rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). · 2020. 6. 6. · bab 6 kurikulum 2013 mata pelajaran...
Post on 15-Feb-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang No.28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba-nyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentauk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
-
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA
Implementasi Kurikulum 2013 di SMA
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
-
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA
Implementasi Kurikulum 2013 di SMA
Copyright©2020, Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
Diterbitkan pertama kali oleh CV Amerta Media Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved
Hak penerbitan pada Penerbit Amerta Media Dilarang mengutip atau memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa seizin tertulis dari Penerbit
Anggota IKAPI Cetakan Pertama: Mei 2020 15 cm x 23 cm ISBN: 978-623-93687-5-3
Penulis : Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. Editor : Aan Herdiana, M.Sos Tegar Roli A., M.Sos Desain Cover : Adji Azizurrachman Tata Letak : Zaini Adroi
Diterbitkan Oleh : CV. Amerta Media
NIB. 0220002381476 NP. 202003-1708-4520-1345-639
Email : mediaamerta@gmail.com Website: www.penerbitbuku.id Whatsapp : 081-356-3333-24
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KdT)
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA
Implementasi Kurikulum 2013 di SMA
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
Editor - Aan Herdiana, Tegar Roli A
Cet.1 – Purwokerto, Penerbit Amerta Media
Isi di luar tangung jawab penerbit Amerta Media
-
Buku ini kupersembahkan untuk :
ayahku tersayang, Bapak Sahlan yang selalu mendoakanku;
suamiku tercinta Mas Wibawanto; anak-anak kebanggaanku Rifqi
Rahmattullah Darmawan, Rafi Muhammad Iqbal dan Hilmy
Zahran Muafa, yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap
langkah kehidupanku.
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
V
-
Pengantar Penulis
uku ini mengkaji tentang manajemen pembelajaran kimia dalam implementasi kurikulum 2013 di tingkatan SMA. Seperti yang kita
pahami, kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan
menentukan arah pendidikan. Berhasil atau tidaknya sebuah
pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang
digunakan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan
lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang disempurna-
kan dengan kurikulum 2006, yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
Pemberlakuan kurikulum baru ini menurut pihak Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bersifat urgen dan harus dilaksanakan
secepatnya di tahun ajaran baru nanti. Adapun fokus kajian dalam
buku ini meliputi: pengertian manajemen pembelajaran,
pembelajaran kimia SMA, kurikulum 2013 mata pelajaran kimia,
model pembelajaran, penilaian otentik dalam pembelajaran kimia,
dan studi lapangan tentang implementasi kurikulum 2013 di SMA
Kota Bandung.
Mei, 2020
Penulis
VI
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
B
-
Daftar Isi
Pengantar Penulis .......................................................................... VI Daftar Isi ………………………………………………….. VII Daftar Tabel ……………………………………………….. VIII Daftar Gambar …………………………………………….. X
BAB 1 Pengantar .......................................................................... 1
BAB 2 Merdeka Belajar ............................................................... 9
BAB 3 Pembelajaran Daring di Era Covid-19 ....................... 17
BAB 4 Manajemen Pembelajaran ............................................. 27
BAB 5 Pembelajaran Kimia SMA ............................................ 41
BAB 6 Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Kimia ...................... 49
BAB 7 Model-Model Pembelajaran pada Kurikulum
2013 untuk Mata Pelajaran Kimia ............................... 69
BAB 8 Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kimia ........... 87
BAB 9 Media dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran
Kimia .............................................................................. 103
BAB 10 Manajemen Pembelajaran Kimia:
Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Guna
Dharma dan SMA PGRI 3 Kota Bandung .............. 109
BAB 11 Telaah Kirits Implementasi Kurikulum 2013
di SMA ........................................................................... 145
BAB 12 Penutup ........................................................................... 191
Daftar Pustaka ……………………………………………………... 196
Lampiran ......................................................................................... 199
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
VII
-
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran.......... 36
Tabel 6.1 Tingkatan Kompetensi Berdasarkan
Permendikbud Tentang Standar Isi................................................................................. 51
Tabel 6.2 Indikator Keterampilan Proses Dasar
dan Terpadu.............................................................. 59
Tabel 6.3 Indikator Keterampilan Proses Sains Beserta
Sub Indikatornya...................................................... 60
Tabel 7.1 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah
Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah................ 79
Tabel 7.2 Tahapan - Tahapan Model PBL............................ 80
Tabel 7.3 Contoh Matrik Pemilihan Model........................... 86
Tabel 8.1 Waktu Penilaian........................................................ 97
Tabel 8.2 Tingkat Ketuntasan Sikap..................................... 99
Tabel 8.3 Tingkat Ketuntasan Pengetahuan dan
Keterampilan............................................................ 100
Tabel 8.4 Konversi Skor dan Predikat Hasil Belajar
Untuk Setiap Ranah................................................. 101
VIII
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Tabel 10.1 Kondisi Peserta Didik SMAS Guna
Dharma Tahun Pelajaran 2015-2016.................... 114
Tabel 10.2 Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA
Guna Dharma Tahun Pelajaran 2015-2016........ 115
Tabel 11.1 Deskripsi Langkah Pembelajaran.......................... 156
Tabel 11.2 Deskripsi Ranah Sikap Spiritual dan
Sikap Sosial .............................................................. 166
Tabel 11.3 Deskripsi Ranah Pengetahuan............................... 167
Tabel 11.4 Deskripsi Ranah Keterampilan.............................. 169
Tabel 11.5 Nilai Ketuntasan Kompetensi Sikap..................... 171
Tabel 11.6 Nilai Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan
dan Keterampilan..................................................... 172
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
IX
-
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Proses Belajar Mengajar ......................................34
Gambar 6.1 Hasil Belajar Melahirkan Peserta Didik yang Produktif, Inovatif, dan Afektif Melalui Penguatan Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang Terintegrasi …………........... 55
Gambar 7.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek……………………………. 75
Gambar 9.1 Alat Peraga Molymod ........................................... 105
Gambar 9.2 Alat Proses Elektrolisis ..................................... 106 X
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
BAB 1
PENGANTAR
ndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau
besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.500. Penduduk
Indonesia berdasarkan pada sensus penduduk tahun 2010
berjumlah lebih dari 238 juta jiwa. Keragaman yang menjadi
ka-rakteristik dan keunikan Indonesia adalah antara lain dari segi
geo-grafis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana,
latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman
lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut
selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan
pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka
meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di
setiap daerah. Sehingga pembangunan di bidang pendidikan
amatlah penting.
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 1
I
-
Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing
daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik
daerah. Begitu pula halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya
pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara
kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan,
dan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Kurikulum 2013 di Indonesia dikembangkan atas dasar teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
merupakan pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan.
Kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai
kualitas standar nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar
kompetensi lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
perlu menetapkan dan mengembangkan kurikulum pendidikan
yang telah ada menjadi lebih baik lagi sehingga dapat memberikan
dampak positif bagi peserta didik sendiri, masyarakat, maupun
bangsa dan negara. Hal ini dilakukan pemerintah karena selama ini
kurikulum yang ada belum mampu memberikan solusi mengenai
problematika yang sedang dihadapi bangsa. Selain itu,
perkembangan zaman yang semakin pesat sehingga bangsa ini
harus cepat tanggap untuk menyesuaikan diri supaya tidak
tertinggal terlalu jauh dengan bangsa-bangsa lain.
Berdasarkan pertimbanan-pertimbangan itulah, pemerintah
melalui Kemendikbud berusaha sekuat tenaga untuk menyusun,
2 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku
pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum baru ini diperkenalkan
oleh pemerintah dengan sebutan Kurikulum 2013 (KURTILAS).
Dengan kurikulum baru ini, harapannya apa yang menjadi persoalan-
persoalan yang menimpa bangsa ini akan cepat teratasi sehingga
secara berkelanjutan cita-cita bangsa tercinta Indonesia akan mudah
tercapai, yakni menjadi Negara yang makmur, adil, dan sejahtera.
Pemerintah pada tahun 2013 menggulirkan Kurikulum 2013
sebagai perbaikan dan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 tersebut diberlakukan pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pemerintah memilih sekolah–
sekolah sebagai pilot projec untuk pelaksanaan Kurikulum 2013.
Berkenaan dengan hal tersebut Dinas Pendidikan Kota Bandung
pada tahun 2013 memilih untuk mewajibkan SMA dan SMK
menggunakan Kurikulum 2013. Kemudian tahun pelajaran
2015/2016 sekolah diberi kebebasan untuk memilih kembali ke
kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau tetap
menggunakan kurikulum 2013. Pada kesempatan ini, di kota Bandung
hampir semua sekolah tetap melaksanakan kurikulum 2013, tetapi di
kabupatan Bandung sekolah negeri tetap menggunakan kurikulum
2013 dan sekolah swasta kembali ke kurikulum 2006.
Permasalahan yang muncul pada implementasi kurikulum 2013
antara lain (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum
mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar
yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari
kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah,
yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring;
(3) Adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak
runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku
pegangan dan guru; (4) Belum siapnya guru dan melaksanakan
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 3
-
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang di-
amanatkan Kurikulum 2013 dan (5) Penilaian belum dilakukan
secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian
otentik (http://marion-rebai.blogspot.co.id/2013/12/identifikasi-
masalah-implementasi.html).
Masalah implementasi Kurikulum 2013 tidak sekadar perma-
salahan pemahaman mereka terhadap kurikulum. Permasalahan guru
mencakup ketidaksiapan penyelenggaraan Kurikulum 2013 secara
keseluruhan; seperti ketersediaan sarana prasarana utama, seperti
buku dan adanya pendampingan yang memadai bagi para guru, (Sinar
Harapan: Sekjen Federasi Serikat Guru, Retno Listyarti).
Pada pelaksanaannya Kurikulum 2013 di daerah masih me-
nyisakan berbagai persoalan. Meski tujuan kurikulum baru itu baik,
namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak perbaikan.
Persoalan-persoalan yang muncul antara lain: (1) Guru sebagai
manajer di kelas belum memahami benar implementasi kurikulum
2013 yang seharusnya. Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan
terhadap guru, tetapi belum semua guru memahaminya secara baik.
Pun guru yang mengikuti pelatihan belum semua informasi terkait
dengan implementasi kurikulum terserap dengan baik; (2) Kurangnya
buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat. Bahkan di beberapa
sekolah SMP yang menjadi pilot project penerapan Kurikulum 2013 di
Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya di Indonesia),
hanya terdapat dua buku panduan. Untuk mengatasi itu, pihaknya
mengunduh buku panduan dari internet dan memperbanyaknya; (3) Buku yang idealnya juga dimiliki dengan komposisi satu buku satu
masih belum dapat disediakan dengan cukup. Kondisi tersebut
memaksa sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut dengan
penggandaan yang tentunya membutuhkan biaya tambahan;
(4) Sistem rapor. Masalah mungkin muncul pada pertengahan
Oktober depan, berkaitan dengan sistem rapor kepada orang tua.
4 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Hingga sekarang belum ada petunjuk teknis bagaimana rapor itu nanti
dibuat, yang mengacu kepada sistem penilaian di perguruan tinggi
dengan nilai A, B, C, dan seterusnya; (5) Lainnya adalah keberatan
para orang tua berkaitan dengan adanya kata-kata kasar dalam buku
panduan Kurikulum 2013; dan (6) Terdapat beberapa daerah yang
memaksakan diri dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Sebagai contoh
Kota Tegal, pada tahun pelajaran 2013/2014 secara serentak
mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013. Hal
ini jelas menimbulkan permasalahan, misalnya mahalnya biaya
pengadaan buku. Masalah ini menjadi lebih parah manakala
diwajibkan untuk membeli buku sendiri (sekolah menjadi terkesan
sangat mahal), (http://farichinfarich.blogspot.co.id/2013/11/per-
masalahan-implementasi-kurikulum-2013.html).
Munculnya masalah tersebut disebabkan oleh :
a. Sosialisasi dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Dinas
Pendidikan melalui pengwas dan Kepala Sekolah belum
optimal dilaksanakan; b. Pendistribusian buku dan buku pegangan guru belum optimal; c. Belum optimalnya guru dalam memahami penerapan manaje-
men pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013; d. Pelaksanaan Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum
2013 belum dipahami secara utuh oleh guru SMA; e. Pembuatan Rencana Program Pengajaran (RPP) oleh guru se-
bagian besar masih berupa copy paste dari contoh model yang
dikeluarkan oleh pemerintah atau penerbit buku; f. Banyak guru yang belum membuat pemetakan Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan dalam
pengembangan silabus; g. Masih ada SMA yang belum membentuk Tim Pengembang
Kurikulum;
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd 5
-
h. Banyak SMA yang belum melakukan analisis konteks
khususnya analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) karena
kepala sekolah SMA dan guru belum memahami esensi SNP
dan tata cara melakukan analisis SNP; dan i. Peran komite sekolah dalam pengembangan Kurikulum 2013
belum optimal.
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah
secara nyata mempengaruhi secara negatif lingkungan alam. Pen-
cemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya potensi
rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan glo-bal
merupakan tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa
kini dan di masa yang akan datang. Dalam konteks ini, kurikulum
seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan
kepedulian generasi muda terhadap lingkungan alam dan
menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan
masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan
pangan. Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu
pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan.
Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment), studi
yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA,
menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar
terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) menunjukkan Indonesia berada pada
rangking amat rendah dalam kemampuan: (1) Memahami informasi
yang komplek, (2) Teori, analisis dan pemecahan masalah,
(3) Pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
Melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada
perubahan orientasi kurikulum, dengan tidak membebani peserta
didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang
diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
6 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah
dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang disempurnakan dengan
kurikulum 2006, yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu. Pemberlakuan kurikulum baru ini
menurut pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersifat
urgen dan harus dilaksanakan secepatnya di tahun ajaran baru nanti.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penerapan dan pelaksanaan
Kurikulum 2013 tidak berjalan sebagaimana mestinya, antara lain
sosialisasi dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh dinas pendidikan
melalui pengawas dan kepala sekolah belum optimal dilaksanakan;
pendistribusian buku dan buku pegangan guru belum optimal; belum
optimalnya guru dalam memahami penerapan manajemen
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013; pelaksanaan
Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 belum dipahami
secara utuh oleh guru SMA; pembuatan Rencana Program Pengajaran
(RPP) oleh guru sebagian besar masih berupa copy paste dari contoh
model yang dikeluarkan oleh pemerintah atau penerbit buku; banyak
guru yang belum membutpemetakan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan dalam pengembangan silabus;
masih ada SMA yang belum membentuk Tim Pengembang
Kurikulum; banyak SMA yang belum melakukan analisis konteks
khususnya analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) karena kepala
sekolah SMA dan guru belum memahami esensi SNP dan tata cara
melakukan analisis SNP; dan peran komite sekolah dalam
pengembangan Kurikulum 2013 belum optimal Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 7
-
8 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
BAB 2
MERDEKA BELAJAR
“Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan
menjadi arah pembelajaran ke depan, yang fokus pada arahan
bapak presiden dan wakil presiden dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia,”
Nadiem Anwar Makarim, (Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia)
endidikan merupakan media untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan yang berkualitas juga
mencerminkan masyarakat maju dan modern. Pendidikan
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 9
P
-
menjadi mesin penggerak kebudayaan. Kebiasaan-kebiasaan dari
setiap zaman menjad berubah sejalan dengan perubahan yang
diperoleh dari proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan mampu
melihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap
perkembangan zaman. Ketika suatu ingin negara menciptakan
kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya, maka pendidikan
menjadi elemen penting yang harus disiapkan untuk memenuhi
keinginan dan cita-cita tersebut (Mustaghfiroh, 2020).
Pemerintah Indonesia sebenarnya selalu memberikan perhatian
lebih terhadap sektor pendidikan. Ini dibuktikan dengan telah
ditetapkan beberapa kebijakan pemerintah di sektor pendidikan,
mulai dari program wajib belajar, bea kepada masyarakat kurang
mampu da program-program yang mengupayakan peningkatan
kualitas pendidikan, serta menganggarkan 20 persen APBN untuk
sektor pendidikan. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan besar
adalah ke mana arah pendidikan Indonesia saat ini, dan kenapa
kemudian pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dengan
negara-negara di dunia (Mustaghfiroh, 2020)..
Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar
Makarim, menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan
“Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
Untuk lebih jelaskan terkait dengan penjelasan empat program
tersebut, mengutip pendapatnya Sutrisna Wibawa (2019) berikut
penulis paparkan di bawah ini:
10 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Prinsip
dari kebijakan ini adalah sekolah memiliki kemerdekaan untuk
menilai kompetensi secara komprehensif dalam bentuk tes tertulis,
penilaian portofolio dan penugasan (esai, karya tulis, ataupun
projek). Guru juga diberi kemerdekaan untuk menentukan sumber
soal ujian sekolah, apakah dibuat sendiri ataupun sumber lainnya.
Kedua, Ujian Nasional (UN). Tahun 2020 merupakan akhir dari
pelaksanaan UN dan tahun 2021 diubah menjadi Asesmen
Kompetensi Minimum dan Survai Karakter, yang terdiri dari
kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan
bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan
pendidikan karakter. Arah dari kebijakan ini akan mengacu pada
praktik penyelenggaraan PISA dan TIMSS. Menariknya, pelaksaan
Asesmen diselenggarakan di tengah jenjang sekolah (misal kelas 4,
8, 11). Hasilnya tidak digunakan untuk seleksi ke jenjang
berikutnya. Ia hanya dijadikan instrumen pemetaan kualitas
pendidikan secara nasional, sekaligus mendorong guru untuk
memperbaiki mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing.
Menurut Stanislaus Riyanta (2020), ada yang mengatakan UN tetap
perlu sebagai alat ukur kemampuan seseorang atau lulusan secara
akademis. Namun, beberapa pihak berpendapat, karena UN selama
ini telah menimbulkan ketakutan dan rasa waswas, dihapuskan saja.
Bertahun-tahun belakangan, lembaga bimbingan belajar pun
bermunculan di mana-mana, seperti hendak menggantikan peran
sekolah dalam mempersiapkan mengikuti UN. Kecurangan demi
kecurangan di dalam UN pun terus terjadi setiap tahun walaupun
sejak beberapa tahun lalu UN tak lagi berperan sebagai penentu
kelulusan.
Ketiga, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP). Dalam penyu-
sunan RPP guru secara merdeka memilih, membuat, menggunakan,
dan mengembangkan format RPP melalui tiga komponen inti RPP
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 11
-
yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen
(komponen lainnya bersifat pelengkap dan dapat dipilih secara
mandiri). Guru cukup menulis 1 halaman terkait tiga komponen
inti RPP sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk
mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
Keempat, Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
sistem Zonasi. Kebijakan ini akan dibuat lebih fleksibel untuk
mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai
daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima minimal 50
persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, jalur perpindahan
maksimal 5 persen, dan jalur prestasi antara 0-30 persen
disesuaikan dengan kondisi daerah. Daerah berwenang
menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi.
Keempat kebijakan tersebut membawa tanggapan positif dari
masyarakat, politisi, pemerhati dan praktisi pendidikan, terutama
terkait UN. Meski begitu penghapusan UN juga mendapat kritikan
dari berbagai kalangan termasuk mantan Wakil Presiden Jusuf
Kalla, yang menganggap ketiadaan UN yang menghasilkan generasi
yang lembek. Bahkan JK mengaitkan bahwa sejak UN tidak lagi
dijadikan syarat kelulusan (tahun 2015), maka terjadi penurunan
mutu pendidikan, hal itu sejalan dengan riset Organisasi Kerjasama
dan Pembangunan (OECD) lewat Programme for International Student
Assessment (PISA), dimana peringkat Indonesia turun pada tahun
2018 ketimbang 2015, dari peringkat 64 menjadi peringkat 72 dari
79 negara yang disurvai.
Empat perubahan di atas tentu digagas demi menunjang
“kemerdekaan belajar”. Perubahan terhadap ujian (USBN dan UN)
dilakukan demi memperbaiki mutu lulusan, sekaligus memerdekakan
dari berbagai aktivitas belajar yang tak perlu dilakukan. Perombakan
RPP yang dibuat guru dilakukan untuk efisiensi dan memerdekakan
guru dari segala administrasi pembelajaran yang tidak benar-benar
12 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
diperlukan. Dan, perubahan pada PPDB Zonasi dilakukan agar
penerimaan di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan lebih fleksibel.
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI)
yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem
membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya,
penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun
2019 menunjukkan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia hanya
menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan
literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Menyikapi
hal itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan
minimum, meliputi literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi
bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga
kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di
baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran
matematika, tetap penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam
menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata. Satu aspek
sisanya, yakni Survei Karakter, bukanlah sebuah tes, melainkan
pencarian sejauh mana penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan
Pancasila yang telah dipraktekkan oleh peserta didik (Mustaghfiroh,
2020).
Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului
oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada peserta didik.
Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apapun, tanpa ada
proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada,
maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.
Program “Merdeka Belajar” dengan empat fokus di atas hendak
menawarkan perubahan signifikan—bahkan bisa dibilang
revolusioner—dalam dunia pendidikan. Berita tentang penghapusan
UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 13
-
pada tahun 2021, misalnya, menjadi ramai, menimbulkan pro dan
kontra (Stanislaus Riyanta, 2020).
Dalam pelaksanaanya, tidak ada kebijakan tanpa kritik.
Menanggapi berbagai kritik dan kekhawatiran tidak adanya standar
akibat penghapusan UN, Nadiem menegaskan bahwa standar
nasional tentu saja ada. Namun, cara penilaian dan bentuk tesnya akan
menjadi kedaulatan pihak sekolah. Alasan Nadiem hanya pihak
sekolahlah yang mengetahui kemampuan kognisi dan perkembangan
psikologis anak. Adapun perihal sekolah yang belum siap untuk
membuat asesmen, Nadiem mengatakan, mereka bisa menggunakan
soal-soal dari USBN atau UN. Pada akhirnya, memberi kemerdekaan
berarti tidak ada paksaan bagi sekolah untuk menggunakan sistem
asesmen (https://mediaindonesia.com/ (2019).
Pada prinsipnya sekolah dipacu untuk melakukan proses
adaptasi. “Bagi yang belum siap, bagi yang masih mau belajar
menggunakan cara penilaian baru. Silakan. Itu haknya sekolah.
Namun, bagi sekolah-sekolah dan guru yang sudah siap, bisa maju
duluan. Dan itu tentunya tidak akan kita tinggalkan sendiri, kita
akan selalu memberikan contoh-contoh,” kata Nadiem saat rapat
kerja dengan Komisi X DPR RI dikutip dari
https://mediaindonesia. com/ (2019).
Pada tahun mendatang, seperti dijelaskan (Mustaghfiroh, 2020),
sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di
dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih
nyaman, karena peserta didik dapat berdiskusi lebih dengan guru,
belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan
guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani,
mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan
tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa
survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya
setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya
14 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
dalam bidang masingmasing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar
yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan
masyarakat. Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim ter-
dorong karena keinginannya menciptakan suasana belajar yang
bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd.
15
-
16 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
BAB 3
PEMBELAJARAN DARING
DI ERA COVID-19
khir-akhir ini berbagai negara di dunia, tengah dikejutkan dengan wabah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah covid-19
(Corona Virus Diseases-19). Virus ini awalnya mulai berkembang di
Wuhan, China. Wabah virus ini memang penularannya sangat
cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga oleh World
Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus
covid-19 sebagai pandemi dunia saat ini.
Penyebaran virus covid-19 menjadi penyebab angka kematian
yang paling tinggi di berbagai negara dunia saat ini. Sudah banyak
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.P 17
A
-
korban yang meninggal dunia. Bahkan banyak juga tenaga medis yang
menjadi korban lalu meninggal. Hal ini menjadi permasalahan yang
harus dihadapi oleh dunia saat ini, untuk melakukan berbagai
kebijakan termasuk di negara Indonesia sendiri. Indonesia pun juga
merasakan akan dampak penyebaran virus ini. Semakin hari semakin
cepat menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesia (Puspitasari, 2020).
Persebaran virus Corona yang massif di berbagai negara,
memaksa kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang
berubah. Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di
bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah
krisis akibat Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita untuk
bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu
belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi
bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak
pendidikannya. Sampai 1 April 2020, UNESCO mencatat
setidaknya 1,5 milyar anak usia sekolah yang terdamapk Covid 19
di 188 negara termasuk 60 jutaan diantaranya ada di negara kita.
Akibat dari pandemi covid-19 ini, Pemerintah menerapkan
kebijakan yaitu Work From Home (WFH). Kebijakan ini merupakan
upaya yang diterapkan kepada masyarakat agar dapat
menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan di Indonesia
pun menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya
pandemi covid-19 tersebut. Dengan adanya pembatasan interaksi,
Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan
kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem
dalam jaringan (daring). Dengan menggunakan sistem
pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai masalah
yang dihadapi oleh peserta didik dan guru, seperti materi pelajaran
yang belum selesai disampaikan oleh guru kemudian guru
mengganti dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi
peserta didik karena tugas yang diberikan oleh guru lebih banyak
(Puspitasari, 2020).
18 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Purwanto dkk., (2020)
menjelaskan tentang dampak yang dirasakan langsung oleh guru,
peserta didik, dan orang tua karena proses pembelajaran online.
Beberapa dampak yang dirasakan peserta didik pada proses belajar
mengajar di rumah adalah para peserta didik merasa dipaksa belajar
jarak jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini
sangat penting untuk kelancaran proses belajar mengajar, untuk
pembelajaran online di rumahnya seharusnya disediakan dulu
fasilitasnya seperti laptop, computer ataupun hand phone yang akan
memudahkan peserta didik untuk menyimak proses belajar mengajar
online. Kendala selanjutnya yaitu peserta didik belum ada budaya
belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah
melalui tatap muka, peserta didik terbiasa berada di sekolah untuk
berinteraksi dengan teman-temannya, bermain dan bercanda gurau
dengan teman-temannya serta bertatap muka dengan para gurunya.
Dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh membuat para
peserta didik perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi
perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya
serap belajar mereka. Dampak selanjutnya yang dialami peserta didik
yaitu sekolah diliburkan terlalu lama membuat anak-anak jenuh, anak-
anak mulai jenuh di rumah dan pingin segera ke sekolah bermain
dengan teman-temannya, peserta didik terbiasa berada di sekolah
untuk berinteraksi dengan teman-temannya, bermain dan bercanda
gurau dengan teman-temannya serta bertatap muka dengan para
gurunya.
Dampak terhadap orang tua yaitu kendala yang dihadapi para
orang tua adalah adanya penambahan biaya pembelian kuota
internet, teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet
dan kuota oleh karena itu tingkat penggunaaan kuota internet akan
bertambah dan akan menambah beban pengeluaran orang tua.
Untuk melakukan pembelajaran online selama beberapa
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 19
-
bulan tentunya akan diperlukan kuota yang lebih banyak lagi dan
secara otomatis akan meningkatkan biaya pembelian kuota
internet.
Dampak yang dirasakan guru yaitu tidak semua mahir
menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana
pembelajaran, beberapa guru senior belum sepenuhnya mampu
menggunakan perangkat atau fasilitas untuk penunjang kegiatan
pembelajaran online dan perlu pendampingan dan pelatihan terlebih
dahulu. Dan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan
mempengaruhi kualitas program belajar mengajar oleh karena itu
sebelum diadakan program belajar online para guru wajib untuk
diberikan pelatihan terlebih dahulu. Dampak lain yang dirasakan guru
yaitu pada proses belajar mengajar online di rumah tanpa sarana dan
prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini sangat penting untuk
kelancaran proses belajar mengajar, untuk pembelajaran online di
rumahnya seharusnya disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop,
computer ataupun hand phone yang akan memudahkan guru untuk
memberikan materi belajar mengajar secara online. Kendala
selanjutnya yaitu para guru belum ada budaya belajar jarak jauh karena
selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah melalui tatap muka, para
guru terbiasa berada di sekolah untuk berinteraksi dengan peserta
didik, dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh membuat para
guru perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi
perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kualitas hasil belajar.
Permasalahan lain dari adanya sistem pembelajaran secara online
ini adalah akses informasi yang terkendala oleh sinyal yang
menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi. Peserta didik
terkadang tertinggal dengan informasi akibat dari sinyal yang kurang
memadai. Akibatnya mereka terlambat dalam mengumpulkan suatu
tugas yang diberikan oleh guru. Belum lagi bagi guru yang memeriksa
banyak tugas yang telah diberikan kepada peserta didik,
20 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
membuat ruang penyimpanan gadget semakin terbatas. Penerapan
pembelajaran online juga membuat pendidik berpikir kembali,
mengenai model dan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Yang awalnya seorang guru sudah mempersiapkan model
pembelajaran yang akan digunakan, kemudian harus mengubah
model pembelajaran tersebut.
Di balik masalah dan keluhan tersebut, ternyata juga terdapat
berbagai hikmah bagi pendidikan di Indonesia. Seperti dijelaskan
Puspitasari, (2020), diantaranya, peserta didik maupun guru dapat
menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran secara online
ini. Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, guru
maupun peserta didik dituntut agar memiliki kemampuan dalam
bidang teknologi pembelajaran. Penguasaan peserta didik maupun
guru terhadap teknologi pembelajaran yang sangat bervariasi,
menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Dengan adanya
kebijakan Work From Home (WFH), maka mampu memaksa dan
mempercepat mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran
secara digital sebagai suatu kebutuhan bagi mereka. Tuntutan
kebutuhan tersebut, membuat mereka dapat mengetahui media
online yang dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran di
kelas secara langsung, tanpa mengurangi kualitas materi
pembelajaran dan target pencapaian dalam pembelajaran.
Berbagai media pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan
digunakan. Sarana yang dapat digunakan sebagai media pem-
belajaran online antara lain, e-learning, aplikasi zoom, google classroom,
youtube, maupun media sosial whatsapp. Sarana-sarana tersebut dapat
digunakan secara maksimal, sebagai media dalam melangsungkan
pembelajaran seperti di kelas. Dengan menggunakan media online
tersebut, maka secara tidak langsung kemampuan menggunakan
serta mengakses teknologi semakin dikuasai oleh peserta didik
maupun guru (Puspitasari, 2020). Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 21
-
Setelah pendidik mampu menguasai berbagai sarana pembe-
lajaran online, maka akan tercipta pemikiran mengenai metode dan
model pembelajaran lebih bervariasi yang belum pernah dilakukan
oleh pendidik. Misalnya, guru membuat konten video kreatif
sebagai bahan pengajaran. Dalam hal ini, guru lebih persuasif
karena membuat peserta didik semakin tertarik dengan materi yang
diberikan oleh guru melalui video kreatif tersebut. Peserta didik
tentu akan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru melalui
video kreatif yang dibuat oleh guru tersebut. Sehingga dengan
adanya penerapan model pembelajaran di rumah ini, membuat
peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran
secara online.
Penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas pada peserta
didik, juga dapat menimbulkan kreativitas dikalangan peserta didik
dalam mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Dengan metode pembelajaran yang bervariasi dari guru, mereka dapat
menciptakan suatu produk pembelajaran kreatif yang dapat
mengembangkan pemikiran melalui analisis mereka sendiri, tanpa
keluar dari pokok bahasan materi yang telah disampaikan oleh guru.
Dari tantangan-tantangan itu, menurut Dr. Gogot Suharwoto
(2020), harus menumbuhkan keberanian, para guru dan aktivis
pendidikan untuk menjadikan pembelajaran online sebagai
kesempatan mentransformasi pendidikan kita. Menurutnya, ada
beberapa langkah yang dapat menjadi renungan bersama dalam
perbaikan sistem pendidikan kita khususnya terkait pembelajaran
daring, yaitu:
Pertama, semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang
notabene harus menggunakan teknologi. Peningkatan kompetensi
pendidik di semua jenjang untuk menggunakan aplikasi pembelajaran
jarak jauh mutlak dilakukan. Memang jumlahnya sangat banyak, untuk
memastikan sekitar 3 jutaan guru di Indonesia memiliki
22 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
kompetensi yang memadai dalam memanfaatkan teknologi tentu
bukan perkara mudah. Kompetensi minimal TIK guru level 2 harus
segera diwujudkan termasuk kemampuan melakukan vicon (video
conference) dan membuat bahan ajar online. Level 2 ini merupakan
pengelompokan komptensi TIK guru yang ideal berdasarkan Teacher
ICT Competencies Framework oleh UNESCO. Level tertinggi adalah
level 4 dimana guru sudah mampu menjadi trainer bagi guru yang lain.
Jika kompetensi guru sudah level 2, maka guru akan mampu
menyiapkan sistem belajar, RPP dan metode pembelajaran dengan
pola belajar digital atau online.
Pemerintah tidak harus sendiri, upaya menggandeng banyak
pihak penyedia portal daring sangat tepat dilakukan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Namun leading sektor urusan
kebijakkan pembelajaran daring harus dikendalikan dibawah ke-
menterian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kedua, pemakaian teknologipun juga tidak asal-asalan, ada ilmu
khusus agar pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat mewujudkan
tujuan Pendidikan yakni teknologi Pendidikan (TP). Pembelajaran
online tidak hanya memindah proses tatap muka menggunakan
aplikasi digital, dengan disertai tugas-tugas yang menumpuk. Ilmu
teknologi pendidikan mendesain sistem agar pembelajaran online
menjadi efektif, dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan secara
khusus. Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi yang harus menjadi
acuan guru dalam meamanfaatkan teknologi yaitu mampu
menghadirkan fakta yang sulit dan langka ke dalam kelas, memberikan
ilustrasi fenomena alam dan ilmu pengetahuan, memberikan ruang
gerak peserta didik untuk bereksplorasi, memudahkan interaksi dan
kolaborasi antara peserta didik - guru dan peserta didik - peserta didik,
serta menyediakan layanan secara individu tanpa henti. Namun sangat
sedikit guru yang memahami prinsip-prinsip diatas. Hal ini menuntut
stakeholder terkahit utamanya para Pengembang Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 23
-
Teknologi Pembelajaran harus lebih banyak berinovasi dan mencari
terobosan pembelajaran di masa darurat seperti Covid-19 saat ini.
Ketiga, pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari
semua pembelajaran meskipun hanya sebagai komplemen. Intinya
supaya guru membiasakan mengajar online. Pemberlakuan sistem
belajar online yang mendadak membuat sebagian besar pendidik
kaget. Ke depan, harus ada kebijakan perubahan sistem untuk
pemberlakuan pembelajaran online dalam setiap mata pelajaran.
Guru harus sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi
sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi. Inisiatif kementerian
menyiapkan portal pembelajaran daring Rumah Belajar patut
didukung meskipun urusan daring saat covid-19 yang memaksa
peserta didik dan guru menjalankan aktifitas di rumah tetap perlu
dukungan penyedia layanan daring yang ada di Indoesia.
Empat, guru harus punya perlengkapan pembelajaran online.
Peralatan TIK minimal yg harus dimiliki guru adalah laptop dan alat
pendukung video conference. Keberadaan perangkat minimal yang harus
dimiliki guru sangat perlu dipikirkan bersama baik pemerintah
kab/kota, provinsi dan pusat termasuk ortang tua untuk sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Sudah banyak fintech yang bergerak
dibidang pemberian bantuan pengadaan perangkat teknologi baik
untuk peserta didik, guru maupun sekolah.
Lima, ketimpangan infrastruktur digital antara kota besar dan
daerah harus dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk
daerah yang kekurangan. Akses internet harus diperluas dan kapasitas
bandwithnya juga harus ditingkatkan. Pemerintah Indonesia sudah
berhasil membangun infrastruktur komunikasi Palapa Ring yang
diresmikan Bapak Presiden Joko Widodo di akhir tahun 2019 menjadi
tulang punggung infrastruktur digital dari Aceh hingga Papua. Tapi,
jangkauan akses harus diperluas agar sebanyak mungkin sekolah,
pendidik dan peserta didik merasakan manfaatnya.
24 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Pandemi Covid-19 memang menjadi efek kejut bagi kita semua.
Dunia seolah melambat dan bahkan terhenti sejenak. Negara-negara
besar dan modern terpukul dengan sebaran Virus Corona yang cepat,
mengakibatkan ribuan korban meninggal yang tersebar di berbagai
negara. Indonesia mendapatkan banyak tantangan dari Covid-19 ini,
yang membuat kita semua harus bersama-sama saling menjaga.
Kelima isu penting diatas akan menjadi penentu seberapa cepat kita
akan mampu meratakan kurva kecemasan peserta didik, guru, kepala
sekolah, orang tua, dan kita semua.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus
siap melakukan lompatan untuk melakukan transformasi
pembelajaran daring bagi semua peserta didik dan oleh semua guru.
Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill
peserta didik, dan peningkatan kualitas diri dengan perubahan sistem,
cara pandang dan pola interaksi kita dengan teknologi.
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 25
-
26 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
BAB 4
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “management”, yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur. Kata manajemen berasal
dari bahasa Italia (1561), maneggiare yang berarti “me-
ngendalikan,” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang
berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Bahasa
Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen).
Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai
suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 27
-
dengan orang-orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi.
(http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-ma-
najemen. html).
Pengertian manajemen dari beberapa ahli adalah sebagai beriku :
a. Mary Parker F mendefinisikan pengertian manajemen sebagai
suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan orang
lain. b. George Terry memberikan pendapat, manajemen merupakan
ilmu sekaligus seni, manajemen adalah wadah didalam ilmu
pengetahuan, sehingga manajemen bisa dibuktikan secara
umum kebenarannya. c. Manajemen yang didefinisikan oleh Koontz adalah suatu seni
yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu.
Koontz menambahkan, ilmu dan seni tidaklah bertentangan,
namun masing masing saling melengkapi. d. Stoner memiliki pendapat, ilmu manajemen merupakan proses
dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian,
pengendalian serta memimpin berbagai usahda dari anggota
entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. e. Wilson berpendapat definisi manajemen sebagai sebuah
rangkaian tindakan tindakan yang dilakukan oleh para anggota
organisasi dalam upaya mencapai sasaran organisasi. prosess
merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dijalankan dengan
sistematis. f. Menurut Oey Liang Lee, manajemen adalah ilmu dan seni
perencanaan, pengorganisasian, penyusunann, pengarahan
serta pengendalian (pengawasan) dari sumber daya perusahaan
guna mencapai goal atau tujuan yang telah diputuskan.
28 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
g. Menurut Lawrence A Appley, pengertian manajemen adalah
sebuah seni dalam mencapai tujuan yang diinginkan yang
dilaksanakan dengan usaha orang yang lain.
Dari berbagai pengertian manajemen yang telah didefinisikan
beberapa ahli di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pengertian
manajemen adalah ilmu serta seni dalam menjalankan aktivitas suatu
organisasi, aktivitas-aktivitas tersebut bisa berupa pengorganisaisan
yang meliputi tindakan perencanaan, penyusunan, dan aktivitas
mengusahakan serta pengawasan yang mempergunakan semua
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang bertujuan tidak lain
untuk mencapai goal keinginan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Fungsi manajemen dapat diimplementasikan dalam kegiatan
manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan
controlling/pengendalian/penilaian yang dikenal dengan POAC,
diuraikan sebagai berikut : a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses yang meliputi upaya yang
dijalankan guna mengantisipasi adanya kecenderungan di masa
mendatang dan penentuan sebuah strategi maupun taktik yang
tepat guna merealisasikan tujuan dan target organisasi.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses yang meliputi
bagaimaan taktik serta strategi yang sudah dirumuskan pada
saat tahap perencanaan digambarkan pada sebuah strukturr
organisasi yang tangguh, sesuai, dan lingkungan yang kondusif
serta bisa memberikan kepastian bahwa pihak pihak yang ada
didalam organisasi bisa bekerja secara efisien dan efektif untuk
pencapaian tujuan yang ditetapkan. Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 29
-
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap dimana prorgram dimplemen-
tasikan suapaya bisa dilakukan oleh semua pihak dalam
sebuah organisasi dan juga proses memotivasi supaya pihak
pihak tersebut bisa melaksanakan tanggung jawab dengan
kesadaran penuh dan tingkat produktifitas yang sangat
tinggi.
d. Pengendalian
Pengendalian adalah proses yang dijalankan guna rangkaian
aktivitas-aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan, di-
organisasikan serta diimplemantasikan dipastikan berjalan
dengan semestinya sesuai target yang telah diharapkan
walaupun ada beberapa perubahan yang terjadi didalam
lingkungan yang dihadapi.
B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Dalam dunia pendidikan kita sering mengenal atau mendengar
istilah “pembelajaran”. Pembelajaran tidak hanya berlaku di
bangku sekolah saja, namun di luar lingkungan sekolah, pem-
belajaranpun berlaku dalam hal apapun. Di mana yang kita
ketahui tentang pembelajaran adalah sesuatu yang secara se-ngaja
atau tidak sengaja yang diperoleh dari pengalaman untuk
perubahan segala tingkah laku kearah yang lebih baik. Atau
sebuah proses belajar dari pengalaman hidup yang berlaku untuk
perbaikan diri. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak berikut ini
pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh sebagian para
ahli dibidangnya. (http://www.seputarpengetahuan.com
/2015/03/15-pengertian-pembelajaran-menurut-para.html)
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal
dari kata dasar “ajar” yaitu petunjuk yang diberikan kepada orang
30 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
supaya diketahui (dituruti) ditambah awalan “pe dan akhiran “an”
menjadi “pembelajaran” yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belaja
(Suwito, 2012: 133) .
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna
sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok
orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode
dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang ssebagai
kegiatan gurusecara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar (Madjid, 2014: 4).
Pengertian pembelajaran dari para ahli dapat diuraikan sebagai
berikut : a. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subyek
khusus dari pendidikan (Corey, 1986 dalam Madjid, 2014:4) b. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono merupakan
aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui desain
instruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan
lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan. c. Menurut Warsita, pembelajaran merupakan suatu bentuk usaha
dalam membuat peserta didik agar mau belajar atau suatu
bentuk aktivitas untuk membelajarkan peserta didik (); d. Sudjana menjelaskan pembelajaran ialah setiap upaya yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi
yang edukatif antara guru dan peserta didik; e. Corey menjelaskan pembelajaran merupakan proses dimana
suatu lingkungan secara disengaja dikelola untuk menghasilkan
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd 31
-
respon terhadap situasi dan kondisi tertentu yang mana pem-
belajaran ini merupakan substansi dari pendidikan; f. Trianto mengatakan bahwa pembelajaran adalah salah satu aspek
dari kegiatan manusia secara kompleks yang tidak sepenuhnya
bisa dijelaskan atau dijabarkan. Secara lebih simpel, pembelajaran
merupakan produk dari interaksi yang berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman. Secara umum, pembelajaran
ialah usaha yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seorang
pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya dengan
memberikan arahan sesuai dengan sumber-sumber belajar lainnya
untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan; g. Menruut Slavin, pembelajaran merupakan perubahan ting-kah
laku seseorang individu yang disebabkan oleh sebuah
pengalaman; h. Menurut Knowles, pembelajaran merupakan cara pengkoor-
dinasian peserta didik untuk menggapai tujuan dari pendidikan; i. Munif.Chatib menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses transfer ilmu dari dua arah yakni antara pendidik
(sebagai sumber ilmu atau informasi) dan peserta didik (sebagai
penerima informasi); j. Pembelajaran menurut Syaiful Sagala ialah membelajarkan
peserta didik dengan menggunakan atau menerapkan asas
pendidikan ataupun teori belajar yang mana pembelajaran
merupakan penentu terpenting dan utama dalam keberhasilan
pendidikan; k. Pembelajaran menurut Rahil Mahyuddin merupakan sebuah
proses perubahan tingkah laku yang didalamnya melibatkan
keterampilan keognitifyakni penguasaan terhadap ilmu dan
perkembangan keterampilan yang intelek;
32 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
l. Achjar Chalil menjelaskan pembelajaran ialah sebuah proses
interaksi antara peserta didik dengan gurunya dan sumber
belajar terhadap lingkungan belajar; m. Woolfolk mengatakan pembelajaran bisa berlaku jika sebuah
pengalaman menghasilkan perubahan yang kekal dalam tingkah
laku dan pengetahuannya; n. G. A. Kimble mendefinisikan pembelajaran adalah perubahan
yang kekal secara relatif dalam upaya tingkah laku akibat dari
latihan yang diperkuat; o. OemarHamalikmenjelaskanpembelajaranmerupakankombinasi
yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan,
fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai
tujuan dari pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan
yang dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan
lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan
kondisi belajar bagi peserta didik.
2) Pembelajaran merupakan upaya penting dalam memper-
siapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang
baik dan diharapkan.
3) Pembelajaran merupakan proses dalam membantu peserta
didik untuk menghadapi kehidupan atau terjun di
lingkungan masyarakat.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1
Ayat 20, menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
dalam suatu lingkungan belajar. Agar guru mampu menunaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya
memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 33
-
belajar mengajar (pembelajaran). Terdapat tiga komponen dasar
pada proses pembelajaran yaitu peserta didik, tujuan, dan guru
(Makmun, 2007:155). a. Peserta didik, dengan segala karakteristiknya, yang terus
berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui
berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai
dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya; b. Tujuan, ialah apa yang tadinya diharapkan tercapai setelah adanya
kegiatan belajar–mengajar, yang merupakan seperangkat tugas
atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau system
nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan
karakteristik kepribadian peserta didik (seperti yang telah dit-
etapkan oleh peserta didik sendiri, guru atau masyarakat orang
dewasa) yang seyogyanya diterjemahkan ke dalam berbagai ben-
tuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur); dan c. Guru, ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal
selalu mengusahakan terciptanya proses pengalaman belajar
(learning experiences) dan menggunakan strategi belajar mengajar
(teaching- learning strategy) yang tepat (appropriate).
Secara skematik interrelasi antara ketiga komponen dasar itu
dalam suatu model Proses Belajar Mengajar yang elementer, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Proses belajar mengajar
34 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Berdasarkan bagan di atas, maka kita dapat membuat suatu
definisi tentatif sebagai dasar pegangan dalam rangka memahami
proses belajar mengajar sebagai beriku: “Proses belajar mengajar
dapat diartukan sebagai suatu rangkaian interaksi antara peserta
didik dan guru dalam rangka mencapai tujuannya (Abin Syamsudin
Makmun, 2007: 156).
Sardiman (Majid, 2014: 5), dalam bukunya yang berjudul
Interaksi Dan Motivasi dalam Belajar Mengajar, menyebutkan istilah
pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurutnya, yang
dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka
mengantarkan peserta didik kea rah kedewasaannya. Pembelajaran
merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik
di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan
diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses
edukatif memiliki ciri-ciri: 1) ada tujuan yang ingin dicapai; 2) ada
pesan yang akan ditransfer; 3) ada pelajar; 4) ada guru; 5) ada
metode; 6) ada situasi; dan 7) ada penilaian.
Association for Educational Communication and Technology (AECT)
menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian
dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu system yang
didalamnya terdiri dari komponen-komponen system instruksional,
yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar
atau lingkungan.
Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan
(belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan,
serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah
kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.
Pembelajaran dari sisi guru sering kali ditukar makna dengan
“teaching” (mengajar). Oleh karena itu, manakala ditemukan kon-
sepsi “teaching”, maka esensi maknanya menjadi tidak berbeda;
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 35
-
hal ini seperti diungkapkan oleh Nana Syaodih (2004) dalam Majid
(2014: 5) bahwa pengajaran (teaching) dan pembelajaran
(instruction) secara konsep memiliki perbedaan, tetapi dalam
tulisan ini dipandang sama.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan
pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,
bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui
kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan
penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan
demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan
belajar yang – antara lain – dilakukan oleh guru dalam
mengkondisikan seseorang untuk belajar. Paparan di atas
mengilustrasikan bahwa belajar merupakan proses internal peserta
didik, dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari
segi guru, belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran.
Untuk lebih jelas mengenai pembelajaran dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 4.1
Konsep dan Sudut Pandang Pembelajaran
Konsep Sudut Pandang
Belajar (Learning) Peserta Didik/Pembelajar
Mengajar (Teaching) Pendidik / Pengajar
Pembelajaran (Instruction) Interaksi antara peserta didik, pendidik,
dan atau media/sumber belajar
36 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
C. PENGERTIAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN
Manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk
mengelola sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien (Arifin, 2010: 1). Pada dasarnya, manajemen
pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan
pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan
dalam kurikulum inti maupun penunjang, berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kementrian
Pendidikan Nasional atau Kementrian Agama.
Menurut Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah
segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka
tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan
manajemen kurikulum dan pembelajaran.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan
secara luas, dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan ba-
gaimana membelajarkan peserta didik mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Pendapat
lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan
bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran dapat juga diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang
lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain,
berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar
belakang peserta didik (orang yang belajar), dengan memperluas
cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada
pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
Dengan berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi
manajemen pembelajaran tersebut, maka dapat dibedakan
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 37
-
antara pengertian manajemen pembelajaran dalam arti luas dan
manajemen pembelajaran dalam arti sempit.
Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian
proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pebelajar –
peserta didik— dengan diawali dengan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.
Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan
sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya
interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Beberapa pakar pendidikan dan manajemen memiliki definisi
masing-masing tentang manajemen pembelajaran, sesuai dengan pola
pikir dan latar belakang profesionalisme mereka. Namun demikian,
secara global definisi mereka nyaris memiliki kesamaan bahwa,
manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola, yang meliputi
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan),
dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan peserta didik dengan mengikutsertakan berbagai
faktor didalamnya, guna mencapai tujuan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manajemen pem-
belajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran,
sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian
dari serangkaian kegiatan dalam manajemen pendidikan.
Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai ma-najer
adalah guru atau pendidik. Sehingga dengan demikian, pen-didik
memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa
langkah kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan
pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan
(mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menen-
tukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah
terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
38 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan
peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itulah,
untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan
maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu –perubahan tingkah laku peserta didik setelah
melalui pembelajaran— serta upaya yang harus dilakukan dalam
mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan
pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.
Pada kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik
mengumpulkan dan menyatukan berbagai macam sumber daya
dalam proses pembelajaran; baik pendidik, peserta didik, ilmu
pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu yang sama,
mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan
yang akan dicapai.
Pada kegiatan mengendalikan (mengarahkan) pembelajaran,
pendidik melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang telah
dibuat di awal dalam perangkat pembelajaran, guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pada kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan
penilaian (evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Dalam kegiatan menilai itu lah pendidik dapat menemukan bagaimana
proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh mana tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Sehingga kemudian dapat menemukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran beri-
kutnya. Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian
dapat dilakukan upaya perbaikan pembelajaran.
Senyatanya, manajemen pembelajaran merupakan bagian pen-
ting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam
manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 39
-
hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting
dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan
lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada
peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan
kedisiplinan peserta didik. Di samping itu, dalam penyusunan ma-
teri diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah
psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain
rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.
40 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
BAB 5
PEMBELAJARAN KIMIA SMA
urikulum 2013 menerapkan pendekatan ilmiah (saintifik) dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang meng-gunakan
prinsip penilaian sebagai bagian dari pembelajaran. Pendekatan
saintifik dalam pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta
didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual mau-pun
kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (problem based learning) dan pembelajaran berbasis projek
(project based learning).
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 41
K
-
Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu
tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan,
dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Para ahli kimia (kimiawan) mempelajari gejala alam
melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu misalnya
pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya
objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data.
Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu kimiawan
memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta, teori,
hukum, dan prinsip. Penemuan-penemuan ini yang disebut produk
kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil
belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai
sikap, proses dan produk. Selama ini ada kecenderungan sebagian
guru kimia kurang memperhatikan karakteristik ilmu kimia dalam
pembelajaran dan penilaian hasil belajar kimia.
Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan ekspe-
rimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika
zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari
segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat,
perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan
dan penalaran. Ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro
(molekuler) terhadap fenomena makro berbagai aspek tentang zat.
Selain itu, ilmu kimia sangat membantu dan berkontribusi terhadap
penguasaan ilmu lainnya terutama ilmu terapan seperti pertambangan,
pertanian, kesehatan, perikanan dan teknologi.
Saintis mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah
tertentu. Proses itu misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan
sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu
42 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
saintis memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta,
teori, hukum, dan prinsip/konsep. Penemuan-penemuan itulah
yang disebut produk kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia
dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik
ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk.
Kimia sebagai proses/metode penyelidikan (discovery/inquiry)
meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan ilmiah
untuk memperoleh produk-produk kimia, mulai dari menemukan
masalah, mengumpulkan fakta-fakta terkait masalah, membuat
asumsi, mengendalikan variabel, melakukan observasi, melakukan
pengukuran, melakukan inferensi memprediksi, mengumpulkan
dan mengolah data hasil observasi/pengukuran, serta
menyimpulkan dan mengomunikasikan.
Dalam konteks ini, kimia bukan sekadar bagaimana cara
bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan sebagai jalan untuk
mengetahui/menemukan. Sementara nilai-nilai kimia berhubungan
dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, sikap dan tindakan
seseorang dalam belajar atau mengembangkan kimia. Sikap dan
tindakan ini misalnya keingintahuan, keseimbangan antara keter-
bukaan dan skeptis, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati,
toleran, dan hemat.
Pembelajaran kimia seperti struktur atom, sistem periodik
unsur, ikatan kimia, unsur-unsur di alam dan sebagainya berkaitan
erat dengan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta
alam ini. Dengan demikian pembelajaran kimia dapat dipandang
sebagai wahana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagai latihan berpikir untuk memahami
alam dengan melakukan penyelidikan membangun sikap dan nilai
serta membangun pengetahuan dan keterampilan.
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 43
-
Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran tentang keteraturan dan keindahan
alam sebagai wujud kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan
obyektif terhadap data; disiplin dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan; sikap terbuka (bersedia menerima
pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika
ada bukti bahwa pandangannya tidak benar); ulet dan tidak
cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah (tidak mudah
percaya tanpa ada dukungan hasil observasi/data empiris); dan
bekerjasama dengan orang lain. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah
melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik
melakukan pengujian hipotesis dengan melakukan eksperimen
(yang mungkin melibatkan penggunaan instrumen),
pengambilan data, pengolahan dan interpretasi data, serta
mengomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran terhadap aplikasi ilmu kimia yang
dapat bermanfaat dan juga mungkin merugikan bagi individu,
masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya
mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan
masyarakat. e. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya
sebagai bekal belajar kimia di perguruan tinggi. f. Menerapkan konsep-konsep kimia untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. g. Membentuk sikap positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik
untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena kemampuan kimia
menjelaskan secara molekuler berbagai peristiwa alam dan
berperan penting dalam pengembangan teknologi.
44 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
Ruang lingkup kimia mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai yang dirumuskan dalam kompetensi dasar kimia yang harus
dimiliki peserta didik. Kompetensi dasar kimia di SMA/MA
merupakan kelanjutan dari kompetensi dasar kimia di SMP (yang
terintegrasi dalam mata pelajaran IPA) dan juga sebagai prasyarat
untuk belajar kimia di kelas lebih lanjut sampai di perguruan tinggi.
Kompetensi kimia SMA/MA juga ditekankan pada pengembangan
kecakapan hidup (life skill) yang bermanfaat bagi semua peserta didik
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan Kurikulum 2013 mata pelajaran kimia dengan
kurikulum sebelumnya, antara lain: ada pengurangan materi kimia,
diantaranya pembahasan bentuk molekul hanya ditinjau berdasarkan
teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom. Bentuk molekul
berdasarkan teori hibridisasi belum diajarkan di SMA/MA. Di
samping itu, urutan materi juga berubah mengingat peminatan di
SMA/MA dilakukan di kelas X sehingga peserta didik yang memilih
peminatan MIPA dianggap lebih siap belajar kimia. Agar
pembelajaran kimia lebih efektif dan efisien maka materi
pembelajaran tentang struktur atom dan sistem periodik unsur serta
ikatan kimia dibahas tuntas di kelas X sehingga pemahaman peserta
didik lebih komprehensif dan pembelajaran lebih efisien. Terkait
dengan hal ini, untuk mengurangi kepadatan materi di kelas X maka
hidrokarbon dan minyak bumi dipindahkan ke awal kelas XI.
Pada Kurikulum 2013, materi pembelajaran dirumuskan dari
KD KI-3. Secara garis besar materi pembelajaran kimia di SMA/
MA menurut Permendikbud No.69 Tahun 2013 adalah sebagai
berikut: a. Kelas X
1) Hakikat dan Peran Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
(Hakekat Ilmu Kimia, Metode Ilmiah, Keselamatan Kerja
di Laboratorium, dan Peran Kimia dalam Kehidupan);
Arin Tentrem Mawati, S.Pd., M.M.Pd. 45
-
2) Struktur Atom dan Sistem Periodik (Perkembangan Model
Atom, Struktur Atom, Konfigurasi Elektron dan Diagram
Orbital, Letak Unsur dalam Tabel Periodik, Perkembangan
Tabel Periodik, Sifat- sifat Periodik Unsur);
3) Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul (Ikatan Ion, Ikatan
Kovalen, Ikatan Kovalen Koordinasi, Ikatan Logam,
Interaksi Antar Molekul, Kepolaran Senyawa, Bentuk
Molekul);
4) Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit;
5) Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi dan Bilangan Oksidasi
(Perkembangan Konsep Reaksi Redoks, dan Bilangan
Oksidasi);
6) Tatanama Senyawa Anorganik dan Organik ;
7) Stokiometri (Ar, Mr, Persamaan Reaksi, Hukum Dasar
Kimia, Konsep Mol, Perhitungan Kimia).
b. Kelas XI
1) Senyawa Hidrokarbon dan Minyak Bumi (Struktur, Sifat
dan Penggolongan Senyawa Hidrokarbon, Pembentukan
dan Pemisahan Minyak Bumi, Dampak Pembakaran
Hidrokarbon),
2) Termokimia (Reaksi Eksoterm dan Endoterm, Menentu-
kan Entalpi Reaksi); Laju Reaksi (Teori Tumbukan, Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Orde Reaksi);
3) Kesetimbangan Kimia (Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pergeseran Kesetimbangan, Tetapan Kesetimbangan);
4) Asam dan Basa (Perkembangan Konsep Asam dan Basa,
Indikator asam-basa, pH, Titrasi Asam-Basa);
5) Hidrolisis (Sifat Garam yang terhidrolisis, Tetapan Hidro-
lisis, pH garam) ;
46 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA (Implementasi Kurikulum 2013 di SMA)
-
6) Larutan Penyangga (Sifat Larutan Penyangga, pH larutan
Penyangga, Peranan Larutan Penyangga dalam Tubuh
Mahluk Hidup);
7) Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan (memprediksi terben-
tuknya Endapan, Pengaruh Penambahan Ion Senama);
8) Sistem Koloid (Jenis Koloid, Sifat Koloid, Pembuatan
Koloid, Peranan koloid dalam Kehidupan Sehar-hari dan
Industri);
c. Kelas XII
1) Sifat Koligatif Larutan (Penurunan Tekanan Uap, Kenaikan
Titik Didih, Penurunan Titik Beku, Tekanan Osmotik, Sifat
Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit);
2) Reaksi Redoks dan Elektrokimia (Penyetaraan Persamaan
Reaksi redoks, Sel Elektrokimia dan Potensial Sel, Sel
Elektrolisis dan Hukum Faraday, Korosi);
3) Kimia Unsur (Kelimpahan Unsur-Unsur di Alam, Sifat
Fisik dan Sifat Kimia Unsur; Gas Mulia, Halogen, Alkali,
Alkali Tanah, Periode 3 dan Periode 4, Pembuatan unsur-
unsur dan senyawa; Halogen, Alkali, Alkali Tanah,
Aluminium, Nitrogen, Oksigen, Belerang, Silikon, Besi,
Krom, Tembaga, Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa
bagi Manusia dan Lingkungan);
4) Senyawa Karbon (Struktur, Tata Nama, Sifat, Identifikasi dan
Kegunaan Senyawa: Haloalkana, Alkanol dan
Alkoksialkana, Alkanal dan Alkanon, Asam Alkanoat dan
Alkilalkanoat, Benzena dan Turunannya);
5) Makromolekul (Struktur, Tatanama, Sifat, Penggunaan, dan
Penggolongan Polimer, Karbohidrat, Protein, Lemak).
Ar
top related