sholat tahajjud dan kesehatan
Post on 26-Oct-2015
234 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Sholat Tahajjud dan Kesehatan
PoorBest Islamuna - Seri Kesehatan
Written by Adi Sucipto
Monday, 07 April 2008 11:45
Sebelumnya, saya hendak mengajak saya pribadi untuk mendawamkan amalan ini, dan semoga Allah menganugerahkannya amalan ini agar jadi kebutuhan saya dan Anda. Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) yang terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.
Tidak percaya?
Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan kanker". Beliau melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi".
Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya. Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah shalat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi coping).
Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitik beratkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.
Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebali knya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.
Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil.
"Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress." Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita?
Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam)dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam, maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.
Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini.
Anda ingin beramal shaleh? Tolong kirimkan kepada rekan-rekan muslim lainnya yang Anda kenal.
Sumber: http://www.mail-archive.com/ rantau-net@rantaunet.com
Tahajud untuk kesehatan .
> Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang
> yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji
> di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting
> bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian
> Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu
> shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari
> serangan infeksi dan penyakit kanker.
>
> Tidak percaya? Cobalah Anda rajin-rajin sholat
> tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin, benar,
> khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi
> dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu
> bukan'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan
> pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul
> 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan
> Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu
> Pendekatan Psiko-neuroimunologi" Dengan desertasi itu,
> Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu
> kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas
> Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.
> Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya
> merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah.
> Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat
> gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu
> menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi)
> khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya
> yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat
> mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi
> masalah yang dihadapi (coping).
>
> Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar
> menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah
> mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi
> rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan
> keikhlasan. Selama ini, kata dia, ulama melihat
> masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.
> Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan
> tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini
> dipandang sebagai misteri,dapat dibuktikan secara
> kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.
>
> Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan
> kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon
> kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690
> nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul
> 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau
> jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan
> orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu
> sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini
> yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran
> agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin. Sholeh
> mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian
> terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok
> Pesantren Hidayatullah, Surabaya.Dari 41 siswa itu,
> hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat
> tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi,
> tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama
> dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30! sebanyak
> 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam
> plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka
> diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita,
> Prodia dan Klinika). Hasilnya,ditemukan bahwa kondisi
> tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas
> berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan
> tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud
> memiliki ketahanan tubuh dan kemampuanindividual untuk
> menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan
> stabil. "Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah,
> juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang
> dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara
> memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping
> yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan
> seseorang dari stress,"Nah, menurut Sholeh, orang
> stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit
> kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang
> dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas
> serta tidak terpa! ksa, seseorang akan memiliki
> respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan
> terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan,
> berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat
> tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang
> mempunyai ketahanan tubuh yang baik.
>
> Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak
> mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat,
> nikmat,anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.
>
> Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal
> kita???????
>
> Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena
> beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam
> penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan
> tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal
> fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah
> memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam
> dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang
> bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian
> pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan
> yang digunakan sepe! rti yang terdapat didalam
> Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam)
> dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik
> untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu
> bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat
> beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak
> dimasuki oleh darah.
>
> Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang
> cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.
> Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia
> menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf
> di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang
> tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat
> tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
> saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat
> tersebut mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang
> diwajibkan oleh Islam.
>
> Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa
> yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat
> menerima darah yang secukupn! ya untuk berfungsi
> secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini
> sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam
> "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang
> telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah
> ini. Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar
> manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan yang
> beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara
> normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan
> mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat
> keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah
> manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk
> melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah
> kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara
> yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai
> dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk
> mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak
> heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial
> masyarakat saat ini.
>
> Anda ingin beramal shaleh...? Tolong kirimkan kepada
> rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal.
---------- Forwarded message ----------
From: Alex Asyandra <asyandra@...>
Date: 3 Jan 2008 11:29
Subject: Re: {MS-4} Message not approved: Tahajud untuk kesehatan
To: Rizki Wicaksono <rizki.wicaksono@...>
http://groups.yahoo.com/group/Halal-Baik-Enak/message/9567
Do you know Taufan?
Become his contact Who is on Multiply?
Find your friends Want to learn more?
Take the Tour Already a Member?
Sign In
Web sikathabis.multiply.com
.
Home
Blog
Photos
Video
Music
Calendar
Reviews
Market
Recipes
Links
Sholat Tahajud Sembuhkan berbagai Penyakit.. May 8, '06 10:58 PM
for everyone
Category: Other
Itulah Judul DISERTASI bapak Prof. Dr. Mohammad Sholeh, MPd.
Beliau berhasil menggondol gelar S-3 di Fak. Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Hanya dengan modal S-1 Tarbiyah dan S-2 Psikologi Konseling, guru besar di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya ini tidak merasa ada kendala untuk meyelesaikan studi S-3 dibidang Kedokteran.
Berkat penemuannya itu, beliau dipercaya membuka Klinik Terapi Tahajjud di Mesjid Al-Akbar Surabaya.
Sudah banyak pasien, baik yang sakit ringan maupun berat, mampu disembuhkan melalui terapi Tahajjud ini. Umumnya mereka menderita penyakit parah sehingga berusaha mencari pengobatan lain dluar medis
Berikut hasil wawancara penulis dengan beliau yang saat ini dikontrak oleh Kalla Group sejak 9 July 2005 yll, akan menjelaskan uraian mulai dari Pelatihan Sholat Tahajjud, hubungan agama dan kesehatan, serta hasil penelitiannya yang kini telah mulai diakui di dunia kedokteran.
Wah, Sholat saja sekarang pakai pelatihan ya...
Lho iya..Jangan lupa, banyak diantara kita ini yang tidak mampu memaknai Sholat dengan baik. Apalagi Sholat Tahajjud. Banyak diantara kita tiap hari Sholat namun tidak ada efek dan bekasnya.
Bagaimana istilah.. Sholat yang Khusu' itu....
Dalam Hadist Qudsi, Allah swt. telah menerangkan bahwa Sesungguhnya kata Allah, Aku hanya menerima Sholat hamba-Ku yang merendahkan hatinya kepada keagungan-Ku, tidak mengaku-ngaku lebih baik dari hamba-hamba-Ku yang lain, mengisi hari-harinya dengan dzikir kepada-Ku, senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan menyayangi orang yang sedang dalam perjalanan kebajikan, menyayangi para janda dan orang-orang yang tertimpa mushibah.
Detail penjelasannya adalah :
Rasulullah pernah menyuruh seseorang mengulang Sholatnya hingga empat kali. Orang itu kemudian berkata "Ya Rasulullah, saya tidak bisa melakukan sholat sebaik yang saya lakukan ini".
Intinya >> janganlah TAKBIRATUL IHRAM sebelum hati kita benar-benar menggantung pada Allah. Seseorang tidak akan khusu' dalam shalatnya jika tidak merasa hina dihadapan Allah.
Ada beberapa Ciri-ciri orang yang SUDAH Khusu' dalam sholatnya >>> Mukanya akan berkilauan bak cahayanya matahari. Kalau bahasa lainnya, wajahnya memancarkan AURA. Dan yang paling kelihatan, hidupnya dikendalikan oleh Allah swt.. Makanya janji Allah pada orang yang melakukan Tahajjud, "Matamu adalah mata-Ku, telingamu adalah telinga-Ku, dan hatimu adalah hati-Ku dan para malaikat Aku minta untuk menjaganya".
Orang yang AHLI TAHAJJUD, hatinya amat peka. Sedikit saja melakukan maksiat, dia akan merasa tidak enak. Tetapi bagi yang tidak, melakukan maksiat apapun kebal karena tak dijaga oleh Allah. Itulah makanya perlu berlatih Sholat Tahajjud yang khusu'.
Dimana hubungan Hubungan Sholat Tahajjud dengan Kesehatan.....
>>> Penelitian ini menunjukkan, kalau seseorang bisa Sholat Tahajjud denga Khusu', gerakannya tepat, dan dilakukan secara kontinyu, maka akan ada perubahan didalam tubuhnya.
Dalam tubuh kita ada sebuah system yang namanya IMUN. System IMUN ini berfungsi melindungi diri dari berbagai patogen (parasit yang bisa menimbulkan penyakit), jejas (lecet) dan toksin (zat racun). Udara yang kita hirup dan kelihatannya bersih ini, bisa dipastikan banyak virusnya.
>> Seandainya ALLAH Swt. tidak memberikan seperangkat system yang disebut System IMUN ini, mungkin kita sudah meninggal sejak dulu.
System ini berbentuk kimia, cairan, atau sel. Setidaknya ada 8 bentuk, diantaranya yang disebut dalam dunia kedokteran,
1. Hormon Kortisol
2. Eosinofil
3. Neutrofil
4. Sel-K
5. Basofil
6. Basofil
7. Makrofag
8. Imunoglobulin (IgA, IgM, IgG, IgD dan IgE)
Sebagai contoh, Darah kita ini kan merah. Kalau diambil dan diberi reagent (sejenis zat kimia yang biasa digunakan untuk nge-tes golongan darah), warnanya bisa berubah dan berbeda bentuk. Perubahan dan perbedaan bentuk ini menunjukkan fungsi yang berbeda.
Seperti: ada sel yang namanya MAKROFAG, diambil dari kata Makro (besar) dan fag (pemakan). Itu adalah sel yang berfungsi memakan sel lainnya yang tidak normal.
Nah sekresi (proses mengeluarkan dari dalam tubuh) MAKROFAG tergantung kondisi Psikis seseorang.
Jika kondisi jiwanya KACAU, misalnya anak nakal, istri atau suami menyeleweng, pekerjaan kantor menumpuk, kondisi ekonomi jatuh, dan atau problem hidup lainnya biasanya seseorang akan mudah STRESS.
Dalam keadaan begitu, jika otak kita diphoto, teksturnya akan terlihat KACAU.
Nah..jika Makrofag tidak bersekresi oleh tubuh, maka akan berbahaya. Jika sekresinya hipo alias kurang, jadilah rentan Penyakit baik itu yang ringan ataupun yang berat seperti KANKER, bisa Kanker Prostat, Ginjal, Rahim atau Payudara. Mengapa? Karena sel-sel yang tidak normal yang ada dalam tubuh tak termakan oleh MAKROFAG.
> TETAPI jika kita RAJIN SHOLAT dan TAHAJJUD, Insya Allah tak akan ada kanker.
SHOLAT dan TAHAJJUD yang dimaksud adalah SHOLAT dan TAHAJJUD yang benar-benar "khusu' dan Ikhlas".
Sebagaimana FIRMAN ALLAH Swt. dalam Surat Al An'aam ayat 162, "Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".
>> Dengan menempatkan ALLAH Swt. diatas segala-galanya yang kita perbuat diatas dunia ini, maka hormon-hormon yang ada dalam tubuh kita akan bergerak NORMAL dan TENANG.
ARTINYA: Peningkatan Keimanan Punya EFEK Dalam Tubuh Kita.
>>> Seseorang jika Tahajjudnya baik maka Imannya ikut Meningkat.
>>> Jika Iman Meningkat, seseorang akan Selalu POSITIVE THINKING (Berprasangka Baik)
>>> Jika sudah POSITIVE THINKING (Berprasangka Baik), maka Persepsi HIDUPnya akan lebih baik dibandingkan orang lain.
Bahkan ketika ditimpa musibah, kita akan Selalu Positive Thinking, "Tak Mungkin ALLAH Swt. ingin menyengsarakan, PASTI ADA HIKMAHNYA. Mungkin ini yang terbaik yang Allah berikan". Begitu seterusnya.
>> Marilah memulai untuk membiasakan diri BANGUN TENGAH MALAM..........
Sumber: Majalah HIDAYATULLAH, Juli 2005/Jumadil Ula 1426 hal. 39-45.
http://sikathabis.multiply.com/reviews/item/17
User Name Remember Me?
Password
Register Blogs Arcade FAQ Members List Calendar Today's Posts Search
Cafepojok - The Relax Community > POJOK DISKUSI > Religius > Islam
Dampak Medis Shalat Tahajjud
Thread Tools Display Modes
icad_09 Dampak Medis Shalat Tahajjud 24-07-2008, 10:08 PM
mbah romo Re: Dampak Medis Shalat... 25-07-2008, 01:23 AM
okatawa Re: Dampak Medis Shalat... 25-07-2008, 08:51 AM
kakha Re: Dampak Medis Shalat... 26-07-2008, 04:37 PM
Prev Next
(#1)
icad_09
[Premium]
Posts: 401
Thanks: 193
Thanked 140 Times in 79 Posts
Join Date: Mar 2008
Location: KSA Dampak Medis Shalat Tahajjud - 24-07-2008, 10:08 PM
ass.wr.wb
ternyata sholat tahajjud-pun, ada penelitiannya. Masya Alloh. Silahkan diforward ke teman-teman Anda, dengan tentunya kita pun melakukan sholat tahajjud tsb. Ya Alloh, bangunkanlah kami di malam hari untuk sholat tahajjud dengan mudah dan ikhlash karena-Mu, tidak ada rasa malas beribadah. Terlebih sholat tahajjud adalah "interlokal" kita kepada Robb semesta alam, disementara orang sedang enak-enaknya tidur.
"DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD"
Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.
Tidak percaya? Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"
Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.
Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).
Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri,dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan.
Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.
Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya.Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30! sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika).
Hasilnya,ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuanindividual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. "Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.
Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpa! ksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat,anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita???????
Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah
membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang diwajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupn! ya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.
Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini. http://cafepojok.com/forum/showthread.php?t=18860
HUBUNGAN SHOLAT DENGAN KESEHATAN
Shalat Tahajjud Bisa Mengatasi Kanker
Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang dari pelbagai penyakit.
Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit .
Itu bukan ungkapan teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mohammad Sholeh, dalam usahanya meraih gelar doktor. Sholeh melakukan penelitian terhadap para siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya yang secara rutin memang menunaikan shalat tahajjud.
Ketenangan
Shalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup.
Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan mental seperti Stres maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis (penyebaran sel kanker). Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus bioritmik manusia) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak.
Untungnya, kata Sholeh, Stres Bisa Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif atau dengan cara Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio feed back). "Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural", jelas Sholeh dalam disertasinya berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik.
Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu
Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya", katanya kepada Republika.
Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.
Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya
produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.
Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.
Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. "Nah, kalau melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari berbagai penyakit dan kanker (tumor ganas)," kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jatim ini. Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan coping mechanism yang efektif.
Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif ataucoping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol.
Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.
Sumber:http://www.nursyifa.net/info_info/penelitian_ilmiah_m.htm
http://enggies.multiply.com/journal/item/22
urangsunda
<-- Terurut Topik --> <-- Terurut Waktu -->
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD
waluya56
Wed, 14 Nov 2007 19:16:55 -0800
Sanggeus lalayaran di Google, kapanggih memang bener Prof Dr.
Mohammad Sholeh teh dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya. Desertasina
soal shalat Tahajud diajukeun di UNIVERSITAS AIRLANGGA Surabaya
(Jadi lain di Universitas Surabaya saperti disebut dina forward
artikel ieu). Jadi artikel ieu LAIN HOAX saperti nu ku kuring
sangka. Ngan hanjakalna teh, nulisna sambarangan.
Nu teu pati apal siga kuring, jadi kerung sabab di Surabaya,
fakulltas Kedokteran nu tepi ka pasca sarjana mah, di UNAIR, lain di
Universitas
Surabaya nu teu boga fakultas kedokteran.
Keur "nebus dosa" nyebut Hoax, kuring nyalin warta ti GATRA jeung
REPUBLIKA (nu bejana leuwih bisa dipercaya) perkara panalungtikan
Mohammad Sholeh ieu:
Gatra, 16 Oktober 2006
Berkah Bagi yang Ikhlas
Satu anjuran yang kerap digemakan setiap bulan Ramadan ialah salat
malam,
tahajud. Apalagi jika dikerjakan pada 10 malam terakhir di bulan
suci itu.
Tahajud termasuk salat sunat yang dikerjakan di waktu malam setelah
tidur
lebih dulu, meski hanya sejenak.
Selain ibadah, salat tahajud juga bermanfaat bagi kesehatan.
Profesor Dokter
Mohammad Sholeh, dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Sunan
Ampel, Surabaya, memberikan bukti. Dalam bukunya berjudul Terapi
Salat
Tahajud, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya,
itu bilang, tahajud bisa mencegah stres dan meningkatkan daya tahan
tubuh
manusia. Tentu, bila itu semua dikerjakan secara teratur dan ikhlas.
Sholeh melakukan studi tahun 1999. Sebanyak 41 siswa SMU Lugman
Hakim,
Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya, menjadi objek observasinya.
Mereka
diminta melakukan salat tahajud saban malam selama sebulan. "Dari 41
orang,
yang bisa bertahan cuma 23 orang," kata Sholeh, yang juga pengasuh
Klinik
Terapi Tahajud di Surabaya. Ke-23 siswa tersebut diminta menunaikan
tahajud
lagi sebulan berikutnya untuk tes tahap kedua. Yang berhasil lolos
tes kedua
19 siswa.
Setelah melaksanakan tahajud, mereka diambil darahnya untuk
diperiksa.
Komponen darah yang diperiksa, misalnya, hormon kortisol. Hormon ini
berkaitan dengan stres. Ikut diobservasi pula kandungan netrofil,
basofil,
eosinofil, monosit, imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin M (IgM),
dan
imunoglobulin A (IgA) dalam darah. Komponen itu dipakai untuk
mengecek
sistem imun tubuh relawan.
Hormon kortisol diteliti dengan peralatan radioimmunoassay. Basofil
dan
neutrofil diteliti dengan automatic cel counter systemex 1000.
Sedangkan
imunoglobulin diukur dengan perangkat immunoturbidimetry analyser
hitchi
704. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Pramita, Prodia, dan
Klinika.
Semuanya di Surabaya.
Selain itu, mereka juga diperiksa kesehatannya, antara lain, lewat
pengecekan hemoglobin, sel darah merah, sel darah putih, dan SGOT
(serum
glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic
transaminase). SGPT dan SGOT adalah dua tes darah untuk melihat
tingkat
kesehatan liver. Umumnya mereka normal.
Yang menarik, ternyata kelompok pengamal tahajud mengalami penurunan
hormon
kortisol. Pada tahap pertama selama sebulan, kortisol menurun rata-
rata
sebanyak 28,947. Pada tahap kedua, penurunannya lebih tajam, yakni
156,579.
"Ini berarti tahajud menurunkan tingkat stres," kata Sholeh dalam
bukunya.
Stres terkait dengan kekebalan. Jika stres menurun, kekebalan tubuh
meningkat. Itu terlihat juga pada komponen sistem imunitasnya,
seperti
tampak pada studi Sholeh. Menurut Sholeh, meningkatnya respons imun
akan
membuahkan kenaikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Tapi sekali lagi ditekankan, pengamal salat tahajud harus ikhlas.
Jika
tidak, akan timbul stres dan penyakit. Sholeh melihat, setelah
menjalani
tahajud, ada beberapa relawan yang mengeluh sakit. Ada yang batuk-
pilek,
pusing-pusing, susah tidak, nafsu makan hilang, dan mengalami
gangguan
pencernaan.
Yang pasti, secara umum sistem imun relawan tadi ikut meningkat.
Dari dua
tahap, limfosit meningkat dari 7,684 menjadi 242,842. Begitu pun
kadar
imunoglublinnya. IgM dari 2,789 menjadi 19,263, IgG dari 23,158 naik
jadi
291,421, dan IgA meningkat ke 90,368 dari 64,632.
Menurut Sholeh, penurunan kortisol terjadi karena pengamal menjalani
tahajud
dengan niat yang ikhlas. Niat ikhlas akan mendatangkan rasa senang,
optimistis, dan persepsi positif. ''Reaksi emosional positif itu
dapat
menghindarkan diri dari stres," ujarnya. Itu tak terjadi jika
relawan
mundur. Mereka dinilai mengerjakan salat tidak ikhlas. Salat yang
dikerjakan
secara tak ikhlas akan mendatangkan rasa tertekan, negatif, dan
rentan
terhadap stres.
Ahli psikoneurologi dari Universitas Airlangga, Profesor Taat Putra,
setuju
dengan kesimpulan Sholeh. Menurut Taat, sistem imun tidak otonom. Ia
dipengaruhi pikiran manusia. Terkait dengan tahajud, ia bilang,
peran
tahajud akan terlihat bila dikerjakan dengan pikiran
tenang. "Pikiran tenang
dapat mengolah stresor dengan baik," katanya.
Sebab, dengan cara itu, sistem metabolisme tubuh akan seimbang.
Misalnya,
hormon kortisol dan adrenalin (atau epinefrin) yang diproduksi
kelenjar
adrenal. Hormon-hormon tadi mempengaruhi sel imun. Semakin banyak
diproduksi
akan mengakibatkan tingginya tingkat stres. Dengan pikiran tenang,
hormon-hormon ini akan berkurang produksinya. "Jadi, dalam salat
tahajud,
fokusnya pada keikhlasan," kata Taat.
Toh, Dokter Chairul Effendi, ahli penyakit dalam di Rumah Sakit
Soetomo,
Surabaya, tidak mau berkomentar perihal hubungan langsung tahajud
dengan
kekebalan tubuh. Tapi ia mengaku bisa menerima kesimpulan bahwa
stres
mempengaruhi sistem imun seseorang. Yang stres jadi kurang imun.
Jadi,
salatlah tahajud dengan ikhlas jika ingin hidup tenang dan sehat.
Aries Kelana, dan Arif Sujatmiko (Surabaya)
[Kesehatan, Gatra Edisi Khusus Beredar Senin, 16 Oktober 2006]
Republika, Jumat, 02 Februari 2007
Prof Dr Mohammad Sholeh
Tahuj Perkuat Sistem Imun Tubuh
Rasulullah SAW nyaris tidak pernah melewatkan satu malam pun kecuali
dengan
shalat tahajud, bahkan di saat peperangan sekalipun. Dulu, shalat
tahajud
diwajibkan. "Setelah turun surat Al-Muzzammil ayat 19 dan 20 baru
disunatkan," ujar Prof Dr Mohammad Sholeh, pengasuh Klinik Terapi
Tahajud
dan trainer salat khusyuk kepada Damanhuri Zuhri dari Republika,
Rabu (31/1)
Mengapa Rasulullah SAW menganjurkan shalat ini, hanya Beliau yang
tahu.
Namun perkembangan sains membuktikan, shalat ini banyak
manfaatnya. "Secara
medispun bisa dibuktikan," ujar pria yang tahun 2000 berhasil
mempertahankan
disertasi doktornya di jurusan Psikoneuroimunologi Unair mengenai
shalat
tahajud untuk sistem imun tubuh ini.
Berikut ini penjelasannya mengenai kajian ilmiahnya tentang tahajud:
Apa alasan Anda tertarik meneliti tentang shalat tahajud dan
hubungannya
dengan sistem imun tubuh?
Pertama tidak ada shalat sunat yang dianjurkan oleh Alquran kecuali
tahajud.
Sedangkan shalat-shalat sunat lain itu hanya sampai pada tataran
hadis
Rasulullah SAW. Kalau shalat sunat tahajud itu ada di dalam surat
Al-Muzzammil ayat 1 sampai 20 terutama pada ayat 1 sampai 10.
Kemudian Surat
Al-Isra ayat 79. Ini alasan logika normatifnya.
Kedua, Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan shalat
tahajud.
Ketiga, tidak ada shalat sunat yang diwajibkan Islam kecuali
tahajjud.
Selama satu tahun Rasulullah mewajibkan umatnya melaksanakan shalat
tahajjud, sebelum turun ayat tadi.
Lalu ada hadis kudsi yang menjelaskan tentang setiap dua per tiga
malam
Allah SWT turun ke langit pertama sambil menyerukan, "Hamba-Ku yang
sedang
ruku dan sujud melaksanakan shalat tahajjud, permintaanmuakan Aku
beri,
doamu akan Aku kabulkan, dosamu akan Aku ampuni." Ditambah dengan
hadis
riwayat Tabrani yang menjelaskan bahwa shalat tahajud itu kebiasaan
yang
dilakukan oleh para orang-orang saleh di jaman dulu dan itu
menyembuhkan
baik fisik maupun psikis.
Logika pengalamannya: saya dulu pernah kena penyakit kangker kulit.
Dokter
sudah angkat tangan. Namun tahajud menyelamatkan saya. Tahun 1982
sampai
1987, setelah itu saya dinyatakan sembuh sama sekali.
Berapa lama disertasi Anda susun?
Enam bulan sudah selesai. Enam bulan penelitiannya. Saya termasuk
tercepat,
1998 sampai 2000. Jadi, dua tahun setengah lebih satu bulan.
Mengapa sistem imun yang Anda teliti?
Dalam tubuh kita oleh Yang Mahakuasa sudah ada yang namanya sistem
imun
(daya tahan tubuh). Daya tahan tubuh itu maksudnya apa? Misalnya,
darah kita
kalau dilihat merah tapi kalau dianalisis darah kita campur dengan
reagen
kemudian dianalisis di laboratorium nanti komponen di dalam tubuh
macam-macam darah itu. Jadi, ada hemoglobin, ada hormon kartisol.
Dosen saya bilang, saya ini banyak mematahkan teori ilmu kedokteran
lama.
Semisal, jantung koroner secara teori kedokteran lama tidak bisa
disembuhkan. Tapi, melalui imunitas imunologi tadi penyakit ini bisa
disembuhkan.
Bagaimana bisa?
Jantung koroner ini penyebabnya tersumbatnya arteri jantung karena
kolestarol. Kolesterol itu adalah lemak yang berwarna kuning yang
berasal
dari makanan yang kita makan diolah oleh tubuh menjadi glikogen
kemudian
diolah lagi menjadi glukosa. Glukosa diolah lagi menjadi kolesterol.
Kalau
orang tidak pernah gerak maka kolesterol akan menyumbat pada organ
yang
tidak pernah digerakkan. Nah, kalau orang itu mau shalat tahajud
berlama-lama seperti Rasulullah SAW, dua rakaat saja semalam,
nantinya akan
ada metabolisme tubuh kita akan bercucuran keringat, bahkan di
ruangan
ber-AC sekalipun.
Keluarnya keringat ini menyehatkan. Karena di dalam tubuh kita ada
metabolisme kolesterol-kolesterol akan dibakar ATP/ADP sehingga
menjadi
energi yang merangsang kelenjar keringat untuk berkeringat. Jadi,
kalau
tidak berkeringat tidak banyak membawa dampak fisik. Kebanyakan
orang shalat
tahajud itu hanya sekadar memburu-buru pahala atau mengejarmaqamam
mahmuda
dalam pengertian sempit.
Maksud Anda dengan maqamam mahmuda?
Shalat tahajjud menjadi Bupati. Untuk tujuan duniawi. Kesehatan dan
keimanan
itu saya kira yang paling tepat untuk maqamam mahmuda.
Bagaimana sampai pada kesimpulan bahwa shalat tahajud berpengaruh
pada
sistem imun tubuh?
Penelitian saya dari 51 siswa SMU yang saya ambil training
sebelumnya yang
usianya sama. Karena syarat penelitian kuantitatif itu harus
homogen. Jadi,
usianya sama yaitu laki-laki antara usia 16 tahun sampai 20 tahun.
Sama-sama
SMU kelas 1 Hidayatullah yang tidak pernah shalat tahajjud sama
sekali.
Kemudian tidak pernah mengikuti tariqah-tariqah dan sebagainya.
Kemudian
saya ambil darahnya sebelum shalat. Kemudian saya ambil darahnya
lagi
setelah shalat satu bulan, saya ambil darahnya lagi setelah dua
bulan.
Aktivitasnya sama, menu makannya sama, usianya sama, sama-sama tidak
pernah
shalat tahajud. Ternyata variabel yang saya teliti, makrofagnya
beda.
Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yang berfungsi untuk
memakan
sel lain yang tidak normal.
Jadi, kalau ada orang kena kista itu menunjukkan bahwa makrofagnya
mengalami
defisiensi. Saya sudah bisa mendeteksi orang itu mengalami
penurunan. Dengan
demikian kalau teorinya dirunut lebih dalam, makrofag tidak akan
berproduksi
kalau yang bersangkutan stress. Kalau dirunut lagi mungkin orang ini
kena
penyakit hati seperti, iri, dengki, sombong. Nah hal yang seperti
ini yang
menyebabkan stress. Nggak pernah qona-ah (puas), tawakal, jadi,
akidah itu
menentukan sekali penyakit seseorang.
Kenapa orang yang sering tahajud tak pusing kepala, padahal dia
bangun
tengah malam?
Karena otak kita ketika shalat tahajjud melepaskan seritonin, beta
endorsin,
dan melatonin yang diproduksi otak. Ketika seseorang shalat
tahajjud,
seritonin, beta endorsin, dan melatonin itu terproduksi. Itu yang
menyebabkan kita menjadi tenang. Karena ketenangan itulah maka
homeostasis
terjaga. Pusing disebabkan karena terganggunya homeostasis, mungkin
bisa
hipertensi atau hipotensi. Shalat tahajud itu kan meditasi tingkat
tinggi.
Itu yang menjaga homeostasis atau kecenderungan untuk tetap dalam
keadaan
normal. Orang sakit itu terganggunya homeostasis. Nah, ketika shalat
tahajud
relaksasinya tercapai secara maksimal maka keseimbangan tubuh
terjaga. Tak
akan ada hipertensi dan hipotensi. Termasuk kolesterol akan dibabat
habis
oleh aktivitas tahajud. Kolesterol akan hilang menjadi energi.
Bagaimana Shalat Tahajud yang Benar ?
Yaitu dilakukan dengan khusyuk, tulus ikhlas, gerakannya seperti
Rasulullah
shalat kemudian kontinyu. Saya merujuk kepada hadis shahih Muslim
yang
diriwayatkan Khuzaifah yang pernah bercerita suatu malam pernah
shalat
tahajjud bersama Rasulullah kemudian begitu mengangkat tangan
sebagai tanda
<I>takbiratul ihram<I> terdengar dari belakang Rasulullah terisak-
isak
karena manangis. Rasulullah kemudian membaca doa iftitah sangat
pelan
setelah itu membaca Al Fatihah sangat pelan sekali setelah itu baca
surat.
Surat yag dibaca Rasulullah tidak tanggung-tanggung yaitu surat Al
Baqarah,
padahal ayatnya ada 286. Ketika sampai seratus ayat kata Khuzaifah
kiranya
disudahi ternyata tidak masih dilanjutkan. Setelah selesai surat
Albaqarah,
ternyata ditambah surat An-Nisaa. Setelah surat An-Nisa, dilanjutkan
membaca
surat Ali Imran. Nah, sehingga satu rakaat saja membaca tiga surat
yang
panjang-panjang kira-kira lima juz lebih. Kata Khuzaifah, "Bukan
hanya di
situ. Setelah Rasulullah membaca surat kemudian ruku yang lamanya
sama
dengan membaca Alqurannya. Kemudian i'tidal sama dengan rukunya.
Kemudian
sujud sama dengan i'tidalnya, setelah itu duduk iftiras sama dengan
sujudnya. Sehingga Rasulullah semalam hanya dua rakaat. Kemudian
tambah satu
rakaat witir keburu sudah Bilal adzan."
Inilah yang saya trainingkan. Tetapi saya tidak ajarkan shalat yang
panjang-panjang itu. Suratnya silahkan apa yang dihapal, tetapi
setelah
membaca surat jangan langsung ruku, disambung lagi dengan dialog,
mengadukan
masalah kepada Allah. Bisa juga kita manfaatkan sebelum ruku kita
mendialogkan segala persoalan yang sedang kita hadapi. Mungkin anak
yang
jauh dari harapan, suami yang punya masalah, ekonomi yang morat-
marit. Itu
diadukan kepada Allah. Jadi, shalat khusyuk itu bukan shalat yang
lupa
segala-galanya.
Kita tidak perlu menargetkan shalat tahajud itu delapan rakaat
ditambah tiga
rakaat witir yang penting bukan kuantitasnya tapi kualitas. Ada
conect,
komunikasi intens dengan Allah bahwa kita sadar sesadar-sadarnya
sedang
shalat menghadap kepada yang Mahakuasa, Mahaagung, Mahasegala-
galanya.
Digemgaman-Nya lah segala urusan. Sehingga kalau kita sudah bisa
seperti itu
nikmat rasanya. Karena itu nikmat maka sayang kalau diputus. Dua
rakaat saja
bisa dua jam setengah.
----- Original Message -----
From: "DSW" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <urangsunda@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, November 14, 2007 5:20 PM
Subject: Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD
> aya maksud anu tangtu tina ieu panalungtikan,
> yen kawajiban atawa kasunahan teh disagedengeun hubungan
transendental ka
> Allah swt, oge aya faidah anu sanesna. meureun kitu.
Re: [Urang Sunda] Re: FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD surtiwa surtiwa
Re: [Urang Sunda] Re: FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD salman faridi
Re: [Urang Sunda] Re: FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD surtiwa surtiwa
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD Suryana Rahayu
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD surtiwa surtiwa
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD DSW
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD surtiwa surtiwa
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD Waluya
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD...deduksi MRachmat Rawyani
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD...deduksi surtiwa surtiwa
Re: [Urang Sunda] FW: DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD waluya56
Kirim email ke
http://www.mail-archive.com/urangsunda@yahoogroups.com/msg62056.html
Sutan Parapatiah, a journey of surfing
a palanta is a place where I share what I have to my friends around the globe.
Friday, July 13, 2007
Manfaat Medis Sholat Tahajud
Manfaat medis Tahajud vs kanker berdasarkan Riset
Prof. Dr. Mohammad Sholeh, Drs., M.Pd. PNI, (Guru Besar IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Penulis Buku Best Seller "Terapi Salat Tahajud" )
Penyakit kanker mungkin merupakan suatu hal yang mengerikan bila
dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain. Sebab, di samping frekuensinya
yang tinggi, akibat yang ditanggung penderita dan keluarganya
berkepanjangan. Misalnya kanker payudara. Frekuensinya lebih tinggi
dibanding kanker leher rahim. Tetapi kanker leher rahim lebih sering
mematikan dan lebih banyak diketahui perkembangannya. Proses perubahan dari
sel normal sampai menjadi sel kanker yang memberikan gejala merupakan
proses yang perlahan-lahan dan memakan waktu bertahun-tahun. Saat diketahui
adanya sel kanker sampai penyebarannya ke organ-organ sekitarnya memakan
waktu 10 tahun atau lebih. Frekuensinya berbeda-beda, tergantung klinik
yang melaporkan, bangsa, umur, dan tingkat sosial ekonomi. Penyebab yang
pasti belum diketahui. Tetapi, ada keadaan tertentu yang berhubungan erat
sekali dengan penyakit kanker pada masing- masing organ tubuh. Stadium
preklinis tak dapat dibedakan dengan infeksi pada umumnya. Stadium
permulaan sering tampak sebagai lesi, tampak sebagai daerah keras yang
lebih tinggi daripada daerah sekitarnya dan mudah berdarah. Stadium
setengah lanjut telah mengenai sebagian besar atau seluruh organ. Semetara,
pada stadium lanjut sudah terjadi kerusakan jaringan, rapuh, dan mudah
berdarah, selanjutnya dapat menyebar ke organ sekitarnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan klinis yang kadang-kadang tidak dikeluhkan
dan berdasarkan pemeriksaan penunjang lainnya, dari yang sederhana hingga
yang canggih.
Tahajud ternyata tidak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (QS: Al-Isra':79)
, tapi
juga penting bagi dunia kedokteran. Menurut penelitian Mohammad Sholeh,
dari Universitas Airlangga Surabaya, salah satu sholat sunah itu bisa
membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. Bila ingin
membuktikan, rajin-rajinlah sholat tahajud. Jika Anda melakukannya secara
rutin, benar, khusyuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan
kanker.
Mohammad Sholeh memang bukan "tukang obat" jalanan. Dia melontarkan
pernyataan itu dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Sholat Tahajud
terhadap Peningkatan Perubahan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu
Pendekatan Psikoneuroimunologi. Penelitian Sholeh tersebut telah
dipertahankan di depan dewan penguji Program Doktor Universitas Airlangga.
Pria yang berusia belum genap limapuluh tahun dan berwajah sumringah ini
lantas menyebut sholat sebagai kunci, baik untuk memperbaiki maupun
mencegah perbuatan mungkar. Kenapa shalat? Karena berdasarkan surah
Al 'Ankabut ayat 45, Innash shalaata tanhaa 'anil fahsyaa-i wal munkar.
Selain itu sholat adalah amalan yang pertama kali ditanyakan di akherat
nanti. Namun sholat yang bagaimana dulu? Sebab belum tentu orang yang
sholat lima waktu, sholat tahajjud, dhuha, puasa, steril dari korupsi,
lihat dulu kualitas shalatnya, lanjutnya. Jawabannya adalah sholat yang
khusyuk, yaitu sholat yang didasari oleh kesadaran mendalam terhadap makna,
tujuan, dan konsekuensinya, bukan sekedar ritual untuk menggugurkan
kewajiban, yang pada pelaksanaannya tetap harus dikerjakan dengan rileks.
Oleh karena itu Sholeh mengusulkan diadakannya pelatihan sholat khusuk bagi
para pejabat.
Lulus dari pondok pesantren Lirboyo, Mohammad Sholeh berkuliah di
Universitas Tribakti Lirboyo dan di sana ia meraih gelar sarjana muda
Tarbiyah. Setelah itu ia meneruskan pendidikannya pada jenjang S1 di
Universitas Muhammadiyah Malang. Lalu dilanjutkan dengan S2 pada bidang
psikologi konseling di IKIP Malang. Atas tawaran beberapa profesor, ia
mengambil program doktor di Universitas Airlangga Surabaya dalam bidang
kedokteran, lebih khusus psikoneuroimunologi (ilmu yang mempelajari
hubungan antara tubuh dan jiwa serta pengaruhnya terhadap sistem kekebalan
dan hormon tubuh). Ia mengangkat sholat tahajjud, yang didawamkannya sejak
dulu, dalam disertasinya yang berjudul: Pengaruh Sholat Tahajjud Terhadap
Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi. Sehubungan dengan itu, pada 2001 ia diundang oleh
Universitas Harvard Amerika Serikat untuk menyampaikan presentasi. "Di
Barat sekarang sudah dikembangkan pendekatan holistik, yang melihat pasien
bukan hanya sebongkah tulang, kulit, dan darah, tetapi juga aspek
psikisnya. Menurut saya manusia dipengaruhi oleh aspek fisik, psikis,
keyakinan agama, dan lingkungan. Empat hal itu senantiasa berinteraksi,"
tutur pria yang energik dan sangat kooperatif ini.
Lalu ilmu-ilmu yang saling melengkapi tersebut dikembangkannya dengan
penyembuhan. Sejak 2001 ia berpraktik psikoneuroimunologi dengan pendekatan
holistik di masjid al-Akbar Surabaya. Berdasarkan pengalaman, 90% penyakit
yang diderita oleh pasien-pasiennya disebabkan oleh persoalan psikologis.
Kalau stres, metabolisme tubuh akan berubah, kemudian daya tahan tubuh akan
rendah sehingga mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, jelas Sholeh. "Jika
ingin bebas dari kanker, shalatlah yang khusuk, dzikir, makan makanan
halal," sarannya.
Sholat Tahajud vs Kanker
Selama ini tahajud hanya dinilai merupakan ibadah sholat tambahan atau
sholat sunah. Padahal, jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,
khusyuk, dan ikhlas, secara medis sholat itu bisa menumbuhkan respons
kekebalan tubuh (imunologik), khususnya pada imunoglobuliin M.G.A dan
limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif serta dapat
mengefektifkan kemampuan individu untuk menghadapi masalah yang dihadapi
(coping).
Tahajud yang dimaksudkan di sini bukan sekadar menggugurkan status sholat
yang muakadah (sunah mendekati wajib). Tahajud menitikberatkan pada
rutinitas salat, ketepatan gerakan, kekhusyukan, dan keikhlasan. Selama
ini, ulama melihat masalah ikhlas sebagai persoalan mental-psikis. Namun,
sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas
yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.
Parameternya dapat diukur dengan kondisi tubuh. Dalam kondisi normal,
jumlah hormon kortisol pada pagi hari antara 38-690 nmol/liter. Sedangkan
pada malam hari atau setelah pukul 24.00 normalnya antara 69-345
nmol/liter. Kalau jumlah hormon kortisolnya lebih dari normal, bisa
diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Temuannya ini menegaskan dan membantah paradigma lama yang menganggap
ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.
Berdasarkan temuan ini, ada penelitian terhadap 41 responden siswa SMU
Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 41 siswa itu,
hanya 25 yang sanggup bertahan menjalankan tahajud selama sebulan penuh.
Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan tahajud selama 2 bulan.
Sholat dimulai pukul 02,00-03.30 sebanyak 13 rakaat. Masing-masing
dilakukan dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon
kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya.
Hasilnya ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud
secara rutin dan dengan perasaan ikhlas berbeda jauh dengan orang-orang
yang tidak melakukan tahajud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud
memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi
masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi, tahajud selain bernilai
ibadah juga sekaligus sarat muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi.
Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang
efektif, emosi positif dapat menghindarkan seseorang dari stres.
Orang yang stres biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan
infeksi. Dengan tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan
ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan mempunyai respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan
kanker. Dan hasil hitungan teknis medis menunjukkan tahajud yang dilakukan
seperti itu membuat orang punya ketahanan tubuh yang baik.
Berikut ini resume dari tanya jawab antara Cholis Akbar dari Majalah
Hidayatullah dengan Prof. Dr. Muhammad Sholeh (46 tahun) seorang Psiko-
Neuroimunolog mengenai disertasinya di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya, yang berjudul "Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap
Peningkatan Perubahan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik : Suatu Pendekatan
Psiko-Neuroimunologi." Hasil penelitiannya sudah dipraktekkan secara
langsung di Klinik Terapi Tahajjud di Masjid Al-Akbar Surabaya. Sudah
banyak pasien, baik yang penyakitnya ringan maupun berat, berhasil sembuh.
Bahkan banyak di antara pasiennya berstatus dokter, misalnya seorang dokter
Patologi Klinis yang pernah menderita penyakit maag, pusing berat dan
depresi (psikosomatis), sangat tergantung pada obat dan sempat operasi
endoskopi dua kali. Setelah rutin menjalankan tahajjud mulai pukul 02.14
sampai menjelang subuh, Alhamdulillah hingga kini penyakitnya hilang dan
sudah tak lagi tergantung obat.
Q : Bagaimana sih sholat yang khusyu` itu?
A : Dalam kitab Islamuna halaman 119, tercantum sebuah hadits Qudsi. Kata
Allah Subhanahu wa Ta`ala kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa
sallam, "Sesungguhnya Aku hanya menerima sholat hamba-Ku yang merendahkan
hatinya kepada keagungan-Ku, tidak mengaku-ngaku lebih baik dari hamba-
hamba-Ku yang lain, mengisi harinya dengan dzikir kepada-Ku, senantiasa
menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan menyayangi orang yang sedang
dalam perjalanan kebajikan, menyayangi para janda dan orang-orang yang
tertimpa musibah."
Q : Bisa dijelaskan lebih detail?
A : Rasulullah pernah menyuruh seseorang mengulang shalatnya hingga empat
kali. Orang itu kemudian berkata, "Ya Rasulullah, saya tidak bisa melakukan
sholat sebaik yang saya lakukan ini." Sejak itu, Rasulullah mengajari
sholat khusyu`. Di antara yang diajarkan adalah jangan takbiratul ihram
sebelum hatinya benar-benar menggantung pada Allah. Seseorang tidak akan
khusyu` dalam shalatnya jika tidak merasa hina di hadapan Allah. Orang yang
rajin sholat bahkan rajin tahajjud tetapi masih berakhlaq tidak baik,
misalnya korupsi, sombong, dan bangga dengan jabatannya, dapat dipastikan
shalatnya tidak khusyu` dan mustahil diterima Allah.
Beberapa saat lalu, ada pasien wanita datang ke rumah. Katanya, suaminya
tahajjud, sholat tiap hari, juga puasa Senin-Kamis, tetapi mengapa 9 dari
10 pembantunya pernah "ditiduri"? Saya katakan, ini tanda-tanda sholat yang
tidak membekas dan tidak diterima oleh Allah. Pasti ada sesuatu yang salah.
Setelah saya tanya, akhirnya dia mengaku nilai hartanya hampir Rp. 6 milyar
dan punya perusahaan di mana-mana. Tetapi, dia belum pernah mengeluarkan
zakat. Masih banyak harta haram pada dirinya. Saya katakan, itulah
penyebabnya. Jadi sebagian besar kita diajari sholat oleh bapak, ustadz dan
guru-guru dulu hanya normatif saja.
Q : Ada ciri lainnya?
A : Kata hadits itu, "Dzaalika nuuru kanurisy-syamsi". Mukanya akan
berkilauan bak cahayanya matahari. Kalau bahasa lainnya, wajahnya
memancarkan aura. Dan yang paling kelihatan, hidupnya dikendalikan oleh
Allah. Makanya, janji Allah dalam hadist Qudsi pada orang yang melakukan
tahajjud, "Matamu adalah mata-Ku, telingamu adalah telinga-Ku, dan hatimu
adalah hati-Ku. Dan para malaikat Aku minta untuk menjaganya."
Orang-orang yang ahli tahajjud, hatinya amat peka. Sedikit saja melakukan
maksiat, dia akan merasa tidak enak. Tetapi bagi yang tidak, melakukan
maksiat apapun kebal karena tak dijaga oleh Allah. Itulah sebabnya, saya
sering menyarankan pasien-pasien saya untuk berlatih sholat tahajjud yang
khusyu`.
Q : Berapa banyak pasien Anda?
A : Wah banyak. Saya kebetulan diberi tempat oleh Masjid Al-Akbar Surabaya
untuk buka klinik konseling tiap Senin dan Rabu. Itu saja pasiennya harus
indent (pesan tempat) dulu. Tetapi saya sering meminta sekitar 15 orang
saja tiap harinya. Maklum, saya kan sendirian.
Q : Apa saja penyakit pasien dan bagaimana terapinya?
A : Macam-macam. Lucunya, tak sedikit di antara mereka itu dokter. Mei lalu
ada seorang dokter menjadi Dekan Fakultas Kedokteran di sebuah PT di Jawa
Timur yang sedang collaps (stress). Karena anak dan isterinya dokter, saya
minta pada mereka untuk mengambil darahnya dan memeriksanya ke
laboratorium. Kesimpulannya ketika itu, hormon kortisol (penyebab stress)
dan glukosanya (gula dalam darah) naik.
Umumnya, jika pakai paradigma kedokteran, jika kortisol naik, pasien selalu
dianjurkan minum kortiko steroid. Tetapi dokter tak bisa menyimpulkan
penyebab penyakitnya sehingga dibentuklah tim medis yang terdiri atas para
ahli. Namun tak mampu membantunya. Sampai suatu ketika, seorang teman ahli
patologi klinik meminta saya untuk datang ke unit perawatan intensif (ICU),
tempat pasien itu dirawat. Saya kemudian meminta para dokter ahli keluar
sehingga hanya ada pasien dan saya berdua. Saya kemudian bertanya detail
tentang kegiatannya dari pagi hingga malam. Termasuk soal ibadah shalatnya.
Kesimpulannya, dia overload hingga menyebabkan stres. Saking sibuknya,
sampai-sampai sholat dan dzikirnya saja selalu terburu-buru.
Saya katakan bahwa faktor naiknya kortisol juga bisa karena masalah-masalah
psikis. Saya menyarankan untuk sholat tahajjud secara khusyu`.
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian dia sembuh.
Q : Dimana hubungan sholat tahajjud dengan kesehatan?
A : Penelitian saya menunjukkan, kalau seseorang bisa sholat tahajjud
dengan khusyu`, gerakannya tepat, dan dilakukan secara kontinu, maka akan
ada perubahan di dalam tubuhnya. Dalam tubuh kita ada sebuah sistem yang
namanya imun. Sistem imun ini berfungsi melindungi diri dari berbagai
patogen (parasit yang bisa menimbulkan penyakit), jejas (lecet), dan toksin
(zat racun). Udara yang kita hirup dan kelihatannya bersih ini, bisa
dipastikan banyak virusnya. Seandainya Allah tidak bisa memberikan
seperangkat sistem yang disebut sistem imun itu, mungkin kita sudah
meninggal sejak dulu. Sistem itu berbentuk kimia, cairan, atau sel. Kalau
dijelaskan di sini terlalu banyak. Setidaknya, dalam penelitian saya ada 9
bentuk. Di antaranya apa yang disebut dalam dunia kedokteran sebagai hormon
kortisol, eosinofil, neutrofil, sel-K, basofil, makrofag, dan imunoglobulin
(IgA, IgM, IgG, IgD, dan IgE). Darah kita ini kan merah. Kalau diambil dan
diberi reagent (sejenis zat kimia yang biasa dipakai untuk mengetes
golongan darah), warnanya bisa berubah dan berbeda bentuk. Perubahan dan
perbedaan bentuk ini menunjukkan fungsi yang berbeda. Ada sel yang bernama
makrofag, diambil dari kata makro (besar) dan fag (pemakan). Itu adalah sel
yang berfungsi memakan sel lain yang tidak normal. Nah, sekresi (proses
mengeluarkan dari dalam tubuh) makrofag tergantung kondisi psikis seseorang.
Q : Kondisi psikis yang bagaimana?
A : Jika kondisi jiwanya kacau, misalnya anak nakal, isteri menyeleweng,
pekerjaan kantor menumpuk, kondisi ekonomi jatuh, biasanya dia akan mudah
stres. Dalam keadaan begitu, jika otak itu difoto, teksturnya akan terlihat
kacau. Tapi kalau sholat dan tahajjudnya benar-benar khusyu` dan ikhlas,
hormon-hormon yang ada di tubuhnya akan bergerak normal dan tenang. Dia
menempatkan Allah menjadi segala-galanya. Nah, jika makrofag tidak
tersekresi oleh tubuh, maka akan bahaya. Jika sekresinya hipo alias kurang,
jadilah rentan kanker. Bisa kanker prostat, ginjal, rahim, atau payudara.
Mengapa? Karena sel-sel yang tidak normal tadi tak termakan oleh makrofag.
Tetapi jika dia rajin tahajjud, insya Allah tak akan ada kanker.
Q : Artinya, peningkatan keimanan punya efek dalam tubuh?
A : Sangat. Begini saja gampangnya. Seseorang jika tahajjudnya baik, maka
imannya ikut meningkat. Jika iman meningkat, seseorang akan selalu positive
thinking (berprasangka baik). Kalau sudah positive thinking, maka persepsi
terhadap hidupnya akan lebih baik dibanding orang lain. Bahkan ketika
ditimpa musibah, dia selalu positive thinking "Tak mungkin Allah
menyengsarakanku. Pasti ada hikmahnya. Ini pasti yang terbaik bagiku."
Begitu seterusnya.
Dalam neurologi (ilmu syaraf), persepsi itu diubah oleh otak menjadi impuls
(rangsangan). Kalau orang itu tenang, maka corticotropic releasing factor
(CRF) akan mempengaruhi andrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol.
Teori kedokteran mengatakan, kalau kortisol naik, maka imunologinya turun.
Makanya, jika orang tahajjud dengan baik dan ikhlas, kondisi jiwanya akan
tenang dan hormon-hormon lain akan menjadi normal.
Di Barat, anak-anak yang kurang cerdas biasanya diinjeksi dengan senyawa
ACTH agar membantunya menjadi lebih cerdas. Seharusnya, orang muslim tak
perlu suntikan ACTH. Sebab jika sholat tahajjudnya benar, secara otomatis
ACTH naik dan itu bisa membantu kecerdasan.
Q : Seperti ada kekuatan metafisika luar biasa di balik sholat tahajjud
yang benar ya?
A : Betul. Dan itu bukan metafisika, tetapi fisika. Biologi molekuler
mengatakan bahwa energi esensi bukan dari protein, tetapi dari
spiritualitas. Sebagian orang mengatakan jika ada orang belajar aura, ujung-
ujungnya dianggap mistis. Itu bukan mistis karena bisa dipelajari. Semua,
selain Allah, itu molekul. Dan molekul itu tersusun atas atom yang
berevolusi seperti bumi mengitari matahari. Ilmu seperti itu bisa
dipelajari. Makanya jangan heran jika di televisi ada dokter bisa menebak
penyakit pasien dari jarak jauh. Itu bukan jin, tetapi bisa dipelajari.
Insya Allah, jika shalatnya khusyu` dan tahajjudnya benar, energi yang
dipancarkan dari wajahnya sangat kelihatan. Sebaliknya orang yang
mengabaikan spiritualitas, pancaran sinar dari wajahnya gelap. Itulah yang
disebut "min atsaris-sujuud" (Al-Fath : 29). Ada bekas-bekas sujudnya.
Andaikata dia berkulit hitam, cahayanya tetap kelihatan.
Q : Di Barat, spiritualitas juga masuk dalam dunia medis. Adakah
perbedaannya dengan spiritualitas yang Anda maksud di atas?
A : Jika dulu di Barat paradigma ilmunya mengekor pada Newtonian, sekarang
tidak lagi. Terutama sejak munculnya Fritjof Capra (fisikawan), paradigma
ilmu medis ada banyak perubahan. Ini juga berkembang pada ilmu Antropologi,
Sosiologi, dan Psikologi. Sekarang tidak lagi mengarah pada materialisme,
tetapi sudah mulai berkembang pada spiritualisme.
Dalam perkembangan ilmu Psikologi juga lahir Golden Alport, Abraham Maslow,
dan Carl Gustav Jung yang mengakui pendekatan spiritual. Memang, pendekatan
spiritualnya tidak seperti kita karena mereka Nasrani. Ini pula yang
berdampak pada ilmu medis. Tadinya Newtonian, kini berkembang pada
psikoneuroimunologi.
Jadi mereka sudah melihat manusia secara holistik. Tidak hanya persoalan
medis, juga persoalan psikis dan spiritual. Makanya Ramachandran, seorang
ahli neurologi dari Universitas California (AS), menemukan bahwa di area
otak kita ada "God Spot" (titik Tuhan).
Q : Tetapi mengapa pendekatan spiritualitas seperti itu belum begitu
diterima di Indonesia, justru berkembang di Barat?
A : Ya, kita memang ketinggalan. Islam hanya dipersepsi pada hal-hal ritual
saja. Islam hanya dianggap soal shalat, zakat, dan haji. Itulah yang
melatarbelakangi lahirnya "pemberontakan" dalam diri saya sejak kecil.
Q : Pemberontakan apa?
A : Mengapa ada dikotomi Islam dan umum? Mengapa Islam dipersepsi hanya di
IAIN, di luar itu tidak dikatakan Islam? Mengapa ada istilah sekolah umum
dan agama? Paradigma itu harus segera diubah.
Makanya saya bermimpi, bagaimana jika suatu hari ada ilmuwan, fisikawan,
kimiawan, atau dokter ahli tetapi dia sangat faqih dan tak pernah lupa
sholat tahajjudnya. Bibirnya senantiasa basah karena dihiasi dzikir. Kalau
sudah seperti ini, mustahil ada ilmuwan yang jahat atau korup. Masalahnya,
kita tak memiliki lembaga pendidikan yang tak memberi batasan dalam mencari
ilmu. Ya, inilah krisis epistemologi ilmu.
Q : Kenapa Anda tertarik melakukan penelitian tentang sholat tahajjud?
A : Ini amalan yang sudah saya lakukan sejak kecil. Tetapi saat memilih
judul disertasi itu, saya diliputi kebingungan. Siapa yang akan saya
jadikan penelitian? Alhamdulillah ada kemudahan. Co-promotor saya
menyarankan agar meneliti santri-santri di Pesantren Hidayatullah yang
memang membudayakan sholat tahajjud.
Q : Siapa yang mengenalkan Anda pada sholat tahajjud saat kecil?
A : Orangtua saya. Ibu saya rajin tahajjud sampai sekarang. Beliau sekarang
umurnya sudah 80 tahun tetapi masih sehat dan jarang sakit-sakitan. Semasa
di Pesantren Lirboyo, saya sering makan tidak teratur dan puasa Senin-
Kamis. Tetapi kok saya jarang sakit? Jangan-jangan karena rutin melakukan
sholat tahajjud. Cuma masalahnya ketika itu kan tidak bisa membuktikannya.
Nah, setelah penelitian ini barulah saya bisa membuktikan manfaat tahajjud
yang luar biasa. Sejak itu saya ingin mengabarkan pada banyak orang tentang
manfaat sholat tahajjud. Alhamdulillah, Yayasan Masjid Al-Akbar Surabaya
meminta saya membuka Klinik Konseling Terapi Tahajjud.
Q : Adakah obsesi hidup Anda yang kini belum terlaksana?
A : Saya sudah banyak mendapatkan kemudahan dari Allah. Kadang, jika sedang
sendirian, saya sering merenung. Nanti, jika Allah memanggil saya dan
bertanya, "Kamu kan telah diberi kesempatan bisa bekerja di institusi
seperti IAIN (Terdiam. Airmatanya tiba-tiba mengalir. Ia menangis hampir 3
menit usai mengucapkan kata IAIN). Dan ketika melihat banyak kemaksiatan
nampak nyata di depan mata, apa yang bisa kamu perbuat, Sholeh?" Saya takut
tak bisa menjawabnya. Ya Allah, saya sudah berusaha, tetapi itulah
kemampuan saya.
Demikian wawancara dengan Prof.Dr. Moh Sholeh dimana meski ybs disibukkan
dengan kegiatan mengajar, yang tidak hanya di Surabaya, tapi juga Jember,
Banyuwangi, Jogjakarta, bahkan Mataram, Kalimantan, dan UNSRI Palembang,
Sholeh senantiasa menyempatkan waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari
Senin dan Jumat, mengajak anak-anaknya ke masjid, mendongeng untuk mereka.
Bersama istrinya, ia berusaha menjadi teladan bagi anak-
anaknya. "Alhamdulillah anak-anak saya puasa Senin Kamis, baca al-Qur'an
tanpa saya perintah," ujarnya.
Mengaku enjoy dengan hidupnya dan tidak pernah merasa pusing, Sholeh
berpesan lima hal yang jadi 'thoriqoh'nya: jangan sakiti kedua orangtua,
sebisa mungkin kurangi beban mereka, tegakkan amar ma'ruf nahi munkar
dengan jalan yang santun dan baik, makan makanan yang halal, bantulah orang
lain meski kita dalam kondisi kepepet, dan perbanyak ibadah mahdoh dan
sunah. Selain itu, pesannya juga, dalam jihad besar melawan hawa nafsu,
kondisikan lingkungan kita dengan ibadah yang baik, ciptakan lingkungan
orang-orang soleh, jangan dekati orang yang tidak soleh, mengondisikan diri
shalat dhuha dan tahajjud, yang khusuk dan sadar, insya Allah peperangan
ini senantiasa kita menangkan.
Hari itu seusai memberi kuliah, Sholeh melanjutkan perjalanannya ke masjid
al-Akbar, setelah maghrib barulah ia pulang ke rumahnya di Kediri untuk
keesokan harinya kembali ke Surabaya. Ketika ditanya kenapa ia tidak
menetap di Surabaya saja, ia menjawab," Siapa yang nanti mengopeni majelis
yasinan di tempat saya?"
Dikutip dari : Majalah Hidayatullah & sumber2 lain.
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana
Diposting oleh St.Parapatiah di 8:59 AM
Label: dekat dengan Allah, energi Islami, Indahnya tajajud
0 komentar:
Post a Comment
Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Selancar untuk anda
Posts
Comments
About Me
Makmur
St.Parapatiah
Blog Archive
▼ 2008 (2)
▼ August (1)
Gusti Allah Tidak Ndeso
► June (1)
► 2007 (30)
► 2006 (4)
► 2005 (6)
http://parapatiah.blogspot.com/2007/07/manfaat-medis-sholat-tahajud.html
SP 1 Defisit Perawatan Diri
Written by Ferdias Ramadoni
Wednesday, 22 October 2008 07:00
1. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi klien: Ibu X 75 tahun, dibawa ke panti oleh keluarganya karena sering mengeluyur. Terakhir kali mengeluyur, Ibu X dibawa pulang oleh tetangganya yang melihat Ibu X hampir tertabrak sepeda motor karena menyebrang sembarangan. Ketika ditanya oleh perawat Ibu X mengatakan tidak betah di rumah Karena anaknya jarang di rumah. Pada saat wawancara, Ibu X terlihat cemas dan gelisah selain itu sering berbicara yang kurang dapat dimengerti karena susunan katanya buruk. Pakaian Ibu X terlihat tidak rapih, dan bau badannya tidak sedap. Dan ketika diminta mandi, Ibu X selalu mengatakan baru saja mandi padahal bau badannya tidak sedap.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: mandi
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
3. Klien mengetahui cara-cara perawatan diri.
4. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
6. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan perawatan diri.
Tindakan Keperawatan:
1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
1.1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yg disukai klien.
1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien.
1.1.5. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
1.1.6. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien. Dengarkan dengan penuh perhatian.
1.1.7. Hindari respon mengkritik atau menyalahkan saat klien mengungkapkan perasaanya.
1.1.8. Buat kontrak interaksi yang jelas.
2.1.1. Diskusikan dengan klien :
· Penyebab klien tidak merawat diri.
· Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial
· Tanda-tanda perawatan diri yang baik.
· Penyakit atau ganguan kesehatan yang dialami klien jika perawatan diri tidak diperhatikan.
3.1.1. Diskusikan tentang frekuensi menjaga perawatan diri selama ini :
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
3.2.1. Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar :
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
3.3.1. Berikan pujian untuk setiap respon yang positif.
4.1.1. Bantu klien saat perawatan diri.
· Mandi.
· Gosok gigi.
· Keramas.
· Berpakaian.
4.1.2. Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri.
4.1.3. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan perawatan diri.
5.1.1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, dan ganti pakaian).
5.1.2. Beri pujian saat klien melakukan perawatan diri secara mandiri.
5.1.3. Tanyakan bagaimana perasaan klien jika melakukan perawatan diri secara baik dan benar.
TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam terapeutik:
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Fergy. Saya perawat di panti ini, nama ibu siapa dan lebih senang dipanggil apa?
2. Evaluasi validasi: bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak:
Ibu X, sekarang saya ingin ngobrol serta membicarakan kegiatan apa saja yang biasa Ibu lakukan di rumah. Kurang lebih selama 30 menit. ibu ingin kita ngobrol di mana? Bagaimana kalau di taman sebelah sana, ibu setuju?
KERJA
1. Apa yang menyebabkan ibu X dibawa kesini?
2. Sebelum berada di sini, ibu tinggal di mana dan bersama siapa?
3. Apa ada yang mengganggu pikiran dan perasaan ibu X pagi ini?
4. Apa yang menyebabkan ibu X menjadi tidak suka mandi dan berpakaian yang rapih?
5. Lalu, menurut Ibu apa manfaat dari menjaga dan merawat kebersihan diri Ibu ?
6. Sekarang saya ingin bertanya pada Ibu X, menurut Ibu tanda-tanda perawatan diri yang baik itu seperti apa?
7. Ibu sudah tahu belum penyakit apa saja yang bisa Ibu derita bila Ibu tidak melakukan perawatan diri dengan baik?
8. Selama di rumah, seberapa sering Ibu melakukan perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, dam keramas?
9. Menurut ibu, apakah cara perawatan diri yang Ibu lakukan selama ini sudah benar? Coba perlihatkan kepada saya.
10. Wah bagus sekali itu bu, dan akan lebih bagus lagi bila Ibu melakukannya seperti ini.
11. Ayo bu sekarang kita coba melakukan apa yang telah Ibu katakan tadi.
12. Wah ternyata Ibu cepat sekali dalam belajar, hanya perlu sering dilatih lagi dan Ibu akan bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan saya.
13. Nah sekarang mari kita membuat jadwal untuk melakukan perawatan diri ibu, supaya ibu lebih terampil lagi dalam melakukan perawatan diri.
TERMINASI
1. Evaluasi Subjektif: bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol dan melakukan perawatan diri tadi?
2. Evaluasi Objektif: coba Ibu ulangi bagaimana cara mandi yang baik?
3. Tindak lanjut klien: setelah ini, jika ibu memerlukan bantuan dalam merawat diri Ibu dapat memanggil saya di ruangan itu, bisa bu?
4. Kontrak yang akan datang: besok saya akan datang lagi pukul 10 pagi, kita akan berdikusi tentang berdandan.
Baiklah ibu X, sudah 30 menit ya, ngobrol-ngobrol kita sudah selesai. Saya permisi dulu ya bu dan selamat beristirahat. Selamat pagi
http://www.perawatonline.com/index.php?option=com_content&view=article&catid=31:cakul-catatan-kuliah&id=56:sp-1-defisit-perawatan-diri&Itemid=45
.
.
top related