rumah sakit jantung terpadu dengan konsep …
Post on 22-Oct-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RUMAH SAKIT JANTUNG TERPADU DENGAN KONSEP HEALING ARCHITECTURE DI KOTA MAKASSAR
CARDIAC HOSPITAL CENTER WITH HEALING ARCHITECTURE CONCEPT IN MAKASSAR
ANDI FADLIA HAMMA
105831105816
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
RUMAH SAKIT JANTUNG TERPADU DENGAN KONSEP HEALING ARCHITECTURE DI KOTA MAKASSAR
CARDIAC HOSPITAL CENTER WITH HEALING ARCHITECTURE CONCEPT IN MAKASSAR
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Disusun dan diajukan oleh
ANDI FADLIA HAMMA
105831105816
PADA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah atas Kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyusun proposal tugas akhir yang
berjudul “Rumah Sakit Jantung Terpadu dengan Konsep Healing
Architecture di Kota Makassar” dengan baik.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat akademik yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pendidikan
Program Studi pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Adapun penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis
sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan baik dari segi
penulisan maupun pengolahan data. Oleh karena, itu penulis dengan
kerendahan dan senang hati menerima kritik dan saran demi
penyempurnaan proposal ini agar kelak dapat bermanfaat.
v
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya dorongan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena, itu dengan ketulusan hati dan
tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih
juga penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Abdul Rahman Rahim, M.M. sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Irnawaty Idrus, S.T., M.T. sebagai Ketua Prodi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Ir. Mursyid Mustafa, M.Si. sebagai pembimbing I dan Ibu
Citra Amalia Amal, S.T., M.T. sebagai pembimbing II yang telah
dengan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan selama
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai Tata Usaha pada Fakultas
Teknik atas segala waktunya yang telah memberi arahan dan
melayani penulis selama mengikuti proses belajar mengajar di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Kedua orang tua penulis dan keluarga , penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala dukungan, limpahan
vi
kasih sayang, doa dan pengorbanannya terutama dalam bentuk
materi dalam menyelesaikan kuliah ini.
7. Kakak-kakak Senior Fakultas Teknik terutama jurusan Arsitektur
yang selama ini banyak membantu baik dalam memberikan
informasi dan membimbing dalam penyelesaian tugas-tugas.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas teknik terkhusus Angkatan 2016.
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Fakultas Teknik jurusan
Arsitektur angkatan 2016, khususnya kelas B yang saling
mendukung dan menolong satu sama lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
10. Teman-teman ber 10 perempuan di Arsitektur 2016 B yang selalu
memberi warna bahagia, sedih, tawa, tangis dan senyum sudah
dilewati bersama, saling mendukung, saling support, saling
merangkul satu sama lain. Sri Rahayu yang selalu ingin dikatakan
cantik dengan tingkah kocak dan lucunya, Lulu yang selalu menjadi
google nya anak-anak, paling cepat memberi informasi terkait
apapun, Asni yang super duper baik hati dan cat lover, Mita yang
paling pendiam, Rahma yang sudah di juluki sebagai Mis Typo,
Ayutri yang selalu ada waktu buat ngumpul, Ayu Hot yang selalu
pake baju kantor kalau lagi ngumpul plus jago dance dan make-up,
indra yang hobynya mendaki gunung, dan Pute yang sering spam
sticker lucu di grup.
vii
Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah SWT dan skripsi yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan, masyarakat serta bangsa
dan Negara. Amin.
Makassar, 21 November 2020
ANDI FADLIA HAMMA
viii
ABSTRAK
ANDI FADLIA HAMMA. Rumah Sakit Jantung Terpadu dengan Konsep
Healing Architecture di Kota Makassar. Dosen Pembimbing : Dr. Ir.
Mursyid Mustafa, M.Si., Citra Amalia Amal, S.T., M.T.
Rumah Sakit Khusus Jantung merupakan sebuah bangunan yang
berfungsi untuk mewadahi segala fasilitas kegiatan dibidang kesehatan
khususnya penyakit jantung (kardiovaskular) dan pembuluh darah.
Perancangan yang akan dibuat adalah Rumah Sakit Khusus Jantung
dengan menggunakan pendekatan Healing Architecture di Kota Makassar
tepatnya di jalan Metro Tanjung Bunga. Alasan pemilihan lokasi tersebut
selain lokasi yang sesuai dengan RTRW Kota Makassar di bidang
kesehatan, juga karena view yang baik di sekeliling lokasi dapat menunjang
dalam proses penyembuhan pasien.
Konsep Healing Architecture adalah konsep desain dimana terdapat
elemen-elemen arsitektur bangunan yang ikut serta berperan dalam proses
penyembuhan pasien, terutama dalam kesehatan psikologi. 5 elemen yang
akan diterapkan dalam perancangan rumah sakit jantung ini yaitu
penglihatan, pendengaran, peraba, psikologis, dan keterbacaan spasial.
Kata Kunci: Rumah Sakit Jantung, Perancangan, Healing Architecture.
ix
ABSTRACT
ANDI FADLIA HAMMA. Cardiac Hospital Center with Healing
Architecture Concept in Makassar. Supervisor: Dr. Ir. Mursyid Mustafa,
M.Si., Citra Amalia Amal, S.T., M.T.)
Cardiac Hospital is a building that serves to accommodate all
facilities for activities in the health sector, especially cardiac disease
(cardiovascular) and blood vessels.
The design to be made is a Special Cardiac Hospital with the concept
of Healing Architecture approach in Makassar City, precisely on Metro
Tanjung Bunga. The reason for choosing the location is not only the
location that is in accordance with the RTRW of Makassar City in the
health sector, but also because the good view around the location can
support the patient's healing process.
The Healing Architecture concept is a design concept in which there
are architectural elements of a building that participate in the patient's
healing process, especially in psychological health. The 5 elements that will
be applied in the design of this heart hospital are vision, hearing, touch,
psychological, and spatial legibility.
Keywords: Heart Hospital, Design, Healing Architecture.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
ABSTRAK.................................................................................................viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xv
DAFTAR TABEL.................................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................3
C. Tujuan dan Sasaran.........................................................................4
D. Metode Perancangan........................................................................4
E. Ruang Lingkup Rancangan.............................................................5
F. Skema Pemikiran.............................................................................6
G. Sistematika Penulisan......................................................................7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 9
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit...................................................... 9
xi
1. Pengertian Rumah Sakit................................................................ 9
2. Fungsi Rumah Sakit Secara Umum.............................................. 9
3. Komponen Rumah Sakit.............................................................. 10
4. Jenis Rumah Sakit........................................................................ 11
B. Tinjauan Rumah Sakit Jantung................................................... 12
1. Pengertian Rumah Sakit Jantung................................................ 12
2. Klasifikasi Rumah Sakit Jantung................................................ 12
C. Persyaratan Teknis Rumah Sakit................................................ 17
1. Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit................................... 17
2. Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit.............................. 23
D. Tinjauan Terhadap Tema Healing Architecture........................ 34
1. Pengertian Healing Architecture.............................................. 34
2. Elemen Dalam Penerapan Konsep Healing Architecture........ 35
3. Prinsip-prinsip Healing Architecture........................................ 38
4. Penerapan Healing Architecture pada Bangunan..................... 39
E. Konsep Perancangan dalam Islam.............................................. 39
1. Fungsi....................................................................................... 40
2. Bentuk...................................................................................... 40
3. Teknik...................................................................................... 40
4. Keselamatan............................................................................. 41
5. Kenyamanan konteks............................................................... 41
6. Efisien...................................................................................... 42
xii
F. Studi Literatur Objek................................................................... 43
1. Sanford Heart Hospital Sioux Falls......................................... 43
2. Pusat Jantung Terpadu / Cardiac Center Makassar................. 51
G. Studi Literatur Penanganan Limbah Padat Rumah Sakit
Umum Dr. H. Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin................ 56
BAB III
TINJAUAN LOKASI DAN ANALISIS PERENCANAAN................. 62
A. Penentuan Lokasi dan Tapak..................................................... 62
1. Keadaan Letak Geografis.......................................................... 62
2. Luas Wilayah............................................................................ 63
3. RTRW Kota Makassar.............................................................. 63
4. Analisis SWOT......................................................................... 67
5. Analisis Pengolahan Tapak....................................................... 68
B. Analisis Penerapan Healing Architecture................................. 74
C. Analisis Fungsi dan Kebutuhan Ruang.................................... 75
1. Fungsi...................................................................................... 75
2. Pengguna dan Aktivitas........................................................... 75
3. Kebutuhan Ruang.................................................................... 79
4. Besaran Ruang......................................................................... 81
5. Organisasi Ruang................................................................... 105
D. Analisis Bentuk Bangunan....................................................... 106
E. Analisis Tata Ruang Luar........................................................ 107
xiii
F. Analisis Struktur Bangunan.................................................... 108
1. Sub Struktur........................................................................... 108
2. Upper Struktur....................................................................... 109
G. Analisis Kelengkapan Bangunan............................................. 109
1. Sistem Penghawaan............................................................... 109
2. Sistem Pencahayaan.............................................................. 111
3. Sistem Keamanan.................................................................. 112
4. Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Kotor.......................... 112
5. Sistem Pengolahan Utilitas................................................... 113
BAB IV KONSEP PERANCANGAN................................................. 118
A. Konsep Tapak.......................................................................... 118
1. Sirkulasi............................................................................... 118
2. Konsep Kebisingan dan Polusi Udara................................. 118
3. View..................................................................................... 119
B. Konsep Pemrograman Ruang................................................. 120
C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan..................................... 121
D. Konsep Kelengkapan Bangunan............................................ 122
1. Struktur................................................................................. 122
2. Penghawaan.......................................................................... 123
3. Utilitas.................................................................................. 124
xiv
4. Material................................................................................. 124
BAB V PENUTUP................................................................................. 127
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 128
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Alur Pemikiran............................................................... 6
Gambar 2. Pintu kamar mandi pada ruang rawat inap harus terbuka ke
luar.............................................................................................................. 21
Gambar 3. Ruang gerak dalam Toilet untuk Aksesibel.............................. 23
Gambar 4. Sanford Heart Hospital Sioux Falls......................................... 43
Gambar 5. Suasana pekarangan Sanford Heart Hospital Sioux Falls....... 49
Gambar 6. Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls.............................. 49
Gambar 7. Suasana Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls bergaya
Gothic......................................................................................................... 49
Gambar 8. Suasana Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls................ 50
Gambar 9. Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls ................................. 50
Gambar 10. Acuity adaptable care private patient rooms........................ 50
Gambar 11. Pusat Jantung Terpadu/Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo............................................................................................. 51
Gambar 12. Operating Room Pusat Jantung Terpadu / Cardiac Center
RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo.............................................................. 55
Gambar 13. Operating Room Pusat Jantung Terpadu / Cardiac Center
RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo............................................................... 56
Gambar 14. Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin........ 56
Gambar 15. Inceneration Process............................................................ 61
xvi
Gambar 16. Peta Pembagian Wilayah Kecamatan Kota Makassar.......... 62
Gambar 17. Peta Tata Ruang Kota Makassar 2010-2030.......................... 63
Gambar 18. Site Terpilih............................................................................ 65
Gambar 19. Kondisi Site............................................................................ 65
Gambar 20. Ukuran Site............................................................................. 66
Gambar 21. Kondisi Batas Site................................................................. 67
Gambar 22. Diagram Pola Organisasi Ruang........................................... 105
Gambar 23. Hubungan Ruang.................................................................. 105
Gambar 24. Eksplorasi Bentuk................................................................. 106
Gambar 25. Bentuk akhir bangunan......................................................... 107
Gambar 26. Sistem Roof Garden............................................................. 108
Gambar 27. Pondasi Pile Cap (Tiang Pancang)....................................... 108
Gambar 28. Upper Struktur...................................................................... 109
Gambar 29. Skema Kinerja AC Terpusat................................................. 110
Gambar 30. Ruang Tunggu, Sejong Chungnam National University
Hospital..................................................................................................... 111
Gambar 31. Skema sistem Tangki Atap................................................... 113
Gambar 32. Skema sistem distribusi air bersih pada bangunan............... 115
Gambar 33. Skema sistem distribusi pengolahan air limbah pada bangunan.. 116
Gambar 34. Proses Pengolahan Limbah dengan Incenerator................... 117
Gambar 35. Proses Pengolahan Sampah.................................................. 117
Gambar 36. Konsep Sirkulasi.................................................................. 118
xvii
Gambar 37. Konsep View...................................................................... 119
Gambar 38. Konsep Zoning................................................................... 120
Gambar 39. Konsep Tampilan Bangunan.............................................. 121
Gambar 40. Konsep Tampilan Bangunan.............................................. 122
Gambar 41. Rencana Atap Plat.............................................................. 123
Gambar 42. Interior Kamar VVIP.......................................................... 125
Gambar 43. Interior Lobby..................................................................... 125
Gambar 44. Interior Lobby..................................................................... 126
Gambar 45. Interior Lobby..................................................................... 126
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelayanan Rumah Sakit Jantung............................................ 13
Tabel 2. Sumber Daya Manusia pada Rumah Sakit Jantung............... 14
Tabel 3. Sarana dan Prasarana............................................................ 15
Tabel 4. Peralatan................................................................................ 16
Tabel 5. Administrasi dan Manajemen............................................... 17
Tabel 6. Garis Besar Penerapan Healing Architecture pada
Perencanaan Bangunan Rumah Sakit Jantung..................................... 39
Tabel 7. Timbulan Limbah Berdasarkan Berat (Kg) Selama 7 hari.... 58
Tabel 8. Analisis SWOT...................................................................... 67
Tabel 9. Analisis Sirkulasi.................................................................. 69
Tabel 10. Analisis View..................................................................... 70
Tabel 11. Analisis Pergerakan Matahari............................................. 71
Tabel 12. Analisis Pergerakan Angin................................................... 72
Tabel 13. Analisis Kebisingan.............................................................. 73
Tabel 14 Penerapan Healing Architecture pada Perencanaan
Bangunan Rumah Sakit Jantung.......................................................... 74
Tabel 15. Besaran Ruang Rawat Jalan................................................. 82
Tabel 16. Besaran Ruang Rawat Inap................................................. 83
Tabel 17. Besaran Ruang Gawat Darurat........................................... 84
Tabel 18. Besaran Ruang Perawatan Intensif..................................... 86
xix
Tabel 19. Besaran Ruang Operasi....................................................... 87
Tabel 20. Besaran Ruang Radioterapi................................................ 88
Tabel 21. Besaran Ruang Radiodiagnostik......................................... 89
Tabel 22. Besaran Ruang Laboratorium............................................. 90
Tabel 23. Besaran Ruang Farmasi (Apotik)........................................ 92
Tabel 24. Besaran Ruang Bank Darah................................................ 93
Tabel 25. Besaran Ruang Pemusalaraan Jenazah............................... 93
Tabel 26. Besaran Ruang Kantor........................................................ 94
Tabel 27. Besaran Ruang Kafetaria.................................................... 96
Tabel 28. Besaran Ruang Penunjang Medik...................................... 96
Tabel 29. Besaran Ruang Non-Medik................................................ 99
Tabel 30. Besaran Ruang Penginapan (Hotel) ................................ 100
Tabel 31. Besaran Ruang Service..................................................... 102
Tabel 32. Besaran Pos Keamanan..................................................... 103
Tabel 33. Besaran Ruang Parkir........................................................ 103
Tabel 34. Total Besaran Ruang......................................................... 104
Tabel 35. Sistem Pengolahan Utilitas................................................ 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung (kardiovaskular) merupakan salah satu penyakit
yang mengancam dunia, tidak terkecuali Indonesia. Menurut World Heart
Organization (WHO), penyakit jantung iskemik merupakan penyebab
kematian tertinggi nomor satu di dunia pada tahun 2017. Pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh
penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi
sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah (Kementrian
Kesehatan RI).
Penyakit kardiovaskular mempunyai prevalensi dan angka morbiditas
yang tinggi serta dapat menurunkan produktifitas penderitanya, menurunkan
kualitas hidup dan sering mengalami perawatan ulangan. Padahal penyakit
kardiovaskular pada umumnya merupakan penyakit yang sangat ideal untuk
dilakukan upaya promotif, preventif dan rehabilitatif karena prosesnya
penyakit jangka panjang, tetapi kejadian kegawatan bisa muncul mendadak,
dapat menyebabkan kematian dan morbiditas yang tinggi, dan memerlukan
biaya pengobatan yang tinggi. Namun sebagian upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui upaya perubahan pola hidup (PERKI, 2019).
2
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17
juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Sedangkan sebagai perbandingan, HIV/AIDS, malaria dan TBC secara
keseluruhan membunuh 3 juta populasi dunia (PERKI, 2019).
Kesehatan merupakan investasi yang sangat penting bagi manusia
untuk membangun perekonomian bangsa juga memiliki peran yang sangat
penting untuk kemajuan dalam menanggulangi kemiskinan, sebab suatu
negara tidak akan bisa berkembang dan membangun negaranya sendiri tanpa
masyarakat yang sehat, sehingga sarana dan fasilitas kesehatan juga perlu
diperhatikan.
Ada beberapa faktor yang membuat taraf pelayanan kesehatan di
Indonesia masih belum berjalan dengan baik. Seperti, masih kurangnya
tenaga medis yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada
pelayanan kesehatan di Indonesia. Faktor kedua yaitu fasilitas kesehatan yang
masih belum memadai. Sarana kesehatan sperti rumah sakit, khususnya
rumah sakit jantung yang menangani segala permasalahan tentang penyakit
jantung (kardiovaskular) yang merupakan penyakit paling mematikan di
Indonesia.
Jumlah rumah sakit jantung di Indonesia masih terbilang minim
dibandingkan dengan angka penyakit jantung di Indonesia yang cukup tinggi,
sehingga perlu dilakukan pengadaan rumah sakit khusus jantung di Indonesia
secara merata.
3
Pembangunan rumah sakit dengan konsep Healig Architecture di kota
Makassar merupakan solusi perancangan bangunan dimana desain arsitektur
turut serta berperan dalam penyembuhan pasien.
Healing Architecture secara umum merupakan penyembuhan yang
dilakukan melalui elemen arsitektur. Penerapan Healing Architecture dapat
dikaitkan dengan pemberian aspek warna dan alam pada bangunan, karena
aspek inilah yang terbukti mampu meningkatkan kesembuhan pada pasien.
Namun secara definisi, penerapan Healing Architecture tidak selalu harus
diwujudkan dengan kedua aspek diatas, namun dapat juga dengan cara
menambahkan kesan terbuka pada bangunan, membuat suasana rumah sakit
menjadi lebih nyman dan tidak kaku sehingga dapat membantu dalam proses
penyembuhan pasien baik jasmani maupun rohani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan beberapa
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana mewujudkan Rumah Sakit khusus Jantung yang mampu
menunjang kegiatan pelayanan, pemulihan dan penelitian di bidang
kesehatan khusus jantung yang ada di kota Makassar?
2. Bagaimana merancang sebuah Rumah Sakit Khusus Jantung di kota
Makassar yang mampu menerapkan konsep Healing Architecture?
4
C. Tujuan dan Sasaran
1. Mendirikan sebuah bangunan Rumah Sakit Jantung yang berkonsep
Healing Architecture.
2. Merancang bangunan yang dapat mewadahi segala fasilitas kegiatan
khususnya di bidang penyakit jantung (kardiovaskular) dengan
menyesuaikan standar operasional bangunan rumah sakit.
D. Metode Perancangan
Metode perancangan merupakan suatu tahapan yang dilakukan dalam
sebuah proses perancangan, yang berfungsi untuk memudahkan perancang
dalam mengembangkan ide-ide atau gagasan rancangan bangunannya.
Adapun metode perancangan yang akan dilakukan yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data dari lokasi tapak seperti aksesibilitas, kontur tanah,
luas lahan dan kesediaan utilitas.
Adapun metode yang akan dilakukan yaitu:
a. Metode Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan langsung terhadap
kondisi tapak untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat
terhadap tapak.
b. Studi Literatur
Studi Literatur merupakan langkah yang dilakukan dengan
cara mengkaji literatur yang diperoleh dari standar ruang rumah sakit
5
dan prinsip-prinsip Healing Architecture, sebagai bahan untuk
mempermudah dalam proses perencanaan dan perancangan
bangunan.
2. Analisis Data
Analisis data yang berkaitan dengan rumah sakit jantung
diperoleh dari hasil observasi dan studi literatur, untuk mempermudah
dalam melakukan perencanaan dan perancangan bangunan.
3. Konsep
Berdasarkan data yang diperoleh dari kondisi tapak, arah mata
angin, utilitas, dan aksesibilitas yang ada, sehingga dapat diperoleh
output, yaitu massa, utilitas, bentuk bangunan yang menyesuaikan
dengan konsep Healing Archiitecture.
4. Desain
Desain merupakan hasil atau gambaran yang diperoleh dari
konsep perencanaan bangunan.
E. Ruang Lingkup Rancangan
Perancangan yang dilakukan pada desain bangunan Rumah Sakit
Khusus Jantung ini yaitu meliputi desain bangunan secara fisik dan desain
tapak sesuai dengan kondisi pada lingkungan Rumah Sakit.
6
F. Skema Pemikiran
Gambar 1. Skema Alur Pemikiran
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
7
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada proposal ini diantaranya:
Bab I Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, metode perancangan, ruang lingkup perancangan dan sistematika
penulisan.
Bab II Studi Pustaka
Berisikan deskripsi ilmu tentang rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus jatung, persyaratan teknis rumah sakit, tinjauan terhadap tema
Healing Architecture, konsep perancangan dalam Islam dan studi literatur
bangunan sejenis.
Bab III Tinjauan Lokasi dan Analisis Perencanaan
Mendeskripsikan tentang tinjauan lokasi dan kondisi perencanaan
pada tapak yang terpilih, serta alasan pemilihan tapak. Adapun analisis-
analisis yang dilakukan yaitu, analisis lokasi, tapak, fungsi dan program
ruang, tampilan bentuk bangunan, dan analisis kelengkapan bangunan.
Keseluruhan analisis tersebut bertujuan untuk mewujudkan suatu bangunan
sesuai dengan yang diharapkan.
Bab IV Analisis Perancangan
Berisikan tentang analisis konsep yang digunakan sebagai acuan
dalam proses perancangan sesuai dengan apa yang diharapkan.
8
Bab V Kesimpulan
Membahas tentang kesimpulan dari berbagai penjelasan materi dan
perancangan pada tugas akhir ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Menurut WHO, rumah sakit adalah bagian integral dari organisasi
sosial dan medis, yang fungsinya menyediakan populasi untuk perawatan
kesehatan lengkap baik kuratif dan preventif, dan yang layanan rawat
jalan menjangkau keluarga dan lingkungan rumah, traning pekerjaan
kesehatan dan untuk penelitian bio-sosial (Adisasmito, 2007).
2. Fungsi Rumah Sakit Secara Umum
Pasal 4 Undang Undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
menjelaskan rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara peripurna.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 4, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit yang ada.
10
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan, dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Komponen Rumah Sakit
Komponen rumah sakit dibagi menjadi dua bagian yaitu
komponen komponen dalam rumah sakit, dan komponen luar rumah
sakit.
a. Komponen Dalam
1) Staf Medis
Staf medis adalah seseorang yang bekerja di bawah
organisasi di bidang pelayanan medis bertanggung jawab kepada
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit.
2) Staf Non-Medis
Staf non-Medis adalah staf yang bekerja dalam rumah
sakit mengurusi bagian administrasi dan operasional rumah
sakit.
11
b. Komponen Luar
1) Pasien
Peasien ada dua macam yaitu pasien rawat inap dan
rawat jalan.
2) Pengunjung
Pengunjung dibagi menjadi dua yaitu pengunjung pasien
dan atau pengunjung staf atau dapat dikatakan sebagai tamu.
3) Penunggu Pasien
Pengunjung pasien adalah keluarga yang menemani
pasien selama menjalani perawatan rawat inap.
4. Jenis Rumah Sakit
Klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia yang tercantum di UU
Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 diklasifikasikan berdasarkan
jenis pelayanan, yaitu:
a. Rumah Sakit Umum (RSU) yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus (RSK) yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada suatu bidang atau jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit,
atau kekhususan lainnya
12
B. Tinjauan Rumah Sakit Jantung
1. Pengertian Rumah Sakit Jantung
Rumah Sakit Jantung adalah Rumah Sakit yang mengembangkan
pelayanan kesehatan dibidang penyakit jatung dan pembuluh darah yang
berdasar pada standar fasilitas yang berlaku, juga sarana dan prasarana
yang memadai.
2. Klasifikasi Rumah Sakit Jantung
Ada banyak jenis Rumah Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit
Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata,
Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut,
Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit
dan Kelamin, namun yang menjadi fokus untuk perancangan pada
proposal ini yaitu Rumah Sakit Khusus Jantung.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Rpublik Indonesia
nomor 340 tahun 2010 pasal 24 berdasarkan fasilias dan kemampuan
pelayanan, Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung di Kota
Makassar ini dengan mempertimbangkan bahwa di kota Makassar masih
minim rumah sakit khusus menangani penyakit jantung sedangkan kota
Makassar merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia dengan
13
jumlah penduduk yang cukup tinggi, maka untuk perencanaan rumah
sakit jantung di kota Makassar akan menggunakan kriteria Rumah Sakit
Khusus Kelas B.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 340
tahun 2010 pasal 25 tentang klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK)
ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan,
sarana & prasarana, dan administrasi dan manajemen.
Tabel 1. Pelayanan Rumah Sakit Jantung
Adapun daftar pelayanan rumah sakit jantung berdasarkan kelasnya yaitu
sebagai berikut :
No Jenis Pelayanan Kelas A Kelas B Kelas C
Utama:
Penyakit jantung konservatif + + + Penyakit jantung intervensi + + +
Penyakit jantung koroner + + -
Penyakit gagal jantung kronik + - - Hipertensi + - -
Aritmia dan reprogram alat paccu jantung + + +
Kardiometabolik + + + Vaskuler + - - Valvular + + - Pasca intervensi non bedah + + - Pasca operasi CABG + + - Pasca operasi katup + - - Pasca operasi pediatrik + - - Penyakit jantung bawaan + + - Penyakit perikard + + -
Penyakit jantung pada kehamilan + + +
Hipertensi pulmonal + + +
Spesialis Utama:
Jantung + + + Bedah Thoraks + - - Bedah Vaskular + - - Paru + + - Penyakit dalam + + +
14
Obgyn + + - Anak + + -
Penunjang:
Radiologi + + + Laboratorium + + + Farmasi + + + Gizi + + + Sterilisasi + + -
Rekam medik + + + Rehabilitasi medik + + -
Pemulasaraan Jenazah + - - Umum:
Poli umum + + + Poli gigi + + + Emergensi + + +
[Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010]
Tabel 2. Sumber Daya Manusia pada Rumah Sakit Jantung
Adapun daftar jenis ketenagaan rumah sakit jantung berdasarkan kelasnya
yaitu sebagai berikut :
No Jenis
Ketenagaan
Kelas A Kelas B Kelas C
Total Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
Tenaga Medis
Spesialis Jantung 5 2 3 1 2 1
Sub Spesialis Jantung Klinik 1 - 1 - - -
Aritmia 1 - 1 - - -
Rehabilitasi Jantung 1 - 1 - - -
Vaskular 1 - - - - - Bedah Thorak 1 - - - - - Saraf 1 - 1 - - -
Penyakit Dalam 2 1 1 - - -
Paru 1 - 1 - 1 - Obgyn 2 1 1 - - - PK 2 1 1 - - - Radiologi 2 1 1 - 1 - Anestesi 3 1 2 1 1 -
15
Rehabilitasi Medik 2 1 1 - 1 -
PA 2 1 1 - 1 -
Tenaga Perawat: 1:1 TT 1:1 TT 1:1 TT
Tenaga Kesehatan Lain:
1 Kefarmasian 3 2 1 2 Gizi 2 1 1
3 Keteknisian Medis 2 1 1
4 Kesehatan Masyarakat 1 1 1
5 Laboratorium 1 1 1 6 Sterilisasi 1 - - 7 Rekam Medik 1 1 1
[Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010]
Tabel 3. Sarana dan Prasarana
Adapun daftar sarana dan prasarana rumah sakit jantung berdasarkan
kelasnya yaitu sebagai berikut :
No Nama Peralatan Kelas A Kelas B Kelas C 1 Rawat Jalan : - Kardio, EKG + - + - Bedah Jantung + + - - Gagal Jantung,
transplantasi, dan hipertensi pulmonal
+ + +
- Aritmia dan program alat pacu jantung
+ + +
- Vaskular + + - - Klinik Koroner + + + - Klinik Kardiometabolik + + - 2 Rawat Inap > 100 TT > 50-100 TT 20-50 TT 3 Rawat Darurat + + + 4 Ruang Operasi + + + 5 Rawat Intensif ICU + + + 6 Rawat ICCU + + + 7 Radiologi + + + 8 CT Scan + - - 9 Laboratorium + + + 10 Farmasi + + + 11 Gizi + + +
16
12 Elektromedik Diagnostik + + + 13 Rekam Medik + + + 14 ISPRS + + + 15 Sterilisasi + + + 16 Laundry + + + 17 Pemulasan Jenazah + + + 18 Administrasi + + + 19 Diklat + + + 20 Dinas dan Asrama + + + 21 Ambulance + + +
[Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010]
Tabel 4. Peralatan
Adapun daftar peralatan rumah sakit jantung berdasarkan kelasnya yaitu
sebagai berikut :
No. Nama Peralatan Kelas A Kelas B Kelas C 1 Rawat Jalan : - EKG 5 2 1 - Defibrilator 5 2 1 - Kardioversi 3 1 1 - Alat Resusitasi Jantung + + + - Obat Resustais Lengkap + + + - Tabung Oksigen + + + - Brankard + + + - Noninvasif Hemodinamik + + + - Suction Pump + + + 2 Rawat Inap + + + 3 Rawat Darurat + + - 4 Ruang Operasi + + + 5 Rawat Intensif ICU + + + 6 Rawat ICCU + + - 7 Radiologi + + + 8 CT Scan + - - 9 Laboratorium + + +
10 Farmasi + + + 11 Gizi + + + 12 Elektromedik Diagnostik + + + 13 Rekam Medik + + + 14 ISPRS + + + 15 Sterilisasi + + + 16 Laundry + + + 17 Pemulasan Jenazah + + + [Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010]
17
Tabel 5. Administrasi dan Manajemen
Adapun daftar administrasi dan manajemen rumah sakit jantung berdasarkan
kelasnya yaitu sebagai berikut :
No Administrasi dan Manajemen Kelas A Kelas B Kelas C 1 Status Badan Hukum + + + 2 Sruktur Oganisasi + + + 3 Tatalaksana/ Tata Kerja/ Uraian
Tugas + + +
4 Peraturan Internal Rumah Sakit (HBL & MSB )
+ + +
5 Komite Medik + + + 6 Komite Etik & Hukum + + + 7 Satuan Pemeriksa Internal + + + 8 Surat Izin Praktik Dokter + + + 9 Perjanjian Kerjasama Rumah
Sakit & Dokter + + +
10 Akreditasi RS + + +
[Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/MENKES/PER/III/2010]
C. Persyaratan Teknis Rumah Sakit
1. Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B, Kementrian
Kesehatan RI tahun 2012, tentang persyaratan teknis sarana rumah sakit
diantaranya yaitu:
a. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama, dan tidak menjadi
tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
b. Langit-langit
Langit-langit harus berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
18
c. Dinding dan Partisi
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan
silau, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan
(utuh), dan mudah dibersihkan.
d. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
e. Struktur Bangunan
1) Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan
dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan
(safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi,
keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
2) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-
pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin
bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap
maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa,
angin, pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak.
3) Dalam perencanaan struktur bangunan rumah sakit terhadap
pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan rumah sakit,
baik bagian dari sub struktur maupun struktur gedung, harus
19
diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan
zona gempanya.
4) Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya
masih dapat memungkinkan pengguna bangunan rumah sakit
menyelamatkan diri.
5) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala
sesuai dengan Pedoman Teknis yang berlaku.
6) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera
dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan
bangunan rumah sakit, shingga bangunan rumah sakit selalu
memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
7) Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan
secara berkala sesuai dengan pedoman teknis atau standar teknis
yang berlaku, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli
yang memiliki sertifikasi sesuai.
f. Struktur Atas
Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari
konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi
dengan bahan dan teknologi khusus.
20
g. Struktur Bawah
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi
langsung atau pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di
lokasi didirikannya rumah sakit.
h. Pintu
1) Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120
cm atau dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak
menjadi akses pasien tirah baring memiliki lebar bukaan
minimal 90 cm.
2) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari
adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.
3) Pintu Darurat
(1) Setiap bangunan RS yang bertingkat lebih dari 3 lantai
harus dilengkapi dengan pintu darurat.
(2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang
tangga penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar
membuka ke arah luar (halaman).
(3) Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung
maksimal 25 m dari segala arah.
4) Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet
untuk aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu
minimal 85 cm.
21
Gambar 2. Pintu kamar mandi pada ruang rawat inap harus
terbuka ke luar
[Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2012]
i. Toilet
1) Toilet umum
(1) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
(2) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna (36-38 cm).
(3) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak
boleh menggenangkan air buangan.
(4) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
(5) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga
bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
22
2) Toilet untuk aksesibilitas
(1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus
dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol “penyandang
cacat” pada bagian luarnya.
(2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
(3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45-50).
(4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
(5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
(6) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak
boleh menggenangkan air buangan.
(7) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda.
(8) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian
sehinggabisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
23
(9) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol
bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Gambar 3. Ruang gerak dalam Toilet untuk Aksesibel
[Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2012]
2. Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24
Tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah
sakit, bangunan Rumah Sakit harus menyediakan prasarana, meliputi:
a. Instalasi Air
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan Instalasi air meliputi:
1) Instalasi air minum/bersih
Persyaratan instalasi air minum/bersih meliputi:
24
(1) Perencanaan sistem distribusi air minum/bersih dalam
Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi debit air dan
tekanan minimal yang disyratkan;
(2) Pemampungan air minum/bersih dalam Bangunan Rumah
Sakit diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas
air.
2) Instalasi air kotor/limbah
Persyaratan air kotor/limbah meliputi:
(1) Harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya;
(2) Pertimbangan jenis air kotor/limbah diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan
penggunaan peralatan yang dibutuhkan;
(3) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor/limbah diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya;
(4) Air kotor/limbah yang mengandung bahan beracun dan
berbahaya tidak boleh digabung dengan air kotor/limbah
domestik;
(5) Air kotor/limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya
(B3) harus diproses sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
25
(6) Air kotor/limbah domestik sebelum dibuang ke saluran
terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar
teknis yang berlaku.
3) Instalasi air hujan
Persyaratan instalasi air hujan terdiri atas:
(1) Sistem instalasi air hujan harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota;
(2) Bangunan rumah sakit dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan sistem instalasi air hujan;
(3) Untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan
sebelum di alirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab
lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus
dilakukan dengan cara lain yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang;
(5) Sistem instalasi air hujan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran; dan
(6) Pemanfaatan kembali air hujan dapat dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
26
b. Instalasi Mekanikal dan Elektrikal
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan instalasi mekanikal dan
elektrikal yaitu:
1) Instalasi transportasi vertikal
(1) Instalasi transportasi vertikal terdiri atas lift, eskalator,
dan/atau lift pelayanan (dumbwaiter).
(2) Lift terdiri atas pasien, lift pengunjung, dan lift servis.
(3) Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift harus
berdasarkan fungsi dan luas bangunan rumah sakit, jumlah
pengguna ruang, dan keselamatan pengguna bangunan
rumah sakit.
(4) Luas lift paling kecil berukuran 1,50 x 2,30 meter dengan
lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk
memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar/tempat
tidu pasien bersama-sama dengan pengantarnya.
(5) Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien,
ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift pasien.
(6) Setiap bangunan rumah sakit tidak memiliki lift harus
menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai dari lantai
dasar bangunan (ground floor).
(7) Dalam hal rumah sakit tidak memiliki lift khusus
kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis dapat
27
diatur pengoprasiannya sehingga dalam keadaan darurat
dapat digunakan khusus oleh petugas kebakaran.
2) Instalasi sistem pencahayaan
(1) Instalasi sistem pencahayaan terdiri atas sistem
pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan
darurat.
(2) Sistem pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada
ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan
rumah sakit.
(3) Sistem pencahayaan alami harus optimal disesuaikan
dengan fungsi bangunan rumah sakit dan fungsi masing-
masing ruang di dalam bangunan rumah sakit.
(4) Sistem pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan
tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang
bangunan rumah sakit dengan mempertimbangkan efisiensi,
penghematan energi yang digunakan, dan penempatannya
tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
(5) Sistem pencahayaan buatan harus dilengkapi dengan
pengadilan manual dan/atau otomatis, dan ditetapkan pada
tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
(6) Sistem pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan
rumah sakit dengan fungsi tertentu dan dapat bekerja secara
28
otomatis, serta mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup
untuk evakuasi yang aman.
3) Instalasi sistem kalistrikan
Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
(1) Sumber daya listrik;
(2) Panel hubung bagi;
(3) Jaringan distribusi listrik;
(4) Perlengkapan serta instalasi listrik untuk memenuhi
kebutuhan bangunan rumah sakit yang terjamin terhadap
aspek keselamatan manusia.;
(5) Keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya;
(6) Keamanan rumah sakit serta isinya; dan
(7) Perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
4) Instalasi proteksi petir
Instalasi proteksi petir bertujuan untuk mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir
terhadap bangunan rumah sakit, termasuk manusia, peralatan,
dan perlengkapan bangunan dalam bangunan rumah sakit.
c. Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan instalasi gas medik dan
vakum medik yaitu:
29
1) Sumber gas medik dan vakum medik
Sumber gas medik dan vakum medik meliputi:
(1) Silinder medik;
Silinder medik meliputi silinder gas, silinder gas cair (PGS),
dan container cair (cryogenik).
(2) Oksigen konsentrator
(3) Kompresor udara
(4) Pompa vakum; dan
(5) Pompa buangan gas anastesi.
2) Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik
Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik meliputi:
(1) Katup;
(2) Rakitan buatan pabrik;
(3) Rel gas medik (rgm) yang terpasang pada permukaan;
(4) Indikator tekanan dan vakum;
(5) Sistem peringatan;
(6) Distribusi; dan
(7) Penamaan dan identifikasi.
3) Terminal sistem gas medik dan vakum medik
Terminal sistem gas medik dan vakum medik meliputi:
(1) Stasiun outlet dan intlet, dan
(2) Regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke pasien
melalui tabung gas medik.
30
4) Silinder medik
Silinder medik meliputi:
(1) silinder gas,
(2) silinder gas cair (PGS), dan
(3) container cair (cryogenik).
d. Instalasi Uap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan instalasi uap meliputi
sumber uap, distribusi uap, dan terminal uap. Sumber uap diperoleh
dari boiler (katel uap). Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada
peralatan dapur atau keperluan laundry atau jenis lainnya harus
mengikuti peraturan dan sumber teknik yang berlaku. Penempatan
sumber uap harus mudah diamati, dipelihara, dan tidak
membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian
bangunan rumah sakit dan instalasi lain, serta diperhitungkan
berdasarkan peraturan dan standar teknik yang berlaku. Instalasi uap
dan kelengkapannya harus diuji sebelum digunakan dan diperiksa
secara berkala oleh instansi yang berwenang. Sistem distribusi uap
wajib dipelihara untuk mencegah kebocoran. Sistem distribusi uap
ini harus direncanakan dan diatur sehingga dengan tekanan uap yang
minimal, peralatan yang menggunakan uap dapat bekerja dengan
baik.
31
e. Instalasi Pengelolaan Limbah
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan instalasi pengelolahan
limbah yaitu:
1) Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
(1) Instalasi pengelolaan limbah padat;
(2) Instalasi pengelolaan limbah cair;
(3) Instalasi pengelolaan limbah gas;
(4) Instalasi pengelolaan limbah radioaktif; dan
(5) Instalasi pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya.
2) Instalasi pengelolahan limbah padat, limbah cair, limbah gas,
limbah radioaktif, dan limbah bahan beracun dan berbahaya
meliputi:
(1) Sumber/pewadahan/alat sanitasi;
(2) Jaringan; dan
(3) Pengelolahan akhir.
3) Akses menuju instalasi pengelolahan limbah melalui akses/pintu
layanan servis.
f. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran terdiri atas:
32
1) Sistem proteksi pasif
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada
fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan
bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan rumah sakit. Sistem proteksi pasif harus
memenuhi persyaratan kinerja, tingkat ketahanan api dan
stabilitas, tipe konstruksi tahan api, kompartemenisasi
kebakaran, perlindungan pada bukaan.
2) Sitem proteksi aktif
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi,
klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah
dan kondisi penghuni dalam bangunan rumah sakit. Sistem
proteksi aktif meliputi sistem pemadam kebakaran, sistem
deteksi alarm kebakaran, dan sistem pengendalian asap
kebakaran.
g. Petunjuk, Persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi saat Terjadi
Keadaan Darurat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi
saat Terjadi Keadaan Darurat yaitu:
a. Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan sarana
evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar, dan jalur evakuasi, yang dapat
33
menjamin pengguna bangunna rumah sakit untuk melakukan
evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan darurat.
b. Sarana evakuasi yang merupakan sarana keselamatan jiwa pada
bangunan rumah sakit harus dapat digunakan oleh semua orang
termasuk penyandang cacat dan lajut usia.
h. Instalasi Tata Udara
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan teknis Instalasi tata udara
pada bangunan rumah sakit meliputi:
1) Instalasi ventilasi
Instalasi ventilasi terdiri atas ventilasi alami dan ventilasi
buatan/mekanik yang memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya.
2) Instalasi sistem pengkondisian udara
Instalasi tata udara pada bangunan rumah sakit harus
dirancang tidak menyebabkan terjadinya penularan penyakit.
Pemasangan instalasi tata udara di rumah sakit harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dan
ramah lingkungan.
i. Sistem Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi di rumah sakit sebagai penyediaan sistem
komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi
34
darurat lainnya. Sistem komunikasi tersebut antara lain sistem
telepon, sistem tata suara, sistem panggil perawat, dan sistem voice
evacuation. Sistem komunikasi ini harus didesain dengan sistem
keamanan yang optimal untuk menjamin aplikasi hanya dapat
diakses oleh petugas yang berwenang.
j. Ambulans
Ambulans meliputi ambulans air, darat, dan udara. Ambulans
darat meliputi ambulans transport, ambulans gawat darurat, dan
kereta jenazah.
D. Tinjauan Terhadap Tema Healing Architecture
1. Pengertian Healing Architecture
Healing architecture adalah konsep desain bangunan yang
dimana arsitektur ikut serta berperan dalam proses penyembuhan pasien.
Healing architecture merupakan turunan dari Green Building. Menurut
Hadjar Seti Adji pada (Persatuan Insinyur Indonesia, 2016) green
building adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan atau
bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan. Kedua tema tersebut mempunyai kaitan yang
erat, yakni tidak lepas dari seputar lingkungan dan kesehatan, sehingga
sangat cocok diaplikasikan pada bangunan rumah sakit.
Masalah penyembuhan seseorang merupakan kompleksitas yang
terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind)
dari pasien (Kaplan, 1993). Keduanya mempunyai kontribusi dalam
35
proses penyembuhan seseorang. Untuk mendukung kondisi psikologis
pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, yang artinya secara
psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses
penyembuhan.
Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita
yang sedang dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat
dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang
bersangkutan. Kehadiran sebuah suasana tertentu diharapkan dapat
mereduksi faktor stress atau tekanan mental yang dialami oleh penderita
yang sedang menjalani proses pemulihan kesehatan. Suasana tertentu
dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat menambah faktor stress
penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan proses
pemulihan kesehatannya (Kaplan dkk,1993).
2. Elemen Dalam Penerapan Konsep Healing Architecture
Prof. Bryan Lawson yang membagi menjadi 5 elemen dalam
penerapan konsep healing architecture, yaitu :
1) Keterbacaan spasial (Spatial Legibility)
Menyangkut pada sirkulasi dan pencapaian yang mudah di
mengerti serta peletakan zoning. Pencapaian yang mudah di mengerti
dapat mengurangi tingkat depresi seorang pasien rehabilitasi medic.
2) Privasi, dan martabat (Privacy, and Dignity)
Terdapat ruang-ruang yang memungkinkan pasien dapat berbagi
dan bersosialisasi, serta di sediakan juga ruang-ruang yang lebih privat
36
baik secara personal maupun kelompok kecil, untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan privasinya.
3) Arah pandang dan alam (View and Nature)
Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar. View alam dan
kontak fisik dengan alam dapat mengurangi tingkat depresi pasien serta
dapat mempercepat kesembuhan bagi pasien itu sendiri
4) Lingkungan (Environment)
Menyangkut dengan kenyamanan fisik seperti suhu, pencahayaan
alami, penghawaan alami, dan kebisingan
5) Penampilan (Appearance)
Karakter ruang yang membuat seorang pasien melakukan
pendekatan dengan alam.
Komponen fasilitas pereawatan dari metode healing architecture
dapat digambarkan sebagai pengaturan psikologi dengan perangkat
arsitektur yang akan mendorong pasien beserta keluarganya, terlepas dari
stress yang merupakan salah satu penyebab munculnya penyakit.
Konsep ini menyiratkan bahwa metode healing architecture akan
membuat perbedaan yang cukup besar di mana pasien semangat dalam
proses penyembuhannya serta beradaptasi dengan keadaannya pada saat
itu. Penerapan konsep desain healing architecture pada bangunan rumah
sakit sangat ditekankan pada segi perawatan serta terapi psikologi yang
disublimasikan dalam perangkat desain arsitektural.
37
Adapun penyajian konsep penerapan desain adalah sebagai
berikut:
a) Mereduksi gangguan pada lingkungan seperti kebisingan, kurangnya
privasi dalam ruang perawatan, udara yang kurang segar, serta
pencahayaan yang lebih.
b) Menghubungkan pasien kepada alam sekitar dengan menerapkan
view outdoor yang menyajikan pemandangan alam yang natural
seperti pemandangan landscaping yang berkesan alami serta
penembahan komponen air sehingga suara dari gemercik air akan
memperkuat kesan alami.
c) Merencanakan bagaimana perasaan pasien dapat terkontrol dengan
hiruk pikuk aktifitas dalam bangunan rumah sakit yang aktif namun
privasi pasien dan keluarga tetap terjaga.
d) Dorongan kesempatan untuk mendapat dukungan social, seperti
menyediakan tempat duduk yang cucup pada kamar pasien sehingga
sangat mencukupi kebutuhan tempat duduk keluarga atau kerabat
yang datang menjenguk. Hal ini akan memberikan kesan pada pasien
seakan-akan berada dalam rumah dan sedang menjamu tamunya.
e) Tersedianya gangguan positif seperti seni interaktif, perapian,
akuarium, perapian, koneksi internet, musik atau video yang
menyenangkan, atau instalasi ringan yang sesuai dengan pengaturan
kesehatan.
38
f) Dapat memunculkan perasaan damai, harapan, refleksi dan
hubungan spiritual.
3. Prinsip-prinsip Healing Architecture
Berikut adalah prinsip-prinsip penerapan healing environmant
(healing architecture) dalam perancangan desain (Subekti, 2007 dan
Febriani Kurniawati, 2007):
a. Desain yang digunakan harus dapat mendukung aktivitas pemulihan
yang dijalani pasien secara fisik dan psikis.
b. Memiliki akses ke alam.
c. Terdapat aktivitas outdor yang dapat berhubungan langsung dengan
alam.
d. Desain yang digunakan harus memprioritaskan penciptaan kualitas
ruangan sehingga dapat memberikan suasana yang terasa nyaman,
aman serta tidak menimbulkan stress.
39
4. Penerapan Healing Architecture pada Bangunan
Tabel 6. Garis Besar Penerapan Healing Architecture pada Perencanaan Bangunan Rumah Sakit Jantung Elemen Penerapan Penglihatan Warna
Pencahayaan Bentuk Lansekap
Pendengaran Pengaturan Kebisingan Peraba Penghawaan Psikologis Privasi Keterbacaan Spasial Sirkulasi
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel di atas menjelaskan bahwa garis besar penerapan konsep
Healing Architecture yang di angkat pada perencanaan rumah sakit
jantung ini mencakup 5 elemen yaitu penglihatan, pendengaran, peraba,
psikologis, dan keterbacaan spasial.
E. Konsep Perancangan dalam Islam
Dalam perancangan Arsitektur Islam ada beberapa aspek yang
dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan perancangan yaitu
aspek fisik dan aspek metafisik, kedua aspek ini dapat dijadikan sebagai dasar
pendekatan dalam perancangan dengan menggunakan konsep pmikiran islam
bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, keluarga nabi, para sahabat, serta
ulama dan cendekiawan muslim.
Jurnal of Islamic Architecture 2010, menjelaskan tentang prinsip-
prinsip arsitektur dapat kita temukan kesesuaiannya dengan nilai-nilai islam,
sebagai berikut:
40
1. Fungsi
Karya arsitektur harus fungsional, yaitu harus bisa dimanfaatkan
secara maksimal, menghindari “kemubadziran”. Kemubadziran atau
tindakan berlebih-lebihan merupakan salah satu tindakan yang dibenci
Allah dan Rasulullah, juga mengakibatkan banyak kerusakan di muka
bumi. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Qur’an surat al-A’raaf ayat 31:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berleih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
2. Bentuk
Bangunan dapat memiliki tampilan bentuk yang bagus namun
tetap fungsional dan tidak berlebih-lebihan, seperti yang dicontohkan
oleh setiap ciptaan Allah di muka bumi yang mengandung keindahan
sekaligus kemanfaatan, seperti dinyatakan di dalam Surat Shaad Ayat 27:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah...”.
3. Teknik
Bangunan harus mempunyai struktur dan konstruksi yang kokoh
dan kuat sehingga tidak membahayakan manusia yang menggunakannya.
Allah telah menjadikan benda-benda ciptaan-Nya sebagai pondasi yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam mendirikan bangunan yang
kokoh, misalnya bahan baja yang terdapat di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Hadiid Ayat 25:
41
“Kami turunkan besi yang di dalamnya mempunyai tenaga yang sangat
dahsyat dan berbagai manfaat bagi manusia”.
Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, yang berarti juga
kemajuan teknik dalam bangunan dan struktur, arsitek harus mampu
menggunakan material-material ramah lingkungan dan Namun, seiring
dengan kemajuan teknologi, yang berarti juga kemajuan teknik dalam
bangunan dan struktur, arsitek harus mampu menggunakan material-
material ramah lingkungan dan yang mempunyai recycling life yang
cepat dan dapat diperbarui, memanfaatkan bahan-bahan daur ulang, serta
mampu mengkombinasikan penggunaan baja dengan baha-bahan
tersebut, sehingga meminimalisasi material yang terbuang saat proses
pembangunan.
4. Keselamatan
Karya arsitektur harus mampu menjamin keselamatan
penghuninya seandainya terjadi bencana/musibah apapun sebagaisalah
satu wujud ikhtiar, seperti pesan Nabi dalam Hadist Riwayat Abu
Dawud, “Mintalah selalu kepada Allah swt”.
5. Kenyamanan Konteks
Karya arsitektur harus mampu menyatu dengan lingkungan
dimana asritektur itu didirikan, artinya tidak merusak lingkungan alam
maupun lingkungan buatan. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Qur’an Surat
al-Qashash Ayat 77:
42
“.... dan jangan lah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.
6. Efisien
Karya arsitektur harus efisien, misalnya dengan prinsip “luxurious
in simplicity”, artinya mewah dalam desain tapi murah dalam
pendanaannya, sehingga menghindari kemubadziran. “Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Dari paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa beberapa
prinsip arsitektur di atas memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
nilai-nilai Islam yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Dengan
nilai-nilai islam tersebut menjadi bingkai dalam merancang karya
arsitektur yang bermanfaat, tepat guna, indah, dan tidak menimbulkan
kerusakan terhadap lingkungan.
Kesehatan berkaitan erat dengan lingkungan yang bersih,
bangunan yang bersih dan nyaman akan mendatangkan efek positif
terhadap kesehatan. Adapun Hadist yang berkaitan dengan bangunan
yang berkonsep Healing Architecture:
“ bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah
ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk
surga kecuali setiap yang bersih.” (HR. Ath-Thabrani).
43
“Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan
mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan
mencintai kebagusan, bersihkanlah rumahmu...” (H.R. Tirmidzi dari
Saad).
F. Studi Literatur Objek
1. Sanford Heart Hospital Sioux Falls
Gambar 4. Sanford Heart Hospital Sioux Falls
[Sumber: Google, diakses 8 Maret 2020]
Sanford Heart merupakan Rumah Sakit Jantung Sanford yang
terletak di Sioux Falls, South Dakota untuk perawatan jantung yang
terintegrasi. Rumah sakit inidirancang oleh Ellerbe Becket dan dibangun
oleh Henry Carlson Company. Rumah sakit ini berada di dalam
kompleks Sanford USD Medical Center, dengan total luas 205.000 kaki
persegi. Bangunan ini memiliki konsep yang memperkenalkan perawatan
jantung pribadi yang sangat maju dan terpercaya.
Rumah sakit ini dilayani oleh 750 dokter, perawat dan ahli
spesialis yang didukung dengan teknologi moder dalam dunia kesehatan.
Rumah sakit ini dibangun dengan proses partisipatif di mana arsitek dan
pembangun menerima umpan balik dari dokter, perawat, peneliti, staf,
pasien, jantung dan mantan pasien. Sehingga sebuah bangunan yang
44
memiliki fitur khusus Perguruan Tinggi Sanford dengan konsep Gothik
yang ramah lingkungan.
Desain arsitektur ini diperluas pada berbagai ruang utama yang
menggunakan material yang tahan lama sekaligus alami, seperti kayu dan
batu yang merefleksikan ketahan lama dan panjang umur. “Seorang
concierge (penyambut) akan menyambut pasien dan keluarga pasien saat
datang dan membantu berorientasi dalam perjalanan penyembuhan
pasien. Perabotan yang nyaman dan seni juga memberikan kesan rumah
sakit yang stress - free (tidak menimbulkan stress) dan familiar.
Filosofi pelayanan di rumah sakit jantung sanford ialah
memberikan lingkungan yang mendukung penyembuhan dengan
mengurangi stress dan kecemasan. Lingkungan penyembuhan ini
didesain dengan pencahayaan khusus, tersembunyi, musik, tempat pijat,
aromaterapi, dan karya seni yang khusus dibuat. Untuk itu, Sanford
Heart Hospital Sioux Falls bermitra dengan seniman lokal untuk
menghasilkan 130 karya seni yang dipasang dalam bangunan tersebut.
Setiap lantai rumah sakit tersebut menampilkan karya seni dengan tema
yang unik dan menyoroti kondisi daerah tersebut.
Sanford Heart Hospital Sioux Falls memiliki enam lantai yang
dilengkapi dengan teknologi sate-of the-art. Penyembuhan lingkungan
yang terdesain khusus yang membantu mendorong waktu pemulihan
lebih cepat.
45
Sanford Heart Hospital Sioux Falls mengkonsolidasikan semua
layanan untuk pasien jantung menjadi satu bangunan untuk menyediakan
akses yang mudah. “kata Kardilog Tom Stys MD.” Kami lebih memilih
untuk melayani pasien kami di atas dekat kampung halaman mereka,
tetapi jika mereka harus datang ke Sioux Falls, kami ingin membuatnya
senyaman mungkin. Kami melakukannya dengan menawarkan teknologi
state-of-the-art tetapi juga menampilkan suasana rumah yang nyaman.”
Sebagai contoh, seorang pasien jantung membutuhkan perawatan
ortopedi dapat menerima terapi di Sanford Hear Hospital tan pa harus
berpindah ke fasilitas lain. Ini pelayanan yang akan membuat perbedaan
dan meningkatkan hasil kesehatan jangka panjang pasien.
Sanford Heart Hospital Sioux Falls memiliki fasilitas terpusat,
yang dilayani tim profesional yang terampil, dengan model perawatan
terpadu yang berfokus pada penyembuhan seluruh tubuh, bukan hanya
pada jantung. Profesional Sanford memiliki keterampilan pengobatan
pasien episodic dan menjadi mitra pengobatan dan penjagaan kesehatan
bagi pasien.
Meningkatkan umur panjang dan kesejahteraan melalui makan
sehat dan kebiasaan berolahraga. Sanford Heart Hospital Sioux Falls
memiliki perawatan kardiovaskular inovatif termasuk kamar operasi,
laboratorium katerisasi yang terbaru untuk pelaksanaan operasi jantung,
prosedur dan terapi. Fasilitas-fasilitas ini mencakup:
46
a. Simens Artis Zeego Imaging System dengan yang memiliki lengan
robot canggih untuk pembedahan yang sulit.
b. Hybrid Operating Room (Hybrid OR) atau Kamar Operasi Hibrid
yang memiliki sistem yang canggih sehingga dokter dapat mengganti
katup jantung pasien dengan aman dan mudah tanpa operasi
pembukaan dada. Hybrid OR juga ideal untuk pasien yang
membutuhkan operasi tradisional.
c. Cardiovascular Operating Room (CV OR) atau Kamar Operasi
Karsdiovaskular dilengkapi dengan teknologi canggih yang
mengubah cara perawatan pasien jantung.
d. The Boom-mounted Equipment (peralatan yang terpasang pada
langit-langit) menjaga lantai tidak menjadi kacau dan
memungkinkan tim sebanyak delapan sampai sepuluh tenaga
profesional untuk brgerak dengan aman dan efisien.
e. Post-Anesthesia Care Unit (PACU) disediakan kamar konsultasi
pribadi untuk ahli bedah berkomunikasi dengan keluarga pasien
sebelum dan setelah operasi.
f. The Clinical Suite Guest Area (Ruang Tamu untuk Kamar Operasi)
disediakan agar penunggu pasien dapat duduk bersantai, menikmati
kopi, dan menikmati suasana ruang yang nyaman.
g. Ukuran kamar pasien yang besar juga disediakan untuk pasien dan
keluarganya.
47
h. Acuity Adaptable Care Private Pattient Rooms (Ruanng Perawatan
Pasien yang Adaptif) didesain dengan lingkungan yang tenang,
memudahkan pemantauan bagi staf perawat dan suasana layaknya
rumah bagi pasien dan keluarga.
Sanford Heart Hospital Sioux Falls direncanakan sebagai fasilitas
yang paling maju di daerahnya karena itu diadakan prasarana tambahan
dan layanan yang termasuk:
a. Inpatient and outpatient surgery (Fasilitas operasi rawat inap dan
operasi rawat jalan);
b. Catheterization labs (Labroratorium kateterisasi);
c. Prep and recovery space for procedures (Ruang persiapan dan
pemulihan untuk prosedur kesehatan);
d. Diagnostic testing (Tes diagnostik);
e. Echocardiography;
f. Stress testing;
g. Nuclear medicine wiht gamma cameras (Kedokterannuklir dengan
kamera gamma);
h. Physician offices for Sanford Cardiovascular Institute and Sanford
Cardiac, Thoracic & Vascular Surgery (Kantor dokter untuk Institut
Sanford Kardiovaskular dan Operasi Jantung, Toraks & Vaskuler di
Sanford).
Penjelasan lebih detail tentang Kamar Pasien di Rumah Sakit
Jantung Sanford yaitu memiliki tampilan digital untuk menyampaikan
48
pesan dan memberikan informasi yang penting untuk menghasilkan
pelayanan yang bersih dan terkonsolidasi.
Peralatan keselamatan yang state-of-the-art disediakan untuk
membantu staf dan menyediakan cara yang aman bagi pasien untuk
bergerak di dalam kamar mereka. Lift plafon menyediakan cara yang
aman bagi pasien untuk bergerak dari tempat tidur mereka ke kamar
mandi tanpa melelahkan staf. Kamar mandi memiliki pintu selebar 42
inch, grab bar (raling genggam), showers untuk kursi roda, dan
pencahayaan yang diaktifkan gerakan yang semuanya memberikan rasa
aman kepada pasien serta menjamin keselamatan dan keamanan.
Laci pengiriman khusus disediakan di dinding luar pasien kamar
untuk memungkinkan karyawan apotek untuk memberikan obat dan
bahan lainnya tanpa harus mengganggu pasien waktu istrahat. Kotak air
Dialisis juga direncanakan dengan koneksi yang mudah ke sumber air
bagi pasien yang membutuhkan dialisis selama mereka tinggal.
Beberapa gambar ilustrasi suasana Sanford Heart Hospital Sioux
Falls ditampilkan dalam gambar-gambar sebagai berikut:
49
Gambar 5: Suasana pekarangan Sanford Heart Hospital Sioux Falls [Sumber: http://www.american-artstone.com, diakses 8 Maret 2020]
Gambar 6: Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls [Sumber: https://www.prweb.com, diakses 8 Maret 2020]
Gambar 7. Suasana Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls [Sumber: https://olandconsulting.com, diakses 8 Maret 2020]
50
Gambar 8. Suasana Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls [Sumber: https://www.beckershospitalreview.com, diakses 8 Maret 2020]
Gambar 9: Lobby Sanford Heart Hospital Sioux Falls
[Sumber: https://www.prweb.com, diakses 8 Maret 2020]
Gambar 10. Acuity adaptable care private patient rooms [Sumber: [https://www.prweb.com, diakses 8 Maret 2020]
51
Gambar di atas menunjukkan beberapa foto beberapa ruang
pada rumah sakit Sanford Heart Hospital Sioux Fallsyang bernuansa
klasik.
2. Pusat Jantung Terpadu/Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo
Gambar 11. Pusat Jantung Terpadu/Cardiac Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
[Sumber: https://www.rsupwahidin.com, diakses 9 Maret 2020]
Instalasi Pusat Jantung Terpadu/Cardiac Center adalah unit
pelaksana teknis playanan jantung yang berada di bawah naungan RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo yang berdiri sejak tanggal 18 Juli 2016. Latar
belakang berdirinya instalasi ini dikarenakan semakin meningkat dan
kompleksnya penyakit jantung khususnya di bangsal perawatan dan yang
datang ke unit gawat darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan lebih
luas lagi mengantisipasi lonjakan penyakit jantung dan pembuluh darah
khususnya kawasan timur Indonesia.
Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
memiliki staf khusus yang ditunjukkan untuk pelayanan pasien dengan
52
gangguan jantung dan pembuluh darah. Terdapat 7 lantai yang terdiri dari
Lantai 1 pelayanan gawat darurat dan rawat jalan, Lantai 2 pelayanan
cath lab untuk tindakan intervensi yang menderita penyakit jantung yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dan kelainan jantung
bawaan. Intensive care cardiac dan kamar operasi, lantai 3 pelayanan
rawat inap intensive CVCU dan HCU tindakan diagnosis invasif.
Instalasi Pusat Jantung Terpadu/Cardiac Center menyediakan
kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi dan fungsi vital dengan menggunakan keterampilan
staf medis, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan tersebut.
Fasilitas-fasilitas yang ada di Pusat Jantung Terpadu di Makassar
ini mencakup:
1. UGD
Unit gawat darurat merupakan unit pelayanan emergency
khusus pasien jantung yang terletak di lantai 1 terdiri dari 24 tempat
tidur yang terbagi menjadi:
a. Zona Biru: Ruangan pasien yang memerlukan resusitasi
b. Zona Merah: Ruangan emergency untuk pelayanan kasus-kasus
STEMI, non STEMI dan arimia (gangguan irama jantung).
c. Zona Kuning: Ruangan urgency untuk pelayanan yang bersifat
urgen contoh pada kasus-kasus hipertensi urgency, CHF NYHA
III dan NYHA IV.
53
d. Zona Hijau: Ruangan less urgen untuk pelayanan pasien jantung
yang relatif stabil contoh pada kasus Angina pectoris.
e. Zona Putih: Ruangan non urgent, pasien yang hanya
membutuhkan pelayanan poliklinik.
Terdapat pula ruangan khusus pasien jantung yang
berhubungan dengan penyakit infeksi pernapasan (ruang isolasi 2
bed). Unit gawat darurat juga mempunyai layanan unggulan yang
lain yaitu:
a. SISRUTE (Sistem Rujukan Terintegrasi).
b. Door to Needle (Pemberian Therapy Fibrinolitik).
c. Penanganan energency untuk pasien aritmia.
d. Penanganan pasien henti jantung henti nafas.
2. Cath Lab
Ruang Cath Lab mempunyai 2 ruangan untuk melakukan
tindakan diagnostik dan intervensi yang terletak di lantai 2
berdampingan dengan ruang ICU dan kamar operasi. Terdapat pula
ruangan pra tindakan yang terdiri dari 5 tempat tidur dan post
tindakan (Recovery Room) yang terdiri dari 6 tempat tidur. Ruangan
ini melakukan tindakan-tindkan berupa:
a. Angiography Coroner
b. Arteriografi
c. Penyadapan jantung anak dan dewasa
d. Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
54
e. Ep-Study (Electropsiologi Study)
f. Ablasi
g. Percutaneous Artery Angioplasty (PTA)
3. Kamar Operasi
Kamar operasi merupakan kamar yang khusus untuk operasi
jantung, pembuluh darah dan thoraks. Ruangan ini terdiri dari 3
kamar operasi antara lain:
a. Kamar operasi 1 khusus untuk operasi Jantung
b. Kamar operasi 2 dan kamar operasi 3 untuk operasi Vaskuler
dan Thoraks.
4. CVCU
CVCU merupakan ruang rawat inap intensif yang menangani
pasien dengan diagnosa seperti STEMI, NSTEMI, UAP, CHF,
disritmia dan berbagai macam penyakit kegawatan kardiovaskular
lainnya. Untuk menunjang pelayanan di CVCU, tersedia 26 tempat
tidur dengan spesifikasi 2 kamar VVIP, 2 kamar VIP, 1 ruangan
Isolasi dan 21 bed Non VIP.
5. Ruang Rawat Inap
Ruang rawat inap ini terletak di lantai 5 yang mempunyai
ruangan khusus penunjang dan kelas rawat inap, mempunyai 20
kamar yang terdiri dari:
a. Kelas 1, 5 kamar (2 tempat tidur)
b. Kelas 2, 3 kamar (4 tempat tidur)
55
c. Kelas 3, 2 kamar (6 tempat tidur)
d. VIP 7 kamar
e. SVIP 1 kamar
f. Isolasi 2 kamar
6. Rawat Jalan
Rawat jalan Pusat Jantung Terpadu mempunyai beberapa
layanan pemeriksaan diantaranya pemeriksaan fisik dan tindakan
diagnostik non invasif serta layanan poli gigi, yang terletak di lantai
1. Pasien yang dilayani adalah pasien khusus jantung anak dan
dewasa, selain itu melayani pasien-pasien konsul dari divisi lain
serta konsul kelayakan operasi.
Salah satu unggulan dari rawat jalan ini adalah Registrasi
Online, dimana pasien dapat melakukan pendaftaran melalui aplikasi
tersebut. Rawat jalan ini dilengkapi pula penunjang diagnostik yaitu
Laboratorium, Radiologi, dan Farmasi.
Beberapa gambar ilustrasi suasana Pusat Jantung
Terpadu/Cardiac Center sebagai berikut:
Gambar 12. Operating Room Pusat Jantung Terpadu / Cardiac
Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo [Sumber: https://www.rsupwahidin.com , diakses 9 Maret 2020]
56
Gambar 13. Operating Room Pusat Jantung Terpadu / Cardiac Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
[Sumber: https://www.rsupwahidin.com, diakses 9 Maret 2020]
G. Studi Literatur Penanganan Limbah Padat Rumah Sakit Umum Dr. H.
Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin
Gambar 14. Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin [Sumber: banjarmasin.tribunnews.com, diakses 9 Maret 2020]
Rumah Sakit Umum Dr. H. Mochammad Ansari Saleh Banjarmasin
merupakan rumah sakit tipe B Non Pendidikan yang memberikan pelayanan
rawat jalan antara lain meliputi: poliklinik umum, pelayanan spesialis,
laboratorium, radiologi, dan fisioterapi. Kegiatan di rumah sakit tersebut akan
menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung
57
kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada
umumnya bersifat berbahaya dan beracu (Paramita, 2007).
Hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam limbah
tersebut (bersifat infeksius, toksik dan radioaktif). Limbah rumah sakit
tersebut apabila terjangkau oleh binatang pengganggu atau serangga seperti
lalat, kecoa, tikus dan lain-lain dapat menularkan penyakit (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan survey yang telah dilakukan melihat adanya limbah padat
yang berserakan pada sekitar lingkungan rumah sakit. Keadaan tersebut
tentunya akan dapat mengganggu kesehatan (Hernowo, 2003).
1. Timbulan Limbah Padat pada Rumah Sakit Umum Dr. H.
Mochammad Ansari Saleh
Timbulan limbah padat medis berdasarkan berat yang dihasilkan
oleh 15 ruangan sebesar 127 kg/ hari. Ruang flamboyant merupakan
penghasil limbah padat medis yang terbesar dan paling sedikit pada
ruang Bayi. Sedangkan untuk limbah padat Non Medis rata-rata
seberat 106,2 kg/hari. Penghasil limbah padat Non Medis yang
terbesar terdapat pada ruangan Gizi dan paling sedikit ruang Diklat.
Timbulan limbah padat medis berdasarkan volume yang
dihasilkan oleh 15 ruangan sebesar 1,92 m3/hari. Ruang flamboyant
merupakan penghasil limbah padat medis dan non medis. Sedangkan
ruang Bayi, Radiologi, Diklat, Loundry merupakan penghasil limbah
padat medis dan non medis. Besarnya timbulan limbah padat dipengaruhi
oleh aktivitas kegiatan medis, banyaknya kunjungan baik jumlah pasien
58
maupun keluarga pasien. Seperti terlihat pada ruang perawatan umum di
ruang Flamboyan ini banyak dikunjungi oleh keluarga pasien. Apabila
dilihat dari jumlah produksi limbah padat medis terbesar (0,55 m3/hari)
masih dapat ditampungan pada 2 buah bak medis yang ber- kapasitas
0,80 m3/hari, juga untuk Non Medis.
Tabel 7. Timbulan Limbah Berdasarkan Berat (Kg) Selama 7 hari
Adapun daftar Limbah Berdasarkan Berat (Kg) Selama 7 hari di Rumah
Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai berikut:
Unit Pelayanan
Jenis Limbah Padat Jumlah
(Kg )
Rata- rata
perhari (Kg)
Medis (Kg)
Non Medis (Kg)
UGD Umum 21,1 15,5 27,6 3,94 UGD Jiwa 2,8 17,4 20,2 2,89 Poliknilik 7,7 21,9 29,6 4,23 Apotik 0 29,5 29,5 4,21 Radiologi 4,3 1,7 6 0,86 Flamboyan 37,5 129,8 167,3 23,9 Laboratorium 7,4 12 19,4 2,77 Operasi 8,5 10,4 18,9 2,7 ICU 0 7,1 7,1 1,01 Bersalin 18,3 51,1 69,8 9,97 Bayi 1,2 9,9 11,1 1,59 Penyakit Dalam
34,3 108,3 142,6 20,37
Kls 1 & 2 Pria Jiwa
2,2 46,3 48,5 6,93
Kls 3 Pria Jiwa 2,4 18,9 21,3 3,04 Kls 1 & 2 Wanita
4,2 23,2 27,4 3,91
Kls 3 Wanita Jiwa
3,3 29,9 33,2 4,74
Diklat 0 1 1 0,14 Instalasi Gizi 0 146,8 146,8 20,97 Loundry 0 7,5 7,5 1,07 Rehabilitasi 0 5 5 0,71 Fisioterafi 0 1,6 1,6 0,23 Administrasi 0 47,8 47,8 6,83
Jumlah 146,2 743 889,2 127 [Sumber: Yunizar, Fauzan. 2010]
59
Timbulan limbah padat di Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin perharinya adalah sebesar 6,06 m3/hari berarti ada 5
(lima) kali peng- angkutan limbah padat dari seluruh ruangan karena
kapasitas daya angkut gerobak yang ideal hanya 1,20 m3/hari saja.
Produksi limbah padat medis perhari- nya (1,92 m3/hari) berarti idealnya
ada 4 kali pem- bakaran dengan menggunakan Incenerator yang
berkapasitas 0,50 m3 sekali bakar.
Jumlah ini termasuk cukup untuk mendapat- kan perhatian,
karena potensial sekali terjadi penumpukan lebih dari 2 hari baru
dimusnahkan terlebih sifat limbah padat rumah sakit ini tidak sama
dengan limbah padat lain yang berasal dari kegiatan rumah tangga atau
industri. Karena limbah padat rumah sakit memiliki jenis dan
karakteristik yang khas terutama adanya limbah padat infeksius,
dampaknya akan bisa menjadi sumber kontaminasi karena Vektor akan
lebih cepat berkembang biak, Jadi pada tahap Input inilah perlu
dilakukan mimimalisasi limbah padat khususnya medis juga harus
dilakukan upaya pemilahan berdasar kan kategori seperti pengelompokan
limbah medis yang tajam untuk memudahkan tahap selanjutnya.
2. Kondisi Pengelolaan Limbah Padat pada Rumah Sakit Umum Dr.
H. Mochammad Ansari Saleh
a. Pewadahan dan penyimpanan Limbah Padat
Pewadahan limbah padat di rumah sakit ini sebanyak 176
buah dan dapat menampung limbah padat sebanyak 4,405 m3/hr.
60
Jumlah bak tampungan limbah padat tidak seimbang jumlah ruangan
rumah sakit sehingga perlu adanya penambahan bak limbah padat
lagi terutama adanya pemisahan limbah padat medis berdasarkan
sifat/kategori limbah padat medis agar dalam penanganan
pengangkutan serta pemusnahan akan lebih mudah. Selain itu juga
mencegah terjadinya penyebaran penyakit akibat limbah padat medis
(infeksius dan citotoksis) bagi pengelola dan orang lain.
b. Pengumpulan Limbah Padat
Minimnya jumlah bak limbah padat dan kondisi bak limbah
padat yang sudah tidak layak (tidak memiliki tutup, pecah,
berlobang) merupakan faktor yang potensial menyebabkan
terjadinya penyebaran penyakit terhadap masyarakat rumah sakit.
Oleh karena itu, perlu adanya penambahan bak limbah padat,
penjadwalan kebersihan rumah sakit, penggunaan lambang serta
warna pembeda plastik pembungkus berdasarkan kategori limbah
padat. Hal ini diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi
pengelola, mencegah tertularnya kuman penyakit oleh limbah
padat ketika pengangkutan dan memberikan kemudahan dalam
proses selanjutny, dan tidak mencemari yang lain.
c. Pengangkutan Limbah Padat
Sistem pengangkutan sampah belum sesuai dengan peraturan.
Hal ini ditandai dengan jam pengangkutan sampah yang dilakukan
diatas jam 08.30 wita dan baru selesai jam 11.00. Hal ini sangat
61
mengganggu karena pada jam tersebut tingkat kesibukan diruangan
meningkat berkaitan dengan Visit dokter dan tindakan
perawatan terhadap pasien, juga banyak pengunjung. Selain itu,
pada saat pengangkutan limbah padat sering berselisihan dengan
pengunjung rumah sakit, kurangnya petugas pengangkutan sampah
dan kondisi alat pengangkut sampah yang tidak layak seperti
gerobak rusak sehingga banyak limbah padat tercecer.
d. Pembuangan Akhir dan Pemusnahan
Gambar 15. Inceneration Process [Sumber: garudanews.id, diakses 10 Maret 2020]
Sistem pembakaran limbah padat dengan incenerator belum
sesuai dengan peraturan. Hal ini dapat dilihat dari suhu pembakaran
<10000C, kon- disi incenerator harus segera dilakukan perbaikan
agar berfungsi sesuai aturan yang dianjurkan. Selain itu, kondisi
cerobong asap kurang dari 10 meter. Hal ini sangat mengganggu
karena letak incenerator yang ada lokasinya sangat dekat dengan
Instalasi Gizi apabila dilakukan pembakaran kadang asap dibawa
angin masuk keruang pengolahan makanan sehingga dapat
membahayakan bagi kesehatan.
62
BAB III
TINJAUAN LOKASI DAN ANALISIS PERENCANAAN
A. Penentuan Lokasi dan Tapak
1. Keadaan Letak Geografis
Gambar berikut adalah gambaran peta pembagian wilayah kota Makassar
Gambar 16. Peta Pembagian Wilayah Kecamatan Kota Makassar
[Sumber: Gambaran Umum Kota Makassar diakses 15 Maret 2020]
Kota Makassar adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia
dan sekaligus sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar
merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan
Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia
(KTI), kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat
kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintah, simpul jasa angkutan
63
barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
2. Luas Wilayah
Kota Makassar adalah kota terbesar ke-4 di Indonesia dan
merupakan kota terbesar di kawasan Indonesia bagian Timur dengan luas
175,77 dan memiliki penduduk sebanyak 1.663.479 jiwa. Sebaran
penduduk di kota Makassar yaitu 8.580 jiwa/ .
3. RTRW Kota Makassar
Gambar berikut adalah gambaran peta tata ruang kota Makassar
Gambar 17. Peta Tata Ruang Kota Makassar 2010-2030
[ Sumber: Gambaran Umum Kota Makassar diakses 21 Maret 2020]
Kota Makassar terdiri dari 15 kecamatan dan 153 kelurahan. Dari
ke-15 kecamatan tersebut 7 diantaranya berbatasan langsung dengan
pantai, antara lain, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Wajo,
64
Kecamatan Tallo, Kecamatan Mariso, Kecamatan Biringkanaya,
Kecamatan Tamalate, dan Kecamatan Tamalanrea.
Berdasarkan peraturan daerah RTRW kota Makassar tentang
Kawasan peruntukan pelayanan pusat kesehatan pasal 7 ayat 2,
ditetapkan pada Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Bontoala,
Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini,
Kecamatan Wajo, Kecamatan Mariso, dan Kecamatan Biringkanaya.
Adapun kriteria pendekatan untuk penentuan lokasi yaitu sebagai berikut:
a. Terletak pada daerah yang tidak terlalu padat (daerah semi rural),
terletak pada daerah hijau atau view pemandangan yang baik, serta
lingkungan yang tenang.
b. Kemudahan aksesibilitas
c. Terdapat fasilitas utilitas yang memadahi seperti air bersih, jaringan
listrik, jaringan komunikasi (telepon).
d. Tersedia sarana dan prasarana.
e. Penggunaan tanah (land use) sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar.
65
Adapun lokasi tapak yang dipilih yaitu berada di Kecamatan Tamalate
tepatnya di Jl. Metro Tanjung Bunga. Gambar berikut adalah
gambaran peta lokasi terpilih dan ukuran site.
Gambar 18. Site Terpilih
[Sumber: Google Earth, 2020]
Gambar 19. Kondisi Site
[Sumber: Analisa penulis, 2020]
66
Gambar 20. Ukuran Site [Sumber: Analisa penulis, 2020]
Lokasi bangunan untuk desain perancangan yang dipilih adalah di
Jalan Metro Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas site 4,7 Ha.
KDB : 40% x 48.450 m2 = 19.380 m2 (RTH)
: 60% x 48.450 m2 = 29.070 m2 (Terbangun)
KLB : 5
: 5 x 48.450 m2 = 242.250 m2
Jumlah Lantai : 242.250 m2 : 19.380 m2 = 12,5 (Jumlah lantai maksimal)
Adapun batasan-batasan Site :
Batasan Selatan Tapak : Lahan Kosong
Batas Utara Tapak : Lahan Kosong dan Danau
Batas Timur Tapak : Danau Tanjung Bunga
Batas Barat Tapak : Pantai Tanjung Gazali
67
Gambar 21. Kondisi Batas Site
[Sumber: Google Earth, 2020]
4. Analisis SWOT
Swot adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
Analisis SWOT mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman pada tapak yang dipilih. Analisis ini digunakan sebagai acuan
dalam rencana tapak untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai dengan
bangunan yang akan di rancang.
Tabel 8. Analisis SWOT
SWOT POTENSI STRENGTHS Lokasi tapak sangat strategis untuk pembangunan
rumah sakit dengan tema healing architecture. Dekat dengan fasilitas umum Pusat Perbelanjaan. Mempunyai view yang baik karena dekat dengan
laut dan danau. Suasana pantai menunjang untuk kesehatan mental
pasien. Lengkapnya jaringan utilitas seperti, jaringan
listrik, drainase, dan jaringan telepon. WEAKNESSES Kondisi tanah yang cenderung lunak karena berada
disekitar pantai dan danau. Kondisi topografi atau kontur yang relatif
bergelombang.
68
OPPORTUNITIES Termasuk Kawasan Pelayanan Pusat Kesehatan. Lokasi tapak dipusat pengembangan bisnis
Pariwisata Terpadu. THREAD Lokasi yang sepi menyebabkan rawan terjadinya
tindak kriminalitas. [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
5. Analisis Pengolahan Tapak
Analisis Pengolahan Tapak didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
berikut:
a. Lingkungan
Tapak diolah dengan mempertimbangkan keadaan
lingkungan sekitar tapak.
b. Ukuran, luas, garis sempadan
Tapak berada pada jalan Provinsi yang berada di Kota
Makassar, oleh karena itu, dalam penentuan garis sempadan perlu di
pertimbangkan sesuai dengan peraturan yang ada.
c. Topografi
Tapak yang dipilih merupakan lahan kosong. Tapak terletak
di jalan Provinsi, topografi tapak memiliki permukaan yang
cenderung bergelombang dengan kondisi tapak yang dipenuhi
rumput dan pohon yang tidak terurus, sehingga perlu dilakukan
perataan terlebih dahulu.
69
d. Analisis Sirkulas
Tabel 9. Analisis Sirkulasi
Berikut adalah analisis serta solusi pada analisis sirkulasi pada tapak:
Analisis Sirkulasi
a. Jl. Metro Tanjung Bunga merupakan satu satunya jalur untuk dapat mengakses tapak juga sebagai jalur utama dengan lebar 11 m setiap jalurnya.
b. Sirkulasi kendaraan pada Jl. Metro Tanjung Bunga adalah 2 jalur dan 2 arah dengan tiap jalur terdapat 3 lajur.
Solusi
a. Jalur masuk dan keluar kendaraan dipisah.
b. Tanda panah warna biru sebagai jalur masuk kendaraaan.
c. Tanda panah warna putih sebagai jalan keluar kendaraan.
d. Tanda panah warna kuning sebagai sirkulasi kendaraan.
e. Untuk jalur pejalan kaki dan pengendara sepeda akan dibuatkan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada setiap sisi jalan.
f. Untuk jalur disabilitas akan dibuatkan pada tempat-tempat tertentu, karena jalur ini merupakan paling utama dalam RS itu sendiri, bagi orang yang keterbatasan fisik.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
70
e. Analisis View
Tabel 10. Analisis View
Berikut adalah analisis serta solusi pada analisis view pada tapak:
Analisis View
Eksisting tapak merupakan lahan kosong yang tidak terawat, dimana: a. View dari dalam tapak ke arah
selatan merupakan lahan kososng. b. View dari dalam tapak ke arah utara
merupakan lahan kosong dan danau. c. View dari dalam tapak ke arah barat
merupakan pantai Tanjung Gazali. d. View dari dalam tapak ke arah timur
merupakan danau Tanjung Bunga dan jalan utama (jl. Metro Tanjung Bunga).
Solusi
a. View dari dalam tapak ke arah barat yaitu ke arah pantai Tanjung Gazali merupakan view yang baik dengan suasana laut yang memeberi kesan tenang dan fresh sesuai dengan tema healing architecture sehingga dapat membantu dalam penyembuhan pasien.
b. View dari dalam tapak ke arah timur merupakan view yang terbaik karena berhadapan langsung dengan jalan utama yaitu jl. Metro Tanjung Bunga sekaligus mengarah ke danau Tanjung Bunga dengan pemandangan yang luas. Serta pada setiap sisi bangunan akan di tambahkan elemen-elemen vegetasi agar view bangun dari luar ataupun kedalam membuat suasana tentram dan damai, dimana kita lihat bahwa tapak ini masing kurangnya vegetasi di sekitarnya.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020
71
f. Analisis Pergerakan Matahari
Tabel 11. Analisis Pergerakan Matahari
Berikut adalah analisis serta solusi pada analisis pergerakan matahari
pada tapak:
Analisis Pergerakan Matahari
Kondisi tapak berada di daerah lahan pengembangan, dimana belum ada bangunan tinggi di sekitar lokasi sehingga menyebabkan tapak terkena cahaya langsung dari semua arah pergerakan matahari.
Solusi
Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang berlebihan, makadari itu pada setiap sisi tapak diberi area vegetasi untuk meminimalisir panas matahari langsung pada tapak. Vegetasi atau pohon yang digunakan pada sekeliling tapak merupakan pohon yang menunjang kesehatan.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
72
g. Analisis Pergerakan Angin
Tabel 12. Analisis Pergerakan Angin
Berikut adalah analisis serta solusi pada analisis pergerakan angin
pada tapak:
Analisis Pergerakan Angin
Tapak berada di daerah lahan pengembangan sekaligus berada dekat dengan pantai, sehingga arah datangnya angin yaitu dari barat daya serta lawannya angin darat. Karena tapak berada dekat dengan bibir pantai, maka angin juga berasal dari angin laut.
Solusi
Bangunan di bagi menjadi 2 bagian untuk memanfaatkan penghawaan alami, dan perlunya pohon sebagai elemen pereduksi angin pada bangunan. Dimana nantinya pada atap bangunan menggunakan konsep Roof Garden yang berfungsi untuk meningkatan kualitas udara yang baik kedalam bangunan dan berfungsi sebagai penyaring udara kotor dari luar dan berfungsi sebagai peredam suara kebisingan dari luar.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
73
h. Analisis Kebisingan
Tabel 13. Analisis Kebisingan
Berikut adalah analisis serta solusi pada analisis kebisingan pada
tapak:
Analisis Kebisingan
Tapak terletak di jalan provinsi sebagai pusat kebisingan yang tinggi, dan berada dekat dengan pantai yang menimbulkan suara ombak laut.
Solusi
Untuk mengurangi kebisingan pada tapak, diperlukan elemen pereduksi kebisingan seperti memberi vegetasi atau memaksimalkan RTH dengan pohon, dan menempatkan bangunan jauh dari jalan utama. Tapak juga berada dekat dengan pantai yang menimbulkan suara ombak laut, namun suara deburan ombak dapat memberi efek menenangkan pada jiwa seseorang sehingga membuat perasaan menjadi tenang yang berfungsi untuk kesehatan mental pasien.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
74
B. Analisis Penerapan Healing Architecture
Tabel 14. Penerapan Healing Architecture pada Perencanaan Bangunan
Rumah Sakit Jantung
Sesuai yang disebutkan tentang garus besar penerapan healing
architecture pada bab 2, maka penjelasan dan penerapannya pada
perencanaan rumah sakit jantung ini adalah sebagai berikut:
Elemen Penerapan pada RS Warna Warna yang digunakan pada perancangan bangunan RS
Jantung ini sebagian besarnya menggunakan warna Putih dan Hijau. Warna putih memberi kesan bersih, suci, ringan dan terang, juga diyakini memiliki kekuatan untuk mengurangi rasa sakit. Sedangkan warna hijau yang berasal dari tanaman dan pepohonan memberi kesan segar, damai,hingga efek relaksasi bagi seseorang, sehingga kedua warna tersebut dapat mendukung pemulihan kesehatan bagi pasien.
Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami dapat diperoleh dari jendela maupun dinding yang terbuat dari kaca juga atap sehingga berhadapan langsung dengan pemandangan lansekap dan view sekitar untuk memberikan kesan tenang dan nyaman, sekaligus memberi pencahayaan pada taman yang ada di dalam bangunan.
Bentuk Bentuk bangunan yang digunakan adalah persegi, dimana bentuk persegi terdiri atas gabungan garis lurus dan horizontal yang dapat memberikan kesan tenang, istirahat dan relax, sehingga bentuk bangunan yang dipilih yaitu kubus atau kotak.
Pengaturan Kebisingan
Bangunan RS terletak agak kedalam tapak dimana bagian depannya difungsikan sebagai taman dan parkir sehingga meminimalisir kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan, namun pada bagian belakang bangunan berhadapan dengan pantai, sebaliknya suara deburan ombak laut memberikan kesan tenang, berdampak positif untuk menunjang kesehatan mental pasien, sehingga dibuatkan taman pada bagian belakang bangunan untuk bersantai dan menikmati angin laut yang memberi kesan rileks bagi pengunjung, juga memberi balkon-balkon di sekeliling bangunan untuk menyimpan tanaman hijau sekaligus menikmati angin laut.
75
Penghawaan Sistem penghawaan alami pada rumah sakit ini menggunakan jendela sebagai bukaan dan balkon sebagai tempat tanaman hijau, juga menggunakan ruang terbuka hijau dan desain taman atau lansekap yang ada didalam bangunan, sehingga memungkinkan pertukaran udara kotor dan udara bersih pada ruangan.
Lanskap Lanskap/taman merupakan salah satu bagian penting dalam merancang suatu bangunan yang mendukung proses pemulihan pasien. Laskap/taman pada rumah sakit jantung ini dirancang pada luar dan dalam bangunan yang di desain dengan menambahkan elemen air dan bertujuan sebagai pertukaran udara yang baik juga tempat untuk merelaksasi pikiran.
Privasi
Bangunan rumah sakit jantung ini menggunakan sistem bangunan bermassa dua yang dimana bangunan dipisah berdasarkan fungsinya, yaitu bangunan massa 1 digunakan untuk medik dan bangunan massa 2 digunakan sebagai non medik/ perkantoran.
Terapi Menyediakan kolam renang khusus untuk terapi penyembuhan penyakit jantung pada roof top di lantai 3 bangunan. Olahraga renang sangat dianjurkan untuk kesehatan jantung baik sebagai kesehatan primer terhadap penyakit jantung ataupun sekunder. Pencegahan sekunder maksudnya adalah pada pasien yang sudah dideteksi ada penyakit jantung agar tidak terjadi serangan ulang ataupun pemburukan dari level penyakitnya.
Sirkulasi Sirkulasi dan pencapaian yang mudah di mengerti serta peletakan zoning.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
C. Analisis Fungsi dan Kebutuhaan Ruang
1. Fungsi
Fungsi utama dari perencanaan Rumah Sakit Jantung Terpadu
yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan jantung, serta digunakan
sebagai tempat untuk kegiatan penelitian dibidang kesehatan.
2. Pengguna dan Aktivitas
a. Pengguna
Pengguna pada Rumah Sakit Khusus Jantung terdiri dari:
76
1. Pengunjung
a) Pasien
Pasien merupakan seseorang yang menderita
penyakit dan memerlukan perawatan medis.
b) Pendamping Pasien
Pendamping pasien biasanya adalah orang yang
mendampingi pasien saat sedang menjalani proses
perawatan di rumah sakit. Adapun aktivitas pendamping
pasien antara lain yaitu, menunggu pasien, mengurus
administrasi, dan melakukan konsultasi dengan dokter
ataupun perawat.
c) Pengunjung Pasien
Pengunjung pasien adalah keluarga, kerabat, dan
orang terdekat pasien, yang datang untuk mengunjungi
pasien yang sedang di rawat inap.
2. Pengelola
Pengelola pada rumah sakit diantaranya yaitu:
a) Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter adalah orang yang telah
mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan, berusaha
sebaik mungkin untuk membantu mengobati dan
menyembuhkan orang-orang yang sedang sakit.
77
b) Paramedis
Paramedis merupakan orang yang bekerja dalam
lingkup kesehatan dan memiliki tugas sebagai pembantu
dokter dalam penanganan terhadap pasien, seperti perawat.
c) Staff
Staff adalah menjalankan tugas pelayanan non-medik,
seperti:
Pimpinan atau pun kepala rumah sakit.
Bagian pengelola administrasi
Bagian servis bertugas dalam pelayanan servis rumah
sakit.
b. Skema aktivitas pengguna
1. Pengunjung
a) Pasien
78
b) Pendamping Pasien
c) Pengunjung Pasien
2. Pengelola
a. Tenaga Medis
79
3. Kebutuhan Ruang
Dari hasil analisis fungsi dapat diketahui bahwa ruang-ruang yang
dibutuhkan yaitu:
1. Ruang Primer
Ruang primer terdiri dari fungsi utama bangunan seperti
fungsi pengobatan, pemulihan, dan penelitian terhadap jantung,
yaitu:
1) Ruang rawat darurat/Instalasi gawat darurat (IGD)
2) Ruang rawat jalan
3) Ruang rawat inap
4) Ruang operasi
5) Ruang perawatan Intensif (ICU, ICCU)
6) Ruang farmasi
7) Ruang gizi
8) Radiologi
9) Laboratorium
10) Klinik
11) Ruang optik
12) Bank darah
13) Ruang rekam medik
14) Ruang pemeliharaan
15) Ruang sterilisasi
80
16) Ruang kolam terapi
17) Ruang pemusalaraan jenazah
18) Ruang pendidikan, penelitian, dan pelatihan
19) Ruang rumah dinas
2. Ruang Sekunder
Ruang Sekunder yaitu ruang dengan fungsi komersil dan informasi:
1) Ruang kantor dan administrasi
2) Ruang rapat
3) Penginapan (Hotel)
4) Kafetaria
5) Minimarket
6) Perpustakaan
7) Bank
3. Penunjang
Penunjang yaitu ruang yang terdiri dari:
1) Ruang tunggu
2) Taman
3) Ruang ibadah/mushollah
4) Pantry
5) Laundry
6) Lavatory
7) Pengelolaan sampah
8) Instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
81
9) Ruang mekanik
10) Pos keamanan
11) Parkir
4. Besaran Ruang
Standar besaran ruang yang dibutuhkan dalam perencanaan ini
mengacu pada standar luasan ruang yang berlaku, antara lain:
1) NAD : Neufert Architect Data
2) PKKRI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
3) Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B Kemenkes RI
4) PPU : Permen PU 30/PRT/M/2006
5) SRP : Satuan Ruang Parkir
6) Asumsi
82
Tabel 15. Besaran Ruang Rawat Jalan
Adapun besaran ruang rawat jalan adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Fasilitas Luasan (m2)
1 Lobi 1000 10% jumlah orang NAD 100 2 Administrasi -
Area Informasi - Area Pendaftaran Pasien - Area Pembayaran
20 5 m2/petugas PTBRS Meja, kursi, lemari berkas telepon dan safety box
100
3 Ruang Rekam Medis 5000 16 m2/1000 kunjungan pasien/hari
PTBRS meja, kursi, lemari arsip Komputer 80
4 Ruang Tunggu Poli Jantung 300 1,5 m2/orang PTBRS Kursi, televisi, AC 450 5 Ruang Periksa & Konsultasi
Klinik 10 (Poli) 20 m2/poli PTBRS Kursi Dokter, Meja Konsul 2 kursi hadap,
lemari alat periksa, tangga roolstool, dll 200
6 Ruang Laktasi (Khusus ibu menyusui)
4 (ruang) 12 m/ruang (5 orang)
PTBRS Kursi, Meja, Wastafel, Water dispenser 48
7 Toilet Wanita (WC) 500 2,5 m2/toilet PPM Toilet 12,5 8 Toilet Wanita (WC) 500 2,5 M2/Toilet PPM WC Difabel 9 Toilet Pria 500 2,5 m2/orang
1WC/100 oran PPM Toilet 12,5
10 Toilet Pria (Urinoir) 500 0,48 m2/urinoir 3/ toilet urinoir
PPM Urinoir 1,44
11 Toilet difabel pria 2 5,2 m2/difabel PPU WC Difabel 10,4 Subtotal 1025,24
Sirkulasi 40% 410,096 Total 1.435,34
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
83
Tabel 16. Besaran Ruang Rawat Inap
Adapun besaran ruang rawat inap adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Fasilitas Luasan (M2)
1 Ruang Rawat Inap Meja, kursi, lemari bekas 275 Kelas 3 6 7,2 m2/TT PTBRS 43,2
6 0,18 m2 NAD Cabinet 0,40 x 0,45 = 0,18
1,08
7 TT/KM 42 45,36 kelas 2 4 10 m2/TT PTBRS 40
4 0,18 m2/cabinet NAD Cabinet 0,40 x 0,45 = 0,18
0,72
7 4 TT/KM 28 20,16 Kelas 1 2 12 m2/TT PTBRS 24
2 0,18 m2/cabinet NAD Cabinet 0,40 x 0,45 = 0,18
0,36
8 2 TT/KM 16 5,76 VIP 1 18 m2/TT PTBRS 18
1 0,18 m2/TT NAD Cabinet 0,40 x 0,45 = 0,18
0,18
1 0,33 m2/kulkas NAD Kulkas 0,55 x 0,6 = 0,33 0,33 1 0,5 m2/lemari NAD Lemari 0,5 x 1 = 0,5 0,5 1 1,05 m2/sofa NAD Sofa 0,7 x 1,5 = 1,05 1,05 2 0,3 m2/kursi NAD Kursi 0,5 x 0,6 = 0,3 0,6 1 0,7 m2/meja NAD Meja 0,7 x 1 = 0,7 0,7
Toilet 8 1 TT/KM 8 170,88 1 2,93 m2/toilet NAD & NHM WC, wastafel, shower 2,93
2 Nurse station 3 20 m2/TT (3P) PTBRS 60 3 Ruang konsultasi 3 12 m2 PTBRS 36
84
4 Ruang tindakan 1 24 m2 PTBRS 24 5 Ruang administrasi 3 9 m2 PTBRS 27 6 Ruang dokter 3 20 m2 PTBRS 60 7 Ruang perawat 3 20 m2 PTBRS 60 8 Ruang ganti/loker 3 9 m2 PTBRS 27 9 Ruang kepala rawat inap 1 12 m2 PTBRS 12 10 Ruang linen bersih 3 18 m2 PTBRS 54 11 Ruang linen kotor 3 9 m2 PTBRS 27 12 Kamar mandi atau toilet 3 25 m2 PTBRS 75 13 Pantry 3 9 m2 PTBRS 27 14 Gudang bersih 1 18 m2 PTBRS 18 15 Gudang kotor 1 18 m2 PTBRS 8
Subtotal 1175,81 Sirkulasi 30% 352,743
Total 1.528,55 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 17. Besaran Ruang Gawat Darurat
Adapun besaran ruang gawat darurat adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Ruang Luasan (m2) A Ruang Penerimaan 1 Ruang Administrasi dan
pendaftaran 5 5 m2/petugas PTBRS Meja, kursi, lemari
berkas/ arsip safety box, intercom, dll
25
2 Ruang Tunggu Pengantar Pasien
100 1,5 m2/orang PTBRS Kursi, TV dan AC 150
3 Ruang Rekam Medis 2000 16 m2/1000 kunjungan/hari
PTBRS Meja, kursi, lemari arsip komputer
32
85
4 Ruang Persiapan Bencana Massal
100 3 m2/pasien bencana
PTBRS Area terbuka dengan/tanpa penutup
300
5 Ruang triase 1 25 m2 PTBRS TT periksa, wastafel, kit pemeriksaan sederhana, label
25
B Ruang Tindakan 6 R. Resusitasi Bedah 1 36 m2 PTBRS 36 7 R. Resusitasi non-Bedah 1 36 m2 PTBRS 36 8 R. Tindakan Bedah 3 7,2 m2/meja
tindakan PTBRS 21,6
9 R. Tindakan non-Bedah 3 7,2 m2/meja tindakan
PTBRS 21,6
10 R. Dekontaminasi 1 6 m2 PTBRS Shower & sink, lemari 6 11 R. Khusus/Isolasi 4 9 m2 PTBRS TT Pasien, monitor set,
tiang infus, infusion set, oksigen
36
C Ruang Observasi 12 Ruang Observasi 1 7,2 m2/TT
periksa PTBRS TT periksa, poliklinik set,
tensimeter, stetoskop, termometer
7,2
D Ruang Khusus 13 Ruang Plester 1 12 m2 PTBRS TT Pasien, monitor set,
tiang infus, infusion set, oksigen
12
E Ruang Penunjang Medis 14 Ruang Alat Medis 2 8 m2 PTBRS Lemari Instrumen 16 15 Ruang Farmasi 4 3 m2 PTBRS Lemari obat 12 16 Ruang Linen Steril 3 4 m2 PTBRS Lemari 12 17 Ruang Gas Medis 2 3 m2/ruang PTBRS Gas medis, Sentral Gas
medis 6
86
18 Toilet (petugas, pengunjung) 4 3 m2/ruang PTBRS 12 19 Pantry 1 9 m2 PTBRS meja pantry, sink, kulkas
dll 9
20 Ruang Loker 2 9 m2 PTBRS Loker 18 21 Ruang Brankar 5 3 m2 PTBRS TT Pasien, monitor set,
tiang infus 15
Subtotal 808,4 Sirkulasi 30% 242,52
Total 1050,92 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 18. Besaran Ruang Perawatan Intensif
Adapun besaran ruang perawatan intensif adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Fasilitas Luasan (m2)
A Daerah Rawat Ruang Intensif Care Unit (ICCU)
1 Daerah rawat pasien non isolasi
6 12 m2/TT PTBRS & AS Peralatan ICCU lengkap 72
2 Daerah rawat pasien isolasi 4 16 m2/TT belum PTBRS & AS Peralatan ICCU lengkap 64 B Daerah Rawat Ruang
Intensif Care Unit (HCU)
3 Daerah rawat pasien non isolasi
6 12 m2/TT PTBRS & AS Peralatan ICU lengkap 72
4 Daerah rawat pasien isolasi 4 16 M2/TT belum PTBRS & AS Peralatan ICU lengkap 64 5 Sentral monitoring/nurse
station 4 10 m2 PTBRS & AS Kursi, meja, lemari obat,
lemari barang habis pakai, komputer, printer, ECG,
16
87
Monitoring system, central patient vital sign.
6 Ruang administrasi 2 4 m2/petugas PTBRS & AS Meja kerja, lemari arsip, telepon, komputer, printer dan perlengkapan kantor lain
8
7 Gudang kotor 3 5 m2 PTBRS & AS Kloset leher angsa, keran air
15
8 Ruang cleaning service/ Janitor
1 5 m2 PTBRS & AS Lemari/rak 5
9 Toilet (petugas, Pengunjung) 3 2,5 m2 PTBRS & AS 7,5 10 Ruang parkir brankar 6 3 m2 PTBRS & AS Brankar 18 11 Ruang penyimpanan silinder
gas medik 1 6 m2 PTBRS & AS Tabung gas medik 6
Subtotal 347,5 Sirkulasi 30% 104,25
Total 451,75 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 19. Besaran Ruang Operasi
Adapun besaran ruang operasi adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan fasilitas Luasan (m2) 1 Ruang pendaftaran 2 5 m2 PTBRS & AS Alat kantor set 10 2 Ruang tunggu 10 1,5 m2 Kursi, meja, tv, dan alat
pengondisian udara (AC) 15
3 Ruang ppersiapan (preparation room)
1 9 m2 PTBRS & AS Alat cukur, oksigen, linen, brankar, thermometer, tiang infus, sphygmomsnometer
9
88
4 Ruang cuci tangan 1 3 m2 PTBRS & AS Thermometer, tiang infus wastafel 2 keran dan perlengkapan cuci tangan
3
5 Ruang induksi/anestesi 1 9 m2 PTBRS & AS Suction unit, sphygmomsnometer
9
6 Ruang operasi minor 1 40 m2 PTBRS & AS Alat Operasi minor set 40 7 Ruang operasi Umum 1 50 m2 PTBRS & AS Alat operasi umum set 50 8 Ruang operasi besar (mayor) 1 60 m2 PTBRS & AS Alat operasi mayor set 60 9 Ruang tindakan jantung 1 40 m2 PTBRS & AS Peralatan cathlab 40 10 Ruang pemulihan (PACU) 2 10 M2 PTBRS & AS TT pasien, monitor set,
oksigen, tiang infus, infusion set.
20
11 Sphoolholc 1 5 m2 PTBRS & AS Kloset leher angsa, keran air
5
12 KM/WC (petugas/pengunjung)
1 3 m2 PTBRS & AS Kloset , wastafel, bak air 3
Subtotal 264 Sirkulasi 30% 79,2
Total 343,2 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 20. Besaran Ruang Radioterapi
Adapun besaran ruang rawat radioterapi adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan fasilitas Luasan (m2) 1 Ruang Penerimaan,
pendaftaran pembayaran dan pengambilan hasil
2 5 m2 PTBRS & AS Rak/lemari berkas, meja, kursi, peralatan kantor lainnya.
10
89
2 Ruang administrasi dan rekam medis
2 5 m2 PTBRS & AS Loket, faksimili, alat tulis, meja
10
3 Ruang tunggu pasien 10 1,5 m2 PTBRS & AS Tempat duduk, tv, telepon umum
15
4 Ruang fisikawan medik 4 4 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 16 5 Ruang tunggu pasien tirah
baring 2 7,5 m2 PTBRS & AS Brankar/TT pasien 15
6 Ruang Petugas 6 4 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 24 7 KM/WC 1 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 3
Subtotal 93 Sirkulasi 30% 27,9
Total 120,9 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 21. Besaran Ruang Radiodiagnostik
Adapun besaran ruang radiodiagnostik adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Ruang Luasan (M2) 1 Ruang tunggu pasien &
pengantar pasien 10 1,5 m2 PTBRS & AS Tempat duduk, tv, telepon
umum 15
2 Ruang administrasi dan rekam medis
2 5 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 10
3 Loket pendaftaran, pembayaran dan pengambilan hasil
2 5 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 10
Ruang Pemeriksaan 4 Ruang tomografi 1 12 m2 PTBRS & AS x-ray tomografi unit 12 5 Ruang general 1 12 m2 PTBRS & AS General x-ray unit 12
90
6 Ruang fluoroskopi 1 12 m2 PTBRS & AS x-ray fluoroskopi unit 12 7 Ruang ultra sonografi (USG) 1 9 m2 PTBRS & AS general USG unit 9 8 Ruang MRI (Magnetic
Resonance Imaging) 1 18 m2 PTBRS & AS MRI, meja pasien 18
9 Ruang angiografi 2 9 m2 PTBRS & AS x-ray angiografi unit 18 Ruang-ruang Penunjang
11 Ruang operator/panel kontrol
1 4 m2 PTBRS & AS Meja kontrol, komputer 4
12 Ruang mesin 1 4 m2 PTBRS & AS transformator/generator/Cpu tomografi unit
4
13 Ruang ganti pasien 1 4 m2 PTBRS & AS Lemari baju bersih, kontainer baju kotor, kaca, hanger
4
14 KM/WC pasien 1 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 3 15 KM/WC petugas 1 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 3
Subtotal 134 Sirkulasi 30% 40,2
Total 174,2 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 22. Besaran Ruang Laboratorium
Adapun besaran ruang laboratorium adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Ruang Luasan (m2) A Laboratorium Patologi
Klinik
1 Ruang administrasi dan rekam medis
2 5 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 10
2 Ruang tunggu pasien dan 10 1,5 m2 PTBRS & AS Tempat duduk, TV, 15
91
pengantar pasien telepon umum
3 KM/WC pasien 1 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 3 4 KM/WC petugas 1 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 3 5 Ruang pengambilan dan
penyimpanan bahan/sampel 1 45 m2 PTBRS & AS 45
6 Bank darah 1 101 m2 PTBRS & AS 101,4 7 Ruang konsultasi 2 10 m2 PTBRS & AS Kursi Dokter, Meja
Konsul 2 kursi hadap, lemari alat periksa, tangga roolstool, dll
20
8 Laboratorium pengecekan gula darah
2 3 2
2 m2/meja 1,5 m2/kursi 2 m2/lemari
NAD NAD NAD
Meja 2 x2 m2 = 4 m2 kursi 3 x 1,5 m2 = 4,5 m2 lemari 2 x 2 m2 = 4 m2
12,5
9 Laboratorium pengecekan darah
2 3 2
2 m2/meja 1,5 m2/kursi 2 m2/lemari
NAD NAD NAD
Meja 2 x2 m2 = 4 m2 kursi 3 x 1,5 m2 = 4,5 m2 lemari 2 x 2 m2 = 4 m2
12,5
10 Laboratorium rontgen 3 5 3
2 m2/meja 1,5 m2/kursi 2 m2/lemari
NAD NAD NAD
Meja 3 x2 m2 = 6 m2 kursi 5 x 1,5 m2 = 7,5 m2 lemari 3 x 2 m2 = 6 m2
19,5
11 EKG (Electro Kardiography)
2 3 2
2 m2/meja 1,5 m2/kursi 2 m2/lemari
NAD NAD NAD
Meja 2 x2 m2 = 4 m2 kursi 3 x 1,5 m2 = 4,5 m2 lemari 2 x 2 m2 = 4 m2
12,5
12 Ruang penyimpanan bio material
1 25 m2 PTBRS & AS 25
13 Gudang regensia dan bahan habis pakai
2 15 m2 PTBRS & AS 30
14 Ruang cuci peralatan 1 20 m2 PTBRS & AS Wastafel set 20 15 Ruang diskusi dan Istirahat
personil 1 30 m2 PTBRS & AS 30
16 Ruang kepala laboratorium 1 25 m2 PTBRS & AS 25
92
17 Ruang petugas laboratorium 1 45 m2 PTBRS & AS 45 18 Ruang ganti/loker 5 9 m2 PTBRS & AS 45 19 Dapur kecil (pantry) 1 9 m2 PTBRS & AS 9
Subtotal 483,4 Sirkulasi 30% 145,02
Total 628,42 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 23. Besaran Ruang Farmasi (Apotik)
Adapun besaran ruang rawat farmasi adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Fasilitas Luasan (m2) 1 Ruang Farmasi
Apotik 10 Meja etalase 2 set x 2 m2 =4 m2
NAD Meja etalase, kursi 18,7 m2
Kursi 2 set x 1,5 m2 = 3 m2
NAD
Subtotal 18,7 m2 Sirkulasi 30% 5,61 m2
Total 24,31 m2 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
93
Tabel 24. Besaran Ruang Bank Darah
Adapun besaran ruang bank darah adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan Fasilitas Luasan (m2) 1 Ruang administrasi loket
permintaan, pengambilan dan pembayaran darah
6 5 m2 PTBRS &AS Meja, kursi, lemari, arsip, telepon, safety box
30
2 Ruang tunggu 20 1,5 m2 PTBRS &AS Kursi, meja, tv, AC 30 3 Ruang kepala & staf 8 1,5 m2 PTBRS &AS Peralatan kantor set 12 4 KM/WC petugas 1 3 m2 PTBRS &AS Kloset, wastafel, bak air 3 5 KM/WC pendonor 1 3 m2 PTBRS &AS Kloset, wastafel, bak air 3
Subtotal 78 Sirkulasi 30% 23,4
Total 101,4 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 25. Besaran Ruang Pemusalaraan Jenazah
Adapun besaran ruang pemusalaraan jenazah adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Kebutuhan fasilitas Luasan (m2) 1 Ruang administrasi 2 3 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set, safety
box 6
2 Ruang tunggu keluarga jenazah
8 1,5 m2 PTBRS & AS Tempat duduk, TV, telepon umum
12
3 Ruang duka 1 45 m2 PTBRS & AS Kursi, perlengkapan ruang tidur, beserta fasilitasnya
45
4 Gudang perlengkapan ruang duka
1 12 m2 PTBRS & AS lemari/rak, kursi, meja, mimbar, penyangga
12
94
jenazah, peti mati
5 Ruang dekontaminasi dan pemusalaraan jenazah
1 18 m2 PTBRS & AS Alat upacara keagamaan, shower dan sink, brankar, lemari, alat dekontaminasi perlengkapan pemusalaraan
18
6 Laboratorium otopsi 1 24 m2 PTBRS & AS Perlengkapan otopsi 24 7 Ruang pendingin jenazah 1 21 m2 PTBRS & AS Lemari pendingin jenazah,
wastafel, brankar 21
8 Ruang kepala instansi pemusalaraan jenazah
1 6 m2 PTBRS & AS Peralatan kantor set 6
9 Ruang jemur alat 1 12 m2 PTBRS & AS rak, wastafel 12 10 Gudang instalasi fornsik 1 9 m2 PTBRS & AS lemari/ rak 9 11 KM/WC
petugas/pengunjung 2 3 m2 PTBRS & AS Kloset, wastafel, bak air 6
Subtotal 171 Sirkulasi 30% 51,3
Total 222,3 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 26. Besaran Ruang Kantor
Adapun besaran ruang kantor adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2) 1 Ruang direksi 1 30 m2 PTBRS 30 2 Ruang sekretaris direktur 2 10 m2 PTBRS 20 3 Ruang rapat dan diskusi 1 45 m2 PTBRS 45
4 Ruang kepala komite medis 1 10 m2 PTBRS 10
95
5 Ruang komite medis 3 8 m2 PTBRS 24 6 Ruang kepala bagian keperawatan 1 10 m2 PTBRS 10
7 Ruang bagian keperawatan 5 5 m2 PTBRS 25 8 Ruang kepala bagian pelayanan 1 10 m2 PTBRS 10 9 Ruang bagian Pelayanan 6 5 m2 PTBRS 30
10 Ruang kepala bagian keuangan dan program
1 10 m2 PTBRS 10
11 Ruang bagian keuangan dan program 8 3 m2 PTBRS 24 12 ruang kepala bagian pelayanan penunjang
medik 1 10 m2 PTBRS 10
13 Ruang bagian pelayanan penunjang medik 6 5 m2 PTBRS 30 14 Ruang kepala bagian Pendidikan dan
pelatihan 1 10 m2 PTBRS 10
15 Ruang bagian pendidikan dan pelatihan 1 45 m2 PTBRS 45 16 Ruang kepala bagian SDM 1 10 m2 PTBRS 10 17 Ruang bagian SDM 8 5 m2 PTBRS 40 18 Ruang kepala bagian kesekretariatan dan
rekam medis 1 10 m2 PTBRS 10
19 Bagian rekam medis 4 5 m2 PTBRS 20 20 Ruang SPI (Satuan Pengawasan Internal) 1 10 m2 PTBRS 10 21 Ruang arsip/file 1 15 m2 PTBRS 15 22 Ruang tunggu 1 25 m2 PTBRS 25 23 Janitor 1 5 m2 PTBRS 5 24 Dapur kecil 1 9 m2 PTBRS 9 25 KM/WC 2 3 m2 PTBRS 6
Subtotal 483 Sirkulasi 30 % 144,9
Total 627,9 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
96
Tabel 27. Besaran Ruang Kafetaria
Adapun besaran ruang kafetaria adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2)
1 Hall 100 0,9 m2 NAD 90 2 Ruang makan 200 1,2 m2 NAD 240 3 Dapur 1 30 % R. Makan BPDS 72 4 Pantry 1 25 % R. Makan BA 60 5 Counter 1 12 % R. Makan BA 28,8 6 Gudang1 1 50 % R. Makan BA 30 7 Toilet 2
4 2 3 2
1,8 m2/unit, WC pria 0,4 m2/unit, Urinoir 0,54 m2/unit 1,8 m2/unit, WC wanita 0,54 m2/unit
NMH 3,6 1,6 1,08 5,4
1,08
Subtotal 533,56 Sirkulasi 40 % 213,42
Total 746,98 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 28. Besaran Ruang Penunjang Medik
Adapun besaran ruang penunjang medik adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2) A CSSD 1 Administrasi, loket & pencatatan 1 25 m2 PTBRS 25
97
2 Ruang dekontaminasi 1 30 m2 PTBRS 30 3 Ruang pengemasan alat 1 9 m2 PTBRS 9 4 Ruang produksi 1 16 m2 PTBRS 16 5 Gudang steril 1 25 m2 PTBRS 25 6 Gudang barang/linen 1 16 m2 PTBRS 16 7 Ruang dekontaminasi kereta/troli a. Area cuci 1 6 m2 PTBRS 6 b. Area pengeringan 1 6 m2 PTBRS 6 8 R. Pencucian perlengkapan 1 6 m2 PTBRS 6 9 Steril 1 20 m2 PTBRS 20 10 R. Kepala Instansi CSSD 1 6 m2 PTBRS 6 11 R. Ganti petugas (loker) 1 9 m2 PTBRS 9 12 R. Staff/petugas 2 9 m2 PTBRS 18 13 Pantry 1 6 m2 PTBRS 6 14 Km/Wc 2 3 m2 PTBRS 6 B Dapur dan Gizi Klinik 15 R. Penerimaan dan penimbangan bahan
makanan 1 16 m2 PTBRS 16
16 R. Penyimpanan bahan makanan basah 3 6 m2 PTBRS 18 17 R. Penyimpanan bahan makanan kering 3 9 m2 PTBRS 27 18 R. Area persiapan 1 18 m2 PTBRS 18 19 R. Pengolahan/masak 2 18 m2 PTBRS 36 20 R. Pembagian penyajian makanan 2 9 m2 PTBRS 18 21 Dapur susu/laktasi bayi 1 4 m2 PTBRS 4 22 Ruang cuci 1 9 m2 PTBRS 9 23 Ruang Penyimpanan troli gizi 2 6 m2 PTBRS 12 24 R. Penyimpanan peralatan troli gizi 2 6 m2 PTBRS 12 25 R. Ganti alat pelindung diri (APD dan 1 6 m2 PTBRS 6
98
loker) 26 R. Administrasi 2 5 m2 PTBRS 10 27 R. Kepala Instansi Gizi 1 9 m2 PTBRS 9 28 Janitor 2 3 m2 PTBRS 6 29 R. Pengaturan/manifold uap 2 3 m2 PTBRS 6 30 R. Panel listrik 1 3 m2 PTBRS 3 31 R. Pengaturan/manifold gas elpiji 1 5 m2 PTBRS 5
32 R. Penyimpanan gas elpiji 1 3 m2 PTBRS 3 33 Gudang alat 1 16 m2 PTBRS 16 34 Ruang PKL 1 32 m2 PTBRS 32 35 R. Petugas jaga dapur 1 12 m2 PTBRS 12 36 R. Nutrisionis 1 10 m2 PTBRS 10 37 Km/Wc 2 3 m2 PTBRS 6 C Laundry/Pencucian Linen PTBRS 38 R. Administrasi 2 5 m2 PTBRS 10 39 R. Kepala laundry 1 10 m2 PTBRS 10 40 R. Penerimaan dan sortir 1 12 m2 PTBRS 12 41 R. Dekontaminasi/perendaman 1 20 m2 PTBRS 20 42 R. Cuci dan pengeringan linen 1 16 m2 PTBRS 16 43 R. Setrika dan lipat linen 1 30 m2 PTBRS 30 44 R. Perbaikan linen 1 8 m2 PTBRS 8 45 R. Penyimpanan linen 1 20 m2 PTBRS 20 46 R. Dekontaminasi troli 1 6 m2 PTBRS 6 47 R. Penyimpanan troli 1 8 m2 PTBRS 8 48 Gudang bahan kimia 1 8 m2 PTBRS 8 49 Km/Wc 2 3 m2 PTBRS 6
99
D IPAL 50 R. Kerja dan arsip 2 5 m2 PTBRS 10 51 R. Laboratorium kesehatan lingkungan 15 1,5 m2 PTBRS 22,5 52 Area pengolahan air limbah 1 25 m2 AS 25 53 Area Incenerator 1 15 m2 AS 15 54 Area TPS 1 10 m2 AS 10 55 Km/Wc 2 3 m2 PTBRS 6
Subtotal 767,5 Sirkulasi 30% 230,25
Total 997,75 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 29. Besaran Ruang Non-Medik
Adapun besaran ruang non-medik adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2)
A. Mushollah 1 Rg. Iman 2 0,72 m2 PPM 1,44 2 Rg. Sholat 500 0,72 m2 PPM 360 3 Rg. Wudhu Pria 350 0,9 m2 PPM & AS 6,3 4 Rg. Wudhu Wanita 150 0,9 m2 PPM & AS 4,05 5 Toilet Pria 500 5 2,5 m2/org PPM 5 1 wc 100 org 12,5 6 Toilet Pria ( Urinoir ) 500 0,48 m2/Urinoir PPM 3 /toilet Urinoir 1,44 7 Toilet difabel Pria 2 5,2 m2/ difabel PPM 10,4 8 Toiler Wanita (WC) 500 2,5 m2/org PPM
100
1 wc 100 org 12,5 9 Toilet difabel Wanita 2 5,2 m2/ difabel PPM 10,4
10 Rg. Elektrikal/ Audio 5 2 m2 NAD 10 11 Gudang 6 AS 12 B. Perpustakaan 12 Lobby 20 0,9 m2 NAD 18 13 Rg. Baca 250 1, 92 m2 AS 390 14 Rg. Koleksi 10.000 45 15 Rg. Katalog 3 1 m2 AS 3 16 Rg. Administrasi 8 3 m2 NAD 24 17 Rg. Fotocopy AS 5 18 Gudang Arsip 1 25 m2 NAD 25
Subtotal 951,03 Sirkulasi 40% 380,412
Total 1331,442 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 30. Besaran Ruang Penginapan (Hotel)
Adapun besaran penginapan/hotel adalah sebagai berikut:
No. Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2)
1 Kamar Hotel Type Standard Room 58 Kamar
1 tempat tidur : 1,6 x2 = 3,2 m2 1 almari : 0,6 x 0,8 = 0,48 m2 1 meja : 0,6 x 0,4 = 0,24 m2 1 meja samping tempat tidur : 0,6 x 0,4 = 0,24 m2 1 kursi : 0,5 x 0,4 = 0,20 x4 = 0,80 m2 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x 2 = 0,96 m2
NAD 5,92
101
`2 Kamar Hotel Type Suite room 12 Kamar
1 meja : 0,6 x 0,4 = 0,24 x2 = 0,48 m2 1 tempat tidur : 1,6 x2 = 3,2 m2 1 almari : 0,6 x 0,8 = 0,48 m2 1 meja samping tempat tidur : 0,6 x 0,4 = 0,24 m2 1 kursi : 0,5 x 0,4 = 0,20 x4 = 0,80 m2 1 coffe table : 0,5 x 0,4 = 0,20 m2 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x 2 = 0,96 m2
NAD 6,36
3 Mushallah 1 ruang 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 m2 x 30 = 14,4 m2 2 rak : 0,6 x 2 = 1,2 m2 x2 = 2,4 m2
NAD 16,8
4 Lobby 1 ruang 1 meja: 0,4 x 0,4 = 0,16 x 3 = 0,48 m2 1 kursi 0,5 x 0,4= 0,2 x 8 = 0,16 m2 1 orang 0,6 x 0,8 = 0,48 x 50= 24
NAD 24,64
5 Resepsionis 1 ruang 1 rak : 0,8 x 0,6 = 0,48 m2 1 orang : 0,6 x 0,8= 0,48 x 4 = 1,92 m2
NAD 2,4
6 Gudang 1 ruang 1 Meja: 0,6 x 3 = 1,8 m2 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x20 = 9,6
NAD 11,4
7 Loker Pekerja 1 ruang 1 kursi: 0,5 x 0,4 = 0,2 x 30 = 6 m2 1 almari: 0,4 x 0,6 = 0,24 x 15 = 3,6 m2 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x 10 = 4,8
NAD 14,4
8 Kantor Pemasaran 1 ruang
1 meja : 0,6 x 0,5 = 0,3 x 2 = 0,6 m2 1 kursi : 0,5 x 0,4 = 0,2 x 6 = 1,2 1 lemari : 0,4 x 0,6= 0,24 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x 5 = 2,4 m2
NAD 4,44
9 Restaurant 1 ruang 1 meja : 0,6 x 2 = 1,2 x 10 = 12 m2 1 kursi : 0,5 x 0,4 = 0,20 x 50 = 10 m2
NAD 22
102
10 Dapur 1 ruang
1 lemari es : 0,5 x 0,6 = 0,3 x2 = 0,6 m2 1 kitchen set : 0,5 x 0,6 = 0,3 x 1 = 0,3 m2 1 tempat cuci : 0,4 x 0,8 = 0,32 m2 1 rak 0,8 x 1,5 = 1,2 x 2 = 2,4 m2 1 orang : 0,6 x 0,8 = 0,48 x 10 = 4,8 m2
NAD 8,2
Subtotal 116,56 Sirkulasi 40% 46,624
Total 163,184
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 31. Besaran Ruang Service
Adapun besaran ruang service adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2) A. Service 1 Rg. Genzet AS 30 2 Rg. Pompa AS 30 3 Tandon Air AS 30 4 Rg. Trafo Listrik AS 30 5 Gudang 2 15 m2 NAD 30
Subtotal 150 Sirkulasi 30% 45
Total 195 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
103
Tabel 32. Besaran Pos Keamanan
Adapun besaran ruang pos keamanan adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2) A. Pos Keamanan 1 Pos Pusat 5 5 m2 AS 25 2 Pos Penjaga 5 5 m2 AS 25
Subtotal 50 Sirkulasi 30% 15
Total 65 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Tabel 33. Besaran Ruang Parkir
Adapun besaran ruang parkir adalah sebagai berikut:
No Ruang Kapasitas Standar Sumber Luasan (m2)
A. Parkir 111 111 / 150 TT SRP 1 Mobil 12,5 m2/mobil SRP 1387,5 2 Motor 2,1 m2/motor SRP 233,1
Subtotal 1620,6 Sirkulasi 30% 486,18
Total 2106,78 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
104
Tabel 34. Total Besaran Ruang
Adapun total standar besaran ruang adalah sebagai berikut:
No. Ruang Luasan (m2) 1 Rawat Jalan 1.435,34 2 Rawat Inap 1.528,55 3 Ruang Gawat Darurat 1.050,92 4 Ruang Intensif 451,75 5 Ruang Operasi 343,2 6 Ruang Radioterapi 120,9 7 Radiodiagnostik 174,2 8 Laboratorium 628,42 9 Apotik 24,31
10 Bank Darah 101,4 11 Pemusalaraan Jenazah 222,3 12 Kantor 627,9 13 Kantin/kafetaria 747 14 Penunjang Medik 958,8 15 Penunjang non Medik 1.331,42 16 Penginapan (Hotel) 163,184 16 Service 195 17 Pos Keamanan 65 18 Parkir 2.106,80
Total 12.276394 [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
105
5. Organisasi Ruang
Gambar 22. Diagram Pola Organisasi Ruang
[Sumber: Analisa Penulis, 2020]
Gambar 23. Hubungan Ruang
[Sumber: Analisa Penulis, 2020]
106
D. Analisis Bentuk Bangunan
Rumah sakit jantung terpadu adalah sarana dalam bidang kesehatan
yang khusus menangani penyakit jantung dengan menerapkan konsep healing
architecture. Sesuai dengan konsep healing architecture yang berarti konsep
dengan mengedepankan arsitektur rumah sakit yang mendukung serta
berperan dalam penyembuhan pasien, maka secara umum bentuk bangunan
yang digunakan adalah persegi, dimana bentuk persegi terdiri atas gabungan
garis lurus dan horizontal yang dapat memberikan kesan tenang, istirahat dan
relaks, sehingga bentuk bangunan yang dipilih yaitu kubus atau kotak.
Pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini menggunakan
jenis bangunan dengan massa majemuk, yaitu menggunakan 2 massa yang
dihubungkan dengan jembatan sehingga 2 bangunan menjadi bangunan massa
tunggal. Massa tersebut dibagi berdasarkan fungsinya, dimana massa yang
pertama difokususkan untuk medik, dan massa kedua difokuskan untuk
perkantoran dan non medik.
Transformasi bentuk bangunan yang mengambil bentuk awal bangunan berbentuk persegi adalah sebagai berikut:
Gambar 24. Eksplorasi Bentuk [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
107
Tampilan bentuk akhir bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 25. Bentuk akhir bangunan [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
E. Analisis Tata Ruang luar
Taman pada rumah sakit jantung dapat berfungsi sebagai sarana
sarana penyembuhan dan tidak hanya memperhatikan keindahan secara visual
tetapi juga kenyamanan pengguna, seperti dimensi, tekstur permukaan, dan
kemiringan jalan pada taman.
Rumah sakit jantung ini juga menggunakan perancangan “Green Roof
Garden” yaitu suatu perancangan taman yang berfungsi untuk mengurangi
efek radiasi panas dari matahari terhadap bangunan.
108
Lapisan greenroof pada atap bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 26. Sistem Roof Garden
[Sumber: www.rudydewanto.com diakses tanggal 3 April 2020]
F. Analisis Struktur Bangunan
Pada sistem struktur pada bangunan akan dibagi menjadi 2 bagian
yaitu sub struktur dan upper struktur.
1. Sub Struktur
Sub struktur adalah struktur bangunan yang berada di bawah
permukaan tanah yang berfungsi untuk menerima atau menahan beban
yang disalurkan dari beban struktur atas, kemudian ke pondasi. Pada
perancangan rumah sakit jantung ini menggunakan pondasi tiang
pancang atau pile cap.
Gambaran detail struktur pondasi pile cap pada bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 27. Pondasi Pile Cap (Tiang Pancang) [Sumber: borpile.info/2015/07/mengenal-jenis-pondasi-strauss-
pile.html?m=0 , diakses tanggal 3 April 2020]
109
2. Upper Struktur
Upper struktur adalah struktur atas yaitu terdiri atas atap, kolom,
pelat, balok, dinding dan tangga yang masing-masing mempunyai peran
yang sangat penting. Pada perancangan rumah sakit jantung ini
menggunakan struktur beton bertulang dan atap menggunakan plat beton.
Gambaran upper struktur pada bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 28. Upper Struktur [Sumber: slideplayer.info/slide/2799199/, diakses tanggal 3 April
2020] G. Analisis Kelengkapan Bangunan
1. Sitem Penghawaan
Pada desain perencanaan Rumah Sakit Jantung ini terdapat 2 jenis sistem
penghawaan yang digunakan, yaitu:
a. Penghawaan Alami
Massa bangunan pada perancangan rumah sakit jantung ini
menggunakan massa majemuk yaitu dengan 2 massa yang
memisahkan antara bangunan 1 dan bangunan 2 sehingga angin yang
berhembus juga dapat melalui sela-sela kedua bangunan. Rumah
sakit ini terdapat balkon disekeliling bangunan sebagai tempat
110
tanaman hijau, juga menggunakan ruang terbuka hijau dan desain
taman atau lansekap yang ada didalam bangunan, sehingga
memungkinkan pertukaran udara kotor dan udara bersih pada
ruangan.
b. Penghawaan Buatan
Penggunaan penghawaan buatan yang dipilih untuk bangunan
rumah sakit ini yaitu menggunakan AC (Air Conditioner).
Penggunaan sistem AC central akan mempermudah kinerja
pengondisian udara di dalam Rumah Sakit Khusus Jantung, karena
media outputnya dapat bervariasi yaitu dapat diatur sendiri (Split
sistem) ataupun yang diatur secara terpusat. Sistem split dapat
digunakan pada ruang-ruang dalam unit-unit Rumah Sakit Khusus
Jantung, sedangkan sistem terpusat dapat digunakan pada bagian luar
rumah sakit.
Gambaran detail skema cara kerja AC terpusat pada
bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 29. Skema Kinerja AC Terpusat [Sumber: Tangoro, Dwi. 2000]
111
2. Sistem Pencahayaan
Untuk sistem pencahayaan pada bangunan ini, menggunakan
sistem pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Massa bangunan
rumah sakit pusat jantung ini dibagi menjadi dua bagian untuk
memaksimalkan penyebaran cahaya matahari secara menyeluruh. Pada
rentan waktu pagi hingga sore hari, pencahayaan untuk ruangan juga
dapat diperoleh dari jendela, atap, maupun dinding yang terbuat dari kaca
sehingga berhadapan langsung dengan pemandangan lansekap untuk
memberikan kesan tenang dan nyaman, sekaligus memberi pencahayaan
pada taman yang ada di dalam bangunan. Sedangkan, untuk ruang yang
minim pencahayaan alami ataupun ketika malam hari dapat
menggunakan pencahayaan buatan yaitu lampu.
Gambar ruang tunggu dengan memanfaatkan pencahayaan alami
pada bangunan adalah sebagai berikut:
Gambar 30. Ruang Tunggu, Sejong Chungnam National University Hospital
[Sumber: Heerim, 2016]
112
3. Sistem Keamanan
a. Sistem Pemadam Kebakaran
Bangunan Rumah Sakit Khusus Jantung juga menggunakan sistem
pencegahan kebakaran yaitu:
a. Fire alarm
b. Hydran
c. Sprinkler
d. Fire extinguisher
b. Antisipasi Tindak Kriminal
Menggunakan CCTV ( Closed Circuit Television ) sebagai
alat pemantau dan membantu kinerja penjaga keamanan rumah sakit
untuk mengatasi tindakan kriminal.
c. Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan yaitu menggunakan
Franklin Rod, merupakan alat yang digunakan untuk mengantisipasi
sambaran petir ke arah bangunan. Sistem ini memiliki bentung
dengan batang yang runcing terbuat dari bahan copper spit biasanya
diletakkan dibagian tertinggi pada bangunan dan dihubungkan
dengan tembaga yang nantinya akan mengalirkan elektroda ke dalam
tanah jika tersambar petir.
4. Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Kotor
Jaringan Air Bersih pada Rumah Sakit Khusus Jantung ini
bersumber dari PDAM. Menggunakan sistem tangki atap, dimana air
113
bersih di tampung pada ground reservoir/tangki air bawah kemudian
dipompakan ke tangki atapa. Air di distribusikan ke jaringan perpipaan
dalam gedung dengan sistem gravitasi.
Gambar 31. Skema sistem Tangki Atap [Sumber: wordpress.com, diakses tanggal 21 November 2020]
Sistem air kotor menggunakan system sewage system, yang
merupakan system pengolahan air kotor mulai dari pengumpulan (sewer)
pengolahan (treatmen) sampai dengan bangunan akhir (disposal).
5. Sistem Pengolahan Utilitas
Adapun penerapan sistem Utilitas pada perancangan Rumah Sakit Jantung ini adalah sebagai berikut:
Tabel 35. Sistem Pengolahan Utilitas
Rangkaian alur sistem pengolahan utilitas pada bangunan yaitu sebagai
berikut:
Sistem Intake/sumber Network/distribusi Outlet/keluar
Air bersih PDAM, sumur Pipa transmisi, pipa distribusi
Wastafel, KM/WC, laundry, instalasi gizi, pemeliharaan, sarana dan prasarana
114
Limbah cair
Urinoir, KM/WC, floordrain, wastafel, laundry, instalasi gizi, scrub up, dan unit khusus
Pipa pengumpul, pipa pengolahan, pipa pembuangan
Sistem Penangkapan lemak, sistem netralisasi deterjen, sistem IPAL/IPLC
Drainase Talang, roofdrain Saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier
Run off sungai atau saluran kota
Listrik PLN, genset Saluran listrik (kabel jaringan), Peralatan listrik (transformator, switchboard, panel board, sistem pentanahan)
Peralatan (equipment) medis atau non medis
Penangkal petir
Sistem penangkap petir
Penghantar Elektroda pentanahan
Pemadam kebakaran
Ground tank pemadan
Pipa distribusi fire fighting, pipa drain
Sprinkler, hydrant, box indoor dan outdor
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
a. Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Bersih
Perencanaan sistem penyediaan air bersih di rumah sakit
berpedoman pada sistem yang optimal dan ketepatan pada
pemenuhan kebutuhan pelayanan. Sistem yang efisien dan efektif
juga diperlukan agar ekonomis dalam pembangunan dan
pengoprasian.
115
Skema sistem pengolahan utilitas air bersih pada bangunan yaitu sebagai
berikut:
Gambar 32. Skema sistem distribusi air bersih pada bangunan [Sumber: Buku Arsitektur Rumah Sakit, diakses tanggal 13 Oktober
2020]
b. Kriteria Desain Umum Pengelolaan Limbah Cair
Perencanaan pengelolaan limbah cair berpedoman pada sistem
yang optimal, ekonomis dalam pembangunan dan pengoprasian.
Target utama adalah menurunkan zat pencemar organik dan angka
kuman sehingga sifat air limbah cair memenuhi syarat baku mutu air
limbah.
116
Skema sistem limbah cair pada bangunan yaitu sebagai berikut:
Gambar 33. Skema sistem distribusi pengolahan air limbah pada bangunan
[Sumber: Buku Arsitektur Rumah Sakit, diakses tanggal 13 Oktober 2020]
c. Kriteria Desain Umum Pengolahan Sampah
Untuk kepentingan pengolaan sampah secara garis besar dapat
digolongkan dalam 2 (dua) jenis yaitu sampah medis dan non medis.
1. Sampah Medis
Sampah klinis yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, farmasi, atau sejenisnya, pengobatan, dan perawatan
yang menggunakan bahan beracun, berbahaya, atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu yaitu
menggunakan incenerator.
Konsep sistem pengolahan limbah menggunakan
incinerator, yakni dengan sistem pembakaran yang sempurna.
Proses incenerator dapat melakukan penghancuran sampah kering
dengan tungku pembakaran, kemudian dikelola dan sekaligus
117
dihancurkan hampir seluruh limbah medis dan non medis secara
maksimal.
Skema pengolahan sampah medis pada bangunan yaitu sebagai
berikut:
Gambar 34. Proses Pengolahan Limbah dengan Incenerator [Sumber:https://galihendradita.wordpress.com , diakses
tanggal 3 April 2020]
2. Sampah Non-Medis
Merupakan buangan padat (solid waste) diluar sampah
medis atau klinis.
Gambar 35. Proses Pengolahan Sampah [Sumber:https://galihendradita.wordpress.com, diakses tanggal 13
Oktober 2020]
118
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Tapak
1. Sirkulasi
Perancangan Rumah Sakit Jantung hanya dapat di akses melalui Jl.
Metro Tanjung Bunga, jalur kendaraan di pisah berdasarkan jenis
kendaraan baik entrance dan sirkulasi kendaraan keluar.
Berikut merupakan gambar sirkulasi pada site:
Gambar 36. Konsep Sirkulasi. [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
2. Konsep Kebisingan dan Polusi Udara
Kebisingan dan polusi udarah bersumber dari jalan raya, sedangkan
kebisingan lainnya berasal dari suara deburan ombak pada pantai yang
berada di bagian belakang bangunan. Pada bagian depan bangunan
119
diletakkan pepohonan agar dapat meminimalisir dari kebisingan dan polusi
udara yang ditimbulkan oleh kendaraan, juga peletakan bangunan agak
kedalam tapak sehingga jarak dari sumber kebisingan tidak terlalu dekat.
Berbeda dengan kebisingan suara yang ditimbulkan oleh kendaraan
yang bersumber pada jalan raya, suara deburan ombak yang berasal dari
pantai di belakang bangunan justru memberikan suasana damai dan tentram
bagi pengunjung dan pasien rumah sakit, sehingga dapat mendukung
penyembuhan pasien dalam aspek psikologis.
3. View
View dari dalam tapak ke arah timur merupakan view yang terbaik
karena berhadapan langsung dengan jalan utama yaitu jl. Metro Tanjung
Bunga sekaligus mengarah ke danau Tanjung Bunga dengan pemandangan
yang luas. Serta pada setiap sisi bangunan akan di tambahkan elemen-
elemen vegetasi agar view bangun dari luar ataupun kedalam membuat
suasana hijau, dimana kita lihat bahwa tapak ini masing kurangnya vegetasi
di sekitarnya.
Berikut merupakan gambaran view dari depan:
Gambar 37. Konsep View.
[Sumber: Analisis Penulis, 2020]
120
B. Konsep Pemrograman Ruang
Berikut merupakan pembagian zoning ruang pada site:
Gambar 38. Konsep Zoning. [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
1. Zona Publik
Taman
Lahan Parkir
Dermaga
2. Zona Semi Publik
Rumah Sakit
3. Zona Semi Privat
Ruang rawat inap
Hotel
4. Zona Privat
UGD
ICU
121
Ruang Operasi
Kantor
5. Zona Service
IPAL
C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan
Pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini menggunakan
jenis bangunan dengan massa majemuk, yaitu menggunakan 2 massa yang
dihubungkan dengan jembatan sehingga 2 bangunan menjadi bangunan
massa tunggal. Massa tersebut dibagi berdasarkan fungsinya, dimana
massa yang pertama difokususkan untuk medik, dan massa kedua
difokuskan untuk perkantoran dan non medik.
Berikut merupakan tampilan bentuk bangunan perspektif dari atas:
Gambar 39. Konsep Tampilan Bangunan. [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
122
Berikut merupakan tampilan bangunan view dari depan:
Gambar 40. Konsep Tampilan Bangunan. [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Sesuai dengan konsep healing architecture yang berarti konsep
dengan mengedepankan arsitektur rumah sakit yang mendukung serta
berperan dalam penyembuhan pasien, maka secara umum bentuk
bangunan yang digunakan adalah persegi, dimana bentuk persegi terdiri
atas gabungan garis lurus dan horizontal yang dapat memberikan kesan
tenang, istirahat dan relaks, sehingga bentuk bangunan yang dipilih yaitu
kubus atau kotak.
D. Konsep Kelengkapan Bangunan
1. Struktur
Struktur atap yang digunakan adalah atap plat beton dengan atap
greenroof.
123
Berikut merupakan rencana atap pada bangunan:
Gambar 41. Rencana Atap Plat [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
2. Penghawaan
a. Penghawaan Alami
Rumah sakit ini terdapat balkon yang dipenuhi tanaman
hijau disekeliling bangunan, juga terdapat beberapa ruang terbuka
hijau pada bangunan dan desain taman atau lansekap yang ada
didalam bangunan, sehingga memungkinkan pertukaran udara
kotor dan udara bersih pada ruangan.
b. Penghawaan Buatan
Penggunaan penghawaan buatan yang digunakan rumah
sakit ini yaitu menggunakan AC central.
124
3. Utilitas
Tabel 36. Sistem Pengolahan Utilitas
Air bersih = PDAM, sumur = Pipa transmisi, pipa distribusi = Wastafel,
KM/WC, laundry, instalasi gizi, pemeliharaan, sarana dan prasarana
Limbah cair = Urinoir, KM/WC, floordrain, wastafel, laundry, instalasi
gizi, scrub up, dan unit khusus = Pipa pengumpul, pipa pengolahan, pipa
pembuangan = Sistem Penangkapan lemak, sistem netralisasi deterjen,
sistem IPAL/IPLC
Drainase = Talang, roofdrain = Saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier =Run off sungai atau saluran kota
Listrik = PLN, genset = Saluran listrik (kabel jaringan), Peralatan listrik
(transformator, switchboard, panel board, sistem pentanahan) = Peralatan
(equipment) medis atau non medis
Penangkal petir = Sistem penangkap petir = Penghantar = Elektroda
pentanahan
Pemadam kebakaran = Ground tank pemadan = Pipa distribusi fire
fighting, pipa drain = Sprinkler, hydrant, box indoor dan outdor
4. Material
Material yang digunakan pada lantai kamar ruang rawat inap
yaitu menggunakan bahan vinyl dipadukan dengan gaya modern.
Warna yang digunakan pada bangunan yaitu warna dasar putih dan
hijau, baik dari segi arsitektur dan maupun hijau dari landscape dalam
dan luar bangunan.
125
Berikut merupakan gambar interior kamar VIP:
Gambar 42. Interior Kamar VVIP [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Berikut merupakan gambar interior Lobby:
Gambar 43. Interior Lobby [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
126
Gambar 44. Interior Lobby [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Gambar 45. Interior Lobby [Sumber: Analisis Penulis, 2020]
Golongan warna dingin hijau dan biru memberi pengaruh
psikologis menenangkan, damai(Pile, 1995 dan Birren, 1961). Untuk
warna putih memberi pengaruh bersih, terbuka dan terang (Pile, 1995
dan Birren, 1961).
127
SBAB V
PENUTUP
Pada akhir perancangan ini, penulis menyimpulkan bahwa perancangan
yang berjudul Rumah Sakit Jantung Terpadu dengan Konsep Healing
Architecture di Kota Makassar ini merupakan sebuah bangunan yang dirancang
khusus untuk penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah, menyediakan
fasilitas dan pelayanan kesehatan, pemulihan, pelatihan yang berhubungan dan
berfokus dengan penyakit jantung, dengan menerapkan konsep Healing yang
bertujuan untuk bagaimana bangunan dan lingkungan rumah sakit dapat ikut
berperan dalam penyembuhan pasien terutama dalam segi psikologis.
128
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar. (2015). Perda RTRW Kota Makassar 2015 - 2034. 1–182.
Depkes RI. (2002), Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjend PPM & PLP, dan Dirjend Pelayanan Medik, Jakarta.
Hernowo, S. (2003), Incenerator dana Penanganan Limbah Gas Rumah Sakit. Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
http://docplayer.info/70724429-Penerapan-healing-environmentpada-perancangan-sekolah-dasar-luar-biasa-bagiantunalaras.html (diakses tanggal 9 Maret 2020)
https://media.neliti.com/media/publications/71428-ID-konsep-arsitektur-islami-sebagai-solusi.pdf (diakses tanggal 8 April 2020)
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/download/101/96
https://www.behance.net/gallery/67775483/SejongChungnam-National-University-Hospital (diakses tanggal 3 April 2020)
https://www.propertiterkini.com/beda-roof-garden-begini-penerapan-
konsep-green-roof/ (diakses tanggal 3 April 2020) https://www.rsupwahidin.com (diakses tanggal 9 Maret 2020)
https://www.sanfordhealth.org/locations/sanford-heart-hospital-sioux-falls (diakses tanggal 8 Maret 2020)
Kaplan, Robert M, Sallis Jr., James M., and Patterson, Thomas L. 1993. Health And Human Behavior. New York: Mc. Graw Hill Inc.
Kementrian kesehatan. Pedoman teknis Rumah sakit 2012. Rumah sakit kelas B.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2018). RISKESDAS 2018:
Executive Summary. 1–88.
Neufert, Ernst, terjemahan oleh Sjamsu Amril, Data Arsitek 1 Edisi 33. Jakarta : Erlangga
129
Neufert, Ernst, terjemahan oleh Sjamsu Amril, Data Arsitek 2 Edisi 33. Jakarta : Erlangga
Paramita, N. (2007), Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jurnal PRESIPITASI, Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2019. Panduan Rehabilitasi Kardiovaskular. 1-59.
Peraturan Kementrian Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Peraturan Kementrian Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bnagunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Link gambar:
banjarmasin.tribunnews.com
borpile.info/2015/07/mengenal-jenis-pondasi-strauss-pile.html?m=0
https://olandconsulting.com
https://www.academia.edu
http://www.american-artstone.com
https://www.beckershospitalreview.comhttps://www.prweb.com
https://galihendradita.wordpress.com
https://www.rsupwahidin.com
https://www.wordpress.com
slideplayer.info/slide/2799199/
top related