siak, 24-08-2019 kehadiran kebun sawit dan kerawanan

Post on 28-Nov-2021

5 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

TANDAN SAWIT INTERAKTIF [VOL.13]

Serial Diskusi online Sawit Watch, 26 Agustus 2020

Kehadiran Kebun Sawit dan Kerawanan Bencana Lahan Gambut di Riau

Dr. Sigit Sutikno, ST., MT.

Direktur Pusat Studi Bencana, Universitas Riau

Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Riausigit.sutikno@lecturer.unri.ac.id

Siak, 24-08-2019

salah satu pusat penelitian di bawah Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat LPPM) yang berfokus pada

masalah yang terkait dengan lahan gambut dan bencana

hidro-meteorologi.

TANDAN SAWIT INTERAKTIF VOL.13, 26 Agustus 2020

Sejak didirikan (April 2014),

PSB telah banyak berkontribusi pada mitigasi bencana asap dan

restorasi lahan gambut melalui sejumlah kegiatan, seperti riset aksi,

seminar, dan kegiatan relawan bekerja sama dengan berbagai

mitra.

TANDAN SAWIT INTERAKTIF VOL.13, 26 Agustus 2020

1. Potensi Bencana di Lahan Gambut

2. Bagaimana bisa terjadi ?

3. Kebakaran Hutan dan Lahan

4. Penurunan tanah

5. Banjir

6. Abrasi Pantai

7. Bagaimana cara mengatasi / mencegah ?

1. Potensi Bencana

di Lahan Gambut

(Yamamoto, dkk., 2019)

▪ Lahan gambut

merupakan ekosistem

yang sangat rentan

(fragile ecosystem)

terhadap perubahan

kondisi hidrologi dan

alih fungsi lahan.

▪ Ancaman bencana:

✓ kebakaran hutan

dan lahan,

✓ abrasi,

✓ Longsor

✓ subsidensi,

✓ banjir.

(Yamamoto, dkk., 2019)

Perubahan tata guna lahan

(Landcover change)

3. Longsor (Peat Failure)

4. Abrasi pantai (Coastal erosion)

3. Kebakaran (Peat Fire)

4. Subsiden (Subsidence)

5. Banjir (Flood)

DISASTER

Kondisi hidrologi tidak stabil

(Hydrologic instability)

(Yamamoto, dkk., 2018)

2. Bagaimana Bencana

bisa terjadi ?

3. Kebakaran Hutan

dan Lahan

▪ Karhutla dominan terjadi di lahan

gambut dan selalu berulang setiap

tahun.

Sumber: globalforestwatch, 2019

Foto: Sigit Sutikno, 24-08-2019

3. Kebakaran Hutan

dan Lahan

Karakteristik Karhutla 2019 Provinsi Riau

Hotspot di Riau 2019

Dominan terjadi di Island

Peat (Rupat, Rangsang,

Bengkalis, Tebing Tinggi)

Dominan terjadi di

Gambut Pulau

Sumatera

Siak, 24 Agust 2019

Karhutla 2019 di Provinsi Riau

Karhutla 2019 di Provinsi Riau

Rimbo Panjang, 4 Sept 2019

4. Penurunan tanah

(Subsidence)

▪ Tingkat subsidensi lahan gambut di

Sumatera bervareasi 2-13 cm/th

(Nurhamidah, 2018).

Foto: Sigit Sutikno, 21-09-2017

Foto: Sigit Sutikno, 14-08-2020

Hubungan antara tingkat subsidensi lahan gambut dengan TMA

Pembangunan jalanmelewati kubah gambut

5. Banjir

▪ Lahan gambut tidak mampu lagi “memegang”

air dan menyimpannya pada “reservoir-

reservoir” di kubah gambut dengan baik (akibat

degradasi), sehingga air melimpas dengan cepat

ketika terjadi hujan.

▪ Permukaan lahan gambut jadi lebih rendah

karena subsiden dan makin sering/mudah

terendam. Foto: Sigit Sutikno, 06-12-2018

Foto: Sigit Sutikno, 06-12-2018Foto: Sigit Sutikno, 06-12-2018

6. Abrasi Pantai

Abrasi pantai gambut terparah

terjadi di KHG Pulau Bengkalis,

dengan laju abrasi sekitar 30

m/tahun (Sutikno,2016).

Foto: Yamamoto, 12-01-2020

Foto: Sutikno, 12-09-2019

Sedimentasi di Pulau Bengkalis

Abrasi di Pulau Bengkalis

Abrasi di Pulau Rangsang

Pembahasan lebih lanjut di

Abrasi Ancam Pulau-Pulau di Riau. Suara Hijau Sesi 2 bersama Dr. Sigit Sutikno

https://www.youtube.com/watch?v=9DsREIQpxjM&t=29s

7. Longsor

(Peat Failure)

▪ Peat failure in coastal area of Bengkalis

Island (Yamamoto, dkk., 2018).

(Yamamoto, dkk., 2018)

Laju Abrasi dan Sedimentasi

di Lahan Gambut

Laju abrasi periode waktu

1988-2000 :47 ha/th

2000-2004 :43 ha/th

Laju abrasi meningkat tajam

mulai tahun 2004.

2004-2010 : 73 ha/year

2010-2014 : 94 ha/year

Kenapa..??

❑ Hasil analisis menunjukkan adanya

perubahan tutupan lahan yang

cukup signifikan setelah tahun

2004.

❑ Perubahan tutupan lahan dominan

dari hutan rawa gambut (peat

swamp forest) menjadi perkebunan

kelapa sawit (palm oil plantation),

dengan luasan sekitar 11.653 ha.

Kenapa laju abrasi meningkat tajamsetelah tahun 2004 ?

Tutupan lahan di Pulau Bengkalis bagian barat

Tahun 1988

Perubahan tutupan lahan dominan periode waktu

2004-2013 di Pulau Bengkalis bagian Barat

Peat Swamp

Forest

Palm Oil

Plantation

(Yamamoto, dkk., 2017)

Laju Abrasi dan Sedimentasi

di Lahan Gambut

Laju Abrasi dan Sedimentasi Pulau-Pulau Bergambut di Provinsi Riau

1980 – 2010, hingga 40 m/th, analisis dari Citra Satelit Landsat.

(Kagawa & Yamamoto, 2017)

Laju Abrasi dan Sedimentasi

di Lahan Gambut

Abrasi sudah mencapai Peat Dome

Lokasi Sampling,

dulu (2015)

masih daratan.

8 Sept 2019

Abrasi masih Berlangsung

hingga hari ini

Abrasi masih Berlangsung

hingga hari ini

“Peat Ball”

Sutikno, 8 Juli 2020

Sutikno, 8 Juli 2020

Sutikno, 8 Juli 2020

Prosentase luasan lahan gambut:

1. P. Rupat : 53%

2. P. Bengkalis : 90%

3. P. Padang : 95%

4. P. Tebing Tinggi : 94%

5. P. Rangsang : 85%

6. P. Merbau : 85%

7. P. Menggung : 99%

8. P. Topang : 97%

9. P. Serapung : 87%

10. P. Muda : 41%

11. P. Mendol : 94%

12. P. Labu : 95%

Pulau-Pulau Bergambut di Provinsi Riau

(Analisis Data Spatial KHG-FEG Provinsi Riau, Sept 2016)

Perubahan tata guna lahan

(Landcover change)

3. Longsor (Peat Failure)

4. Abrasi pantai (Coastal erosion)

3. Kebakaran (Peat Fire)

4. Subsiden (Subsidence)

5. Banjir (Flood)

DISASTER

Kondisi hidrologi tidak stabil

(Hydrologic instability)

7. Bagaimana cara

mengatasi / mencegah ?

RESTORASI

HIDROLOGIPada prinsipnya adalah

menjaga gambut dalam

kondisi selalu basah/lembab,

seperti kondisi alamiahnya

1. Pembukaan lahan (biasanya untuk perkebunan) terutama di lahan

gambut sangat rentan menimbulkan bencana kebakaran lahan dan

kabut asap. Dalam jangka panjang, keseimbangan hidrologi akan

sangat terganggu dan berpotensi menimbulkan bencana yang lebih

luas.

2. Gambut kepulauan lebih tinggi terhadap risiko bencana karena luasan

catchment area yang lebih kecil untuk menyimpan air. Oleh karena

itu harus lebih hati-hati dalam melakukan alih fungsi lahan.

3. Perlunya pengelolaan lahan gambut yang tepat dengan

memperhatikan karakteristiknya (sifat alamiahnya) supaya lahan

gambut tidak menimbulkan bencana, melainkan memberikan

manfaat.

4. Prinsip menjaga lahan gambut supaya tidak menimbulkan bencana

adalah dengan menjaganya dalam kondisi selalu basah atau

lembab seperti kondisi alamiahnya.

7. Kesimpulan dan Rekomendasi

Sekian..

Terima Kasih

top related