sikap etnosentris pada etnis tionghoa totok (asli) … · membandingkan nilai t hitung dengan t...
Post on 10-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SIKAP ETNOSENTRIS PADA ETNIS TIONGHOA TOTOK
(ASLI) dan PERANAKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Elvin Wijaya
NIM : 029114003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Biarlah satu halaman hidupmu terbuka setiap hari ...
Renungkanlah
Rahasia yang ada di dalamnya...
Rasakanlah apa yang dikatakannya ...
Simpanlah Dalam lubuk hatimu ...
Maka kau temukan impian emas yang Menunggumu dalam tidur
Setiap pagi,
Tatkala engkau terjaga, Ada seorang teman baru,
Yang rahasia, Tersenyum dalam dirimu.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan karya ini kepada :
• Sang Buddha, Guru Agung Nan
Mulia dengan Dhamma ajaran-
Nya
• Papa dan Mama tercinta
• My Brother “Titi” Fridmen
• My Dear Victor
• All my friends
• All Chinese People
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Elvin Wijaya (2007). Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan Etnis Tionghoa Peranakan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 orang. Terdiri dari 48 etnis Tionghoa Totok (asli) dan 72 etnis Tionghoa Peranakan, yang berstatus mahasiswa. Data diperoleh dengan menggunakan skala sikap etnosentris. Koefisien reliabilitas sebesar 0.9153. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Hasil perhitungan menunjukkan mean empiris etnis Tionghoa Totok (asli) sebesar 128.69 dan mean empiris etnis Tionghoa Peranakan 121.29. Mean empiris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari mean empiris etnis Tionghoa Peranakan. Pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test. Dari hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 3.041 dengan t tabel 1.658 serta p = 0.003. Karena t hitung lebih besar dari t tabel, dan nilai p < 0.05 dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. Artinya, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Wijaya, E (2007). Ethnocentric attitude of original chinese ethnic and of mixed ethnic origins. Yogyakarta : Departement of Psychology, Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.
The proposed of this research was to compare ethnocentric attitude of original chinese ethnic and of mixed ethnic origins. This research was a comparison research. The hypothesis in this research was ethnocentric attitude of original chinese ethnic higher than of mixed ethnic origins.
The subjects in this research are 120 persons. Consist of 48 original chinese ethnic and 72 mixed ethnic origins, were status college students. The data was collected using ethnocentric attitude scale. Reliability coefficient was 0.9153. The research data was measured using t-test and to determinated whether hypothesis can be accepted or unaccepted, it was done by comparing the value of t-count with t-table.
The result showed that empirical mean of original chinese ethnic was 128.69 and the empirical mean of mixed ethnic origins was 121.29. The empirical mean of original chinese ethnic higher than the empirical mean of mixed ethnic origins. The test of hypothesis was using Independent Sample t-test. The result of t-test showed that t-count was 3.041 and t-table was 1.658 with p = 0.003. Since t-count was higher than t-table so the hypothesis in this research was accepted. It means, ethnocentric attitude of original chinese ethnic higher than of mixed ethnic origins.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada para Buddha dan Bodhisatva, yang
telah melimpahkan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini takkan terwujud tanpa bantuan,
bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi
penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang berikut ini :
1. Sang Buddha, yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, yang telah
membimbing dan memberikan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Papa “Lie” yang pendiam tapi selalu mensupport segala keputusan yang
penulis ambil disetiap langkah dalam kehidupan ini sehingga mengajarkan
penulis untuk mandiri. Mama “Sim” bidadari dalam keluarga, yang selalu
mendoakan, mendengarkan segala keluh kesah penulis dan memberi spirit
moral kepada penulis. Thanks to my parents... elvin beruntung dilahirkan
sama papa dan mama dalam keluarga sederhana ini.
3. Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penulisan ini.
4. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah
membantu dan membimbing penulis secara akademik baik didalam kelas
maupun diluar kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Bapak Dr. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran yang telah membuat
penulis siap secara mental dan matang selama pengerjaan skripsi ini.
6. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. dan Ibu
A.Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih
telah menjadi dosen pembimbing yang senantiasa membantu penulis
mengenai masalah akademik.
7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang banyak memberikan masukan, saran, kritik
serta pelajaran kehidupan baik akademik maupun kehidupan nyata. Makasih
ya pak...
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama studi
di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih buat Bapak dan Ibu atas bimbingan
dan arahannya selama ini.
9. Mba’ nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie’ yang dengan
sabar membantu dan memberi kemudahan bagi penulis selama proses studi
penulis di fakultas Psikologi ini.
10. Pak Bimo dan Pak Siang (INTI), terima kasih atas masukan dan diskusi
mengenai perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini.
11. Titi “Fridmen” my brother.... bro.. thanks ya selama ini walaupun loe gak
banyak omong tapi cc tau seberapa besar rasa sayang dan perhatian loe ma cc..
Jangan jadikan kekurangan loe sebagai suatu kelemahan dalam menghadapi
hidup ini oc.. I Love U Bro..... you are the best brother for me...
12. All my big family....makasi atas doa, dukungan dan perhatian semua keluarga
ma elvin ya....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Victor, special person in my life. Walaupun kita gak bersama saat ini, rasa
sayang, dukungan dan perbedaan yang kita jalani dalam hubungan ini
menjadikan elvin kaya akan “rasa”. Doa dan kepercayaanmu memberi
kekuatan kepada elvin.
14. My best plend in Padang “ Bule” Vesy, Ai, cc Vera, Edward, “Kawek” Ricky,
Hok An, Beatrix (Vio). Plend, ternyata jarak yang jauh gak membuat
perhatian, kepedulian dan rasa pertemanan yang kita jalin dari dulu luntur.
Makasi supportnya ya...
15. Teman-teman terbaik yang hadir dalam hidupku, Nanoet, Mas Adi, Cinghe,
Laora.. dinamika akademik banyak juga mendewasakan pribadi kita masing-
masing. Kenal dan dekat dengan kalian memberikan banyak warna dalam
hidup elvin.
16. Tumi “Ratna”, Jenk Icha, Jenk Yosi kedekatan yang singkat memberikan
makna yang dalam pada persahabatan ini...
17. Teman-teman di P2TKP Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi, Iput, Tita, Otikwati,
Desta, Abe, Mas Kobo dan Obeth. Makasi ya supportnya dan kerjasamanya
selama ini.
18. Teman-Teman Angkatan 2002 Mitha, Lia, Sutri, Anna, Meme, Ajeng, Ucix,
Tanti, Nopex, Bona, Aan, Doddy, Ira, dan yang lain yang tidak bisa penulis
tuliskan satu demi satu. Makasi atas pertemanan selama ini, elvin jadi belajar
banyak karakter.
19. Teman-teman tempat berbagi segala rasa, Kak Shinta, Nitong dan Erika.
Makasi ya selama elvin di jogja, kalian merupakan saudara bagi elvin.
20. Teman-teman mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana, makasi ya atas
kerjasamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21. Dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
kerelaan dan waktu yang pembaca luangkan untuk membaca karya tulis ini.
Penulis menyadari pula adanya ketidak sempurnaan dalam karya tulis ini
karena kesempurnaan hanya dimiliki Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang bisa menjadi masukan
bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penulis menjadi lebih baik. Kritik
dan saran dapat dikirimkan ke elvin_imoet@yahoo.com. Besar harapan penulis agar
karya tulis ini dapat menjadi inspirasi terbaru bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Sikap Etnosentris
1. Pengertian .................................................................................. 6
2. Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis .................................. 8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Aspek – aspek sikap etnosentris ............................................... 12
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap etnosentris ............... 13
B. Etnis Tionghoa
1. Sejarah Etnis Tionghoa sampai ke Indonesia ........................... 16
2. Kebudayaan Etnis Tionghoa ..................................................... 22
3. Pengelompokan etnis Tionghoa ................................................ 26
a. Etnis Tionghoa Totok .................................................. 27
b. Etnis Tionghoa Peranakan .......................................... 29
C. Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok dan Peranakan .............. 31
D. Hipotesis ................................................................................................ 37
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................... 38
B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 38
C. Defenisi Operasional .............................................................................. 39
1. Variabel Bebas .......................................................................... 39
2. Variabel Tergantung .................................................................. 40
D. Subjek Penelitian ..................................................................................... 41
E. Prosedur Penelitian .................................................................................. 42
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 42
1. Skala Sikap Etnosentris ............................................................ 42
2. Pemberian Skor Skala ................................................................ 45
G. Estimasi Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas .................................... 45
1. Estimasi validitas ....................................................................... 45
2. Seleksi item ................................................................................ 46
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Estimasi Reliabilitas .................................................................. 49
H. Metode Analisis Data .............................................................................. 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 51
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
1. Uji asumsi ................................................................................... 51
a. Uji Normalitas ................................................................ 52
b. Uji Homogenitas ............................................................ 52
2. Deskripsi data penelitian ............................................................. 53
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 55
C. Pembahasan ............................................................................................... 57
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
LAMPIRAN
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Profil etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan .............. 30
Tabel 2.2 : Aspek-aspek Pembeda ....................................................... 36
Tabel 3.1 : Distribusi item skala sikap etnosentris sebelum ujicoba .... 44
Tabel 3.2 : Skor jawaban skala ............................................................. 45
Tabel 3.3 : Distribusi item skala sikap etnosentris setelah ujicoba ...... 48
Tabel 3.4 : Distribusi item skala penelitian sikap etnosentris .............. 49
Tabel 4.1 : Ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test .......... 52
Tabel 4.2 : Ringkasan Test of Homogenity of Variances .................... 53
Tabel 4.3 : Ringkasan Tabel Data Penelitian ....................................... 54
Tabel 4.4 : Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ........................................... 55
(Independent Sample t-Test)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN UJICOBA
Tabulasi Data Hasil Ujicoba ..................................................................................... 68
Uji Daya Beda Item dan Estimasi Reliabilitas ......................................................... 82
LAMPIRAN PENELITIAN
Skala Penelitian ........................................................................................................ 86
Tabulasi Data Penelitian ........................................................................................... 87
Uji Normalitas .......................................................................................................... 105
Uji Homogenitas ....................................................................................................... 108
Uji Perbedaan / Uji t ................................................................................................. 109
LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Masing-masing
masyarakatnya terdiri dari etnis-etnis yang berasal dari berbagai macam latar
belakang sosial dan budaya yang khas dan berbeda satu sama lain.
Setiap etnis membawa kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang merupakan hasil
dari proses belajar masing-masing individu dalam kelompok etnisnya. Dalam proses
belajar tersebut individu menanamkan kepribadian, segala perasaan, hasrat, nafsu
serta emosi yang diperlukan sepanjang hidup. Masing-masing etnis juga melakukan
inkulturasi, yaitu proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap
dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1980). Proses ini membentuk identitas etnis dalam
diri individu, sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap etnik yang
meliputi sikap terhadap kelompok sendiri ataupun terhadap kelompok lain.
Sikap etnik yang tertanam dalam diri masing-masing individu terhadap
etnisnya membuat individu tersebut memiliki persepsi tersendiri terhadap etnis lain.
Hasil interpretasi suatu etnis terhadap etnis lain bermacam-macam. Adakalanya
persepsi yang mereka hasilkan berbeda dengan persepsi yang sebenarnya pada etnis
tersebut, sehingga pada akhirnya setiap etnis menganggap etnisnya lebih baik dari
etnis yang lain, hal tersebut diistilahkan dengan etnosentrisme.
Etnosentrisme merupakan perasaan bahwa kelompok etnis mereka lebih baik
ketimbang kelompok etnis lain (Matsumoto, 1996). Pengertian ini diperjelas oleh
Soekanto (1982) yang mengatakan bahwa etnosentrisme adalah penilaian terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan norma-norma yang ada pada
kebudayaan sendiri.
Salah satu etnis di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk memiliki
sikap etnosentris yang tinggi adalah etnis Tionghoa. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Helmi (1990) yang menunjukkan bahwa etnis
Tionghoa memiliki sikap etnosentris. Dilihat dari generasinya, etnis Tionghoa
generasi tua memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi ketimbang generasi muda
etnis Tionghoa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryanto dan Tairas (1999)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keturunan etnis Tionghoa
dan etnis Jawa dalam sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasialnya. Secara
umum sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasial pada etnis Tionghoa lebih
tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa.
Etnis Tionghoa merupakan etnis yang baru diakui keberadaannya di Indonesia,
selain jumlahnya yang minoritas, etnis Tionghoa dikenal dengan etnis yang memiliki
perjalanan sejarah yang kurang baik dimata orang Indonesia. Ada yang berpendapat
bahwa masalah-masalah ini terjadi karena orang Tionghoa masih mempertahankan
kebudayaan asing, tidak memiliki identitas Indonesia. Ada yang berpendapat lagi
bahwa orang Tionghoa tidak sepenuhnya berbaur dengan masyarakat pribumi. Ada
lagi yang memiliki persepsi bahwa etnis Tionghoa merupakan sebuah kelompok etnis
yang menduduki tangga ekonomi yang lebih tinggi dan terpisah dari pribumi.
Implikasinya, konsep masyarakat majemuk yang menekankan pada pentingnya
kesukubangsaan, akan selalu menempatkan orang Tionghoa sebagai orang asing,
walaupun orang Tionghoa tersebut berstatus WNI. Secara tidak langsung masyarakat
pribumi mengatakan bahwa etnis Tionghoa yang non pribumi harus membaur menjadi
masyarakat pribumi kalau ingin diterima sebagai orang Indonesia (Suryadinata, 2003).
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di satu sisi, kecenderungan untuk mempertahankan identitas etnisnya terdapat pada
sebagian warga etnis Tionghoa, sedangkan di sisi lain, mereka telah merasa menjadi
bagian dari masyarakat Indonesia.
Berdasarkan perjalanan masyarakat Tionghoa di Indonesia, etnis Tionghoa di
Indonesia bukan merupakan minoritas yang homogen. Identifikasi terhadap
masyarakat etnis Tionghoa dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu etnis
Tionghoa asli (atau juga disebut sebagai etnis Tionghoa Totok) dan etnis Tionghoa
Peranakan (Tan, 1979; Skinner, 1979).
Etnis Tionghoa Totok (asli) berorientasi pada budaya Tionghoa dan betul-
betul menganggap dirinya bukan orang Indonesia, menggunakan bahasa Tionghoa,
bersekolah dengan bahasa pengantar bahasa Tionghoa dan mempunyai hubungan
kekerabatan dengan orang-orang Tionghoa di luar Indonesia. Etnis Tionghoa Totok
(asli) ini sebagian besar menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi karena
lahir di Indonesia.
Etnis Tionghoa Peranakan adalah mereka yang lahir dari perkawinan
campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia. Etnis Tionghoa Peranakan memiliki
tingkat akulturasi dan identifikasi diri yang bermacam-macam terhadap budaya
Indonesia. Mereka dapat berbahasa Indonesia atau berbahasa daerah di tempat mereka
dilahirkan (Tan, 1979). Minoritas yang heterogen ini oleh pemerintah Indonesia
maupun oleh masyarakat pribumi sering dianggap sebagai minoritas yang homogen,
sehingga terkesan antara etnis Tionghoa Totok (asli) dengan etnis Tionghoa
Peranakan tidak memiliki perbedaan.
Perasaan minoritas yang ada pada masyarakat etnis Tionghoa membuat
mereka mengidentifikasikan dirinya dalam suatu kelompok. Kelompok tersebut
dianggap sebagai in-groupnya. Sebaliknya, kelompok diluar kelompok sosialnya
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebut sebagai out-groupnya, dimana individu-individu anggota kelompok tersebut
dianggap sebagai lawan dari in-groupnya (Boner dalam Helmi, 1990). Sikap ini
disebabkan karena dengan berbaur dengan etnis atau suku lain membuat mereka
merasa tidak nyaman, ada perasaan dikucilkan atau didiskriminasikan oleh etnis atau
suku lain yang mayoritas. Hal ini secara tidak langsung memunculkan sikap
etnosentrisme pada etnis Tionghoa.
Sebagian etnis Tionghoa merasa diri mereka merupakan kelompok yang
eksklusif atau istimewa dibandingkan dengan etnis lain sehingga etnis Tionghoa
cenderung untuk tidak membaur dengan masyarakat setempat yang berbeda etnis
dengan mereka. Salah satu contoh adanya perasaan eksklusif yang terlihat pada etnis
Tionghoa adalah keinginan etnis Tionghoa untuk mencari pasangan hidup yang
sesama etnis.
Sikap etnosentris dapat dilihat pada etnis Tionghoa melalui fenomena-
fenomena yang telah dipaparkan penulis sebelumnya dan penelitian yang telah
dilakukan oleh berbagai peneliti. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitan dengan lebih khusus melihat etnis Tionghoa yang heterogen, yang terdiri
atas etnis Tionghoa yang Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Peneliti ingin
mengetahui perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis
Tionghoa Peranakan.
B. Rumusan Masalah
Melihat fenomena yang telah diungkap diatas maka peneliti ingin membatasi
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu apakah ada perbedaan
sikap etnosentris antara etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan permasalahan tersebut maka penelitian ini memiliki
tujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan
etnis Tionghoa Peranakan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Untuk menambah kasanah pengetahuan di bidang Psikologi sosial
khususnya Psikologi budaya tentang sikap etnosentris dan dinamikanya dalam
kontak sosial antar budaya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada masyarakat etnis
Tionghoa untuk mengetahui seberapa besar sikap etnosentris yang dimiliki etnis
Tionghoa dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dalam pengembangan dan
peningkatan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam
kehidupan sehari-hari.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sikap Etnosentris
1. Etnosentrisme
a. Pengertian
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Kedudukan
manusia sebagai mahkluk sosial mendorongnya untuk membentuk kelompok
sosial. Kelompok sosial ini dilandasi oleh kesamaan kepentingan dan tujuan.
Oleh karena itu, setiap anggota kelompok dengan sadar akan menjalin
hubungan timbal balik dengan sesama anggota untuk mempererat hubungan
dalam kelompok. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka terdapat
pola-pola perilaku dan aturan permainan yang mengatur hubungan antar
anggota dalam kelompok, misalnya nilai-nilai dan norma-norma sosial. Hal
ini merupakan faktor pengikat yang mempererat hubungan timbal balik
tersebut (Helmi, 1990).
Norma dan nilai yang terkandung dalam suatu kelompok memiliki
fungsi untuk memberikan arah dan pedoman terhadap perilaku anggota
dalam kelompok. Oleh sebab itu, agar setiap anggota dapat diterima dengan
baik dalam hubungan timbal balik tersebut, maka para anggota harus mampu
untuk mengidentifikasikan nilai dan norma kelompok. Proses identifikasi ini
akan menimbulkan perasaan in-group dan orang yang berada di luar
kelompok disebut out-group (Helmi,1990).
In-group diartikan sebagai individu yang memiliki identifikasi yang
kuat untuk menyebut dirinya sebagai bagian suatu kelompok sosial tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan out-group merupakan individu yang bukan bagian dari suatu
kelompok sosial tertentu. Perasaan in-group disertai dengan perasaan
persaudaraan yang memandang anggota kelompok sendiri sebagai “orang
kita” atau “keluarga sendiri”. Sebaliknya, orang-orang diluar kelompok
dipandang sebagai “orang asing” atau “orang lain”. Perasaan yang ada pada
kelompok in-group terhadap kelompok out-group cenderung lebih dingin,
bahkan kadang-kadang disertai dengan rasa permusuhan (Ahmadi, 1991).
Dalam suatu kelompok biasanya terdapat kecenderungan untuk
menganggap segala yang termasuk didalam kelompoknya sebagai yang
utama, baik, riil, logis dan sebagainya. Sedangkan segala yang berbeda dan
tidak termasuk didalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak baik
dan tidak susila. Dalam in-group dimana individu termasuk didalamnya,
terdapat kecenderungan untuk sering mengadakan identifikasi atau
penyesuaian diri dengan kelompok. Adanya unsur mendukung, mengikuti
norma yang ada dalam kelompoknya disebut sebagai in-group. Dalam out-
group, individu berada diluar suatu kelompok. Ia merasa bahwa ia tidak
tergolong didalamnya (Ahmadi, 1991).
Sikap in-group pada umumnya mempunyai faktor simpati dan
solidaritas yang tinggi, serta selalu mempunyai perasaan dekat dengan
anggota kelompoknya. Sedangkan sikap terhadap out-group selalu ditandai
dengan suatu antagonisme atau antipati. Perasaan in-group atau in-group
feeling yang kuat yang dimiliki individu dalam suatu kelompok dan
memandang nilai-nilai budaya maupun segala sesuatu yang ada dalam
dirinya lebih baik dari individu ataupun kelompok lain disebut sebagai
etnosentrisme (Haryono, 1994). Pernyataan ini juga diperjelas dengan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernyataan Soekanto (1982) bahwa etnosentrisme merupakan sikap melihat
dan melakukan interpretasi terhadap orang lain berdasarkan nilai-nilai
budaya sendiri. Sumner (dalam Berry, 1999) menyatakan bahwa
etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan kuat yang diterapkan suatu
kelompok dengan membuat patokan kelompok sendiri sebagai patokan satu-
satunya ketika memandang kelompok lain, dengan akibat menempatkan
kelompok sendiri pada kedudukan teratas dan mendudukkan kelompok lain
pada kedudukan lebih rendah.
Myers (1999) menjelaskan bahwa etnosentrisme adalah keyakinan
suatu kelompok terhadap superioritas etnis dan budayanya sendiri sehingga
menganggap rendah kelompok lain diluar kelompoknya. Dayakisni dan
Yuniardi (2004) menggambarkan etnosentrisme sebagai suatu sikap dalam
melihat dan melakukan interpretasi terhadap seseorang ataupun kelompok
lain berdasarkan nilai-nilai yang ada pada budayanya sendiri. Memperjelas
pengertian ini, Barger (2004) menyatakan bahwa etnosentrisme merupakan
kecenderungan berpikir bahwa kelompoknya sendiri lebih superior dari
kelompok lain atau menilai kelompok lain inferior dari kelompoknya
sendiri. Poerwanti (2001) mendefinisikan etnosentrisme sebagai pandangan
bahwa kelompok sendiri merupakan pusat segalanya dan kelompok lain
akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompoknya
sendiri.
Dengan pengertian etnosentrisme yang dipaparkan penulis diatas,
gambaran adanya sikap etnosentris dapat dilihat antara lain pada orang-
orang Yahudi, yang menganggap dirinya sebagai orang terpilih; orang
Yunani dan Roma, menganggap orang di luar dirinya sebagai orang yang
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang beradab dan orang Tionghoa yang menganggap negaranya sebagai
kerajaan yang paling besar.
Etnosentrisme menjadikan kebudayaan sendiri sebagai patokan
dalam mengukur baik buruk, tinggi rendah, serta benar atau tidaknya
kebudayaan lain berdasarkan standar kebudayaannya sendiri. Hal ini
terwujud dengan adanya kesetiakawanan yang kuat antar anggota terhadap
kebudayaannya sendiri, tidak adanya kritikan terhadap kelompok etnis atau
bangsa sendiri, disertai prasangka negatif terhadap kelompok etnis atau
bangsa lain (Poerwanti, 2001). Kecenderungan untuk menjadi etnosentris
akan mengakibatkan seseorang menilai kelompok lain menurut kategori dan
nilai budayanya sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme adalah
suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan
etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa
segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan,
sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang
terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Secara
sederhana, konsep etnosentrisme dapat dikatakan sebagai konsep hubungan
sosial antar anggota dalam kelompok dengan anggota luar kelompok yang
mana hubungan itu biasanya lebih banyak dilakukan oleh anggota dalam
kelompok daripada anggota luar kelompok, sehingga orang yang memiliki
sikap etnosentris yang tinggi akan banyak berhubungan dengan sesama
anggota dalam kelompoknya dibandingkan dengan orang di luar
kelompoknya. Hal ini disebabkan etnosentrisme mengandung dua dimensi
sikap yang positif dan negatif.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis
Matsumoto (1996) mengungkapkan bahwa setiap pribadi dari individu
cenderung memiliki sikap etnosentris. Individu yang cenderung memiliki
sikap etnosentris beresiko untuk menilai orang lain dari sudut pandang
kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentris muncul dalam diri individu
disebabkan oleh kurangnya pengalaman, pengetahuan ataupun komunikasi
mengenai etnis lain diluar etnisnya (Poerwanti, 2001). Pengetahuan dan
pengalaman yang dimaksud dapat berupa jatidiri etnis, norma kultural,
bahasa yang beranekaragam pada masing-masing etnis serta pergaulan
dengan individu lain diluar etnisnya. Hal ini menyebabkan komunikasi dan
pergaulan antar individu antara satu etnis dengan etnis lainnya menjadi
terbatas.
Brown (1986) menambahkan bahwa sikap etnosentris memiliki 2
dimensi, yaitu dimensi positif dan dimensi negatif. Dimensi positif dari
sikap etnosentris mengandung makna pemberian identitas diri yang dapat
meningkatkan kebanggaan diri terhadap kelompoknya, sedangkan dimensi
negatif mengandung makna menganggap rendah terhadap kelompok di luar
kelompoknya.
Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang
ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu yang
diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun lingkungan
kelompok etnis (Berry, 1999). Norma kultural mengandung hal-hal yang
berbau kebudayaan serta adat istiadat yang ada dalam kelompok etnis atau
budaya yang berlaku secara umum tidak terkait dengan diri sendiri.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Norma kultural memiliki peranan yang penting dalam menentukan
apa yang dipelajari seseorang. Nilai-nilai kultural atau budaya yang
ditanamkan oleh budaya pada masing-masing individu dapat berubah secara
mencolok bila mendapat tekanan dan pengaruh dari lingkungan (Helmi,
1990). Budaya yang terinternalisasi pada masing-masing individu memiliki
derajat internalisasi yang berbeda-beda pada setiap individu anggota
kelompok budaya tersebut (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Individu yang
mendapatkan pengetahuan mengenai norma kultural yang besar dari
keluarga maupun lingkungan kelompok etnisnya menjadikan individu
tersebut memiliki kecenderungan untuk bersikap etnosentris. Norma kultural
berdampak pada sikap etnosentris, secara positif norma kultural dapat
menjadikan individu melestarikan budaya dan adat istiadat yang terdapat
pada etnisnya sebaliknya menjadi negatif bila individu mengganggap adat
istiadat dan budaya etnis lain lebih rendah dari etnisnya.
Jatidiri etnis merupakan keseluruhan seseorang yang mencakup
pribadi (misal nama) dan sosial (misal keluarga). Jatidiri etnis dapat
dikatakan sebagai bagian konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan
tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai
dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu. Jatidiri
etnis seseorang berasal dari kelompok etnis dimana ia menjadi anggotanya.
Dalam hal ini, individu merasa mereka menjadi milik kelompok dan bekerja
untuk mengutamakan kelompok dan keanggotaan mereka (Berry, 1999).
Jati diri etnis yang terdapat pada diri individu dapat terlihat dari ciri-
ciri fisik yang ada dalam diri individu, misalnya etnis Tionghoa memiliki
mata yang sipit dan kulit yang putih atau orang yang berkulit hitam
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung berasal dari Afrika. Jati diri etnis merupakan bentuk representasi
diri individu dari kelompok etnisnya. Jatidiri etnis secara sederhana dapat
digambarkan sebagai budaya dari etnisnya yang melekat secara langsung
pada diri individu. Hal ini secara positif berdampak pada sikap etnosentris,
yaitu individu menjadi istimewa dan bangga menjadi anggota dalam
kelompok etnisnya. Berdampak negatif disaat individu merasa bahwa jatidiri
etnisnya lebih baik dari jatidiri etnis yang lain.
Seringkali kesamaan jatidiri pada etnis membuat anggota dalam
kelompok etnis berkumpul, bergaul dan berinteraksi hanya dengan sesama
anggota dalam kelompok etnisnya. Identifikasi yang besar terhadap etnisnya
menjadikan individu dalam kelompok etnis memiliki in-group feeling yang
kuat. Rasa kebersamaan dalam kelompok yang berlebihan memunculkan
dimensi yang negatif dari sikap etnosentris. Individu jadi berkelompok dan
bergaul hanya dengan anggota dalam kelompok etnisnya. Keengganan untuk
menjadikan orang lain diluar etnisnya sebagai teman menjadi besar. Rasa
bangga yang besar terhadap kelompok etnis sendiri menjadikan
terbentuknya stereotipe dari kelompok diluar etnis terhadap kelompok etnis
tersebut.
Stereotipe merupakan kepercayaan bahwa semua anggota suatu
kelompok memiliki ciri-ciri tertentu atau menunjukkan perilaku tertentu
(Muzammil, 2006). Menurut Mulyana (2000), stereotipe adalah kategorisasi
atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-
perbedaan individual.
Stereotipe seringkali didasari oleh fakta dan fiksi mengenai orang
lain dari budaya tertentu, namun seringkali menjadi konsepsi yang terlalu
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sederhana, kaku dan tidak akurat. Ketidakakuratan ini terjadi akibat adanya
overgeneralisasi dari pengalaman pribadi atau informasi yang masuk
sehingga individu cenderung untuk bergaul dengan anggota dalam kelompok
etnisnya (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Saat teman kita dari Batak
berbicara dengan suara lantang dan keras, maka selanjutnya kita
menggeneralisasi bahwa semua orang Batak memiliki watak yang keras dan
suara yang lantang.
Bahasa merupakan salah satu jembatan untuk berpartisipasi dalam
lembaga sosial dan ekonomi masyarakat. Persoalan yang paling penting
yang berkaitan dengan bahasa dalam masyarakat majemuk adalah
pelestarian bahasa. Pelestarian bahasa dalam kelompok etnis adakalanya
dipengaruhi oleh keinginan anggota kelompok untuk melestarikan bahasa
mereka dalam masyarakat dominan dengan menggunakan bahasa itu sendiri
dan mengajarkannya kepada keturunannya (Berry,1999).
Bahasa yang pertama dipelajari seseorang adalah bahasa ibu, yang
seterusnya akan memberikan sumbangan bagi pembentukan diri dan
pengembangan kepribadian individu. Bahasa merupakan salah satu unsur
warisan budaya yang khas. Hal ini membuat masyarakat sadar untuk
mempertahankan dan melestarikan bahasa sebagai sesuatu yang berdiri
sendiri dan membedakan mereka dari individu yang lain (Yulia, 1997).
Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah budaya Tionghoa, mereka tetap
melestarikan bahasa dan budayanya. Etnis Tionghoa menggunakan bahasa
Tionghoa dalam berkomunikasi dengan sesama etnis mereka.
Berkomunikasi dengan bahasa Tionghoa membuat etnis Tionghoa merasa
bersaudara satu sama lainnya. Agar tetap terpelihara, bahasa Tionghoa tetap
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipertahankan oleh etnis Tionghoa. Bahasa merupakan cerminan dari
terpeliharanya suatu budaya.
Bahasa merupakan salah satu aspek dari sikap etnosentris yang
mengandung dimensi negatif. Hal ini dikarenakan etnis tersebut
menggunakan bahasa yang berasal dari budayanya dan tidak menggunakan
bahasa dominan dimana etnis tersebut berada. Bentuk pelestarian bahasa
akan menyebabkan komunikasi dan kontak sosial terhadap kelompok lain
menjadi tidak harmonis. Misalnya, setiap etnis yang ada di Indonesia
berkomunikasi dengan bahasa yang terdapat pada etnis mereka masing-
masing, setiap etnis merasa bahasa yang terdapat pada etnisnya lebih baik
daripada etnis lain dan merendahkan bahasa dari etnis lain. Hal ini
menimbulkan sikap etnosentris pada kelompok etnis.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap etnosentris
mengandung dua dimensi yaitu, dimensi negatif dan dimensi positif. Aspek-
aspek yang terdapat pada sikap etnosentris seperi norma kultural, jatidiri
etnis, pergaulan dan bahasa masing-masing memiliki dimensi positif dan
dimensi negatif.
c. Pembentukan Sikap Etnosentris
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap etnosentris
adalah:
(1) Lingkungan keluarga
Menurut Helmi (1990), sikap etnosentris terbentuk melalui
interaksi nilai-nilai yang ada dalam diri individu dan pengaruh
lingkungan melalui proses belajar. Hal lain yang juga berkaitan dengan
terbentuknya sikap etnosentris adalah ditanamkannya perasaan in-
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
group yang kuat sejak tahap-tahap awal perkembangan manusia.
Media yang sangat berpengaruh atas proses sosialisasi adalah lembaga
keluarga (Helmi, 1990).
Sejak masih kanak-kanak, individu secara alamiah mampu
untuk membedakan dirinya berdasarkan keanggotaan kelompok, yakni
menjadi bagian dari sebuah keluarga. Sumner (dalam Brewer dan
Miller, 1996) mengistilahkan hal tersebut dengan in-group dan out-
group, yakni pengelompokan sosial yang dilakukan individu apakah
menjadi bagian atau bukan merupakan bagian dari suatu kelompok
sosial.
Tajfel (dalam Brewer dan Miller, 1996) menyatakan, perasaan
in-group sudah nampak sejak usia anak-anak. Pada usia 6 atau 7 tahun,
misalnya anak-anak sudah memperlihatkan kecintaan yang kuat pada
bangsanya, meskipun mereka belum mengerti apa arti bangsa itu
sendiri. Orang tua merupakan dasar dari perkembangan etnosentrisme.
(2) Lingkungan masyarakat atau tempat tinggal
Setiap manusia lahir membawa potensi perilaku dan berada
dalam suatu kondisi sosial. Kondisi sosial masing-masing individu
berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini termasuk dalam hal
nilai-nilai yang mengatur perilaku mana yang boleh dipelajari dan
tidak boleh dipelajari. Hal ini mengartikan bahwa manusia diajar oleh
lingkungan sosialnya untuk dapat membuat respon tertentu dan tidak
merespon yang lain. Oleh Segall (dalam Dayakisni dan Yuniardi,
2004) hal ini dinamakan sosialisasi.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Child (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004) berpendapat
bahwa sosialisasi sebagai proses dalam diri individu, dimana individu
tersebut dilahirkan dengan potensi perilaku yang luas, yang mengarah
pada pengembangan perilaku nyata yang dibatasi lebih sempit pada
suatu kebiasaan dan dapat diterima oleh individu dengan standar nilai-
nilai yang ada pada kelompoknya.
Proses sosialisasi biasanya melibatkan reinforcement
didalamnya. Adanya reward sosial dan punishment sosial, membuat
individu belajar perilaku mana yang boleh dilakukan dan dilarang
untuk dilakukan. Individu akan diberi penghargaan jika perilakunya
diterima oleh lingkungan sosialnya dan hukuman terhadap perilaku
yang tidak diinginkan atau dilarang oleh lingkungan sosialnya
(Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Dengan demikian, lingkungan sosial
dapat memperkuat atau memperlemah terbentuknya sikap etnosentris
melalui adanya reward sosial dan punishment sosial yang dibentuk
sesuai dengan aturan dan standar nilai yang ada pada masing-masing
kelompok sosial.
(3) Lingkungan sekolah atau pendidikan
Sistem pendidikan tidak hanya sebagai institusi untuk
meningkatkan kemampuan dalam berpikir dan pengetahuan. Tetapi
juga merupakan institusi yang mensosialisasikan individu,
mengajarinya dan memperkuat nilai-nilai budaya yang penting.
Pada sistem pendidikan penanaman nilai-nilai budaya dan
pensosialisasian individu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) materi yang yang diajarkan sekolah merefleksikan pilihan-pilihan
yang secara apriori melalui anggapan yang dihargai oleh suatu budaya
atau masyarakat tentang apa yang diyakini penting untuk dipelajari. (2)
Setting lingkungan dimana pendidikan itu berjalan perlu untuk
dipertimbangkan. Tanpa memperhatikan setting lingkungan, sarana
yang memungkinkan pendidikan terjadi akan memperkuat tipe nilai-
nilai budaya tertentu pada sipenerima pendidikan itu. Organisasi,
perencanaan dan pelaksanaan dari rencana pelajaran merupakan bagian
yang penting dari faktor sosialisasi (Dayakisni dan Yuniardi, 2004).
Di sekolah, sebagian besar hidup individu dihabiskan tidak
dengan orang tua mereka. Proses sosialisasi yang awalnya terbentuk
pada hubungan dengan orang tua berlanjut dengan teman sebaya dalam
situasi bergaul, bekerjasama dan sekolah (Matsumoto, 2004). Sekolah
melembagakan nilai-nilai budaya dan merupakan kontributor
perkembangan intelektual serta perkembangan sosial dan emosi
individu. Dengan demikian, perkembangan sikap etnosentris pada
individu dapat berbeda-beda tergantung dari internalisasi nilai-nilai
budaya yang diajarkan dalam sistem pendidikan pada individu.
B. Etnis Tionghoa
1. Sejarah Etnis Tionghoa sampai ke Indonesia
Orang Cina yang pertama kali datang di Indonesia adalah seorang pendeta
agama Buddha bernama Fa Hien. Ia singgah di Pulau Jawa pada tahun 413. Daerah
yang pertama kali didatangi adalah Palembang. Pada masa itu Palembang merupakan
pusat perdagangan kerajaan Sriwijaya (Hidayat, 1977).
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang Cina yang merantau saat itu kemudian menetap secara tersebar di
daerah-daerah yang merupakan tempat penting dalam perdagangan di Indonesia.
Objek perdagangan pada masa itu adalah beras, lada dan gula (Hidayat, 1977).
Belanda dan bangsa-bangsa Barat lainnya seperti Inggris dan Portugis masuk
ke Indonesia dan melakukan penjajahan politik dan ekonomi. Pemerintah Hindia
Belanda berusaha meningkatkan perdagangan antar pulau dan mulailah terjadi
perdagangan besar-besaran antar pulau di seluruh Indonesia oleh VOC. Berhubung
orang Cina umumnya merantau sebagai pedagang maka kesempatan ini digunakan
oleh orang Cina untuk migrasi secara besar-besaran ke indonesia.
Pada abad ke-19 dengan berkembangnya perdagangan antar pulau, kedatangan
para migran asal Cina ini makin besar, bahkan bila semula yang datang hanya laki-
laki sehingga menyebabkan sering terjadinya perkawinan dengan penduduk Pribumi,
maka sekarang mereka datang berbondong-bondong membawa anak isteri dan
membentuk perkampungan sendiri yang umumnya terdiri dari penduduk dari ras Cina
(pe'Cina'n).
Kedatangan rombongan orang Cina ini lebih-lebih terjadi dengan pembukaan
perkebunan-perkebunan yang luas di Sumatera oleh pemerintah Hindia Belanda.
Banyak orang Cina yang terdiri dari kaum buruh, hijrah ke Indonesia dan bermukim
di sepanjang pantai Timur Sumatera, pulau Bangka dan Belitung. Pengelompokan
penduduk ras tertentu secara demikian menghasilkan kelompok-kelompok ras Cina
yang hidup secara eksklusif dan menyuburkan tradisi budaya pre mordial Cina. Ini
menghalangi proses asimilasi selanjutnya.
Situasi eksklusivisme Cina/Tionghoa bukan hanya terjadi secara alamiah,
sebab pemerintah Cina demi alasan ekonomi ikut mendorong pelestarian budaya Cina
dimana masyarakat Cina yang merantau dapat membantu pemerintah Cina dalam hal
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekonomi. Situasi ini bertambah parah lagi karena pemerintah kolonial ikut pula
melestarikan budaya eksklusif ini dengan politik adu-dombanya. Pemerintah kolonial
menginginkan agar orang Cina tidak terlalu dekat dengan orang Pribumi sehingga
orang Cina tidak menjadi pesaing bagi pemerintah kolonial tetapi dapat dijadikan
pelaku dagang yang menguntungkan Belanda .
Potensi dagang orang Cina mengkhawatirkan pemerintahan kolonial Belanda
yang berada di Indonesia. Bila orang-orang Cina yang sangat berbakat dagang itu
bersatu dengan orang-orang Pribumi maka kedudukan pemerintah kolonial pasti
terancam. Itulah sebabnya oleh Belanda orang-orang Cina diadu dan dijadikan perisai
dalam menghadapi orang-orang Pribumi khususnya dalam hal perdagangan.
Tuduhan eksklusivisme orang Cina menebal dengan adanya kerinduan
sebagian besar orang Cina untuk mencari uang sebanyak-banyaknya di tanah seberang
dan mengirimkan kepada keluarga mereka di Cina.
Memasuki abad ke-XX dimana-mana timbul kesadaran nasionalisme, baik di
Cina maupun Indonesia. Situasi ini dihadapi oleh pemerintah Belanda dengan
mempertajam politik adu-dombanya, lebih-lebih jumlah orang Cina di Indonesia pada
awal abad itu sudah mencapai lebih dari satu juta jiwa. Orang Cina memang
merupakan dilema bagi orang Belanda. Disatu pihak mereka merupakan pesaing
dagang, di pihak lain mereka diperlukan sebagai perantara bahkan perisai untuk
menghadapi orang Pribumi (Koentjaraningrat, 2002).
Banyak orang Cina dijadikan sebagai penarik pajak dari orang Pribumi dan
banyak diantaranya menggunakan tugas itu untuk keuntungan diri sendiri pula. Itulah
sebabnya kemudian orang Cina dianggap warga negara kelas-2 oleh Belanda, dan
Belanda menganggap dirinya sebagai warga negara kelas-1 bersama orang Barat
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lainnya. Ini untuk menghadapi orang Pribumi yang dianggap sebagai warga negara
kelas-3 (Herlianto, 2001).
Sekalipun demikian banyak orang Cina yang memang pada dasarnya adalah
pedagang bebas tidak mau begitu saja direndahkan sekedar menjadi pedagang
perantara. Banyak diantaranya kemudian menjadi penyelundup dan berdagang
langsung dengan penduduk Pribumi.
Makin besarnya jumlah orang Cina, membuat kesadaran nasionalisme pada
orang-orang Cina meningkat, hal ini dapat dilihat dengan didirikannya sekolah-
sekolah Cina di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat orang Cina lebih senang
menyebut diri mereka sebagai 'Tionghoa' untuk mengaitkan diri dengan tanah leluhur
'Tiongkok.
Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan sekolah-sekolah eksklusif yang
dinamakan Holandse Chinese School dengan status subsidi pada tahun 1908 yang
dibedakan dengan Holandse Indische School untuk orang-orang Pribumi. Sekolah
Cina/Tionghoa memiliki kurikulum yang disamakan dengan sekolah-sekolah Belanda
dan dengan bahasa pengantar Belanda. Pada tahun 1917 pemerintah Belanda
menyamakan hukum orang Cina dengan Belanda dan meninggikan status orang Cina
daripada Pribumi. Sejak itu orang Cina mendapat tiga kursi wakil dalam Volksraad
(DPR) (Herlianto, 2001).
Kedekatan orang Cina dengan Belanda juga dipicu oleh banyaknya orang-
orang Cina yang kemudian masuk agama Kristen dan Katolik yang sama dengan
agama orang-orang Belanda. Pada tahun 1920 orang-orang Cina yang berpendidikan
Belanda mendirikan organisasi Chung Hua Hui yang mendapat perwakilan di
Volksraad pada tahun 1939. Pada tahun 1940 banyak orang Cina belajar ke negeri
Belanda sehingga menambah jumlah golongan orang Cina yang berorientasi ke
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Belanda. Pada tahun 1932 juga berdiri Partai Tionghoa Indonesia dan diberi kursi di
Volksraad tahun 1939 yang bertujuan agar orang-orang Cina perantauan menjadi
warga negara Indonesia dan melepaskan diri dari kewarga-negaraan negeri Cina
(Herlianto, 2001).
Tumbuhnya kesadaran nasionalisme di kalangan orang Indonesia pribumi
memang dilandasi sikap antipati kepada kolonialis Belanda tetapi juga kepada orang-
orang Tionghoa yang hidupnya secara ekonomis lebih maju dari mereka. Dalam
kenyataannya memang orang-orang Indonesia Pribumi sangat tertinggal dari mereka
baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan maupun politik. Ini disebabkan karena
politik ekonomi pemerintah kolonial yang berat sebelah (Herlianto, 2001).
Pada waktu penjajahan Jepang di tahun 1941-1945, kemelut ekonomi
menjadikan ekonomi rakyat Pribumi makin terpuruk dan menjadikan orang-orang
Cina memonopoli ekonomi dan menjadi tukang kredit. Di masa itu ada banyak orang
Cina yang memihak rakyat pribumi dan melawan Belanda, tetapi banyak juga yang
membela Belanda dimana selama ini mereka telah mendapat keuntungan dari
Belanda. Disisi lain, banyak yang berusaha menyelamatkan diri dan hanya mencari
keuntungan di pemerintahan manapun yang ada pada masa tersebut (Herlianto, 2001).
Setelah kemerdekaan RI di tahun 1945 dan Belanda meninggalkan RI di tahun
1950, kekosongan ekonomi yang ditinggalkan oleh monopoli Belanda dengan segera
diisi oleh para pedagang Cina. Dengan demikian di awal kemerdekaan RI, sebagian
perusahaan dan usaha dagang dikuasi orang-orang Cina baik di kota maupun di desa-
desa (Herlianto, 2001).
Sementara itu, pemerintah Cina meniupkan politik Nasionalisme Tiongkok,
sehingga pemerintah Tiongkok mulai memperhatikan Hoa-Kio (Tionghoa
perantauan). Pada masa itu, pemerintahan Tiongkok menerapkan undang-undang
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kewarganegaraan RRC dengan menganut prinsip ius sanguinis, yaitu semua anak
yang lahir dari ayah atau ibu etnis Tionghoa adalah warga negara Cina tanpa
memandang tempat kelahirannya. Sebaliknya, Indonesia menganut prinsip ius soli,
dimana semua anak yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia tanpa
memandang kewarganegaraan orang tuanya (Herlianto, 2001).
Di Indonesia, peristiwa anti etnis Tionghoa terlihat dengan adanya peristiwa
G30S PKI. Pemerintah Indonesia curiga bahwa orang Tionghoa ikut terlibat pada
peristiwa ini. Akibatnya, pemerintah orde baru segera mengambil tindakan dengan
menutup konsulat dan kedutaan RRC (Soekisman, 1975).
Di tahun 1967, orang-orang etnis Tionghoa dianjurkan untuk mengganti
namanya dengan nama Indonesia untuk memperkecil perbedaan antara WNI
keturunan Cina dengan WNI asli. Sekalipun demikian, memang tidak mudah bagi
orang-orang Cina yang secara tradisi budaya memiliki perasaan eksklusif dan
superioritas untuk bisa menempatkan diri dalam konteks kemerdekaan. Apalagi ketika
di jaman Belanda warganegara Indonesia memiliki tingkatan yang sama dengan
orang-orang Belanda dan dibuat lebih tinggi statusnya dari orang-orang Pribumi.
Keunggulan dalam perdagangan dan pendidikan waktu itu menyebabkan program
ganti nama seakan-akan mudah layaknya berganti baju dengan badan yang sama
(Soekisman, 1975).
Untuk mengikis sikap eksklusivisme itu, pemerintah melarang penggunaan
simbol-simbol Cina, baik berupa surat kabar maupun penggunaan bahasa Cina di
muka umum. Pada tahun itu pula dikeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan
nama 'Tionghoa' karena konotasi keterkaitannya dengan 'Tiongkok' negeri leluhur ras
ini. Untuk meredam konflik lebih besar pemerintah Orde Baru memandang orang-
orang Cina yang menjadi WNI sebagai berhak dan berkewajiban sama dengan yang
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pribumi, dan menganjurkan agar WNI keturunan Cina dapat membuka usaha bersama
orang Pribumi (Soekisman, 1975).
2. Kebudayaan etnis Tionghoa
(a) Sikap Mental Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa memiliki sikap mental yang berlandaskan pada ajaran
Kong Fu Tse ; yang menekankan pada sikap hubungan keluarga, negara dan
bangsa berdasarkan kesadaran akan kedudukan orang Tionghoa yang lebih
superior, lebih tinggi dan lebih maju (Hidayat, 1977). Pandangan ini
menyebabkan orang Tionghoa tidak mudah melepaskan diri dari adat istiadat
dan kebiasaan sosialnya.
Keluarga merupakan tempat sosialisasi anak untuk pertama kalinya,
hal ini akan memudahkan anak untuk menerima nilai-nilai yang diajarkan
oleh orang tuanya. Terlebih lagi ajaran Kong Fu Tse menyangkut kedudukan
setiap anggota keluarga sehingga memungkinkan social control yang kuat
dalam menginternalisasi nilai-nilai kepada anak (Haryono, 1993). Salah satu
sifat khas orang Tionghoa adalah tetap mempertahankan pola pemikiran,
perbuatan dan pola kehidupan tradisi leluhurnya (Hidayat, 1977). Oleh
karena itu, ajaran Kong Fu Tse mengenai keluarga tertanam begitu kuat
dimanapun orang itu berada.
Pada tingkat kelompok, kuatnya nilai-nilai kekeluargaan yang tertanam
pada orang Tionghoa akan menjadikan ia memiliki identifikasi yang kuat
untuk menyebut dirinya sebagai kelompok sosial tertentu (in-group).
Terbentuknya perasaan in-group yang kuat secara tidak langsung akan
membentuk etnosentrisme pada etnis Tionghoa.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Etnis Tionghoa sebagai bangsa yang pernah mengalami peradaban
yang tinggi akan mengukur dan membandingkan bangsa lain berdasarkan
nilai-nilai pada kebudayaannya sendiri. Sifat orang Tionghoa yang rajin,
ulet, tekun dan pandai berdagang merupakan modal utama bagi
kelangsungan hidup mereka. Identitas seperti ini menjadikan etnis Tionghoa
memiliki sikap in-group feeling yang kuat, yang merasa memiliki kelebihan
dibandingkan yang lain. Hal ini tentu akan menyebabkan terbentuknya
etnosentrisme yang kuat (Haryono, 1994).
(b) Sistem Kekeluargaan
Etnis Tionghoa menganut sistem kekeluargaan patrilineal, dimana
dalam keluarga inti yang memegang kekuasaan dan peran penting adalah
ayah dan anak laki-laki (Hidayat, 1977). Anak laki-laki dalam kelompok
etnis Tionghoa akan menerima warisan yang paling banyak, sedangkan anak
perempuan tidak mendapat harta warisan. Namun, dengan adanya perubahan
orientasi kebudayaan akibat modrenitas, membuat etnis Tionghoa
melakukan orientasi kebudayaan barat dan orientasi kebudayaan pada daerah
setempat. Hal ini menjadikan etnis Tionghoa menganut sistem kekeluargaan
bilateral, yang mana terdapat persamaan hak antara laki-laki dan perempuan
(Tan, 1979).
(c) Religi
Pada umumnya etnis Tionghoa di Indonesia dianggap menganut agama
Buddha. Di negara Cina, memang sebagian besar masyarakatnya menganut
agama Buddha, namun di Indonesia masyarakat Cina memiliki keyakinan
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang beraneka ragam. Ada yang menganut agama Buddha, Khatolik,
Kristen, Islam, Tao ataupun Kong Fu Tse (Suryadinata, 1984).
Sebagia besar etnis Tionghoa masih percaya terhadap pemujaan
terhadap para leluhurnya. Anggota keluarga yang memelihara abu leluhur,
melakukan upacara pemujaan terhadap leluhur ditempat abu leluhur. Tempat
itu berupa meja panjang yang tinggi dan dibawahnya ada pula sebuah meja
lain yang pendek. Meja-meja tersebut biasanya diletakkan didepan ruangan
rumah dan pada umumnya bewarma merah tua yang dihiasai dengan ukiran
yang beraneka ragam. Diatas meja tersebut, ada satu atau lebih tempat untuk
menancapkan dupa, yang oleh orang Tionghoa disebut hio lau. Dibagian
kanan dan kiri hio lau terdapat sepasang pelita yang dinyalakan tiap-tiap
tanggal satu dan lima perhitungan Cina dengan membakar beberapa batang
dupa (Hidayat, 1977).
(d) Hari Raya Etnis Tionghoa
Upacara-upacara besar yang diperingati oleh etnis Tionghoa adalah :
(1) Sincia, yaitu tahun baru Imlek pada tiap-tiap tanggal satu Imlek.
(2) Ceng Beng, yaitu upacara membersihkan kuburan dan sembahyang
terhadap nenek moyang pada tiap tanggal tiga bulan tiga tahun Imlek.
(3) Cit Gwee, yaitu sembahyang Cio-Ko suatu sembahyang untuk para
arwah yang tidak disembahyangkan oleh sanak keluarga yang masih
hidup di dunia. Sembahyang ini dilakukan pada tiap-tiap tanggal lima
belas bulan tujuh tahun Imlek.
(4) Peh Cun, suatu perayaan untuk memperingati tokoh Kut Goan,
seorang patriot negara, menteri kerajaan Chou, yang mengakhiri
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidupnya dengan membuang diri kedalam sungai Nilo di provinsi
Hunan, karena putus asa melihat negaranya dihancurkan oleh saudara
Ciu. Upacara ini dilakukan setiap tanggal lima bulan lima tahun Imlek.
(5) Ting Ciu, suatu perayaan pada tanggal lima belas bulan delapan tahun
Imlek, yaitu pada musim gugur di negara Cina.
(6) Tang Ce, perayaan pada tanggal pertengahan bulan sebelas tahun
Imlek.
(e) Bahasa
Orang Tionghoa yang berada di Indonesia bukan berasal dari satu
kelompok daerah di Cina, melainkan berasal dari beberapa suku yang
berasal dari 2 provinsi yang ada di Cina yaitu Fukien dan Kwantung yang
sangat terpencar-pencar daerahnya (Koentjaraningrat, 2002).
Setiap imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia masing-masing
membawa kebudayaan dari suku bangsanya sendiri-sendiri. Suku bangsa
yang ada memiliki bahasanya masing-masing. Ada 4 bahasa Cina yang ada
di Indonesia yaitu bahasa Mandarin, Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton.
Setiap bahasa memiliki perbedaan sehingga pembicara dari bahasa yang satu
tidak dapat mengerti bahasa dari pembicara yang lain (Koentjaraningrat,
2002).
Etnis Tionghoa di Indonesia saat ini sebagian besar tidak mampu
secara aktif menggunakan bahasa Tionghoa. Kebanyakan dari etnis
Tionghoa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(f) Mata pencaharian
Sebagian besar etnis Tionghoa di Indonesia bermata pencaharian
sebagai pedagang. Selain berdagang, orang-orang etnis Tionghoa juga
membuka perusahaan ataupun toko sebagai lahan usaha. Namun, dalam
perkembangannya tidak sedikit juga dari etnis Tionghoa yang bekerja
sebagai orang kantoran, guru, dokter, petani, buruh serta pekerjaan
professional lainnya (Suryadinata, 1984).
(g) Perkampungan atau tempat tinggal
Sebagian besar orang Tionghoa di Indonesia tinggal di kota, biasanya
perkampungan atau tempat tinggal orang Tionghoa merupakan deretan
rumah yang berhadap-hadapan dan terletak di daerah pusat pertokoan
(Koentjaraningrat, 2002). Biasanya orang Tionghoa hidup terpisah dari
penduduk asli (Indonesia). Walaupun tinggal diantara penduduk asli, etnis
Tionghoa tinggal didaerah-daerah tempat budaya “penduduk asli” tidak
berkembang. Keinginan etnis Tionghoa sangat besar untuk berada dengan
sesama kelompok etnisnya (Suryadinata, 1984). Secara nyata dapat dilihat
bahwa etnis Tionghoa di seluruh dunia memiliki perkampungan Cina yang
dinamakan”Pecinan”. Perkampungan ini merupakan bentuk pelestarian
budaya Tionghoa oleh para etnis Tionghoa.
3. Pengelompokan etnis Tionghoa
EtnisTionghoa yang ada di Indonesia sebenarnya tidak merupakan satu
kelompok yang berasal dari suatu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa
suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwantung, yang sangat
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpencar daerah-daerahnya. Mereka berasal dari suku yang berbeda-beda ada yang
berasal dari suku bangsa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton (Koentjaraningrat,
2002).
Keberagaman suku bangsa etnis Tionghoa ini membuat bahasa Tionghoa
sendiri yang ada di Indonesia menjadi beraneka ragam. Ada empat bahasa Tionghoa
di Indonesia, yaitu bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton yang demikian
besar perbedaannya, sehingga pembicara dari bahasa yang satu tak dapat mengerti
pembicara yang lain (Koentjaraningrat, 2002).
Pengelompokan terhadap masyarakat Tionghoa di Indonesia dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar yaitu etnis Tionghoa asli (atau biasa juga disebut sebagai
etnis Tionghoa Totok) dan etnis Tionghoa peranakan (Tan, 1979 ; Skinner 1979).
Berdasarkan kriteria orientasi budaya dan identifikasi sosialnya, kedua kelompok ini
merupakan satu garis kontinum.
a. Etnis Tionghoa totok
Kaum Tionghoa totok atau asli merupakan pendatang baru yang tiba di
Indonesia. Mereka datang ke Indonesia menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-
20. Hal ini terjadi sewaktu berlangsungnya pergolakan politik di negara Cina dan
juga bersamaan dengan menaiknya permintaan akan tenaga manusia di negara-negara
jajahan di Asia Tenggara (Suryadinata, 1984).
Mayoritas etnis Tionghoa totok bermata pencaharian di bidang perdagangan
dan perusahaan yang mempunyai pola pemukiman terpisah dari penduduk asli
(disebut sebagai daerah Pecinan). Keyakinan agama mereka berasal dari Cina Selatan,
dengan bersembahyang di kuil-kuil Cina, menjalankan pemujaan kepada nenek
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
moyang, beragama Buddha, Kung Fu-Tse dan Tao. Sistem perkawinan yang dianut
adalah monogami (Hidayat, 1977).
Berbeda dengan keadaan sesudah perang etnis Tionghoa totok generasi ini
banyak lahir di Indonesia. Awalnya etnis Tionghoa totok bersekolah di tempat yang
berbahasa pengantar Cina, namun sejak tahun 1966 mereka hanya memperoleh
pendidikan Indonesia karena semua sekolah Cina harus ditutup. Oleh karena itu
orang-orang etnis Tionghoa asli hanya dapat berbicara bahasa Cina di rumah, dan
memakai bahasa campuran Indonesia dan Cina di luar rumah (Suryadinata, 1984).
Orang-orang etnis Tionghoa totok masih banyak bermukim di daerah
Kalimantan Barat, Sumatera Timur (Bagan Siapiapi) dan Kepulauan Riau. Kini di
daerah tersebut perkampungan-perkampungan Tionghoa masih banyak yang
wujudnya kurang lebih sama dengan desa-desa di provinsi Cina selatan. Walaupun
banyak diantara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dan Sumatera Timur itu mungkin
sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi mereka masih akan disebut orang
Tionghoa totok oleh orang Indonesia asli (Koentjaraningrat, 2002).
Dari segi sosial ekonomi etnis Tionghoa totok dikenal lebih hemat dan rajin,
hal ini terlihat dari pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka cenderung untuk bekerja
sendiri. Mengenai pekerjaan, etnis Tionghoa totok lebih sukses dalam usaha
perdagangan dan industri (Hidayat, 1977).
Sistem kekerabatan yang dianut oleh etnis Tionghoa totok adalah sistem
patrilineal, yaitu sistem dimana yang memegang peranan penting dan kekuasaan
dalam keluarga inti adalah ayah dan anak laki-laki (Hidayat, 1977). Anak laki-laki
dalam keluarga etnis Tionghoa akan menerima harta warisan yang paling banyak,
sedangkan anak perempuan tidak mendapat harta warisan.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tionghoa Peranakan
Etnis tionghoa peranakan adalah mereka yang lahir dari perkawinan campuran
antara orang tionghoa dan Indonesia (Koentjaraningrat, 2002). Orang tionghoa yang
datang ke Indonesia sebagian besar adalah laki-laki. Mereka lalu menikah dengan
wanita setempat (Suryadinata, 1984).
Dilihat dari sejarahnya, etnis Tionghoa peranakan kebanyakan berasal dari
imigran suku Hokkien Cina (Morse dalam Suryadinata, 1984). Penggunaan bahasa
Cina mereka sudah tidak aktif lagi. Umumnya, mereka menggunakan bahasa Melayu-
Cina sebagai bahasa percakapan, yaitu bahasa dengan struktur Melayu, tetapi
memakai istilah-istilah suku Hokkien-Cina dan Belanda. Mata pencaharian etnik
Tionghoa peranakan pada umumnya juga berdagang, sama halnya dengan etnis
Tionghoa totok, walaupun mulai pada abad ke-20, banyak juga etnis Tionghoa
peranakan yang bekerja di kantor, tetapi masih banyak juga yang masih berkecimpung
dibidang perdagangan (Suryadinata, 1984).
Keyakinan agama etnik Tionghoa peranakan ini bermacam-macam, namun
kebanyakan menganut pemujaan kepada nenek moyang (semacam agama rakyat
Cina) yang telah bercampur dengan adat pribumi (Indonesia). Hanya sejumlah kecil
saja etnik Tionghoa peranakan yang menganut agama Islam, Kristen dan Katholik
(Suryadinata, 1984).
Etnis Tionghoa peranakan banyak bermukim di daerah pulau Jawa yaitu
daerah Jawa Timur dan Tengah. Rata-rata dari etnis Tionghoa peranakan ini sudah
lupa akan bahasa asalnya. Mereka mengalami penurunan dalam penyesuaian
kebudayaan dan bahkan dalam ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai orang Indonesia
Asli (Koentjaraningrat, 2002). Berbeda dengan etnis Tionghoa Totok (asli) yang
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidup berkelompok dengan sesamanya, etnis Tionghoa peranakan hidup
berdampingan dengan masyarakat dimana mereka bermukim (Suryadinata, 1984).
Sistem kekerabatan yang dianut oleh etnis Tionghoa peranakan adalah sistem
bilateral, yaitu sistem yang menganggap anak laki-laki memiliki kedudukan yang
sama dengan anak perempuan (Hidayat, 1977).
Mengenai pekerjaan, kebanyakan etnis Tionghoa peranakan terserap dalam
kerja kantor, tetapi ada juga yang masih berkecimpung di bidang kegiatan dagang dan
perusahaan (Suryadinata, 1984).
Tabel 2.1 Profil etnis Tionghoa Totok dan Peranakan
Etnis Tionghoa Totok Etnis Tionghoa Peranakan
• Memiliki garis keturunan ayah dan
ibu (kedua orangtua) beretnis
Tionghoa
• Masih aktif menggunakan bahasa
Tionghoa (Hokkien, Mandarin,
Teo-chiu, Khek)
• Orientasi besar pada budaya
Tionghoa (adat istiadat, keyakinan
dan hari raya)
• Lingkungan tempat tinggal
terpisah dengan penduduk asli
(berada dalam lingkungan yang
sebagian besar etnis Tionghoa =
daerah Pecinan)
• Dalam sistem kekerabatan masih
berpegang pada sistem patrilineal
yaitu anak laki-laki dianggap lebih
• Memiliki ayah atau ibu (salah
satu dari orangtua) beretnis
Tionghoa
• Sudah tidak aktif
menggunakan bahasa
Tionghoa (menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa
daerah setempat)
• Cenderung berorientasi pada
kebudayaan Indonesia
• Lingkungan tempat tinggal
berbaur dengan penduduk asli.
• Sistem kekerabatan bersifat
bilateral, dimana anak laki-laki
dan perempuan memiliki
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi dari wanita
• Sebagian bermata pencaharian
sebagai pedagang.
kedudukan yang sama
• Banyak yang bermata
pencaharian di kantor,
berdagang dan perusahaan. Sumber : diambil dari Suryadinata, L. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Grafiti Pers
C. Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan
Sikap etnosentris diartikan sebagai suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari
suatu kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling
yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai,
keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala
sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain.
Etnis Tionghoa di Indonesia bukan merupakan kelompok etnis yang homogen.
Identifikasi terhadap etnis Tionghoa terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu etnis
Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan. Sekilas, sulit untuk membedakan
etnis Tionghoa totok (asli) dengan etnis Tionghoa peranakan, walaupun ketika
diamati maka perbedaan itu terletak pada lafal dan ucapan-ucapannya dalam
kehidupan sosial budaya, corak pendidikan serta adat istiadatnya (Hidayat, 1977).
Secara fisik, etnis Tionghoa totok memiliki karakteristik mata sipit dan kulit bewarna
kuning. Etnis Tionghoa peranakan memiliki karakteristik perpaduan antara etnis
Tionghoa totok (asli) dan Indonesia asli, seperti mata sipit dan kulit berwarna sawo
matang. Menurut Sahrah (2005) perbedaan dari segi non-fisik etnis Tionghoa Totok
(asli) dan peranakan pada perbedaan agama, adat istiadat, bahasa dan pemakaian
nama.
Adanya perbedaan fisik dan non fisik itulah yang membuat etnis Tionghoa
totok dan peranakan berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena orientasi budaya
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dipelajari dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat tempat mereka
bermukim. Etnis Tionghoa totok (asli) memiliki orientasi budaya lebih banyak pada
Tionghoa totok. Di lingkungan keluarga (orangtua) yang berasal dari etnis Tionghoa
tentunya akan mensosialisasikan dan menginternalisasikan adat kebiasaan budaya
Tionghoa kepada setiap individu etnis Tionghoa. Selain itu, etnis Tionghoa totok
(asli) cenderung hidup berkelompok yang terpisah dari lingkungan masyarakat
Indonesia asli (pecinan), sehingga banyak berinteraksi dengan sesama etnis Tionghoa,
menggunakan bahasa Tionghoa dan menjalankan kebiasaan adat istiadat mereka.
Itulah sebabnya orientasi terhadap etnis Tionghoa lebih besar.
Pada etnis Tionghoa peranakan cenderung kurang berorientasi pada budaya
Tionghoa. Hal ini terjadi karena kedua orang tuanya berasal dari percampuran etnis
Tionghoa totok (asli) dan Indonesia asli, sehingga ada percampuran dua budaya.
Orang tua mereka hidup berbaur dengan lingkungan masyarakat setempat
menyebabkan orientasi budaya cenderung kearah kebudayaan Indonesia. Hal ini
membuat orientasi budaya etnis Tionghoa peranakan terhadap budaya Tionghoa
kurang kuat. Sikap etnosentris yang kuat terlihat pada etnis Tionghoa totok (asli)
dimana lingkungan sosial (keluarga, tempat tinggal dan sekolah) mempengaruhi
terbentuknya sikap etnosentris.
Etnis Tionghoa memiliki unsur-unsur sikap etnosentris. Sikap etnosentris etnis
Tionghoa tercermin pada norma kultural, jatidiri etnis, bahasa dan pergaulan, yang
ditunjukkan dalam diri individu setiap etnis Tionghoa.
Adanya heterogenitas pada etnis Tionghoa yaitu etnis Tionghoa totok (asli)
dan etnis Tionghoa peranakan memungkinkan sikap etnosentris yang terdapat pada
keduanya menjadi berbeda. Etnis Tionghoa totok yang memiliki orientasi budaya
yang kuat terhadap budaya Tionghoa akan memiliki sikap etnosentris yang lebih
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar. Diasumsikan berdasarkan aspek-aspek sikap etnosentris, norma atau nilai dari
budaya Tionghoa pada etnis Tionghoa totok (asli) lebih dalam terinternalisasi pada
diri etnis Tionghoa totok (asli). Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan disekitar
etnis (lingkungan keluarga, tempat tinggal dan sekolah). Ini membuat etnis Tionghoa
totok (asli) dalam berperilaku hanya berorientasi pada budaya Tionghoa dan tidak
memperdulikan norma atau nilai yang ada pada kelompok lainnya. Pada etnis
Tionghoa Totok (asli) ditanamkan norma bahwa individu yang ada pada etnis
Tionghoa disarankan untuk memilih pasangan hidup yang sama dengan sesama
etnisnya. Jika etnis Tionghoa Totok (asli) memilih pasangan hidup yang diluar etnis
Tionghoa maka individu tersebut memiliki kecenderungan mendapatkan punishment
sosial dari lingkungan masyarakat etnis Tionghoa. Hal ini menjadikan individu
tersebut merasa dikucilkan dari lingkungan
Pada jatidiri etnis, etnis Tionghoa memiliki keterikatan secara emosional yang
besar terhadap etnis Tionghoa, hal ini terlihat pada identifikasi yang besar terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan etnis Tionghoa. Eksklusivitas yang terlihat
pada etnis Tionghoa lainnya adalah kehidupan bermasyarakatnya. Rata-rata, kota-kota
di Indonesia memiliki kampung Cina yang dikenal dengan nama Pecinan. Pecinan ini
dihuni oleh sebagian besar orang Tionghoa yang masih melestarikan budaya
Tiionghoa. Hal ini tampak pada bangunan rumah yang berciri khas budaya Tionghoa,
warna-warna khas Tionghoa yaitu merah mendominasi warna rumah tersebut.
Etnis Tionghoa totok (asli) akan menggnuakan bahasa Tionghoa secara aktif
dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan keluarga, individu akan disosialisasikan
dan diinternalisasikan bahasa Tionghoa yang merupakan bahasa ibunya. Hal ini akan
menimbulkan sikap etnosentris. Saat individu etnis Tionghoa bertemu dengan sesama
anggota kelompok etnisnya, mereka akan secara aktif menggunakan bahasa Tionghoa.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rasa kedekatan secara emosional ini membuat etnis Tionghoa merasa bahwa bahasa
Tionghoa dapat menjadikan mereka merasa bersaudara satu sama lainnya walaupun
secara asal dan marga (nama keluarga) mereka berbeda.
Dalam hal pergaulan sehari-hari, keinginan etnis Tionghoa totok (asli) untuk
cenderung bergaul dengan orang-orang sesama etnis Tionghoa lebih besar. Hal ini
dikarenakan dengan bergaul sesama etnis Tionghoa, mereka merasa memiliki
kesamaan secara karakteristik dan berpikir. Etnis Tionghoa Totok (asli) sebagian
besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Kesamaan profesi diantara etnis
Tionghoa Totok ini menjadikan etnis Tionghoa Totok (asli) sering berkumpul
bersama untuk membahas bagaimana perkembangan usaha mereka. Seringnya etnis
Tionghoa Totok (asli) ini berkumpul dengan sesamanya memberikan kesan bahwa
mereka hanya bergaul dengan sesama etnisnya saja. Hal ini menjadikan etnis
Tionghoa terkesan eksklusif, sehingga sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok
(asli) tampak lebih kuat.
Pada etnis Tionghoa Peranakan yang memiliki orientasi yang kurang terhadap
budaya Tionghoa menjadikan etnis Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris
yang cenderung lebih rendah dibandingkan etnis Tionghoa Totok (asli). Etnis
Tionghoa peranakan diasumsikan norma kultural dan jati diri etnis sebagai etnis
Tionghoa mengalami kepudaran, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan adat
istiadat, budaya serta kelekatan emosi sebagai etnis Tionghoa menjadi berkurang. Hal
ini dikarenakan pada etnis Tionghoa peranakan orientasi budaya tidak terfokus pada
budaya Tionghoa tetapi telah mengalami asimilasi dengan budaya Indonesia. Etnis
Tionghoa peranakan merasa diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia,
sehingga hal-hal yang berbau budaya Tionghoa tidak menjadi keharusan bagi etnis
Tionghoa peranakan untuk melestarikan atau menjalaninya. Ini menjadikan etnis
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris yang lebih rendah dari etnis Tionghoa
totok (asli).
Pada aspek bahasa, etnis Tionghoa peranakan mengalami penurunan dalam
pelestarian bahasa Tionghoa untuk berkomunikasi, cenderung menggunakan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah setempat. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa peranakan
telah melakukan asimilasi dengan etnis-etnis lain yang ada di Indonesia.
Dalam pergaulan sehari-hari, etnis Tionghoa peranakan cenderung berbaur
dengan masyarakat setempat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris. Proses sosialisasi banyak dihabiskan
dengan teman sebaya dalam situasi bergaul, bekerjasama dan sekolah. Etnis Tionghoa
peranakan cenderung bersekolah di sekolah yang terdiri dari berbagai macam budaya
atau etnis. Hal ini membuat etnis Tionghoa peranakan mampu berbaur dengan etnis
lain yang mana secara fisik, etnis Tionghoa peranakan tidak jauh berbeda dengan
etnis Indonesia lainnya.
Berkaitan dengan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik
untuk menjadikan generasi muda Tionghoa dalam hal ini diwakilkan oleh mahasiswa
sebagai subjek penelitian. Hal ini disebabkan karena peneliti merasa bahwa generasi
muda Tionghoa saat ini sudah mengalami penetrasi sosial dimana nilai, pikiran dan
perilaku pada keadaan dahulu yang dialami etnis Tionghoa berbeda dengan keadaan
yang ada saat ini.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2.2 Aspek-aspek Pembeda
Aspek pembeda Etnis Tionghoa Totok (Asli) Etnis Tionghoa Peranakan
Norma kultural Menjalankan norma-norma yang
terdapat pada budaya etnis
Tionghoa dengan taat.
Norma-norma yang terdapat
pada budaya etnis Tionghoa
menjadi longgar dijalankan.
Jatidiri etnis Identifikasi diri terhadap segala
sesuatu yang berhubungan
dengan budaya Tionghoa
(memiliki nama Tionghoa).
Identifikasi terhadap segala hal
yang berbau budaya Tionghoa
mulai pudar (tidak memiliki
nama Tionghoa).
Pergaulan sehari-
hari
Cenderung bergaul dengan
sesama etnis Tionghoa.
Sudah berbaur dengan
masyarakat setempat.
Bahasa Menggunakan bahasa Tionghoa
(Hokkien, Teo-Chiu, Mandarin,
Khek) secara aktif untuk
berkomunikasi dengan sesama
etnis Tionghoa (menjadikan
bahasa Tionghoa sebagai bahasa
ibunya)
Tidak dapat menggunakan
bahasa Tionghoa (Hokkien,
Teo-Chiu, Mandarin, Khek)
untuk berkomunikasi dengan
sesama etnis Tionghoa.
Cenderung menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa
daerah setempat
Sikap Etnosentris Menggunakan bahasa Tionghoa
sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari,
menjalankan norma kebudayaan
Tionghoa dengan taat, cenderung
bergaul dengan sesama etnis
Tionghoa, mengidentifikasikan
diri terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan budaya
Tionghoa (kelekatan emosi yang
besar terhadap budaya
Tionghoa).
Tidak aktif menggunakan
bahasa Tionghoa
(menggunakan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah
setempat), norma pada budaya
etnis Tionghoa menjadi
longgar untuk dijalankan, lebih
berbaur dalam pergaulan, serta
identifikasi terhadap budaya
Tionghoa mulai pudar
(kelekatan emosi yang lemah
terhadap budaya Tionghoa).
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan pada penelitian
ini adalah etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi
dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal komparatif.
Desain kausal komparatif merupakan desain penelitian yang membandingkan dua atau
lebih jenis sampel penelitian. Berdasarkan keterangan tersebut, penulis mencoba
untuk mengetahui dan membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa totok
(asli) dan etnis Tionghoa peranakan
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan, adalah:
1. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2002). Variabel inilah yang
nantinya akan menjadi pusat persoalan penelitian. Variabel tergantung dalam
penelitian ini adalah sikap etnosentris.
2. Variabel bebas
Variabel bebas atau terikat adalah variabel yang dipandang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel tergantung (Sugiyono, 2002). Jadi
variabel bebas ini adalah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Ketionghoaan
dikategorikan menjadi dua, yaitu Tionghoa totok (asli) dan Tionghoa
peranakan.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti.
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pendidikan. Tingkat pendidikan
pada penelitian ini diutamakan tingkat pendidikan formal yaitu laki-laki atau
perempuan yang sedang menjalani pendidikan di Universitas (mahasiswa).
C. Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Pada
dasarnya Ketionghoaan terdiri atas dua kategori, yaitu Tionghoa Totok (asli)
dan Tionghoa peranakan.
Tionghoa totok (asli) adalah etnis Tionghoa yang berasal dari orang tua
yang sama-sama etnis Tionghoa (bapak dan ibu etnis Tionghoa), orang-orang
Tionghoa yang masih berorientasi pada budaya Tionghoa, menggunakan
bahasa Tionghoa dalam percakapan sehari-hari di dalam rumah dan bahasa
campuran Indonesia di luar rumah, Tionghoa totok (asli) ini sebagian besar
menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi atau karena lahir di
Indonesia. Sedangkan, Tionghoa peranakan adalah orang-orang yang lahir dari
perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia, penggunaan
bahasa Tionghoa mereka sudah tidak aktif lagi, mereka cenderung
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dimana mereka tinggal.
Untuk mendapatkan keterangan mengenai diri subjek apakah subjek tergolong
Tionghoa totok (asli) atau Tionghoa peranakan pada skala sikap etnosentris
terdapat bagian identitas yang antara lain meminta subjek menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ketionghoaannya yang terdiri atas nama Tionghoa, orang tua (ayah dan ibu)
yang berasal dari etnis Tionghoa totok (asli) atau etnis Tionghoa peranakan,
asal, bahasa Tionghoa yang dikuasai.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap etnosentris.
Sikap etnosentris adalah suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu
kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling
yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan,
nilai, keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya
sebagai segala sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki
kelompok sosial lain. Aspek-aspek dari sikap etnosentris yang akan diukur
meliputi :
(a) Norma kultural
Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang
ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu
yang diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun
lingkungan kelompok etnis.
(b) Jatidiri etnis
Jatidiri etnis merupakan bagian konsep diri individu yang berasal dari
pengetahuan tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial,
bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada
keanggotaan itu.
(c) Pergaulan
Kesediaan menjadikan orang lain, baik itu etnis Tionghoa atau etnis lain
sebagai rekan dalam pergaulan dengan tujuan dijadikan teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(d) Bahasa
Bahasa dijabarkan sebagai penggunaan bahasa Tionghoa dalam
berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa.
Untuk mengetahui sikap etnosentris, maka diungkap dengan
menggunakan skala berdasarkan empat aspek tersebut. Nilai sikap etnosentris
dalam penelitian ini diperoleh dari skor skala sikap etnosentris. Semakin tinggi
skor yang diperoleh, berarti semakin tinggi sikap etnosentrisnya. Sebaliknya,
semakin rendah skor yang diperoleh, berarti semakin rendah sikap
etnosentrisnya.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa beretnis Tionghoa yang
berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan di Universitas Kristen Duta
Wacana. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok etnis
Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan.
Alasan pembatasan sampel penelitian ini adalah:
1. Pemilihan mahasiswa sebagai subjek penelitian ini didasarkan pada pendapat
Yulia (1997) yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah masyarakat dengan
latar belakang pendidikan spesifik, sehingga hasil pengukuran juga
mencerminkan diri masyarakat. Kelompok ini memiliki kesempatan lebih
untuk menjadi pemegang peranan penting dalam menentukan sikap dan
tindakan terhadap objek dalam 1 atau 2 dasarwasa mendatang dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Subjek penelitian harus berada dalam satu sampel penelitian yang homogen
yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, karena dengan berada dalam area yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sama diharapkan dapat mengontrol variasi lain yang mungkin muncul
mempengaruhi sikap etnosentris.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu dengan memilih sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat
populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1991).
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Membuat skala sikap berdasarkan blue print yang telah dibuat
2. Melakukan uji coba (try out) skala sikap etnosentris
3. Melakukan estimasi validitas dan reliabilitas
4. Memilih item-item yang layak
5. Melakukan pengumpulan data dengan menyebar alat ukur berupa skala sikap
etnosentris.
6. Melakukan analisis data dengan uji t
7. Membuat pembahasan dari hasil yang telah diperoleh
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Skala Sikap etnosentris
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang
dibagikan secara langsung pada subjek penelitian untuk diisi, agar diketahui
seberapa besar sikap etnosentris didalam diri subjek. Skala merupakan metode
penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
diberikan kepada subjek dan subjek diminta untuk memberikan jawaban
terhadap pertanyaan atau pernyataan tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala sikap etnosentris
yang didasarkan pada aspek-aspek etnosentrisme yang disusun peneliti. Butir-
butir pernyataan dalam aspek ini meliputi aspek-aspek penting yang digunakan
untuk mengungkap sikap etnosentris. Aspek-aspek tersebut adalah : bahasa,
pergaulan, norma kultural dan jati diri etnis.
Skala sikap etnosentris ini terdiri dari dua bagian yakni bagian identitas
dan bagian pernyataan. Bagian identitas berguna untuk mendapatkan
keterangan mengenai diri subjek apakah subjek tergolong etnis Tionghoa totok
(asli) atau etnis Tionghoa peranakan, sedangkan bagian pernyataan
dimaksudkan untuk mengungkapkan sikap etnosentris subjek.
Skala yang digunakan peneliti untuk mengukur sikap etnosentris
berjumlah 60 item pernyataan. Kuesioner ini merupakan kuesioner langsung
tertutup, yakni kuesioner yang disertai dengan pernyataan dan pilihan jawaban
sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dinilai paling sesuai
dengan dirinya. Skala sikap etnosentris ini disusun dengan menggunakan
metode Summated Rating dari Likert.
Skala yang digunakan memiliki 4 kategori jawaban, yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Alternatif
jawaban dibuat dalam 4 kategori dengan maksud menghindari kecenderungan
subjek penelitian menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban yang netral
atau ragu-ragu.
Pernyataan-pernyataan tersebut dituangkan dalam bentuk item
favorabel dan unfavorabel. Item-item favorabel adalah item yang isinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur.
Item-item unfavorabel adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak
menggambarkan ciri atribut yang diukur. Berdasarkan keempat aspek tersebut
dibuat 60 item, dengan spesifikasi dan penyebaran yang dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Sikap Etnosentris Sebelum Uji Coba
Indikator Favorable Unfavorable Total
1. Bahasa (penggunaan bahasa Tionghoa dalam berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa)
1, 6, 18, 24, 28, 40, 45, 57
10, 15, 21, 33, 39, 53, 51
15
2. Norma Kultural (wujud dari sikap dan perilaku yang ditanamkan kepada individu sejak awal perkembangan individu yang diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga, lingkungan kelompok etnis)
3, 11, 27, 43, 48, 55,58, 60
5, 8, 13, 20, 34, 46, 50
15
3. Pergaulan (Kesediaan menjadikan orang lain, baik itu etnis Tionghoa atau etnis lain sebagai rekan dalam pergaulan dengan tujuan dijadikan teman)
2, 12, 29, 32, 36, 47, 54
7, 16, 19, 31, 38, 41, 52, 59
15
4. Jatidiri Etnis (konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu)
14, 17, 23, 26, 30, 35, 37, 44
4, 9, 22, 25, 42, 49, 56
15
Total 30 30 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Pemberian skor skala
Pemberian skor pada skala ini mengacu pada metode Likert dimana
pemberian skor didasarkan pada sifat favorabel dan unfavorabel. Skoring untuk
item-item favorabel bergerak dari 4 – 1, sedangkan item unfavorabel bergerak dari
1 – 4. Untuk lebih jelas, lihat tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skor Jawaban Skala
Pernyataan Jawaban
Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
G. Estimasi Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas
1. Estimasi validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki pengertian sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 1997). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut.
Pada penelitian ini, pengukuran validitas alat tes dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengujian validitas isi. Validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional atau
profesional judgement (Azwar, 2003). Pengujian melalui analisis rasional atau
lewat professional judgement yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang diberikan oleh orang-orang yang ahli dan profesional dalam bidangnya
(Azwar, 2003). Dalam hal ini sebelum peneliti melakukan try out, peneliti
mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing skripsi dan
professional judgement sehingga item-itemnya dipandang cukup untuk mencakup
keseluruhan isi objek yang hendak diukur.
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana
item-item tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi
objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item tes
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur atau aspek relevansi (Azwar,
2003).
2. Seleksi Item
Prosedur seleksi item didasarkan pada data empiris yaitu data hasil uji
coba item pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang
hendak dikenai skala. Kualitas item diukur dengan analisis butir menggunakan
parameter daya beda item / daya diskriminasi item, yaitu sejauh mana item
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki
atribut yang diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang diukur.
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total sebagai
kriteria. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total ( ) yang
dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2003). Formulasi korelasi product-
moment Pearson digunakan untuk menguji daya diskriminasi item skala. Syarat
yang digunakan dalam komputasi untuk seleksi yaitu item-item yang punya
korelasi positif dan signifikan, artinya fungsi item sejalan dengan fungsi skala
xri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
secara keseluruhan. Dengan demikian item-item yang berkorelasi positif dan
signifikan dengan skor total dipandang memiliki daya beda yang memuaskan
(Hadi, 1991).
Berdasarkan analisis item pada hasil uji coba yang dilakukan pada tanggal
17 – 23 Juni 2007 terhadap 60 subjek, prosedur analisis item dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 10.0 for windows. Setelah dilakukan analisis item
terdapat korelasi item total alat ukur berkisar antara - 0.0137 - 0.7937. Dari hasil
analisis dari 60 item, terdapat 23 item yang gugur sehingga ada 37 item yang
dinyatakan valid. Namun, setelah melihat sebaran item ternyata item tidak
mencukupi dan tidak mewakili indikator secara merata. Oleh karena itu, peneliti
memilih item-item yang memiliki korelasi yang positif dan signifikan, sehingga
didapatkan jumlah item sebanyak 56 item. Sebaran item dapat dilihat pada tabel
3.3.
Parameter daya diskriminasi item ( ) hendaknya tidak dijadikan patokan
tunggal dalam menentukan item mana yang akhirnya diikutkan sebagai bagian
skala dalam bentuk akhir karena disamping korelasi item total masih ada
pertimbangan lain yang juga tidak kalah besar perannya dalam menentukan
kualitas skala (Azwar, 2003). Pertimbangan itu adalah tujuan penggunaan hasil
ukur skala dan komposisi aspek-aspek yang dicakup oleh kawasan ukur yang
harus diungkap oleh skala (Azwar, 2003)
xri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Sikap Etnosentris Setelah Uji Coba
Aspek Sikap
Etnosentris
Nomor Item
Koefisien xri
Total Item
Penelitian
F 1, 6, 18, 24,
28, 40, 45, 57
.4771 .6891 .4088 .7937
.7619 .4781 .5007 .5080
(8 item)
8 item Bahasa
UF 10, 15, 21, 33,
39, 51, 53
.6282 .4633 .7016 -.2271
.3230 .4074 .4773
(7 item)
6 item
F 3, 11, 27, 43,
48, 55,58, 60
.3566 .5138 .4896 .5505
.4889 .1522 .1643 .0917
(8 item)
8 item
Norma
Kultural
UF 5, 8, 13, 20,
34, 46, 50
.4956 .2104 .4302 .4958
.1531 .1727 .1594
(7 item)
7 item
F 2, 12, 29, 32,
36, 47, 54
.3172 .2579 .5085 .1860
.2671 -.2109 .2386
(7 item)
6 item
Pergaulan
UF 7, 16, 19, 31,
38, 41, 52, 59
.2158 -.0333 -.0137.0826
.0342 .1021 .0857 .0898
(8 item)
6 item
F 14, 17, 23, 26,
30, 35, 37, 44
.2889 .6125 .4842 .2284
.7378 .2165 .3256 .4026
(8 item)
8 item Jati diri Etnis
UF 4, 9, 22, 25,
42, 49, 56
.3124 .5607 .3472 .4583
.1694 .4421 .4405
(7 item)
7 item
56 item
Keterangan tabel : item gugur ditandai dengan warna merah dan total item sebelum uji coba
ditandai dengan warna biru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tampak pada tabel bahwa masing-masing aspek semua terwakili atau tidak
ada aspek yang hilang. Ke - 56 item tersebut kemudian disusun ulang dengan
memperhatikan komposisi tiap aspek sehingga didapat 48 item sebagai distribusi
item yang digunakan dalam penelitian. Sebaran item dapat terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Penelitian Sikap Etnosentris
Aspek Favorable Unfavorable Total
1. Bahasa 6, 24, 28, 40, 45, 57 10, 15, 21, 39, 53, 51 12
2. Norma Kultural 3, 11, 27, 43, 48, 58 5, 8, 13, 20, 46, 50 12
3. Pergaulan 2, 12, 29, 32, 36, 54 7, 31, 38, 41, 52, 59 12
4. Jatidiri Etnis 14, 17, 23, 30, 37, 44 4, 9, 22, 25, 49, 56 12
Total 24 24 48
3. Estimasi reliabilitas
Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Hasil pengukuran
hanya dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r )
yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai angka 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitasnya. Formula estimasi reliabilitas alat tes ini menggunakan
koefisien Alpha (α) Cronbach. Pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan
efisiensi yang tinggi karena hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes
kepada sekelompok individu sebagai subjek. Perhitungan estimasi reliabilitas
'xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Alpha dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 10.0 for Windows. Dari
perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas alpha skala sikap etnosentris
dari 48 item sebesar 0.9153. Angka ini menunjukkan skala sikap etnosentris
memiliki kekonsistensian yang cukup tinggi sehingga dapat dipercaya untuk
mengungkap perbedaan sikap etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan
Etnis Tionghoa Peranakan.
H. Metode Analisis Data
Untuk melihat perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa totok (asli)
dan peranakan digunakan uji-t yang berfungsi untuk menguji komparasi data rasio dan
interval (Sugiyono, 1999). Uji-t adalah cara untuk membandingkan dua kelompok
subjek dengan mencari perbedaan mean dari dua kelompok tersebut (Hadi, 2002). T-
test yang diujikan adalah Independent Sample t-test, yaitu dengan membandingkan
rata-rata dari dua sampel, apakah dua sampel tersebut punya rata-rata yang sama atau
tidak secara signifikan (Santoso, 2004). Dua sampel tersebut adalah etnis Tionghoa
totok (asli) dan peranakan. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan komputer yaitu
menggunakan Independent Sample t-test menggunakan program SPSS versi 10.0 for
Windows.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan di Universitas Kristen Duta
Wacana, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2007
sampai tanggal 1 Agustus 2007. Jumlah subjek etnis Tionghoa Totok (asli)
sebanyak 51 orang, tetapi yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek
penelitian hanya 48 orang. Jumlah subjek etnis Tionghoa Peranakan sebanyak
74 orang, tetapi yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian
hanya 72 orang.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara membagi skala
penelitian kepada mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana. Skala
penelitian ini memiliki tampilan yang sama ketika uji coba dilakukan.
Tampilan dibuat semenarik mungkin agar perfomansi alat ukur lebih
menunjang.
Informasi mengenai karakteristik subjek didapatkan pada bagian
identitas yang terdapat pada skala yang diberikan oleh peneliti. Dalam skala
tersebut, terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan yang berkaitan dengan
karakteristik subjek.
B. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi dalam mengerjakan studi
perbedaan, yaitu uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
skor pada kedua kelompok sampel mengikuti distribusi normal.
Metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah One Sample
Kolmogorov-Sminorv Test. Cara menguji normalitas adalah dengan
melihat nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) maka sebaran
skor dinyatakan normal. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas kurang
dari 0.05 (p < 0.05) maka sebaran skor dinyatakan tidak normal
(Santoso, 2005).
Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa hasil
Kolmogorov-Sminorv Z adalah 0.651. Nilai probabilitas skor pada
kasus ini adalah kelompok etnis Tionghoa Totok 0.899, kelompok etnis
Tionghoa Peranakan 0.645 dan kedua kelompok subjek 0.790 sehingga
p > 0.05 dengan demikian sebaran skor untuk skala sikap etnosentris
dinyatakan normal. Dibawah ini disertakan tabel ringkasan One
Sample Kolmogorov-Sminorv Test. Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 4.1 Ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test
Keterangan N Z Asymp. Sig.(2-tailed)
Totok 48 0.572 0.899
Peranakan 72 0.739 0.645
Total 120 0.651 0.790
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
varians dari sample yang akan diuji mempunyai varians yang sama
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau tidak. Caranya adalah dengan melihat nilai probabilitas melalui
Levene Test. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (p >
0.05) maka kedua kelompok sample mempunyai varians yang sama,
dan jika nilai probabilitasnya kurang dari 0.05 (p < 0.05) maka kedua
kelompok sample mempunyai varians yang tidak sama (Santoso,
2005).
Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa hasil
Levene test adalah 0.678 dengan nilai probabilitas 0.412. Nilai p =
0.412 lebih besar daripada 0.05 (0.412 > 0.05) maka kedua kelompok
sample dinyatakan mempunyai varians yang sama. Dibawah ini
disertakan tabel ringkasan Levene Test. Data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.2 Ringkasan Test of Homogenity of Variances
Levene’s Test for Equality
of Variances
F
Signifikansi
Equal variances assumed 0.678 0.412
2. Deskripsi Data Penelitian
Skala sikap etnosentris terdiri atas 48 item, setiap item diberi skor 1
untuk STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban S, dan skor 4
untuk jawaban SS. Perhitungan untuk skala sikap etnosentris diperoleh
skor minimum sebesar 1x48 = 48 dan skor maksimum sebesar 4x48 = 192.
Berdasarkan skor maksimum dan skor minimum, maka dapat dihitung
range hipotetiknya, yaitu 192-48 = 144 dan satuan deviasi standar (σ)
144/6 = 24. Mean teoritis (μ) diperoleh (48 + 192) : 2 = 120.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut ini tabel ringkasan deskripsi data penelitian :
Tabel 4.5 Ringkasan Tabel Data Penelitian
Min Max Mean SD Variabel Keterangan
H E H E H E H E
Seluruh
subjek
48 75 192 168 120 124.25 24 13.50
Tionghoa
Totok
48 110 192 168 120 128.69 24 11.64
Sikap
Etnosentris
Tionghoa
Peranakan
48 75 192 157 120 121.29 24 13.91
H = Hipotetik E = Empiris
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa skor hipotetik pada seluruh
subjek yang terendah adalah 48 dan skor empiriknya adalah 75 sedangkan skor
yang tertinggi pada skor hipotetik adalah 192 dan skor empiriknya adalah 168.
Sedangkan pada mean hipotetik pada seluruh subjek adalah 120 dengan
standar deviasi 24 dan skor empiriknya adalah 124.25 dengan standar deviasi
13.50. Dari deskripsi data tersebut diperoleh bahwa mean empirik lebih besar
dari mean hipotetik (124.25 > 120) serta standar deviasi empirik yang didapat
oleh seluruh subjek lebih kecil dari standar deviasi hipotetiknya (13.50 < 24)
sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris subjek secara
keseluruhan termasuk tinggi dan memiliki variasi skor yang merata atau
homogen.
Pada etnis Tionghoa Totok skor hipotetik terendah adalah 48 dan skor
empirik terendah adalah 110. Selanjutnya skor tertinggi hipotetik adalah 192
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan skor empirik tertinggi adalah 168. Sedangkan mean hipotetiknya adalah
120 dan mean empirisnya adalah 128.69 dengan standar deviasi 11.64. Dari
deskripsi data tersebut didapatkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean
hipotetik (128.69 > 120) serta standar deviasi empirik kelompok etnis
Tionghoa Totok (asli) lebih kecil dari standar deviasi hipotetik (11.64 < 24)
sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris pada etnis Tionghoa
Totok termasuk tinggi dan memiliki variasi skor yang merata atau homogen.
Pada etnis Tionghoa Peranakan dapat dilihat bahwa skor hipotetik
terendah adalah 48 dan skor empirik terendah adalah 75. Selanjutnya skor
tertinggi hipotetik adalah 192 dan skor empirik tertinggi adalah 157.
Sedangkan mean hipotetiknya adalah 120 dan mean empirisnya adalah 121.29
dengan standar deviasi 13.91. Dari deskripsi data tersebut tampak bahwa mean
empirik lebih besar dari mean hipotetik (121.29 > 120) serta standar deviasi
empirik kelompok etnis Tionghoa Peranakan lebih kecil dari standar deviasi
hipotetik (13.91 < 24) sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris
pada etnis Tionghoa Peranakan termasuk tinggi dan memiliki variasi skor
yang merata atau homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka yang
dilakukan selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan Uji-t dengan teknik Independent Sample t-Test yang
dihitung dengan bantuan program SPSS versi 10.0 for Windows. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah “etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap
etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan”.
Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini :
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample t-Test)
Sikap
Etnosentris
N Mean SD df t t tabel p
Totok 48 128.69 11,64
Peranakan 72 121.29 13,91
118 3.041 1.658 0.003
Keterangan Tabel :
Taraf signifikansi (one tailed)
N : Jumlah subjek
SD : Standar deviasi
Df : Degree of freedom
t : Hasil perhitungan uji t
p : Probabilitas
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 subjek yang terdiri atas
48 etnis Tionghoa Totok (asli) dan 72 etnis Tionghoa Peranakan.
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui mean yang diperoleh dari
kelompok subjek etnis Tionghoa Totok (asli) adalah 128.69 dan mean
kelompok etnis Tionghoa Peranakan adalah 121.29. Nilai standar deviasi
dari kelompok subjek etnis Tionghoa Totok adalah 11.64 dan standar
deviasi kelompok etnis Tionghoa Peranakan adalah 13.91. Jadi, dengan
harga mean etnis Tionghoa Totok (asli) adalah 128.69 sedangkan etnis
Tionghoa Peranakan adalah 121.29 menunjukkan mean etnis Tionghoa
Totok (asli) lebih besar dari mean etnis Tionghoa Peranakan (128.69 >
121.29). Harga uji-t adalah harga yang digunakan sebagai patokan dalam
menilai atau menerima suatu hipotesis.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hipotesis untuk penelitian ini adalah :
Ho : etnis Tionghoa Totok (asli) tidak memiliki sikap etnosentris lebih
tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan
Ha : etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris lebih tinggi
dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
Dasar pengambilan keputusan :
Ho = t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima
Ha = t hitung < t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak
Dari perhitungan uji-t didapatkan nilai t hitung sebesar 3.041
dengan t tabel sebesar 1.658. Karena t hitung > t tabel (3.041 > 1.658),
oleh karena itu maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang
diajukan oleh peneliti, yang menyatakan bahwa sikap etnosentris etnis
Totok (asli) lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan diterima. Hal ini
juga dapat dilihat dari perbedaan mean dari kedua kelompok subjek yang
menunjukkan bahwa mean etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari
mean etnis Tionghoa Peranakan (128.69 > 121.29). Dapat disimpulkan
bahwa, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi
dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
C. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini
diterima. Dengan kata lain, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih
tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan secara signifikan. Hasil analisis
data pada etnis Tionghoa Totok dan etnis Tionghoa Peranakan menunjukkan
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa mean empirik pada kedua kelompok ini lebih besar dari mean
hipotetiknyanya sehingga menyebabkan kedua kelompok ini memiliki sikap
etnosentris yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan etnis Tionghoa yang
merupakan kelompok minoritas di Indonesia. Etnis Tionghoa bersama-sama
berkumpul menjadi suatu kelompok yang satu dengan tetap berusaha untuk
menjaga segala kebudayaan, sistem keyakinan, cara hidup dan pola perilaku,
cara berpikir serta simbol-simbol kebudayaan (Siswanto, 2007).
Keberadaan etnis Tionghoa yang heterogen, yaitu etnis Tionghoa
Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan dikalangan etnis Tionghoa di
Indonesia membuat kedua kelompok ini memiliki perbedaan dalam bersikap
terutama mengenai etnosentrisme dikalangan etnis Tionghoa. Didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmi (1990) bahwa etnis
Tionghoa memiliki sikap etnosentris, dimana dari hasil penelitian tersebut
generasi tua pada etnis Tionghoa memiliki sikap etnosentris yang lebih besar
dibandingkan generasi mudanya.
Sikap etnosentris pada kelompok etnis lahir dan dipengaruhi dari
lingkungan yang terdekat dengan individu, yaitu keluarga selanjutnya
berkembang pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah.
Keluarga merupakan tempat terbentuknya sikap etnosentris yang dibentuk
melalui proses interaksi nilai-nilai yang ada dalam diri individu dan pengaruh
lingkungan melalui proses belajar (Helmi, 1990). Hal ini didukung dengan
teori belajar sosial atau social learning oleh Bandura (1977) bahwa proses
belajar terjadi dengan mengalami dan meniru apa yang ada disekitarnya. Dari
keluarga, individu belajar mengenai norma kultural, jatidiri sebagai anggota
suatu kelompok etnis, bahasa ibu yang terdapat dalam kelompok etnis serta
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berinteraksi dengan anggota dalam kelompok etnis dan anggota diluar
kelompok etnis pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah.
Berdasrkan hasil penelitian, etnis Tionghoa Totok memiliki sikap
etnosentris yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa Totok
berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang budaya Tionghoa yang
dominan. Dilingkungan keluarga (orangtua), etnis Tionghoa Totok (asli)
mensosialisasikan dan menginternalisasikan adat kebiasaan budaya Tionghoa.
Hal ini menjadikan norma kultural yang terdapat pada etnis Tionghoa sangat
besar terinternalisasi dalam individu etnis Tionghoa. Sikap mental etnis
Tionghoa yang berlandaskan ajaran Kong Fu Tse yang menekankan pada
sikap hubungan keluarga, negara dan bangsa berdasarkan kesadaran akan
kedudukan etnis Tionghoa yang lebih tinggi, lebih superior dan lebih maju
(Hidayat, 1977). Ini merupakan suatu aspek yang mempengaruhi sikap
etnosentris yang tinggi pada etnis Tionghoa Totok.
In-group feeling yang kuat pada etnis Tionghoa Totok membuat jatidiri
etnis sebagai etnis Tionghoa memiliki keterikatan emosional yang besar
(Berry, 1999). Dalam hal ini, lingkungan masyarakat memiliki peranan dalam
pengaruhnya terhadap sikap etnosentris. Eksklusivitas yang terdapat pada etnis
Tionghoa Totok (asli) terlihat dalam kehidupan bermasyarakatnya. Ini
tercermin dengan adanya kampung “pecinan” dihampir seluruh kota yang ada
di Indonesia. Pemakaian nama Tionghoa tetap dipertahankan oleh etnis
Tionghoa Totok (asli) hingga saat ini demi menjaga salah satu identitas
ketionghoaannya.
Bahasa Tionghoa merupakan aspek yang menunjang terbentuknya
sikap etnosentris. Pelestarian bahasa dalam kelompok etnis dipengaruhi oleh
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keinginan anggota kelompok untuk melestarikan bahasa mereka dalam
masyarakat dominan dengan menggunakan bahasa tersebut dan
mengajarkannya kepada keturunannya (Berry, 1999). Kelestarian bahasa
Tionghoa dikalangan etnis Tionghoa Totok menumbuhkan rasa persaudaraan
yang tinggi. Saat individu etnis Tionghoa Totok bertemu dengan individu etnis
Tionghoa lain yang juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Tionghoa
membuat individu merasakan bahwa mereka bersaudara satu sama lainnya,
walaupun asal dan marga mereka berbeda. Hal ini membuat lingkup pergaulan
dikalangan etnis Tionghoa Totok terkesan eksklusif. Mereka merasa nyaman
saat bertemu dengan sesama etnis Tionghoa. Didukung dengan bentuk fisik
yang sama antar individu etnis Tionghoa yang lain membuat etnis Tionghoa
Totok bergaul dengan sesama individu etnis Tionghoa.
Lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok.
Institusi pendidikan merupakan suatu sarana dimana terdapat internalisasi
budaya secara formal maupun informal. Secara formal individu diajarkan
budaya yang terdapat pada masyarakat yang dominan, sedangkan secara
informal individu diajarkan cara bekerjasama dan bergaul dengan individu
yang lain (Matsumoto, 2004). Etnis Tionghoa Totok cenderung bersekolah
dilingkungan yang didominasi oleh etnis Tionghoa sehingga mereka memiliki
cara bergaul, bersikap dan berperilaku yang hampir sama sesuai dengan
budaya etnis Tionghoa. Sebaliknya, etnis Tionghoa Peranakan dengan ciri-ciri
fisik yang hampir menyerupai masyarakat Indonesia asli membuat etnis
Tionghoa bersekolah di sekolah yang didominasi oleh masyarakat Indonesia
asli sehingga mereka tidak hanya bergaul dengan etnis Tionghoa tetapi juga
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat Indonesia asli sehingga mereka tidak berkelompok dengan
sesamanya saja.
Disatu sisi, etnis Tionghoa Totok menjaga dan melestarikan dengan
baik kebudayaan etnis Tionghoa yang didapatkan dari leluhur mereka. Hal ini
menjadikan adat istiadat, budaya dan bahasa tetap dipertahankan oleh etnis
Tionghoa Totok dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun disisi lain,
dengan rasa kebanggaan yang besar dikalangan etnis Tionghoa Totok ini
membuat mereka terlena dengan kebudayaan etnis sendiri dengan tidak
melihat kebudayaan yang ada pada etnis lain. Adakalanya sikap tersebut
diiringi dengan anggapan bahwa kebudayaan etnis sendiri lebih baik dari etnis
lain.
Hal ini berbeda dengan etnis Tionghoa Peranakan, karena berasal dari
percampuran budaya Tionghoa dan Indonesia membuat etnis Tionghoa
Peranakan dalam menyikapi etnosentrisme berbeda dengan etnis Tionghoa
Totok. Etnis Tionghoa Peranakan dalam norma kultural telah banyak memadu
padankan dengan budaya Indonesia asli. Etnis Tionghoa Peranakan sebagian
besar telah melakukan asmilasi dengan budaya Indonesia sehingga mereka
sudah tidak menggunakan nama keluarga dari orangtua yang memiliki garis
keturunan etnis Tionghoa dan secara sosial mereka mengidentifikasikan diri
sebagai etnis masyarakat tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan (Widowati
dalam Sahrah, 2005).
Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya
sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Peranakan. Hal ini dikarenakan individu
yang lahir dari percampuran budaya Tionghoa dan Indonesia memiliki ciri
fisik yang mendekati dengan masyarakat Indonesia Asli dan mengalami
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
percampuran kebudayaan (Koentjaraningrat, 2002). Ini menyebabkan norma
kultural serta jatidiri etnis Tionghoa Peranakan mengalami kepudaran. Banyak
dari individu etnis Tionghoa peranakan tidak mengenal lagi adat istiadat,
kebudayaan serta bahasa Tionghoa.
Lingkungan masyarakat dan pendidikan mendukung terbentuknya
sikap etnosentris yang rendah pada etnis Tionghoa Peranakan. Etnis Tionghoa
Peranakan sebagian besar hidup berdampingan dengan masyarakat setempat
dimana mereka bermukim dan menggunakan bahasa daerah tempat mereka
bermukim (Suryadinata, 1984). Hal ini membuat etnis Tionghoa bergaul dan
bekerjasama dengan individu lain dimana individu bermukim dan berinteraksi
dengan masyarakat setempat.
Sikap etnosentris menurut Brown (1986) memiliki dua dimensi yaitu
positif dan negatif. Dimensi positif dari sikap etnosentris terdapat unsur
kebanggaan terhadap kelompoknya, sedangkan dimensi negatif mengandung
unsur menganggap rendah terhadap kelompok diluar kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dari awal hingga akhir penelitian,
peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan.
Kekurangan tersebut salah satunya adalah keterbatasan teori yang membahas
mengenai sikap etnosentris. Namun disini, peneliti mencoba untuk mencari
teori pendukung yang relevan dengan sikap etnosentris.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang
lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan.
B. Saran
1. Bagi masyarakat etnis Tionghoa
Berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa etnis
Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dari
etnis Tionghoa Peranakan, maka peneliti menyarankan kepada masyarakat
Tionghoa terutama etnis Tionghoa Totok agar dapat mengembangkan dan
meningkatkan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga sikap etnosentris pada kelompok
etnis mulai terkikis dan menjadi bagian masyarakat Indonesia seutuhnya.
2. Bagi pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa etnis
Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dari
etnis Tionghoa Peranakan, maka peneliti menyarankan agar pemerintah
Indonesia menerapkan program-program yang lebih relevan dan aplikatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagi masyarakat etnis Tionghoa terutama yang berhubungan dengan
proses asmilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji mengenai sikap
etnosentris pada etnis Tionghoa, peneliti menyarankan pengontrolan
subjek penelitian berdasarkan daerah asal subjek. Dari penelitian yang
dilakukan peneliti, asal daerah subjek sepertinya memiliki pengaruh dalam
bersikap etnosentris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H.A. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. 2001. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. New Jersey: Prentice Hall. Inc Barger, K. 2004. Ethnocentrism. http://www.iupui.edu/~anthkb/ethnocen.htm Berry, J.W., Poortinga, Y.P., Segall, M.H., & Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas-
Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Brewer, M.B. and Miller, N., 1996. Intergroup Relations. Buckingham : Open University
Press. Brown, R. 1986. The Social Psychology second edition. New York : The Free Press. A
Division of Macmillan, Inc. Dayakisni, T., Yuniardi, S. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang. Hadi, S. 2004. Statistik 2. Yogyakarta. Andi Offset. Haryono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Helmi, A.F. 1990. Sikap Etnosentris pada Generasi Tua dan Muda Etnik Cina. Laporan
Penelitian. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Herlianto. 2001. Masalah Cina. http://www.yabina.org/artikel/A5_01.HTM Hidayat, Z..M. 1977. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung : Tarsito. Koentjaraningrat, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. Koentjaraningrat, 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Matsumoto, D. 1996. Culture and Psychology. USA. Brooks/Cole Publishing Company. Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Muzammil, A.R. 2006. Efektivitas Komunikasi Antarbudaya : Upaya Membangun Keharmonisan Hubungan Antaretnik. http://www.fkip.untar.ac.id
Myers, G.D. 1999. Social Psychology sixth edition. New York : Mc Graw Hill
Companies. Poerwanti, E. 2001. Pemahaman Psikologi Masyarakat Indonesia sebagai Upaya
Menjembatani Permasalahan Silang Budaya http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/EndangPoerwanti.com.
Sahrah. A. 2005. Identifikasi Etnik dan Nilai Kerja Karyawan Tionghoa asli dan
Tionghoa Peranakan. APIO 2005. Sandra, Putu Suseni. 2000. Sikap Etnosentris pada Dua Generasi Etnis Bali Ditinjau dari
Lingkungan Tempat Tinggalnya. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan.
Siswanto. 2007. Meretas Batas Etnik Cina dan Pribumi. www.sinology@uny.ac.id Skinner, J. 1979. Golongan Minoritas Tionghoa. Dalam M.G. Tan (ed), Golongan Etnis
Tionghoa di Indonesia. hal. 10-16. Jakarta: PT. Gramedia. Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi I. Jakarta. Radar Jaya offset. Soekisman. 1975. Masalah Cina di Indonesia : Jakarta : CV. Bangun Indah. Suryadinata, L. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Grafiti Pers. Suryadinata, L. 2003. Etnik Tionghoa, Pribumi Indonesia dan Kemajemukan: Peran
Negara, Sejarah, dan Budaya dalam Hubungan Antar Etnis. Antropologi Indonesia. no. 71
Suryadinata, E.N.Arifin dan A. Ananta. 2003. Indonesian’s Population: Ethnicity and
Religion in a Changing Political Landscape. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Suryanto, MMW Tairas. 1999. Sosialisasi Rasial, Identitas Rasial, Etnosentrisme dan
Agresi Rasial ditinjau dari Perbandingan Etnis Cina dan Jawa. Insan no:1 : 3-13 Tan. M. G. 1979. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Tarigan, H.G. 1986. Psikolinguistik. Bandung : Penerbit Angkasa. Yulia. 1997. Hubungan Etnosentrisme dan Familisme dengan Prasangka Sosial terhadap
Etnis Jawa pada Pemuda Etnis Cina. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Subjek item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 Peranakan 3 4 2 2 3 3 3 2Peranakan 2 3 3 3 3 2 2 1Peranakan 3 4 4 2 3 3 2 3Peranakan 2 3 3 2 3 2 2 3Peranakan 2 2 3 2 3 2 2 2Peranakan 1 2 3 3 2 1 2 2Peranakan 4 1 3 1 3 1 2 2Totok 3 3 4 2 4 3 1 4Peranakan 1 3 2 3 2 2 3 3Peranakan 1 2 4 1 3 2 2 3Peranakan 2 3 1 3 3 2 2 2Peranakan 2 3 2 4 2 2 3 2Peranakan 2 2 2 1 2 1 1 2Totok 3 1 3 2 3 3 2 2Totok 4 3 4 1 3 4 2 3Totok 4 3 3 1 3 4 2 3Totok 2 2 3 1 3 2 2 2Totok 2 2 3 2 4 2 3 3Peranakan 2 3 3 3 2 1 2 3Peranakan 2 2 3 3 4 2 3 4Peranakan 1 2 3 2 3 1 2 3Peranakan 1 2 3 1 4 2 3 2Totok 3 1 4 2 3 4 2 2Peranakan 2 4 3 4 3 3 2 2Totok 3 2 3 2 3 3 2 2Totok 3 3 3 2 4 4 3 2Peranakan 2 2 3 3 3 2 3 3Totok 3 2 3 2 4 4 2 2Totok 3 3 3 2 3 4 2 3Totok 4 3 3 2 3 3 2 2Peranakan 1 3 3 2 2 1 2 2Totok 4 2 3 2 3 3 2 3Totok 4 2 3 1 3 4 3 3Totok 3 3 3 2 3 3 2 3Totok 4 3 3 3 3 3 1 2Totok 3 2 3 2 4 3 3 3Totok 3 3 2 2 2 3 3 2Totok 3 2 3 2 3 3 2 2Totok 4 1 3 1 3 3 3 2Peranakan 2 2 3 4 3 3 3 2Peranakan 1 2 3 1 2 1 1 1Peranakan 2 2 3 3 3 2 2 3Peranakan 1 3 3 3 3 3 2 2Peranakan 2 2 2 2 2 2 2 3Peranakan 1 2 2 2 2 2 2 2Peranakan 2 2 3 3 3 2 2 2Peranakan 1 3 3 3 4 2 2 2Totok 3 4 1 2 3 3 4 1Peranakan 1 3 3 3 2 1 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Totok 4 2 3 3 4 4 2 2Totok 2 1 3 1 3 2 2 1Peranakan 2 3 3 3 2 2 2 3Totok 4 2 2 3 3 4 3 1Peranakan 2 3 4 3 4 2 3 4Peranakan 1 4 3 3 4 2 2 3Totok 3 2 4 4 3 3 2 2Totok 4 3 3 4 4 4 3 1Peranakan 1 1 3 3 3 1 2 1Totok 4 3 4 3 4 4 2 2Peranakan 2 2 3 2 3 3 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
iitem9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17
3 4 3 3 3 3 2 1 42 4 3 3 3 2 1 2 32 3 2 3 3 3 2 2 42 4 4 3 3 2 1 3 32 3 2 2 3 2 2 2 23 2 2 2 2 2 1 2 23 3 2 1 3 1 2 2 33 4 3 1 3 3 2 1 42 3 2 2 3 2 2 2 33 2 1 2 3 2 1 1 32 3 3 2 2 2 2 2 32 3 2 3 2 2 2 2 31 2 1 1 3 2 1 1 23 3 3 1 4 3 2 2 33 3 3 2 3 2 2 1 43 4 3 2 3 2 1 2 41 3 2 1 3 2 2 1 42 3 3 1 4 2 1 2 22 3 3 2 3 2 2 1 33 4 3 2 4 3 1 2 32 3 2 2 3 1 1 2 32 3 2 2 3 3 2 3 44 4 2 1 4 2 2 1 44 4 3 2 4 3 3 2 42 3 2 2 3 2 2 2 32 3 3 2 4 2 2 2 32 3 2 2 3 2 2 2 32 4 3 2 4 2 2 2 32 4 4 2 3 2 2 2 42 3 2 2 3 3 2 3 43 3 3 2 3 3 1 2 23 4 3 2 3 2 2 2 33 3 3 2 3 2 1 1 42 3 3 2 3 2 2 2 33 3 3 2 3 3 2 2 33 3 2 2 4 2 2 2 32 3 2 2 3 2 2 2 33 3 3 3 4 2 2 2 33 4 3 2 3 2 2 2 44 4 4 2 4 3 2 1 31 2 2 1 3 2 1 2 22 3 3 2 3 2 2 2 33 2 3 3 3 2 2 1 33 3 2 2 3 3 2 2 31 1 2 2 2 2 1 2 22 3 3 2 3 3 2 2 32 3 3 3 3 2 1 2 31 1 2 3 1 2 1 1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2 2 2 3 3 3 2 2 33 4 2 2 3 3 2 2 42 3 3 2 3 2 2 2 32 2 3 2 3 2 1 1 43 3 3 3 3 2 2 2 34 3 3 2 4 4 2 2 42 3 3 2 3 2 2 1 43 3 3 3 4 2 3 2 43 4 3 3 3 2 2 1 22 1 3 3 3 4 1 1 24 4 3 2 4 4 2 1 43 3 3 2 3 2 2 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
iitem18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 4 1 2 4 2 4 4 2 43 1 2 3 2 3 2 3 43 2 3 3 3 4 4 2 44 1 3 4 3 4 3 1 43 2 3 3 3 3 2 2 34 1 2 1 2 4 1 1 42 1 1 2 1 3 1 3 34 1 2 4 3 4 4 3 43 4 1 3 3 3 2 1 41 1 2 2 3 3 2 1 23 2 3 3 2 3 2 2 33 2 2 3 2 3 2 1 33 1 2 2 2 2 1 2 23 2 1 4 4 2 3 2 44 1 3 4 2 4 4 4 44 1 2 4 3 3 4 2 43 2 2 2 3 3 2 2 13 2 2 3 3 3 2 1 32 2 1 2 2 3 2 1 41 2 3 3 3 4 3 3 23 1 2 3 3 3 1 3 43 2 3 3 3 3 2 1 44 1 4 4 4 4 4 2 43 2 3 3 3 4 3 3 33 2 2 3 2 4 4 2 43 1 3 3 4 3 3 3 33 2 3 3 2 4 2 2 34 1 3 4 3 3 4 3 43 2 3 4 3 3 4 2 34 2 2 3 2 3 3 2 32 2 2 2 2 3 2 2 33 1 2 4 3 4 3 2 24 4 3 4 4 4 4 3 23 2 2 3 2 3 3 2 23 2 3 4 3 3 4 3 33 2 3 4 3 3 4 3 34 2 2 3 2 4 3 2 44 2 3 4 3 3 4 2 24 1 2 4 4 4 4 3 43 1 2 4 2 4 4 3 42 2 2 3 2 2 1 1 33 2 2 3 2 4 2 2 33 1 2 4 2 4 2 2 33 1 2 3 2 4 2 2 31 1 2 2 2 3 1 1 32 1 2 3 3 3 2 1 33 2 2 4 3 3 1 2 44 1 1 3 2 4 3 1 43 3 2 3 3 2 2 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4 1 2 4 4 4 4 3 33 1 2 2 3 3 2 3 33 1 3 3 2 4 3 2 34 1 3 4 2 3 4 1 43 1 4 4 3 4 4 3 33 1 3 3 3 3 2 4 42 1 3 4 2 4 4 3 43 2 4 3 4 4 4 2 44 1 1 1 4 4 1 2 44 1 3 4 4 4 4 3 33 3 2 3 3 3 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
iitem27 item28 item29 item30 item31 item32 item34 item35 item36 2 4 2 3 1 2 3 2 23 2 2 3 2 1 4 3 34 4 3 4 1 2 3 3 34 3 3 2 1 1 3 2 22 2 2 2 2 2 3 2 23 1 2 1 1 1 2 2 13 1 1 2 1 1 2 1 14 4 2 4 1 4 2 4 33 1 2 3 1 2 1 2 23 2 2 1 1 1 3 1 12 2 3 2 2 2 2 3 32 2 3 2 3 3 2 2 32 1 1 1 1 1 2 1 14 4 2 3 1 1 3 2 24 4 4 4 1 2 2 2 23 3 3 3 1 1 2 2 32 2 1 2 1 1 2 2 14 2 2 2 1 2 1 3 23 1 3 3 1 1 3 2 23 2 2 2 2 1 2 2 24 1 1 2 1 1 2 3 34 2 2 3 1 1 1 2 23 4 2 3 1 1 2 2 14 2 3 4 2 2 3 4 33 4 2 3 1 1 3 2 23 3 2 3 2 2 2 2 23 2 2 3 1 2 3 2 24 4 2 3 1 1 2 2 23 4 2 4 2 2 2 2 33 4 2 3 2 2 3 2 23 2 2 2 2 2 2 2 32 3 2 3 1 1 1 2 22 4 2 4 1 2 3 2 23 3 2 2 2 3 2 2 23 4 3 3 2 2 2 2 23 4 2 3 2 1 3 2 23 3 2 3 2 2 2 3 24 3 2 3 2 2 2 2 23 4 2 4 1 1 2 2 24 4 3 4 1 2 3 1 13 1 1 2 1 1 2 1 13 2 2 3 2 2 2 3 24 2 3 3 2 1 3 2 33 2 2 3 1 1 2 3 22 1 1 2 1 1 2 2 22 2 2 2 1 2 2 2 24 2 3 3 2 1 2 4 31 2 3 1 1 2 2 2 32 2 3 2 2 3 2 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4 4 2 4 1 1 4 2 22 2 2 2 2 1 3 2 13 2 2 4 2 2 2 2 24 4 3 2 1 1 1 1 24 4 2 4 1 2 2 1 14 3 2 4 2 1 2 2 24 4 3 4 1 1 3 2 24 4 2 3 2 1 1 3 23 1 3 1 1 1 1 4 24 4 3 4 1 1 2 4 23 2 2 3 2 1 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
iitem37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 item45 2 3 3 4 3 3 3 4 42 2 3 2 2 3 4 4 23 2 2 4 2 2 4 4 44 2 3 4 4 4 4 4 42 2 3 3 2 3 2 3 23 3 2 2 4 3 2 3 21 1 2 3 2 3 3 4 34 1 3 3 2 4 4 4 22 3 3 3 2 2 4 4 41 3 2 3 3 4 2 4 23 2 2 2 1 2 2 4 23 3 2 3 3 3 3 4 32 2 2 2 2 2 2 1 23 1 1 3 4 3 4 4 44 3 3 4 3 3 4 4 42 2 2 4 2 4 3 4 41 2 3 3 2 4 4 4 23 2 2 4 2 4 3 4 32 3 2 2 2 4 4 4 22 2 3 2 3 4 3 4 33 2 3 4 2 2 4 4 33 2 3 3 2 3 4 4 31 2 4 4 1 4 4 4 32 2 4 3 3 3 4 4 32 2 2 2 3 3 4 3 32 2 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 2 3 4 4 43 2 3 3 3 3 4 3 23 3 3 3 2 3 4 3 32 2 3 3 3 3 3 4 23 2 4 3 2 2 3 2 31 2 4 2 2 4 4 4 12 2 3 4 2 4 4 4 42 2 3 3 2 3 3 3 33 2 3 3 2 3 3 3 32 3 3 3 3 4 3 3 22 3 2 3 3 3 2 4 32 3 3 3 2 2 2 2 33 3 3 3 2 4 4 4 34 2 3 4 2 3 4 4 42 2 2 2 2 3 2 2 23 3 3 3 3 3 3 3 33 2 3 3 2 3 4 4 42 2 3 3 2 4 3 4 22 2 2 2 2 3 2 3 23 2 3 2 3 3 3 4 22 2 3 4 3 3 4 4 32 2 3 4 4 4 3 4 42 3 3 3 3 3 2 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3 3 3 4 3 4 4 4 41 2 3 3 2 4 2 3 32 2 3 2 3 3 4 4 33 2 3 4 2 4 4 4 34 2 3 2 2 4 4 4 34 2 3 3 3 3 4 4 43 2 2 4 2 4 4 4 43 2 3 4 2 3 4 4 44 2 4 2 2 3 4 4 12 2 4 4 3 3 4 4 42 2 2 4 2 3 2 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
iitem47 item48 item49 item50 item51 item52 item53 item54 item56 3 3 3 2 2 2 3 2 23 3 3 2 3 2 3 3 33 3 2 3 2 2 2 4 33 3 3 4 2 4 3 4 43 2 3 3 2 2 2 3 34 1 3 3 1 3 2 4 34 2 1 3 1 1 3 2 33 2 3 4 1 1 4 3 33 2 2 3 2 2 3 3 44 2 3 3 2 1 3 2 34 2 3 4 2 1 3 2 32 2 3 3 2 2 2 3 24 2 2 3 1 1 1 2 13 2 2 3 2 2 2 2 33 3 4 3 2 1 3 3 33 2 4 3 1 1 2 4 23 2 3 3 2 1 2 3 34 3 3 3 1 1 3 3 43 2 1 3 3 3 1 3 44 3 4 3 2 2 2 3 43 2 2 3 1 3 2 2 33 2 2 2 2 3 2 3 34 1 3 4 1 2 2 3 44 3 4 4 3 2 3 3 43 2 2 3 3 2 3 2 43 3 3 3 2 2 3 3 33 2 2 3 2 1 2 3 33 2 3 3 3 2 3 3 43 3 3 3 3 3 3 3 33 2 3 2 2 3 3 3 33 3 2 3 2 2 2 3 23 3 3 3 2 2 3 3 33 2 3 3 1 1 3 2 43 3 3 3 2 2 3 3 33 2 3 3 3 2 3 3 33 2 2 4 3 3 2 3 43 2 3 3 2 2 2 3 43 3 2 4 2 2 3 3 33 3 2 3 1 1 3 3 43 3 3 3 2 1 3 3 44 1 1 4 1 1 1 2 33 2 3 3 2 2 2 3 33 2 2 3 2 2 2 3 33 2 3 3 2 1 3 2 43 2 2 1 2 2 1 2 23 2 3 3 2 2 2 3 32 2 2 2 1 2 2 4 24 1 2 1 1 1 3 4 43 2 2 3 2 3 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4 2 3 3 3 1 3 2 44 2 3 3 2 2 2 3 24 3 3 3 2 1 2 4 44 2 3 3 2 2 2 2 43 3 3 4 2 2 3 2 43 2 3 3 2 2 2 3 34 3 3 3 3 2 2 3 43 3 1 3 2 1 3 4 44 2 1 3 1 1 3 3 44 3 4 2 4 2 3 3 43 2 2 3 2 2 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
iitem57 item58 item59 item60 Total 3 2 1 2 1553 4 1 2 1474 4 1 2 1653 3 1 2 1653 2 2 2 1351 2 1 2 1223 3 1 1 1173 2 1 1 1633 3 2 1 1412 1 1 1 1202 3 1 1 1342 2 2 3 1412 2 1 2 963 3 2 3 1494 4 1 3 1714 2 1 2 1534 3 1 2 1273 2 1 2 1422 2 1 2 1332 2 2 2 1512 2 1 2 1323 2 1 2 1414 2 1 2 1553 3 2 2 1743 2 2 2 1453 2 2 2 1533 2 1 2 1433 2 1 2 1563 2 2 2 1623 2 2 2 1512 2 2 2 1322 3 1 1 1434 4 1 1 1603 3 2 2 1463 2 2 2 1563 2 2 2 1573 2 2 3 1483 2 1 2 1493 2 1 1 1553 2 1 3 1633 2 1 2 1042 3 2 3 1463 2 2 1 1462 3 1 2 1372 2 1 2 1042 2 2 2 1352 2 1 1 1433 4 2 1 1362 2 2 2 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3 2 1 1 1663 2 1 1 1293 3 1 2 1464 2 1 2 1533 3 1 1 1652 4 1 2 1543 2 1 2 1654 2 2 3 1651 2 1 1 1274 2 1 1 1763 3 2 1 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Daya Beda Item ~ Seleksi Item
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 149.6333 271.1175 .4771 .9054 VAR00002 149.6167 279.6641 .3172 .9071 VAR00003 149.1333 280.6938 .3566 .9067 VAR00004 149.7500 278.8008 .3124 .9073 VAR00005 149.0500 277.5059 .4956 .9055 VAR00006 149.5333 266.0497 .6891 .9027 VAR00007 149.8167 283.9489 .2158 .9078 VAR00008 149.7667 282.8599 .2104 .9081 VAR00009 149.6000 273.8034 .5607 .9046 VAR00010 149.0167 272.1523 .6282 .9040 VAR00011 149.4333 277.3684 .5138 .9054 VAR00012 149.9667 283.0836 .2579 .9075 VAR00013 148.9500 279.9127 .4302 .9062 VAR00014 149.7500 282.2246 .2889 .9073 VAR00015 150.3167 280.5251 .4633 .9061 VAR00016 150.3000 288.9932 -.0333 .9095 VAR00017 148.9167 274.3150 .6125 .9044 VAR00018 148.9667 277.5243 .4088 .9062 VAR00019 150.4833 288.4912 -.0137 .9101 VAR00020 149.7167 276.0709 .4958 .9054 VAR00021 148.8833 269.7997 .7016 .9031 VAR00022 149.3500 279.5534 .3472 .9068 VAR00023 148.6833 278.3895 .4842 .9057 VAR00024 149.3167 259.7794 .7937 .9008 VAR00025 149.9167 275.8743 .4583 .9057 VAR00026 148.8000 282.2983 .2284 .9080 VAR00027 148.9500 275.3364 .4896 .9054 VAR00028 149.3833 260.1048 .7619 .9012 VAR00029 149.8500 277.4178 .5085 .9054 VAR00030 149.2833 266.1048 .7378 .9022 VAR00031 150.6500 286.9093 .0826 .9087 VAR00032 150.5333 283.9819 .1860 .9082 VAR00033 150.2667 292.4023 -.2271 .9107 VAR00034 149.8333 284.5819 .1531 .9085 VAR00035 149.8333 282.3107 .2165 .9081 VAR00036 150.0000 282.5763 .2671 .9075 VAR00037 149.6000 278.9220 .3256 .9071 VAR00038 149.8500 287.7907 .0342 .9090 VAR00039 149.2667 281.4192 .3230 .9070 VAR00040 149.0000 276.4746 .4781 .9055 VAR00041 149.6333 285.8972 .1021 .9089 VAR00042 148.8500 284.6042 .1694 .9083 VAR00043 148.7333 273.5548 .5505 .9047 VAR00044 148.4167 279.3658 .4026 .9063
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00045 149.1000 273.9898 .5007 .9052 VAR00046 149.6000 284.6508 .1727 .9082 VAR00047 148.8000 292.1288 -.2109 .9106 VAR00048 149.7833 278.7828 .4889 .9057 VAR00049 149.4500 276.8958 .4421 .9059 VAR00050 149.0833 284.9251 .1594 .9083 VAR00051 150.1000 278.8373 .4074 .9062 VAR00052 150.2333 286.0802 .0857 .9092 VAR00053 149.6000 277.9051 .4773 .9057 VAR00054 149.1833 283.3726 .2386 .9077 VAR00055 149.7333 285.0463 .1522 .9084 VAR00056 148.8333 277.1921 .4405 .9059 VAR00057 149.2500 275.9195 .5080 .9053 VAR00058 149.6500 284.3331 .1643 .9084 VAR00059 150.7000 286.9593 .0898 .9085 VAR00060 150.2333 286.3853 .0917 .9088 Reliability Coefficients N of Cases = 60.0 N of Items = 60 Alpha = .9081
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Koefisien Reliabilitas Alpha
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00002 120.5500 232.1161 .3381 .9144 VAR00003 120.0667 233.2497 .3732 .9140 VAR00005 119.9833 230.1862 .5202 .9126 VAR00006 120.4667 220.8294 .6667 .9104 VAR00007 120.7500 236.6314 .2107 .9153 VAR00008 120.7000 234.6542 .2492 .9153 VAR00009 120.5333 227.0328 .5717 .9119 VAR00010 119.9500 226.2517 .6072 .9115 VAR00011 120.3667 230.1006 .5369 .9125 VAR00012 120.9000 235.7525 .2577 .9149 VAR00013 119.8833 232.8167 .4327 .9135 VAR00014 120.6833 234.7285 .3014 .9146 VAR00015 121.2500 233.5805 .4532 .9135 VAR00017 119.8500 227.7229 .6142 .9117 VAR00020 120.6500 229.0110 .5113 .9126 VAR00021 119.8167 223.9150 .6896 .9105 VAR00022 120.2833 232.5455 .3458 .9143 VAR00023 119.6167 231.3251 .4922 .9130 VAR00024 120.2500 215.1737 .7719 .9086 VAR00025 120.8500 228.9093 .4689 .9130 VAR00027 119.8833 228.4099 .5010 .9126 VAR00028 120.3167 215.5421 .7380 .9091 VAR00029 120.7833 230.7828 .4981 .9129 VAR00030 120.2167 220.1726 .7417 .9095 VAR00031 121.5833 239.2641 .0815 .9162 VAR00032 121.4667 236.5582 .1860 .9157 VAR00036 120.9333 235.5209 .2547 .9150 VAR00037 120.5333 231.3379 .3493 .9144 VAR00038 120.7833 240.2065 .0247 .9166 VAR00039 120.2000 233.6542 .3531 .9142 VAR00040 119.9333 230.2667 .4527 .9132 VAR00041 120.5667 238.6565 .0852 .9166 VAR00043 119.6667 226.8023 .5612 .9120 VAR00044 119.3500 232.4686 .3968 .9138 VAR00045 120.0333 227.5582 .4959 .9127 VAR00046 120.5333 236.7955 .1927 .9155 VAR00048 120.7167 231.2912 .5198 .9128 VAR00049 120.3833 230.0709 .4431 .9133 VAR00050 120.0167 237.4743 .1569 .9158 VAR00051 121.0333 231.8633 .4078 .9136 VAR00052 121.1667 238.7175 .0745 .9169 VAR00053 120.5333 230.8633 .4857 .9130 VAR00054 120.1167 236.0370 .2372 .9151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00056 119.7667 230.6904 .4259 .9135 VAR00057 120.1833 229.9828 .4720 .9130 VAR00058 120.5833 236.9590 .1604 .9160 VAR00059 121.6333 239.4904 .0768 .9161 VAR00004 120.6833 231.5760 .3215 .9148 Reliability Coefficients N of Cases = 60.0 N of Items = 48 Alpha = .9153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Subjek item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 Totok 3 2 3 3 3 2 2 3Totok 2 4 4 4 2 3 4 2Totok 3 3 3 3 3 2 2 2Totok 1 3 2 4 2 2 2 2Totok 2 3 3 3 2 3 2 2Totok 1 3 1 3 2 1 2 2Totok 2 3 3 3 3 2 3 3Totok 2 3 2 3 3 3 3 3Totok 3 3 1 2 2 1 3 3Totok 3 3 4 4 4 3 2 4Totok 3 3 2 4 3 3 2 2Totok 3 3 2 2 4 3 1 3Totok 2 3 2 4 2 2 2 1Totok 2 4 3 3 3 3 3 3Totok 3 3 1 2 3 2 3 3Totok 3 3 2 3 2 2 2 2Totok 3 3 2 3 2 2 3 2Totok 3 3 1 3 3 3 1 3Totok 1 4 1 3 2 3 3 3Totok 3 3 2 2 3 2 1 3Totok 2 2 2 2 3 3 2 2Totok 2 3 2 3 4 3 3 4Totok 2 2 2 4 3 2 2 3Totok 2 2 1 2 3 2 3 2Totok 2 2 2 3 2 2 2 3Totok 2 2 2 3 3 2 2 2Totok 2 2 2 3 2 3 2 3Totok 3 3 3 3 2 1 2 2Totok 2 3 2 3 2 2 2 2Totok 3 3 2 4 3 2 2 2Totok 1 3 1 3 2 3 1 3Totok 1 3 2 2 3 3 2 3Totok 3 3 2 2 2 2 4 2Totok 4 3 2 4 4 2 2 3Totok 3 2 1 3 1 2 2 2Totok 3 3 1 3 3 2 3 4Totok 2 3 2 3 3 3 2 1Totok 3 3 2 4 2 3 3 4Totok 4 3 4 4 2 2 1 3Totok 2 3 3 4 3 3 2 3Totok 4 4 3 3 3 3 2 2Totok 3 3 3 4 2 3 2 2Totok 3 4 2 3 4 2 3 4Totok 2 3 3 4 3 2 4 4Totok 2 3 2 3 2 2 2 3Totok 3 3 2 3 4 3 2 3Totok 4 2 2 4 3 3 2 2Totok 2 4 3 2 2 3 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 3 3 3 3 3 2 3 2 34 3 2 4 1 3 4 2 43 2 3 2 3 2 4 2 43 3 1 3 2 1 3 2 44 4 2 4 3 2 4 4 43 3 1 3 2 1 3 2 43 3 2 3 2 2 3 3 33 2 3 3 2 2 3 2 43 3 3 4 2 2 3 2 44 3 2 2 2 2 4 3 43 2 3 3 2 2 3 3 44 2 2 3 2 2 4 3 43 2 2 3 1 1 4 3 44 4 2 3 3 2 4 2 43 3 4 3 3 1 3 1 34 3 2 2 2 2 4 3 34 3 3 3 2 2 4 2 43 1 3 2 1 2 3 2 34 3 2 4 3 1 4 2 43 2 2 3 2 2 3 2 43 2 2 2 2 2 3 3 33 3 2 3 2 2 3 2 44 2 2 3 3 2 3 3 33 2 2 2 2 2 3 2 33 2 2 3 2 2 3 3 42 2 2 3 2 2 3 2 33 2 2 3 1 2 3 2 43 4 2 3 4 1 4 4 42 3 2 3 3 2 2 2 34 3 2 4 2 1 4 4 44 3 2 3 2 2 3 2 34 3 2 3 1 2 4 2 44 2 2 3 2 3 4 2 44 3 3 4 2 1 4 4 43 2 2 3 2 1 4 3 34 3 3 4 3 2 4 3 32 3 2 3 1 1 3 1 34 3 3 4 2 2 4 3 43 4 2 4 2 2 4 3 34 3 1 3 3 3 4 2 43 3 4 3 2 3 4 3 34 3 2 4 2 3 4 2 44 4 3 3 2 2 3 2 44 4 4 4 3 4 4 4 43 3 2 3 2 2 3 3 34 3 2 3 2 3 3 2 44 2 1 3 1 1 3 3 43 3 2 3 2 2 3 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 3 3 3 2 4 3 3 3 24 4 4 1 4 3 2 3 14 4 3 2 4 2 3 2 12 4 3 1 4 2 2 3 13 4 4 2 4 4 3 3 13 4 3 2 4 3 1 3 12 3 3 3 3 3 2 2 13 4 4 3 4 3 2 3 13 4 4 3 3 3 3 2 23 4 4 2 4 4 3 4 23 4 4 2 4 4 2 4 13 3 3 3 3 3 2 4 23 3 4 1 4 4 2 4 24 4 4 4 4 4 2 4 13 4 4 1 3 3 2 2 13 4 3 2 3 3 3 3 23 3 3 2 4 4 2 3 11 3 4 1 4 2 2 3 12 4 3 3 3 2 2 4 12 3 4 2 3 4 2 3 13 3 4 3 3 3 2 3 23 3 4 2 4 4 2 3 13 3 3 3 4 4 2 2 12 3 4 2 2 3 2 2 13 2 3 2 3 3 1 2 13 3 3 3 3 3 2 3 22 3 3 3 3 3 2 3 14 4 3 2 4 3 2 4 13 3 2 2 3 2 2 2 24 3 4 4 3 4 2 4 12 3 4 2 3 3 2 3 11 3 4 2 4 4 3 4 24 2 4 2 2 3 2 4 14 4 4 2 4 4 2 4 11 4 4 1 4 4 2 3 13 4 4 3 3 4 2 3 22 4 2 1 4 2 2 2 14 4 4 2 4 3 2 4 23 4 4 2 4 3 3 4 24 4 4 3 4 4 2 4 13 3 3 3 3 3 3 4 34 4 4 4 4 4 2 4 13 4 4 2 4 4 2 2 24 4 4 4 4 4 2 4 33 3 2 2 3 2 2 2 24 3 4 3 4 4 2 4 14 4 4 2 2 4 3 2 12 3 2 2 3 2 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 2 3 3 2 3 3 2 3 31 2 2 3 3 4 1 4 41 2 2 2 3 2 2 4 41 2 3 2 2 4 3 4 42 2 4 2 2 3 1 4 41 1 1 1 3 3 1 3 31 1 3 2 3 3 3 4 31 2 3 2 3 3 2 4 32 2 3 2 3 4 2 4 42 2 2 2 3 3 3 4 42 3 3 2 4 3 2 3 32 3 2 2 3 3 3 3 31 3 2 2 2 4 3 4 31 2 2 2 3 3 2 4 41 2 2 2 3 3 1 4 42 3 2 2 2 2 3 4 32 3 3 3 3 2 3 4 42 2 1 2 3 2 3 2 41 1 1 3 3 2 3 4 32 2 2 2 3 3 3 3 31 2 2 2 3 2 2 3 41 2 2 2 3 3 2 3 31 2 2 2 3 3 2 4 31 2 2 2 2 3 4 4 21 1 2 2 3 2 2 3 42 2 2 2 3 3 2 3 31 1 2 2 3 2 3 4 34 2 4 2 3 4 1 4 42 2 2 2 2 3 2 4 42 3 4 2 2 3 2 4 42 2 2 2 3 3 3 4 42 2 2 3 3 3 3 4 31 2 2 2 3 3 2 4 41 2 2 2 2 3 2 4 41 2 2 2 3 3 2 4 41 2 3 2 2 4 3 4 41 2 2 2 3 3 2 4 31 2 2 3 2 3 3 4 42 3 2 2 1 3 2 4 41 2 4 3 4 3 2 4 43 3 2 2 4 3 3 4 32 2 2 3 3 3 3 4 41 2 3 2 3 2 3 2 43 2 2 4 4 4 4 4 42 2 2 3 3 3 3 3 42 3 2 1 3 4 3 4 41 2 1 3 3 3 3 3 41 2 4 3 2 3 3 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 3 2 3 3 3 3 2 3 4 1 2 3 3 2 1 3 2 3 2 3 4 1 1 3 4 2 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 4 3 3 4 3 1 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 4 2 2 1 3 2 2 3 3 4 2 1 4 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 1 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 2 4 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 4 1 1 2 4 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 3 2 1 2 4 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 4 4 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 3 3 4 2 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 2 4 4 1 1 2 4 4 4 4 4 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 1 3 1 2 3 4 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
item44 item45 item46 item47 item48 Skor total3 3 3 3 2 1323 4 4 3 1 1363 4 2 3 1 1253 3 3 3 2 1212 4 1 4 1 1361 3 3 2 1 1102 3 2 2 1 1223 4 3 2 2 1293 2 3 2 2 1313 4 3 3 2 1433 3 3 2 2 1333 3 3 1 2 1294 4 4 1 1 1283 4 3 2 1 1433 3 3 2 1 1243 2 3 3 1 1253 4 3 3 2 1353 3 3 1 1 1102 4 1 3 2 1253 3 3 2 1 1213 3 3 2 2 1212 3 2 3 1 1303 4 3 2 1 1283 3 3 2 1 1112 3 2 2 2 1102 3 2 2 2 1162 3 3 2 2 1173 4 3 4 1 1403 3 2 2 1 1153 2 2 4 2 1363 3 2 2 1 1194 3 3 2 1 1303 3 3 2 1 1233 4 4 4 1 1373 3 3 2 1 1163 4 4 3 1 1423 3 3 3 1 1123 4 3 3 2 1403 4 3 3 1 1403 4 4 2 1 1454 2 3 2 2 1423 3 3 3 1 1422 4 4 4 1 1353 4 4 4 1 1682 3 2 2 2 1224 4 4 2 1 1373 4 4 3 1 1233 3 3 2 1 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
subjek item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 Peranakan 1 1 1 1 1 1 1 1Peranakan 2 3 1 2 2 2 2 1Peranakan 2 2 3 3 1 2 1 2Peranakan 3 3 2 3 2 2 2 2Peranakan 1 2 2 1 1 4 1 1Peranakan 2 3 3 3 2 2 3 3Peranakan 1 3 1 3 1 2 2 2Peranakan 2 1 2 2 1 2 2 2Peranakan 2 3 3 3 2 2 2 2Peranakan 3 3 3 3 2 3 3 3Peranakan 3 3 1 3 2 2 3 2Peranakan 2 3 2 3 1 2 2 3Peranakan 1 1 2 4 1 1 2 3Peranakan 2 3 3 3 2 2 2 2Peranakan 2 3 3 3 1 2 2 2Peranakan 2 2 3 3 2 2 2 3Peranakan 2 3 3 3 1 3 4 1Peranakan 2 3 2 4 2 2 3 2Peranakan 2 3 2 3 2 2 3 2Peranakan 2 3 2 4 2 2 2 2Peranakan 2 3 2 3 2 3 3 3Peranakan 3 3 2 3 2 2 2 2Peranakan 2 2 3 3 2 3 2 2Peranakan 1 4 1 4 2 2 3 2Peranakan 2 3 2 3 2 3 2 3Peranakan 3 3 2 3 1 2 3 1Peranakan 3 2 3 3 2 2 1 2Peranakan 3 3 3 3 2 3 3 2Peranakan 1 3 1 3 2 2 2 3Peranakan 3 3 1 2 2 3 2 3Peranakan 4 3 3 1 3 2 2 2Peranakan 3 3 2 3 2 2 3 2Peranakan 2 2 3 3 2 2 3 2Peranakan 2 3 1 4 2 3 4 2Peranakan 3 3 3 2 2 3 3 2Peranakan 2 2 2 3 2 3 3 3Peranakan 3 3 2 3 2 2 2 3Peranakan 3 3 1 3 3 3 2 3Peranakan 3 2 3 2 2 3 3 2Peranakan 2 3 2 3 2 3 2 3Peranakan 3 3 1 2 3 2 2 2Peranakan 4 3 4 3 2 3 4 3Peranakan 3 2 1 3 2 2 2 2Peranakan 2 3 3 3 2 3 3 3Peranakan 4 4 3 3 3 3 1 1Peranakan 2 1 3 2 3 3 2 2Peranakan 3 3 2 3 2 3 3 2Peranakan 3 3 3 3 2 2 2 3Peranakan 3 3 3 3 1 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Peranakan 2 4 4 4 1 3 1 2Peranakan 2 3 3 3 2 3 2 2Peranakan 2 3 4 4 2 3 3 1Peranakan 3 3 2 3 2 3 3 2Peranakan 3 3 3 3 2 3 2 2Peranakan 3 4 3 3 2 2 3 3Peranakan 2 3 3 3 2 3 2 3Peranakan 3 3 4 4 3 2 2 3Peranakan 2 3 1 4 2 2 3 3Peranakan 4 2 3 3 2 1 3 3Peranakan 3 3 3 3 2 3 3 3Peranakan 3 3 1 4 4 2 2 4Peranakan 4 2 3 3 2 1 3 2Peranakan 3 3 4 3 3 2 4 2Peranakan 3 4 3 3 3 3 4 3Peranakan 3 3 1 4 3 4 2 3Peranakan 2 4 4 4 2 3 4 2Peranakan 3 4 4 4 3 2 3 3Peranakan 3 3 1 2 2 2 3 1Peranakan 4 3 4 4 3 3 4 3Peranakan 4 4 3 1 3 4 1 3Peranakan 4 2 4 3 3 4 2 2Peranakan 3 4 4 4 4 4 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 1 1 1 1 1 1 1 1 13 2 2 3 1 1 2 1 22 2 2 3 2 2 2 2 13 2 2 2 2 1 3 3 23 1 1 1 1 1 4 2 42 2 2 2 2 1 3 1 32 3 2 3 1 2 2 2 32 2 2 1 2 2 3 3 22 2 2 3 2 1 2 2 23 2 3 3 2 1 2 2 23 2 2 3 2 2 3 3 32 3 2 3 1 2 4 2 33 2 2 3 3 2 2 2 33 2 2 3 2 1 2 2 43 2 2 3 2 2 2 2 33 2 2 3 2 2 3 2 32 2 2 3 1 2 3 2 23 2 2 3 3 2 3 3 32 2 2 3 3 2 3 3 23 3 1 3 2 1 3 2 32 2 2 3 2 2 2 3 32 2 2 3 2 1 2 2 33 2 2 3 2 2 3 3 23 3 2 3 3 2 3 3 33 2 2 3 2 2 3 2 33 2 3 3 2 2 3 2 33 2 3 2 2 2 2 2 43 2 2 3 2 2 2 3 33 2 2 3 2 1 4 3 33 3 2 3 3 2 3 2 43 2 3 3 2 2 2 2 23 2 2 2 2 3 3 3 33 2 2 3 3 2 3 2 32 2 1 3 2 1 4 2 33 2 3 3 2 2 2 3 33 3 3 3 2 2 3 2 33 3 2 3 2 2 3 2 42 3 2 3 2 2 3 3 32 3 2 2 2 1 3 2 23 3 2 3 2 2 3 3 33 2 2 2 2 2 4 2 32 2 3 3 2 2 3 3 33 3 3 3 3 2 4 2 33 2 2 3 2 2 3 3 44 3 4 2 2 1 3 1 44 3 2 1 3 4 4 2 43 3 3 3 3 2 3 3 32 3 2 2 2 1 4 2 33 3 3 3 2 2 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3 4 4 3 1 1 3 4 33 2 3 3 2 2 4 2 34 3 3 3 2 2 4 3 33 3 3 3 3 2 3 3 33 3 3 3 2 2 4 3 33 3 3 3 2 2 3 3 33 2 2 3 2 2 3 3 42 3 2 2 3 1 3 2 34 4 2 4 3 4 4 3 43 3 3 3 2 2 4 3 33 2 3 3 2 2 4 3 33 3 2 2 3 2 3 2 43 4 4 3 2 2 2 3 23 3 4 3 2 3 4 2 32 3 2 3 3 2 4 3 34 3 2 3 2 3 4 2 44 3 2 4 1 3 4 2 43 2 2 4 2 3 4 3 34 3 2 3 3 4 4 2 43 3 2 3 3 2 4 3 44 3 3 1 2 4 4 3 44 3 4 3 3 3 4 1 44 4 4 4 4 3 4 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 1 4 1 1 4 1 1 1 12 3 1 1 2 1 2 2 12 4 2 1 3 2 2 2 22 3 1 1 1 1 1 4 12 4 1 1 2 1 1 4 13 3 2 1 2 2 3 2 12 4 2 1 4 1 2 2 13 3 2 2 1 2 2 3 22 4 1 2 3 1 2 2 23 3 2 2 2 1 3 2 12 3 2 1 4 2 2 1 13 3 1 1 4 1 3 3 13 3 3 2 3 2 2 2 13 4 2 2 3 2 2 2 13 4 2 2 3 2 2 3 13 3 2 2 3 2 2 3 12 3 2 1 2 2 2 2 23 3 2 2 2 2 2 1 22 3 2 2 3 2 2 2 22 4 2 1 4 2 2 3 12 3 2 2 3 2 2 2 22 4 2 2 3 2 3 2 23 3 2 2 2 2 3 2 23 4 2 3 3 2 2 3 13 3 2 2 3 2 2 2 22 3 2 2 3 2 3 2 23 3 2 2 2 2 3 2 12 3 2 2 4 2 2 3 33 3 2 3 3 2 2 2 22 3 2 2 3 2 2 3 22 4 2 1 3 2 3 2 23 3 3 2 2 2 3 2 23 3 2 2 3 2 2 3 23 4 2 1 4 2 1 2 13 2 2 2 3 2 3 1 22 2 2 2 3 2 2 2 22 4 2 2 4 2 2 4 23 4 3 3 3 3 2 2 23 4 2 2 2 2 3 2 23 3 2 3 3 2 2 2 23 3 3 3 3 3 3 4 23 3 2 1 4 2 2 2 23 3 2 2 4 2 3 4 13 3 2 2 4 2 2 2 12 4 4 1 3 4 4 3 13 3 3 1 3 3 3 3 23 3 2 3 3 2 3 3 23 3 3 2 3 3 3 3 13 3 2 3 3 2 3 3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2 4 2 2 4 2 3 3 14 3 1 2 4 2 2 2 14 4 2 3 4 2 2 3 23 3 2 3 3 2 3 3 23 4 2 1 3 2 4 4 12 4 3 1 4 2 2 3 23 4 3 2 4 3 2 3 13 4 3 2 4 3 2 3 23 3 2 2 4 2 2 3 13 3 2 1 3 2 4 2 23 4 2 2 4 2 3 2 24 3 3 2 4 4 2 3 12 3 2 2 4 2 4 3 14 4 3 2 4 3 3 4 13 4 3 1 4 3 3 4 14 4 3 3 3 3 2 3 14 4 4 1 4 3 2 3 13 4 2 2 4 2 2 4 13 3 2 3 2 3 3 4 23 3 3 3 4 2 3 4 12 4 4 3 2 3 3 3 23 3 2 1 4 3 4 4 23 4 4 3 2 3 3 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
item27 item28 item29 item30 item31 item32 item33 item34 item35 1 1 1 1 4 1 1 1 41 1 2 2 1 3 2 3 11 2 2 2 2 2 1 2 31 1 1 2 4 2 2 2 21 1 1 2 4 2 2 2 42 2 3 3 2 2 2 3 31 2 3 1 2 3 2 4 41 1 2 2 3 2 3 3 32 2 2 2 2 2 3 4 42 2 3 2 2 3 3 2 31 1 2 2 3 2 2 4 32 2 1 3 2 4 3 4 41 1 3 3 3 2 3 3 41 2 2 3 3 2 3 2 31 1 2 2 2 3 2 3 31 2 3 2 2 3 2 4 42 2 2 2 2 3 4 4 41 2 3 2 3 3 2 4 32 2 3 2 2 3 2 3 31 2 4 2 2 3 3 3 42 2 2 2 3 3 2 3 32 2 2 3 3 2 3 3 43 3 3 2 2 3 2 3 32 2 2 1 2 4 2 4 22 2 2 3 3 2 3 3 42 3 2 2 2 2 3 3 42 3 4 3 3 2 3 4 42 2 2 3 3 2 2 4 32 2 2 3 3 2 3 3 32 2 3 2 2 2 3 3 32 2 3 2 3 3 3 4 42 3 2 2 3 3 2 2 32 2 3 2 3 3 3 3 41 2 3 3 3 4 2 4 33 2 2 3 3 2 3 4 41 2 3 3 4 4 2 3 42 2 2 2 3 1 2 4 42 2 2 2 3 3 2 3 32 3 3 3 3 3 3 4 42 2 2 3 3 2 3 4 32 2 2 2 2 3 2 4 42 2 2 2 3 3 2 4 42 3 2 3 3 2 2 4 42 2 2 3 3 3 2 4 41 4 1 2 2 3 2 4 42 2 3 3 2 3 3 4 23 3 3 2 2 3 2 3 32 4 2 3 3 4 3 4 42 3 3 2 3 4 3 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2 4 1 2 3 4 3 4 41 3 2 2 3 3 3 4 41 2 2 2 2 3 2 4 43 3 3 2 2 3 2 3 32 3 3 3 3 2 3 3 32 3 3 2 3 3 3 4 42 2 4 3 3 3 3 4 42 2 4 2 3 3 2 4 42 1 2 3 3 3 2 4 42 4 4 3 3 3 2 4 42 3 3 3 2 3 3 4 41 2 2 2 3 4 2 4 43 4 3 3 3 3 2 4 41 2 2 3 2 4 2 3 42 2 3 2 3 3 1 4 42 2 2 1 2 3 3 4 41 2 2 3 4 4 1 4 42 2 3 2 3 4 3 4 42 4 2 3 4 4 4 4 41 2 2 3 3 4 3 4 42 4 2 4 4 4 3 4 43 4 4 3 3 4 3 4 42 3 3 3 3 4 3 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
item36 item37 item38 item39 item40 item41 item42 item43 item44 1 1 1 4 4 1 1 1 12 1 2 1 3 1 2 2 23 2 2 1 2 1 1 2 23 3 2 2 3 1 1 1 13 2 2 3 4 3 2 4 32 2 2 1 1 1 1 1 22 2 3 1 3 1 1 2 22 3 2 3 3 2 2 3 22 2 2 2 3 1 3 2 22 2 2 1 2 1 2 2 32 3 3 2 3 2 2 1 23 2 2 2 3 1 3 1 23 3 2 1 3 2 3 1 22 3 2 3 3 1 1 4 12 2 3 2 3 2 3 2 33 2 2 2 2 2 2 2 33 2 2 4 3 2 2 2 42 3 2 3 3 2 1 3 23 3 2 3 2 2 2 2 33 2 2 2 3 2 1 2 23 3 2 2 2 2 2 3 33 3 3 2 3 2 2 3 33 2 3 2 2 2 2 2 34 2 2 2 3 2 1 3 22 3 2 2 3 2 2 3 23 2 3 3 3 2 2 2 32 2 2 3 3 2 2 2 33 2 2 2 3 2 2 2 33 3 2 3 3 2 2 3 33 2 2 3 3 2 3 2 23 2 2 2 3 2 2 3 33 2 2 2 2 3 3 3 33 2 2 2 2 2 2 3 34 4 2 3 4 1 3 1 22 3 2 3 3 2 2 2 33 2 2 2 2 2 2 3 44 2 2 2 4 2 2 2 33 2 2 2 2 2 2 2 33 2 3 2 3 3 2 2 33 3 2 3 2 2 2 3 23 2 2 3 3 3 2 2 32 2 2 2 3 2 1 3 33 2 2 3 3 2 2 2 44 3 2 3 3 2 2 3 24 1 3 3 2 2 2 2 44 2 3 2 3 3 2 2 33 3 3 2 3 2 2 3 34 2 3 3 2 2 1 2 34 3 2 3 3 2 2 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
3 3 2 3 4 2 1 1 24 3 2 3 4 2 3 3 44 3 2 3 3 2 2 2 34 3 4 2 3 2 2 2 33 3 3 3 3 2 2 3 33 2 3 2 2 1 2 3 44 3 2 3 3 1 1 3 33 3 3 2 3 2 1 3 34 3 3 2 3 2 3 3 33 3 3 3 3 2 2 3 33 3 2 2 3 3 2 2 34 2 2 3 3 3 2 2 34 2 3 3 3 2 2 3 43 2 2 2 3 2 2 3 23 3 3 3 3 2 1 3 13 2 4 3 4 3 1 3 24 1 2 3 3 2 1 3 34 1 2 3 4 2 1 2 34 4 2 3 3 2 2 2 33 3 2 3 3 2 1 3 34 3 1 4 2 3 1 3 44 2 3 3 3 2 2 3 44 3 3 3 2 2 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
item45 item46 item47 item48 Skor total4 4 4 1 752 2 2 1 863 2 1 1 943 2 3 1 971 2 1 1 983 2 2 1 1013 2 3 1 1022 2 3 2 1043 2 3 1 1073 2 2 1 1093 3 2 1 1092 1 1 1 1093 2 3 1 1103 2 3 1 1113 2 3 1 1113 2 2 1 1131 2 4 1 1142 2 2 1 1143 2 3 2 1153 3 3 2 1153 2 2 2 1153 2 2 2 1172 3 3 2 1172 3 2 1 1173 2 2 2 1172 2 3 3 1183 2 2 2 1182 2 2 1 1183 2 2 2 1183 2 3 2 1193 2 3 1 1192 2 3 2 1193 2 2 2 1193 2 4 1 1203 2 2 2 1214 3 2 2 1223 2 2 2 1223 3 3 2 1223 3 2 2 1223 2 3 2 1223 3 2 2 1234 3 2 1 1243 3 3 1 1254 2 4 1 1273 4 2 1 1282 3 4 2 1283 2 3 2 1293 4 3 2 1293 3 3 1 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
3 4 4 1 1304 3 4 1 1304 2 2 1 1303 2 3 2 1303 2 2 2 1303 3 4 1 1314 2 4 1 1324 3 3 2 1323 2 2 1 1323 3 2 1 1322 2 4 2 1323 4 4 1 1333 3 2 2 1333 3 4 1 1343 3 4 1 1344 2 4 1 1354 4 3 1 1374 4 3 1 1373 3 4 3 1404 2 4 1 1414 4 1 2 1443 4 3 2 1493 4 4 2 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA
TOTOK (ASLI) DAN TIONGHOA PERANAKAN
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Total 120 124,5 13,50 75 168
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Totok (Asli) dan Tionghoa Peranakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
120124.25
13.50.059.047
-.059.651.790
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
TOTAL
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA
TOTOK (ASLI)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Total 48 128,69 11,64 110 168
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Totok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
48128.69
11.64.083.083
-.060.572.899
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
TOTAL
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA
PERANAKAN
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Total 72 121,29 13,91 75 157
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Peranakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
72121.29
13.91.087.069
-.087.739.645
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
TOTAL
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI HOMOGENITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA
TOTOK (ASLI) dan PERANAKAN
Group Statistics Etnis Tionghoa N Mean Std. Deviasi Std. Error mean
Total Totok 48 128,69 11,64 1,68
Peranakan 72 121,29 13,91 1,64
Independent Sample Test
Levene’s Test for
Equality of Variances
F Sig.
Total Equal Variances Assumed 0,678 0,412
Equal Variances not Assumed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI BEDA / UJI-T KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA
TOTOK (ASLI) dan PERANAKAN
Group Statistics Etnis Tionghoa N Mean Std. Deviasi Std. Error mean
Total Totok 48 128,69 11,64 1,68
Peranakan 72 121,29 13,91 1,64
Independent Sample Test
t-test for
Equality
of
Means
95%Confidence
Interval of the
Difference
t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
3,041 118 ,003 7,40 2,43 2,58 12,21
3,151 111,899 ,002 7,40 2,35 2,74 12,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related