah.
41. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Biasa saja sih. Tidak ada perasaan yang berlebihan atau ketakutan.
42. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Lumayan juga. Seringkalinya saya bergaul dengan mereka kalau ada acara-
acara desa yang bersifat sosial, seperti kerja bakti atau kegiatan-kegiatan
sosial lainnya.
43. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Awalnya canggung juga, tapi lama-kelamaan mereka tidak berbeda jauh
dengan kita kok. Ya, seperti masyarakat pada umumnya.
44. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Kalau mas bertanya kepada saya bagaimana pendapat saya tentang Jemaah
Ahmadiyah, saya jawab bahwa mereka seperti anggota masyarakat pada
umumnya. Kalau kami mengadakan kerja bakti di desa, seperti bersih-bersih
desa, atau acara-acara sosial, seperti hajatan dan mengundang anggota
Jemaah Ahmadiyah, mereka datang kok. Jarang sekali jika ada undangan
acara-acara sosial tersebut anggota Jemaah Ahmadiyah yang tidak datang.
Mereka sangat menghormati keberadaan kami, dengan menghadiri undangan-
undangan tersebut. Hanya saja, kalau kami mengadakan acara keagamaan,
seperti pengajian memperingati hari besar Islam, dan kami mengundang
mereka, dengan halus mereka menyatakan ketidaksediaan mereka untuk
mengikuti acara tersebut. Saya kurang tahu alasan tepatnya apa. Tapi saya
juga harus menghormati mereka juga dong
45. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Pernah sih saya coba nanya kepada mereka, kenapa tidak mau menghadiri
acara pengajian yang diadakan oleh masyarakat? Pernah saya dengar bahwa
hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran mereka. Setelah mendengar jawaban
itu saya tidak mau mencari tahu lebih jauh. Itu kan hak mereka juga. Dan
saya menghormati keyakinan mereka tersebut
46. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Kalau selama bergaul dengan mereka, saya jarang bahkan tidak pernah
mendengar mereka membicarakan tentang ajaran Ahmadiyah.
47. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada mas.
48. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Wajar-wajar saja. Tidak ada yang aneh-aneh atau yang menakutkan.
49. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Saya pribadi tidak pernah menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan
sosial anggota Jemaah Ahmadiyah. Mereka biasa-biasa saja kok, tidak ada
yang aneh-aneh. Kalau anda menyangka ada yang aneh dengan kehidupan
sosial mereka, anda salah. Selama saya bergaul dengan mereka, semuanya
berlangsung biasa-biasa saja
50. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Setahu saya pemerintah kurang begitu perhatian dengan urusan beginian mas.
51. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Saya tahu fatwa MUI yang melarang penyebaran Ahmadiyah di Indonesia ya
dari TV. Kalau dari radio atau pun koran, tidak kayaknya. Masalahnya saya
jarang baca koran mas
52. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Ya masalah pernyataan bahwa Ahmadiyah adalah aliran yang sesat dan
dilarang penyebarannya di Indonesia.
53. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Sebelum ada sekelompok orang yang merusak kampus Ahmadiyah tersebut,
saya berhubungan baik dengan mereka kok.
54. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Sama saja, justru saya lebih simpati dengan mereka dibandingkan dengan
orang-orang yang melakukan perusakan tersebut. Saat terjadinya perusakan
kampus, yang saya tahu, anggota Jemaah Ahmadiyah diam saja, tidak
melawan.
55. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Masyarakat masih belum bisa menghargai keberadaan orang lain.
56. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Pandangan saya tentang hidup rukun dengan sesama warga Negara,
khususnya di desa ini sudah baik. Masing-masing orang menghargai orang
lain. Kalau ada konflik gara-gara berbeda keyakinan atau agama, menurut
saya mereka masih belum mengerti benar tentang arti hidup rukun.
57. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Kalau saya pribadi menganggap mereka sama seperti masyarakat pada
umumnya. Mereka tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap warga
yang berada di sekitarnya.
Hasil wawancara
Nama Informan : Dede Setiawan
Tanggal Wawancara : 14 April 2009
58. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Ya, saya asli orang sini.
59. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Sebagian masyarakat di sini tahu kok kalau kampus itu adalah tempat
kegiatan Jemaah Ahmadiyah. Tapi orang-orang di sini tidak mau ikut campur
mengenai kegiatan yang mereka lakukan
60. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Saya pribadi berteman baik dengan beberapa anggota jamaah Ahmadiyah.
61. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Ya.
62. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Kalau ada orang yang menganggap bahwa anggota Jemaah Ahmadiyah itu
adalah orang yang tertutup dengan masyarakat sekitarnya, itu karena mereka
jarang bertemu dengan mereka. Wajar saja kalau banyak yang mengira bahwa
Jemaah Ahmadiyah tidak mau bergaul dengan masyarakat. Saya pribadi sih
tidak ada masalah. Mereka orangnya baik-baik kok. Tidak jahil, apalagi usil.
Kalau sudah begitu kan, kita juga tidak bakal mengganggu mereka
63. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Kalau dalam kehidupan beragama saya jarang berhubungan dengan mereka.
Hal ini karena mereka melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan mereka di
dalam kampus.
64. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Tidak, saya belum pernah terlibat dengan aktivitas anggota Jemaah
Ahmadiyah dalam merayakan hari-hari besar Islam.
65. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Tidak.
66. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada.
67. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Mereka berbaur dengan masyarakat. Ya, seperti anggota masyarakat pada
umumnya. Bertegur sapa, ngobrol, dan lain sebagainya.
68. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Belum pernah saya menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka.
69. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Ya sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian terhadap masalah-
masalah yang menyangkut kepentingan rakyat banyak seperti masalah
Ahmadiyah ini. Dari TV, saya tahu informasi bahwa Ahmadiyah banyak
meresahkan masyarakat. Tapi secara pribadi saya tidak merasa demikian.
Cuma kalau memang hal itu sudah menyangkut rakyat, ya pemerintah harus
turun tangan untuk menyelesaikan. Biar nantinya masalah ini tidak menjadi
semakin parah, yang ujung-ujungnya kerugian yang paling banyak ya di
derita sama masyarakat itu sendiri
70. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Tahu
71. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Bahwa ajaran Ahmadiyah termasuk ajaran sesat dan di larang penyebarannya
di Indonesia oleh Majlis Ulama Indonesia.
72. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Saya pribadi memperlakukan mereka dengan baik. Karena tidak mungkin
memperlakukan buruk terhadap orang yang memperlakukan kita dengan baik.
73. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Tidak banyak berubah.
74. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Yang saya tarik dari kejadian itu adalah bahwa kita harus menghormati hak
orang lain.
75. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Pandangan saya tentang hidup rukun dengan sesama warga Negara yaitu
dengan saling menghargai dan menghormati. Kalau kita sudah menghargai
dan menghormati orang lain, insya allah kita juga nanti akan dihargai dan
dihormati oleh orang lain.
76. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Pandangan saya terhadap keberadaan Jemaah Ahmadiyah di lingkungan saya
tidak menjadi masalah. Sampai saat ini saya belum menemukan efek negatif
dari keberadaan mereka.
Hasil wawancara
Nama Informan : Endang Subana
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
77. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Bukan, saya pindahan dari Jakarta. Baru 3 tahunan saya tinggal di daerah sini.
78. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Tahu
79. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Setahu saya, mereka toleran kok. Tidak suka mengganggu orang lain atau
kelompok lain.
80. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Agak kurang ya, karena saya harus kerja pagi-pagi sekali dan pulang ke
rumah pada malam hari. Kalau libur pun saya sering habiskan dengan
keluarga. Jadi frekuensi ketemu saya dengan Jemaah Ahmadiyah jarang.
81. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan anggota Jemaah Ahmadiyah
menurut saya wajar-wajar saja. Kami tidak pernah terlibat dalam perselisihan
apalagi pertengkaran. Menurut saya, hal tersebut disebabkan karena antara
kami dengan mereka bisa saling mengerti dan menghargai keberadaan
masing-masing
82. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Jarang.
83. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Belum pernah.
84. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Tidak.
85. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada.
86. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Menurut saya mereka orangnya supel, pandai dalam bergaul dan tidak suka
mengasingkan diri. Mereka membaur dengan masyarakat dan sering saya
lihat mereka terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dengan masyarakat yang
ada di sekitar kampus mereka.
87. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Belum pernah saya menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka. Kalau begitu, saya juga tidak bisa memberikan contohnya.
88. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Pemerintah, melalui MU, menurut saya sudah memberikan perhatian
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kepercayaan. Namun setahu saya,
banyak juga lembaga-lembaga yang menentang fatwa yang dikeluarkan MUI
tersebut. Beberapa alasan yang saya tahu, karena hal tersebut merupakan hak
individu seseorang.
89. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Ya, saya tahu
90. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Fatwanya adalah melarang penyebaran ajaran Ahmadiyah di Indonesia.
Bahkan beberapa program TV menyiarkan bahwa larangan tersebut sudah
pernah dikeluarkan beberapa puluh tahun yang lalu.
91. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Sebelum terjadinya perusakan kampus, kalau kebetulan saya ketemu dengan
anggota Jemaah Ahmadiyah, saya menganggapnya seperti masyarakat pada
umumnya. Tidak ada perlakuan yang berbeda, apalagi mengucilkannya.
92. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Tetap sama.
93. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Hal yang dapat saya tarik dari pelajaran tersebut adalah, bahwa diperlukan
sikap tenggang rasa dalam hidup bermasyarakat.
94. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Selama ada sikap saling hormat-menghormati antar satu golongan dengan
golongan lain, maka perselisihan akan semakin kecil terjadi. Seperti dulu
yang diajarkan di masa Orde Baru, menurut saya ada benarnya juga.
95. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Mengenai keberadaan mereka, menurut saya selama tidak menimbulkan hal-
hal yang tidak mengganggu orang lain serta tidak meresahkan masyarakat,
mengapa harus dipersoalkan.
Hasil wawancara
Nama Informan : Hartanto
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
96. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Saya bukan penduduk asli desa Pondok Udik. Saya dari Jawa, tapi sudah
tinggal di sini sekitar 8 tahunan.
97. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Tahu.
98. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Saya pribadi sih baik-baik saja mas terhadap anggota Jemaah Ahmadiyah.
99. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Ya, tapi tidak setiap hari. Karena saya kan kerja, jadi ya kadang-kadang saja.
100. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Biasanya sih kita ngobrol-ngobrol saja. Entah itu di warung, di pos ronda,
maupun di tempat-tempat yang jadi tempat masyarakat ngumpul.
101. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Bisa dibilang belum pernah.
102. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Sama mas, belum pernah.
103. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Tidak.
104. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada.
105. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Kalau masalah itu mereka orangnya baik-baik kok, tidak mudah membuat
orang kesal. Selama saya kenal dengan beberapa anggota Jemaah Ahmadiya,
yang saya tahu, saat kumpul dengan masyarakat, mereka biasa-biasa saja.
106. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Belum pernah saya menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka.
107. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau perhatian sih saya kurang tahu. Kalau dari masyarakat, ya itu,
masyarakat tidak membeda-bedakan orang dalam bermasyarakat. Selama
orang itu baik, kita juga senang kenal dan dekat dengan mereka.
108. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Pernah dengar sih.
109. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Kalau nggak salah tentang pelarangan penyebaran ajaran Ahmadiyah.
110. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Waktu itu saya tidak bisa menolong mereka. Yang datang lalu merusak
kampus kan banyak banget mas. Nanti, bisa-bisa saya malah kena sasaran,
dianggap sebagai salah seorang anggota jemaah Ahmadiyah.
111. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Dulu saat terjadi perusakaan kampus Al-Mubarok, tidak ada satupun anggota
masyarakat Desa Udik yang ikut serta dalam perusakan tersebut. Yang kami
tahu, para pelaku perusakan adalah orang-orang yang berasal dari luar Desa
Udik. Saat terjadinya perusakan, masyarakat hanya bisa diam saja tanpa bisa
melakukan apapun. Kami tidak ingin terlibat perselisihan yang kami sendiri
tidak tahu apa akar permasalahannya
112. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Hikmahnya, ya kita masih belum bisa hidup rukun. Terkadang saya mikir,
kalau kita itu rukunnya diam-diam saja. Padahal di dalam hati sering kali
benci atau tidak suka.
113. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Hidup rukun itu ya hidup dengan orang lain atau kelompok lain dengan aman,
tidak ada pertikaian maupun perselisihan.
114. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Selama ini keberadaan mereka baik-baik saja. Belum pernah saya mendengar
ada anggota Jemaah Ahmadiyah yang bikin ulah atau bikin onar di kampong.
Hasil wawancara
Nama Informan : Juma’an
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
115. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Bukan, saya dari Boro.
116. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Tahu mas.
117. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau boleh jujur mas, saya adalah salah seorang anggota Jemaah
Ahmadiyah.
118. Sejak kapan anda menjadi anggota Jemaah Ahmadiyah?
Sekitar lima tahun ada.
119. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
masyarakat sekitar kampus?
Belum pernah. Kita kalau mengadakan kegiatan keagamaan, umumnya
diadakan masing-masing.
120. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
masyarakat sekitar?
Demikian juga dengan perayaan keagamaan. Kami merayakannya sendiri.
Kalau harus diadakan bersama-sama, nanti takutnya kalau ada
ketidakcocokan justru membuat hubungan kita renggang dengan masyarakat.
121. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Ya.
122. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Mas pasti heran ya, kalau saya anggota Jemaah Ahmadiyah? Memang banyak
orang yang memandang negative terhadap anggota Jemaah Ahmadiyah
setelah mereka menyaksikan berbagai berita yang berkaitan dengan kami.
Namun Mas bisa saksikan sendiri kan, bahwa kami tidak eksklusif
sebagaimana yang sering terlintas di benak orang yang belum mengenal kami.
Sampai saat ini hubungan kami dengan masyarakat yang berada di sekitar
kampus baik-baik saja kok, tidak ada masalah
123. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Kalau perhatian dari pemerintah belum ada. Malah ada fatwa yang
menyatakan bahwa ajaran Ahmadiyah sesat dan tidak boleh disebarkan di
Indonesia.
124. Sebagai anggota Jemaah Ahmadiyah, bagaimana anda memperlakukan
masyarakat sekitar?
Selama ini kami baik kok dengan masyarakat.
125. Apakah ada usaha untuk memberikan doktrin Ahmadiyah kepada masyarakat
di sekitar Kampus?
Kami memang berusaha untuk tidak memaksa masyarakat menjadi Anggota
Jemaah Ahmadiyah. Kami sangat menghormati keyakinan mereka, dengan
tidak turut campur dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan di
masyarakat. Demikian juga sebaliknya, masyarakat sangat menghormati kami
dalam kehidupan keagamaan. Itulah sebabnya mengapa kami hidup rukun-
rukun saja, tidak ada perselisihan. Selama kita bisa saling menghormati, saya
rasa Indonesia akan menjadi Negara yang sangat aman. Karena menurtu saya,
masalah agama sangat sensitif. Dan rentang menimbulkan berbagai masalah
126. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Saya jadi miris dengan kondisi negeri ini. Kok orang gampang sekali merusak
dan menghakimi orang lain. Kalau masyarakat sekitar malah tidak ada yang
ikut merusak. Kebanyakan yang merusak datang berasal dari luar daerah sini.
127. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Hidup rukun menurut saya adalah hidup damai dengan anggota masyarakat
lain tanpa memperdulikan asal muasal mereka, terutama dalam hal
kepercayaan maupun agama.
128. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Selama ini yang saya rasakan masyarakat menerima kami dengan baik.
Hasil wawancara
Nama Informan : Muufidz
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
129. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
Bukan, saya baru beberapa tahun tinggal di desa ini.
130. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
Wah saya nggak tahu mas kalau komplek bangunan itu adalah tempat Jemaah
Ahmadiyah. Malah saya tahu baru sekarang ini, setelah Mas menanyakannya.
Maklum, saya tidak terlalu menghiraukan keberadaan komplek tersebut.
Kalau kompleknya sih tahu, Cuma kalau di dalamnya terdapat Jemaah
Ahmadiyah saya tidak tahu
131. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
Biasa-biasa saja mas.
132. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
Jarang, bahkan belum pernah.
133. Bagaimana proses interaksi tersebut?
Ya saya nggak bisa cerita.
134. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
Apalagi dalam kehidupan beragama, saya belum pernah.
135. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
Tidak.
136. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
Tidak.
137. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
Tidak ada.
138. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
Kalau kata orang-orang sih mereka biasa-biasa saja. Bahkan cenderung baik,
seperti masyarakat pada umumnya.
139. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
Belum pernah tahu.
140. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
Saya pribadi kurang tahu mas.
141. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
Saya mah nggak tahu kalau ada fatwa MUI yang melarang penyebaran
Ahmadiyah di Indonesia. Maklum saja mas, saya kurang tertarik dengan hal-
hal demikian. Saya sudah cukup repot buat cari duit untuk menghidupi
kebutuhan keluarga. Jadi untuk mikirin masalah-masalah seperti Ahmadiyah
ini, jadi nggak sempet
142. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
Pelarangan penyebaran ajaran Ahmadiyah.
143. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
Biasa saja.
144. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
Biasa saja mas.
145. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
Ya kalau bisa jangan bikin rusak aja.
146. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
Hidup rukun itu hidup berdampingan tanpa ada perselisihan.
147. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
Karena saya baru tahu dari mas, ya otomatis keberadaan mereka di dalam
masyarakat saa kurang paham.
Hasil wawancara
Nama Informan : Ujang Nurahman
Tanggal Wawancara : 12 April 2009
148. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik?
149. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?
150. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?
151. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka?
152. Bagaimana proses interaksi tersebut?
153. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan
mereka?
154. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas
mereka?
155. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?
156. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda
anut?
157. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah?
158. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial
mereka? Bisa sebutkan contohnya?
159. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap
anggota Jamaah Ahmadiyah?
160. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?
161. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?
162. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota
Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?
163. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?
164. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?
165. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?
166. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah
Ahmadiyah tersebut?
top related