skenario blok jiwa
Post on 01-Jan-2016
113 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Kelompok 8 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing
tutorial skenario A blok 20, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.
Tidak lupa kelompok 8 mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah
memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga
kelompok 8 dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 20.
Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya, sehingga perjalanan blok per blok yang
seharusnya sulit dapat dilewati dengan mudah.
Kelompok 8 menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh
karena itu kelompok 8 mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, 30 Oktober 2013
Penyusun,
Kelompok 8
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4
2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5
2.3. Paparan
I.Klarifikasi Istilah................................................................................ 6
II.Identifikasi masalah ......................................................................... 7
III.Analisis Masalah.............................................................................. 8
IV.Learning Issues................................................................................ 33
V.Kerangka Konsep............................................................................ 42
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 44
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Jiwa dan Fungsi Luhur merupakan blok 20 pada semester 5 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan
kasus yang diberikan mengenai Autisme Spectrum Disorder
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Rasrinam Rasyad, SpS(K)
Moderator : Ali Zainal Abidin
Sekretaris Papan : Gunna Sundary Thirumalai
Sekretaris Meja : Charisma Tiara Ramadhani
Hari, Tanggal : Senin, 28 Oktober 2013
Rabu, 2 Oktober 2013
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
4
2.2 SKENARIO A BLOK 20
Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum
bisa bicara dan tidak bisa diam. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia
25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa
kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, tidak ada
riwayat kejang. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang
dikeluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti. Dia juga tidak bisa bermain
dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata. Di samping itu Pradipta selalu
bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-
ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris
bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pendamping.
Pemeriksaan Fisik:
Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran
dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada
pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak-ngepakkan
lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah
menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat
ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan
hanya bagian rodanya saja.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat
keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.
5
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Belum bisa bicara : Keterlambatan dalam mengucapkan kata-kata
2. Tidak bisa diam : Bergerak aktif tanpa dikoordinasi
3. Lahir spontan : Proses lahir bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan URI, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir
4. Kejang : Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-otot volunter.
5. Bahasa planet : Kata-kata yang tidak mempunyai makna atau arti yang hanya bisa dimengerti oleh si pengucap kata-kata.
6. Histeris : Meluap- luap , dramatis
7. Dismorfik : Kelainan bentuk muka. Gambaran penderita Sindroma Down
8. Tes Denver : Uji untuk identifikasi keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak-anak prasekolah
6
II. Identifikasi Masalah
1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum
bisa bicara dan tidak bisa diam.
2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan
pada kehamilan 40 minggu.
3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan
hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.
4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.
5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan
sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang.
Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila
memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping.
6. Pemeriksaan Fisik:
Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada
gambaran dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan
tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu
mengepak-ngepakkan lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat
secangkir teh). Tidak pernah menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat
benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-
mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat
keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.
7
III. Analisis Masalah
1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum bisa
bicara dan tidak bisa diam.
a) Apa hubungan jenis kelamin, usia dengan keluhan ?
Jenis kelamin : gangguan autistic 4-5 kali lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan autistic lebih
besar kemungkinannya memilik retardasi mental
Usia: berdasarkan onset usia 25% kasus pada usia 1 tahun ,50% pada usia 2 tahun,
25% setelah 2 tahun
b) Bagaimana etiologi dan mekanisme belum bisa bicara ?
Etiologi:
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan
mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ
pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara :
a. Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan
bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi,
trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang
berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena
kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat
hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan
pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian
obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
b. Kelainan Organ Bicara
8
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring.
c. Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak
lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan
bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
d. Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga
terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Sebagai contoh, menurut
Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara
sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah.
Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami
kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom
47 XXX.
e. Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan
kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih
rendah.
f. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial.
g. Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau
bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau
9
kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih
tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai
neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan
gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
h. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya
diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
i. Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara
pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan
pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya
keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak
sangat pesat perkembangan bicaranya.
j. Deprivasi Lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya.
Mekanisme:
Gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, seperti terlambat bicara,
mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti,
echolalia, dst.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan
yang dikenal sebagai lobus frontalis (lobus frontalis mempunyai fungsi sebagai
aktivitas motorik, intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian, dan
aspek produksi bahasa). Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan
10
dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan
otak besar yang berperan dalam proses memori).
c) Bagaimana etiologi dan mekanisme tidak bisa diam ?
Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih
dan kekurangan seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan
pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton.
dr . Chatijah Satrio Wibowo SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran UnPad, menyatakan bahwa bahan kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sehingga anak autis cendrung agresivitas, hiperaktivitas, dan memiliki perilaku menyakiti diri sendiri. Selain itu terjadi peningkatan dopamin dalam otak dan gangguan pada lobus frontalis dan gangglia basalis yang berperan dalam representasi dalam Action plans, motoric plans, dan working memory sehingga terjadi gangguan pengaturan motorik
d) Bagaimana perkembangan anak usia 3 tahun yang normal dan apa maknanya dia belum bisa bicara dan tidak bisa diam ?Pada anak usia 3 tahun normal menunjukkan sudah dapat berbicara bebas pada diri
sendiri, orang lain, bahkan dengan mainannya, mampu berbicara lancar, dan bermain
dengan kelompok. Anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk waktu yang
lama dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film.
Pada umur 1,5 – 3 tahun, tingkah laku anak :
- Anak mempunyai kebutuhan social
- Belajar atau mengenal bahaya
- Mengetahui peraturan dan disiplin
- Belajar mematuhi peraturan sosial dan mengetahui kebersihan
- Anak belajar adanya hadiah / hukuman (Reward and Punishment).
11
2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan pada
kehamilan 40 minggu.
a) Bagaimana peran faktor genetic dalam kasus ini ?
12
Anak dengan autistic 2-4% sanak saudaranya terkena gangguan autistic.
80 % pada kembar monozigot, dan 20% untuk kembar dizigot.Sindrom X rapuh tampaknya berhubungan dengan gangguan autistic, tetapi jumlah orang dengan kedua gangguan autistic dan Sindrom X adalah tidak jelas
3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan
hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.
a) Mengapa dia tidak pernah mau menoleh bila dipanggil sedangkan tes pendengarannya normal ?
Adanya kurang respon terhadap stimuli sensorik contoh terhadap suara→
Mengabaikan ucapan yang diarahkan kepadanya→ Tidak menoleh ketika dipanggil
namanya.
Anak autistik dapat mengabaikan bunyi normal atau keras dan berespon pada bunyi
yang lembut atau rendah.
Pada anak autis terdapat keabnormalan di area lobus temporal (Area Wernick) -->
tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain --> tidak menoleh bila dipanggil.
b) Apa makna dari Pradipta mengeluarkan bahasa planet yang tidak dimengerti ?
30 s.d. 40% indivicu dengan autis tidak pernah menggunakan bahasa untuk
komunikasi mereka. Keterlambatan dalam bahasa merupakan salah satu chief
komplain orang tua tersering.
Ketika orang dengan autis berbicara, mereka mungkin melakukan ekolali dan ciri
dari bahasanya adalah aspek sosial dari bahasa lambat berkembang.
4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.
Apa makna dari tidak bisa bermain bersama dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata ?
13
Interaksi sosial anak autistik dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
a. Kelompok yang menyendiri, umumnya anak ini menerik diri, acuh tak acuh, akan
kesal bila diadakan pendekatan sosial dan menunjukkan perilaku dan perhatian yang
terbatas atau tidak hangat.
b. Kelompok pasif, dpat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain
jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
c. Kelompok aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain namun interaksi
ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. Walaupun mereka berminat
untuk mengadakan hubungan karena ketidakmampuan mereka untuk memhami
aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran sosial yang kurang
menyebabkan mereka baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Hal ini
menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada orang lain.
Hal ini menunjukkan adanya gangguan interaksi sosial penderita dalam
beraktivitas bersama-sama dengan orang lain yang ditandai dengan tidak aktifnya
daerah otak yang memproses ekspresi wajah (daerah lobus temporalis) & emosi
(amygdala) selama melakukan tugas tersebut. Kerusakan lobus temporalis
menyebabkan anak kehilangan perilaku sosial yang diharapkan, kegelisahan, perilaku
motorik berulang dan kumpulan perilaku terbatas.
Beberapa penyebab lain:
Peningkatan homo vanilic acid (metabolit utama dari dopamine) dalam cairan
serebrospinal disertai dengan peningkatan penarikan diri dan stereotipik.
Temuan lain, penurunan sel purkinje di serebelum mungkin menyebabkan kelainan
atensi, kesadaran dan proses sensorik
Ditemukan kelainan pada lobus temporalis penarikan diri.
Adanya gangguan komunikasi pada penderita autistic
Faktor neurokimiawi adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan
endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan dirinya
sendiri.
Teori Emphatizing – Systemizing teori ini menyimpulkan bahwa pada anak
autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk
membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem ini 14
menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya
(Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri daripada
bergaul dengan orang lain.
5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering
melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka
dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu
dia akan mengambil tangan pendamping.
a) Apa makna klinis pradipta selalu bergerak, berlari kesana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau terbang ?
Selalu bergerak ke sana kemari tanpa tujuan
Jawab:
Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan
otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum gerakan
menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan Anak autism selalu bergerak
kesana kemari tanpa tujuan.
Adanya peningkatan neurotransmitter serotonin anak menjadi lebih aktif
(hiperaktivitas)
sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau
terbang !
Sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lengannya seperti mau terbang ini merupakan stereotipic atau gerakan berulang yang terjadi akibat adanya abnormalitas cerebelum (kegagalan perkembangan sel otak untuk menyatu dengan benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti dalam perkembangan otak normal atau putusnya sinaps).
b) Apa makna klinis tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras ?
Makna klinis nya menunjukkan bahwa anak dengan gangguan autistic memiliki
gangguan dalam persepsi sensoris (anak-anak autistik mungkin responsif secara
15
berlebihan atau kurang responsif terhadap stimuli sensorik, contoh suara dan nyeri)
dalam kasus ini,penderita menjadi histeris bila mendengar suara keras. Pada anak
dengan gangguan autistik juga menunjukkan gangguan interaksi sosial sehingga
anak tidak suka dipeluk
c) Apa makna klinis dari bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping ?
Makna klinis: kemungkinan mengalami keterlambatan dalam pekembangan
komunikasi verbal, karena adanya gangguan pada area broca dan wernick yang
merupakan fungsi untuk kemampuan berbahasa, sehingga ia akan menarik tangan
ibunya sebagai caranya untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini merupakan
bentuk komunikasi non verbal yang mana pada autism lebih dominan daripada
komunikasi verbal
6. Pemeriksaan Fisik:
Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran
dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada
pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak=ngepakkan
lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah
menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat
ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan
hanya bagian rodanya saja.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat
keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.
a) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari masing-masing pemeriksaan fisik ?
KASUS NILAI NORMAL INTERPRETASI
berat badan 16 Kg 11.3-18.3 kg normal
16
bb :2n + 8 = (3x2)+8 = 14 kg
Panjang badan 95 cm
tb : umurx6 + 77 = (3x6)+77 = 95cm
95-101.5 cm normal pendek
Lingkar kepala 54 cm 48 cm (berdasarkan kurva nellhaus)
Terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan fungsi abnormal pada usia pra natal sampai usia 2 atau 3 tahun. Yaitu adanya Pembesaran volume otak tidak merata yang terdapat hanya pada bagian tertentu (pada substansi putih otak besar dan otak kecil serta substansi kelabu otak besar).Namun mulai usia 6 tahun sampai remaja, terjadi perlambatan pertumbuhan otak sehingga volume otak pada remaja dan dewasa yang autis lebih kecil dibanding otak normal.
17
b) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan tes Denver ?
Delay / keterlambatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji
coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
c) Bagaimana cara melakukan tes Denver ?
18
I. Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).
II. Fungsi DDSTDDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
III. Aspek-aspek Perkembangan yang DinilaiDalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :A. Personal Social (Perilaku Sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti:1. Menatap muka2. Membalas senyum pemeriksa3. Tersenyum spontan4. Mengamati tangannya5. Berusaha menggapai mainan6. Makan sendiri7. Tepuk tangan8. Menyatakan keinginan9. Daag-daag dengan tangan10. Main bola dengan pemeriksa11. Menirukan kegiatan12. Minum dengan cangkir13. Membantu di rumah14. Menggunakan sendok dan garpu15. Membuka pakaian16. Menyuapi boneka17. Memakai baju18. Gosok gigi dengan bantuan19. Cuci dan mengeringkan tangan20. Menyebut nama teman21. Memakai T-shirt22. Berpakaian tanpa bantuan23. Bermain ular tangga / kartu24. Gosok gigi tanpa bantuan25. Mengambil makan
B. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam:1. Mengikuti ke garis tengah
19
2. Mengikuti lewat garis tengah3. Memegang icik-icik4. Mengikuti 1800
5. Mengamati manik-manik6. Tangan bersentuhan7. Meraih8. Mencari benang9. Menggaruk manik-manik10. Memindahkan kubus11. Mengambil dua buah kubus12. Memegang dengan ibu jari dan jari13. Membenturkan 2 kubus14. Menaruh kubus di cangkir15. Mencoret-coret16. Ambil manik-manik ditunjukkan17. Menara dari 2 kubus18. Menara dari 4 kubus19. Menara dari 6 kubus20. Meniru garis vertikal21. Menara dari kubus22. Menggoyangkan dari ibu jari23. Mencontoh O24. Menggambar dengan 3 bagian25. Mencontoh (titik)26. Memilih garis yang lebih panjang27. Mencontoh ð yang ditunjukkan28. Menggambar orang 6 bagian29. Mencontoh ð
C. Language (Bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan yang meliputi :1. Bereaksi2. Bersuara3. Oooo ? Aaaah4. Tertawa5. Berteriak6. Menoleh ke bunyi icik-icik7. Menoleh ke arah suara8. Satu silabel9. Meniru bunyi kata-kata10. Papa/mama tidak spesifik11. Kombinasi silabel12. Mengoceh13. Papa/mama spesifik14. 1 kata
20
15. 2 kata16. 3 kata17. 6 kata18. Menunjuk 2 gambar19. Kombinasi kata20. menyebut 1 gambar21. Menyebut bagian badan22. Menunjuk 4 gambar23. Bicara dengan dimengerti24. Menyebut 4 gambar25. Mengetahui 2 kegiatan26. Mengerti 2 kata sifat27. Menyebut satu warna28. Kegunaan 2 benda29. Mengetahui30. Bicara semua dimengerti31. Mengerti 4 kata depan32. Menyebut 4 warna33. Mengartikan 6 kata34. Mengetahui 3 kata sifat35. Menghitung 6 kubus36. Berlawanan 237. Mengartikan 7 kata
D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam:1. Gerakan seimbang2. Mengangkat kepala3. Kepala terangkat ke atas4. Duduk kepala tegak5. Menumpu badan pada kaki6. Dada terangkat menumpu satu lengan7. Membalik8. Bangkit kepala tegak9. Duduk tanpa pegangan10. Berdiri tanpa pegangan11. Bangkit waktu berdiri12. Bangkit terus duduk13. Berdiri 2 detik14. Berdiri sendiri15. Membungkuk kemudian berdiri16. Berjalan dengan baik17. Berjalan dengan mundur18. Lari19. Berjalan naik tangga
21
20. Menendang bola ke depan21. Melompat22. Melempar bola, lengan ke atas23. Loncat24. Berdiri satu kaki 1 detik25. Berdiri satu kaki 2 detik26. Melompat dengan satu kaki27. Berdiri satu kaki 3 detik28. Berdiri satu kaki 4 detik29. Berjalan tumit ke jari kaki30. Berdiri satu kaki 6 detik
Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDSTPada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit saja
A. Alat yang Digunakan1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-
hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.2. Lembar formulir DDST3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
menilainya.
B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6
bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
C. Penilaian Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
1. Abnormala. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebihb. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
2. Meragukan
22
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.3. Tidak dapat ditesa. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
d) Mengapa Pradipta tidak bisa diajak bermain pura-pura ?
Karena anak dengan autism memiliki imajinasi yang minim sehingga tidak bisa bermain pura-pura
Hal ini berkaitan dengan sebuah hipotesis bahwa anak-anak penderita autisme
memiliki kerusakan pemahaman terhadap mental states dirinya dan orang lain yang
tidak dapat dilihat secara langsung, seperti kepercayaan dan keinginan. Hal ini
didukung oleh theory of mind (ToM) yang memiliki premis kemampuan manusia
membaca intensi, kepercayaan, perasaan dan keinginan orang lain berdasarkan
perilaku eksternal mereka memiliki dampak besar untuk bertahan hidup dari sebuah
evolusi. ToM menyatakan bahwa semua orang, secara alami adalah pembaca pikiran
(mind readers). Dan manusia melakukan hal ini secara otomatis dan mengeluarkan
sedikit usaha. Anak-anak yang menderita autisme kurang memiliki premis yang
dinyatakan oleh ToM sehingga mereka kurang dan bahkan tidak dapat membaca
pikiran orang lain. Dan hal ini dapat menjadi sangat membingungkan, misterius,
bahkan menakutkan bagi anak-anak penderita autisme. Anak-anak dengan ToM
deficits dapat mempelajari, mengingat dan mengetahui hal-hal tentang dunia sosial,
namun kurang dapat memahami pengertian dunia sosial tersebut. Namun perlu
diingat bahwa ToM deficits tidak dialami oleh semua anak-anak penderita autisme,
namun sering dijumpai pada anak-anak penderita autisme.
e) Mengapa Pradipta tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk malah melihat ketangan pemeriksa ?
23
Hal ini kemungkinan akibat dari Kegagalan untuk mengembangkan empati dan
ketidakmampuan mereka untuk berespon terhadap minat, emosi, dan perasaan orang
lain.
f) Mengapa Pradipta bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja ?
Menandakan ada keterbatasan perilaku, pola, dan minat perkembangan pada anak. Pada tahun pertama kehidupan anak autistic, anak biasanya kurang bermain. Anak autistic biasanya tidak menunjukkan keinginan ingin bermain.
7. Apa diagnosis banding yang berkaitan dengan kasus ?
Pembanding Autisme Asperger ADHD Mental Retardation
Usia terdeteksi <3 tahun > 3tahun <7 tahun < 18 tahun
Kurangnya interaksi dgn orang
lain
Tidak terjadi kontak mata
Tidak ada spontanitas
Bergerak tanpa tujuan
Gangguan komprehensif dan
panggunaan bahasa
Gangguan pendengaran
Perhatian terbatas
Aktivitas sama berulang
Tidak bisa bermain imajinatif
Tidak mengikuti perintah
8. Bagaimana cara mendiagnosis kasus diatas ?
a. Anamnesis
24
- Total 6 hal (atau lebih) dari criteria gangguan interaksi sosial, gangguan
komunikasi, dan pola perilaku dengan sekurang-kurangnya 2 dari kriteria
gangguan interaksi sosial, 1 dari criteria gangguan komunikasi, dan 1 dari
criteria gangguan pada pola perilaku.
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik:
a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti
kontak mata, ekspresi wajah, dan posisi tubuh;
b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
sesuai dengan tingkat perkembangan;
c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi
dengan orang lain; dan
d. kurang mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:
a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;
b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada
kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang
lain;
c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitif atau sulit dimengerti; dan
d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura
3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan
aktivitas:
a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;
b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non
fungsional;
c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan
d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek.
Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan
autistik bila simtom-simtom di atas telah tampak
sebelum anak mencapai usia 36 bulan.
25
- Riwayat selama kehamilan apakah pernah mengalami infeksi TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex
virus)
- Apakah ada riwayat ibu merokok, minum alcohol atau mengkonsumsi
obat-obatan tertentu selama kehamilan
- Bagaimana pemeriksaan fisik postnatal, ada abnormal atau tidak.
- Apakah anak menderita infeksi setelah kelahiran seperti ensefalitis,
meningitis
- Riwayat keluarga adakah yang menderita gejala autistic juga
b. Pemeriksaan Fisik
- Sensorium, Berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan bentuk muka
normal
- Tes Denver : gangguan bahasa dan perilaku
- Tidak ada kontak mata, flapping hand, stereotipik, echolalia, daya
imajinasi tidak ada, melakukan sesuatu berulang-ulang dan monoton, tidak
mau disentuh atau dipeluk, menarik tangan orang lain jika butuh bantuan
(tidak meminta dengan suara), mengeluarkan suara yang tidak dimengerti
orang lain.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
- Tes logam berat pada rambut
- Tes alergi
- Analisis asam amino
- Analisis sistem pencernaan
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosis pada kasus ?
Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa pemeriksaan Tes
BERA, Audio gram and Typanogram.
26
EEG untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,
diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak
Pemeriksaan lain adalah screening gangguan metabolik, berupa pemeriksaan
darah dan urine untuk melihat metabolisme makanan di dalam tubuh dan
pengaruhnya pada tumbuh kembang anak. Beberapa spectrum autism dapat
disembuhkan dengan diet khusus.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited Axial
Tomography): sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak, karena
dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
Pemeriksaan genetik dengan melalui pemeriksaan darah untuk melihat kelainan
genetik yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa penelitian
menunjukkkan bahwa penyandang autism telah dapat ditemukan pola DNA dalam
tubuhnya.
MRI
Hasil MRI menunjukkan bahwa volume total otak meningkat pada orang dengan
autisme,meskipun anak autistik dengan retardasi mental berat umumnya memiliki
kepala yang lebih kecil. Peningkatan presentase rerata ukuran terbesar terdapat pada
lobus oksipitalis,lobus parietalis,dan lobus temporalis. Peningkatan volume dapat
terjadi akibat tiga kemungkinan mekanisme yang berbeda yaitu meningkatnya
neurogenesis,menurunnya kematian neuron,dan meningkatnya produksi jaringan otak
non neuronal seperti sel glia atau pembuluh darah.Pembesaran otak dijadikan sebagai
kemungkinan penanda biologis untuk gangguan autistik.Lobus temporalis diyakini
merupakan area yang penting pada kelainan otak di dalam gangguan autistik
CT scan
Hasil computed tomography (CT) scan kepala tidak konsisten pada pasien dengan
gangguan autis. Namun, hasil dari CT scan dapat menunjukkan defisit, termasuk
pembesaran ventrikel, hidrosefalus, lesi parenkim, dan pengurangan ukuran nukleus
caudatus27
Electroencephalography
Electroencephalography berguna terhadap gejala yang konsisten dengan kejang
karena tingginya prevalensi gangguan kejang pada individu dengan autisme. Yang
penting, sindrom Landau-Kleffner mungkin membuat seseorang tampak autis
Penilaian psychophysiologic
Positron emission tomography (PET) scanning
10. Apa diagnosis pada kasus ?
Pradipta, laki-laki usia 3 tahun mengalami gangguan komunikasi, gangguan imajinatif, gangguan sosial dan gangguan perilaku e.c Autisme Spectrum Disorder
11. Bagaimana epidemiologi sesuai dengan kasus ?
Tidak ada hubungan dengan ras, etnis, dan social ekonomi
Autisme merupakan sebuah gangguan yang cukup jarang ditemui dengan
perbandingan 15 hingga 20 orang penderita berbanding 10.000. Namun, penderita
autisme mungkin akan bertambah lebih banyak mengingat diagnosis gangguan ini
terus diperbaharui dan diperbanyak, terutama mengenai gangguan autisme yang
ringan.
Autisme lebih banyak diderita oleh anak laki-laki hingga 3 sampai 4 kali lebih
besar daripada perempuan. Selain itu, IQ pada anak-anak tersebut kebanyakan
berkisar pada interval normal daripada mereka yang memiliki IQ mental retardation.
Status sosioekonomi, penelitian awal menyatakan bahwa status sosioekonomi yang tinggi sering ditemukan pada keluarga dengan anak-anak autistik, tapi temuan tersebut kemungkinan didasarkan pada rujukan bias. Selama lebih dari 25 tahun yang lalu. Semakin banyak kasus ditemukan pada kelompok sosioekonomi rendah. Temuan tersebut mungkin dikarenakan meningkatnya pengetahuan tentang gangguan dan bertambahnya petugas kesehatan mental yang tersedia bagi anak-anak miskin.
12. Apa saja faktor resiko yang dapat menimbulkan keluhan ?
Laki-laki
Memiliki saudara yang mengalami autis28
Riwayat keluarga
Adanya gangguan perkembangan seperti Fragile X syndrome
Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar, phenol pada
plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida, dll.
Umur orang tua, resiko pada ayah yang mempunyai anak pada usia >40 tahun.
Faktor Psikososial dan keluarga
Anak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain dapat berespon melalui
gejala yang memburuk pada stressor psikososial termasuk perselisihan keluarga,
kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan
gangguan autistic dapat sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di
dalam keluarga serta lingkungan sekitarnya.
Faktor Imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan imunologis
dapat turut berperan di dalam gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic
bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan
jaringan saraf embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.
Faktor Biokimia
Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat (metabolit
dopamine utama) di dalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya
stereotype dan penarikan diri.
13. Bagaimana Penatalaksanaannya ?
a. Psikofarmakoterapi
Risperidon 2x0,1 mg
Haloperidol 0,25 – 3 mg/kgBB/hari
Menurunkan hiperaktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek
abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil
Thioridazine 0,5 – 3 mg/kgBB/hari
b. Diet
29
Menghindari casein dan gluten karena dapat berikatan dengan reseptor opiod yang
dapat berpengaruh terhadap mood dan tingkah laku.
Beri vitamin A & D untuk meningkatkan kemampuan kontak mata dan behavior,
vitamin B dan magnesium membantu perkembangan otak, dan vitamin C sebagai
antioksidan serta mengurangi depresi dan confusion.
Hindari makanan yang mengandung pengawet.
c. Edukasi untuk mengikuti:
Applied Behavioral Analysis (ABA)
Memberi pelatihan khusus untuk anak autism dengan cara memberikan pujian.
Terapi wicara
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian
reinforcement dan meniru vokalisasi terapis, terapi bicara dalam upaya
peningkatan kemampuan komunikasi anak autis.
Kemampuan bersosialisasi
Membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan
teman-teman dan member cara-caranya.
Terapi perilaku
Anak autistic seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya. Mereka
banyak hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka
sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku
negative tersebut dan mencari solusinya dnegan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki lingkungannya.
Terapi okupasi
Untuk melatih motorik halus anak, karena gerak-gerik kaku dan kasar.
Terapi perkembangan
RDI (Relationship Developmental Intervention), anak dipelajari minatnya,
kekuatan dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan intelektualnya.
Terapi bermain30
Terapis mengajari anak untuk bermain dengan teman sebayanya sehingga dia bisa
belajar untuk berkomunikasi, bicara dan interaksi sosial dengan teknik-teknik
tertentu.
Terapi visual
Anak autis lebih mudah belajar dengan visual dengan metode PECS (Picture
Exchange Communication System), metodenya dengan menggunakan gambar-
gambar agar lebih mudah belajar komunikasi.
Terapi biomedik
Memeriksakan secara teratur feses, darah, urin dll untuk mencegah adanya
gangguan metabolic yang dapat memperparah gejala autis sehingga otak bersih
dari gangguan dan bisa berkembang dengan baik.
Terapi sensori integrasi
Untuk melatih kepekaan dan koordinasi daya indra anak autis.
14. Bagaimana Prognosis pada kasus ?
Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu
menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua
pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada
keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus
independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline.
15. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan ?
16. Apa saja tindakan preventif yang dapat dilakukan ?
Bebapa anak dengan autisme dapat menderita kehilangan semua atau bebrapa
kemampuan berbicara yang ada sebelumnya. Anak dengan autisme ada yang ditemukan
suka menyakiti diri sendiri, seperti melukai diri sendiri, memukul diri sendiri, bahkan
memutilasi diri sendiri tanpa merasa sakit. Jika tidak ditata laksanan dengan baik, anak
31
dengan autisme dapat berkembang dengan gangguan kepribadian yang lebih parah,
mereka hidup dengan dunia mereka sendiri tapi tidak menjadi skizofrenia dengan
halusinasi atau delusi
17. Apa tingkatan Kompetensi Dokter Umum sesuai dengan kasus ?
Tingkat Kemampuan 2 Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
IV. Learning Issue
1. Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan Pediatric Normal
Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek meliputi :
(MedlinePlus)32
Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.
Fine motor : Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.
Sensori : Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh, membau.
Bahasa : Dapat berbicara dan memahami perkataanya, mengerti apa yang orang
tua mereka dan teman-teman lain katakan.
Sosial : Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan anak-anak lain.
Berikut parameter dari setiap aspek dari beberapa literature :
a. Verbal
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Language
1 bulan Bersuara. Memperhatikan bel.
4 bulan Tertawa, membuat dan memperdengarkan suara.
7 bulan Berteriak dengan senang membuat suara. Mendengarkan suaranya
sendiri.
10 bulan Mengucapkan 1 kata. Memperhatikan namanya.
1 tahun Dapat mengucapkan 2 kata atau lebih.
1,5 tahun Berkata-kata tanpa arti. Mengenal gambar.
2 tahun Memakai perkataan yang tidak berarti. Mengerti beberapa
petunjuk mudah.
3 tahun Berbicara lengkap dalam kalimat. Menjawab pertanyaan yang
mudah.
4 tahun Memakai kata penghubung. Mengetahui kata tambahan.
5 tahun Berbicara lancar. Bertanya “mengapa ?”
33
b. Motorik
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Motor Behavior Adaptive
1 bulan Kepala merebah, tonic neck
reflex, tangan mengepal.
Melihat sekitarnya, tracking eye
movement ada tapi terbatas.
4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak
simetris, tangan terbuka.
Tracking eye movement baik,
menggenggam benda yang diberikan
padanya.
7 bulan Duduk dengan sokongan kedua
tangan, memegang kubus,
melihat dan menyentuh kancing.
Memindahkan kubus dari satu tangan ke
tangan yang lain.
10 bulan Duduk tanpa sokongan tangan,
merangkak hingga berdiri.
Bermain dengan 2 kubus, yang satu
disentuhkan dengan yang lain
1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk
bersila. Mengetahui arti kancing,
memasukan dan mengambilnya
dari botol.
Memindahkan kubus kedalam cangkir.
1 6/12
bulan
Berjalan tanpa jatuh. Duduk
sendiri di kursi kecil. Menyusun
tumpukan dengan 3 kubus.
Mengeluarkan kancing dari botol.
Meniru coretan garis lurus.
2 tahun Berlari.
Menyusun tumpukan dari 6
kubus.
Meniru coretan garis lingkaran.
3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa
jatuh.
Membuat jembatan dengan 3 kubus.
Meniru gambar silang.
34
Membuat tumpukan dari 10
kubus.
4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus.
Menggambar orang.
5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.
c. Sosial
Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)
Umur Status Interaksi
Sosial
Tindakan
0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli
eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulan Awal reaksi sosial Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.
Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal
botol dan bersiap-siap untuk makan.
5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau
menyentuh ortu.
8-12 bulan Perkembangan
social aktif
Membedakan wajah marah & tidak dengan
memalingkan muka. Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu
pada orang yang belum dikenal.
1-2 tahun Penyempurnaan
social aktif
Anak mencari mengharapkan ada teman bermain,
mencari teman sebaya.
Memberikan mainan bila diminta.
35
2-4 tahun Masa
membangkang
Anak berulang-ulang mengatakan “saya mau”
dan akan marah bila tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan
oleh ortunya.
5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan,
krn pd masa ini terdapat perkembangan kesadaran
kewajiban dan pekerjaan.
> 6 tahun Masa berpikir dan
emosi
Anak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak
mulai tahu membenci dan menyanyangi orang lain,
serta menilai sikap lingkungan terhadapnya.
> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari
jalannya sendiri.
2. Autis
Definisi
Autisme berasal dari kata autis yang berarti sendiri, pasien penderita autisme
merasa memiliki dunianya sendiri. Biasanya mereka masa bodoh dengan apa yang terjadi
di lingkungannya.
Interaksi dengan lingkungan dapat bersifat:
a. Hipersensitif terhadap suara seperti suara AC, bahkan suara pemotong rumput.
b. Hiposensitif, bila jatuh tidak merasa sakit, kulit terluka juga tidak sakit. Tidak takut
akan bahaya.
Keterangan di atas menjelaskan bahwa autism dapat memiliki interaksi yang berbeda di
antaranya hiposensitif yang ada pada scenario.
Epidemiologi
36
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan
dengan perbandingan 3 : 1.
Etiologi :
Dahulu : Faktor psikologis Bruno Bettelheim : Teori Frigid Mother
Sekarang : Gangguan Neurobiologis pada Susunan Syaraf Pusat (SSP)
Faktor risiko :
Gangguan pada Susunan syaraf Pusat disebabkan oleh :
- Faktor genetik
- Gangguan pertumbuhan sel otak janin, infeksi virus, jamur, pendarahan, keracunan
selama hamil muda
- Gangguan Pencernaan
- Keracunan logam berat (Pb, Hg, Cad)
- Gangguan auto imunity
FAKTOR GENETIK :
Mutasi genetik : penyebab multi faktor
Telah ditemukan lebih dari 7 gen yang berhubungan dgn autisme , perlu beberapa gen
untuk menimbulkan gejala autisme.
GANGGUAN NEUROBIOLOGIS :
- Cerebellum
37
- Lobus Parietalis kiri / kanan
- Lobus Frontalis
- Sistem Limbik
- Kerusakan pada myelin sel otak dan bagian dalam (endothel) pembuluh darah otak.
- Gangguan Neurotransmitter
GANGGUAN PENCERNAAN :
- Peradangan dari mucosa usus (autistic enterocolitis)
- Leaky gut syndrome
- Enzim Pencernaan yg kurang
- Terlalu banyak jamur dalam usus (yeast overgrowth)
- Kekurangan enzim sehingga makanan tidak dicerna secara sempurna
Protein yg sulit dicerna :
Casein ( Susu sapi / domba ), Gluten (Gandum), Casein dan Glutein : rangkaian 20
asam amino, seharusnya terpecah dengan sempurna.
Peptide : 2 ?3 rantai asam amino yg diserap oleh darah dialirkan ke otak. Di Otak
menjadi casomorphin dan gluteomorphin.
MEKANISME TERJADINYA AUTISME
Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas sehingga
terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah putih, kadarnya
meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology.
38
Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke dalam
makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak penderita
autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-nya, ternyata
kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih tinggi daripada
darah anak normal.
Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang kelak akan
menyebabkan timbulnya penyakit autisme.
Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya diakibatkan
oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis mengalami
kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus.
Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian ditangkap
reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid menyerupai kondisi
seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau heroin.
Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan jumlah
protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir normal dan
setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada anak normal tidak
terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah yang abnormal pada
penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal atau bahkan mematikan sel
selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung. Perlu diingat bahwa pertumbuhan
saraf selama embrio penting untuk membentuk formasi sistem saraf pusat dan sel otak
yang baru.
Tatalaksana
Tatalaksana (PsikoFarmako)
Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku dan mempercepat
belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan,
hubungan objek abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil. Haloperidol dapat
digunakan untuk obat jangka panjang.
Fenfluramine (Pondimin) menurunkan kadar serotonin darah.
Naltroxone (Trexan) antagonisopiat39
Lithium (Eskalith) diberikan pada perilaku agresif atau melukai diri sendiri
jika medikasi lain gagal.
Edukasi
Orang tua jangan menganggap anaknya yang autis itu sebagai beban atau
musibah
Si anak harus sering diajak keluar rumah, bersama orang tuanya agara si anak
menyadari bahwa ada dunia lain diluar dunianya sendiri
Orang tua harus memberikan dukungan penuh pada anaknya, karena anak autis
membutuhkan dukungan dari orang2 di sekitarnya agar bs sembuh
Preventif
Diagnosis dini saat kehamilan.
Prognosis
Vitam : Bonam
Fungsionam : Ad Bonam
Sanationam : Ad Bonam
Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu
menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua
pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada
keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus
independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline.
Komplikasi
a. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami gangguan bicara,
interaksi social dan perilaku yang menetap.
b. Self-injury
c. Gangguan depresi saat remaja
40
V.Kerangka Konsep
41
Belum bisa bicara Mengoceh dengan
kata-kata yang tidak dimengerti
Tidak bisa bermain imaginasi
Tidak bisa kontak mata dan senyum
Tidak mau bermain dengan anak lain
Tidak bereaksi dengan panggilan
Tidak bisa duduk diam Menyusun bola,
dibongkar, berulang-ulang.
Diego, Laki-laki, 30 bulan
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pradipta, laki-laki usia 3 tahun mengalami gangguan komunikasi, gangguan imajinatif, gangguan sosial dan gangguan perilaku e.c Autisme Spectrum Disorder
42
Autis
Gangguan komunkasi
dan imaginatif
Gangguan interaksi
sosialGangguan perilaku
Daftar Pustaka
Maslim, Rudi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.
43
top related