rumah sakit aisyah bojonegoro
Post on 12-Jun-2015
2.481 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gambaran umum
Rs ‘Aisyiyah bermula dari Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin yang berdiri
pada tahun 1973 di bawah pimpinan dr. R. Rahardjo S dengan luas lahan yang sangat
terbatas. Atas kerja keras para pengurus persyarikatan dan karyawan pada saat itu ,
akhirnya pada tahun 1988 berhasil ditingkatkan statusnya sebagai RumahSakit Anak
dan Bersalin ‘Aisyiyah dengan direktur dr. H. A. Rizani , hanya saja saat itu ijinnya
hanya sementara, dan pada tahun 1996 mendapatkan ijin tetap dangan Direktur dr. H.
Trijono.
Akan tetapi permintaan dan kepercayaan masyarakat semakin tinggi sehingga
pelayanan tidak hanya sebatas anak dan bersalin saja. Pada pertengahan tahun 2003 Rs
‘Aisyiysh mendapatkan ijin sementara sebagai Rumah Sakit Umum ‘Aisyiyah
Bojonegoro dengan Direktur dr. H. Soepadjar, M. Si. Dan sejak tahun 2004 para
pengurus Rs ‘Aisyiyah berusaha untuk mendapatkan ijin tetap yang selesai tahun 2007
dengan direktur dr. H. Irianto.
Usaha tersebut juga di barengi dengan perluasan lahan dan perbaikan fasilitas di
segala bidang. Saat ini RSA Bojonegoro memiliki total luas tanah 6.698 m2. Lahan yang
telah terpakai seluas 4.886 m2 dan sisa lahan digunakan sebagaitempat parkir, taman ,
jemuran, serta IPAL,. Sedangkan lahan seluas 1.812 m2 yang baru dibebaskan pada
tahun 2007 direncanakan untuk membangun gedung B.
1
B. TUJUAN
1. Mengetahui tujuan, visi, dan, misi RS
2. Mengetahui pekerjaan dan pelayanan kefarmasian di IFRS
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawab IFRS
4. Mengetahui IFRS sebagai unit pelayanan
5. Mengetahui prosedur opersional baku minimal di RS.
6. Mengetahui Perencanaan di RS
7. Mengetahui pengadaan perbekalan kesehatan di IFRS
8. Mengetahui distribusi perbekalan kesehatan di IFRS
9. Mengetahui sistem disteribusi obat oleh IFRS di Rumah Sakit
C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui tujuan, visi ,dan, misi RS
2. Dapat mengetahui pekerjaan dan pelayanan kefarmasian di IFRS
3. Dapat mengetahui tugas dan tanggung jawab IFRS
4. Dapat mengetahui IFRS sebagai unit pelayanan
5. Dapat mengetahui prosedur opersional baku minimal di RS.
6. Dapat Mengetahui Perencanaan di RS
7. Dapat mengetahui pengadaan perbekalan kessehatan di IFRS
8. Dapat mengetahui distribusi perbekalan kesehatan di IFRS
9. Dapat mengetahui sistem disteribusi obat oleh IFRS di Rumah Sakit
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
a. Definisi Rumah sakit secara umum : Rumah sakit adalah suatu organisasi yang
kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan
difungsikan menangani masalah medik modern, yang semuanya terkait bersama
– sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan
yang baik.
b. Definisi Instalsi Farmasi Rumah Sakit : Instalasi Rumah Sakit (IFRS) dapat
didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian disuatu rumah sakit
dibawah pimpinan seorng apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
yang memenuhi permusyawaratan peraturan perundang – undangan yang
berlaku dan komitmen secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.
B. GAMBARAN UMUM
Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro beralamat di Jl. Hasyim Asyi’ari No. 17
Bojonegoro,merupakan Rumah Sakit tipe Pratama ( C), dengan pemilik Pimpinan
Pusat muhamadiyah yang didirikan oleh Pimpnan Daerah muhamadiyah (PDM)
Bojonegoro dengan Penyelenggara Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan
Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MKKM PDM) Bojonegoro.
C. VISI RSA BOJONEGORO
Menjadikan RS ‘Aisyiyah Bojonegoro sebagai rumah sakit yang profesional dan
islami sehingga menjadi pilihan masyarakat.
3
D. MISI RSA BOJONEGORO
1. Menyediakan fasilitas rumah sakit yang modern, lengkap, dan terjangkau.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima.
3. Mengembangkan syi’ar islam dan da’wah jama’ah.
4. Mengembangkan sumber daya insani Rumah sakit dan meningkatkan
kesejahteraannya.
E. TUJUAN IFRS
Tujuan secara umum:
a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat propefi kesehatan dan
kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompoten dan memnuhi
syarat.
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker rumah
sakit yang memnuhi syarat
c. Menjamin praktek profesional yang bermutu ringgi memalui penetapan dan
pemeliharaan standar etika profesional pendidikan dan pencapaian, dan memalui
peningkatan kesejahteraan ekonomi
d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam ilmu
farmasetik pada umumnya.
e. Menyebarkan pengetahuan famasi dengan mengadakan pertukaran informasi
antara apoteker rumah sakit, anggauta profesi dan spesialis yang serumpun
f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit untuk:
- Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang terorganisasi.
- Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik.
- Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi dan dalam
program edukasi untuk praktisi kesehatan penderita, mahasiswa dan
masyarakat.
g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah sakit
kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi dan profesional
kesehatan lainnya.
h. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS.
i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.
4
Tujuan khusus:
1. Mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
2. Menegakkan da’wah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
3. Membangun rasa persaudaraan sesama umat islam dan umat manusia (Ukhuwal
Islamiyah dan Basyariyah).
F. MOTTO : Cepat menangani, Ramah melayani.
G. FASILITAS YANG DI MILIKI
Rawat Jalan
UGD 24 jam
Poli umum , setiap hari kerja
Poli gigi, setiap hari kerja
Poli bedah:
~ Pagi pukul 07.00- 08.00 WIB
~ Sore pukul 17.00- 18.00 WIB
Poli kebidanan dan Kandungan
~ Pagi pukul 07.00- 08.00 WIB
~ Sore pukul 17.00- 18.00 WIB
Rawat Inap
Total tempat tidur saat ini adalah 104 TT dengan rincian sbb:
NO UNIT PEMBAGIAN TT TOTAL PERAWATAN ICU VIP A VIP B I A I B II III
(1kmr)(10
kmr)(5
kmr)(7
kmr)(8
kmr)(6
kmr)(6
kmr)
1Arofah I (10 kmr) - 3 - 14 - - - 17
2 Arofah II (9 kmr) - 9 - - - - - 93 Selatan (3 kmr) - - - - - - 14 144 Utara (4 kmr) - - 2 - - 8 - 10
5Kebidanan (9 kmr) - - 3 - 4 2 5 14
5
6 Anak (10 kmr) - - - - 11 9 7 27
7Neonatus (1 ruang) - - - - - - 7 7
8 ICU (1 ruang) 6 - - - - - - 6 TOTAL 6 12 5 14 15 19 33 104
PERSENTASE (%) 3.09 10.31 5.15 14.44 15.46 20.62 30.93 100
Sedangkan fasilitas untuk masing-masing kelas adalah sbb:
KelasJml
TT/Kmr FasilitasIII 5/7 TT -II 3/4 TT Kipas angin
I-A 2 TT Tv,AC,Kamar mandi,nurse call,O2 centralI-B 2TT Tv , kipas angin
VIP- A 1TT Tv,AC,Kamar mandi,nurse call,O2 central, sofa, kulkasVIP- B 1 TT Tv,AC, TT penunggu, Kulkas, kamar mandi
Instalasi penunjang lain
Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Instalasi Radiologi
Instalasi Bedah
Instalasi Gizi
Ruang Persalinan
Ruang ICU
2 unit mobil Ambulans
(Data-data RSAB Aisyah 2007-2008)
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pekerjaan dan pelayanan kefarmasian di IFRS adalah mencakup :
- Perencanaan
- Pengadaan
- Produksi
- Penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi
- Dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rabat tinggal dan rawat
jalan
- Pegendalian mutu dan pengendalian distribusi
- Penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit
- Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung
pada penderita
B. Tugas dan Tanggung jawab IFRS
a. Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita
sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan dalam rumah sakit untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun
untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit.
b. Tanggung jawab IFRS adalah mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang
laus dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi berbagai bagian /
unit diagnois dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit
secara keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik.
C. IFRS Sebagai Unit Pelayanan
Instalsi farmasi sebagai suatu oraganisasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan produk yang bersifat nayata (ingangle) dan pelayanan
farmasi klinik tidak nyata (intangible) bagi konsumen penderita, doketer, perawat,
profesional kesehatan lain dan masyarakat rumah sakit). Pada proses penghantaran
pelayanan tersebut, terutama dalam pelayanan farmasi klinik terdapat titik temu
7
antara pemasok (dalam hal ini IFRS) dan konsumen. Farmasi klinik memiliki
komponen dasar utama, yaitu komunikasi-konseling-konsultasi. Oleh karena itu
pelayanan farmasi klinik mensyaratkan adanya kegiatan komunikasi antara apoteker
dan penderita dan konsultasi mengenai obat oleh apoteker untuk profesional
kesehatan lain pada titik temu tersebut.
D. Inti Prosedur Opersional Baku (POB) minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Prosedur adalah suatu instruksi kepada personil cara kebijakan dan tujuan
dilakukan dan dicapai. Semua persyartan standar harus dicakup didlam prosedur.
Suatu prosedur tersokumentasi biasanya mencakup :
- Maksud suatu kegiatan
- Lingkup suatu kegiatan
- Tanggung jawab : apa yang harus dilakukan dan oleh siapa
- Prosedur bila, dimana , dan bagaimana harus dilakukan
- Bahan , alat, dan dokumen apa yang harus digunakan
- Dokumentasi : bagaimana itu harus dikendalikan dan direkam
IFRS memerlukan berbagai prosedur yang terdokumentasi. Jika suatu prosedur
didokumentasi, biasanya disebut prosedur tertulis atau prosedur terdokumentasi.
Salah satu golongan prosedur yang diperlukan oleh IFRS adalah prosedur
operasional baku (POB), yang selslu digunakan untuk melakukan kegiatan tertentu
dan rutin di IFRS.
POB harus selalu muktahir mengikuti perkembangan pelanyanna dan kebijakan
rumah skait pada umumnya, inti POB minimal untuk suatu rumah sakit berikut :
E. Perencanaan
Tujuan perencanaan supaya tidak terjadi penumpukan maupun kekosongan
perbekalan farmasi didalam kurung waktu tertentu.
Pedoman perencanaan obat di Rumah Sakit AISYIYAH :
a. Perencanaan obat wajib disusun oleh setiap Rumah sakit AISYIYAH untuk
jangka waktu tertentu atas dasar pemakaian obat tahun – tahun sebelumnya,
jumlah episode penyakit dan disesuaikan alokasi dana yang ada.
8
b. Jenis obat di Rumah Sakit berdasarkan pada DOEN dan Formularium Rumah
Sakit.
c. Jumlah obat untuk Rumah sakit disusun atas dasar :
Data pemakaian waktu lampau atau disebut Pola Konsumsi yang dihitung
dengan rumus :
Jumlah kebutuhan obat = konsumsi obat sesungguhnya selama periode
waktu tertentu periode waktu yang sama + jumlah kebutuhan obat selama
”lead time” – sisa stok.
Data jumlah kasus atau disebut Pola Epidemologi yang dihitung dengan
rumus :
Jumlah kebutuhan obat = Jumlah episode penyakit x standar pengobatan +
jumlah kebutuhan selama ”Lead time” – sisa stok.
Adapun prinsip umum yang perlu ditegakkan sebelum perencanaan adalah :
Dipilih obat dengan nama Generik saja dari pada beberapa obat Paten (Brand
name).
Obat untuk penyembuhan penyakit terpenting yang berbasis epidemologi dipilih
semaksimal mungkin.
Diobuat standar pengobatan untuk meningkatkan konsistensi penggunaan obat
dan menurunkan jumlah obat yang diperlukan setiap situasi.
Berkaitan dengan adanya dana atau anggaran maka perencanaan dapat dilakukan
melalui :
Sistem VEN, yaitu dimana jenis obat dikelompokkan dalam obat yang sangat
Vital (V), obat Esensial (E), dan obat Non Esensial (N).
Sistem Pareto atau ABC, yaitu dimana obat dikelompokkan menjadi 3 antara
lain :
Kelompok A = kurang lebih 10 % jenis obat dengan 70 % alokasi dana terserap
Kelompok B = lebih dari 20 % jenis obat dengan 20 % dari total dana
Kelompok C = lebih dari 70 % jenis obat dengan 10 % dari total dana.
F. Pengadaan Perbekalan Kessehatan di IFRS
Pengadaan merupakan suatu proses dari usaha dan kegiatan untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan, dimana dan kapan dibutuhkan dengan cara yang
menguntungkan dalam batas – batas peraturan perundang – undangan. Tujuan dari
pengadaan di Rumah Sakit adalah untuk memperoleh kebutuhan obat – obatan,
9
alkes, alkes habis pakai, dan alat – alat medis dalam jumlah cukup, mutu dapat
dipertanggung jawabkan, harga serendah mungkin sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengadaan perbekalan farmasi dapat menggunakan metode :
a. Swakelola, dengan jumlah anggaran kurang dari 5 juta rupiah
b. Penunjukkan langsung, dengan jumlah anggaran 5 juta s/d 50 juta rupiah
c. Pemilihan langsung, dengan jumlah anggaran 50 juta s/d 100 juta rupiah
d. Pelelangan, dengan jumlah anggaran diatas 100 juta rupiah.
a. Inti POB Perncanana Perbekalan Kesehatan, penetapan sesifikasi Produk
dan Pemasok, serta Pembelian perbekealn kesehatan:
1. Semua perebekalan kesehatan/sediaan farmasi, yang digunakan dirumah sakit
harus sesuai dengan formularium rumah skit.
2. Semua perbekalanl keshetana/sediaan farmasi yang digunakan di rumah skait
harus dikelola hanya oelh IFRS
3. IFRS harus menetapkan spesifikasi kesehatan/sediaan farmasi harus
memenuhi persayaratan yang ditetapkan oelh PFT
4. Jika perbekalan kesehatna/sediaan farmasi diadakan dari suatu pemasok atau
industri, apoteker ruamh sakit harus mengunjungi pemasok/industri tersebut
untuk memeriksa kesesuaian penerapan sistem mutu dan jaminan mutu.
5. Jika perbekalan kesehatan.sediaan farmasi diadakan dari suatu industri,
apoteker rumah sakit haurs mengunjungi pemasok / insustri tersebut untuk
memeriksa keseuaian penerapan sistem mutu dan jaminan mutu.
G. Penyimpanan Sediaan Farmasi
Penyimpanan merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang
persediaan sehingga harus dilakukan sedemikian rupa agar, kualitas dapat
diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan
cepat, barang aman dari pencuri dan memermudah pengawasan stock.
Penyimpanan sebagai jantung dari menjemen logistik karena sangat menentukan
kelancaran dari pendistribusian. Oleh karena itu, maka metode pengendalian
persediaan / inventori control diperlukan, dipahami dan diketahui secara baik.
Penyimpanan
10
Penuhi persyaratan penyimpanan
Penyusunan dengan system FIFO
Barang ditempatkan pada tempatnya
Catatkan pada kartu barang pada kolom masuk
Cek fisik barang, bila ada rusak pisahkan
Cocokan jumlah antara fisik barang dengan kartu
Lakukan opname minimal 1 x 1 tahun
Buat laporan opname
Buat usulan penghapusan barang
Lakukan bongkaran minimal setiap triwulan
Prinsip Dasar :
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengolahan
barang persediaan / inventroy ditempat penyimpanan. Pengelolaan tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga :
Kualitas barang dapat dipertahankan
Barang terhindar dari kerusakan fisik
Pencarian barang mudah dan cepat
Barang aman dari pencurian
Mempermudah pengawasan stock barang
Untuk keperluan tersebut diperlukan kegiatan – kegiatan seperti :
Perencanaan ruangan penyimpanan / gudang
Perencanaan dan pengoperasian alat pengatur barang
Penyelenggaraan prosedur penyimpanan
Pengamanan
Dilihat dari bentuknya gudang di bagi atas :
Gudang terbuka
Gudang semi terbuka
Gudang tertutup
Dilihat dari jenisnya gudang dibagi atas :
11
Gudang transit
Gudang serbaguna
Gudang pendingin
Gudang tahan api
Tujuan :
Kualitas barang dapat dipertahankan
Barang terhindar dari kerusakan
Barang aman dari kehilangan dan pencurian
Pengawasan stock lebih mudah
Hal yang perlu di perhatikan :
Lokasi penyimpanan (gudang)
Desain penyimpanan
Jenis dan pengelompokan
Prosedur dan ADM
Pemakaian alat Bantu / Binatang
Lokasi penyimpanan :
Aksesibilitas
Utilitas
Komunikasi
Bebas banjir
Mampu menampung barang sesuai kebutuhan
Infrrastruktur
Desain penyimpanan :
Kemudahan bergerak
Sirkulasi udara
Penggunaan palet
Pengaturan cahaya
Kemudahan perawatan
Penyimpanan dingin
Penyimpanan khusus
12
Mudah terbakar
Narkotika
Alat pemadam kebakaran
Pengaturan kelembaban, bentuk gudang, model gudang, pengaturan gudang
Jenis pengelompokan barang
Berdasarkan barang yang sejenis :
1. ATK/ alat kebersihan / suku cadang / dll
2. Obat / ALKES / pembalut
3. Bahjan baku / kesediaan jadi / volume besar
4. Sirup / tablet / Zalf / Injeksi
Berdasarkan sifat barang :
1. Barang mudah menguap / terbakar
2. Penyimpanan dingin
3. Penyimpanan tidak kena cahaya
Berdasarkan kecepatan bergerak
- Cepat (dekat pintu)
- Sedang
- Lambat
Berdasarkan volume dan berat :
- Besar (jahu dari pintu) / kecil (dekat pintu)
- Berat (dekat pintu) / ringan
Berdasarkan pabrik
Berdasarkan alphabet
Fungsi Penyimpanan
Penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, kegiatan
Menentukan reorder point
Menetapkan jumlah buffer stock (persediaan) pengaman
Menetapkan jumlah pesanan
Melaksanakan kegiatan penerimaan
Menetapkan jumlah yang didistribusi
Menetapkan frekuensi distribusi pengeluaran
Menetapkan jadwal distribusi
Melaksanakan kegiatan pengeluaran
13
Melakukan stock opname
Menilai kekayaan
Usul penghapusan penyimpanan Evaluasi dan Pelaporan
Setelah diperoleh yang dikehendaki maka seluruh barang yang akan disimpan harus
dikelompokan dengan memperhatikan hal berikut :
Kelompok pelayanan
Kondisi yang diperlukan untuk menjaga kualitas
Ukuran volume
Fast ata slow moving
Abjad dan FIFO
Penyimpanan ada 2 sistem :
Sistem abjad (mempermudah pencarian)
Sistem pabrik (mempermudah pemesanan)
Permsalahan yang seirng dijumpai :
Dalam perencanaan kebutuhan barang / perbekalan farmasi sering kali unit kerja
pemakai belum / tidak data – data yang seharusnya. Banyak rumah sakit belum
mempunyai standar terapi, bahkan tidak jarang formulir pun belum dimiliki,
kalaupun sudah ada tetapi belum dipakai.
Tidak jarang untuk sediaan dengan zat aktif dengan kadar yang sama disediakan
lebih dari 2 merek.
Data BOS, LOS, jumlah tindakan dll belum digunakan didalam perencanaan
tidak jarang data – data itupun belum dimiliki.
Pengisian, medical record belum menjadi budaya sehingga tidak punya arti apa
– apa bagi manajemen.
Sering kali data yang dipakai dalam perencanaan hanyalah data distribusi dari
periode yang lalu.
Kurangnya anggaran yang tersedia menyebabkan instalansi farmasi tidak
mungkin menyediakan segala kebutuhan barang / perbekalan farmasi. Akibatnya
penderitaan harus membeli / mencari sendiri kekurangannya keapotik luar
inipun dapat menimbulkan masalah tersendiri.
Sering kali pembeli dengan system tender harga belinya justru lebih tinggi dari
14
pada kalau beli secara langsung.
Pada penerimaan barang tidak jarang terjadi kekeliruan salah satu penyebabnya
dalaha anggota panitian kurang menguasai baik spesifikasi maupun mutu dari
barang yang diterima. Hampir di seluruh RS di Indonesia yang tidak memiliki
laboratorium kualiti kontrol.
Barang kadang rusak pada penyimpanan digudang salah sat penyebabnya adalah
kurang memadai sarana dan prasaranan yang dimiliki
Seharusnya dengan tidak adanya laboratorium kualiti control instalansi farmasi
tidak boleh memproduksi obat.
Sisa obat pasien.
Pengaturan tata ruangan dan penyusunan inventory :
Gudang dapat ditata dengan model garis lurus, huruf U dan huruf L
Perhatian jenis / barang yang disimpan
Setiap jenis / kelompok disusun sesuai abjad
Jangan meletakkan barang langsung diatas lantai (sebaiknya diberi alas)
Gunakan lemari khusus untuk barang narkotika dan barang kelompok A
Susun barang dalam rak dan berikan nomor kode
Pisahkan penyimpanan obat dalam dan obat luar
Box / dus bekas dapat digunakan untuk menyimpan
Barang yang voluminous dapat disimpan dalam box besar sedang yang kecil
untuk menyimpan barang yang kaleng atau botol
Keluarkan barang dari box secukupnya
Bila satu box berisi bermacam – macam barang maka buat daftar isi box tersebut
Pengamanan mutu :
Tablet terjadi perubahan warna, bau dan rasa, timbul noda bintik – bintik dan
lubang, sumbing, pecah dan terdapat benda asing.
Wadah rusak
Kapsul terbuka atau melekat isi kapsul berubah warna
Dagree pecah, basah, lengket
Cairan menjadi keruh, timbul endapan, kekentalan berubah warna, rasa, berubah
wadah rusak dan bocor
Salep warna berubah, wadah rusak dan bocor
15
Obat suntik terdapat partikel asing, keruh atau terdapat endapan, warna larutan
berubah wadah bocor
Pengendalian inventori :
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tersedianya barang dalam
jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tempat dan waktu yang tepat
secara berdaya guna dan berhasil guna
Menjaga keseimbangan antara besarnya manfaat (diskon membeli dalam jumlah
banyak, efisiensi biaya transportsi, friuktuasi harga dapat dihindari dan dapat
menghindari kekosongan stock pengaman) yang diperoleh dari inventori dengan
biaya yang dikeluarkan
Manfaat adanya inventori ketidak pastian suppli dapat dihindari setelah
diperoleh gudang yang dikehendaki maka seluruh barang yang disimpan harus
dikelompokan dengan memperhatikan hal berikut :
Kelompok / jenis barang
1. Barang mempunyai fungsi sejenis
2. Sifat fisik seperti padat atau cair
3. Kondisi yang diperlukan untuk mejaga kualitas barang yang memerlukan
pendinginan selama penyimpanan atau yang mduah terbakar
4. Suppliyer yang sama
Tiap kelompok dibedakan menjadi
1. Ukurannya berat atau bervolume besar
2. Tingkat pemakaian baru atau fast moving, moderat atau slow moving
Kemudian dari msing – masing kelompok baru disimpan berdasarkan abjad
Lebih ekonomis apabila barang fst moving, berat dan voluminous diletakkan
didekat pintu
Pengeluaran setiap barang harus memakai konsep first ini first out (FIFO) atau
first expire first out (FEFO)
Pada dasarnya 2 konsep dimasudkan untuk menjaga sesuatu yang akan
disalurkan dengan asumsi :
Mutu setiap barang akan menurun selama penyimpanan makin lama barang
disimpan makin besar kemungkinana penurunan mutu
Barang yang masuk terlebih dahulu tentunya makin cepat umur
penyimpanannya.
Pengawasan dan pengamatan :
16
Pengawasan dan pengamatan dilakukan baik pada saat penerimaan maupun pada
penyimpanan di gudang pusat atau lainnya
Setiap barang yang masuk dan kelaur harus segera dicatat dibuku penerima dan
kartu stock
Bila ada kesalahan pada kartu stock maka kesalahan tersebut tidak boleh dihapus
atau dibuang
Kartu stock yang salah penuh tidak boleh dibuang
Stock opname bukan hanya menghitung jumlah barang tetapi juga memisahkan
barang yang hampir dan telah expired serta barang yang rusak
Selanjutnya barang diastase tersebut diproses untuk penukaran atau
penghapusan
Biasanya cukup sulit untuk menilai suatu barang masih baik atau sudah rusak.
Beberapa barang bila sudah tidak berfungsi kita kategorikan sudah rusak
misalnya terjadi perubahan warna, rasa dan bau, dll.
H. Distribusi Perbekalan Kesehatan di IFRS
Distribusi perbekalan kesehatan adalah kegiatan IFRS dalam perkebekalan
kesehatan dimulai dari penerimaan order dokter di konsumsi oleh penderita. Dalam
distribusi ini, terjadi proses pelayanan farmasi nonklinik dan pelayanan farmasi
klinik.Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan, tepat waktu, tepat
jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya. Pengeluaran barang dalam
pendistribusian harus dengan persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan
perencanaan yang diterima oleh pemakai / user.
Mekanisme pengeluaran barang adalah sesuai dengan prinsip FIFO = first in
first out artinya yang datang lebih dulu dikeluarkan lebih dulu > selain itu dilihat
dari masa kadaluargsanya walaupun datangnya lebih dulu / terakhir tapi expire datae
dekat dikeluarkan lebih dulu. Disebut FEFO = first expire first out.
Pengularan Barang / Pendistribusian
17
Dasar
1. Surat permintaan dari user
Proses
1. Buatkan surat penyerahan barang berdasarkan suat permintaan dan persediaan
2. Ambil barang dari rak
3. Catatkan pada kartu barang kolom keluar
4. Cek fisik barang dan cocokan dengan kartu barang
5. Catakan pada buku keluar
6. Catatkan pada kartu gudang kolom keluar
7. Lakukan searah terima barang
Inti POB dalam Distribusi Perbekalan Kesehatan
1. Pendistribusian semua perbekalan kesehatna/sediaan farmasi yang digunakan
semua penderita di rumah sakit adalah tanggung jawab IFRS
2. Sitem distribusi perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi untuk penderita rawat
tinggal dilaksnankan dengan sistem distribusi resep individual desentraslisai
yang kemuaisn akan berkembang menjadi sistem distribusi resep individual
desentraslisasi yang kemudian akan berkembang menjadi sistem distribusi unit
dosis dessentraslisasi
3. Dengan menerapakan sistem desentraslisasi, apoteker wajib melaksanakan
praktik farmasi klinik
1. Sistem Disteribusi Obat Oleh IFRS di Rumah Sakit
a. Definisi Sistem Distribusi Obat : Sistem distribusi obat dirumah sakit adalah
tatanan jaringan sarana personel, prosedur dan jaminan mutu yang serasi,
terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat
beserta informasinya kepada penderita.
b. Jenis Sistem Distribusi Obat untuk Penderita Rawat inap yaitu :
Sistem distribusi obat resep individu sentralisasi dan / atau desentralisasi
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dan persediaan di ruanga
/ sentralisasi / desentralisasi
4. Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi/ desentralisasi.
c. Persyaratan Sistem Distribusi Obat untuk Penderita Rawat inap yaitu :
18
1. Ketersediaan obat yang tetap terpelihara
2. Mutu dan kondisi obat / sediaan obat tetap dalam seluruh proses
distribusi
3. Kesalahan obat minimal dan memberi keamanan maksimum pada
penderita
4. Obat yang rusak dan kadaluarsa sangat minimal
5. Efisiensi dalam penggunaan sumber terutama personil
6. Pencurian dan atau hilang dapat minimal
7. IFRS mempunyai akses dalam semua tahap proses distribusi untuk
pengendalian pelayanan, pemantauan dan penerapan pelayanan farmasi
klinik.
8. Terjadinya interaksi profesional dokter – apoteker – penderita – perawat
9. Pemborosan dan penyalahgunaan obat minimal
10. Harga terkendali
11. Peningkatan penggunaan obat rasional
Dalam sistem distribusi obat diperuntukkan baik pasien rawat inap, rawat jalan, maupun
gawat darurat yaitu :
a. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap.
Ada tiga macam sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit
antara lain :
- Sistem persediaan lengkap diruangan (Total Floor Stock).
Dalam sistem ini semua suplai obata – obatan (kecuali yang jarang dipakai / mahal)
disediakan pada setiap pos perawatan atau di lingkungan perawatan pasien.
Keuntungan dari sistem ini adalah obat yang dibutuhkan cepat tersedia, meniadakan
obat retur, pasien tidak harus bayar obat yang berlebih dan mengurangi jumlah personil
farmasi.
Kerugian dari sistem ini adalah sering terjadi kesalahan, peracikan oleh perawat.
Adapun prosedur pelayanan obat yang digunakan dalam pasien Rawat Jalan adalah :
a. Penerima resep menggunakan kartu dengan diberi nomor urut untuk mengenali
pasien dan resep yang telah selesai dilayani.
b. Petunjuk dan informasi lain yang berkaitan ditulis pada etiket, sedangkan label
tambahan dimasukkan dalam wadah.
19
c. Obat yang sesuai dimasukkan dalam wadah.
d. Pemeriksaan kebenaran obat dan jumlah obat
e. Penyerahan obat kepada pasien dengan memberikan informasi yang
berhubungan dengan obat yang diberikan.
b. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat jalan.
Pelayanan kefarmasian rawat jalan merupakan bagian dari sistem pelayanan farmasi
Rumah Sakit dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Prosedur pelayanan meliputi penyediaan
dan distribusi semua perbekalan farmasi dan menjamin kualitas pelayanan bagi pasien
rawat jalan.
Dalam pelayanan kefarmasian pada rawat jalan mempunyai tujuan :
a. Melayani permintaan obat – obatan dari poliklinik yang dilakukan secara
berkala.
b. Pasien dari poliklinik dilayani oleh apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
BAB IV
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instalasi Farmasi rumah sakit merupakan suatu sarana kesehatan yang
kegiatan pelayanannya dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian. Di pelayanan rumah sakit sangat dioptimalkan sebaik-baiknya agar
tercapainya rumah sakit yang bagus. Di rumah sakit ’Aisyiyah juga terdapat visi,
misi, tujuan dan motto untuk menjalankan rumah sakit tersebut dan di rumah sakit
’Aisyiyah lebih mengutamakan pelayanan untuk menangani dan ramah untuk
pelayanannya.
B. Saran
Saya harap instalasi farmasi rumah sakit lebih konsentrasi ke pekerjaannya
dan AA di kamar obat sebaiknya lebih sabar menghadapi pasien yang cerewet.
DAFTAR PUSTAKA
21
Data-data Rumah Sakit ’AISYIYAH.
Buku Cetakan Farmasi Rumah Sakit.
Manajemen farmasi kelas XII
LAMPIRAN
22
CONTOH COPY RESEP: CONTOH ETIKET:
23
top related