rumpun ilmu : 624/bidang sosial lain yang belum tecantum ... · i rumpun ilmu : 624/bidang sosial...
Post on 28-Sep-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
Rumpun Ilmu : 624/Bidang Sosial LainYang Belum tecantum
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL INSTITUSI TAHAP II
MODEL KONSTRUK MASYARAKAT HUKUM DEMOKRASI (MHD)
DALAM MENCEGAH KECURANGAN/PELANGGARAN PEMILIHAN
KEPALA DAERAH DI SULAWESI TENGGARA
TIM PENELITI :
HERMAN, S.H., LL.M (KETUA) / NIDN 0006037603
Dr. KAMARUDDIN, SH, M.Hum (ANGGOTA) / NIDN 00220027002
SITTI AISAH ABDULLAH, S.H, M.H (ANGGOTA) / NIDN 0025038206
UNIVERSITAS HALU OLEOAGUSTUS 2018
ii
3
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan model pembentukan
pembentukan Masyarakat Hukum Demokratis (MHD) dan menciptakan Model
Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis (MHD) dalam mencegah
kecurangan/pelanggaran pemilihan kepala daerah. Adapun yang menjadi kegunaan
dari penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model
menumbuhkan Masyarakat Hukum Demokratis (MHD) dalam pilkada, untuk
mencegah kecurangan Pilkada dalam masyarakat, dan untuk mencegah konflik sosial
akibat pilkada dalam membentuk masyarakat harmonis. Secara praktis, hasil dari
penelitian diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam penerapan
hukum pemilu di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yuridis, yang akan
mengidentifikasi bentuk-bentuk kecurangan/pelanggaran dalam Pilkada yang
melibatkan masyarakat, beserta berbagai potensi sosial yang ada di masyarakat yang
dapat berkontribusi bagi pembentukan Masyarakat Hukum Demokratis. Selanjutnya
membuat desain Model Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis dalam mencegah
kecurangan/pelanggaran pilkada. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah empirical yuridis yakni penelitian yang mengidentifikasi fakta hukum berbagai
bentuk kecurangan dalam Pilkada sebagai bahan untuk mendesain konstruk
Masyarakat Hukum Demokratis.
Kata Kunci : Masyarakat Hukum Demokratis, Kecurangan/Pelanggaran Pilkada.
iii
4
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ........................................................................................................ii
Ringkasan .........................................................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1. Latar belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4. Urgensi Penelitian ........................................................................................ 5
1.5. Rencana Target Capaian Tahunan ............................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7
2.1. Masyarakat, Ciri, Kelompok, Struktur dan Sistem Sosial ........................... 7
2.2. Kesadaran Konstitusi ................................................................................... 8
2.3. Negara Hukum Demokratis ......................................................................... 9
2.4. Roadmap Penelitian ................................................................................... 10
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................. 13
3.1. Tipe Penelitian ........................................................................................... 13
3.2. Bahan Hukum Penelitian ........................................................................... 13
3.3. Alat Pengumpulan Data ............................................................................. 14
3.4. Populasi dan Sampel .................................................................................. 14
3.5. Analisis Data .............................................................................................. 14
Bagan Alur Penelitian ....................................................................................... 15
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 16
4.1. Penerapan Masyarakat Hukum Demokratis Dalam Membentuk Kesadaran
Hukum Demokratis Untuk Mencegah Kecurangan Pilkada ...................... 16
4.2. Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis ................................................ 22
4.3. Mencegah Pelanggaran Hukum Dalam Bentuk Praktek Anti Demokratis 22
BAB V PENUTUP.......................................................................................................... 23
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 23
5.2. Saran........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................24
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemilihan Kepala Daerah yang diselenggarakan secara langsung merupakan
sarana kedaulatan rakyat sebagai bentuk demokrasi sebagaimana klaim Undang-
Undang Dasar 1945 bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilaksanakan
menurut Undang-undang. Gagasan ini menguatkan paham demokratis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang setidaknya memiliki dua argumen dasar;
pertama, Konsep demokrasi dalam pembentukan pemerintahan menjadi Model yang
digunakan dalam praktik sistem ketatanegaraan dan Pemerintahan, kedua bahwa
keterlibatan partisipasi publik dalam pembentukan pemerintahan melalui pilkada
Langsung telah meneguhkan bekerjanya mekanisme publik.
Namun Idealitas gagasan tersebut dalam implementasinya ternyata
menyertakan implikasi yang tak terduga. Praktik Demokrasi Langsung dengan
Voting, terjebak dalam realitas yang memaksa harus ada pihak yang dinyatakan
kalah, dan pihak yang dinyatakan Menang. Terminologi Kalah-Menang inilah yang
nampaknya tidak atau belum dapat di adaptasi secara matang dalam kesadaran hukum
dan demokratis masyarakat. Akibatnya praktik kecurangan terjadi dengan berbagai
bentuknya, yang bukan saja melibatkan masyarakat sebagai sukjek perilaku, bahkan
meletakkan masyarakat sebagai korban. Konflik sosial telah memecah kekerabatan
sehingga memutus interaksi sosial, dan berujung pada disharmoni dan instabilitas
2
sosial. Kesadaran hukum demokratis masyarakat nampak berubah dalam perilaku
masyarakat ”intrik”; yakni masyarakat yang berpikir dan bertindak dengan praktik-
praktik curang, dan atau melanggar hukum. Hal ini kita saksikan dalam berbagai
fakta Pilkada di hampir semua penyelenggaraan Pilkada di Indoensia.
Terdapat dugaan, bahwa; pertama, masyarakat hanya pihak yang menjadi
korban dari rekayasa pihak tertentu, yang dimanfaatkan untuk melakukan tindakan
tertentu dalam memengaruhi untuk memilih atau memenangkan pilihan tertentu;
kedua, mungkin pula terdapat individu-individu dari warga masyarakat yang melihat
peluang membulatkan dukungan masyarakat yang diorganisasi sedemikian rupa
dengan mempertemukannya pada pihak yang berkepentingan; dugaan keterlibatan
pihak penyelenggara yang kolutip dengan pihak peserta Pilkada dengan melibatkan
masyarakat. Kesemua alasan ini menstimulasi gagasan untuk mendesain konsep
Masyarakat Hukum Demokratis untuk mencegah kecurangan dengan berbagai
bentuknya dalam penyelenggaraan Pilkada, membangun masyarakat Anti-Konflik
melalui penguatan dan pelembagaan berbagai potensi kearifan sosial (Adat-agama-
kesusilaan-Tradisi) yang dimiliki masyarakat.
Pilkada Muna sebagai contoh yang melakukan Pilkada dengan dua kali
pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) berdasarkan Putusan Mahkamah
Konstitusi, dengan alasan bahwa kecurangan Pemilu terjadi pada proses
penyelanggaraan Pilkada.
Fakta hukum adanya konflik sosial terjadi seperti pembakaran Pasar Laino
Muna, Pembakaran Rumah Lurah daerah yang ditetapkan melaksanakan PSU dan
3
beberapa fakta lain yang teridentifikasi terjadi konflik akibat kecurangan dengan
berbagai bentuknya. Keprihatinan inilah yang mengantar riset ini menjadikan
Sulawesi Tenggara sebagai profil daerah penelitian yang akan melaksanakan
pemilihan Gubernur dan Pemilihan Walikota.
Menjadi konsistensi kita bahwa bahwa demokrasi yang hendak kita dibangun
adalah demokrasi yang berdasarkan hukum (constitutional democracy).1 untuk itu
maka pengejawantahan kedaulatan rakyat di dasarkan pada implementasi undang-
undang mengenai pemilihan umum (pemilu), baik itu pemilihan terikait pemilihan
umum presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan kepala daerah.
Pemilihan umum(general election) pada dasarnya merupakan sebagai salah satu
sarana penyaluran hak asasi warga Negara, sebagaimana Jimly Asshiddiqie.2
berpendapat, General elections merupakan wujud pemenuhan Hak asasi warga
Negara, dengan begitu maka penyelenggaraan negara dan pemerintahan seharusnya
menghindari absolutisme kekuasaan Negara sebagaimana diingatkan oleh Lord
1 Timbulnya paham ini, secara universal merupakan paham demokrasi yang kemudianmendapatkan antinominya sendiri yakni nomokrasi, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa konsepdemokrasi memiliki keterbatasan atau kelemahan bawaannya sendiri. Karena kelemahan bawaaninilah maka proses pengambilan keputusan dalam dinamika harus diimbangi oleh prinsip negarahukum, yang mengutamakan kedaulatan hukum, prinsip supremasi hukum, atau kekuasaan tertinggidi tangan hukum. Hal ini kemudian kembangkan gagasannya antara demokrasi dan nomokrasi,demokrasi dan nomokrasi harus berjalan seiring sehingga demokrasi akan mencapai titik hakikatnya.Selanjutnya dapat dibaca pada Jimly Asshiddiqie, PokokPokok Hukum Tata Negara Indonesia-PascaReormasi, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), Hal 143152.
2 Terjemahan: “Kegiatan pemilihan umum juga merupakan salah satu sarana penyaluran hakasasi warga Negara yang sangat prinsipil, Jimly Asshiddiqie, The Constitutional Law ofIndonesia, (Malaysia: Sweet & Maxwell Asia, a division of The Thomson Corporation, 2009), Hal608
4
Acton, “Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutel,3Bahwa
kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan mutlak pasti korup.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini mengajukan permasalahan pokok, yakni bagaimanakah
Penerapan Masyarakat Hukum Demokratis (MHD) membentuk kesadaran hukum
dalam mencegah kecurangan pilkada di Kabupaten Muna ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan
Masyarakat Hukum Demokratis untuk membentuk kesadaran hukum dalam
mencegah kecurangan/pelanggaran Pimilihan Kepala Daerah. Adapun yang menjadi
kegunaan dari penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
model dalam menumbuhkan Masyarakat Hukum Demokratis (MHD) dalam pilkada,
dalam menerapkan Masyarakat Hukum Demokratis dalam membentuk kesadaran
hukum dalam mencegah kecurangan/pelanggaran pildaka dalam masyarakat, dan
untuk mencegah konflik sosial akibat pilkada dalam membentuk masyarakat
harmonis. Secara praktis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan masukan
yang berarti dalam penerapan hukum pemilu di Indonesia.
1
3 Manusia yang Mempunyai kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yangmempunyai kekuasaan yang terbatas pasti akan menyalahgunakan secara tak terbatas.
5
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini memiliki urgensi pada beberapa hal dasar, pertama bahwa hasil
penelitian ini akan memberikan manfaat khususnya bagi pemerintah, aparat penegak
hukum, masyarakat dalam penyelenggaraan Pilkada. Dengan penelitian ini dapat
menerapakn masyarakat hukum demokratis untuk membentuk kesadaran hukum
dalam mencegah kecurangan/pelanggaran Pilkada sekaligus dapat menjadi solusi
bagi pemerintah serta instansi penyelenggara pilkada diseluruh Indonesia. Kedua
bahwa diharapkan menumbuhkan Kesadaran hukum demokratis dimasyarakat
sehingga dapat mencegah konflik sosial, menciptakan harmoni dan stabilitas sosial.
1.5 Rencana Target Capaian Tahunan
No. Jenis LuaranIndikator Capaian
TS TS+1 TS+2
1.Publikasi ilmiah
Internasional Tidak ada Tidak ada Accepted
Nasional terakreditasi Draft Draft Draft
2. Pemakalah dalamtemu ilmiah
Internasional Tidak ada Tidak ada Draft
Nasional Tidak ada Tidak ada Terdaftar
3. Keynote speakerdalam temu ilmiah
Internasional Tidak ada Tidak ada Draft
Nasional Tidak ada Tidak ada Draft
4. Visiting lecturer Internasional Tidak ada Tidak ada Draft
5.
Hak KekayaanIntelektual(HKI)
Paten Tidak ada Tidak ada Terdaftar
Paten sederhana Tidak ada Tidak ada Draft
Hak cipta Tidak ada Tidak ada Draft
Merek dagang Tidak ada Tidak ada Draft
Rahasia dagang Tidak ada Tidak ada Draft
Desainproduk
Tidak ada Tidak ada Draft
Indikasi geografis Tidak ada Tidak ada Draft
Perlindunganvarietas tanaman
Tidak ada Tidak ada Draft
Perlindungantopografisirkuit terpadu
Tidak ada Tidak ada Draft
6. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak ada Tidak ada Skala I
7. Model/purwarupa/desain/karyaseni/rekayasa social
Draft Penerapan Draft
8. Buku ajar (ISBN) Tidak ada Tidak ada Draft
9. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Tidak ada Tidak ada Skala I
6
7
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat : Ciri, Kelompok, Struktur dan Sistem Sosial
Konsepsi masyarakat dapat dijelaskan dalam pandangan Ralph Linton4 yang
memahami masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama dan
bekerjasama, sehingga secara sosial dapat mengorganisasikan dirinya sebagai
salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Basrowi, 2005; Hal 39).
Terdapat unsur adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama
dan adanya kerja sama di antara anggota kelompok, memiliki pikiran atau perasaan
menjadi bagian dari suatu kesatuan kelompoknya.
Demikian pula Syani5 mengemukakan ciri pokok sebuah masyaraakat
adalah 1) Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama, 2)
manusia yang hidup bersama itu meruakan suatu kesatuan, 3) manusia yang hidup
nbersama itu merupakan suatu sistem Hidup bersama yaitu hidup bersama yang
menimbulkan kebudayaan oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa dirinya
masing-masing terikat dengan kelompoknya.
Struktur sosial menurut soekant6 mengacu pada hubungan-hubungan social yang
lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat yang
memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris.
4 Basrowi, 2005. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Ghalia.5 Syani, Ibid. hal. 42.6 Soekanto, Ibid, hal. 67.
8
Sedangkan Syani7melihat struktur sosial dalam dua hal, pertama perangkat struktur
sosial, yang menurutnya paling pokok adalah status sosial, sementara struktur dari
aspek fungsinya memandang peran individu yang tergabung dalam kehidupan
masyarakat mampu memelihara kontinuitas dari apa-apa yang bersifat struktural
selanjutnya dikemukakan pula ciri struktur sosial yang meliputi lima aspek, 1)
Struktur sosial mengacu pada hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan
bentuk dasar pada masyarakat; adanya batasan tindakan tertentu secara organisatoris,
seperti pada lembaga-lembaga, kelmpok dan proses sosial; 2) Struktur sosial
mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu; 3)
Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari
sudut pandang teoritis; 4) struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis
atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai
bagian tubuhnya yang berbentuk struktur; 5) struktur merupakan tahapan perubahan
dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, pertama, adanya
peranan empiris dalam proses (perubahan- perkembangan), kedua dalam proses
dimaksud, terdapat tahapan perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi sosial
yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam
tubuh masyarakat.
2.2 Kesadaran Konstitusi
Jimly berpendapat bahwa untuk menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi
diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi
7 Syani, Ibid, hal. 68.
9
materi muatan konstitusi.8Kesadaran konstitusi yang diberikan oleh Jimly
Asshiddiqie memahamkan nilai kebangsaan yang melandasi kesadaran dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Komunitas kebangsaan yang ada telah
merupakan komunikasi bersama yang membenamkan kesadaran bersama kita sebagai
bangsa yang tidak lagi tergoyahkan dalam organisasi kenegaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Inilah pilar kehidupan berbangsa dan bernegaara yang kita jalani
sekarang ini.
2.3 Negara Hukum Demokratis
UUD 1945 meneguhkan prinsip konstitusional berbangsa dan bernegara;
pertama bahwa Indonesia adalah Negara berdasarkan Hukum (rechstaat) bukan
berdasar kekuasaan (machstaat), Kedua, bahwa Kedaulatan berada di tangan Rakyat
yang dilaksanakan menurut Undang-undang. Prinsip ini menegaskan fundamental
bernegara bahwa Indonesia adalah Negara hukum demokratis.
Kedaulatan rakyat menjadi legalitas kekuasaan Negara dan
pemerintahan9Penguatan demokrasi dalam penyelenggaraan negara harus
diimbangi dengan prinsip keadilan, nomokrasi, atau the rule of law.10Inilah yang
kemudian dikenal dengan prinsip Negara hukum, yang mengutamakan kedaulatan
hukum, prinsip supremasi hukum (supremacy of law) atau kekuasaan tertinggi di
8Jimly Asshiddiqie 2008, Membangun Budya sadar berkonstitusi (Makalah : SeminarMembangun Masyarakat Sdaar berkonstitusi : DPP Partai Golkar, Jakarta Juli). hal 10
9 Janedri M. Gaffar, Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2013), hal1
147
10 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Op.Cit., Hal 146 11 Ibid, Hal
1010
tangan hukum.11Dicey mengemukakan unsur Negara Hukum, yakni: Pemisahan
Kekuasaan, Pemerintahan berdasarkan Peraturan, Perlindungan Hak asasi Manusia dan
Peradilan Administrasi.
2.4 Roadmap Penelitian
Penelitian ini berfokus pada model penyelesaian konflik penyelenggaraan
pemilu kada. Penelitian terkait hal tersebut yang pernah dilakukan :
1. Penelitian Bungasan Hutapea
Penelitian berjudul Dinamika Hukum Pemilihan Kepala Daerah di
Indonesia (the Dynamics of Law of Local Election for Regional Leaders in Indonesia)
(2015). Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perkembangan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pilkada langsung sebagai
wujud demokrasi dan kedaulatan rakyat. Dinamika hukum Pilkada di Indonesia
selama lebih dari dasawarsa telah memberikan peranan politik yang cukup berarti.
Namun penyempurnaan-penyempurnaan untuk mengatasi kekurangan Pilkada
langsung harus tetap dilakukan seperti perlu adanya pengaturan progres rekruitmen
pilkada langsung yang bersih dan transparan sehingga tujuan Pilkada langsung untuk
mencapai kedaulatan rakyat dapat tercapai, memperbaiki kualitas penyelenggaraan
pilkada termasuk integritas penyelenggara KPUD, membuat konstruksi berfikir yang
sama bahwa tindak pidana politik uang adalah criminal, sehingga siapapun pasangan
11 Ibid. Hal. 101
1111
calon kepala daerah termasuk pendukung, masing-masing dapat menerima dan
mengawasi dengan cara yang sama terhadap jenis tindak pidana politik uang,
melakukan perbaikan secara menyeluruh hal-hal fundamental dalam sistem politik,
demokrasi dan kedaulatan dalam penyelenggaraan pemilihan umum di daerah hingga
penataan regulasi komprehensif, sehingga tidak ada celah salah tafsir dan multi tafsir
terhadap undang-undang partai politik12.
2. Penelitian Bilal Dewansyah
Penelitian berjudul Model Kampanye Deliberatif Dalam Desain Pilkada
Serentak :Sebuah Gagasan Perubahan (Deliberative Campaign Model in Simultane
Local Election Design: An Idea of Change), (2015). Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi peraturan perundang-undangan terkait dengan Pilkada.13 Penelitian
dapat disimpulkan dalam dua hal, pertama, model kampanye deliberative menjadi
penting untuk diadopsi dalam mekanisme resmi Pilkada karena praktik kampanye
Pilkada saat ini bersifat adversarial, tidak memberikan informasi yang cukup dan
berimbang serta seringkali materi kampanye tidak rasional secara normatif. Selain itu,
kampanye deliberative pun dibutuhkan, mengingat bentuk-bentuk kampanye pilkada
yang diatur dalam hukum positif saat ini, walaupun memungkinkan terjadinya
deliberasi, namun tidak memberikan ruang pertukaran argument secara resiprokal
dan kritis sebagaimana layaknya deliberasi demokratis. Kedua,
kampanye deliberative/deliberasi public pada prinsipnya berbentuk forum debat
12 Jurnal rechtsvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 4, Nomor 1, April2015, Hal 1 13 Ibid. Hal 21 14 Ibid. Hal. 39.
1212
antara calon kepala daerah dan wakilnya dengan partisipan yang merupakan
representasi dari calon pemilih yang diseleksi secara acak untuk menjamin
inklusifitas13.
3. Penelitian Diana Yusyanti
Penelitian berjudul Dinamika Hukum Pemilihan Kepala Daerah Menuju
Proses Demokrasi Dalam Otonomi Daerah (Dynamic Process on the law of Local for
Regional Leaders Toward Democratic Way in Regional Autonomy), (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi konflik yang sering kali terjadi. Hasil
penelitian yaitu agar tidak terjadi konflik pada Pemilihan Kepala Daerah, intinya,
adalah, Calon Kepala Daerah dan Partai Politik pendukung, jangan menyuap,
menyogok masyarakat, jangan sampai menyuap dan penyelenggara pilkada (KPUD
dan KPUD jangan mau terima suap, agar netral, dengan bermain politik uang
tersebut berarti menodai demokrasi.
13 Ibid. Hal 39
1313
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yuridis yang akan mengidentifikasi
bentuk-bentuk kecurangan/pelanggaran dalam Pilkada yang melibatkan masyarakat,
beserta berbagai potensi sosial yang ada di masyarakat yang dapat berkontribusi bagi
pembentukan Masyarakat Hukum Demokratis. Selanjutnya membuat desain Model
Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis dalam mencegah kecurangan/pelanggaran
pilkada. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah empirical yuridis
yakni penelitian yang mengidentifikasi fakta hukum berbagai bentuk kecurangan
dalam Pilkada sebagai bahan untuk mendesain konstruk Masyarakat Hukum
Demokratis .
3.2. Bahan Hukum Peneltian
Bahan Hukum dalam penelitian ini terbagi dari 3 (tiga), yakni bahan hukum
primer, Bahan Hukum Sekunder, dan bahan hukum tersier.
Bahan hukum primer terdiri atas Dokumen hukum berupa laporan kejadian
penyidikan, fakta hukum persidangan, Data pelanggaran dan kecurangan Pilkada.
Bahan hukum skunder terdiri atas keterangan responden dan informan
penelitian, meliputi keterangan masyarakat, pemerintah, penyelenggara, aparat hukum,
lembaga sosial masyarakat: tokoh adat-tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda.
1414
Bahan hukum Tersier, adalah peraturan hukum yang relevan, norma adat dan
sosial masyarakat.
3.3. Alat Pengumpulan Data/Bahan Hukum
a. Wawancara : dilakukan terhadap pihak penyelenggara, warga masyarakat
pemilih, aparat tokoh agama, adat, Pemuda.
b. Angket : Kepada warga masyarakat Pemilih
c. Dokumentasi : Fakta hukum kecurangan/pelanggaran Pilkada Muna
d. Observasi
3.4. Populasi dan Sample
Populasi penelitian ini membedakan antara Responden dan Informan.
Responden adalah warga masyarakat, sedangkan informan adalah pihak tertentu,
meliputi aparat, penyelenggara, tokoh adat-agama-pemuda. Pengambilan sampel
dilakukan secara Purpossive sampling, yakni sample akan dikualifikasi secara
kategoris dengan prosentase hingga 30 % sample.
3.5. Analisis Data
Data sebagai analisis bahan hukum akan dikualifikasi berdasarkan fakta
hukumnya, selanjutnya menarik korelasi dengan indikator-indikator objektifnya,
selanjutnya diidentifikasi dengan melakukan analisis empiric yuridis, yakni perilaku
kecurangan yang didasarkan pada kualifikasi pelanggaran hokum sebagaimana diatur
dalam UU Penyelenggaraan Pilkada.
1515
Bagan Alur Penelitian
Mulai Tahap Persiapan Penelitian
Landasan Teori Tujuan Penelitian
Pemilihan BentukAnalisa
observasi
Penentuan Informasi
Pengolah Data1. Menetapkan Kriteria2. Melakukan Pengelolmpokan Data3. Membuat Bentuk Upaya dan Konsep Hasil
Penentuan Informasi
Hasil Produk
Model Karya Publikasi
Evaluasi
Kesimpulan dan Saran
1616
BAB IV PEMBAHASAN HASI PENELITIAN
4.1. Penerapan Masyarakat Hukum Demokratis dalam membentuk Kesadaran
Hukum Demokratis Untuk mencegah Kecurangan Pilkada
Penerapan Masyarakat Hukum Demokratis dalam membentuk Kesadaran
Hukum Demokratis Untuk mencegah Kecurangan Pilkada dipahami sebagai bentuk
Pelembagaan Masyarakat Hukum Demokratis Pelembagaan konstruk Masyarakat
Hukum Demokratis tersebut dapat dijelaskan dalam bagan berikut :
FORUM POKADULU
KULTURASI1. Pendidikan Hukum Demokratis2. Revitalisasi Kearifan Lokal3. Pemberdayaan Sosial: Kesadaran Hukum Demokratis
KONSTRUK HUKUM DEMOKRATIS1. Sadar-Taat Hukum 1. Toleran2. Tertib Hukum 2. Solider
3.Tertib Hukum4.Tolong Menolong
Mencegah Pelanggaran HukumDalam Praktek Anti Demokrasi
1717
4.1.1. Forum Pokadulu
Forum Pokadulu merupakan wadah yang menghimpun Tokoh Adat, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, dan Kelompok Pemuda ke dalam Form Pokadulu Forum
inilah yang akan menjadi Kader Binaan Badan Kesbangpol kabupaten Muna, yang
akan mendapatkan Pembinaan secara terprogram dan berkelanjutan terhadap
pembinaan Hukum dan Demokrasi di masyarakat. Forum ini didesain sebagai bentukan
secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat yang bertugas melakukan Kulturasi
kesadaran Hukum Demokrasi kepada masyarakat. Forum ini berkedudukan di setiap
Kecamatan.
4.1.2. Kulturasi
Kulturasi dilakukan dengan tiga bentuk, pertama, Pendidikan Hukum
Demokratis, Kedua, Revitalisasi Tradisi sosial, dan Ketiga Pemberdayaan Sosial.
1. Pendidikan Politik Hukum dan Demokrasi
Pendidikan Politik Hukum dan Demokrasi akan diselenggaraakan dengan
berbagai bentuk program pengembangan kapasitas (Capacity Buiding) terhadap
Pengurus kelembagaan MHD yang selanjutnya secara berkelanjutan didesain untuk
semua segmen sosial masyarakat, hingga aparat birokrasi dan elemen sosial lainnya.
1818
Bentuk Kurikulum Formil Informila. Camp/
JamboreLeadershif
b. TrainingHukumDemokrasi
Kearifan LokalKesadaran Politik,Hukum danDemokrasi
a. Pendidikanformal:PenguatanMateri Tematik:Kearifan LokalkepadaPelajar/Mahasiswa
b. Kegiatan EkstraKurikule
ReformulasiTradisi lokaldalamTradisi sosialmasyarakatke dalamMasyarajatHukumDemokratis(MHD)
a) Bentuk Program
1) Leadership Camp (Jambore Leadership)
Program kegiatan ini akan diperuntukkan bagi pelajar, pemuda dan mahasiswa
dalam beragam bentuk kegiatan variatif dengan pengembangan aspek
leadership/kepemimpinan terutama bagi pelajar SMU, mahasiswa dan kelompok
pemuda. Kegiatan ini didesain sebagai Jambore Leadership Pemuda yang dirancang
sebagai kegiatan Tahunan dengan melibatkan publik pemuda secara luas, dengan
berbagai kompetisi kecakapan Demokrasi yang diintegrasikan sebagai komitmen pada
kearifan lokal setempat, yang diperlombakan antar kelurahan atau antar kecamatan se
kabupaten Muna.
2) Pendidikan Politik Demokratis
Kegiatan ini merupakan program yang didesain untuk membentuk kader
Trainer of Training yang secara berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan Politik,
Hukum dan Demokrasi, bagi terbentuknya kesadaran Hukum Demokratis di
1919
Masyarakat. Program ini secara bertahap akan merekrut pemuda disemua segmen
sosial se Daerah kabupaten Muna secara berkelanjutan.
b) Kurikulum
1) Kearifan Lokal Adat Muna
Kearifan Lokal dipandang memiliki kekuatan intrinsik dalam membentuk
kesadaran Hukum Demokratis. Riset ini menemukan nilai sosial yang terdapat pada
Adat Istiadat masyarakat Muna yang dapat Revitalisasi sedemikian rupa untuk
dikonversi sebagai kesadaran Hukum Demokratis dalam masyarakat.
Wawancara yang dilakukan dengan Kepala Adat Muna Bapak Laode Sirat
Imbo menyatakan bahwa “Terdapat nilai sosial dalam adat istiadat masyarakat Muna
yang dikenal dengan sebutan POKADULU yang diartikan sebagai“Arisan Tenaga”
yakni kebiasaan masyarakat menjalani kehidupan dengan rasa bersama dan gotong
royong, seperti dilakukan dalam pembukaan Lahan Kebun, membuat rumah dan
semacamnya” Arisan Tenaaga dimaksud dipahami bahwa secara bergantian
pembukaan lahan kebun itu dilakukan secara bergantian di antara semua warga
masyarkat”. Nilai Pokadulu inilah yang merupakan salah satu nilai sosial yang dapat
direvitalisasi ke dalam konsepsi kesadaran Hukum Demokratis di masyarakat.
Tujuan kegiatan ini akan membentuk Kader MHD secara berkelanjutan, yang
bertugas membangun kesadaran Hukum Demokratis di semua lapisan masyarakat. Hal
ini dipandang positif dalam membentuk harmonisasi dan stabilitas sosial masyarakat.
Kristalisasi nilai sosial dimaksud perlu dilakukan dengan Seminar budaya dan Adat
2020
Istiadat Muna dengan menghimpun berbagai pihak untuk berbagi pikiran dalam
mebentuk kesadaran sosial bersama. Hal ini telah diinisiasi dalam Rencana program
bersama dengan pemerintah Daerah secara langsung melalui Kesbangpol Kabupaten
Muna.
2) Kesadaran Hukum Demokratis
Muatan Kurikulum kesadaran Politik Hukum dan Demokrasi dipandang
penting untuk diletakkan secara benar dalam pemahaman semua segmen sosial
masyarakat agar ide Demokrasi dapat terbentuk sebagai kesadaran sosial. Mesti
terpahamkan dengan baik bahwa penyelenggaraaan demokrasi langsung dalam
pemilihan kepala Daerah merupakan penghargaan yang di berikan kepada Rakyat
sebagai pemegang kedaulatan dalam negara, dan pemilihan Kepala Derah adalah
memilih orang terbaik yang seharusnya duduk sebagai pemimpin, yang pada
pemimpin itulah terletak tanggungjawab penyelenggaraaan pemerintahan bagi
kesejahteraan seluruh Rakyat.
Riset ini melihat bahwa Rakyat tidak berdaya menghadapi kekuatan besar
partai politik. Kesadaran berdemokrasi tidak terorganisir, sehingga begitu mudah
dikalahkan oleh kekuatan anti demokrasi yang bekerja secara terstruktur dan massif.
Pada keprihatinan inilah riset ini hendak menyatakan diri untuk berkontribusi dengan
memasukkan kesadaran politik, hukum dan demokrasi sebagai kurikulum dalam
pendidikan politik dimaksud dalam membentuk ketahanan hukum dan demokrasi di
masyarakat Muna.
2121
2. Revitalisasi Tradisi Sosial
Revitalisasi sosial merupakan upaya memberi penguatan pada nilai kearifan
lokal dalam konsepsi kesadaran hukum demokratis dalam membentuk Masyarakat
Hukum Demokratis dimaksud. Dengan memelihara tradisi sosial masyarakat,
mengembangkan konsep sosial tersebut sehingga tetap memberi penguatan pada
konsepsi kesadaran bersama pada masyarakat. Hal ini diperlukan agar nilai intrinsik
yang terdapat pada kearifan lokal pada masyarakat Muna tersebut tetap merawat rasa
kebersamaan tersebut. Seperti penamaan Forum Pokadulu tersebut, tentunya memberi
pengaruh bagi penanaman kesadaran keoada masyarakat. Semangat Pokadulu inilah
yang diharapkan memberi spirit kebersamaan masyarakat dalaam berbagai aspek
kehidupan sosial, agar dapat terhindar dari praktik anti demokrasi dan tindakan
pelanggaran hukum, kriminal, dan tindakan melanggar hukum lainnya dalam praktik
demokrasi.
3. Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan sosial dimaksudkan sebagai upaya melakukan pendampingan
kepada masyarakat melalui forum Pokadulu tersebut. Berbagai program dapat
dikembangkan dengan kerjasama masyarakat, Pemerintah Daerah dan Perguruan
Tingga sebagai langkah pemberdayaan sosial. Perlu dipahami bahwa tersebut akan
berlangsung secara dinamis mengingat perkembangan teknologi dalam dinamika
sosial dipastikan akan menyertai pengembangannya, sehingga masyarakat tetap dapat
2222
beradaptasi dengan kemajuan dengan tetap memegang komitmen nilai-nilai bersama
tersebut.
4.2. Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis
Konstruk Masyarakat Hukum Demokratis diidealisasikan sedemikian rupa
sebagai gabungan masyarakat yang memiliki dan menunjukan cirri masyarakat
Hukum Demokratis. Dimana Masyarakat hukum dengan indikator, Sadar, Taat dan
Tertib Hukum dalam Prilaku sosialnya, sedangkan Masyarakat Demokratis adalah
masyarakat yang menunjukkan sikap dan prilaku Dremokratis, seperti Saling
Menghargai, Toleran, Tolong Menolong, Gotong royong.
Konstruk MHD ini akan membentuk ketahanan Hukum dan Demokrasi di
masyarakat sehingga akan membantu meminimalisir berbagai potensi konflik yang
sering di masyarakat.
4.3. Mencegah Pelanggaran Hukum Dalam Praktek Anti Demokrasi
Pelanggaran dan berbagai kecurangan dalam kehidupan Demokrasi
menunjukkan kualitas demokrasi kita yang begitu rendah. Hal tersebut terjadi antara
lain ketidakberdayaan akibat keterbatasan masyarakat berhadapan dengan arus besar
tindakan anti-Demokrasi yang massif dan meluas.
Implikasi dari fakta demikian berada pada masyarakat sebagai pemegang
kadaulatan rakyat. Konstruk Masyaraakat Hukum Demokratis ini diharapkan dapat
sedikit berkontribusi dalam ikhtiar mencegah kecurangan dan pelanggaran hukum di
masyarakat melalui terbentuknya kesadaran Hukum dan Demokrasi di masyarakat.
2323
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penerapan Masyarakat Hukum Demokratis dalam membentuk Kesadaran
Hukum Demokratis Untuk mencegah Kecurangan Pilkada sebagai bentuk
Pelembagaan konstruk Masyarakat Hukum Demokratis di Kabupaten Muna dapat
melalui Forum Pokadulu yang merupakan wadah yang menghimpun Tokoh Adat,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Kelompok Pemuda. Kearifan Lokal
dipandang memiliki kekuatan intrinsik dalam membentuk kesadaran Hukum
Demokratis. Riset ini menemukan nilai sosial yang terdapat pada Adat Istiadat
masyarakat Muna yang dapat Revitalisasi sedemikian rupa untuk dikonversi
sebagai kesadaran Hukum Demokratis dalam masyarakat.
5.2. Saran
Muatan Kurikulum kesadaran Politik Hukum dan Demokrasi dipandang
penting untuk diletakkan secara benar dalam pemahaman semua segmen sosial
masyarakat agar ide Demokrasi dapat terbentuk sebagai kesadaran sosial.
2424
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi (Makalah :
Seminar Membangun Masyarakat Sadar Berkonstitusi). Jakarta. DPP Partai
Golkar, Jakarta Juli.
. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT. Bhuana
Ilmu Populer.
. 2009. The Constitutional Law of Indonesia, (Malaysia: Sweet & Maxwell
Asia, a division of The Thomson Corporation.
Barnett, Hilaire. 2002.Constitutional and Administrasi Law, Ed 4.London:
Cavendish Publishing Limited.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Ghalia.
Daniel S Lev, 1973/II, Peradilan dan Kultur Hukum Indonesia. Jurnal Prisma, No. 6.
Edisi Desember.
Durkheim, Emile. 2010. the Division of Labor in society Dalam Esmi Warasih,
Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang : Universitas
Diponegoro.
Gaffar, Janedri M. 2012. Demokrasi Konstitusional: Praktik Ketatanegaraan
Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945, Jakarta: Konpress.
. 2013. Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press. Jurnal
rechtsvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional. Volume 4, Nomor 1,
April 2015.
2525
Mu’iz Ruslan, Utsman Abdul. 2000, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo: Era
Intermedia.
Parsons Talcott, 2011. Sosiologi, Teks, Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana.
Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo.
Warasih, Emmi. 2010. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2010
Wikantiyoso, Respati Dan Pindo Tutuko. 2009. Kearifan Lokal Dalam Perencanaan
Dan Perancangan Kota, Untuk Mewujudkan Arsitektur Kota Yang
Berkelanjutan, Malang : Group Konservasi Arsitektur Dan Kota.
top related