salinan - jdih.setjen.kemendagri.go.id · air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun...
Post on 24-Jul-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BUPATI MANGGARAIPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAINOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER MATA AIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MANGGARAI,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kualitas dan kuantitassumber mata air, diperlukan langkah-langkah strategisuntuk pengendalian kawasan sumber air sebagai kawasanlindung;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, PemerintahDaerah sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkankebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan SumberMata Air;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentangPembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam WilayahDaerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat danNusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber DayaAir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
SALINAN
2
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5679);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor167, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4412);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentangPengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor153, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4161);
8. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentangPengelolaan Kawasan Lindung;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 6 Tahun2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenManggarai (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai Tahun2012 Nomor 6);
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI
danBUPATI MANGGARAI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DANPENGELOLAAN SUMBER MATA AIR.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Manggarai.3. Bupati adalah Bupati Manggarai.
3
4. Instansi yang berwenang adalah instansi yang diberikan kewenanganmengeluarkan izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Badan Pengelola air adalah Badan Usaha yang ditunjuk berdasarkanperaturan daerah untuk mengelola, menguasai, mengeksploitasi,menyalurkan/mendistribusikan air kepada masyarakat dengan tarif yangtelah ditentukan.
6. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawahpermukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, airtanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
7. Mata air adalah tempat keluarnya air secara alami dari dalam lapisantanah.
8. Sumber Mata Air adalah aliran air tanah yang muncul ke permukaantanah secara alami, yang disebabkan terpotongnya aliran air tanah olehbentuk topografi setempat dan keluar batuan.
9. Kawasan mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyaimanfaat yang penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mataair.
10. Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup,zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam air, sehingga kualitas airturun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsilagi sesuai dengan peruntukannya.
11. Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggiuntuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian airbumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Perlindungan terhadap sumber mata air dimaksudkan untuk :a. memastikan posisi dan peran para pihak dalam perlindungan dan
pengelolaan sumber mata air;b. mengakomodir kepentingan semua pihak dalam perlindungan dan
pengelolaan sumber mata air; danc. mencegah konflik pada daerah perlindungan sumber mata air.
(2) Perlindungan terhadap sumber mata air bertujuan untuk :a. memelihara kelestarian kawasan sumber mata air;b. menjamin aliran air di kawasan sumber mata air secara
berkesinambungan;c. meningkatkan debit air;dand. mengembangkan manajemen perlindungan dan pengelolaan kawasan
sumber mata air.
BAB IIISTATUS SUMBER MATA AIR
Pasal 3
(1) Sumber mata air yang terletak di luar kawasan hutan negara yangmempunyai fungsi strategis dan vital bagi kehidupan manusia dan semua
4
makhluk hidup lainnya serta kekhususan dan kerentanan ciriekologisnya ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat.
(2) Pemerintah Daerah berwenang mengatur perlindungan dan pengelolaankawasan mata air dengan tujuan menyelamatkan kawasan sumber mataair dari ancaman kehancuran seluruh ekosistemnya dan mata air dariancaman kekeringan.
Pasal 4
Dalam mengatur perlindungan dan pengelolaan kawasan mata air,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pemerintah Daerah tetapmengakui dan menghormati hak milik masyarakat di kawasan mata air.
BAB IVPERLINDUNGAN KAWASAN SUMBER MATA AIR
Pasal 5
(1) Perlindungan kawasan sumber mata air merupakan kewajiban bersamaPemerintah Daerah, masyarakat dan pemilik lahan di kawasan mata air.
(2) Perlindungan kawasan sumber mata air sebagaimana dimaksud padaayat (1), meliputi :a. rencana perlindungan; danb. bentuk perlindungan.
Bagian KesatuRencana Perlindungan
Pasal 6
Perencanaan perlindungan kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (2) huruf a, dilakukan secara teknis oleh SKPD terkait.
Bagian KeduaBentuk Perlindungan
Pasal 7
Bentuk perlindungan kawasan sumber mata air sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (2) huruf b, meliputi :a. inventarisasi dan identifikasi kawasan sumber mata air secara
menyeluruh;b. pemancangan penetapan kawasan sumber mata air di luar kawasan
hutan Negara sebagai kawasan perlindungan setempat dengan tata bataspartisipatif di kawasan sumber mata air;
c. pengelolaan perlindungan kawasan mata air.
BAB VINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI
Pasal 8
(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan inventarisasi dan/atau identifikasikawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, secara
5
berkala sebagai dasar bagi perencanaan perlindungan dan pengelolaankawasan mata air.
(2) Inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama masyarakat.
BAB VIPENETAPAN KAWASAN PERLINDUNGAN SUMBER MATA AIR
Pasal 9
Penetapan kawasan perlindungan sumber mata air sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 huruf b, dibagi dalam 3 (tiga) zona, meliputi :a. zona inti;b. zona tangkapan/resapan air; danc. zona penyanggah.
Bagian KesatuZona Inti
Pasal 10
(1) Zona inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, ditetapkanuntuk menjaga terpeliharanya titik mata air agar tidak terganggu kondisibiofisiknya dari berbagai bentuk ancaman kerusakan dan/ataupengrusakan.
(2) Zona inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berjarak sampai dengan100 (seratus) meter dari titik sumber mata air dengan diberi batas fisikyang jelas dan berbentuk melingkar.
(3) Letak, luas dan batas zona inti ditetapkan berdasarkan kondisi nyatazona inti di lapangan.
Bagian KeduaZona Tangkapan/Resapan Air
Pasal 11
(1) Di luar zona inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), terdapatzona tangkapan/resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 hurufb.
(2) Letak, luas dan batas zona tangkapan/resapan air ditetapkanberdasarkan kondisi nyata zona tangkapan/resapan mata air di lapangan.
(3) Zona tangkapan/resapan air merupakan bagian yang melekat denganzona inti karena menentukan stabilitas dan kesinambungan aliran air.
Bagian KetigaZona Penyanggah
Pasal 12
(1) Zona penyanggah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, terdapatdiluar zona tangkapan/resapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (1).
(2) Zona penyanggah terletak mengitari/mengelilingi zona inti dan zonatangkapan/resapan yang berfungsi menopang kelestarian kawasansumber mata air.
6
(3) Zona penyanggah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat terletakpada areal pertanian/kebun milik warga desa.
(4) Pengelolaan zona penyanggah dilakukan masyarakat dengan bimbinganteknis dari SKPD terkait.
BAB VIIPENGELOLAAN PERLINDUNGANKAWASAN MATA AIR
Pasal 13
(1) Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung jawab merencanakandan melaksanakan pengelolaan kawasan mata air sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 huruf c.
(2) Perencanaan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah Daerah danmasyarakat.
Pasal 14
Bentuk pengelolaan kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat (1), meliputi :a. tata batas partisipatif atas kawasan sumber mata air;b. rehabilitasi lahan kritis di kawasan mata air;c. konservasi tanah dan air; dand. penanaman dan/atau pengayaan tanaman di kawasan mata air.
Pasal 15
(1) Pemerintah Daerah melakukan tata batas partisipatif bagi kawasan mataair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a.
(2) Tata batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengantujuan mendapatkan kepastian posisi, letak dan batas kawasan sumbermata air.
Pasal 16
Pemerintah Daerah bersama masyarakat wajib melakukan rehabilitasi lahankritis di kawasan sumber mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14huruf b.
Pasal 17
(1) Pemerintah Daerah mengembangkan konservasi tanah dan airsebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, guna menjagakelestarian kawasan sumber mata air dan aliran air.
(2) Konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengacu padapengembangan konservasi provinsi.
(3) Konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Rencana penanaman dan/atau pengayaan tanaman di kawasan mata airsebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d, merupakan bagian darirencana perlindungan dan pengelolaan kawasan sumber mata air.
7
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di bawah bimbingan SKPDteknis.
(3) Pemilihan jenis tanaman dilakukan secara selektif dan diutamakan jenistanaman lokal di kawasan sumber mata air.
BAB VIIILARANGAN
Pasal 19
Setiap orang dilarang :a. merusak sarana dan prasarana perlindungan kawasan sumber mata air;b. menebang pohon yang ditanam sebagai upaya perlindungan kawasan
sumber mata air;c. membuka kebun/areal pertanian di kawasan sumber mata air;d. menduduki dan menguasai, mengerjakan dan memanfaatkan areal atau
kawasan sumber mata air secara tidak sah;e. menggeser batas kawasan sumber mata air;f. mengambil/memusnahkan beraneka jenis tumbuhan dan/atau tanaman
dalam kawasan sumber mata air;g. membakar lahan dalam kawasan sumber mata air;h. membuang sampah atau limbah rumah tangga, limbah pertokoan dan
limbah industri di kawasan sumber mata air;i. membuang benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau
membahayakan kelangsungan fungsi kawasan sumber mata air;j. menggunakan bahan kimia beracun atau energi (strom) listrik untuk
menangkap ikan, udang, kepiting, belut atau jenis binatang air lainnya didalam kawasan sumber mata air;
k. menembak burung dan/atau satwa liar apapun di dalam kawasankawasan sumber mata air;
l. menangkap berbagai satwa liar maupun satwa yang dibudidaya di dalamkawasan sumber mata air dengan menggunakan tangan atau peralatanapapun;
m. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasibahan tambang di dalam kawasan sumber mata air;
n. menggembalakan ternak di dalam kawasan sumber mata air;o. membangun penampung sistem pembuangan air limbah pabrik;p. membangun tempat penimbunan berbagai jenis sampah, penampungan
mobil bekas, kendaraan besar dan besi tua;q. memanfaatkan sebagai lokasi pengendapan lumpur limbah dan kompos
di dalam kawasan sumber mata air;r. membangun kandang ternak kolektif 100 (seratus) meter dari zona inti;s. membuat WC 20 (dua puluh) meter dari kawasan sumber mata air;t. menanam tanaman produktif pada zona inti;u. membangun dan mengembangkan industri kecil yang limbahnya
mengandung kimia di dalam kawasan sumber mata air; danv. memakamkan/menguburkan jenazah atau bangkai binatang 200 (dua
seratus) meter dari zona inti.
8
BAB IXHAK DAN KEWAJIBAN
Bagian KesatuHAK
Pasal 20
(1) Setiap orang berhak ikut serta dalam upaya perlindungan kawasansumber mata air.
(2) Upaya perlindungan kawasan sumber mata air dilakukan sesuai denganadat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat sepanjang tidakbertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Pasal 21
(1) Pemilik atau pemegang hak atas tanah yang tanahnya digunakan sebagaizona inti, berhak mendapat ganti rugi.
(2) Apabila pembatasan kegiatan atas larangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 19, menimbulkan kerugian bagi pemilik atau pemegang hakatas tanah yang tanahnya digunakan sebagai zona inti berhak mendapatganti rugi sepanjang kerugian tersebut dapat dibuktikan.
(3) Tata cara penentuan besar dan cara pembayaran ganti rugi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian KeduaKEWAJIBAN
Pasal 22
(1) Pemilik atau pemegang hak atas tanah di zona inti wajib membolehkandilakukannya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaanperlindungan sumber mata air oleh Petugas dan/atau Instansi yangberwenang.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:a. melakukan penelitian, pemantauan dan pengawasan dalam rangka
pelaksanaan Peraturan Daerah ini;b. melakukan pengamatan perairan dan tanah di zona perlindungan;c. masuknya petugas dari instansi berwenang ke tanah itu untuk
pengamatan, mengukur dan memeriksa air tanah dan mengambilsampel tanah;
d. memasang, memelihara atau membuang tanda petunjuk, tandaperingatan, tanda perintah dan larangan;
e. membuat dan merawat sumur pantau beserta peralatannya; danf. membuat dan menjaga bangunan pencegah bajir/erosi.
9
BAB XPERIZINAN
Pasal 23
(1) Setiap orang yang ingin mendapatkan izin usaha kegiatanindustri padazona sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, wajib mengajukanpermohonan secara tertulis kepada Bupati.
(2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),disampaikanmelalui instansi yang bertanggung jawab dengan melampirkan :a. identitas pemohon; danb. rencanakegiatan, gambar dan dokumen-dokumen yang diisyaratkan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.(3) Bupati dapat mengabulkan permohonan izin apabila syarat-syarat
administrasi dan syarat-syarat teknis telah terpenuhi sesuai rekomendasidari Tim Teknis.
(4) Jika permohonan izin ditolak, maka permohonan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dikembalikan kepada pemohon disertai dengan alasan-alasan penolakan.
(5) Penolakan sebagaimana dimaksud ayat pada (4), diberitahukan olehinstansi yang bertanggung jawab paling lama 60 (enam puluh) hariterhitung sejak diterimanya permohonan izin.
Pasal 24
Ijin menjadi batal, apabila dalam waktu dua tahun setelah berlakunya ijin,kegiatan tidak dilaksanakan atau pelaksanaan kegiatan terhenti selama 2(dua) tahun.
BAB XIPERUBAHAN STATUS KAWASAN MATA AIR
Pasal 25
(1) Pemerintah Daerah bersama Pemerintah Desa membuat kesepakatantentang status dan tata cara perlindungan serta pengelolaan kawasanmata air dengan pemilik kawasan sumber mata air bagi mata air yangdimanfaatkan sebagai sumber air bersih, terutama melayani masyarakatdalam jumlah besar.
(2) Pemerintah desa yang di wilayah desanya tidak terdapat sumbermata airdan membutuhkan air bagi masyarakat desanya, dapat membuatkesepakatan tentang status dan tata cara perlindungan serta pengelolaankawasan mata air dengan pemilik sumber mata air di kawasan mata airdengan bantuan Pemerintah Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perlindungan dan pengelolaankawasan mata air dengan pemilik kawasan sumber mata air diaturdengan Peraturan Bupati.
10
Pasal 26
(1) Kesepakatan Pemerintah Daerah dengan pemilik kawasan mata airsebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dapat berupa :a. pembebasan tanah kawasan mata air dan selanjutnya dijadikan
asset daerah; danb. manajemenbersama perlindungan kawasan mata air.
(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat final danmengikat para pihak.
Pasal 27
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan imbalan atau balas jasa kepadapemilik kawasan mata air yang menyerahkan tanah kawasan mata airuntuk menjadi milik Daerah.
(2) Pemberian imbalan atau balas jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut pemberian imbalan atau balas jasa sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 28
(1) Manajemen bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)huruf b, dilakukan di bawah pengaturan dan bimbingan SKPD terkait.
(2) Masyarakat desa berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaankawasan mata air bersama Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa.
(3) Manajemen bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuanmengembangkan tanggung jawab bersama masyarakat desa akankelestarian dan kesejahteraan masyarakat di daerah mat air.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai manajemen bersama sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIIPENYIDIKAN
Pasal 29
(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana,penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam PeraturanDaerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimanadimaksud pada ayat (1), berwenang :a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;c. menyuruh berhenti seorang tersangka dari kegiatannya dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka;d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
11
f. memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksasebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannyadengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjukdari Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, bahwa tidak terdapatcukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakpidana dan selanjutnya melalui Penyidik Polisi Negara RepublikIndonesia memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,tersangka atau keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapatdipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),membuat berita acara setiap tindakan tentang :a. pemeriksaan tersangka;b. pemasukan rumah;c. penyitaan benda;d. pemeriksaan surat;e. pemeriksaan saksi; danf. pemeriksaan tempat kejadian.
(4) Berita Acara dimaksud pada ayat (3), dikirim kepada penuntut umummelalui Penyidik Polisi Republik Indonesia.
BAB XIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Setiap orang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19dan Pasal 23 ayat (1), diancam dengan pidana kurungan paling lama 6(enam) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp.50.000.000,- (limapuluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana
yang mengakibatkan kerusakan dan pencemaran sumber air bakudiancam pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
BAB XIVKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
Kegiatan-kegiatan yang telah ada dan berlangsung di masing-masing zonasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberi waktu selama-lamamya 2 (dua)tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini untuk menyesuaikan denganketentuan dalam Peraturan Daerah ini, kecuali makam dan kebun.
12
BAB XVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahKabupaten Manggarai.
Ditetapkan di Rutengpada tanggal 25 Mei 2015
BUPATI MANGGARAI,TTD
CHRISTIAN ROTOKDiundangkan di Rutengpada tanggal 25 Mei 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANGGARAI,TTD
MANSELTUS MITAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TAHUN 2015 NOMOR 5.
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR : 05/2015.
13
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAINOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANGPERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER MATA AIR
I. UMUM
Keberadaan air dalam seluruh aspek kehidupan manusia adalah
merupakan kebutuhan yang paling mendasar karena dimanapun dan
dalam keadaan apapun pasti membutuhkan air.Sebagai salah satu
sumber daya alam air tergolong sumber daya alam yang terbaharui
(Renewable natural Resource), artinya suatu ketika air dapat berkurang
bahkan terancam habis apabila didalam pemanfaatannya tidak diimbangi
dengan upaya pelestarian dan perlindungan secara intensif.
Seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk
dibarengi dengan berkembangnya tempat-tempat pemukiman, tempat-
tempat usaha sektor industri, perdagangan, dan lain-lain yang
kesemuanya berpotensi menghasilkan limbah, baik limbah cair maupun
limbah padat akhirnya dapat mencemari kualitas air permukaan dan air
bawah tanah.
Untuk mengantisipasi agar ketersediaan air tidak berkurang dan
tidak tercemar, maka upaya pelestarian mutlak diperlukan yang
ditujukan pada dua aspek, yaitu:
1. Aspek kuantitas dimana upaya pelestarian dimaksudkan untuk
menjamin tersediannya air yang dapat memenuhi berbagai keperluan
manusia dalam jumlah yang tetap mencukupi.
2. Aspek kualitas, upaya ditujukan kepada tersedianya air yang aman
bagi kesehatan dalam arti memenuhi persyaratan :
secara fisik, tidak berubah warna dan tidak berbau;
tidak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan;
dan
tidak mengandung mikrobiologis, virus, telur cacing dan
sebagainya.
14
Guna untuk menjamin ketersediaan air dalam kualiatas yang
memenuhi syarat untuk dikonsumsi dalam jumlah yang mencukupi
secara berkesinambungan. Pemerintah Kabupaten Manggarai perlu segera
melakukan penataan berupa pembatasan kegiatan dikawasan
perlindungan sumber-sumber air baku. Agar penataan pembatasan
kegiatan dikawasan perlindungan (zona perlindungan) sumber-sumber air
baku dimaksud dapat berjalan secara efektif dan efisien maka dipandang
perlu mengaturnya dalam Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup jelas.
Pasal 2Cukup jelas.
Pasal 3Huruf a
salah satu cara mengukur luas area zona 3 denganmenggunakan rumus :AE =AE = luar area tangkapan air tanahQ = rata-rata debit pemompaan air tanah
R = rata-rata recharge air tanahHuruf b
salah satu cara mengukur luas area zona II denganmenggunakan rumus :R50 = Q50 (π M nsp) − 0,5R50 = jarak tempuh 50 hari (m)Q50 = debit pemompaan air tanah untuk 50 hari (m3)M = ketebalan akuifer (m)nsp = porositas efentif (-)
Huruf cjaraktempuh bakteri colli adalah 50 (lima puluh) hari denganasumsi bahwa bakteri colli tidak dapat hidup lebih dari 50(lima puluh) hari dalam akuifer.
Pasal 4Cukup jelas.
Pasal 5Cukup jelas.
Pasal 6Cukup jelas.
Pasal 7Cukup jelas.
Pasal 8Cukup jelas.
Pasal 9Cukup jelas.
Pasal 10
15
Ayat (1)Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orang atau badandapat berpartisipasi sepenuhnya dalam upaya perlindungansumber air baku.
Ayat (2)Perlindungan sumber air baku tidak dilakukan semata-mataataspertimbangan teknis dengan hukum, tetapi juga denganmenghormati Adat istiadat dengan kebiasaan masyarakatsetempat.
Pasal 11Cukup jelas.
Pasal 12Ketentuan ini dimaksudkan untuk member kemudahan kepadaPetugasdalam melaksanakan tugasnya agar maksud perlindunganterhadap air baku menurut Peraturan Daerah ini dapatdilaksanakan.
Pasal 13Sumur pantau diadakan untuk dapat dijadikan sebagaipembandingan kondisi air pada sumber air baku yang ada di arealyang bersangkutan.
Pasal 14Cukup jelas.
Pasal 15Cukup jelas.
Pasal 16Ayat (2)
yang dimaksud dengan instansi yang bertanggung jawabadalah instansi yang bertanggung jawab atas kualitas airdalam hal ini adalah Dinas Kesehatan.
ayat (3)yang dimaksud dengan tim teknis adalah suatu tim yangdibentuk oleh Bupati terdiri dari Instansi terkait denganpelestarian alam dan lingkungan hidup.
Pasal 17Cukup jelas.
Pasal 18Cukup jelas.
Pasal 19Cukup jelas.
Pasal 20Cukup jelas.
Pasal 21Cukup jelas.
Pasal 22Cukup jelas.
Pasal 23Cukup jelas.
Pasal 24Cukup jelas.
16
Pasal 25Cukup jelas.
Pasal 26Cukup jelas.
Pasal 27Cukup jelas.
Pasal 28Cukup jelas.
Pasal 30Cukup jelas.
Pasal 31Cukup jelas.
Pasal 32Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 05.
top related