sejarah singkat harian pagi radar surabaya bangkit dengan ... · orde baru dan aksiaksi reformasi...
Post on 14-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
layouter: nuryono
HALAMAN 37RADAR SURABAYA l JUMAT, 24 FEBRUARI 2017
Bangkit dengan Koran Reformasi, Berkembang dengan Koran LokalSejarah Singkat Harian Pagi Radar Surabaya
RADAR SURABAYA resmi mulai berada di tangan pembaca pada 24 Februari 2001. Namun keberadaan RADAR SURABAYA sebenarnya jauh sebe lum itu. Sebelumnya RADAR SURABAYA dikenal sebagai harian Su a ra Indonesia yang bermarkas di Malang.
Harian Suara Indonesia ini didirikan oleh almarhum Ebes Sugiono, mantan wali kota Malang, pada sekitar 1970an. Panggilan Ebes merujuk pada sapaan “Bos” atau bapak karena Sugiono dikenal sebagai salah satu pendiri Arema, klub kebanggaan kera Ngalam.
Kala itu Suara Indonesia merupakan anak dari harian Sinar Harapan yang terbit di Jakarta. Ketika Sinar Harapan dibreidel oleh pemerintah Orde Baru pada 1986, roda bisnis Suara Indonesia sebagai anak perusahaan ikut terganggu.
Sampai kemudian harian Suara Indonesia ini diakuisisi oleh Jawa Pos Grup pada 1987, dengan masih menggu nakan nama Suara Indonesia, harian yang bermarkas di Malang ini kemudian boyongan ke Surabaya tepat nya di Jalan Sumatera kemudian boyo ngan lagi ke Jalan Karah Agung 45 Surabaya.
Karena terus merugi, Suara Indonesia berubah menjadi harian bisnis. Tirasnya memang sedikit tapi segmen pasarnya jelas yaitu masyarakat kelas menengah ke atas. Koran bisnis Suara Indonesia ini bertahan sampai datangnya krisis moneter pada 1997.
Ketika Jawa Pos Grup menempati kantor baru di Gedung Graha Pena mulai 1997, Harian Suara Indonesia pun ikut pindah dan menempati satu ruangan di lantai 4 Gedung Graha Pena.
Gonjangganjing politik di Indonesia yang memunculkan orde Reformasi membuat Dahlan Iskan, bos Jawa Pos
dangUndang Otoda (Otonomi Daerah) pada tahun 2000 yang membagi kue kekuasaan termasuk keuangan dari pusat ke daerah, Dahlan Iskan selaku pendiri Jawa Pos Grup memiliki ide brilian untuk mendirikan koran lokal di daerah yang kemudian diberi nama Radar, kala itu tujuh Koran lokal didirikan sekaligus yaitu, Radar Bojonegoro, Radar Bromo, Radar Mojokerto, Radar Jember, Radar Malang, Radar Banyuwangi, dan Radar Madura.
Pendirian koran radarradar di daerah ini, selain untuk menangkap peluang bisnis yang bergeser ke daerah, ten tunya juga untuk mendekatkan ma terimateri liputan ke para pembacanya yang mayoritas berada di daerah. Ini sejalan dengan prinsip proximity (kedekatan) yang menjadi salah satu dari news value yang utama.
Surabaya sebagai kantor pusat Jawa Pos Grup pun tak lepas dengan ide pendirian RADARRADAR di daerah ini. Maka sejak 24 Februari 2001, harian Suara Indonesia sebagai anak perusahaan Jawa Pos pun resmi berganti nama menjadi RADAR SURABAYA.
Sesuai perubahan nama itu, maka fokus pemberitaan dikerucutkan ke area Surabaya dan sekitarnya, yakni Sidoarjo dan Gresik sebagai kota penyangga (buffer zone) metropolitan Surabaya. Saat itu, beberapa awak redaksi yang dimiliki Suara Indonesia di beberapa daerah di Jawa Timur juga dikon solidasikan untuk ditarik ke Surabaya.
Tampilan media cetak yang dinamis serta kreativitas liputan yang selalu dekat dan meladeni keinginan pembaca, menjadikan pasar RADAR SURA BAYA meningkat. Sangat tepat apabila koran ini dijadikan sebagai sarana berpromosi karena RADAR SURABAYA tak hanya ahli dalam mengelola koran, tetapi juga jeli, cerdik, dan kreatif dalam menggelar event yang melibatkan publik dan pemerintahan sehingga tetap bertahan sampai sekarang dalam persaingan media cetak yang ketat. (*/rak)
Grup menjadikan Suara Indonesia bukan lagi menjadi Koran bisnis tapi men jadi Koran Reformasi, menyuarakan suara rakyat pro reformasi.
Harian Suara Indonesia pada era Reformasi ini membuat terobosan dengan memperkuat jajaran awak redaksi yang merupakan gabungan dari wartawanwartawan yang berasal dari Jawa Pos, Tabloid Kompetisi, dan Suara Indonesia.
Menjadikan Suara Indonesia menjadi sebuah Koran Reformasi ternyata sangat tepat. Tiras naik cepat, semua orang baca Suara Indonesia. Semua orang baca Suara Indonesia untuk mengetahui denyut nadi reformasi yang didengungkan. “Ketika itu kami sempat tasyakuran, Pak Dahlan mengumpulkan kami. Dan kami akhirnya mendapat dividen,” kenang Lilik Widyan toro, yang saat itu menjadi kepala biro di Jakarta, yang kemudian menjadi Direktur RADAR SURABAYA.
Berbagai kegiatan masyarakat yang menuntut pergantian kepemimpinan Orde Baru dan aksiaksi reformasi menjadi liputan utama harian Suara Indonesia. Saat itu, tiras atau oplah Suara Indonesia mencapai puncaknya dan sangat populer eksistensinya,
RADAR SURABAYA adalah surat kabar harian pagi yang terbit di Surabaya, Ja wa Timur. Harian ini termasuk da lam grup Jawa Pos serta memiliki si r kulasi di kawasan Surabaya dan sekitarnya yakni Sidoarjo, dan Gresik.
KEMBALI KE SEJARAH: Sejak berkantor di Graha Pena pada 1997, Radar Surabaya yang awalnya bernama Suara Indonesia sempat 19 tahun bermarkas di kantor pusat Jawa Pos Group tersebut, sebelum pindah ke Jalan Kembang Jepun 167-169 yang notabene adalah jejak awal sejarah Jawa Pos yang dibangun Dahlan Iskan. Foto kanan: awak redaksi pertama Suara Indonesia yang dipimpin pemred Lutfi Subagyo dimana Wijayanto (pemred sekarang) masih jadi reporter.
sehingga membuatnya dikenal sebagai Koran Reformasi. Meski sebelumnya adalah koran khusus ekonomi dan bisnis dengan sirkulasi yang terbatas.
Kemudian setelah perkembangan
politik berangsur pulih, Suara Indonesia kembali menjadi harian umum yang meliput peristiwaperistiwa nasional dan lokal Surabaya dan Jawa Timur. Namun dengan lahirnya Un
top related